kELOMPOK 4

14
KELOMPOK 4 SYAUTA PAULA 1101114 DEWI PURNAMASARI 1101164 HERI NABABAN 1101173 ERWIN KISRUH MIGAS DAN KEBERPIHAKAN PEMERINTAH

description

pajak

Transcript of kELOMPOK 4

Page 1: kELOMPOK 4

KELOMPOK 4

SYAUTA PAULA 1101114DEWI PURNAMASARI 1101164HERI NABABAN 1101173ERWIN

KISRUH MIGAS DAN KEBERPIHAKAN PEMERINTAH

Page 2: kELOMPOK 4

OUTLINE

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG “KISRUH

MIGAS” CONTOH TATA KELOLA MIGAS

NEGARA LAIN STUDI KASUS KESIMPULAN DAN SARAN PENUTUP

Page 3: kELOMPOK 4

PENDAHULUAN

Industri hulu migas tidak pernah lepas dari headline media nasional belakangan ini, mulai dari isu cost recovery, pengaturan blok migas yang akan berakhir,

contohnya :

- Blok Mahakam

- Puncaknya pembubaran SKK MIGAS berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi.

Page 4: kELOMPOK 4

BACKGROUND PSC

PSC secara konsep adalah ide yang brilian karena mengatur bagaimana negara dan investor berbagi imbal hasil yang proporsional, sementara resiko sepenuhnya ditanggung

investor.

PSC di Indonesia di adopsi dari sistem paron yang biasa dilakukan dalam penggarapan sawah, yang intinya berbagi hasil antara pemilik dan penggarap dengan porsi tertentu (misal: 50% – 50%).

Page 5: kELOMPOK 4

LATAR BELAKANG KISRUH MIGAS DAN KEBERPIHAKAN PEMERINTAH

Indonesia dikenal sebagai pelopor penggunaan Production Sharing Contract (PSC) yang dimulai pada awal

tahun 60-an. Awalnya Pertamina sebagai

pemegang kuasa pertambangan migas (monopoli),

Kini, Pertamina dirubah menjadi perusahaan perseroan terbatas dan diposisikan sebagai kontraktor biasa seperti pada umumnya.

Kemudian, Pemerintah membentuk Badan Pelaksana Migas (BP Migas) dalam pengelolaan sektor hulu migas dan Badan Pengatur Migas (BPH Migas) di sektor hilir migas.

Page 6: kELOMPOK 4

PERAN NOC (NATIONAL OIL COMPANY) TERHADAP TOTAL PRODUKSI NASIONAL

A.NOC dari negara negara anggota OPEC, seperti: Aramco (Saudi Arabia),NIOC (Iran), KOC (Kuwait),PDVSA (Venezuela)QP (Qatar) (lebih dari 90% produksi domestik)B.NOC dari negara non-OPEC yang menguasai 90% produksi nasional,Pemex (Meksiko) dan Petrobras (Brazil) menguasai 90% produksi nasional. LNOC (Libya) dan Sonatrach (Aljazair) menguasai 80% produksi domestik. Petronas (Malaysia), NNPC (Nigeria),  ADNOC (UAE) dan CNPC (China) menguasai lebih dari separuh produksi nasional.

Page 7: kELOMPOK 4

Bahkan Sonangol (Angola) yang masih terhitung NOC yang muncul belakangan, bagiannya dari total produksi nasionalnya sudah mencapai sekitar 40%. Sementara Pertamina tidak lebih dari 25% produksi nasional.  visi dan keberpihakan negara terhadap NOC dapat dikatakan  masih minimal.

Partisipasi pemerintah melalui NOC pada PSC Indonesia hanya berupa pilihan opsi berpartisipasi sebesar 10-25%saja, dimana besaran tersebut tetap (tidak progresif). Masalah

Utamanya

Page 8: kELOMPOK 4

CONTOH TATA KELOLA MIGAS NEGARA LAIN

Berdasarkan studi pengaruh pemisahan tiga fungsi (kebijakan, regulasi dan komersial) terhadap kinerja produksi migas di beberapa negara eksportir minyak.

Negara yang dipilih sebagai sampel adalah:

1. (yang melakukan pemisahan)Aljazair, Brazil, Meksiko, NigeriaNorwegia

2. (yang tidak melakukan pemisahan)Angola, Malaysia, Russia, Saudi Arabia Venezuela,

Penelitian oleh Mark Thurber dkk (Universitas

Stanford

Page 9: kELOMPOK 4

Hasil studi penelitian :Dari sepuluh negara yang dijadikan sampel pada studi ini, semua NOC nya mempunyai  bagian yang sangat besar terhadap produksi minyak domestik mereka.

Model tata kelola dari negara lain ini tentunya dapat dijadikan pembelajaran. Keinginan untuk ´´mensterilkan´´ Pemerintah dari kemungkinan tuntutan di arbitrase internasional ketika terjadi sengketa bisnis dengan tidak terlibat langsung sebagai pihak yang berkontrak perlu dikaji dengan seksama.

Page 10: kELOMPOK 4

STUDI KASUSKetika terjadi sengketa antara ExxonMobil vs. PDVSA untuk salah satu blok di Venezuela dimana Pemerintah Venezuela juga dituntut oleh Exxon Mobil, padahal Pemerintah bukan pihak yang berkontrak.

Solusinya :Perkembangan sengketa migas internasional belakangan sebaiknya di observasi sebagai bahan pertimbangan nantinya.

Page 11: kELOMPOK 4

Selama ini kisruh cost recovery antara pihak pemerintah dan perusahaan migas internasional lebih disebabkan oleh :

1. Kurangnya keberpihakan pemerintah (pertamina) terhadap NOC

Solusinya :Dengan terlibatnya NOC pada suatu blok sebagai mitra perusahaan asing, maka isu cost recovery otomatis akan berkurang karena Pertamina sebagai kepanjangan tangan Pemerintah sebenarnya dapat ikut mengawasi penggunaan biaya dari dalam (internal) sehingga diharapkan tidak ada lagi masalah “informasi yang tidak berimbang” tersebut.

KESIMPULAN

Page 12: kELOMPOK 4

1.Kisruh migas nasional ini sebenarnya dapat dicegah jika terus di prioritaskan dalam rangka meningkatkan bagian produksi Pertamina terhadap produksi nasional. 2.Beberapa keuntungan apabila Pertamina mempunyai partisipasi signifkan dalam suatu blok migas atau NOC

yang tinggi, antara lain: a. Jaminan pasokan energi untuk keperluan domestikb. isu cost recovery akan dapat diminimalkan

SARAN

Page 13: kELOMPOK 4

Semoga kisruh hulu migas nasional ini menjadi pembelajaran bersama dan sebagai bahan intropeksi bagi semua pihak dalam rangka menuju pengelolaan industri hulu migas yang lebih baik pada masa yang akan datang.

PENUTUP

Page 14: kELOMPOK 4

SEKIAN DAN TERIMAKASIH