Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

154
i Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Transcript of Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Page 1: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

iKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 2: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita masih dapat menyelesaikan tugas-tugas diantaranya menyusun Laporan Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Tahun 2017. Laporan kinerja ini disusun merupakan perwujudan pertanggungjawaban pencapaian visi dan misi Kemenristekdikti dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Permenristekdikti Nomor 51 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Kemenristekdikti telah melakukan reviu dan revisi Rencana Strategis 2015-2019 dan menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) beserta manualnya. Langkah ini merupakan perwujudan tekad Kemenristekdikti untuk terus mengimplementasikan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tata kelola yang berorientasi pada hasil (kinerja) dan meningkatkan kualitas layanan publik. Disadari bahwa untuk dapat mewujudkan hal itu perlu mengimplementasikan SAKIP secara baik melalui peningkatan kualitas pada perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerjanya.

Kemenristekdikti berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja, memenuhi amanah mewujudkan pembangunan iptek dan pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan inovasi teknologi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Kemenristekdikti terus berupaya meningkatkan akses Pendidikan Tinggi pada masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi, mendorong peningkatan kualitas lulusan pendidikan tinggi yang memiliki daya saing, kualitas Perguruan Tinggi (PT) menuju World Class University (WCU), meningkatkan kinerja lembaga litbang sehingga dapat membawa lembaganya menjadi Pusat Unggulan Iptek (PUI), meningkatkan kualitas pendidikan dosen untuk dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembimbingan kepada mahasiswa maupun dalam melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Kemenristekdikti juga mendorong peningkatan kualitas riset dan pengembangan sehingga semakin banyak hasil riset yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, mendorong tumbuhnya industri atau start up company, meningkatkan kontribusi lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam mengembangkan produk produk inovasi bersama industri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Laporan kinerja tahun 2017 ini disusun mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenristekdikti 2015–2019, serta berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, agar masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan serta stakeholder dapat memperoleh gambaran tentang kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Jakarta, Februari 2018

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi,

ttd

Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D.Ak

ii | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 3: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Jakarta, 26 Februari 2018Inspektur Jenderal,

ttd

Prof. Dr. Jamal Wiwiho, SH., M.HumNIP 19611108 198702 1 001

iiiKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 4: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

TIM PENYUSUN

Penanggungjawab : Ainun Na’im

Pengarah : Jamal Wiwoho Intan Ahmad Patdono Suwignjo Ali Ghufron Mukti Muhammad Dimyati Jumain Appe

Ketua : Erry Ricardo Nurzal

Wakil Ketua : Moch. Wiwin Darwina

Sekretaris : E. Wahyudi

Anggota : Yusrial Bachtiar Rina Indiastuti Agus Indarjo John Hendri Prakoso Hadirin Suryanegara Eddy Siswanto Sawitri Isnandari Agus Susilohadi Dadi Alamsyah Zulfan Adrinaldi Akhmat Mahmudin M. Samsuri Wigit Jatmiko Arnold Achdijalsjah Verawati Puspitaningtyas Rini Susanti Praharani Anjasmara Yulia Setia Lestari Setio Wahyu Purnomo Triani Fatimaningpuri

Desain Grafis : Youngest Arsyani Akmad

iv | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 5: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan kinerja ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Permenristekdikti No. 51 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Kemenristekdikti berkomitmen untuk terus meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu tata kelola yang berorientasi pada hasil (kinerja) dan meningkatkan kualitas layanan publik. Beberapa upaya yang dilakukan dalam rangka mengimplementasikan SAKIP secara baik adalah melakukan perbaikan pada komponen SAKIP yaitu perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja, serta menindaklanjuti catatan-catatan penting rekomendasi hasil evaluasi oleh Kementerian PAN dan RB.

Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran, lembaga pendidikan tinggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan tinggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan tinggi;

b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang standar kualitas lembaga penelitian, sumber daya manusia, sarana dan prasarana riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, percepatan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi;

c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan

riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi asing, lembaga penelitian dan pengembangan asing, badan usaha asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan terapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

g. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; dan

i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis organisasi. Masing-masing sasaran strategis yang ditetapkan mempunyai indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaiannya. Hasil pengukuran kinerja tahun 2017 bisa dilihat dari ketercapaian masing-masing indikator kinerja utama.

Di tahun 2017 Kemenristekdikti melakukan reviu dan revisi Rencana Strategis 2015-2019, menetapkan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) yaitu : Indeks Inovasi, Indeks Pendidikan Tinggi dan Indeks Reformasi Birokrasi. Untuk mengukur pencapaian sasaran strategis tersebut (Indeks Inovasi dan Indeks Pendidikan Tinggi) diukur dari pencapaian Indikator Kinerja Program (IKP) yang secara langsung berkontribusi dalam pencapaian Sasaran Strategis. Sedangkan Indeks Reformasi Birokrasi diperoleh dari hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kemenristekdikti oleh Kementerian PAN & RB.

vKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 6: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Hasil pengukuran kinerja tahun 2017 bisa dilihat dari ketercapaian masing-masing sasaran strategis dan indikator kinerja utama yaitu :

1. Sasaran strategis (SS 1) : Meningkatnya Relevansi, Kuantitas dan Kualitas Pendidikan Tinggi, dengan indikator kinerja (IKSS 1) Indeks Pendidikan Tinggi ditargetkan 26,17 dengan capaian kinerja adalah 39,89.

2. Sasaran strategis (SS 2) : Meningkatnya Kemampuan Iptek dan Inovasi, dengan indikator kinerja (IKSS 2) Indeks Inovasi ditargetkan 16,85 dengan capaian kinerja adalah 48,56.

3. Sasaran strategis (SS 3) : Terlaksananya Reformasi Birokrasi, dengan indikator kinerja (IKSS 3) Indeks Reformasi Birokrasi ditargetkan 75 dengan capaian kinerja adalah 71,23.

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target2015-2019

Capaian2016

Tahun 2017

Target Realisasi % Capaian

1.Meningkatnya Relevansi,

Kuantitas danKualitas Pendidikan Tinggi

IndeksPendidikan Tinggi 42,25 - 26,17 39,89 152%

2. Meningkatnya KemampuanIptek dan Inovasi Indeks Inovasi 32,41 - 16,85 48,56 288%

3. Terlaksananya Reformasi Birokrasi IndeksReformasi Birokrasi 85 67,46 75 71,23 95%

Tabel 1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2017

Pagu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam DIPA 2017 yang digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian kinerja kementerian tahun 2017 sebesar Rp 42.357.331.599.000. Pagu sebesar tersebut dilaksanakan untuk membiayai dua fungsi yang ada Kemenristekditi yaitu fungsi layanan umum dan fungsi pendidikan tinggi. Dari pagu anggaran Rp 42.357.331.599.000 yang dianggarkan untuk mencapai target yang ditetapkan terealisasi sebesar Rp 37.500.924.802.132 sehingga persentase daya serap anggaran Kemenristekdikti sampai Desember 2017 adalah sebesar 88,5%.

vi | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 7: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iTIM PENYUSUN iiiIKHTISAR EKSEKUTIF ivDAFTAR ISI viDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR TABEL viiiDAFTAR GRAFIK x

BAB 1 PENDAHULUAN 111.1 Latar Belakang 121.2 Maksud dan Tujuan 121.3 Tugas dan Fungsi 131.4 Struktur Organisasi 141.5 Sumber Daya Manusia 151.6 Anggaran 161.7 Sistematika Penyajian 17

BAB II PERENCANANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 182.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 192.2 Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 222.3. Arah Kebijakan dan Strategi 252.4 Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017 26

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 273.1 Pengukuran Kinerja 283.2 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 313.3 Analisis Capaian Kinerja 343.4 Realisasi Anggaran 139

BAB IV P E N U T U P 143

viiKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 8: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Kemenristekdikti 14Gambar 2 Kerangka Logis dan Program Kemenristekdikti dalam Mendukung Daya Saing 19Gambar 3 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome) 28Gambar 4 Agenda Tahunan (Siklus) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 34Gambar 5 Contoh Profil Lulusan Bidik Misi 42Gambar 6 Profil Lulusan ADik dan 3T 43Gambar 7 Seminar How Science and Techno Parks Propel Innovation Indonesia and Swiss Experience 65Gambar 8 Arah, Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Taman Sains dan Teknologi 81Gambar 9 Dimensi, Sasaran dan Indikator Keberhasilan Taman Sains dan Teknologi 82Gambar 10 Peran STP dalam Memfasilitasi Aktor-Aktor Inovasi (A-B-G) 84Gambar 11 Empat faktor kunci dalam Pengembangan Taman Sains dan Teknologi 85Gambar 12 Lokasi dan Aksesibilitas KST Unpad 86Gambar 13 Clustering Inventor dan Tenant KST Unpad 87Gambar 14 Lokasi UGM Science Techno Park (STP) 88Gambar 15 Produk Implan Tulang SS316L 101Gambar 16 Produk Kapsul Buah Merah 500VE 101Gambar 17 Subsea Swimmer Thruster 101Gambar 19 Kerangka Kerja Tingkat Kesiapan Inovasi (KATSINOV) 116

viii | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 9: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2017 viiTabel 2 Pegawai Kemenristekdikti Berdasarkan Unit Kerja 15Tabel 3 Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 16Tabel 4 Tujuan Strategis dan Indikator Tujuan 24Tabel 5 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 24Tabel 6 Perjanjian Kinerja (PK) Kemenristekdikti Tahun 2017 26Tabel 7 Komponen Indeks Pendidikan Tinggi 29Tabel 8 Komponen Indeks Inovasi 30Tabel 9 Capaian Kinerja Sasaran Strategis Kemenristekdikti Tahun 2017 34Tabel 10 Capaian Indeks Pendidikan Tinggi 36Tabel 11 Capaian Indikator Pembentuk Indeks Pendidikan Tinggi 36Tabel 12 Capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 37Tabel 13 Pertumbuhan APK Tahun 2013-2017 38Tabel 14 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Asia Tenggara 38Tabel 15 Target dan Realisasi Penerima Beasiswa Bidikmisi 39Tabel 16 Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa Adik Papua dan 3T 42Tabel 17 Alokasi BOPTN 43Tabel 18 Pertumbuhan PT dan Prodi 2010 – 2017 44Tabel 19 Capaian Jumlah Mahasiswa Berwirausaha 44Tabel 20 Capaian Persentase Mahasiswa Bersertifikasi Kompetensi dan Profesi Uji Kompetensi 47Tabel 21 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi Enam Profesi Tahun 2017 47Tabel 22 Capaian Persentase Prodi Terakreditasi Minimal B 49Tabel 23 Persentase Lulusan Pendidikan Tinggi Yang Langsung Bekerja 52Tabel 24 Capaian Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI 54Tabel 25 Jumlah Mahasiswa Berprestasi 56Tabel 26 Jumlah Mahasiwa Berprestasi Tahun 2017 56Tabel 27 Capaian Persentase Mahasiswa Lulus PPG 58Tabel 29 Tren Peringkat 9 Perguruan Tinggi Di Indonesia Dalam QS WUR 60Tabel 28 Capaian Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia 60Tabel 30 Profil World Class University di Asia Tahun 2017 61Tabel 31 Capaian Jumlah PT berakreditasi A (Unggul) 65Tabel 32 Akreditasi Perguruan Tinggi 2012-2017 66Tabel 33 Perguruan Tinggi Terakreditasi A (Unggul) Tahun 2017 67Tabel 35 Pertumbuhan Dosen Berkualifikasi S3 69

ixKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 10: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 34 Persentase Dosen Berkualifikasi S3 69Tabel 37 Program Beasiswa S3 Dosen s/d Tahun 2017 70Tabel 36 Jumlah Dosen S3 di Beberapa Negara Asia 70Tabel 38 Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya 71Tabel 39 Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya Tahun 2017 71Tabel 40 Jumlah SDM Yang Meningkat Kompetensinya 72Tabel 41 Kinerja SDM Yang Meningkat Kompetensinya Tahun 2017 72Tabel 42 Jumlah Revitalisasi Sarpras PTN 73Tabel 43 Revitalisai PTN Tahun 2017 74Tabel 44 Jumlah Publikasi Internasional 74Tabel 45 Publikasi Internasional Negara Asean 2013-2017 75Tabel 46 Peringkat Scientific Journal Ranking dengan Negara ASEAN 75Tabel 47 Capaian Indeks Inovasi 78Tabel 48 Capaian Indikator Pembentuk Indeks Inovasi 78Tabel 49 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature 82Tabel 51 Lembaga Litbang yang telah Ditetapkan Sebagai PUI Tahun 2011-2017 94Tabel 50 Capaian Jumlah Pusat Unggaulan Iptek 94Tabel 52 Perbandingan Kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi di Indonesia dan Luar Negeri 99Tabel 53 Capaian Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3 101Tabel 54 Jumlah Lulusan SDM Litbang Berkualifikasi S3 Tahun 2017 101Tabel 55 Jumlah KI yang didaftarkan 102Tabel 56 Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level) 103Tabel 57 Capaian Jumlah prototipe R&D 105Tabel 58 Capaian InSINas (Data 2015-2017) Teknologi Lampu TL-LED untuk Kereta Penumpang 106Tabel 59 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data 2017) 106Tabel 60 Jumlah Prototipe industri 107Tabel 61 Capaian Jumlah Produk Inovasi Indeks Reformasi Birokrasi 138Tabel 62 Indeks Reformasi Birokrasi 138Tabel 63 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Unit Organisasi 139Tabel 64 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja 140Tabel 65 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Program 140

x | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 11: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2017 16Grafik 2 Capaian IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi 40Grafik 3 Proporsi Pekerjaan Lulusan Bidikmisi 40Grafik 4 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi 2015-2017 47Grafik 5 Program Studi yang Diminati Dalam Program KNB (2010 – 2017) 62Grafik 6 Sebaran Beasiswa KNB di Perguruan Tinggi (2010 – 2017) 63Grafik 7 Distribusi Asal Mahasiswa Internasional di Indonesia 65Grafik 8 Penyerapan Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2015-2017 141

11Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 12: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

12 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 13: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan pendidikan tinggi merupakan faktor penting dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) yang menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Dasar hukum pembangunan iptek nasional dan pendidikan tinggi (dikti) tersebut adalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen ke-4 Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).

UUD 1945 Pasal 28 C ayat (1) menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari iptek, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Selanjutnya dalam Pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sementara itu, Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Selanjutnya Pasal 31 ayat (4) menjelaskan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Tambahan pula, Pasal 31 ayat (5) menyatakan bahwa Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Pembangunan iptek dan dikti hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika pembangunan iptek dan dikti mampu menghasilkan produk teknologi dan inovasi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat. Mengingat pentingnya iptek serta dikti dalam pembangunan di Indonesia, Pemerintah Indonesia menggabungkan riset, teknologi, dan

pendidikan tinggi menjadi satu kementerian, yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dengan harapan akan semakin meningkatkan produktivitas dan relevansi penelitian baik di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian lainnya.

Pada Rencana Strategis (Renstra) Kemenristekdikti 2015-2019, terpancang sasaran strategis Kemenristekdikti untuk periode 5 tahun yaitu: 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi; 2. Hilirisasi hasil penelitian. Upaya strategis tersebut ditujukan untuk peningkatan pembangunan iptek dan dikti sehingga mampu menghasilkan produk teknologi dan inovasi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Kemenristekdikti juga mendorong adanya kerja sama antara dunia penelitian dari berbagai universitas, lembaga litbang dengan dunia bisnis. Kemenristekdikti mendorong adanya kerja sama peneliti dengan pelaku bisnis sejak awal supaya ada kepastian dari industri bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti bisa dipakai oleh industri, supaya hasil penelitian memberikan sumbangan terhadap perekonomian negara.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan laporan kinerja Kemenristekdikti tahun 2017 ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada Presiden atas pelaksanaan program/kegiatan, kinerja dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Penyusunan laporan kinerja ini juga untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian sasaran dan kinerja tahun 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

13Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 14: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.3 Tugas dan Fungsi

Sesuai Perpres No. 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara, Pasal 2 ayat (3), Kemenristekdikti merupakan Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD Tahun 1945, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Kementerian Kelompok II. Pada Pasal 4 ayat (1), Kementerian Kelompok I dan Kelompok II mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut, Kementerian Kelompok II menyelenggarakan fungsi: a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai amanah Perpres No. 13 Tahun 2015 Pasal 2, Kemenristekdikti mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Selanjutnya dalam Pasal 3, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kemenristekdikti menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran, lembaga pendidikan tinggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan tinggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan tinggi;

b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang standar kualitas lembaga penelitian, sumber daya manusia, sarana dan prasarana riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, penguatan kemampuan audit teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), percepatan

penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi;

c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi iptek;

d. pemberian izin tertulis kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) oleh perguruan tinggi asing, lembaga litbang asing, badan usaha asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. pemberian izin tertulis kegiatan litbang terapan iptek yang berisiko tinggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenristekdikti;

g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kemenristekdikti;

h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kemenristekdikti; dan

i. pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kemenristekdikti.

Hal penting dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga-lembaga publik adalah implementasi tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu, Kemenristekdikti menyadari sepenuhnya bahwa aspek tata kelola kepemerintahan yang baik merupakan landasan awal bagi kesuksesan tercapainya Visi dan Misi organisasi. Tantangan yang dihadapi organisasi kedepan sangatlah berat seiring dengan perkembangan lokal dan global yang menuntut organisasi harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan dan trend baru yang terjadi.

14 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 15: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.4 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kemenristekdikti ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenristekdikti, terdiri atas :

a. Sekretariat Jenderal;

b. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan;

c. Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti;

d. Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti;

e. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan;

f. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi;

g. Inspektorat Jenderal;

h. Staf Ahli Bidang Akademik;

i. Staf Ahli Bidang Infrastuktur;

j. Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produktivitas;

k. Pusat Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;

l. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan

m. Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Struktur Organisasi Kemenristekdikti digambarkan pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi Kemenristekdikti

15Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 16: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.5 Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi didukung oleh 119.614 orang pegawai, yang terdiri dari 1.264 pegawai pusat dan 118.350 pegawai PTN dan Kopertis.

No Unit KerjaJenis Kelamin

JumlahPria Wanita

1 Menteri 1 - 1

2 Staf Ahli Bidang Akademik - 1 1

3 Staf Ahli Bidang Infrastruktur 1 - 1

4 Staf Ahli Bidang Relevansi Dan Produktivitas 1 - 1

5 Sekretariat Jenderal 139 96 235

Sekretaris Jenderal 1 - 1

Biro Perencanaan 15 13 28

Biro SDM 38 29 67

Biro Keuangan dan Umum 57 23 80

Biro Hukum dan Organisasi 20 13 33

Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik 8 18 26

6 Inspektorat Jenderal 24 14 38

7 Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan 58 42 100

8 Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti 62 63 125

9 Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti 62 33 95

10 Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan 93 70 163

11 Ditjen Penguatan Inovasi 76 46 122

12 Pusat Data dan Informasi Iptek dan Dikti 21 7 28

13 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 284 38 322

14 Pusat Pendidikan dan Pelatihan 24 8 32

15 PTN / Kopertis - - 118.350

Total 119.614

Tabel 2 Pegawai Kemenristekdikti Berdasarkan Unit Kerja

16 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 17: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.6 Anggaran

Pagu anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 sebesar Rp 42.357.331.599.000 dengan proporsi terbesar adalah anggaran untuk PTN dan Kopertis sebesar 70,3% dan sisanya dialokasikan untuk Unit Utama.

No Satuan Kerja Pagu Proporsi (%)

1 Ditjen Belmawa 5.500.984.969.000 13,0%

2 Ditjen Kelembagaan 549.954.769.000 1,3%

3 Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti 1.328.634.812.000 3,1%

4 Ditjen Penguatan Risbang 1.501.626.673.000 3,5%

5 Ditjen Penguatan Inovasi 323.969.134.000 0,8%

6 Sekretariat Jenderal 3.052.576.261.000 7,2%

7 Inspektorat Jenderal 40.447.429.000 0,1%

8 Puspiptek 86.000.000.000 0,2%

9 Pusdiklat 43.845.445.000 0,1%

10 Pusdatin 46.650.000.000 0,1%

11 PP Iptek 19.600.000.000 0,0%

12 LBM EIJKMAN 80.998.510.000 0,2%

13 PTN/KOPERTIS 29.782.043.597.000 70,3%

Grand Total 42.357.331.599.000 100,0%

Tabel 3 Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017

Dari sisi jenis belanja paling besar dialokasikan untuk belanja barang sebesar 46,61%, belanja pegawai 33,3%, belanja modal 11,86%% dan belanja bantuan sosial 8,21%.

Grafik 1Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2017

17Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 18: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1.7 Sistematika Penyajian

Laporan kinerja ini melaporkan capaian kinerja Kemenristekdikti tahun 2017 sesuai Renstra Tahun 2015-2019. Analisis Capaian Kinerja (performance result) diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi, yang memungkinkan diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai perbaikan kinerja di masa mendatang.

Sistematika penyajian Laporan Kinerja Kemenristekdikti Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Ikhtisar Eksekutif, menyajikan ringkasan pencapaian Kemenristekdikti Tahun 2017.

2. Bab. I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penyusunan laporan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi, sumber daya manusia dan anggaran.

3. Bab. II - Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Rencana Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi, dan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017.

4. Bab. III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017, menjelaskan tentang pengukuran dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, serta analisis capaian kinerja sebagai pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis dan realisasi anggaran pada tahun 2017.

5. Bab. IV – Penutup, menjelaskan kesimpulan menyeluruh dan upaya perbaikan.

• Costumer Service

18 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 19: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i
Page 20: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

Agenda pembangunan Indonesia berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga (2015-2019) adalah memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian berbasis pada Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek.

Dari sisi daya saing, peringkat daya saing Indonesia naik ke posisi 36 menurut laporan World Economic Forum (WEF). Dalam laporan yang bertajuk Global Competitiveness Index 2017-2018 edition, daya saing Indonesia naik 5 peringkat ke posisi 36 dari 137 negara, setelah tahun lalu berada di posisi 41. Meski naik ke posisi 36, peringkat daya saing Indonesia masih di bawah 3 negara tetangga di ASEAN yaitu Thailand yang berada di posisi 32, Malaysia di posisi 23, dan Singapura di posisi 3. Namun, Indonesia masih berada di atas Vietnam yang berada di posisi 55 dan Filipina di posisi 56 serta Brunei Darussalam di posisi 46.

Menurut WEF Indonesia adalah salah satu inovator teratas di antara negara berkembang. Indonesia telah memperbaiki kinerjanya di semua pilar seperti Korea. Pilar-pilar tersebut adalah institusi, infrastruktur,

lingkungan makro ekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan yang lebih tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, perkembangan pasar uang, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis serta inovasi. Selain itu, Indonesia menempati peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis. Indonesia adalah salah satu inovator teratas di antara negara berkembang.

Untuk mewujudkan peningkatan indeks pendidikan dan pelatihan pendidikan tinggi dan inovasi, ada dua direct core element yang harus ditingkatkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, yaitu inovasi dan tenaga kerja terampil Dikti seperti diperlihatkan dalam Gambar 2. Dua direct core element tersebut didukung oleh indirect core element, yaitu penelitian dan pengembangan serta didukung juga oleh dua supporting element, yaitu lembaga yang berkualitas dan sumber daya yang berkualitas. Untuk dapat mewujudkan peningkatan kedua indeks tersebut, maka direct core element, indirect core element, dan supporting element ini harus ada dan saling mendukung satu sama lain.

Gambar 2 Kerangka Logis dan Program Kemenristekdikti dalam Mendukung Daya Saing

20 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 21: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pada lima elemen tersebut, masih ditemui beberapa permasalahan. Pertama adalah kualitas kelembagaan iptek masih harus ditingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam kaitan ini misalnya aspek tata kelola administrasi lemlitbang pemerintah masih sangat rumit sehingga akan menghambat efektifitas koordinasi.

Isu yang cukup mendasar dalam konteks Kelembagaan Iptek adalah revitalisasi kelembagaan khususnya dalam upaya membangun fleksibilitas kelembagaan iptek dan mendorong lemlitbang untuk menjadi pusat unggulan atau center of excellence. Salah satu upaya dalam mendukung berkembangnya Pusat Unggulan adalah dengan mendorong efektifitas pelaksanaan akreditasi dengan penjaminan mutu lembaga litbang yang dilakukan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP).

Selain itu, kualitas pendidikan tinggi masih relatif rendah baik dalam konteks institusi (Perguruan Tinggi) maupun program studi yang diindikasikan oleh mayoritas Perguruan Tinggi hanya berakreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Disamping itu, Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu berkompetisi dengan Perguruan Tinggi negara lain bahkan masih tertinggal dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sekalipun. Sejumlah lembaga internasional secara berkala melakukan survei untuk menyusun peringkat universitas terbaik dunia dan menempatkan universitas-universitas Indonesia, bahkan yang berstatus paling baik di Indonesia sekalipun berada pada posisi yang masih rendah.

Elemen kedua adalah sumber daya yang berkualitas. Bertolak dari fakta yang ada sekarang bahwa berdasarkan data GCR peringkat ketersediaan ilmuwan dan engineer masih berada di peringkat 40 dunia pada tahun 2013-2014. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2009-2010 yang berada pada peringkat 31. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan Indonesia dalam menangani masalah SDM Iptek khususnya ketercukupan jumlah dosen, ilmuwan, dan perekayasa masih perlu ditingkatkan. Pemerintah juga berusaha memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM Iptek di lembaga litbang pemerintah melalui pemberian beasiswa pendidikan S2 dan S3, maupun pelatihan.

Dari aspek investasi litbang, Pemerintah masih merupakan penyedia dana terbesar dan juga pelaku terbesar dari kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia sedangkan sektor swasta masih sangat terbatas peranannya, baik sebagai pelaku apalagi sebagai penyedia dana. Rasio belanja litbang sektor pemerintah di Indonesia saat ini sebesar 82,3%, sementara sektor swasta hanya sebesar 17,7% (Survey Litbang Sektor Industri Manufaktur, 2011). Sebagai perbandingan di negara lain seperti Malaysia, rasio belanja litbang pemerintahnya hanya sebesar 15% sedangkan sektor swastanya sebesar 85% (tahun 2006). Thailand memiliki rasio belanja litbang pemerintah sebesar 55% sedangkan yang bersumber dari swasta sebesar 45%.

Terkait sarana-prasarana litbang yang telah dibangun di berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di kawasan Puspiptek Serpong yang di dalamnya terdapat 35 laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi litbang berbagai lemlitbang di antaranya LIPI, BATAN, BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup juga perlu direvitalisasi untuk mendukung relevansi dan produktivitas iptek. Sedangkan untuk meningkatkan akses mahasiswa belajar di Perguruan Tinggi, banyak Perguruan Tinggi yang masih kekurangan gedung belajar, fasilitas dan peralatan penelitian.

Kemudian, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi, Indonesia membutuhkan banyak tenaga terampil dari berbagai profesi. Sayangnya pendidikan profesi dan sertifikasi tenaga terampil terlambat dilaksanakan di Indonesia. Meskipun pendidikan profesi dokter, akuntan, dan pengacara sudah dilaksanakan cukup lama tetapi beberapa pendidikan profesi, seperti profesi insinyur yang sangat dibutuhkan di lapangan kerja sampai sekarang belum dilaksanakan. Keterlambatan juga terjadi pada sertifikasi tenaga terampil. Uji kompetensi dan sertifikasi tenaga terampil baru dilakukan untuk profesi dokter, perawat yang dimulai tahun 2014. Diharapkan juga untuk tenaga profesi yang lain yaitu insinyur, akuntan, dan arsitek.

Kebutuhan tenaga terampil yang bersertifikat menjadi lebih penting lagi saat diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada saat itu, tenaga terampil yang tidak bersertifikat akan sulit

21Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 22: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

untuk bersaing dengan tenaga terampil bersertifikat dalam mendapatkan pekerjaan. Lebih-lebih lagi jika tenaga kerja terampil Indonesia untuk bisa bersaing di lapangan kerja di luar negeri harus mempunyai sertifikat profesi yang tidak hanya diakui oleh Indonesia tetapi juga diakui oleh negara-negara lain. Indonesia harus segera melakukan sertifikasi pada tenaga terampilnya agar mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di pasar tenaga kerja domestik maupun internasional.

Permasalahan lain terkait dengan sumber daya pendidikan tinggi di Indonesia juga terjadi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Permasalahan pokok pada pendidikan calon guru di LPTK adalah banyaknya jumlah LPTK dan rendahnya mutu LPTK yang merupakan wahana untuk meningkatkan tenaga pendidik.

Elemen ketiga adalah penelitian dan pengembangan yang ditunjukkan oleh produktivitas iptek yang dinilai oleh dua indikator yaitu paten dan publikasi ilmiah. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sekitar 90% permohonan hak paten yang mendaftarkan ke Direktorat Jenderal HKI merupakan paten dari luar negeri dan sisanya sekitar 10% merupakan paten domestik Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sampai saat ini, Indonesia masih tergantung dan dikuasai oleh teknologi dari luar dibandingkan dari dalam negeri. Pendaftaran paten domestik Indonesia jika dilihat dari Tahun 2001 s/d 2013 semakin bertambah akan tetapi jumlah pendaftaran paten domestik tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah pendaftaran paten dari luar negeri yang mengajukan ke Direktorat Jenderal HKI-Kementerian Hukum dan HAM.

Ukuran lainnya dari produktivitas iptek adalah jumlah publikasi (dokumen). Dalam hal ini, menurut Scientific Journal Ranking (SJR), Indonesia berada pada peringkat ke-61 dengan H-index sebesar 112. H-index merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah dokumen (publikasi) dari tahun 1996-2007; (2) jumlah publikasi yang layak dikutip (citable documents); (3) jumlah kutipan (citations); (4) jumlah kutipan sendiri (self citation); dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citations per document). Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam dan Filipina.

Upaya mendorong peningkatan perolehan HKI, telah dilakukan melalui instrumen kebijakan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yaitu InsentiF Riset SINas disamping riset-riset dasar dan terepan untuk meningkatkan academic exelence juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototipe yang dapat diadopsi oleh industri. Disamping itu juga memfasilitas peningkatan perolehan HKI domestik, dengan memberikan insentif berupa insentif inventor yang ingin mendaftarkan paten, dan fasilitasi pembentukan dan penguatan sentra HKI.

Elemen keempat adalah pembelajaran dan kemahasiswaan. Permasalahan pokok yang mengemuka adalah akses ke layanan pendidikan tinggi belum merata bahkan ketimpangan tingkat partisipasi antara kelompok masyarakat kaya dan miskin tampak nyata, masing-masing 43,6% dan 4,4% (Susenas 2012). Kelompok masyarakat miskin tidak mampu menjangkau layanan pendidikan tinggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh ketiadaan biaya. Kendala finansial menjadi masalah utama bagi lulusan-lulusan sekolah menengah dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Selain itu, angka pengangguran terdidik masih cukup tinggi yang mengindikasikan bahwa relevansi dan daya saing pendidikan tinggi masih rendah dan ketidakselarasan antara Perguruan Tinggi dan dunia kerja. Pengangguran terdidik memberi indikasi bahwa program-program studi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi mengalami kejenuhan karena peningkatan jumlah lulusan tidak sebanding dengan pertumbuhan pasar kerja. Bagi lulusan Perguruan Tinggi yang terserap di pasar kerja, sebagian besar (60%) bekerja di bidang pekerjaan yang termasuk kategori white collar jobs (manajer, profesional) yang menuntut keahlian/keterampilan tinggi dan penguasaan ilmu khusus (insinyur, dokter, guru). Namun, sebagian dari mereka (30%) juga ada yang bekerja di bidang pekerjaan yang bersifat semi terampil (tenaga administrasi, sales) bahkan ada juga yang berketerampilan rendah sehingga harus bekerja di bagian produksi (blue-collar jobs). Gejala ini memberi gambaran bahwa kurikulum yang dikembangkan di Perguruan Tinggi kurang relevan dan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri.

Perguruan Tinggi juga belum sepenuhnya dapat melahirkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki

22 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 23: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

daya saing mumpuni. Relevansi dan daya saing lulusan perguruan tinggi sangat ditentukan oleh penguasaan tiga hal, yaitu: (i) academic skills yang berhubungan langsung dengan bidang ilmu yang ditekuni di Perguruan Tinggi, (ii) generic/lifeskills yang merujuk pada serangkaian dan jenis-jenis keterampilan yang diperoleh selama menempuh pendidikan yang dapat diaplikasikan di lapangan kerja serta mencakup banyak hal seperti kemampuan berpikir kritis-kreatif, pemecahan masalah, komunikasi, negosiasi, kerja dalam tim, dan kepemimpinan, dan (iii) technical skills yang berkaitan dengan profesi spesifik yang mensyaratkan pengetahuan dan keahlian agar berkinerja bagus pada suatu bidang pekerjaan.

Elemen kelima adalah inovasi. Fakta menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dalam negeri di industri masih perlu ditingkatkan. Data hasil survei Kemenristek–BPPT (2011) terhadap industri manufaktur menyatakan bahwa 58% teknologi di industri diperoleh dari luar negeri dan hanya sekitar 31% yang menyatakan diperoleh dari dalam negeri. Jepang, Cina, Jerman dan Taiwan menjadi negara yang paling besar teknologinya digunakan oleh industri di dalam negeri. Meskipun anggaran untuk penelitian semakin tahun semakin besar, besarnya anggaran penelitan sebelum tahun 2015 belum mampu mendanai penelitian sampai ke hilir, yaitu penelitian yang mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan hilirisasi penelitian membutuhkan anggaran yang besar. Sebagai akibatnya, selama ini penelitian di Perguruan Tinggi kebanyakan berhenti sampai menghasilkan prototipe skala laboratorium, HKI, dan publikasi internasional. Oleh karena itu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui program/kegiatan Pendayagunaan Teknologi di Industri mendorong agar teknologi yang dihasilkan lemlitbang dimanfaatkan dan didayagunakan oleh industri.

2.2 Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019

Rencana strategis (Renstra) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13 Tahun 2015. Guna

meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi telah dilakukan revisi Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 yang ditetapkan berdasarkan Permenristekdikti No. 50 Tahun 2017.

Dengan pertimbangan menjalankan amanah Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek, dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi serta mempertimbangkan kondisi umum dan aspirasi masyarakat, kerangka kerja logis yang dibangun untuk menopang daya saing nasional, mengoptimalkan potensi yang dimiliki dan mencermati potret permasalahan-permasalahan, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis.

2.2.1 Visi

Dalam rangka melaksanakan agenda pembangunan RPJMN 2015-2019 dan menjalankan amanah sesuai tugas dan fungsinya, maka pada tahun 2015-2019 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Visi sebagai berikut :

Terwujudnya

Pendidikan Tinggi

Yang Bermutu Serta

Kemampuan Iptek

dan Inovasi Untuk

Mendukung Daya Saing

Bangsa

23Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 24: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pendidikan tinggi yang bermutu dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang berpengetahuan, terdidik, dan terampil, sedangkan kemampuan iptek dan inovasi dimaknai oleh keahlian SDM dan lembaga litbang serta perguruan tinggi dalam melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek yang ditunjang oleh pembangunan faktor input (kelembagaan, sumber daya, dan jaringan). Sementara itu, makna daya saing bangsa adalah kontribusi iptek dan pendidikan tinggi dalam perekonomian yang ditunjukkan oleh keunggulan produk teknologi hasil litbang yang dihasilkan oleh industri/perusahaan yang didukung oleh lembaga litbang (LPNK, LPK, Badan Usaha, Perguruan Tinggi) dan tenaga terampil pendidikan tinggi.

2.2.2 Misi

Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Misi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah:

1. Meningkatkan relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas;

2. Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi; dan

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi.

Misi ini mencakup upaya menjawab permasalahan pembangunan iptek dan pendidikan tinggi pada periode 2015-2019 dalam aspek pembelajaran dan kemahasiswaan, kelembagaan, sumber daya, riset dan pengembangan, dan penguatan inovasi.

2.2.3 Tujuan Strategis

Dalam rangka mencapai Visi dan Misi, maka Visi dan Misi tersebut dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) yang harus dicapai adalah:

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi untuk keunggulan daya saing bangsa;

2. Meningkatkan inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa; dan

3. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien, berintegritas dalam rangka reformasi birokrasi.

24 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 25: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Untuk melihat secara lebih konkrit ketercapaian tujuan strategis telah ditetapkan indikator ukuran keberhasilan secara kuantitatif yang diukur berdasarkan indikator sasaran strategis pada tahun 2019.

No. Tujuan Indikator Target

1.Meningkatnya relevansi, kuantitas dan

kualitas pendidikan tinggiuntuk keunggulan daya saing bangsa

Indeks Pendidikan Tinggi 42,25

2. Meningkatkan inovasiuntuk keunggulan daya saing bangsa Indeks Inovasi Indonesia 32,41

3.Terwujudnya tata kelola pemerintahan

yang efektif, efisien, berintegritasdalam rangka reformasi birokrasi

Indeks Reformasi Birokrasi Kemenristekdikti Hasil Evaluasi Menpan RB 85

2.2.4 Sasaran Strategis

Tujuan strategis tersebut kemudian dijabarkan dalam 3 (tiga) sasaran strategis sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 2015-2019. Sasaran strategis tersebut adalah:

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi;

2. Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi; dan

3. Terlaksananya reformasi birokrasi.

Untuk melihat ketercapaian sasaran strategis telah ditetapkan indikator ukuran keberhasilan secara kuantitatif hingga tahun 2019.

Tabel 4 Tujuan Strategis dan Indikator Tujuan

Tabel 5 Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdikti 2015-2019

No. Sasaran Strategis IndikatorTarget

2017 2018 2019

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi Indeks Pendidikan Tinggi 26,17 34,12 42,25

2. Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi Indeks Inovasi Indonesia 16,85 24,82 32,41

3. Terlaksananya reformasi birokrasiIndeks Reformasi Birokrasi

Kemenristekdikti Hasil Evaluasi Menpan RB

75 80 85

25Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 26: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

2.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Mencermati potret permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Arah Kebijakan dan Strategi. Peningkatan kualitas pendidikan tinggi, pembangunan kemampuan iptek dan inovasi, serta peningkatan kontribusi iptek untuk mendukung peningkatan daya saing nasional bukan lagi sebuah pilihan namun menjadi sebuah keniscayaan. Arah kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah: 1) Meningkatkan tenaga terdidik dan terampil berpendidikan tinggi; 2) Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan lembaga litbang; 3) Meningkatkan sumber daya litbang dan pendidikan tinggi yang berkualitas; 4) Meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan; 5) Meningkatkan inovasi bangsa; dan Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, dan memiliki pelayanan publik berkualitas.

Sedangkan, fokus utama pembangunan iptek adalah mengacu pada RPJPN 2005-2025 yaitu ditujukan untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan iptek pada bidang-bidang sebagai berikut: Pangan; Energi; Teknologi dan Manajemen Transportasi; Teknologi Infomasi dan Komunikasi; Teknologi Pertahanan dan Keamanan; Teknologi Kesehatan dan Obat; dan Material Maju. Disamping itu fokus Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ditambah 3 (tiga) bidang yaitu: Maritim; Kebencanaan; dan Sosial humaniora, seni budaya dan pendidikan.

Sesuai dengan revitalisasi tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, secara substansial Strategi Kebijakan diarahkan untuk:

• Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK), mahasiswa yang berwirausaha, lulusan bersertifikat kompetensi dan profesi, program studi minimal B, lulusan yang langsung bekerja, perguruan tinggi yang menerapkan SNDIKTI, mahasiswa berprestasi, dan mutu LPTK dalam penyelenggaraan pendidikan akademik;

• Meningkatkan jumlah Perguruan Tinggi masuk dalam ranking 500 top dunia dan Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul), Pusat Unggulan Iptek dan

Science Technology Park (STP) atau Taman Sains dan Teknologi (TST) yang mature;

• Meningkatkan jumlah dosen dan SDM litbang berkualifikasi S3, jumlah SDM yang meningkat karir dan kompetensinya, dan revitalisasi sarpras PTN dan litbang;

• Meningkatkan jumlah publikasi internasional, kekayaan intelektual yang didaftarkan, prototipe hasil R & D dan prototipe indistri;

• Meningkatkan jumlah produk inovasi yaitu produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan oleh pengguna;

• Meningkatkan efisiensi perencanaan penganggaran, opini laporan keuangan BPK, nilai AKIP, Indeks Kepuasan Pelayanan, kasus hukum yang dapat diselesaikan, kesesuaian kompetensi pejabat, serta rasio data dan knowledge Iptek Dikti yang dimanfaatkan; dan

• Meningkatkan unit organisasi dan satker yang bersih dari penyimpangan material.

Strategi kebijakan tersebut dioperasionalkan dengan 5 (lima) program teknis, 1 (satu) program dukungan manajemen, dan 1 (satu) program pengawasan yaitu:

1. Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan;

2. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti;

3. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti;

4. Program Penguatan Riset dan Pengembangan;

5. Program Penguatan Inovasi.

6. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya; dan

7. Program Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kinerja Aparatur.

26 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 27: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

2.4 Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Perjanjian Kinerja, merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelola.

Tujuan ditetapkan Perjanjian Kinerja antara lain: meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2017 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya berbasis pada Renstra Kemenristekdikti 2015-2019. Perjanjian Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada tahun 2017, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6 Perjanjian Kinerja (PK) Kemenristekdikti Tahun 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Target

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas pendidikan tinggi Indeks Pendidikan Tinggi 26,17

2. Meningkatnya kemampuaniptek dan inovasi Indeks Inovasi Indonesia 16,85

3. Terlaksananya reformasi birokrasi Indeks Reformasi Birokrasi Kemenristekdikti Hasil Evaluasi Menpan RB 75

27Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 28: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i
Page 29: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3.1 Pengukuran Kinerja

Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, maka dapat dilihat jumlah persentase pencapaian pada masing-masing indikator kinerja utama. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan, yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.

Untuk mengukur capaian kinerja masing-masing IKU (IKSS) telah ditetapkan formula berdasarkan

Indeks Pendidikan Tinggi = [Indeks X(1)

+ Indeks X(2)

+ Indeks X(3)

+….....

+ Indeks X(n)

]/n

Dimana

Indeks Xi = Indeks dari masing masing Indikator Kinerja ProgramMasing-masing indeks komponen Indeks Pendidikan Tinggi tersebut merupakan Perbandin-gan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan

nilai minimum indikator yang bersangkutan.

Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;Indeks X

(i)= X

(i) - X

(i)min / [X

(i)maks - X

(i)min]

Dimana :

X(i)

: Indikator ke-i (i = 1, 2, 3…n)

Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja finansial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran

tingkat capaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:

tingkat ketercapaian pada komponen indikator kinerja di tingkat unit utama (IKP). Analisis capaian masing-masing IKU disampaikan secara rinci dengan mendefinisikan alasan penetapan masing-masing IKU; cara mengukurnya; capaian kinerja yang membandingkan tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target, tetapi pembandingan dengan tahun sebelumnya, trend kinerja selama 3 tahun terakhir dan pada akhir periode Renstra, pencapaian secara nasional dan/atau internasional yang disertai dengan data pendukung berupa tabel, foto/gambar, grafik, dan data pendukung lainnya.

3.1.1 Rumus Indeks Pendidikan Tinggi

Persentase CapaianRealisasi

Rencana

29Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 30: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pendidikan Tinggi berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pengukuran Indeks Pendidikan Tinggi untuk mengukur tingkat ketercapaian pelaksanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi yang dilakukan oleh Kemenristekdikti. Komponen indeks Pendidikan Tinggi disusun berdasarkan Indikator Kinerja Program yang berkontribusi langsung terhadap pencapaian program Pendidikan Tinggi diantaranya adalah.

Tabel 7 Komponen Indeks Pendidikan Tinggi

Komponen Indeks Pendidikan Tinggi

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Jumlah mahasiswa yang berwirausaha

Persentase Lulusan bersertifikasi kompetensi dan profesi

Persentase prodi terakreditasi minimal B

Persentase lulusan Pendidikan Tinggi yang langsung bekerja

Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI

Jumlah Mahasiswa Berprestasi

Persentase mahasiswa yang lulus PPG

Jumlah Perguruan Tinggi masuk Top 500 dunia

Jumlah PT berakreditasi A (Unggul)

Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature

Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Persentase dosen berkualifikasi S3

Jumlah SDM yang meningkat karirnya

Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya

Jumlah revitalisasi sarpras PTN

Jumlah publikasi internasional

Jumlah KI yang didaftarkan

Jumlah prototipe R&D

Jumlah prototipe industri

Jumlah produk Inovasi

30 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 31: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3.1.2 Rumus Indeks Inovasi

Indeks Inovasi = [Indeks X(1)

+ Indeks X(2)

+ Indeks X(3)

+….....

+ Indeks X(n)

]/n

Dimana

Indeks Xi = Indeks dari masing masing Indikator Kinerja ProgramMasing-masing indeks komponen Indeks Inovasi tersebut merupakan

Perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan.

Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;Indeks X

(i)= X

(i) - X

(i)min / [X

(i)maks - X

(i)min]

Dimana :

X(i)

: Indikator ke-i (i = 1, 2, 3…n)

Tabel 8 Komponen Indeks Inovasi

Komponen Indeks Pendidikan Tinggi

Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature

Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3

Jumlah publikasi internasional

Jumlah HKI yang didaftarkan

Jumlah prototipe R & D

Jumlah prototipe industri

Jumlah produk Inovasi

Pengukuran Indeks Inovasi untuk mengukur kemanfaatan hasil-hasil litbang dalam pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa, meningkatkan kontribusi iptek dalam pertumbuhan ekonomi dan mendorong tumbuhnya industri yang kompetitif.

31Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 32: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3.1.3 Indeks Reformasi Birokrasi

Indikator ini untuk menilai kemajuan pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam rangka mewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta mampu memberikan pelayanan publik. Untuk itu capaian kinerja pada indikator ini diperoleh dari hasil evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi oleh Kemenpan-RB.

3.2 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan tata kelola pemerintahan yang berorientasi hasil, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, secara konsisten menerapkan manajemen kinerja berupa: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3. Hal ini dilakukan agar kinerja kementerian berubah dari cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil/kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu, hal-hal yang berkaitan dengan kinerja seperti tujuan, sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU) menjadi titik-tolak manajemen, yang dirumuskan secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan.

Dalam rangka pengendalian kinerja, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi secara konsisten melakukan monitoring dan evaluasi melalui instrumen tatap muka dan berbasis web dalam rangka mengevaluasi kemajuan kinerja secara periodik (triwulan). Sehubungan dengan hal tersebut terus dikembangkan sistem informasi dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi capaian fisik dan anggaran unit organisasi (SIMonev).

Selanjutnya, dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus melaksanakan berbagai upaya perbaikan, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi kepada hasil (result oriented Government). Oleh karena itu dalam rangka membangun sinergi pelaksanaan SAKIP untuk

Gambar 3 Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome)

32 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 33: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

peningkatan kinerja di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, telah dilakukan berbagai agenda penguatan akuntabilitas kinerja (siklus penguatan akuntabilitas kinerja).

Pada tahun 2017 penguatan akuntabilitas kinerja dilakukan di semua komponen yang merupakan bagian integral dari SAKIP meliputi aspek: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja, serta evaluasi kinerja. Perbaikan dan penguatan diantaranya juga difokuskan pada hal-hal yang menjadi catatan penting dan rekomendasi hasil evaluasi yang dilakukan Kementerian PAN dan RB.

a. Perencanaan Kinerja

1) Melakukan revisi Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 yang ditetapkan dalam Permenristekdikti No. 50 Tahun 2017.

2) Merevisi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan dalam Kepmenristekdikti No. 255/M/KPT/ 2017, dan menyusun Manual IKU.

3) Menetapkan Perjanjian Kinerja (PK) Kemenristekdikti Tahun 2017 (Eselon I s/d IV).

4) Melakukan penyelarasan PK PTN & Kopertis Tahun 2017.

b. Pengukuran Kinerja

Sedang mengembangkan Sistem Informasi Perencanaan terintegrasi (e-PLANNING, e-MONEV dan e-KINERJA). Untuk e-MONEV sudah selesai dan diimplementasikan; e-PLANNING telah selesai diharapkan dapat diimplementasikan di tahun 2018; e-KINERJA masih dikembangkan, yang telah dapat diaplikasikan adalah untuk pelaporan Laporan Kinerja unit organisasi di lingkungan Kemenristekdikti.

33Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 34: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

c. Pelaporan KinerjaLaporan kinerja Kemenristekdikti berisi data dan informasi capaian kinerja yang terukur dan berorientasi

hasil (outcome) pada masing-masing indikator pada sasaran strategis. Capaian kinerja menggambarkan pembandingan capaian kinerja yang memadai, tidak hanya antara realisasi kinerja dengan target tahun berjalan, tetapi pembandingan dengan tahun sebelumnya, tren kinerja pada tiga tahun terakhir, pada akhir periode Renstra maupun kontribusinya terhadap pencapaian Nasional dan pembandingan dengan Internasional (apabila ada).

d. Evaluasi Kinerja

Secara konsisten melaksanakan evaluasi kinerja secara berkala yang dilakukan melalui:

• Sistem (SIMonev) yaitu capaian output baik fisik maupun anggaran dipantau oleh pimpinan secara real time. Capaian kinerja unit kerja telah digunakan dalam penentuan tunjangan kinerja dan rapor unit kerja juga disampaikan kepada seluruh unit organisasi oleh Menristekdikti secara langsung dan berkala (triwulan).

• Tatap muka dengan mengundang pimpinan unit utama di lingkungan Kemenristekdikti untuk menyampaikan capaian kinerja program (IKP) kegiatan-kegiatan prioritas setiap triwulan.

e. Implementasi Agenda Tahunan Peningkatan Akuntabilitas Kinerja

Dalam rangka mengimplementasikan SAKIP, Kemenristekdikti menetapkan Agenda Tahunan (siklus) implementasi SAKIP untuk peningkatan akuntabilitas kinerja mulai dari penetapan perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja.

Gambar 4 Agenda Tahunan (Siklus) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja

34 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 35: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 9 Capaian Kinerja Sasaran Strategis Kemenristekdikti Tahun 2017

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

1.Meningkatnya relevansi,

kuantitas dan kualitas Pendidikan Tinggi

Indeks Pendidikan Tinggi 26,17 39,89 152%

2. Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi Indeks Inovasi Indonesia 16,85 48,56 288%

3. Terlaksananya reformasi birokrasi

Indeks Reformasi Birokrasi Kemenristekdikti Hasil Evaluasi Menpan RB

75 71,23 95%

Analisis capaian kinerja dilakukan pada setiap pernyataan kinerja Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah sebagai berikut.

Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas Pendidikan Tinggi

Sasaran 1:

3.3 Analisis Capaian Kinerja

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah merumuskan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) agar pemangku kepentingan mudah dalam mengukur dan menganalisa keberhasilan kinerja Kementerian. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan tolok ukur capaian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang menjadi tanggungjawabnya. IKU ditetapkan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 Revisi yang ditetapkan dengan Permenristekdikti No. 50 Tahun 2017.

Ada 3 (tiga) hal penting yang mendasari ditetapkannya Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu peningkatan mutu Pendidikan Tinggi dan hilirisasi hasil-hasil penelitian serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Secara lebih konkrit ketercapaian sasaran strategis Kemenristekdikti tahun 2017 tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut.

35Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 36: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Upaya meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi menjadi kian penting dalam rangka menjawab berbagai tantangan besar. Tantangan paling nyata adalah globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pergerakan tenaga ahli antar negara yang begitu masif. Hal ini menuntut lembaga perguruan tinggi untuk melahirkan sarjana-sarjana yang berkualitas, memiliki keahlian dan kompetensi yang siap menghadapi kompetisi global. Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi juga merupakan urgensi yang mendesak untuk ditingkatkan. Pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Pendidikan Tinggi mesti juga melatih lulusan untuk mampu Mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain. Pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Untuk mengukur ketercapaian sasaran Meningkatnya relevansi, kuantitas dan kualitas Pendidikan Tinggi ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks Pendidikan Tinggi.

Indeks Pendidikan Tinggi

Indeks Pendidikan Tinggi adalah suatu ukuran untuk menilai tingkat ketercapaian pelaksanaan penyelenggaraan Pendidikan Tinggi yang dilakukan oleh Kemenristekdikti. Perhitungan Indeks Pendidikan Tinggi didasarkan pada 21 (dua puluh satu) indikator kinerja pembentuk, yaitu:

(1) Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi,

(2) Jumlah mahasiswa yang berwirausaha,

(3) Persentase Lulusan bersertifikasi kompetensi dan profesi,

(4) Persentase prodi terakreditasi minimal B,

(5) Persentase lulusan Pendidikan Tinggi yang langsung bekerja,

(6) Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI,

(7) Jumlah Mahasiswa Berprestasi,

(8) Persentase mahasiswa yang lulus PPG,

(9) Jumlah Perguruan Tinggi masuk Top 500 dunia,

(10) Jumlah PT berakreditasi A (Unggul),

(11) Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature,

(12) Jumlah Pusat Unggulan Iptek,

(13) Persentase dosen berkualifikasi S3,

(14) Jumlah SDM yang meningkat karirnya,

(15) Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya,

(16) Jumlah revitalisasi sarpras PTN,

(17) Jumlah publikasi internasional,

(18) Jumlah HKI yang didaftarkan,

(19) Jumlah prototipe R&D,

(20) Jumlah prototipe industry dan

(21) Jumlah Produk Inovasi.

Berdasarkan evaluasi penilaian Kemenristekdikti Nilai Indeks Pendidikan Tinggi tahun 2017 adalah sebesar 39,89. Realisasi tahun 2017 telah melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar 26,17 atau tercapai 152% dari target. Apabila dibandingkan dengan target Renstra tahun 2019 sebesar 42,25 maka pencapaiannya telah mencapai 62%.

36 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 37: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 10 Capaian Indeks Pendidikan Tinggi

Tabel 11 Capaian Indikator Pembentuk Indeks Pendidikan Tinggi

IKU Indeks Pendidikan Tinggi

Realisasi 20162017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

- 26,17 39,89 152% 42,25 92%

Berdasarkan data yang diolah Kemenristekdikti, capaian indikator kinerja pembentuk dari Indeks Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Target2019

Realisasi2016

Tahun 2017Target Realisasi %

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 32,55% 31,61% 31,75% 33,37% 105%

2. Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 4.000 2.553 3.000 4.470 149%

3. Persentase Lulusan bersertifikasi kompetensidan profesi 70% 50,65% 63% 55,07% 87,41%

4. Persentase prodi terakreditasi minimal B 46% - 42% 50,80% 121,42%

5. Persentase lulusan Pendidikan Tinggi yang langsung bekerja 75% 71% 65% 63% 96,92%

6. Persentase Perguruan Tinggiyang Menerapkan SNDIKTI 80% - 75% 67,72% 90,29%.

7. Jumlah Mahasiswa Berprestasi 4.235 9.296 3.500 11.680 333,70%

8. Persentase Mahasiswa yang Lulus PPG 98% - 96% 67,13% 70%

9. Jumlah Perguruan Tinggi masuk Top 500 Dunia 5 3 3 3 100%

10. Jumlah PT berakreditasi A (Unggul) 110 49 59 65 108%

11. Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature 22 14 16 16 100%

12. Jumlah Pusat Unggulan Iptek 40 27 30 46 153%

13. Persentase Dosen Berkualifikasi S3 16,63% 15,22% 13,09% 16,08% 122,80%

14. Jumlah SDM yang meningkat karirnya 21.500 11.463 19.228 14.561 75,72%

15. Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 3.061 2.551 2.141 1.669 77,95%

16. Jumlah revitalisasi sarpras PTN dan Litbang 118 73 118 118 100%

17. Jumlah publikasi internasional 56.237 9.574 12.000 16.147 134%

18. Jumlah KI yang didaftarkan 2.400 3.184 1.910 4.018 210%

19. Jumlah prototipe R&D 4.145 791 783 1.412 180%

20. Jumlah prototipe industri 95 45 20 86 430%

21. Jumlah produk Inovasi 175 30 40 51 127,50%

37Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 38: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa, sekaligus sebagai agen perubahan (agents of change) bagi sebuah bangsa. Daya saing SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih rendah akan menjadi persoalan serius bangsa dalam menghadapi pasar bebas (MEA). Oleh karena itu, upaya peningkatan daya saing bangsa perlu terus diupayakan oleh Pemerintah melalui peningkatan mutu dan kualitas layanan perguruan tinggi.

Salah satu indikator kualitas dan keberhasilan Pendidikan Tinggi di sebuah negara ialah dengan melihat besarnya jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikan dari jenjang pendidikan menengah ke jenjang Pendidikan Tinggi. Jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikan tersebut ditunjukkan melalui Angka Partisipasi Kasar (APK). Besarnya angka partisipasi kasar suatu jenjang pendidikan menunjukkan kualitas layanan pemerintah terhadap hak masyarakat memperoleh akses pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, besaran Angka Partisipasi Kasar (APK) juga menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh kemudahan dalam akses menempuh Pendidikan Tinggi.

Dengan demikian, persentase APK juga dapat digunakan sebagai penentu tingkat kualitas layanan pembelajaran dan kemahasiswaan perguruan tinggi. Sebagaimana negara-negara maju, maka kemajuan pendidikan tingginya juga dikaitkan dengan seberapa besar APK Pendidikan Tinggi di negera tersebut.

Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Cara menghitungnya yaitu dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat atau warga negara terhadap pendidikan itu sendiri, yaitu melalui Angka Partisipasi Kasar (APK), baik pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi (APK-PT).

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang kuliah di perguran tinggi terhadap jumlah penduduk usia kuliah (19-23 tahun). Cara penghitungan APK PT sebagai berikut.

Jumlah penduduk kuliah PTAPK PT = --------------------------------------------------- X 100% Jumlah penduduk usia 19-23 tahun

Tabel 12 Capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

29,15% 31,61% 31,75% 33,37% 105% 32,55% 102,50%

Pada tahun 2017 dari target yang ditetapkan sebesar 31,75% terealisasi sebesar 33,37%, dengan demikian persentase capaian adalah sebesar 105%. Jika dibandingkan dengan realisasi pada periode 2015 sebesar 29,15% dan 2016 sebesar 31,61% realiasi tahun 2017 terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada periode akhir Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 32,55%, capaian APK PT pada tahun 2017 jug sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar 102,50%.

38 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 39: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 13 Pertumbuhan APK Tahun 2013-2017

Tabel 14 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Asia Tenggara

Upaya peningkatan APK-PT pada prinsipnya sudah sesuai dengan rencana jangka panjang pembangunan pendidikan nasional. Hal itu ditunjukkan dengan adanya kecenderungan peningkatan APK-PT tiap tahun. Namun demikian, masih perlu upaya yang lebih optimal untuk meningkatkan APK Perguruan Tinggi.

KomponenTahun

2013 2014 2015 2016 2017

Penduduk Usia 19-23 21.055.900 21.376.600 21.385.800 21.592.800 21.727.300

Jumlah Mahasiswa 6.288.517 6.231.031 6.398.773 6.825.430 7.249.903

PTN 1.665.058 1.665.221 1.958.297 2.023.743 1.886.277

PTS 3.861.854 3.849.007 3.992.325 4.157.265 4.410.257

PTK 144.405 97.771 100.572 127.586 156.298

PTA 653.846 619.032 347.579 516.836 797.071

APK (%) 29,87 29,15 29,92 31,61 33.37

Pada Renstra Kemenristekdikti sampai tahun 2019, APK PT ditargetkan sebesar 32,55%. Target APK tersebut sebenarnya termasuk target pencapaian yang masih rendah. Menurut Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development – OECD) APK PT untuk negara berkembang minimal harus 36%. Capaian APK-PT Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia (37%), Filiphina (34%), dan Thailand (51%).

Country Population (millions) 2013 Pre-primary Primary Secondary Tertiary

Brunei 0.4 64% 94% 106% 25%

Cambodia 15.1 15% 125% 45% 16%

East Timor 1.1 10% NA NA NA

Laos 6.7 26% NA NA NA

Malaysia 29.7 84% 101% 71% 37%

Myanmar 53.3 9% 114% 50% 13%

Philippines 98.4 52% 107% 85% 34%

Singapore NA NA NA NA NA

Thailand 67.0 119% 96% 86% 51%

Sumber• https://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Asia diunduh 28 Desember 2017 (Gross Enrollment Ratio: Southeast Asia)• NA (Not Available)

39Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 40: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Perhitungan APK PT sangat dipengaruhi oleh ketersediaan data tentang jumlah mahasiswa dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pembaruan data yang valid tentang jumlah mahasiswa seluruh PT di Indonesia terus dioptimalkan. Berdasarkan data yang ada pada PD Dikti, sampai November 2017 masih belum semua PT di Indonesia menyampaikan laporan jumlah mahasiswa secara keseluruhan.

Tercapainya target APK tahun 2017 di antaranya dipengaruhi oleh:

(a) Mulai meratanya pembangunan Perguruan Tinggi terutama di daerah tertinggal, terpencil, dan daerah terdepan/daerah perbatasan;

(b) Makin banyaknya kuota bantuan dan beasiswa Pendidikan Tinggi bagi masyarakat meningkatkan jumlah APK;

(c) Semakin tingginya paradigma dan motivasi masyarakat melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi;

(d) Mulai tingginya partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan industri serta pemerintah daerah dalam penyelenggaraan Pendidikan Tinggi.

(e) Makin banyaknya prodi baru yang relevan dan sesuai dengan minat lulusan SLTA.

(f) Semakin optimalnya daya tampung SN/SBMPTN.

Berkenaan dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi, program yang mendukung baik langsung maupun tidak langsung pencapaian target diuraikan sebagai berikut.

a. Bidikmisi

Program Bidikmisi merupakan bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi namun memiliki potensi akademik baik untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Misi pokok program Bidikmisi adalah untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat tidak mampu yang memiliki potensi akademik untuk menempuh jenjang Pendidikan Tinggi, sehingga dihasilkan sumber daya insani yang unggul dan mampu berperan memberdayakan masyarakat dalam memutus rantai kemiskinan.

Setiap tahunnya terjadi penambahan jumlah mahasiswa penerima bantuan Bidikmisi; pada tahun 2017 tersalurkan untuk 339.348 mahasiswa PTN/PTS atau terserap 99,78% dari kuota 340.083.

Tabel 15 Target dan Realisasi Penerima Beasiswa Bidikmisi

BidikmisiTahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

On Going 195.735 191.823 231.234 230.820 260.083 259.386

Baru 68.200 66.559 75.000 74.205 80.000 79.962

Jumlah 263.935 258.382 306.234 305.025 340.083 339.348

40 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 41: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Prestasi Akademik (IPK) penerima Bidikmisi sangat baik (sebanyak 82,83% penerima Bidikmisi memperoleh IPK > 3,00). Hal ini menandakan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi kendala para penerima beasiswa Bidikmisi untuk meraih prestasi akademik tinggi.

Grafik 2 Capaian IPK Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi

Prestasi mahasiswa Bidikmisi yang sangat baik telah meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi selain meningkatkan akses terutama bagi calon mahasiswa kurang mampu. Prestasi tersebut juga menjadi salah satu bekal awal para mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dalam meraih pekerjaan setelah lulus. Keberhasilan memperoleh pekerjaan ataupun menciptakan lapangan kerja menjadi bukti tercapainya tujuan dasar Bidikmisi, yakni memutus rantai kemiskinan.

Grafik 3Proporsi Pekerjaan Lulusan Bidikmisi

Distribusi Peraihan IPK Bidikmisi (On Going) Semester Genap 2017

41Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 42: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Berikut beberapa profil mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi yang berhasil mengembangkan diri dan meraih prestasi setelah lulus.

PROFIL LULUSAN Bidikmisi

Gambar 5

Contoh Profil Lulusan Bidikmisi

b. Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)

Kemenristekdikti berupaya mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya, dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang mempunyai prestasi tinggi, baik kurikuler maupun ekstrakurikuler. Jumlah penerima beasiswa PPA setiap tahun bergantung pada anggaran yang tersedia. Pada tahun 2017 telah disalurkan beasiswa PPA untuk 129.943 mahasiswa naik dari tahun 2016 sebesar 11.896.

c. Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua dan 3T

Pemerataan ketersediaan akses pendidikan sangat penting untuk memperkokoh kekuatan dan kesatuan bangsa. Keutuhan berbangsa tercermin dari tingkat pendidikan yang merata sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang merata. Lemahnya latar belakang pendidikan pada salah satu bagian wilayah, dapat menyebabkan lemahnya pembangunan dan kekuatan rantai persatuan sebagai bangsa dibagian wilayah tersebut. Untuk itu, dalam upaya mengatasi dan memperkuat rantai kesatuan berbangsa, salah satunya dengan melalui peningkatan akses, pemerataan kesempatan dan penuntasan proses pendidikan hingga ke Pendidikan Tinggi di daerah, walaupun dengan kondisi khusus tersebut.

Upaya percepatan dan pemerataan pendidikan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan Daerah 3 T, khususnya Pendidikan Tinggi dirancang dalam suatu program khusus, yaitu program keberpihakan pemerintah

42 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 43: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

PROFIL LULUSAN AFIRMASI Pendidikan Tinggi (ADik dan 3T)

atau Program Afirmasi Pendidikan Tinggi bagi anak-anak Orang Asli Papua (OAP) dengan program ADik-Papua dan 3T. Pelaksanaan program ADik Papua dan 3T secara nasional dirancang dalam beberapa tahapan, dimulai dari tahapan diseminasi informasi, pendataan dan pendaftaran, rekruitmen, seleksi/ujian, pembekalan, mobilisasi, matrikulasi, registrasi, monitoring dan evaluasi. Pemerintah menyediakan biaya pendidikan, biaya hidup, dan pembinaan atau pembimbingan belajar secara khusus, agar mahasiswa OAP dapat menyelesaikan Pendidikan Tinggi dengan tuntas dan hasil yang baik di Perguruan Tinggi terbaik. Hanya dengan upaya afirmasi atau keberpihakan diharapkan anak-anak OAP dapat mengejar ketertinggalan dan mensejajarkan diri dengan anak bangsa, saudara-saudaranya sebangsa dan setanah air.

Tabel 16 Jumlah Mahasiswa Penerima Beasiswa ADik Papua dan 3T

ADikTahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

On Going 1.673 1.487 2.387 1.634 3.724 2.142

Baru 900 577 1.500 969 1.750 1.326

Jumlah 2.573 2.151 3.887 2.603 5.474 3.468

Realisasi penyaluran bantuan ADik pada tahun 2017 terbilang rendah (63,35%). Langkah perbaikan antara lain penetapan daerah 3T perlu diteliti kembali agar daerah tersebut dapat merespon program ini dengan komitmen yang lebih baik selain perbaikan sistem pembelajaran bagi mahasiswa ADik yang umumnya memerlukan pembekalan akademik sebelum menempuh pendidikan bersama mahasiswa program sarjana reguler.

Prestasi akademik Mahasiswa ADik Papua, Papua Barat, dan 3T tidak sebaik mahasiswa Bidikmisi. Terdapat 31% Mahasiswa dengan IPK >3,00; 44% mahasiswa dengan IPK antara 2,00 dan 3,00; dan 26% Mahasiswa dengan IPK <2,00. Lulusan sudah dihasilkan dari berbagai PTN, dan para lulusan sedang proses mendapatkan pekerjaan di daerah asal. Harapannya, para lulusan penerima beasiswa ADik Papua dan 3T dapat memotivasi dan menumbuhkan semangat untuk menempuh Pendidikan Tinggi bagi warga Papua.

Gambar 6 Profil Lulusan ADik dan 3T

43Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 44: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

d. Pemberian Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN)

Tabel 17 Alokasi BOPTN

TahunAlokasi BOPTN Alokasi BOPTN

Total BOPTNNon Penelitian Penelitian

2013 2.384.882.031.000 315.117.969.000 2.700.000.000.000

2014 3.017.994.757.000 180.281.050.000 3.198.275.807.000

2015 3.185.000.000.000 1.365.000.000.000 4.550.000.000.000

2016 3.185.000.000.000 1.365.000.000.000 4.550.000.000.000

2017 3.166.621.000.000 1.262.446.354.000 4.429.067.354.000

e. Pembukaan Perguruan Tinggi Baru Dan Program Studi Baru

Perguruan tinggi merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah lembaga pendidikan atau yang biasa disebut dengan satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi dan menjadi gerbang terakhir bagi generasi penerus pembangunan bangsa untuk menempuh jenjang pendidikan tertinggi. Keberadaan sebuah perguruan tinggi pada suatu daerah turut berperan dalam menentukan kemajuan suatu daerah, karena perguruan tinggi juga merupakan tempat untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menimba ilmu

berbagai jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk membangun daerah di mana perguruan tinggi tersebut berada. Keberadaan perguruan tinggi juga terbukti telah mampu meningkatkan jumlah angka partisipasi kasar (APK) ke perguruan tinggi, yang jika dikaitkan dengan semakin banyak jumlah warga negara yang menempuh jenjang Pendidikan Tinggi maka secara tidak langsung keberadaannya sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemajuan dan kemakmuran negara.

Sampai tahun 2017 jumlah Perguruan Tinggi di bawah Kemenristekdikti mencapai 3.276 PT dan Program Studi mencapai 20.516.

Dewasa ini, kemajuan pembangunan membutuhkan kualifikasi yang semakin tinggi sehingga kebutuhan akan Pendidikan Tinggi juga semakin meningkat. Meskipun pertumbuhan partisipasi Pendidikan Tinggi terus meningkat, namun secara relatif APK Pendidikan Tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Mahalnya biaya Pendidikan Tinggi masih dirasa memberatkan masyarakat.

Adalah satu upaya pemerintah dalam mengantisipasi mahalnya biaya Pendidikan Tinggi adalah menetapkan tidak ada kenaikan uang kuliah (SPP) dan menggunakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada perguruan tinggi negeri yang mulai berlaku mulai tahun akademik 2012/2013. Untuk mengatasi masalah tersebut serta untuk menjaga kelangsungan proses belajar mengajar di perguruan tinggi negeri sesuai dengan pelayanan

minimal, pemerintah meluncurkan program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO-PTN) dengan memberikan bantuan dana penyelenggaraan kepada perguruan tinggi negeri. Program BO-PTN bertujuan untuk menutupi kekurangan biaya operasional di perguruan tinggi. Bantuan operasional perguruan tinggi negeri yang selanjutnya disebut BO-PTN merupakan bantuan biaya dari Pemerintah yang diberikan pada perguruan tinggi negeri untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai akibat adanya batasan pada sumbangan pendidikan (SPP) di perguruan tinggi negeri. BO-PTN diperuntukkan bagi biaya operasional pendidikan termasuk untuk penelitian, yang langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan mutu lulusan namun terkendala jika seluruhnya dipungut kepada mahasiswa.

44 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 45: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 18 Pertumbuhan PT dan Prodi 2010 – 2017

PT & ProdiTAHUN

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah PTN 96 100 105 121 121 122 122

Jumlah PTS 2.849 2.910 2.966 3.089 3.106 3.124 3.154

Total PT 2.945 3.010 3.071 3.210 3.227 3.246 3.276

Jumlah Prodi 16.079 16.828 17.600 18.882 19.160 19.373 20.516

Kemenristekdikti bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain terus melakukan upaya untuk meningkatkan APK PT secara nasional. Peningkatan APK PT menjadi salah satu indikator keberhasilan kebijakan pembangunan nasional di bidang pendidikan. Dalam jangka menengah, APK PT di Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN, Asia, bahkan dunia.

2. Jumlah Mahasiswa Yang Berwirausaha

Kemampuan berwirausaha menjadi salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh para mahasiswa dan lulusan Pendidikan Tinggi. Untuk meningkatkan daya saing bangsa perlu ditumbuhkan semangat dan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa agar kelak bisa menjadi kelompok orang yang Mandiri dan tidak hanya bergantung pada upaya mencari kerja (PNS). Pembinaan kewirausahaan juga diharapkan dapat mengubah pola pikir lulusan perguruan tinggi dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta lapangan pekerjaan (job creator).

Jumlah mahasiswa yang berwirausaha merupakan indikator untuk mengukur minat dan jiwa mahasiswa dalam berwirausaha. Minat dan jiwa berwirausaha ditandai dengan:

(a) mengikuti stadium generale kewirausahaan,

(b) memperoleh dana hibah berwirausaha melalui kegiatan Program Belajar Bekerja Terpadu (PBBT),

(c) memperoleh dana hibah berwirausaha melalui kegiatan Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI), dan

(d) mengikuti kegiatan Expo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI EXPO).

Pembinaan kewirausahaan mahasiswa juga diharapkan dapat menghasilkan wirausaha muda berbasis keilmuan sehingga menaikkan rasio wirausaha nasional di atas 2% sebagaimana negara-negara maju (Mc Clelland, 1961). Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2015 yang cukup tinggi (1.008.660 orang) dengan jumlah pengangguran 6,40% berasal dari lulusan S1 dan 7,54% lulusan D3 (Badan Pusat Statistik, 2015).

Tabel 19 Capaian Jumlah Mahasiswa Berwirausaha

Indikator Jumlah Mahasiswa Berwirausaha

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2.800 2.553 3.000 4.470 149% 15.000 65,49%

45Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 46: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pada tahun 2017 capaian indikator kinerja “Jumlah Mahasiswa Berwirausaha” ditargetkan sebesar 3.000, terealisasi sebesar 4.470. Dengan demikian, persentase capaian adalah sebesar 149%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2017 capaian indikator kinerja “Jumlah Mahasiswa yang Berwirausaha” mengalami peningkatan terlihat pada data tabel diatas.

Pada Renstra Kemristekdikti sampai tahun 2019, indikator kinerja “Jumlah Mahasiswa Berwirusaha” ditargetkan sebesar 15.000 mahasiswa. Jumlah itu tentu saja masih relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah mahasiswa secara nasional. Hal yang penting

Penyebab belum tingginya wirausahawan di kalangan mahasiswa (pemuda) antara lain:

a. Pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada employee minded dan belum mengarah pada jiwa wirausaha (enterpreneur)

b. Keterbatasan modal usaha untuk berwirausaha

c. Regulasi dan aturan yang berjenjang dan berbelit-belit

d. Kurangnya pemahaman terhadap bidang usaha yang akan dikembangkan

e. Infrastruktur untuk mengembangkan dan memasarkan produk/jasa wirausaha

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, antara lain:

a. Sosialisasi dan promosi sukses berwirausaha melalui sekolah, perguruan tinggi, media massa

b. Kebijakan pemerintah untuk mempermudah mengakses pemodalan

c. Pelatihan dan pembimbingan berwirausaha secara berkelanjutan

d. Pengembangan infrastruktur yang menunjang wirausaha

Program Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia secara umum memiliki tiga tujuan utama. Pertama, membentuk karakter wirausaha mahasiswa berupa proses pengintegrasian antara hardskill dan softskill (knowledge, skill, personal quality: motivation, attitute, behaviour, traits, values) sehingga terbentuk kapasitas wirausaha. Kedua, mendorong tumbuhnya wirausaha muda berbasis keilmuan. Wirausaha muda ini diharapkan sudah memiliki bekal yang cukup berupa keterampilan dasar berwirausaha yang diperoleh melalui berbagai program kewirausahaan yang diikutinya. Kecukupan ilmu memberikan bekal bagi lulusan perguruan tinggi untuk menjalankan usaha yang sehat dan berkelanjutan. Ketiga, mendorong pembentukan dan penguatan kelembagaan pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi.

adalah upaya untuk menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang berjiwa wirausaha harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan sampai dengan periode akhir Renstra tahun 2019, dari target total 15.000 pada tahun 2017 telah tercapai 65,49%.

Secara lebih khusus, Indonesia masih kekurangan wirausahawan muda. Jika dibandingkan jumlah pemuda sekitar 61 juta, sementara pengusaha hanya 1,5 juta. Idealnya kita punya 20 juta pengusaha muda (https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3576044/menpora-indonesia-kekurangan-pengusaha-muda).

Lembaga ini dapat menggagas dan membangun pembinaan kewirausahaan yang berkesinambungan dengan sistem pengelolaan yang terencana, sistematis dan progresif serta bersinergi dengan program pembinaan kewirausahaan nasional.

Berkaitan dengan indikator ini, Kemenristekdikti melakukan program pembinaan kewirausahaan mahasiswa Indonesia yang terencana dan integratif. Program pembinaan yang dilaksanakan pada tahun 2017 mencakup empat kegiatan, yakni (a) Stadium Generale Kewirausahaan (SGK), (b) Program Belajar Bekerja Terpadu (PBBT), (c) Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI), dan (d) Expo Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI Expo).

46 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 47: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3. Persentase Lulusan Bersertifikasi Kompetensi Dan Profesi

Tahun 2017 sudah memasuki era ASEAN Community yang mempunyai semangat kebersamaan berupa One Vision, One Identity, One Community. Pada era ASEAN Community, terbuka peluang pasar bebas dalam ketenagakerjaan. Hal itu ditandai salah satunya dengan adanya kesepakatan berupa Mutual Recognation Arrangement (MRA) terhadap beberapa profesi di wilayah ASEAN untuk dapat saling mengakui mampu bekerja di semua negara ASEAN. Pemberlakuan pasar bebas ASEAN (ASEAN Community) akan berakibat terjadinya peningkatan persaingan di bursa tenaga kerja. Hal itu, akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian khusus. Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Berbagai profesi tersebut sangat mungkin diisi oleh tenaga kerja asing yang notabene memiliki tingkat kompetensi lebih unggul.

Pemberlakuan pasar bebas ASEAN (ASEAN Comunity) di samping merupakan sebuah tantangan, pada dasarnya juga merupakan sebuah peluang. Sebagai sebuah tantangan, pasar bebas mengharuskan tenaga kerja Indonesia memiliki kompetensi unggul agar peluang kerja di Indonesia tidak dipenuhi oleh tenaga asing. Sementara itu, sebagai sebuah peluang

pasar bebas ASEAN membuka akses pekerjaan yang lebih luas untuk tenaga kerja Indonesia yang berkompetensi unggul meraih perkerjaan di negara-negara ASEAN.

Pemberlakuan MEA menuntut lembaga pendidikan berbenah diri guna menyiapkan kualitas lulusan yang lebih baik. Dalam rangka mengupayakan tumbuhnya tenaga kerja Indonesia yang unggul dan memiliki kompetensi memerlukan keterlibatan perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus mampu menghasilkan kualitas lulusan yang mampu menangkap peluang pasar bebas ASEAN. Kualitas lulusan ditandai dengan perolehan sertifikat sebagai pengakuan standar kompetensi yang dimiliki. Perolehan sertifikat tersebut melalui penyelenggaraan uji kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah dokumen pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi diluar program studinya. Mengukur lulusan perguruan tinggi yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan sertifikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan tinggi Indonesia memiliki daya saing untuk masuk dalam pasar kerja nasional, regional, ataupun internasional.

Tabel 20 Capaian Persentase Mahasiswa Bersertifikasi Kompetensi dan Profesi

Indikator Persentase Mahasiswa Bersertifikasi Kompetensi dan Profesi

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

54,55% 50,56% 63% 55,07% 87,41% 70% 78,67%

Pada tahun 2017 capaian kinerja ini belum mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 63% berhasil terealisasi sebesar 55,07%. Dengan demikian persentase capaian indikator kinerja program ini pada tahun 2017 ini adalah sebesar 87,41%. Jika dibandingkan dengan target pada periode sebelumnya, pada tahun 2017 terjadi peningkatan. Sedangkan bila dilihat target di akhir periode Renstra tahun 2019, target untuk persentase lulusan

bersertifikat kompetensi pada tahun 2017 sudah mencapai 78,67%.

Pada tahun 2017 Kemenristekdikti baru melaksanakan Uji Kompetensi untuk enam profesi, yaitu: Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan, Ners, dan guru. Pelaksanaan uji kompetensi untuk keenam pofesi tersebut sesuai dengan tuntutan pemberlakuan pasar bebas ASEAN yang membutuhkan tenaga kerja

47Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 48: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

profesional memerlukan keahlian khusus, seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat, ners, dan guru. Sejalan dengan hal itu, penyelenggaraan uji kompetensi dilaksanakan untuk keenam profesi tersebut. Harapannya, untuk waktu yang akan datang uji kompetensi juga dilaksanakan pada profesi-profesi yang lain sesuai tuntutan standardisasi dunia kerja.

Masih rendahnya Persentase Kelulusan Uji Kompetensi Enam Profesi Tahun 2017 sangat dipengaruhi oleh tingkat kelulusan tiga profesi tenaga kesehatan yang masih rendah yaitu rata-rata masih di bawah 50 persen, yakni: (a) profesi bidan, (b) profesi perawat, dan (c) profesi ners. Sementara itu, untuk profesi dokter dan dokter gigi, persentase lulusan nya sudah di atas 70 persen.

Uji kompetensi untuk Program Profesi Guru (PPG), yang terdiri atas SM3T-PPG (IKP-8), PPGT-SMK, PPG-PGSD, PPG-dalam jabatan (IKP-8), jumlah peserta dan lulusan nya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi Enam Profesi Tahun 2017

UjiKompetensi

DOKTER DOKTER GIGINers Bidan Perawat GuruMetode

CBTMetode

OSCEMetode

CBTMetode

OSCE

Peserta 20.108 12.752 2.616 2.524 58.793 71.358 64.294 7.259

Lulus 10.548 11.535 1.829 1.791 27.061 34.365 33.382 5.712

Persentase Kelulusan 52,46% 90,46% 69,92% 70,96% 35,31% 48,16% 51,92% 78,69%

Jumlah atau tingkat persentase lulusan bersertifikat kompetensi sangat dipengarui oleh jumlah peserta (lulusan) yang mengikuti kegiatan uji kompetensi pada tahun tersebut. Di samping itu, kualitas atau mutu lulusan juga berpengaruh pada persentase tingkat kelulusan uji kompetensi. Semakin tinggi kualitas atau mutu lulusan, maka semakin tinggi persentase kelulusan uji kompetensi. Kualitas dan mutu lulusan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah mutu atau kualitas PT/Prodi asal peserta. Data menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara peringkat akreditasi prodi dan jumlah persentasi kelulusan peserta uji kompetensi. Prodi terakreditasi baik/unggul menghasilkan persentase lulusan uji kompetensi tinggi.

Grafik 4 Persentase Kelulusan Uji Kompetensi 2015-2017

48 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 49: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan persentase lulusan bersertifikat kompetensi, di antaranya:

(a) Objektivitas penilaian, khususnya pada ujian praktik;

(b) Akses ke tempat ujian terkadang jauh sehingga menyulitkan mahasiswa untuk mengikuti pelaksanaan uji kompetensi;

(c) standarisasi soal uji praktik karena harus mempertimbangkan keberadaan sarana dan prasarana untuk ujian praktik;

(d) Ketersediaan bahan ujian praktik.

(e) Materi yang diujikan banyak yang tidak sesuai dengan teori yang dipelajari di kelas.

(f) Waktu ujian yang dirasakan sangat sempit/kurang untuk mengerjakan soal-soal ujian.

(g) Tingkat kesulitan soal yang dianggap masih sangat tinggi dirasakan oleh peserta ujian.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan kegiatan di antaranya:

a) Menambah jumlah penguji eksternal dari luar IPDG untuk menjadi penguji OSCE agar proses ujian dapat lebih obyektif;

b) Perlu investasi pembelian alat dan bahan yang dipergunakan untuk uji kompetensi di pusat, dan disimpan untuk ujian berikutnya (dapat dipergunakan terus menerus walaupun bahan kemungkinan sudah expired karena tidah dipergunakan ke manusia hanya pada manequin (dental panthom);

c) Proses penetapan kepanitiaan uji kompetensi di bawah koordinasi dan supervisi Kemristekdikti ;

d) Kepanitiaan nasional agar membuat tim kreatif yang dapat menghasilkan materi atau bahan uji yang benar-benar dapat di buat di pusat (Center), hal ini ditujukan agar penyediaan bahan-bahan untuk uji praktik (OSCE) dapat disediakan oleh panitia pusat. Tujuannya adalah dengan proses ini proses uji praktik tidak dapat ditebak oleh IPDG, sehingga ujian akan menjadi lebih obyektif. Untuk memenuhi hal ini maka dibutuhkan support pembiayaan untuk investasi pengadaan alat dan bahan yang di inventarisir oleh panitia pusat dengan baik.

e) Dukungan pembiayaan untuk pembelian investasi awal materi/ bahan ini tidak dimasukkan dalam pembiayaan operasional yang didapat dari biaya peserta, namun dari kemenristek dikti;

f) Perlu dicari format agar dapat menggabungkan penilaian uji teori dan uji praktik menjadi satu kesatuan. Saat ini proses dilakukan secara terpisah, artinya mahasiswa peserta ujian wajib lulus keduanya untuk dinyatakan memiliki kompetensi.

g) Melakukan penyesuaian kembali terhadap materi soal-soal ujian dengan materi yang dipelajari di kelas.

49Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 50: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

4. Persentase Prodi Terakreditasi Minimal B

Program studi merupakan kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dana/atau pendidikan vokasi. Sebagai kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran, UU Dikti mengamanatkan bahwa program studi dapat diselenggarakan atas izin Menteri bila telah memenuhi persyaratan minimum akreditasi dan wajib diakreditasi ulang saat jangka waktu akreditasinya berakhir.

Salah satu penilaian mutu perguruan tinggi adalah peringkat akreditasi setiap program studi yang ada di PT bersangkutan. Dengan demikian, peringkat akreditasi program studi mencerminkan kualitas sebuah perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi kewajiban Kemenristekdikti untuk mengawal peningkatan prodi menjadi unggul dan menjadikan peningkatan jumlah

prodi unggul menjadi salah satu indikator sasaran strategisnya. Upaya berkelanjutan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas program studi dan perguruan tinggi yang memegang peranan penting sebagai komponen utama dalam sistem pembelajaran pada suatu perguruan tinggi.

Jumlah Prodi terakreditasi unggul merupakan indikator untuk mengukur kinerja program studi yang telah terakreditasi minimal B dan telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dan Lembaga Akreditasi Mandiri lainnya dengan merujuk pada standar nasional Pendidikan Tinggi. Kriteria prodi unggul adalah Prodi tersebut sudah mendapatkan akreditasi “baik” dan “sangat baik” dari BAN-PT dan Lembaga Akreditasi Mandiri. Hal itu berarti bahwa Standar Mutu Perguruan Tinggi tersebut sudah dapat melampaui Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Tabel 22 Capaian Persentase Prodi Terakreditasi Minimal B

Indikator Persentase Prodi Terakreditasi Minimal B

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

- - 42% 50,80% 121,42% 46% 110%

Pada Tabel diatas terlihat capaian persentase Prodi terakreditasi minimal B dihitung berdasarkan jumlah prodi terakreditasi A dan B sejumlah 13.439 (berdasarkan data BAN PT) dibagi total prodi 26.405. Dengan demikian, persentase prodi terakreditasi minimal B tahun 2017 sebesar 50,8%, melampaui target yang ditetapkan sebesar 42%. Dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2017 ini sebesar 121,42%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target yang ditetapkan pada akhir periode, yakni tahun 2019, untuk Program Studi Terakreditasi minimal B sebesar 46%. Dengan demikian capaian tahun 2017 telah melampaui target akhir periode Renstra yaitu sebesar 110%.

Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan jumlah Prodi terakreditasi unggul, di antaranya:

1. Jumlah prodi yang mengusulkan akreditasi setiap tahun tidak seimbang dengan kemampuan melaksanakan proses penilaian akreditasi.

2. Implementasikan sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi atau program studi yang belum optimal.

3. Keterbatasan sumber dana dalam pemenuhan standar operasional penyelenggaraan prodi.

4. Keterbatasan dalam implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal di PT dan Prodi.

50 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 51: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Untuk mengatasi permasalahan dalam upaya meningkatkan jumlah Prodi terakreditasi unggal, diantaranya:

1. rintisan pembentukan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) harus terus diupayakan, agar proses akreditasi program studi dapat menjangkau jumlah yang lebih banyak dan merata secara nasional.

2. meningkatkan program pembinaan bagi perguruan tinggi atau program studi yang diarahkan untuk membangun dan mengimplementasikan sistem penjaminan mutu internal di perguruan tinggi atau program studi.

3. penyediaan bantuan/hibah Program Bantuan Operasional Proses Akreditasi (PBOPA) yang kompetiif dan afirmatif.

4. mendorong, meningkatkan, dan mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia melalui penataan regulasi, fasilitasi dalam bentuk sosialisasi, workshop, pelatihan, bimbingan teknis, maupun bantuan dana, sistem informasi, dan program pengembangan,yang dilaksanakan secara terintegrasi, sistemik, komprehensif, dan terus menerus.

Beberapa program yang dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah prodi terakreditasi unggul, diantaranya sebagai berikut.

1. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Sasaran pemberian hibah pengembangan kurikulum ini adalah program studi di perguruan tinggi yang telah melakukan upaya dan tindakan nyata dalam merekonstruksi kurikulum program studinya namun masih memerlukan bantuan untuk penyempurnaan serta proses implementasinya.

2. Pelatihan Calon Pelatih SPMI. Pelatihan calon pelatih SPMI perguruan tinggi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tentang penerapan SPMI. Selanjutnya untuk dapat diterapkan secara menyeluruh sehingga dapat terwujud keluaran yang maksimal untuk proses Akreditasi prodi tersebut. Selain itu, menghasilkan dan memenuhi kebutuhan Pelatih SPMI perguruan tinggi khususnya pelatih untuk kegiatan diseminasi SPMI. Diharapkan agar tersedia sumber daya manusia, narasumber, atau pelatih SPMI yang berkedudukan di 14 wilayah Kopertis dengan maksud untuk memudahkan penyebaran dan pengawasan implementasi sistem penjaminan mutu internal di wilayah masing-masing.

3. Pelatihan Calon Pelatih Audit Internal. Audit mutu internal merupakan salah satu cara atau metode untuk mendapatkan cara-cara peningkatan dengan mengevaluasi bagaimana dan sejauh mana pelaksanaan standar Pendidikan Tinggi sudah dilakukan secara efektif dan efisien. Audit mutu internal terhadap mutu Pendidikan Tinggi menggunakan kriteria Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) yang terdiri atas Standar Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP mencakup 8 (delapan) standar. Untuk semakin menjamin mutu pelaksanaan audit internal di masing-masing perguruan tinggi, maka diperlukan adanya para auditor mutu internal yang bermutu. Audit mutu internal perguruan tinggi juga digunakan untuk persiapan akreditasi atau sertifikasi yang dilakukan oleh BAN-PT atau lembaga akreditasi lain baik nasional maupun internasional.

4. Pendampingan Audit Internal PTN Baru/PTS. Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas PTN baru dan juga perguruan tinggi swasta dalam menerapkan SPMI khususnya kemampuan audit mutu maka diberikan pendampingan/bimbingan pelaksanaan audit mutu kepada PTN baru dan perguruan tinggi swasta.

5. Klinik Layanan SPMI. Klinik SPMI ini merupakan layanan untuk masyarakat (khususnya entitas perguruan tinggi) agar lebih memahami SPMI dan SPM-Dikti, serta yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kesadaran untuk membangun budaya mutu. Klinik SPMI memberikan layanan informasi berupa FAQ (Frequently Asked Questions) melalui sarana online maupun off line dan interaktif tentang bagaimana membangun budaya mutu di perguruan tinggi, serta memberikan usulan solusi yang efektif terhadap segala tantangan yang dihadapi dalam mengakarkan budaya mutu Pendidikan Tinggi.

51Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 52: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

5. Persentase Lulusan Pendidikan Tinggi Yang Langsung Bekerja

Salah satu indikator keberhasilan Pendidikan Tinggi adalah dengan melihat jumlah mahasiswa lulusan Pendidikan Tinggi yang langsung bekerja. Oleh karena itu, perguruan tinggi dituntut mampu menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing dan siap berkiprah dalam pembangunan. Daya saing lulusan yang ditunjukkan melalui masa tunggu mendapatkan pekerjaan pertama, keberhasilan lulusan berkompetisi dalam seleksi, dan gaji yang diperoleh. Relevansi (kesesuaian) pendidikan lulusan ini ditunjukkan melalui profil pekerjaan (macam dan tempat pekerjaan), relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, manfaat mata kuliah yang diprogram dalam pekerjaan, saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Selain itu, relevansi pendidikan juga ditunjukkan melalui pendapat pengguna lulusan tentang kepuasan pengguna lulusan, kompetensi lulusan dan saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan.

Oleh karena itu, Kemenristekdikti menjadikan persentase lulusan yang langsung bekerja menjadi salah satu indikator kinerja untuk mengukur tingkat penyerapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi. Dalam rangka menunjang pelaksanaan program penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja, sangat diperlukan data lulusan agar perguruan tinggi dapat lebih mempersiapkan calon lulusannya untuk bersaing di pasar kerja yang kompetitif. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat, perlu dilakukan pelacakan para lulusan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang didapat memudahkan lulusan dalam mendapatkan pekerjaan.

Seberapa besar lulusan perguruan tinggi mampu berkiprah dalam pembangunan sesuai relevansi pendidikannya dapat dilakukan upaya penelusuran terhadap lulusannya (Tracer Study). Tracer Study merupakan pendekatan yang memungkinkan institusi Pendidikan Tinggi memperoleh informasi tentang kekurangan yang mungkin terjadi dalam proses pendidikan dan proses pembelajaran dan

dapat merupakan dasar untuk perencanaan aktivitas untuk penyempurnaan di masa mendatang. Hasil Tracer Study dapat digunakan perguruan tinggi untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didiknya. Bahkan dalam program hibah kompetisi maupun akreditasi selalu mempersyaratkan adanya data hasil Tracer Study tersebut melalui parameter masa tunggu lulusan, persen lulusan yang sudah bekerja, dan penghasilan pertama yang diperoleh.

Tracer study adalah studi pelacakan jejak lulusan/alumni yang dilakukan paling cepat dua tahun setelah lulus. Tracer study yang dilakukan dalam menghitung masa tunggu lulusan perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan pertama. Untuk tahun 2016 adalah hasil survei mahasiswa yang lulus pada tahun 2014. Demikian juga untuk tahun 2017, data diambil dari survei lulusan tahun 2015. Kemenristekdikti telah mengembangkan sistem Tracer Study untuk memfasilitasi kegiatan penelusuran alumni yang dilaksanakan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Di samping untuk kepentingan internal dari masing-masing perguruan tinggi, kegiatan penelusuran alumni juga untuk mengetahui daya serap dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi. Oleh karena itu, semua perguruan tinggi diharapkan melakukan kegiatan penelusuran alumni dan hasilnya diinput ke dalam sistem tracer study di Ditjen Belmawa Kemristekdikti, melalui laman: tracerstudy.dikti.go.id.

Hasil Tracer Study pada tahun 2017, sudah masuk 29.331 lulusan sebagai responden dari 121 pergurun tinggi. Berdasarkan data tersebut, lulusan yang langsung bekerja dengan masa tunggu lulusan 0-3 bulan, sejumlah 18.341. Selanjutnya, penghitungan indikator “Persentase lulusan yang langsung bekerja” adalah jumlah lulusan yang mendapat pekerjaan dengan masa tunggu 0 - 3 bulan, sebesar 18.341, dibagi jumlah total lulusan yang masuk, sebesar 29.331, sebesar 63%.

52 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 53: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 23 Persentase Lulusan Pendidikan Tinggi Yang Langsung Bekerja

Indikator Persentase Lulusan Pendidikan Tinggi Yang Langsung Bekerja

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

60,50% 71% 65% 63% 96,92% 75% 84%

Pada tahun 2017 target persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 65%, sementara realisasinya baru sebesar 63%, dengan persentase capaian tahun 2017 sebesar 96,92%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk persentase lulusan yang langsung bekerja sebesar 75%, dengan demikian capaian kinerja tahun 2017 dibandingkan dengan target pada periode akhir Renstra tahun 2019 sebesar 84%.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, postur tenaga kerja Indonesia, yakni: (a) pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah berjumlah sebesar 54 juta orang (47,1%) atau hampir setengah dari total pekerja sebesar 114,6 juta orang; (b) pekerja lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebesar 20,3 juta orang (17,7%); dan (c) pekerja lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat sebesar 29,1 juta orang (25,4%). Jumlah paling rendah ditemui pada pekerja lulusan perguruan tinggi, dengan rincian sejumlah 8,2 juta orang (7,1%) lulusan sarjana dan sejumlah 2,9 juta orang (2,5%) lulusan diploma.

Data di atas menegaskan bahwa jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi masih relatif rendah. Kemampuan PT menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi unggul merupakan salah satu ukuran keberhasilan PT.

Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan persentase lulusan yang langsung bekerja, di antaranya:

1. Seringkali tracer study dilakukan oleh perguruan tinggi hanya karena kebutuhan akan akreditasi, sehingga pelaksanaannya tidak dilakukan secara rutin. Sampai triwulan ketiga, sebagian besar perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi terakreditasi A belum melaporkan hasil tracer study padahal lulusannya cepat bekerja. Kegiatan tracer study masih dalam tahap pengumpulan data melalui kuisioner yang diisi oleh alumni yang disebarkan oleh perguruan tinggi.

2. Permintaan data dalam pengisian sistem tracer study terstandar kemenristekdikti belum mengikat, sehingga ada perguruan tinggi yang menggunakan instrumen berbeda.

Untuk meningkatkan keberhasilan pencapaian IKP lulusan perguruan tinggi yang langsung bekerja antara lain:

1. Sosialisasi kepada perguruan tinggi mengenai pentingnya membangun tracer study.

2. Mewajibkan kepada perguruan tinggi untuk menggunakan instrumen tracer study yang terstandar.

Untuk mendukung pencapaian kinerja lulusan yang langsung bekarja antara lain yaitu Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (Sindiker), Sistem Pengembangan Pusat Karir (Career Centre), dan sistem Tracer Study. Review dan analisis perbaikan ketiga sistem tersebut terus dilakukan. Profil ketiga system yang telah dikembangkan untuk mendukung pencapaian target persentase lulusan yang langsung bekerja adalah sebagai berikut.

53Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 54: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

a. Sistem Informasi Kebutuhan Dunia Kerja (Sindikker)

Sindikker adalah sistem informasi kebutuhan dunia kerja dan menganalisis data yang masuk dalam laman http://sindikker.ristekdikti.go.id. Sistem informasi ini membutuhkan peran serta seluruh pemangku kepentingan baik dari sisi pemerintah maupun swasta (Dunia Usaha dan Dunia Industri/DUDI). Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis kebutuhan dunia kerja yang meliputi dimensi kualitas/kompetensi dan kuantitas pada lokasi dan waktu yang berbeda. Konsep pengembangan kerangka penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja terbagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu kerangka kerja sisi permintaan, sisi pasokan dan mekanisme penyelarasan. Proyeksi kompetensi lulusan yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja dunia industri dan jumlahnya di setiap lokasi di Indonesia merupakan informasi dasar yang diperlukan dalam perancangan sistem pendidikan yang meliputi kualitas pendidik, sarana prasarana serta sistem pembelajaran yang mengacu pada karakteristik khusus dan potensi yang dimiliki lokasi tersebut.

b. Sistem Pengembangan Pusat Karir (Career Centre)

Sistem pusat karir adalah program untuk mendorong dan memperkuat pusat karir di beberapa perguruan tinggi sehingga dapat membantu para lulusan memasuki dunia kerja. Program ini bertujuan untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan pusat karir perguruan tinggi, fungsi dan kegiatannya. Hasil yang diharapkan dari kegiatan career centre adalah terciptanya sistem pusat karir di tingkat perguruan tinggi. Berdasarkan hasil tersebut perguruan tinggi dapat: (a) mengetahui penyerapan, proses dan posisi lulusan dalam dunia kerja; (b) menyiapkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diperlukan di dunia kerja; dan (c) membantu program pemerintah dalam rangka memetakan dan menyelaraskan kebutuhan dunia kerja dengan Pendidikan Tinggi di Indonesia.

c. Tracer Study

Saat ini tracer study sudah dijadikan sebagai salah satu syarat kelengkapan akreditasi di Indonesia oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Setiap perguruan tinggi diharapkan mempunyai program tracer study yang bertujuan untuk mengetahui penyerapan, proses, dan posisi lulusan dalam dunia kerja; menyiapkan lulusan sesuai dengan kompetensi yang diperlukan di dunia kerja; membantu program pemerintah dalam rangka memetakan dan menyelaraskan kebutuhan dunia kerja dengan kompetensi yang diperoleh dari perguruan tinggi. Hal penting yang perlu dilakukan dalam meningkatkan jumlah lulusan yang langsung bekerja adalah: revitalisasi kurikulum sesuai dengan tuntunan dunia kerja, sinergi perguruan tinggi dengan DUDI, dan peningkatan kompetensi hardskill dan softskill mahasiswa secara berkelanjutan. Dengan demikian, tingkat serapan lulusan perguruan tinggi di dunia kerja semakin tinggi.

6. Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI

Sesuai dengan Peraturan Menristekdikti Nomor 44 Tahun 2015, tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, dijelaskan bahwa Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat. Dalam Permenristekdikti tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang Pendidikan Tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar Nasional Pendidikan Tinggi bertujuan, Pertama, menjamin tercapainya tujuan Pendidikan Tinggi yang berperan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Kedua, menjamin agar pembelajaran pada program studi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang

54 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 55: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

diselenggarakan oleh perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Ketiga, mendorong agar perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai mutu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melampaui kriteria yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan.

Selanjutnya, dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, Standar Nasional Pendidikan Tinggi memiliki urgensi dan kedudukan sebagai berikut. Pertama, wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kedua, dijadikan dasar untuk pemberian izin pendirian perguruan tinggi dan izin pembukaan program studi. Ketiga, dijadikan dasar penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan kurikulum pada program studi. Keempat, dijadikan dasar penyelenggaraan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kelima, dijadikan dasar pengembangan dan penyelenggaraan sistem penjaminan mutu internal. Keenam, dijadikan dasar penetapan kriteria sistem penjaminan mutu eksternal melalui akreditasi.

Pemikiran dan konsep yang tertuang dalam Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015, menjadi dasar penetapan “Persentase Perguruan Tinggi yang menerapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” sebagai Indikator Kinerja Program dalam rangka mewujudkan tercapai Sasaran Program “Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswa di perguruan tinggi”. Standar nasional Pendidikan Tinggi meliputi:

Tabel 24 Capaian Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI

Indikator Persentase Perguruan Tinggi yang Menerapkan SNDIKTI

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

- - 75% 67,72% 90,29% 80% 84,65%

(a) standar kompetensi lulusan;

(b) standar isi pembelajaran;

(c) standar proses pembelajaran;

(d) standar penilaian pembelajaran;

(e) standar dosen dan tenaga kependidikan;

(f) standar sarana dan prasarana pembelajaran;

(g) standar pengelolaan pembelajaran; dan

(h) standar pembiayaan pembelajaran.

Merujuk pada Permenristekdikti tersebut, seluruh perguruan tinggi di Indonesia harus menjalankan standar minimal sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Dengan demikian, kualitas PT tidak hanya unggul secara nasional, tetapi juga dapat bersaing dan diakui di tingkat ASEAN, Asia, dan dunia.

Capaian persentase “Persentase perguruan tinggi yang menerap kan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” dihitung berdasarkan jumlah perguruan tinggi yang menyatakan telah melaksanakan SN Dikti dibagi dengan jumlah total perguruan tinggi yang mengisi data pemetaan dan pemutakhiran melalui laman http://spmi.ristekdikti.go.id/pemetaan. Berdasarkan hasil pemetaan, hingga 31 Desember 2017 sejumlah 2.168 perguruan tinggi telah mengisi instrumen pemetaan. Dari hasil verifikasi dan analisis, didapatkan 1.468 perguruan tinggi atau 67,72% yang menyatakan menerapkan SN Dikti, sisanya 32,28% (13,54% belum menetapkan SN Dikti dan 18,76% tidak menjawab apakah telah atau belum menetapkan SN Dikti). Dengan demikian, realisasi capaian indikator kinerja “Persentase perguruan tinggi yang menerap kan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” pada tahun 2017 adalah sebesar 67,72%.

55Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 56: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pada tahun 2017 capaian “Persentase perguruan tinggi yang menerap kan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” ditargetkan sebesar 75%, terealisasi sebesar 67,72%, dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2017 ini sebesar 90,29%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target yang ditetapkan untuk “Persentase perguruan tinggi yang menerap kan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” adalah sebesar 80%, dengan demikian persentase capaian tahun 2017 dibandingkan dengan target Renstra 2015-2019 adalah sebesar 84,60%. Untuk tahun 2015 dan 2016 tidak ditampilkan data karena baru tahun 2017 indikator kinerja Persentase perguruan tinggi yang menerap kan

Standar Nasional Pendidikan Tinggi dilaksanakan.

Indikator “Persentase perguruan tinggi yang menerapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi” belum dapat melampaui target disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

Perguruan tinggi masih banyak yang belum melaporkan di sistem pemetaan penerapan SN Dikti, disebabkan kewajiban penerapan SN Dikti sesuai Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi paling lambat Desember 2017.

Masih rendahnya tingkat kepatuhan Perguruan Tinggi dalam mengisi data pemetaan SN Dikti di masing-masing Perguruan Tinggi.

Oleh karena itu hal-hal yang akan dilakukan ke depan antara lain:

1. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Perguruan Tinggi terkait pentingnya menerapkan SN Dikti dalam rangka untuk meningkatkan mutu masing-masing PT.

2. Melakukan deseminasi dan bimbingan teknis terkait penerapan SN Dikti kepada PT yang belum menerapkan SN Dikti.

3. Mengirimkan ulang Surat Edaran ke seluruh PT dalam rangka pendataan kepatuhan perguruan tinggi terhadap pelaksanaan penerapan SN Dikti.

Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya, teta pi juga beraktivitas untuk mengem bang kan soft skills agar menjadi lulusan yang Mandiri, memiliki mental pemenang, memiliki semangat teamwork, berdaya juang tinggi, penuh tanggung jawab dan semangat untuk berkompetisi secara sportif. Kemampuan ini dapat diperoleh mahasiswa tidak hanya didapatkan dari pembekalan secara formal dalam kurikulum pembelajaran, tetapi juga khususnya dari kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

Perguruan tinggi diharapkan juga melaksanakan pendidikan dengan memperhatikan sinergitas dan keharmonisan bidang kurikuler, ko- dan ekstra kurikuler yang capaiannya diharapkan dapat membentuk mahasiswa yang memiliki kompetensi baik hardskill maupun softskill secara seimbang. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diselenggarakan berbagai bentuk kompetisi atau perlombaan bidang

penalaran, seni, olahraga, minat, dan bakat baik tingkat nasional maupun internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, Kemenristek memfasilitasi berbagai event/perlombaan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional. Melalui berbagai kompetisi atau perlombaan mahasiswa dapat mengekpresikan minat dan bakat sebagai salah satu cara pembinaan hardskill dan softskill. Harapannya, mahasiswa memiliki keunggulan dalam persaingan dunia kerja. Bahkan, kemampuan tersebut memungkinkan mahasiswa mampu membuka atau menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan orang lain.

Prestasi mahasiswa juga menjadi salah satu indikator penilaian dalam penentuan akreditasi perguruan tinggi. Jumlah prestasi yang diperoleh mahasiswa menunjukkan kualitas suatu perguruan tinggi. Hal itulah yang mendasari dijadikannya jumlah mahasiswa berprestasi sebagai indikator kinerja.

7. Jumlah Mahasiswa Berprestasi

56 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 57: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Jumlah mahasiswa berprestasi dihitung dari jumlah mahasiswa yang memperoleh medali emas pada kegiatan bidang penalaran, kreatifitas dan minat bakat.

Tabel 25 Jumlah Mahasiswa Berprestasi

Indikator Jumlah Mahasiswa Berprestasi

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

5.937 9.296 3.500 11.680 333,70% 11.975 225%

Pada tahun 2017 target jumlah Mahasiswa berprestasi adalah 3.500 mahasiswa, realisasinya adalah 11.680 mahasiswa, dengan persentase capaiannya adalah sebesar 333,7%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk jumlah mahasiswa berprestasi sebesar 11.975 mahasiswa. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017 sebesar 11.680 mahasiswa, telah melampaui target Renstra 2015-2019. Pencapaian target yang sangat tinggi, dikarenakan semakin antusiasnya PTN dan PTS mengikuti kompetisi tingkat nasional dan internasional pada tahun 2017. Prestasi mahasiswa menjadi salah satu indikator penilaian dalam akreditasi program studi dan institusi serta pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia.

Jika direview terlihat capaian tahun 2017 jauh melampaui target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Awalnya target yang ditetapkan untuk mengikuti kompetisi tingkat nasional adalah Perguruan tinggi yang didanai oleh Kemenristekdikti. Tapi kemudian pada perjalanan nya perguruan tinggi lain, baik PTN maupun PTS antusias mengikuti berbagai kompetisi yang diselenggarakan.

2. Meningkatnya jumlah peserta dari berbagai PTN dan PTS seiring dengan semakin antusiasnya PTN dan PTS mengikuti berbagai cabang kompetisi dan lomba, dikarenakan sejak tahun 2017 prestasi mahasiswa dijadikan salah satu indikator penilaian akreditasi Perguruan tinggi di Indonesia.

3. PTN dan PTS secara disiplin terus melaporkan data-data mahasiswa baik yang memperoleh medali maupun yang tidak memperoleh medali di tingkat nasional.

Tabel 26 Jumlah Mahasiwa Berprestasi Tahun 2017

No. Komponen Jenis Kegiatan

Jumlah mahasiswa penerima

Medali

Peserta Tingkat Nasional

Jumlah Medali Emas

1. Bidang Penalaran

ONMIPA 80 256 12

Pilmapres 6 228 2

NUDC 42 336 6

IMC 8 9 1

WUDC - 8 -

57Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 58: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

No. Komponen Jenis Kegiatan

Jumlah mahasiswa penerima

Medali

Peserta Tingkat Nasional

Jumlah Medali Emas

2. Bidang Kreativitas

KRI Internasional 6 19 8

KRI Nasional 48 291 20

PKM-KT (AI & GT) 0 500 0

KRTI 36 230 16

PIMNAS Poster 288 1.845 21

PIMNAS Presentasi 284 1.845 21

Gemastik 89 321 40

KBGI 9 30 4

KJI 30 73 12

KMHE 118 554 8

3. Bidang Minat Bakat

UNIVERSIADE 3 52 0

MTQMN 61 2.356 20

POMNAS 610 2.727 203

TOTAL 1.718 11.680 394

Faktor yang mendukung keberhasilan mahasiswa memperoleh prestasi antara lain adalah kemudahan akses bagi mahasiswa dari seluruh PT di Indonesia untuk mengikuti event-event lomba dan kompetisi tingkat nasional maupun internasional. Adanya dukungan dari dunia usaha dan dunia industri dalam memfasilitasi hasil inovasi dan kreasi mahasiswa juga menjadi faktor pendukung keberhasilan meningkatkan perolehan medali emas di tingkat nasional dan internasional.

Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional, di antaranya:

a. Disparitas prestasi antara PT di wilayah barat dan timur

b. Mahasiswa dari PT wilayah timur belum mampu berkompetisi dengan mahasiswa dari PT di wilayah barat

c. Jenis perlombaan/kompetisi lebih banyak mengakomodasi bidang sains dan teknologi

d. Kurangnya sinergi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam pemanfaatan hasil perlombaan/kompetisi (temuan dan inovasi)

e. Keterbatasan untuk mengakses kegiatan/perlombaan di tingkat internasional

f. Keterbatasan SDM di PT dalam pembinaan dan pembimbingan mahasiswa untuk mengikuti kompetisi (nasional dan internasional)

58 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 59: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan upaya di antaranya:

Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Profesi merupakan Pendidikan Tinggi setelah program Sarjana yang mempersiapkan peserta memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian, program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non-Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru profesional setelah mereka memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.

Tujuan program PPG, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 87 Tahun 2013 (sebagai pengganti Permendiknas No 8 Tahun 2009) adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan,

melaksanakan, dan menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan.

Pada awalnya, Program PPG merupakan Program Pendidikan Profesi Guru bagi sarjana pendidikan yang telah melaksanakan tugas pengabdian di daerah 3T selama satu tahun. Selanjutnya, mulai tahun 2017 telah diselenggarakan Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Mengingat pentingnya Program PPG, maka pada tahun 2017, Persentase mahasiswa lulus PPG dicantumkan sebagai salah satu Indikator Kinerja Program. Pencantuman tersebut menjadi landasan legal dan formal bagi upaya penyiapan tenaga pendidik (guru) yang profesional melalui Program PPG.

a. Penyelenggaran event/perlombaan dengan mempertimbangkan sebaran wilayah secara proporsional

b. Penyelenggaraan kompetisi tingkat wilayah perlu diperbanyak dan diperluas cakupannya

c. Jenis perlombaan/kompetisi bidang sosial humaniora perlu ditingkatkan

d. Sinergi dengan dunia usaha dan dunia industri dalam pemanfaatan hasil perlombaan/kompetisi melalui tindak lanjut hasil temuan/inovasi

e. Pemanfaatan jejaring dan teknologi untuk meningkatkan akses mengikuti perlombaan di luar negeri

f. Melibatkan ahli dan praktisi dari dunia usaha dan industri untuk membina dan membimbing mahasiswa mengikuti kompetisi

Untuk mendukung pencapaian target jumlah perolehan medali emas di tingkat nasional dan internasional, diselenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut Peksiminas, SUKMALINDO (Sukan Malaysia-Indonesia), ASEAN Univesity Games/POM ASEAN, Debat Bahasa Inggris (NUDC), Olimpiade Matematika dan IPA (ON-MIPA), Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres), PKM dan PIMNAS.

8. Persentase Mahasiswa yang Lulus PPG

Tabel 27 Capaian Persentase Mahasiswa Lulus PPG

Indikator Persentase Mahasiswa Lulus PPG

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

96,3 90,37 96% 67,13% 70% 98% 68,5%

59Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 60: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pada tahun 2017 capaian Persentase mahasiswa lulus PPG 67,13% dari target yang ditetapkan sebesar 96%, dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2017 ini sebesar 70%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target yang ditetapkan pada akhir periode tahun 2019 sebesar 98%, sehingga persentase capaian tahun 2017 dibandingkan dengan target akhir periode Renstra sebesar 68,5%.

Secara umum, belum tercapainya target persentase mahasiswa yang lulus PPG di antaranya disebabkan oleh:

a. Nilai batas lulus (NBL) pada tahun lalu sebesar 70% sedangkan pada tahun 2017 ini meningkat menjadi 76%.

b. Penilaian kelulusan pada tahun 2017 menggunakan mekanisme UKMPPG dimana kelulusan mahasiswa hanya ditentukan berdasarkan nilai ujian tulis, sedangkan pada tahun sebelumnya penentuan kelulusan mahasiswa ditentukan oleh nilai ujian tulis dan nilai kinerja serta nilai kehidupan berasrama.

c. Sistem UKMPPG tahun 2017 yang dilaksanakan oleh Panitia Nasional adalah system UKMPPG masa transisi dari Ujian Tulis Nasional (UTN) PPG 2016. Nilai UKMPPG belum mengakomodir nilai ujian kinerja nasional (belum sesuai Permenristekdikti No. 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru).

d. Adanya efisiensi anggaran yang mengakibatkan ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan seperti penyusunan kisi-kisi ujian, soal pretest, dan lainnya.

Upaya yang dilakukan ke depan untuk mencapai target persentase mahasiswa yang lulus PPG di antaranya adalah:

a. Melakukan harmonisasi antara penyusun capaian pembelajaran, penyusun kurikulum, penyusun bahan ajar, penyusunan soal ujian.

b. Melakukan penguatan kompetensi profesional pada saat proses pembelajaran di PPG.

c. Mengusulkan untuk ujian tahun berikutnya sesuai dengan Permenristekdikti No. 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan guru dimana dalam menilai kelulusan PPG harus mengikutsertakan ujian portofolio masing – masing mahasiswa.

d. Melakukan pre test secukupnya sebelum dilakukan uji kompetensi.

9. Jumlah Perguruan Tinggi masuk Top 500 Dunia

Jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia ditetapkan sebagai indikator kinerja sasaran strategis untuk mengukur mutu dan tingkat daya saing perguruan tinggi Indonesia di tingkat internasional dan membangun kesadaran akan pentingnya perguruan tinggi di Indonesia hadir dalam pemeringkatan perguruan tinggi dunia. Persaingan untuk menjadi yang terbaik akan mendorong perguruan tinggi untuk selalu mengacu pada kriteria yang digunakan dalam menentukan pengembangan universitas dan programnya. Sehingga apapun kriteria yang digunakan oleh lembaga pemeringkat, secara otomatis akan diadopsi sebagai panduan dalam menyusun program kerja sekaligus sistem penilaian kinerja internal.

Sejalan dengan rencana strategis Kemenristekdikti program ini dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya perguruan tinggi berkualitas, dikelola secara otonom dalam lingkungan organisasi yang sehat, sehingga mampu menghasilkan luaran yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Secara khusus pendanaan ini ditujukan untuk mendorong peningkatan reputasi akademik perguruan tinggi menuju World Class University (WCU).

Indikator utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program ini meliputi beberapa aspek: a) Academic Reputation; b) Employer Reputation; c) Research and Publication dan d) Internationalization.

60 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 61: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Indikator utama di atas diukur secara agregat di tingkat perguruan tinggi. Perguruan tinggi penerima dana ini diharuskan mengevaluasi base-line data per akhir tahun 2015, dan membuat target capaian per tahun sampai akhir tahun 2019. Selain indikator kinerja di atas, perguruan tinggi dapat menambahkan indikator tambahan yang mencerminkan reputasi

akademik perguruan tinggi, misalnya jumlah penelitian kolaborasi internasional, jumlah program studi terakreditasi internasional, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2017 tingkat capaian indikator ini telah mencapai target.

Tabel 28 Capaian Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia

Indikator Jumlah Perguruan Tinggi Masuk Top 500 Dunia

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2 3 3 3 100% 5 60%

Dari target yang ditetapkan sebanyak 3 Perguruan Tinggi berhasil terealisasi sebanyak 3 perguruan tinggi, dengan persentase capaian kinerja sebesar 100%. Jika dibandingkan target Renstra 2015-2019, realisasi mencapai 60% dari target 5 perguruan tinggi di Indonesia masuk Top 500 Dunia.

Untuk World University Ranking tahun 2017, dari 11 Perguruan tinggi hasil pemeringkatan PT tahun 2015, terdapat 9 universitas yang masuk dalam

pemeringkatan. Universitas Indonesia masih menjadi universitas dengan ranking paling tinggi diantara universitas-universitas di Indonesia. Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa 5 universitas mengalami kenaikan peringkat dari tahun sebelumnya yaitu UI, ITB, UGM, UNAIR dan IPB. Universitas Indonesia berhasil masuk dalam peringkat 300 besar. Dilain pihak, UGM mengalami lompatan peringkat yang drastis yaitu kurang lebih 100 peringkat dalam 1 tahun.

Tabel 29 Tren Peringkat 9 Perguruan Tinggi Di Indonesia Dalam QS WUR (Sumber: QS Intelligence Unit)

No Perguruan TinggiRanking

2015 2017 2017 Tren

1 Universitas Indonesia 358 325 277 ↑

2 Bandung Institute of Technology (ITB) 431 401 331 ↑

3 Universitas Gadjah Mada 551 501 401 ↑

4 Universitas Airlangga 701+ 701+ 701-750 ↑

5 Bogor Agricultural University (IPB) 701+ 701+ 751-800 ↑

6 Universitas Diponegoro 701+ 701+ 801-1000 =

7 Institute of Technology Sepuluh Nopember 701+ 701+ 801-1000 =

8 Universitas Muhammadiyah Surakarta 701+ 701+ 801-1000 =

9 Universitas Brawijaya 701+ 701+ 801-1000 =

61Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 62: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Ada beberapa indikator performa dalam penilaian pendekatan World Class University. Indikator performa untuk pendekatan Pertama, research quality, adalah berdasarkan academic peer review, paper per Faculty, dan citations per paper. Academic peer review dilakukan dengan survey yang didistribusikan ke responden dan subscribers dari 2 database kunci, yaitu daftar The World Scientific dan IBIS. Paper per Faculty dan citations per paper didapatkan berdasarkan data Scopus dalam periode lima tahun. Penilaian pendekatan Kedua atau teaching quality didasarkan pada student-Faculty ratio yang dihitung dari jumlah mahasiswa dibagi dengan jumlah dosen full time. Indikator performa untuk pendekatan

Ketiga, graduates employability, berasal dari Asian employer review yang berdasarkan survey online dari alumni yang bekerja di perusahaan domestik dan internasional dari berbagai sektor. Untuk pendekatan terakhir atau Internationalization, indikator performa didasarkan pada International Faculty & students dan Exchange students-inbound & outbound.

Bila dibandingkan dengan negara tetangga terdekat yaitu Malaysia, peringkat perguruan tinggi Indonesia di dunia Internasional masih berada dibawah perguruan tinggi Malaysia. Perbandingan peringkat perguruan tinggi Indonesia dengan perguruan tinggi di Asia untuk periode 2017/2018 terlihat pada tabel berikut:

Tabel 30 Profil World Class University di Asia Tahun 2017

Negara ∑ PT Masuk500 Besar Ranking Pendanaan

Negara

Singapore 2 11, 15, 441-450 USD 4 B

Hong Kong 6 26-299 4,5% PDB

China 21 25-500 USD 9 B

South Korea 14 36-500 USD 4,6 B

Taiwan 11 76-490 USD 1,6 B

Malaysia 5 114-164 USD 1,5 B

Vietnam 0 USD 0,5 B

Thailand 2 245, 334 USD 0,35 B

Indonesia 3 277, 331, 401-410 USD 0,006 B

Ketercapaian target jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia juga menghadapi beberapa kendala, antara lain:

d. Jumlah publikasi terindeks dan sitasi yang amat rendah,

e. Jumlah dosen dan mahasiswa asing yang kecil,

f. Sistem pangkalan data yang belum terbangun,

g. Jejaring dengan pengguna global yang belum terbangun dan teridentifikasi dengan baik.

a. Kurangnya komitmen Pimpinan PT dalam menaikkan peringkat dunia,

b. Pendanaan program WCU di masing-masing PT masih sangat bergantung pada dana dari Kementerian,

c. Rasio dosen / mahasiswa masih rendah,

62 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 63: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah :

a. Mendorong perguruan tinggi (terutama PTN-BH) untuk meningkatkan peringkat kelas dunia,

b. Perguruan Tinggi dalam pengalokasian anggaran perlu memprioritaskan pembiayaan program dan kegiatan yang terkait dengan penilaian WCU,

c. Menambah dosen untuk meningkatkan rasio dosen/mahasiswa,

d. Menambah jumlah mahasiswa S3,

e. Meningkatkan alokasi beasiswa untuk S3 dalam negeri,

f. Menambah anggaran riset para dosen yang produktif,

g. Menginisiasi kerjasama institusional yang dapat meningkatkan produktivitas riset,

h. Membiayai post-doc dan world class profesor asing untuk meningkatkan mutu kelas dunia di PTNBH,

i. Memberi insentif riset program S3 dalam negeri dan kepada profesor / dosen produktif,

j. Memonitor dan mengevaluasi progress penyiapan menuju WCU,

k. Peningkatan kemampuan pangkalan data lokal (di tiap-tiap PTNBH).

Keberhasilan pencapaian indikator ini didukung melalui beberapa program, diantaranya:

1. Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB)

Pemberian beasiswa bagi mahasiswa asing untuk menjalani program Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2) di 16 Perguruan Tinggi utama di Indonesia. Bagi Perguruan Tinggi pengelola, program ini merupakan media yang cukup strategis untuk meningkatkan reputasi Internasional yang diukur dari jumlah mahasiswa asing yang menempuh studi di perguruan tinggi dimaksud dan untuk mendorong peningkatan jumlah Artikel Ilmiah yang dimuat di dalam Jurnal berskala Internasional.

Program Beasiswa KNB tahun 2017, jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa KNB adalah sebanyak 511 mahasiswa, dengan rincian 345 mahasiswa Lanjutan dan 166 mahasiswa Baru tahun 2017.

Grafik 5 Program Studi yang Diminati Dalam Program KNB (2010 – 2017)

63Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 64: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Grafik 6 Sebaran Beasiswa KNB di Perguruan Tinggi (2010 – 2017)

2. Bantuan Fasilitasi Kerja Sama Internasional

Bantuan Fasilitasi Kerja Sama Internasional (BFKSI) merupakan pemberian bantuan kepada perguruan tinggi untuk meningkatkan rintisan kerja sama sebagai salah satu bentuk komitmen untuk mendukung perguruan tinggi dalam mengembangkan kerja sama internasional, khususnya untuk kerja sama bidang akademik, yaitu: kerja sama penelitian, penyusunan jurnal ilmiah bersama, pembentukan rintisan Pusat Unggulan Iptek dan Inovasi di PT, pembentukan rintisan Science and Technology Park, dan Joint Program. Bantuan ini dialokasikan untuk 25 perguruan tinggi.

3. Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional

Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan oleh tim program PKKUI, sebanyak 17 proposal dinyatakan Lolos dan berhak mendapatkan bantuan pendanaan dari program PKKUI 2017. Jumlah ini lebih banyak dari target pemberian bantuan PKKUI 2017 yaitu 15 PT.

4. Publikasi dan Promosi Perguruan Tinggi

Internasionalisasi Pendidikan Tinggi bergerak dengan sangat dinamis, cepat dan pasti. Globalisasi Pendidikan Tinggi menuntut perguruan tinggi di Indonesia, seperti halnya perguruan tinggi lain di seluruh dunia, untuk selalu berpikir strategis dalam menyusun setiap program dan kegiatan dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing perguruan tinggi.

64 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 65: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Gambar 7 Seminar How Science and Techno Parks Propel Innovation:Indonesia and Swiss Experience

5. Pengembangan Program Internasionalisasi Perguruan Tinggi

Sebanyak 239 perguruan tinggi di Indonesia telah menjalankan fungsi KUI untuk mengawal pengembangan program-program internasionalisasi, namun pengakuan, kapasitas dan porto folio KUI di tiap-tiap perguruan tinggi cukup bervariasi. Untuk itu, pada tahun-tahun mendatang perlu dilakukan pemberian ketetapan hukum atas Dokumen Kebijakan Pengembangan Program Internasionalisasi yang direkomendasikan oleh Forum KUI melalui Dit. Pembinaan Kelembagaan PT.

6. Pengembangan Kerja Sama Luar Negeri dan Dalam Negeri

Pengembangan Kerja Sama Dalam dan Luar Negeri terdiri dari Student Mobility melalui Program PERMATA; Pendirian Pusat Unggulan IPTEK di perguruan tinggi; Konsorsium Keilmuan / Pusat Studi; Pengembangan Kerjasama dengan Industri; Joint Program Internasional

7. Ijin Mahasiswa Asing

Jumlah Mahasiswa Asing yang menempuh studi di perguruan tinggi merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk mengukur kesiapan kelembagaan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan program internasionalisasi untuk menghadapi persaingan global Pendidikan Tinggi.

65Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 66: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Grafik 7 Distribusi Asal Mahasiswa Internasional di Indonesia

10. Jumlah PT berakreditasi A (Unggul)

Salah satu instrumen pengukuran mutu Pendidikan Tinggi adalah akreditasi. Akreditasi institusi perguruan tinggi merupakan proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen perguruan tinggi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program Tri dharma Perguruan Tinggi, untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya.

Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) ditetapkan sebagai indikator kinerja sasaran strategis untuk mengukur kinerja institusi perguruan tinggi yang terakreditasi A dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan BAN-PT. Dengan akreditasi unggul akan memberikan jaminan bahwa institusi perguruan tinggi yang terakreditasi telah memenuhi Standar mutu yang ditetapkan oleh BAN PT, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan perguruan tinggi yang tidak memenuhi standar serta mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi.

Tabel 31 Capaian Jumlah PT berakreditasi A (Unggul)

Indikator Jumlah PT berakreditasi A (Unggul)

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

26 49 59 64 108% 110 58,18%

66 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 67: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2017 tingkat capaian indikator ini sudah mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 59 Perguruan Tinggi berhasil terealisasi sebesar 64 perguruan tinggi, dengan persentase capaian kinerja sebesar 108%. Jika dibandingkan target Renstra 2015-2019, realisasinya telah mencapai 58,18% dari target 110 perguruan tinggi berakreditasi A (Unggul).

Jumlah Perguruan Tinggi pada tahun 2017 sebanyak 4.569 PT, dari jumlah tersebut Perguruan Tinggi yang

sudah terakreditasi BAN PT sebanyak 1.541 PT sehingga masih ada 3.028 perguruan tinggi di Indonesia yang belum menperoleh akreditasi institusi oleh BAN PT. Hasil akreditasi BAN-PT menunjukkan bahwa jumlah perguruan tinggi yang terakreditasi A (unggul) masih kecil dan terdapat disparitas yang besar antara mutu pendidikan di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa. Dari 64 perguruan tinggi terakreditasi A, 54 perguruan tinggi berasal dari Pulau Jawa dan 10 perguruan tinggi dari luar Pulau Jawa.

Tabel 32 Akreditasi Perguruan Tinggi 2012-2017

Peringkat 2012 2013 2014 2015 2016 2017

A - 10 21 26 49 65

B 5 23 69 240 338 527

C 7 8 69 587 733 949

Jumlah 12 41 159 853 1.120 1.541

Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan target IKU ini, diantaranya:

1. Perguruan Tinggi (PT) yang belum dibimtek saat ini berada pada kisaran nilai mendekati batas bawah dari akreditasi B (<310).

2. Mispersepsi bahwa bimtek hanya sebatas mengisi borang (walaupun mengisi borang dengan benar masih menjadi persoalan bagi sebagian PT).

3. Perlu peningkatan sinergitas implementasi kegiatan mengingat kualitas PT tidak bisa hanya dilihat dari sisi kelembagaan namun dibutuhkan dukungan dalam hal pengelolaan sumber daya manusia, kurikulum, pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.

4. BAN-PT tidak hanya sekedar melakukan asesmen, namun juga ikut bertanggungjawab dalam meningkatkan jumlah PT yang berkualitas.

Melihat hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

a. PT yang memiliki AIPT A mendapat insentif dari kementerian misalnya berupa kemudahan membuka program pascasarjana, atau menjadi persyaratan mendapatkan berbagai hibah (penelitian, dsb).

b. Kementerian terus melakukan sosialisasi, membangun tata nilai baru berupa pengakuan pentingnya akreditasi institusi dengan nilai A.

67Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 68: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 33 Perguruan Tinggi Terakreditasi A (Unggul) Tahun 2017

Tahun SK No Nama Perguruan Tinggi

2013

1 Universitas Indonesia

2 Institut Teknologi Bandung

3 Institut Pertanian Bogor

4 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

5 Universitas Islam Indonesia

6 Universitas Gadjah Mada

7 Universitas Muhammadiyah Malang

8 Universitas Hasanuddin

9 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

10 Universitas Diponegoro

2014

11 Universitas Gunadarma

12 Universitas Padjadjaran

13 Universitas Sebelas Maret

14 Institut Teknologi Sepuluh Nopember

15 Universitas Kristen Petra

16 Universitas Airlangga

17 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

18 Universitas Andalas

19 Universitas Negeri Malang

20 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

21 Universitas Brawijaya

2015

22 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

23 Universitas Jember

24 Universitas Syiah Kuala

25 Universitas Surabaya

2016

26 Akademi Kepolisian Republik Indonesia

27 Universitas Sriwijaya

28 Politeknik Negeri Bandung

29 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

30 STIE Perbanas Surabaya

31 Universitas Bina Nusantara

32 Universitas Negeri Medan

33 Universitas Lampung

34 Universitas Sanata Dharma

68 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 69: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tahun SK No Nama Perguruan Tinggi

2016

35 UPN Veteran Jawa Timur

36 Universitas Pendidikan Indonesia

37 Universitas Negeri Padang

38 Politeknik Negeri Semarang

39 Universitas Mercu Buana

40 Universitas Telkom

41 Universitas Pertahanan

42 Universitas Multimedia Nusantara

43 STI Pelayaran Jakarta

44 Universitas Udayana

45 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta

46 Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

47 Universitas Negeri Semarang

48 Universitas Negeri Yogyakarta

2017

49 Universitas Katolik Soengijapranata

50 Universitas Mulawarman

51 Universitas Negeri Makassar

52 Universitas Dian Nuswantoro

53 Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan

54 Universitas Muhammadiyah Surakarta

55 Universitas Islam Bandung

56 Universitas Tarumanegara

57 STIE Trisakti

58 Akademi Militer Magelang

59 Universitas Ahmad Dahlan

60 Universitas Kristen Duta Wacana

61 Universitas Nasional

62 Universitas Katolik Parahyangan

63 Universitas Trisakti

64 Universitas Negeri Surabaya

65 Universitas Sam Ratulangi

69Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 70: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

11. Persentase Dosen Berkualifikasi S3

Sebagaimana diatur dalam UU No 14 Tahun 2005 pasal 46 ayat (2), dosen memiliki kualifikasi akademik minimum lulusan magister untuk program diploma atau program sarjana; dan lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Oleh karena itu, kualifikasi dosen menjadi salah satu indikator peningkatan relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan Pendidikan Tinggi. Standar minimal kualifikasi dosen adalah lulusan magister, karena itu dosen yang merupakan lulusan program doktor menjadi kualifikasi yang dinilai telah melampaui standar regulasi saat ini. Agar kualitas dosen sebagai sumberdaya Pendidikan Tinggi dapat ditingkatkan, Kemenristekdikti menjalankan berbagai program peningkatan kualifikasi dosen yaitu meningkatnya persentase dosen berkualifikasi S3.

Tabel 34 Persentase Dosen Berkualifikasi S3

Indikator Persentase Dosen Berkualifikasi S3

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

12,54% 15,22% 13,09% 16,08% 122,80% 16,63% 96,69%

Pada Desember 2017 PD-Dikti mencatat jumlah dosen berkualifikasi S3 sebanyak 32.592 dengan total dosen tetap 202.690 orang. Sehingga dari total dosen tetap Kemenristekdikti terdapat 16,08% dosen berkualifikasi S3. Persentase tersebut sudah melebihi target persentase dosen berkualifikasi S3 tahun 2017, yaitu sebesar 13,09%, sehingga capaian kinerja tahun 2017 adalah 122,8%. Capaian kinerja pada indikator ini juga cenderung terus meningkat dari tahun 2015. Jika dibandingkan target Renstra 2015-2019, realisasinya telah mencapai 96,69% dari target.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tercapainya target persentase dosen berkualifikasi S3 tahun 2017 yaitu:

a. Kebijakan pemerintah untuk menghapus dosen yang berkualifikasi S1 sehingga pembagi jumlah dosen S3 terhadap total dosen tetap ber NIDN menjadi berkurang sehingga jumlah presentase dosen S3 meningkat.

b. Program pemerintah melalui penyediaan dana beasiswa dan perhatian swasta mulai meningkat.

c. Pinjaman hibah luar negeri untuk program beasiswa bertambah.

Selain faktor tersebut diatas, tuntutan dosen yang peduli atas peningkatan kariernya melalui tunjangan sertifikasi dosen yang menjadi pendorong dosen untuk studi dengan biaya sendiri.

Tabel 35 Pertumbuhan Dosen Berkualifikasi S3

Tahun 2015 2016 2017

Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 24.747 29.140 32.533

Total Jumlah Dosen Tetap 197.380 191.433 202.690

Persentase Dosen Berkualifikasi S3 12,54% 15,22% 16,08%

Sumber : Pusdatin Januari 2018

70 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 71: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Apabila dibandingkan dengan negara lain, jumlah dosen berkualifikasi S3 di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia (Jepang, Malaysia, dan Vietnam). Dalam persentase jumlah dosen Indonesia dengan kualifikasi S3 (16,08%) masih lebih rendah dibanding dengan negara Vietnam (20%) dan Malaysia (34%), apalagi jika dibandingkan dengan negara Jepang yang telah mencapai 100%. Ketertinggalan ini disebabkan karena kebijakan di Indonesia yang menetapkan bahwa minimal kualifikasi dosen adalah S2 dan dukungan pemerintah dan swasta untuk menyediakan beasiswa S3 masih belum cukup.

Tabel 36 Jumlah Dosen S3 di Beberapa Negara Asia

No Indikator Indonesia1 Jepang2 Malaysia3 Vietnam4

1 Jumlah Dosen berkualifikasi S3 32.533 178.669 15.399 9.152

2 Jumlah Dosen 202.690 178.669 45.652 45.512

3 Persentase Dosen Berkualifikasi S3 16,08%* 100% 34% 20%

1 Data PD-Dikti, 28 Desember 20172 Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology Japan (MEXT), 20133 Indikator Pengajian Tinggi Malaysia, Kementerian Pendidikan Malaysia, 20134 Ministry of Education and Training Vietnam, 2010* Dihitung berdasarkan jumlah dosen tetap Kemenristekdikti** Worldfact CIA Tahun 2016

Keberhasilan peningkatan jumlah dosen berkualifikasi S3 didukung oleh dua program yaitu beasiswa S3 dalam negeri dan S3 luar negeri.

Tabel 37 Program Beasiswa S3 Dosen s/d Tahun 2017

Angkatan Beasiswa S3 DN

Beasiswa S3 LN

Total Penerima Lulus 2017Beasiswa

2011 2.282 497 2.779 264

2012 1.494 391 1.885 167

2013 1.892 229 2.121 246

2014 2.133 250 2.383 154

2015 1.896 173 2.069 0

Total : 9.697 1.540 11.237 831

12. Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya

Dalam UU No 14 tahun 2005, Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 17 tahun 2013 jo No. 46 Tahun 2013, dinyatakan bahwa Jabatan fungsional dosen yang selanjutnya disebut jabatan Akademik Dosen adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang dosen dalam suatu satuan pendidikan tinggi yang dalam pelaksanaannya didasarkan pada keahlian tertentu serta bersifat Mandiri. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

71Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 72: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Jabatan Akademik Dosen berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam kontkes ini jenjang karir seorang dosen dinyatakan dalam bentuk jenjang jabatan akademik dosen, yang terdiri atas asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan professor. Selain itu profesionalitas seorang dosen juga dikukuhkan melalui pemberian sertifikat pendidik untuk dosen. Selain SDM Pendidik dan SDM Tenaga Kependidikan, SDM Iptek juga menjadi unit analisis yang harus dikoordinasikan. Jenjang karir tenaga kependidikan salah satunya dinyatakan dalam bentuk jabatan fungsional Pranata Laboratorium Pendidikan. Sementara untuk SDM Iptek diukur dari jabatan fungsional perekayasa dari yang meningkat kariernya dari perekayasa muda ke perekayasa madya dan perekayasa madya ke utama, demikian juga untuk jabatan fungsional peneliti yaitu dari peneliti muda ke madya dan peneliti madya ke utama.

Tabel 38 Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya

Tabel 39 Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya Tahun 2017

Indikator Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

14.300 11.647 19.228 14.561 75,72% 91.385 44,33%

Pada periode tahun 2017 target jemlah SDM yang meningkat kariernya adalah 19.228 orang, terealisasi sebesar 14.561 orang, sehingga capaian kinerja Jumlah SDM Yang Meningkat Karirnya pada tahun 2017 adalah 75,72 % sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Target kinerja pada periode akhir Rencana Strategis Kemenristekdikti 2015-2019 adalah 91.385 tingkat pencapaian kinerja tahun 2017 adalah 44,33%.

SDM SDM Meningkat Kariernya Jumlah

SDM Dikti

Lektor Ke Lektor Kepala 4.100

Lektor Kepala ke GB 704

Lulus Sertifikasi Dosen 9.083

Karier Tenaga Kependidikan 543

SDM Iptek

Peneliti Muda ke Madya 56

Peneliti Madya ke Utama 39

Perekayasa Muda ke Madya 51

Perekayasa Madya ke Utama 29

Jumlah 14.561

Target Kinerja 19.228

Persentase capaian kinerja (%) 75,72%Sumber : Pusdatin, 22 Januari 2018

Tidak tercapainya target kinerja diantaranya desebabkan kualitas dari pengusul (dosen dan tenaga kependidikan) belum semuanya dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk dapat meningkat pangkat jabatan fungsionalnya. Oleh karena itu kedepan perlu melaksanakan koordinasi dan survey pemetaan dengan LPNK dan Lembaga Litbang untuk SDM Iptek, serta dibangunnya sistem informasi pangkalan data Iptek, serta mensosialisasikan kembali dalam rangka peningkatan kepedulian terhadap karier SDM.

72 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 73: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

13. Jumlah SDM Yang Meningkat Kompetensinya

UU No 14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (10) menyatakan kompetensi dosen adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pada prinsipnya dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan Pendidikan

Tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk memenuhi regulasi tersebut, maka dikembangkan program dan kegiatan peningkatan kompetensi dosen, tenaga kependidikan, dan SDM Iptek. Keberhasilan pelaksanaan program tersebut diukur melalui program SDM yang meningkat kompetensinya.

Tabel 40 Jumlah SDM Yang Meningkat Kompetensinya

Tabel 41 Kinerja SDM Yang Meningkat Kompetensinya Tahun 2017

Indikator Jumlah SDM Yang Meningkat Kompetensinya

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

2.058 1.582 2.141 1.669 77,95% 10.061 53%

Pada tahun 2017 tercatat 1.031 orang pendidik yang mengikuti peningkatan kompetensi, 438 orang tenaga kependidikan yang mengikuti peningkatan kompetensi yang terdiri dari tendik yang mengikuti bimtek dalam negeri sebanyak 413 orang dan tendik yang mengikuti short term training ke luar negeri sebanyak 25 orang dan 200 orang SDM Iptek yang ditingkatkan kompetensinya sehingga terdapat 1.669 orang SDM yang meningkat kompetensinya. Sedangkan target jumlah SDM yang

meningkat kompetensinya pada tahun 2017 yaitu sebanyak 2.141 orang. Sehingga capaian kinerja jumlah SDM yang meningkat kompetensinya pada tahun 2017 adalah 77,95%. Demikian halnya apabila dibandingkan dengan target jangka menengah dalam Rencana Strategis Kemenristekdikti 2015-2019 sebesar 10.061 sehingga tingkat pencapaian kinerja tahun 2017 dibandingkan dengan periode Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 adalah 53%.

No. Peningkatan Kompetensi Jumlah

1 Pendidik 1.031

2 Tenaga Kependidikan 438

3 SDM Iptek 200

Total 1.669

Target Kinerja Kompetensi SDM 2.141

Persentase capaian kinerja (%) 77,95%

73Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 74: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Beberapa kendala yang dihadapi sehingga persentase capaianan belum maksimal dikarenakan antara lain:

a. Kurangnya sosialisasi dan informasi mengenai program, disamping rendahnya minat terhadap keikutsertaan program peningkatan kompentensi SDM.

b. Belum adanya road map pengembangan kompetensi SDM

c. Peran serta pemerintah dan swasta belum cukup mendukung program peningkatan kompetensi

Adapun beberapa alternatif solusi dan rekomendasi guna meningkatkan kompetensi SDM adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan sosialisasi peningkatan kompetensi SDM yaitu bagi dosen, tenaga kependidikan, dan SDM Iptek

b. Dibuat standar kompetensi SDM Iptek dan Dikti

c. Dikembangkannya Roadmap peningkatan SDM Iptek dan Dikti.

Program peningkatkan kompetensi SDM didukung oleh pelaksanaan kegiatan pendidik yang mengikuti peningkatan kompetensi, tenaga kependidikan yang mengikuti peningkatan kompetensi dan SDM Iptek yang ditingkatkan kompetensinya.

14. Jumlah Revitalisasi Sarpras PTN

Untuk menghasilkan mutu pendidikan yang baik setiap Perguruan Tinggi wajib menerapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015. Salah satau standar yang wajib dipenuhi oleh perguruan tinggi adalah standar sarana dan prasarana pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Untuk mewujudkan itu semua sudah menjadi kewajiban Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas daan kualitas sarana dan prasarana di perguruan tinggi.

Tabel 42 Jumlah Revitalisasi Sarpras PTN

Indikator Jumlah Revitalisasi Sarpras PTN

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

107 73 118 118 100% 118 100%

Pada tahun 2017 tercatat target revitalisasi sarpras bagi 118 PTN dapat terealisasi, sehingga capaian kinerja revitalisasi sarpras PTN pada tahun 2017 adalah 100%, mengalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Untuk revitalisasi sarana dan prasaran pada perguruan tinggi negeri dilaksanakan dengan menggunakan dana PNBP, BOPTN dan bantuan dana hibah luar negeri yang teralokasi dalam DIPA masing-masing perguruan tinggi. Berikut disajikan rekapitulasi program revitalisasi sarpras PTN pada tahun 2017.

74 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 75: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 43 Revitalisai PTN Tahun 2017

Tabel 44 Jumlah Publikasi Internasional

Kegiatan Revitalisasi Jumlah

1 Revitalisasi Sarpras UI 1

2 PHLN IDB 7in1 7

3 PEDP 20

4 JICA Unhas, ITB 2

5 IDB Unpad 1

6 PTN BH 7

7 PTN BLU 20

8 PTN (BOPTN/PNBP) 60

Jumlah 118

15. Jumlah Publikasi Internasional

Salah satu ukuran produktivitas hasil Iptek adalah publikasi, baik dalam publikasi nasional maupun internasional yang bereputasi. Indikator ini mengukur kinerja produktivitas riset iptek dan Pendidikan Tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara internasional.

Indikator Jumlah Publikasi Internasional

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

6.470 9.574 12.000 16.147 134% 56.237 57%

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2017, tingkat capaian indikator ini telah mencapai target yang ditetapkan bahkan telah melebihi target capaian. Dari target yang ditetapkan sebesar 12.000 Publikasi Internasional, terealisasi sebesar 16.147 dokumen yang terindeks scopus dengan persentase capaian kinerja sebesar 134%. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 dengan capaian 9.574, maka capaian tahun 2017 mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar 68%.

Selama 20 (dua puluh) tahun publikasi ilmiah internasional Indonesia selalu berada dibawah

Thailand, dan baru tahun ini Indonesia dapat mengungguli Thailand untuk berada pada peringkat ketiga diantara Negara ASEAN lainnya. Hal tersebut mengindikasikan meningkatnya kualitas riset di Indonesia dengan jumlah capaian publikasi ilmiah internasional terindeks Scopus menjadi 16.147 sampai tanggal 31 Desember 2017. Jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia diatas tiga Negara ASEAN lainnya setelah Thailand, Vietnam dan Phillipines terlihat pada tabel berikut.

75Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 76: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 45 Publikasi Internasional Negara ASEAN 2013-2017

Tabel 46 Peringkat Scientific Journal Ranking dengan Negara ASEAN

Negara 2013 2014 2015 2016 2017

Malaysia 25.176 28.199 26.560 24.910 25.984

Singapore 18.931 19.456 19.619 18.950 18.267

Indonesia 5.068 6.380 7.766 9.574 16.147

Thailand 12.206 13.483 12.652 13.142 13.555

Vietnam 3.664 4.029 4.404 5.123 5.617

Phillipines 1.889 2.131 2.468 2.382 2.634Sumber : SCOPUS per 31 Desember 2017

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah publikasi ilmiah internasional Malaysia dan Thailand dalam tiga tahun terakhir memiliki kecenderungan turun, Singapura cenderung stagnan, sedangkan Indonesia terus menaik, bahkan di tahun 2017 ini angka kenaikan cukup signifikan yaitu di sekitar 6.573 publikasi dari tahun sebelumnya.

Secara signifikan terlihat bahwa hampir setiap tahun, kinerja perguruan tinggi baik negeri maupun swasta meningkat dalam hal produktifitas publikasi baik di Jurnal Internasional maupun nasional yang terakreditasi. Posisi Indonesia di Scientific Journal Ranking (SJR) pada tahun 2017 naik 6 peringkat ke

posisi 55 dengan H-Indek sebesar 175 dibandingkan tahun 2016 diperingkat ke 61 dengan H-Indek sebesar 112. H-Indek ini merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah dokumen atau publikasi dari tahun 1996-2007, (2) jumlah publikasi yang layak dikutif (citabel document), (3) jumlah kutipan (citation), (4) jumlah kutipan sendiri (selfcitations) dan (5) jumlah kutipan per dokumen (citation per documents). Di antara negara-negara ASEAN, posisi Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam dan Filipina, seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Peringkat Negara DokumenDokumen

yang dapat dikutip

Jumlah Kutipan

Mengutip Sendiri

Kutipan per dokumen Indeks-H

32 Singapore 241.361 224.763 4.097.146 486.934 16,98 454

34 Malaysia 214.883 207.498 1.299.378 341.788 6,05 224

43 Thailand 139.682 132.845 1.510.067 238.251 10,81 269

55 Indonesia 54.146 51.665 380.569 50.906 7,03 175

62 Vietnam 35.445 33.937 347.394 51.341 9,8 167

69 Philipines 23.843 21.861 340.738 33.779 14,29 189

Sumber:http://www.scimagojr.com/countryrank.phpper tanggal 9 Desember 2017

76 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 77: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Sementara upaya membangun perguruan tinggi yang mengarah kepada universitas riset masih sulit dilakukan karena beberapa kendala, yaitu : (1) banyak perguruan tinggi lebih berorientasi pada penyelenggaraan program akademik dan program studi yang laku di pasaran (diploma dan kelas ekstensi) yang menjadi sumber pendapatan terbesar perguruan tinggi, (2) ketiadaan fokus pengembangan institusi untuk menjadi pusat unggulan sebagai wujud mission diferentiation dan (3) beban mengajar para dosen yang sangat tinggi serta kurang tersedia waktu dan dana untuk melakukan penelitian/riset. Hal ini berdampak pada terbatasnya publikasi di jurnal ilmiah nasional maupun jurnal internasional.

Untuk mendukung keberhasilan pencapaian target realisasi tahun 2017 telah dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas program Karya Ilmiah yang dipublikasikan menjadi Jurnal Internasional (penyusunan pedoman, sosialisasi dan pelatihan, klinik penulisan artikel ilmiah, perningkatan kapasitas lembaga pengelola jurnal, pengiriman dosen untuk mengikuti Seminar Internasional atau secara langsung membantu pembiayaan langganan jurnal internasional yang dapat diakses secara mudah dan gratis oleh dosen peneliti di perguruan tinggi).

Dari kegiatan pemberian hibah, insentif, bantuan, langganan e-journal, sosialisasi, monitoring dan pelatihan/workshop penyusunan hasil penelitian, Pengabdian pada Masyarakat (PPM) serta kegiatan-kegiatan dalam rangka publikasi internasional sebagaimana tersebut di atas, sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang dipublikasikan baik pada jurnal nasional dan internasional yang terakreditasi baik untuk dosen itu sendiri maupun perguruan tinggi sebagai capaian kinerja penelitian/PPM tersebut.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pencapaian indikator jumlah publikasi internasional, diantaranya:

a. Kurang berkembangnya budaya menulis di perguruan tinggi, dan/atau rendahnya kemauan dan kemampuan menulis hasil-hasil penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat dalam jurnal bermutu

b. Sempitnya sirkulasi persebaran jurnal terkait oleh tiras yang sedikit, serta disebabkan oleh penggunaan bahasa lokal yang tak dimengerti secara luas di tingkat internasional.

c. Motivasi melakukan penelitian belum diimbangi dengan tanggung jawab moral sebagai peneliti untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya yang sangat berguna bagi masyarakat luas baik untuk kepentingan praktis maupun pengembangan teoritis

d. Kurangnya mutu tata kelola jurnal secara elektronik mengakibatkan para penulis dan pengelola jurnal belum terbiasa dengan pengelolaan jurnal secara elektronik.

Melihat hambatan dan permasalahan tersebut di atas, beberapa langkah antisipasi yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

a. Perlunya sosialisasi, pelatihan penulisan, klinik penulisan dan insentif/hibah bagi dosen/peneliti guna memotivasi menulis artikel ilmiah bermutu

b. Dilakukannya Akreditasi Jurnal Nasional secara elektronik dan intensif, sehingga mampu meningkatkan jumlah dan memperluas sirkulasi persebaran jurnal nasional, serta meningkatkan jumlah jurnal internasional

c. Perlu adanya kebijakan yang mendukung peningkatan publikasi ilmiah, seperti kewajiban menerbitkan artikel bagi calon lulusan pascasarjana

d. Melakukan pelatihan penerapan aplikasi jurnal elektronik, memberikan keterampilan dalam mengelola jurnal secara elektronik dan melakukan pendampingan tata kelola jurnal secara elektronik disertai dengan pemberian bantuan tata kelola jurnal yang diperuntukkan pada pengembangan jurnal

e. Melanggan akses e-jurnal yang berkualitas dan mensosialisasikan program tersebut berikut cara penggunaannya yang efektif

f. Memberikan insentif berupa angka kredit bagi pengelola dan editor jurnal.

Salah satu faktor untuk meningkatkan Publikasi Internasional, adalah terfasilitasi dan tersedianya wadah untuk menampung publikasi ilmiah berupa lembaga Jurnal Ilmiah di dalam negeri. Hal ini sangat membantu dalam rangka proses pembelajaran menuju Publikasi Internasional. Sebagai dukungan dalam

77Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 78: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

meningkatkan jumlah publikasi baik nasional dan internasional, saat ini telah beroperasi sistem akreditasi jurnal ilmiah menggunakan sepenuhnya metode on-line (daring), yaitu Sistem ARJUNA, http://arjuna.ristekdikti.go.id/ akronim untuk Akreditas Jurnal Nasional. Saat ini sudah ada 2000 e-jurnal ilmiah yang telah mendaftarkan diri ke dalam Arjuna terdapat peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya hanya 969 e-jurnal yang telah terdaftar.

Faktor yang mendukung peningkatan jumlah publikasi internasional diantaranya adanya:

a. Kebijakan yang memihak pada pertumbuhan publikasi Internasional yaitu : Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152 tahun 2012 dimana setiap Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3) untuk dapat lulus harus mempublikasikan tugas akhirnya di jurnal nasional, nasional terakreditasi dan Internasional.

b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka kreditnya.

c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 78 Tahun 2013 tentang pemberian tunjangan profesi dan Tunjangan kehormatan bagi Dosen yang menduduki Jabatan Akademik Profesor.

d. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor.

e. Kebijakan-kebijakan yang telah disebut diatas, beserta instrumen pendukung kebijakan yang dimiliki Kemenristekdikti diantaranya insentif, membuat jumlah publikasi internasional bisa diprediksi pertumbuhannya, berdasarkan sumber potensi publikasi yaitu dosen dan peneliti. Berdasarkan prediksi ini, di tahun 2019 Indonesia bisa mengungguli Malaysia.

Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi

Sasaran 2:

Disisi lain bahwa hasil riset harus dikomersialisasikan dan dihilirisasikan, tidak hanya berhenti di riset saja, tidak cukup menjadi prototipe, namun harus bermanfaat bagi masyarakat. Untuk meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian di masyarakat, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melakukan sinergi dengan kementerian lain, lembaga litbang dan dunia usaha mengembangkan konsorsium riset. Dan pada akhirnya dalam rangka mewujudkan hal tersebut perlu ditunjang adanya birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien, serta mampu memberikan pelayanan publik yang baik.

Untuk mengukur ketercapaian sasaran Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Indeks Inovasi.

78 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 79: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Indeks Inovasi

Indeks Inovasi adalah suatu ukuran untuk menilai kemanfaatan hasil-hasil litbang dalam pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa, meningkatkan kontribusi iptek dalam pertumbuhan ekonomi dan mendorong tumbuhnya industri yang kompetitif. Perhitungan Indeks Inovasi didasarkan pada 8 (delapan) indikator kinerja pembentuk, yaitu (1) Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature, (2) Jumlah Pusat Unggulan Iptek, (3) Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3, (4) Jumlah publikasi internasional, (5) Jumlah HKI yang didaftarkan, (6) Jumlah prototipe R & D, (7) Jumlah prototipe industry, (8) Jumlah Produk Inovasi. Berdasarkan evaluasi penilaian Kemenristekdikti Nilai Indeks Inovasi tahun 2017 adalah sebesar 48,56. Realisasi tahun 2017 telah melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar 16,85 atau tercapai 288% dari target. Apabila dibandingkan dengan target Renstra tahun 2019 sebesar 32,41, maka pencapaiannya telah mencapai 150%.

Tabel 47 Capaian Indeks Inovasi

Tabel 48 Capaian Indikator Pembentuk Indeks Inovasi

IKU Indeks Inovasi

Realisasi 20162017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

- 16,85 48,56 288% 32,41 150%

Berdasarkan data yang diolah Kemenriatekdikti, capaian indikator kinerja pembentuk Indeks Inovasi adalah sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Target2015-2019

Realisasi 2016

Tahun 2017

Target Realisasi %

1. Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature 22 14 16 16 100%

2. Jumlah Pusat Unggulan Iptek 40 27 30 46 153%

3. Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3 6,80% 12,86% 6,20% 13,08% 210%

4. Jumlah publikasi internasional 56.237 9.574 12.000 16.147 134%

5. Jumlah HKI yang didaftarkan 2.400 3.184 1.910 4.018 210%

6. Jumlah prototipe R&D 4.145 791 783 1.412 180%

7. Jumlah prototipe industri 95 45 20 86 430%

8. Jumlah Produk Inovasi 175 30 40 51 127,50%

79Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 80: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Secara lebih detil capaian kinerja masing-masing indikator pembentuk yang berkontribusi terhadap pencapaian Indeks Inovasi adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature

Program Nawacita butir ke-6 Presiden RI Joko Widodo, yaitu: Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya, dengan: Membangun sejumlah Science and Techno Park di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini. Pembangunan Techno Park memiliki fungsi sebagai Center of excellence (kerjasama dunia usaha/swasta-Pemerintah-Perguruan tinggi) yang dimaksudkan untuk memperkuat daya saing industri manufaktur nasional yang fokus pengembangannya disesuaikan dengan potensi sektor yang sedang berkembang di kabupaten/kota terkait.

STP digunakan sebagai sarana untuk menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara lembaga litbang, universitas dan industri. STP memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri-industri berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses ‘spin-off’ disamping menyediakan jasajasa bernilai ekonomi tinggi dalam suatu kawasan yang dilengkapi fasilitas berkualitas tinggi. Keberhasilan pembangunan STP sebagai salah satu indikator keberhasilan iptek dan inovasi dapat dilihat di berbagai negara yang telah mengembangkan STP. Beberapa STP yang telah dikembangkan di luar negeri seperti Daejeon Science Town di Korea, Zongguanchun Science Park di Tiongkok, Tsukuba Science City di Jepang, dan Technology Park Malaysia (TPM) di Malaysia.

Daejeon Science Town di Korea mempunyai fasilitas layanan penelitian dan pengembangan, eksperimen dan kapasitas produksi, inkubasi bisnis high-Tech dan pendukungnya, tempat rekreasi dan taman, dan pendukung lain administrasi. Zongguanchun Science Park (ZSP) di Tiongkok merupakan kawasan yang didalamnya terdapat National University, Research Institute, dan HiTech Company yang bergerak dalam sektor Information Technology. Salah satu pilar dalam ZSP adalah Beijing Internasional Business Incubation (IBI) yang didirikan pada tahun 1994. IBI mempunyai komitmen untuk mendukung inovasi dan start up company, industri dengan teknologi tinggi, kerjasama internasional dalam pengembangan industri berbasis Science and Technology, mempercepat komersialisasi

dan promosi dari industri berbasis teknologi tinggi di Tiongkok. STP Tiongkok memiliki kelebihan khusus karena semua yang pertama terkait sinergi Iptek dan ekonomi dihasilkan di sini. Sebagai contoh, STP di Tiongkok telah menjadi yang pertama untuk kategori: perusahaan berbasis Iptek “pertama”; perusahaan tanpa pengujian bisnis “pertama”, partner investor terbatas “pertama”, industri dengan legal status sebagai organisasi sosial “pertama”, dan perusahaan dengan 100 persen capaian Ipteknya teregistrasi sebagai modal. Tidak heran jika STP memiliki peran vital untuk meningkatkan iptek dan inovasi dan menjadi pendukung utama pada pembangunan sosial serta ekonomi di Tiongkok.

STP lain di luar negeri yaitu Tsukuba Science City di Jepang, Technology Park Malaysia di Malaysia. Tsukuba Science City memiliki 5 wilayah yang merupakan lokasi dari pusat institusi penelitian (riset), dan terdapat 40 institusi pendidikan dan penelitian, serta 33 organisasi pemerintah dan swasta yang berlokasi di kawasan ini. Technology Park Malaysia di Malaysia merupakan kawasan yang dikembangkan untuk mempercepat proses transformasi peningkatan ilmu pengetahuan dan perekonomian Malaysia. TPM dikelola oleh tenaga profesional yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mempromosikan budaya berinovasi dan bersaing dalam aspek ilmu pengetahuan dan industri.

Pembangunan dan pengembangan Taman Sains dan Teknologi di Indonesia mengacu pada arah kebijakan sebagaimana dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Pada pembangunan dan pengembangannya dinyatakan adanya konsepsi National Science Techno Park (NSTP), Science Park (SP) dan Techno Park (TP). Nomenklatur ketiganya mengacu pada peruntukkan tugas pokok dan fungsinya di samping aspek ruang dan kewilayahan. Distribusi pelaksanaannya pun diatur dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Arah, kebijakan dan strategi Pembangunan dan Perkembangan Taman Sains dan Teknologi di Indonesia, adalah:

a) Pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and Technology Park) yang diarahkan berfungsi sebagai: (1) pusat

80 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 81: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

pengembangan sains dan teknologi maju, (2) pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju, dan (3) pusat layanan teknologi maju ke masyarakat.

b) Pembangunan Taman Sains Provinsi diarahkan berfungsi sebagai: (1) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi, (2) penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park, dan (3) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.

c) Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota diarahkan berfungsi sebagai: (1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi, dan (2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas.

Gambar 8 Arah, Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan PengembanganTaman Sains dan Teknologi

Pelaksanaan fungsi dan layanan Taman Sains dan Teknologi yang menekankan pada peningkatan pemanfaatan teknologi hasil riset selanjutnya diukur dengan tiga dimensi pengukuran kinerja yaitu dimensi relevansi, dimensi keberlanjutan dan dimensi kemandirian. Penerapan tiga dimensi ini didasarkan atas basis asumsi pertumbuhan (growth) bahwa Taman Sains dan Teknologi tumbuh dan berkembang mulai dari tingkatan dasar kinerja terterapkannya produk teknologi, menguatnya kelembagaan pengelola dan pada akhirnya meningkatnya daya saing produk. Dengan demikian pemahaman aspek pertumbuhan

ini menjadi pijakan dalam pengukuran kinerja Taman Sains dan Teknologi.

Dimensi relevansi menekankan pada tercapainya sasaran tingkat kesesuaian program dengan potensi dan daya dukung daerah. Dimensi relevansi merupakan dimensi tahapan awal yang harus dicapai oleh Pengelola Taman Sains Teknologi. Indikator keberhasilan dari dimensi relevansi ini menyangkut pada pencapaian (a) jumlah paket produk berbasis potensi daerah yang dikembangkan, (b) jumlah unit usaha pemula yang dibina, dan (c) jumlah paket teknologi hasil litbang

81Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 82: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

domestik yang diterapkan. Sementara itu dimensi keberlanjutan mengacu pada pencapaian terwujudnya kelembagaan pengelola yang kokoh dengan penerapan strategi bisnis yang profesional.

Beberapa indikator keberhasilan dari dimensi keberlanjutan ini antara lain

(a) persentase biaya operasional yang dipenuhi sendiri,

(b) jumlah unit usaha pemula (spin-off) yang lulus,

(c) jumlah paket kontrak pembiayaan atas pengembangan produk inovatif, dan

(d) bentuk/level organisasi pengelola daerah.

Adapun dimensi kemandirian dalam pengukuran kinerja Taman Sains Teknologi ditujukan untuk tercapainya daya saing produk yang didukung oleh manajemen operasional yang Mandiri. Indikator dalam dimensi kemandirian ini antara lain

(a) besarnya persentase pendapatan usaha dalam kawasan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD),

(b) jumlah unit produk yang telah dilepas ke pasar,

(c) jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kawasan, dan

(d) jumlah unit industri yang masuk dalam kawasan.

Gambar 9 Dimensi, Sasaran dan Indikator Keberhasilan Taman Sains dan Teknologi

82 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 83: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Ukuran maturitas kinerja disesuaikan dengan tugas dan fungsi yang diemban masing-masing Taman Sains (Science Park), Taman Teknologi (Techno Park) dan Taman Sains Teknologi Nasional (National Science Technology Park). Taman Sains dinyatakan Mandiri (mature) apabila telah menghasilkan teknologi yang siap untuk diterapkan dalam lingkungan industri yang sebenarnya (Tingkat Kesiapan Teknologi ≥ 7). Sementara itu, Taman Teknologi dinyatakan Mandiri (mature) apabila kondisi kinerjanya telah menghasilkan usaha baru secara berkesinambungan. Adapun untuk Taman Sains dan Teknologi Nasional dapat dikatakan mature apabila telah memperlihatkan kinerja awal berupa

(a) melaksanakan riset secara berkesinambungan,

(b) menghasilkan perusahaan pemula, dan

(c) mampu menarik industri ke kawasan.

Tabel 49 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature

Indikator Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

6 12 16 16 100% 22 72,73%

Sampai dengan tahun 2017 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang Mature berjumlah 16 dari target yang ditetapkan sebesar 16, dengan demikian persentase capaian kinerja pada tahun 2017 ini sebesar 100%. Dalam rencana strategis 2015-2019, target yang ditetapkan pada akhir periode tahun 2019 sebesar 22, sehingga persentase capaian tahun 2017 dibandingkan dengan target akhir periode Renstra sebesar 72,73%.

Berdasarkan evaluasi perkembangan STP Indonesia yang telah dilakukan oleh 7 (tujuh) Kementerian/LPNK, ditetapkan 16 (enam belas) lokasi STP yang dinyatakan mature. 16 lokasi STP mature tersebut adalah sebagai berikut:

1. Puspiptek Serpong (NSTP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula (start-up), dan mampu menarik/melayani industri ke kawasan);

2. Bandung Techno Park (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru berkesinambungan dan melayani industri)-Binaan Kementerian Perindustrian.

3. Solo Techno Park (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru dan melayani industri);

4. N-STP Batan – Pasar Jum’at (STP Mature, karena telah melakukan riset yang berkesinambungan,

mengaplikasikan iptek nuklir di bidang pangan dan menghasilkan teknologi bidang pangan yang dibutuhkan masyarakat)

5. Science and Technology Park Padi, Sukamandi-Kementan (STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, dan mampu melayani/menghasilkan petani penangkar padi ke kawasan)

6. Science and Technology Park LIPI, Cibinong (NSTP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula, dan mampu menarik industri ke kawasan);

7. STP – ITB (STP – Institut Teknologi Bandung, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

8. STP – IPB (STP – Institut Pertanian Bogor, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

9. STP – UGM (STP – Universitas Gajah Mada, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

83Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 84: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

10. STP – Puslitkoka (STP – Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

11. STP – UNPAD (STP – Universitas Padjajaran, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

12. STP – ITS (STP – Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, STP Mature, karena telah melaksanakan riset secara berkesinambungan, menghasilkan perusahaan pemula berbasis teknologi dan melayani industri);

13. Cimahi Techno Park (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru berkesinambungan dan melayani industri)

14. Batam Techno Park (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru berkesinambungan dan melayani industri)

15. Bantaeng Techno Park (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru berkesinambungan dan melayani industri)

16. MSTP – Jepara (TP Mature, karena telah menghasilkan usaha baru berkesinambungan dan melayani industri)

STP merupakan wahana sinergi kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mewujudkan ekonomi berbasis inovasi dalam kerangka sistem inovasi nasional (SINas). Sebagai sebuah lembaga intermediasi, pada dasarnya STP memfasilitasi interaksi aktor-aktor inovasi di dalamnya. Oleh karena itu unsur-unsur utama yang harus terlibat dalam sebuah STP adalah aktor-aktor inovasi (Triple Helix) itu sendiri, yang terdiri dari: perguruan tinggi / lembaga litbang (academician, A), pelaku usaha (Business, B); dan Pemerintah (Government, G). STP menjalankan tiga fungsi utama: (1) menjalankan riset dan pengembangan teknologi dan bisnis yang berkelanjutan; (2) menumbuhkembangkan perusahaan pemula berbasis teknologi; serta (3) memfasilitasi industri untuk memanfaatkan layanan di kawasan STP. Ketiga fungsi tersebut mensyaratkan adanya sinergi yang kuat diantara penyedia teknologi (universitas/ lembaga litbang), pemerintah/pemerintah daerah, dan pelaku usaha (industri/IKM/ masyarakat).

Gambar 10 Peran STP dalam Memfasilitasi Aktor-Aktor Inovasi (A-B-G)

84 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 85: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Selain itu STP dalam pelaksanaannya melibatkan 4 (empat) elemen sumber daya, sebagai kunci keberhasilan pembangunan dan pengembangan STP, yaitu:

(1) Source of Innovation,

(2) humanware,

(3) software, dan

(4) hardware.

Berdasarkan evaluasi dan analisis pengembangan STP, keberhasilan 16 (enambelas) STP mature dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi kunci utama kesuksesan pengembangan STP. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Sinergi dan kolaborasi antar aktor ABG dalam melaksanakan fungsi-fungsi dan layanan STP untuk mencapai tujuan dan menghasilkan output yang telah ditetapkan.

b. Efektivitas 4 (empat) elemen sumberdaya sebagai kunci keberhasilan pengembangan STP.

Gambar 11 Empat faktor kunci dalam Pengembangan Taman Sains dan Teknologi

85Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 86: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dari 16 STP yang Mature, 8 STP difasilitasi oleh Kemenristekdikti sebagai berikut:

Science Techno Park Universitas Padjadjaran

KST Unpad terletak di Kampus Unpad Jatinangor, sangat sesuai untuk pengembangan sains dan teknologi yang memerlukan persyaratan alam terbuka, aman, dan menyatu dengan kampus utama tempat berfungsinya fakultas, laboratorium dan pusat-pusat studi di lingkungan Universitas Padjadjaran.

Gambar 12 Lokasi dan Aksesibilitas KST Unpad

KST Unpad memiliki empat divisi layanan, yaitu divisi layanan teknis, divisi layanan pengembangan teknologi, divisi layanan inkubasi bisnis teknologi dan divisi layanan pendukung. Divisi layanan teknis melayani pelatihan, peragaan, konsultasi teknis dan informasi; divisi layanan pengembangan teknologi melayani desain teknologi, purwarupa, managemen kelayakan intelektual dan konsultasi hukum, divisi layanan inkubasi bisnis teknologi melayani dukungan teknologi dan managemen bagi perusahaan pemula berbasis teknologi; dan divisi layanan pendukung

melayani fasilitas produksi skala terbatas, ruang kantor, ruang konferensi/ seminar/ pameran.

Inventor teknologi terdiri dari empat cluster, yaitu agrobisnis, herbal & medical Science and Technology, nano teknologi dan sumber daya air. Sedangkan clustering layanan terdiri dari bisnis Center; inovasi kebijakan; governance; dan transformasi budaya; ICT dan media cente; layanan jasa; sentra usaha kecil dan menengah; serta inkubasi teknologi Unpad.

86 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 87: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Gambar 13 Clustering Inventor dan Tenant KST Unpad

Teknologi/inovasi yang telah diimplemantasikan oleh KST Unpad antara lain:

a. Pupuk Bion Up: Lisensi sudah diberikan ke perusahaan dan sudah diproduksi massal

b. Rantai Pasok Pasar Terstuktur: sudah diimplementasikan oleh kelompok tani Katata yang bermitra dengan Hero Swalayan

c. E- strategic mapping: Sudah diimplementasikan di Prov Jabar, e-performance (tunjangan kinerja pegawai) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Kota Cimahi

d. Buku Bahasa Indonesia bagi penutur asing: sudah digunakan di 5 negara. yaitu Thailand, Polandia, China, Perancis, dan Jerman

e. Ubi Jalar Awachy sudah diimplementasikan oleh PT. Indowooyang (eksportir produk olahan ubi jalar) dan Uji lapangan untuk komersialisasi bibit ubi jalar dengan PT. Indowooyang

f. Ubi Cilembu: telah dilakukan uji lapangan untuk komersialisasi.

Kelebihan/ keunggulan/keberhasilan KST Unpad antara lain:

a. Mitra utama dengan pemerintahan di Jawa Barat dengan program ASUP Jabar

b. Lokasi strategis dalam zona ekonomi kreatif (regional Bandung, Sumedang, Jawa Barat)

c. Memiliki inventor yang cukup banyak dan Unggul

d. PTNBH memungkinkan leluasanya dalam penggunaan anggaran

e. Sudah memiliki mitra industri baik di dalam maupun di luar negeri

f. Seluruh produk yang dihasilkan ramah lingkungan dan sustainable (berbasis teknologi hijau)

87Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 88: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

UGM Science Techno Park (STP)

Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai socio-entrepreneurial university berkomitmen mengembangkan inovasi berbasis riset untuk mendukung industri nasional dalam kerangka kemandirian dan keadaulatan bangsa. Komitmen tersebut diwujudkan Universitas Gadjah Mada dengan mengembangkan UGM Science Techno Park (STP) di berbagai bidang sesuai kompetensi kompetitif yang dimiliki UGM, bekerjasama dengan pemerintah dan industri, dimana kampus induk UGM Bulaksumur sebagai pusat gravitasi penciptaan inovasi dengan satelit-satelit Teaching Industry yang tersebar di wilayah sekitar, sesuai kelima bidang priotitas yang telah ditetapkan. UGM selalu berkomitmen mengimplementasikan socio-entrepreneural university melalui pembangunan UGM STP yang di dalamnya terdapat proses inkubasi start-up berbasis teknologi, riset komersial berkelanjutan, spin off, dan factory oriented.

Selanjutnaya, UGM menjadikan inovasi bidang kesehatan sebagai langkah pertama pengembangan UGM STP yang didasari atas keyakinan bahwa Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan secara Mandiri di Indonesia dapat menjadi “lokomotif” inovasi dan teknologi terapan untuk peningkatan kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Fakta empirik mengindikasikan bahwa 97,2% produk alat-alat kesehatan yang dibutuhkan Indonesia dipenuhi dengan cara impor. Rencana pengembangan produk

inovatif berbasis riset unggulan, khususnya produk kesehatan (alat kesehatan, farmasi, makanan sehat) di UGM diharapkan menjadi model inovasi yang mengadopsi pendekatan triple-helix, yaitu kolaborasi antara akademia dan industri alam menggulirkan hasil inovasi ke masyarakat dengan dukungan dari pemerintah (pusat dan daerah).

Tahun 2016 melalui hibah penguatan inovasi perguruan tinggi bidang kesehatan dari Kemenristekdikti menjadi langkah awal pengembangan UGM STP Bidang Kesehatan. Penyiapan produk produk inovasi unggulan bidang kesehatan yang siap hilir dan dilakukan uji keberterimaan pasar melalui unit usaha pemula (start up) telah dilakukan melalui unit di UGM yang diberi nama Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi, dibawah Wakil Rektor Kerjasama dan Alumni. Dalam rangka membangun kelembagaan dan tata pamong UGM STP, Kemenristekdikti juga telah mendukung dengan hibah kelembagaan STP Nasional pada Tahun 2016.

UGM STP Bidang Kesehatan ini direncanakan dibangun di Padukuhan Babadan, Purwomartani, Kalasan, Sleman Yogyakarta. Rencana pengembangan fisik tahap I tahun 2017 berada di atas lahan seluas 4.910 m2 dengan luas bangunan 946 m2.

Gambar 14 Lokasi UGM Science Techno Park (STP)

88 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 89: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Teknologi/ Inovasi yang telah dihasilkan UGM STP dalam lingkup awal ini direncanakan akan memfasilitasi 4 produk unggulan hasil riset UGM, yaitu: INA Shunt, NPC Strip, CeraSpon dan INA Stent.

Kampus induk UGM beserta fasilitas laboratorium dan infrastruktur pendukung yang ada sekarang ini dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai pusat inovasi utama dalam kerangka Science Park, sedangkan implementasi spasial untuk teknologi dan inovasi yang akan digulirkan di area terpisah di luar kampus induk dalam kerangka Techno Park. Kedua kerangka pengembangan tersebut, Science Park dan Techno Park, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain karena pada prinsipnya saling melengkapi. Techno Park berfungsi sebagai pusat penerapan teknologi yang telah dikaji untuk diterapkan dalam skala ekonomi; tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas; sedangkan Science Park berfungsi sebagai penyedia pengetahuan terkini oleh akademisi dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi; penyedia solusi-solusi teknologi yang belum terselesaikan di Techno Park; serta pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.

ITB Innovation Park

Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai perguruan tinggi terdepan dalam inovasi teknologi, memiliki potensi untuk turut andil meningkatkan posisi inovasi Indonesia. Setiap tahunnya, ITB menghasilkan berbagai inovasi melalui kegiatan penelitian, misalnya di bidang bioteknologi, kesehatan dan olahraga, energi dan manufaktur, serta industri kreatif. ITB juga telah menghasilkan paten untuk produk-produk yang dapat dikomersialisasi, termasuk beberapa yang masih dalam tahap didaftarkan dan proses pemohonan. Pada saat ini, kerjasama dengan pihak industri juga sudah dilakukan secara parsial, misalnya dengan Indosat, Microsoft, PT Chevron, Korean International Cooperation Agency, dsb. Namun demikian disisi lain, kebutuhan innovation centre dan inkubasi sebagai wahana kolaborasi dengan pihak lain yang terintegrasi masih dibutuhkan.

Melalui Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB telah dirintis inisiasi pembangunan “Technology and Science Park” yang diberi nama “ITB Innovation- Park”. LPIK ITB merupakan lembaga yang didirikan untuk mendorong pemanfaatan hasil-hasil penelitian atau inovasi para peneliti, dosen dan mahasiswa ITB. Untuk mendorong inovasi, LPIK ITB berupaya melakukan berbagai program kegiatan yang terkait dengan inovasi diantaranya program pengembangan kewirausahaan, kesadaran pada hak kekayaan intelektual, dan membangun ekosistem inovasi yang diwujudkan secara kelembagaan dalam bentuk divisi-divisi dalam organisasi LPIK.

Pada masa yang akan datang rencana pembangunan ITB Innovation Park diharapkan dapat memainkan fungsi untuk memberikan layanan akselerasi aktivitas R&D, pencapaian komersialisasi hasil riset dan inkubasi perusahaan rintisan (Start Up Enterprises) berbasis teknologi. ITB Innovation Park diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi bangsa sehingga ekonomi berbasis teknologi tidak sekedar menjadi impian tetapi menjadi sebuah kenyataan. ITB Innovation Park akan menjadi titik temu bagi applied research, yang merupakan muara dari basic research dan industry research, dengan proyek komersialisasi. Proyek komersialisasi adalah hasil riset yang berada dalam proses incubation, market test, dan proses transisi menuju mass production. ITB Innovation Park nantinya akan menjadi pusat inkubasi dari inovasi-inovasi yang akan diluncurkan ke pasaran, maupun menjadi tempat test products bagi industri-industri yang terlibat.

ITB dalam hal pengembangan Innovation Park akan mengembangkan pada 2 lokasi, yaitu Ganesha dan Gedebage. Lokasi ITB Innovation Park Gedebage berada di Kawasan Bandung Teknopolis Gedebage. ITB Innovation Park ini akan menjadi bagian dari Kawasan Bandung Teknopolis. Pengembangan ITB Innovation Park Gedebage akan bertema industri smart and Creative, direncanakan terdiri dari 4 tower (pada lahan 1 hektar) dengan jumlah lantai adalah 12 lantai. Saat ini ITB Innovation Park Gedebage telah memasuki tahap Detailed Engineering Design (DED) yang pendanaannya berasal dari APBN melalui Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Sedangkan pengembangan ITB Innovation Park Ganesha akan berada pada di bagian

89Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 90: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

belakang area gedung Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK ITB) dengan rencana luas bangunan 2500 m2 (berjumlah 4 lantai). Saat ini pengembangan ITB Innovation Park Ganesha memasuki finalisasi Detailed Engineering Design, dan akan mulai di bangun pada awal tahun 2018, akan menggunakan anggaran dari swasta diharapkan selesai dalam 10 bulan dan akan beroperasi di awal tahun 2019. Keberadaan ITB Innovation Park Ganesha ini berfungsi sebagai Hub dimana letaknya berdekatan dengan kampus ITB, pusat pemerintahan, dan beberapa industri.

ITB telah memiliki pengalaman dalam melakukan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian. Berikut adalah beberapa kasus yang telah dilaksanakan dalam rangkan implementasi dan tranfer teknologi pada industri yaitu Adsorben Desulfurisasi Gas Dan Proses Pembuatannya.

Proses Pembuatan Katalis Pengolahan Hidro Yang Selektif Pada Penjenuhan Olefin dan Penyingkiran Senyawa Nitrogen Dalam Umpan Hidrokarbon Dan Produk Yang Dihasilkan Dari Proses Tersebut.

Komposisi Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale) dan Ekstrak Etanol Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Antituberkulosis.

Solo Techno Park

Solo Techno Park dibangun sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan. Solo Techno Park merupakan kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Solo Techno Park memberikan layanan pendidikan di bidang aplikasi praktis industri seperti program pelatihan mekanik manufaktur, pengelasan, mekanik garmen, otomotif, Informasi Teknologi (IT/elektronik), dan teknik mesin. Layanan lain dari Solo Techno Park adalah meningkatkan kewirausahaan dan inovasi dengan menggunakan inkubator canggih dan penyebaran layanan konseling yang ekstensif, baik dalam konteks teknis dan operasional untuk ekonomi lokal. Inkubator bisnis dan teknologi dirancang bagi lulusan akademi dan wirausaha muda untuk mengembangkan inovasi

dan mengkomersialkannya. Dari beberapa layanan tersebut, pelatihan pengelasan di bawah air dan mekanik manufaktur merupakan produk unggulan dari Solo Techno Park.

Pengembangan kelembagaan pengelola Techno Park, dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu (1) penyusunan regulasi, (2) penyiapan dokumen perencanaan dan SOP, (3) menyelenggarakan rapat koordinasi, dan (4) peningkatan kapasitas pengelola. Sedangkan dalam rangka mendukung operasionalisasi Techno Park maka dibutuhkan sarana prasarana (sarpras) pendukung. Sarpras tersebut meliputi (a) kantor manajemen, (b) 18 jenis ruangan pendukung operasional Techno Park, (c) prasarana sarana dasar, dan (d) sarana khusus pengembangan bidang fokus.

Solo Techno Park sudah memiliki gedung manajemen seluas 2.934 m2. Gedung tersebut telah selesai di bangun tahun 2009. Di dalam gedung tersebut telah menyediakan 9 ruang dari 18 ruang yang dipersyaratkan. Sementara terdapat 3 ruang pendukung operasional Techno Park dialokasikan di luar gedung manajemen.

Dalam rangka pengembangan teknologi yang berpotesi untuk dikomersialkan, Solo Techno Park telah melakukan upaya-upaya pengembangan teknologi. Upaya tersebut berupa Pelayanan Pengembangan Teknologi atau Pelatihan terkait yang pernah dilakukan KST, yang meliputi desain produk; purwarupa/prototyping dan konsultasi hukum. Hingga tahun 2017, telah dilakukan berbagai layanan terkait dengan pengembangan kepada berbagai klien, baik perusahaan maupun perguruan tinggi dan sekolah. Layanan-layanan tersebut berupa design produk, pelatihan, uji specimen, uji kompetensi, pembuatan mesin dan perijinan. Pengembangan teknologi juga dilakukan dengan penguatan jejaring dengan stakeholder untuk suplai hasil inovasi ke KST. Penguatan jejaring tersebut dilakukan dengan riset bersama, penggunaan fasilitas bersama dan konsultasi. Penguatan jaringan tersebut dilakuan dengan perguruan tinggi, kementerian/lembaga, perusahaan besar dan yayasan.

Dalam rangka menciptakan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), Solo Techno Park telah melakukan serangkaian kegiatan berupa (a) Inkubasi Bisnis, dan (b) Palatihan dan Pemagangan. Semenjak tahun 2015, Solo Techno Park telah melakukan

90 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 91: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

inkubasi bisnis sebanyak 11 tenant. Inkubasi binis tersebut dilakukan baik secara in-wall.

Solo Techno Park telah menghasilkan 10 Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT). PPBT yang telah dihasilkan tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 40 orang. PPBT yang dihasilkan tersebut bergerak dalam bidang rekayasa manufaktur, ICT, Obat-Obatan, material maju dan teknologi pangan.

IPB Science Park

PT. Bogor Life Science and Technology merupakan perusahaan holding/induk yang dimiliki oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Bergerak dalam pengembangan komersialisasi hasil riset dan inovasi IPB. IPB Science Park merupakan kawasan untuk mendukung pengembangan dan komersialisasi hasil inovasi produk dan jasa bidang pertanian tropis, pangan dan bio-sains dengan dukungan infrastruktur, bisnis, dan teknologi. IPB Science Park tertuang dalam master plan BLST dan mulai dirintis pada bulan Juli 2014. Didirikan sebagai salah satu bisnis pendukung dari tiga kelompok bisnis inti, yakni certified Training, consulting services dan innovation products.

BLST adalah perusahaan induk (holding) yang berfungsi untuk menjalankan semua kegiatan IPB dalam bidang bisnis termasuk komersialisasi inovasi yang dihasilkan dari riset-riset yang diselenggarakan di kampus hijau itu. Khusus untuk komersialisasi inovasi dijalankan dibawah anak perusahaan yang bernama IPB Science Techno Park (IPB STP). Ada empat aktivitas utama yang berjalan didalamnya. Pertama, komersialisasi riset dan pengembangan produk. Kedua, inkubasi bisnis teknologi. Ketiga, pelatihan, konsultasi dan workshop. Keempat, pilot plant untuk para inovator yang inovasinya masih dalam fase atau tahap start up. Tak hanya itu, IPB STP juga menyediakan layanan pendukung bagi para pelaku industri yang membutuhkan laboratorium untuk biomedicine, bioteknologi dan food Technology.

Sejak tahun 2015 – 2016, IPB STP telah menghasilkan beberapa inovasi yang berhasil dikomersilkan dianataranya adalah bibit kacang kedelai hitam untuk PT. Unilever Indonesia, substrat vaksin polio untuk produksi vaksin polio Bio Farma, bibit pepaya California, vaksin flu burung, enzim dan traktor. Menurut Meika, masing-masing inovasi tersebut ada yang dikembangkan dengan membangun perusahaan

patungan, misalnya vaksin flu burung dikembangkan lewat PT IPB Sygeta yang merupakan perusahaan patungan IPB dan sebuah perusahaan asal Jepang. Ada juga yang dikomersilkan dengan sistem royalti dan atau yang dikembangkan sendiri oleh BLST, seperti bibit pepaya California dan beras analog yang dijual lewat gerai ritel BLST, Serambi Botani yang tersebar di 14 mal di Indonesia.

Hasil-hasil riset yang akhirnya terpilih untuk dikomersilkan lewat IPB STP ini melewati beberapa tahapan seleksi terlebih dahulu. Pertama riset dari jurusan atau fakultas yang propektif diuji apakah inovasinya dapat diproduksi dan di terima oleh pasar. Setelah lolos seleksi tahap pertama, inovasi kemudian masuk ke inkubator bisnis teknologi di IPB STP. Selanjutnnya jika menunjukkan pertumbuhan bisnis yang membaik maka akan masuk ke pilot plant skala strat up dan sekaligus mendapatkan seed money atau investasi awal dari BLST sebesar Rp. 500 juta. Disamping riset dari kampus IPB sendiri, untuk mengembangkan hasil-hasil inovasi juga dilakukan kerjasama dengan lembaga swasta untuk pengembangan produk diantaranya PT. Indo Farma dan PT. Kalbe Farma.

Dalam rangka menciptakan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), IPB-SP telah melakukan serangkaian kegiatan pra inkubasi dan inkubasi bagi tenant serta kerjasama dengan pihak industri.

Marine Science Techno Park UNDIP Berlokasi di Marine Station Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro di pantai Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah dengan luas 52 hektar dan di lokasi Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP) FPIK UNDIP di pantai Kartini, Kecamatan Kota Jepara, Propinsi Jawa Tengah dengan luas 2 hektar.

MSTP Undip bertugas mengembangkan kegiatan-kegiatan : a) Hilirisasi hasil-hasil riset dan inovasi teknologi kelautan; b) Inkubator bisnis perusahaan pemula (start up company) berbasis teknologi kelautan; dan c) Layanan inovasi dan industri kelautan.

MSTP Undip fokus pada pengembangan bidang-bidang, sebagai berikut:

1. Biofarmakologi Laut: Teknologi budidaya pesisir dan laut; dan Teknologi pembenihan (hatchery).

91Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 92: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

2. Keamanan Pangan (Food Safety): Teknologi pengolahan hasil laut: udang, ikan, rumput laut, kepiting, kerang, dan lain-lain; dan Teknologi penyimpanan hasil laut: udang, ikan, rumput laut, kepiting, kerang, dan lain-lain.

3. Wisata Bahari: Teknologi operator wisata bahari; dan Pengembangan destinasi wisata bahari berkelanjutan

Marine Science Techno Park (MSTP) Undip di Kabupaten Jepara berfokus pada hilirisasi riset dan inkubasi bisnis teknologi kelautan berkaitan dengan pangan, Energy dan Wisata Pendidikan. Karena ketiga bidang tesebut merupakan bisnis strategis dengan pasar yang sangat luas. Beberapa sarana dan prasarana pendukung telah disediakan oleh MSTP antara lain rumah hatchery, rumah asap cair dan mesin asap cair, perlatan laboratorium yang modern, dan peralatan selam. Untuk itu pada tahun anggaran 2017 memilih tenant dengan spesifikasi bidang bisnis yang terkait dengan sarana dan prasarana yang sudah tersedia yaitu produksi asap cair, pembibitan udang, penyimpanan ikan suhu di atas normal dan ekowisata bahari. Selain itu MSTP telah menyediakan sarana pendukung lain yaitu kantor pengelola inkubator, tenant dan ruang pertemuan bisnis yang dapat digunakan oleh tenant untuk diskusi baik dengan sesama tenant maupun dengan calon investor atau dengan konsultan bisnis.

Dalam meningkatkan kinerja tenant, peran dari Science Techno Park bersama-sama dengan Inkubator Bisnis sangat diperlukan mendorong, mendongkrak dan menstimulan secara terintegrasi, dan selaras agar tenant menjadi entrepreneur yang mampu, Mandiri yang inovatif dan kreatif serta berbasis teknologi yang menghasilkan produk yang semakin meningkat dan menciptakan lapangan kerja. Pemilihan tenant yang masuk ke dalam kegiatan Inkubasi Marine Science Techno Park (MSTP) Undip Jepara tahun 2017 berdasarkan pada kajian yang dilakukan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro pada tahun sebelumnya dan invensi/inovasi yang dihasilkan hanya dari hasil riset Universitas Diponegoro. Kajian tersebut berkaitan dengan komoditas unggulan yang akan dikembangkan di MSTP Undip Jepara yaitu Perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan pangan, wisata bahari.

Dari hasil kajian dan ditambah dengan kriteria kesiapan teknologinya yang siap untuk diinkubasi,

dilakukan penetapan tenant untuk ditetapkan sebagai tenant yang akan mengikuti Program Inkubasi Marine Science Techno Park (MSTP), yaitu:

Asap Cair (Liqued Smoke): teknologi pengolahan hasil laut

1. Cold Storage: berteknologi plasma dengan Ozone untuk Penyimpanan Ikan dan pengawetan ikan, teknologi penyimpanan hasil laut

2. Hatchery: Teknologi Pengolahan Air Laut (Desalinasi) untuk Penunjang Budidaya Laut (Hatchery dan Tambak), disini teknologi budidaya pesisir dan laut dan teknologi pembenihan

3. Wisata Bahari: Teknologi Transplantasi Terumbu Karang dalam Ekosistem Tertutup dan Terkontrol untuk Pengembangan Jepara Marine EcoPark. Kegiatan tenant disini adalah teknologi operator wisata bahari dan pengembangan destinasi wisata bahari berkelanjutan.

Science and Techno-Park (STP) ITS

STP ITS didirikan tahun 2016 berlokasi di Desa Keputih, Sukolila, Surabaya dengan Luas kawasanya sebesar 22 hektar. Bidang fokus KST ini adalah Maritime, Automotive dan Creative Industry. kawasan ini merupakan tempat pengembangan dan komersialisasi hasil inovasi produk dan jasa bidang ilmu pengetahuan, teknlogi, dan seni. Kawasan terpadu ini didukung fasilitas dan infrastruktur yang baik serta peraturan yang kondusif.

STP ITS dikelola oleh sebuah perusahaan yang merupakan anak perusahaan dari PT. ITS Techno Science. Perusahaan tersebut berada di bawah Badan Pengembangan dan Pengelolaan Usaha (BPPU) ITS. Badan ini berada di bawah Rektor ITS. Posisi PT STP didalam struktur organisasi ITS disajian dalam gambar berikut.

Kawasan ITS STP ini didirikan di kawasan sisi timur ITS dengan dukungan lingkungan, National Ship Design Centre, PT. PAL, Energy Laboratory, Marine Tech Faculty, Hydrodynamic Laboratory-BPPT, Forensic Laboratory, Research Center, LPPM Building, Robotic Laboratory, Shipbuilding PolyTechnic (PPNS), dan Electronic PolyTechnic (PENS) di sekelilingnya.

Pengembangan tahap pertama dilakukan hingga

92 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 93: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

tahun 2019. Di dalam kawasan ini dibangun Maritime Center, Automotive Center, and Creative Center dan Gallery Inovasi ITS, Training dan Meeting Center, Research Center, Guest House dan Restaurant, Park Management, Ruang Terbuka Hijau, Parking Area, serta fasilitas pendukung lainnya.

Sumber inovasi KST ini berasal dari ratusan penelitian ITS dan inovasinya akan dikembangkan sehingga dapat diimplementasikan sebagai produk yang bisa ditawarkan dan dijual kepada masyarakat. Dengan demikian, keberadaan kawasan ini dapat memberikan keuntungan ekonomi berupa peningkatan nilai tambah produk dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu masyarakat bisa menikmati keuntungan sosial dengan ketersediaan wahana edutainment, dan keuntungan lingkungan dengan penambahan lahan hijau dan ruang terbuka serta atmosfer yang baik. Disamping sumber innovasi yang berasal dari peneliti ITS, juga telah dilakukan kerjasama penelitian dengan berbagai pihak.

Pusat Penelitian Kopi dan KakaoScience Techno Park (CCSTP)

Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan suatu kawasan yang dikelola secara profesional guna menginisiasi dan menyalurkan inovasi teknologi hulu (on farm) sampai dengan hilir (off farm) kepada semua pelaku usaha dan industri kopi maupun kakao serta lembaga pendidikan dan penelitian sehingga mampu mencetak entrepreneur-entrepreneur baru yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

CCSTP merupakan bagian dari Puslitkoka Indonesia, lokasinya di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) yang didirikan pada 1 Januari 1911 dengan nama Besoekich Proefstation ini tumbuh berkembang menjadi pusat penelitian yang unggul, inovatif dan berdaya saing. Puslitkoka menunjukkan kinerja terbaiknya dengan ditetapkan oleh Menteri Riset dan Teknologi sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kakao (2012) dan Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kopi (2013). Keberhasilan Puslitkoka menjalankan fungsi sebagai PUI Kopi dan Kakao menumbuhkan motivasi untuk melakukan transformasi PUI menjadi Science Techno Park (STP). Science Techno Park memerlukan

sinergi antara akademisi, pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dengan Puslitkoka sebagai inti dan motor penggeraknya.

Taman Sains dan Teknologi Kopi & Kakao (Coffee and Cocoa Science Techno Park = CCSTP) yang digagas oleh Puslitkoka merupakan suatu kawasan yang dikelola secara profesional guna menginisiasi serta menyalurkan hasil-hasil inovasi teknologi hulu (on farm) sampai dengan hilir (off farm) kepada semua pelaku usaha – pada tahap awal di sektor industri berbasis kopi dan kakao, serta lembaga pendidikan dan penelitian sehingga mampu mencetak entrepreneur-entrepreneur baru pendorong pertumbuhan ekonomi Nasional. Secara khusus, bagi Kabupaten Jember, pengembangan STP ini merupakan satu langkah strategis untuk mencetak entrepreneur baru yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember sejalan dengan program “1 desa 1 dosen” pendamping inovasi.

Dalam CCSTP selain ditunjukkan beberapa inovasi teknologi unggulan berupa bahan tanam unggul kopi dan kakao, biopestisida maupun atraktan untuk pengendalian hama, penyakit kopi dan kakao yang ramah lingkungan, pupuk organik hasil pengolahan limbah, juga ditunjukkan proses produksi kopi dan kakao mulai dari on farm sampai dengan off farm termasuk pengembangan alat mesin pengolah kopi dan kakao, biogas dan pengelolaan limbah, outlet produk olahan kopi dan kakao serta ICCRI Training Canter (ICCRI TC). Diharapkan keberadaan Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Puslitkoka menjadi Lembaga Penelitian yang terkemuka dan unggul dalam hal penguasaan teknologi kopi dan kakao. Secara aktif ikut serta dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan daya saing masyarakat yang berbasiskan inovasi dan teknologi serta mendorong pertumbuhan ekonomi Nasional.

Fasilitasi pelatihan untuk mencetak start-up entrepreneur baru dilakukan untuk meningkatkan industri hilir kopi dan coklat serta konsumsi dalam negeri, serta untuk tujuan motivasi dan sarana sosialisasi untuk meningkatkan daya saing kopi-kakao Indonesia. Tahapan Pembangunan dan Pengembangan CCSTP di Puslitkoka adalah:

93Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 94: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1) Pelatihan.

2) Pendampingan.

3) Pemantapan.

4) Inkubasi. Tahap Inkubasi bisnis merupakan tahapan yang akan dikembangkan oleh CCSTP Puslitkoka menjadi sarana pendukung penyempurnaan dari penerapan STP di Indonesia.

Pembagian zona strategis CCSTP adalah sebagai berikut: Zona 1: Riset dan pengembangan teknologi; Zona 2: Pelatihan dan inkubasi; Zona 3: Industri & Perdagangan; Zona 4: Eduwisata

Kelembagaan pengelola CCSTP-Puslit Koka untuk tahap awal akan dikembangkan berada dibawah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Untuk keperluan pengembangan kelembagaan tersebut, maka telah dilakukan kegiatan kajian pengembangan kelembagaan CCSTP. Selain itu untuk mendukung proses bisnis CCSTP, dilakukan pula kegiatan kajian untuk pengembangan model bisnis plan CCSTP.

CCSTP juga memiliki fasilitas riset yang berupa :

Kebun Riset / Kebun Percobaan; Puslitkoka mempunyai 3 Kebun Percobaan (KP) yaitu : KP. Kaliwining di Kabupaten Jember seluas 160,5 ha, KP. Sumber Asin di Kabupaten Malang seluas 104,17 ha dan KP. Andungsari di Kabupaten Bondowoso seluas 105,97 ha.

Laboratorium Riset :

a) Laboratorium Pemuliaan Tanaman, 1 unit,

b) Laboratorium Agronomi, 1 unit,

c) Laboratorium Tanah dan Air, 1 unit,

d) Laboratorium Proteksi Tanaman, 3 unit,

e) Laboratorium Pascapanen, 2 unit,

f) Laboratorium Kultur Jaringan/ Somatic embryo-genesis (SE), 1 unit,

g) Laboratorium Jasa Analisis tersertifikasi oleh KAN, 2 unit,

h) Bengkel Rekayasa Alsin dan Pilot Plan Pengolahan Kopi dan Kakao Skala UKM, 1 unit,

i) Laboratorium Informasi dan Pelatihan Agribisnis Kopi Kakao, 1 unit,

j) Green House, 4 unit,

k) Pengering kopi dan kakao, 1 unit,

l) Kawasan Cocoa and Coffee Tehcno Science Park, 1 Kawasan.

Selama tiga tahun terakhir telah dijalin kerjasama Non riset dengan 378 lembaga dalam negeri, dan kerjasama riset dengan 66 lembaga dalam negeri dan 20 lembaga luar negeri. Selain itu juga telah dijalin kerjasama dengan lima pelaku industri terbesar kakao dunia, yaitu: ADM Cocoa, Barry Callebaut, Mondelez International, Nestle International dan MARS, Nestle dan sebagainya.

2. Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Jumlah Pusat Unggulan Iptek (PUI) merupakan indikator untuk mengukur kinerja lembaga litbang iptek agar dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional. Pengembangan Pusat Unggulan Iptek akan mendukung terwujudnya industri yang berdaya saing, meningkatkan produksi dan kualitas produk dalam rangka kemandirian, serta meningkatkan nilai tambah dan jumlah ekspor. Pusat Unggulan Iptek adalah instrumen kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga litbang pemerintah (LPK dan LPNK), perguruan tinggi, atau badan usaha (swasta) menjadi lembaga litbang berkinerja tinggi dan bertaraf internasional di bidang spesifik dan menunjukan relevansi, pendayagunaan dan kemanfaatan produk litbang bagi pengguna. Meningkatnya jumlah Pusat Unggulan Iptek mencerminkan pencapaian kinerja tertinggi lembaga litbang.

Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun 2017, tingkat capaian indikator ini ini sudah mencapai target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 30 lembaga PUI, terealisasi sebesar 46 lembaga PUI yang berstatus ditetapkan, dengan persentase capaian kinerja sebesar 153%. Jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi sudah mencapai 115% dari target 40 PUI.

Dalam kurun waktu 2011 – 2017 telah 46 lembaga Litbang ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek yang berasal dari lembaga litbang Pemerintah Kementerian,

94 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 95: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

lembaga litbang pemerintah non-kementerian, lembaga litbang perguruan tinggi, dan lembaga litbang badan usaha. Ke-46 lembaga tersebut memiliki tema unggulan yang spesifik dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna Iptek dan berdaya saing. Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan adalah lembaga Litbang yang dibina atau Lembaga Litbang yang pengusul yang memiliki nilai kinerja > 850. Berdasarkan hasil

Tabel 50 Capaian Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Tabel 51 Lembaga Litbang yang telah Ditetapkan Sebagai PUI Tahun 2011-2017

Indikator Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

19 27 30 46 153% 40 115%

Pencapaian target Pusat Unggulan Iptek sebesar 153%, disebabkan semakin banyaknya lembaga Litbang Kementerian, Non-Kementerian, Perguruan Tinggi dan Badan Usaha memiliki tema unggulan spesifik dengan standar hasil yang sangat tinggi dan relevan dengan kebutuhan pengguna serta berdaya saing, sehingga layak untuk ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek.

Pusat Unggulan Iptek (PUI) adalah suatu organisasi atau lembaga yang melaksanakan kegiatan-kegiatan riset bertaraf internasional pada bidang spesifik secara multi dan interdisiplin dengan standar hasil yang sangat tinggi serta relevan dengan kebutuhan pengguna Iptek. Unsur-unsur yang menjadi dasar penetapan lembaga sebagai Pusat Unggulan Iptek yaitu kemampuan lembaga untuk menyerap teknologi dari luar (peningkatan kapasitas), kemampuan mengembangkan kegiatan riset (peningkatan kapabilitas), kemampuan mendiseminasikan hasil-

hasil riset sehingga kemanfaatannya dirasakan oleh masyarakat banyak dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi (kontinuitas). Peningkatan kapasitas, kapabilitas dan kontinuitas upaya lembaga litbang menjadi arah bagi pengembangan Pusat Unggulan Iptek. Upaya peningkatan tersebut dilaksanakan dengan menguatkan 3 kapasitas lembaga yang mencakup:

(a) Sourcing Absorptive Capacity: Kemampuan Lembaga untuk menyerap informasi dan teknologi dari luar: kemampuan lembaga dalam mengakses informasi teknologi, mengefisienkan penggunaan sumberdaya yang ada, dan mencegah terjadinya tumpang tindih riset.

1. Perolehan Akreditasi Manajemen Litbang

2. Rasio SDM Peneliti - Perekayasa berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Kompetensi

No Nama Lembaga Tema Unggulan Lembaga Induk Tahun Pembinaan

Tahun Ditetapkan

PUI Lembaga Litbang

1 Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) PUI Kelapa Sawit PT. Riset Perkebunan

Nusantara 2012 - 2014 2011

2 Pusat Penelitian Karet PUI Karet PT. Riset Perkebunan Nusantara 2013 - 2015 2014

Monitoring Evaluasi dan Seleksi, terdapat 8 jumlah lembaga Litbang yang memiliki nilai > 850 dan telah ditetapkan melalui SK Menteri Ristekdikti NO. 319/M/KPT/2017 tentang Penetapan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sebagai Pusat Unggulan Iptek Tahun 2017 dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang dibina sebagai Pusat Unggulan Iptek Tahun 2017 – 2019. Daftar lembaga berikut tema unggulannya seperti tergambar pada tabel berikut.

95Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 96: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

No Nama Lembaga Tema Unggulan Lembaga Induk Tahun Pembinaan

Tahun Ditetapkan

3 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) PUI Kopi dan Kakao PT. Riset Perkebunan

Nusantara 2013 - 2015 2012/2013

4 Pusat Apilkasi Isotop dan Radiasi (PAIR)

PUI Isotop dan Radiasi

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2014 - 2016 2015

5Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian

PUI Pascapanen Kementerian Pertanian 2015 - 2017 2015

6 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi PUI Tanaman Padi Kementerian Pertanian 2015 - 2017 2015

7 Balai Besar Penelitian Veteriner PUI Veteriner Kementerian Pertanian 2015 - 2017 2015

8Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

(Balitkabi)

PUI Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian 2015 - 2017 2014

9Pusat Penelitian Bioteknologi dan

Bioindustri Indonesia

PUI Bioteknologi dan Bioindustri

PT. Riset Perkebunan Nusantara 2015 - 2017 2014

10 Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) PUI Teh dan Kina PT. Riset Perkebunan

Nusantara 2015 - 2017 2015

11 Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

Pusat Unggulan Iptek Biologi

Molekuler dan Genomik

Eijkman 2016-2018 2015

12

Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya

Saing Produk Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

PUI Material Aktif Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan 2016-2018 2016

13 Pusat Teknologi Radioisotop Radiofarmaka

PUI Radiobiomolekuler

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2015-2017 2016

14 Pusat Penelitian Biomaterial PUI Lignoselulosa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2016-2018 2016

15 Pusat Penelitan Bioteknologi

PUI Biorefinari Terpadu

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2016-2018 2016

16 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

PUI Konservasi dan Pengembangan

Tumbuhan Indonesia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2016-2018 2016

17 Balai Penelitian Tanaman Palma PUI Kelapa Kementerian Pertanian 2017-2019 2016

18 Balai Besar Industri Agro PUI Industri Agro Kementerian Perindustrian 2017-2019 2016

19Balai Besar Penelitian

Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

PUI Pemuliaan Tanaman Hutan

Tropis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017-2019 2016

96 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 97: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

No Nama Lembaga Tema Unggulan Lembaga Induk Tahun Pembinaan

Tahun Ditetapkan

20Pusat Penelitian

Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)

Pusat Unggulan Agroindustri

Berbasis Tebu

PT. Riset Perkebunan Nusantara 2015 - 2017 2017

21 Balai Teknologi Hidrodinamika

Pusat Unggulan Hidrodinamika

Bangunan Apung

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2015 - 2017 2017

22 Pusat Sains dan Teknologi Atmosfir - LAPAN

Pusat Unggulan Iptek Pemodelan

Atmosfer Indonesia

Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional 2016 - 2018 2017

23 Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Pusat Unggulan Iptek Pemanfaatan

dan Diseminasi Informasi

Penginderaan Jauh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 2017 - 2019 2017

24 Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat

Pusat Unggulan Iptek Tanaman

Rempah dan ObatKementerian Pertanian 2017 - 2019 2017

25 Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam

Pusat Unggulan Iptek Teknologi

Pengemasan Makanan

Tradisional

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2017 - 2019 2017

26 Pusat Penelitian Metrologi LIPI

Pusat Unggulan Iptek Metrologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2017 - 2019 2017

27 Pusat Teknologi MaterialPusat Unggulan Iptek Teknologi Material Medis

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2017 - 2019 2017

28 Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika

Pusat Unggulan Iptek Jeruk Kementerian Pertanian 2017 - 2019 2017

29Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya

Laut

Pusat Unggulan Iptek Perbenihan

Ikan Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 - 2019 2017

30 Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pusat Unggulan Iptek Tanaman

SerealiaKementerian Pertanian 2017 - 2019 2017

31 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Pusat Unggulan Iptek Pemanfaatan Hasil Hutan Tropis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2018 - 2020 2017

32 Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju

Pusat Unggulan Iptek Sains dan

Teknologi Baterai dan Magnet

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2018 - 2020 2017

33 Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh

Pusat Unggulan Iptek Teknologi dan Data Penginderaan

Jauh

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional 2018 - 2020 2017

97Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 98: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

No Nama Lembaga Tema Unggulan Lembaga Induk Tahun Pembinaan

Tahun Ditetapkan

34 Pusat Penelitian Biologi

Pusat Unggulan Iptek Sumberdaya Mikroorganisme

Nasional

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2018 - 2020 2017

PUI Perguruan Tinggi

35 Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT)

PUI Hortikultura Tropika Institut Perkebunan Bogor 2012 - 2014 2013

36 Lembaga Penyakit Tropis PUI Penyakit Tropis dan Infeksi Universitas Airlangga 2012 - 2014 2012

37 Pusat Studi Biofarmaka PUI Biofarmaka Institut Perkebunan Bogor 2013 - 2015 2013

38Konsorsium Riset

Pengelolaan Hutan Tropis Berkelanjutan

PUI Pengelolaan Hutan Tropis

Berkelanjutan

Universitas Lambung Mangkurat 2013 - 2015 2015

39 Pusat Mikroelektronika PUI Broadband Wireless Access Institut Teknologi Bandung 2014 - 2016 2015

40 Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif (P3MA)

PUI Pigmen Material Aktif Universitas Ma Chung 2014 - 2016 2014

41 Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi

PUI Surfaktan dan Bioenergi Institut Pertanian Bogor 2015 - 2017 2015

42 Pusat Studi Satwa Primata PUI Satwa Primata Institut Pertanian Bogor 2015 - 2017 2015

43

Southeast Asian Food and Agriculture Science and Technology (SEAFAST)

Centre - IPB

Pusat Unggulan Iptek Keamanan

PanganInstitut Pertanian Bogor 2016 - 2018 2017

44 PUI Sistem Kontrol dan Otomotif- ITS

Pusat Unggulan Iptek Sistem dan Kontrol Otomotif

Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2016 - 2018 2017

45

Pusat Riset dan Enterpreunial Agroindustri

Atsiri (PUREAA) - Universitas Brawijaya

Pusat Unggulan Iptek Agroindustri

AtsiriUniversitas Brawijaya 2016 - 2018 2017

46 Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi - ITB

Pusat Unggulan Iptek Nanosains

dan NanoteknologiInstitut Teknologi Bandung 2017-2019 2017

98 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 99: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3. Ketersediaan Sarana Prasarana yang mendukung dan SOP pemanfaatannya

4. Kapasitas Tata Kelola Anggaran (Persentase Penyerapan Anggaran, Kompetensi SDM Pengelola)

5. Perolehan Akreditasi, Standardisasi dan Sertifikasi Lembaga

6. Kapasitas Akses Informasi (website dan jaringan pemanfaatan data informasi)

7. Undangan menjadi Pembicara dalam Konferensi Internasional

8. Undangan menjadi Pemakalah Internasional

9. Kunjungan Lembaga Internasional ke Pusat Unggulan Iptek

(b) R&D Capacity: Kemampuan Lembaga Litbang untuk melakukan kegiatan litbangrap: kemampuan lembaga untuk meningkatkan kapasitas iptek melalui potensi adopsi, adaptasi, dan pengembangan teknologi untuk peningkatan daya saing barang dan/atau jasa melalui optimalisasi input, proses, dan pengelolaan industri.

1. Strategi dan implementasi Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas Riset

2. Tingkat Pemanfaatan Roadmap Riset dalam Penguatan Fokus Unggulan

3. Strategi dan Implementasi Lembaga dalam Peningkatan Perolehan Paten dan Rezim HKI lainnya

4. Strategi dan Implementasi Lembaga Memperkuat Produk Unggulan Berbasis Hasil Riset

5. Strategi dan Implementasi Lembaga dalam Memperkuat Kerjasama Pemanfaatan Produk Hasil Riset

6. Publikasi dalam Jurnal Nasional Terakreditasi

7. Publikasi dalam Jurnal Internasional

8. Lulusan S3 sesuai Tema Riset Unggulan Lembaga

9. Perolehan Paten atau Rezim HKI Lainnya

(c) Disseminating Capacity: Kemampuan Lembaga Litbang untuk melakukan hilirisasi hasil- hasil litbangrap: kemampuan untuk mendiseminasikan hasil-hasil riset yang kemanfaatannya dirasakan oleh pengguna teknologi (masyarakat, industri, pemerintah).

1. Strategi dan Implementasi Pengembangan Basis Data dan Informasi Produk Unggulan Lembaga

2. Strategi dan implementasi Penguatan Mekanisme Hilirisasi Produk

3. Kerjasama Riset pada Tingkat Nasional

4. Kerjasama Riset pada Tingkat Internasional

5. Kerjasama non riset (jasa konsultasi, diklat, dll.) dengan pengguna teknologi

6. Kontrak Bisnis dengan Industri dalam rangka hilirisasi Produk Unggulan Lembaga

7. Perolehan apresiasi dari National Recognition untuk Produk berbasis Riset Unggulan Lembaga

8. Perolehan apresiasi dari National References bagi Kinerja Pusat Unggulan Iptek

9. Wujud implementasi Economic Benefit dan Social Impact bagi masyarakat

Berikut Perbandingan kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Pusat Unggulan Iptek di Luar Negeri.

Keberhasilan Program Pusat Unggulan Iptek Tahun 2017 dikarenakan penggunaan secara optimal sumber daya yang ada, baik teknologi, sarana, fasilitas dan peralatan serta adanya inovasi kegiatan tahun 2017 seperti safari pusat unggulan iptek yang merupakan paket diseminasi dalam bentuk pelatihan, sosialisasi dan promosi hasil litbang PUI dan kegiatan Indonesia Innovation Day 2017 untuk memperkenalkan produk inovatif unggulan PUI di kalangan institusi riset-inovasi Belanda dan negara Eropa lainnya, dan memperluas jaringan kerjasama internasional baik dalam hal pengembangan teknologi lanjutan, kerjasama sertifikasi produk untuk pangsa pasar eropa, perluasan promosi dan pasar atas produk.

99Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 100: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 52 Perbandingan Kondisi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi di Indonesia dan Luar Negeri

NoAspek

PUI PT di IndonesiaPUI PT di Luar Negeri

PUI PT (Jepang)

1. Kelembagaan

Peran pemerintah masih sangat diperlukan untuk menjadikan sebuah

pusat unggulan bisa menghasilkan publikasi, inovasi dan produk yang dibaca,

dirujuk, dikembangkan, diaplikasikan, diterapkan dan dimanfaatkan baik di

dunia pendidikan dan masyarakat secara nasional bahkan internasional.

Sistem kelembagaan yang dikembangkan sangat mapan dan didukung penuh oleh

pemerintah dalam pendanaannya.

Semakin banyak jumlah publikasi, inovasi dan produk yang dihasilkan PUI PT maka semakin besar jumlah dana pemerintah yang diberikan kepada peneliti di Pusat

Unggulan tersebut.

2. Riset

Fokus pada bidang riset atau teknologi sebagaimana yang di amanahkan dalam

nawa cita yaitu 10 bidang tertentu termasuk sains sosial.

Lembaga PUI PT memiliki rencana Roadmap yang jelas dan terukur di

tiap tahunnya, kerjasama riset dengan lembaga-lembaga penelitian dan

perusahaan sangat dimungkinkan untuk dapat menjaga kelangsungan penelitian

yang dilakukan. Penelitian dapat bersifat bottom up mengikuti keperluan penyandang dana riset atau perusahaan

maupun top down mengikuti agenda riset yang telah ditentukan oleh pemerintah

3. Pendidikan Sesuai dengan kriteria yang ditentukan, PUI PT baru melibatkan mahasiswa S3

Sudah melibatkan mahasiswa S3 dan peneliti dari perguruan tinggi baik dalam dan luar negeri maupun lembaga litbang

lain untuk melakukan penelitian bersama.

Dari kegiatan Indonesia Innovation Day 2017, lembaga litbang PUI telah berhasil menghasilkan 20 kerjasama dengan industri maupun lembaga litbang di Belanda dan negara Eropa lainnya. Beberapa produk unggulan yang telah berhasil diproduksi massal dari hasil kontrak kerjasama tersebut antara lain:

1. Implan Tulang SS316L - Pusat Teknologi Material

Implan Tulang SS316L merupakan alat medis yang terbuat dari Stainless steel 316L, untuk menggantikan struktur dan fungsi dari bagian tulang. Teknologi ini telah lolos uji ASTM F-138, dan telah diproduksi

masal oleh PT. Zenith Allmar Precisindo Indonesia. Dengan adanya teknologi ini, Indonesia telah berhasil mengurangi import alat kesehatan yang masih banyak bergantung pada negara lain.

100 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 101: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Gambar 15 Produk Implan Tulang SS316L

Gambar 16 Produk KapsulBuah Merah 500VE

Gambar 17 Subsea Swimmer Thruster

2. Kapsul Buah Merah 500VE- Balai Besar Industri Agro

Kapsul Buah Merah 500VE merupakan suplemen yang mengandung karotenoid, dan vitamin E yang berguna sebagai penghambat perkembangan kanker. Teknologi ini telah ter-registrasi di Kementerian Kesehatan, Kesejahteraan, dan Tenaga Kerja, Jepang, dan telah diproduksi massal oleh M&K Labs di Jepang. Tahun 2017 Balai Besar Industri Agro telah menandatangani Kontrak Kerjasama dengan Barracuda Point Aps, Denmark untuk produksi masal produk ini di Denmark atau Uni Eropa.

3. Subsea Swimmer Thruster - Balai Teknolo-gi Hidrodinamika

Subsea Swimmert Thruster merupakan alat propulsi untuk penyelaman. Alat ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses penyeleman untuk militer, exporasi ilmiah, hingga untuk pariwisata. Balai Teknologi Hidrodinamika telah menandantangani kerjasama dengan PT. Risea Propulsion Indonesia, Houben Mobility Management, Belanda, FishFlow Innovation B.V., Belanda, Poseidon Propulsion B.V., Belanda, dan Praxis Automation B.V., Belanda untuk produksi massal di Indonesia dan Belanda atau Uni Eropa

101Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 102: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

3. Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3

Peningkatan SDM penelitian dan pengembangan atau SDM Litbang berkualifikasi doktor bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi SDM Litbang sehingga mampu berkontribusi dalam menghasilkan produk unggulan. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kualifikasi sumber daya manusia ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam dan luar negeri, serta perumusan kebijakan dan fasilitasi penjaminan mutu kualifikasi sumber daya manusia ilmu pengetahuan, teknologi, dan Pendidikan Tinggi di dalam dan luar negeri merupakan program Kemenristekdikti dalam peningkatan persentase SDM Litbang berkualifikasi S3.

Tabel 53 Capaian Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3

Tabel 54 Jumlah Lulusan SDM Litbang Berkualifikasi S3 Tahun 2017

Indikator Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

12,69% 12,86% 6,20% 13,08% 210% 6,80% 192,35%

Realisasi capaian peningkatan SDM Litbang berkualifikasi S3 pada tahun 2017 adalah 13,08 % dibandingkan target adalah 6,20 %, sehingga kinerja pada tahun 2017 Persentase SDM Litbang Berkualifikasi S3 adalah 210,97%. Jika dibandingkan target jangka menengah tahun 2019, realisasi sudah mencapai 192,35%.

Dalam meningkatkan persentase SDM Litbang berkualifikasi S3 didukung oleh program beasiswa S3 dalam negeri dan beasiswa S3 luar negeri oleh RisetPro yang diperuntukkan untuk SDM Litbang. Jumlah lulusan karyasiswa SDM Litbang tahun 2017 berdasarkan jenjang program yang diikuti ditunjukkan pada tabel berikut.

Program Tahun Angkatan

KelulusanTotal

2014 2015 2016 2017Beasiswa S3 DN

20111 20 11 2 20

Beasiswa S3 LN - 2 1 - 2Beasiswa S3 DN

2012- 11 5 5 11

Beasiswa S3 LN - - - - -Beasiswa S3 DN

2013- 7 3 3 7

Beasiswa S3 LN - 11 1 10 11Beasiswa S3 DN

2014- 1 - 1 1

Beasiswa S3 LN - 1 - 1 1Beasiswa S3 DN

2015- - - - -

Beasiswa S3 LN - - - - -Beasiswa S3 DN

2016- - - - -

Beasiswa S3 LN - - - - -Beasiswa S3 DN

2017- - - - -

Beasiswa S3 LN - - - - -TOTAL - 33 9 22 33

102 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 103: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 55 Jumlah KI yang didaftarkan

4. Jumlah KI yang didaftarkan

Penetapan Jumlah Kekayaan Intelektual (KI) yang didaftarkan sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) bertujuan untuk meningkatkan perolehan perlindungan HKI dengan menggali secara maksimum potensi KI yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang sedang berjalan maupun yang sudah selesai yang dilakukan oleh dosen/peneliti. Program perolehan dan pendaftaran KI dibatasi untuk perolehan paten dan paten sederhana. Sedangkan yang berupa Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu.

Sangat disadari sepenuhnya bahwa proses peraihan Paten di Kementerian Hukum dan HAM RI memerlukan waktu cukup lama sejak sebuah pendaftaran invensi/penemuan dosen/peneliti pada lembaga tersebut. Hal ini sudah merupakan Granted, yang memang menjadi kebanggaan bagi si penemu/dosen/peneliti dan aset bagi keberhasilan perguruan tinggi/lembaga litbang dalam rangka pengembangan keilmuan.

Jumlah KI yang didaftarkan merupakan Indikator Kinerja Utama yang mengukur kualitas hasil riset iptek dan Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan perolehan perlindungan KI dengan menggali secara maksimum potensi KI yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian, pengembangan, dan pengabdian masyarakat.

Indikator Jumlah KI yang didaftarkan

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

1.521 3.184 1.910 4.018 210% 2.400 167%

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2017, tingkat capaian indikator ini melebihi target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 1.910 berhasil terealisasi sebesar 4.018 dengan persentase capaian kinerja sebesar 210%. Namun demikian, capaian kinerja ini masih tertinggal bila dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan Thailand. Untuk meningkatkan jumlah HKI yang didaftarkan, Pemerintah melakukan terobosan baik melalui fasilitasi dana, kebijakan, dan meningkatkan sumberdaya hasil riset yang mengarah pada perolehan paten.

Dalam Rencana Strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk Jumlah KI yang didaftarkan sebesar 2.400 KI, capaian pada tahun 2016 sebesar 3.184 KI sedangkan tahun 2017 jumlah KI yang didaftarkan sudah mencapai 4.018 atau dengan persentase capaian kinerja 167% terhadap target Renstra 2015 – 2019.

Secara umum ada beberapa permasalahan dan kendala yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya:

a. Jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa melakukan penelitian yang memiliki paten potensial tidak optimal. Pemahaman Hak Kekayaan Intelektual di lembaga litbang, perguruan tinggi dan industri, khususnya peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa masih kurang. Peneliti/perekayasa, dosen hanya sekadar melakukan penelitian semata, tetapi tidak mempunyai tujuan bahwa setiap penelitian harus menjadi sebuah invensi yang akan didaftarkan sebagai Paten atau Paten Sederhana, karena apabila suatu penelitian tidak ditujukan untuk menjadi invensi, maka hasil penelitian tersebut hanya akan menjadi pengisi jurnal ilmiah atau proceeding.

b. Pusat HKI di lembaga litbang dan Perguruan Tinggi masih belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pimpinan.

c. Perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang belum dimiliki oleh pengelola sentra HKI melalui training sehingga tidak terjadi kemandekan bahkan kemunduran kemampuan pengelola sentra HKI.

103Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 104: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

d. Terbatasnya jumlah peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian yang berpotensi paten.

e. Pemahaman terhadap Hak Kekayaan Intelektual dikalangan lembaga litbang dan perguruan tinggi masih lemah.

f. Kekhawatiran para pemilik paten (Granted Paten) khususnya dikalangan lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam hal pembiayaan pemeliharaan paten yang dikenakan setiap tahun, terlebih paten tersebut belum dapat dikomersialisasikan. Walaupun sejak November 2016 telah dilakukan penghapusan biaya pemeliharaan paten selama 5 tahun pertama bagi Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang. Selanjutnya untuk pemeliharaan paten hanya 10% dari tarif umum.

Melihat hambatan dan permasalahan tersebut, beberapa langkah antisipasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pelatihan, klinik penulisan dokumen paten, Pemanfaatan Hasil Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kreatifitas peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa yang berpotensi paten yang di dalamnya memberikan pemahaman yang lebih untuk lembaga litbang dan universitas, khususnya, peneliti/perekayasa, dosen, mahasiswa dan peneliti, tentang pentingnya Hak Kekayaan Intelektual. Mendorong peneliti dari lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk terus melakukan penelitian yang berpotensi paten

b. Memberikan insentif dan pendanaan dalam rangka mendorong motivasi bagi peneliti maupun peningkatan kapasitas lembaga melalui berbagai program

c. Mendorong pertemuan antara penemu dan pengusaha serta industri sebagai pengguna karya penelitian yang telah diberikan paten untuk memberikan lebih banyak kesempatan kepada pemilik paten untuk dapat dikomersialkan

d. Memberikan pemahaman kepada lembaga litbang/perguruan tinggi khususnya peneliti/perekayasa, dosen dan mahasiswa akan arti pentingnya Hak Kekayaan Intelektual

e. Memasukkan Lembaga Sentra Kekayaan Intelektual (KI) atau sejenisnya kedalam boring akreditasi Perguruan Tinggi

f. Memberikan insentif kepada inventor angka kredit paten secara bertahap sejak didaftarkan, Granted, hingga dikomersialisasikan.

5. Jumlah prototipe R&D

Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) atau TRL (Technology Readiness Level) merupakan hasil dari rekayasa riset dan/atau penelitian untuk dapat disiapkan menjadi suatu bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (pemerintah, masyarakat dan dunia industri). Terdapat 9 (sembilan) tingkat kesiapterapan teknologi yaitu dari tingkat 1 sampai dengan tingkat 9.

Sedangkan untuk tingkat TRL s.d 6 gambarannya adalah riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Untuk memperjelas uraian dan gambaran tingkat kesiapan teknologi atau TRL, diperlihatkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 56 Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level)

TRL Penjelasan

9

Sistem benar-benar teruji/terbukti

melalui keberhasilan pengoperasian

Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan) sebagaimana dalam

pengujian dan evaluasi operasional. Pada umumnya, ini merupakan bagian/aspek terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing) dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh-contohnya

termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam kondisi misi operasional.

104 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 105: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

TRL Penjelasan

8

Sistem telah lengkap dan memenuhi

syarat (qualified) melalui pengujian dan

demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi

sebenarnya

Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TKT ini

mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya. Contohnya termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari

sistem dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan spesifikasi desainnya.

7Demonstrasi prototipe

sistem dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya

Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem operasionalnya. Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan

dari TKT/TRL 6, membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional, seperti misalnya dalam suatu

pesawat terbang, kendaraan atau ruang angkasa. Contoh-contohnya termasuk misalnya pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed

aircraft).

6

Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu

lingkungan yang relevan

Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari

teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.

5

Validasi kode, komponen dan/atau breadboard

validation dalam suatu lingkungan simulasi

Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard Technology) meningkat secara signifikan. Komponen-komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang

cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu lingkungan tiruan/simulasi. Contoh-contohnya misalnya integrasi komponen di laboratorium yang telah memiliki Keandalan tinggi (‘high

fidelity’).

4

Validasi kode, komponen dan/atau breadboard

validation dalam lingkungan laboratorium

Komponen-kompoenen teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama dapat bekerja/

berfungsi.Keadaan ini masih memiliki Keandalan yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya. Contoh-contohnya misalnya integrasi

piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad hoc) di laboratorium.

3

Pembuktian konsep (proof-of-concept) fungsi

dan/atau karakteristik penting secara analitis

dan eksperimental

Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari

teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili.

2 Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi

Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat

spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci yang mendukung asumsi yang digunakan. Contoh-contohnya masih terbatas

pada studi makalah.

1Prinsip dasar dari

teknologi diteliti dan dilaporkan

Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-

contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifat-sifat dasar suatu teknologi (Technology’s basic properties).

Sumber : Graettinger, et al., (2002)

105Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 106: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Sebuah inovasi atau hasil temuan baru atau invention dari hasil karya peneliti belum dapat dikatakan teknologi apabila hasil temuan tersebut belum mengandung unsur-unsur kesiapan yang benar-benar dapat diterapkan, dan mempunyai nilai keunggulan, baik teknologi baru atau pembaharuan.

Amanat yang ditargetkan dalam tahun 2017 jumlah prototipe TRL s.d 6, sebesar 783 prototipe, berhasil terealisasi sebesar 1.412 prototipe (terdiri dari 1.058 prototipe BOPTN penelitian dan dari Insinas sebesar 354 prototipe) dengan persentase capaian kinerja sebesar 180 %.

Tabel 57 Capaian Jumlah prototipe R&D

Indikator Jumlah prototipe R&D

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

1.641 791 783 1.412 180% 4.145 92,74%

Adapun kenaikan persentase realisasi Prototipe R&D tahun 2017 terhadap target nominal Renstra 2015-2019 sebesar 92,74%. Target nominal Renstra merupakan penjumlahan target Prototipe R & D dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

Ketercapaian target jumlah Prototipe R&D didukung oleh kegiatan pengembangan prototipe riset Hankam dan Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insentif Riset SINas) yang merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dikembangkan dengan mempertimbangkan perlunya optimalisasi sumberdaya litbang, meningkatkan sinergi Lemlitbang dengan industri, memperkuat kapasitas Iptek di Lemlitbang dan industri. Insentif Riset SINas berupa skema bantuan pendanaan riset ini dimaksudkan untuk mengatasi persoalan-persoalan utama terkait upaya penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) terutama upaya untuk mendorong terjadinya sinergi antar lembaga riset, meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan, dan mendorong pendayagunaan sumberdaya Litbang nasional.

Penyelenggaraan Insentif Riset SINas telah dimulai sejak Tahun 2012 dan tetap dilanjutkan secara

berkesinambungan dengan topik-topik kegiatan riset selaras dengan prioritas pembangunan nasional Iptek. Aktivitas insentif riset SINas diutamakan pada tujuh bidang prioritas (bidang fokus) Iptek yang sudah dituangkan dalam dokumen resmi yang diacu (RPJPN, RPJMN, Jakstranas Iptek, ARN), yaitu: (1) teknologi ketahanan pangan, (2) teknologi energi, (3) teknologi transportasi, (4) teknologi informasi dan komunikasi, (5) teknologi pertahanan dan keamanan, (6) teknologi kesehatan dan obat, (7) teknologi material maju.

Kegiatan penelitian dosen yang menghasilkan prototipe R&D (TRL s.d 6) mendapat dukungan sumberdana dari 2 (dua) fungsi yaitu fungsi pendidikan dan fungsi layanan umum. Sumberdana fungsi pendidikan diwujudkan dalam kegiatan penelitian BOPTN, sedangkan dari fungsi layanan umum berasal dari dana rupiah murni.

Kegiatan peningkatan jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) dalam program insentif sistem inovasi nasional di Indonesia, terdapat beberapa kegiatan untuk mendukung capaian yang lainnya sebagaimana tersebut pada tabel dibawah ini untuk capaian kinerja program kegiatan InSINas tahun 2017, sebagai berikut:

Tabel 58 Capaian InSINas (Data 2015-2017)

No. Program/Kegiatan 2015 2016 2017

1 Prototipe Laboratorium 115 125 169

2 Publikasi Jurnal Internasional 87 133 195

3 Publikasi Jurnal Nasional Terakreditasi 163 120 77

4 Paten Terdaftar 26 59 49

106 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 107: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Adapun contoh hasil dari kegiatan Insinas seperti dibawah ini

Teknologi Lampu TL-LED untuk Kereta Penumpang

Bioplastik Rumput Laut Merah

Antena Electronic Support Measure

Visual Sensing Monitor

Sedangkan program/kegiatan yang bersumber dari fungsi Pendidikan (BOPTN Penelitian) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tahun Design Hak Kekayaan Intelektual Prototipe Teknologi Tepat

Guna Grand Total

2013 17 197 48 293 555

2014 37 424 122 513 1.096

2015 54 677 210 720 1.536

2016 67 894 666 956 2.559

2017 5 762 94 328 1.189

Grand Total 180 2.954 1.140 2.810 7.084

Tabel 59 Capaian Hasil Penelitian Perguruan Tinggi (Data 2017)

Gambaran tersebut merupakan rekapitulasi hasil laporan kinerja penelitian yang disampaikan perguruan tinggi pada laman simlitabmas.ristekdikti.go.id/kinerja Laporan ini disampaikan oleh dosen/peneliti yang telah mendapatkan hibah penelitian dari berbagai skema penelitian yang didapat oleh dosen/peneliti. Dari keempat hasil penelitian terlihat Hak Kekayaan Intelektual diurutan pertama (TRL 6) diikuti teknologi tepat guna (TRL 5) diposisi kedua ketiga adalah prototipe (TRL 6) dan terakhir dalam bentuk design (sederhana, TRL 4). Capaian tahun 2017 merupakan angka sementara karena proses validasi data akan dilakukan tahun 2018. Menurunnya capaian di tahun 2017 merupakan dampak dari pemotongan anggaran

yang porsinya cukup besar yang diambil dari layanan pendidikan termasuk BOPTN.

Sebagaimana diketahui bahwa kelompok perguruan tinggi di Indonesia hampir sebagian besar diamanatkan atau diberikan tugas untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang bersifat dasar, dan pengembangan kurikulum nasional dan lokal, bahan untuk penulisan buku ajar. Sedangkan bagi sebagian kecil perguruan tinggi besar (khususnya PTN BH) diarahkan untuk lebih meningkatkan hasil penelitian yang bersifat terapan, menciptakan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk dunia industri sebagaimana diamanat pada tipe TRL 6 termasuk sampai dengan TRL s.d 7.

107Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 108: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Adapun kendala dalam mencapai target diantaranya adalah terbatasnya sumberdana pendukung untuk penciptaan Jumlah Prototipe R&D, proses penelitian khususnya menyangkut pelaksanaan proses penggunaan dana yang cukup rumit (dana penelitian masih bersumber mata anggaran dari jenis Belanja Barang), dosen peneliti yang kurang disiplin atau tidak tepat waktu, tidak taat pada pedoman TRL s.d 6 dan merasa belum pentingnya sebuah hasil penelitian untuk diarahkan TRL s.d 6 di mata dosen yang bersangkutan.

Sedangkan solusi yang dapat memberikan dampak positif untuk kinerja Jumlah Prototipe R&D s.d TRL 6 diantaranya adalah melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terus-menerus baik melalui lembaga LPPM/LPM maupun kepada dosen/peneliti yang bersangkutan dengan berbagai media, baik elektronik (simlitabmas) atau surat edaran tentang kebijakan riset/penelitian dan menyusun berbagai pedoman pemahaman tentang

standar R&D TRL s.d 6, Pelatihan dan workshop hasil-hasil program hibah yang mengarah pada Prototipe R&D TRL s.d 6, dan penyempurnaan pedoman Skema-skema Hibah Penelitian/Riset.

6. Jumlah prototipe industri

Jumlah Prototipe Industri → TRL 7 dimulai sejak tahun 2014 sebanyak 3 unit. Kemudian pada tahun 2015 IKU Jumlah Prototipe Industri sebanyak 4 unit. Pada tahun 2016, dari target yang ditetapkan sebesar 15 prototipe berhasil terealisasi sebesar 45 prototipe, melebihi target, dengan persentase capaian kinerja sebesar 300%. Kemudian pada tahun 2017 ini ditargetkan sebesar 20 prototipe berhasil terealisasi sebesar 86 prototipe, dengan persentase capaian kinerja sebesar 430%.

Tabel 60 Jumlah prototipe industri

Indikator Jumlah prototipe industri

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

4 45 20 86 430% 95 142%

Adapun kenaikan persentase realisasi Prototipe Industri tahun 2017 terhadap target nominal Renstra 2015-2019 sebesar 142%. Target nominal Renstra merupakan penjumlahan target Prototipe Industri dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Peningkatan jumlah prototipe industri akan terus dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan kebijakan hilirisasi hasil-hasil riset agar dapat diproduksi oleh industri dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Upaya untuk meningkatkan kesiapterapan teknologi masih mengalami banyak kendala, beberapa kendala yang terjadi dalam upaya menaikan tingkat kesiapan teknologi dari TRL 6 ke TRL 7 antara lain seperti: kompleknya parameter-parameter yang ada dilingkungan sebenarnya belum teridentifikasi pada saat pengembangan prototipe di skala laboratorium, masalah kesiapan lokasi dan lingkungan yang digunakan untuk melakukan uji coba lingkungan sebenarnya, prosedur pengujian praklinis dan klinis untuk bidang kesehatan yang yang panjang serta

sulitnya memperoleh objek/pasien untuk digunakan dalam pengujian lingkungan sebenarnya, keterbatasan persediaan bahan baku untuk mendukung proses di skala TRL 7, serta permasalahan pencairan administrasi keuangan yang tidak sesuai dengan jadwal awal.

Solusi untuk mengatasi kendala diatas antara lain: perlu dilakukan identifikasi parameter lingkungan yang menyeluruh sebelum teknologi disesain untuk diterapkan pada lingkungan sebenarnya, mempersiapkan dan merencanakan waktu uji serta lokasi yang tepat yang bisa mewakili kondisi kerja pada lingkungan sebenarnanya (terutama lingkungan uji yang sangat dipengaruhi oleh musim), kerjasama dengan intansi dan lembaga terkait untuk mempermudah memperoleh objek/pasien untuk pengujian pada bidang kesehatan, membuat rencana penyerapan anggaran yang baik dan koordinasi dengan beberapa lembaga yang bisa diajak kerjasama untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengujian lapangan.

108 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 109: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Berikut beberapa contoh penelitian yang dihasilkan dari Prototipe Industri (TRL 7) diantaranya :

109Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 110: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

110 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 111: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

111Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 112: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

112 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 113: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

113Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 114: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

7. Jumlah Produk Inovasi

Inovasi merupakan salah satu pilar penting untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain didunia. Saat ini sudah banyak negara-negara didunia bertumpu kepada inovasi dalam negerinya sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maupun sektor lainnya. Terwujudnya produk inovasi merupakan indikator atas suatu keberhasilan dari proses penelitian dan pengembangan, dari yang semula berupa sebuah invensi kemudian diterima oleh industri untuk kemudian melalui proses produksi dan selanjutnya di-introdusir ke pasar sehingga sampai kepada pengguna yaitu masyarakat dan industri. Di tahun 2017, Kemenristekdikti membiayai sejumlah proposal invensi hasil dari proses penelitian dan pengembangan dari sejumlah inovator dalam negeri untuk dihilirisasi menjadi produk inovasi. Untuk menentukan suatu invensi dapat disebut sebagai produk inovasi digunakan sebuah alat ukur yang disebut dengan Alat Ukur Tingkat Kesiapan Inovasi-Meter (KATSINOV).

KATSINOV adalah suatu alat ukur atau metode yang digunakan untuk mengukur, menilai, menetapkan dan mengevaluasi tingkat kesiapan inovasi teknologi dari program inovasi teknologi di Perusahaan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, serta Perguruan Tinggi yang ditinjau dari aspek teknologi, pasar, organisasi, kemitraan, resiko, manufaktur, dan investasi. Obyek pengukuran yang dapat diukur menggunakan KATSINOV adalah (a) hasil pemikiran, penelitian, pengembangan, penerapan, dan/atau perekayasaan; (b) produk inovasi; dan (c) teknologi yang telah diukur mencapai minimal TKT 7 (Tingkat Kesiapterapan Teknologi level 7). Dengan demikian, produk inovasi yang akan diukur menggunakan KATSINOV-Meter harus melalui tahap pengukuran dan penetapan TKT terlebih dahulu.

Posisi KATSINOV terhadap Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) adalah dalam rangka melanjutkan dan melengkapi. Melanjutkan artinya pengukuran KATSINOV membutuhkan kondisi status TKT pada level tertentu sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi suatu produk inovasi agar siap memasuki pasar dan bertahan serta berkelanjutan. Sementara melengkapi artinya penilaian KATSINOV mencakup selain aspek teknologi juga aspek pasar, organisasi, kemitraan, manufaktur, investasi dan risiko.

Untuk menentukan atau mengukur tingkat kesiapan inovasi dari suatu invensi dengan menggunakan KATSINOV harus memperhatikan kerangka konsep gabungan antara siklus hidup inovasi yang terdiri dari 6 (enam) fase tingkat kesiapan inovasi dan 7 (tujuh) aspek kunci. Adapun 6 (enam) Fase KATSINOV, meliputi :

1). Konsep (concept)/KATSINOV 1: prinsip-prinsip ilmiah dasar inovasi telah diamati dan dilaporkan, fungsi kritis dan/atau karakteristik telah dikonfirmasi melalui eksperimen.

2). Komponen (component) /KATSINOV 2: Komponen telah dikembangkan dan divalidasi; prototipe telah dikembangkan untuk mendemonstrasikan teknologi.

3). Penyelesaian (completion) /KATSINOV 3: perkembangan teknologi telah selesai dan fungsi sistem secara lengkap telah terbukti di lapangan.

4). Chasm/KATSINOV 4: adalah tahap dimana ketika inovasi pertama kali diperkenalkan ke pasar (tahap awal), pada tahap ini merupakan jurang yang harus dilalui untuk menentukan tingkat keterimaan produk di pasar.

5). Kompetisi (competition) /KATSINOV 5: fase kematangan pasar atau tercapainya keadaan ekuilibrium yang ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan yang signifikan. Misi utama dalam tahap ini adalah mempertahankan dan meningkatkan inovasi untuk mengatasi persaingan.

6). Changeover/Closedown /KATSINOV 6: adalah dua pilihan pada fase penurunan pasar. Changeover mengacu pada dilakukannya inovasi ulang (re-innovation), membuka pasar baru, transformasi model bisnis, dan invensi ulang dalam rangka mencari dan mengembangkan keunggulan kompetitif. Di sisi lain, closedown berarti inovasi telah usang.

Sedangkan 7 (tujuh) aspek kunci yang dipertimbangkan dalam KATSINOV meliputi:

1). Teknologi: adalah proses dimana manusia memodifikasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Aspek teknologi mencakup tahapan penelitian (research),

114 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 115: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

pengembangan (Development), kerekayasaan dan operasi (engineering and operation), introduksi teknologi yang dikembangkan ke pasar, tahap layanan teknologi, dan inovasi ulang atau pengembangan teknologi baru.

2). Pasar: Pemasaran memiliki tanggung jawab strategis inti untuk hubungan pemasok dan pelanggan. Aspek pasar mencakup identifikasi kebutuhan pasar, penetapan target pasar, identifikasi kebutuhan khusus pelanggan, posisioning produk di pasar, diferensiasi produk di pasar, serta review dan ekspansi pasar.

3). Organisasi: Organisasi memberikan ukuran yang sistematis dan konsisten dari kematangan organisasi dari suatu perusahaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi pada tingkat kematangan teknologi yang diperlukan. Aspek organisasi mencakup identifikasi arah organisasi, penetapan arah organisasi, formalisasi organisasi, pengembangan dan penguatan kolaborasi dengan mitra, dukungan organisasi dan jejaring dalam menetapkan exit strategy.

4). Kemitraan: Kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan atau saling menanggung kerugian dari bisnis. Aspek kemitraan mencakup identifikasi mitra, seleksi mitra, formalisasi kemitraan, kerjasama dalam jejaring, optimalisasi kerjasama dalam jejaring, serta evaluasi kemitraan yang telah berjalan dan pencarian mitra baru.

5). Risiko: Cara-cara menilai dan mengatasi risiko harus ditekankan pada daftar perencanaan teknik dalam rangka mengelola kegiatan inovasi. Aspek risiko dalam hal ini mencakup identifikasi risiko teknis pada level KATSINOV 1 sampai 3, identifikasi risiko khususnya indikator finansial pada level KATSINOV 4 dan 5, serta kajian risiko terhadap keputusan inovasi ulang atau pengembangan teknologi baru.

6). Manufatur: Manufaktur adalah proses dimana manusia memproduksi produk/jasa dengan mutu sesuai standar dan jumlah sesuai rencana untuk memenuhi permintaan pasar. Aspek manufaktur mencakup solusi material, pengembangan teknologi produksi, kerekayasaan dan uji produksi, produksi skala penuh, manajemen produksi yang baik, serta inovasi produksi atau pengembangan teknologi produksi baru.

7). Investasi: Investasi merupakan aspek penting bagi keberhasilan membawa hasil invensi menjadi produk inovasi yang diterima pasar, dimana peran para investor ventura (venture investors) dibutuhkan, baik itu angel investors (misal: CSR, Corporate Social Responsibility) maupun venture capitalists (misal: perbankan). Pada prinsipnya, aspek investasi akan terkait dengan model bisnis. Model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana menciptakan nilai bagi perusahaan, pelanggan, dan masyarakat. Dalam bahasan terkait dengan model bisnis ini akan difokuskan pada Bisnis Model Canvas (Business Canvas Model). Dengan menggunakan Bisnis Model Canvas, selanjutnya dapat dilakukan proyeksi analisis finansial, yaitu: 1). Revenue Stream yaitu pendapatan utama dan pendapatan lainnya; 2). Cost Structure, yaitu biaya produksi, biaya marketing, biaya pengembangan dan riset, biaya administrasi dan pajak. Aspek investasi ini mencakup konsep model bisnis, market value proposition, validasi bisnis, peningkatan keberterimaan di pasar, ekspansi pasar, serta review kebutuhan dan permintaan pasar.

Gambaran dari uraian kerangka konsep gabungan antara siklus hidup inovasi yang terdiri dari 6 (enam) fase tingkat kesiapan inovasi dan 7 (tujuh) aspek kunci dalam KATSINOV diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

115Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 116: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Gambar 19 Kerangka Kerja Tingkat Kesiapan Inovasi (KATSINOV)

Suatu invensi dapat disebut sebagai suatu produk inovasi jika invensi tersebut mencapai fase Tingkat Kesiapan Inovasi 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) setelah diukur dengan menggunakan KATSINOV. Hasil penilaian ini akan diintegrasikan dalam database produk inovasi, yang kemudian menjadi pertimbangan dalam memberikan insentif dan mengevaluasi kebijakan program.

Manfaat hasil pengukuran dan penetapan KATSINOV memberikan informasi tentang posisi

siklus-hidup inovasi (innovation life cycle) suatu produk, proses, manajemen, atau lainnya dari suatu entitas (perusahaan/ institusi/ lembaga) yang dapat digunakan untuk membuat suatu keputusan tentang: (a) Introduksi hasil inovasi ke pasar, (b) Kematangan pasar dari hasil inovasi, dan (c) Membuat keputusan terkait masa depan perusahaan.

Berikut ini disajikan capaian kinerja Produk Inovasi yaitu produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna.

Tabel 61 Capaian Jumlah Produk Inovasi

Indikator Jumlah Produk Inovasi

Realisasi 2015

Realisasi 2016

2017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target % Capaian

15 30 40 51 127,50% 175 54,86%

116 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 117: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pada Tahun 2017, Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna) ditargetkan 40 produk inovasi, terealisasi sebesar 51 produk inovasi atau capaian kinerja 127,5%, terdiri dari: 13 (tiga belas) produk dari output Tenant yang Dibina Menjadi Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, 10 (sepuluh) produk dari output Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi di Pergguruan Tinggi (PPBT-PT), 14 (empat belas) produk dari output Produk Inovasi Perguruan Tinggi Di Industri dan 14 (empat belas) produk dari output Produk Inovasi Lembaga Penelitian dan Pengembangan di Industri. Bila dilihat dari target jangka menengah Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 capaiannya tahun 2017 adalah 54,86 % dari 175 produk inovasi yang ditargetkan.

Kegiatan-kegiatan yang sangat signifikan dalam menunjang keberhasilan pencapaian kinerja adalah 1). Penguatan Inovasi Industri, merupakan kegiatan untuk melahirkan produk-produk inovasi dari lembaga litbang di industri; 2). Penguatan Inovasi Perguruan Tinggi di Industri, merupakan kegiatan untuk melahirkan produk-produk inovasi dari perguruan tinggi di industri; dan 3). Pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, merupakan kegiatan untuk membentuk perusahaan pemula berbasis teknologi dari pergguruan tinggi dan melahirkan tenant yang dibina menjadi perusahaan pemula berbasis teknologi dimana perusahaan pemula tersebut dapat menghasilkan produk-produk inovasi yang dapat dimanfaatkan di industri.

Melalui kegiatan Penguatan Inovasi Industri dan Penguatan Inovasi Perguruan Tinggi di Industri ini, telah berhasil melahirkan 41 produk inovasi, 5 line produksi dan pabrik baru, penambahan 885 orang tenaga kerja baru, omset dari penjualan produk inovasi sebesar Rp. 181,382 Milyar, lebih dari 90% produk inovasi memenuhi SNI dan Standar lainnya. Selain itu pendanaan inovasi ternyata berdampak terhadap aspek ilmiah dan akademik yakni 378 orang Mahasiswa S1, S2, dan S3 terlibat dalam proses inovasi, kegiatan pendanaan inovasi melahirkan 47 Hak Kekayaan Intelektual, dan menghasilkan 44 publikasi ilmiah nasional dan internasional.

Sedangkan kegiatan Pengembangan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi telah melahirkan dampak positif bagi tumbuhnya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dimana beberapa tenant yang sudah mendapatkan pendanaan dari program ini telah berhasil menaikkan omset penjualannya sampai 200 % atau bahkan lebih. Lebih dari itu tenant yang telah dibina berhasil menjalin kerjasama dengan beberapa industri untuk memproduksi atau menggunakan produk tenant tersebut diantaranya adalah Isolated Ground Shield Wire High Voltage (I-Gsw Hv) dan Isolated Ground Shield Wire Medium Voltage (I-Gsw Mv) milik PT. Tesla Daya Elektrika (TDE) yang telah digunakan oleh Perusahaan Listrik Negara(PLN). Berikut ini 51 (lima puluh satu) produk inovasi yang telah diukur dan dinilai sebagai produk inovasi di tahun 2017 dengan menggunakan alat ukur KATSINOV, yakni:

PENGEMBANGAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI (PERUSAHAAN PEMULA BER-BASIS TEKNOLOGI DARI PERGGURUAN TINGGI - PPBT PT )

ISOLATED GROUND SHIELD WIRE HIGH VOLTAGE (I-GSW HV) DAN ISOLATED GROUND SHIELD WIRE MEDIUM VOLTAGE (I-GSW MV)

Bidang Fokus : Material Maju

Deskripsi :

I-GSW High Voltage merupakan sebuah alat perlindungan pada tower transmisi tegangan tinggi dari arus petir yang mengalir ke konstruksi tower

akibat sambaran petir pada kawat tanah pelindung ataupun sambaran langsung pada tower itu sendiri, sedangkan I-GSW Medium Voltage untuk perlindungan pada tower distribusi tegangan menengah. Secara konsep, I-GSW Medium Voltage memiliki kesamaan dengan I-GSW High Voltage,

perbedaannya terletak pada lokasi dimana konsep-konsep tersebut diaplikasikan yaitu pada jaringan distribusi tegangan menengah.

117Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 118: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Keunggulan :· Lokal produk dengan TKDN lebih dari 75℅· Harga lebih terjangkau· Proven (terbukti memproteksi)

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:· Bagi PLN bisa lebih hemat.· Industri dan masyarakat pelanggan PLN tidak dirugikan· Potensi Pasar : Lebih dari 1000 tower dijawa Dan sumatera yang berpotensi sebesar 71,5 miliar apabila dipasang sistem kami.

Sosial:· Permasalahan petir pada tower Transmisi Dan distribusi menjadi hilang· Meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar wilayah produksi

Pengembang/Pemilik Teknologi : PT. Tesla Daya Elektrika (TDE)

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Industri Pertambangan minyak (offshore)

PENGEMBANGAN PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI (TENANT YANG DIBINA MENJADI PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI)

INVARUNNER DENGAN TEKNOLOGI Tilting Three Wheel (TTW)

Bidang Fokus : Transportasi

Deskripsi :

Motor Roda Tiga (Tilting Three Wheel (TTW)) untuk Penyandang Disabilitas yang merupakan pengembangan dari sepeda motor beroda dua menjadi

sepeda motor beroda tiga. yang difungsikan untuk memudahkan penyandang cacat fisik terutama cacat tubuh bagian bawah (kaki) agar dapat beraktivitas dan bepergian seperti halnya orang normal. Pada umumnya cukup banyak

produsen motor, baik dari dalam maupun luar negeri, yang berupaya dalam mengembangkan teknologi tersebut.

Keunggulan :

Tilting Three Wheel (TTW) ini merupakan teknologi kendaraan roda tiga inovatif dimana bodi dan atau roda-rodanya dapat miring ketika berbelok

seperti sepeda motor pada umumnya. Sedangkan kendaraan roda tiga konvensional mempunyai kelemahan, diantaranya radius belok dalam

mengendarai sepeda yang besar, dalam hal ini cukup membahayakan bagi pengendara yang merupakan orang cacat kaki karena beresiko terjadi

kecelakaan di jalan raya.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Harga terjangkau dan membantu pemerintah dalam penyediaan transportasi

khusus penyandang disabilitas.

118 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 119: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Sosial:Khusus untuk sepeda motor yang dibuat untuk orang cacat kaki, biasanya berupa tricycle (sepeda roda tiga) dengan sistem dua roda belakang dan satu roda depan. Desain seperti ini mempunyai kelemahan, di antaranya radius belok dalam mengendarai sepeda yang besar, dalam hal ini cukup

membahayakan bagi pengendara yang merupakan orang cacat kaki karena beresiko terjadi kecelakaan di jalan raya.

Berbeda dengan konsep RWIN Development yang mengembangkan kerangka motor menjadi roda tiga telapak sempit miring saat menikung (lean cornering)

yang gesit dan lincah serta dilengkapi tilting lock sehingga kendaraan bisa berdiri kokoh saat parkir sehingga dapat membantu pengendara yang berkaki

cacat.

Status Kekayaan Intelektual : Hak desain industri nomor INVARUNNER No D2002016056937 RWIN

Development No D20015027798

Pengembang/Pemilik Teknologi : RWIN Development (Rubiyanto Hadi Pramono)

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : Penyandang disabilitas pengguna sepeda motor

Kerjasama yang Diinginkan : Lisensi - Royalti

TYRE PRESS

Bidang Fokus : Transportasi

Deskripsi :

Menambal ban dengan memanfaatkan panas dari knalpot. Fungsi alat ini adalah untuk menutup lubang pada ban dalam sepeda motor. Biasanya dibutuhkan alat tersendiri, yaitu bentuk seperti tungku dan diberi api,

kemudian dibakar sekitar 30 menit. Dari masalah tersebut dibuat alat yang diberi nama dengan “TYRE PRESS” alat ini lebih praktis dari alat sebelumya karena bentuknya kecil dan bisa memanfaatkan panas mesin untuk proses penutupan lubang. Penggunan alat ini mudah serta mudah disimpan pada

bagasi sepeda motor. Potensi pasar luas, karena hampir setiap keluarga mempunyai 1 sepeda

motor, ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan. Alat TYRE PRESS Dibawa sebagai alat dikala darurat, digunakan ketika mengatasi ban sepeda motor yang bocor. Hal ini juga menjawab kebutuhan masyakat akan manfaat

suatu teknologi tepat guna yang aplikatif, praktis dan ekonomis.

Keunggulan :

a. Keunggulan Produk Tambal Ban Praktis Dari Produk LainNO KETERANGAN TYRE PRESS1 Waktu Pemanasan (4:1) 10 Menit2 Kebutuhan BBM (4:1) 0,025 Liter3 Kemanan Aman4 Suhu Pembakaran 1300 C5 Kepraktisan Mudah dibawa

119Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 120: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Keunggulan :

b. Produk Lain (Tambal Ban Konvensional)1. Tidak praktis.

2. Tiap Tambal ban mempunyai standar yang berbeda;3. Waktu pemanasan Relatif Lama.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Perhitungan harga jual :

Harga jual = Harga bahan + 10% Harga bahan (Biaya produksi) = 75.000 + 7.500

= 82.500Harga tersebut diharapkan bisa bersaing dengan alat tambal ban tungku yang

bisa di gunakan oleh tukang tambal ban di samping jalan. Harga ini dirasa sangat ekonomis dan terjangkau, selain itu dalam penjualan perusahaan akan menjual paket pembelian produk kelengkapan seperti alat Cukit ban dalam, Alat tambal ban praktis “TIRE PRESS” Kompesion engine / pompa knalpot,

Kompon ban dalam, dan Daun gergaji. Sosial:

Dari SMK yang sudah bekerja sama sebagai produsen maka bisa dimanfaatkan sekaligus sebagai distributor daerah. Jadi jika pada daerah masing-masing

SMK ada kegiatan pameran daerah, expo atau permintaan produk dari pihak terkait pemasaran bisa dikakukan di daerah masing-masing.

Pengembang/Pemilik Teknologi : Rifaul Zamzami (Direktur)

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : Pengguna sepeda motor dan bengkel motorKerjasama yang

Diinginkan : Jual putus

SUMUR RESAPAN GREEN WELL DENGAN SISTEM KNOCK DOWN

Bidang Fokus : Bahan Baku

Deskripsi :

Sumur Resapan Green Well merupakan penyempurnaan dari sumur resapan yang ada di masyarakat saat ini. Sumur resapan dibuat secara manual yang

membutuhkan waktu yang cukup lama, serta material yang digunakan masih menggunakan bahan sederhana seperti bambu atau batu batu, kekuatannya

relatif tidak lama. Teknologi sumur resapan Green Well menggunakan material bahan baku yang lebik baik dan kuat dan tersedia. Sumur resapan

Green Well dengan sistem knockdown dapat diterapkan di kawasan pemukiman, perkotaan, perkantoran, perhotelan, daerah aliran sungai dan

kawasan industri. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya teknologi sumur resapan yang mudah dan cepat pengerjaannya.

Kegunaan sumur resapan Green Well adalah :· Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah, sehingga dapat menjaga

keseimbangan hidrologi air tanah dan mempertahankan tinggi muka air tanah serta mencegah terjadinya penurunan tanah.

· Mengurangi limpasan permukaan sehingga dapat mencegah terjadinya genangan dan banjir.

120 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 121: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Deskripsi :

· Melestarikan dan menyempurnakan teknologi sumur resapan tradisionil yang sudah ada.

· Memberikan edukasi tentang manfaat Green Well sebagai Gerakan menabung air, penyelamatan air tanah dan mengurangi genangan.

Keunggulan :

Penggunaan bahan baku material serat alami dan tulang beton membuat daya tahan sumur Green Well memiliki daya tahan yang lebih kuat

dibandingkan dengan teknologi sumur resapan yang ada saat ini. Tabel berikut memperlihatkan Perbandingan sumur Green Well dibandingkan

dengan sumur resapan biasa :

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Dengan harga yang kompetitif namun menjaga kualitas, sehingga dapat

bersaing dengan produk yang sudah eksis.Sosial:

Kelebihan dan menjadi Sumur Green Well istimewa adalah adalah cincin beton berlubang. Pembuatan cincin beton ini menggunakan alat cetak yang

dibuat sendiri dengan sistem press. Bahan baku cincin menggunakan material yang lebih kuat dan ramah lingkungan, yaitu campuran semen, pasir dan serat

alami. Campuran ini di masukan kedalam alat untuk di cetak dan di press selama 3 hari.

Pengembang/Pemilik Teknologi :

Cepi Al Hakim (Ketua), Anas Nasihudin (Koordinator Banten), Iwan Sudirman (Kordinator Bogor), Dudun Aprilia Sandi (Produksi dan Promosi), Julianto

Muharam (Marketing & Administrasi), Prima Nurhuda (Administrasi)Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : Masyarakat dan developer perumahanKerjasama yang

Diinginkan : Lisensi-Royalti

EMAS HUTAN INDONESIA

Bidang Fokus : Bahan Baku

Deskripsi :

Merupakan teknologi peningkatan kerak gaharu untuk bahan baku minyak wangi dunia. Untuk mendapatkan dan meningkatkan hasil panen gaharu yang maksimal, maka harus melalui inokulasi dengan menggunakan alat peningkatan kerak gaharu yang teratur dan benar, sehingga hasil panen

gaharu akan meningkat drastis. Penggunaan alat peningkatan kerak gaharu merupakan proses inokulasi yang moderen, tetapi memerlukan modal yang tergolong besar, karena dalam satu titik lobang mengeluarkan biaya berkisar 500.000 s/d 600.000 Rupiah per titik/lobang, sedangkan dalam satu batang dipasang 10 sampai 15 titik agar menghasilkan kerak yang

maksimal.

Keunggulan :

Keunggulan dari penggunaan CAKits dapat meningkatkan hasil produksi kerak/gubal yang banyak pada pohon gaharu. Teknik inokulasi dengan inokulan terhadap pohon gaharu berbeda beda sesuai dengan bentuk

inokulannya. Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya.

Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 2 sampai 3 tahun

atau diameter batang sudah mencapai 6-10 mm.

121Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 122: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Dalam produksi kerak atau gubal gaharu Layout pabrik/usaha untuk usaha gaharu adalah dalam bentuk pemanenan pohon gaharu di kebun dengan

sistem penebangan pohon yang sudah mempunyai kerak yang bagus. Untuk saat ini usaha yang dijalankan memperkerjakan karyawan dibagian

pengolahan dan pemasaran produk. Mengolah pohon gaharu dengan pamakaian cakits pada pohon gaharu agar

menghasilkan kerak sebagai bahan industry yang bernilai ekonomi tinggi. Sosial:

Penggunaan teknologi tersebut tidak hanya dapat dilakukan pada lahan sendiri namun juga dapat dilakukan kerja sama dengan petani gaharu lain untuk dilakukan pemasangan teknologi tersebut, dengan demikian akan

memberikan nilai tambah bagi petani dan perusahaan.Pengembang/Pemilik

Teknologi : PT. Mitra Mita Gaharu

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk :

Pangsa pasar kerak Agarwood atau gubal gaharu sangatlah besar bahkan menjadi bahan yang sangat di minati pasar China, Jepang, Eropa, Singapura

dan Timur Tengah, dengan harga yang sangat tinggi tergantung dengan kualitas kerak gaharu. Dengan besarnya pangsa pasar menjadikan produk kerak gaharu sangat layak untuk di kembangkan, bahkan hanya beberapa

Negara yang memiliki pohon gaharu.Kerjasama yang

Diinginkan : Jual putus

ISOLATOR KERAMIK

Bidang Fokus : Bahan Baku

Deskripsi :

Isolator berbahan keramik yang memiliki spesifikasi kuat terhadap tekanan, tarikan, tegangan tinggi dan cuaca. Alat ini berfungsi untuk mengisolasi atau memisahkan bagian yang tidak bertegangan (listrik) dengan bagian lain yang

bertegangan (listrik).

Keunggulan :

Keunggulan produk isolator keramik Nuanza Porcelain Indonesia adalah bisa memesan bentuk yang sesuai keinginan dalam waktu yg relatif lebih cepat karena kebanyakan produsen isolator berada di luar negeri sehingga perlu

waktu yg relatif lama serta bisa dalam jumlah kecil. Produk isolator keramik pengguna paling besar saat ini untuk isolator PLN.

Penggunaan isolator untuk produk lain diantaranya sekering listrik, stop contact listrik, panel listrik, kompor listrik dan sebagainya.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Meningkatkan industri keramik di tanah air, sekaligus menambah

perekonomian.Sosial:

Memanfaatkan bahan baku yang ada di Indonesia.

122 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 123: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pengembang/Pemilik Teknologi : Roy Wibisono (Manager) / Nuanza Porcelain Indonesia

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk :Pemakaian produk isolator seperti rekanan PLN, pabrik garment, pabrik

otomotif, pabrik panel listrik, pabrik kertas, pabrik element pemanas dan sebagainya

Kerjasama yang Diinginkan : ---

PASARLAUT.COM

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :

PasarLaut merupakan solusi digital terintegrasi untuk komoditas hasil laut dan perikanan. Produk dari PasarLaut ini berupa Online Trading Platform (Marketplace) yang khusus melayani pasar B2B dengan tujuan membantu

untuk meningkatkan harga beli di nelayan hingga mencapai 20% dan menurunkan harga di titik pembeli hingga 10% dengan melalui aplikasi online yang terintegrasi. Ide pengembangan PasarLaut ini didasari oleh kepedulian akan potensi kelautan dan perikanan Indonesia yang sampai saat ini masih

banyak belum tersentuh dan juga diliputi berbagai permasalahan.Tujuan utama dari pengembangan aplikasi ini adalah untuk memperbaiki

model bisnis yang selama ini ada di perdagangan ikan dan hasil laut, sehingga dengan model bisnis ini dapat lebih mensejahterakan nelayan dan masyarakat

pesisir pada umumnya.Saat ini PasarLaut telah terhubung dengan 53 Titik Pelelangan Ikan (TPI) di Indonesia dengan jumlah lebih dari 10.000 nelayan yang tergabung dalam Koperasi Mina (Perikanan). Semenjak PasarLaut.com diluncurkan, jumlah

permintaan yang masuk ke dalam platform online sudah mencapai 1.900 ton.

Keunggulan :

Keunggulan aplikasi e-TPI PasarLaut ini juga dapat terlihat dari fitur yang ada diaplikasi ini yang meliputi proses bisnis tempat pelelangan ikan di Indonesia yaitu:· Transaction Management· Point of Sales· Stock & Inventory Management· Accounting· Finansial Management· Commodity Management· Fisherman Data Management· Buyer & Trader Data Management· Online Profile· Integration & API

Untuk aplikasi market place PasarLaut.com, keunggulan-keunggulannya diantaranya yaitu fitur pemesanan komoditas, rating dan review, gallery,

permohonan request komoditas, live support chat, dan lain-lain.

123Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 124: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Untuk pihak swasta dan industri perikanan, aplikasi pasarlaut.com dapat

mempermudah mereka mencari supplier yang dibutuhkan tanpa perlu banyak biaya dan usaha lebih. Hanya dengan membuka aplikasi dan situs pasarlaut.

com, mereka dapat melihat informasi stok dan potensi perikanan yang ada di tempat pelelangan ikan di seluruh Indonesia, sehingga dengan mudah mereka

dapat memesan komoditas tersebut.Sosial:

Dengan Online Trading Platform PasarLaut.com, akan terbuka akses pasar yang lebih luas untuk tempat pelelangan ikan yang ada di Indonesia. Sehingga

penawaran yang ada terhadap komoditas perikanan akan meningkat dan menaikkan harga untuk para nelayan sehingga dapat berimbas kepada

pendapatan dan kesejahteraan nelayan Indonesia.Pengembang/Pemilik

Teknologi : Utari Octavianty - Co Founder

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : Nelayan dan Titik Pelelangan Ikan (TPI)Kerjasama yang

Diinginkan : Lisensi-Royalti

DRONE SUBMARINE

Bidang Fokus : Hankam

Deskripsi :

Observable Drone Submarine digunakan untuk proses sweeping area bawah air, laut, sungai dsb. Untuk mencari serpihan pesawat yang jatuh, kapal laut yang karam, pengecekan pipa dan instalasi di dalam air laut, Video maker

dibawah laut, dsb. Alat ini juga memiliki kemampuan tinggi dalam melakukan observasi serta penjelajahan area yang sulit dijangkau oleh penyelam.

Terdapat Motor High Speed untuk tenaga pendorong utama dan mampu melakukan engine reverse dalam hitungan detik. Dan empat buah truster untuk manueverabillity dengan cukup baik agar dapat menjangkau sudut

yang cukup sulit dan kritis dalam posisi hover. Diharapkan produk dalam riset nanti dapat mendukung dan berkontribusi dalam bidang Pertahanan Militer

maupun Ketahanan Maritim di Indonesia menuju bangsa yang berdaya saing.

Keunggulan :

· Dengan bahan body Composite Durallium mampu menahan tekanan air hingga 40kg/cm dan kedalaman 30 hingga 40 meter.

· Camera 18MP dilengkapi infrared sehingga dapat melihat lebih baik menembus kedalaman air dan recordable. Melihat benda bergerak, benda diam serta hewan laut.

· Drone ini mampu menelusuri laut serta sungai dengan menggunakan wire

· Control hingga pengiriman data serta perintah gerakan robot dengan kecepatan tinggi.

· Peningkatan teknologi selanjutnya menuju wireless dan di remote secara online serta drone mampu melakukan self charging juga ultrasonic .

124 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 125: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Penghematan negara dalam pengadaan Sub marine.

Sosial:Kalangan menengah merupakan filter suatu barang dapat diterima atau

tidaknya dikarnakan kalangan menengah merupakan masyarakat konsumtif terhadap trend. Maka dari itu peluang terhadap suatu produk yang menjadi

trend di masyarakat sangatlah besar, didalam negri ataupun di luar.Pengembang/Pemilik

Teknologi : Ray Firmansyah (Founder)

Industri yang Memproduksi : ---

Pengguna Produk : TNI (khususnya Angkatan Laut)Kerjasama yang

Diinginkan : Jual - putus

PENGUATAN INOVASI PERGURUAN TINGGI DI INDUSTRI(PRODUK INOVASI PERGURUAN TINGGI DI INDUSTRI)

BENIH PEPAYA CALLINA

Bidang Fokus : Pangan

Deskripsi :

Merupakan sebuah varietas baru buah tropika karya anak bangsa, ditelurkan oleh departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, varietas ini memiliki nama

Callina IPB-9. Pepaya Calina – IPB9 ini sebenarnya adalah hasil pemuliaan tanaman dari PKBT (Pusat kajian Buah Tropika) IPB – Bogor, Pepaya ini

berbentuk lonjong dengan berat rata-rata 1,3 kg per buah membuat pepaya ini kian diminati karena dalam penyajianya dapat sekali saji dan habis. Benih

pepaya callina dijual dalam kemasan isi 150, 50 dan 30 Butir dan dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai medium dengan altitude

100-500 mdpl.

Keunggulan :

• Umur Panen Genjah (7,5-8 Bulan)• Warna daging buah Jingga dengan Tingkat kemanisan 10,1-11,2o Brix• Daya simpan cukup lama sampai 7 hari• Tinggi Pohon pendek sehingga perawatan mudah

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Dapat menambah pendapatan petani buah papaya karena dengan umur

panen yang cepat, produksi yang tinggi dan permintaan pasar yang besar.Pengembang/Pemilik

Teknologi : Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS-Institut Pertanian Bogor (IPB)

Industri yang Memproduksi : PT. Botani Seed Indonesia

Pengguna Produk : Petani Buah, BUMN PerkebunanKerjasama yang

Diinginkan : Lisensi produksi benih dan buah (pengembangan kebun buah skala orchad)

125Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 126: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

DURIAN PELANGI, DURIAN MATAHARI, LENGKENG KATEKI, LENGKENG ITOH, ALPUKAT WINA, ALPUKAT KENDIL, JERUK SIAM MADU DAN JERUK KEPROK BATU

Bidang Fokus : Pangan

Deskripsi :Bibit buah-buahan tropis bermutu dengan jaminan kebenaran varietas,

mendukung pertumbuhan yang lebih baik, produksi tinggi, dan hasil yang berkualitas.

Keunggulan :

· Adanya jaminan kebenaran varietas (true to type) karena diperbanyak dari pohon induk yang jelas.

· Memiliki sistem perakaran yang kuat sehingga mendukung pertumbuhan tanaman lebih baik dan mampu menyerap nutrisi dengan baik.

· Kualitas memenuhi preferensi konsumen saat ini.Durian Pelangi :Umur : 5 tahun

Keunggulan buah : Daging buah berwarna gradient merah-kuning-putih, rasa manis-legit, bentuk buah bulat, berat buah 3-5 kg

Durian Matahari :Umur : 5 tahun

Keunggulan buah : Daging buah berwarna kuning tua, rasa manis-legit-pulen, bentuk buah bulat, biji kecil, kulit tipis, daya adaptasi sangat tinggi, berat buah

5 kgLengkeng Kateki :

Umur : 3 tahun Keunggulan buah : Daging buah bening seperti kristal, rasa manis, aroma

lembut, ukuran buah besar, biji kecilLengkeng Itoh :Umur : 3 tahun

Keunggulan buah : Daging buah bening, rasa manis, ukuran buah besar, biji kecil

Alpukat Wina :Umur : 3 tahun

Keunggulan buah : daging buah kuning muda, rasa gurih, sedikit manis, bentuk bulat oval, ukuran buah besar 800-1300 gram

Alpukat Kendil :Umur : 3 tahun

Keunggulan buah : daging buah kuning, rasa gurih , bentuk bulat, ukuran buah besar 600-2000 gram

Jeruk Siam Madu :Umur : 2 tahun

Keunggulan buah : Warna kulit orange, rasa manis segar, ukuran buah besar 100-250 gram, produktivitas tinggi

Jeruk keprok batu 55 :Umur : 2 tahun

Keunggulan buah : Warna kulit orange, rasa manis segar, ukuran buah besar 200-300 gram, produktivitas tinggi

126 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 127: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Penggunaan bibit buah tropika yang bermutu dalam pengembangan

kebun buah akan memiliki dampak ekonomi yang besar, baik bagi pelaku usaha maupun bagi negara. Peningkatan produksi dan kualitas buah dari

varietas unggul yang dikembangkan akan meningkatkan nilai jual buah dan pendapatan petani. Kualitas buah nasional yang memenuhi preferensi

masyarakat juga dapat mensubstitusi dan mengurangi impor buah. Buah yang berkualitas akan mampu bersaing di pasar dunia dan meningkatkan

ekspor buah nasional sehingga meningkatkan devisa negara.Sosial:

Pelatihan kepada petani penangkar bibit buahPengembang/Pemilik

Teknologi : Institut Pertanian Bogor (IPB)

Industri yang Memproduksi : PT. Botani Seed Indonesia

Pengguna Produk : Petani, BUMN PerkebunanKerjasama yang

Diinginkan : Lisensi produksi benih dan buah (pengembangan kebun buah skala orchad)

INA SHUNT (SEMILUNAR FLASHING VALVE DEVICE)Bidang Fokus : Kesehatan dan Obat

Deskripsi :

Merupakan sistem pirau katup semilunar ventrikulo peritoneal atau semilunar flushing valve device yang merupakan sistem (alat) pirau dengan katup yang

mempunyai bentuk celah setengah lingkaran (halfmoon shape valve flap) yang digunakan dalam sistem alat pirau (shunt device sistem) yang berfungsi untuk mengalirkan cairan otak searah dari rongga ventrikel menuju ke rongga

perut (peritoneal) pada pasien hidrosefalus.

Keunggulan :

Mempunyai kualitas yang bagus dibanding kompetitor, Bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasien (penyesuaian panjang tubuh dan usia). Mempunyai

kisaran harga yang lebih murah dibandingkan kompetitor dari luar negeri. Produk kompetitor yang sekarang banyak digunakan di Indonesia merupakan produk impor dari India, Jepang maupun Amerika Serikat yang dijual dengan harga tinggi sekitar 6-30 juta, Produk kompetitor lain menggunakan sistem longitudinal yang mempunyai risiko tinggi terjadi komplikasi pasca bedah

karena sulit dilakukan pengaturan pembukaan dan penutupan.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Pengembangan teknologi alat kesehatan berbasis riset akan mengurangi

ketergantungan terhadap produk impor karena 90% alat kesehatan di Indonesia merupakan produk luar negeri. Pengembangan teknologi yang

diiringi dengan pengembangan industri alat kesehatan akan mampu memenuhi kebutuhan alat kesehatan di Indonesia sehingga tercipta

kemandirian masyarakat dan peningkatan daya saing bangsa.

Sosial: Dengan harga yang lebih murah +/- 2,5 juta/unit (produk impor sejenis

harga 6 – 30 juta/unit), diharapkan penderita hidrocefalus dari berbagai latar belakang ekonomi dapat layanan pengobatan.

127Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 128: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Pengembang/Pemilik Teknologi : Universitas Gadjah Mada

Industri yang Memproduksi : PT.Swayasa Prakarsa

Pengguna Produk : Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, RSCM, RS Panti Rapih Yogyakarta, RS Dr. Soetomo, RS Balik Papan, RS Papua, RS Makassar.

D’OZONE

Bidang Fokus : Pangan

Deskripsi :

Merupakan produk generator ozon berbasis teknologi plasma. Ozon yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan produk

hortikultura. Alat ini menjadi solusi dalam memperpanjang masa simpan sekaligus menjaga kualitas buah dan sayur. Metode yang ditawarkan yaitu dengan digunakannya ozone dalam sistem penyimpanan buah dan sayur

sebelum dimasukkan dalam sistem penyimpanan dingin. Selain itu, D’Ozone juga dapat digunakan dalam sistem penyimpanan bahan makanan lainnya, misalnya: beras dan ikan. D’Ozone juga dapat dimanfaatkan untuk industri

makanan terutama untuk melengkapi teknik pakaging D’Ozone dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas air yang digunakan dikolam-

kolam renang bagi publik atau pribadi.

Teknologi yang digunakan pada produk ini mengadopsi sistem reaktor plasma berpenghalang dielektrik (Dielectric Barrier Discharge Plasma/DBDP) yang mampu menghasilkan ozon. Reaktor ozon dirancang untuk menghasilkan

ozon dengan konsentrasi tinggi baik di udara maupun dalam air. Komponen reaktor ozon menggunakan bahan stainless steel sehingga tahan lama atau

bebas korosi dan mampu membunuh serta menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur pada buah dan sayur serta aman digunakan untuk bahan

makanan serta Hemat energi.

Keunggulan :

Metoda dan teknik penyimpanan dingin berteknologi Plasma Ozon, dapat dimanfaatkan untuk menyimpan produk hortikultura lebih lama, sehingga dapat menstabilkan supply (penawaran) dan dimand (permintaan). Harga

produk hortikultura dapat dikontrol dengan baik sehingga deflasi dan inflasi dapat dikurangi.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Peningkatan pendapatan petani hortikultura dengan meningkatnya standart produk yang dihasilkan. Harga dapat meningkat mencapai 4 kali lipat karena produk dapat bersaing di supermarket. Produk juga bisa bertahan lebih lama sebelum membusuk dan dapat terjual 100% (tidak terdapat produk sisa) yang

menjadi sampah.

Status Kekayaan Intelektual :

a. Paten Program inovasi perguruan tinggi yang berbasis teknologi plasma ini telah

menghasilkan sebuah metode dan seperangkat peralatan teknis berteknologi plasma ozon untuk memperpanjang masa simpan produk hortikultura.

Metode dan teknik ini telah menghasilkan Standar Operational Procedure (SOP) untuk menjamin inovasi kampus ini terlindungi dari peniruan produk

tanpa hak. Metode dan teknik yang dihasilkan telah didaftarkan ke Dirjen HKI dengan registrasi nomor P09201705145.

128 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 129: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Status Kekayaan Intelektual :

b. Merek Nama yang disepakati oleh penyelenggara program adalah Diponegoro Ozone

yang disingkat dengan D’OZONE. D’OZONE merupakan suatu penamaan dengan desain huruf dan pewarnaan tertentu. Warna yang digunakan adalah,

biru tua, biru muda, orange dan hijau dengan nomor pendaftran merek (D092017036133).

c. SNISudah masuk pada tahapan usulan Program Nasional Perumusan Standar

(PNPS) Tahun 2018. (ICS 23.120).Pengembang/Pemilik

Teknologi : Dr. Muhammad Nur, DEA -Universitas Diponegoro

Industri yang Memproduksi : PT. Dipo Technology

Pengguna Produk :Gapoktan Bawang di Grobogan (Banjarnegara), Gapoktan Cabai di Kab.

Magelang, Blora, dan Temanggung, Gapoktan Hortikultura (sayuran) di Kab. Boyolali dan Kab. Magelang

SMARTPHONE DIGICOOP

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :

Smartphone 4G Digicoop merupakan smartphone yang sudah dibekali dengan teknologi 4G LTE (long-term evolution). Bekerjasama dengan koperasi digital Indonesia (Digicoop), produk smartphone ini didistribusikan dengan metode yang berbeda dengan smartphone pada umumnya, yaitu melalui koperasi.

Dengan menjadi anggota koperasi, maka konsumen bisa memperoleh smartphone secara gratis dengan membayar iuran simpanan wajib setiap

bulan. Beberapa hal yang dikostumisasi adalah theme, icon, boot animation, aplikasi,

casing, gift box, sticker, konfigurasi system, launcher, framework. Fitur unik pada smartphone ini adalah split screen yang digunakan untuk memasang

iklan sehingga setiap anggota dapat memasang iklan di sana dan bisa memperoleh berbagai keuntungan bagi hasil dengan iklan tersebut seperti

pulsa gratis dll.

Keunggulan :

• TKDN lebih tinggi karena dirancang dan diproduksi di dalam negeri. • Kostumisasi operating system & application.• Fitur splitscreen untuk pemasangan iklan.• Model bisnis koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan setiap anggota.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:• Tumbuhnya industri komponen dalam negeri• Turunnya nilai belanja impor produk elektronika• Kemandirian teknologi komunikasi

Pengembang/Pemilik Teknologi : Institut Teknologi Bandung (ITB)

Industri yang Memproduksi : PT. TSM, PT. VS Technology

Pengguna Produk : ---

Kerjasama yang Diinginkan : Bundling kostumisasi

129Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 130: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

PENGUATAN INOVASI INDUSTRI(PRODUK INOVASI LITBANG DI INDUSTRI)

AGEN BIODEGREDASI (BIOFARM)

Bidang Fokus : Pangan

Deskripsi :

Biofram adalah formula bahan dan mikroba dengan kemampuan yang tinggi dalam mendegradasi senyawa kompleks organic dan sintesis. Perbedaan

Biofarm dengan yang lain adalah hasil biodegradasi tidak hanya digunakan oleh mikroba namun memperbaiki kualitas produk, lahan, lingkungan dan kesehatan ternak dan manusia. Hasil biodegradasi menghasilkan senyawa

turunan yang dapat dimanfaatkan lahan, tanaman dan ternak. Mikroba yang dikembangkan mempunyai karakter dengan 7 kemampuan secara sinergis dilakukan mendukung setiap tahap proses tanpa menganggu proses yang

lainnya.

Keunggulan :

• 1 produk untuk 5 kegunaan yaitu Bioremediasi lahan dan air, biokonversi limbah, biodekomposter pupuk, biofermentasi

• Produk dapat digunakan sebagai pupuk tanaman dan proteksi tanaman• Starter aktiv tanpa nutrisi tambahan dan daya kerja cepat

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:

Meningkatkan kesuburan lahan, meningkatkan produktifitas hasil padi organik, meningkatkan kualitas dan keamanan produk. Peningkatan hasil

dibandingkan dengan pertanian organik konvensional bisa mencapai lebih dari 100 %

Sosial:

Meningkatakan pengetahuan petani terhadap pertanian organik

Pengembang/Pemilik Teknologi : Universitas Muhammadiyah Malang

Industri yang Memproduksi : CV. Biocell Agrosolusi

Pengguna Produk : Petani , Dinas/Koperasi Pertanian , Industri : perkebunan, produsen pangan, pupuk

Kerjasama yang Diinginkan : Pengembangan pasar untuk produk padi, hortikultura, dan tebu

130 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 131: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

BIOSTIMULAN PALMARIN

Bidang Fokus : Pangan

Deskripsi :

Sistem yang dikembangkan merupakan sistem pirau katup semilunar ventrikulo peritoneal atau semilunar flushing valve device yang merupakan sistem (alat) pirau dengan katup yang mempunyai bentuk celah setengah lingkaran (halfmoon shape valve flap) yang digunakan dalam sistem alat pirau (shunt device sistem) yang berfungsi untuk mengalirkan cairan otak

searah dari rongga ventrikel menuju ke rongga perut (peritoneal) pada pasien hidrosefalus.

Palmarin adalah formula biostimulan tanaman yang mengandung fitohormon organik, nutrisi makro, nutrisi mikro, vitamin dan antioksidan yang diperkaya

dengan activator dan dibuat dalam formulasi yang unik dan stabil untuk merangsang pertumbuhan tanaman kelapa sawit, meningkatkan metabolisme

asimilat dan mendorong pembentukan minyak CPO.Palmarin adalah produk biostimulan bukan pupuk atau hormon tanaman

Keunggulan :

Merangsang pertumbuhan, memperbaiki metabolisme dan translokasi asimilat ke dalam jaringan penyimpanan (sink tissues) dari tanaman pada umumnya. Pada tanaman kelapa sawit, Palmarin dapat mencegah aborsi

bunga dan janjang serta meningkatkan produktivitas CPO sekitar 30% melalui peningkatan bobot total janjang/tandan, jaringan mesokarp dan rendemen

minyak.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit Indonesia pada existing

kebun, tanpa pembukaan kebun baru. Meningkatkan profitabilitas kebun (pekebun) kelapa sawit serta kesejahteraan para pekerjanya. B/C ratio dari aplikasi biostimulan Palmarin untuk meningkatkan protas CPO perkebunan sawit berkisar antara 4,0 hingga 5,0 yang berarti sangat menguntungkan.

Selain itu aplikasi Palmarin, dapat membuka lapangan kerja baru baik on farm maupun off farm. Pembukaan kebun baru untuk kelapa sawit dinilai kurang sesuai dengan kebijakan konservasi biodiversitas nasional maupun dunia.

Pengembang/Pemilik Teknologi : Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI)

Industri yang Memproduksi : PPBBI dan PT. Palmarin Indonesia (mulai 2018)

Pengguna Produk : Perkebunan sawit swasta dan nasional

Kerjasama yang Diinginkan : Pengembangan pasar dan produksi

131Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 132: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

ALAT BANTU JALAN PENDERITA LUMPUH KAKI

Bidang Fokus : Kesehatan dan Obat

Deskripsi : Merupakan sebuah alat yang berfungsi sebagai alat terapi dan bantu jalan bagi paraplegia.

Keunggulan :

· Memungkinkan berdiri bebas tanpa menggunakan tangan dengan kekuatan normal saja.

· Memungkinkan system persendian tulang menahan beban tubuh secara proporsional.

· Bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam perawatan rehabilitasi.

· Untuk persiapan tahap awal perawatan lanjutan ataupun beberapa terapi olah raga

· Sangat aman sehingga pasien bisa bergerak bebas tanpa dibantu.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Sasaran pasar nasional yang menjanjikan adalah keinginan pihak penderita

atau keluarganya untuk menyediakan PARAPODUNS secara pribadi bagi semua penderita lumpuh kaki. Secara bisnis, hal ini menjadi pasar nasional

yang sangat besar dimana permintaan PARAPODUNS dapat mencapai 23.330 unit per tahun. Sasaran bagi institusi/lembaga pengguna, khususnya rumah sakit, akan difokuskan pada strategi peningkatan pelayanan bagian Rehabilitasi Medik khususnya alat terapi jalan dan atau vertikalisasi bagi

penderita lumpuh kaki.Sosial:

Ketersediaan PARAPODUNS ini sangat membantu kesehatan jasmani dan rohani penderita lumpuh kaki karena menghindarkan dari pengecilan bagian tubuh yang tidak aktif (kaki), menghindarkan dari kemungkinan pembusukan

organ tubuh yang tidak aktif, penderita lebih percaya diri dan rohaninya lebih sehat sehingga menjadi lebih produktif utk melakukan pekerjaan, usia

harapan hidup menjadi lebih lama, dan bahkan penderita dapat sembuh kembali karena terapi PARAPODUNS.

Pengembang/Pemilik Teknologi : Universitas Sebelas Maret

Industri yang Memproduksi : CV. Rigen Sarana Mukti

Pengguna Produk :Rumah Sakit Orthopedi Soeharso, Surakarta, RSUD Pacitan, RS

UNS, Masyarakat Umum

132 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 133: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

I-Converter kit

Bidang Fokus : Energi

Deskripsi :

Converter kit adalah rangkaian komponen khusus untuk mengkonversi atau mengubah pemakaian bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) yang dimasukkan atau diinjeksikan ke dalam ruang bahan bakar pada silinder

mesin kendaraan bermotor. Converter kit ini merupakan generasi ke-2 dikontrol secara elektronik menggunakan ECU, injektor, bisa untuk bensin dan diesel. ECU berfungsi sebagai pengatur titik bakar yang dapat berfungsi untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar. Sistem ECU ini berbeda dengan sistem fumigasi.

Keunggulan :

· Merupakan produk dalam negeri· Bersifat high teknologi, menerapkan teknologi ECU (Electronic Control

Unit) dan injeksi yang mudah untuk dioperasionalkan oleh pengguna, teknologi ini membantu adanya pengaturan titik bakar untuk peningkatan

efisiensi penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi emisi gas buang dan pengoperasian yang lebih mudah sehingga nelayan dapat berkonsentrasi

penuh pada penangkapan ikan tanpa perlu khawatir dengan kinerja Converter kit.

· Dapat dipergunakan untuk mesin bensin dan diesel, dapat mengkonversi BBM ke BBG “4G” (LPG, CNG, LNG, dan BioGas) dan telah disertifikasi

menggunakan standar SNI 12806:2015· Support DDF (Dual Diesel Fuel) dengan rate subtitusi 40% (solar) dan 60%

(Gas)· I-Converter kit dapat mengkonversi mesin 1 silinder hingga 8 silinder,

untuk mesin 1 silinder dapat mengkonversi hingga 28 Hp.· Terjadi peningkatan power/tenaga sebesar 30%

· Mudah instalasi, operasional, dan perawatan· Desain produk simple dan compact (tidak ada selang dan kabel yang

mengganggu space/area di perahu).

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:Cost reduction dari penghematan penggunaan bahan bakar .

Sosial:Aman dan emisi rendah.

Pengembang/Pemilik Teknologi : PT.Industri Telekomunikasi Indonesia

Industri yang Memproduksi : PT.Industri Telekomunikasi Indonesia

Pengguna Produk : ---

133Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 134: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

PENGOLAHAN MINYAK DARI DAUN NILAM

Bidang Fokus : Bahan Baku

Deskripsi : Pengolah daun nilam sampai menjadi minyak nilam terdiri dari instalasi distiller uap, material pemurni/adsorben dan instalasi pemurni

Keunggulan :

Menghasilkan minyak nilam yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) :

No Parameter Spesifikasi Minyak Nilam Rekomendasi SNI

1 Randemen minyak nilam 3%

2 Keasaman minyak nilam sebelum treatment 3,5 Maks.8

3 Keasaman minyak nilam setelah treatment 0,67

4 Berat Jenis 0.98 g/mL 0.950-0.975 g/mL

5 Patchouli Alcohol 31,52% Min.30%

6 Kelarutan dalam ethanol 01:00.5 1:10

7 Putaran optik (-) 57,10 (-)480 - (-)650

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:

Dapat meningkatkan kualitas minyak nilam olahan UMKM dan home industry sehingga memenuhi persyaratan industri (SNI)

Pengembang/Pemilik Teknologi : Prof.Dr.Karna Wijaya, M.Eng, I.F.Nurcahyo, M.Si, Muhammad Shidiq, M.Sc , Farid

Aulia Rahman, S.SiIndustri yang Memproduksi : CV. Fruitanol Energy

Pengguna Produk : Industri kosmetik, farmasi, perhotelan/pariwisata dan industri kimia lainnya

ZENMED+ IMPLAN TULANG ORTHOPEDI

Bidang Fokus : Material Maju

Deskripsi : Pengolahan bijih nikel menjadi paduan Fe-Ni atau Fe-Ni-Cr, bahan baku ini bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan stainless steel SS316L.

Keunggulan : Implan stainless steel SS316L bahan bakunya setara deangan produk diimpor

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:

Mampu memberikan dana investasi sebesar Rp.12.000.000.000.000.,

Sosial:

Membuka lapangan pekerjaan dengan dibukanya line produksi implat

134 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 135: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Status Kekayaan Intelektual : Hak merk dagang (Zenmed)

Pengembang/Pemilik Teknologi : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Industri yang Memproduksi : PT.Zenit Allmart Precisindo

Pengguna Produk : ---

Kerjasama yang Diinginkan : LKPP, Pengadaaan Barang Jasa Pemerintah

SISTEM PEMUNGUTAN SUARA SECARA ELEKTRONIK (ELECTRONIC VOTING)

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :

Elektronik Voting atau e-Voting adalah proses pemungutan suara dan perhitungan suara yang menggunakan perangkat elektronik atau teknologi informasi. Teknologi Sistem Pemilu elektronik ini kini telah disempurnakan dengan integrasi sistem e-Verifikasi, sehingga selain mempercepat proses

Pemilu, memberikan akurasi perhitungan hasil, dan memberikan kemudahan bagi pemilih, juga akan memberikan akurasi data pemilih dan menghindari

kecurangan hak suara ganda.

Keunggulan :• Berbasis Open Sistem • Sudah ada KTP-el yang menyimpan data Sidik Jari dan NIK serta Foto,

sehingga verifikasi pemilih dengan sidik jari tidak perlu direkam lagi.

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:

Efisiensi biaya pemilu, karena hanya dengan perangkat PC touch screen, printer, smartcard, dan smartcard reader, tidak memerlukan ribuan lembar

kertas untuk surat suara, serta perangkatnya dapat digunakan berulang setiap event pemilihan.

Sosial:

Mendorong teknologi dalam negeri untuk lebih berperan aktif mengatasi masalah sistem demokrasi Indonesia untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

Pengembang/Pemilik Teknologi : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Industri yang Memproduksi : PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT.INTI)

Pengguna Produk : Pemkab bogor, Pemkab Agam, Pemkab Bantaeng dan lain-lain

Kerjasama yang Diinginkan :

Selama ini produk yang dihasilkan baru dimanfaatkan untuk pilkades. Diharapkan kedepannya dapat bekerjasama dengan KPU sehingga dapat

digunakan untuk Pilbup/Pilkot, Pileg dan Pilpres

135Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 136: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

CUBEACON

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :

Cubeacon adalah solusi untuk pengembangan iBeacon, yang merupakan salah satu protokol IoT yang dirilis oleh Apple Inc., dimana semua perangkat

smartphone dari Apple yang memiliki bluetooth bisa terhubung secara langsung dengan pengangkat iBeacon. PT. Eyro memproduksi hardware

dengan teknologi iBeacon untuk dipasarkan ke berbagai negara. Memenuhi kebutuhan industri atau korporasi untuk melakukan kegiatan tracking dan identifikasi dengan kecepatan scanning yg tinggi dan masif, dengan biaya

operasional yang jauh lebih murah.

Keunggulan :

Untuk kebutuhan tracking dan identifikasi dalam jarak pendek, cubeacon memiliki keunggulan bila dibanding teknologi yang ada saat ini yaitu RFID dan

NFC:

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:

• Katalisator Industri, Cubeacon berperan sebagai katalisator industri dengan menumbuhkan ekosistem, baik di pendidikan, pemerintahan atau libang, serta korporasi.

• Peran Aktif Produksi Dalam Negeri, Cubeacon sebagai produsen perangkat transmiter dan receiver iBeacon, berupaya untuk memproduksi semua perangkat di dalam negeri, sehigga cubeacon memberikan sumbangsih peran industri dalam negeri, dan mensiapkan produk yang memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang layak untuk menjadi standar produk dalam negeri.

Sosial:

• Akusisi Teknologi, pentingnya akuisisi teknologi menjadi alasan kuat agar Indonesia mengurangi tingkat ketergantungan dengan perusahaan asing, memajukan industri yang horizontal dan vertikal seiring dengan pertumbuhan market.

• Kedaulatan Data, Kedaulatan data sangat penting dimana teknologi iBeacon mampu memberikan unique data dari setiap implementasi. Dan penelitian ini akan mengoptimalkan kembali platfrom iBeacon untuk berbagai macam kepentingan Industri dan penerapan smart city.

136 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 137: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Status Kekayaan Intelektual :

Pengembang/Pemilik Teknologi : PT. Eyro Digital Teknologi

Industri yang Memproduksi : PT. Eyro Digital Teknologi

Pengguna Produk : PT. Angkasa Pura, PT. Garuda Indonesia, Tbk dan PT. Telkom Indonesia

Kerjasama yang Diinginkan : Dukungan pengembangan aplikasi untuk integrasi dengan sistem finansial

Technology

Smart card

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :

Chipset smart card adalah salah satu driver utama dari industri smart card. Penguasaan teknologi chipset akan mendorong pengembangan infrastruktur lainnya, mulai dari reader, aplikasi, hingga form factor. Secure Access Module (SAM) yang akan memberikan proteksi penuh terhadap ancaman serangan, baik yang sifatnya seperti kecerobohan penggunaan password sampai yang

canggih seperti peretasan.

Keunggulan :

· Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) > 60 %· Key generation dikontrol oleh dalam negeri· Protokol komunikasi dikontrol oleh dalam negeri· Ukuran memory bisa customized sesuai permintaan.· Dukungan deployment dan teknologi

137Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 138: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dampak Pemanfaatan :

Ekonomi:• Meningkatkan kontribusi TKDN sekaligus mengurangi impor khususnya

produk-produk dalam industri smart card• Mendorong tumbuhnya industri elektronika nasional yang bernilai

strategis bagi perekonomian Indonesia• Mengembangkan industri turunan smart card, seperti industri IT untuk

eGovernment, ePayment dan lain sebagainya.Sosial:

• Meningkatkan kemanan data melalui rancangan protokol dan sistem smart card yang spesifik dan dibuat oleh Indonesia. Hal ini dapat menghindari penyalah gunaan data dan meningkatkan keamanan dan ketahanan Nasional.

• Mendukung program pemerintah dalam membangun less cash society.Pengembang/Pemilik

Teknologi : PME ITB

Industri yang Memproduksi : PT. Xirka Silicon Technology

Pengguna Produk : STP Riau, Universitas Internasional Semen Indonesia dll

Kerjasama yang Diinginkan : Pemanfaatan kartu yang telah dihasilakn di dalam negeri, terutama untuk

smart campus

SISTEM SELF SERVICE UNTUK DIGITAL BANKING

Bidang Fokus : TIK

Deskripsi :Sistem Layanan Mandiri (self service system) untuk mendukung layanan

Digital Bank Branch sehingga mempercepat dan mempermudah layanan bagi nasabah yang bertransaksi di kantor cabang.

Keunggulan :

• Sistem antrian elektronik dan form transaksi digital yang dapat dilakukan melalui mobile app maupun kiosk on location, yang dilengkapi dengan fitur pembukaan rekening baru dan mapping lokasi bank, serta terintegrasi dengan reader e-KTP.

• Menyediakan menu Teller dan Costumer Service• Mampu membaca QR Code dari aplikasi mobile/smartphone• Mencetak nomer antrian• Dapat memberikan informasi kepada nasabah lokasi Bank terdekat• Booking layanan secara online• Pengaturan grouping dan prioritas layanan• Menyediakan informasi dan iklan produk perbankkan• Laporan jumlah nasabah dan jenis transaksi yang dilayani

Pengembang/Pemilik Teknologi : PT. Micromatic Sarana Pratama

Industri yang Memproduksi : PT. Micromatic Sarana Pratama

138 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 139: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Terlaksananya reformasi birokrasi

Sasaran 3:Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk

melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek: (a) kelembagaan atau organisasi; (b) ketatalaksanaan atau Business process; dan (c) sumber daya manusia aparatur. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Indikator kinerja Utama pada sasaran strategis ini adalah Indeks Reformasi Birokrasi. Indeks Reformasi Birokrasi adalah ukuran unntuk menilai kinerja dan capaian program reformasi birokrasi berdasarkan prinsip-prinsip tatakelola pemerintahan yang baik (good governance), bersifat obyektif dan komprehensif yang diperoleh dari hasil penilaian Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN & RB) terhadap 8 (delapan) Area Perubahan RB, yaitu: (1). manajemen perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur; birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi; (2). peraturan perundang-undangan; regulasi yang tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif; (3). organisasi; yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing); (4). tata laksana; sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai

dengan prisip-prinsip good governance; (5). sdm aparatur; sdm aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera; (6). akuntabilitas; meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi; (7). pengawasan; meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; (8). pelayanan publik; pelayanan prima yang sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.

Indikator Indeks Reformasi Birokrasi

Realisasi 2015 Realisasi 20162017 2015-2019

Target Realisasi % Capaian Target %

Capaian

63,89% 67,46% 75% 71,23 84% 85 95%

Tabel 62 Indeks Reformasi Birokrasi

Target Indeks Reformasi Birokrasi tahun 2017 nilai 75%, sampai dengan laporan ini selesai disusun, nilai Indeks Reformasi Birokrasi tahun 2017 masih menunggu hasil evaluasi dari Kemenpan-RB. Pada tahun 2016, nilai Indeks Reformasi Birokrasi Kemenristekdikti memperoleh nilai 67,46%, mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015, sebesar 63,89%.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sudah terdapat perubahan yangcukup baik terhadap indeks reformasi birokrasi di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2017 jika dibandingkan tahun 2016. Hal ini dapat dilihat ada kemajuan dari upayatim reformasi birokrasi internal untuk melakukan

perbaikan. Namun demikian,masih terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti agar perbaikan dapat dilakukan secara terus menerus sebagaimana diuraikan dalam catatan berikut ini:

a. intenalisasi atas rencana pelaksanaan reformasi birokrasi belum efektif dan merata sampai ke unit terkecil, sehingga belum terjadi perubahan budaya kineja dan pola piker yang signifikan dilingkungan kementerian

b. Masih terdapat peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis khususnya tekait dengan pelaksanaan,kewenangan, tugas dan fungsi kementerian

139Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 140: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

c. Belum dilakukan evaluasi terhadap peningkatan koordinasi dan sinergi antar unit, khususnya pada Kopertis dan Perguruan Tinggi dalam mewujudkan organisasi yang efektif dan efisien

d. Struktur organisasi yang ada dinilai masih belum sepenuhnya sesuai dengan kinerja yang akan dihasilkan dan peta proses bisnis belum disusun oleh sluruh unit kinerja, dan belum termanfaatkan untuk mensinergikan kinerja antar unit

e. Manajemen kinerja SDM belum berjalan dengan baik. Hal ini karena manajemen kinerja individu belum diterapakan dengan baik dalam mendukung untuk peningkatan kompetensi dan pengembangan karir pegawai sebagai prasyarat dalam mewujudkan manajemen SDM yang berbasis merit.

f. Pelaksanaan pengawasan dalam membangun integritas organisasi masih belum optimal dilakuakn sebagai upaya dalam pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi

g. Pengelolaan akuntabiltas kinerja organisasi atau manajemen kinerja unit masih belum terimplementasikan dengan baik dalam mendukung pencapaian sasaran startegis organisasi sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian

h. sistem pemberian layanan kepada masyarakat masih belum terintegrasi satu sama lain yang dapat menimbulkan ketidakefektifan dalam pemberian layanan

Kemenristekdikti telah melakukan berbagai upaya demi kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya dimaksud telah menghasilkan berbagai kemajuan perbaikan tata kelola pemerintahan, antara lain:

a. Telah diterbitkannya Peraturan menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan tingggi nomor 54 tahun 2016 tentang Tata Nilai, Budaya kerja, dan kode etik pegawai dilingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

b. Kemenristekdikti telah melakukan upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui Quick Wins berupa “ Pembentukan Unit Layanan Terpadu”. Layanan ini terbukti berhasil dan mendapatkan penghargaan dari Ombudsman RI, pada tahun 2017 meraih peringkat tiga (3) Nasional atas kepatuhan Standar Pelayanan dan Kompetensi penyelnggaraa Pelayanan (program ini

akan dilanjutkan pada pembentukan unit layanan terpadu di PTN dan Kopertis)

c. Terbentuknya Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi (Simonev), suatu sistem Informasi yang mampu menggambarkan realisasi kegiatan baik fisikmaupun keuangan, SiMonev ini telah digunakan oleh 143 Satker Kemenristekdikti.

d. Melakukan sosialisasi tentang peta jalan reformasi birokrasi Kemenristekdikti kepada seluruh PTN dan Kopertis

e. Mewajibkan setiap PTN dan Kopertis melaksanakan Reformasi Birokrasi dengan membentuk TIM RB PTN/Kopertis, Membuat Peta Jalan PTN/Kopertis dan menentukan Quick Wins.

f. Kemenristekdikti telah memiliki enterprise architecture information techonogy

g. Kemenristekdikti telah memiliki standar kompetensi jabatan

h. Jajaran pimpinan dan juga pegawai di Kemenristekdikti telah memberikan perhatian yang cukup besar atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi dengan membuka website khusus pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kemenristekdikti;

i. Kemenristekdikti menggunakan 3 (tiga) komponen penilaian dalam memperhitungkan pemberian Tunjangan Kinerja, yaitu Kehadiran, Rewards/Punishment dari Kinerja Unit, dan Integritas;

Dalam rangka lebih meningkatkan kualitasbirokrasi serta mampu lebih menumbuhkan pola pikir dan budaya kerja yang lebih baik dilingkungan Kemenristekdikti, disampaikan rekomendasi sebagai berikut:

a. Tim RB Kemenristekdikti agar secara konsisten meningkatkan internalisasi penerapan RB ke seluruh unit kerja sampai yang paling bawah trmasuk ke Perguruan Tinggi dan Kopertis dan juga agar melakukan pengamatan terhadap perubahan pola pikir dan budaya kerja sebagai dampak pelaksanaan RB diseluruh jajaran

b. Agar lenih intensif melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan dengan aturan lain yang terkait dalam pelaksanaan kewenangan,tugas dan fungsi kementerian

c. Agar menyesuaikan struktur organisasi dengan kinerja yang akan diwujudkan oleh Kemenristekdikti

140 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 141: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

d. Agar memanfaatkan proses bisnis dan menyempurnakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antar unitkerja agar terwujud organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai kinerja yangsudah ditetapkan

e. Agar melakukan pengelolaan manajemen kinerja individu dan memanfaatkannya untuk peningkatan kompetensi , pengelolaan karir pegawai dan pemberian reward and punishment dalam mendukung perwujudan manajemen SDM yang berbasis merit

f. Agar meningkatkan pengelolaan akuntabilitas kinerja organisasi dengan memperbaiki indikator keberhasilan dan menurunkannya ke setiap level jabatan secara berjenjang dan menyelaraskannya denga program dan kegiatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis kementerian dengan lebih efektif dan efisien

g. Peningkatan integritas organisasi agar dilakukan secara konsisten melalui peningkatan keandalan SPIP dan penerapan kebijakan pengawasan lainnya seperti whistle blowing sytem dan benturan kepentingan sebagai upaya dalam pencegahan tindak pindana korupsi

Tabel 63 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Unit Organisasi

No Unit Organisasi Pagu Realisasi %

1 Ditjen Belmawa 5.500.984.969.000 4.947.661.615.132 89,9%

2 Ditjen Kelembagaan 549.954.769.000 487.635.637.768 88,7%

3 Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti 1.328.634.812.000 1.169.600.809.915 88,0%

4 Ditjen Penguatan Risbang 1.501.626.673.000 1.430.304.335.766 95,3%

5 Ditjen Penguatan Inovasi 323.969.134.000 308.670.250.756 95,3%

6 Sekretariat Jenderal 3.052.576.261.000 2.374.509.227.997 77,8%

7 Inspektorat Jenderal 40.447.429.000 39.420.565.737 97,5%

8 Puspiptek 86.000.000.000 83.250.678.136 96,8%

9 Pusdiklat 43.845.445.000 40.816.213.456 93,1%

10 Pusdatin 46.650.000.000 44.389.032.803 95,2%

11 PP Iptek 19.600.000.000 17.000.813.120 86,7%

12 LBM EIJKMAN 80.998.510.000 74.705.567.108 92,2%

13 PTN/KOPERTIS 29.782.043.597.000 26.482.960.054.438 88,9%

Grand Total 42.357.331.599.000 37.500.924.802.132 88,5%

h. Meningkatkan kualitas layanan kepada publik melalui pengintegrasian seluruh sistem layanan yang ada agar lebih sederhana, mudah, terjangkau dan cepat

3.4 Realisasi Anggaran

Pagu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam DIPA 2017 yang digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam penetapan kinerja kementerian tahun 2017 sebesar Rp 42.357.331.599.000. Pagu sebesar tersebut dilaksanakan untuk membiayai dua fungsi yang ada Kemenristekdikti yaitu fungsi layanan umum dan fungsi Pendidikan Tinggi.

Dari pagu anggaran Rp 42.357.331.599.000 yang dianggarkan untuk mencapai target yang ditetapkan berhasil terserap sebesar Rp 37.500.924.802.132 sehingga persentase daya serap anggaran Kemenristekdikti sampai Desember 2017 adalah sebesar 88,5%.

Tabel 63 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Unit Organisasi

141Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 142: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Tabel 64 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Jenis Belanja

Tabel 65 Realisasi Anggaran Kemenristekdikti Tahun 2017 Berdasarkan Program

Belanja Pagu Realisasi %

Pegawai 14.116.405.442.000 12.722.270.422.625 90,12%

Barang 19.741.583.304.000 17.640.484.666.697 89,36%

Modal 5.022.784.453.000 3.713.267.617.730 73,93%

Bansos 3.476.558.400.000 3.424.902.095.080 98,51%

Total 42.357.331.599.000 37.500.924.802.132 88,50%

Program Pagu Realisasi %

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi30.763.102.456.000 27.681.720.060.556 90,0%

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi40.447.429.000 39.420.565.737 97,5%

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Dikti 904.554.251.000 812.274.362.052 89,8%

Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan 7.350.144.158.000 5.943.273.903.338 80,9%

Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Dikti 1.372.888.988.000 1.194.853.603.699 87,0%

Program Penguatan Riset dan Pengembangan 1.582.625.183.000 1.505.009.902.874 95,1%

Program Penguatan Inovasi 343.569.134.000 325.671.063.876 94,8%

Grand Total 42.357.331.599.000 37.500.924.802.132 88,50%

Dari sisi jenis belanja realisasi Kemenristekdikti tahun 2017 untuk belanja pegawai persentase realisasi anggaran sebesar 90,12%, belanja barang sebesar 89,36%, belanja modal sebesar 73,93% dan belanja bantuan sosial sebesar 98,51%.

Selanjutnya, berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian Keuangan, pada tahun 2017 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan 7 program yang masing-masing dilaksanakan oleh unit Eselon I sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun realisasi DIPA atas 7 program tersebut pada TA 2017 adalah sebagai berikut:

142 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 143: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Persentase realisasi penyerapan anggaran tahun 2017 terus mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, dengan pagu 46,6 T terealisasi sebesar 38,5 T atau 82,5%. Pada tahun 2016, dengan pagu 44,2 T terealisasi sebesar 37,4 T atau 84,6%. Sedangkan di tahun 2017 dengan pagu 42,4 T terealisasi sebesar 37,5 T atau 88,5%.

46,6 44,2 42,438,5

37,4 37,5

82,5% 84,6%88,5%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

80,0%

90,0%

100,0%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2015 2016 2017

Pagu Realisasi %

Grafik 8 Penyerapan Anggaran Kemenristekdikti tahun 2015-2017

Rp (Triliun)

143Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 144: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i
Page 145: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Laporan kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ini menyajikan informasi atas hasil-hasil kinerja yang dicapai Tahun Anggaran 2017 secara menyeluruh, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan hilirisasi hasil-hasil penelitian agar dapat memberikan nilai tambah dan kemanfaatan secara nyata bagi masyarakat. Berbagai keberhasilan maupun kekurangan sebagaimana tercermin dalam capaian kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU), telah tergambarkan secara rinci pada tabel, gambar dan uraian penjelasan diatas. Kita menyadari sepenuhnya bahwa untuk dapat memenuhi target kinerja yang ditetapkan dalam Renstra Kemenristekdikti 2015-2019 masih memerlukan upaya dan kerja keras, konsolidasi, serta koordinasi internal dan eksternal dengan stakeholder.

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan Rencana Strategis 2015 – 2019. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pencapaian kinerja optimal, agar semua target-target yang diperjanjikan semaksimal mungkin dapat terealisasi. Secara umum target-target Sasaran yang tercermin dalam IKU berhasil dicapai dan bahkan beberapa diantaranya berhasil melebihi yang ditargetkan. Namun demikian beberapa target kinerja juga belum dapat terpenuhi.

Oleh karena itu terhadap indikator kinerja yang tidak mencapai target, untuk meningkatkan capaian indikator outcome yang telah diperjanjikan dalam Perjanjian Kinerja (PK), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kedepan akan berupaya terus meningkatkan fungsi koordinasi, sinergi, pelaksanaan kebijakan dan meningkatkan efektivitas instrumen kebijakan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar pencapaian outcome bisa disinergikan dengan kebijakan dan program dari Kementerian/Lembaga terkait dan stakeholder. Kemenristekdikti kedepan akan mendorong potensi di perguruan tinggi dan lembaga riset dalam rangka membangun daya saing berbasis inovasi, serta sebagai upaya meningkatkan peringkat daya saing Indonesia demi mencapai sasaran jangka menengah untuk unggul setidaknya di tingkat ASEAN.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga berkomitmen pada pengembangan STP untuk mendukung salah satu agenda prioritas pemerintah (nawacita), yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional, melalui peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dengan membangun Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi.

Kemenristekdikti kedepan akan menerbitkan regulasi yang mewajibkan para guru besar dan lektor kepala untuk meningkatkan produk ilmiah dalam rangka meningkatkan publikasi ilmiah internasional, Sedangkan untuk menghasilkan perolehan paten, HKI serta prototipe inovasi yang siap dihilirisasi, menggelar program insentif melalui penetapan Pusat Unggulan Iptek (PUI), serta instrumen kebijakan Insentis Riset SINas. Disamping riset-riset dasar dan terapan untuk meningkatkan academic exellence juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototipe yang dapat diadopsi oleh industri.

Pada akhirnya dengan berbekal komitmen, kesamaan persepsi dan kekuatan, semangat reformasi birokrasi, serta sumberdaya yang ada, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi akan terus meningkatkan kinerjanya sesuai peran dan tanggungjawab yang diembannya, sehingga amanah RPJMN 2015 - 2019 dan Rencana Strategis Kemenristekdikti 2015 – 2019 di bidang pendidikan tinggi dan iptek optimis dapat dicapai dan ditingkatkan kinerjanya.

145Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 146: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i
Page 147: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018

ttd

147Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 148: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

ttd

148 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 149: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Dasar Revisi Renstra Kemenristekdikti 2015-2019

Perubahan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

2. Revisi Renstra Kemenristekdikti 2015-2019

Permenristekdikti No 13 Tahun 2015

Permenristekdik No 50 Tahun 2017menjadi

Kemenristekdikti diminta

• Untuk mereviu Rencana Strategis (Renstra), Perjanjian Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merepresentasikan Kementerian Riset dan Teknologi setelah digabungkan dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

• Selanjutnya memperbaiki sasaran strategis dan indikator kinerja Kementerian kemudian menjabarkan (cascade down) ke dalam berbagai sasaran strategis dan indikator kinerja di Renstra Eselon I bahkan hingga pejabat eselon III dan IV.

Elemen Semula Menjadi

VisiTerwujudnya pendidikan tinggi yang

bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa.

Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan iptek dan inovasi

untuk mendukung daya saing bangsa.

Misi

1. Meningkatkan relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas

2. Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi

1. Meningkatkan relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas

2. Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi

Tujuan Strategis

Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas sumber daya manusia berpendidikan

tinggi, serta kemampuan Iptek dan inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi untuk keunggulan daya saing bangsa

2. Meningkatnya inovasi untuk keunggulan daya saing bangsa

3. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien dan berintegritas dalam rangka reformasi birokrasi

149Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 150: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Elemen Semula Menjadi

Sasaran Strategis

1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan tinggi

2. Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan pendidikan tinggi

3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuantitas sumber daya Iptek dan pendidikan tinggi

4. Meningkatnya relevansi dan produktivitas riset dan pengembangan

5. Menguatnya kapasitas inovasi

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi

2. Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi

3. Terlaksananya reformasi birokrasi

Perubahan Indikator Kinerja Sasaran Strategis

IKSS RENSTRA SEMULA IKSS RENSTRA REVISI

Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia Indeks Inovasi

Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul) Indeks Pendidikan Tinggi

Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang dibangun Indeks Reformasi Birokrasi

Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang mature

Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Jumlah mahasiswa yang berwirausaha

Persentase lulusan bersertifikat kompetensi

Jumlah Prodi terakreditasi Unggul

Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional dan internasional

Persentase lulusan yang langsung bekerja

Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaran pendidikan akademik

Jumlah calon pendidik mengikuti Pendidikan Profesi Guru

Jumlah dosen berkualifikasi S3

Jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya

Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen

Jumlah SDM litbang berkualifikasi Master dan Doktor

Jumlah SDM litbang yang meningkat kompetensinya

150 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 151: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Perubahan Sasaran Strategis dan Indikator

Target Kinerja Sasaran Strategis Kemenristekdikti 2015-2019

IKSS RENSTRA SEMULA IKSS RENSTRA REVISI

Jumlah revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN

Jumlah publikasi internasional

Jumlah HKI yang didaftarkan

Jumlah prototipe R & D → TRL 6

Jumlah prototipe industri → TRL 7

Jumlah produk inovasi → produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan oleh pengguna

Sasaran Indikator

1. Meningkatnya relevansi, kuantitas, dan kualitas pendidikan tinggi Indeks Pendidikan Tinggi

2. Meningkatnya kemampuan iptek dan inovasi Indeks Inovasi

3. Terlaksananya Reformasi Birokrasi Indeks Reformasi Birokrasi

Dalam Permenristekdikti Nomor 50 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Kemenristekdikti Tahun 2015-2019

No Indikator KinerjaSasaran Strategis

TargetKeterangan

2015 2016 2017 2018 2019

1 Indeks Pendidikan Tinggi - - 26,17 34,12 42,25 Nominal

2 Indeks Inovasi - - 16,85 24,82 32,41 Nominal

3 Indeks Reformasi Birokrasi - - 75 80 85 Nominal

151Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 152: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

Perubahan IKP

PROGRAM IKP RENSTRA SEMULA IKP RENSTRA REVISI

Penguatan Pembelajarandan Kemahasiswaan

X1 Angka Partisipasi Kasar (APK)Perguruan Tinggi X1 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Perguruan Tinggi

X2 Jumlah mahasiswa yang berwirausaha X2 Jumlah mahasiswa yang

berwirausaha

X3 Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi X3

Persentase Lulusan bersertifikasi

kompetensi dan profesi

X4 Jumlah Prodi terakreditasi Unggul X4 Persentase prodi

terakreditasi B

X5 Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional X5

Persentase lulusan pendidikan tinggi

yang langsung bekerja

X6

Jumlah mahasiswa peraih medali emas X6

Persentase Perguruan Tinggi

tingkat internasional yang Menerapkan SNDIKTI

X7 Persentase lulusan yang langsung bekerja X7 Jumlah Mahasiswa Berprestasi

X8Jumlah LPTK yang meningkat

mutu penyelenggaran pendidikan akademik

X8 Persentase mahasiswa yang lulus PPG

X9

Jumlah calon pendidik mengikuti

Pendidikan Profesi Guru

PeningkatanKualitas Kelembagaan

Iptek dan Dikti

X1 Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia X1 Jumlah Perguruan Tinggi

masuk Top 500 dunia

X2 Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul) X2 Jumlah PT berakreditasi A

(Unggul)

X3 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang dibangun X3 Jumlah Taman Sains dan

Teknologi yang Mature

X4 Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang mature X4 Jumlah Pusat Unggulan Iptek

X5 Jumlah Pusat Unggulan Iptek

Peningkatan KualitasSumber Daya

Iptek dan Dikti

X1 Jumlah dosen berkualifikasi minimal S2 X1 Persentase Dosen

Berkualifikasi S3

X2 Jumlah dosen berkualifikasi S3 X2 Persentase SDM

Litbang Berkualifikasi S3

X3 Jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya X3 Jumlah SDM yang

meningkat karirnya

152 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017

Page 153: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

PROGRAM IKP RENSTRA SEMULA IKP RENSTRA REVISI

Peningkatan KualitasSumber Daya

Iptek dan Diktilanjutan

X4 Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen X4 Jumlah SDM yang meningkat

kompetensinya

X5

Jumlah SDM litbang berkualifikasi

Master dan Doktor

X6 Jumlah SDM litbang yang meningkat kompetensinya

X7Jumlah revitalisasi sarpras

X5 Jumlah revitalisasi sarpras PTNlemlitbang dan PTN

Penguatan Riset danPengembangan

X1 Jumlah publikasi internasional X1 Jumlah publikasi internasional

X2 Jumlah HKI yang didaftarkan X2 Jumlah HKI yang didaftarkan

X3 Jumlah prototipe R & D X3 Jumlah prototipe R & D

X4 Jumlah prototipe industri X4 Jumlah prototipe industri

Penguatan Inovasi X1 Jumlah Produk Inovasi X1 Jumlah Produk Inovasi

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya

X1 Prosentase efisiensi perencanaan penganggaran X1

Hasil penilaian/evaluasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran

X2 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK X2 Opini Penilaian laporan

keuangan oleh BPK

X3 Penilaian terhadap AKIP X3 Penilaian terhadap AKIP

X4 Indeks kepuasan pelayanan X4 Indeks Kepuasan Pelayanan

X5

Kualitas penilaian Kementerian PAN dan RB atas pelaksanaan

Reformasi Birokrasi di Kemenristekdikti

X5 Persentase penyelesaian Kasus Hukum yang diselesaikan

X6Prosentase kasus hukum yang

telah terselesaikan (berkekuatan hukum tetap)

X6 Tingkat kesesuaian kompetensi Pejabat

X7Ratio Data dan Knowledge

Iptek danDikti yang dimanfaatkan

Penyelenggaraan Pengawasan dan

Pemeriksaan Akuntabilitas

X1

Jumlah unit organisasi dan Satker yang

bersih dari penyimpangan yang material

X1

Jumlah unit organisasi dan satker

yang bersih dari penyimpangan yang material

X2Jumlah unit organisasi

yang nilai akuntabilitasnya kategori B (baik)

153Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia |

Page 154: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi i

154 | Laporan Kinerja Kementerian Tahun 2017