Kekeringan sejak Dini Menga ntipsi asi -...

1

Transcript of Kekeringan sejak Dini Menga ntipsi asi -...

Page 1: Kekeringan sejak Dini Menga ntipsi asi - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2791/cf271acd_Des17-PenjaminanKredi...K ABUPATEN Wonogiri, Jawa Tengah, merupakan salah satu

KABUPATEN Wonogiri, Jawa Tengah, merupakan salah satu daerah yang menjadi langganan kekeringan setiap

musim kemarau. Bagaimana Kabupaten Wonogiri mena-

ngani masalah kekeringan dan irigasi perta-nian? Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia Widjajadi dengan Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, di ruang kerjanya, Sabtu (21/4).

Apa yang akan dilakukan pemkab untuk mengantisipasi bencana krisis air bersih dan ketahanan pangan ini?

Kita selalu mengevaluasi program yang su-dah berjalan. Khusus pengelolaan sektor perta-nian di dalam mengantisipasi kekeringan yang bisa mengganggu ketahanan pangan, pemkab melakukan penguatan dengan pembangunan embung untuk irigasi.

Di wilayah utara dan timur, secara geologis tidak terganggu oleh bukit kapur. Maka saya perbanyak sumur pantek dan bantuan me-sin penyedot air. Perlu saya paparkan, sejak dilantik sebagai Bupati Wonogiri pada Febru-ari 2016, belasan embung untuk kepentingan pertanian dan air baku terus dibangun. Pada 2016, pemkab berhasil merealisasi enam embung, kemudian pada 2017 membangun delapan embung.

Tahun ini sudah dialokasikan anggaran Rp12 miliar untuk mewujudkan 12 embung. Untuk kepentingan sumur pantek di wilayah utara dan timur, pemkab tahun ini menganggarkan Rp2,5 miliar dan mengupayakan bantuan me-sin penyedot air.

Selain itu, pemkab telah berhasil meng-gandeng pihak korporasi agar menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR) guna mewujudkan sebuah waduk tadah hujan di wilayah tandus. Setidaknya tiga hari silam, Coca-Cola mampu mewujudkan embung baru

di Desa Doho, Kecamatan Girimarto, untuk kepentingan pertanian dan perkebunan di samping menjadi objek wisata baru.

Apakah cukup hanya dengan embung-embung kecil itu?

Yang jelas sebagai anak petani saya sangat tahu kebutuhan teman-teman saya di dalam mengelola tanaman pangan. Entah itu padi, palawija, atau sektor agrowisata.

Boleh saja Wonogiri selama ini dikenal sebagai kabupaten gaplek, tetapi saya tidak ingin rakyat atau petani yang tersebar di 25 kecamatan hanya menggantungkan gaplek. Wonogiri juga ingin menjadi wilayah penyum-bang kebutuhan pokok, yakni padi atau beras sebagaimana program Nawacita pemerin-tahan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla.

Konkretnya, produksi padi di Wonogiri dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat awal saya memerintah, produksi padi bisa menca-pai 424.991 ton, lalu pada 2017 produksi padi naik lagi menjadi 439.996 ton atau mengalami kenaikan 3,53%. Pemkab Wonogiri masih optimistis dengan kerja keras petani produksi pangan padi ini akan bisa naik lagi mengingat banyak sawah kini menerapkan sistem padi ja-jar legawa yang mampu mendukung kenaikan panen per hektare. (N-3)

KABUPATEN Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan ka-bupaten yang memiliki daerah rawan

kekeringan terbanyak. Dari 18 kecamatan yang ada di Gunung Kidul, 11 di antaranya masuk kawasan rawan kekeringan, yakni Kecamatan Rongkop, Girisuba, Tepus, Tan-jungsari, Panggang, Purwosari, Paliyan, Patuk, Gedangsari, sebagian di Kecamatan Wonosari, dan Kecamatan Semanu.

Bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul mengatasi kekeringan? Beri-kut wawancara wartawan Media Indonesia Furqon Ulya Himawan dengan Bupati Gu-nung Kidul, Badingah, akhir pekan lalu.

Apa persiapan Pemkab Gunung Kidul dalam menghadapi musim kemarau?

Alhamdulillah dua tahun terakhir ini di Kabupaten Gunung Kidul tidak terjadi keke ringan yang berarti. Namun, kami te-tap melakukan langkah antisipasi bersama masyarakat. Antisipasi kami mulai jangka panjang, menengah, dan langkah darurat kekeringan.

Jangka panjang, bisa dijelaskan?Langkah ini merupakan kerja sama de-

ngan Universitas Karlsruhe Jerman. Kami bersama-sama mengembangkan dan me-ningkatkan sistem perpipaan Brinin dan Seropan untuk mengelola air sungai bawah tanah yang kedalamannya lebih dari 100 meter. Dengan sistem ini, kami dapat men-cukupi kebutuhan air di lima kecamatan, yaitu Semanu, Tepus, Ponjong, Rongkop, dan Girisubo. Selain dengan Jerman, kami bekerja sama dengan Japan International Corporation Agency (JICA) untuk mengelola sungai bawah tanah Baron yang kami sebut Interkoneksi Baron-Ngobaran. Kerja sama ini bisa mencukupi kebutuhan air di lima keca-matan, di antaranya Tanjungsari, Saptosari, Panggang, dan Paliyan. Satu lagi, kami mela-kukan langkah reboisasi dengan menanam pohon-pohon di sejumlah tempat. Sekarang sudah mulai menghijau tidak seperti dulu

lagi. Itu jangka panjangnya. Tadi juga disebut ada langkah jangka menengah.

Apa itu?Pemerintah memanfaatkan sumber air

yang ada di desa-desa karena banyak desa yang memiliki titik-titik sumber mata air. Pengelolaan di bawah Bumdes, mereka me-naikkan air dari sumbernya dengan sistem penyediaan air minum (SPAM) agar bisa dimanfaatkan masyarakat. Yang jelas bisa mencukupi kebutuhan air di dusun dan di dukuh.

Kami juga merehab telaga di Gunung Kidul yang kebanyakan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Namun, setelah kami rehab, sekarang sudah bisa menyimpan air. Langkah lain ialah memanen air hujan dengan memanfaatkan embung yang ada. Seperti embung di Nglanggeran, Kecamatan Patuk, dan Sriten di Kecamatan Nglipar. Embung-embung ini juga bisa digunakan untuk mengairi pertanian saat musim ke-marau tiba.

Langkah kedaruratannya seperti apa?Nah, dalam situasi darurat, kami siap me-

lakukan droping air untuk kebutuhan air bersih ke daerah-daerah rawan air, seperti Kecamatan Panggang, Purwosari, Patuk, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Gedangsari, Semanu, Paliyan, dan Saptosari. Kami juga membentuk satgas yang langsung di bawah kendali BPBD dibantu Tagana. (N-3)

KABUPATEN Cirebon merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa Barat. Bahkan, lahan seluas 40 ribu hektare

ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan atau lahan abadi. Namun, saat memasuki musim kemarau, kekeringan sering menjadi ancaman. Bagaimana daerah mengatasi kekeringan saat puncak kemarau? Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia, Nurul Hidayah, dengan Bupati Cirebon, Selly Andriyani Gantina, Sabtu (21/4).

Kabupaten Cirebon akan memasuki musim kemarau. Apa antisipasinya?

Untuk mengantisipasi kemarau di lahan pertanian, Pemkab Cirebon sudah mulai melaksanakan program penanaman awal atau percepatan tanam di area sawah, baik di wilayah barat maupun timur. Puncak pe-nanaman awal diperkirakan awal Mei.

Di samping itu, kami terus berkoordi-nasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung agar sejum-lah proyek pengerjaan irigasi dari Waduk Jatigede menuju area sawah pertanian warga segera diselesaikan pengerjaannya sehingga tidak mengganggu jalannya air ke area per-tanian warga.

Bagaimana pasokan air irigasi agar bisa dibagi ke semua petani?

Pemkab Cirebon melalui komisi irigasi su-dah melaksanakan pengelolaan pengaturan air irigasi untuk petani sehingga diharapkan tidak terjadi kembali perebutan air di saluran irigasi.

Bagaimana pola gilir air dilakukan?Melalui BBWS Cimanuk-Cisanggarung,

pergiliran air dengan Kabupaten Indramayu pun saat ini sudah mulai dikoordinasikan se-hingga luas tanam seperti yang ditargetkan tidak akan terganggu. Selain itu, penerapan teknologi baru harus dilakukan sehingga produktivitas bisa terus meningkat. (N-3)

BEBERAPA bulan ke depan daerah-daerah di Tanah Air diprediksi me-masuki musim kemarau. Sejumlah

kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selalu mengalami krisis air bersih dan kekurangan pasokan air untuk lahan pertanian.

Bagaimana Pemkab Cianjur mengatasi krisis air bersih itu? Berikut petikan wawancara wartawan Media Indonesia, Benny Bastiandy, dengan Wakil Bu-pati Cianjur, Herman Suherman, Minggu (24/4).

Saat memasuki musim kemarau, apa langkah Pemkab Cianjur?

Ada isu Indonesia akan mengalami ke-marau panjang. Dari awal kita rencanakan membuat embung-embung sebagai tempat penyimpanan air. Sekarang sudah mulai dilaksanakan. Itu selaras dengan kebijakan pemerintah pusat melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sekarang di sejumlah

desa sudah dibuat embung-embung meng-gunakan dana desa. Bahkan, dari dana di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, kita juga membuat embung di be-berapa lokasi, terutama di Cianjur selatan. Itu bagian dari upaya antisipasi jangka panjang. Jadi, kita ingin di setiap desa ter-dapat embung.

Ketersediaan air untuk masyarakat?Yang jelas, untuk kantong-kantong wi-

layah rawan kekeringan atau krisis air bersih, seperti di Kecamatan Sukaluyu dan sekitarnya. Itu merupakan upaya antisipasi.

Daerah mana saja rawan air bersih?Pengalaman tahun-tahun sebelumnya

memang ada beberapa wilayah yang me-rupakan langganan kekeringan atau krisis air bersih saat musim kemarau. Ya, itu tadi, salah satunya seperti di Kecamatan Sukaluyu. PDAM juga sudah merambah kantong kekeringan di Kecamatan Page-laran, Sindangbarang, dan Cidaun.

Ada anggaran khusus? Tidak ada anggaran khusus. Sebetulnya

dari dana CSR PDAM juga sudah cukup. Pengalaman saya dulu pernah di PDAM, selama ini terkover. Pemkab Cianjur dan PDAM sudah ada perjanjian komitmen. Kita menghibahkan tangki air untuk PDAM, tapi syaratnya PDAM harus sigap dan siap melayani suplai air bersih. (N-3)

SENIN, 30 APRIL 2018 SUARA DAERAH12

Mengantisipasi Kekeringan sejak DiniSaat memasuki Mei, sejumlah daerah sudah diprediksi memasuki musim kemarau. Biasanya ancaman kekeringan melanda daerah-daerah yang kesulitan mendapatkan air. Pemerintah daerah pun sudah melakukan langkah mitigasi untuk mencegah kekeringan pada tanaman pangan dan krisis air bersih.

Danau Buatan untuk Irigasi

Kelola Air Sungai Bawah Tanah

Percepatan Tanam Awal Musim

Membuat Banyak Embung dari Dana Desa

Joko SutopoBupati Wonogiri

MI/WIDJAJADI

BadingahBupati Gunung Kidul, DIY

MI/FURQON ULYA HIMAWAN

Herman SuhermanWakil Bupati Cianjur

MI/BENNY BASTIANDY

Selly Andriyani GantinaBupati Cirebon

MI/NURUL HIDAYAH

pusdok
Typewritten Text
30 April 2018, Media Indonesia | Hal. 12