KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN … · 2017. 3. 7. · kementerian lingkungan hidup dan...

217
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI [PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA]

Transcript of KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN … · 2017. 3. 7. · kementerian lingkungan hidup dan...

  • KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

    REPUBLIK INDONESIA

    DAFTAR INVENTARISASI MASALAH

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

    [PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYAALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA]

  • 2 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR......... TAHUN

    TENTANGKONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    PENJELASAN

    ATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIKINDONESIA

    NOMOR TAHUN

    TENTANG

    KONSERVASI KEANEKARAGAMANHAYATI

    1. Menimbang: a. bahwa keanekaragaman hayatiIndonesia merupakan karuniaTuhan Yang Maha Esa yangdikuasai oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat yang perludikelola dan dimanfaatkan secaralestari, selaras, serasi danseimbang bagi kelestarian sumberdaya alam hayati dankesejahteraan rakyat;

    Bangsa Indonesia dianugerahiTuhan Yang Maha Esa kekayaansumber daya alam hayati yangberlimpah dengan keanekaragamanyang tinggi, baik di darat, maupun diperairan serta keanekaragamanpengetahuan tradisional, sehinggaIndonesia dikenal sebagai salah satudari sedikit negara mega bio-kultural-diversitas di dunia.

    Sumber daya alam hayati tersebutmerupakan sumber daya strategiskarena menyangkut ketahanannasional, dikuasai oleh negara yangdiatur pengelolaannya secara optimaldan berkelanjutan bagi terwujudnya

    2. b. bahwa keanekaragaman hayatiIndonesia adalah sumber dayaalam strategis yang menguasaihajat hidup orang banyak yangpengelolaannya harus dapat

  • 3 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    secara optimal untuk mewujudkankesejahteraan rakyat Indonesiadan umat manusia pada masa kinimaupun masa depan;

    kesejahteraan masyarakat Indonesiabagi generasi sekarang dan yang akandatang.

    Walaupun keanekaragaman hayatidi Indonesia berlimpah, namun sumberdaya alam hayati tersebut tidak takterbatas dan mempunyai sifat yangtidak dapat kembali seperti asalnya(irreversible) apabila dimanfaatkansecara berlebihan. Pemanfaatan secaraberlebihan akan mengancamkeberadaan sumber daya alam itusendiri, dan sampai pada tahap tertentuakan dapat memusnahkankeberadaannya.

    Keanekaragaman hayati tersebut,terdapat pada tiga tingkatan yaitukeanekaragaman ditingkat ekosistem,spesies (jenis) dan genetik. Secarasendiri-sendiri maupun bersama-samakeanekaragaman hayati tersebutmempunyai fungsi sebagai sistempenyangga kehidupan, dimanaekosistem, spesies, dan genetik mampumenghasilkan dan memenuhikebutuhan dasar hidup manusia.Dengan demikian pengaturan tindakankonservasi termasuk pelindunganmerupakan inti perlindungan sistempenyangga kehidupan.

    Guna terjaminnya kelestarian

    3. c. bahwa sumber daya genetik,spesies, dan ekosistem padadasarnya saling tergantung satudengan lainnya sehinggakerusakan dan kepunahan salahsatu unsur akan berakibatterganggunya ekosistem;

    4. d. bahwa untuk menjaga agarpemanfaatan sumber daya alamhayati dapat berlangsung dengansebaik-baiknya, maka diperlukanlangkah-langkah konservasidengan mempertimbangkanpengetahuan tradisional danberdasarkan strategi konservasiyang berlaku secara universal;

    5. e. bahwa Undang-Undang Nomor 5Tahun 1990 tentang KonservasiSumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya belum menampungdan mengatur secara menyeluruhmengenai konservasikeanekaragaman hayati, sertatidak sesuai lagi denganperkembangan ekonomi, sosial,budaya, politik nasional, dan kerjasama internasional;

  • 4 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    6. f. bahwa berdasarkan pertimbangansebagaimana dimaksud padahuruf a, huruf b, huruf c, huruf d,dan huruf e perlu membentukUndang-Undang tentangKonservasi KeanekaragamanHayati.

    manfaat keanekaragaman hayati bagikesejahteraan masyarakat Indonesiasecara berkelanjutan, perlu dilakukantindakan konservasi keanekaramanhayati. Tindakan konservasi tersebutberupa pengelolaan keanekaragamanhayati secara bijaksana dengan tetapmenjaga keseimbangan antarapemanfaatan dan pelindungan yangberkelanjutan bagi generasi sekarangmaupun yang akan datang.

    Pengaturan tindakan konservasikeanekaragaman hayati diharapkanmampu menjamin kepastian hukumhubungan antara masyarakat dengansumber daya alam hayati, kelestariansumber daya alam hayati, pemenuhanhak-hak dasar masyarakat dalamkaitannya dengan sumber daya alamhayati, serta terjaminnya distribusimanfaat secara adil dan berkelanjutan.

    Dewasa ini telah ada Undang-Undang yang mengatur tentangkonservasi yaitu UU No. 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan Ekosistemnya. Undang-undang ini telah berumur hampir 25tahun, dan selama masa tersebut telahmampu menjadi dasar penyelenggaraankonservasi sumber daya alam hayatidan ekosistemnya. Namun demikiandalam tenggang waktu tersebut telah

    7.8. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),

    Pasal 28H dan Pasal 33 ayat (3)dan (4) Undang-Undang dasar1945;

    2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1994 tentang Pengesahan UnitedNations Convention on BiologicalDiversity (Konvensi PerserikatanBangsa-Bangsa mengenaiKeanekaragaman Hayati(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 41,Tambahan Lembaran NegaraNomor 3556);

    3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun2013 tentang Pengesahan NagoyaProtocol on Access to GeneticResources and the Fair andEquitable Sharing of BenefitsArising from Their Utilization to theConvention on Biological Diversity(Protokol Nagoya tentang Aksespada Sumber Daya Genetik yang

  • 5 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    Timbul dari Pemanfaatannya atasKonvensi Keanekaragaman Hayati)(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2013 Nomor 73,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5412).

    terjadi banyak sekali perubahanlingkungan strategis nasional sepertiberubahnya sistem politik danpemerintahan dari sentralisasi kedesentralisasi dan demokratisasi,maupun perubahan pada tataran globalberupa bergesernya beberapa kebijakaninternasional dalam penyelenggaraankonservasi.

    Lingkungan strategisinternasional, telah banyak mengalamiperubahan tercermin dalamkesepakatan internasional mengenaiprinsip pembangunan berkelanjutan,Millenium Development Growths (MDGs),kesepakatan yang berkaitan denganperubahan iklim dan lain–lain.Perubahan tersebut telah mendorongdibangunnya upaya bersama untukmelaksanakan pembangunan denganprinsip “pertumbuhan hijau”ataudikenal juga dengan ekonomi hijau,dimana pembangunan diarahkan untukmenjamin kehidupan manusia danterselenggaranya keadilan sosialsekaligus meminimalkan dampak burukekologis, serta kelangkaan sumber dayaalam hayati dengan emisi rendahkarbon dan pemanfaatan efisien sesuaidengan daya dukung lingkungan.

    Secara nasional, perubahanlingkungan strategis yang paling

  • 6 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    menonjol adalah berubahnya sistempemerintahan RI dari sentralisasi kedesentralisasi. Dengan perubahan inisebagain besar penyelenggaraanpembangunan termasuk pembangunanyang berkaitan dengan sumber dayaalam telah ditetapkan menjadikewenangan Pemerintah Daerah. Dalampenyelenggaraan pembangunan telahditetapkan prinsip concurrency denganmemperhatikan eksternalitas, dampakserta efisiensinya. Pengelolaan kawasanhutan konservasi seperti tamannasional secara tegas memang masihmenjadi kewenangan Pemerintah(pusat); sedang kegiatan lainnyatermasuk konservasi diluar kawasanhutan negara seharusnya menjadikewenangan daerah.

    Disamping berubahnya sistempemerintahan, perubahan yang jugamenonjol di tingkat nasional adalahreformasi yang berkaitan denganperbaikan pelayanan publik, pesatnyapertumbuhan teknologi informasi, sertamenguatnya kelembagaan masyarakatadat, menguatnya peran DPR/DPRDdan DPD serta peran Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM) dalam mendorongarah pembangunan ke depan.

    Perubahan strategis ini mendorongperlunya peningkatan peran para pihak,

  • 7 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dan masyarakat serta keberpihakankepada kesejahteraan masyarakatdalam pengurusan konservasi diIndonesia tanpa mengorbankankonservasi sumber daya alam itusendiri.

    Kondisi di atas, sertamemperhatikan tantangan ke depanseperti menguatnya tekananmasyarakat terhadap kawasankonservasi, meningkatnya jumlahpenduduk yang memerlukan percepatanpembangunan di segala sektormemerlukan legislasi nasional mengenaikonservasi yang mampu melindungikeanekaragaman hayati secara efektifserta menjamin kemanfaatan bagimasyarakat; sehingga dipandang perluuntuk mengganti Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayatidan Ekosistemnya dengan undang-undang yang dapat memberi jaminanyang lebih kokoh dalampenyelenggaraan konservasikeanekaragaman hayati.

    Undang-Undang ini disusunsebagai jawaban terhadap kondisi diatas dengan memperhatikankeselarasan hubungan antara makhlukhidup dan lingkungannya dimanamanusia tidak menjadi inti dari

  • 8 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    kehidupan tetapi manusia harusmenjaga kelestarian keanekaragamanhayati demi kelangsungan hidupnyaatau pada setiap kegiatanpembangunan harus selalu menjaminterjadinya harmonisasi hubunganantara kehidupan manusia denganalam dan budayanya.

    Konservasi keanekaragamanhayati dalam Undang-Undang Nomor 5Tahun 1990 meliputi tiga aspek utamayaitu, yang didasarkan pada StrategiKonservasi Dunia. Sesuai denganPerlindungan keanekaragaman hayatimeliputi berbagai kegiatan seperti:

    a. perlindungan ekosistem, jenis dangenetik yang merupakan kegiatanperlindungan penyangga kehidupan;

    b. penetapan status perlindungan jenisdan kawasan dan larangan; serta

    c. pengaturan akses dan kelembagaanterhadap sumber daya genetik danpembagian keuntungan.

    Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990menggunakan istilah pengawetan dalamkegiatan penetapan status perlindunganjenis dan kawasan serta larangannya,dalam UU ini pengawetan tidak lagidipergunakan karena kegiatan

  • 9 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    utamanya adalah perlindungan,disamping itu penggunaan istilahpengawetan memberi konotasi yangterbatas dan statis.

    Pengaturan konservasikeanekaragaman hayati kedepandiharapkan mampu:

    a. mencegah kerusakan ataukepunahan serta menjaminkelestarian fungsi dan manfaatkeanekaragaman hayati bagikeberlangsungan sistem penyanggakehidupan;

    b. meningkatnya luasan jaringankawasan konservasi, sertakesejahteraan satwa liar;

    c. meningkatkan koordinasi lintassektor bagi keberhasilan konservasi,serta semakin efektifnya kegiataankoordinasi di bawah sekretariatnasional konservasi bagipembangunan;

    d. mengatur kegiatan konservasi secarautuh termasuk posisinya sebagaipenentu sistem penyanggakehidupan;

    e. meningkatkan peluang lapanganpekerjaan berbasis kelestarian bagimasyarakat disekitar wilayah

  • 10 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    konservasi, meningkatnya legalitasdan penghasilan pengelolaan jasahutan, serta terkendalinya konflikkawasan / konflik satwa;

    f. mewujudkan prinsip tata kelolapemerintahan yang baik dibidangkonservasi kehati, dalam hal initermasuk meningkatnya partisipasipara pihak dalam kegiatankonservasi termasuk dalam hal iniyang berhubungan denganketerbatasan dana pemerintah;

    g. meningkatnya keadilan dalampenegakan hukum, serta tumbuhnyaefek jera bagi setiap tindakanmerusak atau yang dapatmengganggu kelestarian kehati;

    h. mengisi kekosongan hukum, antaralain dalam pengaturan konservasigenetik, kesejahteraan satwa,perlindungan wilayah konservasibukan kawasan konservasi (sepertizona penyangga, wilayah dengankeanekaragaman hayati tinggi).

    Pokok-pokok materi yang diatur dalamUndang-Undang ini meliputi :

    a. perlindungan dalam undang-undangini meliputi pengaturan terhadaphal-hal yang selama ini dikenal

  • 11 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dengan kegiatan pengawetan jenisdan ekosistemnya serta perlindungansistem penyangga kehidupan.

    Perlindungan keanekaragamanhayati merupakan perlindunganunsur-unsur keanekaragaman hayatiberupa genetik dan spesies yangmerupakan unsur utama penyanggakehidupan manusia. Dengandemikian undang-undang ini tidaksecara khusus mengaturperlindungan sistem penyanggakehidupan.

    Pengaturan perlindungankeanekaragaman hayatidimaksudkan untuk mencegahkerusakan atau kepunahan danmenjamin kelestarian fungsi danmanfaat keanekaragaman hayatiuntuk menyangga kehidupanmanusia.

    Perlindungan keanekaragamanhayati meliputi penetapan statusperlindungan dan pengaturanpengelolaan kehati.

    b. pemanfaatan diutamakan untukkelestarian keanekaragaman hayatidengan prinsip pemanfaatan ramah

  • 12 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    lingkungan, kelestarian budayasetempat, bermanfaat bagimasyaratakan sekitar baik untukkepentingan komersial maupun nonkomersial dengan tidak melebihidaya dukungnya.

    Pemanfaatan keanekaragaman hayatimeliputi pemanfaatan genetik,spesies dan ekosistem sesuai statusperlindungannya dengan tidakmelebihi daya dukungnya sertameliputi pengaturan terhadapperlindungan terhadap HakKekayaan Intelektual (HAKI), aksestermasuk pembagian keuntunganyang adil dari pemanfaatan sumberdaya genetik, sumber spesimen dansistem produksi.

    c. pemulihan keanekaragaman hayatidimaksudkan untuk mengembalikankondisi keanekaragaman hayati yangterdegradasi atau mengalamikerusakan ke kondisi awal atau ketingkat yang diinginkan.

    Restorasi keanekaragaman hayatidilakukan terhadap sumber dayagenetik, spesies dan ekosistem.

    d. partisipasi yang selama ini belumoptimal, melalui pengaturan ini

  • 13 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    diharapkan akan terus tumbuh danberkembang bagi terwujudnya tujuankonservasi. Kegiatan partisipasiantara lain kerjasama pengelolaan,pengelolaan wilayah konservasi, danpengelolaan wilayah konservasi diluar tanah negara.

    e. pendanaan mengatur sumber-sumber dana konservasi termasukdana hasil kerjasama kegiatankonservasi.

    f. penyelesaian sengketa dimaksudkanuntuk memberikan pilihan kepadapihak-pihak yang bersengketa dibidang konservasi keanekaragamanhayati. Pilihan dimaksudkan untukmembuka kesempatan kepadamasyarakat luas untuk melakukanpeyelesaian sengketa dan efektifitaspenyelesaian sengketa.

    Para pihak yang bersengketa dapatmelakukan gugatan ke pengadilandengan mekanisme gugatan biasa,gugatan perwakilan (class action),gugatan organisasi (legal standing),hak gugat warga negara (citizen suit).

    g. pengamanan dilakukan untukmenjaga terjaminnya kelestariansumber daya alam hayati sertakeseimbangan ekosistemnya, dan

  • 14 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    hak-hak Negara, masyarakat danperorangan terhadap sumber dayaalam dan dalam upaya-upayakonservasi sumber daya alam hayatidan ekosistemmnya. Petugas yangbertindak sebagai ujung tombakpengamanan diberi wewenangkepolisian khusus (policing) ataupenyidikan.

    h. kerja sama internasional merupakantindak lanjut pengaturan konvensiinternational pada tingkat genetik,spesies dan ekosistem. Ditujukanuntuk penguatan penyelenggaraankonservasi keanekaragaman hayatipada tingkat internasional, regionaldan nasional.

    i. dicantumkannya sanksi pidana,sanksi administrasi, ganti rugi danrampasan terhadap setiap orangyang melakukan perbuatan pidanadibidang konservasi ditujukan untukadanya efek jera bagi pelaku. Sanksipidana dapat berupa pidanakurungan, denda, dan kerja sosial.Badan hukum yang melakukantindak pidana diancam pidanadengan pemberatan.

    j. pihak-pihak yang berjasa dalamupaya pencegahan, pemberantasan,atau pengungkapan tindak pidana

  • 15 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    konservasi diberi insentif olehpemerintah dari hasil lelang.

    9. DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIKINDONESIA

    DANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    10. Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANGKONSERVASI KEANEKARAGAMANHAYATI

    11. BAB IKETENTUAN UMUM

    12. Pasal 1

    Dalam Undang-Undang ini yangdimaksud dengan :

    Cukup Jelas

    13. 1. Konservasi adalah tindakanpelindungan, pelestarian, danpemanfaatan sumber daya alamyang dilakukan secara bijaksanadalam rangka memenuhikebutuhan generasi saat ini dan

  • 16 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    generasi masa mendatang.

    14. 2. Keanekaragaman Hayati adalahkeanekaragaman diantaraorganisme hidup baik yang ada didaratan maupun di perairanbeserta proses ekologisnya,sehingga terbentukkeanekaragaman genetik di dalamspesies, keanekaragaman di antaraspesies dan keanekaragamanekosistem.

    15. 3. Sumber Daya Alam Hayati adalahkomponen-komponenkeanekaragaman hayati yangbernilai aktual maupun potensialbagi kemanusiaan.

    16. 4. Konservasi KeanekaragamanHayati adalah tindakanpelindungan, pelestarian, danpemanfaatan sumber dayaalamhayati dan ekosistem yangdilakukan secara bijaksana untukmenjamin kesinambungankeberadaan, manfaat, dan nilainyadengan tetap memelihara danmeningkatkan kualitaskeanekaragaman untuk memenuhikebutuhan generasi saat ini dangenerasi masa mendatang.

    17. 5. Pelindungan Penyangga Kehidupandi bidang keanekaragaman hayati

  • 17 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    untuk selanjutnya disebut denganpelindungan penyangga kehidupanadalah pelindungan atas sumberdaya genetik, spesies danekosistem.

    18. 6. Genetik atau yang selanjutnyadisebut Gen, adalah satu unit fisikdan fungsional dasar daripembawa sifat keturunan yangterdiri dari satu segmen (sekuens)DNA (Deoxyribo Nucleic Acid).

    19. 7. Materi Genetik adalah materi daritumbuhan, satwa, danmikroorganisme yang mengandungunit fungsional pewarisan sifat(hereditas).

    20. 8. Sumber Daya Genetik adalahmateri genetik, informasi yangterkandung di dalamnya, informasimengenai asal-usul, dan/ataubagian-bagian dan turunan daritumbuhan, satwa, atau jasad renikyang mengandung maupun tidakmengandung unit-unit fungsionalpewarisan sifat yang mempunyainilai nyata atau potensial yangdiperoleh dari kondisi insitudan/atau koleksi ex-situ dan yangtelah didomestikasi di dalamwilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia termasuk landas

  • 18 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    kontinen dan zona ekonomieksklusif.

    21. 9. Pelestarian Sumber Daya Genetikadalah rangkaian upayamempertahankan keberadaan dankeanekaragaman sumber dayagenetik dalam kondisi dan potensiyang memungkinkan untukdimanfaatkan secaraberkelanjutan.

    22. 10. Pemanfaatan Sumber DayaGenetik adalah kegiatanpenelitian, pengembangan, ataupengusahaan secara berkelanjutansumber daya genetik dan/atauderivatifnya, termasuk melaluipenerapan bioteknologi.

    23. 11. Masyarakat Hukum Adat adalahkelompok masyarakat yang secaraturun temurun bermukim diwilayah geografis tertentu karenaadanya ikatan pada asal usulleluhur, adanya hubungan yangkuat dengan lingkungan hidup,serta adanya sistem nilai yangmenentukan pranata ekonomi,politik, sosial dan hukum, yangmemiliki sumber daya genetikdan pengetahuan tradisionalterkait sumber daya genetik.

  • 19 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    24. 12. Masyarakat Lokal adalahsekelompok orang yang telahtinggal dalam tenggang waktu yangcukup lama di suatu tempat ataudaerah sehingga dapat dipandangsebagai satu kesatuan denganlingkungannya.

    25. 13. Kesepakatan Bersama adalahperjanjian tertulis berisipersyaratan dan kondisi yangdisepakati antara penyedia sumberdaya genetik dan pemohon akses.

    26. 14. Pembagian Keuntungan adalahkegiatan pendistribusiankeuntungan secara finansialdan/atau non-finansial yangberasal dari penelitian,pengembangan, komersialisasi,pemberian lisensi, atau bentuk-bentuk pemanfaatan lainnyasebagai hasil dari akses terhadapsumber daya genetik.

    27. 15. Bioprospeksi adalah kegiataneksplorasi, ekstraksi danpenapisan sumber daya alamhayati untuk pemanfaatan secarakomersial sumber daya genetikdan biokimia yang bernilai tinggi.

    28. 16. Kondisi Habitat Alami adalahkondisi sumber daya genetik yangterdapat dalam ekosistem dan

  • 20 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    habitat alami, dan dalam hal jenis-jenis terdomestikasi ataubudidaya, di dalam lingkungantempat sifat-sifat khususnyaberkembang.

    29. 17. Kawasan Konservasi adalahwilayah daratan dan atau perairanyang ditetapkan oleh pemerintahdan dikelola untuk terwujudnyakonservasi keanekaragaman hayatidan ekosistem.

    30. 18. Ekosistem adalah hubungantimbal balik yang dinamis antarakomunitas tumbuhan, satwa danjasad renik dengan lingkungannon-hayati yang salingbergantung,pengaruhmempengaruhi dan berinteraksisebagai suatu kesatuan yangsecara bersama-sama membentukfungsi yang khas.

    31. 19. Lingkungan Non-Hayati adalahunsur-unsur klimatik (iklim) danunsur-unsur edafik (tanah danbatuan).

    32. 20. Bentang Alam (lansekap) adalahmosaik geografis dari ekosistem-ekosistem atau sub-komponendaripadanya yang salingberinteraksi dimana susunansecara spasial serta modus

  • 21 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    interaksinya mencerminkanpengaruh dari kondisi geologi,iklim, topografi, tanah, biota danaktivitas manusia.

    33. 21. Cagar Alam adalah kawasankonservasi yang memiliki keunikankeadaan alam atau merupakanperwakilan ekosistem, kondisigeologis dan/atau jenis tumbuhantertentu.

    34. 22. Suaka Margasatwa adalahkawasan konservasi yangmempunyai ciri khas berupakeanekaragaman dan/ataukeunikan jenis satwa liar.

    35. 23. Taman Nasional adalah kawasankonservasi yang mempunyaiekosistem asli yang karenakarakteristiknya istimewa sertasecara nasional mempunyai nilaiestetika dan ilmiah yang tinggi,dikelola dengan sistem zonasi.

    36. 24. Taman Buru adalah kawasankonservasi yang secara historistelah merupakan wilayahperburuan tradisional, dihuni olehjenis satwa liar atau kawasankonservasi karena pertimbangantertentu ditetapkan dan dikelolauntuk kegiatan olah ragaperburuan satwa secara

  • 22 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    terkendali.

    37. 25. Taman Wisata Alam adalahkawasan konservasi yangditetapkan yang memilikikekhasan fenomena alam ataugabungan fenomena alam danbudaya.

    38. 26. Taman Hutan Raya adalahkawasan konservasi yang terdiridari hutan buatan dan hutan alamyang mewakili ekosistem setempatserta memiliki nilai-nilai estetikaalam, atau nilai-nilai estetika alamyang berasosiasi dengan budayatrsadisional.

    39. 27. Ekosistem Esensial adalahekosistem di luar kawasankonservasi yang secara ekologispenting bagi konservasikeanekaragaman hayati.

    40. 28. Spesies adalah individu, populasiatau agregasi semua jenistumbuhan atau satwa, sub spesiestumbuhan atau satwa danpopulasi yang secara geografisterpisah.

    41. 29. Populasi adalah jumlah seluruhindividu yang dapat diukur darisuatu spesies atau jenis tumbuhanatau satwa di tempat tertentu.

  • 23 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    42. 30. Sub-Populasi adalah bagian daripopulasi yang merupakankelompok yang secara geografisterpisah (dipisahkan oleh batas-batas geografis) atau kelompokyang berbeda nyata yang satusama lain tidak ada atau sedikitinteraksi.

    43. 31. Tumbuhan Liar adalah tumbuhanyang hidup di alam bebas dan ataudipelihara yang masih mempunyaikemurnian jenisnya.

    44. 32. Satwa Liar adalah semua binatangyang hidup di darat, dan/atau diair dan/atau di udara yang masihmempunyai sifat-sifat liar baikhidup bebas maupun yangdipelihara oleh manusia.

    45. 33. Sifat Liar adalah sifat yang melekatpada spesies yang secara fenotipdan genotip menunjukkan keliaran(genetically wild).

    46. 34. Habitat adalah lingkungan tempattumbuhan atau satwa dapat hidupdan berkembang secara alami.

    47. 35. Spesimen Tumbuhan atau Satwaadalah fisik tumbuhan atau satwabaik hidup maupun mati termasukbagian-bagiannya atauturunannya yang masih dapat

  • 24 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dikenali secara visual maupundengan teknologi.

    48. 36. Pengetahuan Tradisional yangberasosiasi dengan sumber rdayagenetik adalah informasi ataupraktek baik secara individumaupun kolektif dari masyarakatadat atau lokal, yang bernilaipotensial atau riil terkait atauberasosiasi dengan sumber dayagenetik.

    49. 37. Akses terhadap Sumber DayaGenetik adalah kegiatanmemperoleh sampel atau contohdari komponen-komponen sumberdaya genetik untuk tujuan risetilmiah, pengembangan teknologi,atau bioprospeksi, yang terkaituntuk aplikasi industri ataulainnya.

    50. 38. Akses terhadap PengetahuanTradisional yang berasosiasidengan sumber daya genetikadalah kegiatan memperolehinformasi dari pengetahuan ataupraktek-praktek tradisional baikindividual maupun kolektif darimasyarakat adat atau lokal, untuktujuan riset ilmiah, pengembanganteknologi atau bioprospeksi, yangterkait untuk aplikasi industri

  • 25 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    atau lainnya.

    51. 39. Perjanjian Transfer Materi (MaterialTransfer Agreement/MTA) adalahinstrumen untuk mengakses yangditandatangani oleh lembagapenerima sebelum membawa ataumengangkut ataumentransportasikan komponen-komponen sumber daya genetik,yang apabila ada denganmenyebutkan adanya aksesterhadap pengetahuan tradisionalyang terasosiasi dengannya.

    52. 40. Bioteknologi adalah aplikasiteknologi yang menggunakansistem-sistem biologis, organismehidup atau bagian-bagian atauturunan-turunan daripadanya,untuk memodifikasi produk atauproses untuk tujuan tertentu.

    53. 41. Menteri adalah menteri yangdiserahi tugas dan tanggung jawabdi bidang konservasikeanekaragaman hayati.

    54. Pasal 2

    Konservasi keanekaragaman hayatidiselenggarakan berdasarkan asas:

    55. a. kelestarian dan kemanfaatan Yang dimaksud dengan “Asas

  • 26 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    berkelanjutan; kelestarian” adalah usahapengendalian/pembatasan dalampemanfaatan sumber daya alam hayatidan ekosistemnya sehinggapemanfaatan tersebut dapat dilakukansecara terus menerus pada masamendatang.

    Yang dimaksud dengan “Asaskemanfaatan yang berkelanjutan”adalah bahwa penyelenggaraankonservasi sumber daya alam hayatidapat memberikan manfaat bagikemanusiaan, peningkatankesejahteraan rakyat, danpengembangan peri kehidupan yangberkesinambungan bagi warga negara,secara merata dan adil sertapeningkatan kelestarian sumber dayaalam hayati. Pemanfaatan sumber dayaalam hayati tidak melebihi kemampuanregenerasi sumber daya hayati atau lajuinovasi substitusi sumber daya non-hayati.

    56. b. keadilan; Yang dimaksud dengan “asas keadilan”adalah bahwa pelestarian danpemanfaatan keanekaragaman hayatiharus mencerminkan keadilan secara

  • 27 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    proporsional bagi setiap warga negara,baik lintas daerah, lintas generasi,maupun lintas gender.

    57. c. kehati-hatian; Yang dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidakpastianmengenai dampak suatu usahadan/atau kegiatan karena keterbatasanpenguasaan dan teknologi bukanmerupakan alasan untuk menundalangkah-langkah meminimalisasi ataumenghindari ancaman terhadappencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup.

    58. d. partisipatif; dan Yang dimaksud dengan “asaspartisipatif” adalah bahwa setiapanggota masyarakat didorong untukberperan aktif dalam prosespengambilan keputusan danpelaksanaan konservasikeanekaragaman hayati, baik secaralangsung maupun tidak langsung.

    59. e. tata kelola pemerintahan yangbaik.

    Yang dimaksud dengan “asas tata kelolapemerintahan yang baik” adalah bahwakonservasi keanekaragaman hayatidijiwai oleh prinsip partisipasi,transparansi, akuntabilitas, efisiensi,dan keadilan.

  • 28 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    60. Pasal 3

    Penyelenggaraan konservasikeanekaragaman hayati bertujuanuntuk :

    61. a. meletakkan dasar pengakuanterhadap harkat sumber dayagenetik dan spesies dalam suatuekosistem sebagai sumber dayaalam hayati beserta pengetahuantradisional yang terasosiasi dengansumber daya genetik;

    Cukup jelas.

    62. b. mengendalikan pemanfaatanberkelanjutan keanekaragamanhayati untuk menjaga kelestarianfungsi keanekaragaman hayatidalam rangka menjaminterpenuhinya keadilan generasimasa kini dan masa depan;

    Cukup jelas.

    63. c. memastikan pembagiankeuntungan sosial dan ekonomiyang adil dan berimbang dalamrangka mendukung upayapeningkatan kesejahteraanmasyarakat; dan

    Cukup jelas.

    64. d. mengantisipasi isu lingkunganglobal.

    Cukup jelas.

    65. Pasal 4

  • 29 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    Ruang lingkup undang-undangkonservasi keanekaragaman hayatimeliputi:

    66. a. pelindungan penyanggakehidupan;

    67. b. pelestarian keanekaragamanhayati;

    68. c. pemanfaatan keanekaragamanhayati;

    69. d. pengamanan; dan

    70. e. penegakan hukum.

    71. BAB IIPELINDUNGAN PENYANGGA

    KEHIDUPAN72.73. Bagian Kesatu

    Umum

    74. Pasal 5

    (1) Pemerintah Pusatmenyelenggarakan pelindunganpenyangga kehidupan di bidangkeanekaragaman hayati.

    Cukup jelas.

    75. (2) Pelindungan penyanggakehidupan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diselenggarakan

  • 30 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    melalui:76. a. inventarisasi; dan Cukup jelas.77. b. penetapan status perlindungan. Cukup jelas.78. (3) Inventarisasi keanekaragaman

    hayati dan penetapan statuspelindungan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukanpada tingkat:

    79. a. spesies; Cukup jelas.80. b. sumber daya genetik; dan Cukup jelas.81. c. ekosistem. Cukup jelas.

    82. Bagian KeduaInventarisasi

    83.84. Pasal 6

    Inventarisasi keanekaragaman hayatidilaksanakan untuk memperoleh datadan informasi yang meliputi:

    85. a. potensi dan ketersediaan; Cukup jelas.

    86. b. jenis yang dimanfaatkan; Cukup jelas.

    87. c. bentuk penguasaan; Yang dimaksud dengan bentukpenguasaan merupakan bentukpenguasaan oleh mayarakat adatdan/atau masyarakat lokal yangsenyata-nyatanya ada di lapangandengan itikad baik.

  • 31 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    88. d. pengetahuan pengelolaan; Cukup jelas.

    89. e. bentuk kerusakan; dan Cukup jelas.

    90. f. konflik dan penyebab konflik yangtimbul akibat pengelolaan.

    Cukup jelas.

    91. Bagian Ketiga

    Penetapan Status Perlindungan

    92. Paragraf 1

    Spesies

    93. Pasal 7

    (1) Penetapan status perlindunganspesies dilakukan terhadaptumbuhan liar dan satwa liarberdasarkan tingkat ancamankepunahan.

    Cukup jelas.

    94. (2) Tingkat ancaman kepunahanspesies sebagaimana dimaksudpada ayat (1) terdiri dari:

    95. a. kategori spesies dilindungi; Cukup jelas.

    96. b. kategori spesies dikendalikan;dan

    Cukup jelas.

  • 32 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    97. c. kategori spesies dipantau. Cukup jelas.

    98. (3) Ketentuan kategorisasisebagaimana dimaksud pada ayat(2) tidak berlaku bagi:

    99. a. spesimen satwa liar pra-perlindungan; dan

    Yang dimaksud dengan spesimen satwaliar pra-perlindungan adalah spesimensatwa liar yang diperoleh atau dimilikisebelum spesies yang bersangkutandimasukkan ke dalam salah satukategori perlindungan spesiessepanjang dapat dibuktikan melaluidokumen-dokumen perizinan yang sah.

    100. b. spesimen tumbuhan liar. Spesimen tumbuhan liar antara lain,biji, benang sari (serbuk sari), bungapotong, anakan, atau hasil kulturjaringan yang diperoleh secara in vitro,dapat berupa spesimen di dalam mediacair maupun padat dan dibawa didalam kontainer steril dari hasilperbanyakan tumbuhan.

    101. (4) Status perlindungan spesiessebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan dengan atauberdasarkan PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    102. (5) Menteri dapat mengubah statusperlindungan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (2)

    Cukup jelas.

  • 33 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    berdasarkan rekomendasi dariKomisi KonservasiKeanekaragaman Hayati.

    103. (6) Rekomendasi sebagaimanadimaksud pada ayat (5) harusberdasarkan pada kajian ilmiahdan analisis kebijakan sosialbudaya masyarakat.

    Cukup jelas.

    104. Pasal 8

    Kategori spesies dilindungisebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) huruf a merupakan spesiesdengan kriteria:

    105. a. populasi di alamnya berada dalambahaya kepunahan atau kritis daribahaya kepunahan;

    Kondisi barada dalam bahayakepunahan (critically endangered) bisaterjadi antara lain akibat mendapatkantekanan pemanfaatan dan/ataumendapatkan tekanan akibatkerusakan habitat.

    106. b. populasi di hábitat alamnya kecilatau langka;

    Yang dimaksud dengan spesies yangpopulasi di habitat alamnya kecil ataulangka dicirikan oleh paling tidak salahsatu dari hal-hal berikut:

    a. diketahui atau diduga terjadipenurunan secara tajam padajumlah individu di alam serta

  • 34 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    penurunan luas dan kualitas habitat;

    b. jumlah sub populasi kecil;

    c. mayoritas individu dalam satu ataulebih fase sejarah hidupnya pernahterkonsentrasi hanya pada satu atausedikit sub populasi saja;

    d. dalam waktu yang pendek pernahmengalami fluktuasi yang tajam padajumlah individu;

    e. karena sifat biologis dan perilakuspesies tersebut, seperti migrasi,spesies tersebut rentan terhadapbahaya kepunahan; dan/atau

    f. analisis kuantitatif memperlihatkankemungkinan atau peluangterjadinya kepunahan adalah 20 (duapuluh) persen sampai dengan 50(lima puluh) persen dalam waktu 10(sepuluh) sampai 20 (dua puluh)tahun atau dalam 3 (tiga) sampai 5(lima) generasi yang akan datang.

    107. c. merupakan spesies endemik yangpenyebarannya terbatas;

    Spesies endemik yang penyebarannyaterbatas dicirikan dengan paling sedikitsalah satu dari hal-hal berikut yaitu:

    a. hanya terdapat di satu ataubeberapa lokasi atau pulau;

    b. populasi terpisah-pisah atau

  • 35 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    terfragmentasi;

    c. terjadi fluktuasi yang besar padajumlah populasi atau luas arealpenyebarannya;

    d. adanya dugaan penurunan yangtajam pada areal penyebarannya,jumlah sub populasi, jumlahindividu, luas dan kualitas habitatatau potensi reproduksi.

    108. d. spesies yang secara biologis lebihmemenuhi kriteria spesiesdikendalikan namun secara visualmirip dan sulit dibedakan denganspesies dilindungi; dan/atau

    Cukup jelas.

    109. e. spesies yang termasuk dalamAppendix I Convention onInternational Trade in EndangeredSpecies (CITES).

    Cukup jelas.

    110. Pasal 9

    (1) Spesimen satwa hasilpengembangbiakan atau spesimentumbuhan hasil perbanyakan didalam kondisi terkontrol yangtermasuk dalam kategori spesiesdilindungi dapat diperlakukansebagai kategori spesiesdikendalikan.

    Yang dimaksud dengan hasilpengembangbiakan atau perbanyakandi dalam lingkungan terkontrol adalahgenerasi kedua (F2) dan seterusnya dariperkembangbiakan atau perbanyakanspesimen dilindungi.

  • 36 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    111. (2) Menteri mengusulkan spesiesdilindungi yang dapatdiperlakukan sebagai spesiesdikendalikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1)berdasarkan rekomendasi dariKomisi KonservasiKeanekaragaman Hayati.

    Cukup jelas.

    112. (3) Rekomendasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) didasarkanpada hasil kajian ilmiah melaluipengawasan dan evaluasi ataspopulasi dari kegiatanpengembangbiakan satwa atauperbanyakan tumbuhan.

    Cukup jelas.

    113. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara penetapan, rekomendasidan kajian ilmiah sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat(3) diatur dengan PeraturanMenteri.

    Cukup jelas.

    114.

    115. Pasal 10

    Kategori spesies dikendalikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) huruf b merupakan spesiesdengan kriteria:

    116. a. jumlah populasinya sedikit atauterbatas;

    Cukup jelas.

  • 37 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    117. b. merupakan spesies yang saat inibelum berada dalam bahayakepunahan, namun akan dapatberada dalam bahaya kepunahanapabila pemanfaatannya tidakdikendalikan;

    Yang dimaksud dengan pemanfaatanyang tidak dikendalikan adalahpemanfaatan yang melebihikemampuan populasi untukmeregenerasi diri.

    118. c. jumlah populasinya masih banyaknamun secara visual mirip atausulit dibedakan dengan kategorispesies dikendalikan; dan/atau

    Yang termasuk dalam spesies yangsecara visual mirip atau sulit dibedakanyaitu spesies yang populasinya di alamsaat ini masih melimpah sehinggasebenarnya masuk kriteria spesiesdipantau, namun menjadi banyakdimanfaatkan karena kemiripanfisiknya dengan spesies yangdikendalikan sehingga mempengaruhiefektivitas pelindungan spesiesdikendalikan yang mirip dengannya.Perlakuan terhadap spesies dimaksudsama dengan perlakuan terhadapspesies dikendalikan.

    119. d. spesies yang termasuk dalamAppendix II CITES.

    120. Pasal 11

    Kategori spesies dipantausebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (2) huruf c merupakan spesies

    Pemantauan pemanfaatan dilakukanuntuk mengetahui kemampuanpopulasi suatu spesies dalam menerimatekanan pemanfaatan. Pemantauanpemanfaatan dilakukan antara lain

  • 38 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dengan kriteria populasi di habitatalamnya dalam keadaan melimpahnamun mendapat tekanan dariaktivitas pemanfaatan.

    melalui sistem pencatatan danpendataan pemanfaatan yang teratursehingga diperoleh informasi yangmemadai untuk penetapan kebijakanapabila perdagangannya dianggap dapatmengancam keadaan populasinya dihabitat.

    121. Pasal 12

    Dalam hal terdapat perbedaan statusperlindungan spesies menurutperjanjian internasional yang telahdiratifikasi dengan statusperlindungan spesies yang ditetapkandalam peraturan perundang-undangan, maka status yangdigunakan adalah statusperlindungan spesies yang ditetapkandalam peraturan perundang-undangan.

    Perjanjian internasional yang telahdiratifikasi adalah perjanjianinternasional mengenai satwa dantumbuhan liar yang telah diratifikasi,diantaranya Convention on InternationalTrade in Endangered Species of WildFauna and Flora (CITES).

    Ketentuan pasal ini tidak berlaku bagispesies dilindungi menurut perjanjianinternasional atau status spesies yangberlaku di negara asal ketika spesiesyang dimaksud masuk ke dalamwilayah Indonesia.

    122. Pasal 13

    (1) Dalam hal terjadi perubahanstatus dari pra-perlindunganmenjadi perlindungan, ditetapkansuatu masa transisi.

    Masa transisi hanya diberlakukanuntuk waktu paling lama 90 (sembilanpuluh) hari sejak tanggal ditetapkan.

  • 39 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    123. (2) Dalam masa transisi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), setiaporang yang memiliki spesimen pra-perlindungan harus melakukanpendaftaran dan mendapatkanpenandaan terhadap spesimenpra-perlindungan yang dimilikinya.

    Yang dimaksud dengan ketentuanantara adalah tindakan Pemerintahuntuk melindungi dan/ataumenanggulangi ancaman bahayakepunahan pada spesies tertentu dalammasa transisi. Ketentuan antaramisalnya pada saat suatu spesiesmasuk ke dalam Appendix CITES,Pemerintah memasukkan instrumenreservasi dalam masa transisi.

    124. (3) Apabila masa transisi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terlewati,spesimen pra-perlindungan yangditetapkan menjadi milikpemerintah .

    Penetapan masa transisi dilakukanuntuk kepentingan konservasi yaitumenyelamatkan populasi spesimen pra-perlindungan agar terhindar darikepunahan atau bahaya kepunahan.

    125. Pasal 14

    (1) Dalam mendukungpenyelenggaraan pelindunganspesies, Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerahdapat menetapkan tumbuhan liaratau satwa liar sebagai tumbuhanatau satwa kharismatik.

    “Satwa kharismatik” adalah satwa yangmengundang empati atau emosimanusia sehingga keberadaannya dapatdiidentikkan sebagai “duta”, ikon atausimbol suatu tempat, daerah ataunegara. Satwa kharismatik biasanyamerupakan satwa besar yang kondisipopulasinya terancam bahayakepunahan antara lain Harimau, Gajah,Badak, Orangutan dan Komodo.

  • 40 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    126. (2) Masyarakat dapat memberikanusulan dalam penetapantumbuhan atau satwa kharismatiksebagaimana dimaksud pada ayat(1).

    Cukup jelas.

    127. (3) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah dapatmengusulkan satwa kharismatikmasuk ke dalam statuspelindungan spesies.

    Cukup jelas.

    128. Pasal 15

    (1) Bagi spesimen dari spesiestumbuhan, pada saat penetapanstatus perlindungan wajibmenyertakan anotasi atas bagian-bagian spesimen tumbuhan.

    Yang dimaksud dengan anotasi adalahketentuan yang memasukkan ataumengecualikan bagian-bagian atauturunan tertentu dari tumbuhan didalam pencatuman spesies tumbuhanke dalam katagorisasi pelindunganspesies tumbuhan. Pengecualian dapatdilakukan karena sifat tumbuhan yangapabila bagian-bagian tertentu daritumbuhan dikecualikan daripengaturan maka tidak akanmempengaruhi kelestarian spesies yangbersangkutan.

    129. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaianotasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri.

    Cukup jelas.

  • 41 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    130. Pasal 16

    Ketentuan lebih lanjut mengenaistatus perlindungan spesiessebagaimana dimaksud pada Pasal 7,Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dalamPeraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    131. Paragraf 2Sumber Daya Genetik

    132. Pasal 17

    (1) Penetapan status perlindungansumber daya genetik dilakukandengan membuat daftar spesiestarget yang diprioritaskan bagipelindungan sumber daya genetik.

    Cukup jelas.

    133. (2) Menteri menetapkan danmengubah daftar spesies targetsebagaimana dimaksud pada ayat(1) dengan memperhatikanrekomendasi Komisi KonservasiKeanekaragaman Hayati.

    Cukup jelas.

    134. (3) Daftar spesies target sebagaimanadimaksud pada ayat (2) termasukinformasi tentang sumber daya

    Cukup jelas.

  • 42 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    genetik yang terkandung didalamnya menjadi bagian darimateri sistem basis data daninformasi yang dikembangkanDewan Pengelola Sumber DayaGenetik.

    135. Pasal 18

    Penetapan spesies target sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 dilakukanberdasarkan kriteria:

    136. a. spesies yang mendukungbudidaya.

    Cukup jelas.

    137. b. spesies yang secara langsungdiperdagangkan atau bernilaikomersial; atau

    Cukup jelas.

    138. c. spesies yang mendukungbudidaya.

    Cukup jelas.

    139. Pasal 19

    Ketentuan lebih lanjut mengenaipenetapan dan perubahan spesiestarget sumber daya genetik diaturdalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

  • 43 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    140. Paragraf 3Ekosistem

    141. Pasal 20

    Penetapan status pelindunganekosistem dilakukan melaluipenetapan:

    142. a. kawasan konservasi; dan Cukup jelas.

    143. b. kawasan ekosistem esensial. Cukup jelas.

    144. Pasal 21

    (1) Penetapan kawasan konservasisebagaimana dimaksud dalamPasal 20 huruf a dilakukan melaluipengukuhan:

    145. a. Cagar Alam; Cukup jelas.

    146. b. Taman Nasional; Cukup jelas.

    147. c. Taman Wisata Alam; Cukup jelas.

    148. d. Suaka Margasatwa; Cukup jelas.

    149. e. Taman Buru; dan/ atau Cukup jelas.

    150. f. Taman Hutan Raya. Cukup jelas.

  • 44 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    151. (2) Pengukuhan kawasan konservasisebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilakukan sesuai fungsialamiah, tujuan, dan kriteriakawasan konservasi.

    Cukup jelas.

    152. (3) Pengukuhan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukanmelalui proses:

    153. a. penunjukan; Penunjukan kawasan konservasi adalahkegiatan persiapan pengukuhan, antaralain berupa:

    a. pembuatan peta penunjukan yangbersifat arahan batas luar;

    b. pemancangan batas sementara ataukoordinat geografis;

    c. pengumunan tentang rencana bataskawasan terutama di lokasi yangberbatasan dengan tanah hak ataulokasi yang rawan gangguankeamanan;

    d. konsultasi publik dimaksudkanuntuk mendapat pertimbangan danmenampung aspirasi darimasyarakat, lembaga swadayamasyarakat,sektor swasta, ataulembaga ilmiah, termasuk lembagaperguruan tinggi.

    154. b. penataan batas; Penataan batas dilakukan melalui:

  • 45 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    a. pemasangan tanda batas danpenetapan koordinat geografis ; atau

    b. penetapan titik referensi berupakoordinat geografis bagi kawasankonservasi perairan.

    155. c. pemetaan; dan Cukup jelas.

    156. d. penetapan. Cukup jelas.

    157. Pasal 22

    (1) Penetapan kawasan ekosistemesensial sebagaimana dimaksuddalam Pasal 20 huruf b meliputipenetapan:

    158. a. daerah penyangga kawasankonservasi;

    Yang dimaksud dengan daerahpenyangga kawasan konservasi adalahdaerah di sekitar kawasan konservasiyang dapat berupa ekosistem alamiatau buatan, kawasan produksi, desaatau areal lainnya yang pengelolaanyaditujukan untuk meningkatkan dampakpositif dari masyarakat danmenurunkan dampak negatif padakawasan konservasi.

    159. b. koridor ekologis atau ekosistempenghubung;

    Yang dimaksud dengan koridor ekologisatau ekosistem penghubung adalahareal atau jalur bervegetasi yang cukup

  • 46 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    lebar baik alami maupun buatan yangmenghubungkan dua atau lebih habitatatau kawasan konservasi atau ruangterbuka dan sumberdaya lainnya, yangmemungkinkan terjadinya pergerakanatau pertukaran individu antar populasisatwa atau pergerakan faktor-faktorbiotik sehingga mencegah terjadinyadampak buruk pada habitat yangterfragmentasi pada populasi karena in-breeding dan mencegah penurunankeanekaragaman genetik akibat erosigenetik (genetic drift) yang sering terjadipada populasi yang terisolasi.

    160. c. areal dengan nilai konservasitinggi (NKT);

    Yang dimaksud areal dengan nilaikonservasi tinggi adalah areal ataubentang alam berupa ekosistem yangmemiliki satu atau lebih atribut berikut:

    a. areal yang secara signifikan baik ditingkat global, regional ataunasional mengandung konsentrasinilai-nilai keanekaragaman hayati(seperti endemisme, spesies langka,pengungsian, atau persinggahanspesies migran); dan/atau bentangalam yang cukup luas yang terdapatdi dalam unit pengelolaan ataumencakup unit pengelolaan, dimanapopulasi yang viabel dari mayoritas

  • 47 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    spesies yang tinggal secara alamiberada pada pola yang alami daridistribusi dan kelimpahannya;

    b. areal yang berada atau berisiekosistem langka, terancam ataudalam bahaya kepunahan;

    c. areal yang dapat menyediakan jasaekosistem dasar pada saat terjadisituasi kritis (seperti perlindungantata air daerah aliran sungai danpengendalian erosi, ekosistem kars,ekosistem gambut), areal yangmenjadi ketergantungan darimasyarakat lokal untuk memenuhikebutuhan dasar (seperti subsisten,kesehatan) dan/atau penting bagiidentitas budaya tradisional darimasyarakat lokal (kawasan yangbersama masyarakat diidentifikasisignifikan secara budaya, ekologi,ekonomi atau religi masyarakatlokal).

    Contoh: ekosistem kars yangberfungsi lindung; lahan gambutyang berfungsi lindung; padanglamun.

    161. d. areal konservasi kelolamasyarakat (AKKM);

    Yang dimaksud dengan ArealKonservasi Kelola Masyarakat (AKKM)adalah ekosistem penting baik di dalam

  • 48 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    maupun di luar kawasan hutan,perairan dan Wp3k yang diakui sebagaiareal konservasi yang dikelola olehmasyarakat berdasarkan prinsip-prinsipkonservasi.

    Karakteristik yang mengindikasikanAKKM adalah:

    a. hubungan yang kuat antara satuatau lebih masyarakat adat ataulokal dengan kawasan (teritori,ekosistem, habitat atausumberdaya) dimana hubungantersebut harus menyatu di dalamidentitas masyarakat dan/atauketergantungan untuk kehidupanatau kesejahteraan;

    b. masyarakat adat atau lokalmerupakan pemain utama dalampengambilan keputusan danimplementasi pengelolaankawasan. Pihak lain dapatberkolaborasi sebagai mitra,terutama dalam hal kawasantersebut merupakan kawasannegara, namun keputusan tetappada masyarakat adat atau lokal;

    c. keputusan pengelolaan dan upayadari masyarakat mengarah padakonservasi keanekaragaman

  • 49 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    hayati dan nilai-nilai budaya yangterkait, walaupun disadari bahwatujuan pengelolaan bukan hanyakonservasi.

    162. e. taman keanekaragaman hayati. Cukup jelas.

    163. (2) Penetapan kawasan ekosistemesensial sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan untukmengisi kesenjangan keterwakilanekologis di dalam kawasankonservasi.

    Melalui analisis kesenjanganketerwakilan ekologis dapat diketahuiekosistem esensial yang tidak termasukdalam sistem kawasan konservasi.Apabila ekosistem esensial pentingtersebut tidak atau belum dapatditetapkan menjadi kawasan konservasibaru atau perluasan kawasankonservasi yang sudah ada maka perludiidentifikasi untuk dikelola dalamsistem yang terpadu dengan kawasankonservasi bagi keberlanjutankeanekaragaman hayati yang ada.

    164. (3) Ekosistem esensial sebagaimanadimaksud pada ayat (1) secaraekologis atau secara fisikberhubungan dengan kawasankonservasi.

    Cukup jelas.

    165. (4) Menteri, Gubernur atauBupati/Walikota menetapkankawasan ekosistem esensial sesuaidengan kewenangan sebagaimanadiatur dalam peraturan

    Cukup jelas.

  • 50 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    perundang-undangan yangberlaku.

    166. (5) Penetapan suatu kawasanekosistem esensial dilakukanberdasarkan hasil kajian ilmiah,sosial, dan budaya sertamempertimbangkan usulan darimasyarakat.

    Cukup jelas.

    167. (6) Kajian dimaksud ayat (5) dapatdilakukan oleh lembaga swadayamasyarakat, perguruan tinggi,Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah.

    Cukup jelas.

    168. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenaipenetapan kawasan ekosistemesensial diatur dalam PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    169. Pasal 23

    Dalam hal penetapan daerahpenyangga kawasan konservasi,koridor ekologis atau penghubung,areal dengan nilai konservasi tinggi(NKT), dan taman keanekaragamanhayati, pemegang hak atas tanahnegara atas areal yang ditetapkanwajib mengembalikan sebagian atauseluruh hak atas tanah negara yang

    Cukup jelas.

  • 51 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dipegangnya.

    170. Pasal 24

    Dalam hal penetapan areal konservasikelola masyarakat, Pemerintah Pusatatau Pemerintah Daerah memberikankompensasi kepada pemegang hakatas tanah negara dan/ataupemegang hak milik atas areal yangditetapkan.

    Kompensasi yang diberikan kepadapemegang hak milik dapat berupapenggantian lahan dalam bentuk tukarmenukar.

    171. BAB IIIPELESTARIAN KEANEKARAGAMAN

    HAYATI

    172. Bagian Kesatu

    Umum

    173. Pasal 25

    Pelestarian keanekaragaman hayatidiselenggarakan dalam rangkamencegah kerusakan ataukepunahan serta menjaminkelestarian fungsi dan manfaat

    Cukup jelas.

  • 52 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    keanekaragaman hayati bagi generasisaat ini maupun generasi yang akandatang.

    174. Pasal 26

    Pelestarian keanekaragaman hayatisebagaimana dimaksud dalam Pasal25 dilaksanakan pada tingkat:

    175. a. spesies; Cukup jelas.

    176. b. sumber daya genetik; dan Cukup jelas.

    177. c. ekosistem. Cukup jelas.

    178. Pasal 27

    Pelestarian keanekaragaman hayatidiselenggarakan melalui :

    179. a. pelindungan keanekaragamanhayati; dan

    Cukup jelas.

    180. b. pemulihan keanekaragamanhayati.

    Cukup jelas.

    181. Pasal 28

    (1) Pelindungan keanekaragamanhayati sebagaimana dimaksud

    Cukup jelas.

  • 53 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dalam Pasal 27 huruf adilaksanakan untukmempertahankan viabilitas kondisikeanekaragaman hayati sesuaikondisi awal.

    182. (2) Penentuan viabilitas kondisikeanekaragaman hayati sesuaikondisi awal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkanberdasarkan:

    ii. iii. iv.

    183. a. hasil inventarisasikeanekaragaman hayati;dan/atau

    Cukup jelas.

    184. b. data dan informasi dari lembagailmiah atau dari lembaga lainyang ditunjuk Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerah.

    Cukup jelas.

    185. Pasal 29

    (1) Pelindungan keanekaragamanhayati dilakukan terhadapkeanekaragaman hayati yang telahditetapkan statusperlindungannya.

    Cukup jelas.

    186. (2) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah melakukanpelindungan keanekaragamanhayati sebagaimana dimaksudpada ayat (3) sesuai dengan tugas

    Cukup jelas.

  • 54 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dan kewenangannya.

    187. (3) Dalam melakukan pelindungankeanekaragaman hayatisebagaimana dimaksud pada ayat(1) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah dapatmelakukan kerja sama denganpihak lain sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    Cukup jelas.

    188. Pasal 30

    (1) Pemulihan keanekaragaman hayatisebagaimana dimaksud Pasal 27huruf b dilaksanakan untukmengembalikan kondisikeanekaragaman hayati yangmengalami degradasi ke kondisiawal atau ke tingkat yangdiinginkan.

    Cukup jelas.

    189. (2) Penentuan suatu kondisikeanekaragaman hayati yangterdegradasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkanberdasarkan:

    190. a. hasil evaluasi kondisikeanekaragaman hayati olehpemerintah; dan/atau

    Cukup jelas.

    191. b. data dan informasi darilembaga ilmiah dan/atau

    Cukup jelas.

  • 55 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    lembaga lain yang ditunjuk olehPemerintah Pusat.

    192. (3) Dalam melakukan pemulihankeanekaragaman hayati dikawasan konservasi pada lahannegara, Pemerintah Pusatdan/atau Pemerintah Daerahdapat melakukan kerja samadengan pihak lain.

    Cukup jelas.

    193. (4) Kegiatan pemulihankeanekaragaman hayati dikawasan konservasi yang dibebanihak merupakan tanggung jawabpemegang hak dengan pembinaandari Pemerintah Pusat dan/ atauPemeritah Daerah .

    Cukup jelas.

    194. Pasal 31

    Ketentuan lebih lanjut mengenaipelestarian keanekaragaman hayatisebagaimana dimaksud dalam Pasal27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30diatur dalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    195. Bagian KeduaPelestarian Spesies

  • 56 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    196. Paragraf 1Umum

    197. Pasal 32

    Pelestarian spesies sebagaimanadimaksud dalam Pasal 26 huruf adilakukan dalam rangka mencegahkerusakan atau kepunahan spesiesserta menjamin kelestarian fungsidan manfaat spesies bagi generasisaat ini maupun generasi yang akandatang.

    Cukup jelas.

    198. Pasal 33

    (1) Pelestarian spesies dilakukanterhadap spesies tumbuhan liardan satwa liar melalui:

    199. a. pelindungan spesies; Cukup jelas.

    200. b. pemulihan spesies. Cukup jelas.

    201. (2) Pelestarian spesies dilakukan olehPemerintah Pusat, PemerintahDaerah, dan masyarakatsebagaimana diatur di dalamperaturan perundang-undanganyang berlaku.

    Cukup jelas.

  • 57 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    202. Paragraf 2

    Pelindungan Spesies

    203. Pasal 34

    (1) Pelindungan spesies sebagaimanadimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)huruf a dilakukan dalam rangkamenjaga viabilitas populasi spesiestumbuhan liar dan satwa liar.

    Cukup jelas.

    204. (2) Pelindungan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan status perlindunganspesies yang ditetapkan.

    Cukup jelas.

    205. (3) Pelindungan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilakukan:

    206. a. di dalam habitat alamnya (in-situ); dan

    Cukup jelas.

    207. b. di luar habitat alamnya (ex-situ).

    Cukup jelas.

    208. Pasal 35

    Pelindungan spesies dilindungi didalam habitat alamnya (in-situ)

  • 58 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal34 ayat (3) huruf a dilakukan melalui:

    209. a. pembinaan populasi dan habitatuntuk menjamin keseimbanganpopulasi spesies; dan/atau

    Cukup jelas.

    210. b. penyelamatan populasi atau sub-populasi suatu spesies yangterisolasi atau tidak berkelanjutan.

    Cukup jelas.

    211. Pasal 36

    (1) Pembinaan populasi dan habitatspesies dilindungi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 huruf adilakukan melalui:

    212. a. pengamanan populasitumbuhan dan satwa liar dandefragmentasi habitat satwaliar;

    Cukup jelas.

    213. b. penyelamatan dan/ataupemindahan ke lokasi habitatlain;

    Cukup jelas.

    214. c. pengamanan sumber benih; Cukup jelas.

    215. d. penanaman pengkayaan spesiestumbuhan; dan/atau

    Cukup jelas.

    216. e. pengendalian spesies asingyang invasif.

    Cukup jelas.

    217. (2) Pengendalian spesies asing yanginvasif sebagaimana dimaksud

  • 59 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    pada ayat (1) huruf e dilakukanmelalui:

    218. a. pencegahan atau penguranganintroduksi;

    Cukup jelas.

    219. b. pencegahan perkembangbiakanspesies asing yang invasif;

    Cukup jelas.

    220. c. deteksi dini dan tindakansegera;

    Cukup jelas.

    221. d. pengendalian dan mitigasidampak;

    Cukup jelas.

    222. e. pemusnahan; dan/atau Cukup jelas.

    223. f. pemulihan habitat yang terkenadampak.

    Cukup jelas.

    224. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenaipembinaan populasi dan habitatsebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan (2) diatur dalam PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    225. Pasal 37

    (1) Pembinaan populasi dan habitatspesies dilindungi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36dilakukan:

    226. a. di dalam kawasan konservasi;dan

    Cukup jelas.

  • 60 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    227. b. di luar kawasan konservasi Pembinaan populasi dan habitat spesiesdilindungi di luar kawasan konservasidimaksudkan untuk menjaga populasiatau sub populasi dari ancamanterhadap kepunahan lokal.

    228. (2) Pembinaan populasi dan habitatspesies di dalam kawasankonservasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf adiselenggarakan oleh pengelolakawasan konservasi.

    Cukup jelas.

    229. (3) Pembinaan populasi dan habitatspesies di luar kawasan konservasisebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf b diselenggarakan olehPemerintah Pusat, PemerintahDaerah, dan/atau masyarakat.

    Cukup jelas.

    230. Pasal 38

    (1) Dalam rangka menyeimbangkandaya dukung habitat terhadappeningkatan populasi spesies didalam kawasan konservasi dapatdilakukan perburuan terkendali.

    Kegiatan pembinaan habitat danpopulasi melalui perburuan terkendalidilakukan terhadap satwa yang jumlahpopulasinya melebihi daya dukungekosistemnya. Kegiatan perburuandilakukan dengan memperhatikankeadaan populasi dan/atau sub-populasi di seluruh wilayahpenyebarannya. Kegiatan perburuanterkendali dapat berupa olah raga

  • 61 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    berburu.

    231. (2) Perburuan terkendali sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidakdapat dilakukan di dalam kawasanCagar Alam atau zona inti TamanNasional.

    Cukup jelas.

    232. (3) Kegiatan perburuan terkendalisebagaimana dimaksud pada ayat(1), tidak dapat dilakukanterhadap spesies dilindungi dan dihabitatnya di luar kawasankonservasi.

    Cukup jelas.

    233. (4) Ketentuan mengenai perburuanterkendali sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)diatur dalam PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    234. Pasal 39

    (1) Penyelamatan populasi atau sub-populasi spesies dilindungi yangterisolasi atau tidak berkelanjutansebagaimana dimaksud dalamPasal 35 huruf b dilakukan dengancara memindahkan populasi atausub-populasi spesies ke habitatlain.

    Populasi yang tidak berkelanjutandalam jangka panjang adalah populasiyang tidak viabel yang disebabkandiantaranya oleh jumlah individu didalam populasi kecil, rasio jantan-betina yang tidak sesuai, struktur umuryang tidak memadai, atau kondisihabitat yang rusak dan sulit diperbaiki.

    235. (2) Untuk mengurangi dampak atauancaman bagi populasi satwa

  • 62 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dilindungi yang terisolasi di luarkawasan konservasi dan berada ditanah hak, pemegang hak atastanah wajib :

    236. a. menjaga habitat; dan Cukup jelas.

    237. b. menyelamatkan populasi atausub-populasi spesies satwayang terisolasi atau populasinyatidak dapat berkembang dalamjangka panjang.

    Penyelamatan populasi atau subpopulasi spesies satwa yang terisolasiatau populasinya tidak dapatberkembang dalam jangka panjangdilakukan melalui kerjasama dandikoordinasikan oleh unit kerja yangmenyelenggarakan urusanpemerintahan dibidang konservasikeanekaragaman hayati.

    238. Pasal 40

    (1) Pelindungan spesies dilindungisecara ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf b, dilakukan melalui :

    239. a. pengembangbiakan satwa liar didalam lingkungan yangterkontrol untuk dilepasliarkankembali ke habitat alamnya;

    Pengembangbiakan satwa liar di dalamlingkungan yang terkontrol(penangkaran)ditujukan untukdilepasliarkan kembali untukmemulihkan kondisi populasi agarterhindar dari kepunahan.

  • 63 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    240. b. pengembangbiakan satwa liar didalam lingkungan yangterkontrol untuk tujuankomersial;

    Dalam rangka mengurangi tekananterhadap populasi tertentu di habitatalam maka pengembangan satwa liardapat dilakukan untuk tujuankomersial.

    Yang dimaksud dengan lingkunganterkontrol merupakan lingkungan yangdimanipulasi untuk tujuanmemproduksi specimen satwa liartertentu dengan membuat batas-batasyang jelas untuk menjaga keluarmasuknya satwa liar, telur atau gamet,serta dicirikan antara lain rumahbuatan.

    241. c. rehabilitasi satwa liar; Rehabilitasi dimaksudkan untukmengkondisikan dan mengadaptasikantingkah laku satwa liar yang beradadiluar habitatnya dengan habitatalaminya sebelum dilepasliarkankembali ke habitat alamnya dansebagian dapat dikembalikan lagi untukmeningkatkan populasi.

    242. d. perbanyakan tumbuhan secarabuatan untuk dikembalikan lagike habitat alam atau untuktujuan komersial; dan/atau

    Yang dimaksud dengan perbanyakantumbuhan secara buatan (artificialpropagation) merupakan kegiatanmemperbanyak dan menumbuhkantumbuhan di dalam kondisi yangterkontrol, dari material untuk

  • 64 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    memperbanyak tumbuhan sepertibenih (biji), potongan bagian tumbuhan,pencaran rumpun, spora dan jaringan.

    Kondisi terkontrol untuk perbanyakantumbuhan secara buatan adalahkondisi di luar lingkungan alaminyayang secara intensif dimanipulasi olehcampur tangan manusia dengan tujuanuntuk menghasilkan tumbuhan yangterpilih.

    243. e. penyelamatan satwa ex-situ dipusat penyelamatan satwa.

    Pusat penyelamatan satwa ex-situmerupakan tempat sementara untukmenampung dan/atau mengkondisikansatwa hasil sitaan atau hasil dari upayapenegakan hukum lainnya sebelumdikirim ke tujuan akhirnya/dilepasliarkan kembali ke habitat alam,atau dikirim ke taman satwa ataukebun binatang, dijadikan indukpengembangbiakan, atau dimusnahkan.

    244. (2) Pengembangbiakan satwa liarsebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a dilakukan oleh lembagayang ditunjuk oleh PemerintahPusat.

    Cukup jelas.

    245. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelindungan spesies dilindungidalam kondisi ex-situ sebagaimana

    Cukup jelas.

  • 65 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) diatur dengan atauberdasarkan PeraturanPemerintah.

    246. Pasal 41

    (1) Pelindungan spesies dikendalikandalam kondisi in-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf a dilakukan dengan:

    247. a. pengaturan dan pengendalianpemanenan langsung darihabitat alamnya;

    Pengaturan pemanenan dimulai daripenetapan kuota pengambilan ataupenangkapan, pengenaan perizinandan pengawasan terhadap pengambilanatau penangkapan, penetapan lokasi-lokasi yang dibolehkan untuk dilakukanpengambilan atau penangkapan, sertapenetapan batasan-batasan sepertikelas ukuran, umur dan spesieskelamin yang boleh diambil atauditangkap dari habitat alam.

    248. b. pembinaan habitat; dan/atau Cukup jelas.

    249. c. pembinaan populasi. Cukup jelas.

    250. (2) Untuk melaksanakan prinsipsebagaimana dimaksud pada ayat(2), Pemerintah Pusat menyusunrencana pengelolaan spesies

    Cukup jelas.

  • 66 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dikendalikan yangdiperdagangkan.

    251. Pasal 42

    (1) Pembinaan habitat dan/ataupembinaan populasi spesiesdikendalikan sebagaimanadimaksud pada Pasal 41 ayat (1)huruf b dan huruf c, dilakukanterhadap spesies yang mengalamitekanan pemanfaatan, termasukperdagangan.

    Pembinaan habitat dan pembinaanpopulasi termasuk juga diantaranyapembinaan habitat di pulau kosonguntuk menampung populasi satwa yangdikelola.

    252. (2) Pembinaan habitat dan/ataupembinaan populasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanyadapat dilakukan di luar kawasankonservasi.

    Cukup jelas.

    253. Pasal 43

    (1) Pelindungan spesies dikendalikansecara ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf b dilakukan dengan:

    254. a. pembesaran spesimen hidupspesies satwa liar tertentu darihabitat alam di dalamlingkungan terkontrol;

    Cukup jelas.

    255. b. pengembangbiakan satwa liar di Pengembangbiakan satwa liar bagi

  • 67 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dalam lingkungan yangterkontrol atau perbanyakantumbuhan secara buatan dalamkondisi yang terkontrol; dan/atau

    spesies dikendalikan dimaksudkansebagai penyedia stok untukkepentingan komersial.

    256. c. penyelamatan satwa di pusat-pusat penyelamatan satwa ex-situ.

    Cukup jelas.

    257. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelindungan spesies dikendalikandalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    258. Pasal 44

    (1) Pelindungan spesies dipantaudalam kondisi in-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf a dilakukan denganpemantauan pemanfaatan yangberkelanjutan.

    Cukup jelas.

    259. (2) Pelaksanaan pemantauanpemanfaatan yang berkelanjutansebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan melalui penerapanprinsip-prinsip ilmiah danpemanenan yang tidak merusakpopulasi spesies di habitat alam.

    Pemantauan pemanfaatan terhadapspesies tumbuhan dan satwa liarspesies dipantau dilakukan melalui :

    a. pengaturan terhadap cara-caramengambil atau menangkap agartidak terjadi kerusakan padapopulasi dan/atau habitat

  • 68 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    b. penerapan prinsip ilmiah danpemanenan yang tidak merusakpopulasi dihabitat alam;

    c. pencatatan pemanenan danpemanfaatan, seperti perdaganganbaik dalam negeri maupun ekspor.

    260. Pasal 45

    (1) Pelindungan spesies dipantaudalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)huruf b dilakukan sama denganpelindungan spesies dikendalikandalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 43.

    Cukup jelas.

    261. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelindungan spesies dipantaudalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Pemerintah.

    Cukup jelas.

    262. Pasal 46

    (1) Setiap orang yang bertanggungjawab di dalam pengelolaanpelindungan spesies dalam kondisiin-situ dan/atau ex-situ wajibmelakukan medik konservasi

    Medis Konservasi merupakanpenerapan medik veteriner dalampenyelenggaraan kesehatan hewan dibidang konservasi spesies satwa liar.

    Penyakit zoonosis adalah penyakit yang

  • 69 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    untuk mencegah danmengendalikan wabah penyakitzoonosis dan/atau penyakit baruyang diduga disebabkan olehsatwa liar di habitat alam.

    infeksinya bersumber dari satwa dandapat ditularkan kepada manusia dansebaliknya yang nantinya akanberkembang menjadi wabah. Penyakitbaru merupakan new emergingdiseases.

    263. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenaimedik konservasi diaturberdasarkan PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    264. Pasal 47

    (1) Setiap orang yang melaksanakanpengelolaan pelindungan satwa liardalam kondisi ex-situ wajibmenerapkan prinsip kesejahteraansatwa.

    Penerapan prinsip kesejahteraan satwadilaksanakan untuk mewujudkankebebasan satwa antara lain:

    a. bebas dari rasa lapar dan haus;

    b. bebas dari rasa sakit, cidera, danpenyakit;

    c. bebas dari ketidaknyamanan(temperatur dan fisik), penganiayaan,dan penyalahgunaan;

    d. bebas dari rasa takut dan tertekan;dan

    e. bebas mengekspresikan perilakualaminya.

    265. (2) Ketentuan mengenai kesejahteraansatwa sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dalam

    Cukup jelas.

  • 70 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    Peraturan Pemerintah.

    266.

    267. Paragraf 3

    Pemulihan Spesies

    268. Pasal 48

    (1) Pemulihan spesies sebagaimanadimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)huruf b bertujuan untukmengembalikan viabilitas populasispesies yang langka atau terancampunah atau kritis di habitatalamnya.

    Spesies yang langka atau terancampunah atau kritis umumnya merupakanspesies dilindungi.

    269. (2) Pemulihan spesies sebagaimanadimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui:

    270. a. reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies; dan

    Cukup jelas.

    271. b. pemulihan (restorasi) danpembinaan habitat.

    Cukup jelas.

    272. (3) Reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies satwa dalamkondisi in-situ sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf adilakukan melalui pelepasliaranspesies satwa ex-situ hasilrehabilitasi, pengembangbiakan,

    Cukup jelas.

  • 71 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    atau pengamanan.

    273. (4) Pemulihan (restorasi) danpembinaan habitat sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf bdilakukan untuk mengembalikanfungsi habitat alam sehinggamemadai untuk mendukungtambahan populasi spesies.

    Cukup jelas.

    274. (5) Reintroduksi atau pengkayaanpopulasi spesies dapat dilakukansetelah kondisi habitat atauekosistem yang direstorasisebagaimana dimaksud pada ayat(3) dinilai mampu mendukungpopulasi hasil reintroduksi besertakemungkinan perkembanganpopulasinya.

    Cukup jelas.

    275. (6) Dalam melakukan kegiatanreintroduksi dan/ atau pemulihan(restorasi) sebagaimana dimaksudpada ayat (2), ayat (3), ayat (4) danayat (5), Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah dapatmelakukan kerja sama denganlembaga swadaya masyarakat atauswasta.

    Cukup jelas.

    276. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara restorasi dan kerja samapemulihan (restorasi) ekosistemdiatur dalam Peraturan

    Cukup jelas.

  • 72 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    Pemerintah.

    277. Bagian KetigaPelestarian Sumber Daya Genetik

    278.

    279. Paragraf 1

    Umum

    280. Pasal 49

    (1) Pelestarian sumber daya genetiksebagaimana dimaksud dalamPasal 26 huruf b bertujuan untukmempertahankan keberadaan dankeanekaragaman genetik untukmendukung pelestarian spesiesdan ekosistem.

    Pelestarian sumber daya genetikdilakukan terhadap sumber dayagenetik dan jasad renik.

    281. (2) Dalam rangka menyelenggarakanpelestarian sumber daya genetik,Pemerintah Pusat menetapkankebijakan nasional tentangpelestarian sumber daya genetik.

    Cukup jelas.

    282. Pasal 50

    Pelestarian sumber daya genetikdilakukan melalui:

  • 73 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    283. a. pelindungan sumber daya genetikspesies target;

    Cukup jelas.

    284. b. pemulihan keanekaragamansumber daya genetik spesiestarget.

    Cukup jelas.

    285. Pasal 51

    (1) Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah wajibmelestarikan sumber daya genetikyang khas di daerahnya, langka,atau memiliki nilai secara nyatamaupun potensial.

    Cukup jelas.

    286. (2) Menteri menetapkan pedoman,norma dan kriteria pelestariansumber daya genetik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 49 danPasal 50.

    Cukup jelas.

    287. Paragraf 2Pelindungan Sumber Daya Genetik

    bagi Spesies Target

    288. Pasal 52

    (1) Pelindungan sumber daya genetikbagi spesies target sebagaimanadimaksud dalam Pasal 50 huruf a

  • 74 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dilakukan melalui:

    289. a. inventarisasi spesies targetuntuk pengembangan basisdata sumber daya genetikspesies target;

    Cukup jelas.

    290. b. pelindungan sumber dayagenetik spesies target dalamkondisi in-situ; dan

    Pelindungan sumber daya genetikspesies target in-situ ditujukan untukmelindungi keanekaragaman sumberdaya genetik dan keaslian spesies didalam habitat aslinya.

    291. c. pelindungan sumber dayagenetik spesies target dalamkondisi ex-situ.

    Pelindungan sumber daya genetikspesies target ex-situ dilakukan untukmelindungi keanekaragaman sumberdaya genetik namun di luar habitataslinya.

    292. (2) Dalam rangka pelindungansumber daya genetik spesiestarget, Menteri menyusun danmelaksanakan strategi konservasigenetik bagi spesies targetberdasarkan hasil inventarisasispesies target sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) huruf a.

    Cukup jelas.

    293. (3) Ketentuan mengenai pelindungansumber daya genetik bagi spesiestarget sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dalamPeraturan Pemerintah.

    Peraturan pemerintah mengenaipelindungan sumber daya genetik bagispesies target setidaknya memuat:

    a. penyelenggaraan inventarisasispesies target;

  • 75 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    b. strategi konservasi genetik

    c. pengembangan basis data hasilinventarisasi dan riset sertapenanggung jawab basis data danriset.

    294. Pasal 53

    Pelindungan sumber daya genetikspesies target dalam kondisi in-situsebagaimana dimaksud dalam Pasal52 ayat (1) huruf b dilakukanterhadap:

    295. a. spesies dilindungi; dan Cukup jelas.

    296. b. spesies yang diperdagangkan ataubernilai komersial serta spesiesyang mendukung budidaya.

    Cukup jelas.

    297. Pasal 54

    Pelindungan sumber daya genetikspesies target dalam kondisi in-situterhadap spesies dilindungisebagaimana dimaksud dalam Pasal53 huruf a dilakukan dengan:

    298. a. menjaga populasi di dalammaupun di luar kawasan

    Menjaga populasi di dalam maupun diluar kawasan konservasi termasuk juga

  • 76 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    konservasi; menyelamatkan spesimen tumbuhanyang berfungsi sebagai induk, termasukpohon-pohon induk untukpengembangbiakan tumbuhan baiksecara alami maupun buatan termasukpengembangan kebun benih/bibit dilokasi habitat di luar kawasankonservasi yang diketahui merupakanhabitat asli spesies tumbuhan target.

    299. b. menyelamatkan populasi terisolasidan memindahkan ke lokasi yangmemungkinkan terjadinya transfermateri genetik; dan/atau

    Cukup jelas.

    300. c. memelihara habitat,mempertahankan danmengupayakan ketersambunganantar-habitat untuk menjaminadanya transfer materi genetikantar-wilayah habitat.

    Mengupayakan ketersambungan antar-habitat dapat dilakukan diantaranyamelalui penetapan koridor habitat, baikalami maupun buatan.

    301. Pasal 55

    Pelindungan sumber daya genetikspesies target dalam kondisi in situterhadap spesies yangdiperdagangkan atau bernilaikomersial serta spesies yangmendukung budidaya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 53 huruf b

  • 77 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dilakukan dengan:

    302. a. menjaga dan mengendalikanpopulasi di dalam maupun di luarkawasan konservasi di dalamwilayah penyebarannya;

    Menjaga populasi di dalam maupun diluar kawasan konservasi termasuk jugamenyelamatkan spesimen tumbuhanyang berfungsi sebagai induk, termasukpohon-pohon induk untukpengembangbiakan tumbuhan baiksecara alami maupun buatan.

    303. b. mengembangkan kebun benihatau bibit di lokasi habitat yangdiketahui merupakan habitat aslispesies tumbuhan target;

    Cukup jelas.

    304. c. memulihkan atau restorasipopulasi yang terdegradasi denganspesimen asli setempat; dan/atau

    Cukup jelas.

    305. d. memelihara habitat,mempertahankan danmengupayakan ketersambunganantar habitat untuk menjaminadanya transfer materi genetikantar wilayah habitat.

    Cukup jelas.

    306. Pasal 56

    Pelindungan sumber daya genetikdalam kondisi ex-situ sebagaimanadimaksud dalam Pasal 52 ayat (1)huruf c dilakukan dengan:

  • 78 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    307. a. memelihara danmengembangbiakkan satwa atauperbanyakan tumbuhan secarabuatan di lembaga konservasi ex-situ atau di tempat lain di luarhabitat aslinya bagi spesimenhidup;

    Pemeliharaan spesimen hidup satwaterancam punah di dalam lembagakonservasi ex-situ seperti kebunbinatang atau taman satwa lainnyakebun botani, kebun raya, atau tamanlainnya.

    308. b. mengembangbiakan satwa didalam lingkungan terkontrol diluar habitatnya atau perbanyakantumbuhan secara buatan di dalamkondisi terkontrol di luarhabitatnya;

    Mencegah terjadinya perkawinankerabat (in-breeding) dalam rangkamempertahankan kebugaran genetikpopulasi di luar habitatnya.

    309. c. perbanyakan tumbuhan secarabuatan di dalam kondisi terkontroldi luar habitatnya atau di habitatalami lekat lahan; dan

    Cukup jelas.

    310. d. mengawetkan spesimen ataumateri genetik seperti semen beku,biji, atau materi genetik lainnya didalam alat penyimpan yangdirancang khusus untuk itu.

    Cukup jelas.

    311. Paragraf 3

    Pemulihan Keanekaragaman SumberDaya Genetik

    312. Pasal 57 Spesies-spesies target yang mengalami

  • 79 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    (1) Pemulihan keanekaragamansumber daya genetik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 50 huruf bditujukan bagi spesies target yangmengalami penurunankeanekaragaman sumber dayagenetik.

    penurunan keanekaragaman genetikadalah spesies target yang mengalamikepunahan lokal atau kepunahanspesies di habitat alam yang mengalamierosi keragaman genetiknya.

    313. (2) Pemulihan keanekaragamansumber daya genetik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukanmelalui:

    314. a. relokasi atau translokasispesies;

    Cukup jelas.

    315. b. penanaman dan/ataupengkayaan tumbuhan;

    Cukup jelas.

    316. c. pelepasliaran satwa hasilpengembangbiakan, hasilpenyelamatan dalam kondisi ex-situ, dan/atau hasil rehabilitasi;

    Cukup jelas.

    317. d. pengendalian untukmempertahankan kemurnianspesies;

    Cukup jelas.

    318. e. pertukaran spesies antarlembaga konservasi ex-situzoologi atau botani; dan/atau

    Lembaga konservasi ex-situ zoologi ataubotani, meliputi antara lain: kebunbinatang, taman satwa atau kebunraya.

    319. f. pemuliaan tumbuhan, ujiprovenan, peningkatan kualitasgenetik melalui penyerbukan

    Kegiatan pemuliaan tumbuhandimaksudkan untuk mengembalikan

  • 80 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    buatan. kualitas genetik ke kondisi asli.

    320. (3) Dalam rangka pemulihan sumberdaya genetik, Pemerintah Pusatdapat mengambil spesies tertentuuntuk indukan dari pemilik koleksiatau pengampu sumber dayagenetik.

    Yang dimaksud spesies tertentu adalahspesies yang secara populasi di alamhampir punah namun dimiliki olehorang atau badan usaha.

    321. (4) Ketentuan mengenai pemulihankeanekaragaman sumber dayagenetik bagi spesies targetsebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dalam PeraturanPemerintah.

    Cukup jelas.

    322. Bagian KeempatPelestarian Ekosistem

    323.

    324. Paragraf 1

    Umum

    325. Pasal 58

    Pelestarian ekosistemdiselenggarakan dalam rangkamenjaga keutuhan dan keterwakilan,serta memelihara keseimbangan,ketersambungan, dan kemantapan

    Cukup jelas.

  • 81 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    ekosistem di dalam suatu jejaringekologi.

    326. Pasal 59

    (1) Pelestarian ekosistem sebagaimanadimaksud dalam Pasal 58,dilakukan melalui:

    327. a. pelindungan ekosistem; dan Cukup jelas.

    328. b. pemulihan ekosistem. Cukup jelas.

    329. (2) Pelestarian ekosistem padakawasan konservasi dilakukanoleh Pemerintah Pusat.

    Cukup jelas.

    330. (3) Pelestarian ekosistem padakawasan ekosistem esensial dapatdilakukan oleh Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, dan/ataupemegang hak atau izin.

    Cukup jelas.

    331. (4) Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah sesuai kewenangannyamembentuk unit pengelolapelestarian ekosistem sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dan ayat(3).

    Yang dimaksud dengan unit pengeloladapat berbentuk kesatuan pengelolaanhutan atau unit pelaksana teknis pusatatau daerah.

    332. (5) Pengelolaan kawasan konservasioleh unit pengelola dilakukandengan sistem zonasi sesuaidengan tujuan atau keperluannya.

    Zonasi terdiri dari zona inti, zonapemanfaatan, zona rimba/zonapelindungan, zona tradisional, zonareligi, budaya, dan sejarah, zona

  • 82 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    khusus.

    Zona khusus adalah zona yangditetapkan untuk kepentingan aktivitaskelompok masyarakat yang tinggal didalam dan/atau sekitar wilayahtersebut sebelum ditunjuk atauditetapkan sebagai taman nasional dansarana penunjang kehidupannya, sertakepentingan yang strategis yang tidakdapat dielakkan.

    333. Paragraf 2

    Pelindungan Ekosistem

    334. Pasal 60

    Pelindungan Cagar Alam dilakukandengan memperhatikan :

    335. a. pelindungan ekosistem asli danintegritas lingkungan dalamjangka panjang, spesies dan/ataufitur keanekaragaman geologisyang unggul secara nasional;

    Cukup jelas.

    336. b. pengamanan contoh lingkunganalami; dan/atau

    Cukup jelas.

    337. c. pelindungan nilai-nilai kultural Cukup jelas.

  • 83 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    dan spiritual terkait dengan alam.

    338. Pasal 61

    Pelindungan Taman Nasionaldilakukan dengan memperhatikan:

    339. a. pelindungan keanekaragamanhayati bersama dengan strukturekologis yang mendasari sertaproses-proses lingkungan yangmendukung serta pengembanganpendidikan dan rekreasi;

    Cukup jelas.

    340. b. pengabadian contoh keterwakilanwilayah fisiografis, komunitasbiota, sumber daya genetik danproses-proses alam yang takterganggu;

    Cukup jelas.

    341. c. penjagaan populasi dan kelompokspesies asli yang viabel dan secaraekologis fungsional pada kerapatanyang mencukupi untuk melindungiintegritas dan daya tahanekosistem dalam jangka panjang;

    Cukup jelas.

    342. d. konservasi spesies yangmempunyai pergerakan luas,proses ekologis regional dan rutemigrasi;

    Cukup jelas.

    343. e. pengembangan pemanfaatanuntuk kepentingan religi,pendidikan, budaya dan rekreasi

    Cukup jelas.

  • 84 DRAF RUU KKH – Tanggal 18 Desember 2015

    NO RUU KKH INISIATIF KLHK PENJELASAN SARAN/MASUKAN PENJELASAN

    sepanjang tidak merusak sumberdaya alam secara biologis atauekologis;

    344. f. kebutuhan masyarakat adat ataulokal, termasuk pemanfaatansubsisten sumberdaya alamsepanjang tidak berdampak burukpada tujuan utama pengelolaan;dan/atau

    Cukup