I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf ·...
Transcript of I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf ·...
I. PENDAHULUAN
1.1 LataI' Belal<ang
Titik berat pembangunan nasional jangka panJang adalah pembangunan
ekonomi, dengan sasaran tercapainya keseimbangan antara sektor pertanian dan
sektor industri yaitu industri yang kuat ditunjang oleh pertanian yang tangguh dan
kemudian dapat membawa perubahan fundamental dalam struktur perekonomian.
Hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor industri harus dipadukan
dan diselaraskan menuju suatu pola pembangunan dan pengembangan kearah
agroindustri yang sesual dengan sumber daya industri serta kondisi wilayah.
Peningkatan peranan agroindustri melllbutuhkan peranan sektor pertanian tidak
hanya sekedar pemasok bahan baku komoditi pertanian tetapi juga sebagai
pemasok bahan baku primer untuk kebutuhan industri.
Agribisnis lllelllpunyai karakteristik yang sangat kompleks dan luas
bergerak dari sektor hulu hingga hilir yang pada gilirannya adalah untuk
llleningkatkan nilai tambah dari semua produk (Collado, 1994). Dari produk
pertanian primer dapat langsung dipasarkan, tetapi dengan pengolahan akan terjadi
proses yang meningkatkan nilai talllbah produk dan pada masing-masing
pengolahan sudah dapat dipasarkan. Sebagai contoh adalah kayu gelondongan
(log) diproses menjadi kayu gergajian, kayu lapis, kemudian diproses menjadi
jumilu", partisi dan sebagainya. Pada tahap kayu gelondongan, kayu lapis atau pun
tahap barang jadi fumilu", telah dapat dipasarkan. Dengan demikian melakukan
bisnis dengan bahan baku kayu tidak harus berproduksi hingga produk akhir/jadi
.. r
http://www.mb.ipb.ac.id/
2
Salah satu produk agribisnis yang berbahan baku kayu adalah panel kayu
yang terdiri dari kayu lapis (plywood), Blockboard, MDF (medium dellcity
fiberboard) dan papan partikel (particle board). Produk kayu lapis menggunakan
bahan baku kayu gelondongan, blockboard menggunakan potongan-potongan kayu
dari industri kayu lapis, MDF menggunakan serat-serat kayu sedangkan papan
partikel menggunakan bahan baku berupa limbah kayu, baik limbah industri kayu
lapis ataupun limbah dari industri blockboard dan MDF, dapat juga berupa limbah
pertanian (Iimbah sagu, bagas dan sebagainya) (Kliwon, 1990).
Berdasarkan laporan FAO (tahun 1995), konsumsi panel kayu dunia sejak
tahun 1960 terus meningkat. Konsumsi tahun 2000 diperkirakan meningkat 50 %
atau berjumlah 167 juta m' dibandingkan tahun 1985 tingkat konsumsi dunia
sebesar 109 juta m', sementara supply bahan baku dari seluruh hutan dunia akan
menurun karena luasan hutan tidak dapat bertambah dan cenderung menurun.
Dapat diperhitungkan di masa datang, bahan baku kayu akan menurun sedangkan
permintaan akan produk berbahan baku kayu akan tetap meningkat sehingga posisi
produk tersebut harus dicarikan penggantinya.
Produk MDF di Indonesia masih merupakan barang impor, sehingga
pengadaannya banyak menyedot devisa negara. Daya serap pasar Tndonesia
terhadap MDF dari tahun ke tahun tefllS meningkat, pada tahun 1991 volume
impor MDF Indonesia adalah 4.000 m' pada tahun 1995 berjumlah 27.000 m' dan
hal ini akan naik terus (FAO, 1995).
Salah satu produk alternatif yang dapat menggantikan produk berbahan
baku kayu (kayu lapis, blockboard dan MDF) adalah papan partikel. Hal ini dapat
http://www.mb.ipb.ac.id/
3
Salah satu produk alternatif yang dapat menggantikan produk berbahan
baku kayu (kayu lapis, blackboard dan MDF) adalah papan partikel. Hal ini dapat
dimungkinkan karena papan partikel menggunakan bahan baku dari limbah industri
pengolahan kayu atau limbah pertanian lainnya.
Dengan meningkatnya perhatian masyarakat dunia akan keselamatan
lingkungan, nilai ekonomis produk, selera konsumen akan bentuk dan model
produk, maka produk papan partikel akan menjawab permintaan tersebut.
Sehingga peningkatan produksi dan pemasaran guna perluasan pangsa pasar papan
partikel perlu dikembangkan lebih jauh lagi.
1.2 Perumusan Masalah
Kebutuhan konsumen baik industri maupun perorangan akan panel kayu
(kayu lapis, blackboard, MDF, papan partikel), terus meningkat dari tahun ke
tahun sehingga produksi panel kayu juga meningkat sesuai dengan permintaan
pasar. Ketersediaan bahan baku kayu dari hutan belum dapat digantikan oleh
hutan industri dan kemampuan hutan dunia. Untuk memenuhi kebutuhan industri
panel kayu yang terus meningkat (Dep. Kehutanan Rl, 1995), sementara
permintaan pasar akan produk terus meningkat dan mengikuti selera konsumen
yang menginginkan barang-barang dengan bahan baku panel kayu. Peningkatan
kepedulian masyarakat dunia akan keselamatan lingkungan menempatkan industri
berbahan baku kayu pada posisi yang tidak menguntungkan dan hal ini sudah
menjadi komitmen masyarakat dunia untuk dilaksanakan.
Pada Repelita VI dinyatakan bahwa hutan utuh adalah 92.000.000 ha dari
jumlah tersebut hanya 46.100.000 juta ha yang merupakan hutan produksi dan
http://www.mb.ipb.ac.id/
4
18.700.000 ha merupakan hulan konversi. Menurut ramalan pada tahun 2030
sekitar 20 - 25 % hulan akan hilang terutama pada hutan konversi dan produksi
(FAG, 1991). Bila menggunakan asumsi bahwa laju perusakan hulan adalah
800.000 Halthn, maka pada lahun 2003 Indonesia akan kehilangan hUlan
5.600.000 ha dan pada tahun 2020. Indonesia akan kehilangan hutan 19.200.000
ha. Sehingga hutan utuh Indonesia pada tahun 2020 hanya seluas 73.200.000 ha
(Tabel I).
Tabel I. Perkiraan Laju Perusakan di Indonesia
(000 Ha)
Fuktur Sumber Pcrkinlllll
WB t9911' FAO 1991 I TAG 1991 J MoFr 1992' Dick 1991 '
Tr3l1smigrasi 300 65,0 300 78,4
Pcrkcbunan 250 274 1t ,4 160 11,4
Pengcmb..1ngan Rnwa 85 30,4 Ie 30,4
Transmigmsi SpCllIlilll 500 461 156,S 3110 178,5
Pcrtanian Tmdisiollal Ie Ie Ie Ie 135,5
Eksploitasi Ilutan 80 80 Ie 77 120,0
Kcb..1karHll 70 113 Ie 478 70,0
To I a 1 900 UI3 263.3 U15~ 624,2
Catalan:Ie : tidak ada ~rkimall
a1: Rata-rata kcmS:lkan akib..'ll kcbakarnn (idak h.:nnasuk kchaknran hcsm di Kalimantan( ... ) = PcnjUlnlalmn Tolal dipcrlxlikiI. World Bank Indonesin: SustHinabk Development or Fon,:sl, Land .11ld Wulcr. 19902. Food & Agriculture Organiwlioll (FAO). Situation lind Outlook 01" Ihe Forestry Sector in Indonesia,
1990.3. Transmigmlioll Advisol)' Group (TAG). Forcst Clearance Study. Ministry ofTransmigralion, 1991.4. Ministry or Forcstry (MoFr), Indoncsia Tropical Forcstry Action Progmm, 1992.5. Dick. J. Forcst Land Usc, Forcst Usc ZOllation, and Dclorc::st<ltioll in Indoncsia, BackgrolUld paper for
Un Confcrcncc on Environmcnt and Dcvelopmcnt, prcparcd lor KLiI and BAPEDAL, GOL, 199 J.
Sumbcr : World Hmlk (1994). IndollCsii.Ul Environmcnt and Dcvclopml:lIt : Ch'lllcngcs for thc Future.
http://www.mb.ipb.ac.id/
5
menu rut Dick (1991) perusakan hutan 0,6 juta haith, menurut F AO (1991)
perusakan hutan sebesar 1,3 juta haith, sedangkan menu rut Departemen Kehutanan
kerusakan hutan hanya 0,8 juta halth. Menurut Dick yang menarik bahwa
perusakan hutan sebanyak 67 % disebabkan oleh perubahan-perubahan yang
didukung oleh pemerintah seperti perkebunan, transmigrasi dan pengembangan
rawa.
Situasi global di atas dapat dijadikan bahan analisis guna memberikan solusi
yang terbaik sehingga perlindungan terhadap keselamatan lingkungan dan
kebutuhan konsumen akan produk-produk dengan bahan baku panel kayu tetap
terpenuhi. Agar industri berbasis bahan baku panel kayu dapat terus berlanjut maka
alternatif terbaik sebagai pengganti kayu lapis, blockboard dan MDF adalah papan
partikel (particle board) (Kliwon, 1990).
Dengan menjadikan papan partikel sebagai barang substitusi/pengganti
kayu lapis h!ockboard dan MDF untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan
konsumen perorangan merupakan suatu kajian tersendiri sehingga dibutuhkan
suatu analisis yang mendalam agar pemasaran papan partikel dapat merupakan
suatu prospek pasar yang memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan
produk kayu lapis, blockboard dan MDF
Permasalahan lainnya adalah bahwa seluruh produk MDF yang dikonsumsi
di dalam negeri adalah produk impor, yang jumlahnya semakin meningkat. lmpor
produk MDF dimungkinkan karena produk ini belum dapat diproduksi di dalam
negeri. Produk MDF belakangan ini juga diekspor oleh Indonesia tetapi hal ini
bukanlah produksi Indonesia. Melainkan merupakan re-ekspor, hal ini disebabkan
http://www.mb.ipb.ac.id/
6
negen. Produk MDF belakangan ini juga diekspor oleh Indonesia tetapi 1m
bukanlah produksi Indonesia. Melainkan merupakan re-ekspor, hal ini disebabkan
biaya investasi untuk mendirikan pabrik MDF sangat mahal dibanding dengan
industri panel kayu lainnya dan untuk menjaga konsumen yang menggunakan
produk MDF tetap menggunakan produk hasil pabrik Indonesia. Sehingga sudah
selayaknya dicarikan solusi untuk menggantikan MDF yang diimpor tersebut
dengan produk lain antara lain papan partikel.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian 1m
adalah:
I. Menelaah perkembangan bisnis berbahan baku kayu,
2. Menelaah kendala-kendala yang akan dihadapi industri berbahan baku kayu,
3. Mengindentifikasikan keunggulan-keunggulan komparatif papan partikel
dibandingkan dengan kayu lapis, blackboard dan MDF.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi:
I. Penulis, untuk melatih dan menerapkan anal isis prospek bisnis khususnya
di sektor Agribisnis.
2. Investor, untuk mengetahui prospek pasar dan peluang-peluang yang akan
diperoleh di masa datang khususnya Agribisnis di bidang industri berbahan
baku papan partikel.
3. Perusahaan-perusahaan/industri yang berbahan baku kayu MDF, untuk bahan
evaluasi di masa datang, bahwa bahan baku kayu lapis blackboard dan
http://www.mb.ipb.ac.id/