KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51ARAN … · ini (MGM) juga dihadiri oleh pemimpin...

3
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI JI. Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710 Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847 Website:www.kemenkeu.go.id; email: [email protected] 51ARAN PER5 Nomor : 27 IKLl/2014 Tanggal: 26 Februari 2014 Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 "Menjawab Tantangan Pertumbuhan Global Melalui Peningkatan Investasi Infrastruktur" Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara anggota G20 telah mengadakan pertemuan pertama mereka di bawah Presidensi G20 Australia pada tanggal 22-23 Februari 2014 di Sydney, Australia. Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ini (MGM) juga dihadiri oleh pemimpin organisasi internasional seperti IMF, Bank Dunia, Dewan Stabilitas Keuangan (FSB), dan OECD. Delegasi Indonesia dalam MGM tersebut dipimpin oleh Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri bersama Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. Pokok bahasan utama dalam MGM yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi global dan normalisasi kebijakan moneter di negara maju. Dalam hal ini, MGM membahas beberapa agenda spesifik, yaitu strategi pertumbuhan yang komprehensif (comprehensive growth strategy), peningkatan pembiayaan investasi infrastruktur (infrastructure investment), perkembangan reformasi Dana Moneter Internasional (IMF reforms), kerja sama perpajakan internasional (international tax) dan reformasi regulasi keuangan global. MGM sepakat bahwa perekonomian global saat ini telah menunjukkan perbaikan, ditandai dengan penguatan pertumbuhan di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan sebagian negara maju lainnya, khususnya kawasan eropa (euro area). Selain itu, pertumbuhan yang solid juga masih ditunjukkan oleh negara-negara emerging (EMEs). MGM sepakat bahwa kebijakan moneter yang bersifat akomodatif masih diterapkan oleh negara maju. Hal ini dipandang semakin menyulitkan negara-negara EMEs, akibat terjadinya pembalikan modal dalam jumlah besar, khususnya dampak kepada nilai tukar dan aset (asset prices). Indonesia dalam pertemuan tersebut meminta agar segera dilakukan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju melalui cara-cara yang baik dan lebih transparan, termasuk melalui mekanisme komunikasi dan koordinasi di antara negara anggota G20. MGM menilai kondisi positif perekonomian saat ini masih jauh dari pencapaian tujuan pertumbuhan yang kuat, berimbang dan berkseinambungan sebagaimana selama ini dirumuskan oleh G20 (Framework for Strong, Sustainable and Balanced Growth). Menjawab tantangan tersebut, MGM merumuskan strategi pertumbuhan ke depan dengan empat elemen utama, yaitu peningkatan investasi khususnya infrastruktur; peningkatan lapangan kerja dan partisipasi angkatan kerja; peningkatan perdagangan; dan dorongan kebijakan persaingan usaha (competition policy). Melalui keempat elemen utama tersebut, MGM sepakat untuk menetapkan target pertumbuhan global paling sedikit sebesar dua persen di atas pertumbuhan saat ini yang dicapai selama lima tahun ke depan. Kenaikan pertumbuhan tersebut akan meningkatkan nilai transaksi ekonomi global sekitar US$ 2 triliun. MGM juga memandang peningkatan investasi infrastruktur dan small and medium enterprises (SME) merupakan kunci untuk meningkatkan kapasitas pertumbuhan ekonomi ke depan. Untuk itu, MGM akan melakukan reformasi dengan menerbitkan kebijakan yang jelas dan terukur bagi peningkatan keterlibatan dan partisipasi investor sektor swasta dan investor institusional dalam 1/3

Transcript of KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51ARAN … · ini (MGM) juga dihadiri oleh pemimpin...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIASEKRETARIAT JENDERALBIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASIJI. Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847Website:www.kemenkeu.go.id; email: [email protected]

51ARAN PER5Nomor : 27 IKLl/2014Tanggal: 26 Februari 2014

Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20"Menjawab Tantangan Pertumbuhan Global Melalui Peningkatan Investasi

Infrastruktur"

Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara anggota G20 telahmengadakan pertemuan pertama mereka di bawah Presidensi G20 Australia pada tanggal 22-23Februari 2014 di Sydney, Australia. Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentralini (MGM) juga dihadiri oleh pemimpin organisasi internasional seperti IMF, Bank Dunia, DewanStabilitas Keuangan (FSB), dan OECD. Delegasi Indonesia dalam MGM tersebut dipimpin olehMenteri Keuangan Muhamad Chatib Basri bersama Gubernur Bank Indonesia Agus D.W.Martowardojo.

Pokok bahasan utama dalam MGM yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi global dannormalisasi kebijakan moneter di negara maju. Dalam hal ini, MGM membahas beberapa agendaspesifik, yaitu strategi pertumbuhan yang komprehensif (comprehensive growth strategy),peningkatan pembiayaan investasi infrastruktur (infrastructure investment), perkembanganreformasi Dana Moneter Internasional (IMF reforms), kerja sama perpajakan internasional(international tax) dan reformasi regulasi keuangan global.

MGM sepakat bahwa perekonomian global saat ini telah menunjukkan perbaikan, ditandaidengan penguatan pertumbuhan di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan sebagian negara majulainnya, khususnya kawasan eropa (euro area). Selain itu, pertumbuhan yang solid juga masihditunjukkan oleh negara-negara emerging (EMEs). MGM sepakat bahwa kebijakan moneter yangbersifat akomodatif masih diterapkan oleh negara maju. Hal ini dipandang semakin menyulitkannegara-negara EMEs, akibat terjadinya pembalikan modal dalam jumlah besar, khususnya dampakkepada nilai tukar dan aset (asset prices). Indonesia dalam pertemuan tersebut meminta agarsegera dilakukan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju melalui cara-cara yangbaik dan lebih transparan, termasuk melalui mekanisme komunikasi dan koordinasi di antaranegara anggota G20.

MGM menilai kondisi positif perekonomian saat ini masih jauh dari pencapaian tujuanpertumbuhan yang kuat, berimbang dan berkseinambungan sebagaimana selama ini dirumuskanoleh G20 (Framework for Strong, Sustainable and Balanced Growth). Menjawab tantangantersebut, MGM merumuskan strategi pertumbuhan ke depan dengan empat elemen utama, yaitupeningkatan investasi khususnya infrastruktur; peningkatan lapangan kerja dan partisipasiangkatan kerja; peningkatan perdagangan; dan dorongan kebijakan persaingan usaha(competition policy). Melalui keempat elemen utama tersebut, MGM sepakat untuk menetapkantarget pertumbuhan global paling sedikit sebesar dua persen di atas pertumbuhan saat ini yangdicapai selama lima tahun ke depan. Kenaikan pertumbuhan tersebut akan meningkatkan nilaitransaksi ekonomi global sekitar US$ 2 triliun.

MGM juga memandang peningkatan investasi infrastruktur dan small and medium enterprises(SME) merupakan kunci untuk meningkatkan kapasitas pertumbuhan ekonomi ke depan. Untuk itu,MGM akan melakukan reformasi dengan menerbitkan kebijakan yang jelas dan terukur bagipeningkatan keterlibatan dan partisipasi investor sektor swasta dan investor institusional dalam

1/3

pembiayaan investasi infrastruktur sebagai upaya mengurangi beban belanja fiskal pemerintah.MGM juga sepakat pentingnya peningkatan peran bank-bank pembangunan multilateral (MOBs) didalam membantu pembiayaan investasi infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi.Sebagai hasil kongkrit agenda ini, MGM sepakat untuk memasukkan pembiayaan infrastruktur inisebagai bagian dari strategi pertumbuhan global untuk disampaikan pada pertemuan puncakKepala Negara (KTT) G20 di Brisbane, Australia pada bulan November 2014 mendatang.

Indonesia te1ah berpartisipasi aktif mendorong agenda investasi infrastruktur di G20 sebagaisalah satu prioritas utama pembahasan. Posisi Indonesia sebagai salah satu Ketua KelompokKerja Investasi dan Infrastruktur (Investment and Infrastructure Working Group) di G20 memberikankesempatan bagi Indonesia untuk memasukkan pokok-pokok kebijakan yang memberikan manfaatkepada kepentingan nasional dan negara-negara berkembang lainnya. Oi antara beberapa usulanIndonesia yang dipertimbangkan oleh G20 yaitu pengembangan pasar keuangan domestik,penggunaan instrumen pembiayaan alternatif seperti Islamic Sukuk untuk pembiayaan investasiinfrastruktur, dan peningkatan peran MOBs dalam memfasilitasi sumber pembiayaan sektor swastadalam investasi jangka panjang.

MGM juga membahas agenda reformasi IMF dan menyesalkan kegagalan G20 untukmendorong penyelesaian the 14h IMF Quota and Governance Review (QGR) sebelum 31Oesember 2013. Belum diselesaikannya QGR ke 14 mengakibatkan tertundanya pembahasan the15th QGR dan perumusan formula kuota baru IMF yang seharusnya dapat diselesaikan padaJanuari 2014 lalu. Salah satu penyebab kegagalan ini disebabkan Amerika Serikat belum dapatmeratifikasi QGR ke-14, dan MGM mendesak agar Amerika Serikat dapat menyelesaikan prosesratifikasi ini sebelum pertemuan musim semi IMF pada bulan April 2014. Indonesia mendorongagar pembahasan masalah QGR ini ditekankan pada reformasi IMF yang lebih transparan denganstruktur tata kelola baru yang mencerminkan perubahan tataran ekonomi global saat ini, di mananegara-negara berkembang mendapatkan peran yang lebih besar. Oi sam ping itu, Indonesia jugamenginginkan agar pembahasan QGR ini dapat dilakukan secara paralel dengan penyelesaianQuota Review IMF ke-15 hingga bulan Januari 2015.

MGM sepakat untuk terus mendorong kerja sama perpajakan internasional. Salah satunyamelalui implementasi pertukaran informasi perpajakan secara otomatis (automatic exchange of taxinformation) yang bertujuan untuk memerangi praktek-praktek perpajakan yang kurang adil olehperusahaan-perusahaan multinasional (MNCs) yang mengambil keuntungan dari perbedaan sistempajak di banyak negara. Oalam hal ini G20 telah mengesahkan rencana aksi Base Erosion andProfit Shifting (BEPS) berdasarkan prinsip-prinsip kebijakan perpajakan global. MGM menyetujuiagar dalam penerapan standar pelaporan untuk pertukaran informasi perpajakan secara otomatisdilakukan dengan menggunakan asas kesetaraan kewajiban dan hak (reciprocal basis), danberharap standar baru tersebut dapat diterapkan sepenuhnya oleh seluruh negara di dunia padaakhir tahun 2015. Oleh karenanya, MGM mendesak agar negara-negara yang belum memenuhistandar pertukaran informasi perpajakan untuk segera menandatangani Multilateral Convention onMutual Administrative Assistance in Tax Matters. Oi sam ping itu, MGM sepakat untuk memberikanbantuan teknis dan dukungan lainnya agar negera-negara berkembang dan berpendapatan rendahdapat ikut serta dalam penerapan peraturan perpajakan multilateral ini.

Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa BEPS Action Plan, dan menekankankerjasama pertukaran informasi antar negara agar informasi keuangan dan aktifitas perusahaanmultinasional dapat dipantau secara ketat. Pada sisi lain, rencana aksi ini akan menguntungkanperusahaan multinasional karena dapat menghindari pembayaran pajak ganda (double taxavoidance). Lebih jauh, Indonesia juga meminta agar pelaksanaan BEPS Action Plan juga

2/3

memasukkan pembahasan praktek perpajakan di tax haven countries yang menerapkan tingkatpajak rendah yang merugikan banyak negara dalam penerapan perpajakan internasional yang adil.

Dalam pembahasan reformasi regulasi keuangan global, MGM sepakat untuk fokus kepadaimplementasi empat area utama, yaitu building resilient financial institutions, ending too-big-to-fail,adressing shadow banking risks, dan making derivatives market safer. Dalam hal ini, MGM sepakatmenciptakan mekanisme peningkatan ketahanan sistem keuangan dan kepastian hukum yanglebih tinggi dalam menciptakan pertumbuhan serta sistem keuangan global yang terintegrasi. MGMjuga sepakat untuk mengurangi terjadinya konsekuensi negatif yang tidak diinginkan (unintendedcosts) dari reformasi regulasi keuangan ini terhadap sektor usaha, terutama yang terkait denganupaya mitigasi risiko bisnis jangka menengah dan jangka panjang. MGM juga berkomitmen untuksaling bekerja sama untuk mengatur regulasi lintas-batas negara mengingat industri pasarkeuangan di satu negara sang at terkoneksi dan dipengaruhi oleh negara lain.

Dalam kesempatan kunjungan kerja ke Australia ini, Menteri Keuangan juga melakukanserangkaian kegiatan di Canberra pada tanggal 20-21 Februari 2014, antara lain penyampaiankuliah umum mengenai kebijakan perekonomian Indonesia dan global di Australian NationalUniversity (ANU) dan menjadi pembicara utama pada acara launching East Asia Forum Quarterlyyang merupakan Bulletin economics, politics and public policy in East Asia and the Pacific diCrawford School, ANU. Pada kedua pertemuan tersebut, Menteri Keuangan telah menyampaikanpandangannya mengenai tantangan global ekonomi saat ini, dampaknya terhadap ekonomi globaldan negara berkembang, dan kebijakan yang diambil oleh Indonesia menghadapi tantangantersebut. Selama mengikuti kegiatan di Australia, Menteri Keuangan juga menerima wawancaradari beberapa media asing antara lain Bloomberg, CNBC, Reuters, Channel News Asia, ABC danSBS Australia.

3/3