kejang demam

download kejang demam

of 20

description

anak

Transcript of kejang demam

PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejang pada anak merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter harus tahu cara mengatasi kejang dengan tepat dan cepat, selain itu salah satu penyebab kejang yang paling sering dijumpai pada anak adalah kejang demam yang merupakan kegawatan di bidang neurologi. 1Kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi anak yang berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Satu dari 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiganya mengalami kejang lebih dari satu kali. Kejang demam dibagi menjadi 2 yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Delapan puluh persen dari kasus kejang demam merupakan kejang demam sederhana. Kejang pertama terbanyak terjadi antara usia 17-23 bulan, dimana anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam. Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang menjadi epilepsi.1,2,3Penanganan kejang demam sampai saat ini masih terjadi kontroversi terutama mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis rumatan. Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 4 faktor yang harus diperhatikan, yaitu: mengatasi kejang secepat mungkin, pengobatan penunjang. memberikan obat maintenance dan mencari serta mengobati faktor penyebab.2Pada umumnya prognosis kejang demam baik tetapi dapat menjadi buruk bila didapati penyebab demam adalah penyakit-penyakit serius yang luput ditanggulangi. Anak yang pernah mengalami kejang demam, terutama yang tidak ditangani secara adekuat, akan mengalami kelainan seperti penurunan IQ, peningkatan risiko epilepsi, peningkatan risiko kejang demam berulang, dan kematian.1BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN2. 1 Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam dapat dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana merupakan kejang demam yang berlangsung singkat,kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri yaitu kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1, 2, 4Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Insiden kejang demam bervariasi dibeberapa negara, yaitu 7% di Jepang dan 14 % di Mariana Island. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20% kasus kejang demam merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam lebih sering pada anak laki-laki. Kira-kira 2-5% anak mengalami sekurang-kurangnya satu kejang demam sebelum usia 5 tahun.2. 3 Etiologi dan faktor resiko

Penyebab pasti kejang demam tidak diketahui. Berdasarkan penelitian genetika ditemukan paling kurang tiga gen autosomal dominan yang berperan dalam kejang demam. Pada penelitian Berg dan Colleagues, 24 % anak dengan kejang demam mempunyai riwayat keluarga kejang demam dan 20 % yang tidak memiliki riwayat kejang demam, 9-22% anak yang kejang demam mempunyai saudara kandung yang memiliki riwayat kejang demam.2,4

Penyakit infeksi dapat menyebabkan kejang demam kecuali infeksi sistim saraf pusat tidak dikategorikan sebagai penyebab kejang demam.4 Beberapa penyakit infeksi penyebab kejang demam seperti : ISPA, gastroenteritis terutama yang disebabkan oleh Shigella atau Campylobacter dan infeksi saluran kemih. Beberapa penelitian juga menyebutkan 86 % kasus kejang demam disebabkan oleh virus. Selain itu, imunisasi juga dapat menyebabkan kejang demam. 2,4Faktor resiko kejang demam adalah:5 Riwayat keluarga kejang demam Suhu tinggi Laporan orang tua tentang adanya perkembangan yang telambat Neonatal discharge pada usia >28 hari (yang membutuhkan perawatan di rumah sakit) Daycare attendanceAdanya 2 faktor resiko di atas dapat meningkatkan kemungkinan kejadian kejang demam 30%. Selain itu, ibu yang mengkonsumsi alkohol dan rokok sewaktu hamil dapat juga meningkatkan resiko terjadinya kejang demam 2 kali lipat.2 Faktor resiko terjadinya kejang berulang adalah:2, 4 Suhu tubuh yang relatif rendah waktu kejang

Riwayat keluarga dengan kejang demam atau epilepsi pada tingkat pertama

Durasi yang singkat antara onset demam dengan kejang pertama Kejang demam pertama dimulai sebelum usia 18 bulan

Ibu hamil yang merokok mengurangi oksigenasi fetus dan merusak aliran darah fetus dan hal ini berhubungan dengan kejang, keterlambatan perkembangan otak dan keterlambatan perkembangan bicara. Alcohol dosis tinggi mungkin menyebabkan malformasi cranial,pertumbuhan yang terhambat, keterlambatan maturasi psikomotor dan mengganggu perkembangan intelektual ( sindrom alcohol fetus). Penggunaan alcohol dosis rendah dan sedang mungkin membawa efek pada perkembangan otak fetus khususnya jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dalam satu waktu maka akan terjadi puncak konsentrasi yang tinggi didalam darah. Perkembangan otak fetus sangat sensitive terhadap adanya akumulasi kafein, namun tidak ada bukti yang menyatakan adanya hubungan terhadap gangguan perkembangan mental dan motorik fetus.62. 4 Patogenesis Kejang Demam

Kejang demam bisa terjadi pada balita pada masa perkembangan mereka karena ambang kejang yang rendah. Masa anak-anak adalah masa dimana kejadian infeksi tinggi seperti infeksi saluran napas atas, otitis media, infeksi virus. Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa yang mungkin berperan dalam terjadinya demam adalah pirogen endogen seperti interleukin 1, karena meningkatnya rangsangan terhadap neuron. Penelitian terdahulu, kejadian pada anak-anak mendukung hipotesis karena menyatakan adanya peran sitokin yang teraktivasi dalam patogenesis kejang demam, namaun mekanisme kejang masih belum jelas.2,6

Kejang demam dibagi atas 2 tipe: kejang demam simplek (kejang umum, durasi 6 tahun atau kejang demam fokal.3. Lumbal pungsi: pemeriksaan lumbal pungsi dilakukan untuk menegakan dan menyingkirkn kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6-0,7%. Pada bayi kecil sering kali untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu lumbal pungsi dianjurkan pada : Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan LP

Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan LP

Bayi > 18 bulan tidak rutin3. Neuroimaging: Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan neuroimaging rutin tidak dibutuhkan pada kebanyakan anak setelah kejang demam kompleks pertama. Beberapa penelitian di Universitas Columbia dan Morgan Stanley Children's Hospital di NewYork-Presbyterian mengatakan bahwa anak dengan kejang demam kompleks pertama kali bisa ditemukan pemeriksaan neurologi normal. Neuroimaging tidak rutin dilakukan dan hanya atas indikasi seperti : Kelainan neurrologi fokal yang menetap (hemiparesis)

Parese nervus VI

Papil edema2.7 Diagnosis Banding 1,2,9Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan serebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiparesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang demam. Anak dengan demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan sianosis sehingga menyerupai kejang demam.2. 8 Penatalaksanaan Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang harus dikerjakan yaitu:

1. Pengobatan pada fase akut/pemberantasan kejang2. Mencari dan mengobati penyebab

3. Pengobatan rumatan

4. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.Pengobatan fase akut/pemberantasan kejang 1,4,10Serangan kejang sering berhenti sendiri. Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.

Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut penderita seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.

Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan oksigen, kalau perlu dilakukan intubasi.

Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.

Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.

Jika kejang terus berlanjut selama 5-10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak di bawa ke dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat atau anak terus tampak lemas. Di fasilitas kesehatan perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask jika perluJika masih kejang diberikan diazepam 0,3-0.5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau 0,2 mg/kg/iv jika telah terpasang jalur intravena

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasanDilakukan pemeriksaan darah sesuai indikasi seperti gula darah random untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Jika kejang masih berlanjut :Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per iv diulangi. Jika belum terpasang jalur intravena, diberikan diazepam 0,5 mg/kg per rektal

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per iv dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per iv dalam 30 menit.

Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Difenil hidantoin diberikan untuk menanggulangi status konvulsi tanpa mengganggu kesadaran dan menekan pusat pernafasan, tetapi mengganggu frekwensi dan ritme jantung. Dosis yang dianjurkan adalah : 18 mg/KgBB dalam infus, dengan kecepatan 50 mg/menit. Bila kejang tidak bisa dihentikan dengan obat-obatan di atas maka sebaiknya penderita dirawat di ruang ICU untuk diberi anestesi umum dengan theophental dan alat bantu pernapasan.1,8,9Antipiretik pada saat kejang dianjurkan walaupun tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali seharidan tidak boleh diberikan lebih dari 5x per hari. Selain asetaminofen, dapat juga diberikan ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali diberikan 3-4x per hari. Asetaminofen dapat menyebabkan sindroma Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun jarang. Parasetamol 10 mg/kgbb sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kgbb dalam menurunkan suhu tubuh (Van Esch A dkk, 1995). Kompres anak dengan air hangat jika suhu > 39 0C dan kompres dengan air biasa jika suhu >38 0C dengan air biasa. 1,4,10Alur tatalaksana kejang demam dapat dilihat dalam gambar 3 berikut.

Kejang

Diazepam rectal 0,5 mg / kgBB

atau10 kg : 10 mg

Kejang (-)

Kejang (+)

Fenobarbital

1 tahun : 75 mg iv

Kejang (+)

4 jam kemudian fenobarbital oral

dilantin 10 20 mg / kgBB

8 10 mg / kgBB / 2 dosis

bolus iv

selama 2 hari

Kejang (+)

Kejang (-)

Kejang (+)

Kejang (-)rawat ICU atau diazepam12 jam kemudian

drip 10 -15 mg / kgBB/ haridilantin 5 -7 mg / kgBB / hari

(3 dosis)

Ulangi jalur

fenobarbital

4 5 mg/ kgBB/

hari / 2 dosis

Kejang (-)

dilantin rumatanGambar : Bagan Penghentian Kejang Demam5Mencari dan mengobati faktor penyebab1,2,7Penyebab dari kejang demam biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat akan sangat berguna untuk menurunkan demam, yang pada gilirannya akan menurunkan resiko terjadinya kejang.Pengobatan rumatan

Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri berikut:1,8Kejang > 15 menit

- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang misalnya hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental dan hidrosefalus.

- Kejang fokalPengobatan rumatan dipertimbangkan apabila: 2,10 Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam terjadi pada bayi kurang 12 bulan

Kejang demam 4 kali per tahun

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang >15 menit merupakan indikasi pengobatan rumatan. Dalam pengobatan rumatan diberikan fenobarbital. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakan indikasi. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.5,9Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari1,6,9

Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kgBB/ bisa mencegah berulangnya kejang demam. Efek samping fenobarbital berupa kelainan tingkah laku yaitu iritabel, hiperaktif, pemarah dan agresif ditemukan pada 30-50% pasien. Efek samping dapat dikurangi dengan menurunkan dosis fenobarbital.

Obat lain yang dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam ialah asam valproat lebih baik dibandingkan fenobarbital tetapi kadang-kadang menunjukkan efek samping berupa kelainan hepar karena obat ini bersifat hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kgBB. Asam valproat tidak menyebabkan kelainan tingkah laku. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam yang dapat menyebabkan kerusakan otak, namun demikian tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari.4,7,9Edukasi pada orang tua1,4,7Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara:

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benign2. Memberikan cara penanganan kejang

3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali

4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek samping

5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian epilepsi.2. 9 PrognosisPerkembangan mental dan neurologis umumnya normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis yang dapat ditemukan ialah hemiparesis, diplegia, koreoatetosis atau rigiditas decerebrasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada pasien dengan kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal.1

Angka kejadian epilepsi pada pasien kejang demam kira-kira dua sampai tiga kali lebih banyak dibandingkan populasi umum dan pada pasien kejang demam yang berulang kemungkinan terjadinya epilepsi 2 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami kejang demam berulang.1Faktor resiko terjadinya epilepsi adalah:1, 2, 9,101. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan

2. Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara kandung.

3. Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit atau kejang fokal.BAB III

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS

Nama : An.BJenis kelamin: Laki-laki

Usia

: 5 tahun

Alamat

: SimproAgama

: Islam

MRS

: 20-04-2015

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Kejang sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang

7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai dema, demam dirasakan mendadak tinggi, demam naik turun, setelah diukur oleh ibu pasien suhu menunjukkan 39,5 oC. Lalu ibu pasien memberikan obat penurun panas dan mengompres badan pasien. Demam pasien turun beberapa jam namun kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil, tidak disertai perdarahan gusi atau mimisan, tidak disertai muntah, tidak disertai batuk dan pilek. 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 1 kali. Saat kejang, kedua mata pasien mendelik keatas, badan seperti menggigil keras, kedua tangan pasien kaku, mengepal dan kedua kaki pasien kaku dan kelonjotan. Lama kejang 5 menit. Kejang berhenti sendiri dan setelah kejang berhenti, pasien tidak pingsan. Setelah kejang suhu pasien 40C. Sebelum dan sesudah kejang tidak ada kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak. Tidak ada trauma

Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut ibu pasien, pada usia 1 tahun pasien pernah mengalami kejang untuk pertama kalinya dengan gambaran kejang yang sama dengan kejang saat ini. Pasien sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit, namun setelah itu pasien tidak kontrol ke poliklinik. Tidak ada obat-obatan khusus yang wajib diminum oleh pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan rekam otak dan dokter mengatakan hasilnya normal.Riwayat penyakit dalam keluarga

Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: Lemah

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 90x/menit

Nafas

: 40 x/menit

Suhu

: 390C

Berat badan

: 30 kg

Tinggi Badan

: 124 cm

Keadaan Spesifik

Kepala

: Normocephaly, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah

rontok (-)

Ubun-ubun besar sudah menutup Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mata tidak cekung, pupil isokor dengan diameter 3 mm / 3 mm, reflek cahaya + / + Hidung: secret - / - , deviasi septum (-) , nafas cuping hidung (-) , mukosa hidung warna merah muda Telinga : serumen - / - , secret - / - Mulut

: Mukosa bibir basah, gigi tidak ada caries, lidah tidak kotor tidak ada pembesaran tonsil Leher

: tidak teraba pembesaran KGB

Paru

:- Inspeksi: Simetris kiri dan kanan

- Palpasi: Fremitus sama kiri dan kanan

- Perkusi : Sonor kiri dan kanan

- Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung:- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi; iktus kordis tidak teraba

- Perkusi : pekak, batas jantung dalam batas normal

-Auskultasi: Reguler

Abdomen

: - Inspeksi: Perut tidak tampak membuncit

- Palpasi: nyyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

- Perkusi : Tympani disemua kuadran abdomen

- Auskultasi: Bising Usus (+) normal

Ekstremitas: Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (-), dislokasi (-)

Pemeriksaan Neurologis:

Refleks Fisiologis : Reflek Biceps (+) normal Reflek Triceps (+) normal

Reflek Patella (+) normal

Reflek Achilles (+) normal

Reflek Patologis : Reflek Babinsky (-)

Reflek Oppeinheim (-)

Reflek Gordon (-)

Reflek Chaddock (-)

Tanda Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (-)

Brudzinsky I (-)

Brudzinsky II (-)

Kernig (-)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dalam batas normal

Urin dalam batas normal

Diagnosa Kerja

Kejang demam sederhanaPenatalaksanaan

IVFD Ringer laktat dengan BB 30 kg adalah 1700 cc/24 jam Observasi kejang

Antiperetik paracetamol 10mg x 30 kg = 300 mg/kgBB

Luminal puyer 2 x 15 mg

Pemeriksaan elektrolitBAB IV

DISKUSI

Pasien anak laki-laki, usia 5 tahun, BB 30 kg. Demam 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan mendadak tinggi, demam naik turun, setelah diukur oleh ibu pasien suhu menunjukkan 39,5C. Demam turun setelah diberi obat penurun panas dan namun beberapa jam kemudian naik kembali. Demam disertai menggigil, tidak disertai perdarahan gusi dan mimisan, tidak disertai muntah, tidak disertai batuk dan pilek.

6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 1 kali, saat kejang kedua mata pasien mendelik keatas, badan seperti menggigil keras, kedua tangan pasien kaku, mengepal dan kaki pasien kaku, mulut terkatup dan wajah pasien tidak tampak biru. Lama kejang 5 menit, kejang berhenti sendiri dan setelah kejang berhenti pasien tidak pingsan. Selama kejang suhu badan pasien tidak dukur. Setelah kejang suhu pasien 40C. Sebelum dan sesudah kejang tidak ada kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak.

Riwayat kejang pertama kali saat usia 1 tahun, disertai demam bersamaan timbulnya panas dan batuk pilek. Sudah pernah melakukan pemeriksaan rekam otak dan hasilnya normal. Riwayat trauma disangkal.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sakit sedang, kompos mentis, tanda vital dalam batas normal dan semuanya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan

BAB VPENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kejang demam kompleks adalah kejang dengan salah satu ciri yaitu kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokalatau parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

2. Penegakan diagnosis kejang demam kompleks berdasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan kecuali atas indikasi.

3. Penatalaksanaan kejang demam kompleks meliputi 3 hal yaitu, pengobatan pada fase akut, mengidentifikasi dan mengobati penyebab, pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.

4. Edukasi pada orang tua dapat mengurangi kecemasan pada saat menghadapi kejang demam pada anak dan mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.

5.2. Saran

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Kecemasan ini dapat dikurangi dengan cara memberikan informasi yang benar dan memadai pada orang tua mengenai kejang dan apa yang bisa dilakukan di rumah jika menjumpai anak kejang sebelum dibawa ke rumah sakit.

Kejang demam kompleks merupakan salah satu kegawatdaruratan di neurologi anak, sehingga seorang dokter dan tenaga kesehatan harus tahu cara mengatasi kejang dengan tepat dan cepat. Diharapkan dengan penatalaksanaan yang tepat dan cepat mampu mencegah komplikasi yang mungkin timbul di kemudian hari.DAFTAR PUSTAKA1. Pusponegoro HD. Konsensus penatalaksanaan kejang demam. 2006. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi neurologi IDAI. h. 1-15

2. Menkes JH. Paroxysmal disorder. Child neurology. 7 th edition . 2005. Philadelphia: Lippincott William & wilkins. h. 912-22

3. Lynette GS and Ingrid ES, Febrile seizures, bmj.2007.volume 334. h.307-11

4. Millar JS. Evaluation and Treatment of the Child with Febrile Seizure. American academy family physician. 2006. h. 1-8

5. Major P. Seizure in children: determining the variation. Pedsinreview. 2007. Vol. 28. h. 363-71

6. NishimuraK. Pathogenetic role of monoamine metabolism in complex febrile seizures. Pediatric neurology. Cat. Inist. 1999. volume 21. h. 553-6

7. Darwin syarif. Kejang demam pada anak. 2008. Palembang: bagian anak FK UNSRI.8. Soetomenggolo TS. Kejang demam. Buku ajar neurologi anak 1999. Jakarta: BPIDAI. h. 245-51

9. Bauchner H. Intracranial pathology and complex febrile seizure. Journal watch general medicine. 2006. Volume 117. h. 304-8

10. Armon K. An evidence and consensus based guideline for the management of a child after a seizure. Emergency of medical journal. 2003. Vol. 20. h. 13-20

14