KEJANG DEMAM

20
KEJANG DEMAM A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Kejang demam atau febrile conculsion ialah bangkiran kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997). Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000 ). Gangguan kejang merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada  jaringan serebral menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan  perilaku, suasana hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000). Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik dan/atau gangguan fenomena sensori (Doengoes, 2000). 2. Etiologi Menurut Lumbantobing (2001) faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam: a. Demam itu sendiri.  b. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak). c. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. d. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati toksik sepintas. f. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

description

keperawatan anak

Transcript of KEJANG DEMAM

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    1/19

    KEJANG DEMAM

    A. Konsep Dasar Penyakit1. Pengertian

    Kejang demam atau febrile conculsion ialah bangkiran kejang yang terjadi pada

    kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

    ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).

    Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi

    antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah

    terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Mansjoer, 2000).Gangguan kejang merupakan sindrom kronis dimana disfungsi neurologis pada

    jaringan serebral menghasilkan episode paraksosmal berulang (kejang) gangguan

    perilaku, suasana hati, sensasi, persepsi, gerakan dan tonus otot (Carpenito, 2000).

    Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol

    dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan

    kesadaran ringan, aktivitas motorik dan/atau gangguan fenomena sensori (Doengoes,

    2000).

    2. EtiologiMenurut Lumbantobing (2001) faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:

    a. Demam itu sendiri.b. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).c. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.d. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau

    ensekalopati toksik sepintas.

    f. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    2/19

    Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan

    suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat,

    misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lainlain.

    3. Manifestasi klinikSerangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung

    singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal

    atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak

    memberi reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar

    tanpa ada kelainan saraf.

    Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone dipakai sebagai

    pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

    a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahunb. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menitc. Kejang bersifat umumd. Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demame. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normalf. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak

    menunjukkan kelainan

    g. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali

    4. PatofisiologiPada keadaan demam kenaikan suhu 1

    0C akan mengakibatkan kenaikan

    metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh

    dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat

    terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas

    muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnyadengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama

    disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skelet

    yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan

    metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama

    berlangsungnya kejang lama.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    3/19

    Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan

    metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada

    seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,

    sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat

    terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi

    difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya

    lepas muatan listrik.Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas

    ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut

    neurotransmitter sehingga terjadi kejang.

    Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi

    rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah,

    kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang

    kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius. Dari kenyataan ini

    dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang

    kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat

    suhu berapa penderita kejang.

    Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak

    menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (>15 menit)

    biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatkan kebutuhan oksigen dan energi untukkontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat

    disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang

    tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot

    dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas

    adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya

    kejang lama.Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan

    hipoksia sehingga meninggikan permebealitas kapiler dan timbul edema otak yang

    mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

    Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan

    kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga

    terjadi serangan epilepsi yang spontan.Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat

    menyebabkan kelaian anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    4/19

    5. Pemeriksaan penunjang

    6. PenatalaksanaanDalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

    a. Pemberantasan kejang secepat mungkinb. Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI

    sebagai berikut :

    Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

    Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/kg atau diazepamrectal dosis 10 kg : 5 mg

    Bila kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg

    tunggu 15 menit

    Kejang berhenti

    berikan dosis awal fenobarbital

    dosis : neonatus : 30 mg I.M

    1 bulan1 tahun : 50 mg I.M> 1 tahun : 75 mg I.M

    Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal danselanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

    B. Konsep Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

    Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan

    menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.(Santosa. NI,

    1989, 154)

    Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa

    data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan

    kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik,

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    5/19

    psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,

    team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode

    pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi,

    perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data yang diperlukan),

    catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur

    (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).

    Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :

    a. Data subyektif1) Biodata/Identitas

    Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu

    dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,

    agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.

    2) Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :

    - Apakah betul ada kejang ?- Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan

    gerakan kejang si anak

    - Apakah disertai demam ?Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, makadiketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan

    kejang.Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.

    a) Lama seranganSeorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung

    lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon

    terhadap prognosa dan pengobatan.

    Pola serangan :

    - Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai polaserangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?

    - Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaranseperti epilepsi mioklonik ?

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    6/19

    - Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguankesadaran seperti epilepsi akinetik ?

    - Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementaratangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?

    - Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

    b) Frekuensi seranganApakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang

    terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun.Prognosa

    makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan

    bangkitan kejang sering timbul.

    c) Keadaan sebelum, selama dan sesudah seranganSebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang

    dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan

    lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah

    kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran

    menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya.

    d) Riwayat penyakit sekarang yang menyertaiApakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada

    penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,

    Morbili dan lain-lain.

    3) Riwayat Penyakit DahuluSebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita

    pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk

    pertama kali ?

    Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-

    lain.

    4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    7/19

    Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi

    atau sakit panas sewaktu hamil.Riwayat trauma, perdarahan per vaginam

    sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat

    persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (

    forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama

    neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-

    kejang.

    5) Riwayat ImunisasiJenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur

    mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.Pada umumnya setelah

    mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat

    menimbulkan kejang.

    6) Riwayat PerkembanganDitanyakan kemampuan perkembangan meliputi :

    - Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengankemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

    -

    Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untukmengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

    tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi

    yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.

    - Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.- Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah

    dan berbicara spontan.

    7) Riwayat kesehatan keluarga.Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang

    demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita

    penyakit syaraf atau lainnya ?Adakah anggota keluarga yang menderita

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    8/19

    penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat

    mencetuskan terjadinya kejang demam.

    8) Riwayat sosialUntuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji

    siapakah yang mengasuh anak ?Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga

    dan teman sebayanya ?

    9) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatanDitanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?

    - Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :- Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang

    kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan

    medis ?

    - Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatanyang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit,

    penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

    -

    Pola nutrisiUntuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana

    kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?

    Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan

    anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?

    - Pola Eliminasi :BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan

    bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ?Serta ditanyakan apakah

    disertai nyeri saat anak kencing.

    BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana

    konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

    - Pola aktivitas dan latihan

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    9/19

    Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?

    Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?

    - Pola tidur/istirahatBerapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam

    berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?

    b. Data Obyektif1) Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)

    Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,

    nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu

    tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum

    kejang tanpa kelainan neurologi

    2) Pemeriksaan Fisik- Kepala

    Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali?Adakah dispersi bentuk kepala?

    Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar

    cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum?

    - RambutDimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.Pasien

    dengan malnutrisi9

    hesus protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahanseperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada

    pasien.

    - Muka/ WajahParalisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila

    anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah

    tanda 9hesus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus

    cranial ?

    - MataSaat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan

    ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?

    - Telinga

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    10/19

    Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi

    seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari

    telinga, berkurangnya pendengaran.

    - HidungApakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas?

    Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?

    - MulutAdakah tanda-tanda sardonicus?Adakah cynosis?Bagaimana keadaan

    lidah?Adakah stomatitis?Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries

    gigi ?

    - TenggorokanAdakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring,

    cairan eksudat ?

    - LeherAdakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah

    pembesaran vena jugulans ?

    - ThoraxPada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,

    frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksiIntercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?

    - JantungBagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi

    tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?

    - AbdomenAdakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana

    turgor kulit dan peristaltik usus ?Adakah tanda meteorismus? Adakah

    pembesaran lien dan hepar ?

    - KulitBagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat

    oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?

    - Ekstremitas

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    11/19

    Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?

    Bagaimana suhunya pada daerah akral ?

    - GenetaliaAdakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda

    infeksi ?

    c. Pemeriksaan penunjangTergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :

    1) DarahGlukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl

    BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi

    nepro toksik akibat dari pemberian obat.

    Elektrolit : K, Na

    Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

    Kalium ( N 3,805,00 meq/dl )

    Natrium ( N 135144 meq/dl )

    2) Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,pendarahan penyebab kejang.

    3) Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.4)

    Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masihterbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk

    transiluminasi kepala.

    5) EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuhuntuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.

    6) CT Scan : Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.

    2. Diagnosa Keperawatana. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan jaringan terhadap oksigen

    dan peningkatan mukosa

    b. Hipertermi berhubungan dengan reaksi peradangan dan ketidakseimbangantermoregulatir

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    12/19

    c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan intake tidakadekuat.

    d. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.e. Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi ototf. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang

    ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.

    3. Intervensi Keperawatana. Diagnosa Keperawatan : pola napas tidak efektif berhubungan dengan kebutuhan

    jaringan terhadap oksigen dan peningkatan mukosa.

    Tujuan : Pernapasan klien menunjukan pernapasan normal tanpa adanya tanda

    abnormalitas atau distres pernapasan.

    Kriteria hasil : Pernapasan teratur, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan

    Intervensi :

    1) Kaji pola napas klien.Rasional :Adanya kegagalan pernapasan menyertai hilangnya fungsi unit paru.

    2) Observasi adanya penggunaan otot bantu pernapasan.Rasional :Penggunaan otot bantu pernapasan menandakan adanya usaha untuk

    bernapas3) Tinggikan kepala dengan menggunakan bantal.

    Rasional : Meningkatkan inspirasi maksimal untuk memperbaiki fungsi paru

    4) Longgarkan pakaian yang ketat.Rasional : Memudahkan untuk inspirasi sehingga inspirasi maksimal dengan

    pengembangan paru yang maksimal pula.

    5) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan.Rasional : oksigen dapat membantu kelancaran pernapasan dan membantu proses

    difusi ke jaringan.

    b. Diagnosa Keperawatan : hipertermi berhubungan dengan reaksi peradangan danketidak seimbangan thermoregulator.

    Tujuan : Suhu dalam batas normal

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    13/19

    Kriteria hasil : Anak tidak demam lagi, suhu tubuh klien normal

    Intervensi :

    1) Kaji pertubahan tanda-tanda vital, terutama suhu tubuh.Rasional : Suhu tubuh yang meningkat menandakan adanya tanda infeksi pada

    tubuh

    2) Awasi suhu tubuh, bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam danmenggigil.

    Rasional : Suhu tubuh yang meningkat menandakan adanya tanda infeksi pada

    tubuh. Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan oksigen dan mengganggu

    oksigenasi seluler.

    3) Beri kompres hangat pada daerah dahi.Rasional :Peralihan perpindahan panas secara klonduksi dan membantu tubuh

    untuk menyesuaikan terhadap panas.

    4) Libatkan keluarga dalam tindakan perawatan.Rasional :Keluarga dapat belajar cara perawatan anak sehingga klien dapat

    segera melakukan tindakan jika terjadi kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba

    5) Kolaborasi pemberian anti piretik misalnya paracetamol.Rasional :Penggunaan obat sesuai indikasi membantu menurunkan panas tubuh

    c. Diagnosa Keperawatan :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengananoreksia dan intake tidak adekuat.

    Tujuan : Perbandingan antara berat badan dan tinggi badan anak normal.

    Kriteria hasil : Tidak ada anoreksia, porsi makan dihabiskan, berat badan bertambah

    Intervensi :

    1) Nilai ststus nutrisi anak.Rasional : untuk menilai diet dari anak

    2) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkankualitas intake nutrisi.

    Rasional :memberikan energi yang cukup bagi klien

    3) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.Rasional : mengurangi kerja dari usus dan lambung

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    14/19

    4) Pertahankan kebersihan mulut.Rasional : untuk meningkatkan selera makan

    5) Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhanpenyakit.

    Rasional : menambah pengetahuan untuk wawasan mengenai nutrisi

    6) Timbang berat badanRasional : mengetahui perbandingan nutrisi yang adekuat

    d. Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

    Kriteria hasil : Tidak terjadi serangan kejang ulang.

    Suhu 36,537,5 C (bayi) 3637,5 C (anak)

    Nadi 110120 x/menit (bayi)100-110 x/menit (anak)

    Respirasi 3040 x/menit (bayi) 2428 x/menit (anak)

    Kesadaran composmentis

    Intervensi :

    1) Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringatRasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak

    menyerap keringat.

    2)

    Berikan kompres dinginRasional : perpindahan panas secara konduksi

    3) Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.

    4) Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jamRasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.

    5) Batasi aktivitas selama anak panasRasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.

    6) Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

    e. Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnyakoordinasi otot.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    15/19

    Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

    Kriteria Hasil : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

    Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.

    Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

    Intervensi :

    1) Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

    2) Tinggalah bersama klien selama fase kejang..Rasional : meningkatkan keamanan klien.

    3) Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.

    4) Letakkan klien di tempat yang lembut.Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika

    kontrol otot volunter berkurang.

    5) Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.

    6) Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejanRasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

    f. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaaninformasi.

    Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

    Kriteria hasil : Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

    Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

    Keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

    Intervensi :

    1) Kaji tingkat pengetahuan keluargaRasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan

    kebenaran informasi yang didapat.

    2) Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    16/19

    Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah

    wawasan keluarga

    3) Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukanRasional : Agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan

    4) Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegahkejang demam, antara lain :

    Jangan panik saat kejang Baringkan anak ditempat rata dan lembut. Kepala dimiringkan. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu

    dimasukkan ke mulut.

    Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggusampai keadaan tenang.

    Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.Rasional : Sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri

    dalam mengatasi masalah kesehatan.

    5) Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.Rasional : Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.

    6) Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi denganmenghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak

    mencetuskan kenaikan suhu.

    Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang

    7) Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agarmemberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita

    kejang demam.

    Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat

    menyebabkan kejang demam

    4. Implementasi

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    17/19

    Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

    rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan

    kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan

    kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )

    5. EvaluasiTahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan

    obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai

    atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan

    analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

    NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi

    1.

    2.

    3.

    4.

    Pola napas tidak efektif

    berhubungan dengan kebutuhan

    jaringan terhadap oksigen dan

    peningkatan mukosa

    Hipertermi berhubungan dengan

    reaksi peradangan dan ketidak

    seimbangan termoregulator

    Nutrisi kurang dari kebutuhan

    berhubungan dengan anoreksia dan

    intake tidak adekuat

    Potensial kejang berulang berhu-

    pernapasa klien menunjukan

    pernapasan normal tanpa adanya tanda

    abnormalitas atau distres pernapasan.

    Kriteria hasil :

    Pernapasan teratur.

    Tidak ada penggunaan otot bantu

    pernapasanTujuan :suhu dalam batas normal

    Kriteria hasil :

    - Anak tidak demam lagi

    - Suhu tubuh klien normal

    Tujuan : perbandingan antara berat

    badan dan tinggi badan anak normal.

    Kriteria hasil :

    - Tidak ada anoreksia

    - Porsi makan dihabiskan

    Berat badan bertambah

    Klien tidak mengalami kejang selama

    2x24 jam.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    18/19

    5.

    6.

    bungan dengan hiperthermi.

    Potensial terjadi trauma fisik

    berhubungan kurangnya koordina-

    si otot.

    Kurangnya pengetahuan keluarga

    berhubungan dengan keterbatasan

    informasi.

    Kriteria :

    Tidak terjadi serangan ulang

    Suhu : 3637,5 C

    N : 100110 kali/menit

    Kesadaran : composmentis

    Tidak terjadi trauma fisik selama

    perawatan.

    Kriteria :

    Tidak terjadi traumas fisik selama

    kejang.

    Mempertahankan tindakan yang

    mengontrol aktivitas kejang.

    Mengidentifikasi tindakan yang harus

    diberikan ketika terjadi kejang.

    Pengetahuan keluarga bertambah

    tentang penyakit anaknya.

    Kriteria :

    Keluarga tidak sering bertanya tentangpenyakit anaknya.

    Keluarga mampu diikutserta-kan

    dalam proses perawatan.

    Keluarga mentaati setiap proses

    perawatan.

  • 5/23/2018 KEJANG DEMAM

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Doenges,merilyn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien Alih Bahasa, I made kariasa, Ni Made sumarwati.

    Editor Edisi Bahasa Indonesia Monika Ester. EGC: Jakarta

    Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica

    Ester, EGC, Jakarta.

    Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC,

    Jakarta.

    Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

    Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

    Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada

    Anak, PERKANI : Surabaya.