kelompok 7.pdf

download kelompok 7.pdf

of 6

Transcript of kelompok 7.pdf

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    1/6

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    455

    PEMANFAATAN EKSTRAK TANAMAN TEMBAKAU (Nicotianae Tobacum L) SEBAGAI

    PESTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN

    CABAI

    Wulandari Meikawati*, Trixie Salawati, Ulfa Nurullita 

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

    *E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    Pesticides are substances that can reduce pest populations. But nowadays, common

     pesticides used to exterminate pests are chemicals based pesticides which can give negative

    impacts to public health and environment. One method that can be used is replacing

    chemical based pesticides with natural organic pesticides. Tobacco ( Nicotianae tabacum L) is one of the plants that can be used as a natural pesticide. Dried tobacco leaves contain

    2-8 % nicotine. This study is aimed to examine the efficacy of tobacco leaf extracts from

    Weleri based on the nicotine levels which is contained in the bottom and top of the leaves in

    controlling Grayak caterpillars which are commonly found in chili plants. This research

    used True Experiment which is conducted in the laboratory by using randomization. The

    design which is used in this research is a post test only design where measurements are

    taken after treatment is given. Analytical analysis is used to analyze the effect of nicotine

    levels of tobacco plants and detergent concentration on the amount of Grayak caterpillars

    which are dead in chili plants with Two Way Anova test. The results showed that the

    average number of dead caterpillars at 1.00 % concentrations is higher than at 0.83 %

    concentration, which are 7.91. Treatment by using different concentrations of detergent

    showed that the highest average number of dead caterpillars at 1.4 % concentration is 5.50

    and the lowest at 0.7 %. The results of Two Way Anova test for the interaction of nicotinelevels and detergent concentration to the amount of died caterpillars showed that there is

    influence in the use of nicotine levels and detergent concentration to the amount of died

    caterpillars.

    Keyword: Tobacco, Pesticide, Grayak caterpillars.

    PENDAHULUAN

    Pestisida adalah bahan yang cocok untuk membasmi hama yang dapat menurunkan populasi

    hama, hingga meluasnya serangan hama dapat dicegah. Pada saat ini pestisida yang umum dipakai

    untuk membasmi hama adalah pestisida yang berbahan zat kimia, yang mengakibatkan dampaknegatif untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan (Wachid, 2003). Residu pestisida sintesis

    sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan

    hingga puluhan tahun.  Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap

    pestisida, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat

    menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat

    menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi dan

    dideteksi karena efeknya tidak segera dirasakan (Munajat, 2003).

    Permasalahan tersebut dibutuhkan adanya pemecahan masalah yang dapat meringankan beban

    petani. Salah satu cara yang dapat dipakai adalah menggantikan pestisida berbahan kimia ke

    pestisida organik yang alami. Pestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya barasal dari

    tanaman atau tumbuhan, hewan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat mengendalikanserangan hama pada tanaman. Pestisida organik tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    2/6

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    456

    tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah

    dan peralatan yang sederhana (Kardiman, 1999).

    Tanaman tembakau ( Nicotianae tabacum L ) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat

    digunakan sebagai pestisida alami. Bagian yang sering digunakan adalah bagian daun dan batang.

    Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Tanaman tembakau dapat dijadikan sebagaipestisida organik karena kandungan nikotinnya yang tinggi mampu mengusir hama pada tanaman,

    sehingga tembakau bukan hanya digunakan untuk konsumsi rokok semata, tetapi bisa diolah

    menjadi pestisida organik (Yuphy, 2011)

    Hasil penelitian yang dilakukan Wiryadiputra (2003) menunjukkan bahwa aplikasi skala

    laboratorium pada 2 jam setelah aplikasi menunjukkan kematian hama Helopeltis sp. pada tanaman

    kakao baik pada stadia nimfa maupun imago cukup tinggi dengan perlakuan ekstrak limbah

    tembakau konsentrasi 10% dengan tingkat kematian mencapai lebih dari 80%. Penelitian Susilowati

    (2005) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun tembakau mempengaruhi

    efektivitasnya sebagai insektisida penggerek batang padi.

    Demikian pula penelitian yang dilakukan Rudiyanti (2010) yang menunjukkan bahwa

    konsentrasi ekstrak daun tembakau berpengaruh terhadap pertumbuhan biomassa mutlak dan lajupertumbuhan harian benih ikan Nila, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun tembakau yang

    diberikan maka pertumbuhan biomassa mutlak benih ikan nila akan semakin menurun.

    Cabai merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi pasar yang besar, dari jaman

    dahulu sampai sekarang cabai masih diburu masyarakat untuk dikomsumsi. Budidaya tanaman

    cabai selalu dilakukan, namun hama pengganggu pada tanaman cabai yaitu hama grayak ini sering

    merusak daun dan buah cabai itu sendiri, kita ingin mencoba menerapkan penggunaan pestisida dari

    tanaman tembakau yang efektif dengan membedaan jenis tanaman tembakau berdasarkan lama

    perendaman tuntuk pengendalian hama grayak. Supaya produksi cabai dan harga di pasaran

    Indonesia tetap stabil .

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, kami ingin meneliti bagaimana efektifitasekstrak tanaman tembakau Weleri sebagai pengendali hama ulat grayak yang biasa terdapat pada

    tanaman cabai.

    METODE PENELITIAN 

    Jenis penelitian yang digunakan adalah True Experimen  yaitu penelitian yang dilakukan di

    laboratorium dengan menggunakan randomisasi. Rancangan yang digunakan adalah  post test only

    design yaitu dilakukan pengukuran setelah diberikan perlakuan. Perlakuan dalam penelitian ini

    adalah kadar nikotin (x% dan y%) dan konsentrasi deterjen (0% (0 gr), 0,7% (30 gr) dan 1,4%

    (60 gr). Dengan demikian pada penelitian ini akan menggunakan rancangan faktorial 2 x 3,

    sehingga banyaknya perlakuan adalah 6.

    Tahap pertama yang dilakukan pada proses pembuatan pestisida organik dari tanaman

    tembakau adalah tanaman tembakau (dengan kadar nikotin x% dan y%) yang sudah kering

    diblender setelah itu disaring dengan kain penyaring untuk memisahkan ampas dan sari tembakau

    tersebut. Setelah tembakau terpisah dengan ampasnya, kemudian dilakukan pemanasan sampai

    mendidih, yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang mungkin akan mencemari

    pestisida yang akan dihasilkan. Dalam pemanasan ini ditambahkan 0 gr, 30 gr dan 60 gr sabun

    detergen kemudian dilakukan pendinginan pada suhu kamar. Setelah dingin, ditempatkan dalam

    ember/ baskom. Pada perendaman ini, wadah ditutup rapat. Larutan tembakau akan berubah warna

    menjadi teh kecoklatan/ hingga coklat pekat). Untuk penerapan penyemprotan pada tanaman cabai

    1 : 1 yaitu, 1 L larutan tembakau dicampur dengan 1 L air.

    Analisa analitik digunakan untuk menganalisis pengaruh kadar nikotin dari tanamantembakau dan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat grayak yang mati pada tanaman cabai

    dengan uji Two Way Anova.

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    3/6

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    457

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis Deskriptif

    Dalam penelitian ini diperoleh hasil uji kadar nikotin dimana kadar nikotin pada daun

    dibagian atas (1,00%) memiliki kadar yang lebih tinggi dibanding daun bagian atas (0,83%)sebagaimana disajikan pada tabel 4.1. Gambaran rata-rata jumlah ulat yang mati dengan berbagai

    kadar nikotin (1,00% dan 0,83%) dan berbagai konsentrasi deterjen (0%, 0,7% dan 1,4%) disajikan

    pada tabel 1 dan 2.

    Kadar Nikotin

    Tabel 1. Hasil Uji Kadar Nikotin

    Jenis Daun

    Tembakau

    Kadar Nikotin

    Sampel 1

    Kadar Nikotin

    Sampel 2

    Rata-rata Kadar

    Nikotin

    Atas (A) 1,08 0,92 1,00

    Bawah (B) 0,84 0,82 0,83

     Rerata jumlah ulat yang mati berdasarkan kadar nikotin 1,00% dan 0,83%

    Hasil penelitian menunjukkan rerata banyaknya ulat yang mati pada kosentrasi 1,00% lebih

    tinggi dibandingkan pada konsentrasi 0,83% yaitu 7,91. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Banyaknya ulat yang mati berdasarkan kadar nikotin 1,00% dan 0,83%

    Perlakuan

    (%)N

    Banyaknya ulat yang mati

    Minimum Maksimum Rata – rata

    1,00 12 6 10 7,91

    0,83 12 1 2 1,67

     Rerata jumlah ulat yang mati berdasarkan konsentrasi deterjen 0%, 0,7% dan 1,4%

    Perlakuan dengan menggunakan berbagai konsentrasi deterjen menunjukkan rerata

    banyaknya ulat yang mati tertinggi pada konsentrasi 1,4% yaitu 5,50 dan terendah pada 0,7%. Hasil

    selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Banyaknya ulat yang mati berdasarkan konsentrasi deterjen 0%, 0,7% dan 1,4%

    Perlakuan

    (%)N

    Banyaknya ulat yang mati

    Minimum Maksimum Rata – rata

    0 8 1 9 4,50

    0,7 8 1 7 4,371,4 8 1 10 5,50

    Analisis Analitik

    Uji Normalitas Data

    Berdasarkan hasil uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test   menunjukkan bahwa

    p value = 0,026 ( p < 0,05 ) artinya sebaran data banyaknya ulat yang mati berdistribusi tidak

    normal sehingga dapat dianalisis lebih lanjut dengan uji Two Way Anova.

    Uji Homogenitas Data

    Berdasarkan hasil uji homogenitas data total bakteri menunjukkan bahwa p value = 0,06 ( p >0,05 ) artinya varian antar group berbeda secara signifikan

    .

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    4/6

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    458

    Perbedaan rata-rata jumlah ulat yang mati berdasarkan kadar nikotin dan konsentrasi deterjen

    Berdasarkan hasil uji Two Way Anova  tentang pengaruh kadar nikotin terhadap banyaknya

    ulat yang mati diketahui nilai F hitung sebesar 511,364 dengan nilai p value = 0,000 ( p < 0,05 )

    artinya ada perbedaan yang bermakna antara kadar nikotin terhadap banyaknya ulat yang mati.

    Penelitian ini sejalan dengan penelitian Susilowati (2005) yang menunjukkan bahwa

    semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun tembakau mempengaruhi efektivitasnya sebagai

    insektisida penggerek batang padi.

    Demikian pula penelitian yang dilakukan Rudiyanti (2010) yang menunjukkan bahwa

    konsentrasi ekstrak daun tembakau berpengaruh terhadap pertumbuhan biomassa mutlak dan laju

    pertumbuhan harian benih ikan Nila, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun tembakau yang

    diberikan maka pertumbuhan biomassa mutlak benih ikan nila akan semakin menurun.

    Semakin tinggi kadar nikotin menunjukkan semakin banyak jumlah ulat yang mati. Hal ini

    dikarenakan nikotin yang mempunyai struktur kimia C10H14N2  termasuk alkaloid yang tingkat

    keracunannya tinggi, yang dapat digunakan sebagai insektisida tanaman budidaya.

    Nikotin dalam tanaman tembakau merupakan bahan beracun yang dapat digunakan sebagaiinsektida, fungisida, akarisida yang bekerja secara racun kontak, perut, dan berperan sebagai

    fumigan yang akan menguap dan juga menembus secara langsung ke integumen. Nikotin juga dapat

    digunakan untuk mengendalikan beberapa macam penyakit tanaman dan nematode.

    Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan bermakna antara konsentrasi deterjen terhadap

    banyaknya ulat yang mati, dimana diperoleh nilai F hitung sebesar 6,636 dengan nilai p = 0,007 ( p

    < 0,05). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Hasil uji perbedaan kadar nikotin dan konsentrasi deterjen terhadap

    banyaknya ulat yang mati

    Sumber keragaman F p value

    Kadar nikotin 511,364 0,000

    Konsentrasi deterjen 6,636 0,007

    Interaksi kadar nikotin dan

    konsentrasi deterjen3,545 0,050

    Pada Tabel 4. terlihat adanya interaksi kadar nikotin dan konsentrasi deterjen yang

    menunjukkan nilai F hitung sebesar 3,545 dan nilai p = 0,05 (p < 0,05) artinya ada perbedaan yang

    bermakna antara interaksi kadar nikotin dan konsentrasi deterjen.

    Hasil uji Two Way Anova  untuk interaksi kadar nikotin dan konsentrasi deterjen terhadap

    banyaknya ulat yang mati menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan kadar nikotin dan

    konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati. Interaksi antara penggunaan variasi kadarnikotin dan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati dapat terlihat dari rerata

    banyaknya ulat yang mati yang mengalami peningkatan pada masing-masing kadar nikotin dan

    deterjen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    5/6

     ISBN: 978-979-98438-8-3

    459

    Gambar 1. Grafik pengaruh kadar nikotin dan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati

    Interaksi antara kadar nikotin dan konsentrasi deterjen mempengaruhi banyaknya ulat yang

    mati dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara

    interaksi kadar nikotin dan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati.

    Uji LSD

    Uji LSD digunakan untuk melihat pasangan konsentrasi deterjen yang menpunyai beda rata-

    rata banyaknya ulat yang mati. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Hasil uji LSD perbedaan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati

    Pasangan konsentrasi deterjen p value Kesimpulan

    Konsentrasi 0% dengan konsentrasi 0,7% 0,716 Tidak ada perbedaan

    Konsentrasi 0% dengan konsentrasi 1,4% 0,008 Ada perbedaan

    Konsentrasi 0,7% dengan konsentrasi 1,4% 0,004 Ada perbedaan

    Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa

    pasangan konsentrasi 0% dengan konsentrasi 1,4% dan konsentrasi 0,7% dengan konsentrasi 1,4%

    menunjukkan bahwa p value < 0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara konsentrasi

    deterjen dengan banyaknya ulat yang mati. Pasangan konsentrasi 0% dengan konsentrasi 0,7%

    menunjukkan bahwa p value = 0,716 (p > 0,05) artinya pasangan tersebut tidak ada perbedaan yang

    bermakna antara konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati.

    KESIMPULAN

    1.  Ada pengaruh kadar nikotin terhadap banyaknya ulat yang mati dimana semakin tinggi

    kadar nikotin maka semakin banyak ulat yang mati.

    2.  Ada pengaruh konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat yang mati dimana semakin

    tinggi konsentrasi deterjen maka semakin banyak ulat yang mati.

    3.  Ada pengaruh interaksi kadar nikotin dan konsentrasi deterjen terhadap banyaknya ulat

    yang mati.

  • 8/18/2019 kelompok 7.pdf

    6/6

    Prosiding Seminar Nasional 2013

     Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

    460

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Posted 3 November 2011.  Budidaya Tanaman Tembakau 

    http://yuphyyehahaa.blogspot.com/2011/11/budidaya-tanaman-tembakau.html. diakses 1

    September 201

    Kardiman, A. 1999. Pestisida Nabati : Ramuan Dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Maspary. Cara kerja dan pembuatan pestisida organik nabati 

    http://www.gerbangpertanian.com/2010/06/cara-kerja-dan-pembuatan-pestisida.html.

    maspary.10:28 Diakses 2 September 2012

    Munajat, A dan Budiana, N.S. 2003. Pestisida Nabati untuk Penyakit Ikan. Penebar Swadaya,

    Jakarta, 87 hlm.

    Rudiyanti, Siti. 2010. Toksisitas Ekstrak Daun Tembakau (Nicotina tobacum ) terhadap

    Pertumbuhan Ikan Nila. Jurnal Saintek Perikanan. Vol. 6, No. 1, 2010, 56-61

    Susilowati, Eka Yuni. 2005.  Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau Kering dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau sebagai Insektisida Penggerek Batang Padi.http://lib.unnes.ac.id/

    diakses 2 September 2012

    Syamsul Huda. 2011. Resep Bio Pestisida  http://syamsulhuda-fst09.web.unair.ac.id /artikel_detail-

    23193-pertanian-RESEP%20BIO%20PESTISIDA.html Diakses 2 September 2012

    Wachid, A. 2003. Kajian Ekstrak Daun Mindi (Melia azedorach) dan Mimba (Azadirachta indica)

    Sebagai Pestisida Nabati Pada Ulat Grayak (Spodoptera litura ). Surabaya: Fakultas

    Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

    Wiryadiputra, S. 2003. Keefektifan Limbah Tembakau Sebagai Insektisida Nabati Untuk

     Mengendalikan Hama Helopeltis sp. Pada Kakao. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.

    http://i-lib.ugm.ac.id/index.php. Diakses 11 Maret 2013