KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN...

111
KEKUATA PEMBUKTIA (Analisis Putu PTA Diajukan Kepada F Syar PROG ( A H FAK U AN ALAT BUKTI ELEKTRONIK D AN ZINA PADA PERKARA PERCE usan PATigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA A Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenu rat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: CHAIDAR ALIF NIM. 1111044100057 GRAM STUDI HUKUM KELUARG H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) KULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1437 H/2015 M DALAM ERAIAN A.Tgrs dan uhi Salah Satu GA )

Transcript of KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN...

Page 1: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAMPEMBUKTIAN ZINA PADA PERKARA PERCERAIAN(Analisis Putusan PATigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

PTA Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

CHAIDAR ALIF

NIM. 1111044100057

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAMPEMBUKTIAN ZINA PADA PERKARA PERCERAIAN(Analisis Putusan PATigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

PTA Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

CHAIDAR ALIF

NIM. 1111044100057

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAMPEMBUKTIAN ZINA PADA PERKARA PERCERAIAN(Analisis Putusan PATigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

PTA Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

CHAIDAR ALIF

NIM. 1111044100057

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1437 H/2015 M

Page 2: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

ii

Page 3: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

iii

Page 4: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 5: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

v

ABSTRAK

Chaidar Alif, 1111044100057. “Kekuatan Alat Bukti Elektronik DalamPembuktian Zina Pada Perkara Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan AgamaTigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan Pengadilan Tinggi Agama BantenNo.21/Pdt.G/2014/PA.Banten).” Konsentrasi Peradilan Agama, Program StudiHukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,2015, xii halaman + 85 halaman + 67 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan hakim terhadapkekuatan pembuktian alat bukti elektronik dalam perkara perceraian di PengadilanAgama Tigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan Pengadilan Tinggi AgamaBanten No.21/Pdt.G/2014/PA.Banten dan alasan serta pertimbangan majelishakim dalam memutuskan perkara tersebut. Metode penelitian yang digunakanadalah metode deskriptif kualitatif. Sumber penelitian terdiri dari data primer dansekunder. Lokasi penelitian adalah di Pengadilan Agama Tigaraksa danPengadilan Tinggi Agama Banten.

Pembuktian dengan alat bukti elektronik dalam perkara perceraianmenurut pandangan hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan TinggiAgama Banten dapat diakui sebagai alat bukti yang sah, akan tetapi dalam perkarapembuktian zina alat bukti elektronik tidak dapat dijadikan sebagai alat buktikarena untuk membuktikan zina sesuai dengan al-Qur’an surah an-Nur ayat 4harus dengan 4 (empat) orang saksi yang melihat secara langsung.

Dalam memeriksa dan menyelesaikan perkara perceraian karena alasanzina dengan menunjukan alat bukti elektronik khususnya dalam putusanNo.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PA. Banten, majelis hakimmenolak gugatan tersebut karena alat bukti elektonik berupa foto mesum yangditunjukan oleh penggugat tidak menggambarkan adanya perbuatan zina. Alatbukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi alat bukti yangmenguatkan. Alasan dan pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkaraperceraian tersebut didasarkan kepada surah an-Nur ayat 4 tentang pembuktianperzinaan harus dengan 4 (empat) orang saksi, sedangkan saksi dalampersidangan perkara ini hanya 2 orang, selain itu gugatan tersebut sudah pernahdiputus oleh pengadilan dan telah berkekuatan hukum tetap, hal ini mengikat asasNeb Is In Idem.

Kata Kunci : Alat Bukti Elektronik, Perkara Perceraian,Pembuktian Perzinaan, Hukum Acara Perdata,Pengadilan Agama Tigaraksa, Pengadilan TinggiAgama Banten.

Dosen Pembimbing : Afwan Faizin, M.A.Daftar Pustaka : 1974 - 2014.

Page 6: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حیم

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

senantiasa memberi rahmat, taufik, hidayah dan ‘inayahnya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Kekuatan Alat Bukti Elektronik

Dalam Perkara Perceraian Permbuktian Zina (Analisis Putusan PA

Tigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan PTA Banten

No.21/Pdt.G/2014/PA.Banten), dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa penulis

sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabat-

sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah membawa Islam dan

mengembangkannya hingga sekarang ini.

Selama proses dan perjalanan untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah

mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Penulis

menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis

secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan

bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi tersebut. Oleh karena itu, penulis sampaikan banyak

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta

staf pembantu Dekan Fakultas dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

vii

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. dan Bapak Arip Purkon, S.HI., M.A., Ketua dan

Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Afwan Faizin, M.A., Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing

Akademik yang tak pernah lelah membimbing dan meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan dan saran-saran, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pemberitahuan, pemahaman dan

pelayanan selama melaksanakan studi.

5. Fitriyel Hanif, S.Ag., M.Ag., dan Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H., selaku

hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dan hakim Pengadilan Tinggi Agama

Banten yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan observasi dan wawancara selama penulis mengadakan

penelitian.

6. Teristimewa untuk kedua orangtua tercinta ayahanda Dadang Yusuf, yang

telah ikhlas memotivasi dengan moril maupun materil dan selalu menjadi

inspirasi penulis dalam penulisan sekripsi ini. Demikian pula, Ibunda tercinta

Yusmachilda, yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayang untuk penulis,

yang tiada henti-hentinya mendoakan agar penulis menjadi laki-laki yang

tegar dalam menghadapi cobaan hidup dan menjadi kebanggaan keluarga.

Aamiin.

Page 8: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

viii

7. Untuk kakak-kakak dan adik tersayang: Hania Hanum, Apriliani Nurissifa,

Riki Ubaidillah yang dengan ikhlas mendo’akan, memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis. Serta keponakan-keponakanku: Bilqis Syahla

Raudatul, Raihana Albi, Muhammad Fahri, yang selalu memberikan hiburan

kepada penulis ketika sedang menghadapi kendala.

8. Teruntuk Ai Siti Wasilah, S.Sy yang selalu memberikan semangat dan

motivasi, serta mendengarkan keluh kesah penulis. Untuk sahabat-sahabatku:

Abdul Rohman, Syamsul Bahri, M. Shandika Rizkiandy, Edi Sudrajat dan, H.

Ahmad Firdaus yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi dan

tiada hentinya memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis

dikala penulis sedang terpuruk dalam penyusunan skripsi.

9. Kawan-kawan seperjuangan Keluarga Besar Peradilan Agama kelas A dan B,

Administrasi Keperdataan Islam Angkatan 2011, dan seluruh kader PMII

cabang Ciputat khususnya PMII Komfaksyahum yang telah memberikan

warna serta pengalaman dalam menjalani perkuliahan selama ini. Serta semua

pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan

terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Akhirnya tiada kata yang paling berharga kecuali ucapan Alhamdulillah

atas Rahmat dan Karunia serta Ridha-Nya dan ucapan terimakasih penulis kepada

semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis hanya mampu

berdo’a semoga Allah menerima sebagian amal kebaikan dan membalasnya

dengan balasan yang lebih baik.

Page 9: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

ix

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca umumnya. Aamiin.

Jakarta, 07 Oktober 2015 M23 Dzulhijjah 1436 H

Penulis

Page 10: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK . ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7D. Riview Studi Terdahulu ............................................................ 8E. Metode Penelitian ..................................................................... 9F. Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II PEMBUKTIAN, ALAT BUKTI ELEKTRONIK, DANPERZINAAN

A. Pembuktian ............................................................................... 161. Pengertian Pembuktian ....................................................... 162. Asas-Asas Terkait Pembuktian .......................................... 183. Pengertian Alat Bukti.......................................................... 224. Macam-Macam Alat Bukti ................................................. 23

a. Alat Bukti Dalam Hukum Perdata ................................ 23b. Alat Bukti Dalam Hukum Pidana ................................. 36

B. Alat Bukti Elektronik ................................................................ 421. Pengertian Alat Bukti Elektronik........................................ 422. Macam-Macam Alat Bukti Elektronik................................ 43

Page 11: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

xi

3. Kekuatan Alat Bukti Elektronik Menurut Hukum diIndonesia ............................................................................ 43

C. Perzinaan .................................................................................. 481. Pengertian Zina ................................................................... 482. Pembuktian Zina ................................................................. 50

BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA TIGARAKSADAN PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa...................... 54B. Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten............... 58

BAB IV PANDANGAN HAKIM TENTANG KEKUATAN ALATBUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN ZINA PADAPERKARA PERCERAIAN

A. Pandangan Hakim PA Tigaraksa dan PTA Banten MengenaiKekuatan Alat Bukti Elektronik Dalam Perkara Perceraiandan Pembuktian Zina ................................................................ 66

B. Alasan dan Dasar Pertimbangan Majelis Hakim dalamMemutuskan Perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs danNo.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten ................................................ 731. Alasan dan Dasar Pertimbangan Majelis Hakim dalam

Memutuskan Perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs.......... 732. Alasan dan Dasar Pertimbangan Majelis Hakim dalam

Memutuskan Perkara No.21/Pdt.G/2014/PA.Banten.......... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 79B. Saran ......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Surat Mohon Kesediaan Menjadi Dosen Pembimbing Skripsi

Surat Permohonan Data/Wawancara

Surat Keterangan Wawancara

Page 12: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

xii

Transkip Wawancara dengan Hakim PA Tigaraksa

Transkip Wawancara dengan Hakim PTA Banten

Salinan Putusan PA Tigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs

Salinan Putusan PTA Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten

Dokumentasi Wawancara

Page 13: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat sakral dan sudah diatur oleh

agama dari awal mula manusia di ciptakan sampai sekarang, untuk memenuhi

nafsu birahi sebagai manusia serta menjaga ras manusia agar tidak musnah.

Pernikahan merupakan penggabungan antara dua keluarga besar untuk saling

terikat diantara kedua belah pihak yang menjadikan sebuah persaudaraan

diantaranya.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan bahwa, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal berdasarkan ketentuan keTuhanan Yang Maha Esa.1

Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) di jelaskan bahwasanya:

“Perkawinan adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mustaqan

ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.2

Dari pengertian perkawinan jelas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk

membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah,3 dan setiap orang

yang menikah pasti mengharapkan tercapainya tujuan tersebut, namun banyak

1 Lihat Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV AkademikaPressindo, 2010), cet. ke-4, h. 114.

3 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h. 135.

Page 14: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

2

juga di antara mereka yang tidak dapat mempertahankan keutuhan rumah tangga

sehingga harus berakhir dengan penceraian.

Penceraian merupakan solusi terakhir yang dapat di tempuh oleh suami

istri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah mengadakan perdamaian secara

maksimal. Perceraian dapat di lakukan atas kehendak suami atau permintaan istri,

penceraian yang di lakukan oleh pihak istri di sebut cerai gugat.4

Untuk melakukan penceraian harus ada cukup alasan, adapun alasan-

alasan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penceraian sebagaimana di

sebutkan dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 yaitu:

1. Salah satu pihak berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya

yang sukar disembuhkan (pemboros,pemakai obat-obat terlarang).

2. Salah satu pihak meningglkan yang lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut

tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena lain diluar

kemauannya (pergi tanpa kabar berita).

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan terhadap pihak lain.

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan

tidak menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

4 Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1991), h. 509.

Page 15: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

3

6. Antara suami dan istri terus menerus ternjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan rukun lagi dalam rumah tangga.5

Melihat alasan pada ayat (1) tersebut bahwasannya apabila diketahui salah

satu diantara suami dan istri telah melakukan perbuatan zina, mabuk, penjudi,

maka tidak memungkinkan akan ada dampak masalah baru seperti apa yang

tertulis didalam poin ke (6) antara suami dan istri terus menerus tenjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan rukun lagi dalam rumah

tangganya jalan akhir yang dapat di tempuh adalah dengan mengajukan

permohonan perceraian ke Pengadilan Agama. Dalam perkara perceraian, pada

umumnya pengadilan menggunakan asas in flagranti delicto artinya tertangkap

basah atau ketahuan seketika. Perbuatan zina tidak dapat didasarkan dari hasil

suatu konklusi, apalagi berupa dugaan sementara yang ditarik dari suatu

peristiwa.6

Dalam hal mengajukan cerai gugat atau cerai talak maka akan ada proses

yang harus dilalui oleh para pihak, salah satunya yaitu pembuktian. Pembuktian

adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang

memeriksa perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran suatu peristiwa

yang dikemukakan.7 Menurut Subekti, pembuktian adalah suatu proses bagaimana

5 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,2006), cet ke-2, h. 17.

6 Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradya Paramita, 1979), h. 63.

7 Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, (Jakarta:Pustaka Kartini, 1988), h. 55.

Page 16: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

4

alat-alat bukti digunakan, diajukan, maupun dipertahankan sesuatu hukum acara

tertentu.8

Adapun alat bukti dalam perkara perdata antara lain: 1) alat bukti surat, 2)

alat bukti saksi, 3) alat bukti persangkaan, 4) alat bukti pengakuan, 5) alat bukti

sumpah9, 6) pemeriksaan ditempat10, 7) saksi ahli11, 8) pembukuan12, dan

pengetahuan hakim.13

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih,

di Indonesia dokumen elektronik sudah banyak digunakan, meskipun secara

yuridis formal, hukum pembuktian di Indonesia belum mengakomodasi dokumen

elektronik sebagai alat bukti.14 Dengan semakin meningkatnya aktivitas

elektronik, alat bukti yang dapat digunakan secara hukum juga harus meliputi

informasi atau dokumen elektronik tersebut juga harus dapat dijadikan alat bukti

yang sah secara hukum. Karena itu, dalam praktik dikenal dan berkembang apa

yang dinamakan bukti elektronik.

Pengakuan terhadap informasi elektronik sebagai alat bukti khususnya di

Pengadilan Agama masih dipertanyakan validasinya. Dalam praktik pengadilan di

8 Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), h. 7.

9 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 164), (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005), cet.ke-18, h. 141.

10 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 153), h. 133.

11 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 154), h. 134.

12 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 167), h. 149.

13 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 178 ayat (1)), h. 158.

14 Laporan Penelitian, Eksistensi Alat Bukti Elektronik Dalam Penyelesaian SengketaPerdata di Pengadilan Negeri Bandung Pasca Berlakunya UU No. 1 Tahun 2008 TentangInfromasi dan Transaksi Elektronik, (UNPAD: 2014).

Page 17: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

5

Indonesia, penggunaan data elektronik sebagai alat bukti yang sah hanya berlaku

bagi pihak-pihak yang terjerat dalam kasus tindak pidana saja, padahal di

beberapa negara, informasi elektronik yang terekam dalam peralatan elektronik

sudah menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara baik pidana

maupun perdata.

Bukti elektronik dalam hal informasi elektronik dan/atau dokumen

elektronik baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang

sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Sistem elektronik menurut

Pasal 1 butir 5 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang

berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,

menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi

elektronik.15

Alat bukti merupakan salah satu variable dalam sistem pembuktian,

sehingga perkembangan yang terjadi dalam lalu lintas hukum keperdataan harus

mengenal, mengakui, dan menggunakan alat bukti elektronik dalam pembuktian

didalam perkara keperdataan khususnya permasalahan cerai,waris dan lain

sebagainya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk

membahas dan mengkaji terhadap permasalahan alat bukti elektronik tersebut

dengan membuat skripsi dengan judul “KEKUATAN ALAT BUKTI

ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN ZINA PADA PERKARA

15 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik(ITE).

Page 18: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

6

PERCERAIAN(Analisis Putusan PA Tigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs

dan PTA Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian penulis dalam latar belakang masalah, agar dalam

pembahasan skripsi ini tidak melebar dan keluar dari pokok pembahasan,

maka penulis membatasi masalah pada kekuatan alat bukti elektronik dalam

pembuktian zina pada perkara perceraian No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten.

2. Rumusan Masalah

Dari permasalahan tersebut penulis merumuskan permasalahan sebagai

berikut:

a. Bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dan

Pengadilan Tinggi Agama Banten mengenai kekuatan alat bukti elektronik

dalam pembuktian zina pada perkara perceraian?

b. Apa alasan dan dasar pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan

perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PTA.

Banten?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah:

Page 19: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

7

a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hakim Pengadilan Agama

Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi Agama Banten mengenai kekuatan alat

bukti elektronik dalam pembuktian zina pada perkara perceraian.

b. Untuk mengetahui alasan dan dasar pertimbangan majelis hakim

Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi Agama Banten dalam

memutuskan perkara No. 1538/Pdt.G/2013/PA. Tgrs dan No.

21/Pdt.G/2014/PTA. Banten.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulis adalah

sebagai berikut:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan

perkembangan ilmu hukum di Indonesia yang menyangkut kekuatan alat

bukti elektronik dalam perkara perceraian.

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat

luas mengenai kekuatan alat bukti elektronik dalam perkara perceraian.

c. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir

kritis bagi penulis mengenai kekuatan alat bukti elekronik.

Page 20: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

8

D. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan obyek yang sama, maka

pembahasan dalam penelitian ini penulis telah melakukan telaah studi terdahulu

pada hasil penelitian yang pembahasannya menyerupai dengan pembahasan yang

akan diangkat oleh penulis, yaitu:

No Identitas Substansi Perbedaan1. Indaryati, Kekuatan

Alat Bukti PengakuanDalam PerkaraPerceraian KarenaAlasan Zina (StudiAtas Putusan PASlemanNo.39/Pdt.G/1998/PA.Smn danNo.209/Pdt.G/1999/PA.Smn), PeradilanAgama, FakultasSyari’ah, InstitutAgama Islam NegeriSunan KalijagaYogyakarta, 2001.

Skripsi ini membahasbahwa dalammemeriksa danmenyelesaikan perkaraperceraian karenaalasan zina, khususnyadalam putusanNo.39/Pdt.G/1998/PA.Smn danNo.209/Pdt.G/1999/PA.Smn. PA Slemanmenerima pengakuansebagai salah satu alatbukti yang mempunyaikekuatan pembuktianyang sempurna,mengikat, danmenentukan dalamHukum Acara Islamserta tidak memerlukanbayyinah.

Skripsi ini membahasbahwa pembuktian zinadengan alat buktielektronik pada putusanNo.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs danNo.21/Pdt.G/2013/PTA.Banten tidak dapatdijadikan sebagai alatbukti yang menguatkan,karena alat buktielektronik berupa fotodan SMS tersebut tidakmenjelaskan telah terjadiperbuatan zina. Dalammemutuskan gugatantersebut majelis hakimberdasarkan kepadasurah An-Nur ayat 4.

2. Siti AinunRachmawati,Kekuatan PembuktianDokumen ElektronikSebagai Alat BuktiDalam Sistem HukumPembuktian diIndonesia, ProgramMagisterKenotariatan,Fakultas Hukum,Universitas IslamDepok, 2011.

Tesis ini membahasbahwa dalam sistemhukum pembuktian diIndonesia alat buktielektronik berupadokumen elektronikyang telah diautentikasi olehlembaga yangberwenang dapatdisamakan sebagai alatbukti autentik dengannilai pembuktian

Skripsi ini membahasbahwa alat buktielektronik dalam perkaraperceraian bisa dijadikansebagai alat bukti yangsah, selama alat buktitersebut bisadipertanggungjawabkankebenaran secara ilmiahdan tidak menyalahiaturan yang berlakudilingkungan PengadilanAgama.

Page 21: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

9

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa argumentasi tertulis maupun lisan yang berasal dari orang atau pelaku

yang diteliti.16 Sifat dari penelitian ini adalah deksriptif analisis, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dan memberikan analisis

16 Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar, dan Aplikasinya,(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2003), cet. ke-6, h. 20.

sempurna.3. Johan Wahyudi,

Dokumen ElektronikSebagai Alat BuktiPada Pembuktian diPengadilan, FakultasHukum, UniversitasAirlangga Surabaya,Jurnal PerspektifVolume XVII No.2Tahun 2012 EdisiMei.

Jurnal ini mengangkatbahwa setelahdiberlakukannya UUITE dokumenelektronik atau hasilcetaknya merupakanalat bukti yang sah dandapat digunakan dimuka persidangan,sepanjang informasiyang tercantumdidalamnya dapatdiakses, ditampilkan,dijamin keutuhannya,dan dapatdipertanggungjawabkan, sehinggamenerangkan suatukeadaan. Dokumenelektronikkedudukannyadisetarakan dengandokumen yang dibuatdi atas kertas.

Skripsi ini membahasalat bukti elektronikpada persidanganperceraian di PengadilanAgama dapat dijadikanalat bukti yang sah. Alatbukti elektronik dalampembuktian zina tidakdapat digunakan sebagaialat bukti yang sah,karena dalam hukumIslam untukmembuktikan seseorangtelah melakukanperbuatan zina harusmendatangkan empatorang saksi yang melihatsecara langsung kejadiantersebut.

Page 22: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

10

terhadap kejadian nyata dilapangan dari suatu objek,17 hal ini dimaksudkan

untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memaparkan hasil-

hasil penelitian yang bersumber dari dokumen tertulis berupa putusan serta

hasil wawancara yang dimaksudkan untuk mengetahui pandangan hakim di

Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi Agama Banten mengenai

alat bukti elektronik dalam pembuktian pada perkara perceraian.

Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif

yaitu pendekatan yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah

atau norma-norma dalam hukum positif.18

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang berhubungan

dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Sumber data yang penulis gunakan

terbagi dalam tiga bagian, yaitu:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang penulis dapatkan dari petugas atau

sumber utamanya.19 Data tersebut berupa salinan putusan

No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PA.Banten, serta

wawancara dengan Bapak Fitriyel Hanif, S.Ag., M.Ag selaku hakim

17 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2008), h. 174.

18 Soejono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: RajaGrafindo, 2001), h. 26.

19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. 37.

Page 23: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

11

Pengadilan Agama Tigaraksa dan Bapak Drs. H. Humaedi Husen, S.H.,

M.H selaku hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen resmi.20 Bahan hukum tersebut terdiri dari buku-

buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, pendapat

para sarjana, komentar-komentar atas putusan pengadilan, kasus-kasus

hukum, yurisprudensi, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tema

skripsi ini.21

c. Data Tersier

Data tersier adalah data yang dapat memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap data primer dan data sekunder seperti kamus hukum,

ensiklopedia, dan lain-lain.22 Data ini diperoleh dengan cara

mengumpulkan dan menelaah beberapa literatur buku-buku ilmiah, kamus,

ensiklopedia atau internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sebagai tindak lanjut dalam rangka memperoleh data sebagaimana

diharapkan, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan dua teknik

penelitian, diantaranya:

20 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Kencana, 2004), h. 141.

21 Soejono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 51.

22 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:Bayumedia Publishing, 2008), h. 296.

Page 24: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

12

a. Penelitian kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis

mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya

dengan penulisan skripsi ini, yang berupa putusan Pengadilan Agama

Tigaraksa No,1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan putusan Pengadilan

Tinggi Agama Banten No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten, buku, artikel,

jurnal, skripsi, surat kabar, dan lain sebagainya. Hal yang dilakukan

dalam melaksanakan penelitian kepustakaan ini adalah dengan cara

membaca, mengutip, menganalisa dan merumuskan hal-hal yang

dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian ini.

b. Penelitian lapangan (field research), dalam hal ini untuk mendapatkan

data-data dan informasi tentang kekuatan alat bukti elektronik dalam

pembuktian zina pada perkara perceraian, penulis langsung turun

kelapangan pada obyek penelitian yaitu Pengadilan Agama Tigaraksa

dan Pengadilan Tinggi Agama Banten, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara yakni suatu proses komunikasi interpersonal

berupa tanya jawab lisan diantara dua orang atau lebih dengan cara

bertatap muka langsung antara pewawancara dengan orang yang

diwawancarai.23 Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data yaitu dengan tanya jawab secara langsung

menggunakan instrument pengumpulan data. Wawancara ini

23 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),cet. Ke-III, h. 23.

Page 25: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

13

dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi dari pihak

terkait yaitu hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dan hakim

Pengadilan Tinggi Agama Banten.

2) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung pada salinan putusan Pengadilan

Agama Tigaraksa No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan putusan

Pengadilan Tinggi Agama No.21/Pdt.G/2014/PA.Banten yang

kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penulisan skripsi ini.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, data lapangan dan

bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.24 Analisis data dalam penelitian ini

dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan tentang putusan

No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan putusan

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten, pandangan hakim Pengadilan Agama

Tigaraksa dan hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten mengenai

kekuatan alat bukti elektronik dalam pembuktian zina pada perkara

perceraian, serta dasar pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan

perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten.

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2004), h.244.

Page 26: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

14

5. Teknik Penulisan

Adapun dalam teknik penulisan pada skripsi ini menggunakan

teknik dasar dalam penulisan karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman

kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari

lima bab, yang perinciannya sebagai berikut:

Bab Pertama merupakan bagian pendahuluan yang mencakup latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab Kedua alat bukti elektronik dalam perkara perceraian merupakan alat

bukti yang sah, selama alat bukti elektronik tersebut dapat dibuktikan

kebenarannya secara ilmiah serta tidak menyalahi aturan yang berlaku di

Pengadilan Agama, akan tetapi alat bukti elektronik tidak dapat dijadikan sebagai

pembuktian zina karena dalam hukum Islam pembuktian zina harus

mendatangkan empat orang saksi yang melihat secara langsung kejadian tesebut.

Dalam bab ini menjelaskan sekilas tentang pengertian pembuktian, asas-asas

terkait pembuktian, pengertian alat bukti, macam-macam alat bukti, pengertian

alat bukti elektronik, macam-macam alat bukti elektronik, kekuatan alat bukti

elektronik menurut hukum di Indonesia, pengertian zina, dan pembuktian zina.

Page 27: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

15

Bab ketiga membahas tentang gambaran singkat Pengadilan Agama

Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi Agama Banten, yang meliputi profil dan sejarah

Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi Agama Banten.

Bab keempat membahas tentang pandangan hakim tentang kekuatan alat

bukti elektronik dalam pembuktian zina pada perkara perceraian, yang meliputi

pandangan dari hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dan Pengadilan Tinggi

Agama Banten, alasan dan dasar pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan

perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten serta

analisis penulis mengenai putusan tersebut.

Bab kelima berisi tentang bagian akhir dari pembahasan skripsi ini yaitu

penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-sarans

Page 28: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

16

BAB II

KAJIAN TEORISTIS PEMBUKTIAN, ALAT BUKTI

ELEKTRONIK, DAN PERZINAAN

A. Kajian Teoritis Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian

Pembuktian dalam kosa kata bahasa Inggris, berasal dari kata “bukti”

yang terbagi menjadi dua kata yaitu evidence dan proof. Kata “evidence”yaitu

informasi yang memberikan dasar-dasar yang mendukung suatu keyakinan

bahwa beberapa bagian atau keseluruhan fakta itu benar. Sementara

itu,“proof” adalah suatu kata dengan berbagai arti. Dalam wacana hukum, kata

proof mengacu kepada hasil evaluasi dan menarik kesimpulan terhadap

evidence atau dapat juga digunakan lebih luas untuk mengacu kepada proses

itu sendiri.1

Pembuktian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu

yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa, sedangkan pembuktian itu

sendiri adalah prosesnya, artinya guna membuktikan atau usaha menunjukan

benar atau salahnya si terdakwa dalam Pengadilan. Sementara itu,

membuktikan berarti memperlihatkan bukti dan pembuktian diartikan sebagai

proses, perbuatan, atau cara membuktikan.2 Pengertian bukti, membuktikan,

1 Eddy O.S.Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,2012), h. 2.

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1990), h. 133

Page 29: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

17

dan pembuktian dalam konteks hukum tidak jauh berbeda dengan pengertian

pada umumnya.

Pembuktian adalah perbuatan membuktikan. Membuktikan berarti

memberi atau memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu sebagai kebenaran,

melaksanakan, menandakan, menyaksikan, dan meyakinkan.3 Pengertian

pembuktian menurut para pakar hukum berbeda-beda, diantaranya:

a. Menurut R. Subekti berpendapat bahwa membuktikan ialah meyakinkan

hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam

suatu persengketaan.4

b. Menurut Muhammad at Thohir Muhammad Abd al aziz, membuktikan

suatu perkara adalah memberikan keterangan dan dalil hingga dapat

meyakinkan orang lain.5

c. Menurut Subhi Mahmasoni, membuktikan suatu perkara adalah

mengajukan alasan dan mengajukan dalil sampai kepada batas yang

meyakinkan. Artinya, hal yang menjadi ketetapan atau keputusan atas

dasar penelitian dan dalil-dalil itu.6

3 Soedirjo, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana, (Jakarta: CV Akademika Pressindo,1985), h. 47.

4 R. Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2008), cet. ke-17, h. 1.

5 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 25.

6 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif, h.26.

Page 30: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

18

d. Menurut TM Hasbi Ash-shiddieqy, bahwa pembuktian adalah segala yang

dapat menampakan kebenaran, baik dia merupakan saksi atau yang lain.7

e. Syaiful Bahri, pembuktian merupakan suatu ketentuan yang mengatur alat-

alat bukti yang dibenarkan oleh undang-undang, yang digunakan oleh

hakim dalam membuktikan kesalahan yang didakwakan didalam

persidangan, dan tidak dibenarkan membuktikan kesalahan terdakwa

dengan tanpa alasan yuridis dan berdasarkan keadilan.8

Dari beberapa definisi perihal bukti, membuktikan dan pembuktian,

dapatlah ditarik kesimpulan bahwa bukti merujuk pada alat-alat bukti

termasuk barang bukti yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa.

Sementara itu, pembuktian merujuk pada suatu proses terkait mengumpulkan

bukti, memperlihatkan bukti sampai pada penyampaian bukti tersebut di

sidang Pengadilan.

2. Asas-Asas Terkait Pembuktian

Asas-asas yang dimaksud tidak hanya yang secara langsung terkait

dengan pembuktian, tetapi juga asas-asas yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi pembuktian, termasuk pula beberapa prinsip dalam hukum

acara diantaranya sebagai berikut:

7 Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: PustakaPelajar,1998), cet. ke-II, h.135.

8 Syaiful Bahri, Hukum Pembuktian Dalam Praktek Pengadilan, (Jakarta: P3IH danTotal Media).

Page 31: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

19

1. Due Process of Law

Due Process of Lawdiartikan sebagai seperangkat prosedur yang

diisyaratkan oleh hukum sebagai standar beracara yang berlaku universal.

2. Presumption of Innocent

Presumption of Innocentdiartikan sebagai asas praduga tidak

bersalah.

3. Legalitas

Legalitas menurut sejarahnya asas ini merupakan produk aliran

klasik dalam hukum pidana yang bertujuan melindungi kepentingan

individu dari kesewenang-wenangan Negara dan bukan untuk melindungi

masyarakat dan Negara dari kejahatan sebagaimana tujuan hukum pidana

modern.

4. Adversary System

Adversary system diartikan sebagai sistem peradilan di mana

pihak-pihak yang berseberangan mengajukan bukti-bukti yang saling

berlawanan dalam usahanya memenangkan putusan yang menguntungkan

pihaknya.

5. Clear and Convincing Evidence

Clear and convincing evidence diartikan sebagai standar

pembuktian antara standar preponderance of evidence dan beyond a

reasonable doubt. Preponderance of evidence, yakni kecukupan bukti

yang biasanya digunakan dalam perkara perdata. Sedangkan, beyond a

Page 32: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

20

reasonable doubtadalah standar pembuktian yang digunakan dalam

Pengadilan pidana.

6. Actori In Cumbit Probation

Actori In Cumbit Probation secara harfiah berarti siapa yang

menggugat dialah yang wajib membuktikan.

7. Actori In Cumbit Onus Probandi

Actori in cumbit onus probandi artinya siapa yang menuntut dialah

yang wajib membuktikan.

8. Secundum Allegat Iudicare

Secundum allegat iudicare dalam hukum acara perdata

menandakan bahwa hakim dalam perkara perdata bersifat pasif.

9. Judex Ne Procedat Ex Officio

Judex Ne Procedat Ex Officioberarti dimana tidak ada penggugat

disana tidak ada hakim.

10. Actus Dei Nemini Facit Injuriam

Actus Dei Nemini Facit Injuriam berarti tidak seorangpun dapat

dipertanggungjawabkan atas kerugian akibat kecelakaan yang tidak dapat

dihindari.

11. Negativa Non Sunt Probanda

Negativa non sunt probanda berarti sebagai membuktikan sesuatu

yang negative sangat sulit.

12. Unus Testis Nullus Testis

Unus testis nullus testis berarti seseorang saksi bukanlah saksi.

Page 33: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

21

13. Persona Standi Injudicio

Persona standi injudicio berarti orang yang berwenang dan cakap

hukum berperkara di pengadilan.

14. Plaintiff

Plaintiff diartikan sebagai pihak yang mengajukan perkara perdata

karena menderita kerugian.

15. Discovery

Discovery diartikan sebagai prosedur untuk mengungkapkan

informasi diantara pihak-pihak yang berperkara.

16. Directed Verdict

Directed Verdict diartikan putusan dalam persidangan yang

dijatuhkan hakim karena ketidakmampuan salah satu pihak untuk

menyodorkan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung posisinya.

17. Unlawful Legal Evidence

Unlawful Legal Evidence berarti perolehan bukti yang tidak sah.

18. Audi Et Alteram Partem

Audi et alteram partem berarti dalam mengadili hakim harus

mendengar kedua belah pihak.

19. Probatio Plena

Probatio plena berarti alat bukti yang memiliki kekuatan

pembuktian adalah alat bukti tulis atau alat bukti tertulis.9

9 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,2012), h. 30-50.

Page 34: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

22

3. Pengertian Alat Bukti

Alat bukti berasal dari dua kata yaitu: “alat” dan ‘bukti”. “alat”

berarti: perkakas, berbagai-bagai alat.10 Sedangkan “bukti” berarti: tanda

kebenaran, memberi bukti, menerangkan dengan bukti.11

Alat bukti dapat didefinisikan sebagai segala hal yang dapat digunakan

untuk membuktikan prihal kebenaran suatu peristiwa di Pengadilan. Mengenai

apa saja yang termasuk alat bukti, masing-masing hukum acara suatu

peradilan akan mengaturnya secara rinci. Alat bukti dalam hukum acara

pidana berbeda dengan alat bukti dalam hukum acara perdata. Demikian pula

alat bukti yang berlaku bagi acara persidangan dan perkara-perkara tertentu

seperti hukum acara Mahkamah Konstitusi, hukum acara dalam acara

persidangan kasus korupsi, hukum acara dalam persidangan kasus terorisme,

hukum acara dalam persidangan kasus perceraian, dan masih banyak lagi.12

Pengertian alat bukti menurut para pakar hukum bermacam-macam

diantaranya:

1. Menurut Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya hukum acara perdata

menyatakan bahwa alat bukti adalah suatu hal berupa bentuk dan jenis

yang dapat membantu dalam hal memberi keterangan dan penjelasan

tentang sebuah masalah perkara untuk membantu penilaian hakim di

dalam pengadilan. Jadi para pihak yang berpekara hanya dapat

10 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2008), cet. ke-1, h. 39.

11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 40.

12 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 52.

Page 35: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

23

memuktikan kebenaran dalil gugatan dan dalil bantahan maupun fakta-

fakta yang mereka kemukakan dalam jenis atau bentuk alat bukti tertentu.

Hukum pembuktian yang berlaku di indonessia sampai saat ini masih

berpegang kepada jenis dan alat ukti tertentu saja.13

2. Menurut R. Atang Ranomiharjo, alat bukti adalah alat-alat yang ada

hubungannya dengan satu tindak pidana, dimana alat-alat tersebut dapat

dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan

bagi hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah

dilakukan oleh terdakwa.14

3. Sedangkan menurut Romli Atmasasmita, alat bukti adalah sesuatu yang di

jadikan dasar oleh hakim untuk menyatakan terdakwa bersalah atau tidak,

dan kemudian menjadi pertimbangan untuk menjatuhkan putusan.

Sedangkan alat bukti yang berkedudukan sebagai penambah keyakinan

hakim dalam memeriksa perkara.15

4. Macam-macam Alat Bukti

a) Alat Bukti dalam Hukum Perdata

Pembuktian merupakan inti pemeriksaan suatu perkara di

Pengadilan. Perihal bagaimana pembuktian termasuk alat bukti yang

digunakan, semuanya berdasarkan hukum acara persidangan masing-

masing perkara. Demikian pula halnya dalam persidangan perkara perdata,

13 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), cet-10, h.554.

14 Printis Darwan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta: Djambatan),h. 107.

15 Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana,(Yogyakarta: Liberty, 1988).

Page 36: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

24

mengenai apa saja alat bukti yang sah dan bagaimana cara pembuktiannya,

telah diatur dalam hukum acara perdata.

Dalam perkara perdata yang dicari adalah kebenaran formal. Oleh

karena itu, hakim terikat hanya kepada alat bukti yang sah menurut

undang-undang. Dengan demikian, hakim dalam pemeriksaan perkara

perdata bersifat pasif, tergantung dari para pihak yang bersengketa. Akan

tetapi, dalam rangka mencari kebenaran materil atas perkara yang diajukan

oleh para pihak, hakim perdata pun bersifat aktif.

Berdasarkan KUHPerdata, RIB dan RDS disebutkan alat-alat bukti

terdiri dari: bukti tertulis (sebutan dalam KUHPerdata) atau bukti dengan

surat (sebutan dalam RIB dan RDS); bukti dengan saksi; persangkaan-

persangkaan; pengakuan dan sumpah. Sementara itu, alat bukti

ahli/keterangan ahli dasar hukumnya terdapat dalam RIB dan RDS.

Berikut ini adalah ulasan masing-masing alat bukti dalam perkara perdata

di Indonesia:

a. Bukti Tulisan/Bukti dengan Surat

Bukti tulisan atau bukti dengan surat merupakan bukti yang

sangat krusial dalam pemeriksaan perkara perdata di Pengadilan. Bukti

tertulis atau bukti dengan surat sengaja dibuat untuk kepentingan

pembuktian dikemudian hari bilamana terjadi sengketa. Secara garis

besar, bukti tulisan atau bukti dengan surat terdiri atas dua macam,

yaitu akta dan tulisan atau surat-surat lain.

Page 37: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

25

Bukti tulisan atau bukti dengan surat sering kita kenal dengan

sebutan akta. Akta ialah surat atau tulisan yang dibuat dengan sengaja

untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditandatangani oleh

pembuatnya. Pasal 1869 KUHPerdata menentukan keharusan adanya

tanda tangan dalam surat akta, sehingga karcis kereta api, resi dan lain

sebagainya tidak termasuk akta.16

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa suatu

surat dapat dianggap akta jika memiliki ciri sengaja dibuat dan

ditandatangani untuk dipergunakan oleh orang dan untuk keperluan

siapa surat itu dibuat. Pengaturan mengenai akta diatur dalam

KUHPerdata Pasal 1867 sampai Pasal 1880, Pasal 164 HIR serta Pasal

284 RBg.

Ada dua macam akta, yaitu akta autentik dan akta di bawah

tangan, diantaranya sebagai berikut:17

Pertama, akta autentik atau akta resmi yang berdasarkan Pasal

1868 KUHPerdata/Pasal 165 HIR/Pasal 285 RBg adalah suatu akta

yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang menurut

undang-undang ditugaskan untuk membuat surat-surat akta tersebut di

tempat dimana akta itu dibuat.18 Pejabat umum yang dimaksudkan itu

16 Menurut Sudikno Mertikusumo dikutip oleh H.P. Panggabean, Hukum PembuktianTeori Praktik dan Yurisprudensi Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2014), cet. ke-2, h. 52.

17 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif, h.70.

18 H.P. Panggabean, Hukum Pembuktian Teori Praktik dan Yurisprudensi Indonesia,(Bandung: PT. Alumni, 2014), cet. ke-2, h. 53.

Page 38: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

26

ialah Notaris, Hakim, Pegawai Pencatatan Sipil (ambtenaar

burgerlijke stand),19 Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Camat,

Pegawai Pencatat Nikah, Panitera Pengadilan, Jurusita, dan

sebagainya.20

Berdasarkan undang-undang, suatu akta autentik atau akta

resmi mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (volledig

bewijs). Artinya, jika suatu pihak mengajukan suatu akta autentik,

hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan di

dalam akta itu sungguh-sungguh telah terjadi, sehingga hakim itu tidak

boleh memerintahkan penambahan pembuktian lagi.21

Kedua, adalah akta di bawah tangan, yaitu tiap akta yang tidak

dibuat oleh atau dengan perantaraan seorang pejabat umum, yang

mana akta itu dibuat dan ditandatangani sendiri oleh kedua belah pihak

yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani

surat perjanjian atau akta itu mengakui atau tidak menyangkal tanda

tangannya, yang berarti ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran

hal yang tertulis dalam surat perjanjian atau akta itu, maka akta di

bawah tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang

sama dengan suatu akta autentik atau akta resmi. Sebaliknya, jika

19 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2001), cet. ke-29, h.178.

20 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif h.71.

21 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, h. 179.

Page 39: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

27

tanda tangan itu disangkal, pihak yang mengajukan surat perjanjian

tersebut diwajibkan untuk membuktikan kebenaran penandatanganan

atau isi akta tersebut.22

Selain akta, bukti tulisan juga meliputi semua tulisan sebagai

surat-surat, register, surat-surat urusan rumah tangga, dan lain-lain.

Tulisan-tulisan atau surat-surat tersebut pada dasarnya merupakan

suatu bukti terhadap siapa yang membuatnya. Kekuatan pembuktian

surat-surat atau tulisan tersebut adalah sebagai alat bukti bebas.

Artinya, hakim tidak harus menerima atau mempercayai surat-surat

atau tulisan-tulisan tersebut, kecuali diperkuat oleh alat bukti lainnya.

Dengan demikian, agar surat-surat atau tulisan-tulisan selain akta

mempunyai kekuatan sebagai bukti atau untuk dapat dipercayai dan

diterima oleh hakim sebagai bukti, dibutuhkan corroborating

evidence.23

b. Kesaksian

Alat bukti kesaksian diatur dalam Pasal 139-152, 158-172 HIR

(Pasal 165-179 RBg), dan Pasal 1895/1902-1972 KUHPerdata.

Kesaksian adalah kesaksian yang diberikan kepada hakim

dipersidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan

22 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, h. 179.

23 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 84.

Page 40: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

28

pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah

satu pihak dalam perkara.24

Seorang saksi dipanggil di muka siang untuk memberi

keterangan yang secara kebetulan melihat, mendengar, atau mengalami

sendiri peristiwa tersebut, namun ada juga saksi yang dihadirkan yang

dengan sengaja diminta untuk menyaksikan suatu peristiwa hukum

pada saat peristiwa itu dilakukan di masa lampau (saksi ahli).

Dalam mempertimbangkan nilai kesaksian, hakim harus

memperhatikan kesesuaian antara keterangan para saksi, kesesuaian

dengan apa yang dikatakan dari segi lain tentang perkara yang

disengketakan, cara hidup, adat istiadat, dan martabat para saksi dan

segala sesuatu yang sekiranya memengaruhi tentang dapat tidaknya

saksi tersebut dipercaya (Pasal 172 HIR/Pasal 309 RBg, Pasal 1908

KUHPerdata).25

Pada dasarnya semua orang dapat menjadi saksi di depan

pengadilan dalam pengertian ada kewajiban hukum untuk memberikan

kesaksian di muka hakim. Pasal 139 HIR, Pasal 165 RBg, Pasal 1909

KUHPerdata, menentukan kewajiban memberikan kesaksian yang

diikuti sanksi jika tidak memenuhinya.26

24 H.P. Panggabean, Hukum Pembuktian Teori Praktik dan Yurisprudensi Indonesia, h.57.

25 Lihat Pasal 172 HIR, Pasal 309 RBg, Pasal 1908 KUHPerdata.

26 Lihat Pasal 139 HIR, Pasal 165 RBg, Pasal 1909 KUHPerdata.

Page 41: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

29

Pembatasan terhadap asas kewajiban menjadi saksi, ditentukan

sebagai berikut:

1) Golongan yang dianggap tidak mampu menjadi saksi, dibagi

menjadi 2 (dua) jenis:

1. Mereka yang tidak mampu secara mutlak

a. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan

yang lurus dari satu pihak (Pasal 145 ayat (1) HIR, Pasal

172 ayat (1) sub RBg, Pasal 1910 KUHPerdata).27

b. Suami atau isteri dari salah satu pihak meski sudah bercerai

(Pasal 145 ayat (1) sub 2 HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 3 RBg,

Pasal 1910 alinea 1 KUHPerdata).28

2. Mereka yang tidak mampu secara relatif. Mereka ini boleh

didengar tetapi tidak sebagai saksi.

a. Anak-anak yang belum mencapai usia 15 tahun (Pasal 145

ayat (1) sub 3, jo ayat (4) HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 4, jo

Pasal 173 RBg, Pasal 1912 KUHPerdata).29

b. Orang gila, meski kadang-kadang hidup sehat (Pasal 145

ayat (1) sub 4 HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 5 RBg, Pasal

1912 KUHPerdata).30

27 Lihat Pasal 145 ayat (1) HIR, Pasal 172 ayat (1) RBg, Pasal 1910 KUHPerdata.

28 Lihat Pasal 145 ayat (1) sub 2 HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 3 RBg, Pasal 1910 alinea 1KUHPerdata.

29 Lihat Pasal 145 ayat (1) sub 3, jo ayat (4) HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 4, jo Pasal 173RBg, Pasal 1912 KUHPerdata.

Page 42: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

30

3. Keterangan mereka hanya boleh dianggap sebagai penjelasan

belaka; mereka didengar tanpa harus disumpah (Pasal 145 ayat

(4) HIR/Pasal 173 RBg).31

2) Golongan yang atas permintaan mereka sendiri dibebaskan dari

kewajibannya untuk memberi kesaksian. Golongan ini yang

mengundurkan diri menjalankan hak ingkar (verschoningsrecht),

diatur dalam Pasal 146 HIR/Pasal 174 RBg, Pasal 1909 alinea 2

KUHPerdata, terdiri atas:

1. Saudara laki-laki dan perempuan atau ipar laki-laki dan

perempuan dari salah satu pihak;

2. Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus dari saudara laki-

laki dan perempuan dari suami atau istri salah satu pihak;

3. Semua orang yang karena martabat jabatan atau hubungan kerja

yang sah, seperti: dokter, advokat, notaris, polisi, dan lain

sebagainya.32

Keabsahan saksi sebagai alat bukti jika kesaksian tersebut

diberikan di bawah sumpah. Artinya, setiap saksi diwajibkan, menurut

cara agamanya, bersumpah atau berjanji bahwa ia akan menerangkan

hal yang sebenarnya. Selain itu, kesaksian tersebut harus disampaikan

30 Lihat Pasal 145 ayat (1) sub 4 HIR, Pasal 172 ayat (1) sub 5 RBg, Pasal 1912KUHPerdata.

31 Lihat Pasal 145 ayat (4) HIR/Pasal 173 RBg.

32 Lihat Pasal 146 HIR/Pasal 174 RBg, Pasal 1909 alinea 2 KUHPerdata

Page 43: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

31

di depan sidang pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum,

kecuali undang-undang menentukan lain.

c. Persangkaan

Dalam hukum acara perdata, persangkaan atau vermoedens

adalah alat bukti yang bersifat pelengkap atau accessory evidence.

Artinya, alat bukti persangkaan bukanlah alat bukti yang mandiri.

Persangkaan dapat menjadi alat bukti dengan merujuk pada alat bukti

lainnya.33 Persangkaan merupakan kesimpulan yang diambil dari suatu

peristiwa yang sudah terang dan nyata, dari peristiwa itu ditarik

kesimpulan bahwa suatu peristiwa lain yang harus dibuktikan juga

telah terjadi.34

Persangkaan menurut Pasal 1915 KUHPerdata, maka

persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang

atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang terang nyata ke arah

peristiwa lain yang belum terang kenyataannya. Dengan demikian,

terdapat dua macam persangkaan, antara lain:

1. Persangkaan berdasarkan kenyataan (feitelijkvermoendes

praesumptiones facti) (Pasal 173 HIR). Dalam proses persidangan

hakim juga yang memutuskan berdasarkan kenyataan, seberapa

33 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 90.

34 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, h. 181.

Page 44: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

32

jauh kemungkinannya untuk membuktikan suatu peristiwa tertentu

dengan membuktikan peristiwa lain.35

2. Persangkaan berdasarkan hukum (wettelijke rechtsvermoendes,

praesumptiones juris). Pada persangkaan berdasarkan hukum maka

undang-undanglah yang menetapkan hubungan antara peristiwa

yang diajukan dan harus dibuktikan dengan peristiwa yang tidak

diajukan. Persangkaan berdasarkan hukum dibagi menjadi 2 (dua):

a. Praesumptiones juris tantum, yaitu persangkaan berdasarkan

hukum yang memungkinkan adanya pembuktian lawan;

b. Praesumptiones juris et de jure yaitu persangkaan hukum yang

tidak memungkinkan pembuktian lawan.36

d. Pengakuan

Pengakuan (bekertenis/confession) diatur dalam Pasal 174, 175,

176 HIR, Pasal 311, 312, 313 RBg dan Pasal 1927/1928 KUHPerdata.

Pengakuan merupakan keterangan yang membenarkan

peristiwa hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawan.

Mengenai pengakuan yang dikemukakan oleh salah satu pihak, ada

yang dilakukan di depan persidangan ataupun diluar sidang

pengadilan.37

35 Mr. R. Tresna, Komentar HIR (Pasal 173), (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005), cet.ke-18, h. 141.

36 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1915.

37 Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah diIndonesia, (Jakarta: PT. Kencana, 2005), h. 52.

Page 45: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

33

Pengakuan yang diberikan di depan sidang pengadilan

merupakan suatu bukti yang sempurna terhadap pihak yang telah

melakukannya, baik sendiri maupun dengan perantaraan seseorang

yang khusus dikuasakan untuk itu. Suatu pengakuan yang dilakukan di

depan persidangan tidak dapat ditarik kembali, kecuali apabila

dibuktikan bahwa pengakuan itu merupakan akibat suatu kekhilafan

menganai hal-hal yang terjadi. Suatu pengakuan tidak dapat ditarik

kembali dengan alasan seolah-olah orang yang melakukannya khilaf

mengenai hukum. Hal ini diatur dalam Pasal 174 HIR, Pasal 311 RBg,

Pasal 1926 KUHPerdata.38

Pengakuan lisan yang dilakukan di luar sidang pengadilan tidak

dapat dipakai sebagai bukti, kecuali jika tidak diizinkan pembuktian

dengan saksi-saksi. Akan tetapi, kekuatan pembuktian suatu

pengakuan lisan di luar persidangan dikembalikan kepada

pertimbangan dan kebijaksanaan hakim. Artinya, penilaian kekuatan

pengakuan sebagai alat bukti sepenuhnya ada pada hakim. Diatur

dalam Pasal 175 HIR, Pasal 312 RBg, Pasal 1927-1928 KUHPerdata.39

e. Sumpah

Menurut Yahya Harahap, sumpah sebagai alat bukti adalah

keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan

38 Lihat Pasal 174 HIR, Pasal 311 RBg, Pasal 1926 KUHPerdata.

39 Lihat Pasal 175 HIR, Pasal 312 RBg, Pasal 1927-1928 KUHPerdata.

Page 46: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

34

tujuan agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau

pernyataan itu takut atas murka Tuhan apabila ia berbohong.40

Pengertian bukti sumpah ditentukan dalam Pasal 155, 156, 157,

158 HIR tentang pemeriksaan perkara dalam persidangan dan Pasal 177

HIR tentang pembuktian.

Secara garis besar sumpah dibagi menjadi dua, yaitu sumpah

promisoir dan sumpah confirmatoir. Sumpah promisoir adalah sumpah

yang diucapkan oleh seseorang ketika akan menduduki suatu jabatan

atau ketika akan bersaksi di pengadilan. Sementara itu, sumpah

confirmatoir adalah sumpah sebagai alat bukti.41

Sumpah confirmatoir dibagi menjadi tiga, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Sumpah supletoir (sumpah tambahan), yaitu sumpah yang

diperintahkan oleh hakim secara ex officio. Sumpah ini tidak

diwajibkan oleh undang-undang dan pelaksanaannya diserahkan

kepada pertimbangan hakim. Sumpah supletoir hanya dapat

dilakukan jika alat bukti yang ada belum dapat meyakinkan hakim.

Artinya, sumpah supletoir hanya boleh dilakukan jika sudah ada

pembuktian permulaan terlebih dahulu.

2. Sumpah aestimatoir (sumpah penaksir),yaitu sumpah yang

dibebankan atau diperintahkan oleh hakim kepada penggugat untuk

40 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 745.

41 Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Fakultas Syariah danHukum UIN Jakarta, 2013), h. 63.

Page 47: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

35

menentukan besarnya ganti rugi. Dengan demikian, sudah terbukti

bahwa ada kerugian dari pihak penggugat dan sudah ada penaksiran

ganti kerugian, tetapi kurang meyakinkan hakim. Hakim tidak wajib

membebani penggugat untuk melakukan sumpah aestimatoir.

Kekuatan pembuktian sumpah aestimatoir adalah sempurna, namun

masih memungkinkan adanya bukti lawan.

3. Sumpah decisoir (sumpah pemutus), yaitu sumpah yang dilakukan

atas permintaan satu pihak kepada pihak lain. Sumpah decisoir

tersebut akan menentukan menang atau kalahnya penggugat atau

tergugat. Sumpah decisoir hanya dapat dilakukan jika tidak ada alat

bukti apa pun dan tidak dimungkinkan bukti lawan. Pasal 1936

KUHPerdata melarang mengajukan bukti lawan/tegen bewijs

terhadapnya karena undang-undang telah melekatkan sumpah

decisoir tersebut nilai pembuktian sempurna mengikat dan

menentukan.42

f. Pendapat Ahli

Pengertian ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan

khusus dibidang khusus, dengan perincian:

1. Memiliki pengetahuan khusus atau spesialis dibidang ilmu

pengetahuan tertentu sehingga orang itu benar-benar kompeten

dibidang tersebut.

42 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 91-92.

Page 48: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

36

2. Spesialisasi itu bisa dalam bentuk skill karena hasil latihan

(treaning) atau hasil pengalaman.

3. Hasil keterangan saksi tersebut dapat membantu menemukan fakta

melebihi kemampuan pengetahuan umum orang biasa (ordinary

people).43

Dalam Pasal 154 ayat (1) HIR, Pasal 215 Rv pengangkatan

saksi ahli dilakukan oleh hakim secara ex officio atau atas permintaan

salah satu pihak.

b) Alat Bukti dalam Hukum Pidana

Dalam perkara pidana, pembuktian selalu penting dan krusial.

Terkadang dalam menangani suatu kasus, saksi-saksi, para korban dan

pelaku diam, dalam pengertian tidak mau memberikan keterangan

sehingga membuat pembuktian menjadi hal yang penting. Pembuktian

memberikan landasan dan argument yang kuat kepada penuntut umum

untuk mengajukan tuntutan.44

Pembuktian dipandang sebagai sesuatu yang tidak memihak,

obyektif, dan memberikan informasi kepada hakim untuk mengambil

kesimpulan suatu kasus yang sedang disidangkan. Terlebih dalam perkara

pidana, pembuktian sangatlah esensial karena yang dicari dalam perkara

pidana adalah kebenaran materiil.

43 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 790.

44 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 103.

Page 49: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

37

Sistem hukum acara pidana melalui ketentuan Pasal 184 ayat (1)

KUHAP telah menentutan secara limitatif alat-alat bukti yang sah menurut

undang-undang, artinya diperlukan alat-alat bukti tersebut tidak

dibenarkan pembuktian atas kesalahan terdakwa.45 Jenis-jenis alat bukti

dalam Pasal 184 KUHAP diperinci sebagai berikut:

1. Keterangan Saksi

Definisi saksi dan keterangan saksi secara tegas diatur dalam

KUHAP. Berdasarkan Pasal 1 angka 26 KUHAP dinyatakan:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan gunakepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang perkarapidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alamisendiri”.46

Sementara itu, Pasal 1 angka 27 KUHAP menyatakan:“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidanayang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidanayang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan ia alami sendiri denganmenyebut alasan dari pengetahuannya itu.”47

Alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti paling utama

dalam perkara pidana, harus hampir semua pembuktian perkara pidana

selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi.

Kriteria kekuatan alat bukti berupa keterangan saksi terbagi ke

dalam 5 (lima) macam, diantaranya:

a. Keterangan saksi harus diikuti sumpah atau janji;

b. Keterangan saksi itu memiliki nilai sebagai bukti;

45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 184 ayat (1).

46 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 angka 26.

47 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 angka 27.

Page 50: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

38

c. Keterangan saksi harus diberikan disidang pengadilan;

d. Keterangan saksi satu tidak dianggap cukup; dan

e. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri. 48

2. Keterangan Ahli

Definisi keterangan ahli dalam KUHAP adalah “keterangan

yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang

hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna

kepentingan pemeriksaan.”49 Keterangan ahli dinyatakan sah sebagai

alat bukti jika dinyatakan di depan persidangan dan di bawah sumpah.

Menurut ketentuan Pasal 186 KUHAP keterangan ahli adalah

hal yang seorang ahli nyatakan di bidang pengabdiannya. Keahlian

dari seseorang yang memberikan keterangan ahli tidak hanya

berdasarkan pengetahuan yang ia miliki melalui pendidikan formal,

namun keahlian itu juga dapat diperoleh berdasarkan pengalamannya.

KUHAP membedakan antara keterangan seorang ahli di

persidangan dan keterangan ahli secara tertulis yang disampaikan di

depan sidang pengadilan. Jika seorang ahli memberikan keterangan

secara langsung di depan sidang pengadilan dan di bawah sumpah,

keterangan tersebut adalah alat bukti yang sah. Sementara itu, jika

seorang ahli di bawah sumpah telah memberikan keterangan tertulis di

48 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Kasasi, dan Peninjauan Kembali) Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),cet. ke-II, h. 286.

49 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 186.

Page 51: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

39

luar persidangan dan keterangan tersebut dibacakan di depan sidang

pengadilan, keterangan ahli tersebut merupakan alat bukti surat dan

alat bukti keterangan ahli.50

Keterangan ahli biasanya bersifat umum berupa pendapat atas

pokok perkara pidana yang sedang disidangkan atau yang berkaitan

dengan pokok perkara tersebut. Ahli tidak diperkenankan memberikan

penilaian terhadap kasus konkret yang sedang disidangkan. Oleh

karena itu, pernyataan terhadap ahli biasanya bersifat hipotesis atau

pernyataan yang bersifat umum. Ahli pun tidak dibolehkan

memberikan penilaian terhadap salah atau tidaknya terdakwa

berdasarkan fakta persidangan yang dinyatakan kepadanya.51

3. Surat

Seperti alat bukti keterangan saksi dan keterangan ahli, alat

bukti surat pun, hanya diatur satu pasal saja, yakni pada pasal 187.

Menurut ketentuan itu surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang

sah menurut undang-undang ialah:

Surat yang dibuat atas sumpah jabatan;

Atau surat yang dikuatkan dengan sumpah.52

Secara garis besar, jenis-jenis alat bukti surat ditentukan dalam

Pasal 187 KUHAP, sebagai berikut:

50 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 115.

51 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Kasasi, dan Peninjauan Kembali) Edisi Kedua, h. 295.

52 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (PemeriksaanSidang Pengadilan, Kasasi, dan Peninjauan Kembali) Edisi Kedua, h. 306.

Page 52: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

40

1. Surat biasa, yaitu surat yang sejak semula diperuntukkan untuk

membuktikan sesuatu.

2. Surat di bawah tangan, yakni yang dibuatkan untuk pembuktian.

3. Surat autentik, yakni bukti acara dan surat-surat yang lain dalam

bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum (oleh penyidik,

notaris, hakim) yang dapat diperinci menjadi 2 kelompok:

a. Acta ambteljk, yakni akta autentik yang dibuat sesuai kehendak

pejabat umum tersebut.

b. Acta partij, yakni akta autentik yang para pihak dihadapan

pejabat umum.53

Dalam hukum acara pidana yang diatur dalam Pasal 183

KUHAP bahwa surat terdakwa harus berdasarkan kesalahannya

terbukti dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah dan

hakim memperoleh keyakinan atas kesalahan terdakwa.

4. Petunjuk

Berdasarkan Pasal 188 ayat (1) KUHAP, petunjuk didefinisikan

sebagai perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya,

baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana

itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya. Petunjuk tersebut hanya dapat diperoleh dari

keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa.54

53 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 187.

54 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 188.

Page 53: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

41

Penilaian atas kekuatan pembuktian suatu petunjuk dalam setiap

keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif dan bijaksana

setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan

kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya.

Dalam konteks pembuktian, petunjuk adalah circumstantial

evidence atau bukti tidak langsung yang bersifat sebagai pelengkap atau

accessories evidence. Artinya, petunjuk bukanlah alat bukti mandiri,

namun merupakan alat bukti sekunder yang diperoleh dari alat bukti

primer, dalam hal ini adalah keterangan saksi, surat, dan keterangan

terdakwa.55

5. Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa dalam konteks hukum pembuktian secara

umum dapatlah disamakan dengan bukti pengakuan atau confessions

evidence.56 KUHAP memberikan definisi keterangan terdakwa sebagai

apa yang terdakwa nyatakan di depan sidang tentang perbuatan yang ia

lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau ia alami sendiri.

Keterangan terdakwa yang dinyatakan mengandung nilai

pembuktian yang sah adalah sebagai berikut:

1. Keterangan harus dinyatakan di depan sidang pengadilan;

2. Isi keterangannya mengenai perbuatan yang dilakukan terdakwa,

segala hal yang diketahuinya, dan kejadian yang dialaminya sendiri;

55 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 110.

56 Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, h. 116.

Page 54: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

42

3. Keterangan tersebut hanya dapat digunakan terhadap dirinya

sendiri;

4. Keterangan tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia

bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,

melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.57

B. Alat Bukti Elektronik

1. Pengertian Alat Bukti Elektronik

Pengakuan data elektronik sebagai alat bukti di Pengadilan nampaknya

masih dipertanyakan validitasnya. Dalam praktek Pengadilan di Indonesia,

penggunaan data eletronik sebagai alat bukti yang sah memang belum bisa di

legalkan. Padahal dibeberapa negara, data elektronik dalam bentuk e-mail

sudah menjadi pertimbangan bagi hakim dalam memutuskan suatu perkara

(perdata maupun pidana).

Dengan perkembangan teknologi Informasi yang pesat memungkinkan

bahwa segala tindak tanduk masyarakat yang berkenaan atau berhubungan

langsung dengan kegiatan hukum sering sekali terjadi. Dimana perusahaan-

perusahaan yang menawarkan jasanya melalui media online sering sekali

mengadakan perjanjian via internet dengan clientnya atau dengan

konsumennya. Perjanjian ini biasanya perjanjian jual beli atau sebagainya,

mana kala terjadi suatu sengketa terhadap perjanjian ini, bagaimana usaha

konsumen untuk menuntutnya di Pengadilan jika pengakuan data elektronik

belum dapat diterima sebagai alat bukti yang sah didalam pengadilan di

57 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Page 55: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

43

Indonesia. Oleh karena itu diberlakukanlah Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada tanggal 21 April 2008.

Pengertian teknologi informasi menurut Pasal 1 butir 3 Undang-

undang nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.58

Sedangkan, pengertian informasi elektronik Pasal 1 butir 1 adalah satu

atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,

suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat

elektronik (elektronik mail), telegram, telex, telecopy, atau sejenisnya, huruf,

tanda, angka, kode akses, symbol atau profesi yang telah dioleh yang memiliki

arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.59

2. Macam-macam Alat Bukti Elektronik

a. bukti digital/alat-alat digital pada umumnya

b. e-mail,

c. surat dengan mesin faksimile,

d. tanda tangan elektronik, dan lain sebagainya.60

3. Kekuatan Alat Bukti Elektronik Menurut Hukum di Indonesia

1) Menurut Undang-undang Hukum Pidana

58 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal1 butir 3.

59 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal1 butir 1.

60 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal1 butir 1.

Page 56: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

44

Alat bukti e-mail atau alat bukti elektronik dalam hukum acara

pidana adalah sebagai alat bukti petunjuk (Pasal 184 KUHAP), karena alat

bukti elektronik tidak bisa berdiri sendiri tanpa didukung alat bukti lain,

serta berkaitan juga dengan kekuatan alat bukti tersebut.61

Alat bukti elektronik dalam pasal 177 ayat (1) huruf c RUU

KUHAP merupakan informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau

disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu,

termasuk setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,

dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu

sarana baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas

maupun yang terekam secara elektronik yang berupa tulisan, gambar, peta,

rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki

makna.62

Alat bukti elektronik dalam ranah hukum pidana merupakan alat

bukti yang dapat dikatakan cukup berperan dalam proses penegakan

hukum. Sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekanto penegakan hukum

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain:

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegak hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat;

61 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 184.

62 Lihat Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal177.

Page 57: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

45

e. Faktor budaya. 63

Dengan adanya alat bukti elektronik dalam hukum pidana sangat

berperan dalam membantu hakim mengkualifikasikan alat bukti, karena

dahulu hakim kesulitan apabila harus menafsirkan beberapa barang bukti

yang akan dikualifikasikan sebagai alat bukti.

2) Menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan dasar hukum mengenai

kekuatan alat bukti elekronik dan syarat formil dan materil alat bukti

elektronik agar dapat diterima di persidangan.

Dalam Pasal 5 ayat (1) UU ITE diatur mengenai pembuktian

elektronik, yang menerangkan bahwa informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum

yang sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan

yang diatur dalam UU ITE.

Yang dimaksud dengan Informasi Elektronik adalah satu atausekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,suara, gambar, peta, rancangan, foto, elektronik dan interchange (EDI),surat elektronik (elektronik mail), telegram, teleks, telecopy atausejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yangtelah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yangmampu memahaminya. (Pasal 1 butir 1 UU ITE).64

Sedangkan yang dimaksud dengan Dokumen Elektronik adalahsetiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima,

63 Soejono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:Rajawali Pers, 2008), h. 8.

64 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,Pasal 1 butir 1.

Page 58: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

46

atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atausejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melaluikomputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas padatulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf,tanda, angka, kose akses, simbol, atau perforasi yang memiliki maknaatau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.(Pasal 1 butir 4 UU ITE).65

Pada prinsipnya Informasi Elektronik dapat dibedakan tetapi tidak

dapat dipisahkan dengan Dokumen Elektronik. Informasi Elektronik ialah

data atau kumpulan data dalam berbagai bentuk, sedangkan Dokumen

Elektronik ialah wadah atau bungkus dari Informasi Elektronik. Sebagai

contoh apabila kita berbicara mengenai file musik dalam bentuk mp3

maka semua informasi atau musik yang keluar dari file tersebut ialah

Informasi Elektronik, sedangkan Dokumen Elektronik dari file tersebut

ialah mp3.

Agar Informasi dan Dokumen Elektronik dapat dijadikan alat bukti

yang sah UU ITE mengatur bahwa adanya sarat formil dan sarat materil

yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Syarat formil diatur dalam Pasal 5 ayat (4) UU ITE, yaitu bahwa

Informasi atau Dokumen Elektronik bukanlah Dokumen atau Surat

yang menurut perundang- undangan harus dalam bentuk tertulis

b. Syarat materil diatur dalam Pasal 6, Pasal 15,dan Pasal 16 UU ITE,

yang pada intinya Informasi dan Dokumen Elektronik harus dapat

dijamin keotentikannya, keutuhannya, dan ketersediaannya. Untuk

65 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal1 butir 4.

Page 59: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

47

menjamin terpenuhinya persyaratan materil yang dimaksud, dalam

banyak hal dibutuhkan Digital Forensik.66

Dengan demikian, email, file rekaman atas catting, dan berbagai

Dokumen Elektronik lainnya dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.

Dalam beberapa putusan pengadilan, terdapat putusan-putusan yang

membahas mengenai kedudukan dan pengakuan atas alat bukti Elektronik

yang di sajikan di dalam persidangan.

Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik merupakan

perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang

berlaku di Indonesia. Akan tetapi, ketentuan informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik tidak berlaku untuk surat yang menurut undang-

undang yang harus dibuat dalam bentuk tertulis, akan tetapi tidak terbatas

pada surat berharga, dan surat yang digunakan dalam proses penegakan

hukum perdata, pidana dan administrasi Negara, serta dokumen yang

menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta

yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.

Jika suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, maka

informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang

informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin

keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga menerangkan

suatu keadaan.

66 Josua Sitompul, Tinjauan Aspek Hukum Pidana, (Jakarta: Tatanusa, 2012).

Page 60: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

48

C. Kajian Teoritis Perzinaan

1. Pengertian Zina

Zina menurut bahasa dan istilah syara’ mempunyai pengertian yang

sama, yaitu persetubuhan yang dilakukan seorang laki-laki dan perempuan

pada kemaluan depannya tanpa didasari dengan tali kepemilikan dan syubhat

kepemilikan.67

Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa zina adalah koitus yang haram

pada kemaluan depan perempuan yang masih hidup dan menggairahkan dalam

kondisi atas kemauan sendiri (tidak dipaksa) dan kehendak bebasnya di

daarul’adl (kawasan negara Islam yang dikuasai oleh pemerintah atau

pemimpin yang sah) oleh orang yang berkewajiban menjalankan hukum-

hukum Islam, tidak mempunyai hakikat kepemilikan, tidak mempunyai

hakikat tali pernikahan, tidak mempunyai unsur syubhat kepemilikan, tidak

mempunyai unsur syubhat tali pernikahan, tidak mempunyai unsur syubhat

berupa kondisi samar dan kabur pada tempat kondisi samar dan kabur pada

kepemilikan maupun tali pernikahan sekaligus.68

Jadi zina ialah perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan

yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan yang sah menurut agama. Islam

memandang perzinaan sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan

kehidupan keluarga dan masyarakat. Berzina dapat diibaratkan seperti

memakai barang yang bukan menjadi hak miliknya.

67 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, (Jakarta: Darulfikir, 2011), cet.ke-2, h. 303.

68 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, h. 303.

Page 61: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

49

Perbuatan zina sangat dicela oleh agama dan dilaknat oleh Allah.

Pelaku perzinaan dikenakan sanksi hukuman berat berupa rajam. Mengenai

larangan berzina Allah swt berfirman dalam QS Al-Isra’ (17): 32

(32)

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, itu (zina) sungguh suatuperbuatan keji dan suatu jalan yang buruk...”

Berdasarkan ayat diatas, setiap umat Islam dilarang mendekati

perbuatan zina, karena perbuatan tersebut menimbulkan akibat yang sangat

buruk, mengundang kejahatan, serta mengancam keutuhan masyarakat

disamping sebagai perbuatan yang sangat nista.

Al-Qur’an dan hadits secara tegas menjelaskan hukum bagi pelaku

zina baik yang belum menikah (ghairu muhshan) yakni didera seratus kali, hal

ini berdasarkan firman Allah swt QS. An-Nuur (24): 2

(2)

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralahtiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah be;askasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orangyang beriman.”

Sedangkan hukuman bagi pelaku zina yang berstatus muhshan (sudah

menikah) dikenakan sanksi rajam. Dasar penetapan hukum rajam tersebut

ialah hadits Nabi Muhammad saw:

Page 62: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

50

Artinya: “ambillah (hukum itu) dariku, ambillah (hukum itu dariku. SungguhAllah swt telah menentukan jalan bagi mereka (perempuan) yaitu perempuanlajang (yang berzina dengan laki-laki lajang sama-sama didera seratus kalidan diasingkan setahun), sedangkan perempuan yang sudah menikah (yangberzina dengan laki-laki yang sudah menikah harus didera sebanyak seratuskali dan dirajam). (HR. Muslim)69

2. Pembuktian Zina

Para ulama telah bersepakat bahwa tindak pidana perzinaan dapat

ditetapkan berdasarkan pengakuan dari pelaku atau berdasarkan kesaksian.

Berbagai tindak pidana dengan ancaman hukuman hadd seperti zina, mencuri,

membegal, dan mengkonsumsi minuman keras tidak dapat ditetapkan dan

dibuktikan dengan berdasarkan pengetahuan hakim atas kejadian perbuatan itu

baik pada saat proses pengadilan maupun sebelumnya. Karena hukuman hadd

dihindari karena adanya syubhat dan disunnahkan untuk menutup-

nutupinnya.70

Seseorang dapat dikatakan telah melakukan perbuatan zina harus

dibuktikan dengan kesaksian (bayyinah) yang mencakup syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Saksinya berjumlah empat orang saksi laki-laki dalam kasus zina

berdasarkan ayat al-Qur’an.

QS. An-Nisaa (4): 15

69 Lihat Jaami’ Al-Ushuul juz 4, h. 264.

70 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, h. 323.

Page 63: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

51

(15)Artinya: “Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yangmenyaksikannya).”

QS. An-Nuur (24): 4

(4)

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi.”

Abu Hurairah r.a menerangkan:

أتى رجل رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم وهو يف : وعن أىب هريـرة رضي اهللا عنه قال أربع مرات يارسول اهللا، أين زنـيت ، فأعرض عنه حىت ردد عليه :فـناداه، فـقال -المسجد

ال، : أبك جنـون ؟ قال: : فـلما شهد على نـفسه أربع شهادات، دعاه النيب صم فـقال : قال ابن شهاب . اذهبوابه ، فارمجوه : نـعم، فـقال النيب صم : فـهل أحصنت ؟ قال : قال ع جابربن عبداهللا قال فأخ فـلما أذ لقته . كنت فيمن رمجه، فـرمجناه بالمصلى:بـر ين من مس

71)متـفق عليه (اه باحلرة، فـرمجناه احلجارة هرب، فضادركن

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra ia berkata, ada seorang laki-laki datangmenemui Rasululah saw yang tengah berada didalam masjid. Diamenyampaikan: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah berzina. NamunRasulullah memalingkan muka, sehingga dia mengulangi pernyataannyahingga empat kali. Dikala dia telah mengikrarkan pengakuannya sampaiempat kali. Nabi memanggilnya dan berkata: Apa engkau gila? diamenjawab: tidak. Nabi bertanya: apakah engkau telah muhsan? Diamenjawab: benar. Maka Nabi pun bersabda: bawalah orang ini danrajamkan. Ibnu Syihab berkata: telah diberitahukan kepadaku olehseseorang bahwa Jabir ibn Abdullah berkata: Aku termasuk orang yang

71 Kitab Al-Muntaqa Syarh Al-Muwwata’ Malik, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1999),h. 707.

Page 64: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

52

merajamnya, dan kami merajamnya di Mushalla (tempat berlangsungnyashalat ‘Ied). Tatkala dia merasakan sakitnya lemparan batu, si terhukummelarikan diri, kami dapat menangkapnya kembali di Harrah, dan kamimelanjutkan hukuman rajam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abbas r.a menerangkan:

لعلك : لما أتى ماعزبن مالك النيب صلى اهللا عليه وسلم قال : عن ا بن عباس قال ه فع .نـعم : اليكين،قال : قـبـلت،أوغمزت أونظرت؟ قال رواه امحد (ند ذلك أمر برمج

72)والبخاري وأبوداود

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, ia berkata: tatkala Ma’iz bin Malik datang ketempat Nabi saw, Nabi bertanya: apakah barangkali engkau hanyamencium, atau mungkin engkau hanya sekedar bermain mata ataumungkin sekedar melihat? Ma’iz menjawab: tidak, ya Rasulullah. LaluNabi bertanya: apakah engkau setubuhi dia? Dengan tidak menggunakankata sindiran ia menjawab: ya. Ketika itulah, lalu dia diperintahkan untukdirajam. (HR. Ahmad, Bukhari dan Abu Daud)

Dasar hukum diatas menjelaskan bahwa untuk membuktikan

seseorang telah melakukan perbuatan zina harus dengan empat orang saksi

yang melihat secara langsung, serta pengakuan dari pelaku sebanyak

empat kali.

b. Mukallaf (baligh dan berakal);

c. Laki-laki;

Kesaksian perempuan tidak diterima sama sekali sebagai bentuk

pemuliaan terhadap mereka para kaum perempuan karena perzinaan

adalah tindakan keji.

d. Adil;

e. Merdeka;

72 Kitab Al-Muntaqa Syarh Al-Muwwata’ Malik, h. 707.

Page 65: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

53

f. Islam;

g. Ashaalah (orisinil);

h. Kesamaan obyek kesaksian;

i. Para saksi memberikan kesaksian mereka di satu majelis;

j. Terdakwa adalah orang yang kondisinya memang memungkinkan untuk

melakukan persetubuhan;

k. Terdakwa adalah orang yang mampu untuk mengajukan klaim adanya

unsur syubhat;

l. Kasusnya tidak kadaluwarsa (taqaadum) tanpa adanya uzur yang tampak;

dan

m. Para saksi yang ada masih tetap mempunyai ahliyyah (kelayakan dan

kompetensi untuk memberikan kesaksian) sampai dilaksanakannya

hukuman hadd.73

Pembuktian perbuatan zina harus diikrarkan sebanyak empat kali,

apabila kurang maka tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk

menjatuhkan hukuman. Apabila kesaksian empat orang saksi yang melihat

secara langsung tidak benar adanya, maka keempat orang saksi tersebut

mendapatkan hukuman hadd qadzf.

73 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, h. 324-327..

Page 66: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

54

BAB III

GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

DAN PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa

1. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Tigaraksa1

Pengadilan Agama Tigaraksa merupakan Pengadilan Agama yang

letaknya berada satu wilayah dengan Pengadilan Agama Kota Tangerang,

namun berbeda kompetensi wilayah. Pembatasan kompetensi wilayah ini

terbentuk sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 yang

memberikan otoritas penuh kepada Kota Tangerang sebagai kota mandiri

di samping Kabupaten Tangerang yang beribukota Tigaraksa.

Dasar hukum pembentukan Pengadilan Agama Tigaraksa adalah

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 80 Tahun 1996 tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Bitung, Palu, Unaaha, Bobonaro,

Baucau, Malang, Cibinong, Tigaraksa, dan Pandan. Keprres tersebut

menjadi landasan formil berdirinya Pengadilan Agama Tigaraksa yang

melengkapi Pengadilan Agama di wilayah hukum Pengadilan Agama

Banten.

Untuk menjalankan tugas memberikan pelayanan kepada

masyarakat, Pengadilan Agama Tigaraksa sementara harus menyewa

rumah pribadi milik masyarakat untuk digunakan sebagai kantor yang

1 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa, h. 63.

Page 67: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

55

beralamat di Jl. Serang KM. 12 Desa Bitung Jaya Kecamatan Cikupa

Kabupaten Serang (21 Agustus 1997- akhir Desember 2002). Fase

selanjutnya, Pengadilan Agama Tigaraksa mampu memiliki gedung kantor

sendiri di atas tanah ‘hibah’ Pemba Kabupaten Tigaraksa seluas +- 1.000

M2 dengan luas bangunan 600 M2, terletak di Komplek Perkantoran

Pemda tersebut. Pada tahun 2010, dengan alasan gedung sudah tidak

memadai dan terbatasnya ruang-ruang untuk pelayanan prima serta tidak

sesuai dengan aturan prototipe gedung pengadilan kelas IB, maka PTA

Banten mengusulkan agar gedung tersebut dapat direlokasi melalui

anggaran Mahkamah Agung RI. Atas kerja sama dengan Pemda setempat

usulan tersebut secara konkrit telah terealisasi dan tahun 2013 Pengadilan

Agama Tigaraksa telah menempati gedung baru yang lebih luas yaitu

1.442 M2 dengan luas tanag seluah 3.000 m2 yang terletak di Komplek

Pemda Kabupaten Tangerang Jl. Atik Suardi Tigaraksa-Tangerang.

Pengadilan Agama Tigaraksa merupakan Pengadilan Agama

dengan kapasitas penanganan perkara terbanyak se wilayah Pengadilan

Tinggi Agama Banten. Rata-rata perkara yang diterima setiap bulan

hampir mencapai 300 perkara lebih.

2. Landasan Yuridis Pembentukan PA Tigaraksa

a. Landasan Yuridis

Pengadilan Agama Tigaraksa dibentuk berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 85 Tahun 1996.

Page 68: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

56

b. Daftar Nama Ketua

1) Drs. H. Dimyati, S.H (Periode 1997 s.d 2000)

2) Drs. H. Maftuh Abubakar, S.H, M.H (Periode 2000 s.d 2006)

3) Drs. H. Khaerudin, S.H, M.Hum (Periode 2006 s.d 2011)

4) Drs. H. Jeje Jaenuddin, M.S.I (Periode 2011 s.d 2013)

5) Drs. H. Uyun Kamiluddin, S.H, M.H (Periode 2013 s.d sekarang)2

3. Visi dan Misi Pengadilan Agama Tigaraksa

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang suatu keadaan

masa depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh suatu

institusi. Sedangkan misi adalah sesuatu yang harus diemban atau

dilaksanakan oleh suatu institusi sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan

lembaga dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Pengadilan Agama Tigaraksa sebagai underbow Mahkamah Agung

RI memiliki komitmen dan kewajiban yang sama untuk mengusung

terwujudnya peradilan yang baik dan benar serta dicintai masyarakat. Atas

dasar itu maka Pengadilan Agama Tigaraksa telah menjabarkan visi dan

misi tersebut dalam visi dan misi Pengadilan Agama Tigaraksa, yaitu:3

VISI: “Mewujudkan Pengadilan Agama Tigaraksa yang modern dan

dipercaya”

MISI:

Mewujudkan pelayanan prima, cepat dan professional dengan biaya

ringan

2 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa, h. 64.

3 www.pa-tigaraksa.go.id/sejarah diakses pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 17.17 WIB.

Page 69: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

57

Memperbaiki dan meningkatkan kualitas input, proses dan output

eksternal pada peradilan

Memperbaiki akses pelayanan hukum dan peradilan

Mengupayakan sistem informasi sesuai program IT

4. Data Wilayah Hukum PA Tigaraksa

a. Wilayah Hukum

Wilayah hukum Pengadilan Agama Tigaraksa meliputi

Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, serta mencakup 35

(tiga puluh lima) Kecamatan.

b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin (Kabupaten Tangerang dan

Kota Tangerang Selatan) Tahun 2012:

1) Laki-laki : 2.271.457 jiwa

2) Perempuan : 2.184.624 jiwa

c. Jumlah penduduk berdasarkan Agama (Kabupaten Tangerang dan

Kota Tangerang Selatan) Tahun 2012:

Agama Islam : 4.112.533 jiwa

Agama Kristen Protestan : 137.693 jiwa

Agama Kristen Katolik : 55.256 jiwa

Agama Hindu : 41.442 jiwa

Agama Budha : 107 jiwa

Agama Khong Hu Chu : 1.337 jiwa4

4 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa, h. 67.

Page 70: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

58

B. Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten

1. Sejarah Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten5

Pengadilan Tinggi Agama Banten lahir menyertai terbentuknya

provinsi Banten sebagai wilayah yang diberikan otonomi penuh sebagai

provinsi baru di Indonesia pada tahun 2000. Terbentuknya PTA Banten

merupakan konsekuensi logis yang disebut-sebut sebagai berkah atau

dampak positif dari terpisahnya wilayah Banten dengan provinsi yang

telah menjadi induknya yaitu provinsi Jawa Barat terlebih karena

kehadiran lembaga peradilan agama pada tingkat banding tersebut menjadi

harapan besar dan cita-cita dari masyarakat Banten sejak lama.

Pasca provinsi Banten terbentuk, banyak lahir pemikiran baru yang

berorientasi pada upaya untuk membuat kokoh dan menyempurnakan

eksistensi lembaga pemerintahan Banten antara lain dengan menyusun dan

melengkapi infrastruktur, sarana prasarana maupun melalui pembentukan

lembaga-lembaga penting sebagai penyangga atau penguat bagi

pemerintahan yang ada. Dan salah satu lembaga yang kemudian dibidangi

dan lahirnya Pengadilan Tinggi Agama Banten sebagai pengadilan tinggat

banding yang mewilayahi pengadilan agama di provinsi Banten, yang

telah lahir terlebih dahulu. Enam Pengadilan Agama kabupaten/kota yang

semua menginduk kepada Pengadilan Tinggi Agama Bandung beserta

pengadilan agama lainnya yang berada di wilayah priangan (Jawa Barat),

5 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama, h. 12-15.

Page 71: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

59

seiring pemisahan wilayah secara otomatos beralih menjadi bagian dari

provinsi Banten.

Gagasan pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten secara

sistematis diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimotori oleh

Pengadilan Tinggi Agama Bandung. Menyusun dan membentuk panitia,

melakukan konsultasi, koordinasi dengan pemerintahan provinsi Banten

dan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh serta mengusulkan

perangkat perundang-undangan merupakan serangkaian upaya konkrit

yang dilakukan agar Pengadilan Tinggi Agama Banten segera terbentuk.

Dengan melibatkan berbagai tokoh dan kalangan seperti akademisi, ulama,

kesepuhan maupun tokoh masyarakat lainnya di samping tokoh peradilan

sendiri, diharapkan tujuan muliah segera tercapai. Dan Surat Keputusan

Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bandung tertanggal 17 Februari 2004

Nomor: PTA.i/K/OT.00/478/2004 dan Surat Keputusan tertanggal 30

November 2005 Nomor: PTA.i/K/OT.00/1946/2005 tentang susunan

panitia pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten menjadi landasan

formil dari serangkaian upaya yang dilakukan tersebut di atas.

Tidak hanya tokoh peradilan yang harus proaktif berusaha keras

untuk segera menghadirkan lembaga peradilan agama pada tingkat

banding di provinsi Banten, secara formal Gubernur Banten sebagai kepala

pemerintahan memberi dukungan ekstra kepada tim pembentukan PTA

Banten antara lain dengan menyediakan lahan yang diperuntukkan bagi

Page 72: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

60

gedung kantor seluas 6.000 M2 yang terletak di Blok Kemang Kelurahan

Penancangan Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang.

Langkah-langkah semua pihak untuk menyegerakan lahirnya

lembaga peradilan agama tingkat banding mulai memenuhi titik terang

saat RUU pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten masuk ke

dalam 284 RUU yang akan dibahas DPR RI dan menjadi program

Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2005-2009. RUU ini kemudian

menjadi cikal bakal UU Pembentukan PTA Banten disahkan secara resmi

bersamaan dengan UU yang sama tentang pembentukan PTA lain seperti

Bangka Belitung, Maluku Utara dan Gorontalo.

Tanggal 19 Oktober 2005 merupakan momen penting dari segala

upaya yang telah dilakukan kareena akhirnya keinginan untuk

mewujudkan peradilan agama tingkat banding di wilayah provinsi Banten

terwujud. Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama

Banten dinyatakan efektif dengan segala akibat hukumnya pada tanggal 03

April 2006. Atas kesepakatan seluruh instansi yang terkait antara lain PTA

Bandung, Dirjen Badilag MARI dan pemerintahan procinsi serta intansi-

intansi lainnya melalui konsultasi dan koordinasi yang dilakukan secara

intens pasca terbitnya UU Nomor 4 Tahun 2005, ditetapkan tanggal 05

April sebagai tonggak awal PTA Banten berada di wilayah Banten secara

resmi. Penandatanganan prasasti oleh Ketua Mahkamah Agung RI, Prof.

DR. Bagir Manan., S.H., M.CL dan pengguntingan pita pada gedung

Page 73: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

61

sementara, merupakan lanjutan seremonial bagi lahirnya lembaga baru

tersebut.

Yang tidak kalah enting dari histori pembentukan PTA Banten

hingga mencapai tujuan sebagaimana tersebut di atas adalah momen

pelantikan Bapak Drs. H. Suryadi, S.H., M.Hum yang didaulat

mengemban amanah berat sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Agama

Banten pertama seteah Undang-undang Pembentukan PTA Banten

diterbitkan yaitu pada tanggal 04 April 2006.pada fase selanjutnya,

sebagai syarat kelengkapan sebuah lembaga baru agar dapat menjalankan

tugasnya secara optimal, pada tanggal 12 April 2006 Ketua PTA Banten

terpilih melantik para pejabat struktural mulai Panitra/Sekertaris (Drs.

Agus Zainal Mutaqien) Wakil Panitra (Rifqi, SH., M.Hum), Wakil

Sekertaris (Hulaesi, SH., MH). Panitra Muda Banding (R. Jaya Rahmat.,

SH.,M.Hum), Panitra Muda Hukum (Drs.Baehaki), Kasubbag Umum

(Mirza., SH.), Kasubbag Kepegawaian (Djulia Herjanara., S.Ag., SH.).,

dan Kasubbag Keuangan (Ratna Sari Fitriani.,SH., MH).bertitik tolak

pelantikan para pejabat tersebut maka secara de fakto PTA Banten mulai

beroperasi (efektif) untuk melaksanakan tugas pelayanan kepada

masyarakat.

Selanjutnya, secara berturut-turut kekosongan pada jabatan-jabatan

strategis lain mulai terisi. Wakil Ketua PTA Banten (Drs.H. Tarsi

Hawi.,SH) dan beberapa Hakim Tinggi melengkapi kekuatan PTA Banten

pada tahap awal berkiprah secara mandiri di wilayah provinsi Banten.

Page 74: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

62

Memiliki 6 (enam) Pengadilan Agama yang di limpahkan PTA Bandung

dengan segala kepastiannya, menjadi modal awal bagi PTA Banten untuk

membangun dan mensejahtrakan diri dengan PTA-PTA lain yang telah

dulu hadir di wilayah Indonesia.

Dari sisi kelembagaan yang mapan (memiliki dukungan

infrastruktur/gedung dan fasilitas yang memadai dan sesuai ketentuan),

PTA Banten di awal kehadirannya mengalami proses yang panjang,

hampirsama ketika berjuang agar PTA Banten terbentuk lahan yang

semula dialokasikan untuk gedung PTA Banten seluas -+ 6.000 M2

terletak di Kemang Serang mengalami perubahan karena alasan atau

keadaan yang kurang memungkinkan. Selanjutnya pimpinan dengan

segenap pihak terkait berupaya keras untuk mencari dan mendapatkan

lokasi pengganti berupa lahan yang strategis dan menenuhi kriteria yang

ditentukan sebagai lahan kantor pengadilan tinggi banding. Untuk

sementara, agar pelaksanaan tugas tetap dapat dilakukan, gedung hasil

sewa (ruko) dimanfaatkan seoptimal mungkin hingga -+ 2 tahun lamanya

(2006-2008), meskipun pada tanggal 6 Desember 2006 telah terbeli tanah

seluas 8.000 M2 yang berlokasi di Jl. Raya Pandeglang km. 7 Serang.

Alokasi lahan yang dibeli melalui anggaran PTA Banten yang saat itu

dititipkan ada DIPA PA Serang TA. 2006 dianggap strategis dan tepat

karena selain berapa dekat dengan pusat pemerintahan provinsi juga

letaknya berdampingan dengan letak gedung kantor lain seperti Pengadilan

Tinggi, Kejaksaan Tinggi, Lembaga Pemasyarakatan, dll sehingga

Page 75: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

63

dianggap dapat memberi kemudahan untuk melakukan koordinasi ataupun

kegiatan dinas lainnya.

Lahan kantor seluas 8.000 M2 yang terletak di Jl. Pandeglang km.

7 Serang akhirnya menjadi lahan yang ditepati gedung PTA Banten secara

permanen sejak tahun 2008. Peletakan batu pertama yang menandai

pembangunan tahap I pembangunan gedung PTA Banten dilakukan pada

tanggal 10 Juli 2007 oleh Ketua Mahkamah Agung RI, Prof. Dr. Bagir

Manan., S.H. M.CL dalam proses penyelesaian dan pembangunan lanjutan

lahap ke-II yaitu pada tahun anggaran 2008, pimpinan dan seluruh unsur

yang ada berupaya memanfaatkan dan menggunakan fasilitas gedung yang

belum sempurna untuk menjalankan tugasnya dengan beralih dari ruko

sewa. Dan tepatnya tanggal 6 Desember 2008 penyelesaian pembangunan

PTA Banten dinyatakan selesai.

2. Landasan Yuridis Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten

a. Landasan Yuridis

Pengadilan Tinggi Agama Banten dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Negara Republik Nomor 4 Tahun 2005 tentang

Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama Banten.6

b. Daftar Nama Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten

Sejak Pengadilan Tinggi Agama Banten di bentuk sampai

dengan sekarang telah dipimpin oleh lima ketua, diantaranya:7

6 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten, h.15.

Page 76: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

64

1) Drs. H. Suryadi., M.Hum (Periode 2006 s.d 2008)

2) Drs. H. Soufyan M. Soleh., S.H (Periode 2008 s.d 2010)

3) Drs. H. M. Thahir Hasan (Periode 2010 s.d 2012)

4) Drs. H. Sudirman Malaya, SH, MH (Periode 2012 s.d 2014)

5) Drs. H. Abu Amar, SH., MH (Periode 2014 s.d sekarang)

3. Data Wilayah Hukum PTA Banten

a. Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten

Wilayah hukum PTA Banten meliputi 4 (empat) kabupaten,

yaitu:8

Kabupaten Serang

Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Tangerang

Kabupaten Lebak

Dan 4 (empat) Kotamadya, yaitu:

Kota Cilegon

Kota Tangerang

Kota Serang

Kota Tangerang Selatan

7 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten, h.16.

8 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten, h.19.

Page 77: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

65

Serta meliputi 155 (seratus lima puluh lima) kecamatan, 1267

(seribu dua ratus enam puluh tujuh) desa, dan 278 (dua ratus tujuh

puluh delapan) kelurahan.

b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, diantaranya:9

Laki-laki : 5.741.942 jiwa

Perempuan : 5.507.005 jiwa

c. Jumlah penduduk berdasarkan agama, diantaranya:10

Agama Islam : 10.241.040 jiwa

Agama Kristen Protestan : 494.954 jiwa

Agama Kristen Katolik : 122.614 jiwa

Agama Hindu : 88.867 jiwa

Agama Budha : 299.222 jiwa

Agama Khong Hu Chu : 2.250 jiwa

9 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten, h.20.

10 Ditjen Badilag MARI 2014, Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten, h.20.

Page 78: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

66

BAB IV

APANDANGAN HAKIM TENTANG KEKUATAN ALAT

BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN ZINA PADA

PERKARA PERCERAIAN

A. Pandangan Hakim PA Tigaraksa dan PTA Banten Mengenai Kekuatan

Alat Bukti Elektronik Dalam Perkara Perceraian dan Pembuktian Zina

Pengakuan data elektronik sebagai alat bukti di pengadilan nampaknya

masih dipertanyakan validitasnya. Dalam praktek Pengadilan Agama di

Indonesia, penggunaan data elektronik sebagai alat bukti memang masih

sesuatu yang baru dan belum bisa dipergunakan. Padahal di beberapa negara

data elektronik sudah menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu

perkara, baik itu perkara perdata atau pidana. Kiranya tidak perlu menunggu

lama agar persoalan bukti elektronik termasuk e-mail untuk mendapatkan

pengakuan secara hukum sebagai alat bukti yang sah di pengadilan. Masalah

pengakuan data elektronik memang menjadi isu yang menarik seiring dengan

pesatnya perkembangan dan penggunaan teknologi informasi (internet).

Sebenarnya Undang-Undang No.25 tahun 2003 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 15 tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian uang dan

Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi jauh lebih maju karena sudah mengadopsi alat bukti dokumen

elektronik.

Page 79: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

67

Untuk memperkuat uraian-uraian yang telah dipaparkan dalam bab-

bab sebelumnya yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan, maka penulis

mengambil salah satu contoh kasus yang telah ada untuk dianalisis guna

memperkuat penulisan hukum atau skripsi. Contoh kasus yang diambil adalah

perkara perceraian dengan nomor perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui wawancara

dengan Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa yaitu Bapak Fitriyel Hanif,S.Ag.,

M.Ag., dengan Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten yaitu Bapak Drs. H.

Humaedi Husen, S.H., M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten).

Dan mempelajari berkas perkara yaitu putusan hakim dengan perkara

No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten mengenai

gugatan perceraian dengan alasan perzinaan.

Pembuktian sebagai suatu kegiatan adalah usaha membuktikan sesuatu

(obyek yang dibuktikan) melalui alat-alat bukti yang boleh digunakan dengan

cara-cara tertentu pula untuk menyatakan apa yang dibuktikan itu terbukti

ataukah tidak menurut undang-undang. Sebagaimana diketahui bahwa proses

pembuktian serta macam-macam alat bukti yang digunakan oleh Pengadilan

Agama telah ditentukan dan diatur oleh undang-undang. Keseluruhan

ketentuan hukum yang mengatur segala segi tentang pembuktian itulah yang

disebut dengan hukum pembuktian.

Dalam perkara perdata di pengadilan agama, alat bukti yang digunakan

hakim dalam mempertimbangkan gugatan penggugat adalah sebagai beriku:

Page 80: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

68

1) Bukti tulisan/bukti dengan surat;

2) Saksi;

3) Persangkaan;

4) Pengakuan;

5) Sumpah;

6) Keterangan ahli.

Alat bukti tersebut merupakan alat bukti yang sah di dalam

KUHPerdata, RBg dan HIR. Lalu bagaimana dengan pembuktian dengan

menggunakan alat bukti elektronik? Berdasarkan hasil penelitian yang

dilaksanakan melalui wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

dan Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten. Hakim Pengadilan Agama

Tigaraksa berpendapat bahwa:

“Pembuktian dengan menggunakan alat bukti elektronik dapat diakui danbisa saja digunakan dalam proses persidangan di Pengadilan Agama apabilaalat bukti tersebut bisa menguatkan secara ilmiah. Dalam artian alat buktielektronik tersebut sudah diakui oleh saksi ahli yang menguasai danmemahami mengenai boleh atau tidaknya alat bukti elektronik tersebutdijadikan sebagai alat bukti yang menguatkan di dalam suatu persidangandan tidak bertentangan dengan Undang-Undang. Saksi ahli tersebut bertugasuntuk menguatkan majelis hakim dalam pembuktian perceraian dengan alatbukti elektronik seperti foto, sms, video, ataupun alat elektronik yang lain.”1

Sedangkan menurut hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten:“Pembuktian dengan menggunakan alat bukti elektronik dapat dijadikansebagai alat bukti yang sah apabila alat bukti tersebut falid dan tidakbertentangan dengan hukum Islam dalam masalah perceraian. Alat buktielektronik dalam perkara perceraian bisa menjadi solusi dan memudahkanpembuktian selama hal tersebut dapat menjelaskan akan adanya kebenaran didalam putusan tersebut. Akan tetapi, alat bukti elektronik seperti foto dan

1 Wawancara pribadi dengan Fitriyel Hanif (Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa), padatanggal 22 April 2015 di Pengadilan Agama Tigaraksa.

Page 81: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

69

video harus terlebih dahulu diputus oleh tindak pidana dan harus dibuktikanjuga dalam kasus perceraian tersebut di depan majelis hakim.”2

Pemerintah sebenarnya telah memberikan respon positif terhadap

perkembangan teknologi di tandai dengan hadirnya Undang-Undang Nomor

11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE).

Sementara ini UU ITE setidaknya mampu mengakomodir tentang alat bukti

elektronik dalam pembuktian belum mempunyai status yang jelas. Meskipun

pada prakteknya pernah terjadi di persidangan seperti menjadikan SMS (Short

Messege Service), video, foto, dsb sebagai alat bukti.

Seperti yang terjadi di Pengadilan Agama Tigaraksa perkara

No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan Pengadilan Tinggi Agama Banten perkara

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten, majelis hakim menolak permohonan gugatan

perceraian yang di ajukan oleh N terhadap S, dengan dalil bahwa tergugat

adalah pezina yang suka berbuat zina dengan wanita Pekerja Seks Komersial

(PSK) dengan membuktikan keotentikan foto-foto mesum, BBM dan SMS itu.

Oleh saksi ahli ITB, foto dan data elektronik tersebut dinyatakan original dan

bukan rekayasa. Hal ini lalu dituangkan dalam akta notaris dan disodorkan ke

majelis hakim.

Namun meski telah menunjukkan bukti kuat tersebut, majelis hakim

menolak permohonan cerai tersebut, dikarenakan alat bukti elektronik berupa

foto pesta seks tersebut tidak mengarah ke kasus perzinaan, di dalam alat bukti

elekronik tersebut hanya foto-foto berpelukan saja, oleh karena itu alat bukti

2 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H. (Wakil KetuaPengadilan Tinggi Agama Banten), pada tanggal 12 Mei 2015 di Pengadilan Tinggi AgamaBanten.

Page 82: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

70

elektronik berupa foto tersebut tidak bisa dijadikan alasan seseorang telah

melakukan perbuatan zina, karena tidak menggambarkan suatu perbuatan

perzinaan.

Menurut Bapak hakim Pengadilan Agama Tigaraksa pembuktian

perzinaan dengan menggunakan alat bukti elektronik dapat dipertimbangkan

dan sangatlah kuat, karena pada masa Nabi saw kenapa tuduhan melakukan

perzinaan harus dibuktikan dengan menghadirkan empat orang saksi yang

melihat secara langsung, dikarenakan pada masa Nabi saw belum ada alat

bukti melalui alat bukti elektronik. Akan tetapi, di zaman modernisasi seperti

sekarang ini apabila disuatu ruangan ada yang melakukan perbuatan perzinaan

dan terekam di dalam sebuah sisi TV dan dilihat rekaman tersebut oleh empat

orang maka yang melihat rekaman tersebut telah menjadi seorang saksi di

dalam suatu persidangan pembuktian perzinaan.3

Sedangkan menurut Bapak hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten

pembuktian perzinaan dengan menggunakan alat bukti elektronik tidak bisa

dijadikan pedoman dalam kasus pembuktian perzinaan dikarenakan hal

tersebut sudah diatur di dalam hukum Islam itu sendiri, yaitu harus menghadiri

empat orang saksi yang tahu jelas kejadian perzinaan tersebut, seperti; waktu,

tempat, bahkan seperti apa cara melakukannya.4 Hal ini sesuai dengan al-

Qur’an Surah An-Nur ayat 4:

3 Wawancara pribadi dengan Fitriyel Hanif (Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa), padatanggal 22 April 2015 di Pengadilan Agama Tigaraksa.

4 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaedi Husen (Wakil Ketua Pengadilan TinggiAgama Banten), pada tanggal 12 Mei 2015 di Pengadilan Tinggi Agama Banten.

Page 83: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

71

(4)Artinya:”dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, makaderalah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlahkamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya, dan mereka itulahorang-orang yang fasik.” (QS. An-Nisa:4)

Selain itu pembuktian perzinaan tersebut harus melalui proses di

Pengadilan Negeri terlebih dahulu untuk membuktikan kebenarannya apakah

benar tergugat telah melakukan perzinaan, apabila sudah terbukti maka

bolehlah penggugat mengajukan alat bukti tersebut sebagai alat bukti

elektronik dalam perkara perceraian. Seperti di dalam perkara perceraian

No.21/Pdt.G/2014/PTA. Banten alat bukti elektronik tersebut tidak bisa

menguatkan pembuktian dikarenakan hukum yang dipakai oleh Pengadilan

Agama adalah sesuatu yang berlandaskan dengan syariat Islam atau kitab

KHI, yang telah mengatur untuk membuktikan bahwa seseorang melakukan

perbuatan perzinaan yaitu harus dengan empat orang saksi dan di dalam Al-

Qur’an maupun hadits yang menjelaskan tentang pembuktian perzinaan itu

bersifat qot’i atau hukum tetap yang telah diatur di dalam hukum Islam.5

Alat bukti elektronik sebagai alat bukti perzinaan di Indonesia tidak

disetujui karena hal tersebut telah menyalahi akan adanya hukum yang diatur

di dalam hukum Islam yang menjadi dasar pokok Pengadilan Islam yaitu

5 Wawancara pribadi dengan Bapak Humaedi Husen (Wakil Ketua Pengadilan TinggiAgama Banten), pada tanggal 12 Mei 2015 di Pengadilan Tinggi Agama Banten.

Page 84: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

72

Pengadilan Agama. Jadi, apabila ingin dilegalkan maka harus ada

pertimbangan kembali dikarenakan takut ada pertentangan di kalangan umat

Islam yang bernaung di dalam Pengadilan Agama yang menjadi naungan

untuk memperoleh suatu keadilan dalam hukum.6

Menurut penulis diera informasi seperti saat ini keberadaan suatu

informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting di dalam

kehidupan sehingga, ketergantungan akan tersedianya informasi semakin

meningkat. Perubahan bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi

memicu perkembangan teknolongi informasi yang menciptakan perangkat

teknologi semakin canggih dan berkualitas.

Khususnya di Indonesia, perkembangan teknologi informasi semakin

pesat dan penggunanya pun semakin banyak. Tetapi perkembangan ini tidak

diimbangi dengan perkembangan hukumnya, data atau informasi elektronik

akan diolah dan diproses dalam suatu sistem elektronik dalam bentuk

gelombang digital. Sehingga mau tidak mau memberikan dampak bagi tatanan

sistem hukum yang berlaku dinegara ini terutama mengenai pembuktian

dengan menggunakan alat bukti elektronik.

Oleh karena itu, dengan diaturnya lima alat bukti secara tersendiri

dalam suatu pasal khusus, yaitu 164 HIR (sama dengan Pasal 284 RBg, Pasal

1866 BW) mengenai alat bukti tertulis, kesaksian, persangkaan, pengakuan

dan sumpah, baru disusul dengan pasal tersendiri yaitu mengenai keterangan

ahli dan tersendiri lagi dengan pemeriksaan setempat, hal ini membuktikan

6 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H. (Wakil KetuaPengadilan Tinggi Agama Banten), pada tanggal 12 Mei 2015 di Pengadilan Tinggi AgamaBanten.

Page 85: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

73

bahwa pembuat undang-undang tidak bermaksud secara terbatas hanya

mengakui adanya sejumlah alat bukti tertentu.

Sudah seharusnya dipikirkan mengenai alat-alat bukti baru yang kini

muncul dalam lalu lintas keperdataan dunia modern, sejauh mana daya

pembuktiannya dalam hukum pembuktian. Pembuktian dengan menggunakan

alat bukti elektronik bisa dijadikan sebagai alat bukti yang sah dan

menguatkan, asalkan alat bukti tersebut terjamin kebenarannya dan bisa di

pertanggung jawabkan secara ilmiah. Disamping itu alat bukti elektronik

sudah di atur di dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

(ITE) Pasal 5 ayat 1 yang mengatur bahwa Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetakannya merupakan alat bukti hukum

yang sah.7

B. Alasan dan Dasar Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutusakan

Perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan Perkara

No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten

1. Alasan dan Dasar Pertimbangan Majelis Hakim dalam Memutuskan

Perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs

Majelis hakim Pengadilan Agama Tigaraksa dalam memutuskan

perkara No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs menolak gugatan penggugat atas

dasar dan hukum sebagai berikut:

7 Lihat Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi ElektronikPasal 5 ayat 1.

Page 86: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

74

1) Alat bukti elektronik berupa foto yang diajukan oleh penggugat tidak

mengambarkan akan adanya perbuatan perzinaan, hanya foto

berpelukan saja. Alat bukti elektronik tersebut dapat diterima oleh

majelis hakim akan tetapi tidak menguatkan. Untuk membuktikan

seseorang melakukan perzinaan harus menghadirkan empat orang

saksi yang melihat secara langsung, hal ini di jelaskan dalam surah An-

Nur ayat 4, yang artinya:

(4)“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik (berbuatzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralahmereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlahkamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya dan mereka itulahorang-orang yang fasik”.

Majelis hakim berpendapat bahwa masalah perzinaan ini hal

yang sangat sensitif dan krusial. Dalam Islam, di butuhkan 4 (empat)

orang saksi yang mengetahui dan melihat secara langsung terjadinya

perzinaan. Jika ada saksi yang memberikan keterangan tidak benar

mengenai perzinaan, maka sangsinya akan sangat berat. Bahkan 4

(empat) orang saksi yang yang mengetahui secara langsung, tidak

boleh hanya sekedar melihat laki-laki dan perempuan sedang berduaan

di kamar, namun harus melihat secara langsung sedang terjadi

persetubuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Page 87: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

75

2) Selain alasan mengenai alat bukti elektronik dalam perkara ini majelis

hakim menolak gugatan tersebut dikarenakan gugatan tersebut

merupakan memiliki kesamaan esensial dengan perkara gugatan cerai

terdahulu (vide Putusan Pengadilan Tinggi Agama Banten No.

8/Pdt.G/2013/PTA.Banten dan Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa

No.51/Pdt.G/2012/PA.Tgrs) yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap. Dalam hal ini melekat asas ‘Ne Bis in Idem” sehingga menurut

hukum tidak boleh diajukan untuk kedua kalinya.

2. Analisis dan Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi Agama

Banten dalam Memutuskan Perkara No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten

Dalam memutuskan perkara No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten

majelis hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten menggunakan dasar dan

hukum sebagai berikut:

1) Alat bukti elektronik dapat dijadikan sebagai pembuktian perceraian

yang sah dan membantu majelis hakim dalam mempertimbangkan

perkara tersebut, asalkan alat bukti elektronik tersebut falid dan tidak

ada rekayasa didalamnya. Akan tetapi, untuk kasus perzinaan alat

bukti elektronik tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti atas perbuatan

perzinaan. Karena hal tersebut tidak sesuai dengan aturan yang sudah

diatur dalam al-Qur’an Surah An-Nur ayat 4, disamping itu belum ada

undang-undang yang mengatur mengenai alat bukti elektronik sebagai

pembuktian perzinaan. Karena hukum yang dipakai oleh Pengadilan

Agama berdasarkan dengan syariat Islam dan KHI.

Page 88: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

76

2) Pembuktian dalam hal menuduh zina menurut hukum Islam telah

ditentukan secara tegas dan bersifat qath’i di dalam al-Qur’an surah

An-Nur ayat 4 yaitu dengan menghadirkan 4 (empat) orang saksi.

Dalam hal ini penggugat hanya mengajukan 2 (dua) orang saksi saja,

dan ternyata ke 2 (dua) saksi tersebut tidak memenuhi syarat materiil

kesaksian karena apa yang diterangkan saksi-saksi tersebut ternyata

hanya asumsi belaka, tidak melihat secara langsung perzinaan tersebut.

3) Zina merupakan perbuatan tindak pidana, maka jika

pembanding/penggugat tidak menerima sistem hukum pembuktian

menurut hukum Islam, seharusnya dapat membuktikan tuduhan zina

tersebut melalui putusan pidana.

4) Pembanding tidak dapat membuktikan perzinaan tersebut sesuai

dengan hukum pembuktian, baik menurut hukum acara dalam HIR,

yakni 2 (dua) orang saksi, atau dengan putusan pidana, maupun

menurut hukum islam, yaitu 4 (empat) orang saksi.

Alasan majelis hakim menggunakan dalil Al-Qur’an adalah karena

selain dari tiga kitab perundang-undangan di tambah Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam menjadi dasar

hukum acara perdata dalam lingkungan Peradilan Agama. Al-Qur’an juga

merupakan sumber yang menjadi pegangan para hakim dalam

memutuskan perkara yang dihadapinya bilamana aturan hukum tersebut

tidak di temukan dalam kitab undang-undang. Diranah hukum perdata

dalam kebenaran yang dicari oleh hakim adalah kebenaran formal,

Page 89: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

77

sedangkan dalam hukum pidana kebenaran yang dicari hakim adalah

kebenaran materil.

Maksud dari kebenaran formal yaitu keterkaitan hakim terhadap

alat-alat pembuktian dalam hukum acara perdata hakim hanya semata-

mata terikat pada alat bukti yang sah. Para hakim hanya membuktikan

“peristiwa” yang disengketakannya saja sedang soal “hukumnya” adalah

menjadi tugas hakim.

Itulah sebabnya sebagian hakim berpendapat bahwa alat bukti

elektronik bukan merupakan alat bukti yang sempurna dan mengikat

sehingga tidak dapat memberikan kekuatan hukum tersendiri dan tidak di

terima sebagai alat bukti dalam persidangan di Pengadilan Agama.

Oleh karena itu, kedudukan sebuah alat bukti elektronik dalam

persidangan perceraian, berdasarkan hukum formil alat bukti berupa foto,

video, rekaman, kaset dan sebagainya tidak termasuk dari macam-macam

alat bukti yang diakui keautentikannya. Maka dapat diupayakan

keautentikannya dengan adanya legalisasi atau berdasarkan keterangan

ahli yang menyatakan bahwa benar foto dan video tersebut bukan hal

rekayasa. Maka hakim berhak menarik kesimpulan dengan berbagai tolak

ukur dan pertimbangan dari kebenaran materilnya.

Menurut pendapat penulis, dasar dan hukum yang digunakan oleh

majelis hakim PA Tigaraksa dan PTA Banten dalam memutuskan perkara

tersebut sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dilingkungan Pengadilan

Agama, untuk membuktikan seseorang melakukan perbuatan perzinaan

Page 90: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

78

harus dibuktikan dengan 4 (empat) orang saksi yang melihat secara

langsung, waktu, tempat, bahkan cara melakukan perzinaan tersebut.

Pembuktian perzinaan dengan alat bukti elektronik bisa diterima

sebagai alat bukti yang sah, asalkan alat bukti elektronik tersebut

menerangkan akan adanya perzinaan, serta bisa dipertanggung jawabkan

secara ilmiah.

Page 91: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis jelaskan maka dapat

diambil kesimpulan bahwa para hakim memberikan pandangan berbeda-beda

mengenai kekuatan alat bukti elektronik dalam perkara perceraian dengan alasan

perzinaan, diantaranya:

Hakim PA Tigaraksa dengan hakim PTA Banten menyetujui bahwa

pembuktian dengan menggunakan alat bukti elektronik bisa digunakan dalam

proses persidangan perceraian di Pengadilan Agama, selama alat bukti elektronik

tersebut bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah, tidak memiliki unsur

rekayasa, serta sesuai dengan aturan yang ada di Pengadilan Agama. Akan tetapi,

pembuktian perzinaan dengan menggunakan alat bukti elektronik kedua hakim ini

berbeda pendapat, diantaranya: Hakim PA Tigaraksa dapat menerima alat bukti

elektronik sebagai alat bukti perzinaan, asalkan alat bukti tersebut

menggambarkan akan adanya perbuatan perzinaan, hal ini didasarkan atas

perkembangan zaman yang semakin modern dan diperkuat dengan UU ITE.

Sedangkan hakim PTA Banten menolak alat bukti elektronik bisa dijadikan

sebagai alat bukti perzinaan, dikarenakan hukum acara perdata belum mengatur

tentang hal tersebut dan bertentangan dengan al-Qur’an surat An-Nur ayat 4, yang

menjelaskan bahwa untuk membuktikan seseorang melakukan perzinaan harus

dengan 4 (empat) orang saksi yang melihat secara langsuung.

Page 92: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

80

Alasan dan dasar pertimbangan majelis hakim menolak perkara perceraian

No.1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs dan No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten ialah alat bukti

elektronik berupa foto dan SMS yang diajukan oleh penggugat tidak menunjukkan

akan adanya perzinaan, saksi yang didatangkan oleh penggugat tidak memenuhi

aturan yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat An-Nur ayat 4 yaitu 4 orang

saksi. Dalam hal perzinaan seharusnya penggugat terlebih dahulu melaporkan ke

Pengadilan Negeri karena perzinaan merupakan tindak pidana. Oleh karena itu

pembuktian yang diajukan oleh penggugat tidak dapat menguatkan hakim untuk

memutuskan perceraian. Disamping itu selain persyaratan formil yang tidak dapat

terpenuhi oleh penggugat, ternyata penggugat sudah melaksanakan gugatan

sebelumnya dan mendapatkan putusan hakim yang sudah memiliki kekuatan

hukum yang tetap. Dalam kata lain, gugatan ini mengikat asas “Ne Bis In Idem”

dan tidak dapat diajukan kembali.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka diajukan beberapa saran

yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah diera serba modern ini, untuk masalah pembuktian perkara

perdata sudah seharusnya memasukkan alat bukti elektronik sebagai alat bukti

yang sah dan dapat dipertimbangkan pembuktiannya.

2. Kepada para hakim di Pengadilan Agama untuk mempertimbangkan

pembuktian dengan alat bukti elektronik sebagai alat bukti perceraian, dan

dalam memutuskan jangan hanya berlandaskan pada al-Qur’an tapi harus

menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini, dikarenakan zaman semakin

Page 93: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

81

modern dan masyarakat sudah banyak yang menggunakan dan mengetahui

informasi serta teknologi dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Kepada masyarakat luas agar selalu memanfaatkan informasi dan teknologi

yang semakin canggih ini dengan sebaik-baiknya.

Page 94: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

82

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV AkademikaPressindo. 2010.

Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan HukumPositif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta: PustakaPelajar. 1998.

Bahri, Syaiful. Hukum Pembuktian Dalam Praktek Pengadilan. Jakarta: P3IH danTotal Media.

Darwan, Printis. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Jakarta: Djambatan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka. 1991.

Ditjen Badilag MARI. Gambaran Umum Pengadilan Agama Tigaraksa. 2014.

Ditjen Badilag MARI. Gambaran Umum Pengadilan Tinggi Agama Banten.2014.

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2008.

Fauzan. Pokok-Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyahdi Indonesia. Jakarta: PT. Kencana. 2005.

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.

Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Kasasi, dan Peninjauan Kembali) EdisiKedua. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Herziene Inlandsch Reglement (HIR).

Hiariej, Eddy OS. Teori dan Hukum Pembuktian. Jakarta: PT. Gelora AksaraPratama. 2012.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:Bayumedia Publishing. 2008.

Page 95: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

83

Kamarusdiana. Buku Daras Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: FakultasSyariah dan Hukum UIN Jakarta. 2013.

Kitab Al-Muntaqa Syarh Al-Muwwata’ Malik. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah.1999.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Mahmudunnasir. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.1991.

Mamitoho, Refly Aditia. Penggunaan Alat Bukti Elektronik Dalam PemeriksaanPerkara Perdata. Vol 2 No. 1. 2014.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana. 2006.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2004.

M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya,2001.

Panggabean, H.P. Hukum Pembuktian Teori Praktik dan Yurisprudensi Indonesia.Bandung: PT. Alumni. 2014.

Prakoso, Djoko. Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana.Yogyakarta: Liberty. 1988.

Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBg).

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah Jilid 3. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Sanapiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar, dan Aplikasinya.Jakarta: PT. Rajawali Pers. 2003.

Sitompul, Josua. Tinjauan Aspek Hukum Pidana. Jakarta: Tatanusa. 2012.

Soedirjo. Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana. Jakarta: CV AkademikaPressindo. 1985.

Sokanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Pustaka Pelajar. 1992.

Page 96: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

84

Soekanto, Soejono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:Raja Grafindo. 2001.

Soekanto, Soejono. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: Rajawali Pers. 2008.

Subekti. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita. 1991.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa. 2001.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. 2004.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. 2007.

Syahrani, Riduan. Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum.Jakarta: Pustaka Kartini. 1988.

Tresna, R. Komentar HIR. Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2005.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan TransaksiElektronik (ITE).

Zuhaili (az), Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7. Jakarta: Darulfikir.2011.

Karya Ilmiah, Internet, Wawancara

Laporan Penelitian. Eksistensi Alat Bukti Elektronik Dalam PenyelesaianSengketa Perdata di Pengadilan Negeri Bandung Pasca Berlakunya UUNo. 1 Tahun 2008 Tentang Infromasi dan Transaksi Elektronik. UNPAD.2010.

www.pa-tigaraksa.go.id/sejarah diakses pada tanggal 06 Juli 2015 pukul 17.17WIB.

Wawancara dengan Fitriyel Hanif, S.Ag., M.Ag., (Hakim Pengadilan AgamaTigaraksa), pada tanggal 22 April 2015 di Pengadilan Agama Tigaraksa.

Wawancara dengan Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H. (Wakil Ketua PengadilanTinggi Agama Banten), pada tanggal 12 Mei 2015 di Pengadilan TinggiAgama Banten.

Page 97: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 98: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 99: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 100: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

TRANSKIP WAWANCARA

A. Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Fitriyel Hanif, S.Ag., M.Ag.

Tempat, tanggal lahir : Limakaum, 26 November 1971

Jabatan di PA Tigaraksa : Hakim Anggota dan Humas PA Tigaraksa

B. Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa alasan dan pertimbangan yang mendasari Majelis Hakim untuk

menolak gugatan penggugat dalam perkara No.

1538/Pdt.G/2013/PA.Tgrs?

Jawaban: “Majelis hakim menolak gugatan penggugat dikarenakan alasan

dari gugatan tersebut tidak terbukti, alat bukti elektronik berupa foto yang

diajukan oleh penggugat tidak menggambarkan perbuatan perzinaan, di

dalam foto tersebut hanya telanjang dada dan tidak menggambarkan kedua

pelaku yaitu tergugat sedang berbuat zina, mungkin apabila foto tersebut

menjelaskan akan adanya perzinahan majlis hakim akan mengabulkan

permohonan cerai penggugat, seperti kasus yang telah Aril lakukan yang

jelas-jelas sedang melakukan perzinaan (hakim apabila mengabulkan

permohonan gugatan penggugat mereka akan di bilang sebagai orang yang

telah menuduh orang berzina maka Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

yang merujuk kepada al-Qur’an Surah An-Nur ayat 4 tentang pembuktian

perzinaan.

2. Bagaimana pandangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa

mengenai kekuatan alat bukti elektronik dalam perkara penceraian?

Page 101: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

Jawaban: Hakim Pengadilan Agama Tigaraksa mengakui alat bukti

elektronik sebagai alat bukti yang sah asalkan alat bukti elektronik tersebut

bisa menguatkan secara ilmiah yaitu alat bukti elektronik tersebut telah di

akui oleh saksi ahli yang menguasai akan kebenaran apakah benar atau

tidaknya alat bukti tersebut yang di jadikan sebagai alat bukti didalam

persidangan.

3. Saksi ahli yang bernama Nurul Irfan (dosen UIN Jakarta) berpendapat

bahwa apabila dalam suatu foto yang menjelaskan apabila ada dua orang

yang jenis kelaminnya berbeda secara bersamaan didalam suatu ruangan

yang sama dengan kondisi keduanya telanjang dada, maka tidak menutup

kemungkinan mereka akan melakukan suatu perzinaan. Bagaimana

menurut bapak mengenai pendapat saksi ahli tersebut?

Jawaban: penganalisaan tersebut benar tentunya, akan tetapi menurut

hukum formil tidak bisa di terima. Apabila ditanya hati nurani saya cocok

dan secara keilmuan cocok akan tetapi menurut hukum formil hakim tidak

bisa menerima alasan tersebut dikarnakan di dalam hukum di Indonesia ini

tidak ada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki hanya milik Tuhan

yang Maha ESA dan di contohkan pula kasus pencurian sudah jelas orang

itu mencuri akan tetapi yang melihat orang tersebut mencuri tidak mau

memberikan kesaksiannya di dalam pengadilan sehingga pencuri tersebut

lepas akan hukumannya dikarenakan tidak bisa membuktikan secara

hukum formil (hukum tidak bisa hanya indikasi akan tetapi harus ada

kebenaran formil juga).

Page 102: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

4. Menurut Bapak hakim seberapa kuatkah alat bukti elektronik dalam

perkara pembuktian perzinaan dalam sebuah penceraian?

Jawaban: sangat kuat, di zaman Nabi mengapa pembuktian perzinaan

harus dibuktikan dengan menghadirkan 4 (empat) orang saksi yang

melihatnya langsung, dikarnakan di zaman Nabi belum ada alat bukti

smelalui alat bukti elektronik. Akan tetapi, di zaman modernisasi seperti

sekarang ini apabila di suatu ruangan ada yang melakukan perbuatan zina

dan terekam di dalam sebuah sisi TV kemudian rekaman tersebut dilihat

oleh 4 (empat) orang atau lebih maka yang melihat rekaman tersebut bisa

menjadi seorang saksi di dalam suatu persidangan pembuktian perzinaan.

5. Bagaimana pendapat bapak hakim mengenai sistem elektronik yang

tercantum dalam Pasal 1 butir 5 UU Nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik?

Jawaban: hal tersebut tidak ada masalah selagi ada saksi ahli di dalam

pembuktian tersebut untuk menguatkan majelis hakim dalam pembuktian

alat bukti elektronik seperti foto, sms, video, ataupun alat elektronik yang

lain sepanjang alat bukti tersebut diakui secara ilmiah dan tidak

bertentangan dengan apa yang telah diajukan oleh penggugat, sehingga

majelis hakim mendapatkan suatu pencerahan yang tidak bertentangan

dengan Undang-Undang yang ada di Indonesia dan seperti dicontohkan di

dalam perkara kekerasan berumah tangga ada kebengkakan di kepala

seorang korban lalu dibawa kedokter sebagai saksi ahli apakah benar

kebengkakan tersebut di karnakan telah terjadi pemukulan dengan benda

Page 103: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

keras, selanjutnya dironsen dan ronsenan tersebut sebagai alat bukti

elektronik di ajukan ke persidangan bahwa benar kebengkakan tersebut

akan adanya kekerasan berumah tangga sehingga majelis hakim mendapat

pencerahan dalam memutuskan perkara tersebut.

6. Bukti elektronik yang sudah di jadikan pedoman di hukum pidana apakah

bisa dijadikan pula oleh hukum perdata dan Kompilasi Hukum Islam

khususnya kasus penceraian seperti perkara No.1538/pdt.G/2013/PA.Tgrs?

Jawaban: secara pribadi setuju, apabila telah ada dasar hukum yang

mengatur atau menjadi rujukan oleh majelis hakim dalam pembuktian

elektronik dikarnakan di dalam kasus ini sudah jelas tergugat telah

melakukan sesuatu perbuatan dosa dan telah melakukan perbuatan

perzinaan “zina mata, zina tangan ataupun zina yang di artikan

memasukan dzakar ke dalam farji” akan tetapi dalam kasus ini tidak bisa

dijadikan suatu landasan hakim dikarnakan belum ada undang-undang

yang mengatur tentang alat bukti elektronik dalam hukum perdata ataupun

KHI.

7. Pembuktian perzinaan dengan mendatangkan 4 (empat) orang saksi yang

melihat langsung yang telah di atur di dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat

4 sangatlah susah dalam membuktikannya, apakah bisa di qiyaskan dengan

alat bukti elektronik yang telah di teliti oleh saksi ahli menjadikan

kesaksian dalam hukum acara pengadilan agama?

Jawaban: tentu saja alat bukti elektronik tersebut bisa dijadikan suatu

dasar untuk menjadikan bukti perzinaan selagi video atau foto tersebut di

Page 104: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

akui secara ilmiah dan sudah tidak mungkin lagi di rekayasa di dalam

video atau foto tersebut atau sudah yakin bahwasanya video atau foto

tersebut benar adanya. Dan apabila kita masih berpedoman bahwa

membuktikan perbuatan perzinaan dengan 4 (empat) orang saksi yang

melihat secara langsung kejadian tersebut, yakinilah tidak akan pernah ada

kasus pembuktian perzinaan yang terbukti, hal harus kita sesuaikan dengan

era modernisasi pada saat ini bukan lagi diera masa Rasulullah saw.

Rasulullah mengatakan bahwasanya al-Qur’an itu cocok di semua zaman

dan apabila sekarang adalah zaman elektronik maka al-Qur’an akan masuk

kedalamnya dikarnakan telah ada kemajuan zaman dan kita sebagai

umatnya diperintahkan untuk terus perfikir dan berfikir untuk mencapai

kemaslahatan, dan apabila dianalogikan dahulu harus ada empat orang

saksi yang harus melihat langsung dan sekarang melihat video dengan cara

menontonnya maka boleh saja dianalogikan seperti itu akan tetapi hal

tersebut belum bisa untuk diterima dikalangan masyarakat muslim di

Indonesia dikarnakan ketakutannya akan ada rekayasa didalamnya, dan

menurut Mahkamah Agung sendiri telah diedarkan bukti elektronik

tersebut sah dan berharga selagi dilengkapi secara ilmiah.

8. Menurut bapak hakim seberapa besar dampak dan akibat alat bukti

elektronik dalam pembuktian perzinahan apabila di legalkan dalam

Undang-Undang di Indonesia?

Jawaban: saya setuju apabila akan ada undang-undang yang mengatur

tentang kekuatan alat bukti elektronik yang mengacu foto dan video

Page 105: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 106: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

TRANSKIP WAWANCARA

A. Identitas Narasumber

Nama Lengkap : Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H.

Tempat, tanggal lahir : Serang, 10 Oktober 1948

Jabatan di PA Tigaraksa : Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten

B. Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa alasan dan pertimbangan yang mendasari Majelis Hakim menolak

gugatan penggugat dalam perkara No.21/Pdt.G/2014/PTA.Banten?

Jawaban: karena keterangan-keterangan yang di ajukan oleh penggugat

beserta pengacaranya tidak menjelaskan akan adanya bukti perzinahan di

dalam bukti yang telah di ajukan oleh penggugat beserta ahli hukumnya.

2. Bagaimana pandangan bapak hakim mengenai kekuatan alat bukti

elektronik dalam perkara penceraian?

Jawaban: alat bukti elektronik dalam kasus ini dapat dijadikan sebagai alat

bukti akan tetapi tidak harus, tergantung terhadap majelis hakim yang

menyidangkannya dan didalam perkara ini majelis hakim tidak melihat

akan adanya alat bukti yang mengarah kepada kasus perzinaan. Didalam

alat bukti elektronik tersebut hanya foto-foto berpelukan saja sehingga alat

bukti elektronik tersebut tidak bisa dijadikan alat bukri perbuatan

perzinaan.

3. Menurut bapak hakim seberapa kuatkah alat bukti elektronik dalam

perkara pembuktian perzinahan dalam sebuah penceraian?

Page 107: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

Jawaban: alat bukti elektronik dapat di jadikan alat bukti yang sah apabila

alat bukti tersebut valid dan tidak bertentangan dengan hukum Islam

dalam masalah penceraian. Sebagai contoh alat bukti foto dan video harus

terlebih dahulu di putus tindak pidananya dan harus di buktikan juga

dalam kasus penceraian tersebut di depan majelis hakim

4. Bagaimana pendapat bapak hakim mengenai sistem elektronik yang

tercantum dalam Pasal 1 butir 5 UU Nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik?

Jawaban: saya setuju akan adanya alat bukti elektronik dalam perkara

penceraian selama hal tersebut dapat menjelaskan akan adanya kebenaran

di dalam putusan tersebut, namun demikian tergantung musyawarah

majelis hakim yang menyidangkan perkara tersebut, dalam hal ini perkara

No.21/Pdt.g/2014/PTA.Banten.

5. Bukti elektronik yang sudah di jadikan pedoman dalam hukum pidana

apakah bisa dijadikan pula oleh hukum perdata dan Kompilasi Hukum

Islam khususnya kasus penceraian seperti perkara No.

21/Pdt.G/2013/PTA.Banten?

Jawaban: tidak bisa dikarnakan hukum yang dipakai oleh pengadilan

agama adalah sesuatu yang berlandaskan dengan syariat islam atau kitab

KHI. Dan menurut aturan itu untuk membuktikan seseorang melakukan

perzinaan harus dengan 4 (empat) orang saksi dan peraturan tersebut

bersifat qot’i sesuai dengan penjelasan dalam al-Qur’an dan hadits.

Page 108: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

6. Pembuktian perzinaan dengan mendatangkan 4 (empat) orang saksi yang

melihat langsung yang telah di atur di dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat

4 sangatlah susah dalam membuktikannya, apakah bisa di qiyaaskan

dengan alat bukti elektronik yang telah di teliti oleh saksi ahli menjadikan

kesaksian dalam hukum acara pengadilan agama?

Jawaban: alat bukti elektronik tidak bisa di jadikan pedoman dalam kasus

pembuktian perzinaan dikarnakan hal tersebut telah di atur di dalam

hukum islam itu sendiri, yaitu harus menghadiri empat orang saksi yang

tahu jelas kejadian perzinaan tersebut waktu, tempat bahkan seperti apa

cara melakukannya dan yang kedua harus melalui peroses di pengadilan

negeri (PN) untuk membuktikan kebenaran apakah benar tergugat tersebut

telah melakukan perzinaan, apabila sudah terbukti maka penggugat boleh

mengajukan alat bukti tersebut sebagai pembuktian perzinaan.

7. Menurut bapak hakim seberapa besar dampak dan akibat alat bukti

elektronik dalam pembuktian perzinaan apabila di legalkan dalam

Undang-Undang di Indonesia?

Jawaban: saya tidak setuju apabila alat bukti elektronik bisa dijadikan alat

bukti untuk pembuktian perzinaan, hal ini dikarenakan akan berdampak

buruk dan menyalahi hukum yang diatur di dalam hukum Islam yang

menjadi dasar pokok Peradilan Islam yaitu Pengadilan Agama di

Indonesia. Oleh karena itu, apabila ingin di legalkan maka harus ada

pertimbangan kembali dikarnakan takut ada pertentangan dikalangan umat

Page 109: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi
Page 110: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

Gambar 1. Gedung Pengadilan Agama Tigaraksa

Gambar 2 dan 3. Bersama Bapak Hakim Fitriyel Hanif, S.Ag., M.Ag

Page 111: KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM PEMBUKTIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30063/1/CHAIDAR... · bukti elektronik dalam hukum perdata belum ditetapkan menjadi

Gambar 4. Gedung Pengadilan Tinggi Agama Banten

gambar

Gas

Gambar 5 dan 6 Bersama Bapak Hakim Drs. H. Humaedi Husen, S.H., M.H.