Kepemimpinan

48
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN RENCANA SKRIPSI Karya Tulis PERSONAL CHARACTERS RINA SUCIPTO SEBAGAI PEMIMPIN BIMTA SAHABAT CILINCING Oleh: 1. Daniel Silalahi / 07 2. Hidayat Subkhani / 17 3. Murdiono / 26 4. Rahmalia Esti Yurisa / 29

Transcript of Kepemimpinan

Page 1: Kepemimpinan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

RENCANA SKRIPSI

Karya Tulis

PERSONAL CHARACTERS RINA SUCIPTO SEBAGAI PEMIMPIN

BIMTA SAHABAT CILINCING

Oleh:

1. Daniel Silalahi / 07

2. Hidayat Subkhani / 17

3. Murdiono / 26

4. Rahmalia Esti Yurisa / 29

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan

Program Diploma IV Keuangan

Spesialisasi Akuntansi Reguler Kelas 9-C

Tahun 2015

Page 2: Kepemimpinan

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Rumusan Masalah

D. Metode Pembahasan

II. LANDASAN TEORI

A. Karakter Personal Pemimpin

1. Self Awareness

2. Communication Style

3. Managing Stress

4. Problem Solving

5. Empathy

III. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Bimta Sahabat Cilincing

B. Profil Singkat Bimta Sahabat Cilincing

C. Profil Singkat Rina Sucipto sebagai Pemimpin BIMTA Sahabat Cilincing

IV. PEMBAHASAN

A. Kesadaran Diri (Self Awareness)

B. Gaya Komunikasi (Communication Style)

1

1

3

3

4

5

5

5

6

8

9

10

12

12

13

14

16

16

18

ii

Page 3: Kepemimpinan

C. Pengelolaan Stress (Managing Stress)

D. Penyelesaian Masalah (Problem Solving)

E. Sikap Empati (Empathy)

V. KESIMPULAN

19

21

23

25

27

DAFTAR PUSTAKA 28

iii

Page 4: Kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cilincing adalah salah satu kecamatan yang berada di kawasan Jakarta Utara.

Di sana terdapat kawasan berikat industri terpadu nasional yang memproduksi

berbagai macam produk. Pelabuhan Tanjung Priok terletak tidak jauh dari kawasan

Cilincing. Kerasnya kehidupan di sekitar wilayah pelabuhan telah menjadi gambaran

umum masyarakat Cilincing. Banyak warga bekerja sebagai buruh di kawasan

industri dan beberapa bekerja sebagai tenaga kasar di daerah pelabuhan. Namun tidak

sedikit warga yang tidak memiliki mata pencaharian yang layak untuk membiayai

kehidupan keluarga mereka.

Sebagian dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap mencoba bertahan

dengan membuka usaha kecil-kecilan seperti warung kecil di depan tempat tinggal

mereka. Namun mereka yang tidak memiliki modal yang cukup mencari sumber

penghidupan dengan memulung, mengamen, atau mengharapkan belas kasihan orang

yang berlalu-lalang di pinggir jalan dengan mengemis. Bahkan jika keadaan sudah

menjadi semakin sulit banyak dari mereka yang melakukan tindakan kriminal seperti

merampok, mencopet, dan memeras masyarakat. Hal tersebut dilakukan semata-mata

untuk menutupi kebutuhan hidup mereka yang serba kekurangan. Kondisi demikian

membuat lingkungan menjadi rawan dan meningkatkan angka kriminalitas di

kawasan Cilincing.

1

Page 5: Kepemimpinan

2

Keadaan yang sulit tersebut juga berdampak pada generasi muda di Cilincing.

Banyak keluarga tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka karena biaya

hidup yang terus melambung tinggi. Akibatnya banyak anak dan remaja mengalami

putus sekolah dan tidak bisa menggapai cita-citanya. Padahal pendidikan adalah salah

satu instrumen yang paling ampuh untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

yang marjinal seperti sebagian masyarakat di Cilincing. Anak-anak yang putus

sekolah tersebut biasanya mengikuti jejak orang tua meraka. Sebagian ada yang

menjadi pedagang, buruh kasar, dan juga pemulung. Beberapa dari mereka bahkan

ada yang ditelantarkan oleh orang tuanya karena orang tua tidak peduli dan tidak

bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Sebagian anak-anak juga mengalami

kekerasan fisik dari orang. pengalaman seperti itu membuat anak-anak di sana

menjadi trauma dan takut untuk bersosialisasi.

Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut, seorang ibu rumah tangga

peduli dan tergerak untuk membantu kehidupan anak-anak pemulung di kawasan

Cilincing. Rina Sucipto adalah seorang aktivis sosial yang rela menyediakan waktu

dan tenaganya untuk merawat dan membimbing anak-anak pemulung yang kurang

mendapat perhatian dan akses pendidikan yang layak. Pada tahun 2010 Ibu Rina

mendirikan Yayasan Bimbingan Belajar dan Taman Pendidikan Al-Quran (BIMTA)

Sahabat Cilincing untuk membantu kehidupan dan pendidikan anak-anak pemulung di

kawasan Cilincing. Pada awalnya Ibu Rina mengumpulkan anak-anak tersebut di

sebuah musholah kecil milik warga yang terletak tidak jauh dari sana. Kegiatan

yayasan tersebut adalah pemberian bimbingan belajar dan pendidikan agama kepada

anak-anak pemulung. Banyak anak-anak yang datang untuk belajar ke musholah

Page 6: Kepemimpinan

3

tersebut dan semakin lama jumlah mereka bertambah banyak sehingga Ibu Rina

membutuhkan tenaga pengajar untuk membantunya memberikan pembelajaran

kepada anak-anak pemulung.

Sebagai seorang pemimpin, Ibu Rina menghadapi beragam tantangan dan

hambatan dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di BIMTA Sahabat

Cilincing. Namun beliau selalu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh pihak

dan mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan. Sampai dengan tahun

2015 peserta didik di BIMTA Sahabat Cilincing telah mencapai 350 anak. Sosok Ibu

Rina merupakan salah satu kunci yang menjadikan yayasan tersebut dapat

berkembang pesat dan berlangsung hingga saat ini.

Berdasarkan latar belakang singkat di atas, kelompok kami tertarik untuk

membahas tentang personal characters Ibu Rina selaku pemimpin Yayasan BIMTA

Sahabat Cilincing.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Pada makalah ini pembahasan akan difokuskan personal characters Rina

Sucipto pada BIMTA Sahabat Cilincing yang terdiri atas Self Awareness,

Communication Style, Managing Stress, Problem Solving, dan Empathy.

C. Rumusan Masalah

Untuk menjelaskan personal characters Ibu Rina sebagai pemimpin Yayasan

BIMTA Sahabat Cilincing, ada beberapa rumusan masalah dalam pembahasan ini:

Page 7: Kepemimpinan

4

1. Bagaimana kesadaran diri (self awareness) Ibu Rina dalam mengelola Yayasan

BIMTA Sahabat Cilincing?

2. Bagaimana gaya komunikasi (communication style)Ibu Rina dalam mengelola

Yayasan BIMTA Sahabat Cilincing?

3. Bagaimana pengelolaan stres (managing stress)Ibu Rina dalam mengelola

Yayasan BIMTA Sahabat Cilincing?

4. Bagaimana penyelesaian masalah (problem solving) Ibu Rina dalam mengelola

Yayasan BIMTA Sahabat Cilincing?

5. Bagaimana sikap empati (empathy) Ibu Rina dalam mengelola Yayasan BIMTA

Sahabat Cilincing

D. Metode Pembahasan

Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode studi literatur dan wawancara

dengan Ibu Rina.

Page 8: Kepemimpinan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Karakter Personal Pemimpin

Untuk memahami akan kepemimpinan, salah satunya perlu pemahaman

terhadap pemimpin sebagai sosok individu. Pemahaman ini meliputi sifat,

karakteristik, dan perilaku dari pemimpin yang terangkum dalam karakter personal

pemimpin tersebut. Karakter personal seorang pemimpin yaitu:

1. Self awareness.

Menurut Dubrin, Dalgish, dan Miller (dalam Basalamah, 2009), pemahaman

akan diri sendiri (self awareness) adalah kemampuan untuk memahami keadaan jiwa

atau suasana hati (mood), emosi, kebutuhan serta pengaruh dari hal-hal tersebut pada

pihak lain. Orang yang mempunyai self awareness yang tinggi akan mengetahui apa

yang menjadi kelebihan dan kekurangan dirinya, menyadari apa yang menjadi

penyebab kemarahan, depresi ataupun kegelisahan dirinya, disamping menyadari pula

pengaruh dari hal-hal tersebut kepada pihak lain.

Menurut Whetten dan Cameron (2011) terdapat lima area dalam self

awareness, yaitu:

a. Emotional inteligence.

b. Personal values.

c. Learning style.

5

Page 9: Kepemimpinan

6

d. Orientation toward change.

e. Core self-evaluation.

Machiavelli (dalam de Janasz, Dowd, dan Schneider, 2002) mengemukakan

bahwa jika seseorang berusaha memimpin tanpa memahami dirinya sendiri adalah

sangat berisiko dan akan menimbulkan bencana atau permasalahan. Berbagai manfaat

dari memahami diri sendiri yaitu:

a. Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain.

b. Mengembangkan dan mengimplementasikan kemampuan diri.

c. Menetapkan pilihan hidup dan karier yang akan dicapai

d. Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain.

e. Meningkatkan kemampuan peran dalam organisasi, lingkungan, dan keluarga.

f. Mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam diri.

g. Mengurangi tingkat stress yang dialami.

2. Communication style.

Menurut Basamalah (2004) komunikasi adalah proses dimana komunikator

mengirim atau mentransmisikan sesuatu kepada komunikan dengan media tertentu.

Gaya komunikasi ini sangat berpengaruh dalam keberhasilan pesan yang akan

disampaikan. Berdasarkan kepribadian dari komunikator, gaya komunikasi dapat

dibedakan menjadi enam kelompok yaitu:

a. Noble.

Seseorang yang bempunyai gaya komunikasi noble akan berkata sesuatu yang

ada dalam benaknya, cenderung tidak menyaring apa yang ada dalam benaknya

Page 10: Kepemimpinan

7

sehingga cenderung untuk berbicara langsung pada pokok persoalan yang ingin

disampaikan.

b. Socratic.

Seseoarang yang mempunyai gaya komunikasi socratic gemar membahas

persoalan secara hati-hati sebelum memutuskan, gemar berargumentasi dan tidak

mempermasalahkan lamanya diskusi.

c. Reflective.

Seseorang yang mempunyai gaya komunikasi reflective lebih suka tidak berkata

apapun bila perkataannya menyakitkan perasaan orang lain sehingga cenderung

menyenangkan lawan bicara, meskipun kadang dibumbui hal-hal yang tidak

benar atau dusta dan merupakan pendengar yang baik.

d. Magistrate.

Merupakan gabungan gaya komunikasi noble dan socratic. Seseorang yang

mempunyai gaya komunikasi ini akan berkata sesuatu yang ada dalam benaknya

sebagaimana gaya komunikasi noble, tetapi juga senang bicara rinci terutama

mengenai hal-hal terkait dengan diri mereka sebagaimana gaya komunikasi

socratic. Orang dengan gaya komunikasi ini sering merasa lebih tinggi

dibandingkan orang lain dan cenderung mendominasi pembicaraan.

e. Candidate.

Merupakan gabungan antara gaya komunikasi socratic dan reflective. Seseorang

yang mempunyai gaya komunikasi ini cenderung analitis dan gemar berbicara

tetapi hangat dalam pembicaraan dan suportif. Orang dengan gaya komunikasi ini

Page 11: Kepemimpinan

8

biasanya mendasarkan pembicaraan pada tersedianya informasi dengan cara yang

sangat menyenangkan.

f. Senator.

Seseorang yang mempunyai gaya senator mempunyai gaya komunikasi yang

sering secara silih berganti memilih gaya antara noble dan gaya reflective sesuai

kebutuhan.

3. Managing stress.

Stress menurut menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould (2003) dalam

Sukadiyanto (2010), didefinisikan sebagai “a substantial imbalance between demand

(physical and/or psychological) and response capability, under conditions where

failure to meet that demand has importance consequences”.

Menurut Whetten dan Cameron (2011) terdapat empat sumber utama dari

stress yaitu:

a. Time stressor (work overload, lack of control).

b. Encounter stressor (role conflicts, issue conflicts, action conflicts).

c. Situational stressor (unfavourable working condition, rapid change).

d. Anticipatory stressor (unpleasent expectations, fear).

Sedangkan untuk menghadapi stress dapat dilakukan dengan tiga strategi

yaitu:

a. Enactive strategies (eliminate stressor).

Page 12: Kepemimpinan

9

Yaitu dengan menghilangkan atau mengurangi penyebab stres / stressor dengan

enactve. Hal ini menciptakan lingkungan baru bagi individu yang bebas dari

penyebab stres.

b. Proactive Strategies (Develop resiliency strategies).

Tiap individu meningkatkan kapasitasnya dalam mengahadapi stres dengan

meningkatkan ketahanan personal. Strategi ini didesain untuk menginisiasi

tindakan yang menolak efek negatif dari stress.

c. Reactive Strategies (Learn temporary coping mechanisms).

Mengembangkan teknik jangka pendek untuk menghadapi penyebab stress yang

membutuhkan respon segera.

4. Problem solving.

Menurut Greenberg dan Baron (dalam Basalamah, 2009) terdapat empat gaya

pengambilan keputusan, yaitu:

a. Gaya direktif (directive style).

Pemimpin yang mempunyai gaya ini cenderung untuk menyukai penyelesaian

masalah secara sederhana, jelas, dan dilakukan dengan cepat karena

menggunakan informasi yang sedikit dan tidak banyak mengembangkan

alternatif. Dalam mengambil keputusan pemimpin cenderung mengikuti aturan

yang ada dan sering menggunakan status mereka sebagai penentu akhir

keputusan, atau top-down decision making.

b. Gaya analitis (analytical style).

Page 13: Kepemimpinan

10

Pemimpin yang mempunyai gaya ini senang menghadapi masalah yang kompleks

dan cenderung menganalisis alternatif yang ada secara seksama dan

menggunakan data sebanyak mungkin. Dalam mengambil keputusan pempimpin

cenderung mendapatkan jawaban yang terbaik yang mungkin bisa diperoleh serta

mau menggunakan metode-metode yang inovatif demi mencapai hasil yang

terbaik.

c. Gaya konseptual (conceptual style).

Pemimpin yang mempunyai gaya ini cenderung untuk berorientasi sosial,

humanis, dan artistik serta mempertimbangkan berbagai alternatif, berorientasi

masa depan dan menyukai ide-ide baru.

d. Gaya keperilakuan (behavioral style).

Pemimpin yang mempunyai gaya ini cenderung untuk berorientasi pada

organisasi dan pengembangan orang-orang di dalam organisasi tersebut. Dalam

mengambil keputusan pemimpin sangat suportif terhadap pengikutnya dan sangat

memperhatikan pencapaian mereka bahkan tidak jarang membantu untuk

mencapai tujuan mereka tersebut. Selain itu, pemimpin juga terbuka menerima

saran-saran dari pengikutnya, sehingga pertemuan sering dilakukan dalam proses

pengambilan keputusan tersebut.

5. Empathy.

Kadir (2010) menjelaskan bahwa seseorang pemimpin cenderung

memperlakukan orang lain dalam organisasi atas dasar persamaan derajat, tanpa harus

menjilat ke atas, menyikut ke samping, dan menindas ke bawah. Menurut Deepak

Page 14: Kepemimpinan

11

Sethi (dalam Kadir, 2010) pemimpin seharusnya berempati terhadap bawahannya

secara tulus.

Empati merupakan salah satu dasar kecerdasan emosional. Menurut Peter

Solve sebagaimana yang dikutip Daniel Goleman (1997), empati adalah kesadaran

akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Empati terdiri dari kompetensi

understanding others, developing others, customer service, menciptakan kesempatan-

kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan

antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.

Page 15: Kepemimpinan

BAB III

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan BIMTA Sahabat Cilincing

Daerah Kampung Sawah III, Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara

merupakan daerah yang sangat tidak ramah bagi perkembangan anak-anak. Mayoritas

masyarakat berada di bawah garis kemiskinan dengan beragam suku dan budaya yang

sulit untuk dipersatukan. Masyarakat di sana juga miskin dalam hal moral, ekonomi,

dan pendidikan serta banyak orang tua tidak peduli dengan keadaan tersebut. Dengan

kondisi yang demikian buruk, Yayasan BIMTA Ihyaul Ummah hadir agar dapat

menjadi solusi bagi permasalahan sosial tersebut pada tanggal 17 Oktober 2010.

Berdasarkan saran dari berbagai kalangan agar lebih membumi, pada tanggal 17 Mei

2012 BIMTA Ihyaul Ummah resmi berganti nama menjadi BIMTA Sahabat Cilincing

agar BIMTA ini dapat menjadi sahabat bagi seluruh kalangan masyarakat.

Awalnya BIMTA Sahabat Cilincing menumpang musholah milik warga.

Dengan dibantu oleh sembilan orang relawan yang bekerja bahu-membahu, yayasan

ini berusaha mendidik anak-anak untuk dapat membaca Alqur’an dan juga memberi

bimbingan belajar secara gratis kepada anak-anak warga setempat yang yatim, piatu,

yatim/piatu, dan dhuafa. Seiring berjalannya waktu jumlah santri meningkat dan

mencapai 350 anak. Oleh karena itu yayasan sudah seharusnya memiliki bangunan

12

Page 16: Kepemimpinan

13

sendiri yang lebih kondusif agar para santri dapat belajar dan mengaji lebih nyaman.

Dengan donasi dan bantuan dari berbagai pihak, yayasan telah memiliki bangunan

sendiri meskipun masih banyak terdapat kekurangan.

B. Profil Singkat BIMTA Sahabat Cilincing

Bimbingan Belajar & Taman Pendidikan Al-Quran (BIMTA) Sahabat

Cilincing adalah suatu yayasan yang bergerak di bidang sosial yang berfokus pada

kehidupan dan pendidikan anak-anak yang kurang mampu di wilayah Cilincing,

Jakarta Utara. Yayasan ini didirikan pada tanggal 17 Oktober 2010 dengan visi

“Menghidupkan Ummat dari Segala Dimensi”. Yayasan ini beralamat di Jalan Raya

Cacing Pos 3 Kampung Sawah Blok F No. 59, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan

Cilincing, Jakarta Utara. Jumlah santri sampai saat ini adalah 350 anak. Jumlah guru

adalah 12 orang. Aktivitas kelas berlangsung setiap Senin sampai dengan Jumat

kecuali Kamis. Kegiatan belajar dan mengaji dibagi menjadi dua sesi, yaitu sore dari

pukul 16.00 s.d. 17.30 WIB dan malam dari pukul 18.30 s.d. 20.00 WIB. Sabtu

digunakan untuk muraja’ah atau mengulang hafalan dan Ahad digunakan untuk

kegiatan bakti sosial. Bakti sosial biasanya diadakan sebulan sekali.

BIMTA Sahabat Cilincing tidak hanya bergerak di bidang pengajaran dan

pemberantasan buta huruf Al-Quran, namun juga melanjutkan pendidikan santri-santri

yang putus sekolah dari SD hingga SMP ke sekolah-sekolah umum, termasuk

menyediakan beberapa perlengkapan sekolah seperti buku, tas, baju, serta beasiswa

prestasi tambahan kepada anak-anak unggulan. Selain itu jika ada beberapa santri

yang berasal dari keluarga dan lingkungan yang tidak kondusif, yayasan akan

Page 17: Kepemimpinan

14

mengirim mereka ke Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an dengan harapan mereka

mendapatkan lingkungan sosial dan keluarga yang lebih baik serta dapat

memperdalam ilmu agama sehingga kelak ketika mereka lulus, mereka dapat

bermanfaat bagi lingkungan di Kampung Sawah.

Sampai dengan saat ini, BIMTA Sahabat Cilincing juga rutin memberikan

santunan baik berupa makanan ringan maupun sembako seperti beras, minyak, gula,

mi instan, susu kepada seluruh santri. Di luar kegiatan rutin belajar mengajar di TPA

serta santunan, setiap akhir semester yayasan melakukan rihlah dan dauroh untuk

anak-anak secara cuma-cuma. Setiap tahun yayasan juga melakukan pemotongan

hewan kurban yang berasal dari para donatur, melakukan khitanan massal, dan turut

serta membantu warga untuk melakukan kegiatan evakuasi banjir, trauma healing

serta pengobatan gratis.

C. Profil Singkat Rina Sucipto sebagai Pemimpin BIMTA Sahabat Cilincing

Rina Sucipto adalah seorang ibu rumah tangga yang sederhana. Beliau melihat

kondisi anak-anak di Cilincing yang kurang mendapatkan bimbingan yang baik dalam

keluarganya. Beberapa dari anak-anak tersebut ada yang menjadi pemulung dan putus

sekolah karena kerasnya kehidupan di daerah Cilincing. Dengan kepedulian dan rasa

tanggung jawab Ibu Rina mendirikan Yayasan BIMTA Sahabat Cilincing pada tahun

2010 sebagai wadah bagi anak-anak yang membutuhkan pendidikan dan bimbingan.

Beliau kerap mengunjungi dan mendengarkan keluhan-keluhan anak didiknya jika

terjadi suatu masalah.

Ketika menjalankan program dan kegiatan belajar mengajar kadang kala

terjadi permasalahan, baik dari anak didik maupun anggota pengurus yayasan.

Page 18: Kepemimpinan

15

Permasalahan yang kadang timbul adalah mengenai pekerjaan dari salah seorang

pengurus karena pelanggaran dan sikap meremehkan pekerjaannya. Namun Ibu Rina

menghadapi permasalahan tersebut dengan mengedepankan prinsip musyawarah

sehingga keputusan yang diambil dapat diterima dan dilaksanakan semua pihak.

Selain itu Ibu Rina juga menjaga komunikasi yang baik dengan rekan-rekan di

komunitasnya, donatur, maupun masyarakat di sekitar Cilincing. Ibu Rina selalu

optimis dan menyerahkan semua permasalahan yang terjadi kepada Tuhan.

Dalam mengambil keputusan, Ibu Rina tidak bersifat otoriter dan mengajak

seluruh pengurus yayasan untuk bertukar pikiran serta mengutamakan prinsip

musyawarah untuk mufakat. Hal tersebut akan memupuk jiwa kepemimpinan dalam

diri setiap pengurus untuk regenerasi pemimpin masa depan. Ibu Rina

mendelegasikan wewenangnya kepada para pengurus dalam menjalankan proses

pembelajaran. Jika terjadi masalah, pengajar dan pengurus akan menanganinya

terlebih dahulu. Namun jika pengurus tidak mampu, Ibu Rina akan turun untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Jika menghadapi anak santri, Ibu Rina melakukan

pendekatan dengan berbicara dan memberikan hadiah atau bingkisan kepada mereka.

Sehingga Ibu Rina mengetahui sumber masalahnya dan memperoleh solusi yang tepat

Page 19: Kepemimpinan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini akan dipaparkan hasil pembahasan yang terbagi dalam empat

bagian berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu self awareness,

communication style, managing stress, problem solving, dan empathy.

A. Kesadaraan Diri (Self Awareness)

Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki karakteristik self awareness.

Menurut Basalamah (dalam Dubrin, Dalghish, dan Miller, 2006) self awareness dapat

dimiliki sejak awal oleh pemimpin atau merupakan bagian dari pengembangan

diri/leadership development. Self awareness dapat diartikan sebagai keadaan dimana

seseorang bisa memahami dirinya sendiri dengan setepat-tepatnya. Seseorang disebut

memiliki kesadaran diri jika ia memahami emosi yang sedang dirasakan, kritis

terhadap informasi mengenai dirinya sendiri, dan sadar tentang dirinya secara nyata.

Daniel Goleman (1997) menyatakan bahwa kesadaran diri merupakan bagian dari

kecerdasan emosional (emotional intelligence).

Machiavelli (dalam de Janasz, Dowd, dan Schneider, 2002) mengemukakan

bahwa jika seseorang berusaha memimpin tanpa memahami dirinya sendiri adalah

sangat berisiko dan akan menimbulkan bencana atau permasalahan. Berbagai manfaat

dari memahami diri sendiri yaitu:

a. Memahami diri kita dalam berhubungan dengan orang lain.

b. Mengembangkan dan mengimplementasikan kemampuan diri.

16

Page 20: Kepemimpinan

17

c. Menetapkan pilihan hidup dan karier yang akan dicapai.

d. Mengembangkan hubungan kerja dengan orang lain.

e. Meningkatkan kemampuan peran dalam organisasi, lingkungan, dan keluarga.

f. Mengetahui kelemahan dan kekuatan dalam diri.

g. Mengurangi tingkat stress yang dialami.

Ibu Rina sebagai seorang pemimpin dalam komunitas Bimta “Sahabat”

Cilincing memahami bahwa permasalahan sosial yang terjadi di wiayah Cilincing

bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Beliau bersama dengan komunitasnya

merasa bertanggung jawab untuk membuka pandangan yang lebih luas bagi anak-

anak di wilayah tersebut sehingga mereka dapat memiliki masa depan yang lebih

baik.

Ibu Rina memiliki self awareness yang baik. Beliau selalu mempertimbangkan

pandangan orang lain sebelum memberikan pendapatnya. Ibu Rina dapat dengan

mudah membuat orang lain terbuka dengannya, misalnya ketika terjadi masalah

dengan anak-anak didiknya beliau akan mengunjungi anak tersebut dan berbicara dari

hati ke hati baik dengan anak tersebut dan orang tuanya. Beliau ikut merasakan

penderitaan yang dialami oleh anak-anak tersebut meskipun tidak mengalami sendiri.

Meskipun beliau tinggal di daerah dengan lingkungan yang cukup baik dan

berkecukupan, bersama komunitasnya mereka ikut merasakan kesusahan anak-anak di

Cilincing sehingga mereka membentuk komunitas tersebut.

Meskipun banyak permasalahan yang dihadapi dan kecenderungan stress

sangat tinggi, beliau dapat mengatasi hal tersebut. Cara yang ditempuh yaitu dengan

berserah diri kepada Tuhan dan senantiasa berdoa. Ibu Rina senantiasa mendorong

Page 21: Kepemimpinan

18

anggota tim untuk memberikan masukan atau umpan balik atas segala keputusan yang

diambil. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan berdasarkan musyawarah,

dimana setiap pengurus diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat. Prinsip

beliau adalah kita harus bertanggung jawab, bertanggung jawab atas setiap keputusan

yang telah diambil.

B. Gaya Komunikasi (Communication Style)

Komunikasi merupakan karakter yang sangat penting bagi seorang pemimpin.

Komunikasi yang efektif bermanfaat bagi pemimpin untuk mempengaruhi

pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan yang hendak dicapai. Ibu Rina memiliki

gaya komunikasi yang baik bagi komunitasnya. Beliau terus dapat menjaga

konsistensi anggota komunitasnya untuk terus semangat medidik anak-anak di

Cilincing. Meskipun para pengajar tidak mendapatkan bayaran, mereka tetap

bersemangat untuk mengajar karena ibu Rina senantiasa melakukan komunikasi

dengan efektif.

Menurut Basalamah (2004) komunikasi adalah proses dimana komunikator

mengirim atau mentransmisikan sesuatu kepada komunikan dengan media tertentu.

Selanjutnya seorang pemimpin yang baik harus memiliki gaya komunikasi. Gaya

komunikasi sangat berpengaruh dalam keberhasilan pesan yang akan disampaikan.

Berdasarkan teori, Ibu Rina memiliki gaya komunikasi candidate yaitu cenderung

analitis dan gemar berbicara tetapi hangat dalam pembicaraan dan suportif, biasanya

mendasarkan pembicaraan pada tersedianya informasi dengan cara yang sangat

menyenangkan. Selain itu beliau menggunakan jalur informal dengan pola kesegala

Page 22: Kepemimpinan

19

arah untuk berkomunikasi, misalnya menggunakan Whatsapp. Setiap anggota dapat

berkomunikasi langsung dengan beliau sehingga jika terdapat permasalahan yang

harus segera diselesaikan dapat diputuskan dengan cepat dan tepat.

Gaya Komunikasi ibu Rina yang efektif sangat bermanfaat yaitu:

a. Mengarahkan dan mengendalikan perilaku pengurus Bimta “Sahabat” Cilincing

serta anak didik agar berprilaku sesuai dengan tujuan.

b. Untuk membina hubungan antar individu atau untuk melakukan interaksi sosial

dengan lingkungan sekitar cilincing.

c. Untuk memotivasi para pengikut agar senantiasa istiqomah dalam jalan kebaikan.

d. Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

e. Untuk memberi inspirasi, dukungan, dan membangun kepercayaan dengan

pengurus, anak didik, lingkungan sekitar, serta para donatur.

C. Pengelolaan Stress (Managing Stress)

Dalam mengelola yayasannya, Ibu Rina selaku pimpinan seringkali

menghadapi permasalahan yang dapat menimbulkan stress. Stress menurut McGrath

dalam Weinberg dan Gould (2003) dalam Sukadiyanto (2010), stress didefinisikan

sebagai “a substantial imbalance between demand (physical and/or psychological)

and response capability, under conditions where failure to meet that demand has

importance consequences”.

Berdasarkan hasil wawancara, hal yang dapat menimbulkan masalah adalah

terkait pekerjaan yang harus dilakukan seseorang. Masalah terkait pekerjaan ini antara

lain karena adanya pelanggaran yang dilakukan pengurus dan sikap terlalu

Page 23: Kepemimpinan

20

meremehkan pekerjaan yang dimiliki oleh pengurus. Menurut Ibu Rina, sikap terlalu

meremehkan ini dapat mengakibatkan hal yang berdampak besar karena sumber

masalah terlalu dianggap kecil oleh pengurus.

Jika dibandingkan dengan definisi yang telah diuraikan, masalah tersebut

dapat menimbukan stress sesuai definisi tersebut. Pelanggaran dan sikap meremehkan

dari salah satu pengurus menimbulkan ketidakseimbangan antara keinginan ibu Rina

yang disiplin dan tidak suka meremehkan dengan kondisi yang tidak dapat memenuhi

keinginan (demand) ibu Rina.

Dalam menghadapi masalah ini, ibu Rina akan bersikap optimis. Sebagai

seorang yang religius, ibu Rina bersikap tawakal kepada Allah dan menyerahkan

semua masalah kepada Allah sebagai Tuhan. Dengan begitu, strategi yang dilakukan

ibu Rina dalam mengurangi stress adalah dengan menerapkan ajaran agama yaitu

dengan berdoa. Strategi ini termasuk salah satu strategi untuk mengurangi stress yaitu

menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, mencari dukungan sosial, mengatur waktu

dengan baik agar tidak menimbulkan overload, dan berolahraga, diet, serta tidur

secara memadai.

Selain hal tersebut, saat ibu Rina mencapai titik jenuh, hal yang dilakukan ibu

Rina adalah dengan mengingat kembali tatapan anak santrinya dan bagaimana nasib

santrinya ke depan sehingga hati Ibu Rina tergugah untuk kembali berkecimpung

dalam komunitas ini.

Page 24: Kepemimpinan

21

D. Penyelesaian Masalah (Problem Solving)

Yayasan Bimta Sahabat Cilincing merupakan suatu komunitas yang banyak

melibatkan berbagai pihak sehingga konflik tidak dapat dihindari. Tidak semua pihak

memiliki pikiran dan perasaan yang sejalan dengan Ibu Rina selaku pimpinan. Untuk

itu, sebagai pimpinan, ibu Rina memiliki peran dalam mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah (problem solving).

Cara Ibu Rina untuk meningkatkan kualitas keputusan adalah dengan

mengutamakan keputusan bersama dengan musyawarah untuk mufakat. Dalam

pengambilan keputusan, ibu Rina tidak mau bersifat otoriter dan mengajak para

pengurus dan pihak terkait untuk membahas bersama agar didapatkan keputusan yang

diharapkan adil dan tidak merugikan salah satu pihak.

Cara pengambilan keputusan dengan musyawarah dan melibatkan pengurus

lainnya merupakan salah satu cara Ibu Rina untuk memupuk jiwa kepemimpinan di

dalam diri pengurus sehingga akan memudahkan jika terjadi regenerasi

kepemimpinan di masa yang akan datang.

Karena cara pengambilan keputusan adalah dengan musyawarah mufakat,

maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

adalah pengaruh kelompok dalam pengambilan keputusan. Hal ini berarti digunakan

pengambilan keputusan oleh kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan gaya pengambilan keputusan

ibu Rina sebagai pemimpin adalah gaya konseptual. Gaya konseptual merupakan

salah satu dari 4 jenis gaya pengambilan keputusan menurut Greenberg dan Baron

Page 25: Kepemimpinan

22

(dalam Basalamah, 2009). Gaya konseptual adalah gaya yang cenderung untuk

berorientasi sosial, humanis, dan artistik serta mempertimbangkan berbagai alternatif ,

berorientasi masa depan, dan menyukai ide baru. Hal ini tercermin dengan seringnya

ibu Rina mengambil keputusan terkait sisi sosial, humanis, dan orientasi masa depan

misalnya dengan segera mengambil keputusan untuk menolong orang lain demi

kepentingan masa depan orang tersebut. Contoh terkait menyukai ide baru adalah

dengan menerima ide untuk mendaftarkan yayasannya untuk mendapatkan

pengesahan dari negara.

Dalam menjalankan kepengurusannya sehari-hari telah dibentuk struktur

organisasi yang menunjukkan adanya pendelegasian wewenang. Dengan begitu, dari

berbagai masalah yang muncul diharapakan dapat diatasi terlebih dahulu oleh

pengajar dan pengurus yang berwenang. Namun, jika masalah tersebut tidak dapat

diselesaikan oleh mereka, Ibu Rina baru turun tangan untuk mencoba

menyelesaikannya.

Seringnya, dalam mengatasi permasalahan yang muncul yang berasal dari

pengurus atau santri atau pihak lain, Ibu Rina dan yayasan melakukan pendekatan dari

hati ke hati. Misalnya ketika menghadapi anak santri yang bermasalah, pengurus atau

Ibu Rina sendiri melakukan pendekatan kepada anak santri tersebut dengan cara

mengajak makan lalu berbicara dari hati ke hati sehingga diharapkan Ibu Rina atau

pengurus dapat mengetahui sumber masalah dan dapat memperoleh solusi yang tepat.

Selain itu, untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar, pihak yayasan

sering memberi santunan berupa parcel, hadiah, dan mengajak makan bersama dengan

Page 26: Kepemimpinan

23

penduduk di lingkungan sekitar yang umumnya merupakan pemulung setiap hari

Jumat sehingga jarang timbul konflik dengan lingkungan sekitar.

Jika pada akhirnya muncul konflik dengan lingkungan sekitar, Ibu Rina dan

Pengurus akan menghadapinya dengan tetap bersikap baik pada mereka. Ibu Rina dan

pengurus meyakini bahwa kita harus tetap bersikap baik pada pihak yang tidak baik

pada kita. Dengan begitu diharapkan tidak akan muncul konflik baru bahkan

diharapkan pihak yang tidak baik tersebut dapat merubah sikapnya menjadi baik

terhadap Ibu Rina dan yayasan. Contoh lainnya jika terdapat konflik dengan salah

satu pengurus, Ibu Rina akan melakukan pendekatan pada pengurus tersebut dan tetap

menunjukkan sikap yang baik. Jika pengurus tersebut tetap bersikeras dengan

pendiriannya, secara perlahan biasanya yang bersangkutan akan keluar sendiri dari

komunitas. Berdasarkan hasil wawancara, sampai saat ini sudah dua orang yang

keluar dari yayasan akibat konflik yang ada.

E. Sikap Empati (Empathy)

Salah satu personal character yang juga dimiliki ibu Rina adalah empati

khususnya empati kepada bawahan. Sebagaimana yang tercantum dalam pengertian

Kadir (2010), Ibu Rina memperlakukan orang dalam organisasi secara setara dan

tidak menindas ke bawah. Jika terdapat pengurus yang bermasalah, Ibu Rina tidak

menyelesaikan permasalahan dengan jalan kekerasan tetapi dengan pendekatan dari

hati ke hati. Dengan begitu dapat disimpulkan Ibu Rina memperlakukan pengurusnya

dengan rasa empati dan melakukan pendekatan dengan ingin merasakan apa yang

pengurus rasakan. Sebagaimana teori menurut Peter Solve sebagaimana yang dikutip

Page 27: Kepemimpinan

24

Daniel Goleman (1997) bahwa Empati adalah kesadaran akan perasaan, kepentingan,

dan keprihatinan orang, proses pendekatan kepada bawahan yang Ibu Rina lakukan

merupakan perwujudan dari kesadaran akan perasaan kepentingan, dan keprihatinan

orang. Ibu Rina menyadari perasaan pengurus sehingga melakukan pendekatan

dengan bawahan untuk mengetahui permasalahan dan ingin merasakan keprihatinan

yang dialami pengurus.

Menurut Deepak Sethi dalam Kadir (2010) dijelaskan agar pemimpin

berempati terhadap bawahannya secara tulus. Ibu Rina bersikap tulus dalam

berinteraksi dengan bawahannya. Sebagai contoh dalam menghadapi pengurus yang

bermasalah, Ibu Rina akan melakukan pendekatan kepada pengurus tersebut. Namun

bila pengurus tersebut tidak mengikuti apa yang dikatakan Ibu Rina dan bahkan

mundur dari kepengurusan, Ibu Rina tidak memaksa pengurus tersebut. Hal itu

dijalankan Ibu Rina dengan tulus.

Bentuk empati yang dijalankan Ibu Rina:

a. understanding others, Ibu Rina selalu berusaha memahami pengurus bahkan

kepada santri-santrinya dengan melakukan pendekatan dari hati ke hati.

b. developing others. Hal ini dijalankan Ibu Rina dengan melibatkan seluruh

pengurusnya dalam pengambilan keputusan. Pelibatan pengurus ini ditujukan

untuk mengembangkan kemampuan pengurus agar dapat terjadi regenerasi

pemimpin untuk masa depan.

c. customer service. Sifat ini tercermin pada latar belakang pembentukan Bimta

Sahabat Cilincing. Ibu Rina ingin memberikan pelayanan kepada anak-anak di

Page 28: Kepemimpinan

25

Cilincing yang sangat membutuhkan ilmu agama dan Ibu Rina beserta

pengurusnya berusaha memenuhi hal tersebut.

d. menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam

orang. Ibu Rina menciptakan kesempatan kepada pengurusnya dengan menjalin

kerja sama dengan pihak lain misal dalam acara bakti sosial, penerimaan donasi,

dan lain-lain.

e. membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok

melalui rapat yang diadakan bersama pengurus.

F. Hal Yang Dapat Dipelajari (Lesson Learned)

Berdasarkan cerita kepemimpinan yang dimiliki Ibu Rina sebagai pimpinan

komunitas Bimta Sahabat Cilincing, hal yang dapat kita petik sebagai pelajaran

adalah:

a. Memiliki self awareness yang baik. Dengan memahami diri sendiri terlebih

dahulu maka kita akan memiliki tingkat pengendalian diri dimasa depan dari pada

bereaksi secara berlebihan. Self awareness akan mendorong tim menjadi semakin

solid, karena setiap individu didalamnya memahami apa yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya.

b. Gaya komunikasi efektif sangat penting untuk meyakinkan bahwa pesan yang

ingin disampaikan dapat dimengerti oleh pengikut, sehingga tujuan yag hendak

dicapai senantiasa terjaga.

c. Bersikap optimis. Atas permasalahan yang ada, kita perlu menghadapinya dengan

optimis. Dengan begitu, stress akan berkurang atau hilang karena kita yakin

Page 29: Kepemimpinan

26

bahwa akan selalu ada solusi atas permasalahan yang ada. Selain itu dengan

meyakini adanya Tuhan dan bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak

dapat ditanggung hambaNya, kita dapat bersikap tawakal dan memasrahkan

masalah kita pada Tuhan dengan tetap berusaha semampu kita. Hal ini

diharapkan dapat menghindari atau mengurangi stress yang mucul akibat masalah

yang muncul.

d. Berjiwa sosial. Sifat ini merupakan sikap yang baik sehingga mendorong kita

untuk ingin bermanfaat bagi orang lain sehingga memotivasi kita untuk aktif

dalam komunitas yang baik.

e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat. Cara pengambilan

keputusan ini sesuai dengan dasar rakyat Indonesia berdasarkan Pancasila.

Pengambilan keputusan secara bersama ini menimbulkan rasa saling memiliki

atas komunitas dan menyiapkan regenarasi pemimpin baru di masa yang akan

datang.

f. Menjadi contoh yang baik atau teladan. Dengan memberi contoh yang baik dan

tetap berbuat baik pada pihak yang berseberangan dengan kita diharapkan dapat

menyelesakan konflik tanpa menimbulkan permasalahan baru.

Page 30: Kepemimpinan

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, personal characters Ibu Rina dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ibu Rina memiliki self awareness yang tinggi terlihat dari kepeduliannya

terhadap lingkungan sekitar.

2. Ibu Rina memiliki gaya komunikasi tipe candidate dengan menggunakan jalur

informal dan pola komunikasi ke segala arah.

3. Ibu Rina mampu mengelola stres yang dihadapi dengan bersikap optimis dan

menerapkan ajaran agama.

4. Ibu Rina memiliki gaya konseptual dalam pengambilan keputusan sehingga dapat

menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan mengutamakan

musyawarah untuk mufakat.

5. Ibu Rina memiliki sikap empati yang tinggi dengan cara understanding others,

developing others, customer service, menciptakan kesempatan, dan membaca

hubungan interpersonal dalam komunitas.

27

Page 31: Kepemimpinan

DAFTAR PUSTAKA

Basalamah, Anies S.M. 2004. Perilaku Organisasi. Depok: Penerbit Usaha Kami.

--------------.2009. Modul Kepemimpinan. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Goelman, Daniel. 1997. Emotional Intelgence (Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Greenberg, Jerald dan Baron, Robert. 2008. Behavior in Organizations. Edisi ke-9. India: Pearson Prentice Hall.

Kadir, Abdul Rahman. 2001. Karakter Kepemimpinan Nasional ( Seri : Pendidikan Politik Rakyat ). di Scribd.com/mobile/doc/70400211 (diakses 29 Oktober 2015).

Rahmat. 2013. Manajemen Strategic. Bandung : Pustaka Setia.

Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menguranginya. Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Tahun XXIX, No.1.

Whetten, David A., dan Kim S Cameron. 2011. Developing Management Skills, Eighth edition. New Jersey: Prentice Hall.

28