Kejang Demam

30
Kejang Demam (Febris Konvulsi) Saat duduk di depan lobi sebuah rumah sakit negeri di Denpasar, saya melihat seorang bapak dengan tergopoh gopoh menggendong anaknya menuju ke ruang UGD. Penasaran, saya beranikan diri menanyakan ke bapak itu apa yang terjadi dengan anaknya, dengan suara yang masih terengah engah bapak itu menceritakan bahwa anaknya terkena step. Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak. Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan anaknya menderita kejang demam. Apa yang dimaksud dengan Kejang Demam?, Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu : - Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. - Complex febrile seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

description

kejang demam

Transcript of Kejang Demam

Kejang Demam (Febris Konvulsi)

Saat duduk di depan lobi sebuah rumah sakit negeri di Denpasar, saya melihat seorang bapak dengan tergopoh gopoh menggendong anaknya menuju ke ruang UGD. Penasaran, saya beranikan diri menanyakan ke bapak itu apa yang terjadi dengan anaknya, dengan suara yang masih terengah engah bapak itu menceritakan bahwa anaknya terkena step.

Step atau Kejang Demam masih sangat umum terjadi pada anak anak. Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 - 5%. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi biasanya tidak membahayakan. Orang tua akan panik begitu mendapatkan anaknya menderita kejang demam.

Apa yang dimaksud dengan Kejang Demam?, Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Secara umum, Kejang Demam dapat dibagi dalam dua jenis yaitu :- Simple febrile seizures (Kejang Demam Sederhana) : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam.- Complex febrile seizures / complex partial seizures (Kejang Demam Kompleks) : kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).

Lalu apa yang membedakan kejang demam ini dengan epilepsi? Walaupun gejalanya sama yaitu kejang dan berulang, namun pada anak yang menderita epilepsi, episode kejang tidak disertai dengan demam.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:- Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama- Riwayat kejang demam dalam keluarga- Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal- Riwayat demam yang sering- Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Jika kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam. Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan = 3 faktor risiko.

Bagaimana jika anak anda demam yang disebabkan oleh imunisasi?Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang demam. Suatu

penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut :

· DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.

· MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.

Sebenarnya, apa sih yang terjadi dalam tubuh saat anak mengalami kejang demam? Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel/membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis (peradangan pada amandel), infeksi pada telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.

Melihat paparan kejadian dalam tubuh diatas, saya tarik benang merah gejala yang bisa anda lihat saat anak mengalami Kejang Demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam).

Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.

Saat anak mengalami Kejang Demam, hal hal penting yang harus kita lakukan antara lain :

- Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.- Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam- Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut- Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya sendiri.- Hubungi dokter anak anda

Akhirnya timbul pertanyaan bagaimana cara mencegah agar anak tidak mengalami Kejang Demam, seperti yang saya tulis diatas kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah. Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak yang sering mengalami kejang demam, tetapi hal ini sekarang sudah jarang dilakukan.

Pada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat mereka menderita demam bisa diberikan diazepam (baik yang melalui mulut maupun melalui rektal).

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, perjalanan penyakitnya baik dan tidak menimbulkan kematian.

Login or register to post comments

Menu Utama

o PROFIL o PROGRAM STUDI o FASILITAS o MAHASISWA FIK o SITE MAP o CONTACTS

Design &Theme by Team Web-UMS 2007 © Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Demam pada Anak

Jumat, 2 Februari, 2007 oleh: Siswono

Demam pada Anak Gizi.net - Jangan pernah remehkan demam. Berbagai penyakit, baik yang ringan maupun yang berbahaya, ditandai dengan gejala naiknya suhu tubuh di atas normal. Kenali gejala lain yang menyertainya, agar tidak terlambat ditangani.

Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal. Pada anak-anak, suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,5 derajat Celcius. Banyak orang tua yang belum mengerti, demam bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala atau tanda.

"Demam bisa merupakan satu reaksi dari adanya infeksi, tanda bahwa di dalam tubuh kita lagi ada infeksi," ujar dr. Rismala Dewi Sp.A dari Divisi Pediatri Gawat Darurat, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Infeksi pada tubuh bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit. Semua organ di tubuh bisa terkena infeksi. Misalnya, menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan batuk pilek, radang tenggorokan atau amandel. Infeksi bisa juga menyerang telinga, saluran kencing, saluran pencernaan, dan lain-lain. Pendeknya, apa saja bisa diserang oleh virus dan bakteri.

"Jadi, demam itu sebenarnya bagus, sebagai pertanda adanya infeksi, dan tubuh sedang memerangi virus atau bakteri yang menyebabkan penyakit," ucap dokter yang akrab disapa Dewi ini.

Kapan Ke Dokter?

Biasanya, demam diikuti banyak gejala lain yang menyertainya. Menurut Dewi, pada hari-hari pertama, hampir semua penyakit belum kelihatan arahnya kemana. Oleh karenanya, orangtua hanya perlu mengawasi kondisi fisik anak dan gejala-gejala lain yang menyertai demam.

"Jika anak demam tapi tenang-tenang saja, masih bisa jalan, makan dan minum, bahkan bermain, maka orangtua tak perlu khawatir. Bahkan kalau perlu tidak usah menurunkan demamnya. Cukup diberi air minum yang banyak. Obat penurun panas baru perlu diberikan jika anak merasa gelisah dan tidak nyaman dengan kondisi panasnya," terang Dewi.

Orangtua perlu khawatir jika anak yang demam tampak sakit, misalnya cenderung lemas, muntah-muntah, dehidrasi, tidak mau makan, dan sangat rewel. Orangtua sebaiknya lebih waspada lagi jika anak mengalami gejala-gejala tertentu yang mencurigakan dan mengeluhkan sakit pada bagian tertentu tubuhnya.

"Misalnya anak mengeluh sakit di bagian perut, telinga, sakit saat buang air kecil, atau gejala lain seperti sesak nafas, ada bintik merah di permukaan kulit, dan sebagainya. Jika gejala ini muncul, anak harus dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Tapi pada 24 jam pertama, gejala ini biasanya belum kelihatan."

Selain dilihat dari gejala lain yang menyertai demam, kapan tepatnya membawa si kecil ke dokter juga dilihat dari umurnya. Bayi di bawah 6 bulan, menurut Dewi, sebaiknya langsung dibawa ke dokter jika mengalami demam. Di usia ini, bayi biasanya masih memiliki daya tahan tubuh yang tinggi. "Biasanya, anak di bawah 6 bulan, lebih serius penyakitnya," ungkap Dewi. Jadi, jika di usia ini anak demam, maka kemungkinan ada penyakit yang lebih serius.

Kejang Demam

Yang kerap terjadi mengiringi demam adalah kejang. Kejang akibat demam, pada tiap anak berbeda. Ada yang ambang batas panasnya tinggi baru bisa terjadi kejang, ada juga yang rendah. Selain itu, kejang demam lebih sering terjadi pada usia antara 6 bulan - 4 tahun.

Riwayat keluarga, bisa juga menjadi patokan. "Misalnya ada yang panasnya 38 derajat Celcius sudah kejang, ada yang sampai 40-41 derajat Celcius enggak kejang juga. Harus dilihat juga apakah dalam keluarga ada riwayat kejang demam. Jika ada, kemungkinan untuk mengalami kejang demam lebih besar," terang Dewi.

Jika kejang demam terjadi, orang tua bisa sebaiknya memberikan pertolongan pertama dengan memberikan obat Diazepam Rektal, yang dimasukkan melalui dubur. Setelah itu, anak bisa dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. "Makanya penting bagi orangtua untuk mengetahui apakah anaknya memiliki riwayat kejang atau tidak, agar selalu menyiapkan obatnya di rumah."

Walau sudah terbebas dari kejang demam, suhu tubuh anak harus tetap diturunkan. Caranya, dengan memberikan pakaian yang longgar dan nyaman, obat penurun panas yang mengandung parasetamol atau ibuprofen, dan kompres air hangat.

Anak sangat rentan dengan suhu lingkungan. Saat demam, jangan membungkus anak dengan jaket dan selimut yang tebal, karena panas tubuh malah tidak akan keluar. Jika memungkinkan, sebaiknya anak yang demam berada dalam suhu ruangan yang sejuk. "Kecuali jika anak menggigil, bisa kita kasih selimut, tapi jangan terlalu tebal. Jika suhunya sudah stabil, buka lagi selimutnya."

Kompres sebaiknya dilakukan dengan air hangat, karena berhubungan dengan penguapan. Dulu orang tua sering melakukan kompres dengan air dingin, bahkan alkohol. Panas memang turun dengan cepat. Namun input baliknya, otak akan menganggap suhu di luar tubuh dingin, sehingga kemudian malah memerintahkan tubuh memproduksi panas lebih banyak. Sebaliknya, kompres air hangat membantu penguapan dan keluarnya panas dari dalam tubuh.

Beberapa penyakit berbahaya, bahkan mematikan, memiliki gejala demam, beserta gejala lain. Diantaranya demam berdarah, penyakit kawasaki, flu burung, dan lain-lain. "Penyakit-penyakit berbahaya itu pada awalnya juga tidak akan kelihatan gejalanya, terutama pada hari pertama demam. Setelah 24 jam, jika memang muncul gejala yang mencurigakan, seperti muntah-muntah, sesak napas, bintik merah, dan lain-lain, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut," saran Dewi.

BEBERAPA PENYAKIT BERBAHAYA

Berikut ini beberapa penyakit berbahaya yang semuanya ditandai dengan naiknya suhu tubuh di atas normal.

- Demam Berdarah (DB)

Bintik merah merupakan gejala yang khas pada DB. "Namanya saja sudah DB, gejalanya pasti demam dengan manifestasi perdarahan. Bentuknya bisa berupa mimisan atau bintik-bintik perdarahan pada permukaan kulit. Untuk membedakannya dengan bekas gigitan nyamuk, bintik tersebut jika ditekan tidak akan hilang," ujar Dewi.

DB bisa segera disembuhkan jika tidak terlambat ditangani dokter. Sama seperti influenza, virus dengue (penyebab DB) sebenarnya akan mati dengan sendirinya setelah melampaui siklus hidup 7 hari. Namun jika terlambat ditangani, bisa berakibat shock dan menyebabkan kematian. Oleh sebab itu pasien sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit agar dapat dipantau dan dirawat dengan baik.

- Penyakit Kawasaki (PK)

PK merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kelainan pada jantung. Penyebabnya sendiri hingga sekarang belum diketahui. Kebanyakan penderita PK adalah balita berusia 1-2 tahun. Gejalanya mirip dengan Campak, sehingga banyak orang tua yang terkelabui.

Munculnya PK ditandai dengan demam tinggi hingga 41 derajat Celcius minimal lima hari, ruam merah berbagai bentuk di seluruh tubuh, lidah dan bibir merah seperti stroberi, bengkak pada tangan dan kaki, mata merah tanpa disertai belek dan pembesaran kelenjar getah bening di salah satu sisi leher.

Bedanya dengan campak, panas pada campak akan hilang setelah ruam muncul, sedangkan pada PK bisa bertahan hingga 1-4 minggu. Perbedaan lain, pada campak mata yang merah disertai belek, dan batuk pileknya lebih parah.

- Flu Burung

Gejalanya seperti flu biasa, yaitu demam tinggi (di atas 38 derajat Celsius) disertai pilek. Seperti pada unggas, pada manusia, virus ini juga akan beredar ke seluruh pembuluh darah. Kalau tidak diantisipasi, misalnya demam tidak diturunkan, akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bisa dibayangkan jika pecahnya pembuluh darah terjadi di otak.

Selain demam dan pilek, flu burung biasanya juga ditandai dengan batuk dan gejala sesak nafas. Nah, jika terkena flu dalam kondisi seperti ini sebaiknya lebih waspada. "Sebaiknya langsung konsultasi ke dokter, apalagi jika demam tidak segera turun," ujar Dewi.

YANG PERLU DIPERHATIKAN

* Alat pengukur panas atau termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu tubuh anak dengan lebih akurat. Termometer tradisional yang menggunakan merkuri sebaiknya tidak digunakan lagi, karena merkurinya dapat meracuni jika pecah. Ganti dengan termometer digital.

* Bagian paling akurat untuk dipasangi termometer adalah di dubur. Pengukuran dapat juga dilakukan di ketiak dan mulut. Jika di ketiak, kondisi tangan anak harus benar-benar rapat dan pengukuran dilakukan agak lama, sekitar 5 menit.

* Jika anak masih bisa bermain, biarkan saja. Namun batasi agar tak terlalu letih, sehingga membuat tubuhnya bekerja ekstra keras dalam memerangi penyakit. Yang penting anak tetap merasa nyaman.

* Anak demam biasanya rewel dan emosional. Berikan lebih banyak perhatian. Anak yang mendapat banyak perhatian proses pemulihannya lebih cepat.

* Jangan beri obat penurun panas lebih dari 5 dosis sehari. Baca petunjuk penggunaan obat dengan baik.

" Demam bukan berarti tak boleh mandi. Basuh anak dengan air hangat dan segera keringkan. Penting untuk tetap menjaga kebersihan agar virus dan bakteri lain tidak masuk.

* Selain gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, bawa segera anak ke dokter jika:- demam di atas 38 derajat Celcius selama lebih dari 3 hari.- demam datang dan pergi selama beberapa hari.- mulut kering.- telinga mengeluarkan cairan- tidak lapar- sakit kepala- muntah-muntah dan diare

Sumber berita : Nova

Sumber: dikutip dari http://www.kompas.co.id/

Kejang Demam (Guideline)    

Apakah kejang demam itu ? Resiko berulangnya kejang demam Penanganan kejang demam Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan Resiko dan keuntungan penanganan jangka panjang Imunisasi dan kejang demam        Sumber

Apakah kejang demam itu ?

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak

mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-

5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun

dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.

Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam (2). Selama anak

mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan

dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang demam ini secara

umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu (1,2):

Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak

berulang dalam 24 jam.

Complex febrile seizures / complex partial seizures : kejang fokal (hanya melibatkan

salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu

singkat (selama demam berlangsung).

Risiko berulangnya kejang demam

Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi

mental. Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada

populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada 1/3

anak yang mengalaminya. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang

demam adalah (1,2):

Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif

normal

Riwayat demam yang sering

Kejang pertama adalah complex febrile seizure

Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko,

50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3 faktor risiko.

Penanganan kejang demam 

Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin

dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut

(2,3):

Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan

terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.

Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris,

karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan

khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas

kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas

kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang

menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa

menyatakan batasan menit (4).

Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk

meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang

berat, atau anak terus tampak lemas.  

Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di

atas adalah sebagai berikut (3,4):

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah

terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti

kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini

pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang

(mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).

Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :

Terapi awal dengan diazepam

Usia Dosis IV (infus)

(0.2mg/kg)

Dosis per rektal

(0.5mg/kg)

< 1 tahun 1–2 mg 2.5–5 mg

1–5 tahun 3 mg 7.5 mg

5–10 tahun 5 mg 10 mg

> 10 years 5–10 mg 10–15 mg

Jika kejang masih berlanjut :

         Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus,

0,5 mg/kg per rektal

         Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

         Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20

mg/kg per infus dalam 30 menit.

         Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif

dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan

Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah

penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering),

otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian

bawah), meningitis, dan pasca imunisasi.

Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik khusus

pada anak. 

         Pungsi lumbar (1)

Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan

kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini

dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala

dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada

kejang demam pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda

mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan

serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam

yang :

         Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)

         Mengalami complex partial seizure 

         Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam

sebelumnya)

         Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)

         Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga

sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.

         Kejang pertama setelah usia 3 tahun    

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda

peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi

sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi

antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti

itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.

         EEG (electroencephalogram) (1)

EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan

gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam

yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada

penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau

segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang

tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran

gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat

prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.

         Pemeriksaan laboratorium (1)

Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,

magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama.

Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan

sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

         Neuroimaging (1)

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan

MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi

untuk pertama kalinya.      

Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang

Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam

jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh

spesialis (2). Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang

adalah sebagai berikut.

         Antipiretik

Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan tidak ada

perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian

asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis.

Demikian pula dengan ibuprofen.

         Diazepam

Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset

demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang

demam yang berat (2,6). Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam

pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan),

letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak

selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam

sempat diberikan (5). Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat

menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.

         Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan

Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya

(hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh (5).

Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah

berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang

demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada

anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang

berfungsi dalam pembekuan darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang

merupakan kelenjar penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat

penggunaan asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang

demam. 

Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai

profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala

pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan

tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang (6).

Imunisasi dan kejang demam

Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti

kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam

pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut (2):

         DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan

menurun setelahnya.  

         MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah

imunisasi.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih

besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi

kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang

demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi.

 

Sumber

1. Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures.

Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple

febrile seizure. AAP Policy 1996; 97:769-775

http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769

2. Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005.

http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion

3. Clinical Practice Guidelines - Febrile Convulsion. Royal Children’s Hospital Melbourne.

http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5132

4. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004.

www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/ circulars/2004/cir2004-66.pdf

5. Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures. Practice

Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics

1999;103:1307-1309

6. Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures.

Pediatrics 1999; 103:e 86 

http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;103/6/e86 

Nurul I Hariadi

 

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi.

Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C.Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak.Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih.

Apa yang terjadi pada tubuh kita pada saat demam?

Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil.

Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C.

Kenapa hipotalamus memberitahu tubuh kita untuk mengubah ke suhu tubuh yang lebih tinggi? Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman.Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi.

Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka hipotalamus akan mengeset semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat untuk radang tenggorokan kita sudah mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh. Kita akan berkeringat dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis.

Demam bukan suatu penyakit. Jauh dari sebagai musuh, demam adalah suatu bagian penting dari pertahanan tubuh kita melawan infeksi. Banyak bayi dan anak-anak menjadi demam tinggi oleh penyakit-penyakit virus ringan. Jadi demam memberitahukan kepada kita bahwa suatu peperangan mungkin sedang terjadi di dalam tubuh kita, demam berperang untuk kita, bukan untuk melawan kita.

Banyak bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatkan suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan bakteri dan virus tadi. Selain itu demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, antibodi dan zat-zat lain untuk melawan infeksi.

Fever PhobiaBanyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C.

Beberapa orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kejang. Bagi kebanyakan anak-anak, demam tidak menyebabkan kejang. Tetapi kejang demam memang dapat terjadi pada beberapa anak. Sekali seorang anak diketahui pernah menderita kejang demam sederhana maka kita harus mencegah agar anak tersebut jangan sampai demam tinggi. Pada umumnya kejang demam sederhana hanya berlangsung singkat tanpa efek jangka panjang.

Meskipun infeksi adalah penyebab umum dari demam, akan tetapi demam mempunyai daftar penyebab lain yang cukup panjang, termasuk racun, kanker, dan penyakit-penyakit autoimun.

Heatstroke atau hyperthermia tidak sama dengan demam, oleh karena peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan disebabkan hipotalamus menaikkan set pointnya. Ini dapat terjadi akibat berolahraga terlalu lelah tanpa minum yang cukup atau terpapar dengan lingkungan yang panas, dan bisa juga disebabkan oleh beberapa obat-obatan tertentu. Hyperthermia dapat membahayakan jiwa.

Demam yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu disebut dokter sebagai FUO (fever of undetermined origin). Kebanyakan disebabkan oleh suatu infeksi yang tersembunyi.

Penyebab Umum

Infeksi virus dan bakteri; Flu dan masuk angin; Radang tenggorokan; Infeksi telinga Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus. Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring) Obat-obatan tertentu Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti

pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak. Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas

atau pada lingkungan yang panas. Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile

rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma

Perawatan RumahJika demam ringan dan tidak ada masalah-masalah lain yang timbul, tidak diperlukan obat-obatan. Minum cairan yang banyak dan istirahat. Jika seorang anak masih dapat

bermain dan nyaman, minum cairan yang banyak dan dapat tidur maka obat-obatan tidak diperlukan.

Ambil langkah-langkah untuk menurunkan demam jika kita atau anak kita merasa tidak nyaman, muntah, dehidrasi, atau sulit tidur. Tujuannya adalah menurunkan, bukan menghilangkan demam.

Waktu mencoba mengurangi demam:

Jangan membungkus orang yang menderita demam.Singkirkan baju atau selimut yang berlebihan. Lingkungan sebaiknya sejuk nyaman. Contoh, satu lapis baju tipis dan satu selimut tipis untuk tidur. Jika ruangan panas, nyalakan AC atau kipas angin.

Mandi atau menyeka tubuh dengan air hangat kuku dapat membantu mendinginkan seseorang dengan demam. Ini efektif terutama setelah diberikan obat penurun panas kalau tidak suhu tubuh akan kembali naik.

Jangan mandi dengan air dingin atau kompres dengan alkohol. Ini akan mendinginkan kulit tetapi seringkali membuat situasi menjadi lebih buruk karena menyebabkan menggigil yang mana dapat meningkatkan suhu dalam tubuh.

Minum cairan lebih banyak. Minum cairan dingin kalau bisa.

Beberapa petunjuk untuk minum obat:

Acetaminophen (paracetamol) dan ibuprofen dapat mengurangi demam pada anak dan dewasa. Beberapa merek dagang acetaminophen: Panadol, Tempra, Sanmol, Praxion, dll. Beberapa merek dagang ibuprofen: Proris, Rhelafen, Bufect, dll.Minum acetaminophen setiap 4 – 6 jam. Obat ini bekerja cepat dengan cara menurunkan thermostat otak. Minum ibuprofen setiap 6 – 8 jam. Seperti aspirin, ibuprofen membantu melawan peradangan pada sumber demam. Kadang-kadang dokter menganjurkan anda untuk menggunakan kedua macam obat ini bergantian. Sebenarnya hal ini belum didukung data mengenai keamanan dan keefektifannya. Ibuprofen tidak boleh dipakai untuk bayi denga usia kurang dari 6 bulan.

Aspirin sangat efektif untuk mengobati demam pada orang dewasa. JANGAN memberikan aspirin pada anak-anak.

Obat-obatan penurun panas tersedia dalam konsentrasi yang berbeda-beda, jadi selalu perhatikan instruksi pada kemasan.

Jangan berikan obat-obatan apapun untuk menurunkan demam pada bayi berusia 3 bulan ke bawah tanpa petunjuk dokter.

Jika seseorang terkena panas karena kelelahan atau heat stroke, keluarkan orang tersebut dari sumber panas, Seka dengan dengan air hangat kuku. Tempatkan kantong es di ketiak, dibelakang leher dan di lipat paha. Berikan cairan jika orang itu sadar. Cari pertolongan medis.

Hubungi segera dokter anda jika:

Bayi berusia kurang dari 90 hari dengan suhu rektal lebih dari 37.9°C. Pada bayi usia muda ini mereka akan mudah menjadi sakit parah dalam waktu sangat cepat.

Bayi berusia 3 – 6 bulan dengan demam lebih dari 38.3°C. Bayi berusia 6 – 12 bulan dengan demam lebih dari 39.4°C. Anak berusia kurang dari 2 tahun dengan demam lebih dari 24 – 48 jam. Demam yang berlangsung lebih dari 48 – 72 jam pada anak yang lebih tua dan

pada orang dewasa. Demam tinggi (lebih dari 40.5°C) pada usia berapapun juga. Terdapat gejala-gejala lain yang mengkhawatirkan. Contoh: gelisah, kesadaran

menurun, tampak sakit berat, kesulitan bernafas, kaku kuduk, tidak dapat menggerakan lengan atau tungkai, kejang pertama kali, timbul bintik-bintik atau bercak ungu kemerahan-merahan (perdarahan bawah kulit), demam disertai muntah terus-menerus, diare, sulit/nyeri pada saat menelan ludah atau minum, sangat rewel (misalnya menangis terus-menerus bila disentuh atau dipindahkan), terdapat tanda-tanda dehidrasi (mulut sangat kering, tidak buang air kecil lebih dari 6 jam, dll).

Mempunyai penyakit kronik yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh.

Apa yang mungkin akan dilakukan oleh dokter anda?

Dokter anda akan melakukan pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan kulit, mata, telinga, hidung, tenggorokan, leher, dada dan perut untuk mencari penyebab demam.

Dokter anda mungkin akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti:Kapan mulai timbul demam? Sudah berapa lama demam berlangsung? Apakah demam timbulnya mendadak? Obat-obatan apa saja yang sudah diberikan untuk menurunkan demam?Apakah demam diselingi menggigil? Apakah demam naik turun?Apakah demam terjadi dalam waktu 4 sampai 6 jam setelah terpapar dengan sesuatu yang membuat anda alergi?Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai demam? Adakah batuk pilek? Adakah nyeri pada waktu menelan? Adalah muntah? Adakah diare? Adakah nyeri pada waktu buang air kecil? Bagaimana nafsu makan anak? Apakah tidur terganggu? Apakah mendengkur lebih dari biasanya?

Pengobatan tergantung pada berapa lama demam berlangsung dan penyebab dari demam serta gejala-gejala lain yang menyertai demam.

Pemeriksaan laboratorium yang mungkin diminta dokter anda:

Pemeriksaan darah rutin dan hitung jenis Pemeriksaan urin Foto rontgen

Seorang Ibu dengan cemas membawa anaknya yang berusia 3 ½ tahun yang mengalami kejang. Kejang terjadi di rumah, lebih kurang selama 2 menit. Sehari sebelumnya anak batuk dan pilek yang disertai demam ringan. Ibunya telah memberikan obat batuk pilek dan penurun demam. Ibu tersebut selalu cemas apabila melihat anaknya kejang. Kejang ini merupakan kejang yang ketiga setelah sebelumnya anaknya telah mengalami kejang pada usia 1 dan 2 tahun. Ketiga kejang yang terjadi pada anak tersebut selalu didahului oleh demam, walaupun tidak tinggi.

Kejang dapat terjadi pada anak dengan didahului demam atau tanpa demam. Kejang yang didahului oleh demam dapat bersifat jinak, yang dikenal sebagai kejang demam atau oleh sebagian masyarakat disebut step. Kejang demam adalah kejang yang didahului demam dan bukan disebabkan oleh infeksi otak atau infeksi selaput otak.Selain kejang demam, dikenal juga kejang yang didahului demam yang disebabkan oleh infeksi otak atau selaput otak, yang dikenal dengan nama ensefalitis dan meningitis. Kedua penyakit ini tergolong penyakit berat, sering menyebabkan kematian dan menyebabkan timbulnya komplikasi pada pasien yang bertahan hidup.Mengingat hal tersebut, orang tua perlu memahami masalah kejang dengan demam.

Adapun kejang yang terjadi tanpa demam dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti epilepsi, gangguan keseimbangan garam elektrolit dalam darah atau karena gangguan metabolisme seperti kadar gula yang terlalu rendah, atau terlalu tinggi, atau karena keracunan. Informasi lengkap mengenai hal-hal yang terjadi atau dialami anak sebelum anak mengalami kejang akan sangat bermanfaat bagi dokter untuk mengarahkan diagnosisnya.

Kejang demam sederhana dan kejang demam kompleksKejang demam sederhana merupakan bentuk kejang demam yang paling jinak. Dikatakan kejang demam sederhana jika kejang yang terjadi bersifat menyeluruh, berlangsung tak lebih dari 15 menit dan kejang hanya terjadi satu kali dalam 24 jam.

Apabila salah satu di antara tiga ciri kejang demam sederhana tidak terpenuhi, maka kejang demam disebut kejang demam kompleks. Misalnya kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang yang terjadi hanya pada sebagian anggota tubuh atau kejang yang berulang dalam 24 jam.

Ciri kejang demam yang tidak ganasKejang demam sebenarnya pada umumnya merupakan penyakit yang tidak ganas,terutama kejang demam sederhana, namun biasanya selalu membuat cemas orang tua anak. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan, bahwa kejang demam oleh sebagian orang tua kerap dihubungkan dengan kematian. Kepanikan hampir selalu dirasakan oleh orang tua dari anak yang mengalami kejang demam.

Beberapa hal yang biasanya menunjukkan kecenderungan tidak ganas adalah jika jarak waktu antara kejang dengan mulainya demam relatif singkat, biasanya kurang dari 24 jam, usia anak di atas 18 bulan hingga sekitar lima tahun, anak pernah mengalami kejang demam sebelumnya dan adanya riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara

kandungnya. Apabila salah satu hal ini dijumpai pada anak yang mengalami kejang demam, umumnya kejang demamnya bersifat tidak ganas, tidak berbahaya.

Hal yang meningkatkan kewaspadaan Sebaliknya ada hal-hal yang menyebabkan dokter maupun orang tua pasien bersikap lebih waspada. Apabila ditemukan hal-hal berikut.harus dipertimbangkan, bahwa kejang dengan demam mungkin disebabkan oleh penyakit yang berat seperti infeksi atau radang otak dan atau radang selaput otak. . apabila karakteristik pada anak yang kejang tidak memenuhi pengertian kejang demam sederhana, misalnya kejang yang berlangsung lama atau berulang dalam 24 jamapabila kejang terjadi pada usia kurang dari 12 bulan, apalagi jika anak berusia kurang dari 6 bulan.apabila kejang terjadi beberapa hari setelah anak menderita demam, apalagi jika sebelum demam anak sudah tampak mengalami penurunan kesadaran apabila anak masih tertidur 2 jam setelah kejang (umumnya anak tertidur kurang dari 1 jam setelah kejang dan segera bangun dalam keadaan sadar penuh)Apa yang harus dilakukan jika anak kejang ?

Sebaiknya orang tua tetap tenang walaupun tidak kehilangan kewaspadaan. Pakaian anak dilonggarkan, terutama di sekitar leher. Anak diposisikan telentang dengan kepala miring. Apabila ada muntahan dalam mulut, hendaknya segera dibersihkan, tetapi tidak perlu memasukkan apapun ke dalam mulut anak termasuk pengganjal mulut. Orang tua boleh memberikan obat pemadam kejang melalui dubur jika tersedia, selanjutnya segera membawa anak ke rumah sakit terdekat. Tidak perlu pilih-pilih rumah sakit, karena semua rumah sakit umumnya mampu memberikan penanganan awal kejang pada anak. Apabila diperlukan, rumah sakit akan merujuk ke rumah sakit yang lebih tinggi atas pertimbangan dokter atau atas permintaan keluarga pasien.

Keputusan perawatan lanjut pasti akan dibicarakan bersama. Dokter yang baik akan mengajak orang tua untuk mendiskusikan hal tersebut. Cermati penjelasan dokter dan pemahaman sederhana yang telah dibicarakan di depan mudah-mudahan dapat membantu orang tua untuk berdiskusi dengan baik. Orang tua berhak untuk mengkonfirmasi setiap informasi yang diberikan oleh dokter.

Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kejang berulang ?

Kejang demam cenderung berulang. Beberapa faktor diketahui meningkatkan risiko berulangnya kejang demam, yakni:

1. umur muda saat serangan pertama kejang demam,

2. demam yang mendahului kejang tidak tinggi (suhu tubuh kurang dari 38,5 oC)

3. adanya riwayat keluarga dengan kejang demam atau epilepsi dan

4. jarak waktu yang pendek antara onset demam dengan serangan kejang

Semakin banyak faktor tersebut dijumpai pada anak maka kemungkinan anak mengalami serangan kejang berikutnya semakin besar, jika terdapat 3 atau lebih faktor tersebut, maka kemungkinan berulangnya kejang mendekati 100 persen.

Pemberian obat anti kejang dan penurun demam hanya menurunkan risiko kemungkinan berulangnya kejang, namun setidaknya mengurangi penderitaan anak akibat demamnya. Risiko berulangnya kejang tetap tinggi.

Dua macam terapi pencegahan

Dikenal dua macam terapi pencegahan, yakni terapi pencegahan intermitten dan terapi pencegahan rumatan. Terapi intermitten artinya obat pencegah kejang diberikan hanya jika anak demam dan diberikan hanya selama episode demam saja (jangka pendek). Adapun terapi rumatan adalah terapi pencegahan jangka panjang, obat diberikan pada anak baik ada demam maupun tidak.Terapi rumatan ini biasanya diberikan selama satu tahun.

Umumnya anak yang mengalami kejang demam hanya memerlukan terapi pencegahan jangka pendek, namun beberapa kasus memerlukan terapi rumatan/jangka panjang. Kejang demam yang memerlukan terapi jangka panjang adalah kejang demam yang mempunyai ciri sebagai berikut :1.kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit2.kejang yang terjadi pada anak yang sebelumnya telah mempunyai masalah saraf, misalnya hidrosefalus, retardasi mental, dan sebagainya3.kejang yang terjadi pada hanya sebagian anggota tubuh

Selain tiga alasan tersebut, terapi rumatan juga akan dipertimbangkan untuk diberikan apabila memenuhi salah satu hal berikut :

4.kejang demam terjadi berulang dalam 24 jam5.kejang demam terjadi pada usia di bawah 12 bulan atau6.kejang demam yang terjadi 4 kali atau lebih dalam satu tahun

Diskusikan dengan dokter Pengertian yang ada dalam tulisan ini adalah hal-hal yang bersifat umum dan diharapkan membantu orang tua memahami kejang demam. Namun demikian, mungkin saja ada hal-hal yang spesifik untuk setiap pasien. Karenanya berdiskusi dengan dokter merupakan cara terbaik yang perlu dilakukan. Perlu difahami pula, bahwa karena pengobatan rumatan dilakukan dalam jangka panjang, maka kemungkinan terjadinya efek samping adalah sangat mungkin. Orang tua sebaiknya mendiskusikan pilihan obat yang akan digunakan, kelebihan dan kekurangannya, termasuk kemungkinan timbulnya efek samping. Diposkan oleh anda's di 13:28 Label: Kesehatan