Kelancaran Produksi ASI

26
B. Pembahasan 1). Distribusi Sosial Budaya a. Distribusi Sosial Budaya(ibu bekerja) Berdasarkan Tabel 4.4 Diperoleh sebagian besar Sresponden pemberian asinya termasuk Baik sebanyak 56,7%(17 orang).Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan dan sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60%(18 orang). Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum berangkat dan setelah pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004). Berdasarkan data diatas bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. b. Distribusi Sosial Budaya (merasa ketinggalan zaman) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 100%(30 orang).Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%) Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan (Rini,2008) Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil suatu keputusan terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya . c. Distribusi Sosial Budaya(meniru teman) Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh bahwa hampir seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 80%(24 orang).Usia

description

11

Transcript of Kelancaran Produksi ASI

Page 1: Kelancaran Produksi ASI

B. Pembahasan

1). Distribusi Sosial Budaya

a. Distribusi Sosial Budaya(ibu bekerja)

Berdasarkan Tabel 4.4 Diperoleh sebagian besar Sresponden pemberian asinya termasuk Baik sebanyak 56,7%(17 orang).Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pekerjaan dan sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 60%(18 orang).

Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum berangkat dan setelah pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004).

Berdasarkan data diatas bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk menyusui.

b. Distribusi Sosial Budaya (merasa ketinggalan zaman)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 100%(30 orang).Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%)

Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan (Rini,2008)

Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil suatu keputusan terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .

c. Distribusi Sosial Budaya(meniru teman)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diperoleh bahwa hampir seluruh responden pemberian asinya termasuk Baik yaitu sebanyak 80%(24 orang).Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut karen usia responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).

Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)

Dengan demikian, umur sangat mempengaruhi minat responden untuk mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi responden lebih cepat menerima informasi.

2). Distribusi Promosi Susu

Page 2: Kelancaran Produksi ASI

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat sebagian besar responden pemberian asinya Baik yaitu sebanyak 66,7%(20 orang),Hal tersebut karena tingkat pendidikan dan tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA(46,7%)

Menurut Rini (2008) , pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan kelakuan.Pendidikan berkaitan dengan transmisi,pengetahuan sikap,kepercayaan,keterampilan dan aspek kelakuan yang lain.

Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan ,disamping itu hal yang mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan susu formula,pengalaman tersebut bisa diperoleh dari keluarga, teman dan petugas kesehatan.

3). Distribusi Penerangan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui sebagian besar responden pemberian asinya Cukup yaitu sebanyak 56,7%(17 orang) .Usia responden sangat mempengaruhi hal tersebut karena usia responden sebagian besar usia antara 21-25(63,3%).

Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)

Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan tidak baik.Akan tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah untuk melakukannya, perlu adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta adanya dukungan dari keluarga untuk kelancaran proses menyusui.

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Page 3: Kelancaran Produksi ASI

Berdasaran hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor sosial budaya(ibu bekerja) sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (66,7%)

2. Faktor-faktor sosial budaya(ketinggalan zaman ) seluruh responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (100%)

3. Faktor-faktor sosial budaya(meniru teman) hampir seluruh responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (80%)

4. Faktor-faktor promosi susu sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Baik (66,7%)

5. Faktor-faktor penerangan tenaga kesehatan sebagian besar responden pemberian asi eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tergolong Cukup (56,7%)

B. Saran

1. Bagi Institusi

42

Diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi tentang pemberian asi eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan melalui penyuluhan-penyuluhan dan media cetak yang ditempelkan di tempat –tampat umum sehingga tangkat penerimaan dan pengetahuan ibu akan menjadi lebih baik

2. Bagi Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya perlu dikembangkan instrument penelitian sehingga penelitian dapat lebih memuaskan

3. Bagi Masyarakat

Lebih meningkatkan pengetahuannya,baik diperoleh melalui penyuluhan kesehatan, media massa, elektronik, buku petunjuk, poster, kerabat dekat, dan sebagainya serta dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan baik.

BAB III

PEMBAHASAN

ASI merupakan malanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru

lahir. ASI dapat memenuhikebutuhan bayi akan energi dan giziselama 4-6 bulan

pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang

optimal.Selainsebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga

Page 4: Kelancaran Produksi ASI

merupakanmedia untuk menjalinhubungan psikologisantara ibu dan bayinya.

Hubungan iniakan menghantarkan kasih sayang dan perlindunganibu kepada

bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya,sehingga terjalin

hubungan yang harmonisdan erat.Namun sering ibu-ibu tidak berhasilmenyusui

bayinya atau menghentikan menyusuilebih dini. Untuk itudalam Bab

pembahasan ini akan dibahas “MengapaASIEkslusif tidak diberikan, dan

kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhitidak diberikannya ASI Ekslusif.”

Penelitiandan pengamatanyangdilakukan diberbagai daerah

menunjukkan dengan jelas adanya kecenderunganmeningkatkannya jumlah ibu

yang tidak menyusuibayiini dimulaidikota terutama pada kelomopk ibu dan

keluarga yangberpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah

pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Banyak halyang

menyebabkan ASI Ekslusiftidak diberikan khususnya bagiibu-ibu diIndonesia,

halinikemungkinan dipengaruhioleh.

a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.

Hubungan kerabat yang luas di daera pedesaan menjadi renggang setelah

keluarga pindah ke kota. Pengaruhorang tua seperti nenek, kakek, mertua

dan orangterpandang dilingkungan keluarga secara berangsurmenjadi

berkurang,karena mereka itu umumnya tetap tinggal didesa sehingga

pengalamanmereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.

b. Kemudahan-kemudahan yangdidapat sebagai hasil kemajuan

teknologipembuatan makanan bayi sepertipembuatan tepung makanan bayi,

susubuatanbayi, mendorong ibu untuk menggantiASI dengan makanan

olahan lain.

c. Iklan yang menyesatkan dariproduksimakanan bayimenyebabkan ibu

beranggapan bahwa makanan-makananitu lebih baikdariASI

d. Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas

Page 5: Kelancaran Produksi ASI

sosial, makasusu sapiadalah satu-satunya jalankeluar dalampemberian

makanan bagibayiyang ditinggalkan dirumah.

e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai salah

satu simbolbagi kehidupantingkat sosialyan lebih tinggi, terdidik dan

mengikutiperkembangan zaman.

f. Ibu takut bentuk payudara rusak apabilamenyusuidankecantikannya akan

hilang.

g. Pengaruhmelahirkan dirumah sakitatauklinikbersalin.Belumsemua petugas

paramedis diberi pesan dan diberi cukupinformasi agar menganjurkan setiap

ibu untukmenyusuibayimereka, serta praktek yang keliru dengan

memberikan susu botol kepadabayiyang baru lahir.

Sering juga ibu tidak menyusuibayinya karena terpaksa, baikkarena

faktor interndari ibuseperti terjadinya bendunganASI yang mengakibatkan ibu

©2004 Digitized byUSU digital library 11

merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada putting susu yang sering

menyebabkan rasa nyeri,kelainan pada putting susudan adanya penyakit

tertentusepertituberkolose, malaria yangmerupakan alasan untuktidak

menganjurkan ibu menyusuibayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik

akanmenghasilkanASI dalam jumlahyang relatiflebihsedikitdibandingkan ibu

yang sehatdan gizinya baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi

seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir dengan berat

badan yangsangat rendah yang mungkin masih telalulemah abaila mengisap

ASI dari payudara ibunya, serta bayiyang dalam keaaddaan sakit.

Memburuknya gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai

cara – cara pemberian ASI kepada anaknya. Berbagai aspek kehidupan kota telah

membawa pengaruhterhadap banyakpara ibu untuktidak menyusuibayinya,

padahalmakanan pengantiyangbergizitinggijauh darijangkauan mereka.

Page 6: Kelancaran Produksi ASI

Kurangnyapengertian dan pengertahuuan ibu tentang manfaat ASI dan

menyusuimenyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralihkepada susu

botol(susu formula).Kesehatan/status gizibayi/anakserta kelangsungan

hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yangberpendidikan rendah.Hal inikarena

seorang ibu yang berpendidikan tinggiakan memiliki pengetahuan yang luas

serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Padapenelitiandi

Pakisttan dimana tingkat kematian anak pada ibu –ibu yang lama pendidikannya

5 tahun adalah 50 % lebih rendah daripada ibu – ibu yangbuta huruf. Demikian

juga di Indonesiabahwa pemberian makanan padat yang terlalu dini.Sebahagian

besar dilakukanoleh ibu- ibu yang berpendidikan rendah ,agaknya faktor

ketidaktauanlah yang menyebabkannya.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu

terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila

pemikiran tentang menyusuidianggap tidak sopan dan memerlukan , maka “let

downreflex”(reflexkeluar)akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan

tidak mencela penyusunan, makapengisapan akantidak terbatas dan“du

demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran ASI.

Selainitu kemampuan ibu yangseusianya lebih tua juga amat rendah

produksiASInya, sehingga bayicendrung mengalamimalnutrisi. Alasan lain ibu –

ibu tidak menyusuibayinya adalah karena ibu tersebut secaratidak sadar

berpendapat bahwa menyusuihanya ibu merupakan beban bagi kebebasan

pribadinya atau hanya memperburuk potongandan ukurantubuhnya.

Kendala lain yang dihadapidalam upaya peningkatanpenggunaan ASI

adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak

bergairah mengikutiperkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan. Konsep baru

tentang pemberian ASI dan mengenaihal– halyang berhubungandenganibu

hamil,ibu bersaliin, ibu menyusuidan bayibaaru lahir. Disamping itu juga sikap

Page 7: Kelancaran Produksi ASI

sementara penaggungjawab ruang bersaliiin dan perawatan dirumah sakit,

rumah bersalinn yang berlangsung memberikan susu botol pada bayi baru lahir

ataupun tidak mau mengusahakanagar iibu mampu memberikan ASI kepada

bayinya, serta belum diterapkannya pelayanan rawaatdisebahagian besar rumah

sakit/klinikbersalin.

Semua faktor– faktor terebut diatas yang dianggap sebagai penyebab

semakin melorotnya kegiatanmeminumkan air susu ibu ke kalangan para ibu –

ibusaatini.

Oleh sebab itu upaya yang dapat dilakukan antara lain :

- Motivasiuntuk menyusui.

Di daerah pedesaan menyusui anak terlihat sebagai suatu proses yang normal,

dan tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Ibu-ibu tidak malumenyusuibayinya.

Kebiasaan itu adpat diciptakan suatu kondisi dan gairah bagi para gadis yang

melihatnya,sehingga ada kemauan naluriah melakukan halyangsama. Bila

tumbuhmenjadibesar dan punya anak meeka ingin melakukan halyang serupa.

Sebaliknya,kebiasaan ibu-ibu dikota yang malu-nalu serta sembunyi-sembunyi

menyusuibayinya, tentu akanbanyak mempengaruhitabiat gadis-gadis

©2004 Digitized byUSU digital library 12

disekitarnya untuk berbuat sama,dan menyusuianak merupakansesuatu hal

yang harusdihindarkan.

Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya untuk menyusui

anaknya, terutama sebelum melahirkan. Dan bilamenyusui, hendaknya

ditingkatkanpada masyarakat, pengertiantersebut harusditanamkan pada anak-anak gadis sejak masih usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari

tugas biologis seorang ibu.

Didaerah perkotaan, sasaran yangharus diberi pendidikan adalah para

gadis remaja. Didaerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk tujuan

mencegah marasmus.Perkembangan teknologi yang telah dapat menciptakan

Page 8: Kelancaran Produksi ASI

“humanizedmilk” menyebabkan nilaiASIdan kebiasaan menyusuiyang pada

hakekatnyamemberikanfasilitaskemudahanpengadaansusu, murahserta

praktis semakin kurang diminatidan dihindari.Kemajuan dibidang kesehatan

lingkungan dan industrimakanan sapihan membuat segalanya menjadisangat

praktis sehingga para ibu lebih cenderungmenggunakan susubotol.Untuk

mengatasimasalah tersebut, ibu-ibu yang mampu harus dihimbau dan diberi

motivasi agar kembali pada praktek menyusuianak sendiri.Karena halitu

mendatangkan keuntungan bagihubungan ibu dan anak dan terutama karena hal

itu memenuhiciridan kodrat manusia.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

- Air SusuIbu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harusdiberikan

pada bayi sampai bayiberusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.

- Adanya kecenderungansemakintinggitingkat pendidikan semakin besar

persentase ASI secara Eksklusif.

- Masihrendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentangpemberian ASI.

4.2. SARAN

- Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umumkhususnyatentang ASI

dan menyusuikepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan

perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksiASIcukup.

- Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baikdi rumah sakit, klinik

bersalin, Posyandudi dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada

ibuhami, ibu barumelahirkan dan ibu menyusuitentang ASI dan menyusui.

B.     Pembahasan

Page 9: Kelancaran Produksi ASI

Sebelum membahas hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan

tentang pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret

2008 dimana jumlah responden sebanyak 22 orang.

1.      Faktor Ibu

Dari hasil penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari

pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya usia dan pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang

(40,90%), sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan

dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih mudah untuk

mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah responden yang paling banyak

adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang (54,54%).

Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau

menyerap informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi

(Nursalam, 2001).

Hasil pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik ibu

yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik ibu diantaranya

puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan dan ASI belum keluar. Puting

datar atau tenggelam dapat diatasi dengan menggunakan pompa puting agar puting menonjol

dan dapat di cekap oleh mulut bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan

biasanya hanya perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).

Di Bidan Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun

menonjol (normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu

pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat puting puting

yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu para ibu harus aktif ke

posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan (Bidan) diharapkan lebih aktif dalam

memberikan penyuluhan dan bimbingan tentang ASI dan cara merawat payudara menuju

kesuksesan pemberian ASI secara ekslusif.

Page 10: Kelancaran Produksi ASI

Pada hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan,

sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum ASI keluar

”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit pertamakelahiran harus di susukan

pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi melainkan untuk belajar menyusu atau

menghisap puting susu dan juga untuk mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.

Gerakan reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu

20-30 menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang dan

tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini pengetahuan ibu perlu

ditingkatkan dalam upaya pemberian ASI secara dini.

2.      Faktor Pendukung

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya

pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar

53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan peran

petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan kelancaran reflek

pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Suami dapat

berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara

emosional.

Peran petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini,

dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI yang

baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar sangat diperlukan

karena pengalaman yang ditemukan selama ini, kolostrom biasanya dibuang.

Di Bidan Praktek Swasta, terkadang suami tidak diperbolehkan mendampingi ibu (istri)

pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri) pada saat

persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat penting bagi ibu

mulai persalinan sampai proses menyusui.

Selain itu pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk

memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan ASI

secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka tidak akan

bisa memberikan dukungan dan penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .

Page 11: Kelancaran Produksi ASI

Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat

mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan penjelasan

tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi diberikan kepada ibu

begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan keberhasilan menyusui dini. Seharusnya

bidan membantu, mendampingi dan membimbing ibu post partum dalam proses menyusui,

penjelasan yang benar kepada keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam

pemberian ASI secara dini.

B.     Pembahasan

1).    Distribusi Sosial Budaya

a.       Distribusi Sosial Budaya(ibu bekerja)

 Semakin banyaknya ibu yang bekerja mencari nafkah cenderung untuk tidak menyusui

bayinya ,mereka dapat melakukan hal tersebut ketika berada dirumah yaitu sebelum

berangkat dan setelah pulang dari bekerja.(syahmin mohyi,2004).

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat mempengaruhi kelancaran pemberian asi

karena ibu lebih banyak meluangkan waktu untuk memberikan asi kepada bayinya

dibandingkan dengan ibu yang bekerja atau wanita karier.Disamping itu perlu adanya

dukungan suami maupun keluarga lain dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya

seorang ibu untuk menyusui.

b.      Distribusi Sosial Budaya (merasa ketinggalan zaman)

Sesuai tinjauan pustaka , peneliti mengutip bahwa pendidikan berhubungan dengan

pembangunan dan perubahan kelakuan (Rini,2008)

Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan ,dimana dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan ,perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

Page 12: Kelancaran Produksi ASI

dewasa ,lebih baik dan lebih matang sehingga memudahkan dalam dirinya untuk mengambil

suatu keputusan  terutama keputusan yang baik untuk bayinya yaitu tetap menyusui bayinya .

c.       Distribusi Sosial Budaya(meniru teman)

Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu

diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian

didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)

Dengan demikian, umur sangat mempengaruhi minat responden untuk mengikuti

kegiatan-kegiatan penyuluhan dari pada responden yang usianya belum matang ,jadi 

responden lebih cepat menerima  informasi.

2).    Distribusi Promosi Susu

Menurut Rini (2008) , pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan

kelakuan.Pendidikan berkaitan dengan transmisi,pengetahuan

sikap,kepercayaan,keterampilan dan aspek kelakuan yang lain.

Dengan pendidikan yang tinggi mempengaruhi pola fikir seseorang untuk bertindak

dan mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat

kedewasaan ,disamping itu hal yang mempengaruhi baik cukupnya pemberian asi adalah

pengalaman dan pengalaman yang membuat responden tidak memberikan susu

formula,pengalaman tersebut bisa diperoleh dari keluarga, teman dan petugas kesehatan.

3).    Distribusi Penerangan Tenaga Kesehatan

Sesuai tinjauan pustaka ,peneliti mengutip bahwa umur adalah variabel yang selalu

diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi ,angka-angka kesakitan maupun kematian

didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.(Notoatdmodjo,2005)

Umur membuat seseorang lebih dewasa dan menentukan sikap mana yang baik dan

tidak baik.Akan tetapi, melaksanakan pemberian asi secara eksklusif sangat tidak mudah

Page 13: Kelancaran Produksi ASI

untuk melakukannya, perlu adanya kesadaran dan keinginan dari ibu sendiri serta  adanya

dukungan dari keluarga untuk kelancaran proses menyusui

Perwatan Pyudara

4.2.2 Kelancaran Produksi ASI

         Berdasarkan hasil penelitian (lihat tabel 4.5) menunjukan bahwa sebagian besar 

responden sebanyak 14 responden (70%) yaitu mengalami ketidakancaran produksi ASI.

Ketidaklancaran produksi ASI ini terjadi banyak terjadi akibat dari perawatan payudara yang

dilakukan kurang baik.

         Ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-tanda ASI

yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan alat bantu,

sebelum disusukan payudara terasa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan berat bayi

tidak mengalami kenaikan yang sesuai dengan umur.

         Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi kelancaran produksi ASI tersebut, antara

lain: perawatan payudara, makanan, faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan, berat lahir

bayi, umur kehamilan saat melahirkan, stress dan penyakit. Perawatan payudara yang

dilakukan tersebut bermanfaat mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin

dan oksitosin, hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI dan hormon oksitosin

mempengaruhi pengeluaran ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat

berpengaruh terhadap produksi ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan

pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar. Pada faktor isapan  anak

atau frekuensi penyusuan ini maka paling sedikit bayi disusui 8x/hari, karena semakin sering

bayi menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin lancer.

Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah di

banding dengan bayi yang berat lahirnya normal, karena perbedaan berat tersebut

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Umur

Page 14: Kelancaran Produksi ASI

kehamilan saat melahirkan mempengaruhi kemampuan menghisap bayi sehingga produksi

ASI yang dihasilkan tidak optimal. Stres dan penyakit dapat mengganggu produksi ASI

sehingga dalam hal ini ibu sebaiknya dalam kondisi yang rileks dan nyaman (Weny

Kristiyansari, 2009: 63).

         Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas

untuk makan makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan

baik, anjurkan ibu nifas  minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami

dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar

kondisinya tetap terjaga dengan baik.

4.2.3        Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Nifas

         Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas diukur

dengan menggunakan perhitungan nilai uji Eksak Fisher, menunjukan bahwa p=0,033 dan α=

0,05. Karena p< α, maka H1 di terima yang artinya ada hubungan antara perawatan payudara

dengan kelancaran produksi ASI pada ibu nifas di Polindes Flamboyan “Ny. Miftakhul

Jannah, Amd.Keb” Desa Cepokolimo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.

         Pada ibu nifas sebaiknya melakukan perawatan payudara secara teratur karena selain

untuk memelihara kebersihan puting, perawatan payudara juga dapat memperlancar produksi

ASI. Langkah-langkah dalam melakukan perawatan payudara hendaknya dilakukan secara

berurutan. Pada ketidaklancaran produksi yang terjadi tersebut dapat diketahui dari tanda-

tanda ASI yang tidak lancar, seperti: ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan

alat Bantu, sebelum disusukan payudara tersa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari, dan

berat bayi tidak mengalami kenaikan yang sesuai dengan umur.

         Perawatan payudara merupakan suatu usaha yang dilakukan agar kondisi payudara baik,

demi mencapai keberhasilan menyusui. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali

sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara

Page 15: Kelancaran Produksi ASI

maka lakukan pengurutan payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum menyusui

bayi karena panas dapat merangsang aliran ASI kemudian kompres air dingin setelah

menyusui untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Perawatan payudara tersebut

bermanfaat untuk merangsang payudara dan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan

hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI,

sedangkan hormon oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI (www.indomedia.com:

2010). Adapun kriteria untuk mengetahui lancarnya produksi ASI pada ibu nifas, antara lain:

ASI yang banyak merembes keluar melalui puting, ASI keluar secara spontan tanpa

penggunaan alat bantu, Sebelum disusukan payudara terasa tegang, Bayi kencing sering

sekitar 8x sehari, Berat bayi naik sesuai dengan umur, dan jika ASI cukup bayi akan tertidur

selama 3-4 jam (www.Blogspot.com: 2010). Selain itu beberapa makanan yang di sinyalir

dapat mengganggu produksi ASI yaitu: produk olahan yang berbahan susu, biji-bijian dan

kacang-kacangan, makanan pedas dan makanan yang mengandung gas. Kandungan protein

alergenik pada produk-produk olahan berbahan susu dapat masuk ke ASI dan menghasilkan

gejala-gejala sakit perut pada bayi. Pada biji-bijian yang paling alergenik adalah gandum,

jagung dan kacang tanah. ASI akan terasa berbeda setelah ibu mengkonsumsi makanan

pedas, sehingga dapat menimbulkan protes dari lambung bayi atau sakit perut. Makanan yang

mengandung gas dapat membuat bayi banyak mengeluarkan gas pula (www.ask.com: 2010).

         Untuk mengatasi masalah perawatan payudara yang kurang tersebut, maka pada ibu

nifas yang malas melakukan perawatan payudara sebaiknya diberikan motivasi mengenai

pentingnya perawatan payudara dan pada tiap kali kunjungan ibu nifas dianjurkan untuk

menerapkan langkah perawatan payudara. Bagi ibu nifas yang menganggap bahwa langkah-

langkah dalam perawatan payudara teralu rumit maka sebaiknya mengajarkan tiap-tiap

langkah dalam melakukan perawatan payudara sampai ibu nifas benar-benar mengerti,

memahami dan mampu melakukan perawatan payudara secara mandiri. Sedangkan untuk

Page 16: Kelancaran Produksi ASI

mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka anjurkan pada ibu nifas untuk makan

makanan yang bergizi sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan

ibu nifas  minum air putih yang banyak agar ibu nifas tidak mengalami dehidrasi sehingga

suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu nifas harus banyak istirahat agar kondisinya tetap

terjaga dengan baik.

Kelancaran ASI

Sebagian faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI adalah frekuensi ibu menyusui. Semakin sering ibu menyusui, semakin lancar pengeluaran ASI. Kriteria kelancaran ASI sendiri dilihat dari ciri-ciri bayi yang cukup ASI yaitu bayi akan terlihat puas setelah menyusui, bayi akan tertidur pulas dan tidak menangis, bayi tampak sehat dan terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram setiap bulannya. Frekuensi menyusui juga tergantung pada jumlah ASI serta nafsu makan si bayi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan dengan kelancaran ASI. Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 50 responden. Teknik sampling yang digunakan menggunakan teknik consecutive sampling. Berdasarkan penelitian dari 50 responden didapatkan frekuensi ibu menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI lancar sebanyak 36 orang (72%), sedangkan sebagian kecil frekuensi menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI tidak lancar sebanyak 3 orang ( 6%). Dari hasil uji korelasi spearman rank diperoleh rho hitung = 0,623 (p-value = 0,000) dimana p-value lebih kecil dari α = 0,01, sehingga terdapat korelasi antara frekuensi ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan dengan kelancaran ASI. Kesimpulan dari penelitian adalah semakin sering frekuensi ibu menyusui, maka produksi atau pengeluaran ASI juga semakin lancar.

Hubungan antara frekuensi menyusui

dengan berat badan bayi di Poliklinik

bersalin Mariani Medan

Berdasarkan analisa data dengan

menggunakan Uji statistik Spearman,

diperoleh nilai signifikan p = 0,815>

(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan antara frekuensi

menyusui dengan berat badan bayi selama

proses menyusui pada ibu yang

berkunjung di Poliklinik bersalin Mariani

Medan. Perubahan berat badan merupakan

indikator yang sangat sensitif untuk

Page 17: Kelancaran Produksi ASI

memantau pertumbuhan anak. Bila

kenaikan berat badan anak lebih rendah

dari yang seharusnya, pertumbuhan anak

terganggu dan anak berisiko akan

mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya

bila kenaikan berat badan lebih besar dari

yang seharusnya merupakan indikasi

risiko kelebihan gizi (Depkes.go.id).

Hasil penelitian ini bertentangan

dengan penelitian Paramitha (2010) yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara frekuensi menyusui

dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6

bulan seperti yang dijelaskan soetjiningsih

(1997) bahwa bayi yang mendapat cukup

ASI mempunyai kenaikan berat badan

rata-rata 500 gram perbulan bila menyusui

sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam

sehari. Hal ini dapat terjadi karena hampir

semua responden frekuensi menyusui nya

berada dalam kategori baik dan

pertumbuhan berat badan nya juga

baik/normal.

KB HORMONAL

Air susu ibu sedikit atau berkurang bahakan kadang – kadang sampai berhenti sama sekali. Disebabkan oleh faktor esterogen yang menekan produksi prolaktin yanga sangat berguna merangsang air susu ibu . dengan demikian kadar prolaktin rendah dan menyebab kna produksi air susu ibu berkurang.

Efek samping Pil, Suntik dan Implant Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui

Page 18: Kelancaran Produksi ASI

Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sebaiknya dihindari adalah Pil, Implant dan Suntik KB yang mengandung hormon progesterone dan estrogen. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan efek samping berkurangnya produksi ASI pada Ibu Menyusui. Apabila anda tetap ingin menggunakan metode Pil gunakan saja pil KB yang hanya mengandung turunan hormon progesteron (mini pil).Mini pil ini biasanya tidak mempengaruhi Produksi ASI. Efektifitas Mini Pil KB bisa dikombinasikan dengan pemberian ASI eksklusif. Dan setelah anda berhenti menyusui silahkan mengganti mini pil dengan pil yang mengandung hormon progesterone dan estrogen.

Metode Kontrasepsi Yang Tidak Mempengaruhi Produksi ASI

Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui yang sering dipilih adalah kombinasi pemberian ASI eksklusif dengan metode KB  sederhana seperti penggunaan kondom, diafragma, atau Mencegah Kehamilan dengan Sistem Kalender. Namun apabila anda tidak lagi menyusui segera ganti metode KB dengan metode efektifitas yang lebih tinggi, seperti Kontrasepsi Mantap, AKDRatau spiral.

Ringkasan:

Alat Kontrasepsi yang mengandung hormon progesterone dan estrogen mempengaruhi produksi ASI

Alat Kontrasepsi untuk Ibu Menyusui bertujuan untuk mencegah kehamilan dan menjaga produksi ASI,

Pemberian ASI Eksklusif juga menjadi salah satu metode kontrasepsi alami saat Menyusui.