Kep. 99 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah

26
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.99/BPSDMKP/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diperlukan adanya pedoman pengelolaan pendidikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 6. Keputusan Presiden Nomor 140/M Tahun 2010; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.21/MEN/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah;

description

Kep. 99 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah

Transcript of Kep. 99 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.99/BPSDMKP/2011

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan

pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diperlukan adanya pedoman pengelolaan pendidikan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

6. Keputusan Presiden Nomor 140/M Tahun 2010; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.21/MEN/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah;

- 2 -

9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH.

KESATU : Menetapkan Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.

KEDUA : Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah sebagaimana dimaksud diktum KESATU merupakan acuan dalam pengelolaan pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian,

Hearsanto Effendy

- 3 -

Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.99/BPSDMKP/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah

PEDOMAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN

SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menengah kejuruan perikanan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah merupakan bagian dari pendidikan nasional yang dilaksanakan di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dengan berdasarkan pada amanat Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah harus dapat berfungsi untuk : 1. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; 2. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab;

3. mengembangkan kemampuan dan karakter peserta didik agar memiliki jiwa wirausaha yang mampu memanfaatkan lapangan kerja maupun lapangan berusaha di bidang perikanan;

4. meningkatkan peran aktif para lulusan dalam pembangunan kelautan dan perikanan.

Pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah harus juga mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan khususnya bagi para anak pelaku utama, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan tenaga teknis perikanan dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan serta efektifitas dan efisiensi manajemen penyelenggaraannya.

Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan dan aspirasi masyarakat saat ini, pengelolaan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak azasi manusia serta mendorong peran serta masyarakat yang lebih besar dan lebih luas. Sementara itu dengan perkembangan IPTEK yang cepat dan tuntutan masyarakat akan mutu pendidikan yang terus meningkat, mengharuskan sekolah untuk mencari bentuk pengelolaan yang tepat, responsif, fleksibel, mandiri, dan aspiratif. Hal-hal tersebut akan berdampak pada kandungan, proses, dan

- 4 -

pengelolaan pendidikan baik di tingkat satuan pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah maupun pemerintah.

Persoalan paling mendasar saat ini adalah mutu layanan yang belum memadai dan berdampak pada mutu hasil pendidikan. Mutu layanan pendidikan menuntut adanya jaminan proses pengelolaan pendidikan pada satuan pendidikan sesuai dengan standar yang diinginkan. Apabila setiap satuan pendidikan menengah kejuruan perikanan dapat memberi jaminan mutu secara terstandar dan berkelanjutan, maka mutu pendidikan perikanan Indonesia akan meningkat. Peningkatan mutu pendidikan ini akan berdampak pada mutu sumber daya manusia perikanan secara nasional.

Untuk dapat mengemban amanat di atas, penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah harus menerapkan standar pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana ketentuan pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Kebijakan Kementerian Kelautan Perikanan yang berkaitan dengan arah dan tujuan pengembangan sumberdaya manusia kelautan dan perikanan.

Agar penerapan standar pengelolaan pendidikan pada semua satuan pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat sesuai dengan ketentuan Standar Nasional Pendidikan dan Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka perlu ditetapkan Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Tentang Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Menengah di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan.

B. Tujuan

Pedoman Pengelolaan Pendidikan pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah ini bertujuan untuk memberikan: 1. landasan bagi sekolah dalam pengelolaan pendidikan yang meliputi

perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasana pendidikan, sIstem penjaminan mutu, peningkatan peran masyarakat dan kemitraan serta pengendalian internal.

2. landasan bagi Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan dalam upaya mendorong, membina, mengevaluasi dan mengendalikan pelaksanaan peyelenggaraan pendidikan dan kegiatan lain yang terkait di sekolah serta sistem penjaminan mutunya.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pedoman pengelolaan pendidikan SUPM meliputi : 1. Organisasi Sekolah 2. Perencanaan Program 3. Pelaksanaan Kerja 4. Sistem Penjaminan Mutu Sekolah 5. Pengawasan

- 5 -

BAB II ORGANISASI SEKOLAH

A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Organisasi SUPM memuat kedudukan, tugas dan fungsi sekolah ditetapkan oleh Keputusan Menteri. 1. Kedudukan Sekolah Sekolah Usaha Perikanan Menengah, yang selanjutnya disingkat SUPM,

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

2. Tugas SUPM mempunyai tugas melaksanakan pendidikan menengah kejuruan di

bidang perikanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, SUPM

menyelenggarakan fungsi : a. Pemberian pelajaran pendidikan dan pelatihan kepada siswa di bidang

keterampilan perikanan sesuai dengan kurikulum program studi yang ditetapkan;

b. pelaksanaan kegiatan ko-kurikuler; c. pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi siswa; d. pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; e. pengelolaan sarana pendidikan dan pelatihan; f. pelaksanaan dan pembinaan hubungan kerja sama dengan dunia usaha,

orang tua siswa, dan masyarakat; dan g. pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

B. Program Keahlian

Program keahlian yang diselenggarakan di sekolah. Sampai dengan saat ini program yang diselenggarakan SUPM adalah : a. Nautika Perikanan Laut (NPL) b. Teknika Perikanan Laut (TPL) c. Teknologi Budidaya Perikanan (TBP), dan d. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Penambahan dan atau perubahan jumlah dan jenis program keahlian yang dapat dikembangkan setiap SUPM ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan.

- 6 -

C. Pimpinan Sekolah

1. Setiap satuan pendidikan SUPM dipimpin oleh seorang kepala sekolah. 2. Kepala sekolah ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan 3. Kepala sekolah dibantu beberapa wakil kepala sekolah untuk melaksanakan

urusan akademik, saranaprasarana, kesiswaan, dan hubungan masyarakat. 4. Dalam hal tertentu atau sekolah yang masih dalam taraf pengembangan,

kepala sekolah dapat menugaskan guru untuk melaksanakan fungsi wakil kepala sekolah.

5. Kriteria untuk menjadi kepala dan wakil kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Per.16/Men/2009 tentang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pimpinan dan Pendidik pada Lembaga Pendidikan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan.

6. Kepala sekolah dibantu oleh ketua program keahlian dengan jumlah sesuai program keahlian yang diselenggarakan sekolah guna mengelola kegiatan pembelajaran pada program tersebut

7. Kepala sekolah dibantu oleh seorang sekretaris dewan pendidik untuk meng- koordinasi kegiatan dan peningkatan profesionalisme pendidik.

8. Kepala sekolah dibantu oleh koordinator guru bimbingan dan konseling untuk mengkoordinasi kegiatan guru bimbingan dan konseling.

9. Wakil kepala sekolah diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Sekolah 10. Ketua program keahlian dan sekretaris dewan pendidik dipilih oleh dewan

pendidik, dan proses pengangkatan serta keputusannya, dilaporkan secara tertulis oleh kepala sekolah kepada Kepala BPSDMKP melalui Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan.

11. Wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, sekretaris dewan pendidik dan koordinator guru bimbingan dan konseling bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

12. Kepala sekolah harus mampu: a. menjabarkan visi ke dalam misi target mutu; b. merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai; c. menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah; d. membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk

pelaksanaan peningkatan mutu; e. bertanggungjawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah; f. melibatkan pendidik, komite sekolah dalam pengambilan keputusan

penting sekolah. g. berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua

peserta didik dan masyarakat; h. menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga

kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;

i. menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik; j. bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaksanaan

kurikulum; k. memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah ;

- 7 -

l. meningkatkan mutu pendidikan; m. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya; n. memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi

pembelajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah ;

o. membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan program pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;

p. menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah /madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif;

q. menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komite sekolah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;

r. memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.

D. Struktur Organisasi Sekolah

1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja SUPM ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri KP Nomor PER.46/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Usaha Perikanan Menengah.

2. Didalam melaksanakan operasional penyelenggaraan pendidikan, sekolah dapat mengembangkan struktur organisasinya sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan program keahlian yang diselenggarakan serta unit-unit instalasi dan kegiatan yang dikelola.

3. Struktur organisasi sekolah berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan.

4. Semua pimpinan, pendidik, dan tenaga kependidikan mempunyai uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas tentang keseluruhan penyelenggaraan dan administrasi sekolah.

5. Struktur organisasi SUPM minimal seperti gambar 1.

- 8 -

Gambar 1. Struktur Organisasi SUPM Auditor

Internal Kepala

SUPM Komite

Sekolah

Kasubbag

TU

Ur.Kepe

gawaian Ur.

Keuangan Ur. Per

lengkapan

Waka. Kuriku

lum

Waka Kesisw

aan

Waka Sardik

Waka Humas

Kapro NPL

Kapro TPL Kapro TBP

Kapro TPHP

Koordinat

or Konselor

Sekretaris Dewan

Pendidik

Kelompok Guru BK

Kelompok Guru MP

Keterangan : - Waka : Wakil kepala sekolah - Guru BK : Guru Bimbingan

dan Konseling - Kapro : Ketua Program Keahlian - Guru MP : Guru Mata

Pelajaran

6. Di bawah struktur wakil kepala, ketua program keahlian, penanggung jawab urusan masih dapat dikembangkan lagi menjadi unit-unit kegiatan dan instalasi sesuai dengan kebutuhan dari tugas dan fungsi sekolah.

7. Tugas kerja organisasi harus dapat dibagi habis dengan jabatan-jabatan dan personal yang ada.

8. Bila memungkinkan harus menghindari terjadinya duplikasi tugas dan perangkapan jabatan.

- 9 -

BAB III

PERENCANAAN PROGRAM A. Visi SUPM

Visi SUPM: 1. merupakan penjabaran dari visi BPSDMKP dalam rangka mendukung visi

KKP; 2. disusun oleh SUPM bersama-sama dengan dikoordinasi oleh Pusat

Pendidikan Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan oleh Kepala BPSDMKP; 3. dijadikan sebagai cita-cita dan komitmen bersama warga sekolah, segenap

pihak yang berkepentingan dan pemerintah pada masa yang akan datang; 4. mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah

dan segenap pihak yang berkepentingan serta pemerintah; 5. disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang

berkepentingan; 6. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

perkembangan dan tantangan di masyarakat maupun kebijakan pemerintah.

B. Misi SUPM SUPM merumuskan dan menetapkan misi sesuai dengan visi yang dimiliki Misi SUPM: 1. memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional dan pembangunan sektor kelautan dan perikanan; 2. harus searah dengan misi BPSDMKP dan misi pemerintah daerah setempat 3. merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; 4. menjadi dasar program pokok sekolah; 5. menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang

diharapkan oleh sekolah; 6. memuat pernyataan yang berkaitan dengan program sekolah; 7. memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-

satuan unit sekolah yang terlibat; 8. dirumuskan berdasarkan kebijakan Kepala BPSDMKP dan masukan dari

segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah ;

9. disosialisasikan kepada warga sekolah dan pihak yang berkepentingan; 10. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

perkembangan dan tantangan di masyarakat serta perubahan kebijakan pemerintah.

- 10 -

C. Tujuan SUPM Menghasilkan teknisi menengah di bidang perikanan yang kompeten, disiplin, tanggung jawab, memiliki jiwa wirausaha serta mampu berperan aktif dalam pembangunan kelautan dan perikanan.

D. Rencana Kerja SUPM 1. SUPM membuat:

a. rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun yang berkaitan dengan berbagai komponen yang mendukung peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan sekolah dan mutu lulusan serta dituangkan dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) Sekolah;

b. rencana kerja tahunan disusun berdasarkan Renstra Sekolah yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS);

c. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah: 1) disusun oleh Tim Kerja yang ditunjuk dan dan ditetapkan oleh kepala

sekolah. 2) Renstra Sekolah disusun berdasarkan Renstra BPSDMKP. 3) RKAS berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) BPSDMKP,

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA/KL) sekolah, dan sumber pembiayaan lain yang sah.

4) didiskusikan bersama dengan dewan pendidik untuk penyempurnaan dan mendapatkan persetujuan.

5) ditanda tangani oleh kepala sekolah dan diketahui oleh Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan.

6) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.

d. Rencana kerja tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

e. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai: 1) kegiatan kesiswaan; 2) implementasi kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 3) pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan ; 4) pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah; 5) kegiatan kewirausahaan peserta didik 6) unit produksi sekolah 7) keuangan dan pembiayaan sekolah; 8) budaya dan lingkungan sekolah; 9) peran serta masyarakat dan kemitraan; 10) penempatan dan atau pembukaan lapangan kerja bagi lulusan; dan 11) rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan

pengembangan mutu.

- 11 -

BAB IV PELAKSANAAN KERJA

A. Pedoman Sekolah

1. SUPM membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan sekolah secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak yang terkait.

2. Perumusan pedoman sekolah : a. mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah; b. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan

perkembangan masyarakat. 3. Pedoman sekolah meliputi:

a. penyusunan dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) kerja; b. kalender pendidikan sekolah sebagai jadwal pembelajaran dan kegiatan

pendukung lainnya selama satu tahun , yang mengacu kepada kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan;

c. struktur organisasi sekolah; d. pembagian tugas di antara guru; e. pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; f. peraturan akademik; g. tata tertib sekolah; h. tata tertib kehidupan peserta didik di dalam kampus; i. kode etik sekolah; j. biaya operasional sekolah.

4. Pedoman sekolah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah.

5. Pedoman operasional pengelolaan yang berkaitan dengan penyusunan dan implementasi KBK, program dan jadwal kegiatan tahunan, pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan, sementara lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan.

B. Pelaksanaan Kegiatan Sekolah 1. Kegiatan sekolah:

a. dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan dan jadwal pada kalender pendidikan yang ditetapkan;

b. dilaksanakan oleh tim kerja yang dikoordinasi oleh penanggung jawab kegiatan dan didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.

c. yang dibiayai oleh APBN sekolah dan atau sumber dana lain diluar swadana orang tua peserta didik dilaksanakan oleh tim pelaksana kerja yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Sekolah

d. yang dibiayai swadana orang tua peserta didik dilaksanakan oleh tim pelaksana kerja yang dibentuk bersama oleh komite sekolah dengan sekolah dan dikukuhkan melalui keputusan kepala sekolah.

2. Revisi kegiatan dan anggaran sekolah: a. yang dibiayai APBN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- 12 -

b. yang dibiayai oleh swadana orang tua peserta didik harus mendapat persetujuan rapat dewan pendidik dan komite sekolah.

3. Kepala sekolah melaporkan pelaksanaan pengelolaan : a. bidang akademik kepada rapat dewan pendidik setiap akhir semester b. bidang non akademik kepada rapat komite sekolah yang pembiayaan

bersumber dari orang tua peseta didik dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.

c. bidang akademik dan non akademik kepada Kepala BPSDMKP melalui Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan

C. Bidang Kesiswaan 1. Penanggung jawab kegiatan bidang kesiswaan adalah Wakil Kepala Sekolah

Bidang Kesiswaan 2. Tugas pokok Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan adalah:

a. mengkoordinasi penerimaan peserta didik baru; b. melakukan pembinaan dan penegakan kedisiplinan peserta didik; c. memfasilitasi dan mengatur tempat tinggal peserta didik di asrama; d. melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka pembinaan karakter,

fisik dan kemampuan berorganisasi peserta didik. 3. Penerimaan peserta didik baru

Sekolah menyusun dan menetapkan petunjuk teknis operasional proses penerimaan peserta didik yang meliputi:

a. Kriteria calon peserta didik: calon peserta didik berasal dan anggota masyarakat yang telah lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.

b. Penerimaan peserta didik sekolah dilakukan: 1) secara obyektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang

dalam aturan sekolah; 2) tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis,

status sosial, kemampuan ekonomi, penerima subsidi dan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;

3) berdasar kriteria hasil ujian nasional dan kriteria tambahan; 4) sesuai dengan daya tampung sekolah.

c. Orientasi peserta didik baru yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru.

4. Pembinaan dan penegakan kedisiplinan peserta didik Didalam melaksanakan pembinaan dan penegakkan kedisiplinan peserta didik, sekolah hendaknya: a. membuat, mensosialisasikan dan menerapkan peraturan tata tertib peserta

didik di dalam kampus; b. melakukan pembinaan secara persuasif dengan pola asah, asih dan asuh; c. memberikan sanksi kepada peserta didik secara berjenjang dan sanksi

yang diberikan harus adil, manusiawi, bersifat mendidik, dan menimbulkan efek jera; dan

d. memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan berkepribadian baik.

- 13 -

5. Fasilitasi dan penempatan peserta didik di asrama. Didalam memfasilitasi peserta didik untuk tinggal di asrama, sekolah hendaknya: a. menyediakan ruang yang bersih, aman dan sepadan dengan jumlah

peserta didik yang tinggal sehingga peserta didik merasakan sehat,aman dan nyaman;

b. membuat dan mensosialisasikan tata tertib kehidupan di asrama agar dipahami dan diterapkan oleh peserta didik;

c. melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap peserta didik selama tinggal di asrama sehingga terwujud suasana kehidupan asrama yang kondusif;

d. membina peserta didik agar memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab terhadap kelengkapan dan ketahanan pakai sarana/prasarana sekolah serta kebersihan kampus dan lingkungannya.

6. Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler Sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler kepada peserta didik untuk: a. memupuk minat dan bakat peserta didik baik di bidang olah raga, dan

kesenian; b. meningkatkan kesehatan fisik melalui olah raga dan kegiatan sehat lainnya c. membangun karakternya melalui pembinaan akhlak mulia; d. memberikan pengalaman belajar bekerjasama, berorganisasi dan

bertanggung jawab melalui kegiatan OSIS, pramuka, out bond, serta kegiatan organisasi dan sosial lainnya.

7. Bidang Kurikulum dan Pembelajaran 8. Penanggung jawab kegiatan bidang kurikulum dan pembelajaran adalah Wakil

Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 9. Program dan kegiatan tahunan bidang kurikulum dan pembelajaran adalah:

a. penyusunan kurikulum berbasis kompetensi di tingkat satuan pendidikan; b. penyusunan kalender akademik sekolah; c. pelaksanaan kegiatan pembelajaran; d. peningkatan mutu kegiatan pembelajaran; e. penilaian hasil belajar; f. penyusunan peraturan akademik.

10. Penyusunan kurikulum berbasis kompetensi di tingkat satuan pendidikan a. Sekolah dengan dikoordinasi oleh Pusat Pendidikan Kelautan dan

Perikanan menyusun kurikulum berbasis kompetensi kerja. b. Penyusunan kurikulum memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan,

Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya. c. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebijakan pemerintah,

permintaan pasar akan kebutuhan tenaga kompeten, kondisi sekolah, potensi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.

d. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, ketua program keahlian dan pihak lain yang kompeten yang ditunjuk sebagai tim penyusun kurikulum berperan aktif dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan penyusunan kurikulum dan silabus yang dikoordinasi oleh Pusat Pendidikan Kelutan dan Perikanan.

- 14 -

e. Didalam penyusunan silabus setiap kompetensi mata pelajaran harus sesuai dengan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi.

f. Dalam penyusunan silabus, tim penyusun dari sekolah dapat bekerjasama dengan Kelompok Guru Mata Pelajaran Sejenis, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), dunia usaha/dunia industri, tenaga, Perguruan Tinggi dan tenaga ahli bidang terkait.

11. Kalender Pendidikan Sekolah a. Sekolah menyusun kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadual

pembelajaran, ujian kompetensi mata pelajaran, praktik kerja lapang, ujian nasional KKP dan ujian sekolah, dan hari libur.

b. Penyusunan kalender pendidikan/akademik: 1) didasarkan pada Standar Isi dan kalender pendidikan SUPM yang

ditetapkan Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan; 2) berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah selama satu tahun dan

dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan; 3) diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala

sekolah; 4) Sekolah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada kegiatan

pembelajaran semester gasal, dan semester genap. 12. Program Pembelajaran

a. Sekolah menjamin mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan tambahan yang dipilihnya.

b. Kegiatan pembelajaran didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan peraturan pelaksanaannya, serta Standar Proses dan Standar Penilaian.

c. Mutu pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan: 1) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses; 2) melibatkan peserta didik secara aktif demokratis, mendidik,

memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; 3) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir

sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berpikir, berargumentasi,mempertanyakan,mengkaji,menemukan, dan memprediksi;

4) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan serius dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh pendidik.

d. Setiap pendidik bertanggungjawab terhadap mutu perencanaan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik mampu : 1) meningkat rasa ingin tahunya; 2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan

tujuan pendidikan; 3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari

sumber informasi; 4) mengolah informasi menjadi pengetahuan; 5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;

- 15 -

6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan 7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi

wajar. e. Kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kegiatan pembelajaran

sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah. f. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum pengajaran

bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran. g. Setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran

untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara : 1) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; 2) menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan

tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran; 3) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara

efektif dan efisien; 4) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik,

dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat;

5) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya;

6) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi kerja agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasj, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah.

13. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik a. Sekolah menyusun program penilaian hasil belajar yang berkeadilan,

bertanggungjawab dan berkesinambungan. b. Penyusunan program penilaian hasil belajar didasarkan pada Standar

Penilaian Pendidikan dan pedoman penilaian lainnya ditetapkan. c. Sekolah menilai hasil belajar melalui uji kompetensi mata pelajaran pada

seluruh rumpun mata pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk menjadi bahan program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang direncanakan, laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan kenaikan kelas atau kelulusan, dan dokumentasi.

d. Seluruh program penilaian hasil belajar disosialisasikan kepada pendidik e. Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara periodik,

berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan program termasuk temuan penguji eksternal guna mendapatkan rencana penilaian yang adil dan bertanggung jawab.

f. Sekolah menetapkan prosedur yang mengatur transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan.

g. Semua pendidik mengembalikan hasil kerja peserta didik yang telah dinilai.

h. Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.

i. Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.

- 16 -

j. Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan digunakan secara terencana untuk tujuan diagnostik, formatif dan sumatif, sesuai dengan metode/strategi pembelajaran yang digunakan.

k. Sekolah menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian hasil belajar sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan dan pedoman penilaian di SUPM.

l. Kemajuan yang dicapai peserta didik dipantau, didokumentasikan dan digunakan sebagai balikan untuk perbaikan secara berkala.

m. Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti kesahihan, keandalan, dan dievaluasi secara periodik untuk perbaikan metode penilaian.

n. Sekolah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta didik, komite sekolah, dan Kepala BPSDMKP melalui Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan.

14. Peraturan Akademik a. Sekolah menyusun dan menetapkan Peraturan Akademik. b. Peraturan Akademik berisi :

1) persyaratan minimal kehadiran peserta didik untuk mengikuti pelajaran dan tugas dari guru;

2) ketentuan mengenai uji kompetensi mata pelajaran, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan;

3) ketentuan mengenai hak peserta didik untuk menggunakan fasilitas belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku pelajaran, buku referensi, dan buku perpustakaan;

4) ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas, dan konselor.

c. Peraturan akademik diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala sekolah.

D. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1. Sekolah menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga

kependidikan. 2. Pendidik terdiri dari pegawai yang melaksanakan kegiatan pembelajaran baik

yang sudah maupun yang belum berstatus sebagai guru fungsional. 3. Tenaga kependidikan di SUPM terdiri dari tenaga administrasi, tenaga

pengelola perpustakaan, laboratorium, serta instalasi-instalasi navigasi, penangkapan ikan, permesinan, budidaya perikanan, pengolahan hasil perikanan dan awak kapal latih.

4. Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan: a. disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan; b. dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah termasuk pembagian tugas,

mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara profesional, adil, dan terbuka.

5. Pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah.

6. Sekolah perlu mendukung upaya: a. promosi pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan asas

kemanfaatan, kepatutan, dan profesionalisme;

- 17 -

b. pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang diidentifikasi secara sistematis sesuai aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah;

c. penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas;

d. mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan pada analisis jabatan dengan diikuti orientasi tugas oleh pimpinan tertinggi sekolah yang dilakukan setelah empat tahun, tetapi bisa diperpanjang berdasarkan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk tenaga kependidikan tambahan tidak ada mutasi.

7. Sekolah mendayagunakan: a. kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pimpinan pengelolaan sekolah. b. wakil kepala melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pembantu kepala sekolah sesuai dengan bidang tugasnya. c. wakil kepala bidang kurikulum melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum.

d. wakil kepala bidang sarana prasarana melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola sarana prasarana.

e. wakil kepala bidang kesiswaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola peserta didik.

f. wakil kepala bidang hubungan masyarakat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam memperluas hubungan kerja dan mengelola kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri maupun instansi lain.

g. sekretaris dewan pendidik melaksnakan tugas membantu kepala sekolah dalam mengkoordinasi kegiatan pendidik, mendayagunakan serta merencanakan peningkatan profesionalitas para pendidik.

h. Kepala sub bagian tata usaha melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola ketata-usahaan dan rumah tangga sekolah.

i. guru mata pelajaran melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasi potensi kemanusiaannya secara optimum.

j. konselor atau guru bimbingan dan konseling melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.

k. instruktur melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik pada kegiatan pelatihan.

l. tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan.

m. tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya membantu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium.

- 18 -

n. teknisi instalasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mempersiap kan, merawat, memperbaki sarana dan prasarana pembelajaran.

o. tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan administratif.

p. tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan lingkungan.

E. Bidang Sarana dan Prasarana 1. Penanggung jawab program dan kegiatan bidang sarana dan prasarana

adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan. 2. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai

pengelolaan sarana dan prasarana. 3. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana

dan Prasarana dalam hal: a. merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana

pendidikan; b. mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar

tetap berfungsi mendukung proses pendidikan; c. melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah; d. menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai

dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masingmasing tingkat; e. pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan

kesehatan dan keamanan lingkungan. 4. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan

disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. 5. Pengelolaan sarana prasarana sekolah :

a. direncanakan secara sistematis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana;

b. dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.

6. Pengelolaan perpustakaan sekolah perlu: a. menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan

bahan pustaka lainnya; b. merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya

sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik; c. membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja; d. melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan; e. menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari sekolah

lain baik negeri maupun swasta. 7. Pengelolaan laboratorium yang mendukung kegiatan pembelajaran

dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditata dengan baik dan dilengkapi manual yang jelas, sehingga menjadi laboratorium ideal yang dapat mendukung proses pembelajaran praktik yang efektif dan efisien, serta menjamin keselamatan peserta didik dan peralatan selama kegiatan belajar.

8. Pengelolaan instalasi-instalasi navigasi, penangkapan ikan, permesinan, pembenihan ikan, pembesaran ikan, penanganan dan pengolahan hasil perikanan dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditata sedemikian rupa serta dilengkapi dengan manual yang

- 19 -

jelas sehingga benar-benar instalasi pembelajaran praktik ideal yang dapat mendukung proses pembelajaran praktik yang efektif dan efisien, mencegah kerusakan sarana serta menjamin keselamatan peserta didik selama praktik.

9. Pengembangan laboratorium dan instalasi sekolah yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi unit produksi maupun unit jasa milik sekolah.

10. Unit-unit produksi atau jasa yang telah berkembang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan frekuensi kegiatan praktik dan kompetensi peserta didik sesuai dengan kompetensi mata pelajaran yang terkait melalui program dan model pembelajaran teaching factory.

11. Unit produksi / jasa yang dioperasikan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejah-teraan pegawai serta pendapatan negara bukan pajak (PNBP) bagi sekolah.

12. Pengelolaan fasilitas fisik untuk kegiatan ekstrakurikuler disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dan mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana.

F. Bidang Hubungan Masyarakat dan Kemitraan Sekolah 1. Penanggung jawab program dan kegiatan bidang hubungan masyarakat,

industri dan kemitraan sekolah adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Humas)

2. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai hubungan sekolah dengan masyarakat serta dengan lembaga pemerintah/swasta dan industri perikanan guna menjalin kemitraan dengan sekolah.

3. Program tahunan bidang hubungan masyarakat meliputi: a. penggunaan web site dan sarana komunikasi lainnya sebagai wahana

untuk memperoleh dan menyampaikan informasi yang berguna bagi masyarakat,

b. koordinasi untuk pertemuan dengan komite sekolah c. hubungan kemitraan dengan lembaga pemerintah dan/atau swasta, serta

industri perikanan dan pengerah tenaga kerja. d. melakukan penelusuran alumni sekolah. e. hubungan dengan pemerintah daerah dalam rangka pengabdian

masyarakat 4. Sekolah mengoperasikan web site sekolah dan sarana komunikasi

lainnya sebagai wahana untuk memperoleh dan menyampaikan informasi dari/ke masyarakat ataupun pihak lain yang membutuhkan, seperti penerimaan peserta didik baru, daerah penangkapan ikan, lapangan kerja, dan lain-lain

5. Sekolah melibatkan warga sekolah dalam pengelolaan akademik pendidikan pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.

6. Sekolah melibatkan masyarakat pendukung sekolah yang diwakili oleh komite sekolah dalam pengelolaan non akademik guna mendukung pengembangan pendidikan, kegiatan dan prestasi peserta didik. Keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan, dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.

7. Sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah atau non pemerintah yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output pendidikan, dan pemanfaatan lulusan. Kemitraan sekolah dilakukan minimal dengan perguruan tinggi, sekolah yang setara, dunia usaha dan dunia industri

- 20 -

perikanan serta perusahan pengerah tenaga kerja dan ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis.

8. Sekolah menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah setempat dan di sekitarnya dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan dibutuhkan pemerintah daerah maupun kegiatan pengabdian masyarakat.

9. Sekolah melakukan penelusuran dan evaluasi pasca pendidikan sekolah terhadap alumni guna mengetahui pekerjaan, serta deskrepansi pada pekerjaannya sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan kurikulum sekolah.

G. Bidang Bimbingan dan Konseling 1. Penanggung jawab program dan kegiatan bimbingan dan konseling adalah

Kordinator Konselor / Guru Bimbingan dan Konseling. 2. Sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai bimbingan

dan konseling bagi peserta didik di sekolah. 3. Program tahunan di bidang bimbingan dan konseling meliputi:

a. penyusunan program layanan; b. pelaksanaan bimbingan konseling; c. penilaian pelaksanaan; d. pelaksanaan kegiatan pendukung; e. pengawasan internal.

4. Sekolah menyusun program layanan bimbingan dan koseling tahunan, semesteran, dan bulanan.

5. Sekolah melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik di dalam maupun di luar jam pembelajaran sekolah baik dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling perorangan dan/atau kelompok, konsultasi ataupun mediasi.

6. Sekolah melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling baik dalam bentuk aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus ataupun alih tangan kasus.

7. Sekolah melakukan pengawasan internal pelaksanaan bimbingan dan konseling.

H. Bidang Keuangan dan Pembiayaan 1. Sekolah menyusun:

a. rencana pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah yang dibiayai oleh APBN mengacu pada Standar Pembiayaan yang ditetapkan Pemerintah;

b. rencana pengelolaan pengembangan pendidikan yang dibiayai oleh bantuan dana yang tidak mengikat;

c. rencana pengelolaan pengembangan pendidikan yang dibiayai oleh orang tua peserta didik yang dikordinasi melalui komite sekolah.

2. Pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah mengatur: a. sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola; b. penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar

dana investasi dan operasional; c. kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam membelanjakan

anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;

- 21 -

d. pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah, serta institusi di atasnya.

3. Pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah yang dibiayai oleh APBN dan biaya pengembangan pendidikan yang dibiayai orang tua peserta didik disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.

I. Budaya dan Lingkungan Sekolah 1. Sekolah menciptakan suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan yang

kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan. 2. Prosedur pelaksanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan

pendidikan: a. berisi prosedur tertulis mengenai informasi kegiatan penting minimum

yang akan dilaksanakan; b. memuat judul, tujuan, lingkup, tanggung jawab dan wewenang, serta

penjelasannya; c. diputuskan oleh kepala sekolah dalam rapat dewan pendidik.

3. Sekolah menetapkan pedoman tata tertib yang berisi: a. tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk

dalam hal menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan;

b. petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di Sekolah, serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.

4. Tata tertib sekolah ditetapkan oleh kepala sekolah melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan masukan komite sekolah dan peserta didik.

5. Sekolah menetapkan kode etik warga sekolah yang memuat norma tentang: a. hubungan sesama warga di dalam lingkungan sekolah dan hubungan

antara warga sekolah dengan masyarakat; b. sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan

sanksi bagi yang melanggar. 6. Kode etik sekolah ditanamkan kepada seluruh warga sekolah untuk

menegakkan etika sekolah. 7. Sekolah perlu memiliki program yang jelas untuk meningkatkan kesadaran

beretika bagi semua warga sekolah. 8. Kode etik sekolah yang mengatur peserta didik memuat norma untuk:

a. menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya; b. menghormati pendidik dan tenaga kependidikan; c. mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan

pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku; d. memelihara kerukunan, kedamaian dan harmonisasi sosial di antara

teman; e. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama; f. mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta g. menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban,

keamanan, keindahan, dan kenyamanan sekolah.

- 22 -

9. Peserta didik dalam menjaga norma pendidikan perlu mendapat bimbingan dengan keteladanan, pembinaan dengan membangun kemauan serta pengembangan kreativitas dari pendidik dan tenaga kependidikan.

10. Kode etik sekolah yang mengatur pendidik dan tenaga kependidikan menetapkan larangan bagi pendidik dan tenaga kependidikan, untuk : a. menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah dan/atau

perangkat sekolah lainnya kepada peserta didik; b. memungut biaya dalam bimbingan belajar atau les kepada peserta didik; c. memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak

langsung yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang; d. melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang

mencederai integritas hasil Ujian Sekolah dan Ujian Nasional KKP. 11. Kode etik sekolah diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh

kepala sekolah.

J. Sistem Informasi Manajemen : 1. Sekolah :

a. mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel;

b. menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif dan mudah diakses; c. menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani

permintaan informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah baik secara lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasikan;

d. melaporkan data informasi sekolah yang telah terdokumentasikan kepada Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan.

2. Komunikasi antar warga sekolah di lingkungan sekolah dilaksanakan secara efisien dan efektif.

- 23 -

BAB V SISTEM PENJAMINAN MUTU SEKOLAH

A. Prinsip Dasar Sistem Penjaminan Mutu

1. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

2. Pengelolaan satuan pendidikan menengah kejuruan perikanan di SUPM dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

3. Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.

4. Setiap satuan pendidikan SUPM wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.

5. Penjaminan mutu pendidikan bertujuan untuk: a. memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. b. memberikan keyakinan serta jaminan kepada masyarakat dan

pemerintah bahwa pendidikan yang diselenggarakan dan lulusan yang dihasilkan bermutu dan memenuhi standar nasional pendidikan.

6. Sekolah menyusun program pelaksanaan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi sekolah.

B. Evaluasi Jenis evaluasi yang dilaksanakan sekolah meliputi: evaluasi diri sekolah (EDS), evaluasi pengembangan kurikulum dan, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

1. Evaluasi Diri: a. Sekolah melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah. b. Sekolah menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja,

dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.

c. Sekolah melaksanakan: 1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya

dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik; 2) evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-kurangnya

satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah. 3) Evaluasi diri sekolah dilakukan secara periodik berdasar pada data

dan informasi yang sahih. 2. Evaluasi Pengembangan Kurikulum Sekolah

Proses evaluasi pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi SUPM dilaksanakan secara: a. Komprehensif dan fleksibel dalam mengadapi kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang mutakhir; b. berkala untuk merespon perubahan kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, serta perubahan sistem pendidikan maupun perubahan sosial;

- 24 -

c. integrative dan monolitik sejalan dengan perubahan tingkat mata pelajaran;

d. menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak meliputi: dewan pendidik, komite sekolah, pemakai lulusan, dan alumni.

3. Evaluasi, Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan

direncanakan secara komprehensif pada setiap akhir semester dengan mengacu pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

b. Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan meliputi kesesuaian penugasan dengan keahlian, keseimbangan beban kerja, dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas.

c. Evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan perubahan peserta didik.

C. Akreditasi Sekolah 1. Setiap program keahlian satuan pendidikan SUPM wajib diakreditasi oleh

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah untuk menentukan kelayakan program yang diselenggarakan satuan pendidikan tersebut.

2. Sekolah: a. menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk mengikuti akreditasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. meningkatkan status akreditasi, dengan menggunakan lembaga

akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi. c. harus terus meningkatkan kualitas kelembagaannya secara holistik

dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.

D. Sertifikasi Setiap satuan pendidikan harus memiliki sertifikat penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan sekolah berstandar internasional.

- 25 -

BAB VI PENGAWASAN

1. Sekolah menyusun program pengawasan secara obyektif,bertanggung jawab

dan berkelanjutan. 2. Penyusunan program pengawasan di sekolah didasarkan pada Standar

Nasional Pendidikan. 3. Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga

kependidikan. 4. Pengawasan pengelolaan sekolah meliputi pemantauan, supervisi. evaluasi,

pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. 5. Pemantauan pengelolaan sekolah dilakukan oleh komite sekolah atau bentuk

lain dan lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan.

6. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.

7. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah dan orang tua/wali peserta didik.

8. Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dan tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah secara terus menerus melakukan pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.

9. Kepala sekolah melaporkan hasil evaluasi kepada komite sekolah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.

10. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan sekolah kepada Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan yang bertanggung jawab di bidang pendidikan kelautan dan perikanan di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan dan sekolah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pada sekolah terkait.

11. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu sekolah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan.

12. Sekolah mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja sekolah dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.

- 26 -

BAB VII PENUTUP

Strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah dalam rangka pelaksanaan

konsep pengelolaan antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang tua dan masyarakat menentukan visi dan misi sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program sekolah termasuk pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala prioritas dan kebijakan nasional sesuai dengan kondisi sekolah dan sumber daya yang tersedia.

Dalam penyusunan program, sekolah harus menetapkan target mutu yang akan dicapai. Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan monitoring dan evaluasi program yang telah direncanakan sesuai dengan pendanaannya untuk melihat ketercapaian visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hasil evaluasi selanjutnya dapat dipergunakan sebagai masukan untuk perencanaan/penyusunan program sekolah di masa mendatang (tahun berikutnya), sebagai proses yang berkelanjutan.

Pedoman Pengelolaan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) merupakan acuan dalam rangka menerapkan kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan.

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SJARIEF WIDJAJA

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian,

Hearsanto Effendy