KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W...

132
KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION WATCH (ICW) DALAMMENGUNGKAP KORUPSI DANA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PROVINSI BANTEN TAHUN 2011 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Sonny Ajie Herliandhy 1111112000026 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2016

Transcript of KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W...

Page 1: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

KEKUATAN POLITIK:

PERAN INDONESIA CORRUPTION WATCH (ICW)

DALAMMENGUNGKAP KORUPSI DANA HIBAH DAN

BANTUAN SOSIAL PROVINSI BANTEN TAHUN 2011

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Sonny Ajie Herliandhy

1111112000026

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU

SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

2016

Page 2: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

i

Page 3: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

ii

Page 4: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan
Page 5: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan
Page 6: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

ABSTRAK

Sonny Ajie Herliandhy

Kekuatan Politik:Peran Indonesia Corruption Watch dalam Mengungkap Korupsi Dana Hibahdan Bantuan Sosial Provinsi Banten tahun 2011

Skripsi ini membahas tentang bagaimana peran yang dilakukan LSM ICW dalampengungkapan korupsi dana hibah dan bantuan sosial Banten tahun 2011. Penelitianini juga menganalisis mengapa seorang kepala daerah dapat terjerat dalam tindakpidana korupsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencermati bagaimanaperan LSM untuk mengungkap praktik korupsi di tingkat lokal. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif yang memperoleh data melalui cara wawancaramendalam. Penulis juga menganalisis data-data yang dikumpulkan dari hasilwawancara, buku rujukan, jurnal, internet, dan sumber-sumber lainnya.Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari para anggota badan pekerja ICW, danjuga anggota LSM MATA Banten.

Dari analisis dan interpretasi atas data-data yang ada, diperoleh beberapakesimpulan pentng, sebagai berikut. Pertama, Sejak otonomi daerah digulirkan,banyak kepala daerah yang tersangkut praktik korupsi. Mahalnya biaya pilkadamenjadi alasan utama para kepala daerah melakukan praktik korupsi. Masihburuknya kualitas pilkada di daerah menyebabkan seorang kepala daerah dituntutuntuk memiliki dana yang besar. Sedangkan gaji yang diterima tidak sesuai dengandana yang dikeluarkan selama kampanye. Sehingga kepala daerah melakukanpenganggaran atau pemotongan terhadap dana APBD, seperti dana hibah danbansos. Kedua, Ratu Atut Chosiyah sebagai petahana yang hendak mencalonkandiri kembali memanfaatkan otoritasnya sebagai kepala daerah untukmenyelewengkan dana hibah dan bantuan sosial Banten tahun 2011. Dalam konteksini Ratu Atut berusaha untuk menyelewengkan dana hibah dan bansos seba gaimodal pilkada diri dan keluarganya. Ketiga, Sebagai elemen dari civil society, ICWberperan sebagai oposisi dan kekuatan perlawanan terhadap rezim Atut yang korup.Pengungkapan korupsi dana hibah dan bansos Banten ini juga berjalan lancarkarena ICW banyak mendapat dukungan dari masyarakat Banten. Masyarakat yangtelah jenuh dengan kepemimpinan Atut, turut membantu ICW untuk mengungkapkasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan data-data yangdiperlukan ICW. Keempat, dalam pengungkan praktik korupsi ini ICWmenemukan adanya hambatan, walau demikian pengungkapan korupsi berhasildilakukan ICW karena Gubernur dan rezimnya pada waktu itu percaya bahwa tidakada yang akan berani mengungkap praktik korupsi ini.

Kata Kunci: Peran, LSM, Kepala Daerah, Pilkada, Korupsi, ICW, Dana Hibah danBansos.

Page 7: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadiran ALLAH SWT, yang telah melimpahkan segala

nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya kepada penulis, dan atas semua karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu

persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program study Strata Satu

(S1) Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu dalam proses pengerjaan Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari

bimbingan, peranan, dan bantuan berharga dari berbagai pihak. Pada kata pengantar

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih, dan rasa hormat kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Mama dan Papa, yang selalu sabar, berdoa dan

tidak hentinya memberikan semangat, motivasinya dan dukungannya

baik berupa moril, dan materiil kepada penulis agar penulis sukses pada

penyusunan skripsi ini. Kemudian kepada adik penulis yang juga selalu

memberikan semangat kepada penulis

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. Iding R Hasan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

5. Dr. Chaider S Bamualim, M.A selaku dosen pembimbing atas waktu,

kesabaran, ketelitian kritik dan saran-saran yang diberikan kepada

penulis selama menyusun skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya selama perkualiahan berlangsung.

7. Vivi Lovianita yang telah memberikan dorongan, dukungan, semangat,

menemani penulis dalam mencari bahan referensi, dan memberikan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Kak Ema Koerniawati yang telah memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman jurusan Ilmu Politik angkatan 2011, Wisnu, Dami, Fadli,

Abimanyu, Fauzi, Iskandar, Derio, Nurcholis, Handi, Afdal, dan teman-

teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

10. Teman-teman di JAYA. Habib, Karlo, Teguh, Sonny, Gita, Fini, Cholil,

dan Bambang, yang selalu bisa menghibur penulis.

11. Mas Ade Irawan, dan Mas Donal Fariz yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk di wawancarai di sela-sela kesibukannya. Dan juga

Temanteman dari Indonesia Corruption Watch (ICW) yang juga

membantu penulis mendapatkan informasi dalam penulisan skripsi ini.

12. Mas Fuaduddin Bagas selaku Direktur Eksekutif MATA Banten, yang

telah bersedia meluangkan waktunya.

Page 9: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan
Page 10: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iv

ABSTRAK ..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................8C. Tujuan Penelitian .............................................................................8D. Manfaat Penelitian ...........................................................................9E. Tinjauan Pustaka .............................................................................9F. Metode Penelitian ..........................................................................13G. Sistematika Penulisan.....................................................................15

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Kekuatan Politik ............................................................................17B. Kelompok Kepentingan .................................................................18C. Lembaga Swadaya Masyarakat ......................................................21D. Korupsi ..........................................................................................29E. Oligarki Politik dan Korupsi .........................................................34

BAB III INDONESIA CORRUPTION WATCH

A. Gambaran Umum Indonesia Corruption Watch ...........................40B. Struktur Organisasi ........................................................................45C. Prestasi-Prestasi ICW.....................................................................54

BAB IV KORUPSI KEPALA DAERAH DAN PERAN ICW DALAMMENGUNGKAP KORUPSI DANA HIBAH DAN BANSOSBANTEN

A. Korupsi Kepala Daerah dalam Pandangan Indonesia CorruptionWatch .............................................................................................65

B. Tertangkapnya Atut dan Korupsi Hibah, Bansos Banten 2011 .....72

Page 11: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

C. Peran Indonesia Corruption Watch dalam Mengungkap KorupsiDana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) Banten 2011 ...............831. Investigasi .................................................................................852. Publikasi ..................................................................................903. Pemberian Tekanan pada KPK dan BPK ................................924. Penguatan Masyarakat Banten ................................................93

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengungkapan Kasus KorupsiDana Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun 2011......................971. Faktor Penghambat ..................................................................982. Faktor Pendukung.....................................................................99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................101B. Saran ............................................................................................102

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................104

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................109

Page 12: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan
Page 13: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

Jadikan-Provinsi-Banten-Terkorup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banten merupakan provinsi baru yang ditetapkan tahun 2000. Sejak

penetapannya sebagai provinsi baru dua Gubernurnya telah ditangkap karena kasus

korupsi. Selain itu juga Banten menjadi salah satu provinsi terkorup di Indonesia

yang merugikan keuangan negara hingga milyaran rupiah. Laporan ini berdasarkan

hasil riset yang dilakukan LSM Indonesia Corruption Watch (ICW) dari tahun 2001

- 2013 yang menyatakan bahwa Banten menjadi provinsi paling korup dari ke 24

provisi yang mereka pantau.1 Salah satu kasus korupsi yang menarik perhatian ICW

adalah kasus suap Gubernur Banten non-aktif Ratu Atut Chosiyah yang secara

resmi ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2013. Kasus ini juga menyeret

Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar sebagai penerima suap dan adik Atut,

Tubagus Chaeri Wardana sebagai pemberi suap. Ikut terseretnya Akil Mochtar ini

semakin mencoreng wajah lembaga hukum di Indonesia.

Kasus korupsi yang dilakukan oleh Atut dan melibatkan ketua Mahkamah

Konstitusi ini berbentuk suap dalam upaya memenangkan salah satu pasangan

calon dalam sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak, Banten. Dalam

pemilihan kepala daerah ini pasangan calon Iti-Ade yang diusung partai Demokrat,

PDIP, Hanura, Gerindra, PKS dan PPP menang atas pasangan Amir-Kasmin yang

1 Tempo, “ICW: Dinasti Atut Jadikan Provinsi Banten Terkorup”, Artikel diakses pada 15Novmeber 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2014/01/27/063548702/ICW-Dinasti-Atut-

Page 14: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

2

didukung oleh Partai Golkar. Karena kalah suara, pasangan Amir-Kasmin

mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan pemilukada dan

melakukan pemungutan suara ulang. Dalam upaya membantu pasangan Amir-

Kasman, Atut memerintahkan Wawan untuk menyiapkan dana untuk diberikan

kepada Akil Mochtar. Dalam kasus suap ini, Atut dipenjara kurungan selama empat

tahun dan denda Rp 200 juta. Jauh lebih ringan daripada tuntutan jaksa penuntut

umum yaitu kurungan selama sepuluh tahun serta denda Rp 250 juta.2

ICW sebagai LSM yang turut melaporkan kasus korupsi suap Ratu Atut ke

KPK menilai hukuman yang dijatuhkan jauh lebih ringan dari yang mereka tuntut.

Menurut Emerson Yuntho selaku anggota Badan Pekerja ICW, hukuman Ratu Atut

terlalu ringan. Ratu Atut seharusnya dituntut 15 tahun penjara, denda Rp 750 juta,

pencabutan hak politik dan dana pensiun serta fasilitas negara. Kasus korupsi yang

dilakukan Ratu Atut layak mendapat hukuman berat karena melanggar komitmen

pemberantasan korupsi yang pernah ditanda-tanganinya bersama dengan 21 kepala

daerah lainnya pada 9 Desember 2008. Atut juga tidak konsisten dengan

himbauannya kepada seluruh jajarannya untuk mencegah praktik Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme (KKN) dalam ruang lingkup birokrasi Provinsi Banten.3 Suap yang

diberikan Atut pada Akil Mochtar sebagai Hakim MK terbukti telah merusak

kepercayaan masyarakat Banten kepada Atut dan MK.

2 KPK, “Vonis Rendah Terhadap Atut Ingkari Semangat Antikorupsi”, Artikel diakses pada 14November 2014 dari http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/2123-vonis-rendah-terhadap-atut-ingkari-semangat-antikorupsi

3 Kompas, “ICW: Atut Pantas dituntut 15 Tahun Penjara”, Artikel diakses pada 14 November2014 darihttp://nasional.kompas.com/read/2014/08/11/13100761/ICW.Atut.Pantas.Dituntut.15.Tahun.Penjara

Page 15: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

3

Ditetapkannya Ratu Atut sebagai tersangka diharapkan dapat memutus mata

rantai korupsi yang telah dilakukan oleh dinasti politik keluarganya selama

menjabat sebagai Gubernur. Tidak bisa dipungkiri lagi, selama menjabat sebagai

Gubernur dinasti politik keluarga Atut semakin menguasai Pemerintahan Provinsi

Banten. Sejumlah anggota keluarganya menduduki posisi-posisi kepala daerah di

Banten, seperti adik tirinya Atut, Tubagus Jaman yang menjadi Wali kota Serang

periode 2013-2018; adik kandungnya, Ratu Tatu Chasanah yang menjadi Wakil

Bupati Serang periode 2010-2015; serta adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany yang

menjadi Wali Kota Tanggerang Selatan periode 2011-2015. Politik dinasti keluarga

Atut merusak semangat demokrasi, karena kepemimpinan Pemerintahan Provinsi

Banten dimonopoli oleh segelintir orang yang berada dalam ruang lingkup keluarga

Atut. Selain itu juga politik dinasti yang dibangun oleh Atut dan keluarganya

menyuburkan praktik korupsi yang menyengsarakan masyarakat Banten.

Banyak kalangan menilai, kasus suap ini merupakan pintu masuk bagi KPK

untuk dapat menjerat Atut dengan pidana lebih berat. Selain kasus suap Pilkada

Lebak, Atut juga diduga mengorupsi dana hibah dan bantuan sosial Pemerintah

Provinsi Banten sebesar Rp 34,9 miliar pada tahun 2011. Dana yang diselewengkan

Atut mencapai 30% dari keseluruhan total dana hibah dan bantuan sosial sebesar

Rp 391 miliar. Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi Banten menggelontorkan dana

sebesar Rp 340 miliar ke 221 organisasi dan forum masyarakat serta menyalurkan

dana bantuan sosial senilai Rp 51 miliar ke 160 lembaga.4

4 Beritasatu, “KPK Mulai Telusuri Dugaan Korupsi Bansos Banten”, Artikel diakses pada 15November 2014 dari http://www.beritasatu.com/hukum/156862-kpk-mulai-telusuri-dugaan-korupsi-bansos-banten.html

Page 16: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

4

Dalam penyaluran dana hibah dan bantuan sosial ini, ICW menemukan

beberapa penyelewangan dalam penyaluran dana tersebut di antaranya pemberian

dana hibah sebesar Rp 4,5 miliar kepada lembaga fiktif yang berjumlah hingga 10

lembaga. Selain itu juga, terdapat delapan lembaga penerima dana bantuan yang

memiliki alamat yang sama (double account) dengan alokasi dana mencapai Rp

22,5 miliar. Selain itu, dana bantuan sebesar Rp 29,5 miliar masuk ke rekening

lembaga-lembaga yang dipimpin oleh keluarga gubernur Banten. Di samping itu,

terjadi pula tindak pidana korupsi berupa pemotongan dana secara tidak sah.

Akibatnya lembaga-lembaga penerima menerima dana lebih kecil dari jumlah telah

ditetapkan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten.5

Dalam upaya pemberantasan praktik korupsi, Indonesia sebenarnya telah

memiliki lembaga-lembaga yang secara khusus dibentuk untuk menangani masalah

ini seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk berdasarkan

ketentuan pasal 43 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.6 Dan juga Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara

Negara (KPKPN) dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Untuk

meminimalisir terjadinya korupsi Indonesia juga memiliki institusi-institusi

pemerintah yang berfungsi sebagai lembaga pengawas seperti Badan Pengawas

Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP), dan

Ombudsman. Kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi ataupun lembaga-

5 Beritalima, “Alkes Layak Sidik, KPK Telurusi Dugaan Korupsi Bansos Banten”, Artikeldiakses pada 16 November 2014 dari http://www.beritalima.com/2013/12/alkes-layak-sidik-kpk-telusuri-dugaan.html

6 Firmansyah Arifin, dkk, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara(Jakarta: KRHN, 2005), h. 87.

Page 17: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

5

lembaga pengawasan pemerintah tidak menjadikan praktik korupsi berkurang. Hal

ini jelas mengganggu pembangunan serta pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebagai negara demokrasi, kehadiran kelompok masyarakat sipil tentu tidak

dapat dihindari. Sebagai kelompok masyarakat yang berada di luar ruang lingkup

pemerintah, kelompok masyarakat sipil turut memainkan penting dalam

keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Kelompok masyarakat sipil seperti

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga memiliki peran besar dalam membantu

pemerintah untuk mencegah dan memberantas praktik korupsi. Pasca reformasi,

banyak LSM anti-korupsi bermunculan dan secara aktif melakukan pengawasan

dan melaporkan praktik korupsi yang dilakukan pejabat publik, contohnya

Indonesia Corruption Watch (ICW).

LSM muncul dengan dibarengi oleh visi misi yang mereka bawa.

Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, dapat menjadi motor yang dapat

menggerakan masyarakat ikut berpatisipasi dalam setiap proses perumusan

kebijakan yang dilakukan pemerintah. LSM juga dapat melakukan pengawasan dan

monitoring terhadap kinerja pemerintah atau instansi politik lainnya. LSM

semacam ini dikenal sebagai (Watchdog Organizations).7 Di beberapa negara, LSM

dapat menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan selain partai politik, militer,

birokrasi, dan kelompok buruh karena kemampuannya dalam merubah arah

kebijakan pemerintah. Karena hadir ditengah-tengah masyarakat, LSM dapat

mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat dan mendorong masyarakat

7 Lisa Jordan dan Peter van Tuijl, Akuntabilitas LSM: Politik, Prinsip dan Inovasi (Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 230.

Page 18: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

6

untuk berpartisipasi secara aktif untuk terlibat dalam proses perumusan dan

pengawasan kebijakan yang dilahirkan pemerintah.

Pasca didirikan pada tahun 1998, Indonesia Corruption Watch (ICW)

menjadi LSM anti-korupsi yang vokal dalam membongkar praktik korupsi. Visi

ICW adalah untuk menguatkan posisi tawar rakyat untuk mengontrol negara dan

turut serta dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang demokratis, bebas dari

korupsi, berkeadilan ekonomi, sosial dan jender.8 Dalam upaya pemberantasan

korupsi, ICW berperan melakukan investigasi dan monitoring terhadap

penyelenggara negara yang terindikasi melakukan korupsi, dan juga melakukan

publikasi terhadap data-data temuan kasus korupsi kepada masyarakat. Selain itu

ICW juga melakukan kampanye-kampanye anti-korupsi.

Kehadiran ICW telah membuktikan pada masyarakat dan negara bahwa

mereka mampu menjalankan peran-perannya sebagai LSM. Dengan mengangkat

masalah korupsi dan memberdayakan masyarakat, ICW telah menumbuhkan

kesadaran masyarakat bahwa kasus korupsi memiliki dampak yang merusak

terutama bagi masyarakat dan negara. Melalui kegiatan pemberdayaan dan

penguatan yang mereka lakukan, ICW menumbuhkan kemauan rakyat untuk

melaporkan praktik korupsi yang mereka jumpai. Sebagai LSM anti-korupsi,

pengawasan merupakan cara mereka untuk melawan korupsi di pemerintahan.

Dengan melakukan pengawasan, ICW dapat menemukan adanya penyelewengan

dalam penyelenggaraan negara ataupun praktik korupsi. Tidak berhenti sampai

8 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 19: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

7

disitu ICW juga melakukan protes. Protes yang mereka lakukan adalah dengan

melaporkan kasus korupsi ataupun penyelewengan ke aparat penegak hukum.

Advokasi yang dilakukan ICW ataupun pelaporan praktik korupsi ke aparat

penegak hukum merupakan bukti bahwa mereka hadir karena masyarakat terus

menjadi korban akibat korupsi yang dilakukan pejabat negara.

Setelah setahun dibentuk, ICW telah menunjukan kinerjanya dengan

membongkar kasus suap yang dilakukan oleh Prajogo Pangestu dan The Nin King

ke Andi M. Ghalib. Andi M. Ghalib adalah Jaksa Agung yang ditunjuk Presiden

Habibie. Prajogo Pangestu dan The Nin King mengaku memberikan uang dalam

jumlah besar kepada Andi M. Ghalib dengan maksud sebagai sumbangan bagi

persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang diketuai Ghalib, organisasi yang tidak

pernah menerima dana besar dari siapapun.9

Selain kasus tersebut, juga terdapat beberapa kasus korupsi lain yang

dibongkar dan dilaporkan oleh ICW, di antaranya korupsi pengelolaan hutan yang

terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Kasus korupsi ini ditenggarai

berlangsung semenjak tahun 2004 hingga 2009 dan merugikan negara hingga Rp.

9,1 triliun.10 Selain itu ICW juga berhasil membongkar korupsi yang terjadi di

lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam

kasus ini ICW menemukan adanya penggelebungan harga dalam pengadaan modul

9 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Raya, 2007),h. 696.

10 Viva, “ICW Laporkan Korupsi Hutan Rp. 9,1 triliun”, Artikel diakses pada 15 November2014 dari http://m.bola.viva.co.id/news/read/250279-icw-laporkan-korupsi-hutan-rp9-1-triliun

Page 20: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

8

untuk pelatihan guru pengawas Kurikulum 2013.11 Setelah kasus-kasus tersebut,

nama ICW sebagai LSM pegiat anti-korupsi menjadi semakin terkenal.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana peran

Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam mengungkap korupsi dana hibah dan

bantuan sosial (bansos) Banten tahun 2011.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, maka pernyataan penelitian yang dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran LSM Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam

mengungkap korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun

2011?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi LSM Indonesia

Corruption Watch (ICW) sebagai lembaga non-pemerintah dalam

mengungkap korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun

2011?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui peran Indonesia Corruption Watch (ICW) sebagai

lembaga non-pemerintahan dalam upayanya mengungkap korupsi Dana

Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun 2011.

11 Okezone, “ICW Desak Korupsi Pengadaan Buku Kurikulum 2013 Diusut Tuntas”, Artikeldiakses pada 16 November 2014 dari http://news.okezone.com/read/2014/12/21/337/1082083/icw-desak-korupsi-pengadaan-buku-kurikulum-2013-diusut-tuntas

Page 21: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

9

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam upaya mengungkap

korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

pendidikan dan dapat meningkatkan perkembangan ilmu politik

terutama mengenai peran LSM dalam mengungkap korupsi.

2. Manfaat Praktis

a. Agar penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang peran LSM

khususnya Indonesian Corruption Watch (ICW), dalam

pengungkapan korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Banten

tahun 2011.

b. Agar penelitian ini dapat memperlihatkan dinamika dalam

mengungkap korupsi di pemerintahan daerah.

E. Tinjauan Pustaka

Telah banyak terdapat kajian yang membahas mengenai peran Lembaga

Swadaya Masyarakat. Terkait dengan penelitian ini, penulis menemukan beberapa

karya ilmiah yang memiliki relevansi mengenai kajian tentang LSM dan korupsi,

Page 22: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

10

serta korupsi sendiri. Beberapa penelitian yang mengangkat masalah ini di

antaranya:

Pertama, penelitian yang berjudul “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat

Sebagai Kontrol Sosial Dalam Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Studi

Kasus Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Bandung Institute of Governance

Studies/BIGS di Bandung)”, oleh Dede Iyan Setiono, Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam penelitian ini, Dede Iyan Setiono membahas tentang peran yang

dilakukan LSM sebagai oganisasi independen untuk melakukan kontrol sosial

dalam masyarakat. LSM memiliki posisi strategis dalam mencegah praktik korupsi

yang dilakukan oleh pejabat publik. Dalam upayanya mencegah praktik korupsi,

BIGS telah melakukan berbagai tindakan pencegahan seperti memberikan

pendidikan politik anggaran bagi masyarakat, melakukan advokasi kebijakan

pemerintah dan pembelajaran tentang anti korupsi.

Dalam menjalankan program-programnya pencegahan praktik korupsi,

BIGS menggunakan berbagai macam metode seperti pelatihan, seminar, dan

melakukan riset-riset serta audinsi dengan pejabat publik. Guna mendorong

keberhasilannya dalam melakukan pencegahan praktik korupsi, BIGS juga

melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu program-

programnya seperti lembaga donor, pemerintah bahkan kelompok masyarakat

lainnya.

Page 23: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

11

Tidak selamanya program-program yang dilakasanan BIGS berjalan mulus.

BIGS juga sering menemui kendala di lapangan seperti sikap tertutup pejabat publik

yang menyulitkan BIGS untuk mendapatkan informasi mendalam terkait dengan

anggaran publik, rendahnya kesadaran politik masyarakat, dan masih banyaknya

beberapa pihak yang memandang LSM sebagai antek asing karena banyak dari dana

yang didapat berasal dari lembaga donor.

Dalam mengatasi kendala yang dialami di lapangan BIGS melakukan

upaya-upaya penting di antaranya meningkatkan kualitas program yang dijalankan,

menjalin kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah, menambah kapasitas

pengetahuan sumber daya manusia yang ada, melakukan quality control terhadap

program-program BIGS yang sedang berjalan. BIGS juga mendorong peningkatan

partisipasi masyarakat untuk mencegah korupsi dengan mendesain program

semenarik mungkin dan menerbitkan bulletin dan majalah.

Kedua, penelitian yang disusun oleh Komala Sari dari Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitiannya ini berjudul “Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dan Demokratisasi: Studi Kasus Peran Indonesia Corruption

Watch (ICW) dalam Penguatan Good Govermance di Indonesia”, 2010.

Dalam penelitiannya ini Komala Sari melihat bahwa LSM seperti ICW

memiliki peran besar dalam mendorong terciptanya good governance di Indonesia.

LSM dapat memainkan peran sebagai lembaga kontrol terhadap kinerja pemerintah.

Dalam menciptakan good governance masyarkat sipil tentu memiliki peran berbeda

dengan lembaga penegak hukum. Kelompok masyarakat sipil seperti LSM dapat

Page 24: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

12

memainkan peran dengan mendorong berbagai macam perbaikan kehidupan

berbangsa dan bernegara supaya lebih transparan dan akuntabel, termasuk

mendorong proses penegakan hukum bagi para koruptor.

Sebagai bagian dari masyarakat sipil, ICW memiliki peran penting untuk

mendorong terciptanya good governance di Indonesia. ICW banyak melakukan

publikasi-publikasi mengenai kasus korupsi yang berkembang di masyarakat.

Publikasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai sumber informasi dan

sarana pendidikan politik. Selain melakukan publikasi, ICW juga banyak

melakukan peran-peran yang bersifat preventif dengan melakukan kampanye-

kampanye serta pelatihan-pelatihan bagi siswa SD hingga SMA. Yang

dimaksudkan agar generasi mendatang tidak melakukan korupsi.

Selain melakukan tindakan preventif ICW juga banyak melakukan

kerjasama dengan lembaga penegak hukum seperti KPK dan kepolisian dalam

memberantas korupsi. Good Governance tidak dapat terwujud apabila hanya

dilakukan dari aparat penegak hukum seperti KPK dan kepolisian atau dari

kalangan LSM saja. Tetapi juga harus ada keterlibatan aktif dari seluruh elemen

masyarakat dan para pemangku jabatan publik. Korupsi tidak dapat diberantas

apabila tidak ada political will dari semua pihak.

Ketiga, penelitian yang berjudul “Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat

Dalam Pencegahan, Pengendalian dan Penanganan Kasus Korupsi di Kota

Samarinda”, oleh Sumarni, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Mulawarman.

Page 25: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

13

Penelitian ini membahas mengenai fungsi yang dimiliki oleh LSM sebagai

lembaga pengimbang, pemberdaya masyarkat dan lembaga perantara. Dalam

tulisan ini lebih lanjut bahwa LSM Kelompok Kerja 30 (Pokja 30) dan Jaringan

Advokasi Tambang (JATAM) telah memainkan fungsinya dalam masyarakat

sebagai kekuatan pengimbang terhadap pemerintah, memberdayakan masyarakat

serta lembaga perantara.

Sebagai lembaga pengimbang LSM Pokja 30 dan JATAM telah melakukan

banyak kegiatan dalam mengontrol, mencegah pemerintah daerah mengeluarkan

kebijakan yang merugikan rakyat dan menyalahgunakan kekuasaan. Kegiatan

tersebut dilakukan melalui cara-cara advokasi, walaupun tidak semua kebijakan

yang mereka advokasi mengalami perubahan sebagaimana yang diingingkan. LSM

Pokja 30 dan JATAM juga banyak melibatkan diri dalam program-program

pemberantasan korupsi, melalui kegiatan-kegiatan kampanye dan pemberian

tekanan pada lembaga pengadil. Dengan maksud agar perkara korupsi segera masuk

dalam tahap penyelidikan.

Adapun perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti lebih berfokus pada

aspek peran LSM yaitu ICW dalam mengungkap praktik korupsi di pemerintahan

daerah yaitu korupsi dana hibah dan bantuan sosial Provinsi Banten tahun 2011.

F. Metodologi Penelitian

1. Tipe Penelitian

Dalam upaya mengkaji permasalahan ini, penulis akan menggunakan

pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini akan menghasilkan data yang

Page 26: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

14

bersifat deskriptif untuk menggambarkan serta menjabarkan hal-hal yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini mengenai Peran Indonesia

Corruption Watch dalam Mengungkap kasus Korupsi. Penelitian ini akan

mengkaji lebih jauh mengenai peran ICW dalam mengungkap korupsi Dana

Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten tahun 2011.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik yang digunakan dalam mencari

dan mengumpulkan data-data melalui dokumen dan sumber-sumber tertulis

yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini,

dokumentasi yang digunakan buku-buku, jurnal, surat kabar dan sumber

internet jika diperlukan untuk mencari jawaban permasalahan yang diteliti.

b. Wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara tanya-jawab dengan responden, dengan mengajukan

pertanyaan tidak berstruktur kepada pihak-pihak yang kompeten terkait

dengan penelitian ini seperti beberapa Badan Pekerja ICW, serta perwakilan

LSM MATA Banten. Teknik ini dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh penulis dari sumber-sumber yang belum terdokumentasi

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik deskriptif analisis,

yaitu sebuah pembahasan yang bertujuan untuk memuat gambaran terhadap

data-data yang terkumpul dan tersusun dengan cara memberikan interpretasi

Page 27: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

15

terhadap data-data tersebut. Analisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga tahapan, yaitu penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

Penggunaan teknik analisis ini diharapkan mampu memberikan data-data yang

sistematis, aktual dan akurat mengenai permasalahan yang peneliti angkat yaitu

peran ICW dalam mengungkap kasus korupsi, khususnya adalah korupsi dana

hibah dan bantuan sosial Banten tahun 2011.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini penulis menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian seperti yang tertera dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, pada bab ini penulis akan berusaha untuk memaparkan

permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta

manfaat dan tujuan terkait dalam penelitian mengenai Peran Indonesia Corruption

Watch dalam Mengungkap Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi

Banten tahun 2011.

Bab II : Kerangka Teoritis, pada bab ini penulis akan memaparkan

mengenai teori dam lonsep yang digunakan dalam menjelaskan pokok

permasalahan penelitian ini mengenai Peran Indonesia Corruption Watch (ICW)

dalam Mengungkap Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten tahun

2011. Pembahasan diawali dengan memaparkan konsep mengenai Kekuatan

politik, kelompok kepentingan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang

meliputi pengertian, sejarah dan perkembangannya dalam konteks politik

Page 28: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

16

Indonesia, serta korupsi yang menjadi masalah bagi Indonesia dan juga oligarki

politik yang terjadi di Banten.

Bab III : Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang profil Indonesia

Corruption Watch (ICW) sebagai LSM yang menjadi objek penelitian. Bab ini akan

membahas mengenai sejarah, latar belakang berdirinya LSM tersebut, tujuan

terbentuknya, visi dan misi, struktur kepengurusan hingga penghargaan yang

diterima ICW.

Bab IV : Bab ini adalah bagian terpenting dari penelitian ini karena

membahas tentang permasalahan yang peneliti angkat. Peneliti akan menjelaskan

bagaimana peran LSM ICW dalam mengungkap korupsi Dana Hibah dan Bantuan

Sosial Banten tahun 2011, dan juga melihat faktor-faktor pendukung dan

penghambat yang ditemui ICW dalam upayanya untuk mengungkap korupsi Dana

Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun 2011.

Bab V : Pada bab ini penulis berupaya menyimpulkan pembahsaan

mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan peran

Indonesia Corruption Watch dalam mengungkap korupsi dana hibah dan bantuan

sosial Banten tahun 2011. Dan di bab penutup ini terdapat saran dan kritik bagi

pembaca.

Page 29: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

17

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kekuatan Politik

Kekuatan politik adalah kemampuan suatu kelompok untuk mempengaruhi

proses pembuatan dan perumusan keputusan-keputusan politik yang menyangkut

masyarakat umum. Kemampuan mempengaruhi ini dilakukan kelompok ini dengan

menggunakan sumber-sumber kekuasaan dan akses yang dimiliki, sehingga

keputusan yang dirumuskan akan menguntungkan mereka. Pengertian kekuatan

politik sendiri dapat dibedakan atas dua hal, yaitu secara individual atau

institusional. Secara individual kekuatan politik dapat diartikan sebagai aktor-aktor

politik atau orang-orang yang memainkan peranan dalam kehidupan politik suatu

negara. Orang-orang ini merupakan individu-individu yang memiliki kemampuan

untuk atau dapat mempengaruhi proses perumusan kebijakan publik. Sedangkan

secara institusional kekuatan politik dapat diartikan sebagai lembaga atau

organisasi yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan

keputusan dalam sebuah sistem politik.1

LSM dapat dikategorikan sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia,

selain militer, kelompok buruh, mahasiswa, partai politik, birokrasi dan kalangan

pengusaha.2 Karena kemampuannya untuk dapat mempengaruhi dan merubah arah

kebijakan pemerintah. Selain itu LSM juga dapat menjadi kekuatan pengimbang

58.

1 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1998), h

2 Bahtiar Effendy, Teologi Baru Politik Islam, Pertautan Agama, Negara dan Demokrasi,(Yogyakarta: Galang Press, 2001), h. 202.

Page 30: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

18

antara pemerintah dan masyarakat dalam tiga teori LSM menurut Dawam

Rahardjo.3 Kekuatan pengimbang dimaksudkan LSM harus bersikap kritis terhadap

pemerintah. Semenjak didirikan ICW terlihat dapat menjalankan perannya sebagai

salah satu kekuatan politik. Sebagai LSM, ICW dapat bersikap kritis terutama

terhadap masalah korupsi, baik yang terjadi di tingkat pusat atau daerah. Hal ini

terbukti dengan banyaknya laporan kasus korupsi yang dilaporkan ICW atas kasus

korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik dan kalangan swasta. Tidak hanya kritis

ICW juga dapat bertindak sebagai mitra pemerintah dalam memerangi korupsi

Karena setiap LSM hadir atas dasar permasalahan yang muncul di tengah-

tengah masyarakat seperti korupsi, masalah lingkungan, HAM, atau kekerasan, oleh

sebab itu LSM biasanya muncul dengan membawa misi untuk melakukan advokasi

ataupun pembelaan terhadap masyarakat sebagai korban dari permasalahan

tersebut. Cara-cara advokasi ini dapat dilakukan dengan melalui mempengaruhi

pemerintah agar nantinya kebijakan yang dihasilkan akan lebih sesuai dengan misi

yang mereka perjuangkan ataupun lebih memihak masyarakat.

B. Kelompok Kepentingan

Kelompok kepenitingan merupakan sebuah organisasi atau lembaga yang

berusaha untuk mempengaruhi kebijakan publik dengan tujuan untuk kepentingan

lembaganya.4 Kelompok ini memfokuskan pergerakannya pada upaya-upaya untuk

3 “Tiga Teori LSM” Artikel diakses pada 18 Januari 2016 dari:http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/11/10/0015.html

4 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h383.

Page 31: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

19

mengartikulasikan kepentingannya pada pemerintah. Sehingga harapannya

pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang menampung asipirasi dan keinginan

kelompok bersangkutan.5 Kehadiran kelompok kepentingan ini dapat menjadi

saluran aspirasi masyarakat kepada pemerintah dengan memberikan tekanan-

tekanan dengan tujuan supaya tercapainya keinginan masyarakat.

Menurut Ramlan Surbakti, kelompok kepentingan (Interest Group) adalah

sekumpulan orang yang memiliki persamaan sifat, sikap, kepercayaan, tujuan dan

sepakat menyatukan diri mereka dalam sebuah organisasi guna melindungi diri

serta mencapai tujuannya. Kelompok ini memfokuskan pergerakannya pada upaya -

upaya untuk mengartikulasikan kepentingannya pada pemerintah. Sehingga

harapannya pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang menampung asipirasi dan

keinginan kelompok bersangkutan. Maka kelompok kepentingan ini lebih

berorientasi pada proses perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah.6

Dalam hal ini ICW dapat dikategorikan sebagai kelompok kepentingan.

Karena kepentinganlah yang menjadi dasar bagi terbentuknya organisasi ini. ICW

sendiri secara khusus dibentuk oleh orang-orang yang memiliki kepedulian besar

terhadap pemberantasan praktik korupsi di Indonesia. LSM ini hadir dengan

membawa kepentingan anggota-anggotanya dan terutama rakyat Indonesia yang

menginginkan Indonesia bebas dari praktik korupsi.

109.

5 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), h.

6 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 109.

Page 32: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

20

Dalam upaya-upaya untuk mengartikulasikan kepentingan organisasinya

tersebut ICW banyak melakukan aksi advokasi terhadap kebijakan negara, terkait

dengan Undang-undang mengenai korupsi ataupun melakukan pengawasan

terhadap kinerja lembaga negara. Dan juga melakukan pemberdayaan terhadap

masyarakat, agar nantinya masyarakat sebagai korban langsung dari korupsi dapat

memiliki kemampuan untuk melawan dan melaporkan setiap praktik korupsi. Yang

nantinya kepentingan dari ICW agar sistem politik, hukum, ekonomi, hingga

birokrasi di Indonesia bebas dari korupsi dapat terwujud.

Di Indonesia, kelompok kepentingan dapat dibedakan menjadi empat tipe.7

Pertama, Kelompok Anomi. Kelompok ini tidak memiliki organisasi dengan badan

hukum yang jelas. Tetapi individu-individu di dalamnya memiliki perasaan yang

sama yaitu frustasi dan ketidakpuasan. Mereka menyalurkan ketidakpuasan mereka

melalui demonstrasi dan juga pemogokan. Kedua, Kelompok Nonasasional,

kelompok kepentingan ini tumbuh atas rasa solidaritas. Kelompok ini tidak

memiliki tendensi terjun ke politik. Contohnya adalah paguyban. Ketiga, Kelompok

Institusional. Kelompok kepentingan ini terbentuk secara formal dan berada dalam

suatu instasi pemerintahan seperti birokrasi atau kelompok militer. Contohnya

KORPRI, Darma Wanita. Keempat, Kelompok Asosiasional. Kelompok

kepentingan ini dibentuk dengan tujuan jelas dan pengorganisasian lembaga yang

baik. Hal ini menjadikan kelompok ini lebih efektif dalam memperjuangkan

aspirasinya. Contohnya dalah serikat buruh, kamar dagang, LSM atau asosiasi etnis.

7 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 387-388.

Page 33: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

21

ICW dapat dikategorikan sebagai bagian dari kelompok kepentingan

asosiasional yang dalam kategori ini meliputi serikat buruh ataupun kamar dagang.

Layaknya kelompok asosiasional, ICW memiliki sebuah tujuan jelas yang tertuang

dalam manifesto gerakan anti korupsi mereka. ICW memiliki pelembagaan dan

pengorganisasian yang baik dengan dipimpin oleh kordinator dan dewan etik yang

berfungsi untuk mengawasi setiap pelaksanaan kegiatan organisasi.8 ICW juga

memiliki enam divisi yang setiap divisi memiliki setiap tugasnya tersendiri.

C. Lembaga Swadaya Masyarakat

Pada umumnya LSM adalah organisasi yang didirikan secara perseorangan

atau kelompok dengan tujuan untuk memberikan pelayanan serta membantu

pemecahan masalah dalam masyarakat tanpa mengharapkan keuntungan dari

kegiatannya. Lisa Jordan dan Peter van Tuijl menjelaskan bahwa LSM adalah

organisasi yang mampu mengatur dirinya sendiri, nirlaba, swasta, dan memiliki

misi sosial yang jelas. LSM juga tidak terikat dengan partai politik sehingga tidak

dapat mengikuti mekanisme pemilu. LSM juga dapat memberikan pelayanan serta

advokasi terkait dengan isu-isu penting di masyarakat seperti masalah lingkungan,

HAM, korupsi, kejahatan rasial serta pembangunan.9

Dalam tata aturan hukum Indonesia, LSM dijelaskan dalam Instruksi

Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 8/1990 tentang Pembinaan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Inmendagri ini menyebutkan bahwa:

8 “Kode Etik Konsil LSM Indonesia” Artikel diakses pada 18 Januari 2016 darihttp://konsillsm.or.id/?p=556

9 Lisa Jordan dan Peter van Tuijl, Akuntabilitas LSM, h. 12.

Page 34: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

22

“LSM merupakan organisasi/lembaga yang anggotanya adalah masyarakat warga

Negara Republik Indonesia yang secara sukarela atau atas kehendak sendiri berniat

serta bergerak di bidang tertentu yang diciptakan oleh organisasi/lembaga tersebut

sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup, dan

kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara

swadaya.”10

Terminologi LSM sendiri merupakan pengembangan dari istilah Ornop

yang sebelumnya lebih terkenal di awal tahun 1970-an. Pada awalnya istilah Ornop

kurang diminati karena terminologi tersebut belum mampu mendifinisikan Ornop.

Karena semua organisasi yang tidak terkait pemerintah dapat dikategorikan Ornop

seperti pers, kelompok bisnis, paguyuban dan perkumpulan mahasiswa. Sedangkan

Ornop sendiri seharusnya menjadi organisasi yang beroposisi dengan pemerintah.11

Kata LSM mulai dikenal masyarakat pada tahun 1981. Melalui seminar

yang diselenggarakan Walhi dan Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) istilah

Ornop resmi digantikan LSM untuk memudahkan pemahaman di masyarakat.12

Sebelumnya banyak penyebutan untuk LSM seperti Self-Help Promoting Institute

(SHPI), Self-Help Organization (SHO), Lembaga Pengembangan Swadaya

Masyarakat (LPSM), serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Peralihan dari

Ornop ke LSM dimaksudkan untuk menghilangkan image negatif Ornop sebagai

10 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia (JakartaPustaka LP3ES Indonesia, 2006), h. 69

11 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 64.12 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 66.

Page 35: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

23

kelompok masyarakat melawan negara.13 Karena tidak selamanya LSM menjadi

oposisi pemerintah, LSM juga dapat menjadi mitra pemerintah dalam menjalankan

program-program pembangunan.14

Era reformasi yang bebas dan demokratis mendorong menjamurnya LSM

untuk berpartispasi dalam kehidupan politik Indonesia, dan berkontribusi dalam

masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah agar lebih memihak

kepentingan publik. Menjamurnya LSM di Indonesia kini mendorong beberapa ahli

untuk mengklasifikan LSM ke dalam beberapa jenis. Seperti yang dilakukan Philip

Elridge15, disamping itu pengklasifikasian juga dilakukan oleh Mansour Fakih16,

James V. Ryker17, Tim Fasilitasi LP3ES18 dan David Korten19.

Kehadiran LSM di tengah-tengah masyarakat menjadi bukti dari komitmen

sekelompok masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah-

masalah yang muncul di masyarakat, seperti korupsi. Sebagai salah satu LSM yang

13 Zaim Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar, LSM dan Kebangkitan Masyarakat (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 9

14 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 81.15 Philip Elridge, membagi LSM di Indonesia atas tiga model atas hubungan antar LSM dan

Pemerintah, pertama LSM tipe “Kerjasama Tingkat TInggi: Pembangunan Akar Rumput” (HighLevel Partnership: Grassroots Development), kedua “Politik Tingkat TInggi: Mobilisasi AkarRumput” (High Level Politics: Grassroots Mobilizations), ketiga “Penguatan Akar Rumput”(Empowerment at the Grassroots). Lihat Culla, Rekonstruksi: Civil Society, h. 74-76

16 Menurut Mansour fakih, LSM di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaituLSM Mobilisasi, dan LSM Pembangunan. Lihat, Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untukTransformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.120.

17 Sebagaimana dikutip Affan Gaffar, James V Ryker membagi LSM atas empat kategori, yaitu:GONGO’S (LSM Plat Merah); DONGO’S; Independent’s NGO, dan Foreign NGO. Lihat AffanGaffar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 205-206.

18 Dalam klasifikasi yang dikelaskan oleh Tim LP3ES, LSM dapat dibagi menjadi 3 modelberdasarkan orientasi kegiatannya, yaitu bidang karitas (charity), pembangunan dan advokasi. Lihat,Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 77

19 David Korten membagi LSM di Indonesia berdasarkan strategi yang mereka gunakan, yaitu:LSM Generasi Pertama, LSM Generasi Kedua, LSM Generasi Ketiga, LSM Generasi Keempat.Lihat Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar, h. 6.

Page 36: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

24

bergerak dalam perlawanan terhadap praktik korupsi, ICW berperan penting dalam

mempublikasikan dan melaporkan praktik-praktik korupsi yang dilakukan oleh

pejabat negara.

Berdasarkan klasifikasi LSM yang dipaparkan Philip Elridge20 ICW dapat

dikategorikan sebagai LSM “Penguatan Akar Rumput” (Empowerment at the

Grassroots). LSM model ini berfokus pada peningkatan kesadaran serta

pemberdayaaan masyarakat. Untuk mendorong terjadinya perubahan sosial, ICW

melakukan gerakan dari bawah dengan menguatkan sektor akar rumput. Dalam hal

ini ICW melakukan program-program pemberdayaan untuk memberikan bekal bagi

masyarakat membongkar dan melaporkan praktik korupsi. ICW sadar bahwa

sebagai korban dari korupsi, masyarakat harus diberdayakan. Permasalah korupsi

di Indonesia tidak dapat selesai jika mengandalkan lembaga hukum. Masyarakat

juga harus turut terlibat untuk mengawasi dan melaporkan setiap korupsi yang

ditemui.

Berdasarkan pengklasifikasian menurut Mansour Fakih21 ICW dapat masuk

dalam LSM mobilisasi. LSM model ini mendorong masyarakat lebih sensitif

terhadap isu-isu yang muncul di tengah masyarakat yang nantinya masyarakat akan

berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan. ICW dapat dikategorikan sebagai

LSM “mobilisasi” karena fokus kegiatannya untuk mendorong munculnya

kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan

terutama yang berkaitan korupsi dan mengawasi kinerja pemerintah

20 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 76.21 Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, h. 120.

Page 37: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

25

Sedangkan menurut klasifikasi James V. Ryker22, penulis memasukan ICW

sebagai LSM otonom dan independen. Alasan penulis memasukan ICW ke dalam

tipe ini karena secara finansial ICW tidak menggantungkan sumber pendanaan dari

pemerintah. ICW bergerak secara mandiri dengan dukungan masyarakat melalui

donasi sukarela. Selain itu sejak awal didirikan, ICW mengambil jarak dengan

negara. Oleh sebab itu ICW dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan

sektor bisnis. ICW masuk ke dalam kategori LSM Advokasi menurut klasifikasi

yang dilakukan oleh Tim LP3ES23. ICW tidak hanya memberdayakan masyarakat

agar mau berpartisipasi dalam pelaporan kasus korupsi, tetapi ICW juga membela

masyarakat sebagai korban dari praktik korupsi dengan melaporkan koruptor ke

aparat penegak hukum.

Sedangkan dalam klasifikasi menurut David Korten, ICW masuk dalam

LSM generasi kedua24 yang memfokuskan dirinya di bidang memberdayakan

masyarakat, terutama dalam melawan korupsi melalui kegiatan-kegiatan pelatihan-

pelatihan, kampanye, sosialisasi bahaya korupsi lewat seminar-seminar dan diskusi.

Kesemua kegiatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat memiliki senjata dan

kesadaran mengenai bahaya korupsi.

Semenjak awal kemunculan hingga kini LSM telah menjadi aktor yang

berperan besar dalam kehidupan politik Indonesia. Mereka mampu menumbuhkan

22 Affan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006), h. 205-206.

23 Dalam klasifikasi yang dikelaskan oleh Tim LP3ES, LSM dapat dibagi menjadi 3 model,yaitu bidang karitas (charity), pembangunan dan advokasi. Lihat, Culla, Rekonstruksi Civil Society,h. 77

24 Saidi, Secangkir Kopi Max Havelaar, h. 6.

Page 38: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

26

kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi dan

berpatisipasi dalam proses perumusan serta pengawasan kebijakan pemerintah.

Dalam sebuah negara demokrasi, LSM tidak hanya menjadi partner pemerintah

tetapi juga dapat menjadi organisasi oposisi yang paling vokal menentang

pemerintah. Terlebih apabila kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah

tidak mementingkan masyarakat luas

Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna sebagaimana dikutip Gaffar,

melihat bahwa LSM memiliki empat peranan penting kehidupan politik suatu

negara. Pertama, katalisasi perubahan sistem. LSM dapat mempercepat terjadinya

perubahan dalam sistem negara melalui kegiatan mengangkat masalah-masalah

yang bersifat krusial dalam masyarakat, menumbuhkan kesadaran global,

melakukan advokasi demi perubahaan kebijakan negara, mengembangkan

kemauan politik rakyat, dan mengadakan eksperimen yang mendorong inisiatif

masyarakat.25 Kehadiran ICW telah membuktikan pada masyarakat dan negara

bahwa mereka mampu menjalankan peran-perannya sebagai LSM. Dengan

mengangkat masalah korupsi dan memberdayakan masyarakat, ICW telah

menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa kasus korupsi memiliki dampak yang

merusak terutama bagi masyarakat dan negara. Melalui kegiatan pemberdayaan dan

penguatan yang mereka lakukan, ICW menumbuhkan kemauan rakyat untuk

melaporkan praktik korupsi yang mereka jumpai.

Kedua, Monitoring pelaksanaan sistem dan cara penyelenggaraan negara.

LSM dapat melakukan peran sebagai organisasi pengawas terhadap kinerja

25 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.

Page 39: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

27

lembaga negara, dan melakukan protes. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir

terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, terutama yang dilakukan oleh pejabat negara

dan sektor bisnis.26 Sebagai LSM anti-korupsi, pengawasan merupakan cara mereka

untuk melawan korupsi di pemerintahan. Dengan melakukan pengawasan, ICW

dapat menemukan adanya penyelewengan dalam penyelenggaraan negara ataupun

praktik korupsi. Tidak berhenti sampai disitu ICW juga melakukan protes. Protes

yang mereka lakukan adalah dengan melaporkan kasus korupsi ataupun

penyelewengan ke aparat penegak hukum.

Ketiga, Memfasilitasi rekonsiliasi warga negara dengan lembaga peradilan.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sering menjadi korban ketidakadilan

kelompok masyarakat lain atau negara. Atas dasar ini LSM hadir untuk melakukan

advokasi bagi kelompok masyarakat yang menjadi korban ketidakadilan.27

Advokasi yang dilakukan ICW ataupun pelaporan praktik korupsi ke aparat

penegak hukum merupakan bukti bahwa mereka hadir karena masyarakat terus

menjadi korban akibat korupsi yang dilakukan pejabat negara. Keempat,

Implementasi program pelayanan. LSM dapat menempatkan diri mereka sebagai

lembaga yang mampu untuk mewujudkan sejumlah program yang kurang mampu

dilaksanakan oleh pemerintah dalam masyarakat.28

Berdasarkan paparan terlihat bahwa sebagai kekuatan politik, LSM

memiliki peran vital dalam kehidupan politik suatu negara. LSM sendiri tidak

mengikuti mekanisme pemilu layaknya partai politik. Namun kemampuan mereka

26 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.27 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.28 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.

Page 40: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

28

untuk melakukan advokasi terhadap masalah-masalah penting dalam masyarakat,

seperti korupsi dan HAM dapat memberikan tekanan bagi negara untuk menyusun

kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat.

Berbicara mengenai LSM, tentu tidak terlepas dari akar sejarah bagaimana

kemunculan LSM pertama kali di Indonesia. Menurut sejarah, kemunculan

organisasi sejenis LSM erat kaitannya dengan keinginan kaum terpelajar untuk

membebaskan Indonesia dari penjajahan bangsa kolonial. Banyak ahli berpendapat

bahwa cikal bakal LSM di Indonesia berasal dari organisasi-organisasi sosial

kemasyarakatan seperti Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam (SDI), Taman Siswa

dan Muhammadiyah. Pasca Indonesia merdeka, organisasi sejenis LSM dan Ornop

mulai kehilangan arah gerakan.29

Di tahun 1970-an, kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti LSM mulai

mendapat perhatian pemerintah. Keberhasilan pemerintah mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi berbanding terbalik dengan tingginya kemiskinan dan

pengangguran terutama di perkotaan. Kehadiran LSM ini mendorong munculnya

partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan.30 Tahun 1980-an

menjadi masa kejayaan LSM di Indonesia. LSM mulai melakukan perubahan secara

ideologi dan pergerakan. Mereka tidak lagi berorientasi pada kegiatan-kegiatan

pembangunan, namun sudah berubah pada kegiatan advokasi. LSM juga menjadi

sarana bagi kelompok kelas untuk melakukan penentangan terhadap pemerintah.31

29 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 87.30 John Clark, NGO dan Pembangunan Demokrasi, terj. Godril Dibyo Yuwono (Yogyakarta:

Tiara Wacana Yogya, 1995), h. xi.31 Anders Uhlin, Oposisi Berserak: Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga Di Indonesia,

terj Rofik Suhud (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), h. 102

Page 41: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

29

Di tahun 1990-an semakin banyak LSM-LSM advokasi baru yang bersifat lebih

radikal dan vokal dalam memperjuangkan demokrasi serta hak asasi manusia.32

Mayoritas LSM yang muncul di tahun 1990-an bersifat swadaya dan

mandiri. Mereka menjadi elemen penting dalam tekanan publik yang agresif

terhadap rezim Soeharto. Terjadinya proses transisi menuju demokrasi di Indonesia

tentu tidak dapat dilepaskan dari LSM. Tanpa adanya komitmen serta kesukarelaan

di antara LSM, proses transisi demokrasi berjalan lebih lama dan menghadapi

tantangan yang lebih berat.33 Sebagai bagian dari LSM generasi 1990-an ICW

menjadi LSM yang bersifat radikal dalam memperjuangkan kepentingannya.

Radikal dalam artian adalah mereka tidak segan-segan untuk menekan lembaga

hukum seperti KPK untuk segera menelusuri masalah korupsi. Atau

mempublikasikan temuan korupsinya ke media massa sebagai bentuk penekanan

terhadap koruptor.

D. Korupsi

Secara bahasa, korupsi memiliki akar kata dari bahasa latin corruptio atau

corruptus. Corruption juga dapat berasal dari akar kata bahasa latin yang lebih tua

yaitu corrumpere.34 Dari kata latin tersebut, muncul penyebutan korupsi dalam

bahasa lain, seperti Inggris, corruption, corrupt; Perancis, corruption; dan Belanda,

corruptie (korruptie). Istilah “korupsi” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

32 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 96.33 Lisa Jordan dan Peter van Tuijl, Akuntabilitas LSM, h. 223.34 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1991), h. 9.

Page 42: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

30

Belanda.35 Secara harfiah korupsi diartikan sebagai kebusukan, keburukan,

kebejatan, tidak bermoral, ketidak jujuran, dapat disuap, penyimpangan dari

kesucian, kata-kata atau ucapan yang memfitnah atau menghina.36

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Korupsi adalah perbuatan yang

merusak seperti penggelapan uang, menerima uang sogok dan sebagainya.37

Mahzar seperti dikutip oleh Mansyur Semma menjelaskan istilah korupsi sebagai

berbagai aktivitas gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities) untuk

mendapatkan keuntungan pribadi ataupun bagi kelompoknya.38 Sayed Husein

Alatas memaparkan bahwa esensi korupsi merupakan pencurian melalui penipuan

dalam situasi yang mengkhianati kepercayaan.39 Bank Dunia mengartikan korupsi

sebagai the abuse of public power for private benefit penyalahgunaan kekuasaan

publik untuk mencapai keuntungan pribadi.40 Maka dari itu, korupsi cenderung

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang. Dengan

demikian, korupsi dapat dipahami sebagai kegiatan melanggar norma hukum yang

dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk memperkaya diri

sendiri ataupun golongannya.

35 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia: Tujuh Tipe TIndak PidanaKorupsi Berdasarkan UURI No. 31 Tahun 1999 Jo. No. 20 Tahun 2001 (Bandung: CV MunandarMaju, 2010), h. 23

36 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, h. 7.37 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, h. 7.38 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia

Indonesia, dan Perilaku Politik (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 34.39 S.H. Alatas, Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi, terj Nirwono (Jakarta: LP3ES, 1987), h. viii.40 Vito Tanzi, “Corruption Around the World: Causes, Consequences, Scope and Cures”

(International Monetetary Fund, 1998), h. 8.

Page 43: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

32

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya korupsi dapat terjadi jika

seseorang memiliki jabatan dan wewenang, yang nantinya dapat memudahkannya

dalam memperkaya diri sendiri. Dalam konteks Indonesia, penasihat KPK,

Abdullah Hehamahua, sebagaimana dikutip oleh Ermansyah Djaja dalam Tipologi

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, menyebutkan delapan penyebab terjadinya

korupsi di Indonesia yaitu:

Pertama, sistem penyelenggaraan negara yang keliru. Sebagai negara

berkembang, Indonesia seharusnya berfokus melakukan pembangunan di sektor

pendidikan. Namun realitanya pemerintah lebih befokus pada sektor perekonomian.

Karena hakikatnya negara berkembang memiliki sumber daya manusia yang

banyak namun tidak sejalan dengan tersedianya tekhnologi dan ilmu pengetahuan.41

Kedua, kompensasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang rendah. Rendahnya gaji yang

diterima PNS berbanding terbalik dengan kinerja yang mereka lakukan. Untuk

memperbaiki kehidupan perekonomiannya banyak dari mereka yang melakukan

korupsi.42

Ketiga, pejabat yang serakah. Korupsi erat terjadi antara sektor politik dan

sektor bisnis. Orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengusaha melakukan

hubungan saling menguntungkan untuk menciptakan proyek-proyek palsu yang

bisa memperkaya kedua belah pihak. 43 Keempat, law enforcement tidak berjalan.

Menurut Hehemahua Penegakan hukum di Indonesia saat ini masih dipandang tidak

transparan, cenderung tidak objektif dan jauh dari rasa keadilan.44

41 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 49.42 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 49.43 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 50.44 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 50.

Page 44: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

31

Kelima, hukuman yang ringan terhadap koruptor. Korupsi merupakan

tindak pidana yang memiliki dampak besar bagi sektor ekonomi, sosial dan politik

negara. Mengingat dampaknya tersebut koruptor harus dihukum berat.45 Realitanya

hukuman yang dijatuhkan bagi koruptor masih terlalu ringan dan tidak adil bagi

masyarakat sebagai korban dari korupsi. ICW mencatat setidaknya dari 240 kasus

korupsi sejak 2005 hingga 2009, koruptor hanya diberikan vonis ringan dengan

rata-rata hukuman 3 tahun 6 bulan.46

Keenam, pengawasan yang tidak efektif. Korupsi yang terjadi di Indonesia

saat ini semakin sulit diberantas karena lemahnya kontrol yang dilakukan oleh

negara ataupun masyarakat.47 Ketujuh, tidak adanya keteladanan pemimpin.48

Kedelapan, budaya masyarakat yang permisif Korupsi. Praktik korupsi nampaknya

telah melekat dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia.

Mochtar Lubis, sebagaimana dikutip Mansyur Semma, memandang

maraknya praktik korupsi di Indonesia disebabkan oleh budaya patrimonial yang

telah menjadi warisan dari zaman kerajaan-kerajaan masa lalu.49 Dalam sistem

politik patrimonial, penguasa berperan sebagai patron dan swasta sebagai klien.

Yang mana patron akan selalu melindungi klien, jika klien selalu melegitimasi dan

memberikan dukungan pada patron.50 Semenjak masa kerajaan dahulu, pemberian

45 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 51.46 Kompas, “Hukuman Koruptor Terlalu Ringan”, Artikel diakses pada 2 April 2015 dari

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/09/1113063/Hukuman.Koruptor.Terlalu.Ringan

47 Agus Sudibyo, “Pemberantasan Korupsi dan Rezim Kerahasiaan” dalam HCB Dharmawandan Al Soni, ed., Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 59.

48 Agus Sudibyo, “Pemberantasan Korupsi dan Rezim Kerahasiaan”, h. 59.49 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 19750 Susan Rose-Ackerman, KORUPSI DAN PEMERINTAHAN: Sebab, Akibat, dan Reformasi,

terj. Toenggoel P. Siagian (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2010), h. 146.

Page 45: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

33

hadiah atau upeti kepada atasan merupakan sebuah kewajaran. Karena telah

dilakukan sejak dahulu kala, praktik korupsi yang berlangsung kini telah diterima

sebagai kewajaran bagi mayoritas bangsa Indonesia.

Dalam perkembangannya korupsi telah menyebar dan merubah dirinya ke

dalam beberapa bentuk atau modus. Piers Beirdne dan James Messerchmidt,

sebagaimana dikutip oleh Djaja, menjelaskan bahwa terdapat empat tipe perbuatan

korupsi yaitu: Political Bribery, Political Kickbacks, Election Fraud, dan Corrupt

Campaign Practices.51

Pertama, Political Bribery adalah perbuatan korupsi yang dilakukan antara

kelompok bisnis pemegang kekuasaan legislatif. Korupsi ini dilakukan sebagai

bentuk timbal balik atas dukungan (biasanya berupa materi) yang telah diberikan

oleh kelompok pengusaha terhadap anggota dewan yang duduk di lembaga

legislatif. Kelompok bisnis berharap anggota dewan yang mereka dukung dapat

merumuskan kebijakan yang dapat menguntungkan bisnis mereka. Kedua, Political

Kickbacks adalah perbuatan korupsi yang dilakukan antara pengusaha dan pejabat.

Korupsi ini berkaitan dengan kontrak kerja atau tender antara pengusaha dan

pejabat yang berwenang. Mereka saling bekerja sama untuk mendapatkan

keuntungan materi bagi kedua belah pihak.

Ketiga, Election Fraud yaitu korupsi yang terjadi dalam pemilihan umum.

Korupsi model ini dilakukan anggota parlemen, lembaga pelaksana pemilu atau

calon pejabat publik. Korupsi ini dilakukan untuk memenangkan calon pasangan

tertentu. Keempat, Corrupt Campaign Practices yaitu korupsi yang dilakukan oleh

51 Emansjah Djaja, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, h. 20.

Page 46: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

34

orang-orang yang melakukan kampanye dengan menggunakan fasilitas negara

seperti uang negara.

Dalam konteks Indonesia, korupsi yang marak berlangsung saat ini,

terutama yang dilakukan oleh kepala daerah biasanya berjenis political bribery,

election fraud atau corrupt campaign practices. Korupsi dana hibah dan bantuan

sosial sendiri tergolong sebagai corrupt campaign practices. Karena dalam hal ini

Ratu Atut dan keluarganya menggunakan fasilitas negara yaitu APBD sebagai

modal mereka untuk mencalonkan diri atau maju kembali dalam pilkada.

Penggunaan dana hibah dan bansos sebagai modal pemilu, tidak hanya dilakukan

oleh Ratu Atut dan keluarganya. Berdasarkan pengamatan ICW banyak kepala

daerah lain yang ikut menggunakan dana hibah dan bansos sebagai modal pemilu

mereka. Hal ini dikarenakan dana hibah dan bansos adalah anggaran daerah yang

otoritasnya hanya berada di tangan kepala daerah. Tidak ada lembaga lain yang

turut mengawasi penyusunan anggaran dana hibah dan bansos ini. Hal ini

berdampak dana hibah dan bansos rawan diselewengkan.52

E. Oligarki Politik dan Korupsi

Istilah oligarki pada awalnya dipaparkan oleh Plato menjelaskan sebuah

sistem pemerintahan yang ada di masa Yunani kuno.53 Kata Oligarki terdiri dari

dua kata oligoi yang berarti sedikit orang dan archie yang berarti berkuasa. Dalam

pandangan yang lebih luas Aristoteles memaparkan bahwa bentuk pemerintahan

52 “Bansos Terkait Pilkada: Banyak Dana ke Lembaga Pimpinan Keluarga Gubernur Banten”,Kompas, 10 Maret 2011, h. 39.

53 George Junus Aditjondro, Membedah Kembar Siam Penguasa Politik dan EkonomiIndonesia, (Jakarta: LP3ES, 2004), h. 11.

Page 47: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

35

oligarki pada dasarnya dikuasai oleh orang-orang kaya yang jumlahnya sedikit.54

Sejalan dengan konsep plato, George Aditjondro melihat bahwa oligarki

merupakan bentuk pemerintahan yang tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang-

orang kaya, tetapi juga kelompok-kelompok kepentingan (Interest Groups) yang

menguasai pusat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, dengan kebijakan

dan keputusan yang diperuntukan bagi kepentingan kelas atas.55

Oligarki model Indonesia merupakan modifikasi dari oligarki model

Amerika Latin yang berpusat pada orang kaya dan kelompok bisnis serta oligarki

model Amerika Serikat yang dikuasai oleh kelompok-kelompok kepentingan

seperti kelompok bisnis. Model oligarki Indonesia memiliki kesamaan dengan

oligarki yang terjadi di Filipina dan Korea Selatan, yang mana selain presiden,

keluarga dekat presiden juga ikut memiliki kekuasaan dengan mengusai sektor-

sektor ekonomi. Dalam model oligarki Indonesia kekuasaan politik berada dalam

lingkaran keluarga pemangku jabatan publik yang bersinerji dengan kelompok-

kelompok bisnis dan orang kaya.56

Di Indonesia pola-pola oligarki serta nepotisme begitu kental terasa di masa

Orde Baru. Di masa Orde Baru dapat dilihat bahwa sirkulasi kekuasaan hanya

berputar pada lingkaran keluarga presiden. Ditambah lagi keluarga presiden juga

menjalin hubungan mutualisme dengan elit-elit bisnis serta birokrat-birokrat kaya

dalam rangka mengamankan kepentingan ekonomi dan politik. 57 Sebagai timbal

54 Henry J. Schmandt, Filsafat Politi, Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno Sampai Zamanekonomi yang menentukan Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 99.

55 Aditjondro, Membedah Kembar Siam Penguasa Politik dan Ekonomi Indonesia, h. 11.56 Aditjondro, Membedah Kembar Siam Penguasa Politik dan Ekonomi Indonesia, h. 1357 Aditjondro, Membedah Kembar Siam Penguasa Politik dan Ekonomi Indonesia, h. 13

Page 48: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

36

baliknya, presiden memberikan perlindungan kepada kelompok bisnis serta

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan mereka.

Meskipun Orde Baru berhasil melakukan pembangunan serta mendorong

pertumbuhan ekonomi. Tetapi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) pun

juga ikut subur. Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo melihat selama Orde Baru

berkuasa terdapat kebocoran anggaran pembangunan hingga 30%.58 Bocornya

anggaran pembangunan ini disinyalir mengalir ke elit-elit yang berada di sekitar

pemegang kekuasaan.

Semenjak tumbangnya Orde Baru, banyak daerah yang berhasil

menjalankan proses demokratisasi dan mampu menggali potensi serta

mengembangkan daerahnya. Namun dalam konteks Provinsi Banten, demokratisasi

yang berlangsung mengalami kemacetan. Sumbernya adalah kuatnya posisi elit

oligarki di tingkat lokal yang menempati jabatan-jabatan penting dalam struktur

pemerintahan. Di era reformasi ini praktik oligarki tidak lagi terjadi di tingkat pusat

layaknya Orde Baru, tapi telah merambah ke tingkat daerah.

Fenomena oligarki politik di Provinsi Banten menjadi perhatian rakyat

Indonesia, terutama setelah Gubernurnya, Ratu Atut ditetapkan sebagai tersangka

korupsi. Selain korupsi, nepotisme pun juga kental terasa dalam struktur

pemerintahan provinsi Banten. Ditahannya Ratu Atut, diketahui bahwa banyak

jabatan legislatif dan eksekutif Provinsi Banten ditempati oleh keluarga Gubernur.

Praktik oligarki yang terjadi di Banten lebih dikenal dengan politik dinasti.

58 Hanniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2011), h. 118.

Page 49: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

38

Ratu Atut menjadi kepala daerah yang mampu menguasai politik lokal

dengan menempatkan keluarganya dalam struktur legislatif dan eksekutif. Beberapa

keluarganya yang menduduki posisi strategis di legislatif dan eksekutif Provinsi

Banten adalah: Suami, Hikmat Tomet, yang menjadi anggota DPR -RI dan Ketua

DPD Partai Golkar Banten; anak, Andika Hazrumy yang menjadi anggota DPD dan

Ketua Karang Taruna; menantu, Ade Rossi Khaerunnisa, yang menduduki jabatan

anggota DPRD Kota Serang dan menjabat 10 ketua organisasi; adik tiri, Atut

Tubagus Jaman, yang menjadi Wali kota Serang periode 2013-2018; adik Atut,

Ratu Tatu Chasanah, yang menjadi Wakil Bupati Serang periode 2010-2015; serta

adik ipar Atut, Airin Rachmi Diany, yang menjadi Wali Kota Tanggerang Selatan

periode 2011-2015; Ibu tiri, Ratna Komala Sari, yang menjabat Anggota DPRD

kota Serang; Adik ipar, Abdul Cholik Atur, yang menjabat sebagai Anggota DPRD

Provinsi Banten; Ibu tiri, Heryani, menjabat wakil Bupati Pandegelang.59

Politik dinasti merupakan praktik kekuasaan yang mana keluarga

menempati jabatan strategis dalam struktur pemerintahan, yang berdampak pada

kekuasaan hanya berputar dalam lingkup satu keluarga. Karena pola distribusi

kekuasaan hanya berputar dalam satu keluarga, maka praktik nepotisme menjadi

rawan terjadi.60 Dalam fonemena politik dinasti keberhasilan elit keluarga

menguasai jabatan publik, akan memberikan ruang bagi elit kelurga lain untuk terus

melanggengkan kekuasaannya. Sebelum masa jabatannya berakhir, elit penguasa

59 Delly Maulana, “Fenomena Demokratisasi Lokal di Provinsi Banten”, Jurnal AdministrasiNegara “SAWALA”, Vol 2. No. 2 (Mei-Agustus, 2013), h. 20, tersedia dihttp://ejurnal.unsera.ac.id/jurnal-administrasi-negara-vol-ii-no-2.html

60 Sriyana, “Politik Dinasti Sebuah Patologi Demokrasi”, Jurnal Socioscientia, vol 6 No. 1(February, 2014), h. 121, tersedia di http://kopertis11.org/jurnal_baca.php?id=235

Page 50: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

37

dapat melimpahkan kekuasaannya pada anak, menantu, atau keluarga lainnya. Hal

seperti ini dapat terus berlangsung selama keluarga penguasa masih memiliki

pengaruh kuat di daerah. Dengan demikian sirkulasi kekuasaan hanya berputar pada

orang-orang di sekitar keluarga penguasa, dan mengakibatkan tertutupnya

kesempatan bagi orang lain di luar keluarga yang ternyata memiliki kapabilitas.

Menurut survei integritas pemerintah daerah yang dilakukan oleh KPK

selama Ratu Atut berkuasa, Banten memiliki integritas pemerintahan yang sangat

rendah. Dalam survei yang dilakukan Transparansi Internasional (TI), Banten

masih menjadi provinsi dengan tingkat korupsi yang tinggi. Sedangkan menurut

survei yang dilakukan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas

Gadjah Mada (PSKK-UGM), Provinsi Banten tengah menuju ke arah bad

governance. Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya efektivitas

pemerintah, rendahnya partisipasi masyarakat, kurang transparannya pemerintah

daerah, kapasitas penyampaian informasi yang rendah, rendahnya kualitas Perda

yang dirumuskan, rendahnya kepercayaan publik serta stabilitas politik.61

Bagaimanapun, menguatnya praktik politik dinasti tingkat lokal di masa

reformasi saat ini tidak dapat dipisahkan dari warisan Orde Baru. Kemunculan

oligarki politik tentunya akan berdampak negatif terhadap kehidupan demokrasi

Indonesia. Oligarki politik, akan memperburuk proses demokratisasi. Apabila

jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif dan legislatif dikuasai oleh satu

keluarga, maka mekanisme checks and balance tidak akan berjalan efektif.

61 Delly Maulana, “Fenomena Demokratisasi Lokal di Provinsi Banten”, Jurnal AdministrasiNegara “SAWALA”, Vol 2. No. 2 (Mei-Agustus, 2013), h. 20, tersedia dihttp://ejurnal.unsera.ac.id/jurnal-administrasi-negara-vol-ii-no-2.html

Page 51: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

39

Akibatnya, rawan terjadi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.62 Oligarki juga

cenderung untuk menciptakan kekuasaan yang absolut. Terlebih lagi apabila

eksekutif dan legislatif didominasi oleh elit-elit yang berasal dari satu keluarga.

Dalam sistem yang oligarkis korupsi terjadi melalui hubungan kelompok

bisnis dengan pemangku jabatan dalam rangka memenangkan proyek-proyek

pemerintah. Selain terjun dalam dunia politik, keluarga Ratu Atut juga banyak yang

melakukan ekspansi ke dunia bisnis dan ikut tender dalam proyek pemerintah. Hal

ini semakin memudahkan terjadinya korupsi yang mengakibatkan banyak uang

negara yang masuk ke dalam kas keluarga. Oligarki politik model keluarga atau

dinasti politik yang terjadi di Banten juga akan menutup ruang bagi rakyat biasa di

luar keluarga yang sedang berkuasa untuk dapat menduduki jabatan strategis dalam

pemerintahan.63 Karena sifat dari oligarki yang nepotistik, jabatan strategis

pemerintahan banyak diberikan pada keluarga dan kerabat terdekat. Apabila posisi

strategis tidak diduduki oleh keluarga makan bargaining dan konsolidasi akan sulit

terjadi.

62 Sriyana, “Politik Dinasti Sebuah Patologi Demokrasi”, Jurnal Socioscientia, vol 6 No. 1(February, 2014), h. 127, tersedia di http://kopertis11.org/jurnal_baca.php?id=235

63 Sriyana, “Politik Dinasti Sebuah Patologi Demokrasi”, Jurnal Socioscientia, vol 6 No. 1(February, 2014), h. 128, tersedia di http://kopertis11.org/jurnal_baca.php?id=235

Page 52: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

40

BAB III

INDONESIA CORRUPTION WATCH (ICW)

Keberhasilan gerakan reformasi di tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari

LSM. Permasalahan-permasalahan yang muncul selama rezim Soeharto berkuasa

seperti pelanggaran HAM, korupsi, serta pengekangan hak politik rakyat,

mendorong munculnya LSM-LSM advokasi. Mereka dapat dikatakan sebagai

oposisi tulen terhadap pemerintahan Soeharto dalam memperjuangkan kehidupan

politik yang lebih demokratis, transparan dan bebas korupsi.

Pasca reformasi LSM tidak berhenti tumbuh dan kemudian mati. Sebaliknya

jumlahnya semakin banyak seiring dengan munculnya permasalahan-permasalahan

yang menjadikan rakyat sebagai korban, seperti korupsi. Permasalahan korupsi

yang telah masif terjadi di era Orde Baru mendorong lahirnya LSM-LSM anti-

korupsi yang bergerak untuk menyelediki perkara korupsi yang belum diungkap

oleh aparat penegak hukum. Salah satu LSM anti-korupsi yang vokal dalam

membongkar kasus korupsi adalah LSM Indonesia Corruption Watch (ICW).

A. Gambaran Umum Indonesia Corruption Watch (ICW)

Selama 32 tahun Soeharto menjabat sebagai presiden, Indonesia berada di

bawah kepemimpinan yang otoriter, tidak transparan dan korup. Kejatuhan rezim

Orde Baru dan proses demokratisasi yang mengiringinya mendorong pemerintah

selanjutnya untuk sesegera mungkin merealisasikan wacana-wacana tentang

pemerintahan yang bersih, demokratis dan sesuai dengan prinsip-prinsip good

governance sebagaimana yang digaungkan oleh kelompok-kelompok reformis.

Page 53: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

41

Memasuki era reformasi, pemberantasan korupsi menjadi permasalahan penting

yang harus cepat diselesaikan oleh pemerintah pasca Soeharto. Bagi negara

berkembang terutama Indonesia, korupsi menjadi faktor dominan yang dapat

menghancurkan perekonomian bangsa.

Meskipun di era reformasi Soeharto dan kroninya tidak lagi berkuasa,

namun tidak serta merta permasalahan korupsi menjadi selesai. Persekongkolan

yang terjadi antara kelompok bisnis dan penguasa dalam mengeruk sumber daya

negara telah berlangsung lama. Oleh sebab itu korupsi akan terus berkembang

mencari pola-pola hubungan baru yang sesuai dengan rezim yang berkuasa.1

Kekhawatiran ini mendorong sekumpulan orang yang penduli dan memiliki

komitmen terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia untuk membentuk sebuah

organisasi anti-korupsi yang bernama Indonesia Corruption Watch (ICW).

Indonesia Corruption Watch yang selanjutnya disebut ICW lahir 21 Juni

1998 di tengah hingar bingarnya gerakan reformasi.2 LSM anti-korupsi ini hadir

pada saat masyarakat menginginkan pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis,

bersih dan bebas korupsi. Karena sifatnya sebagai lembaga yang hadir di tengah-

tengah masyarakat, ICW berusaha untuk memberdayakan dan membangkitkan

kesadaran masyarakat agar terlibat dan berpatisipasi aktif dalam melakukan

resistensi terhadap praktik korupsi. Selain merangkul masyarakat, ICW juga

bersinergi dengan media dalam membongkar kasus-kasus korupsi.

1 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2009” (Jakarta, ICW: 2009), h. 152 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei

2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 54: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

42

Dalam manifesto anti korupsinya ICW melihat bahwa dengan adanya

partisipasi dari masyarakat sebagai korban korupsi, maka pemberantasan korupsi

akan berjalan efektif. Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam melawan korupsi

akan menjadikannya semakin kuat dan terorganisir sehingga mampu untuk

mengawasi dan mengendalikan jalannya pemerintahan.

Dalam pergerakannya ICW mengusung visi dan misi sebagai sebuah

komitmen untuk mencapai tujuannya. ICW mengusung visi menguatkan posisi

tawar rakyat untuk mengontrol negara dan turut serta dalam keputusan untuk

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih demokratis, bebas dari korupsi,

berkeadilan ekonomi, sosial, dan jender.3 Ditambah lagi ICW juga membawa misi

untuk memberdayakan rakyat dalam memperjuangkan terwujudnya sistem politik,

hukum, ekonomi, dan birokrasi yang bersih dari korupsi dan berlandaskan atas

keadilan sosial dan jender. Selain itu juga ICW berusaha untuk memberdayakan

rakyat dalam memperkuat partisipasi mereka dalam proses pengambilan dan

pengawasan kebijakan publik.4

Dalam menjalankan misi-misi yang diusungnya, ICW mengambil berbagai

peran, di antaranya adalah memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian rakyat

di bidang hak-hak warga negara dan pelayanan publik. ICW juga berperan sebagai

fasilitator penguatan kapasitas rakyat dalam proses pengambilan dan pengawasan

kebijakan publik. Selain itu ICW juga berperan dalam mendorong tumbuhnya

partisipasi masyarakat untuk menginvestigasi kasus-kasus korupsi, menyebarkan

3 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

4 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 55: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

43

dan mengungkapkan segala praktik korupsi untuk menciptakan pemerintah yang

lebih bersih. ICW juga memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam

penyelidikan dan pengawasan korupsi. LSM anti-korupsi ini juga menggalang

kampanye publik guna mendesakkan reformasi hukum, politik dan birokrasi yang

kondusif bagi pemberantasan korupsi. Serta memfasilitasi penguatan good

governance di masyarakat sipil dan penegakan standar etika di kalangan profesi.5

Dalam melakukan gerakan dan perjuangan pemberantasan korupsi, ICW

menganut nilai-nilai seperti keadilan sosial dan kesetaraan jender, demokratis, dan

kejujuran. Dari perspektif keadilan sosial dan kesetaraan jender, ICW menganggap

bahwa setiap orang baik laki-laki atau perempuan memiliki kesempatan yang sama

untuk berperan aktif dalam pemberantasan korupsi, serta memiliki kesempatan

yang sama untuk aktif serta mengakses dan mengontrol sumber daya yang dimiliki

oleh ICW. ICW memandang bahwa setiap individu harus menjunjung tinggi

demokrasi dalam setiap pengambilan keputusan, perilaku, serta pemikirannya.

Mengenai nilai kejujuran, setiap individu berkewajiban untuk memberitahukan

setiap kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kewajibannya.6

ICW menganut prinsip integritas, yaitu setiap individu yang terlibat dalam

ICW tidak pernah melakukan kejahatan pidana, politik, ekonomi dan hak asasi

manusia; tidak pernah membela atau melindungi koruptor; dan juga tidak boleh

menempatkan dirinya di bawah kepentingan pihak di luar ICW yang dapat

mempengaruhinya dalam menjalankan tugas. Kedua, akuntabel, artinya tiap

5 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

6 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 56: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

44

individu yang berada dalam ICW harus bersedia untuk mempertanggung jawabkan

apa yang telah dikerjakan serta diputuskannya kepada publik. Ketiga, Independen;

setiap anggota ICW tidak boleh terlibat dalam partai politik; harus bersifat objektif

terhadap tersangka korupsi, meskipun pejabat negara; setiap anggota ICW juga

tidak diperkenankan untuk mengambil keuntungan terhadap kasus yang sedang

ditangani. Keempat, Objektifitas dan kerahasiaan, yaitu setiap anggota ICW wajib

untuk mengambil keputusan serta tindakan yang bersesuaian dengan pertimbangan

keadilan dan kebenaran; setiap anggota ICW juga wajib untuk merahasiakan

identitas dari pelapor kasus korupsi. Kelima, Anti-Diskriminasi, dalam

melaksanakan tugas pemberantasan korupsi setiap anggota ICW tidak

diperkenankan untuk mendiskriminasi pelapor atau terlapor berdasarkan atas suku,

ras dan agamanya.7

7 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 57: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

45

B. Struktur Organisasi

BAGAN 1: Struktur Pengurusan Indonesia Corruption Watch (2013-2017)

Dewan Etik Bambang

Widjojanto Dadang

Trisasongko Kemala

Chandrakirana Masdar

F. Masudi

Teten Masduki

KoordinatorAde Irawan

Wakil KoordinatorAgus Sunaryanto

Divisi Monitoring dan Pelayanan PublikFebri Hendri Antoni Arif

Siti Juliantari Nida

Zindy Paradisha Aisy

Illfiyah

Divisi Investigasi dan PublikasiTama Satrya Langkun

Laits Abied Christian

Evert Lydia Agustina

Sigit Wijaya

Divisi Hukum dan Monitoring PeradilanEmerson Yuntho

Lalola Easter

Divisi Monitoring dan Analisa AnggaranFirdaus Ilyas

Mouna Wasef

Divisi Korupsi PolitikAbdullah Dahlan

Donal Fariz

Almas Sjafrina

Divisi Kampanye PublikTibiko Zabar Pradono

Jane Sandra Melissa

Safranis Rismaya Putri

Divisi Keuangan dan KesekretariatanSupitriyani

Nurhayati Siti

Nurjanah Intan

Pandini Maya

Fatmawati

Caroline Yulia

Page 58: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

46

Selama ini LSM identik dengan pendirinya, seperti Adnan Buyung Nasution

dengan LBH-nya. Hal ini menjadikan pendiri LSM bertindak sebagai pemilik,

mereka lebih berkeinginan melakukan rekruitmen dan menolak adanya regenerasi.

Hal ini berakibat banyak LSM tidak dapat berkembang dan bubar setelah generasi

pertamanya tidak ada lagi.8 ICW menolak gagasan semacam itu, ICW menerapkan

demokrasi total dalam tubuh lembaganya. ICW mengamini pelimpahan kekuasaan

secara merata, semua anggota memiliki hak yang sama untuk mengakses sumber

daya lembaga, tidak ada monopoli oleh pendiri lembaga.9

Menurut Ade Irawan, ICW merupakan sebuah perkumpulan. Sebagai

sebuah perkumpulan ICW memperkerjakan 35 orang. ICW juga memperkerjakan

banyak relawan untuk membantu mereka dalam pelaksanaan program-program

pemberantasan korupsi dan penguatan good governance.10 Jabatan tertinggi dalam

struktur kepengurusan ICW berada pada pendiri dan dewan etik. Dewan etik dalam

struktur kepengurusan ICW diduduki oleh 5 orang, yang memiliki masa jabatan

selama 4 tahun. Dewan etik sendiri memiliki tugas untuk melakukan pengasawan

terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi, menegakan kode etik lembaga, serta

memberikan sanksi terhadap anggota yang membuat pelanggaran.11

Struktur kedua dalam kepengurusan ICW diduduki oleh koordinator.

Koordinator sendiri memiliki fungsi sebagai penanggung jawab atas kegiatan setiap

divisi, menyusun program kerja organisasi, mengkoordinir kegiatan organisasi,

8 Ahmad Arif, “Perang Panjang Melawan Korupsi,” Kompas, 10 November 2009.9 Ahmad Arif, “Perang Panjang Melawan Korupsi,” Kompas, 10 November 2009.10 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201511 “Kode Etik Konsil LSM Indonesia” Artikel diakses pada 25Mei 2015 dari

http://konsillsm.or.id/?p=556

Page 59: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

47

bertanggung jawab atas komunikasi dengan pemerintah, pemerintah asing, ornop

nasional dan internasional yang bergerak dalam pemberantasan korupsi, serta

menyusun dan mempertanggung jawabkan laporan tahunan. Wakil Koordinator,

memiliki fungsi untuk melakukan koordinasi program di bidang informasi publik,

reformasi hukum dan monitoring korupsi di peradilan, membantu koordinator

dalam menjalankan dan menyusun program kerja dan membantu membuat laporan

tahunan.

Keberhasilan ICW dalam membongkar kasus korupsi dikarenakan LSM ini

didukung dengan adanya enam divisi penting yang telah memiliki tugas dan

fungsinya masing-masing. Keenam divisi tersebut adalah divisi penggalangan dana

dan kampanye publik, divisi hukum dan monitoring peradilan, divisi investigasi dan

publikasi, divisi korupsi politik, divisi monitoring pelayanan publik, dan divisi

monitoring dan analisis anggaran.

a. Divisi Penggalangan Dana dan Kampanye Publik

Untuk menjaga keberlangsungkan program-programnya, ICW memerlukan

adanya bantuan dana berbentuk materi. Sebagai sebuah lembaga independen yang

tidak terafiliasi dengan lembaga negara atau partai politik, pendanaan ICW banyak

berasal dari bantuan pihak luar dan sumbangan masyarakat.

Sumber pendanaan ICW sendiri dibedakan menjadi dua, pertama berasal

dari lembaga donor luar negeri. Karena banyak dana dari lembaga donor asing yang

masuk ke dalam rekening ICW, banyak pihak menilai ICW sebagai antek asing dan

LSM yang tidak nasionalis. Terkait dengan pendanaan tersebut, ICW menjelaskan

Page 60: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

48

bahwa dana asing yang masuk ke rekening ICW sebelumnya telah dipilah oleh

pemerintah. Hal ini dikarenakan setiap program ICW harus mendapat persutujuan

dari pemerintah. Meskipun demikian ICW sendiri tidak boleh menerima uang dari

pemerintah, hal ini dikarenakan akan memunculkan konflik kepentingan antara

ICW dan pemerintah.12

Sumber pendanaan ICW yang kedua berasal dari sumbangan masyarakat.

Sejak tahun 2008 ICW melalui divisi penggalangan dana dan kampanye publik

membuka kesempatan bagi masyarakat untuk dapat memberikan bantuan dana ke

ICW. Dengan adanya bantuan finansial ini, masyarakat secara tidak langsung turut

berpartisipasi dalam program-program anti-korupsi yang dilaksanakan ICW.

Mereka yang memberikan sumbangan harus memiliki identitas yang jelas.13

Dalam melakukan pegelolaan terhadap dana-dana dan bantuan finansial

yang masuk ke rekening ICW, lembaga ini menjunjung tinggi asas trasparansi dan

akuntabilitas sebagaimana yang tertera dalam prinsip kerja mereka. ICW

menganggap bahwa transparansi merupakan basis dari gerakan anti-korupsi yang

mereka perjuangkan.14 Sebagai bentuk independensinya ICW tidak menerima

sumbangan dari lembaga pemerintah, ataupun dari sektor perusahaan.

Donasi dan bantuan yang masuk ke rekening ICW dimanfaatkan untuk

menjalankan program-program ICW, di antaranya; investigasi kasus, pemantauan

anggaran sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun generasi pemuda

melawan korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan antikorupsi di sekolah dan

12 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201513 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201514 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei

2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 61: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

49

kampus.15 Untuk menjamin transparasi atas pendanaan yang masuk, setiap bulan

ICW mempublikasikan hasil perolehan donasi ke website lembaga. Setiap tahun,

ICW juga melakukan laporan keuangan menyeluruh, yang kemudian akan diaudit

oleh seorang auditor independen, dan kemudian akan diunggah ke website

lembaga.16

b. Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan

Pasca Orde Baru, upaya pemberantasan korupsi semakin terasa dengan

berdirinya KPK. Pembentukan lembaga ini merupakan sebuah realisasi dari

keinginan masyarakat untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan bebas korupsi.

Didirikannya KPK merupakan komitmen nyata dari pemerintah untuk melakukan

pemberantasan terhadap praktik korupsi.

Meskipun telah ada lembaga yang secara khusus menangani permasalahan

korupsi, tetapi lembaga hukum lain seperti kejaksaan dan kepolisian masih belum

mampu berkoordinasi dengan baik dalam melakukan pemberantasan korupsi. Atas

dasar ini Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW dibentuk untuk melakukan

pengawasan terhadap kinerja lembaga penegak hukum.

Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW memiliki tugas untuk

melakukan analisa dan monitoring agenda reformasi hukum; menjalankan tugas

pengawasan terhadap berbagai lembaga penegak hukum; melakukan monitoring

dan evaluasi kinerja aparat institusi peradilan dan institusi hukum lainnya;

15 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2013” (Jakarta, ICW: 2013), h. 11.16 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei

2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 62: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

50

melakukan monitoring terhadap pemilihan pejabat publik di lingkungan peradilan;

menindaklanjuti kasus korupsi yang terjadi di lingkungan peradilan; dan melakukan

penyusunan dan atau advokasi terhadap peraturan perundang-undangan yang

relevan dengan pemberantasan korupsi, hingga mengawal berbagai produk hukum

yang relevan dengan pemberantasan korupsi.17

c. Divisi Investigasi dan Publikasi

Divisi Investigasi dan Publikasi adalah divisi yang sengaja dibentuk untuk

menjalankan fungsi ICW sebagai LSM yang berfokus untuk melakukan investigasi

terhadap kasus korupsi. Dalam menjalankan perannya, divisi ini memfokuskan diri

terhadap kasus-kasus pengaduan korupsi yang berasal dari masyarakat. Masyarakat

dapat melaporkan kasus korupsi atau indikasi korupsi ke ICW.18

Sebagai LSM yang bergerak dalam bidang pemberantasan korupsi, ICW

banyak menerima laporan dari masyarakat terkait korupsi. Namun tidak semua

kasus yang masuk ke ICW berupa kasus korupsi, divisi ini memiliki tugas untuk

melakukan investigasi lebih lanjut. Jika bukan kasus korupsi, maka akan

dilimpahkan pada lembaga terkait ataupun ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH).19

Tugas Divisi Investigasi adalah melakukan review secara mendalam

sebelum melaporkan kasus-kasus tersebut kepada aparat penegak hukum. Dalam

melakukan tugas penyeledikannya, divisi investigasi terjun langsung ke daerah

17 Laksmi dan Mohamad Aries, “Information Literacy Pada Lsm Indonesia Corruption WatchDalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi“, Jurnal Ilmu Informasi, vol. 1 No. 2 (Agustus2006), h. 10-11, http://staff.ui.ac.id/system/files/users/laksmi/publication/penelitianlsm.doc.

18 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201519 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 2015

Page 63: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

51

yang dilaporkan terdapat indikasi kasus korupsi. Mereka melakukan wawancara,

menggunakan media untuk mencari berita terkait dengan kasus korupsi yang

dilaporkan serta menggunakan audit dari BPK untuk semakin memperkuat

investigasi mereka.20

Selain investigasi korupsi, divisi ini juga memiliki fungsi untuk

mempublikasikan setiap hasil temuan kasus-kasus korupsi. Sehingga masyarakat

dapat mengetahui perkembangan kasus yang ditangani ICW. Di samping itu divisi

ini juga memiliki tugas untuk melakukan publikasi terhadap program-program dan

aktivitas ICW. Untuk mempublikasi hasil temuan kasus korupsi serta riset-riset

yang mereka lakukan, ICW menggunakan web mereka sendiri Antikorupsi.org

sebagai media publikasi. ICW juga menerbitkan buku-buku terkait dengan riset

mereka seperti riset kehutanan serta laporan tahunan. ICW juga menyebarkan hasil

investigasi korupsi mereka ke media massa Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

luas dapat mengetahui adanya kasus korupsi dan perkembangannya. Di samping itu

penyebaran informasi ke media juga dimaksudkan untuk menekan pihak-pihak

yang terkait kasus korupsi yang ditangani ICW.21

d. Divisi Korupsi Politik

Korupsi politik terjadi karena adanya persekongkolan antara kelompok

bisnis dan pemegang kekuasaan. ICW melihat cara untuk meminimalisir terjadinya

20 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2009”, h. 33.21 Laksmi dan Mohamad Aries, “Information Literacy Pada Lsm Indonesia Corruption Watch

Dalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi“, h. 20-21.

Page 64: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

52

korupsi adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip transparansi serta mendorong

rakyat untuk terlibat dalam setiap proses perumusan kebijakan.

Divisi korupsi ICW lahir untuk melakukan advokasi yang terkait dengan

isu-isu mengenai anggaran, korupsi di lingkungan parlemen dan pemerintahan

daerah. Divisi korupsi politik memiliki tugas utama untuk mendorong terciptanya

transparansi dan akuntabilitas di sektor politik. Di samping itu, divisi korupsi politik

juga melakukan studi dan terkait dengan patronase politik bisnis di tingkat lokal

hingga tingkat nasional. Ditambah lagi divisi korupsi politik juga melakukan

pemberdayaan dan pelatihan terhadap masyarakat untuk secara mandiri

membongkar korupsi. Pelatihan dilakukan dengan cara mengajarkan bagaimana

mengidentifikasi aktor yang melakukan korupsi, proyek ladang korupsi dengan

mark-up tertentu, dan sebagainya. Investigasi yang diajarkan adalah dengan

menerapkan konsep 5W dan 1H, yaitu what, why, when, where, who dan how, serta

pemanfaatan otoritas dan jaringan.22

e. Divisi Monitoring Pelayanan Publik.

Menurut ICW indikator keberhasilan pemberantasan korupsi adalah

membaiknya kualitas pelayanan publik. Divisi Monitoring Pelayanan Publik adalah

divisi yang dibentuk ICW untuk melakukan pengawasan di sektor pelayanan

publik. Divisi ini sengaja dibentuk untuk menjamin rakyat mendapatkan hak-

22 Laksmi dan Mohamad Aries, “Information Literacy Pada Lsm Indonesia Corruption WatchDalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi“, h. 13.

Page 65: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

53

haknya. Dalam beberapa tahun terakhir, Divisi monitoring pelayanan publik ICW

lebih berfokus melakukan pengawasan di sektor pendidikan, dan kesehatan. 23

Alasan divisi ini untuk lebih berfokus pada sektor-sektor tersebut

dikarenakan sektor tersebut terkait dengan hak dasar manusia, dan paling rawan

diselewengkan. Dalam sektor pendidikan, divisi ini memberikan penyadaran

terhadap guru-guru yang biasanya menjadi korban dari birokrasi sektor pendidikan

seperti diknas dan komite sekolah. Dalam sektor kesehatan, divisi monitoring

pelayanan publik ICW juga memberikan pelatihan yang serupa dengan guru, tetapi

dengan aktor yang berbeda seperti dokter, dan birokrasi rumah sakit.24

Dalam menjalankan fungsinya melakukan pengawasan terhadap pelayanan

sektor publik, Divisi ini turut melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan

publik untuk turut berpartisipasi. Masyarakat dapat melakukan pengawasan serta

memonitor kualitas pelayanan publik, di samping itu juga memonitoring sektor

publik untuk meminimalisir terjadinya penyelewengan dana. Dengan

berpartisipasinya masyarakat, diharapkan dapat terwujud keadilan sosial di bidang

pelayanan publik.25

f. Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran

Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran (MAA) merupakan divisi baru

yang didirikan ICW tahun 2013. Divisi MAA ICW memfokuskan diri mereka

23 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2009”, h. 33.24 Laksmi dan Mohamad Aries, “Information Literacy Pada Lsm Indonesia Corruption Watch

Dalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi“, h. 12.25 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Manifesto Gerakan Anti Korupsi”, diakses pada 1 Mei

2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

Page 66: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

55

terkait dengan isu-isu anggaran. Terlebih lagi, mengenai penerimaan negara di

sektor minyak, gas dan pertambangan serta di sektor pengadaan barang dan jasa.

Divisi MAA juga terlibat dalam advokasi dan penguatan jaringan

antikorupsi di tingkat lokal maupun nasional.26 Di samping itu, Divisi MAA juga

rutin melakukan monitoring dan advokasi terkait belanja negara dan subsidi energi.

Pemantauan terhadap sektor pertambangan, ICW juga mendorong terjadinya

renegosiasi kontrak sejumlah perusahaan tambang yang beroperasi di Indonesia

agar memberikan manfaat lebih banyak kepada negara.

Selama berkiprah dalam pemberantasan korupsi dan penguatan good

governance di Indonesia, ICW tidak mendirikan cabang di daerah. Semua kegiatan

ICW terpusat di Jakarta. Meskipun demikian ICW memiliki jaringan di 48 daerah

di seluruh Indonesia. Jaringan ICW berdiri secara independen tetapi ICW dapat

bekerja sama dengan mereka. Dari jaringan-jaringan ini ICW banyak menerima

laporan korupsi di daerah. Setidaknya ICW menerima 700 hingga 1000 laporan

kasus setiap tahunnya.27

C. Prestasi-prestasi ICW

Dalam perjuangan melawan korupsi, ICW telah menciptakan budaya baru

dalam penegakan good governance serta pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal

ini dilakukan ICW dengan merangkul seluruh elemen baik, masyarakat sipil,

kelompok mahasiswa, LSM, media, kepolisian, kejaksaan, KPK dan seluruh

26 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2013”, h. 48.27 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 2015

Page 67: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

54

elemen yang bersedia untuk melawan korupsi. ICW juga membuktikan

keseriusannya dalam upaya penguatan masyarakat agar mereka ikut melawan

korupsi. Hal ini dilakukan ICW dengan melakukan pelatihan-pelatihan, kampanye,

sosialisasi bahaya korupsi lewat seminar-seminar dan diskusi. Semua ini dilakukan

ICW agar masyarakat memiliki alat dan bekal untuk melawan korupsi.28

Selama berkiprah dalam ranah anti korupsi, ICW telah berhasil

membongkar kasus-kasus korupsi besar yang merugikan negara hingga triliunan

rupiah, seperti kasus Jamsostek, korupsi di PT Garuda Indonesia, kasus Bank Bali,

korupsi di Setneg, SP3 kasus Texmaco, kroni Soeharto di Departemen Kehutanan

dan Perkebunan.29 Selain itu, setahun setelah didirikan ICW telah berhasil

membongkar skandal suap yang menjerat Jaksa Agung Andi M. Ghalib. 30

Di samping itu telah banyak kasus-kasus korupsi yang diungkap ICW dan

dilaporkan ke penegak hukum, beberapa di antaranya adalah kasus korupsi di

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan korupsi pengelolaan

hutan yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. ICW berhasil

membongkar korupsi yang terjadi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam kasus ini ICW pertama kali menemukan

adanya penggelebungan harga dalam pengadaan modul untuk pelatihan guru

pengawas Kurikulum 2013. Dari hasil investigasi ICW, kasus korupsi ini

merugikan negara hingga Rp. 700 juta. Yang lebih mengkhawatirkan lagi laporan

28 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201529 Hamid Basyaib, dkk. Ed., Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia (Jakarta:

Aksara, 2002), h. 109.30 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, h. 696.

Page 68: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

56

ICW hanya salah satu temuan yang terjadi Kemendikbud Malang yang melakukan

penggandaan untuk tiga provinsi. ICW meyakini bahwa mungkin terjadi kasus

korupsi dengan mengunakan modus serupa di daerah lain. 31

Di tahun 2011, ICW melaporkan adanya praktik korupsi pengelolaan hutan

di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ke KPK. Dugaan praktik korupsi ini

disinyalir berlangsung dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Kasus korupsi ini

melibatkan 15 perusahaan, 7 perusahaan melakukan aktivitas korupsi di daerah

Kalimantan Barat, dan 8 di Kalimantan Tengah. Dalam kasus yang terjadi di

Kalimantan Tengah seorang Oknum pejabat berinisial DA memberikan izin untuk

melakukan perubahan alih fungsi hutan kepada 8 perusahaan yang dimiliki oleh

kerabatnya. Ditambah lagi DA juga memberikan izin untuk melakukan alih fungsi

hutan pada daerah-daerah yang tidak boleh dilakukan alih fungsi hutan. Dalam

praktik korupsi ini negara mengalami kerugian hingga Rp. 9,1 triliun.32

Sejak pertama kali berdiri hingga saat ini, ICW menjadi LSM anti korupsi

berdiri di garis depan dalam proses pemberantasan korupsi di Indonesia. Eksistensi

ICW dalam pemberantasan korupsi sejak tahun 1998 juga semakin diakui publik.

Di tahun pertama pembentukannya, ICW bergerak sendiri dalam membongkar

kasus-kasus korupsi. Organisasi anti korupsi masih belum banyak terdapat di

tengah masyarakat. Oleh sebab itu mereka memfokuskan area advokasinya untuk

membongkar kasus korupsi dan mempublikasikannya ke masyarakat. Hal ini

31 Okezone, “ICW Desak Korupsi Pengadaan Buku Kurikulum 2013 Diusut Tuntas”, Artikeldiakses pada 16 November 2014 dari http://news.okezone.com/read/2014/12/21/337/1082083/icw-desak-korupsi-pengadaan-buku-kurikulum-2013-diusut-tuntas

32 Viva, “ICW Laporkan Korupsi Hutan Rp. 9,1 triliun”, Artikel diakses pada 15 November2014 dari http://m.bola.viva.co.id/news/read/250279-icw-laporkan-korupsi-hutan-rp9-1-triliun

Page 69: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

57

dimaksudkan agar pada nantinya, publik akan berani untuk melaporkan praktik

korupsi ke aparat penegak hukum. Usaha ICW ini dapat dikatakan berhasil,

masyarakat berani untuk melaporkan adanya dugaan kasus korupsi.33

Keberhasilan ICW dalam mengungkap kasus-kasus korupsi tidak

selamanya berjalan mulus. Sebagai LSM yang bersinggungan dengan daerah rawan

yaitu korupsi, banyak hambatan yang ditemui ICW selama menjalankan tugasnya.

Hambatan paling besar yang diterima ICW adalah suap dan ancaman. Suap yang

diterima dimaksudkan agar ICW menghentikan investigasi kasus korupsi. Untuk

menanggulangi permasalahan para pekerja ICW tidak diperbolehkan untuk bertemu

seseorang yang terkait kasus korupsi diluar kantor.34

Permasalahan pengkaderan juga menjadi penghambat ICW dalam

menjalankan program-programnya. ICW membutuhkan banyak orang yang

memiliki idealisme tinggi serta rela berjuang untuk kepentingan orang banyak.

Permasalahan ini nampaknya tidak begitu menjadi hambatan berarti bagi ICW

untuk terus aktif dalam ranah pemberantasan korupsi di Indonesia.35 Untuk

menanggulanginnya tahun 2013 lalu ICW mendirikan Sekolah Anti Korupsi yang

berlokasi di Jakarta dan Bandung.36 Dalam Sekolah Anti Korupsi ini para

pesertanya akan diberikan pengetahuan terkait dengan instrument anti korupsi dan

praktik korupsi di berbagai sektor. Para peserta akan dilatih untuk menggunakan

instrument anti korupsi dan dilatih keahlian khusus untuk melakukan kegiatan

33 Adnan Topo Husodo, “Kilas Balik 17 Tahun Melawan Korupsi”, diakses pada 28 Juni 2015dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

34 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201535 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201536 Republika, “ICW Gelar Sekolah Anti Korupsi”, Artikel diakses pada 15 Juli 2015 dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/24/mowlcw-icw-gelar-sekolah-antikorupsi

Page 70: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

58

pemberantasan korupsi, serta dilatih untuk mampu melakukan investigasi dan

advokasi pemberantasan korupsi.37

Pasca Orde Baru, ICW menjadi salah satu LSM yang berhasil dalam

menjalankan program-programnya. Kerja keras LSM ini dalam mengkampanyekan

perang terhadap korupsi dan penguatan good governance di Indonesia telah

mendapatkan pengakuan luas masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya

penghargaan yang mereka terima baik dari organisasi lokal maupun luar negeri.

Penghargaan tersebut telah menunjukan adanya bukti nyata dari ICW untuk

melakukan investigasi kasus korupsi dan mempublikasikannya ke masyarakat

luas.38 Beberapa penghargaan tersebut di antaranya: pada tahun 2009 ICW

mendapat penghargaan Civil Society 2009 untuk kategori hukum dan Majalah

Forum Keadilan. ICW dinilai telah berjasa dalam membangun budaya baru

demokrasi di Indonesia. Lembaga ini juga dinilai sebagai salah satu bagian

masyarakat yang berani dan konsisten dalam mengkampanyekan perang melawan

korupsi dengan gerakannya yang nyata baik melalui temuan praktik korupsi yang

langsung dilaporkan kepada instansi penegak hukum. Dan juga pengawasannya

yang tak pernah berhenti terhadap berbagai bentuk praktik korupsi.39

ICW juga menerima penghargaan yang diberikan oleh UII ke ICW atas

konsistensinya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Selain itu ICW

37 Republika, “ICW Gelar Sekolah Anti Korupsi”, Artikel diakses pada 15 Juli 2015 darihttp://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/24/mowlcw-icw-gelar-sekolah-antikorupsi

38 Laksmi dan Mohamad Aries, “Information Literacy Pada Lsm Indonesia Corruption WatchDalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi“, h. 3.

39 Detik, “Denny J A dan ICW dianugerahi Civil Society Award 2009”, Artikel diakses pada 15Juli 2015 dari http://news.detik.com/berita/1181487/slank-denny-ja-dan-icw-dianugerahi-civil-society-award-2009

Page 71: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

59

juga menerima penghargaan Soegeng Sarjadi Award on Good Governance tahun

2011 dalam kategori Lembaga Masyarakat Sipil. ICW dinobatkan menjadi salah

satu dari “11 Tokoh Pejuang Anti-Korupsi 2011” menurut Majalah Tempo. ICW

juga menerima Hari Pers Nasional Award (HPNA) 2011 dari Dewan Pers.

Penghargaan ini diberikan karena ICW dapat mampu bersinergi dan bekerjasama

dengan media dalam pemberantasan korupsi. ICW selalu melibatkan media dalam

kampanye, publikasi serta pembongkaran kasus-kasus korupsi. Kiprah ICW dalam

pemberantasan korupsi dan penegakan good governance juga terdengar hingga

dunia Internasional. Di tahun 2011 ICW menduduki posisi 27 untuk kategori

Transparency and Good Governance Think Tank berdasarkan survey “The Think

Tanks and Civil Societies Program” dari University of Pennsylvenia, Philadelphia,

USA. Survei ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan lembaga think tanks

terkemuka di dunia yang bergerak di bidang kebijakan publik.40

40 Indonesia Corruption Watch (ICW), “Laporan Tahunan 2011” (Jakarta, ICW: 2011), h. 34.

Page 72: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

60

BAB IV

KORUPSI KEPALA DAERAH DAN PERAN ICW DALAM

MENGUNGKAP KORUPSI DANA HIBAH DAN BANSOS BANTEN

Praktik korupsi di Indonesia telah menjadi masalah serius. Hal ini terlihat

dari maraknya pemberitaan di media mengenai korupsi yang dilakukan oleh orang-

orang yang menduduki jabatan publik. Setiap tahun negara terus mengalami

kerugian akibat terus meningkatnya praktik korupsi. Ditambah lagi di masa

reformasi saat ini, praktik korupsi kini tidak lagi terpusat namun sudah menyebar

ke daerah sebagai ekses dari otonomi daerah. Otonomi daerah yang seharusnya

menjadi jalan bagi terwujudnya demokratisasi dan pembangunan yang merata di

semua daerah malah mendorong maraknya korupsi di daerah. Kebijakan otonomi

daerah memiliki tujuan untuk memberikan wewenang lebih bagi daerah untuk

mengatur pemerintahannya. Sebagai konsekuensinya elit lokal memiliki akses

besar terhadap sumber daya daerah yang rawan untuk dikorupsi dan diselewengkan.

Saat ini otonomi daerah dijadikan sebagai selubung oleh elit penguasa dan

kelompok bisnis untuk mengeruk kekayaan daerah secara besar-besaran. Ditambah

lagi lembaga legislatif di tingkat daerah tidak menjalankan fungsinya secara efektif

dalam mengawasi eksekutif. Hal ini dikarenakan banyak anggota DPRD yang

didalamnya merupakan orang terdekat atau terafilasi dengan kepala daerah.

Korupsi adalah kegiatan penyalahgunaan jabatan serta kekuasaan

administrasi dalam ekonomi dan politik, baik yang dilakukan oleh diri sendiri

ataupun orang lain, yang ditujukan memperoleh keuntungan pribadi, sehingga

Page 73: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

61

menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.1

Suatu tindakan disebut korupsi apabila telah terpenuhinya tiga hal penting, yaitu

adanya seseorang yang memiliki kekuasaan atau menduduki jabatan publik

sehingga mampu menyusun kebijakan publik tertentu; adanya keuntungan ekonomi

yang dapat diraih sebagai ekses dari kebijakan publik yang disusun tersebut; dan

adanya sistem yang memungkinkan terjadinya pelanggaran oleh pejabat publik

yang bersangkutan.2

Sejak berakhirnya rezim Orde Baru, Indonesia terus menduduki peringkat

tertinggi dalam hal korupsi. Laporan tahunan yang dikeluarkan Political and

Economic Risk Consultancy (PERC) pada tahun 2006 menyebutkan bahwa

Indonesia merupakan negara dengan peringkat korupsi paling tinggi di Asia Pasifik.

Di tahun 2010 Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat paling korup dari 16

negara di Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi bagi para pelaku bisnis. Di

Asia, negara yang dinyatakan cukup bersih dari korupsi adalah: Vietnam, Filipina,

Thailand, India, China, Taiwan, Korea, Macau, Malaysia, Jepang, Amerika Serikat,

Hongkong, dan Australia.3

Selain PERC, organisasi lain seperti Transparansi Internasional juga

mengeluarkan survey terkait dengan tingkat korupsi negara-negara dunia. Dalam

1 Toni Adrianus Pito, Efriza, Kemal Fasyah, Mengenal Teori-Teori Politik: Dari Sistem PolitikSampai Korupsi (Bandung: Nuansa Cendika, 2013), h. 405.

2 Wijayanto, Ridwan Zachrie, ed, Korupsi Mengorupsi Indonesia: sebab, akibat dan prospekpemberantasan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 6

3 Sukron Kamil, ed., Korupsi dan Integritas Dalam Ragam Prespektif (Jakarta: PSIA UINJakarta), h. 5.

Page 74: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

62

survey terbarunya yang dilakukan di 175 negara pada Desember 2014 lalu

Indonesia menduduki peringkat rendah yaitu 107 dalam permasalahan korupsi.4

Jauh sebelum maraknya praktik korupsi, Wakil Presiden pertama Indonesia

Muhammad Hatta telah memberikan pendapatnya terkait dengan korupsi yang

terjadi di Indonesia. Pada tahun 1970, Muhammad Hatta menyatakan bahwa praktik

korupsi di Indonesia telah membudaya. Kata membudaya memberikan pemahaman

bahwa korupsi telah menjadi sesuatu yang dianggap sebagai sebuah kewajaran

dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi suatu bangsa.5 Pernyataan Muhammad

Hatta ini telah mengisyaratkan bahwa Indonesia memiliki reputasi sebagai Negara

dengan tingkat korupsinya yang tinggi. Jauh sebelum lembaga anti korupsi

Internasional menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup di Asia.

Praktik korupsi di Indonesia telah berlangsung jauh sebelum Indonesia

merdeka. Bukti yang menunjukan bahwa praktik korupsi telah berlangsung di

Indonesia sejak masa penjajahan adalah adanya tradisi memberikan upeti atau

persembahan yang dilakukan oleh masyarakat kepada penguasa setempat.6

Kebiasaan memberikan upeti ini yang kemudian menjadi awal dari berkembangnya

praktik suap dan korupsi lainnya.7

Runtuhnya rezim Orde Baru pada Mei 1998 telah membawa perubahan

besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Wacana tentang tata kelola pemerintahan

4 Transparansi Internasional Indonesia “Corruption Perception Index.” Artikel diakses pada 2Agustus 2015 dari: http://www.ti.or.id/index.php/publication/2014/12/06/corruption-perceptions-index-2014

5 Wijayanto, Ridwan Zachrie, ed,. Korupsi Mengorupsi Indonesia, h. 418.6 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 196.7 Wijayanto, Ridwan Zachrie, ed,. Korupsi Mengorupsi Indonesia, h. 418.

Page 75: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

63

yang baik (good governance) menjadi isu hangat yang muncul di tengah-tengah

masyarakat. Praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang berlangsung selama

masa Orde Baru dituding menjadi biang keladi dari anjloknya perekonomian

Indonesia di tahun 1997.8 Masyarakat yang telah lama gerah dengan praktik korupsi

yang dilakukan Soeharto dan kroninya ingin agar pemerintahan Soeharto

digantikan dengan pemerintahan yang bersih, transparan, dan bebas korupsi.

Dalam upaya menciptakan Indonesia yang transparan, bersih dan bebas

korupsi pemerintah Indonesia telah menunjukkan bukti nyata dengan membentuk

lembaga-lembaga hukum yang memiliki tugas pemberantasan praktik korupsi

seperti Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK). Di samping itu hadirnya elemen

masyarakat sipil seperti LSM yang bergerak dalam advokasi anti korupsi turut

mengambil bagian penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Meskipun Indonesia telah memiliki lembaga penegak hukum yang secara

khusus menangani korupsi, praktik korupsi pasca Orde Baru tidak mengalami

penyusutan. Tetapi semakin menyebar dengan berbagai modus baru yang lebih

hebat daripada yang terjadi di masa pemerintahan Soeharto. Hal ini menjadi sesuatu

yang mencengangkan karena korupsi semakin marak terjadi di alam demokrasi

yang bebas seperti sekarang ini.9

Di masa reformasi terjadi perubahan dalam aktor-aktor yang terlibat dalam

praktik korupsi. Di era pemerintahan Orde Baru praktik korupsi dilakukan oleh

8 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 82.9 Robert Klitgard, Ronald Maclean-Abaroa, Lindsey Parris, Penuntun Pemberantasan Korupsi

dalam Pemerintahan Daerah, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2002), h. xx.

Page 76: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

64

keluarga Soeharto dan kolega-koleganya. Dalam praktik korupsi yang dilakukan

keluarga dan koleganya, Soeharto mengkoordinir praktik korupsi serta pembagian

“lahan korupsi”. Hampir semua proyek-proyek besar, sumber daya ekonomi vital

negara dan fasilitas-fasilitas bisnis penting lainnya dikuasai oleh keluarga Soeharto

dan kroninya. Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Bulog,

Pertamina, Departemen Kehutanan, dan Dinas Perpajakan dijadikan sebagai lahan

bagi praktik korupsi.10

Praktik korupsi yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungan istana di

masa Orde Baru dapat berjalan begitu mulus dengan dukungan penuh oleh

kelompok konglomerat serta tentara. Selama berkuasa Soeharto berhasil

memusatkan kekuasaan politik dan ekonomi di bawah genggamannya yang

berimbas pada tidak berjalannya mekanisme check and balances oleh parlemen dan

masyarakat. Sementara itu, kontrol dari masyarakat tidak berjalan efektif karena

kekuatan masyarakat sipil sebagai motor penggerak ditekan oleh rezim. Pers yang

terlalu mengkritisi pemerintahan pada saat itu juga diberedel oleh rezim penguasa.11

Di era demokratisasi sekarang ini korupsi tumbuh semakin subur. Korupsi

yang awalnya hanya dilakukan oleh orang-orang yang berada di lingkungan

eksekutif di tingkat pusat, sekarang juga terjadi di lembaga legislatif. Ditambah lagi

permasalahan korupsi juga telah merambah hingga ke dalam ranah lembaga

peradilan. Korupsi di daerah juga semakin subur, dikarenakan adanya kebijakan

10 Tarmizi Taher, “Jihad NU-Muhammadiyah Memerangi Korupsi” dalam HCB Dharmawandan Al Soni, ed., Jihad Melawan Korupsi (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005), h. 109.

11 Robert Klitgard, Ronald Maclean-Abaroa, Lindsey Parris, Penuntun Pemberantasan Korupsidalam Pemerintahan Daerah, h. xxi.

Page 77: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

65

otonomi daerah dan desentralisasi. Melalui kebijakan otonomi daerah pemerintah

daerah memiliki wewenang yang lebih besar dalam mengatur sumber daya daerah

terutama sumber daya ekonomi. Hal ini yang kemudian berimplikasi pada semakin

terbukanya peluang melakukan praktik korupsi.12

A. Korupsi Kepala Daerah dalam Pandangan Indonesia Corruption

Watch

Pasca bergulirnya otonomi daerah, telah banyak kepala daerah baik di

tingkat provinsi, kabupaten atau kota, hingga anggota DPRD yang tertangkap

karena masalah korupsi. Dalam laporannya, ICW memaparkan bahwa sejak Januari

2001 hingga Juni 2010, telah terjadi 176 kasus korupsi di tingkat pusat hingga

daerah dengan 411 orang ditetapkan sebagai tersangka. Dari korupsi tersebut negara

berpotensi merugi hingga Rp. 2 triliun. Berarti setiap bulan setidaknya ditemukan

30 kasus korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp. 350 miliar.13

Pernyataan mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengenai

korupsi di daerah tidak kalah mengejutkan. Dia menyebutkan bahwa 155 orang

bupati dan walikota telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi, ditambah lagi ada

17 gubernur juga yang dipenjarakan karena permasalahan korupsi. Bahkan hampir

setiap minggu Gamawan Fauzi menerima surat permintaan izin pemeriksaan

terhadap kepala daerah dan surat penonaktifan sementara kepala daerah. Hal ini

12 Taufik Rinaldi, dkk., Memerangi korupsi di Indonesia Yang Terdesentralisasi, h. 2.13 “Otonomi Daerah: Ketika Korupsi Menjadi “Gangren””, Kompas, 10 Maret 2011, h. 44.

Page 78: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

66

berbanding terbalik dengan masa Orde Baru. Selama 30 tahun Soeharto berkuasa,

hampir tidak ada pejabat daerah yang dijadikan tersangka korupsi.14

Menurut ICW, otonomi daerah tidak dapat dijadikan kambing hitam akibat

maraknya korupsi yang berlangsung di daerah kini. Kebijakan otonomi daerah

memiliki cita-cita mulia untuk menggeser lokus kekuasaan ke daerah-daerah agar

tidak terjadi lagi sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat, distribusi kesejahteraan

dan pembangunan di daerah-daerah dapat berjalan dengan lancar serta daerah dapat

menjadi otonom dan besar dengan kewenangannya sendiri. Namun cita-cita

otonomi daerah ini melenceng dari tujuan awalnya, pada praktiknya elit-elit

penguasa yang seharusnya memajukan daerah malah menyalahgunakan

wewenangnya tersebut. Melalui wewenang yang dimiliki mereka membajak

sumber daya daerahnya untuk kepentingan politik dan bisnis golongannya.15

Dengan maraknya korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah, tentu daerah

mengalami dampaknya secara langsung. Seperti distribusi pembangunan menjadi

tidak merata. Uang yang seharusnya digunakan dalam urusan pembangunan di

daerah-daerah menjadi hilang akibat dikorupsi. Selanjutnya tingkat kemiskinan

semakin tinggi, rakyat miskin yang seharusnya menerima bantuan sosial, ataupun

bantuan modal menjadi tidak diterima ketika dana bantuan tersebut dipotong atau

tidak diberikan sama sekali. Yang terakhir adalah pembangunan terhambat.

Dampak korupsi di daerah terlihat dengan jelas. Contohnya adalah kasus

14 “Otonomi: “Desentralisasi” Korupsi Sampai ke Daerah”, Kompas, 10 Maret 2011, h. 39.15 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September

2015

Page 79: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

67

Hambalang. Pembangunan sarana olahraga tersebut berhenti total karena uang yang

seharusnya dipergunakan untuk membangun malah dikorupsi.

Otonomi daerah dan desentralisasi tidak sepenuhnya dapat disalahkan.

Namun desentralisasi memunculkan modus operandi yang semakin bervariatif bagi

korupsi di tingkat lokal.16 Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi hanya

menjadi pemicu dari maraknya korupsi di tingkat lokal. ICW melihat bahwa faktor

utama yang mendorong permasalahan korupsi di daerah adalah tata kelola

pemerintahan dan politik yang buruk. Hal ini dikarenakan pemilu yang berlangsung

di daerah telah dibajak oleh sekelompok elit yang hanya mementingkan golongan

dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya17

ICW menilai bahwa tata kelola pemerintahan yang buruk ini juga tidak

dapat dilepaskan dari kualitas pemilu yang buruk. Menurut ICW Pemilu di

Indonesia hanya berlangsung secara prosedural tetapi tidak secara substansial.

Pemilu terutama pilkada seharusnya menjadi sarana bagi masyarakat untuk

menentukan pemimpin yang dianggap lebih jujur, amanah dan akuntabel. Dengan

mekanisme pemilihan secara langsung ini diharapkan kepala daerah yang terpilih

akan lebih amanah dan memihak kepentingan masyarakat sehingga pelayanan

publik dapat diselenggarakan secara lebih baik. Namun dalam penyelenggaraannya

16 Taufik Rinaldi, dkk., Memerangi korupsi di Indonesia Yang Terdesentralisasi, h. 2.17 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September

2015

Page 80: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

68

terjadi banyak penyimpangan yang mengakibatkan esensi dari pemilu untuk

memilih wakil rakyat yang memiliki kualitas dan akuntabel menjadi hilang.18

ICW berpendapat bahwa esensi dari pemilu di daerah menjadi hilang

dikarenakan tiga hal. Pertama, pemilih yang cenderung pragmatis. Rendahnya

pendidikan politik serta ketidaktahuan atas calon kepala daerah yang akan

bertarung di pilkada menjadikan suara rakyat mudah terbeli. Dengan permainan

politik uang, kemudian masyarakat dengan mudah memberikan suara mereka.

Kedua, penyelenggara pemilu yang bermasalah. Ketika masyarakat memiliki

pendidikan politik yang baik serta memahami calon kepala daerah yang bertarung

dalam pemilu beserta visi dan misinya, terjadi permasalahan lain yaitu

penyelenggara pemilu yang bermasalah. Suara pemilih dimanipulasi, yang

seharusnya kepada orang tertentu malah dialihkan pada orang yang berusaha

mereka menangkan. Ketiga, adalah lembaga pengadil yang bermasalah. Contohnya

adalah kasus Akil Mochtar sebagai ketua MK banyak melakukan pemenangan-

pemenangan yang tidak sesuai dengan hasil yang terjadi ketika pilkada, seperti

permasalahan kasus suap pilkada Lebak, Banten.19

Di samping permasalahan tata kelola pemerintahan yang buruk, serta

keserakahan para pejabat daerah maraknya korupsi yang dilakukan kepala daerah

juga tidak dapat dilepaskan dari mahalnya biaya pilkada. Praktik korupsi yang

banyak berlangsung di Indonesia erat kaitannya dengan hubungan patronase antara

18 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September2015

19 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September2015

Page 81: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

69

pemegang jabatan publik dengan orang-orang yang memiliki kekuatan di sektor

bisnis. Pemegang jabatan publik digambarkan sebagai patron dan kelompok bisnis

diibaratkan sebagai klien, dimana patron akan terus melindungi kepentingan

kliennya selama klien terus mendukung patronnya terutama dalam segi finansial.20

Pilkada saat ini tidak jarang dijadikan ajang transaksional antara calon

kepala daerah, kelompok bisnis dan masyarakat sebagai pemilih. ICW melihat

bahwa dengan dana yang banyak para calon kepala daerah menggunakan cara-cara

kotor seperti money politic untuk membeli suara rakyat. Mereka dengan sadar

memanfaatkan kemiskinan masyarakat dan pemikiran pemilih yang cenderung

pragmatis. Dengan menggelontorkan uang yang besar mereka berharap dapat

dengan mudah memenangkan pilkada tanpa harus turun langsung melakukan kerja

politik dan sosial merebut simpati masyarakat.21

Dana yang dikeluarkan oleh seorang calon kepala daerah tidak hanya

berasal dari kantong pribadi, banyak kepala daerah yang mendapatkan bantuan dana

dari kelompok-kelompok bisnis dan pengusaha. Dalam urusan pilkada, seorang

calon harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Contohnya, untuk menjadi calon

bupati diperlukan dana minimal Rp 5 miliar, calon wali kota minimal Rp 10 miliar,

dan calon gubernur minimal Rp 20 miliar.22 Hal ini tidak sebanding dengan

20 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 198.21 Tribunnews,” Sejak Otonomi Daerah 70 persen keala dan wakil kepala daerah tersangkut

korupsi”, Artikel diakses pada 1 Oktober 2015 darihttp://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/25/sejak-otonomi-daerah-70-persen-kepala-dan-wakil-kepala-daerah-terjerat-korupsi

22 Kompas, “ Kenapa Kepala Daerah Tersangkut Korupsi”, Artikel diakses pada 1 Oktober 2015darihttp://nasional.kompas.com/read/2011/01/24/0835256/Kenapa.Kepala.Daerah.Tersangkut.Korupsi

Page 82: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

70

kecilnya gaji yang didapat sebagai gubernur yaitu sekitar Rp. 8,7 juta per bulan, dan

Rp. 5,8 juta per bulan untuk walikota dan bupati.23

Besarnya dana yang harus dikeluarkan oleh seorang calon kepala daerah ini

yang kemudian mendorong banyak kelompok bisnis mendatangi mereka dengan

menawarkan sejumlah dana dalam rangka dukungan pemenangan pilkada. Tawaran

ini tidak datang secara cuma-cuma. Nantinya, ketika calon yang mereka dukung

menang akan dimintai beberapa kemudahan dalam urusan bisnisnya, seperti

pengalokasian proyek ataupun kemudahan izin dalam kepengurusan lahan.24

ICW juga menilai banyaknya kelompok bisnis yang bersedia memberikan

sumbangan ke calon kepala daerah dikarenakan mereka sangat menyadari bahwa

kepala daerah memiliki peran penting dalam setiap perumusan kebijakan serta

undang-undang di suatu daerah. Dengan bantuan yang mereka keluarkan selama

masa kampanye calon kepala daerah, mereka berharap dapat “menyetir” segala

kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala daerah yang mereka bantu.25

Lebih lanjut mengenai korupsi yang dilakukan kepala daerah dan kelompok

swasta yang sebelumnya mendukungnya, ICW melihat bahwa setiap kepala daerah

memiliki modus korupsinya yang berbeda-beda, yaitu daerah yang kaya akan

sumber daya alam dan minim sumber daya alam. Daerah yang kaya sumber daya

alamnya, kepala daerah ataupun pejabat terkait akan cenderung banyak melakukan

23 Viva, “Ini Besaran Penghasilan Gubernur dan Bupati”, Artikel diakses pada 1 Oktober 2015dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/392123-ini-besaran-penghasilan-gubernur-dan-bupati

24 “Otonomi Daerah: Desentralisasi Korupsi?”, Kompas, 8 Oktober 2010, h. 48.25 Antaranews, “ICW: Pendanaan Kompetisi Politik dari Sumber Daya Alam”, Artikel diakses

pada 1 Oktober 2015 dari http://www.antarasumbar.com/berita/102609/icw--pendanaan-kompetisi-politik-dari-sumbar-daya-alam.html

Page 83: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

71

korupsi pada sektor-sektor perizinan pengelolaan sumber daya alam, seperti izin

tambang, izin perkebunan ataupun izin alih fungsi hutan. Sedangkan pada daerah-

daerah yang minim sumber daya alamnya, korupsi banyak dilakukan pada sektor-

sektor yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa. Selain itu juga korupsi

juga terjadi pada sektor-sektor yang berkaitan dengan perizinan usaha.26

Mengenai korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah, korupsi terkait

pemberian izin lahan yang dikeluarkan oleh kepala daerah bagi kelompok bisnis

dapat bernilai miliaran rupiah. Contohnya adalah kasus-kasus yang menjerat Bupati

Buol Amran Batalipu, Bupati Bogor Rachmat Yasin, dan Gubernur Riau Annas

Maamun. Uang yang diterima oleh kepala daerah dalam kasus Rachmat Yasin

mencapai Rp 5 miliar, kasus Amran mencapai Rp 3 miliar, dan kasus Annas sebesar

Rp 2 miliar. Pada daerah yang kaya akan hasil sumber daya alam, kepala daerahnya

dapat mengeluarkan puluhan hingga ratusan izin.27

Saat ini ICW memandang bahwa potensi korupsi di daerah semakin

meningkat karena munculnya dana desa. Praktik korupsi yang sebelumnya

tersentral di pusat dan turun ke tingkat provinsi serta kabupaten dan kota pasca

desentralisasi, dengan munculnya dana desa ini praktik korupsi semakin turun ke

26 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September2015

27 Tribunnews,” Sejak Otonomi Daerah 70 persen keala dan wakil kepala daerah tersangkutkorupsi”, Artikel diakses pada 1 Oktober 2015 darihttp://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/25/sejak-otonomi-daerah-70-persen-kepala-dan-wakil-kepala-daerah-terjerat-korupsi

Page 84: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

72

tingkat makin rendah. Dan berdampak pada semakin banyak koruptor-koruptor

baru yang akan bermunculan.28

Penerapan otonomi daerah dengan asas desentralisasi sesungguhnya

bertujuan untuk memberikan wewenang lebih pada daerah untuk mengatur

daeranya dengan segala sumber daya daerah secara madiri; serta mengurangi

sentralisasi kekuasaan pusat. Kekuasaan yang sentralistik akan cenderung korup,

seperti yang terjadi di masa Orde Baru. Namun pada implementasinya penerepan

otonomi daerah dengan asas desentralisasi malah menjadikan korupsi ikut

terdesentralisasi ke daerah-daerah.

B. Tertangkapnya Atut dan Korupsi Hibah Bantuan Sosial Banten 2011

Setelah hampir dua periode menjabat sebagai Gubernur, pada 28 Juli 2015

Ratu Atut Chosiyah telah resmi dinonaktifkan dari posisinya sebagai Gubernur

Banten.29 Perihal pemberhentian tersebut terkait dengan ditahannya Ratu Atut

karena masalah suap yang dilakukan oleh adiknya Tubagus Chaeri Wardana

(wawan). Selain menyeret Atut, suap yang dilakukan Wawan juga menyeret mantan

Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar sebagai penerima suap.30

28 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September2015

29 Kompas, “Atut Resmi Diberhentikan sebagai Gubernur Banten”, Artikel diakses pada 14Agustus 2015 darihttp://nasional.kompas.com/read/2015/07/29/02010051/Atut.Resmi.Diberhentikan.sebagai.Gubernur.Banten

30 Solopos, “Kasus Akil Mochtar: Wawan Akui Beri Uang ke Akil”, Artikel diakses pada 14Agustus 2015 dari http://www.solopos.com/2013/10/11/kasus-akil-mochtar-wawan-akui-beri-uang-ke-akil-455509

Page 85: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

73

Penetapan Ratu Atut sebagai tersangka dapat memberi jalan untuk menjerat

Gubernur Banten ini dengan hukuman yang lebih berat. Setidaknya terdapat seribu

laporan korupsi dari masyarakat yang melibatkan Ratu Atut dan Keluarganya.31

Salah satu tindak pidana korupsi yang diduga dilakukan oleh Ratu Atut adalah

korupsi dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) Provinsi Banten tahun 2011.

Sebelum terjerat kasus suap pilkada Lebak, pada September 2011 lalu ICW

telah melaporkan Ratu Atut terkait dengan korupsi dana hibah dan bantuan sosial

(bansos) Provinsi Banten tahun 2011 ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Dalam

laporannya tersebut, ICW mencatat bahwa telah terjadi peningkatan yang fantastis

dalam pengalokasian dana Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) Provinsi Banten

dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2009 pemerintah daerah Provinsi Banten

mengalokasikan Rp. 74 miliar untuk dana hibah dan bansos. Di tahun 2010 dana

hibah dan bansos Provinsi Banten mengalami peningkatan yang besar yaitu sebesar

Rp. 291 miliar. Di tahun 2011 dana hibah dan bansos Provinsi Banten terus

mengalami peningkatan menjadi Rp. 391 miliar.32

Tabel 1.1 Dana Hibah dan Bansos Provinsi Banten

Tahun Dana Hibah Dana Bantuan Sosial2009 14.000.000.000 60.000.000.000

2010 239.270.064.940 51.428.250.0002011 340.463.000.000 51.000.000.000

31 Okezone, “Ada 1000 Laporan Korupsi yang Melibatkan Keluarga Atut “,Artikel diakses pada16 Agustus 2015 dari http://news.okezone.com/read/2013/12/17/339/913731/ada-1-000-laporan-korupsi-yang-melibatkan-keluarga-atut

32 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

Page 86: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

74

Dana hibah dan bantuan sosial ini rencananya akan diperuntukan membantu

menjalankan program-program sosial di Provinsi Banten. Pemerintah Daerah

Provinsi Banten mengalokasikan dana sebesar Rp. 340 miliar untuk 221 lembaga

dan organisasi di lingkungan Provinsi Banten. Sedangkan dana bantuan sosial

sebesar Rp. 51 miliar disebar ke 160 organisasi.33

Dari anggaran hibah dan bantuan sosial Provinsi Banten tahun 2011 ini

muncul berbagai macam masalah di dalamnya. Seperti tidak transparannya

penyaluran dana ke lembaga-lembaga mana saja yang mendapatkan dana hibah dan

bansos tersebut. Dari hasil investigasinya, ICW mencatat bahwa banyak dana hibah

dan bansos Provinsi Banten tahun 2011 ini yang mengalir ke organisasi atau

instansi yang tidak jelas alamat ataupun penerimanya. Ada dugaan bahwa orang-

orang yang menerima dana tersebut memiliki afiliasi dengan keluarga Gubernur

Banten. Anggota DPRD Banten pun mengalami kesulitan dalam menemukan lokasi

lembaga-lembaga yang menerima bantuan dana tersebut karena banyak lembaga

yang menerima dana hibah dan bansos tidak dikenal oleh masyarakat.34

Hal ini yang kemudian mendorong ICW melakukan investigasi secara lebih

mendalam. Investigasi tersebut menemukan bahwa sebanyak Rp. 29,1 miliar dana

hibah dan bansos masuk ke lembaga-lembaga yang dipimpin oleh suami, kakak,

anak, menantu, hingga ipar Atut.35 Dana hibah dan bantuan sosial daerah ini

33 “Dana Bantuan Sosial: ICW Laporkan Dugaan Penyimpangan di Banten”, Kompas, 25Agustus 2011, h. 8.

34 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

35 “Dana Bantuan Sosial: ICW Laporkan Dugaan Penyimpangan di Banten”, Kompas, 25Agustus 2011, h. 8.

Page 87: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

75

rencananya akan dimanfaatkan oleh Gubernur ataupun kroni-kroninya yang

mencalonkan diri sebagai modal kampanye dalam pilkada.

Menurut investigasi yang dilakukan ICW, ditemukan adanya lima

penyelewengan dalam program dana hibah dan bantuan sosial Provinsi Banten

2011, yaitu:

a. Dana yang diterima tidak utuh

Berdasarkan hasil penyelidikan ICW ditemukan bahwa dana yang

diterima oleh lembaga tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten.

Terdapat pemotongan secara besar-besaran terhadap dana yang diterima oleh

lembaga dengan nama dan alamat penerima yang jelas.

Sebagai contoh adalah Lembaga kajian sosial dan politik (Laksospol)

Kabupaten Pandeglang. Dalam daftar yang telah dikeluarkan oleh DPKAD,

lembaga tersebut seharusnya memperoleh dana bantuan sebesar Rp. 500 juta,

tetapi nyatanya dalam surat pernyataan yang dikeluarkan ketua Lembaga

kajian sosial dan politik (Laksospol) Ayie Erlangga, mereka hanya menerima

dana bantuan sebesar Rp. 35 juta.36

b. Sebagian besar penerima dana bansos tidak jelas

Di tahun 2011 pemerintah daerah Provinsi Banten mengalokasikan

dana bantuan sosial sebesar Rp. 51 miliar. Dana bantuan sosial ini

36 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

Page 88: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

76

rencananya akan disalurkan kepada 160 lembaga penerima. Namun dari total

160 lembaga yang seharusnya menerima dana bantuan sosial tersebut,

pemerintah daerah Provinsi Banten hanya mencantumkan 30 lembaga atau

organisasi, tanpa disertai dengan alamat yang jelas. Sedangkan 130 lembaga

lainnya hanya dicantumkan“bantuan sosial daftar terlampir.”37

c. Lembaga penerima dana fiktif

Temuan lain dari hasil investigasi ICW adalah bahwa terhadap

lembaga-lembaga penerima dana bantuan hibah dan bantuan sosial,

setidaknya terdapat sepuluh lembaga penerima dana hibah yang tidak jelas

keberadaan lembaganya dengan alokasi anggaran mencapai Rp. 4,5 miliar,

dan tersebar di seluruh Provinsi Banten. 38 Contohnya adalah salah satu

lembaga yang mendapatkan anggaran hibah adalah Lembaga Kajian dan

Publik dan Otonomi Daerah (LKPOD) yang berlokasi di Cikupa,

Tanggerang. Lembaga ini mendapatkan dana bantuan sebesar Rp. 350 Juta.

Namun setelah dilakukan pengecekan, ICW tidak menemukan keberadaan

lembaga tersebut. Bahkan Kepala Desa tidak memiliki arsip terkait yang

dapat menerangkan keberadaan lembaga tersebut.39

Penyaluran bantuan juga bertentangan dengan persyaratan yang telah

ditetapkan. Syarat lembaga yang dapat menerima bantuan dana hibah harus

37 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

38 “Bansos Terkait Pilkada: Banyak Dana ke Lembaga Pimpinan Keluarga Gubernur Banten”,Kompas, 10 Maret 2011, h. 39.

39 Viva, “Kejanggalan Dana Hibah Dinasti Atut”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 darihttp://m.bola.viva.co.id/news/read/450777-kejanggalan-dana-hibah--dinasti--atut--dari-fiktif-sampai-alamat-palsu

Page 89: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

77

memiliki strukttur kepengurusan yang jelas, memiliki tempat kesekertariatan

yang tetap, telah berdiri minimal selama 3 tahun dan terdaftar dalam

pemerintah daerah, serta keberadaannya diketahui kepala desa/lurah atau

camat setempat.40 Sedangkan Lembaga Kajian dan Publik dan Otonomi

Daerah (LKPOD) tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

d. Lembaga penerimah anggaran memiliki alamat yang sama

Selain ketidak jelasan lembaga penerima serta tidak jelasnya alamat

lembaga penerima dana bantuan hibah, terdapat modus lain yang ditemukan

ICW dalam penyelewengan anggaran hibah dan bansos Provinisi Banten

tahun 2011. Menurut temuan ICW, terdapat beberapa lembaga penerima

dana bantuan yang memiliki alamat yang sama. Dalam laporannya, ICW

menyebutkan bahwa terdapat delapan lembaga yang memiliki alamat yang

sama di Jl. Brigjen KH Syam’un No.5 Kota Serang dan empat lembaga

lainnya juga beralamat sama yaitu di Jl. Syekh Nawawi Albantani Palima

Serang. 41

Total alokasi anggaran yang diterima dua belas lembaga tersebut

mencapai Rp. 28,9 miliar. Masing-masing delapan lembaga yang beralamat

sama di Jl. Brigjen KH Syam’un No.5 Kota Serang mendapatkan anggaran

sebesar Rp. 22,5 miliar dan empat lembaga lainnya yang juga beralamat

sama di Jalan Syekh Nawawi Albantani Palima Serang sebesar Rp. 6,4

40 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

41 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

Page 90: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

78

miliar. Yang lebih mengejutkan adalah tidak adanya satupun lembaga yang

beralamat di jalan tersebut. Jalan Brigjen KH Syam’un No.5 Kota Serang

adalah alamat Gedung Pendopo Gubernur Banten. Dan gedung yang

beralamat di Jalan Syekh Nawawi Albantani Palima Serang adalah kawasan

kantor pusat Pemerintahan Provinsi Banten.42

e. Aliran dana ke lembaga yang dipimipin oleh keluarga Gubernur

Dana hibah dan bansos Provinsi Banten tahun 2011 juga banyak

mengalir ke lembaga-lembaga yang dipimpin oleh keluarga Atut. Total dana

yang diterima oleh lembaga-lembaga yang dipimipin ataupun terafiliasi

dengan keluarga Gubernur ini diperkirakan mencapai Rp. 29,5 miliar.

Berikut adalah rinciannya:43

1. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Banten dengan

ketua Aden Abdul Khalik (adik tiri-ipar Atut) sebesar Rp. 1,85

miliar.

2. Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Banten, dengan ketua Andhika

Hazrumy (anak Atut) sebesar Rp. 1,75 miliar.

3. Palang Merah Indonesia (PMI) Banten, ketuanya adalah Ratu Tatu

Chasanah (adik Atut) Rp. 900 juta.

42 Viva, “Kejanggalan Dana Hibah Dinasti Atut”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 darihttp://m.bola.viva.co.id/news/read/450777-kejanggalan-dana-hibah--dinasti--atut--dari-fiktif-sampai-alamat-palsu

43 Viva, “Kejanggalan Dana Hibah Dinasti Atut”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 darihttp://m.bola.viva.co.id/news/read/450777-kejanggalan-dana-hibah--dinasti--atut--dari-fiktif-sampai-alamat-palsu

Page 91: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

79

4. Pimpinan Wilayah GP Ansor yang bendaharanya adalah Andhika

Hazrumy sebesar Rp. 550 juta.

5. Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (HIMPAUDI)

Banten, ketuanya yaitu Ade Rossi (menantu Atut) sebesar Rp. 3,5

miliar.

6. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak

(P2TP2A) Banten, ketuanya Ade Rossi sebesar Rp. 1,5 miliar.

7. Dewan Kerajinan Nasional, ketuanya Hitmat Tomet (suami Atut)

Rp. 750 juta.

8. Gerakan Kewirausahaan Keluarga Sejahtera (GWKS), ketuanya

Ratu Tatu Chasanah sebesar Rp. 700 juta.

9. Karang Taruna, ketuanya Andhika Hazrumy sebesar Rp. 1,5 miliar.

10. Dekopinwil, ketuanya Ratu Tatu Chasanah sebesar Rp. 200 juta.

11. Forum Paguyuban Banten Bersatu, ketua Ratu Tatu Chasanah Rp.

500 juta.

12. IMI Banten, ketua Tubagus Haerul Jaman (adik Atut) sebesar Rp.

200 juta.

13. Koalisi Politisi Perempuan Indonesia, ketua Ratu Tatu Chasanah Rp.

200 juta.

14. Gerakan Pemuda Ansor Kota Tangsel, ketua Tanto (menantu Atut)

Rp. 400 juta.

Tidak cukup dengan menduduki posisi strategis dalam beberapa organisasi

sosial, banyak dari keluarga Gubernur yang juga ikut terjun dalam dunia politik.

Page 92: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

80

Seperti mencalonkan diri sebagai anggota DPRD ataupun menjabat sebagai wakil

walikota hingga wakil bupati. Hal ini dilakukan untuk memperkuat basis dukungan

masyarakat serta melanggengkan kekuasaan keluarga di Banten.

Pada dasarnya ICW tidak terlalu mempermasalahkan praktik oligarki yang

berlangsung di Banten, selama elit-elit yang berkuasa mampu menjalankan amanah

yang telah diberikan oleh rakyat. Namun ironisnya praktik oligarki di Banten ini

malah menyengsarakan masyarakat Banten dengan menggunakan praktik-praktik

yang bertentangan dengan nilai-nilai akuntabilitas publik dan pemerintahan yang

baik (Good Governance). Atut dan keluarganya pasti memiliki kepentingan tertentu

hingga membentuk dinasti politik yang kuat di Banten. Sejalan dengan yang

diungkapkan ICW, Atut membangun dinastinya di Banten agar dengan mudah

mengakses sumber-sumber kekayaan daerah.44 Pemerintahan daerah yang

berlangsung di Banten pun menjadi serba tertutup dan tidak transparan.

Menurut LSM anti-korupsi Masyarakat Transparansi (MATA) Banten,

kuatnya politik dinasti keluarga Atut ini mengakibatkan pemerintahan bertindak

sewenang-wenang. Gubernur dapat menentukan kebijakan anggaran,

pengalokasian proyek, bahkan pergantian jabatan demi keuntungan bisnis keluarga

semata. Lembaga legislatif yang seharusnya dapat menjadi lembaga kontrol dan

pengawas tidak dapat menjalankan fungsinya dengan efektif karena diisi oleh

keluarga dan kolega gubernur. Gubernur dapat dengan mudah melakukan

pengalihan proyek-proyek ke perusahaan yang terafiliasi dengan keluarganya, atau

44 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

Page 93: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

81

mengalokasikan anggaran daerah untuk kepentingan keluarganya, dan bukan untuk

kepentingan rakyat.45 Hasilnya adalah banyak praktik-praktik korupsi berlangsung

di dalam pelaksanaan pemerintahan Provinsi Banten.

Cita-cita otonomi daerah yang menginginkan agar demokratisasi tidak

hanya berlangsung di pusat tetapi juga di tingkat daerah ternyata menemui kendala.

Yaitu hadirnya elit-elit lokal yang lebih mementingkan kepentingan politik dan

bisnis keluarganya. Ini berdampak pada pemerintahan daerah tidak diisi oleh orang-

orang yang cakap dan kompenten, melainkan oleh sanak keluarga, hingga orang-

orang terdekat. Dalam kasus Banten, keluarga penguasa tidak serta merta mendapat

jabatan strtategis. Mereka mengikuti mekanisme pemilihan umum seperti Pilkada.

Namun karena proses penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia yang belum

benar-benar jujur dan adil, seperti masih berlangsungnya politik uang serta, maka

para rezim dinasti dapat dengan mudah memenangkan suatu Pilkada, seperti dalam

kasus Pilkada di Provinsi Banten.

Dalam kaitan ini ICW menjelaskan bahwa kuatnya oligarki politik keluarga

Atut di Banten terjadi karena buruknya kualitas pemilihan umum di daerah,

minimnya pendidikan politik masyarakat serta sistem kaderisasi partai politik yang

tidak berjalan dengan baik.46 Rekrutmen partai politik lebih mengedepankan pada

orang-orang yang memiliki basis finansial serta popularitas yang kuat. Namun tidak

dibarengi dengan kapabilitas serta kapasitasnya dalam menyejahterakan rakyat.

45 Wawancara dengan Fuadudin Bagas, MATA (Masyarakat Transparansi) Banten, JakartaSelatan, 3 September 2015.

46 Wawancara dengan Donal Fariz, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 23 September2015

Page 94: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

82

Kondisi seperti ini akan memudahkan bagi elit-elit oligarki keluarga Ratu

Atut untuk terjun ke politik dan memenangkan Pilkada. Atut dan keluarganya

didukung dengan basis finansial yang kuat. Keluarga Atut juga merupakan keluarga

yang disegani di Banten. Mereka memiliki jaringan luas yang berisikan orang-orang

loyal. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar yang dimiliki Tubagus

Chasan Shahib sebagai ayah gubernur. Chasan Shahib dikenal menguasai hampir

semua sektor sosial dan ekonomi di Banten. Sebelum Banten resmi menjadi

provinsi sendiri Chasan Shahib dikenal telah memiliki hubungan baik dengan partai

Golkar dan juga penguasa Orde Baru pada saat itu. Dengan memimpin kelompok

jawara Satuan Karya Pendekar (Satkar Pendekar) dan Satuan Karya Ulama (Satkar

Ulama), Chasan Shahib menjadi semakin disegani dikalangan anggota partai

Golkar meskipun sebenarnya Chasan Shahib bukan seorang politikus. Kedua

organisasi ini menjadi mesin politik Golkar untuk meraup suara.47

Keberhasilannya dalam memimpin organisasi besar di Banten menjadikan

Chasan Shahib juga berhasil memimpin lembaga-lembaga ekonomi besar seperti

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Banten, Gabungan Pelaksana Konstruksi

Indonesia (GAPENSI), dan Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia

(GAPEKSI). Keberhasilannya memimpin organisasi-organisasi tersebut,

menjadikan Chasan Shahib memiliki basis jaringan sosial, ekonomi, dan politik

yang loyal dan siap mendukungnya dan keluarganya.48 Dalam oligarki yang serba

47 Gandung Ismanto, “Ratu dan Raja Kecil di Tanah Para Jawara”, Asasi, Edisi November-Desember 2010, h. 11.

48 Gandung Ismanto, “Ratu dan Raja Kecil di Tanah Para Jawara”, Asasi, Edisi November-Desember 2010, h. 11.

Page 95: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

83

tertutup di Banten, masyarakat tidak dapat mengawasi kinerja kepala daerah secara

maksimal. Hal ini yang kemudian semakin memperkuat posisi Gubernur.

Dalam praktik oligarki Banten, mahalnya biaya politik bagi seseorang calon

kepala daerah juga mendorong terjadinya korupsi dana hibah dan bantuan sosial ini.

Gubernur sebagai pemegang otoritas tertinggi di daerah dapat membagi-bagikan

kekayaan daerahnya ke lembaga-lembaga yang terafiliasi dengan keluarganya. Hal

ini dilakukan sebagai bentuk dukungan pada keluarganya yang akan bertarung

dalam pilkada. Akibatnya, akan memunculkan elit-elit oligarki baru di daerah yang

tidak memiliki kualitas serta kapabilitas dalam memimpin. Dan sebagai dampaknya

rezim oligarki semakin kuat dan masyarakat semakin sengsara, karena kekayaan

daerah yang seharusnya untuk menyejahterakan masyarakat malah masuk ke

kantong-kantong pribadi penguasa dan kroninya.

C. Peran Indonesia Corruption Watch dalam Mengungkap Korupsi Dana

Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos) Banten 2011

Dana APBD masih menjadi primadona calon incumbent di berbagai daerah

sebagai modal politik mereka menjelang pilkada. Hal serupa juga ditemui di

Banten, dana hibah dan bansos tahun 2011 disinyalir menjadi masuk ke kas-kas

keluarga atau orang terdekat Gubernur yang nantinya akan mencalonkan diri

sebagai pejabat publik. Hal ini yang mendorong ICW untuk mengungkap kasus

korupsi tersebut ke ranah publik. Terungkapnya korupsi dana hibah dan bansos

Banten 2011 tidak dapat dilepaskan dari peran ICW. Sebagai LSM ICW telah

Page 96: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

84

mampu menjalankan peran monitoring dan juga pemberdayaan (empowering).

Selain itu, keberhasilan pengungkapan kasus korupsi ini tidak dapat dilepaskan dari

kemampuan ICW untuk melakukan investigasi dan memberikan tekanan pada

lembaga hukum yaitu KPK agar permasalah korupsi ini segera diselidiki.

Berdasarkan dari jenis-jenis LSM yang sebelumnya telah dipaparkan di bab

dua, penulis mengkaterogikan LSM ICW sebagai LSM “Penguatan Akar Rumput”

(menurut Philip Elridge); LSM mobilisasi (menurut Mansour Fakih); Autonomous

or Independent NGOs (menurut James V. Ryker); LSM Advokasi (menurut Tim

Fasilitasi LP3ES); dan LSM generasi kedua (menurut David Korten).

Menurut klasifikasi LSM yang dipaparkan Philip Elridge dalam

Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia karangan Adi

Suryadi Culla, ICW dapat dikategorikan sebagai LSM Penguatan Akar Rumput,

karena lebih memusatkan perhatiannya pada upaya-upaya penyadaran serta

penguatan masyarakat.49 Untuk mendorong terjadinya perubahan sosial, ICW

melakukan gerakan dari bawah dengan menguatkan sektor akar rumput. Dalam hal

ini ICW melakukan program-program pemberdayaan untuk memberikan bekal bagi

masyarakat untuk membongkar serta melaporkan korupsi yang terjadi. ICW

menyadari bahwa sebagai korban dari korupsi, masyarakat harus diberdayakan.

Permasalah korupsi di Indonesia tidak dapat selesai jika hanya mengandalkan

lembaga hukum. Masyarakat juga harus turut terlibat untuk mengawasi dan

melaporkan setiap korupsi yang ditemuinya. Sedangkan menurut Mansour Fakih,

49 Culla, Rekonstruksi Civil Society, h. 76.

Page 97: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

85

ICW masuk dalam klasifikasi LSM mobilisasi, karena fokus dari kegiatannya

adalah untuk mendorong munculnya kesadaran masyarakat turut berpartisipasi

dalam proses perumusan kebijakan serta mengawasi kinerja pemerintah.

Adapun menurut James V. Ryker, ICW merupakan LSM yang otonom dan

independen. Alasan penulis memasukan ICW ke dalam tipe ini karena secara

finansial ICW tidak menggantungkan sumber pendanaan dari pemerintah. ICW

bergerak secara mandiri dengan dukungan masyarakat melalui donasi sukarela.

Selain itu semenjak awal berdirinya, ICW mengambil jarak dengan negara. Oleh

sebab itu ICW dapat melakukan pengawasan terhadap pemerintah dan sektor bisnis.

ICW masuk ke dalam kategori LSM Advokasi menurut klasifikasi yang dilakukan

oleh Tim LP3ES. ICW tidak hanya memberdayakan masyarakat agar mau

berpartisipasi dalam pelaporan kasus korupsi, tetapi ICW juga membela masyarakat

sebagai korban dari praktik korupsi dengan melaporkan koruptor ke aparat penegak

hukum. Sedangkan dalam klasifikasi menurut David Korten, ICW masuk dalam

LSM generasi kedua yang memfokuskan dirinya di bidang memberdayakan

masyarakat, terutama dalam melawan korupsi melalui kegiatan-kegiatan pelatihan-

pelatihan, kampanye, sosialisasi bahaya korupsi lewat seminar-seminar dan diskusi.

Kesemua kegiatan tersebut dimaksudkan agar masyarakat memiliki senjata dan

kesadaran mengenai bahaya korupsi.

1. Investigasi

Dalam pengungkapan korupsi dana hibah dan bansos Banten tahun 2011

ICW telah memainkan perannya sebagai LSM dalam sebuah negara. Sebagaiamana

Page 98: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

86

dijelaskan oleh Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna dalam Politik Indonesia,

Transisi Menuju Demokrasi karya Affan Gaffar50 yaitu LSM dapat berperan

sebagai organisasi pengawas terhadap kinerja lembaga negara, dan dapat

melakukan protes. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hukum, terutama yang dilakukan oleh

pejabat negara dan sektor bisnis.

Sebagai organisasi otonom, LSM dapat menjalankan perannya sebagai

organisasi pengawas yang berada di tengah masyarakat. Di masa demokrasi saat

ini, peran pengawasan tidak hanya dapat dilakukan oleh LSM semata, namun juga

oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti DPR dan, DPRD. Namun sebagai

organisasi yang berada di luar jalur pemerintah, ICW dapat memainkan peran

pengawasan secara lebih leluasa tanpa takut adanya konflik kepentingan dengan

lembaga negara. ICW mampu menjalankan perannya untuk melakukan pengawasan

serta bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah. ICW juga melakukan protes

terhadap pemerintah daerah Banten dengan melaporkan korupsi tersebut ke KPK.

Sebelum mengungkap dan melaporkan korupsi dana hibah dan bansos

Banten tahun 2011, ICW terlebih dahulu melakukan penelitian yang memakan

waktu cukup lama dan juga mengawasi kinerja pemerintahan daerah Provinsi

Banten. Selama melakukan penelitian, ICW banyak menerima laporan-laporan dari

50 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.

Page 99: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

87

masyarakat terkait dengan korupsi rezim Ratu Atut di pemerintahan Propinsi

Banten.51

Menurut MATA, ICW telah masuk ke Banten semenjak tahun 2010. MATA

turut membantu ICW dalam melakukan investigasi korupsi dana hibah dan bansos

Banten 2011. Pada awalnya ICW masuk ke Banten untuk melakukan penelitian

terhadap permasalahan politik uang menjelang pilkada di salah satu kabupaten kota

di Banten. Dari permasalahan ini ICW kemudian banyak melakukan penelitian

serupa di beberapa daerah di Banten. Berdasarkan penelitiannya, ICW menemukan

bahwa banyak kepala daerah serta elit lokal lainnya yang menggunakan pos

anggaran APBD untuk melanggengkan kekuasaannya.52

Dari penelitian sebelumnya ICW terus melakukan penelitian yang lebih luas

untuk melihat apakah ada aktor yang lebih besar yang ikut menyelewengkan pos

anggaran APBD. Di tahun 2011 ICW menemukan adanya kejanggalan yang luar

biasa pada kasus dana hibah dan bansos Banten tahun 2011. Kejanggalan tersebut

mendorong ICW untuk melakukan investigasi mengenai dugaan korupsi tersebut.

Investigasi diawali dengan mengumpulkan data-data formal dari sumber-

sumber yang telah dipercayainya. ICW mendapatkan data-data formal tersebut dari

wartawan, serta aktivis. Karena berbeda sumber, data yang didapat pun berbeda-

beda. Demi mendapatkan data yang valid ICW mengirim surat permohonan ke

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten. Surat

51 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

52 Wawancara dengan Fuadudin Bagas, MATA (Masyarakat Transparansi) Banten, JakartaSelatan, 3 September 2015.

Page 100: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

88

permohonan ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah sebenarnya

anggaran hibah dan bantuan sosial yang dikeluarkan oleh Provinsi Banten serta

nama-nama lembaga penerima. Setelah mendapat data yang dibutuhkan, ICW

selanjutnya melakukan pengecekan terhadap data-data tersebut. Dari hasil

pengecekan dari sumber yang valid tersebut memang ditemukan adanya

kejanggalan.53

Dari hasil investigasinya ICW mencatat semenjak 2009 hingga 2011 terjadi

peningkatan alokasi dana yang luar biasa besar pada sektor anggaran hibah dan

bansos Banten. Seperti yang telah disebutkan di atas, pada 2009 pemerintah daerah

Provinsi Banten mengalokasikan dana sebesar Rp. 74 miliar sebagai dana hibah dan

bansos. Di tahun 2010 terjadi lonjakan yang cukup besar dalam pengalokasian dana

hibah dan bansos Provinsi Banten yaitu sebesar Rp. 291 miliar. Kemudian di tahun

2011 dana hibah dan bansos Provinsi Banten terus mengalami peningkatan menjadi

Rp. 391 miliar.54

Dari hasil investigasi yang dilakukan, ICW melihat tingginya mobilisasi

anggaran dana hibah dan bansos Banten 2011 ini terjadi menjelang pemilihan

umum kepala daerah Provinsi Banten. Dan ICW juga mencurigai bahwa nantinya

dana hibah dan bansos ini akan dipergunakan oleh pejabat daerah sebagai modal

pemenangan mereka dalam pilkada.55 Hal ini tentu sangat bertentangan dengan

53 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

54 ICW, “Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun2011”, Artikel ini diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

55 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

Page 101: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

89

tujual awal dari pengalokasian anggaran hibah dan bansos, sebagai dana bantuan

operasional organisasi dan lembaga-lembaga di Banten.

Menurut MATA Banten, besarnya anggaran yang dialokasikan pada dana

hibah dan bansos ini dapat berdampak pada pemotongan atau pengurangan

anggaran-anggaran lainnya. Pengalokasian yang besar pada dana hibah dan bansos

berdampak besar bagi masyarakat Banten. MATA menambahkan bahwa anggaran

seharusnya dialokasikan untuk lembaga-lembaga yang berdiri demi membantu

masyarakat Banten, terutama yang berada di bawah garis kemiskinan. Penggunaan

dana hibah dan bansos juga dapat diperuntukan untuk memperbaiki sarana dan

prasana pendidikan yang berada di daerah pedalaman. Tetapi pada kenyataannya

malah dipergunakan untuk urusan pemilu.56

Dana hibah dan bantuan sosial menjadi anggaran daerah yang paling rawan

dikorupsi. Dana hibah dan bansos ini memang menjadi idola bagi petahana yang

berusaha mencalonkan diri kembali pada pilkada selanjutnya. Dalam urusan

penganggaran gubernur memiliki otoritas yang besar untuk menolak atau

menyetujui penganggaran dana hibah dan bansos. Ketika otoritasnya hanya berada

di tangan gubernur maka dana bansos dan hibah mudah dikorupsi. Di samping

tujuan awal disalurkan dana hibah dan bansos untuk operasional lembaga-lembaga

sosial di daerah, penyaluran dana hibah dan bansos juga dapat bermuatan politik.

Dana hibah dan bansos dapat menyentuh basis-basis kekuatan sosial dan politik di

56 Wawancara dengan Fuadudin Bagas, MATA (Masyarakat Transparansi) Banten, JakartaSelatan, 3 September 2015.

Page 102: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

90

daerah.57 Contohnya organisasi Paguyuban Banten Bersatu, ataupun Karang Taruna

di Banten. Dengan menyalurkan dana hibah dan bansos ke basis-basis sosial

masyarakat ini diharapkan menjelang pilkada calon petahana dapat memobilisasi

suara masa agar mendukungnya.

2. Publikasi

Sebagai salah satu LSM yang bergerak dalam perlawanan terhadap praktik

korupsi, ICW berperan penting dalam mengungkap praktik-praktik korupsi yang

dilakukan oleh pejabat negara. Tidak hanya melakukan investigasi, ICW juga

mempublikasikan hasil investigasinya pada masyarakat. Hasil publikasi yang

dilakukan ICW sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena bisa menjadi sumber

informasi yang terpercaya selain dari press release yang dikeluarkan lembaga

penegak hukum seperti KPK.

Setelah menemukan adanya penyelewengan terkait korupsi dana hibah dan

bansos, ICW kemudian mengumpulkan data-data yang telah mereka temukan untuk

kemudian mereka susun dalam bentuk laporan. Yang nantinya laporan tersebut

akan menjadi alat bagi mereka untuk melaporkan kasus korupsi ini ke KPK. Selain

itu laporan ini juga akan disebar ke media massa yang nantinya akan dipublikasikan

ke masyarakat. Hasil publikasi ini akan menjadi sumber informasi bagi masyarakat

luas terutama masyarakat Banten bahwa telah terjadi penyelewengan dalam

penyaluran dana hibah dan bansos Banten tahun 2011. ICW tidak hanya

57 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

Page 103: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

91

mempublikasikan temuan mereka ini ke media massa, tetapi mereka juga

mencantumkan temuan mereka di website lembaga mereka yaitu antikorupsi.org.

Sebagai LSM yang membawa misi untuk memerangi praktik korupsi, ICW

membuktikan keseriusannya dengan mengangkat permasalahan korupsi dana hibah

dan bansos Banten tahun 2011 agar diketahui masyarakat Banten secara luas. Selain

itu dengan adanya publikasi terkait dengan penyelewengan dana hibah dan bansos

Banten 2011, masyarakat Banten diharapkan terdorong untuk melaporkan kasus-

kasus korupsi lainnya. Menurut ICW, warga Banten perlu mengetahui bahwa telah

terjadi penyelewengan dalam anggaran hibah dan bansos Banten. Uang yang

seharusnya dikeluarkan dalam rangka kepentingan Masyarakat Banten dan

menjalankan roda pemerintahan daerah malah diselewengkan dan dipergunakan

untuk kepentingan politik para elit penguasa. Selain mengungkap kasus korupsi dan

melaporkannya ke aparat penegak hukum, ICW membawa misi memperkuat serta

memfasilitasi masyarakat Banten untuk ikut mealaporkan kasus korupsi ini.58

ICW juga terus mengkampanyekan permasalahan dana hibah dan bansos

ini. ICW menginginkan agar permasalahan ini tidak hanya menjadi isu yang muncul

menjelang pemilu. Pasca pemilu ICW juga terus mengkampanyekan masalah ini

agar menjadi perhatian bagi pemerintah pusat, agar pemilu selanjutnya tidak lagi

ditemukan penggunaan anggaran daerah untuk modal pemenangan calon kepala

daerah dari incumbent.59 Banten merupakan sebuah bukti bahwa dana hibah dan

58 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

59 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

Page 104: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

92

bansos rawan dikorupsi menjelang pemilu. Dan tidak dipungkiri lagi bahwa daerah-

daerah lain juga melakukan hal serupa.

3. Pemberian Tekanan pada KPK dan BPK

ICW sendiri membawa mandat dari masyarakat untuk menciptakan

pemerintahan yang lebih bersih dan bebas korupsi, hal ini mereka lakukan

mengungkap praktik korupsi dan melaporkannya pada aparat penegak hukum.

Demi terciptanya keinginan masyarakat akan hadirnya pemerintahan yang bersih

LSM sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia dapat memainkan peran

sebagai kelompok kepentingan (interest group). Dalam kasus ini peran ICW tidak

berehenti dengan melakukan investigasi, pengawasan, serta pemberdayaan

masyarakat Banten semata, mereka juga berperan sebagai kelompok kepentingan.

ICW berusaha mengartikulasikan kepentingan masyarakat Banten yang

menginginkan dana hibah dan bantuan sosial ini dipergunakan sebagai semestinya

yaitu untuk membantu masyarakat, serta bantuan operasional lembaga di Banten.

Atas dasar ini mereka berusaha mempengaruhi pemerintah dalam hal ini aparat

penegak hukum.

Usaha-usaha mempengaruhi ini dilakukan dengan memberikan tekanan

kepada lembaga pengadil yaitu KPK agar permasalahan korupsi dana hibah dan

bansos Banten 2011 ini segera diselediki. Karena selain sumber-sumber dari ICW,

KPK juga membutuhkan audit resmi yang dikeluarkan oleh BPK. Untuk

mempercepat kerja KPK Oleh sebab itu ICW juga turut menekan BPK agar

sesegera mungkin mengeluarkan hasil auditing resminya. Dari hasil laporan ICW

Page 105: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

93

dan audit resmi BPK kemudian KPK bisa melakukan penyelidikan terhadap kasus

korupsi ini.60

Bukti dari LSM sebagai salah satu kekuatan politik di Indonesia dapat

terlihat ketika ICW berhasil mempengaruhi pemerintah untuk segera menyelidiki

kasus korupsi dana hibah dan bansos ini. Pada pada tahun 2013 usaha-usaha

pemberian tekanan pada KPK dapat dinyatakan berhasil karena kasus korupsi dana

hibah dan bantuan sosial Banten tahun 2011 mulai diselidiki KPK.

4. Penguatan Masyarakat Banten

Menurut Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna61 LSM juga dapat

berperan sebagai katalis perubahan sistem. LSM dapat mempercepat terjadinya

perubahan dalam sistem pemerintahan melalui kegiatan-kegiatan yang mengangkat

masalah-masalah yang bersifat krusial dalam masyarakat, menciptakan kesadaran

global, melakukan advokasi demi perubahaan kebijakan negara, mengembangkan

kemauan politik rakyat, dan mengadakan eksperimen yang mendorong inisiatif

masyarakat.62

Sebagai bagaian dari masyarakat sipil, LSM diharapkan mampu mendorong

terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Keberhasilan LSM dalam

melakukan program-program pemberdayaan (empowering) dapat terlihat ketika

masyarakat sudah mulai ikut mengawasi dan terlibat dalam perumusan kebijakan

yang dilakukan oleh pemerintah pusat atau daerah.

60 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 10 Juli 201561 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.62 Gaffar, Politik Indonesia, h. 204.

Page 106: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

94

Dalam kasus dana hibah dan bantuan sosial Banten, ICW telah berhasil

memainkan perannya untuk mempercepat terjadinya perubahan sosial dalam

masyarakat. Dengan mengangkat kasus korupsi dana hibah dan bansos Banten

tahun 2011 ini, ICW juga berhasil menumbuhkan kesadaran masyarakat Banten,

sebagaimana dapat dilihat dari banyaknya kelompok masyarakat yang bersedia

menjadi relawan dan membantu ICW dalam melakukan penelusuran serta

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

Hal ini membuktikan bahwa korupsi dana hibah dan bantuan sosial tidak

menjadi masalah ICW semata, tetapi masalah seluruh masyarakat Banten, karena

berkaitan dengan uang rakyat. ICW juga melakukan aksi-aksi advokasi dengan cara

terus menekan lembaga pengawas yaitu BPK untuk mengeluarkan audit resmi

mengenai dana hibah dan bansos Banten tahun 2011. ICW juga menekan KPK

sebagai lembaga hukum untuk segera menyelidiki dan menetapkan tersangka.

Selayaknya organisasi yang lahir di tengah masyarakat, LSM memiliki misi

untuk selalu berpihak kepada rakyat. Mereka muncul untuk membela masyarakat

yang menjadi korban ketidakadilan yang dilakukan oleh negara. Tidak jarang

masyarakat menjadi korban langsung atas kesewenang-wenangan yang dilakukan

oleh pemerintah. Kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat daerah merupakan

contoh kesewenang-wenangan negara terhadap rakyatnya.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa selain mengungkap

korupsi dana hibah dan bansos ICW masuk ke Banten juga untuk memperkuat dan

memberdayakan masyarakat. Sebagai contoh dari bukti ICW telah memperkuat

Page 107: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

95

masyarakat Banten adalah terbentuknya LSM anti-korupsi MATA Banten. ICW

memiliki peran penting dalam berdirinya LSM MATA Banten.

Sebagaimana disebutkan di atas, LSM MATA Banten sendiri terbentuk

pada tahun 2012 pasca dilaporkannya kasus korupsi hibah dan bantuan sosial ke

KPK. Sebelum terbentuk MATA Banten awalnya adalah bagian dari relawan ICW

yang ada di Banten. MATA menjelaskan bahwa pada waktu ICW masuk ke Banten

untuk menyelidik masalah korupsi hibah dan bantuan sosial MATA Banten belum

terbentuk. Mereka saat itu masih berbentuk perkumpulan aktivis dan relawan anti-

korupsi tanpa memiliki payung hukum yang jelas.

Kehadiran mereka turut membantu ICW melakukan investigasi serta

mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk memperkuat bukti telah terjadinya

korupsi dana hibah dan bansos. Sebelum menjadi relawan untuk membantu ICW,

sebelumnya perkumpulan masyarakat ini telah melakukan upaya-upaya melawan

Ratu Atut sejak 2006. Mereka menyebutnya lembaga “Anti Atut”. Mereka tidak

hanya berfokus untuk menangani masalah korupsi tetapi juga masalah kebijakan

publik, dan masalah lainnya yang menyangkut kepentingan umum masyarakat

Banten.63

MATA juga menambahkan bahwa pada saat itu kelompoknya dan ICW

memiliki tujuan yang sama untuk melawan Atut dan rezimnya yang korup. Karena

bentuknya yang masih perkumpulan dan belum terlembaga, akhirnya ICW

berinisiasi untuk membentuk lembaga anti-korupsi MATA Banten. Senada dengan

63 Wawancara dengan Fuadudin Bagas, MATA (Masyarakat Transparansi) Banten, JakartaSelatan, 3 September 2015.

Page 108: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

64 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

96

MATA, ICW menjelaskan mengenai lahirnya MATA. ICW melihat bahwa

perkumpulan masyarakat yang terdiri dari masyarakat Banten, kelompok

mahasiswa, tokoh agama dan masyarakat ini memiliki semangat yang bagus dalam

upaya-upayanya melawan korupsi, sehingga penting untuk dilembagakan. ICW

khawatir pasca pelaporan kasus korupsi dana hibah dan bansos, perkumpulan ini

akan bubar sehingga ICW mendorong agar MATA Banten dibentuk.64 Hingga saat

ini MATA masih menjadi bagian dari jaringan ICW di Banten yang berperan

membantu ICW dalam menjalankan sebagian program-program ICW di Banten dan

juga turut melakukan pengawasan.

Sebagai bagian dari salah satu kekuatan politik di Indonesia yaitu LSM,

ICW telah cukup berkontribusi bagi perubahan dalam sistem politik Indonesia.

Dengan mengangkat masalah korupsi dana hibah dan bansos ini ICW

menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat, terutama masyarakat Banten. Karena

dengan mengangkat masalah ini masyarakat Banten menjadi sadar bahwa dana

hibah dan bansos ini tidak sepenuhnya dipergunakan untuk kepentingan masyarakat

Banten, namun digunakan oleh kepentingan penguasa. Dalam hal ini untuk

kepentingan pilkada. Dengan mengangkat masalah ini ICW juga mendorong

pemerintah dan lembaga penegak hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap

korupsi dana hibah dan bansos Banten tahun 2011, dan segera menetapkan

tersangka. Ditambah lagi dengan adanya pengungkapan korupsi ini oleh ICW

mendorong pemerintah untuk turut mengawasi pengalokasian dana hibah dan

Page 109: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

65 Robert Klitgard, Ronald Maclean-Abaroa, Lindsey Parris, Penuntun Pemberantasan Korupsidalam Pemerintahan Daerah, h. 29.

65

bansos di daerah, agar nantinya dana hibah dan bansos tidak menjadi lahan korupsi

kepala daerah.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengungkapan Kasus Korupsi

Dana Hibah dan Bantuan Sosial Banten tahun 2011

Korupsi sangat erat kaitannya dengan pemegang kekuasaan atau pemangku

jabatan publik dan juga orang yang memiliki wewenang. Dengan menggunakan

rumus Klitgaard65 korupsi dapat terjadi apabila seseorang memiliki kekuasaan serta

wewenang untuk memutuskan sesuatu, namun tidak disertai dengan adanya

mekanisme yang baik seperti, akuntabilitas dan pertanggung jawaban pada

masyarakat.

Saat ini perbuatan korupsi dilakukan secara berjamaah dan dengan

bermacam-macam modus operandi yang semakin canggih. Keadaan ini membuat

pengungkapan praktik-praktik korupsi semakin sulit dilakukan. Sebagai LSM yang

telah lama berkiprah dalam ranah anti-korupsi, ICW juga menemukan kendala-

kendala dalam mengungkap kasus korupsi. Sebagaimana yang diungkapkan di bab

3, hambatan paling besar yang ditemui ICW dalam mengungkap kasus korupsi

adalah suap. Suap ini dimaksudkan supaya ICW segera menghentikan penyeledikan

kasus korupsi yang mereka terima. Selain suap hambatan lain yang ditemui ICW

adalah terror seperti ancaman pengniayaan ataupun koruptor yang melaporkan

mereka ke polisi karena dianggap sebagai pencemaran nama baik.

Page 110: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

66 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

98

Dalam kaitannya dengan pengungkapan korupsi dana hibah dan bantuan

sosial Banten tahun 2011, ICW menemui hambatan yaitu:

1. Faktor Penghambat

Menurut ICW, setiap kasus korupsi meskipun ditutupi dengan

cara apapun pasti akan meninggalkan jejak. Walaupun demikian, ICW

juga masih menemui hambatan dalam mengungkap kasus korupsi ini,

yaitu permasalahan dalam kemudahaan mengakses data,66 terlebih lagi

data mengenai dokumen anggaran.

Dalam mengungkap kasus korupsi, kemudahan untuk mengakses

data adalah sesuatu keniscayaan. Sebagaimana diketahui bahwa korupsi

pasti berhubungan dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan

ataupun lembaga tertentu. Oleh sebab itu, tidak sedikit lembaga yang

menolak untuk memberikan akses informasinya, terutama apabila

pejabatnya tersangkut masalah korupsi.

Dalam kaitannya dengan pengungkapan korupsi dana hibah dan

bansos Banten tahun 2011 ICW mengakui bahwa sulit untuk

mendapatkan akses data. Terlebih lagi korupsi dana hibah dan bansos

Banten tahun 2011 ini dilakukan oleh kepala daerah yang terkenal akan

kuatnya oligarki keluarga.

Page 111: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

67

Berbeda dengan korupsi yang dilakukan oleh pejabat biasa atau

personal corruption, korupsi yang dilakukan oleh orang yang berada

dalam lingkaran oligarki politik tentu lebih sulit diungkap. Ini karena

mereka memiliki basis finansial dan massa yang kuat. Gubernur Banten

memiliki sumber daya yang cukup dan mampu untuk menutupi kasus

korupsinya. Bahkan hingga perlu menyewa orang-orang ataupun

menyuap lembaga-lembaga terkait untuk mempersulit dalam melakukan

investigasi. Meskipun lebih sulit, namun setiap korupsi pasti akan

meninggalkan jejak yang akan menuntun pada pelaku-pelaku korupsi.67

2. Faktor Pendukung

Karena bekerja dengan membawa mandat rakyat, ICW

menemukan banyak kemudahan dalam mengungkap kasus-kasus

korupsi. Seperti banyak kelompok masyarakat yang peduli dengan

daerahnya ikut membantu ICW dalam mengumpulkan dan menganalisis

data-data yang diperlukan untuk mengungkap korupsi.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam mengungkap kasus

korupsi ICW tidak bekerja sendiri, sebaliknya ICW menjalin kerja sama

dengan kelompok masyarakat lain di daerah. Dalam pengungkapan

kasus korupsi dana hibah dan bansos Banten tahun 2011 ICW terbantu

dengan banyaknya masyarakat Banten yang mengajukan diri menjadi

tenaga relawan untuk membantu ICW dalam mengumpulkan serta

67 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

Page 112: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

68 Wawancara dengan Ade Irawan, Indonesia Corruption Watch, Jakarta Selatan, 1 Oktober2015.

100

menganalisis data. Salah satunya kelompok masyarakat yang turut

membantu ICW dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data

adalah LSM MATA Banten. Yang kini menjadi bagian dari jaringan

ICW di Banten dalam memerangi praktik korupsi di lingkungan

pemerintahan daerah Provinsi Banten

Menurut ICW, tindakan korupsi dana hibah dan bansos tahun

2011 dilakukan dengan sangat terbuka, sehingga siapapun dapat

melihatnya. Di samping itu, Gubernur Banten pada saat itu tidak terlalu

memikirkan bahwa nantinya akan ada pihak-pihak yang berani

mempermasalahkan penyelewengan ini. Ini membuatnya lengah dan

tindakan korupsinya tidak terlalu ditutupi. Hal ini yang kemudian

memudahkan ICW menemukan penyelewengan-penyelewengan

tersebut.68

Di samping itu dukungan media juga menjadi faktor keberhasilan

ICW dalam mengungkap kasus korupsi. Media masa menjadi bagian

penting dari keberhasilan ICW mengungkap kasus korupsi dana hibah

dan bansos Banten tahun 2011. Media menjadi sarana ICW untuk

mempublikasikan hasil temuan mereka mengenai penyelewengan dana

hibah dan bansos Banten tahun 2011 ke publik.

Page 113: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pemerintahan yang tidak akuntabel terlihat dari bagaimana Atut

memanfaatkan APBD, terutama dalam pendistribusian dana hibah dan bansos

Banten ke sejumlah lembaga yang terafiliasi keluarganya menjelang pilkada. Atut

sebagai petahana menyalahgunakan wewenangnya dengan memanfaatkan dana

APBD untuk kepentingan kampanye dirinya dan keluarga yang ikut dalam pilkada.

Alam demokrasi Indonesia memberikan peluang bagi segelintir elit daerah

untuk muncul dan menerapkan kepimpinan yang berbentuk oligarkis. Dalam kasus

Banten, elit dari rezim keluarga Atut memanfaatkan demokrasi untuk semakin

mempertegas kekuasaan rezim oligarkisnya. Dengan basis masa dan finansial yang

kuat elit keluarga Atut dapat memenangkan pilkada secara demokratis. Meskipun

rezim oligarkis keluarga Atut menguasai hampir seluruh ranah sosial, ekonomi dan

politik di Banten, namun tidak dapat kuat layaknya masa Orde Baru.

Demokrasi memberikan peluang bagi rakyat dan civil society untuk

melakukan kontrol dan pengawasan terhadap kinerja pemerintah (public control).

Karena di era demokrasi yang serba keterbukaan seperti ini, sistem apapun yang

muncul akan berhadapan langsung dengan civil society dan elemen lainnya seperti

LSM. Banten adalah sebuah contoh bagaimana demokrasi dapat memunculkan

suatu rezim oligarkis di daerah. Tetapi Banten juga menjadi contoh bagaimana

Page 114: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

102

sebuah sistem oligarkis yang korup, perlahan-lahan tumbang karena berlawanan

dengan elemen demokrasi yaitu civil society.

Sebagai elemen dari civil society, LSM dapat bertindak kooperatif ataupun

beroposisi terhadap sebuah rezim. Dalam kasus yang penulis angkat, LSM ICW

berperan sebagai oposisi dan kekuatan perlawanan terhadap rezim oligarkis Atut

yang korup. ICW yang telah lama memantau dan menerima laporan mengenai

korupsi dana hibah dan bansos, melaporkan korupsi dana hibah dan bansos Banten

tahun 2011 ke KPK. ICW memainkan peran yang besar dalam mengungkap korupsi

dana Hibah dan Bansos Banten tahun 2011. Hal ini terlihat dari upaya -upaya ICW

dalam mengangkat perkara korupsi ini ke ranah publik. Mulai melakukan

investigasi, publikasi, penguatan masyarakat Banten, hingga terus melakukan

kampanye terkait korupsi dana hibah dan bansos.

Pengungkapan praktik korupsi yang dilakukan ICW ini merupakan

kumpulan kekecewaan dari seluruh masyarakat Banten. Masyarakat yang telah

jenuh dengan praktik korupsi Atut dan rezimnya, turut menjadi relawan untuk

membantu ICW melakukan investigasi dan mengumpulkan data-data. Dengan

pengungkapan praktik korupsi ini, masyarakat Banten jelas menginginkan adanya

perubahan dalam pola kepemimpinan daerah yang lebih demokratis, transparan dan

juga berpihak terhadap rakyat.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, penulis perlu untuk

menyampaikan saran terkait topik penelitian LSM dan korupsi. Mengingat

Page 115: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

103

pentingnya LSM sebagai bagian dari masyarakat sipil, maka perlu untuk terus

melakukan studi-studi mengenai perjuangan LSM dalam melakukan advokasi-

advokasi atas ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti korupsi. Dan

juga penting untuk terus melakukan studi terkait demokrasi dan oligarki dan

bagaimana hasil dari dialektika antara kedua sistem tersebut berpengaruh terhadap

politik lokal dalam konteks demokrasi dan otonomi daerah di Indonesia.

Penulis juga menyarankan agar ICW terus melakukan advokasi-advokasi

dan pemberdayaan terhadap masyarakat dalam melawan korupsi. ICW juga harus

memperkuat jaringan-jaringannya di daerah, sehingga wacana pemberantasan

korupsi bisa kuat di daerah tidak terpusat di Jakarta. Karena di daerah juga banyak

permasalahan korupsi yang didukung dengan kuatnya rezim seperti di Banten.

Page 116: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

104

DAFTAR PUSTAKA

Aditjondro, George Junus. Membedah Kembar Siam Penguasa Politik danEkonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2004.

Alatas, S.H. Korupsi, Sifat, Sebab dan Fungsi. Jakarta, LP3ES, 1987.

Arif, Ahmad. Perang Panjang Melawan Korupsi, Kompas, 10 November 2009.

Arifin, Firmansyah, dkk. Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan AntarLembaga Negara. Jakarta: KRHN, 2005.

Bansos Terkait Pilkada: Banyak Dana ke Lembaga Pimpinan Keluarga GubernurBanten, Kompas, 10 Maret 2011.

Basyaib, Hamid, ed. dkk. Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia.Yayasan Aksara, 2002.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008.

Clark, John. NGO dan Pembangunan Demokrasi, terj. Godril Dibyo Yuwono.Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995.

Culla, Adi Suryadi. Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop diIndonesia. Jakarta Pustaka LP3ES Indonesia, 2006.

Dana Bantuan Sosial: ICW Laporkan Dugaan Penyimpangan di Banten. Kompas,25 Agustus 2011.

Dharmawan, HCB. Lembaga Swadaya Masyarakat: Menyuarakan Hati MenggapaiKesetaraan. Jakarta: Kompas, 2004.

Djaja, Emansjah. Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia: Tujuh Tipe TindakPidana Korupsi Berdasarkan UU RI No. 31 Tahun 1999 Jo. No. 20 Tahun2001. Bandung: CV Munandar Maju, 2010.

Effendy, Bahtiar. Teologi Baru Politik Islam, Pertautan Agama, Negara danDemokrasi. Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Fakih, Mansour. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial: Pergolakan IdeologiLSM Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Gaffar, Afan. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi,. Jakarta: Gramedia,2006.

Hamzah, Andi. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Page 117: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

105

Hanafie, Hanniah dan Suryani. Politik Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Indonesia Corruption Watch (ICW). Laporan Tahunan 2009. Jakarta: ICW, 2009.

Indonesia Corruption Watch (ICW). Laporan Tahunan 2011. Jakarta: ICW, 2011.

Indonesia Corruption Watch (ICW). Laporan Tahunan 2013. Jakarta: ICW, 2013.

Ismanto, Gandung. Ratu dan Raja Kecil di Tanah Para Jawara, Asasi, EdisiNovember-Desember 2010.

Jordan, Lisa dan Peter van Tuijl. Akuntabilitas LSM: Politik, Prinsip dan Inovasi.Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.

Kamil, Sukron ed. Korupsi dan Integritas Dalam Ragam Prespektif. Jakarta: PSIAUIN Jakarta.

Klitgard, Robert, Ronald Maclean-Abaroa, Lindsey Parris. PenuntunPemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah. Jakarta: Yayasan oborIndonesia, 2002.

Otonomi Daerah: Desentralisasi Korupsi? Kompas, 8 Oktober 2010, h. 48.

Otonomi Daerah: Ketika Korupsi Menjadi Gangren. Kompas, 10 Maret 2011.

Otonomi: Desentralisasi Korupsi Sampai ke Daerah. Kompas, 10 Maret 2011.

Pito, Toni Adrianus Efriza, Kemal Fasyah. Mengenal Teori-Teori Politik: DariSistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Nuansa Cendika, 2013.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi IlmuRaya, 2007.

Rinaldi, Taufik, dkk. Memerangi korupsi di Indonesia Yang Terdesentralisasi:Studi Kasus Penanganan Korupsi di Pemerintahan Daerah. Justice For thePoor Project, 2007.

Rose-Ackerman, Susan. Korupsi dan Pemerintahan: Sebab, AKibat, danReformasi. terj. Toenggoel P. Siagian. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2010.

Saidi, Zaim. Secangkir Kopi Max Havelaar, LSM dan Kebangkitan Masyarakat.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.

Sanit, Arbi. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, danPembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003.

Schmandt, Henry J. Filsafat Politik, Kajian Historis dari Zaman Yunani KunoSampai Zaman Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Page 118: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

106

Semma, Mansyur. Negara dan Korupsi: Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara,Manusia Indonesia, dan Perilaku Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2008.

Sudibyo, Agus. Pemberantasan Korupsi dan Rezim Kerahasiaan dalamDharmawan, HCB dan Al Soni, ed. Jihad Melawan Korupsi .Jakarta: PenerbitBuku Kompas, 2005.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia, 1999.

Taher, Tarmizi Jihad NU-Muhammadiyah Memerangi Korupsi dalam Dharmawan,HCB. dan Al Soni, ed. Jihad Melawan Korupsi Jakarta: Penerbit BukuKompas, 2005.

Tanzi, Vito Corruption Around the World: Causes, Consequences, Scope and CuresInternational Monetetary Fund, 1998.

Uhlin, Anders. Oposisi Berserak: Arus Deras Demokratisasi Gelombang Ketiga DiIndonesia, terj. Rofik Suhud. Bandung: Penerbit Mizan, 1998.

Wijayanto, Ridwan Zachrie, ed, Korupsi Mengorupsi Indonesia: sebab, akibat danprospek pemberantasan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Internet

Ada 1000 Laporan Korupsi yang Melibatkan Keluarga Atut. Artikel diakses pada16 Agustus 2015 darihttp://news.okezone.com/read/2013/12/17/339/913731/ada-1-000-laporan-korupsi-yang-melibatkan-keluarga-atut

Alkes Layak Sidik, KPK Telurusi Dugaan Korupsi Bansos Banten. Artikel diaksespada 16 November 2014 dari http://www.beritalima.com/2013/12/alkes-layak-sidik-kpk-telusuri-dugaan.html

Atut Resmi Diberhentikan sebagai Gubernur Banten. Artikel diakses pada 14Agustus 2015 darihttp://nasional.kompas.com/read/2015/07/29/02010051/Atut.Resmi.Diberhentikan.sebagai.Gubernur.Banten

Corruption Perception Index. Artikel diakses pada 2 Agustus 2015 darihttp://www.ti.or.id/index.php/publication/2014/12/06/corruption-perceptions-index-2014

Denny J A dan ICW dianugerahi Civil Society Award 2009. Artikel diakses pada15 Juli 2015 dari http://news.detik.com/berita/1181487/slank-denny-ja-dan-icw-dianugerahi-civil-society-award-2009

Page 119: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

107

Hukuman Koruptor Terlalu Ringan. Artikel diakses 2 April 2015 darihttp://nasional.kompas.com/read/2013/09/09/1113063/Hukuman.Koruptor.Terlalu.Ringan

Husodo, Adnan Topo. Kilas Balik 17 Tahun Melawan Korupsi. Artikel diaksespada 28 Juni 2015 dari http://www.antikorupsi.info/id/icw

ICW Desak Korupsi Pengadaan Buku Kurikulum 2013 Diusut Tuntas. Artikeldiakses pada 16 November 2014 darihttp://news.okezone.com/read/2014/12/21/337/1082083/icw-desak-korupsi-pengadaan-buku-kurikulum-2013-diusut-tuntas

ICW Gelar Sekolah Anti Korupsi. Artikel diakses pada 15 Juli 2015 darihttp://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/24/mowlcw-icw-gelar-sekolah-antikorupsi

ICW Laporkan Korupsi Hutan Rp. 9,1 triliun. Artikel diakses pada 15 November2014 dari http://m.bola.viva.co.id/news/read/250279-icw-laporkan-korupsi-hutan-rp9-1-triliun

ICW: Atut Pantas dituntut 15 Tahun Penjara. Artikel diakses pada 14 November2014 darihttp://nasional.kompas.com/read/2014/08/11/13100761/ICW.Atut.Pantas.Dituntut.15.Tahun.Penjara

ICW: Dinasti Atut Jadikan Provinsi Banten Terkorup. Artikel diakses pada 15Novmeber 2014 darihttp://www.tempo.co/read/news/2014/01/27/063548702/ICW-Dinasti-Atut-Jadikan-Provinsi-Banten-Terkorup

ICW: Pendanaan Kompetisi Politik dari Sumber Daya Alam. Artikel diakses pada1 Oktober 2015 dari http://www.antarasumbar.com/berita/102609/icw--pendanaan-kompetisi-politik-dari-sumbar-daya-alam.html

Ini Besaran Penghasilan Gubernur dan Bupati, Artikel diakses pada 1 Oktober 2015dari http://nasional.news.viva.co.id/news/read/392123-ini-besaran-penghasilan-gubernur-dan-bupati

Kasus Akil Mochtar: Wawan Akui Beri Uang ke Akil. Artikel diakses pada 14Agustus 2015 dari http://www.solopos.com/2013/10/11/kasus-akil-mochtar-wawan-akui-beri-uang-ke-akil-455509

Kenapa Kepala Daerah Tersangkut Korupsi. Artikel diakses pada 1 Oktober 2015darihttp://nasional.kompas.com/read/2011/01/24/0835256/Kenapa.Kepala.Daerah.Tersangkut.Korupsi

Page 120: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

108

Kode Etik Konsil LSM Indonesia. Artikel diakses pada 25 Mei 2015 darihttp://konsillsm.or.id/?p=556

KPK Mulai Telusuri Dugaan Korupsi Bansos Banten. Artikel diakses pada 15November 2014 dari http://www.beritasatu.com/hukum/156862-kpk-mulai-telusuri-dugaan-korupsi-bansos-banten.html

Laksmi dan Mohamad Aries (2006), Information Literacy Pada Lsm IndonesiaCorruption Watch Dalam Membongkar Informasi Tentang Korupsi, JurnalIlmu Informasi vol. 1 no. 2 (Agustus 2006): h. 10-11. Diunduh 2 Mei 2015http://staff.ui.ac.id/system/files/users/laksmi/publication/penelitianlsm.doc.

Manifesto Gerakan Anti Korupsi. Artikel diakses pada 1 Mei 2015 darihttp://www.antikorupsi.info/id/icw

Maulana, Delly (2013). Fenomena Demokratisasi Lokal di Provinsi Banten, JurnalAdministrasi Negara SAWALA vol 2. No. 2 (Mei-Agustus, 2013): h. 20.Diunduh 5 April 2015. http://ejurnal.unsera.ac.id/jurnal-administrasi-negara-vol-ii-no-2.html

Press Release Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi BantenTahun 2011. Artikel diakses pada 16 Agustus 2015 dari antikorupsi.org

Profil Dana Bantuan Sosial. Artikel diakses pada 5 Oktober 2015 darihttp://ehibahbansos.bantenprov.go.id/index.php?r=home/ProfilBansos

Sejak Otonomi Daerah 70 persen kepala dan wakil kepala daerah tersangkutkorupsi. Artikel diakses pada 1 Oktober 2015 darihttp://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/25/sejak-otonomi-daerah-70-persen-kepala-dan-wakil-kepala-daerah-terjerat-korupsi

Sriyana (2014), Politik Dinasti Sebuah Patologi Demokrasi. Jurnal Socioscientia,vol 6, no. 1 (February, 2014): h. 121. Diunduh 5 April 2015 darihttp://kopertis11.org/jurnal_baca.php?id=235

Vonis Rendah Terhadap Atut Ingkari Semangat Antikorupsi. Artikel diakses pada14 November 2014 dari http://www.kpk.go.id/id/berita/berita-sub/2123-vonis-rendah-terhadap-atut-ingkari-semangat-antikorupsi

Wawancara

Wawancara dengan Ade Irawan (Kordinator Indonesia Corruption Watch)

Wawancara dengan Donal Fariz (Divisi Korupsi Politik Indonesia CorruptionWatch)

Wawancara dengan Fuaduddin Bagas (Direktur Eksekutif MATA Banten)

Page 121: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

109

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Published on Indonesia Corruption Watch

Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan Sosial Provinsi Banten Tahun 2011

Dugaan Korupsi Dana Hibah dan Bantuan SosialProvinsi Banten Tahun 2011Press Release Indonesia Corruption Watch

Pada tahun 2011 Pemerintah Daerah Provinsi Banten mengalokasikan anggaransebesar Rp. 340 milyar untuk hibah dan Rp. 51 milyar untuk program bantuansosial (bansos). Hibah disalurkan kepada 221 organisasi dan forum yang dibentukmasyarakat maupun instansi negara. sedangkan bansos disebarkan kepada 160lembaga.

Dalam tiga tahun terakhir, perkembangan alokasi dana hibah dan bansos ProvinsiBanten terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sangat fantastis. Pada tahun2009, total dana hibah dan bantuan sosial sebesar Rp. 74 milyar. Tapi pada 2011atau menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) provinsi meningkat menjadi Rp.391 milyar.

Trend anggaran hibah dan bansos Provinsi Banten

Page 122: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

110

Tahun Dana Hibah Dana Bantuan Sosial2009 14.000.000.000 60.000.000.000

2010 239.270.064.940 51.428.250.0002011 340.463.000.000 51.000.000.000

Masalahnya, dalam proses dan penetapan penerima hibah dan bansos ProvinsiBanten prosedur tersebut tidak dijalankan. Proses penentuan penerima tertutupdan tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam berbagaiperaturan mengenai hibah dan bans. Bahkan anggota DPRD Provinsi Bantenmengaku kesulitan mendapat alamat penerima hibah dan bansos. Padahalmenurut mereka terdapat puluhan yayasan atau lembaga yang menjadi penerimadana hibah mencurigakan karena tidak dikenal oleh masyarakat.

Selain itu, dari 160 penerima dana bansos, pemerintah daerah hanyamencantumkan 30 nama lembaga atau kepanitiaan. Itu pun tidak didukungdengan alamat yang jelas. Sedangkan sisanya, sebanyak 130 penerima atau 81,3persen hanya ditulis “bantuan sosial daftar terlampir”.

Berdasarkan hasil uji petik yang dilakukan Indonesia Corruption Watch,ditemukan empat dugaan penyimpangan dalam program dana hibah dan bantuansosial Provinsi Banten tahun 2011 yaitu:

1. Lembaga penerima hibah fiktifBerdasarkan hasil uji petik yang dilakukan oleh ICW, secara keseluruhan palingtidak ada sepuluh lembaga penerima hibah yang diduga fiktif yang tersebar dibeberapa daerah di Banten. Total anggaran yang dialokasikan kepada sembilanlembaga tersebut sebesar Rp. 4,5 miliar.

2. Lembaga penerima hibah yang alamatnya samaDalam daftar penerima hibah juga ditemukan nama penerima yang tidak jelasdengan alamat yang sama. Setidaknya ada delapan penerima hibah yang memilikialamat sama yaitu jalan Brigjen KH Syam’un No.5 Kota Serang dan empat lembagadengan alamat sama yaitu jalan Syekh Nawawi Albantani Palima Serang.

Total alokasi anggaran untuk dua belas lembaga tersebut mencapai Rp. 28,9miliar. Masing-masing lembaga yang beralamat di jalan Brigjen KH Syam’un No.5Kota Serang sebesar Rp. 22.550.000.000 dan empat lembaga yang beralamat dijalan Syekh Nawawi Albantani Palima Serang sebesar Rp. 6.400.000.000.

3. Aliran dana ke lembaga yang dipimpin keluarga gubernur

Page 123: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

111

Dana hibah Provinsi Banten ternyata banyak yang didistribusikan kepadalembaga•lembaga yang dipimpin oleh keluarga gubernur mulai dari suami, kakak,anak, menantu, dan ipar. Misalnya dewan kerajinan nasional daerah (Dekranasda)menerima hibah sebesar Rp.750 juta. Dekranasda dipimpin oleh suami Ratu AtutChosiyah yang juga anggota DPRD Banten, Hikmat Tomet. Total dana hibah yangmasuk ke lembaga yang dipimpin oleh keluarga gubernur mencapai Rp. 29,5miliar.

4. Dana hibah tidak utuhTemuan lain adalah jumlah dana hibah yang diterima oleh lembaga tidak sesuaidengan pagu yang ditetapkan oleh dinas pengelolaan keuangan dan asset daerahProvinsi Banten. Contohnya, lembaga kajian sosial dan politik (Laksospol)Kabupaten Pandeglang. Dalam daftar DPKAD lembaga tersebut memperolehhibah sebesar Rp. 500 juta, tapi dalam surat pernyataan ketua Laksospol AyieErlangga, mereka hanya menerima hibah dari provinsi sebesar Rp. 35 juta.

No Masalah Nilai Kerugian

1 Lembaga fiktif 4.500.000.000

2 Lembaga penerima hibah yang alamatnya sama 28.950.000.000

3 Aliran dana ke lembaga yang dipimpin keluarga gubernur 29.500.000.000

4 Lembaga yang menerima hibah tidak utuh 925.000.000

5. Sebagian Besar Penerima Bantuan Sosial Tidak JelasPemerintah Provinsi Banten mengalokasi anggaran bantuan sosial sebesar Rp. 51miliar. Akan tetapi dari 160 penerima dana bantuan sosial, pemerintah daerah

Page 124: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

112

Banten hanya mencantumkan 30 nama lembaga atau kepanitiaan dan tidakdidukung oleh alamat yang jelas.

Sedangkan sisanya, sebanyak 130 penerima atau 81,3 persen penerima bantuansosial hanya ditulis “bantuan sosial daftar terlampir.” ICW sudah mengirimkansurat permintaan informasi penerima hibah dan bantuan sosial kepada DPKADBanten. Akan tetapi tidak ada respon. Pada 5 September 2011, ICW mengirimkansurat keberatan, tapi juga tidak direspon.

Berasarkan verifikasi yang ICW lakukan, pihak Gubernur dan kerabatnyamerupakan pihak yang paling diuntungkan secara materil atas kebijakanpemberian dana hibah dan bansos APBD Tahun anggaran 2011 yang secarasengaja melawan ketentuan yang berlaku.

Kesimpulan

1. Proses penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah, khususnya dana hibah dan bantuan sosial Provinsi Banten sangattertutup sehingga mudah diselewengkan menjadi modal politik bagiincumbent yang akan turut berkontestasi dalam pemilukada

2. Dana hibah dan bantuan sosial Provinsi Banten tahun 2011 diduga banyakmengalir kepada lembaga yang dipimpin oleh keluarga atau orang yangmemiliki afiliasi politik dengan gubernur.

3. Dana hibah dan bantuan sosial banyak digulirkan kepada lembaga•lembagafiktif dan lembaga•lembaga yang memiliki alamat sama

4. Beberapa lembaga tidak menerima dana hibah sesuai dengan pagu yangtelah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Banten

5. Sebagian besar lembaga/kelompok masyarakat penerima bantuan sosialProvinsi Banten tidak dicantumkan nama dan alamatnya sehingga sulituntuk diverifikasi

RekomendasiMeminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk;

1. Melakukan proses hukum atas dugaan korupsi senilai Rp34.930.000.000,00 yang terjadi dalam program hibah dan bantuan sosialProvinsi Banten tahun 2011, sesuai dengan data yang diverifikasi ICWsebanyak 30% dari kelompok penerima dana.

2. Melakukan penelusuran terhadap pemberian dana bansos dan hibahsebesar 240 miliar.

Page 125: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

113

LAMPIRAN 2

Published on Indonesia Corruption Watch

Tentang ICW

Page 126: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

114

Manifesto Gerakan Anti Korupsi ICW

Korupsi lahir di tengah situasi dimana oligharki politik mendominasi dalam pembuatankebijakan publik di satu sisi dan tiadanya public accountability sebagai mekanismepertanggungjawaban kekuasaan di sisi yang lain. Kondisi ini diperparah dengan sempitnyaruang partisipasi politik karena tidak adanya peluang dalam sistem politik yang dapatdigunakan untuk meminta pertanggungjawaban wakil rakyat di parlemen. Tali mandatantara pemilih dengan wakilnya di parlemen terputus karena para wakil rakyat yangdipilih melalui mekanisme pemilu justru mengabdi pada kepentingan partai politik dankelompok kepentingan yang menjadi cukong politiknya, daripada menyuarakankepentingan rakyat.

Realitas oligharki elit politik kian korup karena ditopang oleh struktur sosial paternalistikdan patriarkhis yang melahirkan ketidakberdayaan rakyat dalam mengontrolpemerintahan. Sebaliknya, kesadaran politik rakyat dikontrol oleh tokoh-tokoh yangsebagian besar adalah perpanjangan tangan kekuasaan. Perselingkuhan elit masyarakatdengan penguasa menyebabkan tiadanya peluang bagi rakyat untuk dapat mendesakkankepentingannya.

Lemahnya kontrol publik memiliki dampak yang sangat luas terutama pada usahareformasi birokrasi pemerintahan. Korupsi berkembang subur di birokrasi, terutama yangmenjadi ujung tombak pelayanan mendasar kebutuhan publik seperti pendidikan,kesehatan, air minum, dan listrik. Dengan pelayanan yang buruk, publik harus membayarmahal. Kekuasaan politik tidak memiliki prioritas untuk membuat perubahan di birokrasidan memperbaiki pelayanan kebutuhan dasar yang menjadi hak rakyat. Birokrasi justrumenjadi mesin keuangan politik bagi kekuatan oligharki yang berkuasa.

Korupsi kian mencemaskan setelah implementasi Otonomi Daerah. Arah desentralisasiyang membawa semangat keadilan distributif sumber-sumber negara yang selama 32tahun dikuasai secara otoriter oleh pemerintah pusat kini justru menjadi ajang distribusikorupsi dimana aktor dan areal korupsi kian meluas. Praktek korupsi tidak lagi terorganisirdan terpusat, tetapi sudah terfragmentasi seiring dengan munculnya pusat-pusatkekuasaan baru.

Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan dan penegakanaturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan kian merajalela dan lembagaperadilan tak ubah laksana lembaga lelang perkara yang membuat buncit perut aparatpenegak hukum busuk. Rasa keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Intervensipolitik terhadap proses hukum menyebabkan lembaga peradilan hanya menjadikomoditas politik kekuasaan. Tidak ada kasus korupsi yang benar-benar divonis setimpaldengan perbuatannya. Dengan kekuasaan uang dan perlindungan politik, koruptor dapatmenghirup udara bebas tanpa perlu takut dijerat hukum.

Tidak sedikitpun terlihat ada kemauan politik (will) dari pemerintah untuk memberantaspraktek mega korupsi. Krisis ekonomi yang dituding banyak pihak merupakan akibat daripraktek korupsi tidak dijadikan pelajaran. Konglomerat akbar yang melakukan kejahatanekonomi justru diproteksi. Utang bernilai triliunan yang seharusnya mereka bayardibebankan kepada pemerintah yang memicu hilangnya mekanisme jaring pengaman

Page 127: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

115

sosial seperti penghapusan subsidi pendidikan, kesehatan, pupuk dan BBM. Korupsi telahmenyebabkan kemiskinan struktural yang kronis.

Korupsi membuat mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli dan oligopolimenyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi barang/jasa, dimanapengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik mendapat akses, konsesi dankontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan besar. Persaingan usaha yang harusdimenangkan dengan praktek suap menyuap mengakibatkan biaya produksimembengkak. Ongkos buruh ditekan serendah mungkin sebagai kompensasi biayakorupsi yang sudah dikeluarkan pelaku ekonomi.

Busuknya sektor pemerintah dan sektor swasta karena korupsi hanya melahirkankemiskinan, kebodohan dan ketidakberdayaan rakyat banyak. Korupsi yang terjadi karenaperselingkuhan kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi membuat semakin lebarnyajurang kesejahteraan. Karena itulah ICW percaya bahwa pemberantasan korupsi akanberjalan efektif jika ada pelibatan yang luas dari rakyat sebagai korbannya. ICWmengambil posisi untuk bersamasama rakyat membangun gerakan sosial memberantaskorupsi dan berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah danbisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untukmenciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial dapatdiwujudkan.

ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmenuntuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untukterlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi. ICW lahir diJakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendakipemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi.

Visi ICW:

Menguatnya posisi tawar rakyat untuk mengontrol negara dan turut serta dalamkeputusan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang demokratis, bebas darikorupsi, berkeadilan ekonomi, sosial, serta jender.

Misi ICW adalah memberdayakan rakyat dalam:

1. Memperjuangkan terwujudnya sistem politik, hukum, ekonomi dan birokrasi yangbersih dari korupsi dan berlandaskan keadilan sosial dan jender.

2. Memperkuat partisipasi rakyat dalam proses pengambilan dan pengawasankebijakan publik.

Dalam menjalankan misi tersebut, ICW mengambil peran sebagai berikut:

1. Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian rakyat dibidang hak-hakwarganegara dan pelayanan publik.

2. Memfasilitasi penguatan kapasitas rakyat dalam proses pengambilan danpengawasan kebijakan publik.

3. Mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi yang terjadidan melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta ke masyarakat luasuntuk diadili dan mendapatkan sanksi sosial.

Page 128: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

116

4. Memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam penyelidikan dan pengawasankorupsi.

5. Menggalang kampanye publik guna mendesakkan reformasi hukum, politik danbirokrasi yang kondusif bagi pemberantasan korupsi.

6. Memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat sipil dan penegakanstandar etika di kalangan profesi.

Posisi ICW:

Berpihak kepada masyarakat yang miskin secara ekonomi, politik dan budaya.

Nilai:

1. Keadilan sosial dan kesetaraan jender.Setiap laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peluang yang samauntuk berperan aktif dalam pemberantasan korupsi, memiliki hak dan peluangyang sama di dalam lembaga maupun dalam kaitannya dengan kesempatan yangsama untuk mengakses dan mengontrol sumber daya lembaga.

2. Demokratis.Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam setiap pengambilankeputusan, perilaku dan pikiran, wajib menjunjung nilai demokrasi.

3. Kejujuran.Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan wajib membeberkan setiapkepentingan pribadi yang berhubungan dengan kewajibannya serta mengambillangkah-langkah untuk mengatasi benturan kepentingannya yang mungkintimbul.

Prinsip ICW:

1. Integritas Setiap individu tidak pernah melakukan kejahatan pidana, politik,

ekonomi dan hak asasi manusia. Setiap individu tidak pernah membela atau melindungi koruptor. Setiap individu tidak boleh menempatkan dirinya di bawah kepentingan

finansial atau kewajiban lainnya dari pihak luar, baik individu maupunorganisasi yang dapat mempengaruhinya dalam menjalankan tugas-tugasdan misi ICW.

2. Akuntabilitas. Setiap individu harus bertanggungjawab atas keputusan dan tindakan-

tindakannya kepada rakyat dan harus tunduk pada pemeriksaan publikterhadap seluruh aktivitas di ICW.

3. Independen. Setiap individu tidak menjadi anggota ataupun pengurus salah satu partai

politik. Setiap individu bertindak objektif dalam menghadapi pejabat negara

ataupun kelompok kepentingan tertentu.

Page 129: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

117

Setiap individu tidak boleh membuat keputusan dengan tujuan untukmemperoleh keuntungan finansial atau materi bagi dirinya sendiri,keluarga dan konco.

4. Obyektivitas dan kerahasiaan. Setiap individu dalam mengambil keputusan dan tindakan harus semata-

mata berdasarkan pertimbangan kebenaran dan keadilan. Setiap individu wajib merahasiakan para identitas saksi dan pelapor kasus

korupsi yang melaporkan kasus korupsi ke ICW.

5. Anti-Diskriminasi. Dalam melaksanakan tugas pemberantasan korupsi, hak dan kewajiban

di lembaga, setiap individu tidak melakukan diskriminasi baikberdasarkan agama, ras atau golongan.

Dewan Etik

Bambang Widjojanto, Dadang Trisasongko, Kemala Chandrakirana, Masdar F. Masudi,Munir, Teten Masduki

Program dan Divisi ICW

Divisi Penggalangan Dana dan Kampanye Publik

Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi independen. Untuk menjagaindependensi sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan publik dan menjagakeberlangsungan program, sejak Maret 2010 lalu ICW membuka peluang donasi publik.Dengan memberi bantuan finansial kepada lembaga ini, masyarakat dapat turut sertadalam kerja-kerja pemberantasan korupsi.

Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk menjalankan sejumlah programICW, diantaranya; investigasi kasus, pemantauan anggaran sekolah, advokasi layanankesehatan, membangun generasi pemuda melawan korupsi, serta menyelenggarakanpendidikan antikorupsi di sekolah dan kampus.

Transparansi dan akuntabilitas menjadi pilar utama gerakan antikorupsi. Untuk menjamintransparansi, setiap bulan ICW mempublikasikan hasil perolehan donasi di websitewww.fundraising.antikorupsi.org Setiap tahun, laporan keuangan secara menyeluruhakan diaudit oleh auditor independen dan diunggah ke website.

Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan

Pemberantasan korupsi di Indonesia, dengan segala ketidakmaksimalannyasesungguhnya sudah mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini. Lembaga penegakhukum konvensional seperti Kepolisian dan Kejaksaan masih belum bisa maksimalmemberantas korupsi. Alih-alih bekerjasama, yang teradi justru konflik antara penegakhukum, seperti kasus Cicak vs Buaya beberapa waktu lalu. Sementara para mafia hukumdan peradilan semakin menjadi-jadi. Disisi yang sama, Oligarki semakin kuat menyanderaberbagai lini strategis penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Page 130: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

118

Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW menjalankan tugas pengawasan terhadapberbagai lembaga penegak hukum, hingga mengawal berbagai produk hukum yangrelevan dengan pemberantasan korupsi. Beberapa program yang dijalankan diantaranya;menginisiasi gerakan penyelamatan institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melaluikampanye? Cicak Vs Buaya?, monitoring pemilihan pimpinan KPK serta mengawal prosesrevisi UU Tindak Pidana Korupsi, UU KPK dan UU Pencucian uang.

Divisi Monitoring Pelayanan Publik

Salah satu indikator sukses upaya pemberantasan korupsi andalah meningkatnya kualitaspelayanan publik. Oleh karena itu, pengawasan terhadap sektor pelayanan publik inimutlak diperlukan untuk menjamin rakyat benar-benar mendapatkan haknya.

ICW tak pernah berhenti mengawasi pemerintah sebagai penyedia layanan publik. Agargaung dan manfaatnya lebih besar, lembaga ini mengajak masyarakat untuk turutberpartisipasi. Mereka, para pengguna layanan publik, diajak untuk memonitor kulitaspelayanan dan manajemen dana untuk mencegah terjadinya penyelewengan.Pemantauan kualitas pelayanan publik berbasis masyarakat terorganisir bertujuanmewujudkan keadilan sosial dalam pelayanan publik.

Selama beberapa waktu terakhir ini, ICW fokus terhadap pelayaan publik di sektorkesehatan, pendidikan, dan pelaksanaan ibadah haji.

Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran

Negara sering kecolongan akibat kekurangan penerimaan negara dari pajak dan bukanpajak. Membahas penerimaan negara, saat ini Divisi Monitoring dan Analisisis AnggaranICW fokus terhadap dua sektor utama; penerimaan dari sumber daya alam khususnyasektor pertambangan (industri ekstraktif) serta penerimaan negara dari pajak.

Disamping itu, Divisi MAA juga rutin melakukan pemantauan dan advokasi terkait belanjanegara dan subsidi energi. Pemantauan terhadap industri ekstraktif, ICW mendorongrenegosiasi kontrak sejumlah perusahaan ekstraksi yang beroperasi di Indonesia agarmemberikan manfaat lebih banyak kepada negara.

Divisi Korupsi Politik

Patronase bisnis dan politik merupakan pangkal pokok terjadinya korupsi. Cara untukmemangkasnya dengan mengimplementasikan nilai-nilai transparansi dan mendorongketerlibatan rakyat dalam pembuatan kebijakan.

Fokus utama kerja Divisi Korupsi Politik lebih kepada upaya mendorong transparansi danakuntabilitas dalam sektor politik melalui berbagai metode. Divisi ini melakukan riset danstudi mengenai patronase politik bisnis di level lokal hingga nasional.

Divisi Korupsi Politik juga melakukan advokasi terkait isu-isu aktual mengenai anggaran,korupsi di parlemen dan lingkungan pemerintahan daerah.

Divisi Investigasi

Indonesia Corruption Watch (ICW) menginvestigasi sejumlah kasus dugaan korupsisekaligus menerima laporan masyarakat mengenai kasus-kasus korupsi. Tugas Divisi

Page 131: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

119

Investigasi adalah melakukan review secara mendalam sebelum melaporkan kasus-kasustersebut kepada aparat penegak hukum.

Hingga akhir Oktober 2011, ICW telah menerima 370 laporan dari masyarakat. Dari jumlahitu 149 diantaranya memiliki unsur dugaan korupsi, sedangkan sisanya adalah kasusbukan korupsi. 15 diantaranya telah dilaporkan kepada aparat.

Selain menangani investigasi kasus, divisi ini juga melakukan advokasi terhadapimplementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). ICW mendukungimplementasi berlakunya undang-undang ini dengan mendorong terbentuknya Komisi

Informasi Daerah (KID) di 6 provinsi; Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Bali. Selain itu ICW juga sedang mendorongdilakukannya audit sosial oleh masyarakat terhadap proyek-proyek pemerintah terutamadi bidang layanan publik di beberapa daerah.

Sekretariat Indonesia Corruption WatchJl. Kalibata Timur IV/D No. 6 Jakarta Selatan, Indonesia Phone : +62 - 21 - 7901 885, 7994015 Fax : +62 - 21 - 7994 005 Email: [email protected] [3]

Page 132: KEKUATAN POLITIK: PERAN INDONESIA CORRUPTION W …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40762/1/SONNY AJIE...kasus korupsi ini. Mereka ikut menginvestigasi serta mengumpulkan

LAMPIRAN 3

120