Keluarga

25
MUHAMMAD JAKA SATRIA 1102009188 1.KELUARGA Definisi keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno,2004). Tipe-Tipe Keluarga Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2004). TUGAS

description

aa

Transcript of Keluarga

Page 1: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

1.KELUARGA

Definisi keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang

merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998). Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau

ibu dan anaknya (Suprajitno,2004).

Tipe-Tipe Keluarga

Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga inti,

keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah

menikah, sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri

dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi (keluarga

asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar

yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan

darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2004).

TUGAS

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing.4. Sosialisasi  antar anggota keluarga.5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Page 2: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga

mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:

1.Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang

seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal

keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadariadanya

Perubahan,keluarga,perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi,dan

seberapa besar perubahannya.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan

keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agaR

Page 3: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar

memperoleh bantuan.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Jika demikian, anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

FUNGSI

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak

2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman

4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.

6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.

8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.

9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

Page 4: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

STRUKTUR

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas

Berdasarkan lokasi

Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;

Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;

Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);

Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;

Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;

Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .

Berdasarkan pola otoritas

Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)

Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)

Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

DINAMIKA

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik). Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung jawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.

Page 5: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

2.RUMAH SEHAT

Pengertian Rumah Sehat

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.

Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).

Fungsi Rumah

Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang dikutip dari Azwar adalah :

· Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melasanakan kewajiban sehari-hari.

· Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

· Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.

· Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.

· Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

Page 6: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Persyaratan Rumah Sehat

1. Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istrahat.

b. Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi.

c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

2. Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat (Depkes RI, 2007).

a. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni.

b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.

C.3. Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :

a. memenuhi kebutuhan physiologis, yang meliputi :

· Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22°C - 30°C sudah cukup segar.

Page 7: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

· Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.

· Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai.

· Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

· Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.

· Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.

b. memenuhi kebutuhan psychologis, yang meliputi :

· Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai kamar tidur sendiri.

· Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuannya.

· Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.

· W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.

· Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

Page 8: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

c. mencegah penularan penyakit, yang meliputi.

· Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan

· Bebas dari kehidupan serangga dan tikus

· Pembuagan sampah

· Pembuangan air limbah.

· Pembuangan Tinja

· Bebas pencemaran makanan dan minuman.

d. mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).

C.4. Menurut Soedjajadi (2006), persyaatan rumah sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran. Persyaratan tersebut meliputi:

a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.

b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.

c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas.

d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis dapat dihindari.

e. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

C.5. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 meliputi dua aspek yaitu :

1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebi singan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan.

2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan pena taan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.

Page 9: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 sebagai berikut :

a. Lokasi

· Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

· Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;

· Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti alur pendaratan penerbangan.

b. Kualitas udara

· Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

· Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

· g/m3 ;mg maksimum 150 mDebu dengan diameter kurang dari 10

· Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

· Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.

c. Kebisingan dan getaran

· Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

· Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

· Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

· Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg

· Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg

· Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg

Page 10: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

e. Prasarana dan sarana lingkungan

· Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;

· Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit;

· Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;

· Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan;

· Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;

· Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan;

· Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

· Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

· Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

f. Vektor penyakit

· Indeks lalat harus memenuhi syarat.

· Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

g. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Page 11: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

a. Bahan bangunan

· Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150 mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg bahan;

· Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

b. Komponen dan penataan ruangan

· Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

· Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan;

· Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

· Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

· Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

· Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

c. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

d. Kualitas udara

· Suhu udara nyaman antara 18 – 30 o C;

· Kelembaban udara 40 – 70 %;

· Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

· Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;

· Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

· Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

e. Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

Page 12: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

f. Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g. Penyediaan air

· Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari;

· Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

h. Pembuangan Limbah

· Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

· Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i. Sarana Penyimpanan Makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

j. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah took (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

Page 13: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KESEHATAN KELUARGA

1. Faktor Internal

a. Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan sendirinya.

c. Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara melak¬sanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.

Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak na¬pas, atau nyeri), juga data objektif yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan perawat me¬rencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.

d. Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya.

Page 14: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawa¬tirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidu¬pannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu mela¬kukan koping secara emosional terhadap ancaman penya¬kit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Con¬toh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan se¬ring batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan menga¬kui gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

e. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keya¬kinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

2. Faktor Eksternal

a. Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya:

o Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit berat dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka dewasa.

Page 15: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

o Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.

b. Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

c. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa yang digunakan.

KONSEP KELUARGA ISLAMI

kewajiban Orang Tua dan Anak dalam IslamIslam adalah agama yang sempurna, Didalamnya terdapat petunjuk dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah petunjuk bagaimana anak bersikap kepada orang tua dan bagaimana cara mendidik anak. Berikut ini adalah Hak orang tua terhadap anak dan hak anak yang seharusnya diberikan oleh orangtuanya. ingat, hak anak adalah kewajiban orang tua dan Hak orang tua adalah kewajiban anak.

Kewajiban Orang tua kepada Anak1. Berdoa sebelum bercampur dengan istri, sehingga jika Allah takdirkan dari pencampuran tadi, si istri hamil, maka anaknya menjadi anak yang soleh.

2. Mengikuti rosulullah dalam menyambut kelahiran anak.

3. tinggal di lingkungan yang islami

4. Memberi nama yang baik

5.  Ibu hendaknya Menyusui anaknya 

6. Mengasuh dan membimbing anak (bukan diasuh oleh pembantu).

7. Mengkhitan si anak

8. Mengajari alquran, sholat,puasa, adab dan etika

9. Mengajari anak naik kuda, berenang dan memanah. 

10. Memberi nafkah dari rezeki yang halal sampai si anak mandiri atau menikah.

Page 16: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

11. Memilihkan teman yang baik.

12. berbuat adil kepada semua anak anaknya. 

13. Menjadi contoh yang baik bagi anaknya. 

14. Mencarikan pendamping hidup yang sholeh bagi anaknya.

Kewajiban Anak kepada Orang tua 1. Mentaati orang tua dalam kebaikan.

2. Menjaga dan memelihara orang tua dengan sabar terutama di masa tua.

3. Jangan bekata kasar atau membentak orang tua.

4. Dilarang mengangkat suara kepada orang tua.

5. menghargai dan menghormatinya dalam setiap keadaan

6. anak seharusnya bermusyawarahdengan orangtuanya  ketika ingin  mengambil keputusan. 

7. Meninggikan orang tua di hadapan orang lain.

8. Berdoa dan memintakan ampun kepada Allah 

9. Tidak bepergian kecuali minta izin kepada orangtuanya, termasuk pergi jihad. 

10. Berbuat hal hal yang membuat senang orang tua

11. Tidak  menganggu orang tua saat orang tua istirahat /tidur

12. Tidak boleh mengutamakan istri dibanding orangtua.

13. Mengalah kepada orang tua pada hal yang kita senangi (harta,pakaian, makanan).

14. Cepat memenuhi panggilan orang tua.

KEWAJIBAN ORANG SAKIT

Kewajiban orang sakit secara umum ada dua, yaitu :

1. Kewajiban untuk sembuh dari penyakitnya

Memperoleh kesembuhan bukanlah hak penderita, tetapi kewajiban penderita. Mengapa?

karena manusia diberi kesempurnaan dan kesehatan oleh Tuhan. Secara alamiah manusia itu

sehat.Adapun menjadi sakit sebernarnya merupakan kesalahan manusia sendiri.Oleh

karenanya, bila jatuh sakit maka ia berkewajiban untuk mengembalikan posisinya kedalam

keadaan sehat.jadi jangan enak-enakan saja kalau sakit karena ternyata mempunyai

kewajiban untuk sembuh

2. Kewajiban untuk mencari pengakuan, nasihat-nasihat dan kerjasama dengan para ahli

dalam hal ini adalah petugas kesehatan yang ada di dalam masyarakat

Page 17: Keluarga

MUHAMMAD JAKA SATRIA1102009188

Kewajiban yang kedua ini penting agar anggota masyarakat yang lain dapat menggantikan

posisinya dan melakukan peranan-peranannya selama ia dalam keadaan sakit. Pengakuan ini

misalnya dapat diwujudkan dengan pemberian cuti sakit atau izin tidak masuk kerja,baik

secara formal dan informal. Pentingnya mencari nasihat dan kerjasama adalah dalam rangka

kewajibannya yang pertama, yakni agar memperoleh kesembuhan yang secepat mungkin

Setalah kita mengetahui kewajiban orang sakit,maka mulai sekarang marilah kita untuk tidak

selalu menjadikan sakit sebagai alasan belaka untuk menghindari suatu tanggung jawab.

Tidak masuk kerja dengan alasan sakit kalau tidak benar sama saja hakekatnya kita

mendoakan lebih dulu agar diri kita terkena penyakit. selain itu, semakin lama kita tidak

masuk kerja maka semakin menumpuk pula beban kerja yang harus diselesaikan. Bisa jadi

jabatan juga akan hilang bila terlalu lama sakit karena kita dinilai orang sudah turun

produktivitasnya. Jadi marilah kita berlomba-lomba menjaga kesehatan karena sehat itu

mahal, sehat itu indah dan sehat itu rahmat.

HAK ORANG SAKIT

Hak orang sakit yang pertama dan yang utama adalah bebas dari segala tanggung jawab

sosial yang normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan

pekerjaan sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu

mutlak, tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut.

Apabila tingkat keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu

menuntut haknya.

Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain.

Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posis I yang lemah, lebih-lebih bila

sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Di pihak lain. orang sakit dituntut

kewajibannya untuk sembuh dan juga ditutntut untuk segera kembali berperan dalam sistem

sosial..Dari situlah dia berhak dibantu dan dirawat agar cepat memperoleh kesembuhan.

Anggota keluarga dan anggota masyarakat berkewajiban untuk membantu dan merawatnya.

Oleh karena tugas penyembuhan dan perawatan memerlukan suatu keahlian tertentu, maka

tugas ini didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau individu tertentu seperti

dokter, perawat, bidan dan petugas kesehatan lainnya. 

PERNYATAAN: Tugas yang saya buat ini bukan lah hasil plagiat dari tugas orang lain. Tugas ini saya buat dari hasil pencarian referensi baik dari textbook maupun internet.