kelompok 4
-
Upload
sonia-virgawati-pratiwi -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of kelompok 4
MAKALAH ASESMEN PENDIDIKAN
“Penilaian Gagasan Ilmiah”
Oleh :
PUTU SONIA VIRGAWATI PRATIWI 1313021040
NI KADEK ARIDANI BASUNARI 1313021053
Semester/Kelas: III/A
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia yang telah diberikan,
makalah yang berjudul “Penilaian Gagasan Ilmiah” dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna
membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada rekan-rekan semester
kelas 3 A yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis. Tidak lupa
pula, ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan restu
serta dukungan materiil kepada penulis. Terima kasih pula kepada para penulis
yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, September 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Gagasan Ilmiah 7
2.2 Gagasan yang Harus Dinilai 9
2.3 Metode yang digunakan untuk menilai gagasan ilmiah
sebagai bagian dari pembelajaran 10
2.4 Cara menggunakan Hasil Penilaian 16
2.5 Metode yang Digunakan Memeriksa
Gagasan Ilmiah Siswa 17
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 22
3.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan sangat identik tentang penilaian. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional sangat diperlukan penilaian yang akurat, akuntabel dan
valid. Penilaian merupakan tuntutan kemampuan yang bersifat intern dalam
profesi keguruan, yakni kemampuan seorang guru untuk mengukur dan menilai
sejauh mana ia telah mampu memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didiknya. Untuk itu, pengetahuan mengenai bagaimana konsep penilaian yang
benar harus diketahui oleh tenaga pendidik ataupun calon tenaga pendidik.
Asesmen atau penilaian itu merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam menilai peserta didiknya. Penilaian tersebut dapat berupa
asesmen informal maupun tes. Proses pembelajaran menuntut keterlibatan peserta
didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif , afektif, serta
psikomotorik terbentuk pada diri siswa , maka alat ukur hasil belajarnya tidak
cukup jika hanya dengan tes obyektif atau subyektif saja. Dengan cara penilaian
tersebut keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas baik saat melakukan
percobaan maupun menciptakan hasil karya belum dapat diungkap. Demikian
pula tentang aktivitas siswa selama mengerjakan tugas dari guru. Baik berupa
tugas untuk melakukan percobaan, peragaan maupun pengamatan.
Dasarnya siswa ke sekolah tidak dapat kita andaikan sebagai papan tulis
kosong. Siswa kekinian juga tidak dapat kita simbolkan dalam konsep tabula rasa
Jhon Lock. Siswa datang ke sekolah dengan berbagai pengalaman yang telah
membentuk pemahaman mereka, baik melalui membaca buku, menonton TV atau
video game bahakan dengan menjelajahi situs-situs internet. Hal tersebut
berakibat pada miskonsepsi siswa, apalagi kalau ditinjau dari segi ilmiahnya.
Bahasa sehari-hari juga memberikan kontribusi kesalahpahaman ilmiah. Frase
seperti “Belikan ibu gula pasir yang beratnya 1 kg” menyebabkan anak berpikiran
bahwa berat itu memiliki arti yang sama dengan massa padahal secara ilmiah
kedua istilah ini tidaklah sama. Sama halnya dengan fenomena menyebabkan
pemahaman ilmiah yang lebih akurat. Sebagai contoh, meskipun ada dua benda
jatuh dengan kecepatan yang sama dalam vakum, dalam kehidupan sehari-hari
4
mereka tetap melihat bahwa bulu jatuh lebih lambat dari koin karena pengaruh
gesekan udara. Melaui hal tersebut, siswa dapat mengintruksi pengetahuannya
sendiri. Suatu miskonsepsi adalah sesuatu yang lazim.
Penilaian merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran.
Tujuan penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran dan melihat keefektifan proses belajar mengajar. Teknik penilaian
dalam pembelajaran terus berkembang seiring dengan perubahan dan
perkembangan kurikulum dengan harapan dapat meningkatkan kualiatas
pembelajaran. Dalam rangka melakukan penilaian secara menyeluruh dan utuh,
diperlukan suatu metode tertentu. Metode yang terkait dengan hal tersebut adalah
penilaian ide ilmiah. Lebih mendalam lagi, metode dan strategi yang paling umum
adalah wawancara individu (Osborne dan Freyburg dalam Smith dan Abell,
2008). Guru bisa meminta siswa menjelaskan fenomena dan menyelidikinya.
Karena wawancara individu kurang praktis dalam kelas, metode lain yang dapat
digunakan adalah tes dua tingkat (pilihan ganda dan penalaran AOS), open
question yang mengarahkan anak-anak untuk menulis dan menggambarkan ide-
ide mereka, dan peta konsep. Namun menurut Smith dan Abell, cara paling
mudah untuk menilai ide siswa adalah mendengarkan siswa selama diskusi di
kelas dan memperhatikan apa yang mereka tulis dan gambarkan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, telah kita ketahui bahwa
menilai ide ilmiah siswa tidaklah mudah, banyak metode dan kesulitan yang
dihadapi. Untuk lebih memahami bagaimana menilai gagasan ilmiah siswa,
penulis menguraikannya dalam makalah yang berjudul “Penilaian Gagasan
Ilmiah”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Apa itu hakikat gagasan ilmiah ?
1.2.2 Bagaimana cara memutuskan gagasan seperti apa yang harus dinilai ?
1.2.3 Apa saja metode yang digunakan untuk menilai gagasan ilmiah sebagai
bagian dari pembelajaran ?
1.2.4 Bagaimana cara menggunakan hasilnya ?
5
1.2.5 Metode apa yang digunakan memeriksa gagasan ilmiah siswa ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan pembuatan makalah ini
antara lain sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mendeskripikan hakikat gagasan ilmiah.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan cara memutuskan gagasan seperti apa yang
harus dinilai.
1.3.3 Untuk mendeskripsikan metode yang digunakan untuk menilai gagasan
ilmiah sebagai bagian dari pembelajaran.
1.3.4 Untuk mendeskripsikan cara menggunakan hasilnya.
1.3.5 Untuk mendeskripsikan cara memeriksa gagasan ilmiah siswa.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini bermanfaat untuk menambah pengalaman penulis
dalam menyusun makalah assesmen serta penulis dapat memperoleh
pengetahuan baru tentang menambah wawasan penulis mengenai penilaian
ide ilmiah siswa, memberikan informasi terkait dengan penilaian ide
ilmiah siswa, menambah literatur tentang penilaian.
1.4.2 Bagi Pembaca
Pembaca dapat menambah ilmu dan wawasan pengetahuan baru tentang
mengenai penilaian ide ilmiah siswa, memberikan informasi terkait dengan
penilaian ide ilmiah siswa, menambah literatur tentang penilaian.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Gagasan Ilmiah
Pertanyaan "apa gagasan ilmiah?" tampaknya merupakan hal yang paling
nyata dan paling diperlukan yang untuk memulai pembahasan pada makalah ini.
Hal ini jelas bahwa kita harus menegaskan tentang apa yang kita nilai karena
sangat penting bagi guru untuk memahami tentang ide siswa. Terkadang beberapa
gagasan siswa berbeda dengan ilmuwan telah dikenal untuk waktu yang lama.
Berdasarkan teori konstruktivisme, siswa dapat membangun pengetahuan
mereka sendiri bukan disebabkan oleh transfer pengetahuan dari guru ke pikiran
mereka. Oleh karena itu, sebagai dampak dari teori ini, siswa memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi pengalaman mereka terhadap obyek penelitian.
Ini berarti bahwa mereka memiliki pengetahuan sebelumnya yang mungkin
berbeda dengan ilmiah. Ide yang membangun dalam belajar mungkin berbeda
dengan gagasan ilmuwan yang telah tertulis secara teoritis.
Gagasan awal siswa dapat diarahkan ke gagasan ilmiah dengan
mempertimbangkan dua hal penting untuk membuat kondisi di mana gagasan
akan menjadi lebih ilmiah, proses pengarahan akan diwujudkan dalam proses
pembelajaran. Pertama, saat gagasan diuji, hasil akhir yakni pengubahan atau
penolakan gagasan akan tergantung pada cara pengujian dilakukan. Pada dasarnya
pengujian gagasan yang teliti dengan cara dikaitkan dengan penyelidikan ilmiah
(Harlen, 1992). Bila demikian, maka gagasan yang tidak sesuai dengan bukti-
bukti tersebut akan disanggah atau bahkan ditolak dan diluruskan, gagasan yang
sesuai akan diterima dan diperkuat. Namun, hal ini tidak terjadi pada ujian
terhadap gagasan siswa memiliki kualitas tinggi atau pada siswa yang berpegang
teguh pada hasil observasi mereka. Siswa dapat mengabaikan bukti yang
bertentangan temuan yang ditafsirkan dan berpegang pada gagasan awal mereka
bahkan ketika ini tidak sesuai bukti. Sejauh mana gagasan siswa menjadi lebih
ilmiah tergantung pada cara menghubungkan, mengaitkan dan pengujian
dilakukan, pada penggunaan keterampilan proses.
7
Poin kedua adalah yang siswa memiliki pengalaman kurang dan memiliki
konsep yang kurang memadai untuk digunakan dalam upaya menjelaskan
fenomena baru yang mereka teliti. Hal ini sejalan dengan karakteristik manusia
yang berusaha untuk menjelaskan hal-hal baru dan jika benar-benar dianggap
cocok maka gagasan yang kurang memuaskan akan dipaksakan untuk
menjelaskan fenomena tersebut. Uniknya sering terjadi siswa tetap berpegang
teguh pada gagasan mereka yang salah arah dan tidak sesuai dengan bukti yang
menyebabkan mereka miskonsepsi. Dalam kepentingan melindungi validitas
gagasan ilmiah hipotetis, mungkin akan lebih baik, dalam keadaan seperti ini
untuk menyetujui kemungkinan bukti pendukung tetapi untuk menunjukkan
bahwa apa yang telah lihat sejauh ini tampaknya tidak mendukung gagasan
(Harlan, 1992).
Perkembangan gagasan dan pemahaman berlangsung melalui
perkembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Belajar terhadap
pemahaman yang melibatkan pengembangan gagasan melalui siswa berpikir
sendiri dan tindakan dalam sains berarti bahwa keterampilan proses yang
digunakan. Penggunaannya dapat dikembangkan untuk menangani situasi dan
fenomena yang baru. Sikap, menjadi komponen yang lebih umum dari tingkah
laku, keterampilan proses serta konsep, tergantung pada yang dipupuk dalam
berbagai macam eksperimen karena tidak ada cara pengajaran sikap secara
langsung. Keterkaitan penting gagasan, konsep, keterampilan dan sikap tidak
dibantah dengan memfokuskannya dalam mempertimbangkan peran guru dalam
mengembangkan kegiatan ilmiah siswa.
Seorang guru memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan dan
mengembangkan gagasan ilmiah yang dimiliki oleh siswa. Sehubungan dengan
hal tersebut ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan untuk membantu
siswa mengembangkan gagasannya, antara lain (Harlen, 1992):
1. Memperoleh Akses Gagasan Siswa
Siswa harus terlibat untuk mengeksplorasi dan menanyakan pertanyaan
yang relevan terhadap gagasan ilmiah mereka. Teknik semacam ini dapat
digunakan untuk jembatan penghubung siswa untuk mengungkapkan gagasan
8
mereka. Namun tidak untuk semua siswa pada waktu yang sama, karena
karakteristik siswa yang berbeda-beda.
2. Menentukan langkah selanjutnya
Menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya dengan mengingat
bukti tentang gagasan dimiliki oleh siswa, perlu diingat titik awal dan arah umum
terhadap gagasan ilmiah yang lebih luas.
3. Memperhatikan Aksi untuk Membantu Perkembangan Siswa
Menanggapi informasi tentang gagasan siswa dapat ditautkan dalam tiga
kategori: (1) kegiatan praktik, (2) diskusi, dan (3) harapan dan dukungan.
Kegiatan praktik dirancang untuk mengembangkan gagasan siswa terutama dari
dua jenis, yakni untuk memperluas pengalaman siswa dan melibatkan siswa dalam
pengujian gagasan mereka. Diskusi tentang kata-kata dan representasi yang tidak
cukup dilakukan sendiri, tetapi untuk menyertai kegiatan praktik. Diskusi dapat
membuat semua pemikiran yang diprovokasi oleh pengalaman. Kemudian,
harapan dan dukungan dapat bervariasi dari satu siswa ke siswa yang lain
sehingga mereka merasa tertantang untuk memperluas gagasan tetapi masih
dalam batasan kemampuan mereka.
2.2 Menentukan Gagasan Apa yang Dinilai
Ketika guru merencanakan kegiatan dan jenis-jenis pengalaman yang
mereka akan sediakan kepada siswa-siwanya, mereka memiliki ide-ide utama dan
keterampilan untuk mebina siswanya (Harlen, 1992) . Kegiatan tersebut disajikan
dalam berbagai cara dan saat ini identifikasi tentang pernyataan hasil yang dicapai
dalam kurikulum nasional telah menyediakan sarana yang bermanfaat untuk
merealisasikannya. Hal ini tidak hanya dipraktikan pada saat pelajaran tunggal
saja, namun tersebar di beberapa pelajaran dan sehingga mengahilkan tercapainya
ketrampilan dan gagasan yang akan memberikan kontribusi serta dipandang
sebagai alasan untuk pendidikan.
Perencanaan ke depan semacam ini sangat penting untuk proses pengajaran
yang bermafaat tinggi dan tidak memerlukan cara apapun yang mengikat atau
membatasinya. Maksud pernyataan tersebut para siswa diharuskan untuk
mengajukan pertanyaan atau merencanakan penyelidikan sendiri atau bertukar
9
pikiran tentang fenomena-fenomena baru. Tujuan ini memungkinkan siswa
mempertahankan dan mengeksplorasi pengetahuan mereka dan memberikan dasar
yang jelas bagi guru untuk mempertimbangkan cara untuk mengatur pelajaran dan
cara untuk berinteraksi dengan siswanya. Kejelasan merupakan hal yang penting
karena harus ada pandangan yang jelas dari informasi ataupun hal lain yang akan
dikumpulkan. Hal ini berarti dalam praktiknya lebih baik disampaikan melalui
contoh.
2.3 Metode-Metode yang Digunakan Sebagai Bagian dari Pembelajaran
Siswa harus membangun definisi sendiri terlepas dari jelas tidaknya guru
atau buku memberitahu mereka tentang hal-hal yang baru. Umumnya, sebagaian
besar siswa melakukannya dengan menghubungkan informasi baru dan konsep
apa yang dia sudah percayai. Konsep adalah unit penting dari pemikiran yang jika
mereka tersimpan dalam ingatan akan tetap memiliki gambaran tersendiri dan
tidak akan mempengaruhi pemikiran mengenai aspek lain. Konsep dapat
dipelajari dengan baik bila ditemui secara kontekstual dan disajikan dalam
berbagai cara, untuk itu guru harus memastikan lebih banyak konsep yang
tertanam dalam sistem pengetahuan siswa
Terdapat empat metode utama penilaian yang digunakan untuk menilai
gagasan ilmiah siswa, yakni diskusi, gambaran siswa, digali oleh siswa sendiri
atau diskusi dengan guru, peta konsep yang merupakan bentuk khusus dari
gambaran dan tulisan siswa yang mungkin diperjelas oleh guru dalam bentuk
tanya jawab atau juga sederetan observasi dan ide yang dibentuk sendiri oleh
siswa.
a) Diskusi
Proses pengajaran biasanya dimulai dengan pertanyaan dan fenomena yang
menarik dan akrab bagi siswa, tidak dengan abstraksi atau fenomena diluar
jangkauan persepsi mereka, pemahaman, atau pengetahuan teoritis. Siswa perlu
mengenali hal-hal di sekitar mereka-termasuk alat, organisme, bahan, bentuk, dan
angka yang perlu untuk diamati, dikumpulkan, ditangani, dan digambarkan secara
mendalam. Hal ini akan mengakbnatkan siswa menjadi bingung sehingga banyak
mengajukan pertanyaan, berdebat, bertukar pikiran tentang hal disekitar mereka
10
tersebut dan kemudian mencoba untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
mereka.untuk itulah perlu diadakan diskusi, dalam metode ini guru hanya
mendengarkan hasil observasi siswa. Misalnya, siswa melakukan observasi
terhadap proses es mencair. Dalam hasil observasinya, siswa akan memberikan
informasi tentang cara mereka menggunakan kata-kata panas, dingin, melebur
atau suhu. Bagi siswa belum memahami hasil temuannya maka mereka akan
diarahkan oleh gurunya. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan guru untuk
membantu mereka mengembangkan ide-ide dan gagasan mereka, antara lain:
a) Coba sentuh air, bagaimana rasanya? Kemudian coba dibandingkan
dengan es?
b) Sentuh lenganmu dan kemudian es, bagaimana perbedaan antara
keduanya?
c) Mana yang temperaturnya paling tinggi? Tanganmu, es, atau air?
d) Apa yang kamu pikirkan jika temperatur suatu benda itu naik?
Untuk memulai diskusi guru bisa memberikan beberapa pertanyaan
pembuka tentang mengapa es mencair, tentang sesuatu yang dianggap alami oleh
siswa misalnya sebagai berikut.
a) Menurut pemikiranmu apa yang menyebabkan es itu mencair?
b) Apa yang perlu kamu lakukan untuk menghentikan proses pencairan es
itu?
c) Menurutmu apa yang terjadi ketika kamu meletakkan air di pendingin
dan air itu menjadi padat?
Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut terlihat sulit, ingatlah bahwa :
1) pertanyaan-pertanyaan itu tidak jauh berbeda dengan pertanyaan-
pertanyaan yang guru tanyakan ketika mereka berdiskusi langsung
dengan kelompok-kelompok selama proses pembelajaran biasanya,
2) pertanyaan itu tidak semuanya perlu ditanyakan pada siswa-siswa.
Hal ini akan menjadi jelas dalam beberapa kasus yang belum bisa dipahami
para siswa. Informasi dari hasil diskusi bisa digunakan untuk mengarahkan siswa
melakukan kegiatan yang mengekplorasi dan mengembangkan gagasan ilmiah
mereka serta dari mana gagasan-gagasan tersebut muncul, tetapi tidak perlu
melanjutkan penggalian pemahaman jika gagasan ini sudah jelas. Poin ketiga yang
11
merupakan poin utamanya adalah guru harus paham bahwa berbicara bukan satu-
satunya cara yang dapat digunakan oleh siswa untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan mereka.
b). Gambaran Siswa
Dalam metode ini guru meminta siswa untuk menggambarkan apa yang
mereka pikirkan atau menggambarkan gagasan mereka yang akan memberikan
ingatan yang kuat serta bisa mengarahkan siswa untuk mengamati dengan
seksama apa yang telah terjadi. Di bawah ini adalah contoh gambaran siswa
mengenai ide mereka :
Gambar 1
Gambar anak usia 7 tahun. "Matahari itu panas dan air yang dingin menyatu
dengan panas matahari kemudian air itu akan menurun suhu atau temperaturnya"
Untuk melukiskan atau menggambarkan ide abstrak oleh siswa, tidaklah
mudah seperti gagasan tentang bagaimana proses peleburam terjadi, siswa sangat
membutuhkan tanda-tanda, bukti-bukti dan catatan-catatan sebagai komentar
untuk memudahkan penggambaran siswa. Lukisan atau gambar memegang peran
penting untuk menyampaikan gambaran/pikiran siswa. Sebagai contoh, gambar
pada gambar 1 yang dibuat oleh anak berumur 7 tahun. Gambar 1 menunjukkan
bahwa anak tersebut mempertimbangkan interaksi langsung panas matahari yang
dapat menyebabkan penguapan air yang ada dalam gelas.
Untuk lebih memudahkan mengeksplorasi gagasan siswa, guru dapat
menggunakan balon es. Balon es sebagai sarana yang cukup berguna untuk
penyelidikan dalam upaya mengembangkan gagasan-gagasan ilmiah siswa.
Contoh aktivitas yang dapat digunakan dengan balon es adalah sebagai berikut.
12
Padat
Cair
mencair
a) Gambarkan seperti apa balon es tersebut dan berikan pertanyaan “menurutmu
akan seperti apa rupa balon es itu setelah makan malam, pada siang hari, dan
besoknya jika kita meletakkannya di air (tugas yang sama juga dapat
diberikan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada rupa balon itu
jika dikeluarkan dari air)?”.
b) Letakkan atau beri tanda/catatan pada gambaranmu untuk memberikan
pengertian lebih tentang bagaimana hal itu berubah dan apa yang telah
membuatnya berubah.
c) Gambarkan dengan tanda untuk menunjukkan semua perbedaan yang bisa
kamu lihat diantara es dan air.
Cara di atas adalah cara yang terbaik. Apabila memungkinkan berbicaralah
kepada siswa secara individu ketika mereka membuat gambaran ide mereka dan
suruhlah menjelaskan informasi tentang sesuatu yang tidak mudah untuk
diinterpretasikan atau ditafsirkan oleh siswa tersebut.
c). Peta Konsep
Peta konsep adalah diagram yang menunjukkan hubungan antara konsep-
konsep. Terdapat aturan-aturan tertentu yang bersifat sederhana dan mudah
dimengerti oleh anak umur 5 atau 6 tahun. Contohnya, jika kita memakai kata-
kata seperti padat dan cair, kita dapat menghubungkan satu dan yang lainnya
seperti cara dibawah ini.
Gambar 2. Peta Konsep Tentang Peristiwa Mencair
Peta konsep mempunyai sebuah proposisi yang menunjukkan hubungan,
yang ditunjukkan oleh anak panah sebagai penanda arah. Seperti pada gambar 3,
terdapat proposisi mencair dengan anak panah ke bawah bukan ke atas yang
13
berarti “benda-benda padat dapat mencair menjadi cair, tetapi tidak sebaliknya”.
Kita dapat menambahkan hal seperti pada gambar 2 yakni dengan
menghubungkan kata-kata lain dan membentuk sebuah peta.
Dalam metode ini mintalah siswa untuk menggambarkan ide-ide mereka
mengenai bagaimana sesuatu itu berhubungan dengan satu dan lainnya. Hal
tersebut berguna untuk memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai cara
mereka mempertimbangkan bagaimana satu hal menyebabkan hal lain terjadi.
Sebagai langkah awal buatlah daftar kata-kata yang berhubungan dengan topik
yang akan digunakan siswa dalam kegiatan ini dan kemudian mintalah siswa
meletakkan "kata-kata penghubung" pada anak panah tersebut. Contohnya
terdapat pada gambar 4 yang menunjukkan daftar kata-kata hasil observasi
kegiatan anak berumur 6 tahun yang bernama Lennie (Harlen, 1992). Setelah
melakukan beberapa aktivitas tentang proses pemanasan dan efeknya pada benda-
benda lainnya, Lenie membuat peta konsep mengenai aktivitasnya sebelumnya.
Tabel 1. Daftar Kata-kata Untuk Topik Peta Konsep
Energi Gesekan
Temperatur Menguap
Derajat celcius Panas
Meleleh Uap
Mendidih Melindungi
Cair Makanan
Padat Air
Gambar 4. Peta Konsep Mengenai Aktivitas Pemanasan dan Efeknya
14
Gambar 4 di atas, terlihat bahwa Lennie belum bisa membedakan kalor dari
suhu tetapi ia memiliki beberapa gagasan tentang apa yang dapat terjadi oleh
kalor. Guru disarankan untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan siswa
untuk memastikan makna yang dimaksudkan sehingga jelas bagi siswa, dan tidak
menimbulkan miskonsepsi.
d). Tulisan siswa
Gambar biasanya dapat dibuat oleh anak-anak, namun mereka juga bisa
menulis gagasan mereka didalamnya. Hal tersebut bisa sangat membantu ketika
anak-anak menjadikan aktivitas menulis sebagai suatu kesenangan. Berikut
contohnya, gambar 5 di bawah ini adalah tulisan yang dibuat oleh anak umur 6
tahun yang menerangkan mengapa kondesasi dari hasil pernafasannya pada
permukaan jendela yang dingin menjadi lenyap.
Gambar 5. Tulisan Anak Mengenai Penyebab Lenyapnya Kondensasi
“ I went outside and I breathed on the windows and my cold breath comes
out and if you look at it, you can see it large a way it goes when it gets warm”.
(diperoleh dari Harlen, 1992). "
Lain halnya pada gambar 6, yang merupakan sebuah jawaban dari anak
yang berumur 10 tahun tentang bagaimana cara memperlambat proses evaporasi
air dari gelas. Hal itu menunjukkan bahwa nilai tidak hanya untuk menulis tentang
apa yang telah diamati namun juga menempatkan masalah dimana gagasan-
gagsan harus digunakan
Gambar 6. Tulisan Anak Tentang Evaporasi
15
“by putting a piece of glass covering it and it will last longer because it can’t
get out” (Russell dan Watt dalam Harlen, 1992).
Jenis tugas dalam hal menulis yang dapat diberikan kepada siswa untuk
mengembangkan dan mengeksplorasi gagasan-gagasan ilmiahnya dalam konteks
eksperimen balon es dapat digali melalui pertanyaan seperti di bawah ini:
a) Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada balon es dalam air?
Apa yang kamu perlu lakukan untuk menghentikan perubahan balon es
tersebut?
b) Gambarkan apa yang kamu pikirkan untuk membuat balon es itu
mencair lebih cepat dan mengapa hal itu terjadi.
c) Gambarkan pada seseorang yang belum pernah melihat es dan air,
tanyakan perbedaanya, dan tanyakan pula bagaimana mereka tahu
bahwa itu es dan air.
Banyak pertanyaan yang disarankan sebelumnya untuk diskusi. Diskusi juga
bisa berubah menjadi tugas menulis untuk siswa yang usianya lebih matang,
sehingga penilaian yang guru berikan menjadi lebih mudah dilakukan.
2.4 Menggunakan Hasil Temuan
Mungkin telah disadari bahwa apa yang telah disarankan untuk menilai atau
proses penilaian dapat juga dipertimbangkan sebagai bagian dalam proses
pembelajaran. Hanya untuk menggarisbawahi lebih lanjut bahwa tujuan
pengumpulan informasi dengan cara penialaian (asesmen) adalah sangat penting
digunakan dalam proses belajar untuk mengembangkan gagasan ilmiah anak. Di
bawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan informasi
tentang gagasan-gagasansiswa.
a) Jika seorang siswa tidak menggunakan sebuah kalimat secara konsisten
dengan pemahaman konsep yang baik, diskusikanlah arti kata yng mereka
maksudkan hal ini dikarenakan anak usia ini biasanya mempunyai pengertian
tersendiri tentang suatu hal.
b) Hal yang sama juga dilakukan pada semua tugas-tugas dan dipandang perlu
untuk menemukan apa yang sesungguhnya ingin dilakukan oleh siswa
(sebagai contoh apabila es mencair dipahami sebagai proses "pengerusakan",
16
dalam hal ini pengertian anak kelihatannya tidak sesuai bagi guru namun
cukup rasional menurut mereka).
c) Meminta anggota kelompok lainya untuk membantu siswa yang kurang
mampu dalam mengembangkan gagasan-gagasan ilmiah mereka. Sebagai
contoh anak yang tidak mengetahui alasan mengapa air membeku dalam
lemari es akan dibantu oleh temannya yang lain dengan memberi pernyataan
bahwa sesuatu telah terjadi dalam proses tersebut, namun hal ini bukanlah
disebabkan oleh ilmu sihir atau semacamnya. Anak tersebut kemudian
menggali gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya dan menambahkan
beberapa saran untuk melengkapi ide tersebut.
d) Cara yang paling efektif untuk membantu mengembangkan gagasan atau
pemikiran mereka adalah dengan mengarahkan mereka untuk menyatakan
gagasan-gagasan yang bisa diukur. Sebagai contoh membuat sebuah
perkiraan. Anak yang mengatakan bahwa air adalah suatu faktor yang
menyebabkan es melebur atau mencair akan memperbaiki atau meninjau ulang
pernyataan ini setelah menyadari pada dasarnya apabila es keluar dan air
mampu menghentikan proses pencairan dan akhirnya diketahui bahwa hal itu
tidaklah benar.
2.5 Metode yang Digunakan Untuk Memeriksa Gagasan Siswa
Telah didiskusikan pada bab sebelumnya bahwa salah satu cara untuk
mendapatkan informasi dalam mencapai prestasi anak adalah dengan memeriksa
kembali, yaitu memberi beberapa tugas yang dirancang secara khusus untuk
menilai poin yang dicapai dalam perkembangan gagasan-gagasan ilmiah siswa.
Penting juga dipertimbangkan bahwa guru perlu memperkenalkan tugas khusus
jika cara lain tidak memungkinkan terjadinya proses pengumpulan informasi
tentang gagasan-gagasan tersebut. Gambar dibawah menunjukkan bagaimana hal
ini dilakukan melalui pertanyaan pertanyaan tertulis. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut tidak harus diberikan dalam bentuk "tes" namun dapat pula diberikan
sebagai bagian dari aktivitas belajar siswa sehari-hari.
Berikut cara untuk menilai gagasan, dengan cara meminta siswa
mempraktekkan sesuatu daripada menanyakan sesuatu secara langsung. Respon
17
atau tanggapan yang terbuka sangat diperlukan sehingga siswa dapat menjelaskan
gagasan-gagasan yang mereka miliki dari pada sekadar merespon atau
menanggapi sesuatu yang telah dijelaskan orang lain. Informasi lebih lanjut
tentang bagaimana siswa tersebut dimotivasi melalui beberapa pertanyaan dan
bagaimana siswa itu dinilai dapat ditemukan dari contoh yang diberikan berikut.
a). David dan John meletakkan sejumlah pasir kering, tanah, tepung/serbuk,
dan garam ke dalam 4 wadah dengan jumlah yang sama untuk setiap
material.
Mereka ingin mengetahui seberapa banyak air yang akan meluap/keluar
pada masing-masing wadah tadi. Oleh karena itu mereka menambahkan
100 ml air kedalam wadah untuk memastikan peristiwa itu.
Percobaan tersebut berjalan lancar sampai pada saat mereka mereka
menpraktikan pada wadah yang berisi garam, mereka menuangkan air,
garam hampir seluruhnya langsung hilang.
Gambar 7. Percobaan Material yang dituangkan air
Menurutmu mengapa garam yang ada didalam-wadah langsung hilang
ketika dituangi air sedangkan material lain tidak?
Menurut saya, hal ini mungkin terjadi
karena..........................................................................................................
.....................................................
b). Pendingin (freezer). Satu blok es dibiarkan dalam bentuk balok (bentuk
semula) sedangkan es yang satunya lagi dipecah-pecah menjadi
beberapa bagian kecil. Diketahui selanjutnya bahwa es yang dipecah-
18
Gambar 8. Percobaan Pencairan Pada Es Balok
pecah lebih mudah mencair dibandingkan es yang masih dalam bentuk
balok (utuh).
Menurutmu mengapa hal ini bisa terjadi?
Saya rasa itu
karena ................................................................................. .......................
.............................................................................................
c). John mencuci 4 buah saputangan dan menggantungkan pada tempat yang
berbeda untuk mengeringkannya. John ingin mengetahui apakah dengan
meletakkan saputangan tersebut pada tempat yang berbeda proses
pengeringannya juga berbeda.
a. Di tempat mana menurutmu sapu tangan tersebut paling cepat kering?
Pilih salah satu.
Di koridor dimana tempat ini dingin dan teduh.
Di ruangan hangat dengan jendela tertutup.
Di ruangan hangat dengan jendela terbuka.
Di ruangan dingin dengan jendela terbuka.
Semua sama.
b. Apa alasanmu untuk pilihanmu tersebut?
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
...
Dengan metode-metode tugas khusus tersebut guru akan mengetahui
secara jelas gagasan-gagasan ilmiah yang dimiliki anak dan dapat
melakukan penilaian terhadap gagasan tersebut.
Sebagai implikasi dari penilaian terhadap gagasan ilmiah siswa, adalah
untuk meminimalisir guru untuk tidak menggunakan metode pembelajaran
ceramah di kalangan siswa untuk mengembangkan gagasan-gagasan
ilmiahnya. Tahap penting dari penyelidikan dan pembelajaran yang bermuara
pada pemikiran ilmiah secara lisan dan wacana tertulis yang fokus perhatian
19
siswa tentang bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui dan
bagaimana pengetahuan mereka terhubung ke gagasan yang lebih luas serta
domain lainnya, dan dunia di luar kelas. Guru langsung mendukung dan
membimbing kegiatan ini dalam dua cara (1) mereka melibatkan siswa untuk
mencatat hasil temuan mereka dalam upaya mengajar keterampilan yang
diperlukan dan (2) mereka mempromosikan dan mengekplorasi berbagai
temuan mereka dalam bentuk komunikasi.
Menggunakan struktur kelompok kolaboratif, dengan tujuan guru
mendorong saling ketergantungan di antara anggota kelompok, membantu
siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil sehingga semua
berpartisipasi dalam berbagi data dan mengembangkan laporan kelompok.
Guru juga memberikan kesempatan kelompok untuk melakukan presentasi
terhadap hasil temuan mereka dan untuk terlibat dengan teman sekelas mereka
dalam menjelaskan, mengklarifikasi, dan membenarkan apa yang telah
mereka pelajari, teliti dan temui. Peran guru dalam interaksi kelompok kecil
dan besar adalah mendengarkan, mendorong partisipasi yang luas, dan menilai
bagaimana untuk membimbing gagasan diskusi-menentukan untuk mengikuti,
ide untuk pertanyaan, informasi untuk menyediakan, dan koneksi untuk
membuat. Di tangan guru yang terampil, kerja kelompok tersebut akan
mengantarkan siswa untuk mengenali keahlian yang berbeda dari kelompok
dan membawa bukti dan argument yang baik atas temuannya.
Mengembangkan gagasan ilmiah siswa memerlukan waktu dalam
hitungan hari dan dalam jangka panjang. Sekolah harus melakukan
restrukturisasi jadwal sehingga guru dapat menggunakan blok waktu, strategi
interdisipliner, dan pengalaman- pengalaman lapangan untuk memberikan
siswa banyak peluang untuk terlibat dalam penyelidikan ilmiah yang serius
sebagai bagian tak terpisahkan dari pembelajaran ilmiah mereka. Ketika
mempertimbangkan bagaimana struktur waktu yang tersedia, guru yang
terampil menyadari bahwa siswa memerlukan waktu untuk mencoba gagasan,
untuk melakukan kesalahan, kemudian merenungkannya, dan mendiskusikan
dengan satu sama lain.
20
Dalam memahami berbagai gagasan yang dimiliki oleh siswa, guru yang
terampil menyadari keragaman di kelas dan mengatur suasana kelas sehingga
seluruh siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi penuh. Guru perlu
mengingat dan hati-hati dalam menentukan siapa yang berkerja sama dengan
siapa dalam satu kelasnya, sehingga tercapai semua anggota kelompok
kolaboratif dan siswa membuat semua keputusan. Pemantauan ini dapat
menjadi sangat penting dalam kelas siswa yang beragam, di mana isu-isu
status sosial dan otoritas dapat menjadi faktornya.
Berdasarkan penilaian gagasan ilmiah siswa, guru yang terlibat harus
diberikan wewenang untuk memilih bahan yang paling tepat dan untuk
membuat keputusan tentang kapan, di mana, dan bagaimana
merekamelakukan kegiatan untuk penilaian. Keputusan tersebut harus
memperhatikan keselamatan, keseimbangan, penggunaan yang tepat, dan
ketersediaan dengan kebutuhan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
merancang percobaan, memilih alat, dan membangun peralatan, yang
semuanya penting untuk pengembangan pemahaman tentang penyelidikan.
Hal ini penting bagi siswa untuk belajar bagaimana mengakses informasi
ilmiah dari buku-buku, majalah, video, database, komunikasi elektronik, dan
dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang lebih. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan teknologi
kontemporer sebagai mereka mengembangkan pemahaman ilmiah mereka.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Gagasan ilmiah adalah gagasan mendasar yang dimiliki oleh seseorang
tetang suatu ilmu. Beberapa gagasan siswa berbeda dengan ilmuwan telah
dikenal untuk waktu yang lama.
2. Dalam menentukan gagasan apa yang dinilai guru merencanakan kegiatan
dan jenis-jenis pengalaman yang mereka akan sediakan kepada siswa-
siwany untuk mebina siswanya dengan jalan tidak membatasi akses
pemikiran anak dan mengaplikasikannya dengan beberapa contoh.
3. Metode yang digunakan sebagai gagian dari pembelajaran adalah metode
diskusi, gambaran siswa, peta konsep dan tulisan siswa.
4. Menggunakan hasil temuan untuk mengembangkan gagasan ilmiah siswa,
dan perlu memperhatikan arti terselubung yang dimaksud siswa,
menemukan apa yang sesungguhnya ingin dilakukan oleh siswa karena
kelihatannya tidak sesuai bagi guru namun cukup rasionak bagi mereka
dan meminta anggota kelompok untu membantu siswa yang kurang atau
belum memahami sepnuhnya tentang fenomena baru yang mereka temui.
5. Metode yang digunakan untuk memeriksa gagasan siswa adalah tidak
harus berupa tes " namun dapat pula diberikan sebagai bagian dari
aktivitas belajar siswa sehari-hari dn berupa tugas-tugas khusus lainnya.
3.2 Saran
Disarankan bagi pembaca yang merupakan calon pendidik untuk memahami
metode penilaian ide (gagasan) ilmiah siswa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Christian, R. and Aufschnaiter, C. 2010. Misconceptions or missing conceptions?
(Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education).
Vol. 6: 3-18. Germany: Justus Liebig University Giessen, Giessen.
Harlen, W. 1992. The teaching of science. Great Britain: BPCC Ltd. Exeter.
National Research Council. 1998. National science education standard.
Washington DC: National Academic Press.
23