Kel 6 Akulturasi Dan Keluarga,Komunikasi Lintas-budaya,
-
Upload
rizki-riris-maharani -
Category
Documents
-
view
202 -
download
2
Transcript of Kel 6 Akulturasi Dan Keluarga,Komunikasi Lintas-budaya,
BAB II
ISI
Akulturasi
Istilah akulturasi atau acculturation atau culture contact mempunyai berbagai arti diantara
banyak sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial
yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Akulturasi memiliki beberapa unsur kunci, diantaranya :
1. Kebutuhan melakukan kontak atau interaksi yang terus menerus dan berhadap-
hadapan langsung antara budaya-budaya itu.
2. Akibat-akibatnya berupa beberapa perubahan dalam fenomena budaya atau psikologis
di antara orang-orang dalam kontak, biasa berlanjut untuk generasi-generasi berikut.
3. Dengan mengangkat kedua aspek itu bersama, kita dapat membedakan antara suatu
proses dan kedudukan: ada aktivitas dinamis selama dan sesudah kontak dan ada
suatu hasil proses yang mungkin relatif stabil.keluaran ini bisa jadi mencakup tidak
hanya perubahan fenomena yang tampak, namun juga beberapa fenomena baru yang
terbawa proses interaksi budaya.
Masalah-masalah mengenai akulturasi :
1. Masalah mengenai metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses
akulturasi dalam suatu masyarakat
2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima dan unsur-
unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima
3. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan
unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur kebudayaan asing
4. Masalah mengenai individu-inidividu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu
apa yang sukar dan lambat menerima unsur kebudayaan asing
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisi sosial yang timbul sebagai
akibat akulturasi
Akulturasi dapat mengakibatkan perluasan populasi, makin beragamnya budaya,
menimbulkna reaksi sikap(prasangka dan diskriminasi) dan perkembangan kebijakan
(misal, dalam daerah imigrasi,pluralisme budaya, kedwibahasaan dan persekolahan).
Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di
dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
Tugas keluarga
1. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut
2. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
3. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
4. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
5. Sosialisasi antar anggota keluarga.
6. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
7. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
8. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
9. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah :
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak
untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga
anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan
keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Kontak dan partisipasi
Inti di sini ialah sejauh mana individu tertentu telah mengikatkan diri dalam
proses akulturasi. Beberapa indikatornya adalah tingkat pendidikan formal, pasrtisipasi
dalam kerja,keluasan urbanisasi,penggunaan media massa, partisipasi politik dan
perubahan keagamaan,bahasa,praktek sehari-hari, dan hubungan sosial.
Di dalam keluarga, proses akulturasi terdapat dalam fungsi keluarga terutama
pada fungsi sosialisasi, pendidikan dan agama, orang tua memberikan kontribusi yang
besar terhadap terjadinya proses akulturasi budaya, terutama jika kedua orang tua berasal
dari dua budaya yang cukup berbeda.
Dalam teori kognitif sosial Albert Bandura, orang tua menjadi model atau contoh
bagi anak dalam melakukan pembelajaran observasi. Anak meniru apa yang menjadi
kebiasaan dari orang tua mereka, yang berasal dari budaya dari masing-masing orang tua.
Dari proses ini, secara tidak sadar merupakan proses interaksi antar dua budaya,
kemudian yang dilebur, menjadi budaya sendiri di tengah keluarga kecil. Budaya dalam
keluarga kecil di sini diartikan sebagai aturan-aturan dan nilai-nilai yang diterapkan
dalam sebuah keluarga, dan setiap keluarga memiliki budaya yang berbeda, walau berasal
dari induk budaya yang sama.
Proses akulturasi ini bisa terjadi karena adanya interaksi dengan budaya di
lungkungan sekitar keluarga. Biasanya terjadi pada keluarga di daerah imigrasi. Keluarga
imigran biasanya akan berusaha beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk budaya-
budaya yang terdapat pada daerah imigrasi itu.
Perubahan Perilaku
Maksud dari perubahan perilaku di sini adalah apa yang terjadi pada indivdu
sebagai akibat dari akulturasi.
TINGGI
RENDAH
Pra-kontak kontak konflik krisis adaptasi
TAHAPAN
Gambar ini melukiskan suatu kerangka kerja umum untuk menguji perilaku
sebagai suatu fungsi tahap-tahap akulturasi dn suatu fungsi strategi akulturasi yang
digunakan individu.
Sepanjang aksis datar, fase-fase bergerak dari pra kontak yaitu melalui kontak
awal, kadang melalui masa munculnya perasaan konflik psikologis dan budaya sering
mengakibatkan krisis, diikuti tiga keluaran akulturasi atau bentuk adaptasi. Dalam
keluaran asimilasi,perubahan perilaku minimal. Dalam kasus separasi, ada suatu arah
balik menuju perilaku yang lebih tradisional. Integrasi menyajikan suatu keluaran yang
mengandung imbangan relatif stabil antara kontinuitas perilaku dengan budaya
tradisional seseorang ke arah budaya yang baru. Dalam kasus marjinalisasi,individu
menyerah, kadang dalam keadaan konflik personal atau sosial antara dua budaya.
Sikap Terhadap Akulturasi
Sikap individu yang berakulturasi terhadap masyarakat dominan terkait dengan cara ia
masuk dalam proses akulturasi.Jika sikap-sikap kelompok sendiri sangat positif dan sikap
kelompok luar sangat negtif (orientasietnosentrisme klasik) maka pengaruh akuturasi menjadi
tidak efektif.Di pihak lain, jika pola sikap yang berlawanan cocok diantara individu-individu
yang mangalami akaulturasi m aka pengaruh akulturasi mungkin lebih dapat diterima.
Cara – cara individu yang sedang berakulturasi ingin berhubungan dengan masyarakat
dominan diistilahkan dengan strategi-strategi akulturasi.Pertama, orang menginginkan tinggal
secara budaya ketika telah merangkul budaya itu bila dibandingkan dengan keadan berhenti
menjadi bagian dari budaya yang lebih besar.Yang kedua, persoalan intinya, sejauh mana
seeorang ingin menjalin interaksi sehari-hari dengan anggota kelompok lain dalam masyarakat
yang lebih besar jika dibandingkan dengan menjauh dari kelompok lain dan hanya berhubungan
dengan kelompok sendiri.
Ketika kedua masalah diatas ditampilkan bersama,dapat ditarik beberapa konsep.seorang
individu yang mengalami akulturasi tidak ingin memelihara budaya asal dan berinteraksi sehari-
hari dengan masyarakat dominan,maka akan terjadi asimilasi.Sebaliknya, kalau ada suatu nilai
yang ditempatkan pada pengukuhan budaya asal seseorang dan suatu keinginan menghindari
interaksi dengan orang lain,maka yang terjadi adalah separasi.Kalau ada minat dalam keduanya
baik dalam memelihara budaya asal dan melakukan interaksi dengan orang lain, integrasi adalah
opsinya.Sedangkan jika hanya ada minat kecil untuk pelestarian budaya dan sedikit minat untuk
melakukan hubungan dengan orang lain(karena alasan pengucilan atau deskriminasi) dinamakan
marjinalisasi.
Perubahan Perilaku
Perilaku yang dipelajari dalam psikologi lintas budaya merupakan cikal bakal pergantian
selama akulturasi.Jumlah perubahan perilaku berkenaan dengan akulturasi dan cara hal itu
menghubungkan dua budaya dapat sangat bervariasi.
Pada akulturasi,fase-fase bergerak dari prakontak,kontak,konflik.krisis,dan kemudian
adaptasi.Dalam kasus asimilasi, perubahan–perubahan perilaku yang terjadi hanya
sedikit(minimal).Dalam kasus separasi,ada suatu arah blik menuju perilaku yang lebih
tradisionl.Sementara dalam kasus integrasi relative stabilantara kontinuitas perilaku dengan
budaya tradisional seseorang dan perubahan kea rah budaya baru.Sedangkan dalam kasus
marjinalisasi ,individu menyerah dalam keadaan konflik personal atau sosial antara dua
budaya.Pada kondisi terakhir tingkat tertinggi stress akulturatif ditemukan.
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya ini sering kita jumpai pada para perantau, dimana kesulitan-
kesulitan mereka dalam penyesuaian dengan lingkungan yang baru sama dengan kesulitan dalam
berkomunikasi.
Tokoh antropolog, Oberg (1960) menunjukkan persoalan yang mucul selama berlangsung
terpaan dari suatu lingkungan yang tak akrab. Antara lain menunjuk ke ketegangan selam
melakukan adaptasi baru, rasa kehilangan kebingungan tentang peran, dan rasa kecemasan.
Guthrie (1966) menyebutkan frustasi karena perbedaan budaya yang subtil yang menghambat
interaksi sosial.
Hasil kajian Torbin yang paling menonjol ialah memiliki teman di kalangan warga negara
yang menjadi tuan rumah merupakan penentu penting dari kepuasan mereka ketimbang memiliki
kontak hanya dengan sesama perantau. Pada mulanya, mereka yang hanya bercampur dengan
para perantau boleh jadi memiliki pengalaman lebih positif, tetapi persahabatan pribadi jangka
panjang dengan anggota masyarakat di negara yang menjadi tuan rumah merupakan hal
terpenting. Ini temuan yang konsisten dengan kelompok perantau luar negeri lain, termasuk para
mahasiswa (Klineberg & Hull, 1979) dan penasihat teknik (Kealey, 1989). Seseorang yang
tinggal di negeri asing tidak secara otomatis sampai ke sikap positif terhadap orang-orang negara
setempat. Pandangan yang ada menyarankan, lebih sering terdapat perubahan negatif ketimbang
perubahan postif selama merantau, paling tidak di antara para mahasiswa universitas (Stroebe,
Lenkert, & Jonas, 1982).
Pada awal mulanya, para perantau mempunyai sedikit masalah. Mereka bersemangat dan
terdorong oleh pengalaman baru. Sesudah beberapa waktu, perasaan frustasi, kesendirian, dan
kecemasan menyerap hidup mereka. Kemudian ketika para perantau belajar menanggulangi,
keadaan yang lebih baik berangsur mereka alami. Ada suatu godaan kembali ke lingkungan yang
telah dikenal, bertemu keluarga dan teman-teman. Kemudian, kegundahan terjadi karena
beberapa aspek lebih positif hidup di luar negeri menjadi hilang. Akhirnya, sesudah beberapa
lama, penyesuaian kembali berlangsung.
Kesulitan-kesulitan komunikasi
Yang terpenting untuk komunikasi manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan suatu
medium yang sangat khas-budaya. Jika dua orang tidak berbicara dalam bahasa yang sama,
interaksi mereka menjadi terbatas dan mereka menyadari hal ini. Yang kurang tampak adalah
kesulitan-kesulitan komunikasi ketika perintah suatu bahasa kurang sempurna. Variasa dalam
pengucapan dan penggunaan bahasa Inggris telah menjadi titik perhatian dalam pengendalian
lalu lintas udara (Ruffell Smith, 1975). Aspek prosadik bahasa, termasuk bentuk tekanan dan
intonasi, dengan mudah membawa kesalahpahaman.
Kesulitan yang sama dapat terjadi pada aspek pragmatis bahasa, termasuk pemberian
jawab kembali dalam percakapan, pertukaran pujian, kesopanan, dan gaya komunikasi langsung
maupun tak langsung.
Hal sama dapat dikemukakan sehubungan dengan perilaku nirkata, salah satu modus
komunikasi. Selain itu, ada perbedaan lintas budaya, misal dalam makna gerak tubuh tertentu.
Bahkan dalam budaya sendiri, kita dapat menyalahtafsirkan maknayang dimaksud suatu emblem
(gerak tubuh yang menggantikan pengungkapan verbal dan didiga memiliki makna yang
digambarkan secara jelas).
Masih terlihat bahwa ketakakraban dengan aspek-aspek budaya yang berlaku pada
perilaku sosial merupakan sumber yang lebih penting bagi ketidaktahuan dan ketidakunggulan
orang asing. Perubahan-perubahan yang relevan mencakup stereotip-stereotip dan prasangka,
seperti adat, norma, dan nilai berkenaan dengan interaksi antar-pribadi yang dianut perantau dan
anggota budaya setempat.
Triandis menyatakan, komunikasi antarbudaya yang efektif mensyaratkan “atribusi
isomorfis”, yaitu partisipan dalam suatu interaksi harus memberi penafsiran yang sama terhadap
perilaku itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur suatu kebudayaan asing dengan sedemikian
rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Akulturasi memiliki beberapa unsur penting, yakni kebutuhan melakukan interaksi,
akibat-akibat berupa perubahan fenomena, dan ada aktivitas sebelum dan sesudah kontak dengan
budaya asing. Akulturasi dapat mengakibatkan perluasan populasi, makin beragamnya budaya,
menimbulkan reaksi sikap(prasangka dan diskriminasi) dan perkembangan kebijakan (misal,
dalam daerah imigrasi,pluralisme budaya, kedwibahasaan dan persekolahan).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga memiliki beberapa fungsi, yang menjadi fokus sebagai faktor
pendukung akulturasi adalah fungsi sosialisasi, pendidikan dan agama.
Akulturasi dikatakan ada atau berhasil jika telah mengikatkan diri dalam proses
akulturasi. Beberapa indikatornya adalah tingkat pendidikan formal, pasrtisipasi dalam
kerja,keluasan urbanisasi,penggunaan media massa, partisipasi politik dan perubahan
keagamaan,bahasa,praktek sehari-hari, dan hubungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Berry,John W.,Poortinga, Ype H.,Segall,Marshall H.,Dasen,Pierre R.1999. Psikologi
Lintas- Budaya: Riset dan Aplikasi.PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Koentjaraningrat.2000.Pengantar Ilmu Antropologi.Rineka Cipta: Jakarta
www.wikipedia.org
www.google.com
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat hidup dengan berbagai budaya yang ada. Mereka memiliki budaya dengan
ciri masing-masing berbeda satu sama lain.
Dewasa ini, banyak terjadi perpaduan-perpaduan budaya. Di Indonesia sendiri, sudah
banyak sekali terlihat perpaduan budaya, baik yang ada dalam negeri maupun yang berasal dari
luar negeri. Hal ini disebabkan mulainya globalisasi dan perkembangan jaman yang semakin
maju.
Perpaduan-perpaduan budaya tersebut tentu saja ada sisi positif maupun negatif. Akan
tetapi, tak jarang sisi negatif yang sering terlihat di sekitar kita.
Perpaduan ini tak hanya terjadi dalam lingkup yang luas, namun mulai dari lingkungan
yang berlingkup kecil, yaitu keluarga. Keluarga bisa menjadi salah satu fasilitator atau media
adanya perpaduan budaya-budaya.
Maka dari itu, makalah ini akan membahas mengenai perpaduan budaya, yang berfokus
pada akulturasi, sikap dan perubahan perilaku terhadap akulturasi, termasuk dalam keluarga, juga
mengenai komunikasi lintas budaya.
AKULTURASI DAN KELUARGA,KOMUNIKASI LINTAS-BUDAYA,
SIKAP TERHADAP AKULTURASI DAN PERUBAHAN TERHADAP
AKULTURASI
(untuk memenuhi tugas Psikologi Lintas Budaya)
ANGGOTA KELOMPOK :
MIA NOVITALOKA (15010110120061)
UTAMI PURBORINI (15010110120062)
IMAM HIDAYATUR ROHMAN (150101101200 )
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011