Kelompok 5
-
Upload
leah-parker -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
description
Transcript of Kelompok 5
Kelompok 5
Anggota:1. Novel arolin
(12124969)2. iryandri
(12125071)` 3. ardhi prasetyo (12125081)
4. Desy vintaria(12125768)
5. muhamad zulfikri(12125238)
6. Ferendi(12125242)
Pertemuan 4
Pembahasan
1. Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik Profesi TI
2. Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik profesi IT
Kejahatan Komputer adalah bentuk kejahatan yang menimbulkan
dampak yang sangat luas karena tidak saja dirasakan secara
nasional tetapi juga internasional, oleh sebab itu wajar apabila
dikatagorikan sebagai kejahatan yang sifatnya internasional
berdasarkan United Nation Convention Against Transnational
Organized Crime (Palermo Convention, November 2000 dan
Deklarasi ASEAN 20 Desember 1997 di Manila)
Banyak permasalahan hukum yang muncul ketika kejahatan
dunia maya dapat diungkap oleh aparat penegak hukum,
Yurisdiksi merupakan hal yang sangat crucial dan kompleks
berkenaan dengan hal tersebut.
4.1 Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode
Etik Profesi TI
Prinsip Teritorial, setiap negara dapat menerapkan yurisdiksi
nasionalnya terhadap semua orang baik warga negara atau
asing.Prinsip Nasional Aktif, setiap negara dapat memberlakukan
yuridiksi nasionalnya terhadap warga negaranya yang
melakukan tindak pidana sekalipun dilakukan dalam yurisdiksi
negara lain.Prinsip Nasional Pasif, merupakan counterpart dari prinsip
nasional aktif, tekanannya ada pada kewarganegaraan sikorban.
Hukum internasional telah meletakkan beberapa prinsip umum
yang berkaitan dengan yuridiksi suatu negara, diantaranya :
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Prinsip Perlindungan, setiap negara mempunyai
kewenangan melaksanakan yurisdiksi terhadap kejahatan
yang menyangkut keamanan dan integritas atau
kepentingan ekonomi yang vital. Prinsip Universal, suatu negara dapat menyatakan
mempunyai hak untuk memberlakukan hukum pidananya
dengan alasan terdapat hubungan antara negara tersebut
dengan tindak pidana yang dilakukan.
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Bentuk penanggulangan pelanggaran Kode Etik Profesi IT,
beberapa asosiasi atau organisasi dan negara telah memiliki
bentuk perundangan, berikut beberapa contoh perundangan
tersebut :
1. IFIP (International Federation for Information Processing)2. ACM (Association for Computing Machinery)3. ASOCIO (Asian Oceaniq Computer Industries Organization)
A. Kode Etik Profesi IT produk dari Asosiasi atau Organisasi :
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
1. Malaysian Computer Society (Code of Profesional Conduct) 2. Australian Computer Society (Code of Conduct) 3. New Zealand Computer Society (Code of Ethics and
Profesional Conduct) 4. Singapore Computer Society (Profesional Code of Conduct) 5. Computer Society of India (Code of Ethics of IT Profesional) 6. Philipine Computer Society Code of Ethics) 7. Hong Kong Computer Society (Code of Conduct)
B. Kode Etik Profesi IT produk dari Negara
A. Mulder mengemukakan bahwa kebijakan hukum pidana ialah
garis kebijakan untuk menentukan :
Seberapa jauh ketentuan – ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau diperbaharui.
Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana
Bagaimana cara penyelidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana harus dilaksanakan
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) resmi disahkan di DPR-RI pada Selasa 25 Maret 2008. UU tersebut masih belum menggunakan penomoran karena masih menunggu UU dari Sekretariat Negara.
UU ITE merupakan UU Cyber pertama yang akan diberlakukan di Indonesia.Undang-undang tersebut diharapkan akan menjadi dasar penegakan hukum untuk transaksi online di wilayah Indonesia meski dilakukan di dunia maya. Salah satu pasal UU tersebut di Bab VII tentang Perbuatan Yang Dilarang, Pasal 31 ayat (1) dan (2) menyebutkan, “mereka yang secara sengaja dan tanpa hak melakukan penyadapan atas informasi dan/atau dokumen elektronik pada komputer atau alat elektronik milik orang lain akan dikenakan hukuman berupa penjara dan/atau denda.”
Kebijakan Hukum dalam upaya penanggulangan Pelanggaran Kode Etik
Profesi TI (cont)
Perbuatan terlarang tersebut akan mendapatkan sanksi yang diatur di dalam Bab XI tentang Ketentuan Pidana Pasal 47 yang berbunyi:Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Faktor utama meningkatnya Pelanggaran Kode Etik Profesi IT adalah makin merebaknya penggunaan Internet. Jaringan luas komputer tanpa disadari para pemiliknya disewakan kepada spammer (penyebar e-mail komersial), fraudster (pencipta situs tipuan), dan penyabot digital. Terminal – terminal jaringan telah terinfeksi virus komputer, yang mengubah komputer menjadi “zombi”. Contohnya di Bandung banyak warnet yang menjadi sarang kejahatan komputer.
Faktor lain yang menjadi pemicu adalah makin banyaknya para
“Intelektual yang tidak BER ETIKA”.
4.2. Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik
Profesi IT
Faktor penyebab Pelanggaran kode etik profesi TI1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari
masyarakat.2. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan
mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan.
3. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena buruknya upaya sosialisasi dari pihak profesi sendiri.
4. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi TI untuk menjaga martabat luhur profesinya.
5. Tidak adanya kesadaran etis dan moralitas di antara para pengemban profesi TI
Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik
Profesi IT (Cont)
Soerjono Sokanto (1988) menyebutkan lima unsur penegakan
hukum. Artinya untuk mengimplementasikan penegakan hukum di
Indonesia sangat dipengaruhi 5(lima) faktor yaitu :
1. Undang – undang.
2. Mentalitas aparat penegak hukum
3. Perilaku masyarakat
4. Sarana.
5. Kultur.
Apa yang dilakukan masyarakat akan berpengaruh besar terhadap
potret penegakan hukum. Ketika ada seseorang yang melanggar
hukum, sama artinya dengan memaksa aparat untuk
mengimplementasikan law in books menjadi law in action.
Dalam implementasi ini akan banyak ragam prilaku masyarakat,
diantaranya ada yang mencoba mempengaruhi aparat agar tidak
bekerja sesuai dengan kode etik profesinya, kalau sudah begitu,
maka prospek law enforcement menjadi berat.