Kejang demam

21
LAPORAN KASUS ANAK I. Identitas Pasien No rekam medik : - Nama : An. K Umur : 11 bulan Jenis kelamin : Perempuan Nama orang tua : - Pekerjaan orang tua : - Alamat : Jl. Paus Agama : Islam II. ANAMNESIS (Alloanamnesis) 1. Keluhan Utama : Kejang berupa kelonjotan diseluruh tubuh 1 jam yang lalu, sebanyak 1 kali selama ±10 menit. 2. RPS : Kejang berupa kelonjotan diseluruh tubuh 1 jam yang lalu, sebanyak 1 kali selama ±10 menit, setelah kejang anak sadar dan menangis. Demam (+) sejak 24 jam yang lalu, dan demam semakin meninggi sejak 16 jam yang lalu, demam terus menerus, menggigil(-). Trauma kepala (-), batuk (+) sejak 2 hari yang lalu, tidak berdahak, sesak nafas(-), pilek (-). Mual(-), muntah (-), BAB teratur 2x/hari, konsistensi padat, berwarna kuning, tidak berlendir, tidak berdarah, BAK teratur, 2-3x/hari, warna kuning, bau khas, tidak berdarah. Nafsu makan menurun, aktivitas menyusu menurun, pertumbuhan dan perkembangan normal. 3. RPD : Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal Riwayat dirawat sebelumnya disangkal.

description

kejang demam

Transcript of Kejang demam

Page 1: Kejang demam

LAPORAN KASUS ANAK

I. Identitas PasienNo rekam medik : -Nama : An. KUmur : 11 bulanJenis kelamin : PerempuanNama orang tua : -Pekerjaan orang tua : - Alamat : Jl. PausAgama : Islam

II. ANAMNESIS (Alloanamnesis)

1. Keluhan Utama : Kejang berupa kelonjotan diseluruh tubuh 1 jam yang lalu, sebanyak 1 kali selama ±10 menit.

2. RPS : Kejang berupa kelonjotan diseluruh tubuh 1 jam yang lalu,

sebanyak 1 kali selama ±10 menit, setelah kejang anak sadar dan menangis. Demam (+) sejak 24 jam yang lalu, dan demam semakin meninggi sejak 16 jam yang lalu, demam terus menerus, menggigil(-). Trauma kepala (-), batuk (+) sejak 2 hari yang lalu, tidak berdahak, sesak nafas(-), pilek (-). Mual(-), muntah (-), BAB teratur 2x/hari, konsistensi padat, berwarna kuning, tidak berlendir, tidak berdarah, BAK teratur, 2-3x/hari, warna kuning, bau khas, tidak berdarah. Nafsu makan menurun, aktivitas menyusu menurun, pertumbuhan dan perkembangan normal.

3. RPD : Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal Riwayat dirawat sebelumnya disangkal.

4. RPK : Riwayat kejang dalam keluarga disangkal5. Riwayat kelahiran :

- Lahir tanggal 18 januari 2013- Lahir normal, lahir cukup bulan, tidak ada cacat, ditolong oleh

dokter di rumah sakit.- Panjang badan: 50 cm- Berat badan: 2900 gram- Lingkar kepala: 34 cm- Lingkar dada: 29 cm- Lingkar lengan: 9 cm- Langsung menangis

6. Riwayat pertumbuhan : Status gizi baik7. Riwayat perkembangan :

- 2 bulan = kepalan tangan bayi sudah mulai membuka

Page 2: Kejang demam

- 3 bulan = sudah memilki kemampuan memegang benda- 4 bulan = sudah dapat bermain dengan kedua tanganya,

mengankat bahu dan kepala dalam posisi tengkurap- 5 bulan = mampu mengarahkan tanganya kea rah benda dan

memilki keinginan untuk menjangkaunya- 6 bulan = memindahkan mainan dengan telapak tanganya,

sudah mampu mengankat kepalanya- 7 bulan = memegang benda dengan kedua tanganya,

memainkan kakinya- 8 bulan = mebolak balikan benda dengan kedua tanganya,

mengangkat badan untuk duduk dan mampu duduk dengan bantuan org lain

- 9 bulan = gemar melemparkan mainannya, merayap- 10-11 bulan = mampu menjepit mainan dengan salah satu

tanganya, mampu duduk dengan bebas, merangkak dengan kedua tangan dan kakinya, senang belajar berjalan dengan dititah.

8. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap ( BCG 1x, DPT 3x, POLIO 4x, hepatitis A 3x)

9. Riwayat makanan : - Pemberian ASI sebanyak 7x kali sehari.

- Nasi tim sebanyak 2 kali sehari, nasi tim ditambah wortel, kentang.

10. Riwayat trauma : riwayat pernah jatuh disangkal

III.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang2. Kesadaran : Composmentis3. Vital sign :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg - Nadi : 120 x/menit - Respirasi : 35 x/menit- Suhu : 39,7 oC- Berat badan : 9600 gram- panjang badan : 73 cm

4. Status generalisata a. Kulit : Pucat (-), Ikterus (-),turgor kulit (cukup)b. Kepala

- Bentuk : normal

Page 3: Kejang demam

- Rambut : hitam, tidak mudah dicabut- Lingkar kepala :45,5 cm (normal)- Ubun-ubun besar : belum menutup dan agak cekung(normal- Mata : palpebra normal, konjungtiva anemis (-)

Sclera ikterik (-)- Telinga : dalam batas normal- Hidung : septum deviasi (-), nafas cuping hidung

(-)- Mulut&tenggorokan: bibir kering, lidah tidak kotor, gigi

tumbuh 4 ( 2 gigi depan atas, 2 gigi depan bawah), tonsil tidak membesar (T1-T1),hiperemis (+), faring hiperemis

- Leher : pembesaran KGB (-)

c. Thorax / dada - Bentuk : normal- Retraksi dinding dada: (-)- Paru-paru (Pernafasan) :

Ispeksi : simetris, retraksi (-), gerakan nafas simetris.Palpasi : fremitus fokal simetris kanan dan kiriPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler (+), suara tambahan (-)

- Kardiovaskuler Inspeksi : iktus cordis tidak terlihatPalpasi : apeks tidak terabaPerkusi :

- Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra- Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra- Batas atas : ICS II linea parasternalis dextra- Auskultasi : irama reguler, bising (-)

d. Abdomen/perutInspeksi : buncitAuskultasi : bising usus (+)Perkusi : timpani (+)Palpasi : nyeri tekan (-), turgor cukup, hepar dan lien

teraba (normal)e. Ekstremitas : Akral hangat, hipotonus (+)f. Reflek fisiologi : (+)g. Reflek patologi :

- Kaku kuduk :(-)- Kernig test :(-)

Page 4: Kejang demam

- Brudzinsky I :(-)- Brudzinky II :(-)- Reflek babinski :(-) - Reflex fisiologi : (+)

5. Status Lokalis

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN LABORATORIUMa. Pemeriksaan darah rutin

Nama HasilHb 13,3 mg/%Leukosit 9.300 mm2 (meningkat)LED 35 mm/jamTrombosit 424.000 µLHt 39,9%Eritrosit 4,1 juta

Lab Eos Bas Sbt Seg Lim moHasil 0 0 5 60 10 3

Nilai normal 0-3 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8

b. Pemeriksaan kimia darah

Yang dinilai hasil

GDS 129 mg/dl

creatinin 0,6 mg/dl

ureum 9 mg/dl

SGOT 34 µL

SGPT 19 µL

Natrium 132,9 mEq/L (menurun)

Kalium 2,86 mEq/L (menurun)

2. Lumbal pungsi : Tidak terdapat cairan keruh, tidak meningkatnya konsentrasi protein.

V. DIAGNOSIS BANDING : - Kejang demam komplek

- Meningitis

- Ensefalitis

Page 5: Kejang demam

VI. DIAGNOSIS : kejang demam sederhana

VII.PENATALAKSANAAN

Medikamentosa : - Diazepam rectal 0,5 mg/kgBB (Jika kejang)- iv Parasetamol 10 mg prn - iv Ampisilin 250 mg

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 6: Kejang demam

Tinjauan pustaka

Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium. Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi ( demam ) tanpa infeksi system saraf pusat3.

Perbedaan kejang demam dengan kejang disertai demam :

Klasifikasi kejang demam

Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu3:

1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

Kejang umum tonik dan atau klonik

Umumnya berhenti sendiri

Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut: Kejang lama, > 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Page 7: Kejang demam

Klasifikasi kejang1: A. Kejang Parsiala) Kejang Parsial Sederhana

Kesadaran tidak terganggu; dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:1. Tanda motoris→kedutaan pada wajah. Tangan, atau salah satu sisi tubuh

umumnya gerakan kejang yang sama2. Tanda otonomik→muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil3. Tanda somatosensoris atau sensoris khusus→-mendengar musik, merasa

seakan jatuh dari udara, parestesia4. Tanda psikik→dejavu, rasa takut, sisi panoramic

b) Kejang parsial komplesk1. Terdapat gangguan kesadaran. Walaupun pada awalnya sebagai kejang

parsial simpleks2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan aromatic—mengecapkan bibir,

mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya

3. Dapat tanpa otomatisme—tatapan terpaku

B. Kejang Umum (Konvulsif atau Non-Konvulsif)a) Kejang Absens

1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari

15 detik3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan berkonsentrasi

penuh4. Umumnya dimulai pada usia antara 4 dan 14 tahun dan sering sembuh

dengan sendirinya pada usia 18 tahun

b) Kejang MioklonikKedutaan-kedutaan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi mendadak.

c) Kejang Mioklonik→Lanjutan1. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur, tetapi bila patologik, berupa

kedutaan-kedutaan sinkron dari leher, bahu, lengan atas dan kaki2. Umumnya berlangusung kurang dari 15 detik dan terjadi didalam

kelompok3. Kehilangan kesadaran hanya sesaat

Page 8: Kejang demam

d) Kejang Tonik-Klonik1. Diawali dengan hilangnya kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot

ektremitas, batang tubuh, dan wajah, yang langsung kurang dari 1 menit2. Dapat disertai dengan hilangnya kontrol kandung kemih dan usus3. Tidak adan respirasi dan sianosis4. Saat tonik diikuti dengan gerakan klonik pada ekstremitas atas dan bawah5. Letargi, konfusi, dan tidur dalam fase postical

e) Kejang Atonik1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak

mata turun, kepala menunduk atau jatuh ketanah2. Singkat, dan terjadi tanpa peringatan

f) Status Epileptikus1. Biasanya kejang tonik-klonik umum yang terjadi berulang2. Anak tidak sadar kembali diantara kejang3. Potensial untuk depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia4. Memerlukan pengobatan medis darurat dengan segera

Etiologi

Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya4.

Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya4.

Patofisiologi

Meskipun mekanisme pasti terjadinya kejang tidak diketahui, beberapa faktor fisiologis dianggap bertanggung jawab atas berkembangnya suatu kejang. Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem

Page 9: Kejang demam

kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air1.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya kosentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi rendah sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.Untuk menjaga keseimbangan petensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel1.            Keseimbangan petensial membran ini dapat diubah oleh adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya.3. Perubahan dari patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40oC atau lebih1.

Pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sedangkan otot pernafasan tidak efisien sehingga tidak sempat bernafas yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, hipoglikemia, laktat asidosis disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh yang semakin meningkat oleh karena meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otot meningkat1.

Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul oedem otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron.

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga di dalam

Page 10: Kejang demam

penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita menjadi kejang1.Manifestasi klinis

Umumnya demam kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik-tonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kelaukan atau hanya sentakan atau kelaukan fokal3,4.

Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80 % berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama3,4.

Dan orang tua akan mneggambarkan manifestasi kejang tonik-klonik (yaitu, tonik-kontraksi otot, ekstensi eksremitas, kehlangan control defekasi dan kandung kemih, sianosis dan hilangnya kesadaran3,4.

Kriteria Livingstone sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu3:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 5 tahun2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit3. Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak

lebih dari 4 kali4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal6. Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan.

Diagnosis banding

Kejang pada anak merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Gangguan primer mungkin terdapat intrakranium atau ekstrakranium. Berbagai penyakit intra serebral dan gangguan metabolik yang juga dapat menyebabkan kejang antara lain2 :

1. Kelainan intrakraniuma. Meningitisb. Ensefalitisc. Infeksi subdural dan epidurald. Abses otak

Page 11: Kejang demam

e. Trauma kepalaf. Stroke dan AVMg. Cytomegalic inclusion disease

2. Gangguan metabolika. Hipoglikemib. Defisiensi vitamin B-6c. Gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hipokalsemia, porfiriad. Keracunan

3. EpilepsiEpilepsi adalah suatu gangguan serebral kronik dengan berbagai

macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya serangan paroksismal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron-neuron serebral secara eksesif.

Pemeriksaan penunjang

1. EEGPemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks5.

2. Lumbal PungsiTes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor. Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak5.

- Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal pungsi

- Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :1) Warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan

pigmen kuning santokrom2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal

(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)

3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L)

Indikasi1. Kejang 2. Paresis dan paralisis 3. Koma ( penurunan kesadaran )4. Ubun-ubun besar membonjol 5. Kaku kuduk dengan penurunan kesadaran 6. TBC milier 7. Sepsis8. Mastoiditis kronis curiga meningitis

Page 12: Kejang demam

3. CT SCAN Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral, dan Abses5.

4. LaboratoriumDarah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam5.

Komplikasi

Komplikasi tergantung pada2:

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf

sebelum anak menderita demam kejang3. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal

Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 % dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor tersebut. Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.

Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama ( berlangsung lebih dari 30 menit). Dari suatu penelitian, demam kejang sederhana menyebabkan kelainan pada IQ tetapi pada klien demam kejang yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologist akan didapat IQ yang lebih rendah disbanding dengan saudaranya, jika demam kejang diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar. Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy

Penatalaksanaan

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu3,4:

a. Memberantas kejang secepat mungkinBila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.

b. Pengobatan PenunjangSemua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.

c. Pengobatan di rumah

Page 13: Kejang demam

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah. Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :

1) Profilaksis intermittenUntuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan pada anak bila menderita demam lagi

2) Profilaksis jangka panjangGunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.

d. Mencari dan mengobati penyebabPenyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :

1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal)

2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap.

3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau

terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.

Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.

Page 14: Kejang demam

Prognosis

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung faktor5:

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita

kejang3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja5.

Page 15: Kejang demam

Daftar pustaka

1. Sukadi A, Suardi, AU, Chairulfatah A, Usman A, Primadi A dkk. Ilmu Kesehatan Anak : Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi ke-3. Editor : Garna H, Nataprawira HM. Bandung : Bagian IKA FK UNPAD RSHS Bandung. 2005.

2. Behrman, Richard E. Kliegman, Robert M. Jenson, Hal B. Nelson’s textbook of pediatrics. Ed-17. Pennsylvania: Saunders; 2004.

3. Widodo DP, 2005. Kejang demam: Apa yang perlu diwaspadai? Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVII. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm. 58-66.

4. Fuadi, 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Hlm. 66-69.

5. Kusuma IYD, 2010. Korelasi Antara Kadar Seng Serum Dengan Bangkitan Kejang Demam. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Hlm. 20-21.