kekasaran KOKO.pdf

download kekasaran KOKO.pdf

of 22

Transcript of kekasaran KOKO.pdf

  • 91

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami

    kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir

    manusia. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita

    berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

    Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana

    saja kita berada.Sedangkan kiat tidak dapat diajarkan, tetapi dapat dikuasai

    melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.

    Karena keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur

    utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat.

    Sama halnya dengan perkembangan teknologi dibidang produksi.Khususnya

    metrologi industri.Ilmu pengukuran ini, sangat berperan penting dalam

    perindustrian. Produk- produk yang akan dihasilkan nantinya, harus sesuai dengan

    standar yang berlaku. Cakupan kecil saja, aplikasi metrology industry di bidang

    pengukuran kekasaran permukaan. Kita tidak bisa menyatakan nilaik kekasaran

    suatu permukaan benda hanya dengan caramemanfaatkan indra perasa atau cara

    visual saja. Akan terjadi perbedaan pengukuran untuk setiap individu.

    Untuk itu, perlu sebuah alat ukur yang mampu menyamakan persepsi

    terhadap pengukuran kekasaran permukaan tersebut. Pada pratikum pengukuran

    kekasaran permukaan ini, penulis menggunakan tiga alat ukur yang dirangkai

    secara bersamaan, yaitu: pick up, drive units, amlifire.Penggunaan alat ini tidak

    bisa dipelajari hanya dengan teori saja. Kalaupun bisa, tidak akan bisa semaksimal

    pemahaman saat melakukan pengukuran lansung. Demi pencapaian yang

    maksimal itulah pratikum pengukuran ini perlu dilakukan.

    1.2.Tujuan

    Dalam pratikum kali ini tujuan yang ingin dicapai oleh para pratikan adalah:

    1. Memahami prinsip dasar proses dasar proses pengukuran kekasaran

    permukaan

  • 92

    2. Mampu menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kekasaran

    permukaan

    3. Mengetahui parameter-parameter kekasaran permukaan

    4. Mampu mngaalisis hasil pengukuran kekasaran permukaan

    1.3.Alat Ukur

    Pada pratikum kali ini kita menggunakan alat :

    1. Meja rata

    Gambar 1. 1 Meja Rata

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    2. Pick up

    Gambar 1. 2 Pick Up

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    3. Drive units

  • 93

    Gambar 1. 3 Drive Units

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    4. Amlifire

    Gambar 1. 4 Amplifire

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    1.4.Benda Ukur

    Benda ukur berbentuk balok baja pejal, dengan dimensi 100mm x 50mm x 10

    mm. pada pengukuran kekasaran permukaan ini, penulis menggunakan sisi

    tegak ( sisi yang terbentuk dari pertemuan panjang dan tinggi dari balok).

    Gambar 1. 5 Benda Kerja

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    1.5. Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika penulisan laporan Metrologi Industri ini terdiri dari :

  • 94

    BAB I Pendahuluan

    Berisi mengenai latar belakang, tujuan, alat, bahan dan sistematika penulisan

    BAB II Teori Dasar

    Berisi tentang pengertian kekasaran permukaan dan alat ukur kekasaran

    permukaan

    BAB III Data Pengamatan

    Pada bab ini terdiri dari data grafik dan pengolahan data

    BAB IV Analisa

    Pada bab ini berisikan tentang analisa yang telah didapat pratikan

    BAB V Penutup

    Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pratikan

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 95

    BAB II

    TEORI DASAR

    2.1. Permukaan

    Menurut istilah keteknikan, permukaan adalah suatu batas yang memisahkan

    benda padat dengan sekitarnya.Dalam prakteknya, bahanyang digunakan untuk

    benda kebanyakan dari besi atau logam. Olehkarena itu, benda-benda padat yang

    bahannya terbuat dari tanah, batu,kayu dan karet tidak akan disinggung dalam

    pembicaraan mengenaikarakteristik permukaan dan pengukurannya.

    Mikrogeometri adalah permukaan secara keseluruhan yang membuat bentuk /

    rupa yang spesifik , misalnya permukaan poros,lubang sisi, dll. Dalam hal

    perancangan toleransinya telah tercakup pada elemen geometric ukuran,bentuk

    dan posisinya.

    Karakteristik permukaan memegang peranan penting dalam perancangan

    komponen mesin /peralatam. Banyak hal dimana permukaan dinyatakan misalnya

    gesekan, keausan, pelumasan,tahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih

    komponen-komponen mesin, dll. Orang membuat berbagai parameter guna

    menandai/ mengidentifikasi konfigurasi suatu permukaan.Parameter harus terukur

    (bisa terukur dengan besaran atau unit tertentu), yang mungkin harus dilakukan

    dengan memakai alat ukur khusus yang dirancang untuk keperluan tersebut.

    2.2Kekasaran permukaan

    Ketidaksempuranaan alat ukur dan cara pengukuran maupun evaluasi hasil

    pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya tidak dapat dibuat tiruan/

    duplikatnya secara sempurna.Tiruan Permukaan hasil pengukuran hanya bisa

    mendekati bentuk/ konfigurasi suatu celah atau retakan yang sempit pada

    permukaan terukur (measured surface), contohnya suatu celah atau retakan yang

    sempit pada permukaan tidak akan dapat di ikuti oleh jarum peraba ( stylus) alat

    ukur karena dimensi ujung jarum ini lebih besar daripada ukuran celah.

    Karena terjadinya berbagai penyimpangan selama proses pembuatan maka

    permukaan geometric ideal ( geometrically ideal suface ) , yaitu permukaan yang

    di anggap mempunyai bentuk yang sempurna, tidaklah dapat di buat.Dalam

  • 96

    praktek seorang perancang akan menuliskan syarat permukaan pada gambarteknik

    dengan menggunakan cara yang mengikuti suatu aturan (standar) yang tertentu.

    Permukaan nominal (nominal surface) yaitu permukaan seperti yang disyaratkan

    pada gambar teknik.

    Karena kesulitan dalam mengukur dan menyatakan besaran yang di ukur

    bagi suatu permukaansecara tiga dimensi maka dilakukan suatu

    pembatasan.Permukaan hanya dipandang sebagaipenampang permukaan yang

    dipotong secara tegak lurus (normal), sorong (oblique), atau singgung

    (tangensial). Bidang pemotongan dapat diatur orientasinya sejajar dengan

    permukaanlalu digeser ke dalam permukaan dengan jarak kedalaman yang sama

    (equidistant).

    Gambar 2. 1 Orientasi Bidang Potong

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan, bila ditinjau dari profilnya

    dapat yang diuraikan atas beberapa tingkat: tingkat pertama yaitu ketidakteraturan

    makrogeometri sebagaimana telah dibahas pada toleransi bentuk. Tingkat kedua

    adalah disebut dengan gelombang merupakan ketidakteraturan yang periodic

    dengan panjang gelombang yang jelas lebih besar dan kedalamannya.Tingkat

    ketiga alur serta tingkat keempat yang disebut dengan istilah kekasaran.Dalam

    duannya lebih dikenal dengan istilah keteraturan konfigurasi suatu permukaan

    jarang ditemukan sendiri terpisah.Melainkan kombinasi beberapa tingkat ketidak

    teraturan yang tersebut.

  • 97

    Sepintas pembedaan antara tingkat ketidakteraturan ini dapat dimengerti dan

    dapat juga kisaran faktor-faktor penyebabnya, akan tetapi persoalannya

    bagaimana membuat dan menyatakannya.

    Tabel 2. 1 Ketidakteraturan Suatu Profil

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    2.3. Parameter Kekasaran Permukaan

    Panjang lintasan panjang pengukuran adalah jarak lintasan garis lurus yang

    digerakkan sepanjang alat ukur dengan stylus.Panjang sampel (sampling length/ l)

    yaitu bagian panjang pengukuran dimana dilakukan analisis profil permukaan.

    Reproduksi profit sesungguhnya dengan penambahan keterangan mengenai

    beberapa istilah profil:

    a) Profil geometrik ideal (geometrically ideal profile) adalah profile yang

    permukaan sempurna (dapat berupa garis lurus, lengkung, atau busur).

    b) Profil terukur (measured profile) merupakan suatu profile permukaan

    terukur.

    c) Profil referensi /acuan/ puncak ( reference profile) adalah profit yang di

    gunakan sebagai acuan untuk menganalisis ketidakteraturan konfigurasi

    permukaan. Profil ini dapat berupa garis lurus atau garis dengan bentuk

    sesuai dengan profil geometric ideal, serta menyinggung puncak tertinggi

  • 98

    profil terukur dalam suatu panjang sampel (sehingg adisebut profil

    puncak/ cust line).

    d) Profil akar atau alas (root profile) yaitu profil referensi yang digeserkan ke

    bawah (arahtegak lurus terhadap profile geometric ideal pada suatu

    panjang sampel). Sehingga menyinggung titik terendah profile terukur.

    e) Profile tengah (center profile) adalah profil referensi yang di geserkan ke

    bawah, (arah tegak lurus terhadap profile geometric ideal pada suatu

    panjang sampel) sedemikian rupa sehingga jumlah luas bagi daerah-daerah

    di atas profil tengah sampai ke profil terukur adalah sama dengan jumlah

    luas-luas daerah di bawah profil tengah sampai keprofil terukur.

    Gambar 2. 2 Parameter Permukaan

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Berdasarkan profil-profil yang diterangkan diatas, dapat didefinisikan

    beberapa parameter permukaan, yaitu yang berhubungan dengan dimensi pada

    arah tegak dan arah memanjang/mendatar. Untuk dimensi arah tegak dikenal

    beberapa parameter, yaitu:

    a) Kekasaran total ( peak to valley height/ total height) ; Rt (m)

    Adalah jarak antara profile referensi dengan profil alas.

    b) Kekasaran perataan (depth of surface smoothness/ peak to mean line) ; Rp

    (m)

    Adalah jarak rata-rata antara profile referensi dengan profil terukur.

  • 99

    ...........................................(2.1)

    akan sama dengan jarak antara profil referensi dengan profil tengah.

    c) Kekasaran Rata-rata Aritmatik (mean roughness indek/ center line

    average, CLA ); Ra(m)

    Adalah harga rata-rata aritmatik bagi harga absolutnya jarak antara profil

    terukur dengan profil tengah .

    ........................................(2.2)

    d) Kekasaran Rata-rata Kuadratik (root mean square height)

    Adalah akar bagi jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil

    terukur.dengan profil tengah.

    .........................................(2.3)

    e) Kekasaran Total Rata-rata ; Rz (m)

    Merupakan jarak rata-rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak

    tertinggi dikurangi jarak rat-rata profil terukur pada lima lembah terendah.

    [ ] ............(2.4)

    Untuk dimensi arah mendatar:

    Gambar 2. 3 Parameter Permukaan Arah Memanjang

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

  • 100

    a) Lebar Gelombang (Waviness width); Aw , mm

    Adalah rata-rata aritmatik bagi semua jarak di antara 2 buah puncak

    gelombang (profil terukur) yang berdekatan pada suatu panjang sampel lw.

    Lw disebut panjangsampel gelombang (waviness sampeling length),

    dimensinya lebih panjang daripada panjang sampel gelombang l ( yang

    biasa dipakai untuk mengukur kekasaran). Maksud pemakaian lw adalah

    untuk memisahkan efek gelombang dari parameter kekasaran.

    b) Lebar kekasaran (roughness width) ; Ar (mm)

    Adalah rata-rata aritmatik bagi semua jarak di anatara dua buah

    puncak kekasaran profil terukur yang berdekatan pada suatu panjang

    sampel l.

    c) Panjang penahan ( bearing length ), l1 (mm)

    Adalah profil referensi digeserkan kebawah sejauh c akan memotong

    profil terukur sepanjang

    d) Bagian panjang lengan (bearing length faction), (mm)

    Adalah hasil bagian panjang penahan terhadap panjang sampelnya.

    ...............................................(2.5)

    2.4. Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan

    Sebagaimana yang telah disinggung dimuka, parameter kekasaran permukaan

    merupakan besaran panjang yang direkayasa orang guna mengidentifikasikan

    suatu permukaan. Suatu parameter dikatakan ideal jika perbedaan yang bagai

    manapun spesifikasinya dapat diketahui dan perbedaan hasil pengukuran

    berdasarkan parameter tersebut. Karena kompleksitas suatu permukaan maka sulit

    untuk membuat parameter yang ideal, hal ini dapatditunjukkan melalui ulasan

    berikut.

  • 101

    Gambar 2. 4 Profil "berduri' dan Profil "bercelah"

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Pertama tama marilah kita tinjau dua buah profil permukaan yang

    istimewa seperti salah satu profil mempunyai celah celah yang sempit. Bila

    diukur, kedua profil ini akan memberikan harag Ra yang kurang lebih sama.

    Demikian pula halnya dengan harga Rt - nya. Perbedaan kedua profil ini hanya

    terletak pada harga Rp-nya. Oleh karena itu, untuk memberikan informasi yang

    lebih lengkap mengenai konfigurasi permukaan. dikemukakan suatu parameter

    baru yang disebut dengan parameter bentuk yang dapat dinyatakan dengan

    memakai salah satu dan dua cara pernyataan berikut:

    Koefisien lekukan, ku

    Adalah kekasaran peralatan dibagi dengan kekasaran total

    Ku = Rt

    Rp

    ...................................................(2.6)

    Koefisien kelurusan, kv

    Adalah merupakan komplemen satuan koefisien lekukan

    Kv = kuRt

    Rp 11

    ........................................(2.7)

    Untuk suatu profil yang mempunyai kombinasi ketidakteraturan yang

    berbentuk gelombang dan sekaligus juga kekasaran harus diusahakan untuk

  • 102

    memisahkan tingkatan ketidakteraturan tersebut. Caranya, dengan mengambil dua

    panjang sampel yang bebeda yaitu panjang sampel gelombang dan panjang

    sampel kekasaran jadi, harga rata rata aritmatik Ra untuk beberapa panjang

    sampel kekasaran yang diukur pada beberapa tempat didalam panjang sampel

    gelombang dapat dikurangkan dari harga Ra yang didapat dari pengukuran untuk

    satu panjang sampel gelombang tersebut

    Gambar 2. 5 Penentuan Tinggi W

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Dan hasil ini dapat didefenisikan suatu parameter lain yang disebut

    ketinggian / kekasaran gelombang, w ( waviness height). Untuk satu panjang

    sampel gelombang. W adalah jarak antara profil dasar dengan profil referensi

    yang telah digeser sejauh harga rata rata Rt untuk beberapa panjang sampel

    kekasaran .

    W = Rt kekasaran Rtkekasaran ....................................(2.8)

    Dimana :

    Rtkekasaran = Rtin

    1kekasaran.................................(2.9)

    Untuk mengetahui karakteristik suatu permukaan akan diperoleh hasil yang

    lebih baik jika dilakukan dengan cara merata ratakan hasil pengukuran pada

    beberapa tempat Arah gerak sensor alat ukur (arah pengukuran ) adalah

    sembarang, kecuali jika ada ketentuan bahwa arah pengukuran harus tegak lurus

    terhadap alur alur bekas pengerjaan (dan ini merupakan cara yang banyak

    dipraktekkan). Apabila arah telah ditentukan, pengukuran yang dilakukan pada

    beberapa tempat harus menggunakan arah gerak sensor yang sama, jadi, garis

    garis pengukuran harus sejajar.

  • 103

    Secara teoritik dapat dimisalkan bentuk suatu profil permukaan.

    Kemudian,dihitung parameter permukaannya berdasarkan rumus matematika

    berikut adalah contoh beberapa bentuk profil teoritik dengan perbandingan harga

    harga parameter kekasarannya.

    (Sumber :Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    2.5. Alat Ukur Kekasaran Permukaan

    Dalam mengidentifikasi adanya kekasaran dapat dibantu pada alat ukur

    kekasaran permukaan. Alat ukur kekasaran permukaan memiliki prinsip kerja

    jenis opto-elektrik yang dirancang dengan penggabungan beberapa prinsip dasar

    berikut:

    1. Fotosel merupakan komponen elektronik yang peka terhadap sinar yajatuh

    pada permukaan aktifnya.

    2. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya (lampu atau LED (light Emiting

    Diode) diarahkan oleh sistem optik agar dapat mengenai fotosel.

    3. Suatu sistem optik (gabungan opto-mekanik) yang dirancang untuk

    mendeteksi perubahan gerakan, diusahakan untuk mengubah intensitas

    cahaya yang mengenai fotosel yaitu pada saat terjadi perubahan gerakan.

    4. Pengolahan sinyal fotosel (besaran listrik) sedemikian rupa sehingga

    korelasi (hubungan) antara perubahan intensitas cahaya dengan perubahan

    gerakan dapat dibaca dengan kecermatan tertentu.

    Alat ukur permukaan dengan prinsip kerja yang dijelaskan dapat dilihat pada

    gambar di bawah ini.

    Tabel 2. 2 Beberapa Profil Teoritik Dengan Harga Parameter "Kekasaran"

  • 104

    Gambar 2. 6 Sensor Alat Ukur

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Sensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga menempel pada permukaan

    yang akan diukur kekasarannya (sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol).

    Sistem mekanik, optik, elektrik, dan pengolahan data pengukuran berfungsi

    sebagai berikut:

    a. Sistem Mekanik

    Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan selalu menempel pada

    permukaan. Poros alat ukur digerakkan (digerakkan oleh motor yang

    dikontrol kecepatannya). Sepanjang sampel kekasaran dan sensor

    menggeser sambil bergerak turun naik mengikuti profil permukaan.

    Gerakan sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan pelat

    bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan jarak sensor engsel

    dan pelat engsel.

    b. Sistem Optik

    Berkas cahaya diarahkan pada sepasang fotosel pada celah. Akibat

    goyangan celah, kedua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian

    intensitas cahayanya. Saat celah bergerak keatas fotosel yang diatas akan

    menerima cahaya dengan intensitas cahaya yang lebih besar daripada

    diterima fotosel yang berada dibawah.

    c. Sistem elektrik

  • 105

    Perubahan sinyal listrik karena perubahan intensitas cahaya pada sepasang

    fotosel secara sistematik mengikuti irama goyangan celah dapat diperoleh

    secara elektronik.

    d. Sistem pengolahan data

    Berbagai parameter kekasaran permukaan dapat dianalisis secara manual

    berdasarkan grafik profil kekasaran permukaan. Grafik kekasaran

    permukaan ini adalah hasil pengubahan sinyal sensor menjadi sinyal

    analog besaran listrik yang direkam dengan perekam jenis galvanometer.

    Alat ukur kekasaran permukaan memiliki kapasitas ukur dengan terbatas (0,1

    mm). Kapasitas pengukuran dapat diperpanjang dengan membuat batang

    pengubah intensitas cahaya sama dengan batang skala inductosin (kapasitas ukur

    panjang skala dikurangi panjang slider). Pengubah intensitas cahaya dapat berupa

    batang skala terbuat dari gelas (transparan). Dengan teknik photoligrafi garis-garis

    skala dibuat dipermukaan gelas dengan kecermatan yang sangat tinggi (pits; P=

    0,008 mm) dan dinamakan sebagai skala ukur.

    Reaksi fotosel atas cahaya yang datang pada permukaan aktifnya dapat

    dianggap sebagai dua kondisi, yaitu: kondisi ON (satu) dan kondisi OFF (nol).

    a) Kondisi ON

    Skala pada slider akan menempati posisi yang sama dengan skala pada

    batang skala dan berkas cahaya dapat melewati celah-celah antar garis.

    b) Kondisi OFF

    Garis-garis skala pada slider menempati posisi yang persis pada celah

    antara garis-garis pada batang skala sehingga berkas cahaya tidak bisa

    lewat.

    2.6 Bagian-bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan

    Pada alat ukur kekasaran permukaan terdiri dari beberapa bagian-bagian yang

    memiliki fungsi berbeda. Bagian alat ukur akan dijelaskan sebagai berikut:

    1. Pick-Up (PU-A2)

  • 106

    Gambar 2. 7 Pick Up (Pu-A2)

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Pick-Up digunakan sebagai sensor yang memiliki prinsip kerja

    optomekanik. Pada pick-up terdapat batang ayun sebagai dudukan sensor dan

    pengubah gerakan sensor pada batang membuat pelat pada ujung lain ikut

    bergerak. Cahaya yang dipantulkan ke pelat akan melewati lubang pada pelat.

    Lalu naik turunnya cahaya diterima oleh fotosel. Skematik pada pelat dapat dilihat

    pada gambar dibawah ini.

    Gambar 2. 8 Prinsip Opto-Mekanik

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    2. Drive Unit (DR-30x31)

  • 107

    Gambar 2. 9 Drive Unit (DR-30X31)

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Drive unit merupakan alat elektrik yang menerima respon dari pick-up. Pada

    drive unit terdapat kalibrasi agar pengukuran yang didapatkan sesuai acuan

    standart. Drive unit merupakan alat pencatat yang dihasilkan oleh fotosel.

    3. Amplifier (AS-1700)

    Gambar 2. 10 Amplifier (AS-1700)

    (Sumber:Dodi Sofyan Arief. Buku Panduan Pratikum Metrologi Industri

    UR.2014)

    Pada amplifier ini merupakan alat yang membantu menampilkan grafik yang

    dibaca oleh drive unit. Pada amplifier terdapat layar, lalu proses pengukuran

    dilakukan pada amplifier. Hasil grafik yang didapatkan dapat dicetak pada kertas

    grafik agar dapat dianalisa mengenai parameter yang didapatkan dari grafik profil

    benda ukur.

  • 108

    BAB III

    DATA PENGAMATAN

    3.1 Grafik Hasil Pengukuran

    Gambar 3. 1 Grafik Hasil Pengukuran Kekerasan Permukaan

    (Lab. Pengukuran Metrologi Industri. UR.2014)

    Keterangan grafik:

    t = kekasaran total ( m)

    p = kekasaran perataan ( m)

    ls = panjang sampel (mm)

    lp = panjang pengukuran (mm)

    Pgi = profil geometri ideal

    Ptgh = profil tengah

    Pa = profil alas

    Pt = profil terukur

    R1,2,3,4,5 = jarak profil alas ke puncak tertinggi profil terukur (titik)

    R6,7,8,9,10 = jarak profil alas kelembah terendah profil terukur (titik)

    h1,2,3,...,45 = jarak profil tengah ke profil terukur (titik)

    y1,2,3,...,38 = jarak profil referensi keprofil terukur (titik)

  • 109

    3.2 Data

    Tabel 3. 1 Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan

    NO Y(TITIK) H(TITIK) R(TITIK)

    1 26 2 38

    2 26 2 42

    3 19 5 48

    4 10 14 28

    5 23 1 40

    6 33 9 13

    7 13 11 15

    8 6 18 0

    9 21 3 21

    10 26 2 11

    11 3 21

    12 25 1

    13 29 5

    14 21 3

    15 9 15

    16 17 7

    3.3 Pengolahan Data

    Berdasarkan grafik yang didapatkan dari pengukuran kekasaran permukaan

    maka pengolahan data yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung

    parameter-parameter kekasaran permukaan.

    Diketahui : Titik Maksimum = 48

    Titik Minimum = 0

    Jarak antara titik= 5

    Panjang sampel = 76 titik

    Ditanya : Rt, Rp, Ra, Rg, Rz, Ku dan Kz

    Penyelesaian :

    A. Rt = (Titik Maximum Titik Minimum)(

    )

    = (48-0)(

    )

    Rt = 4,8

  • 110

    B. Rp [

    ]

    Rp=867,92

    C. Ra=[

    ]

    Ra=348,08

    D. Rg= 2(76)

    Rg=39,93

    E. Rt =

    Rt = 5,12 m

    F. Ku=

    Ku= 180,82 m

    G. Kv=(1-180,82) m

    Kv= -172,82 m

  • 111

    BAB IV

    ANALISIS

    4.1 Analisa Data

    Dalam pratikum kali ini kita membahas tentang kekasaran permukaan yang

    arti dari kekasaran itu sendiri adalah salah satu penyimpangan yang disebabkan

    oleh kondisi pemotongan dari proses pemesinan sedangkan permukaan itu sendiri

    ialah batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Dan pada pratikum

    kali ini juga kita menggunakan 3 alat ukur yaitu pick-up, drive unit dan amplifier.

    Prinsip kerja dari dive unit itu sendiri adalah opto-mekanik dan pada pick-up

    menggunakan prinsip kerja opto-mekanik dan pada amplifier menrupakan alat

    yang membantu menampilkan grafik yang dibaca oleh drive unit.

    Sedangkan untuk cara kerja alat kekasarannya adalah pertama rangkaian alat

    ukur kekasaran permukaan dan setting parameter sesuai standar yang terdapat

    pada pick-up, kemudian lakukan pengaturan set-meter = 0 dan lakukan data dan

    perhitungan.

    Dari hasil pratikum yang dapat dianalisa oleh pratikan yang dapat dianalisa

    oleh pratikan adalah hasil grafik yang kurang jelas sangat mempengaruhi pratikan

    saat menghitung parameternya.Dan karena hasil grafik yang kurang jelas

    menyebabkan titik grafik yang tidak jelas sehingga mengakibatkan hasil

    perhitungan kurang tepat. Untuk memperjelas mana garis yang bias dihitung

    sebagai bukit atau lembah pratikan melakukan pembesaran gambar grafik

    mengakibatkan garis pada grafik menebal sehingga sulit untuk menentukan batas

    garis yang dihitung.

    Hasil grafik yang kurang jelas sangat mempengaruhi hasil perhitungan pratikan

    dalam menghitung parameter- parameter pengukuran kekasaran permukaan benda

    ukur.Karena titik grafik yang tidak jelas, sehingga mengakibatkan hasil

    perhitungan Rt, Rt, Ra dan Rz kurang tepat. Untuk memperjelas mana garis yang

    bisa dihitung sebagai bukit atau lembah sampel, pratikan melakukan pembesaran

    gambar grafik mengakibatkan garis pada grafik menebal sehingga sulit untuk

    menentukan batas garis yang akan ditinjau.

  • 112

    BAB V

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil pratikum yang dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan :

    1. Jika tinggi bukit pada grafik (nilai puncak gelombang yang dihitung dengan

    satuan titik) atau semakin rendah lembah pada grafik maka semakin

    kasarlah permukaan benda ukur.

    2. Berbanding lurus juga dengan banyak gelombang yang dihasilkan dari

    grafik nilai kekasaran permukaan, semakin banyak gelombang pada grafik

    maka semakin kasar permukaan benda ukur

    3. Sama halnya juga dengan bentuk dari gelombangnya (interval gelombang)

    yang dihasilkan, semakin besar interval antar gelombang, semakin besarlah

    nilai kekasaran permukaan benda kerja/ukur.

    4. Dengan kata lain, semakin rapat gelombang-gelombang pada grafik maka

    tingkat kekasaran permukaan benda ukur semakin rendah.

    5.2. Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan pratikan ialah :

    1. Dalam pratikum baiknya ikuti peraturan yang berlangsung

    2. Bersikap serius selama melakukan pengukuran

    3. Pengukuran harus dilakukan dengan cermat