Kepemimpinan Mesir di Masa Husni Mubarok

4

Click here to load reader

Transcript of Kepemimpinan Mesir di Masa Husni Mubarok

Page 1: Kepemimpinan Mesir di Masa  Husni Mubarok

Raden Rara Dwi Indriani

09613183

Kepemimpinan Mesir di Masa Husni Mubarok

a. Sejarah Kepemimpinan

Muhammad Hosni Sayyid Mubarak lahir di kota Kafr El-Meselha, Provinsi Monufia, di kawasan subur Delta Sungai Nil, 4 Mei 1928. Ayahnya pegawai negeri rendahan di Kementerian Kehakiman Mesir waktu itu. dimulai saat ia bergabung dengan militer. Setelah lulus dari Akademi Militer Mesir, 1949, Mubarak masuk Akademi Angkatan Udara Mesir. Ia lulus sebagai perwira pilot pada 13 Maret 1950 dan bergabung dalam skuadron pesawat tempur Spitfire sebelum kembali ke akademi menjadi instruktur pesawat tempur hingga akhir dekade 1950-an.

Di Angkatan Udara inilah karier Mubarak melesat. Memasuki dekade 1960-an, yang merupakan puncak ketegangan Perang Dingin antara blok Barat dan Timur, Mubarak mengikuti beberapa pelatihan penerbang di Uni Soviet (termasuk menjadi pilot pesawat pengebom Ilyushin Il-28 dan Tupolev Tu-16) serta mengikuti pendidikan pascasarjana militer di Akademi Militer Frunze di Moskwa, Rusia.

Pulang ke Mesir, Husni Mubarak dipercaya menjadi komandan skuadron dan kemudian pada Oktober 1966 diangkat sebagai Komandan Pangkalan Udara Kairo Barat lalu dipindah sebagai Komandan Pangkalan Udara di Beni Suef. Kariernya terus menanjak, menjadi Komandan Akademi Angkatan Udara pada November 1967, kemudian menjadi Kepala Staf AU Mesir dua tahun kemudian. Pada saat pecah Perang Yom Kippur atau Perang Oktober melawan Israel pada 1973, Mubarak, yang berpangkat mayor jenderal pada waktu itu, sudah menjabat sebagai Panglima Angkatan Udara dan Wakil Menteri Pertahanan Mesir. Inilah momen penting dalam karier Mubarak.

Dalam perang keempat antara Mesir dan Israel itu, Mubarak berhasil mengorganisasi sistem pertahanan udara yang mampu menahan serangan masif Angkatan Udara Israel. Dalam situs AU. Berkat perencanaan matang, disiplin tinggi, dan kecermatan memilih para pembantunya, Mubarak berhasil menahan gempuran lebih dari 200 pesawat tempur Israel dalam pertarungan udara selama lebih dari 50 menit di atas Pangkalan Udara Mansoura, Mesir, 14 Oktober 1973. Mubarak pun menjadi pahlawan. Berkat prestasinya ini, pangkat Mubarak dinaikkan menjadi marsekal utama (setingkat letnan jenderal). Begitu terkesannya Presiden Mesir Anwar Sadat waktu itu dengan figur Mubarak sehingga dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Wakil Presiden Mesir dan menjadi salah satu anggota senior Partai

Page 2: Kepemimpinan Mesir di Masa  Husni Mubarok

Nasional Demokrat (NDP) yang berkuasa. Inilah perkenalan pertama Mubarak dengan dunia politik.

b. Kondisi Sosial Politik Saat Memimpin

Setelah Sadat tewas dibunuh seorang fanatik pada 1981, Hosni Mubarak yang menjadi penggantinya tidak mengubah garis politik pendahulunya. Mubarak tetap membawa arah politik luar negeri Mesir condong ke Amerika, bukan saja karena desakan ekonomi dalam negeri dan kedekatan ideologis (ideologi liberal), tapi juga karena desakan situasi, khususnya situasi dunia Arab yang tetap tidak menentu. Hanya saja, berbeda dari Sadat, dalam membuat keputusan politik di awal masa pemerintahannya, Mubarak lebih berhati-hati dan lebih mengutamakan konsensus.

Dalam menentukan kebijakan luar negeri, di satu dia mengupayakan dunia Arab bersedia menerima kehadiran Mesir kembali, tetapi di lain pihak berharap Amerika dan Israel bisa memahaminya. Tidak lama setelah memegang tampuk pemerintahan, Mubarak melakukan serangkaian langkah diplomatik yang menawarkan harapan cerah.

Ia berhasil merukunkan kembali hubungan Mesir dengan Saudi Arabia. Lebih dari itu, pada 7 Agustus 1981 Saudi Arabia malah menawarkan rencana perdamaian yang salah satu pasalnya hampir sama dengan isi perjanjian Camp David, yakni mengakui hak hidup dengan damai semua negara di Timur Tengah. Ini berarti Israel dan Palestina termasuk di dalamnya. Keberhasilan terbesar politik luar negeri Mesir pada masa pemerintahan Mubarak terjadi pada 1984 saat Mesir diterima kembali menjadi anggota OKI, dan memulihkan hubungan diplomatik Mesir dengan Yordania pada September 1984 yang didahului pemulihan hubungan Mesir – PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).

c. Persepsi Sosial Pada Zaman Keemasan dan Menjelang Jatuh

Bangsawan Inggris Lord Acton mengatakan, “Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan yang absolut (mutlak) dipastikan korup secara absolut”. Dan inilah yang terjadi pada Mubarak.

Mubarak telah berkuasa selama 30 tahun dan dia bersikukuh mempertahankan kekuasaannya meski menghadapi demonstrasi besar-besaran sejak dua pekan terakhir ini. Purnawirawan perwira Angkatan Udara Mesir dan mantan wakil presiden semasa pemerintahan Anwar Sadat itu memiliki banyak musuh politik di dalam negeri. Tapi, musuh utamanya adalah keterpurukan ekonomi. Kondisi ekonomi yang kian memburuk, tidak saja mempengaruhi stabilitas sosial dan politik, tetapi juga mengancam keabsahan rezim berkuasa. Presiden Nasser dan Presiden Sadat membuktikan kebenaran asumsi itu. Kini, Mubarak menghadapi masalah serupa.

Page 3: Kepemimpinan Mesir di Masa  Husni Mubarok

d. Faktor Kejatuhan

Masalah ekonomi dan pengangguran yang meningkat adalah kepentingan nasional Mesir paling mendesak untuk diperjuangkan. Pada waktu Mubarak mengambil alih kekuasaan menyusul pembunuhan Sadat pada Oktober 1981, Mesir membayar dua milliar dolar AS per tahun, kira-kira sama dengan pendapatan minyak plus pendapatan dari Terusan Suez.

Faktanya, Mubarak memulai pemerintahannya dengan defisit dua kali lebih besar dari klaim surplus itu. Pada tiga periode pemerintahannya Mubarak sebenarnya membawa perbaikan ekonomi, sementara partai-partai politik diperbolehkan untuk hidup dan berkembang. Namun di masa selanjutnya, ia mulai digerogoti kolusi, korupsi dan nepotisme. Dia juga bertekad untuk terus mempertahankan kekuasaan. Akibatnya, Mubarak banyak memenjarakan lawan-lawan politiknya.

e. Analisis Dari Sisi Kepemimpinan Islam

Husni Mubarok dinilai sebagai pemimpin yang kurang baik karena selama masanya memimpin, banyak rakyat yang dikecewakan. Terlebih lagi usahanya menyingkirkan lawan – lawan politiknya yang dinilai tidak manusiawi karena melanggar hak asasi manusia. Agresi atau pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Mesir menunjukkan kekecewaan mereka yang menumpuk atas kepemimpinan husni Mubarok selama ini yang dianggap terlalu otoriter. Karena itu kepemimpinan Husni Mubarok dapat dinilai tidak memenuhi nilai – nilai kepemimpinan islami yang baik.