Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini...

16

Transcript of Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini...

Page 1: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-
Page 2: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?Ketika Keimanan Butuh Pembuktian dan Usaha Kebangkitan

Menjadi Kewajiban, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Page 3: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pen-cipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng-gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling ba-nyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pen-cipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng-gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara pa ling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di-pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Irja Nasrullah

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kenapa Kita Rela Tertinggal?Ketika Keimanan Butuh Pembuktian dan Usaha Kebangkitan

Menjadi Kewajiban, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Page 5: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?Ketika Keimanan Butuh Pembuktian dan Usaha Kebangkitan

Menjadi Kewajiban, Apa yang Seharusnya Dilakukan?

Irja Nasrullah

© 2018, PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Hak cipta dilindungi undang-undang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

718100929

ISBN: 978-602-04-6243-1

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak

sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 6: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Mukadimah: Kenapa Kita Rela Tertinggal? xi

Bab I: Realitas Umat Islam 1

Keimanan Butuh Pembuktian 3

Spirit Generasi Awal Islam 17

Ilmu Pengetahuan dan Masa Keemasan 27

Kenapa Kita Sekarang Tertinggal? 39

Bab II: Pentingnya Produktivitas 55

Menjadi Produktif 57

Produktivitas Individu 67

Produktivitas Sosial 83

Produktivitas Lingkungan 91

Produktif Berkarya 99

Daftar Isi

Page 7: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

REALITAS UMAT ISLAM

BAB I

Page 8: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Keimanan Butuh Pembuktian

1 Orang-orang kafir karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapat bala-san dari Allah di akhirat, walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amal mereka itu.

Di dalam Al-Qur’an dan hadis, Allah Swt., sering

menggabungkan kata “iman” dan “amal”. Kata

“iman” diikuti kata “amal”. Iman tanpa amal tidak

akan berguna dan amal tanpa iman merupakan kesia-siaan

belaka. Keimanan butuh pembuktian dalam realitas kese-

harian. Keimanan yang tidak didasari bukti, tidak bisa di-

katakan keimanan sejati. Demikian juga, amal kebaikan

yang dilakukan tanpa dasar keimanan, tidak akan berguna

di sisi Allah Swt. Al-Qur’an menerangkannya melalui ayat

berikut,

Dan orang-orang kair, perbuatan mereka seperti fatamor-

gana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-

orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apa

pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah

memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan

sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.1 (QS.

An-Nur [24]: 39)

Keimanan jangan sampai berhenti diucapan atau pengaku-

an saja, tetapi juga harus direalisasikan dalam segala lini

Page 9: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?4

kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang

sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

imanan dinamis yang melintasi ruang dan waktu. Contohnya,

jika kita beriman kepada wujud Allah Swt., tentu kita juga

harus beriman dengan sifat-sifat-Nya, kekuasaan-Nya, ke-

agungan-Nya, pengawasan-Nya, dan seterusnya. Dengan hal

itu, kita akan selalu beraktivitas sebagaimana yang diri dhai

Allah, kapan pun dan di mana pun. Takut meninggalkan

perintah-Nya, karena sadar bahwa Dia selalu mengawasi.

Takut melanggar larangan-Nya, karena ada malaikat yang

menjadi saksi.

Saat kita yakin kepada Allah bahwa Dia menyukai orang-

orang yang jujur, kita pun mengamalkannya dengan cara

bersikap jujur. Ketika kita beriman bahwa Allah mencin-

tai orang-orang yang ihsan (maksimal/profesional) dalam

ber ibadah, maka kita akan mengamalkannya dengan cara

ber ibadah secara ihsan. Demikian juga ketika kita beriman

bahwa Allah memerintahkan manusia menjadi khalifah

(pemimpin) di muka bumi, maka kita akan mengamalkan-

nya dengan cara menjadi manusia yang selalu berguna bagi

lingkungan sekitar, sesama dan semesta.

Kita akan ikut serta mempertahankan muka bumi dari

kerusa kan, mengatur kondisinya, meningkatkan kemajuan-

nya, dan membangun peradaban gemilang di sana. Demikian,

seterusnya.

Milikilah keimanan yang dinamis, yang berbuah kemaslahat-

an bagi diri sendiri dan sesama. Hindari keimanan yang statis,

yang berhenti di ucapan dan pengakuan, tanpa adanya

pembuktian dalam amal perbuatan.

Page 10: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Bab I: Realitas Umat Islam 5

Keimanan statis sangatlah fatal. Tidak membuahkan ke-

maslahatan bagi diri sendiri, tidak juga bagi lingkungan dan

sesama. Amanat Allah kepada manusia untuk menjadi khali-

fah di muka bumi pun tidak akan terealisasikan.

Jika kita benar-benar beriman dengan hari akhir dan hari

penghisaban, sudah selayaknya kita mempersiapkannya

dengan penuh kesungguhan. Menggunakan seluruh kesem-

patan kita untuk produktivitas beribadah, bekerja, dan

berkarya. Mengeksplorasi seluruh potensi kita untuk ber-

kontribusi pada sesama. Aktif dan kreatif memanfaatkan

peluang yang berujung pada kemaslahatan lingkungan dan

semesta. Semua itu dilakukan demi mengharap keridhaan

Allah, menabung amal kebaikan yang kelak bermanfaat se-

telah kematian.

Jika kita benar-benar beriman kepada Rasulullah saw., dan

risalah yang dibawanya, sudah selayaknya kita merealisasi-

kan keimanan tadi dalam amal nyata. Meneladani Rasulullah

saw., dalam seluruh aspek kehidupan. Meneladani sifat-sifat

mulianya. Meneladani kekhusyukan ibadahnya, kerja keras-

nya, kegigihan usahanya, optimistisnya, kelem butan hatinya,

kasih sayangnya pada sesama, kesetiaan pada istrinya, dan

lain-lain.

Rasulullah saw., adalah sosok agung yang memiliki ke-

tinggian intelektual dan spiritual yang semuanya harus kita

teladani dalam menjalani kehidupan ini.

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rah-

mat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak

mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab [33]: 21)

Page 11: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?6

Jadilah Manusia yang “Berpikir”

Hanya orang-orang berpikirlah yang mampu memahami

makna keimanan dengan baik, lalu mengamalkannya

dalam kehidupan mereka.

Dengan akal yang dimilikinya, seharusnya setiap orang

mampu merenungkan eksistensi Pencipta, realitas dirinya,

alam semesta, tujuan keberadaannya di dunia, dan apa yang

harus dilakukan untuk meraih tujuan tersebut. Sayangnya

kebanyakan manusia terlena dan mengikuti hawa nafsu be-

laka. Mereka tidak mau berpikir, tidak mau tadabur dan

tidak mau memahami, sedangkan mereka dianugerahi akal

oleh Allah Swt. Al-Qur’an mengibaratkan mereka sebagai

makhluk yang lebih sesat daripada binatang.

Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang men-

jadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau

akan menjadi pelindungnya? Atau apakah engkau mengira

bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami?

Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih

sesat jalannya. (QS. Al-Furqan [25]: 43–44)

Junjungan agung Nabi Muhammad saw., mengajarkan ke-

pada kita untuk berpikir dan bertadabur. Saat tahun-tahun

awal kehidupan, beliau memiliki “relasi” khusus dengan

alam semesta dan itu terus berlanjut sepanjang kenabiannya.

Alam semesta dipenuhi ayat-ayat (tanda-tanda) yang meng-

ingatkan kepada eksistensi-Nya. Apalagi beliau hidup di

padang pasir; ia menawarkan cakrawala tanpa batas untuk

diamati. Membuka mata manusia untuk berpikir, merenung,

dan meresapi makna.

Page 12: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Bab I: Realitas Umat Islam 7

Padang pasir tandus tanpa kehidupan, menjadi medan pere-

nungan bagi orang-orang yang terbuka mata hatinya. Saat

ada hujan yang turun di sana, lalu muncullah kehidupan di

atasnya, merupakan gambaran adanya kehidupan setelah

mati.

Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau

melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami

turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur.

Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat

menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa

atas segala sesuatu. (QS. Fusshilat [41]: 39)

Sejak dini, kehidupan Nabi saw., diwarnai keterkaitannya

dengan alam semesta. Inilah cara membentuk iman yang

mendalam, yang hadir melalui pengamatan, pemahaman,

pemikiran, dan perenungan. Bertahun-tahun kemudian, saat

beliau sudah tinggal di Madinah, sebuah wahyu tentang

pentingnya memikirkan ciptaan Allah di alam semesta tu-

run. Itulah bukti kebesaran-Nya bagi orang-orang yang mau

memikirkannya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan per-

gantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi orang yang berakal. (QS. Ali Imrân [3]: 190)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw., menangis sepanjang

malam setelah menerima ayat tersebut. Ketika fajar tiba,

setelah mengumandangkan azan, sahabat Bilal menanyakan

sebab tangisan beliau. Rasulullah saw., pun menjelaskan-

nya dan mengatakan, “Celakalah bagi orang yang membaca

ayat-ayat ini, lalu ia tidak memikirkan (kandungan)nya.”

Page 13: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?8

Syekh Abu Sulaiman al-Darani rahimahullâh berkata, “Se-

sungguhnya aku keluar dari rumahku, kemudian se tiap

se suatu yang kulihat, merupakan nikmat Allah dan ada

pela jaran bagi diriku.” Demikian, diriwayatkan Ibnu Abid

Dunya dalam kitab Al-Tawakkul wa al-i’tibar. Sedangkan

Hasan Al-Bashri rahimahullâh mengatakan bahwa berpikir

sejenak lebih baik daripada bangun shalat malam. Adapun

Sufyan ibn ‘Uyainah rahimahullâh berkata bahwa berpikir

tentang kekuasaan Allah merupakan cahaya yang masuk ke

dalam hati.

Kemajuan dan peradaban gemilang di muka bumi ini tidak

lepas dari kontribusi para ilmuwan, cendekiawan, inovator,

pekarya (creator), dan semua orang-orang yang mau men-

dayagunakan pikiran mereka. Tanpa kemauan berpikir,

manusia tidak akan pernah mampu mencapai kemajuan.

Sebaliknya, mereka akan dikekang kejumudan dan keter-

belakangan.

Membangkitkan Akal Pikiran

Allah Swt., mendorong kita untuk mengeksplorasi potensi

tak terbatas dalam diri kita masing-masing. Dia juga men-

dorong kita agar membangkitkan kekuatan akal pikiran yang

dianugerahkan hanya untuk manusia. Tak terbayangkan, be-

gitu dahsyat kekuatan akal pikiran tadi, yang de ngannya kita

menjadi makhluk paling istimewa di atas segala makhluk.

Manusia lebih unggul daripada gunung yang menjulang

tinggi, lebih unggul daripada samudra yang tak terkira

luasnya, dan lebih unggul daripada hutan belantara yang

Page 14: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Bab I: Realitas Umat Islam 9

dipenuhi pepohonan tinggi di dalamnya. Manusia lebih isti-

mewa daripada matahari, planet, bulan, dan benda-benda

luar angkasa lainnya.

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam,

dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami

beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan

mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan

kelebihan yang sempurna. (QS. Al-Isra’ [17]: 70)

Semua keunggulan tadi harus kita syukuri dengan cara men-

jaga akal pikiran sebaik-baiknya, membangkitkannya, dan

menggunakannya untuk kemajuan. Allah menganugerahkan

akal kepada manusia, setidaknya dengan beberapa tujuan

berikut.

1. Al-Istidlâl (pembuktian, deduksi)

Dengan akal pikiran, manusia bisa menyimpulkan adanya

Pencipta. Sebagaimana disebutkan dalam ayat yang tadi

telah kita singgung.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan per-

gantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesar-

an Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang

yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau da-

lam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang

penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan

kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;

Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

(QS. Ali Imrân [3]: 190–191)

Page 15: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

I rja Nasrullah adalah nama singkat dari M. Irja Nasrulloh Majid. Lahir di Abepura, 24 Februari 1989. Penulis yang berasal dari Desa Mayungsari, Kecamatan Bener-

Purworejo ini, pernah menjadi santri di PPTQ Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Wonosobo. Menamatkan S1-nya dari Universitas Al-Azhar, Kairo, pada jurusan Tafsir dan Ulumul Qur’an.

Karya penulis di antaranya: novel The Love Empire (Juara I lomba menulis jaizah dubes 2009–2010 WSC-Cairo) dan cerpen Kasih Tak Dianggap (Juara I lomba cerpen LPEPM KSW 2008). Karya lainnya: Risalah Cinta Dua Agama (FAM Publishing, 2013), Antologi-Mesir, Pesona dan Tragedi (Halaman Moeka, 2014), Antologi-Puisi FAM Tulungagung (FAM Publishing, 2014), Mukjizat Setangkup Kasih (Quanta, 2014), Mengungkap Rahasia Online dengan Allah (Quanta, 2014), Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid II (FAM Publishing, 2014), Wasiat Rasul untuk Para Pecinta (Quanta, 2015), Jangan Pernah Putus Asa dari Rahmat Allah (Mizania, 2015), Aku Tak Sempurna (Mizania, 2015), antologi Quantum Ramadhan (Genius Media, 2015), Menyi-bak Rahasia Kesuksesan ala Surah Yusuf (Quanta, 2015), Allah, You Are My Everything (Mizania, 2016), Tuhan, Maaf, Kami Belum Bersyukur (Mizania, 2016), Al-Qur’an, antara Tuduhan dan Realitas (Quanta, 2016), Lima Cahaya

Tentang Penulis

Page 16: Kenapa Kita Rela Tertinggal? file4 Kenapa Kita Rela Tertinggal? kehidupan. Dan keimanan di sini bukan keimanan yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang, tetapi ke-

Kenapa Kita Rela Tertinggal?168

Nasihat Abu Bakar (Tinta Medina, 2016), Karena Tuhan

Tahu Kau Mampu (Quanta, 2016), dan Ketika Minoritas

Jadi Pilihan (Tinta Medina, 2017), Aku Pergi dan Kembali

kepada-Nya (Quanta, 2018)

Penulis membuka silaturahmi seluas-luasnya di e-mail:

[email protected], Facebook: Irja Nasrullah, IG: @irja-

nasrullah, Twitter: @irjanasrulloh