KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

66
KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN KONSUMSI AIR SUMUR DAN AIR MINERAL PADA MASYARAKAT DI DESA PA’LALAKKANG KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi A. DEWI PERMATASARI J111 10 270 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2013

Transcript of KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Page 1: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN KONSUMSI AIR

SUMUR DAN AIR MINERAL PADA MASYARAKAT DI DESA

PA’LALAKKANG KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

A. DEWI PERMATASARI

J111 10 270

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2013

Page 2: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN KONSUMSI AIR

SUMUR DAN AIR MINERAL PADA MASYARAKAT DI DESA

PA’LALAKKANG KECEMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

A. DEWI PERMATASARI

J111 10 270

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2013

Page 3: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Keparahan Karies Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Air Sumur dan

Air Mineral Pada Masyarakat Di Desa Pa’Lalakkang Kecematan

Galesong Kabupaten Takalar

Oleh : A. Dewi Permatasari / J 111 10 270

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal 29 Oktober 2013

Oleh :

Pembimbing

Dr. drg. Muhammad Ilyas, M.Kes

NIP. 19631005 199112 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H. Mansjur Nasir,Ph.D

NIP. 19540625 198403 1 001

Page 4: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat,

rahmat, hidayah dan kemudahan yang diberikanNya sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keparahan Karies

Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Air Sumur dan Air Mineral Pada

Masyarakat Di Desa Pa’Lalakkang Kecematan Galesong Kabupaten

Takalar”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas kedokteran Gigi

Universitas Hsanuddin.

Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan, dukungan, doa dan

bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat meyelesaikan skripsi

ini tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimah kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, khususnya

kepada :

1. Dr. drg. Muhammad Ilyas, M.Kes. selaku pembimbing skripsi

sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin,

yang ditengah kesibukan beliau, beliau masih dapat meluangkan

waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini sehingga dapat

selesai tepat pada waktunya. Terimah kasih atas segala bantuannya

Page 5: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

semoga Tuhan tetep memberikan rahmat-Nya kepada prof dan

keluarga.

2. drg. Elizabeth Mailoa, SKG. Selaku penasehat akademik yang

senantiasa memberikan dukungan, motivasi dan arahan kepada

penulis, sehingga jenjang perkulihan penulis dapat diselesaikan

dengan baik.

3. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Drs. H. A. Bachtiar Syam dan

Hj. A. Wani yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, doa,

dukungan, semangat dan materi kepada penulis serta senantiasa

selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk penulis. Semoga

mereka dipanjangkan umurnya diberi kesehatan terus-menerus dan

selalu dalam lindunganNya.

4. Kepada kakak-kakakku tersayang A. Rahmawaty dan A. Muh.

Natsir, SH, serta kakak ipar ku A. Usmar Ismail. Terima kasih atas

semua kasih sayang, materi dan dukungan moril selama ini.

5. Kepada Muh. Fahmi Mirza Barata yang selalu ada membantu penulis

selama ini. Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, dorongan

dan bantuan yang tiada hentinya diberikan selama penulisan skripsi

ini.

6. Kepada teman-teman terdekat penulis Resty Amalia, Wanty Fajriani,

Ayu Sabrini, Dila Nahrifa, Maknunah, Ridhayani, Kiki Chandra

Sari, Ayu Saraswati, Ardila dan Murni T. Terima kasih telah menjadi

setia selama ini.

Page 6: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

7. Kepada teman-teman skripsi bagian IKGM Syarifah Fitria, Muh.

Thalib, Riskayanti, Nurul Fitriani, Ady Multazam, dan Hamdani.

Terima kasih atas dukungan dan batuan selama ini.

8. Kepada teman-teman ATRISI 2010 FKG UNHAS yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala suka maupun

duka yang telah kita lewati bersama selama 3 tahun kebersamaan

semoga cita-cita kita semua tercapai dan menjadi orang hebat dimasa

depan.

9. Kepada semua dosen dan staf di FKG UNHAS yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua warisan ilmu,

dukungan serta bantuan yang diberikan selama ini kepada penulis.

10. Dan yang terkahir kepada semua pihak baik yang secara langsung

maupun yang tidak langsung memberikan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain mendoakan semoga

bantuan berbagai pihak kepada penulis diberi balasan oleh Allah SWT

dan selalu dalam lindunganNya. Akhirnya dengan segenap kerendahan

hati, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita smeua.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, tetapi penulis berharap skripsi

ini dpat memberikan andil dalam perkembangan ilmu.

Page 7: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Makassar, Oktober 2013

Penulis

Page 8: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

ABSTRAK

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin

dengan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tubuh mengandung 70% air (kira-kira 55-60 liter air). Tujuan umum yaitu untuk mengetahui perbedaan antara kebiasaan mengkonsumsi air sumur dan air mineral terhadap status karies. Tujuan khusus yaitu untuk mengetahui kebiasaan mengkonsumsi air sumur dan air mineral masyarakat di Desa Pa’Lalakkang, untuk mengetahui status karies pada masyarakat di Desa Pa’Lalakkang, dan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut berhubungan dengan karies dan kebiasaan mengkonsumsi air sumur dan air mineral. Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik dengan rancangan penelitian Cross-sectional dan dengan metode Simple Random Sampling. Subyek penelitian adalah masyarakat Desa Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong Kab. Takalar. Subyek penelitian sebanyak 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 30 orang yang mengkonsumsi air sumur dan 30 orang yang mengkonsumsi air mineral. Setiap sampel dilakukan pengukuran status karies gigi dengan indeks DMF-T. Data dianalisis dengan Uji t Independent dan membuat uraian secara sistematik mengenai keadaan dari hasil penelitian untuk mengetahui keparahan karies gigi antar yang mengkonsumsi air sumur dan air mineral. Hasil uji statistik dengan Uji t Independent menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata DMF-T pada kelompok yang mengkonsumsi air sumur dan kelompok yang mengkonsumsi air mineral, dimana status karies gigi masyarakat yang mengkonsumsi air mineral lebih baik dari pada masyarakat yang mengkonsumsi air sumur. Kata Kunci: Karies gigi, air sumur dan air mineral

Page 9: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

ABSTRACT

Caries is a disease of dental hard tissue, ie email, dentin with cementum, which is caused by the activity of a microorganism in a carbohydrate that can be fermented. Body containing 70 % water (about 55-60 liters of water). The general objective is to determine the difference between the habit of consuming well water and mineral water on caries status. The specific objective is to determine the eating habits of well water and mineral water in the village community Pa’Lalakkang, to know the status of caries in the community in the cillage Pa’Lalakkang, and to find out people’s knowledge about oral health and caries related to well water consumption habits and mineral water. The study was observational Analytics with Cross – sectional study design and the methods of Simple Random Sampling. Subjects were villagers Pa’Lalakkang Galesong District district. Takalar. Study subjects were 60 people. Divided into 2 groups: 30 people who consumed well water and 30 people who consume mineral water. Each sample was measured with the dental caries status DMF – T index. Data were analyzed by t-test Independent and makes systematic description of the state of the research to determine the severity of dental caries among which consume well water and mineral water. Statistical test result with Independent t test showed a significant difference between the mean DMF - T in the group who consumed well water and those who consume mineral water, dental caries status where people consume mineral water is better than people who consume well water. Keywords: Dental caries, water wells and water mineral

Page 10: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

DARTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUHAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Tujuan penelitian .................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................... 4

1.4 Hipotesis ................................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

2.1. Air .......................................................................................... 7

2.1.2 Air .................................................................................. 7

2.1.3 Pengertian Air Sumur .................................................... 9

2.1.4 Pengertian Air Mineral ................................................... 10

2.2 Karies ..................................................................................... 12

2.2.1 Pengertian Karies Gigi .................................................. 12

Page 11: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2.2 Mekanisme Penyakit Karies ......................................... 13

2.2.3 Patofisiologi Karies ........................................................ 14

2.2.4 Tingkat Keparahan Karies ............................................. 17

2.2.5 Faktor Resiko Terjadinya Karies ................................... 19

2.2.5.1 Pengalaman Karies ........................................... 19

2.2.5.2 Penggunaan Fluor ............................................. 19

2.2.5.3 Oral hygiene ...................................................... 20

2.2.5.4 Jumlah Bakteri ................................................... 21

2.2.5.5 Saliva ................................................................. 21

2.2.5.6 Pola Makan ........................................................ 22

2.2.5.7 Umur .................................................................. 23

2.2.5.8 Jenis Kelamin .................................................... 23

2.2.5.9 Sosial Ekonomi .................................................. 24

2.3 Etiologi Kries Gigi .................................................................. 24

2.3.1 Plak ............................................................................... 25

2.3.2 Bakteri ............................................................................. 26

2.3.3 Host ............................................................................... 27

2.3.4 Waktu ........................................................................... 28

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................ 30

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 31

4.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 31

4.2 Rancangan Penelitian ............................................................ 31

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 31

Page 12: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

4.5 Populasi dan Sampel .............................................................. 31

4.6 Metode Sampling ................................................................... 31

4.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................... 32

4.8 Alat dan Bahan ....................................................................... 32

4.9 Defenisi Oprasional ................................................................ 33

4.10 Kriteria Penelitian ................................................................. 33

4.11 Data ....................................................................................... 34

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................... 26

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 43

BAB VII PENUTUP ................................................................................. 49

7.1 Kesimpulan ............................................................................. 49

7.2 Saran ...................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50

LAMPIRAN

Page 13: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia ............ 36

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia ......................................... 37

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan pendidikan ............................... 37

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan ................................ 38

Tabel 5.5 Rata-rata keparahan karies berdasarkan jenis kelamin di Desa

Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................... 38

Tabel 5.6 Rata-rata keparahan karies berdasarkan usia di Desa

Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ........................ 39

Tabel 5.7 Rata-rata keparahan karies berdasarkan pendidikan di Desa

Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................... 40

Tabel 5.8 Rata-rata keparahan karies berdasarkan pekerjaan di Desa

Pa’Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ......................... 41

Tabel 5.9 Distribusi keparahan karies gigi berdasarkan air yang di konsusmsi

................................................................................................................. 41

Tabel 5.10 Perbedaan keparahan karies berdasarkan konsumsi air sumur

dengan air mineral ................................................................................... 42

Page 14: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian

2. Surat Penugasan Penelitian

3. Kusioner Penelitian

4. Tabel Hasil Penelitian

5. Hasil SPSS

Page 15: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995),

penyakit karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

penduduk Indonesia yang mempunyai sifat ‘progresif’ bila tidak

dirawat/diobati akan makin parah, dan bersifat ‘irreversibel’ yaitu jaringan

yang rusak tidak dapat utuh kembali.1

Sampai saat ini karies gigi merupakan permasalahan yang belum bisa

diatasi secara tuntas, terutama pada orang dewasa. Penyakit ini dapat

mempengaruhi fungsi secara keseluruhan baik masa kanak-kanak maupun

dewasa, sehingga karies gigi masih merupakan masalah yang menarik untuk

diteliti karena prevalensi karies gigi masyarakat di Indonesia masih tinggi.2

Di Indonesia sendiri insiden karies dari tahun ke tahun semakin

meningkat, bahkan termasuk dalam 10 besar penyakit utama. Walaupun

upaya pencegahan menanggulangi penyakit ini sudah digalakkan, tetapi

rupanya belum menampakkan hasil yang nyata. Masih jauh dari program dan

rencana kerja yang dibuat oleh WHO yang pada umumnya berharap agar

menjelang millenium ke-3 prevalensi karies gigi serta penyakit mulut dapat

menurun.3

Page 16: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin

dangan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam

suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.

Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran

infeksinya kejaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun

demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang

sangat dini penyakit dapat dihentikan.3

Walaupun penurunan prevalensi karies gigi telah teramati di beberapa

negara, juga terdapat distribusi acak pada karies gigi yang rentang usianya

12 tahun. Faktanya sebagian individu yang berusia 12 tahun memiliki DMFT

yang tinggi dan sangat tinggi sementara individu lain juga memiliki nilai

DMFT rendah ataupun bebas karies. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi

bagian dari populasi dengan nilai DMFT yang tinggi dan sangat tinggi, dan

untuk mendapatkan individu yang masih rentang terhadap karies, suatu

indeks baru yang disebut “Significant Caries Index (SiC)”, diperkenalkan oleh

Bratthall (2000) untuk mengalihkan perhatian pada individu dengan skor

karies tertinggi pada setiap populasi. Hal ini digambarkan dengan rerata nilai

karies dan DMFT dari sepertiga kelompok penelitian dengan skor karies

tertinggi. Indeks ini digunakan sebagai pelengkap nilai rata-rata DMFT.4,5

Tubuh mengandung 70% air (kira-kira 55-60 liter air). Berarti besarnya

peranan air bagi hidup kita minimal 70% dan akan bertambah besar seiring

Page 17: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

meningkatnya kebutuhan kebersihan lainnya. Umumnya dengan meminum

8-10 gelas air putih sehari dapat memenuhi kebutuhan.6

Dari teori inilah, dapat disimpulkan bahwa air sangat memegang peranan

penting dalam kehidupan, utamanya air minum yang merupakan konsumsi

sehari-hari bagi manusia. Air yang kita minum memilki kandungan organik

maupun anorganik, salah satu kandungan yang terkandung dalam air minum

adalah mineral.

Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

merupakan suatu daerah pesisir. Di desa ini, sebagian besar masyarakatnya

memanfaatkan air sumur sebagai sumber mata air, yaitu air minum bahkan

untuk mandi, mencuci. Tidak dipungkiri, di desa ini masih ada sebagian

anggota masyarakatnya yang memanfaatkan air mineral juga sebagai air

minum. Air sumur di Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar juga dikonsumsi sekitar 171 jiwa masyarakat dan yang

mengkonsumsi air mineral sekitar 95 jiwa. Berdasarkan informasi dari Kepala

Desa Pa’ Lalakkang Kabupaten Takalar, menyatakan bahwa sebagian besar

masyarakat menggunakan air sumur yang tidak berkaporit dan ada yang

tidak memasaknya untuk dikonsumsi sebagai kebutuhan sehari-hari.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis berinisiatif untuk meneliti

bagaimana perbedaan konsumsi air sumur dengan air mineral terhadap

status karies.

Page 18: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka dirumuskan maslah

apakah ada perbedaan antar kebiasaan konsumsi air sumur dengan air

mineral terhadap status karies?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan antara kebiasaan mengkonsumsi air sumur

dan air mineral terhadap status karies.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kebiasaan mengkonsumsi air sumur dan air

mineral masyarakat di Desa Pa’Lalakkang Kecematan Galesong Kab.

Takalar.

2. Untuk mengetahui status karies pada masyarakat di Desa

Pa’Lalakkang Kecematan Galesong Kab. Takalar

3. Untuk mengetahui pengetahuan pada masyarakat tentang kesehatan

gigi dan mulut berhubungan dengan karies dan kebiasaan

mengkonsumsi air sumur dan air mineral.

Page 19: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

1.4 HIPOTESIS

Ada perbedaan antara mengkonsumsi air sumur dengan air mineral

terhadap status karies pada masyarakat di Desa Pa’Lalakkang Kecematan

Galesong Kab. Takalar.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk mahasiswa :

a) Dapat digunakan oleh bidang penelitian dan pendidikan untuk

membantu penelitian lanjutan dan memperkembangkan ilmu

pengetahuan lainnya.

b) Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai kajian tulis

ilmiah yang dilakukan serta menimba pengalaman melakukan

penelitian.

2. Untuk instansi :

a) Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat

dalam menyusun perencanaan dan langkah strategis selanjutnya

untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi dan mulut masyarakat

yang sangat berkaitan dengan kualitas hidup dan kesehatan pada

umumnya.

Page 20: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

3. Untuk masyarakat :

Masyarakat dapat mengetahui jenis air minum yang dapat

mempengaruhi kesehatan tubuh pada umumnya dan kesehatan gigi

pada khusunya.

Page 21: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIR

2.1.2. Air

Air adalah senyawa yang paling berlimpah di dalam organisme hidup.

Titik beku, titik didih dan panas penggunaan air yang tinggi adalah akibat

gaya tarik intermolekuler yang kuat, dalam bentuk ikatan hydrogen di antara

molekul air yang berdekatan. Cairan air mempunyai susunan yang

kisarannya cukup pendek dan terdiri dari bongkah-bongkah berikatan

hydrogen yang waktu paruhnya sangat pendek.7

Air permukaan yaitu air yang terdiri atas air sungai, air danau, air

waduk, air saluran, mata air, air rawa dan air gua. Air merupakan salah satu

dari tiga medium fisik lingkungan hidup tempat terbesarnya bahan kimia.

Bahan-bahan kimia yang mudah larut dalam air (air merupakan suatu pelarut

yang baik) selalu berada dalam lingkungan berupa larutnya, oleh karena itu

di dalam air tidak ditemukan air murni. Bahan-bahan kimia yang larut dalam

air (senyawa organik dan anorganik) pada umumnya berupa larutan gas dan

ion-ionnya. Komposisi bahan kimia yang larut dalam air untuk setiap

daerah/tempat berbeda, bergantung pada kondisi tempat dan bergantung

pula pada suhu.6

Air memiliki fungsi sebagai berikut :6

a. Mengontrol suhu tubuh

Page 22: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

b. Faktor penting untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi kedalam tubuh

c. Detoksifikasi, membawa sisa-sisa pembakaran tubuh termasuk racun-

racun ke alatsekresi, sehingga metabolisme tubuh berjalan baik.

d. Fungsi lainnya bagi kesehatan adalah kulit menjadi lebih sehat,

membantu penurunan berat badan, mengurangi resiko serangan jantung,

membantu sendi dan otot menjadi rileks, melancarkan proses buang air

besar dan menambah energi serta kesegaran tubuh.

Akibat kekurangan air dalam tubuh adalah :6

a. Kita bahkan teracuni hingga mati oleh kotoran dalam tubuh kita sendiri.

b. Mengalami pandangan yang buram, rasa penat, mual, pusing saat

bangun tidur (hangover), lesu hingga sembelit.

c. Gangguan ginjal, gangguan fungsi liver dan inveksi air seni

d. Hipertensi, nyeri punggung, radang sendi, bengkak bernana, dan asma.

e. Penurunan 5% stok air dalam tubuh menyebabkan seseorang

kehilangan 30% energinya.

Ciri-ciri layak minum yaitu :6

a. Jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna

b. Suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas

c. Bebas unsur-unsur kimia yang berbahaya seperti Besi (Fe), Seng (Zn),

Raksa (Hg) dan Mangan (Mn)

d. Tidak mengandung unsur mikrobiologi yang menyebabkan seperti coli

tinja dan total coliformis.

Page 23: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.1.3. Pengertian Air Sumur

Air sumur atau sumur gali adalah salah satu jenis sarana air bersih

yang paling sederhana yang dibuat menggali tanah sampai pada kedalaman

lapisan air tanah pertama. (Djasio Sanropie, 2008)7

Pengertian lain mengatakan sumur gali adalah sarana air bersih yang

mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang ditanah

dengan menggunakan tanah sampai mendapatkan air. Lubang kemudian

diberi dinding, bibir dan lantai serta SPA-nya. (Dep-Kes, 1990)1

Di Indonesia sumur gali banyak dipergunakan terutama di pedesaan,

hal ini disebabkan karena mudah pembuatannya dan juga dapat terjangkau

dimasyarakat. Sumur gali ini pada umunya dibuat adalah untuk mengambil

air tanah bebas, oleh karena itu kuantitas air sumur gali ini dipengaruhi oleh

musim.6

Dari segi kesehatan sumur gali ini memang kurang baik bila

konstruksi, lokasi, penggunaan dan pemeliharaannya bila benar-benar tidak

diperhatakan.6

Pembangunan sumur gali adalah membuat konstruksinya sedemikian rupa

untuk menyediakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.6

Adapun persyaratan pembangunan sumur gali adalah sebagai berikut:6

- Lokasi

a. Jarak minimal 11 meter dari sumber pengotoran seperti jamban,

tempat pembuangan air kotor, lubang peresapan, tempat

Page 24: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat pembuangan

kotoran lainnya.

b. Pada tempat yang smiring misalnya pada lereng-lereng pegunungan,

letak sumur harus diatas sumber pengotoran.

c. Lokasi sumur harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya

mengandung air sepanjang musim.

d. Lokasi sumur diusahakan pada daerah yang bebas banjir.

Adapun cara pemeliharaan sumur gali adalah sebagai berikut:6

a. Lantai disekitar sumur gali harus selalu bersih

b. Lantai digosok / disikat secara berkala agar tidak licin

c. Timba dan tali selalu bersih dan tidak terkena kotoran

d. Jika terdapat banyak kotoran dan lumut pada dinding sumur dan air

sumur kelihatan kotor dan berbauh, maka dilakukan pemberian kaporit

sebagai desinfektan yang sering digunakan Kaporit dengan dosis 1

gram / 100 liter air.

2.1.4. Pengertian Air mineral

Air mineral adalah hal yang sama sekali berbeda. Di sini kata

“mineral” digunakan dalam referensi untuk zat padat yang dilarutkan didalam

air seperti yang diambil dari sumber alam seperti mata air.6

Zat-zat dilarutkan terjadi di air karena saat air di tanah itu melakukan

kontak dengan bahan mineral dan non-mineral. Untuk dijual sebagai “air

Page 25: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

mineral” cairan air, diambil dari sumber alami, dan mengandung setidaknya

250 bagian per juta total padatan yang terlarut yang terjadi secara alami di

dalam air.6

Air mineral alam yang ditemukan di banyak lokasi di seluruh dunia dan

sangat bervariasi dalam komposisi. Dalam beberapa kondisi bahan terlarut

dalam air akan dianggap sebagai “kotoran”. Dalam keadaan lain air tersebut

dijadikan kemasan dan dijual kepada orang yang percaya bahwa dilarutkan

“mineral” mungkin memberikan manfaat kesehatan. Contonhnya adalah air

kemasan seperti depot air minum yang kita ketahui bahwa rata-rata

masyarakat mengkonsumsi air tersebut.6

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada

konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya

adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan

selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan

campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air,

sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang

tidak tersaring pada proses sebelumnya (Athena, 2004).1

Page 26: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2 KARIES

2.2.1. Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,

dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya ialah dengan

adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan

kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks

sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu sampai rasa nyeri.8,12

Karies adalah hasil interaki dari bakteri di permukaan gigi, plak atau

biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat

defermentasi oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan

asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan

memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.11

Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan pembentukan plak

kariogenik pada permukaan gigi yang menyebabkan demineralisasi pada

gigi (demineralisasi email terjadi pada pH 5,5 atau lebih).11

Karies adalah penyakit menular mikrobiologis dari gigi yang

menghasilkan kerusakan lokal dan penghancuran jaringan kalsifikasi.

Penting untuk dipahami bahwa kavitas pada gigi (kerusakan permukaan

gigi sehingga terbentuk lubang) adalah tanda-tanda infeksi bakteri.13

Page 27: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2.2. Mekanisme Penyakit Karies

Beberapa jenis karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa apabila

dikonsumsi biasanya tersisa di permukaan gigi yang rentan. Sisa

makanan ini disebut plak yang nantinya akan difermentasi oleh bakteri

tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai

di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang

dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan

gigi, dan proses karies pun dimulai.8

Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu

lingkungan pH di bawah 5,5. pH berperan pada demineralisasi karena

pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini

akan merusak hidroksiapatit enamel gigi.11,15

Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari

hidrokiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) atau Fluorapatit (Ca10 (PO4)6 F2), kedua

unsur tersebut dalam suasana asam akan larut menjadi Ca2+, PO4-9 dan

F-, OH-Ion H+ akan bereaksi dengan gugus PO4-9, F- atau OH-

membentuk HSO4-, H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks

terbentuk CaHSO4 ; CaPO4 dan CaHPO4-. Kecepatan pelarutan enamel

dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu larut

dan kehadiran ion sejenis kalsium dan fosfat. Reaksi kimia pelepasan ion

kalsium dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam, yaitu pada

pH 4,5 sampai 6 merupakan reaksi orde nol.15

Page 28: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukan,

bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi laju

reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Reaksi kimia pelepasan

ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana ditunjukan dengan

persamaan reaksi sebagai berikut :

Ca10(PO4)6 F2 Ca10 (PO)6 F2 + 2n H+ - N Ca2+ + Ca10 – n H20 – 2n

(PO4)6 F2

Padat Terlarut Terlepas Padat

Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam struktur

gigi, dan demineralisasi enamel terjadi akibat lepasan ion kalsium dari

enamel gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi

penguraian. Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-

pori kecil atau porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak

ada. 15

Transfer ion secara terus-menerus terjadi antara plak dan email yang

berhadapan dengannya. Dekalsifikasi awal terjadi di subsurface dan

mungkin terjadi 1-2 tahun sebelum menjadi kavitas. Setelah terjadi

kavitas email yang dipengaruhi oleh bakteri streptokokus mutans, dentin

yang mendasari juga sudah terpengaruh oleh destruksi tersebut, dan

selanjutnya laktobasilus menjadi bakteri utama berikutnya.11

2.2.3. Patofisiologi Karies

Karies terjadi karena demineralisasi dan perusakan struktur gigi,

yang awalnya terjadi karena penurunan pH yang sangat cepat dan

terlokalisir pada permukaan plak gigi.8,10,14

Page 29: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Penurunan pH lokal muncul sebagai akibat dari metabolisme plak,

tetapi hanya kumpulan plak dengan konsentrasi tinggi streptococcus

mutans dan lactobacilli yang dapat menghasilkan pH rendah yang cukup

untuk menyebabkan demineralisasi gigi. Kandungan sukrosa pada plak

kariogenik menghasilkan proses metabolisme yang sangat cepat

terhadap nutrien manjadi asam organik. Asam organik (utamanya asam

laktat) diasosiakan terhadap penurunan pH. Satu kejadian penurunan pH

tidak cukup untuk menghasilkan perubahan yang signifikan pada

kandungan mineral permukaan gigi. Bagaimanapun juga, banyak

kejadian dari demineralisasi dalam jangka waktu yang lama (dengan

pnurunan pH) berujung pada periode waktu yang jauh lebih lama, yang

kemudian akan menghasilkan karakteristik awal karies (white spot).

Frekuensi pemaparan sukrosa adalah faktor penting yang paling utama

dalam mempertahankan penurunan kadar pH pada permukaan gigi.13

Output (produksi) asam pada plak karies aktif dua kali lebih besar

dibandingkan plak pada karies tidak aktif per-miligram plak. Produksi

asam dari plak aktif karies dapat meningkatkan kapasitas buffer salivary

bikarbonat yang terdapat pada permukaan plak gigi, menyebabkan

jatuhnya nilai pH lokal. Sekali nilai pH jatuh hingga berada pH di bawah

5.5, mineral gigi akan terbongkar. Pada individu dengan karies aktif, pH

pada permukaan gigi bertahan di bawah nilai pH kritis (5.5) selama 20-50

menit mengikuti pemaparan sukrosa. Meski demikian, karus diperhatikan

bahwa memakan makanan manis di antara waktu makan dapat

Page 30: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

menghasilkan serangan asam pada permukaan gigi yang hampir

berkesinambungan.13,15

Di bawah pH kritis (5.5), mineral gigi berperan sebagai buffer dan

kehilangan ion kalsium dan phospat yang menjadi plak. Kapasitas buffer

tersebut kemudian mempertahankan pH lokal sehingga mendekati 5.0,

yang mana bertanggung jawab terhadap bentuk karakteristik histologi

dari white spot yang dijelaskan sebelumnya. Pada nilai pH yang lebih

rendah, seperti 3.0 atau pH 4.0, permukaan enamel gigi menjadi tergores

dan terselimuti. Pada pH 5.0, permukaannya tetap bertahan sementara

sub-permukaannya mengalami kerusakan. White spot ini terbatas pada

enamel gigi yang dinamakan karies incipient / karies awal dan

mempunyai karakteristik permukaan yang tetap bertahan (intact), tetapi

sub-permukaan yang porous / berongga. Permukaan yang utuh dan sub-

permukaan yang berongga bertanggung jawab terhadap karakteristik

klinis pada white spot yaitu; permukaan utuh yang halus yang kemudian

menjadi opak putih berkapur pada saat kering. Ketika bagian berongga

dari white spot dibasahi, lesinya tidak dapat dideteksi secara klinis

dikarenakan area yang berongga tetap translucent. Pengeringan gigi

menggunakan tekanan udara dapat menghilangkan kandungan air di

sub-permukaan gigi dan meninggalkan daerah yang terisi oleh udara

yang kemudian berubah menjadi opaque dan putih. Lesi incipient / white

spot dapat dikembalikan menjadi normal dengan proses remineralisasi,

mengembalikan keadaan enamel menjadi seperti semula. Ketika ion

Page 31: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

fluoride dijadikan bagian dari proses remineralisasi, enamel tidak hanya

akan kembali pada keadaan semula tetapi juga meningkatkan ketahanan

karies terhadap serangan karies berikutnya.13

Permukaan yang tetap bertahan di atas white spot menjadi lebih

kritis terhadap proses potensial remineralisasi karena melindungi kristal

hidroksiapatit yang ter-etsa dari pelapisan oleh protein saliva. Kisi-kisi

kristal yang ter-etsa tetap terbuka dan dapat mengendapkan

hidroksiapatit lebih banyak ketika terjadi perubahan lingkungan lokal, dan

ion kalsium serta ion phospat disediakan ke tempat tersebut oleh saliva.

Kavitas permukaan muncul ketika demineralisasi sub-permukaan

menjadi lebih luas sehingga struktur permukaan gigi menjadi kolaps.

Proses kavitasi enamel gigi sifatnya reversibel dan biasanya

dihubungkan dengan percepatan pada proses perusakan karies pada

gigi. Hal ini muncul ketika serial demineralisasi (penurunan pH secara

drastis) dan remineralisasi (ion salivasi) didominasi oleh proses

demineralisasi.13

2.2.4. Tingkat Keparahan Karies

Pemeriksaan klinis yang dilakukan terhadap setiap subjek adalah

pemeriksaan karies dengan menggunakan indeks DMF-T, tapi untuk gigi

sulung menggunakan def-t (decayed, extracted, filled teeth) adalah

jumlah gigi sulung yang mengalami karies subjek, berupa angka yang

diproleh dengan menghitung keadaan sebagai berikut:9

Page 32: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

1. d : apabila jaringan email gigi sulung yang mengalami dekalsifikasi,

terlihat keputih-putihan atau kecoklat-coklatanan dengan ujung

ekscavator yang terasa menyangkut pada kavitas. Keadaan lain

yang termasuk ke dalam kategori ini, yaitu : karies dengan kavitas

besar yang melibatkan dentin, karies mencapai jaringan pulpa baik

masih vital maupun tidak, serta karies pada gigi sulung walau sudah

direstorasi. Seluruh keadaan ini masih dapat dikategorikan d

(decayed) apabila masih dapat direstorasi.

2. e : apabila gigi sulung tersebut telah dilakukan pencabutan atau

tanggal. Keadaan lain yang termasuk ke dalam kategori ini, yaitu

karies gigi sulung yang diindikasikan untuk pencabutan, contohnya

terdapat kerusakan yang parah pada mahkota sehingga tidak

memungkinkan dilakukannya restorasi, dan jika hanya tinggal sisa

akar.

3. f : apabila pada gigi sulung tersebut telah ditumpat atau direstorasi

secara tetap maupun sementara. Apabila gigi yang sudah ditumpat

terdapat karies maka tidak akan masuk dalam kategori ini.

Tingkat keparahan karies gigi pada gigi sulung ditentukan

menggunakan indeks def-t yang merupakan indeks pengukuran karies

pada gigi susu. Pada penelitian ini, klasifikasi tingkat keparahan karies

gigi kategori tinggi jika nilai indeks def-t >2,6. Sedangkan, kategori

rendah jika nilai indeks def-t < 2,6.9

Page 33: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2.5. Faktor Resiko Terjadinya Karies

Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada

individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung

terjadinya karies pada suatu periode tertentu. Risiko karies bervariasi

pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus dan

penghambat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai

faktor risiko adalah :9,10

2.2.5.1. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan

antara pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa

mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%.

Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada

gigi permanennya.

2.2.5.2. Penggunaan fluor

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang

berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi

erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun

lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi

terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.

Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan

makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan

kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan

Page 34: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

dapat menyebabkan fluorosis. Pada tahun 1938, Dr. Trendly Dean

melaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara konsentrasi

fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian

epidemiologis Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies

secara optimum dan terjadinya mottled enamel yang minimal apabila

konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.

Menyikat gigi dengan frekuensi minimal dua kali hari di bawah

bimbingan orang tua menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluoride dapat menghindarkan gigi dari pengembangan karies

dengan menghilangkan plak gigi lebih efektif. 16

2.2.5.3. Oral hygiene

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam

pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi

dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari

permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara

efektif. Peningkatan oral hygiene dapat dilakukan dengan

menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan

pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat

membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi

menjadi karies.

Page 35: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2.5.4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri

atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut

disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu

atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah streptokokus mutans yang

banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang

lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasilus bukan

merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan

meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah

banyak.

2.2.5.5. Saliva

Fungsi saliva termasuk pelumas jaringan mulut, melindungi

jaringan lunak rongga mulut dari abrasi selama pengunyahan,

membantu pencernaan karbohidrat, antibakteri terhadap

mikroorganisme asing, berfungsi untuk membersihkan dan

menghilangkan partikel makanan, dan menjaga kadar kalsium, fosfat

dan acid-buffering agent. Fungsi yang terakhir telah diakui memiliki

kemampuan untuk mengurangi kejadian karies gigi.8

Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas

karies akan meningkat secara signifikan.

Page 36: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

2.2.5.6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih

bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi

mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi

makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka

beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai

memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang

berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode

makan, saliva akan bekerja menetraliser asam dan membantu

proses remineralisasi. Namun, apabila makanan karbohidrat olahan

dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel

gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan

remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.

Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di

antara jam makan dan pada saat makan berhubungan dengan

peningkatan karies yang besar. Faktor makanan yang dihubungkan

dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan

bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang

dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan dan snacks serta

lamanya interval waktu makan. Anak yang berisiko karies tinggi

sering mengkonsumsi makanan minuman manis di antara jam

makan.10

Page 37: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Makanan ringan dan minuman yang dikonsumsi diantara waktu

makan makanan meningkatkan risiko terjadinya karies. Oleh karena

itu, direkomendasikan mengawasi waktu anak-anak pada saat

mengemil, dan mendorong makan teratur adalah hal yang sangat

penting.16

Faktor-faktor tersebut di atas akan menentukan risiko karies pada

masing-masing individu. Ada juga yang disebut faktor risiko

demografi seperti umur, jenis kelamin, sosial ekonomi dan lain-lain.

Beberapa ahli menggunakan istilah faktor predisposisi atau faktor

modifikasi untuk menjelaskan faktor risiko demografi.9,10

2.2.5.7. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan

prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang

paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini

meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi

sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan

gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling

tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih

berisiko terhadap terjadinya karies akar.

2.2.5.8. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan

nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian,

Page 38: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi

yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya,

pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks

DMF.

2.2.5.9. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi

rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya

minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua

faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan

adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai

tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang

baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya

untuk hidup sehat.9,16

2.3. Etilogi Karies Gigi

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas

faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan

tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor

modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi

bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular

lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama

beberapa kurun waktu.9

Page 39: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Karies gigi disebabkan oleh empat faktor penting yang saling

berhubungan, yaitu plak, bakteri, kerentanan permukaan gigi (host), dan

waktu.8,9

Gambar 2.1 Etiologi karies

Sumber : Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008, p.4-24

2.3.1. Plak

Pembentukan plak dalam rongga mulut adalah suatu fenomena

yang normal.18 Plak merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta

produknya, akumulasi bakteri ini terjadi secara bertahap. Mula-mula

terbentuk lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel, pelikel ini

terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan

terbentuk segera setelah penyikatan gigi.8

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan

plak kariogenik karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat

mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan

menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi

asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya

Page 40: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak

mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami

kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang

banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama

sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk

menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam

terjadinya karies karena memelukan kontak dengan permukaan gigi

dalam waktu yang cukup lama, apalagi karbohidrat yang bersifat

lengket.8,14

2.3.2. Bakteri

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam

menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak

yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di

atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan

gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan

plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak

dijumpai seperti streptokokus mutans, streptokokus sanguis,

streptokokus mitis dan streptokokus salivarius serta beberapa strain

lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya

laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah

laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun

demikian, steptokokus mutans yang diakui sebagai penyebab utama

Page 41: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

karies oleh karena steptokokus mutans mempunyai sifat asidogenik

dan asidurik (resisten terhadap asam).8,9,13

Streptokokus mutans adalah penyebab utama terjadinya karies

email. Karies dentin sebagian besar disebabkan oleh dua spesies

bakteri yaitu streptokokus mutans dan spesies lactobacillus,

sedangkan yang paling berperan dalam terbentuknya karies akar

adalah spesies actinomyces.13

2.3.3. Host

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai

tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan

bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan

fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-

sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan

fisur yang dalam, di bagian ini juga banyak terdapat bakteri

streptokokus mutans. Daerah lain yang mudah terserang karies

adalah permukaan halus di daerah proksimal sedikit di bawah titik

kontak, email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi

gingiva, permukaan akar yang terbuka, tepi restorasi yang kurang

baik, dan permukaan gigi yang dekat dengan gigi tiruan. Selain itu,

permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah

melekat dan membantu perkembangan karies gigi.8,9,13

Email merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia

kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,

Page 42: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar email mengalami

mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,

fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat

menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel

mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan

enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang

karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi

susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan

jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara

kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin

alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies

pada anak-anak.9

2.3.4 Waktu

Plak kariogenik akan difermentasi oleh bakteri yang

menyebabkan pH mulut menjadi asam selama beberapa waktu.

Untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu sekitar 30-60 menit.

Jika seseorang mengkonsumsi gula secara berulang-ulangdalam

selang waktu tersebut, maka akan menekan pH mulut tetap di bawah

normal, hal inilah yang menyebabkan karies gigi.8

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.

Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi

suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Jika aliran

Page 43: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

saliva seseorang normal, maka saliva mampu mendepositkan

kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan

bahwa proses karies tersebut mengalami periode perusakan dan

perbaikan yang silih berganti. Selain itu, jika seseorang selalu

memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya, maka karies bukanlah

ancaman.8,9

Page 44: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan :

: Variabel diamati

: Variabel tidak diamat

Konsumsi :

- Air Sumur

- Air Mineral

Remineralisasi

Demineralisasi

Pengetahuan

Waktu

Host

Enviroment

Agent

Karies Gigi

Page 45: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN : Observasional Analitik

4.2 RANCANGAN PENELITIAN : Cross-sectional

4.3 TEMPAT DAN WAKTU :

a. Tempat Penelitian :

Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong, Kab. Takalar

b. Waktu Penelitian :

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013

4.4 POPULASI DAN SAMPEL :

a. Populasi : 266 Masyarakat Desa Pa’Lalakkang Kecamatan

Galesong Kab. Takalar

b. Sampel : - 30 orang yang mengkonsumsi air sumur

- 30 orang yang mengkonsumsi air mineral

4.5 METODE SAMPLING: Simple Random Sampling

4.6 VARIABEL PENELITIAN :

a. Variabel Sebab : Konsumsi air sumur dengan air mineral

b. Variabel Akibat : Karies Gigi

c. Variabel Antara : Proses demineralisasi

Page 46: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

d. Variabel Perancu : Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

gigi dan mulut

e. Variabel Kendali : Daerah asal dan domisili serta kondisi umum

subyek

4.7 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI :

- Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau akan diteliti (Nursalam, 2003).

Dalam penelitian ini, kriteria inklusi sampel penelitian adalah :

1. Masyarakat yang merupakan penduduk asli dan tidak pernah

keluar/menetap yang sejak lahir di Dusun Pa’ Lalakkang Kec.

Galesong

2. Masyarakat dalam fase gigi permanen

3. Masyarakat yang bersedia menjadi responden

- Kriteria Eksklusi :

Dalam penelitian ini kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah

masyarakat menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi status

kesehatan gigi dan mulut.

4.8 ALAT DAN BAHAN :

a. Nerbeken

b. Diagnostic set

c. Alat tulis

Page 47: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

d. Kuesioner

e. Lampu senter

f. Masker

g. Handskun

4.9 DEFINISI OPERASIONAL :

a. Air Sumur adalah air yang diambil dari sumur galian dengan

menggunakan mesin atau timbah.

b. Air Mineral adalah air yang didapat dari pembelian air kemasan atau

biasa yang disebut air galon.

c. Karies yang dimaksudkan adalah gigi berlubang yang apabila

dilakukan sondasi maka sonde akan tersangkut.

4.10 KRITERIA PENELITIAN:

a. Kuisioner yang berisi tentang pola mengkonsumsi air sumur dengan air

mineral.

b. Indeks DMF-T untuk mengukur tingkat keparahan karies gigi

permanen.

- D = Decay : Gigi karies yang masih dapat ditambal. Suatu lesi

ataulubang yang diketahui dengan menggunakan sonde bulan sabit

yang masuk secara pasti, tambalan dengan karies sekunder.

- M = Missing : Gigi yang dicabut atau dengan pertimbangan klinis

sebagai indikasi pencabutan.

Page 48: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

- F = Filling : Gigi yang ditambal dan gigi dengan tambalan masih

bagus.

- T = Teeth : dihitung per gigi,jadi jika pada gigi terdapat dua karies

atau lebih, karies yang dihitung adalah tetap 1 gigi.

Status karies dengan menggunakan indeks DMF-T dikategorikan

dengan kriteria sebagai berikut :

- 0,0-1,1 : sangat rendah

- 1,2-2,6 : rendah

- 2,7-4,4 : sedang

- 4,5-6,5 : tinggi

- > 6,6 : sangat rendah

4.11 DATA :

a. Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer didapatkan langsung di lapangan pada saat melakukan

observasi terhadap penelitian tersebut, pendataan tersebut langsung

dicatat ke dalam kartu status pada tiap–tiap sampel yang di periksa.

b. Pengelolaan data

Pengelolaan data dengan menggunakan SPSS versi 12

c. Penyajian data

Penyaajian data dilakukan dengan tabulating, yaitu dengan

menggunakan tabel.

Page 49: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

d. Analisis data

Menganalisis data dengan menggunakan Uji t Independent dan

membuat uraian secara sistematik mengenai keadaan dari hasil

penelitian.

Page 50: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Pa’ Lalakkang pada bulan Maret – April

2013. Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang berpenduduk asli

di desa Pa’ Lalakkang. Pengambilan data dari penelitian ini ingin mengamati

status karies yang terjadi akibat mengkonsumsi air sumur dengan air mineral

. Kriteria masyarakat yang mengkonsumsi air sumur dengan air galon yang

diteliti adalah masyarakat yang berpenduduk asli dan bersedia mengisi

kuesioner.

Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 orang yang mengkonsumsi

air sumur dan 30 sampel yang mengkonsumsi air mineral . Pengumpulan

data dilakukan dengan cara melakukan wawancara, mengisi kuesioner serta

pemeriksaan rongga mulutnya. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan yang

berisi tentang pengetahuan terhadap kesehatan mulutnya dan lamanya

mengkonsumsi air sumur tersebut. Setelah data terkumpul, dilakukan

perhitungan olah data dan selanjutnya disusun dalam table. Data hasil

penelitian ini disajikan dalam bentuk table sebagai beriku:

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki

Perempuan

19

41

31,7

68,3

Total 60 100

Page 51: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Pada tabel diatas. Distribusi sampel pada penelitian ini berdasarkan

jenis kelamin diperoleh data laki-laki sebanyak 19 orang (31,7 %),

perempuan sebanyak 41 orang (68,3 %).

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan usia

Usia

Frekuensi %

21-30 tahun

19 31,7

31-40 tahun

12 20,0

41-50 tahun

12 20,0

51-60 tahun

13 21,7

>61 tahun

4 6,7

Total

60 100

Pada tabel diatas. Distribusi sampel pada penelitian ini berdasarkan

usia diperoleh data antara usia 21-30 tahun sebanyak 19 orang (31,7 %),

usia antara 31-40 tahun sebanyak 12 orang (20,0 %), usia antara 41-50

tahaun sebanyak 12 orang (20,0 %), usia antara 51-60 sebanyak 13 orang

(21,7 %) dan usia > 61 tahun sebanyak 4 orang (6,7).

Tabel 5.3. Distribusi sampel berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi %

Tidak Tamat SD 8 13,3 SD 22 36,7

SMP 16 26,7 SMA 11 18,3

>SMA 3 5,0

Total 60 100

Pada tabel diatas. Distribusi sampel pada penelitian ini berdasarkan

pendidikan diperoleh data tidak tamat SD sebanyak 8 orang (13,3 %), SD

Page 52: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

sebanyak 22 orang (36,7 %), SMP sebanyak 16 orang (26,7 %), SMA

sebanyak 11 orang (18,3 %) dan > SMA sebanyak 3 orang (5,0 %).

Tabel 5.4. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi %

Pegawai Negeri 5 8,3 Pegawai Swasta 1 1,7

Wiraswasta 54 90,0

Total 60 100

Pada tabel diatas. Distribusi sampel pada penelitian ini berdasarkan

pekerjaan diperoleh data pegawai negeri sebanyak 5 orang (8,3 %), pegawai

swasta sebanyak 1 orang (1,7 %), dan pengusaha / wiraswasta sebanyak 54

orang (90,0 %).

Tabel 5.5. Rata-rata Keparahan Karies berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2013

Jenis Kelamin D M F DMFT Status Karies

Laki-laki (N=19)

1,11 3,74 0,32 5,16 Tinggi

Perempuan

(N=41) 1,05 4,39 0,22 5,66 Tinggi

Total N=(60)

1,07 4,18 0,25 5,50 Tinggi

Pada tabel diatas, diperoleh data bahwa nilai Decay (D) pada laki-laki

ialah 1,11, Missing (M) 3,74, Filling (F) 0,32, dan DMFT 5,16, dimana status

kariesnya tinggi. Sedangkan, pada perempuan nilai Decay (D) 1,05, Missing

(M) 4,39, Filling (F) 0,22, dan DMFT 5,66, dimana status kariesnya tinggi.

Page 53: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Tabel 5.6. Rata-rata Status Keparahan Karies berdasarkan Usia di Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2013

Usia D M F DMFT Status Karies

21-30 tahun

(N=19)

1,53 4,16 0,21 5,89 Tinggi

31-40 tahun

(N=12)

1,50 3,42 0,25 5,17 Tinggi

41-50 tahun

(N=12)

0,42 4,75 0,42 5,58 Tinggi

51-60 tahun

(N=13)

0,69 4,62 0,15 5,46 Tinggi

>60 tahun (N=4)

0,75 3,59 0,25 4,50 Tinggi

Total

N=(60) 1,70 4,18 0,25 5,50 Tinggi

Pada tabel diatas. diperoleh data bahwa nilai Decay (D) pada usia 21-

30 tahun (N=19) ialah 1,53, Missing (M) 4,16, Filling (F) 0,21 dan nilai DMFT

5,89, dimana status kariesnya tinggi. Usia 31-40 tahun (N=12), nilai Decay

(D) 1,50, Missing (M) 3,42, Filling (F) 0,25 DMFT 5,17, dimana status

kariesnya tinggi. Usia 41-50 tahun (N=12), nilai Decay (D) ialah 0,42, Missing

(M) 4,75, Filling (F) 0,42, dan nilai DMFT 5,58, dimana status kariesnya

tinggi. Usia 51-60 tahun (N=13), nilai Decay (D) ialah 0,69, Missing (M) 4,62,

Filling (F) 0,15 DMFT 5,46, dimana status kariesnya tinggi. Sedangkan pada

usia > 61 tahun (N=4) ialah nilai Decay (D) ialah 0,75, Missing (M) 3,50,

Filling (F) 0,25, dan nilai DMFT 4,50, dimana status kariesnya tinggi.

Page 54: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Tabel 5.7. Rata-rata D, M, F, dan DMFT berdasarkan Pendidikan di Desa Pa’ Lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2013

Pendidikan D M F DMFT Status Karies

Tidak Tamat SD (N=8)

0,50 5,00 0,63 6,13 Sangat Tinggi

SD (N=22)

1,23 4,23 0,23 5,68 Tinggi

SMP (N=16)

1,06 4,50 0,19 5,75 Tinggi

SMA (N=11)

1,18 3,64 0,09 4,91 Tinggi

>SMA (N=3)

1,00 2,00 0,33 3,33 Sedang

Total N=(60)

1,07 4,18 0,25 5,50 Tinggi

Pada tabel diatas. diperoleh data bahwa nilai Decay (D) yang tidak

tamat SD (N=8) ialah 0,50, Missing (M) 5,00, Filling (F) 0,63 dan DMFT 6,13,

dimana status kariesnya sangat tinggi. Serta yang tamat SD (N=22), nilai

Decay (D) 1,23, Missing (M) 4,23, Filling (F) 0,23 dan DMFT 5,68, dimana

status kariesnya tinggi. Berpendidikan SMP (N=16), nilai Decay (D) 1,06,

Missing (M) 4,50, Filling (F) 0,19 dan DMFT 5,75, dimana status kariesnya

tinggi. Berpendidikan SMA (N=11), nilai Decay (D) 1,18, Missing (M) 3,64,

Filling (F) 0,09 dan DMFT 4,91, dimana status kariesnya tinggi.

Berpendidikan > SMA (N=3) ialah nilai Decay (D) 1,00 %, Missing (M) 2,00

%, Filling (F) 0,33 % dan DMFT 3,33 %, dimana status kariesnya tinggi.

Page 55: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Tabel 5.8. Rata-rata D, M, F, dan DMFT berdasarkan Pekerjaan di Desa Pa’ Lalakkang Galesong Kabupaten Takalar, 2013

Pekerjaan D M F DMFT Status Karies

Pegawai Negeri (N=5)

1,00 2,20 0,00 3,20 Sedang

Pegawai Swasta (N=1)

0,00 2,00 0,00 2,00 Rendah

Pengusaha / Wiraswasta

(N=54)

1,09 4,41 0,28 5,78 Tinggi

Total (N=60)

1,07 4,18 0,25 5,50 Tinggi

Pada tabel diatas. Diperoleh data bahwa nilai Decay (D) berdasarkan

pekerjaan sebagai pegawai negeri (N=5) ialah 1,00 , Missing (M) 2,20 ,

Filling (F) 0,00 dan DMFT 3,20 dengan status karies sedang. Pegawai

swasta (N=1), nilai Decay (D) 0,00, Missing (M) 2,00, Filling (F) 0,00 dan

DMFT 2,00 dengan status karies rendah. Sedangkan, pekerjaan sebagai

pengusaha / wiraswasta (N=54), nilai Decay (D) 1,09, Missing (M) 4,41,

Filling (F) 0,28 dan DMFT 5,78 dengan status karies tinggi.

Tabel 5.9. Distribusi Keparahan Karies Gigi Berdasarkan Air Yang Di

Konsumsi

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Air Sumur Air Mineral

0 % 0 %

10,0 % 16,7 %

20,0 % 46,7 %

16,7 % 33,3 %

53,3 % 3,3 %

Page 56: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Pada tabel diatas. Distribusi keparahan karies gigi berdasarkan air

yang dikonsumsi diperoleh data dimana yang mengkonsumsi air sumur nilai

0 % untuk kategori sangat rendah, 10,0 % kategori rendah, 20.0 % untuk

kategori sedang, 16,7 % untuk kategori tinggi dan 53,3 % untuk kategori

sangat tinggi. Sedangkan, yang mengkonsumsi air mineral nilai 0 % untuk

kategori sangat rendah, 16,7 % untuk kategori rendah, 46,7 % untuk ategori

sedang, 33,3 % untuk kategori tinggi, dan 3,3 % untuk kategori sangat tinggi.

Tabel 5.10. Perbedaan Keparahan Karies Gigi Berdasarkan Konsumsi Air Sumur Dengan Air Mineral

D M F DMFT ρ

Air Sumur

0,63 6,10 0,30 7,03 0,000

Air Mineral

1,50 2,27 0,20 3,97

Pada tabel diatas. Diperoleh data bahwa nilai Decay (D) berdasarkan

air sumur dan air mineral yang dikonsumsi 0,63 dan 1,50. Nilai Missing (M)

berdasarkan air sumur dan air mineral yang dikonsumsi 6,10 dan 2,27.

Sedangkan untuk nilai Filling (F) berdasarkan air sumur dan air mineral yang

dikonsumsi 0,30 dan 0,20. Jadi nilai DMF-T berdasarkan air sumur dan air

mineral yang dikonsumsi 7,03 dan 3,97, dimana nilai ρ untuk DMF-T 0,000

yang berarti terdapat perbedaan status DMF-T berdasarkan konsumsi air

sumur dan air mineral karena <0,05.

Page 57: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan pada masyarakat yang mengkonsumsi air

sumur dengan air mineral di Dusun Pa’ Lalakkang Desa Galesong Utara,

Kec. Galesong, Kab. Takalar, berupa pemeriksaan status karies gigi dengan

melihat skor D, M, F dan DMFT dengan tujuan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan mengkonsumsi air sumur dengan air mineral terhadap

keparahan status karies.

Nampak bahwa nilai DMFT berdasarkan jenis kelamin, ditemukan pada

perempuan dengan nilai karies 5,66 yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki

5,16, sejalan penelitian Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (2001)

memperlihatkan hasil pada responden berusia 10 tahun ke atas, prevalensi

dan indeks DMF-T pada perempuan lebih besar daripada laki-laki.20

Menurut Burt dan Octaria, pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih

awal daripada anak laki-laki, sehingga masa terpajan dalam mulut lebih

lama. Antara anak laki-laki dan perempuan pada umur kronologi yang sama,

secara statistik prevalensi kariesnya berbeda bermakna, pada anak

perempuan prevalensi kariesnya sedikit lebih tinggi daripada anak laki-laki.

Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi gula pada anak perempuan di

daerah tersebut. Selain itu, praktek oral hygiene positif adalah lebih tinggi

pada anak laki-laki.2 Adanya perbedaan dari beberapa penelitian

menguatkan pedapat bahwa jenis kelamin bukanlah faktor yang paling

berpengaruh terhadap kejadian karies. Kebiasaan praktek oral hygiene

Page 58: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

maupun pola konsumsi makanan yang mengandung gula memegang

peranan yang lebih penting dalam hal ini dibandingkan jenis kelamin.22

Nampak bahwa nilai DMFT berdasarkan usia, ditemukan bahwa pada

usia 21-31 tahun nilai karies (D) 5,89 yang lebih tinggi, sejalan penelitian

Anwar Musadad,dkk (2007) yang melakukan survey terhadap usia 12-65

tahun dimana karies pada umur 30 tahun atau lebih mempunyai resiko untuk

mengalami karies gigi lebih besar dibandingkan penduduk kelompok usia

muda (di bawah 20 tahun).1

Dari laporan SKRT 2001, prevalensi karies aktif meningkat dengan

bertambahnya umur dan mencapai 63 persen pada golongan umur 45 – 54

tahun. Kemudian menurun lagi menjadi 46 % pada umur 65 tahun ke atas,

hal ini dapat dimengerti karena pada umur 65 tahun ke atas sudah banyak

gigi yang dicabut atau sisa akar.20

Berdasarkan hasil penelitian Status kesehatan gigi dan mulut lansia di

Puskesmas Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat, yang dilaporkan pada

tahun 2005 adalah besarnya angka DMF-T yaitu D kelompok usia < 60 tahun

: 6,25, usia 60-70 tahun : 5,45, dan usia > 70 tahun : 3,07. Sedangkan nilai M

rata-rata kelompok usia <60 tahun : 9,77 ; usia 60-70 tahun : 14,65 ; usia >70

tahun : 23, 78.21

Selanjutnya nilai status DMFT berdasarkan pendidikan, ditemukan

bahwa masyarakat yang berpendidikan tidak tamat SD nilai karies (D) 6,13

yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang tamat SMA nilai

kariesnya 3,33. Berdasarkan data dari Survey Kesehatan Rumah Tangga

Page 59: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

(2001) menunjukkan kerusakan gigi tertinggi terjadi pada orang pendidikan

tidak lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per orang. Pada orang dengan pendidikan

adalah lulus SD rata-rata 4 gigi mengalami kerusakan, dan orang dengan

pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi mengalami kerusakan. Mereka

dengan tingkat pendidikan yang tinggi, lebih mengerti dan lebih peduli untuk

mendapat perawatan dan pengobatan gigi geligi.20 Sejalan penelitian Anwar

Musadad,dkk (2007) didapatkan sebuah hasil yang menunjukkan dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang berarti semakin tinggi tingkat

pengetahuannya, termasuk pengetahuan dalam hal perawatan gigi.1

Terlihat nilai DMFT berdasarkan pekerjaan, ditemukan bahwa

masyarakat yang pekerjaan sebagai wiraswasta nilai karies (D) 5,78 yang

lebih tinggi. Status ekonomi dan tingkat pekerjaan mempengaruhi perilaku

hidup sehat pada seseorang, sejalan dengan penelitian Anwar Musadad,dkk

(2007) yang melakuka survey di Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Nusa

Tenggara Barat dimana pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada

perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan

kesehatan pun ikut meningkat. Orang dengan status ekonomi dan tingkat

pekerjaan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Anak -

anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada risiko karies

yang parah. Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi

tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup

sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.1

Page 60: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Masyarakat yang mengkonsumsi air sumur keparahan karies giginya

sangat tinggi yaitu 53,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ika Sukma

Wulandari dan Ratri Nirwesty (2008) yang menunjukkan bahwa dengan

analisis statistic Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang bermakna antara tingkat keparahan karies pada mahasiawa yang

mengkonsumsi air sumur dengan tingkat keparahan karies pada mahasiswa

yang mengkonsumsi air PDAM (p=0,001). Rerata karies gigi (DMF-T)

mahasiswa lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang mengkonsumsi

air PDAM.22

Nilai rata-rata D, M, F, dan DMF-T berdasarkan air yang dikonsumsi,

dimana jelas terlihat bahwa masyarakat yang mengkonsumsi air sumur lebih

tinggi niai D, M maupun DMF-Tnya dibandingkan dengan masyarakat yang

mengkonsumsi air mineral.

Adanya perbedaan yang bermakna antara rerata karies gigi masyarakat

yang mengkonsumsi air sumur dengan air mineral. Ini menunjukkan bahwa

kadar fluor air minum pada kedua kelompok subyek penelitian berpengaruh

terhadap karies gigi subyek.22

Mineral email terdiri dari kristal-kristal dan mempunyai struktur seperti

kisi-kisi khas hidroksiapatit. Akan tetapi email bukan merupakan

hidroksiapatit murni karena mengandung juga fase non-apatit (kalsium fosfat

dan kalsium karbonat amorf) dan ion atau molekul tambahan diserap ke

dalam permukaan kristalnya yang luas.8

Page 61: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

Agar fluor bias diikat oleh email, maka fluor tersebut harus diletakkan

dalam bentuk fluorapatit, dimana ion hidroksil diganti oleh ion fluor. Dari

larutan yang mengandung konsentrasi fluor yang lebih tinggi, akan diserap F

yang lebih banyak pula. Tetapi tidak seluruhnya dari fluor ini dibentuk

menjadi fluorapatit. Sebagian ion fluor akan diserap ke dalam permukaan

Kristal tapi sisinya akan bergabung dengan ion kalsium dari kisi-kisi untuk

membentuk kalsium fluoride (CaF2), membebaskan ion fosfat, dan sebagian

menguraikan kisi-kisi dalam proses : Ca10(PO4)6(OH)2 + 2OF- 10CaF2 +

6PO4 + 2OH-

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dean dan kawan-kawan,

didapatkan sebuah hasil yang menunjukkan bahwa anak umur 12-14 tahun

dengan kadar F dalam air minum kira-kra 1 bagian/106F (1 bagian per sejuta

= 1 bps) mempunyai karies 50%lebih sedikit dibandingkan dengan anak

yang air minumnya tidak mengandung fluor.8

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat menunjukkan bahwa kadar flour

dalam air minum dapat mempengaruhi frekuensi karies gigi yaitu fluor yang

terkadung dalam membantu proses penempatan kembali mineral kalsium

dan fosfat pada gigi sehingga proses demineralisasi gigi dapat dihentikan.

Sudah jelas dan banyak dibuktikan bahwa fluor sekita 1 ppm dalam air akan

berpengaruh terhadap penurunan karies.15Hal ini sejalan juga dengan hasil

penelitian di Kota Yogyakarta ini sesuai dengan pendapat Englander dan de

Paola (1979, cit. Damayanti, 1996 ) bahwa makin tinggi kadar fluor air minum

maka makin rendah karies gigi, sehingga terdapat hubungan terbalik antara

Page 62: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

kadar fluor air minum dengan karies gigi. Menurut Panjaitan dan Lubis

(2003), fluor yang terkandung dalam air sumur mempunyai pengaruh

terhadap prevalensi karies.22

Di dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3

terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat,

harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, dimana

persyaratan kualitas ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air. Parameter kualitas ar minum/air bersih ditetapkan dalam

Permenkes No. 416/1990 terdiri dari parameter fisik, parameter bakteriologi,

parameter radioaktif dan parameter kimiawi. Beberapa parameter kimiawi

diduga berpengaruh terhadap kesehatan gigi, antara lain unsur fluoride,

kalium, kalsium, dan keasaman (pH) air.1

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwar Musadad, dkk

(2007) tentang penyediaan air minum terhadap kejadian karies gigi, dimana

kualitas air juga berhubungan dengan keadaan sarana penyediaan air. Dari

analisa bivariat ini menunjukkan faktor penyediaan air minum telah terbukti

berpengaruh terhadap kejadian karies gigi. Jenis sumber air minum yang

terlindung dapat menjadi faktor pencegah terjadinya karies gigi.1

Page 63: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata DMF-T kelompok

masyarakat yang mengkonsumsi air sumur dengan kelompok

masyarakat yang mengkonsumsi air mineral.

2. Status karies gigi masyarakat yang mengkonsumsi air mineral lebih

baik dari pada masyarakat yang mengkonsumsi air sumur.

7.2. Saran

1. Diperlukan perhatian yang lebih lanjut dari pemerintahan Kabupaten

Takalar khusunya di Desa Pa’ Lalakkang Kec. Galesong dalam

penyediaan air minum penduduk dalam hubungannya dengan usaha

peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan status

karies pada masyarakat yang mengkonsumsi air sumur dengan yang

mengkonsumsi air mineral dengan kelompok umur yang berbeda dan

di daerah yang berbeda pula.

Page 64: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar M. Pengaruh penyediaan air minum tehadap kejadiaan karies gigi

usia 12-65 tahun Di Provinsi kep. Bangka Belitung dan Tenggara Barat.

Advance Analysis Riskesdes ; 2007: hal 1032.

2. Burt, Octiara E, Roesnawi Y. Karies Gigi, Oral Hygiene dan Kebiasaan

Membersihkan Gigi pada Anak-anak Panti Karya Punggal di Binjai. Jurnal

Kedoktaeran Gigi USU. Dentika. 2008, Vol.6, No.1:18-23.

3. Probosari N, Pradopo S. Peran Penguyahan terhadap Perubahan Volume

dan pH Saliva pada Anak dengan gigi karies 2006. Indonesia Juornal of

Dentistry Fakultas Kedokteran Gigi UI, Vol.13, No.2:115-18.

4. Rahina Y. Prevalensi Karies Anak-anak Presekolah di TK Saraswati

Denpasar, 2002 Juornal Pendidikan Humaniora dan Sains

Mahasaraswati University Denpasar Bali. 2003, Vol.1, No.1.

5. Heymann Harald O. WHO Global Oral Health. How to Calculate SIC.

Available from : http://www.whocollab.od.mah.se/expl/significant.pdf.

Accessed 13 Feb, 2013

6. Ahmad S. (2006). Sulitnya Memperoleh Air Bersih [internet] 12th Oktober,

6 (4), pp.22-8. Availible from : http://www.infoactual.com. Accessed in 13

Feb, 2013.

7. Alimuddin. Optimasi Pengolahan secara Konvensional Air Sungai Karang

Mumus dan Pemanfaatan Serbuk Gergaji dalam Pengolahannya. Jurnal

Ilmiah Mahakam Kutai Kartanegara. 2009. Vol.1, No.2:32-35.

Page 65: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

8. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Alih bahasa. Sumawinata N,

Faruk S. Jakarta: EGC, 1992, p.1-10, 79-88, 94-6

9. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press,

2008, p.4-24

10. Angela, Ami. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi.

Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3, Juli–September 2005, p.130–4

11. Megananda Putri H, Herijulianti E, Nurjannah N, ed: Lilian Juwono. Ilmu

pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi.

Jakarta: EGC. 2010; p.154-179

12. KW Maulidta, Wahyuningsih, dan Hastuti Sri. Hubungan kebiasaan

menggosok gigi dan konsumsi makanan jajanan kariogenik dengan

kejadian karies gigi pada anak usia prasekolah di taman kanak-kanak

pondok beringin Semarang. Jurnal ilmu dan Tek. Kesehatan (JITK), Vol.

1, No. 1 Januari 2010; p.1-7.

13. Theodore Roberson M, Heymann Harald O, Swift Edward J, Sturdevant

John R, M Cliffort. Studervant’s art and science of operative dentistry. 4th

ed. United States of America: Mosby, inc; 2002, p.90

14. Asmawati, Pasolon Farausario A. Analisis hubungan karies gigi dan

status gizi anak usia 10-11 tahun di SD athirah, SDN 1 bawakaraeng dan

SDN 3 bangkala. Dentofasial, Vol. 6, No.2, Oktober 2007: 78-84.

15. Prasetyo EA. Keasaman minuman ringan menurunkan kekerasan

permukaan gigi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 2 April–Juni 2005;

p.60–3.

Page 66: KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN KEBIASAAN …

16. Prashanth Prakash, Priya Subramaniam, BH Durgesh, Sapna Konde.

Prevalence of early childhood caries and associated risk factors in

preschool children of urban bangalore, india. European Journal of

Dentistry, Vol. 6. 2012; p.141-150

17. George Stookey K. The effect of saliva on dental caries. JADA, Vol. 139.

2008; p. 11-6

18. Agbelusi GA. Effects of nutrition on oral health. Niger Med J. Vol. 51, No.

3, July-Sept 2010; p. 128-130

19. Grewal H, Verma M, Kumar A. Prevalence of dental caries and treatment

needs in the rural child population of nainital district, uttaranchal. J Indian

Soc Pedod Prev Dent, Vol. 27, Issue. 4, 2009; p.224-6. Available

From: http://www.jisppd.com/text.asp?2009/27/4/224/57657. [accessed

14-Feb-2013]

20. Survey Kesehatan Nasional 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas

dan Disabilitas.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes

RI. 2002

21. Lestari s. Dkk, M.I. Kedokteran Gigi Th. 20 No. 62, September 2005

22. Ahmed NAM., Astrom AN., Petersen PE. Dental caries prevalence and

risk factor among 12-year old schoolchildren from Baghdad, Iraq: a post-

war survey. Int Den J [internet] Availabel from: http://lib.bionfo.pl//pmid.

Accessed 28 Maret 2013.