Kelangsungan Hi

3
Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemmapuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akanmempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari metabolisme aerobik. Menurut Fujaya (2004) Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai metabolisme. Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988). Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988). Penentukan kadar oksigen terlarut dengan suhu standar dapat dilakukan dengan metode winkler. Metode winkler menggunakan sampel air yang dimasukkan dalam erlenmeyer ditambah KOH + KI + MnSO4, masing-masing 21 tetes sampai larutan berwarna cokelat. KOH dan MnSO4 berfungsi untuk mengikat O2 sehingga terjadi endapan. Kemudian campuran larutan itu dikocok supaya homogen dan didiamkan sehingga muncul endapan. Endapan tersebut ditunggu sampai turun ke dasar erlenmeyer, setelah itu ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 21 tetes untuk menghilangkan endapan. Campuran tersebut dikocok sampai endapan menghilang (menjadi jernih) baru ditambahkan amilum sebanyak 11 tetes sehingga warnanya berubah menjadi biru. Amilum berfungsi sebagai indikator O2. Campuran yang berwarna biru tua tersebut dititrasi dengan Na2S2O3, sampai tidak berwarna (jernih). Banyaknya Na2S2O3 pada titrasi sampai campuran berwarna jernih dihitung, itulah yang akan digunakan untuk menghitung besarnya KO2 (Zonneveld, 1991). Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan konsumsi oksigen ikan nila dengan bobot badan 14,5 g adalah sebesar 1,196 mg/g/jam. Berat ikan dan volume ikan dapat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi oksigennya tidak lebih dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen, hewan akuatik harus menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih banyak (Kimball, 1988).

description

diambil dari berbagai sumber

Transcript of Kelangsungan Hi

Page 1: Kelangsungan Hi

Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemmapuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akanmempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya, 2004). Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari metabolisme aerobik. Menurut Fujaya (2004) Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai metabolisme.

Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988). Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988).

Penentukan kadar oksigen terlarut dengan suhu standar dapat dilakukan dengan metode winkler. Metode winkler menggunakan sampel air yang dimasukkan dalam erlenmeyer ditambah KOH + KI + MnSO4, masing-masing 21 tetes sampai larutan berwarna cokelat. KOH dan MnSO4 berfungsi untuk mengikat O2 sehingga terjadi endapan. Kemudian campuran larutan itu dikocok supaya homogen dan didiamkan sehingga muncul endapan. Endapan tersebut ditunggu sampai turun ke dasar erlenmeyer, setelah itu ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 21 tetes untuk menghilangkan endapan. Campuran tersebut dikocok sampai endapan menghilang (menjadi jernih) baru ditambahkan amilum sebanyak 11 tetes sehingga warnanya berubah menjadi biru. Amilum berfungsi sebagai indikator O2. Campuran yang berwarna biru tua tersebut dititrasi dengan Na2S2O3, sampai tidak berwarna (jernih). Banyaknya Na2S2O3 pada titrasi sampai campuran berwarna jernih dihitung, itulah yang akan digunakan untuk menghitung besarnya KO2 (Zonneveld, 1991).

Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan konsumsi oksigen ikan nila dengan bobot badan 14,5 g adalah sebesar 1,196 mg/g/jam. Berat ikan dan volume ikan dapat berpengaruh terhadap konsumsi oksigen. Hewan akuatik konsentrasi oksigennya tidak lebih dari 1ml/100 ml air, maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen, hewan akuatik harus menyentuhkan insangnya pada aliran air lebih banyak (Kimball, 1988).

Zonneveld (1991) menyatakan bahwa konsumsi oksigen sebanding dengan produksi panas tubuh (kkal/hari). Konsumsi oksigen berbanding lurus dengan berat dan bila dituliskan dalam rumus maka T= α.Wy dimana α dapat berbeda-beda tergantung kondisi air (dingin, sejuk, panas) dan y = 0,8. Menurut Prosser (1965) berat tubuh ikan berpengaruh terhadap konsumsi oksigen, semakin ringan berat ikan maka nilai KO2nya semakin besar.

Yuwono (2001) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Jolyet dan Regnart dalam Zonneveld (1991), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat tubuh. Menurut Prosser dan Brown, (1961), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15OC. Kecepatan konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10OC.

Page 2: Kelangsungan Hi

Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan (Barner, 1963).

Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan menurut Zonneveld (1991), antara lain:

1. Aktifitas , ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif.

2. Ukuran, Ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak.

3. Umur, ikanyang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari pada ikan yang lebih tua.

4. Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga tinggi sehingga konsumsi oksigen lebih banyak.

Menurut Fathuddin et al (2003), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5 mg/L maka kadar oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan bandengan dipengaruhi oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang terkontaminasi logam Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi dari pada ikan yang tidak terkontaminasi. Menurut Hickling (1986), oksigen terlarut apabila dalam jumlah banyak ikan-ikan memang jarang sekali mati tetapi pada keadaan tertentu hal yang demikian dapat mengakibatkan ikan mati juga, sebab dalam pembuluh darah terjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambu tdlam daun-daun insang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bobot Ikan Nila yang digunakan pada percobaan adalah 14,5 gram, dengan volumenya 0,025 liter dan diperoleh jumlah konsumsi oksigennya adalah 1,196 mg/g/jam.

2. Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan adalah aktifitas, ukuran, umur dan temperatur.