KEJANG DEMAM

20
KEJANG DEMAM Dr. Lian Marliana (Relawan MER-C) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 38 0 C) yan disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizure 1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tida termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang dema pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak aka mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali ata lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi. Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusaka pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkin Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi. Penelitian yan dilakukan oleh The American National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu : 1. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung 2. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama 3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1 hari Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. Bil terdapat 2 atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%. (lian, dari berbagai sumber) Kejang Demam (Guideline)

description

kejang demam pada anak COASS SULTAN AGUNG

Transcript of KEJANG DEMAM

KEJANG DEMAM

KEJANG DEMAMDr. Lian Marliana(Relawan MER-C)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (diluar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi. Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkinAnak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh The American National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :1. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung 2. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama

3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1 hari

Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%. Bila terdapat 2 atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%. (lian, dari berbagai sumber)

Kejang Demam (Guideline) Apakah kejang demam itu ?

Resiko berulangnya kejang demam

Penanganan kejang demam

Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan

Resiko dan keuntungan penanganan jangka panjang

Imunisasi dan kejang demam

Sumber

Apakah kejang demam itu ?

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam (2). Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya. Kejang demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu (1,2): Simple febrile seizures : kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. Complex febrile seizures / complex partial seizures : kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung). Risiko berulangnya kejang demam Simple febrile seizures tidak meningkatkan risiko kematian, kelumpuhan, atau retardasi mental. Risiko epilepsi pada golongan ini adalah 1%, hanya sedikit lebih besar daripada populasi umum. Risiko yang dimiliki hanyalah berulangnya kejang demam tersebut pada 1/3 anak yang mengalaminya. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1,2): Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama Riwayat kejang demam dalam keluarga Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal Riwayat demam yang sering Kejang pertama adalah complex febrile seizure Risiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor risiko, 25% dengan 1 faktor risiko, 50% dengan 2 faktor risiko, dan dapat mencapai 100% dengan 3 faktor risiko. Penanganan kejang demam Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (2,3): Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4). Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas. Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut (3,4): Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat Pemberian oksigen melalui face mask Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1). Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan : Terapi awal dengan diazepam

Usia Dosis IV (infus)(0.2mg/kg) Dosis per rektal(0.5mg/kg)

< 1 tahun 12 mg 2.55 mg

15 tahun 3 mg 7.5 mg

510 tahun 5 mg 10 mg

> 10 years 510 mg 1015 mg

Jika kejang masih berlanjut : Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan Jika kejang masih berlanjut : Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit. Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung). Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan. Perlu tidaknya pemeriksaan lanjutan Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah), meningitis, dan pasca imunisasi. Beberapa pemeriksaan lanjutan hanya diperlukan jika didapatkan karakteristik khusus pada anak. Pungsi lumbar (1) Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang : Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher) Mengalami complex partial seizure Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya) Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal. Kejang pertama setelah usia 3 tahun Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan. EEG (electroencephalogram) (1) EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi. Pemeriksaan laboratorium (1) Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin. Neuroimaging (1) Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Risiko dan keuntungan penanganan jangka panjang Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis (2). Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut. Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam (5,6). Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian asetaminofen setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian pula dengan ibuprofen. Diazepam Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat (2,6). Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat diberikan (5). Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat. Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh (5). Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif untuk mencegah berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada anak berusia < 3 tahun), trombositopenia (menurunnya jumlah keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah), pankreatitis (peradangan pankreas yang merupakan kelenjar penting dalam tubuh), dan gangguan gastrointestinal membuat penggunaan asam valproat sama sekali tidak dianjurkan sebagai profilaksis kejang demam. Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala pada saat onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak ada terapi yang dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang (6). Imunisasi dan kejang demam Walaupun imunisasi dapat menimbulkan demam, namun imunisasi jarang diikuti kejang demam. Suatu penelitian yang dilakukan memperlihatkan risiko kejang demam pada beberapa jenis imunisasi sebagai berikut (2): DTP : 6-9 per 100.000 imunisasi. Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya. MMR : 25-34 per 100.000 imunisasi. Risiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi. Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Jadi kejang demam bukan merupakan kontra indikasi imunisasi. Sumber Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. Practice parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizure. AAP Policy 1996; 97:769-775 http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769 Prodigy Guidance - Febrile convulsion. April 2005. http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Febrile%20convulsion Clinical Practice Guidelines - Febrile Convulsion. Royal Childrens Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5132 Acute Management of Infants and Children with Seizures. December 2004. www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures. Practice Parameter: Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999;103:1307-1309 Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86 http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics;103/6/e86 Nurul I Hariadi

Kejang Demam (catatan kuliah Pediatric II)

Oleh nina

Jumat, 09-Januari-2004, 19:31:431039 klik

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak2.

Kejang Demam (Sub bagian Neurologi dept. Pediatric)

Defenisi Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ejstra kranium.

Sering pada anak golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Tergantung pada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor herediter menentukan.

Patofisiologi Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan energi yangd idapat dari metabolisme. Bahan baku yang digunakan berupa glukosa yang akan dipecah menjadi CO2 dan air.

Dalam keadaan normal membran neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sulit oleh ion Natrium (Na+) kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya K+ tinggi dalam sel dan Na+ rendah, sedangkan di luar sel sebaliknya. Perbedaan ini yang membentuk potensial membran sel neuron.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh: -Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. -Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis -Perubahan patofisiologi membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu akan terjadi perubahan keseimbangan dari membran potensial neuron dan dalam waktu singkat akan terjadi difusi dari K+ dan Na+ melalui membran tadi dengan akibat lepasnya muatan listrik yang sedemikian besarnya dapat meluas ke seluruh sel neurotransmitter pada tubuh dan terjadilah kejang.

Tiap anak empunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C.

Bangkitan kejang tergantung pada ambang kejang tersebut yaitu lebih banyak pada anak dengan ambang kejang rendah.

Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang lama (> 15 menit) biasanya dapat disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet sehingga dapatterjadi juga hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerob, hipotensi dan denyut jantung yang tidak teratur, meningkatnya suhu tubuh juga dapat terjadi.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga timbul edema otak yang mengakibatkan rusaknya sel neuron otak. Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Manifestasi Klinis Bangkitan kejang dapat terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat karena infeksi di luar susunan saraf pusat seperti: tonsillitis, OMA, bronchitis, dll.

Serangan berlangsung singkat dengans ifat bangkitan berbentuk: tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri.

Livingston membagi kejang demam atas dua golongan: 1.Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) 2.Epilepsi yangd iprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)

Sub. Bagian Pediatric RSCM membagi lagi criteria tersebut dengan: (untuk pedoman diagnostik kejang demam sederhana)

-Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun. -Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit. -Kejang bersifat umum -Kejang timbul dalam 16 jam pertama, setelah timbulnya demam. -Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang: normal. -Pemeriksaan EEG yangd ibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak meunjukkan kelainan. -Frekwensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh criteria di atas digolongkan pada: epilepsy yang diprovokasi oleh demam.

Diagnosis Banding Infeksi pada SSP seperti: meningitis, ensefalitis, abses otak dll.

Prognosis Dengan penanggulangan cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.

Kemungkinan bangktan kejang: sekitar 25-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada anak perempuan 50%, laki2 33% Pada anak beumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang, kemungkinan bangkitan 50% sedang tanpa riwayat keluarga kejang 25%

Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor: -Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga. -Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam. -Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Kemungkinan komplikasi hemiparesis dapat terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama yaitu yang berlangsung lebih dari setengah jam, baik yang bersifat umum atau fokal. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental dapat terjadi dengan kemungkinan 5 kali lebih besar.

Penanggulangan Dalam penanggulangan perlu diperhatikan 4 faktor yaitu:

1.Memberantas kejang secepat mungkin 2.Pengobatan penunjang 3.Memberikan pengobatan rumat 4.Mencari dan mengobati penyebab.

Ad 1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila penderita dating dengan status convulsifus, obat pilihan pertama adalah diazepam intravena.

Dosis tergantung berat badan, yaitu: kurang dari 10 kg: 0,5-0,75 mg/kgBB Biasanya dosis yang dipakai rata2 sekitar 0,3 mg/kgBB dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak lebih besar.

Ad 2. Pengobatan penunjang Profilaksis intermitten (sementara)

Untuk mencegah terjadinya bangkitan kejang dikemudian hari, penderita kejang demam sederhana dapat diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kalau anak menderita demam lagi.

Antikonvulsan yang diberikan adalah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari. (efek samping fenobarbital paling kecil)

Antipiretikan yang dipakai adalah aspirin 60 mg/tahun/kali (sehari diberikan 3 kali atau untuk bayi di bawah 6 bulan 10 mg/bulan/kali, sehari 3 kali).

Profilaksis jangka panjang Diberikan pada keadaan: Epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Keadaan kejang demam dengan cirri: terdapatnya gangguan perkembangan saraf, bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit (bersifat fokal atau ada kelainan saraf sementara atau menetap), terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orang tua atau saudara kandung, pada kasus2 tertentu (missal kejang berulang atau kejang demam pada bayi di bawah 12 bulan).

Obat2 untuk profilaksis jangka panjang: fenobarbital, sodium valproat, fenitoin (dilantin).

Ad 4. mencari dan mengobati penyebab Secara akademis pada anak dengan kejang demam pertama sebaiknya dilakukan pungsi lumal, untuk menyingkirkan kemungkinan factor infeksi di dalam otak, misalnya meningitis.

Kejang Demam

Penulis: Rini SekartiniPada beberapa anak, demam dapat menimbulkan kejang. Kejang demam terjadi pada 2-5% anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun. Kejang merupakan hal yang menakutkan tetapi biasanya tidak membahayakan. Informasi dari brosur ini akan membantu anda untuk mengerti kejang demam dan apa yang terjadi jika hal ini terjadi pada anak anda.

Apakah kejang demam?

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain (kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang.

Apa yang harus saya lakukan jika anak saya mengalami kejang demam?

Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak untuk mencegah luka.

Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan dari benda yang keras atau tajam

Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau muntah dapat mengalir keluar dari mulut

Jangan menaruh apapun di mulut pasien. Anak anda tidak akan menelan lidahnya sendiri.

Hubungi dokter anak anda

Apakah anak saya akan mengalami kejang lagi?

Kejang demam tampaknya timbul secara familial. Risiko terjadinya kejang pada episode demam yang lain tergantung dari usia anak anda. Anak yang berumur kurang dari 1 tahun pada saat kejang pertama memiliki risiko 50% untuk mengalami kejang demam lagi. Anak yang berusia lebih dari 1 tahun pada saat kejang pertama hanya memiliki risiko 30% untuk mengalami kejang demam lagi.

Akankah anak saya menderita epilepsi?

Epilepsi diartikan sebagai kejang berulang dan multipel. Kejang epilepsi tidak disebabkan oleh demam. Anak dengan riwayat kejang demam mempunyai risiko sedikit lebih tinggi menderita epilepsi pada usia 7 tahun dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami kejang demam.

Apakah kejang demam membahayakan?

Kejang demam mungkin menakutkan tetapi tidak membahayakan untuk anak anda. Kejang demam tidak menyebabkan kerusakan otak, masalah sistem saraf, kelumpuhan, retardasi mental atau kematian.

Bagaimana menangani kejang demam?

Jika anak anda mengalami kejang demam, hubungi segera dokter anak anda. Dokter anda akan segera memeriksa anak anda untuk menentukan penyebab demamnya. Lebih penting untuk mencari penyebab demam dan mengobatinya dibandingkan kejangnya sendiri. Pengambilan cairan otak mungkin dilakukan untuk memastikan anak anda tidak mengalami infeksi serius seperti meningitis, terutama pada anak yang berusia kurang dari 1 tahun.

Secara umum, dokter tidak akan menyarankan untuk mengobati kejang demam sederhana dengan obat-obat preventif (pencegah). Akan tetapi hal ini tetap harus didiskusikan dengan dokter anak anda. Jika terjadi kejang lama atau kejang berulang, pengobatan mungkin akan berbeda.

Obat pereda demam seperti acetaminophen dan ibuprofen dapat menolong menurunkan demam, tetapi tidak mencegah kejang demam. Dokter anak anda akan memberitahu anda mengenai cara terbaik mengatasi demam anak anda.

Jika anak anda mengalami kejang demam, jangan takut akan hal yang buruk. Kejang ini tidak membahayakan anak anda dan tidak mengganggu kesehatan jangka panjang. Jika anda tertarik dengan masalah ini atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan anak, bicarakan dengan dokter anak anda.

www.idai.or.id.hottopics/detil.asp?q=88-19k-ygpernahngalaminwaktuanakkejang*

http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=62

Kejang Demam pada Anak dr. Hardiono Pusponegoro

KEJANG demam adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Umumnya, sekitar 2% sampai 5% anak berumur antara enam bulan sampai lima tahun mengalami demam ini. Namun tidak sampai menginfeksi otak anak.

Apa yang harus dilakukan bila anak mengalami kejang demam? Walaupun kejang demam terlihat sangat menakutkan, sebenarnya jarang sekali terjadi komplikasi berat. Yang paling penting (dan paling sulit) adalah untuk tetap tenang.

Lihat jam untuk menentukan berapa lama kejang berlangsung. Jangan memasukkan sendok atau jari ke dalam mulut anak untuk mencegah lidahnya tergigit. Hal ini tidak ada gunanya, justru berbahaya karena gigi dapat patah atau jari luka. Miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya. Jangan mencoba menahan gerakan anak. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak dengan air sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberi kompres dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu di dalam tubuh justru meningkat, walaupun kulitnya terasa dingin. Bila ada, Anda dapat memberikan diazepam melalui anus. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat diberikan obat, sebagian besar kejang demam akan berhenti sendiri sebelum lima menit.

Apakah anak perlu masuk rumah sakit? Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit, kemudian anak sadar dan menangis, biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi, kejang berlangsung lebih dari 10-15 menit, kejang berulang atau anak tidak sadar setelah kejang berhenti. Anda harus membawanya ke Dokter atau Rumah Sakit.

Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak dikemudian hari, kejang demam dibagi dalam kejang demam sederhana dan kejang kompleks.

Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada hari yang sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada datu sisi tubuh, berlangsung lama lebih dari 15 menit atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.

Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2% hingga 3%. Risiko terbanyak adalah berulang kejang demam, yang dapat terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko-risiko tersebut lebih besar pada kejang yang kompleks.

Rekaman otak atau electroencephaiografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin, karena tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan CT scan atau MRI juga tidak perlu dilakukan.

Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak mengalami kelainan saraf yang nyata, dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3 tahun. Obat yang digunakan misalnya phenobarbital yang sangat efektif untuk mencegah berulangnya kejang, namun di sisi lain memiliki efek samping menyebabkan anak menjadi hiperaktif.

Obat lain misalnya asam valproat, sama efektifnya untuk mencegah berulangnya kejang namun mepunyai efek samping mengganggu fungsi hati, terutama pada anak berumur kurang dari 2 tahun. Dokter akan memberi anda pilihan yang terbaik.

-------------------------------

Original Article: http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=DS00346 Febrile seizure

Overview

A febrile seizure is a convulsion that occurs in young children, triggered by a high fever. Febrile means pertaining to or characterized by a fever. A febrile seizure typically lasts 5 minutes or less, though some may last longer. Most children who experience a febrile seizure are between the ages of 6 months and 5 years.

Although a febrile seizure may be very alarming to you, it usually is harmless to your child and usually doesn't indicate a long-term or ongoing problem. Still, a febrile seizure is always a reason to seek medical attention, especially to determine the cause of the fever.

Febrile seizures are the most common type of seizure during childhood. They occur in about 4 percent of children before the age of 4 years. Many children never have another febrile seizure. Some children inherit a tendency to have seizures along with a fever. Febrile seizures usually stop by the time a child is 5 or 6 years old.

Signs and Symptoms

Signs of a febrile seizure include:

a.. Repeated rhythmic jerking or stiffening of your child's arms and legs b.. Eyes rolled back in your child's head c.. Lack of consciousness A febrile seizure usually is due to a rapid rise in your child's temperature, but the above signs don't necessarily reflect the height of the fever. Most febrile seizures are short, with the signs usually lasting 5 minutes or less. After the seizure, your child may cry or be quite sleepy. Causes

A febrile seizure may be triggered by a rapidly developing fever, which could be caused by an infection in any part of your child's body. The fever is usually from a typical childhood illness, such as a middle ear infection. A less common but very serious cause of a seizure is an infection of a child's central nervous system (brain and spinal cord). One such infection is meningitis, a condition in which membranes surrounding the brain become infected. Another is encephalitis, an inflammation in the brain itself.

Risk Factors

Young age is the strongest risk factor. Most febrile seizures occur between the ages of 6 months and 5 years, and the highest likelihood of febrile seizures is in children between the ages of 12 months and 18 months. Some children inherit a family's tendency to have seizures with a fever.

When to Seek Medical Advice

Seek medical attention immediately if your child has a seizure, develops a stiff neck, becomes confused or delirious, is difficult to wake up or acts very sick. First-time febrile seizures should be evaluated by your doctor as soon as possible.

Screening and Diagnosis

Your doctor will need to examine your child to determine the possible causes of the fever and seizure. Your doctor may order blood and urine tests to detect an infection.

If your doctor suspects a central nervous system infection, a spinal tap (lumbar puncture) may be necessary. In this procedure, approximately one-half teaspoon of spinal fluid is removed with a needle appropriately placed into the child's lower back. This test can reveal evidence of infection in the fluid that surrounds the brain and spinal cord.

Complications

Although they may greatly concern you as a parent, the vast majority of febrile seizures produce no lasting effects.

Febrile seizures are classified as simple or complex. Researchers currently believe that simple febrile seizures cause no higher incidence of subsequent epilepsy, cerebral palsy or mental retardation. A complex febrile seizure lasts longer than 15 minutes, occurs more than once within 24 hours or is confined to one side of the body. Complex febrile seizures may carry a somewhat higher risk of subsequent seizures.

If your child experiences a febrile seizure, you might wonder whether he or she has a more serious underlying disorder, such as epilepsy. However, epilepsy in children is defined as recurring seizures in the absence of fever. The odds that your child will develop epilepsy after a febrile seizure are small. Between 95 percent and 98 percent of children who have a simple febrile seizure will never develop epilepsy. However, children with epilepsy are more likely to have seizures when they have a fever, because fever lowers the seizure threshold.

Treatment

The vast majority of febrile seizures stop on their own within 5 minutes. However, if the seizure lasts for more than 5 minutes or if your child has two or more seizures call for emergency medical attention.

If the seizure is still occurring when your child arrives at the emergency room, a doctor may order medication administered either through your child's rectum or intravenously to stop the seizure.

It's possible that the doctor will want your child to stay in the hospital briefly for further observation. But a hospital stay isn't always necessary.

Prevention

If your child is susceptible to febrile seizures, it may be possible to prevent these seizures by taking quick action to control fever when your child has an illness.

Most of the time, a febrile seizure occurs during the first day of an illness. By giving your child acetaminophen (Tylenol, others) or ibuprofen (Advil, Motrin, others) at the first indication of fever, you may reduce the chance of a febrile seizure. But don't give aspirin to children. Aspirin may trigger a rare but potentially fatal disorder known as Reye's syndrome. Also, don't bundle up your child too much at night, and make sure your child drinks plenty of fluids.

It also is possible to prevent febrile seizures by having your child take a prescription anticonvulsant medication until age 3 or 4. However, doctors rarely prescribe these medications because most febrile seizures are harmless and most children outgrow them without any problems.

Medications that prevent seizures have drawbacks. Anticonvulsant medications such as valproic acid (Depakene) and divalproex (Depakote) are effective in preventing febrile seizures, but they carry a significant risk of serious side effects in young children. Children who have frequent or prolonged febrile seizures might benefit from preventive treatment with oral or rectal diazepam (Valium, Diastat).

Self-Care

Although febrile seizures are usually harmless, these steps can help your child avoid injury during the seizure:

a.. Place your child on his or her side, somewhere where they won't fall. b.. Stay close beside to watch and comfort your child. c.. Remove any hard or sharp objects near your child. d.. Loosen tight or restrictive clothing. e.. Don't restrain your child or interfere with your child's movements. f.. Don't attempt to put anything in your child's mouth. Within 1 to 2 hours of a febrile seizure, many children are back on their feet, running around the doctor's office or playing safely at home. By staying calm, observing your child and knowing when to call the doctor, you're doing everything that's needed to take care of your child. By Mayo Clinic staff

DS00346

April 15, 2002

1998-2004 Mayo Foundation for Medical Education and