Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan...

2
Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan Gambut Oleh: Sahat Aritonang, Florian Vernaz, Novasyuraha A rea kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah II Lalan Mendis (KPHP LM) mencakup 320.929 hektar lahan di jantung ekosistem gambut Sumatera Selatan. Kawasan ini memiliki peran yang sangat penng bagi Provinsi Sumatera Selatan sebagai tempat dimana pemba- ngunan sosial-ekonomi bertemu dengan keberlanjutan lingkungan. Lokasi ini menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pertama yang telah mengintegrasikan rencana pengelolaan emisi gas rumah kaca dan penanaman modal hijau secara inklusif. KPHP Lalan Mendis memiliki sedaknya 32.000 hektar hutan gambut serta area dengan potensi nilai konservasi nggi dan stok karbon yang luar biasa. Daerah ini juga merupakan habitat bagi harimau sumatera. Menurut keterangan warga setempat dan staf KPHP, harimau sering terlihat bergerak di antara Taman Nasional Berbak Sembilang dan kawasan hutan produksi. Sayangnya, KPHP LM juga memiliki risiko kebakaran yang nggi karena cadangan karbon yang dimilikinya. Kawasan ini diperkirakan menyimpan hingga 603.000 ton CO2eq stok karbon permukaan di 3 Wilayah Tertentu (WT). Kega wilayah ini telah dijadikan sebagai sasaran kegiatan intervensi. Potensi emisi karbon dari pengeringan dan kebakaran lahan gambut yang dapat dicegah berpotensi menambah stok sebesar 56 juta CO2eq dalam 25 tahun. Sangatlah penng untuk mengambil ndakan saat ini juga karena ancaman penggundulan dan kebakaran hutan sangat nggi akibat perluasan lahan pertanian, pembakaran lahan, dan risiko yang meningkat karena musim kemarau. Tugas utama KPHP Lalan Mendis dalam mengelola kawasan hutan ini adalah menangani konflik sosial serta merestorasi dan menjaga hutan dengan nilai konservasi nggi, khususnya hutan gambut yang tersisa di wilayah tertentu (WT) yang belum memiliki peruntukan. Sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai dengan menerapkan mekanisme plan vivo 1 di kawasan hutan desa. Lebih lanjut, penanaman modal hijau juga akan dikembangkan di beberapa wilayah tertentu dalam rangka melaksanakan restorasi dan konservasi hutan gambut serta membuat model wanatani di kawasan penyangga. Dengan demikian, KPHP dapat memenuhi tugas-tugasnya sekaligus mengembangkan diri menjadi lembaga yang mandiri dengan dak bergantung pada pendanaan daerah dan nasional. KPHP Lalan Mendis telah menyusun rencana penanaman modal hijau. Dengan dukungan Daemeter, rencana ini akan diwujudkan melalui dua kegiatan utama berikut ini: Restorasi dan konservasi ekosistem, serta pemanfaatan wanatani berbasis masyarakat di lahan gambut yang terdegradasi. Untuk mencegah konflik sosial, sejumlah rencana bisnis 1. Plan Vivo adalah program kemitraan masyarakat untuk memigasi risiko sosial dan mengurangi degradasi lahan.

Transcript of Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan...

Page 1: Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan Gambutgreenpartnership.sumselprov.go.id/userfiles/bulletin/Success Story-04_Kemitraan...Dengan asumsi harga karbon di Asia Tenggara

Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan Gambut Oleh: Sahat Aritonang, Florian Vernaz, Novasyurahati

A rea kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah II Lalan Mendis (KPHP LM) mencakup 320.929 hektar lahan di jantung ekosistem gambut Sumatera

Selatan. Kawasan ini memiliki peran yang sangat penting bagi Provinsi Sumatera Selatan sebagai tempat dimana pemba-ngunan sosial-ekonomi bertemu dengan keberlanjutan lingkungan. Lokasi ini menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pertama yang telah mengintegrasikan rencana pengelolaan emisi gas rumah kaca dan penanaman modal hijau secara inklusif. KPHP Lalan Mendis memiliki setidaknya 32.000 hektar hutan gambut serta area dengan potensi nilai konservasi tinggi dan stok karbon yang luar biasa. Daerah ini juga merupakan habitat bagi harimau sumatera. Menurut keterangan warga setempat dan staf KPHP, harimau sering terlihat bergerak di antara Taman Nasional Berbak Sembilang dan kawasan hutan produksi. Sayangnya, KPHP LM juga memiliki risiko kebakaran yang tinggi karena cadangan karbon yang dimilikinya. Kawasan ini diperkirakan menyimpan hingga 603.000 ton CO2eq stok karbon permukaan di 3 Wilayah Tertentu (WT). Ketiga wilayah ini telah dijadikan sebagai sasaran kegiatan intervensi. Potensi emisi karbon dari pengeringan dan kebakaran lahan gambut yang dapat dicegah berpotensi menambah stok sebesar 56 juta CO2eq dalam 25 tahun.

Sangatlah penting untuk mengambil tindakan saat ini juga karena ancaman penggundulan dan kebakaran hutan sangat tinggi akibat perluasan lahan pertanian, pembakaran lahan, dan risiko yang meningkat karena musim kemarau. Tugas utama KPHP Lalan Mendis dalam mengelola kawasan hutan ini adalah menangani konflik sosial serta merestorasi dan menjaga hutan dengan nilai konservasi tinggi, khususnya hutan gambut yang tersisa di wilayah tertentu (WT) yang belum memiliki peruntukan. Sasaran-sasaran tersebut dapat dicapai dengan menerapkan mekanisme plan vivo1 di kawasan hutan desa. Lebih lanjut, penanaman modal hijau juga akan dikembangkan di beberapa wilayah tertentu dalam rangka melaksanakan restorasi dan konservasi hutan gambut serta membuat model wanatani di kawasan penyangga. Dengan demikian, KPHP dapat memenuhi tugas-tugasnya sekaligus mengembangkan diri menjadi lembaga yang mandiri dengan tidak bergantung pada pendanaan daerah dan nasional. KPHP Lalan Mendis telah menyusun rencana penanaman modal hijau. Dengan dukungan Daemeter, rencana ini akan diwujudkan melalui dua kegiatan utama berikut ini: Restorasi dan konservasi ekosistem, serta pemanfaatan wanatani berbasis masyarakat di lahan gambut yang terdegradasi. Untuk mencegah konflik sosial, sejumlah rencana bisnis

1. Plan Vivo adalah program kemitraan masyarakat untuk memitigasi risiko sosial dan mengurangi degradasi lahan.

Page 2: Kemitraan Penanaman Modal Hijau di Kawasan Hutan Gambutgreenpartnership.sumselprov.go.id/userfiles/bulletin/Success Story-04_Kemitraan...Dengan asumsi harga karbon di Asia Tenggara

partisipatif tengah dikembangkan di beberapa lokasi hutan desa dan Wilayah Tertentu (WT) berbasis produksi. Hal ini akan membantu memastikan bahwa masyarakat setempat dilibatkan sejak awal dan secara langsung mencegah migrasi penduduk serta perluasan pemukiman karena meningkatnya tekanan populasi. Mekanisme perdagangan karbon dapat diterapkan di daerah lain yang telah ditetapkan sebagai blok penyedia jasa lingkungan. Skenario Pertumbuhan Hijau diharapkan dapat mendatangkan keuntungan melalui Pendanaan Karbon sebagai kompensasi untuk mencegah emisi gas rumah kaca disamping perdagangan komoditas wanatani seperti getah jelutung, nanas, kenaf atau jagung. Penyusunan rencana bisnis KPHP Lalan Mendis juga menjadi kesempatan untuk mengintegrasikan rencana penanaman modal hijau dan strategi mitigasi perubahan iklim melalui pendekatan lanskap yang berada dibawah yurisdiksi KPHP Lalan Mendis. Rencana tersebut akan mengkonsolidasikan tiga jenis penanaman modal hijau berikut ini: Perdagangan karbon di hutan produksi yang menjadi konsesi PT Global Alam Lestari PAN-RAP melalui platform Standar Karbon Terverifikasi (Verified Carbon Standard/VCS); mekanisme perdagangan karbon berbasis masyarakat (plan vivo) di desa Merang dan Kepayang; kemitraan publik-swasta antara PT Hutan Bumi Lestari (PT HBL) dan KPHP Lalan Mendis untuk merestorasi 2.000 hektar lahan hutan gambut yang terdegradasi dengan model wanatani berbasis tanaman kenaf. Hal ini menjadikan KPHP Lalan Mendis sebagai Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pertama yang telah mengintegrasikan rencana pengelolaan emisi gas rumah kaca dan penanaman modal hijau secara inklusif. Hasil dari analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa area KPHP Lalan Mendis memiliki potensi dampak yang besar terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca karena luas dan kedalaman lahan gambutnya yang diperkirakan menyimpan hingga 63,7 juta ton CO2eq. Dengan asumsi harga karbon di

Asia Tenggara secara umum sebesar USD 2,6/ton (GBP 1,98/ton) karbon, maka nilai NPV yang dapat diperoleh adalah sebesar USD 14 juta (GBP 10.650.430). Kegiatan wanatani telah dikembangkan sebagai strategi mitigasi risiko. Strategi ini memberikan insentif bagi petani setempat dengan membuka lapangan pekerjaan dan peluang kemitraan bisnis dalam mengembangkan kawasan wanatani, khususnya untuk produksi berbagai kombinasi komoditas seperti jelutung, kenaf, jagung, dan nanas. Studi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa komoditas jelutung saja dapat menghasilkan NPV sebesar GBP 1.521.490. Sementara kombinasi jelutung dan kenaf, jelutung dan jagung, serta jelutung dan nanas dapat menghasilkan masing-masing GBP 47.166.190, GBP 20.540.115, dan GBP 119.436.965. KPHP Lalan Mendis menganggap bahwa waktunya telah tiba untuk mulai mengembangkan dan menerapkan rencana bisnis tersebut. Dalam hal ini, KPHP Lalan Mendis dapat memperoleh manfaat dari percepatan momentum perhutanan sosial melalui skema hutan desa dengan mulai menerapkan mekanisme plan vivo yang melibatkan masyarakat desa di wilayah kerjanya. Selain itu, pergantian kepemimpinan di tingkat provinsi menjadi peluang yang baik untuk membuka dialog dan mendapatkan dukungan dari kepala daerah yang baru. Saat ini, KPHP perlu meningkatkan kapasitas teknisnya dalam memantau status lahan, membuat pangkalan data tutupan lahan, serta memantau kondisi lahan secara waktu nyata (real time). Penundaan yang dapat muncul dalam rencana ini adalah pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) yang memung-kinkan KPHP Lalan Mendis untuk mengelola kegiatan bisnis secara legal. Sementara itu, proses lain yang serupa dengan plan vivo di tingkat desa dan kegiatan restorasi lahan gambut dapat diterapkan terlebih dulu.

This Material has been funded by UK aid from the UK Government; However the views express do not necessarily reflect

the UK government’s official policies

Plan Vivo di 2 Hutan Desa Rencana Bisnis Hijau KPHP