kelkmpok 2
-
Upload
farid-de-porras -
Category
Documents
-
view
163 -
download
0
Transcript of kelkmpok 2
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar Penelitian Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sunandar, M.Pd
Disusun Oleh :
1. Aditya Kusuma Astuti (08310045)
2. Alfiana Putri Irmani (08310048)
3. Diah Sani Susilawati (08310055)
4. Farid Hidayat (08310060)
5. Ratna Prasetyaningsih (08310079)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman yang semakin modern ini, persaingan
dalam dunia pekerjaan semakin ketat. Oleh karenanya kita
dituntut untuk mempunyai kemampuan atau skill yang tinggi
untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja. Untuk
mempunyai kemampuan atau skill yang tinggi pendidikan
sangat berperan dalam mengasah kemampuan atau skill kita.
Semakin tinggi jenjang pendidikan yang kita peroleh maka
semakin banyak ilmu yang kita dapatkan.
Faktanya, dalam dunia kerja lulusan strata 1 atau
diatasnya lebih dibutuhkan dibandingkan dengan lulusan
diploma. Untuk menjadi lulusan strata 1 atau sarjana salah
satu syarat yang harus dipenuhi adalah membuat suatu karya
ilmiah ( skripsi untuk S1, thesis untuk S2, disertasi untuk S3 ).
Untuk karenanya, penting bagi lulusan sarjana untuk
menyusun suatu karya ilmiah yang berkualitas. Hal ini
terwujud dengan penulisan penelitian yang baik. Untuk
menyusun tulisan penelitian yang baik hendaknya seorang
peneliti harus memahami terlebih dahulu komponen –
komponen yang diperlukan dalam penulisan karya ilimiah.
Dalam mempersiapkan atau menyusun proposal penelitian,
terlebih dahulu perlu kiranya mempelajari sistematika
pembuatan karya ilmiah. Adapun sistematika awal pembuatan
karya ilmiah dintaranya adalah membuat landasan teori,
menyusun kerangka berpikir, dan membuat dugaan
semantara (hipotesis). Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai sistematika pembuatan karya ilmiah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian teori, deskripsi teori, serta kegunaan teori dalam
penelitian?
2. Apakah pengertian kerangka berpikir, dan bagaimanakah kerangka
berfikir yang baik itu?
3. Apakah pengertian dari hipotesis dalam penelitian?
4. Bagaimana hubungan paradigma penelitian, rumusan masalah dan
hipotesis?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pentingnya landasan teori, kerangka berpikir, dan
hipotesis dalam suatu penelitian.
2. Untuk mengetahui kegunaan teori dalam kerangka berfikir.
Manfaat dari dibuatnya makalah ini antara lain:
1. Agar dapat membantu mempermudah para mahasiwa dalam pembuatan
karya ilmiah nantinya.
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
1. Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam
proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep,
generalisasi-generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam
Sugiyono, 2009:79)
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono,
2009:80)
. Menurut Pak Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya
adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk
menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling
fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan
penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan
merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk
selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.
Oleh karena itu, jika kita ingin menyusun sebuah teori tentu harus
memahami konsep ini konsep itu dulu, tidak asal comat comot dari tulisan
orang, karena bisa jadi konsepsi mereka berbeda.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan
adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data
empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan
diterangkan.
Teori deduktif mengatakan suatu teori dikembangkan melalui proses
deduksi. Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkan
sebuah kesimpulan yang didapatkan melalui penggunaan logika
pikiran dengan disertai premis-premis sebagai bukti. Teori deduktif
merupakan suatu teori yang menekankan pada struktur konseptual dan
validitas substansialnya. Teori ini juga berfokus pada pembangunan
konsep sebelum pengujian empiris.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori.
Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai
pada kaum behaviorist.
Teori induktif menekankan pada pendekatan empiris untuk
mendapatkan generalisasi. Penarikan kesimpulan didasarkan pada
observasi realitas yang berulang-ulang dan mengembangkan
pernyataan-pernyataan yang berfungsi untuk menerangkan serta
menjelaskan keberadaan pernyataan-pernyataan tersebut.
3. Teori yang fungsional: disini tampak suatu interaksi pengaruh antara
data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan
teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang
sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia
bukan suatu teori. (Sugiyono, 2009:80-81). Secara umum, teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation),
meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
2. Tingkatan dan Fokus Teori
Numan mengemukakan tingkat teori menjadi tiga, yaitu Micro,
Meso dan Macro. Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu
teori subtantif, teori formal, dan midle range theory.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji
melalui pengumpulan data adalah teori substantif, karena teori ini lebih
fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti. (Sugiyono, 2009:83)
3. Kegunaan Teori dalam penelitian
Menurut Cooper dan Schindler dalam Sugiyono (2007:44),
menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian yakni:
a) Theory narrows the range of fact we need to study. Teori membatasi
kisaran obyek penelitian yang akan kita teliti.
b) Theory suggest which research approaches are likely to yield the
greatest meaning. Teori menyarankan pendekatan penelitian yang
cenderung menghasilkan maksud yang paling tepat.
c) Theory suggest a system for the research to impose on data in order
to classify them ini the most meaningful way. Menyarankan suatu
sistem penelitian yang menekankan pada data dalam rangka
mengklasifikasikannya dalam langkah yang paling berarti.
d) Theory summarizes what is known about object of study and states the
uninformities that lie beyond immediate observation. Teori
merangkum apa yang diketahui tentang objek penelitian dan
menyatakan bahwa hal-hal yang tidak mengandung informasi yang
terkait dengan obyek penelitian dijauhkan dari pengamatan.
e) Theory can be used to predict further fact that should be found. Teori
dapat digunakan untuk memprediksi lebih jauh fakta yang akan
ditemukan.
William Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2007:44) juga
menyatakan bahwa:
“Pada dasarnya, teori membantu menyediakan suatu kerangka kerja yang
bisa digunakan sebagai titik tolak untuk penggalian masalah penelitian.
Teori mengidentifikasi faktor-faktor penting. Ia memberikan panduan
sistematisasi dan pengorganisasian berbagai aspek penelitian. Kemudian,
selain menyediakan gagasan yang sistematis berkaitan dengan faktor yang
diteliti, teori juga sangat baik untuk mengidentifikasi kesenjangan,
kelemahan, dan ketidakkonsistenan dari teori yang menerangi jalan untuk
penelitian lanjutan tentang fenomena belajar. Fungsi lainnya adalah
menyediakan satu atau beberapa generalisasi yang dapat digunakan dan
diuji dalam aplikasi praktis dan penelitian lebih lanjut”.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti
harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan
harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas
masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu
landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori
apa yang akan dipakai.
Pentingnya teori adalah sebagai kerangka kerja penelitian. Teori
sangat berguna untuk kerangka kerja penelitian, terutama untuk mencegah
praktek-praktek pengumpulan data yang tidak memberikan sumbangan
bagi pemahaman peristiwa. Empirisme yang polos, menurut Suppes
(dalam Bell, 1986) merupakan bentuk coretan mental dan ketelanjangan
tubuh yang jauh lebih menarik daripada ketelanjangan fikiran.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum
pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat
dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan (filsafat ilmu pendidikan dan
filsafat praktek pendidikan) dan Ausland pedagogik. Teori khusus
pendidikan dapat dibagi menjadi teknologi pendidikan (manajemen
pendidikan, pengembangan kurikulum, model-model belajar mengajar dan
evaluasi pendidikan) dan ilmu pendidikan (ilmu pendidikan makro dan
mikro).
Redja Mudyaharjo 2002 dalam (Sugiyono, 2009:88),
mengemukakan bahwa, sebuah teori pendidikan adalah sebuah sistem
konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang peristiwa-
peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau
titi tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai
definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok
pendidikan adalah:
1. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-
kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya
2. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai
hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan
berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktual
dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang
diharapkan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori
yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang
lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat
prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.
4. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-
hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah
kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya
permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan
satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat
kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel
independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel
yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap
variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi, sehingga
ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel
yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2009:89)
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori
adalah sebagai berikut:
a) Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
b) Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap
variabel yang diteliti.
c) Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat
penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan
saran yang diberikan.
d) Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber
lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan.
e) Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti
lakukan analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa
sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
B. Kerangka Berfikir
Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka berfikir adalah gambaran
mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan
oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Menurut Riduwan (2004:25)
Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan
dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori,
dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian
dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Kerangka berfikir
penelitian adalah konsep alur pikir kita secara sistematis, dan dituangkan
dalam diagram flow dari awal hingga akhir. Dalam kerangka pikir bisanya
disebutkan rumusan masalahnya, analisis statistiknya (bila kuantitatif) atau
metode penelitian (bila kualitatif), variabel yang diteliti hingga kesimpulan.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka
pikir. Kerangka pikir pada umumnya hanya dipruntukkan pada jenis
penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak
pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis.
Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada
refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan
sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak
menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar
informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran
yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah
(informasi) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan
sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam
penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena
itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan peda
kerangka berpikir
Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis
Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik
adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
b)Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan
satu dengan lainnya
c) Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari
penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian
kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif
d)Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan
antara variabel itu ada.
e) Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat
jelas melihat hubungan antar variabel
Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang
masalah, kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode
serta variabel penelitian. Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan
penelitian, saran atau kesimpulan penelitian. Sebelum ataupun setelah
dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti membuat
penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan / telah
dibuatnya tersebut.
C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis =
pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Hipotesis atau hipotesa
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga
karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa diantara sejumlah fakta
ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses
terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu diantaranya,
yaitu penelitian sosial.
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah
atau tujuan penelitian. Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah
penelitian menggunakan hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian
eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak
mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis. Hal ini sama
dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan
hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat
tentang fenomena yang diteliti, tetapi ada juga yang menganggap penelitian
deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah
keharusan untuk menggunakan hipotesis.
Dalam sebuah penelitian, hipotesis dapat dinyatakan dalam dua bentuk :
a. Hipotesis Nol (H0)
Merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan atau pengaruh antar
variabel sama dengan nol. Atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel.
b. Hipotesis Alternatif (H1)
Merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan, hubungan
atau pengaruh antar variabel tidak sama dengan nol. Atau dengan kata
lain terdapat perbedaan, hubungan atau pengaruh antar variabel
(merupakan kebalikan dari hipotesis alternatif)
1. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
a. Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang
biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat
tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau
dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya
dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses
penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
b. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa
hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan
suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.
Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun
merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan
uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
c. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak
terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan
ketepatan memilih fakta.
d. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh
sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari
hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika
Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda
pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
e. Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila
hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu
tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi) dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan
fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan
fakta.
2. Jenis-Jenis Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta
mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh karena itu,
hipotesispun bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang:
sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat
penetapan hipotesis.
a. Hipotesis dua-arah dan hipotesis satu-arah
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat
pula berupa hipotesis satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi
pernyataan mengenai adanya perbedaan atau adanya hubungan.
Contoh hipotesis dua arah:
1. Ada perbedaan tingkat peningkatan berat badan bayi antara bayi
yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan
ganda dan tidak berperan ganda.
2. Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar
siswa.
Hipotesis dua-arah memang kurang spesifik, oleh karena itu perlu
diformulasikan dalam hipotesis satu-arah. Contoh:
1. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan bayi yang signifikan
antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang
berperan ganda dan tidak berperan ganda.
2. Ada hubungan yang cukup kuat antara tingkat kecemasan siswa
dengan prestasi belajar siswa.
b. Hipotesis Statistik
Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan
menggunakan metode statistik, perlu diterjemahkan dalam bentuk
simbolik. Simbol-simbol yang digunakan dalam rumusan hipotesis
statistik adalah simbol-simbol parameter. Parameter adalah besaran-
besaran yang apa pada populasi.
Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang menyatakan adanya
perbedaan usia menarche yang berarti antara siswi SMU I dan SMU
II. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia
menarche antara siswi dari kedua sekolah tersebut. Dalam statistika,
rata-rata berarti mean yang mempunyai simbol M, sedangkan
parameter mean bagi populasi adalah m. Oleh karena itu, simbolisasi
hipotesis tersebut adalah:
Ha; m1≠ m2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)
Ha: m1 > m2 (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)
Atau
Ha; m1- m2 ≠ 0 (Hipotesis dua-arah)
Ha: m1 – m2 > 0 (Hipotesis satu-arah) IDM
Dengan demikian simbol Ha berarti hipotesis alternatif, yaitu
penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Hipotesis
alternatif disebut juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan
tidak untuk langsung menguji hipotesis alternatif, akan tetapi
digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol).
Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan
konsekuensi dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil.
Hipotesis nihil atau null hypothesis atau Ho adalah
hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau
meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil
berisi deklarasi yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar
variabel. Contoh dari hipotesis nol secara statistik adalah:
Ho; m1- m2 = 0 (Hipotesis dua-arah)
Ho: m1= m2= 0 (Hipotesis satu-arah)
Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan
membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan
penerimaan terhadap hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis
alternatif.
3. Bentuk-Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan
masalah penelitian ada tiga, yaitu :
c. Hipotesis Deskriptif
Merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu
yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh :
1. Rumusan Masalah Deskriptif :
Berapa lama daya tahan lampu pijar merk X ?
2. Hipotesis Deskriptif :
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (H0)
Daya tahan lampu pijar merk X ≠600jam (Ha)
4. Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel) :
H0 : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
d. Hipotesis Komparatif
Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya
yang berbeda. Contoh :
1. Rumusan Masalah Komparatif :
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT. X dibandingkan
dengan PT. Y ?
2. Hipotesis Komparatif
Terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT. X
dan PT. Y (H0)
Produktivitas kerja karyawan PT. X tidak sama dengan PT. Y (Ha)
3. Hipotesis Statistik
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
e. Hipotesis Asosiatif
Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif,
yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Asosiatif :
Adakah hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan
barang yang terjual ?
2. Hipotesis Asosiatif
Tidak terdapat hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan
barang yang terjual (H0)
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan
pelayan toko dengan barang yang terjual (Ha)
3. Hipotesis Statistik
H0 : ρ = 0 ( 0 berarti ada hubungan)
Ha : ρ ≠ 0 ( ≠ berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada
hubungan.
3. Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis
Paradigma penelitian, dapat digunakan oleh peneliti sebagai panduan
untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya
dapat pula digunakan untuk panduan dalam pengumpulan dan analisis
data.
Contoh:
a. Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja
karyawan
b. Paradigma Penelitiannya
X = gaya kepemimpinan ;Y = Prestasi kerja
c. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gaya kepemimpinan manajer yang ditampilkan?
2. Seberapa baik prestasi kerja karyawan ?
3. Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan ?
4. Adakah perbedaan persepsi antara karyawan Golongan I, II dan
III tentang gaya kepemimpinan manajer ?
d. Rumusan Hipotesis Penelitian
1. Gaya kepemimpinan manajer kurang baik, nilainya paling tinggi
60 % dari kriteria yang diharapkan.
2. Prestas kerja karyawan kurang memuaskan, dan nilainya paling
tinggi 65 %.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan.
X Y
4. Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan manajer
antara Golongan I, II dan III.
4. Kesalahan dalam perumusan hipotesis dan pengujian hipotesis
Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi kesalahan. Macam
kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua macam yaitu:
1. Menolak hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut
kesalahan alpha dan diberi simbol a atau dikenal dengan taraf
signifikansi pengukuran.
2. Menerima hipotesis nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut
kesalahan beta dan diberi simbol b.
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf
signifikansi 0.05 atau 0.01, sedangkan untuk penelitian kedokteran dan
farmasi yang resikonya berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf
signifikansi 0.005 atau 0.001 bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja
ditentukan taraf signifikansi 5% maka apabila kesimpulan yang diperoleh
diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan tepat untuk 95 orang dan 5
orang lainnya terjadi penyimpangan.
Cara pengujian hipotesis didekati dengan penggunaan kurva
normal. Penentuan harga untuk uji hipotesis dapat berasal dari Z-score
ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-score terletak di daerah
penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima dan sebaliknya.
5. Karakteristik Hipotesis yang baik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan
dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional,
jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan
deklaratif, bukan kalimat pertanyaan.
2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit
dua variabel penelitian.
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara
spesifik menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu
diukur dan bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar
variabel termaksud.
5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi
kesalahpahaman pengertian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang landasaan teori, kerangka berfikir dan
hipotesis yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kerangka berfikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan
yang dapat mendasari perumusan hipotesis
2. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan
jawaban sementara tas masalah yang dirumuskan
3. Hipotesis dapat dirumuskaan melalui jalur:
a. Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang
membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan
proses berfikir deduktif.
b. Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif
c.
B. Saran
Sebagai mahasiswa yang ingin membuat karya tulis ilmiah harus
belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang
sulit,bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam
sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis
http://repository.binus.ac.id/content/F0672/F067236374.ppt
http://www.slideshare.net/awangga/hipotesis-1520147/download