Kekerasan Dalam Rumah Tangga

7
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Nia Risa Dewi *Dosen Tetap PSIK Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Abstrak Kekerasan dalam rumah tangga adalah pola pemaksaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya dengan menggunakan serangan dan ancaman termasuk penyiksaan secara fisik, mental/ emosional, seksual dan juga penguasaan secara ekonomis. Kekerasan terhadap perempuan terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dampak KDRT secara fisik dapat menyebabkan kecacatan yang tetap dan juga kematian juga dapat berdampak pada psikologis dan sosial dari istri. Pada anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga berdampak pada menurunnya prilaku yang sama terhadap generasi berikutnya. Kata kunci: Kekerasan, Rumah tangga A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu pola pemaksaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya dengan menggunakan serangan dan ancaman termasuk penyiksaan secara fisik, mental/ emosional dan juga penguasaan secara ekonomis. Kekerasan terjadi karena ketidakseimbangan antara suami dan istri baik secara fisik, dan ekonomi kepada yang lemah, antara yang dominan kepada yang kurang dominan dan antara yang berkuasa dan yang tidak berdaya. 9 B. Kekerasan terhadap Perempuan; Kekerasan Berbasis Gender Kekerasan berbasis gender adalah bentuk kekerasan karena adanya keyakinan gender. Secara umum, perempuan lebih rentan karena posisinya yang pincang di masyarakat baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Karena pada umumnya posisi perempuan dianggap lebih rendah dan laki-laki ditempatkan lebih tinggi, maka kekerasan berbasis gender ini lebih banyak dialami oleh perempuan.

description

KDRT

Transcript of Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Nia Risa Dewi

*Dosen Tetap PSIK Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

AbstrakKekerasan dalam rumah tangga adalah pola pemaksaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya dengan menggunakan serangan dan ancaman termasuk penyiksaan secara fisik, mental/ emosional, seksual dan juga penguasaan secara ekonomis. Kekerasan terhadap perempuan terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dampak KDRT secara fisik dapat menyebabkan kecacatan yang tetap dan juga kematian juga dapat berdampak pada psikologis dan sosial dari istri. Pada anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga berdampak pada menurunnya prilaku yang sama terhadap generasi berikutnya.

Kata kunci: Kekerasan, Rumah tangga

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga adalah

suatu pola pemaksaan kehendak atas

seseorang terhadap pasangannya dengan

menggunakan serangan dan ancaman

termasuk penyiksaan secara fisik, mental/

emosional dan juga penguasaan secara

ekonomis. Kekerasan terjadi karena

ketidakseimbangan antara suami dan istri

baik secara fisik, dan ekonomi kepada yang

lemah, antara yang dominan kepada yang

kurang dominan dan antara yang berkuasa dan

yang tidak berdaya. 9

B. Kekerasan terhadap Perempuan;

Kekerasan Berbasis Gender

Kekerasan berbasis gender adalah bentuk

kekerasan karena adanya keyakinan gender.

Secara umum, perempuan lebih rentan karena

posisinya yang pincang di masyarakat baik

secara ekonomi, sosial maupun politik. Karena

pada umumnya posisi perempuan dianggap

lebih rendah dan laki-laki ditempatkan lebih

tinggi, maka kekerasan berbasis gender ini

lebih banyak dialami oleh perempuan.

Keyakinan gender adalah keyakinan yang

mempercayai bahwa laki-laki dan perempuan

berbeda peran, fungsi, sifat dan karakternya.

Keyakinan ini adalah hasil bentukan

masyarakat (konstruksi sosial), oleh karena itu

keyakinan tersebut bisa berubah dari masa ke

masa bahkan konsepnya dapat berbeda antara

masyarakat satu dengan lainnya. Keyakinan

gender mempercayai bahwa: perempuan lebih

lemah, takluk, emosional, tidak mandiri dan

sebagainya. Sementara laki-laki dianggap

kuat, berkuasa, rasional dan mandiri. 9, 11

Atas dasar ini, kekerasan terhadap

perempuan terjadi karena budaya dominasi

laki-laki terhadap perempuan. Kekerasan

digunakan laki-laki untuk memenangkan

perbedaan pendapat, menyatakan perasaan

tidak puas, dan sering hanya untuk

menunjukkan bahwa laki-laki lebih berkuasa

terhadap perempuan 9, 11

C. Karakteristik Korban dan Pelaku dalam

KDRT

Menurut 10, 12, 14 ada beberapa karakteristik

baik korban maupun pelaku tindak kekerasan

dalam rumah tangga yaitu:

1. Wanita/ korban

a. Pengaruh-pengaruh dalam keluarga

Prilaku kasar dalam keluarga,

kurangnya pengajaran agama dalam

keluarga, kemungkinan dengan status

sosial ekonomi yang rendah, peran-

peran sex bersifat tradisional

menerima dan pasif, terjadi disfungsi

dalam sistem keluarga.

b. Pembawaan personal

Self esteem yang rendah, pernah

mengalami kekecewaan, merasa

bertanggung jawab untuk disakiti,

cepat merasa frustasi, merasa bersalah

dan tidak berguna, senang menyendiri

dan senang mengisolasi diri, sering

merasa tidak percaya dengan orang

lain, penakut, menolak prilaku kasar,

marah dan takut.

c. Pengaruh gaya hidup

Penyalahgunaan konsumsi minuman

alcohol, perselisihan verbal,

ketergantungan kebutuhan keuangan

pada suami, dan terisolasi dari sumber-

sumber pendukung seperti keluarga,

teman, dan kelompok.

2. Suami/ Pelaku

a. Pengaruh-pengaruh dalam keluarga

Prilaku kasar dalam keluarga,

kurangnya pengajaran agama dalam

keluarga, kemungkinan dengan status

sosial ekonomi yang rendah, peran-

peran sex bersifat tradisional dominan

dan agresif untuk laki-laki, terjadi

disfungsi dalam sistem keluarga.

b. Pembawaan personal

Perasaan tidak ade kuat, sifat inferior,

sering menyalahkan orang lain karena

tindakannya sendiri, cemburu

berlebihan, ingin memiliki, cepat

marah, tidak menerima diri, agresif,

emosi yang belum matang, tidak dapat

mengontrol diri sendiri, tidak menaruh

hormat pada wanita.

c. Pengaruh gaya hidup

Penyalahgunaan konsumsi minuman

alcohol, perselisihan verbal, sulit

mendapat pekerjaan, membatasi

kebebasan perempuan, kurang aktif

bergerak, membatasi diri untuk

berhubungan dengan orang lain.

D. Siklus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Siklus KDRT terdiri dari fase 1, fase 2, fase

3 dan kembali pada fase 1. Adapun fase-fase

itu adalah:

1. Fase 1

Munculnya ketegangan, berbagai konflik,

pertengkaran mulut, tidak adanya kesatuan

pendapat. Wanita mengeluh, bertindak

pasif, mengacuhkan kemarahan pelaku.

Laki-laki melihatnya sebagai satu

kelemahan, marah dengan sikap wanita

yang mengacuhkan dirinya dan

menyebabkan kemarahan memuncak.

2. Fase 2

Insiden penganiayaan akut terjadi dengan

tindakan kekerasan secar verbal, fisik dan

seksual, berlangsung dalam beberapa jam

sampai 24 jam atau lebih lama lagi.

Korban seringkali menunda untuk segera

mencari pertolongan, meminimalkan

luka-luka yang terjadi pada dirinya, dalam

keadaan syok dan mengingkari kejadian

yang dialami/ tidak mempercayai

kejadian yang menimpa dirinya.

3. Fase 3

Keduanya merasa mereda/ hilang, pelaku

sering kali mengungkapkan rasa cinta,

penyesalan yang mendalam, berprilaku

baik, meminta maaf, mengungkapkan

janji tidak akan mengulangi perbuatan

kasarnya lagi.

E. Bentuk- Bentuk

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

dapat berupa 5 :

1. Kekerasan Fisik

Beberapa bentuk kekerasan fisik misalnya

memukul, menampar, menjambak,

menginjak, mendorong, melempar barang

dampai dengan melakukan pembunuhan

seperti menusuk atau membakar.

2. Kekerasan Psikologis

Merupakan kekerasan emosional berupa

ucapan-ucapan yang menyakitkan, kotor,

membentak, menghina, menyudutkan

ataupun ancaman. Pelaku sering

memutarbalikkan fakta. Istri selalu dilihat

sebagai pihak yang bersalah, sementara

suami selalu berada dipihak yang benar.

3. Berdimensi ekonomi

Mengontrol prilaku istri, tidak

memberikan nafkah untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga sementara

melarang istri untuk bekerja,

menghambur-hamburkan uang

sementara istri dan anak kekurangan,

memperkerjakan istri atau menguasai

uang atau barang milik istri dan

sebagainya.

4. Kekerasan seksual

Pemerkosaan/ pemaksaan hubungan

seks, pemukulan dan kekerasan yang

dilakukan sebelum melakukan hubungan

seks, pemaksaan katifitas sek tertentu,

pornografi, penghinaan seksualitas

melalui bahasa verbal dan lain-lain.

F. Dampak

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dampak KDRT secara fisik dapat

menyebakan kecacatan yang tetap dan juga

kematian juga dapat berdampak pada

psikologis dan sosial dari istri. Kekerasan

psikologis dapat merusak harga diri,

menimbulkan kebingungan dan dapat

merusak kejiwaan istri.

Penganiayaan terhadap istri sering disertai

pada penganiayaan pada anak. Pengaruh-

pengaruh jangka panjang dari kekerasan

terhadap istri sering berlanjut menjadi

perlakuan kejam pada anak dan pola tersebut

berlanjut dari kekerasan dalam keluarga,

menimbulkan masalah psikopatologis yang

serius pada istri dan masalah-masalah lainnya

dalam keluarga.

Anak-anak yang sering melihat atau

mengalami kekerasan cenderung menjadi

terlibat dalam lingkaran tersebut. Pola

kekerasan ini dapat diturunkan dari satu

generasi ke generasi lainnya. Anak belajar

bahwa dari kondisi yang mereka saksikan

memperbolehkan melakukan tindak

kekerasan ketika merasakan emosi-emosi

yang kuat seperti dalam keadaan marah,

frustasi dan stress. Mereka belajar bahwa

perlakuan kekerasan merupakan kondisi yang

normal terjadi dalam keluarga, mencintai dan

menyakiti merupakan kondisi yang tidak

kompatibel. Pengaruh terhadap diri yaitu

harga diri yang rendah, orang yang posesif

dan memiliki rasa cemburu yang kuat. 12

G. Fakta- fakta KDRT

di berbagai Negara

Fakta-fakta kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) terjadi hampir diseluruh dunia. Di

Bangladesh pembunuhan terhadap istri

mencapai 50 % dari seluruh pembunuhan

yang terjadi. 20-50 % perempuan pernah

mengalami KDRT. 15

Di Pakistan 99 % ibu rumah tangga dan

77 % pekerja wanita menjadi korban

pemukulan suaminya.8 Dari 95 % korban

kekerasan wanita di Perancis, 51 % dari

proporsi tersebut dilakukan oleh suami

korban sendiri. 15

13 menyatakan 21 % wanita di Kanada

mendapatkan kekerasan oleh pasangannya

dan juga mengalami kekerasan pada saat

kehamilan. Di Indonesia, data dari seluruh

kasus yang ditangani oleh LKBHIuWK-

Jakarta pada tahun 1997-1998 menyatakan

bahwa 35 % dari perempuan yang meminta

bantuan konsultasi dan jasa hukum

teridentifikasi mengalami kekerasan dari

suami.

SIKAP (Solidaritas Aksi Korban

Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan)

sampai Mei tahun 2000 melaporkan, dari 35

wanita yang mengalami kekerasan, 19 orang

mengalami KDRT. 5 Fakta kekerasan

terhadap istri di Indonesia diantaranya

seperti suami membentak istri, main serong,

tidak memberi uang belanja, memukul dan

lain sebagainya. 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Goodman. (2000). Stages of change- based Nursing Intervention for victims of interpersonal violence. Jognn Principle & Practice.

2. Hakimi, dkk. (2001). Membisu demi harmoni; kekerasan terhadap istri dan kesehatan perempuan di Jawa Tengah Indonesia. Yogyakarta; LPKGM FK UGM

3. Hedin & Janson. (1999). Domestic violence during pregnancy. Original article.

4. Kolibonso, Rita Serena. (2000). Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga; fakta diskriminasi perempuan. Jakarta

5. Komnas Perempuan. (2002). Peta kekerasan. Pengalaman perempuan Indonesia. Jakarta: Ameepro.

6. Kalyanamitra. (1999). Menghadapi pelecehan seksual. Jakarta: Kalyanamitra.

7. Kollman, Natalie. (1998). Kekerasan terhadap perempuan. Jakarta: YLKI dan Ford

8. Letourneau, Colmes & Chasendunn Roark. (!999). Gynecologic health concequences to victim of interpersonal violence. Womens health issue.

9. LPKP2 Fatayat NU & The Asia Foundation.

(2003). Buku panduan konselor tentang kekerasan dalam rumah tangga. Jakarta.

10. Marwick C. (1998). Domestic violence Recognized as a word problem: JAMA

11. Morris, Marika. (2000). Violence against women and girls. A fact sheet for CRIAW.

12. Old Sally, B, et all. (2004). Maternal- newborn nursing & womens health care. 7 th. New Jersey: Prentice Hall.

13. Rodgers K. (1994). Wife assault: the finding a national survey. Canadian centre for justice statistic catalog.

14. Strack E, Flipteraf. (1996). Women at risk: domestic violence and womens health. California, USA: Sage Publications.

15. UN. (1997). Focus on women: violence against women. United nations: fourth world conference on women