KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat...

3
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA Nomor Sifat Lampiran Perihal B- 831/F /Fpt.4/1 0/1991 Biasa Jakarta, 12 Oktober 1991 Petunjuk ten tang pencegahan kegagalan Penuntutan Perkara tindak pidana khusus ..................................................... KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI 01- SELURUH INDONESIA Berdasarkan hasil eksaminasi khusus, ternyata masih ditemui kelemahan-kelemahan dalam penanganan perkara - perkara tindak pidana khusus, yang mengakibatkan pengadilan membebaskan terdakwa. Petunjuk mengenai pencegahan kegagalan penuntutan tersebut te1ah pemah diberikan dengan surat No. B-552/ F/ Fpt M 10/1990 tanggal \0 Oktober 1990. Kegagalan penuntutan yang dilakukan penuntut umum membawa dampak negatif terhadap citra Kejaksaan. Usaha maksimal guna mencegah kegagalan penuntut perlu dilakukan dengan cermat. Untuk itu diminta diperhatikan saudara dengan sungguh - sungguh akan hal - hal sebagai berikut: 1. Perkara - perkara tindak pidana khusus yang diterima dari penyidik baik, penyidik POLRI, PPNS maupun penyidik Jaksa agar dipelajari dengan teliti. Jika masih ada keraguan-raguan mengenai keberhasilan penuntutan, agar hal terse but dilaporkan seraya memintakan persetujuan untuk diterbitkan surat penetapan Pemberhetian Penuntutan (S.P.3). Penerbitan S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat diungkapkan lagi apabila diperoleh alat bukti baru sehingga perkara tersebut dapat dilimpahkan ke Pengadilan Negeri ekonomi dengan keyakinan akan keberhasilan penuntutan. 2. Upaya peningkatan mutu "penuntutan umum" secara berkesinambungan perlu dilakukan, agar saudara memperhatikan dan dapat me1aksanakan usaha - usaha kearah peningkatan mutu penuntut umum tersebut. 3. Sebagai bahan saudara dalam rangka pencegahan kegagalan pcnuntutan dan atau bahan guna meningkatkan mutu penuntutan umum, agar diperhatikan kekeliruan - kekeliruan /error penuntut umum yang ditemukan dalam rangka eksaminasi khusus, sebagai berikut : 3.1 Kekeliruan error mengenai pasal yang didakwakan. Faktalkasus posisi perkara, sebagai berikut : Terdakwa dalam penggelapan keuangan negara, telah mempergunakan kwitansi - kwitansi palsu, daftar - diftar pembelian barang - barang palsu untuk mempertanggung-jawabkan keuangan negara yang dikelolanya, namun tidak diperoleh cukup bukti bahwa pekerjaan 77

Transcript of KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat...

Page 1: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat diungkapkan lagi ... tetapi tidak dapat membuktikan "keinsyafan kerja sarna". Seyogyanya

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIAJAKARTA

NomorSi fatLampiranPerihal

B- 831/F /Fpt.4/1 0/1991Biasa

Jakarta, 12 Oktober 1991

Petunjuk ten tang pencegahankegagalan PenuntutanPerkara tindak pidana khusus.....................................................

KEPADA YTH.

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI01-

SELURUH INDONESIA

Berdasarkan hasil eksaminasi khusus, ternyata masih ditemuikelemahan-kelemahan dalam penanganan perkara - perkara tindak pidanakhusus, yang mengakibatkan pengadilan membebaskan terdakwa. Petunjukmengenai pencegahan kegagalan penuntutan tersebut te1ah pemah diberikandengan surat No. B-552/ F/ Fpt M 10/1990 tanggal \0 Oktober 1990.

Kegagalan penuntutan yang dilakukan penuntut umum membawadampak negatif terhadap citra Kejaksaan. Usaha maksimal guna mencegahkegagalan penuntut perlu dilakukan dengan cermat. Untuk itu dimintadiperhatikan saudara dengan sungguh - sungguh akan hal - hal sebagai berikut:

1. Perkara - perkara tindak pidana khusus yang diterima dari penyidik baik,penyidik POLRI, PPNS maupun penyidik Jaksa agar dipelajari denganteliti. Jika masih ada keraguan-raguan mengenai keberhasilan penuntutan,agar hal terse but dilaporkan seraya memintakan persetujuan untukditerbitkan surat penetapan Pemberhetian Penuntutan (S.P.3). PenerbitanS.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat diungkapkan lagiapabila diperoleh alat bukti baru sehingga perkara tersebut dapatdilimpahkan ke Pengadilan Negeri ekonomi dengan keyakinan akankeberhasilan penuntutan.

2. Upaya peningkatan mutu "penuntutan umum" secara berkesinambunganperlu dilakukan, agar saudara memperhatikan dan dapat me1aksanakanusaha - usaha kearah peningkatan mutu penuntut umum tersebut.

3. Sebagai bahan saudara dalam rangka pencegahan kegagalan pcnuntutandan atau bahan guna meningkatkan mutu penuntutan umum, agardiperhatikan kekeliruan - kekeliruan /error penuntut umum yang ditemukandalam rangka eksaminasi khusus, sebagai berikut :

3.1 Kekeliruan error mengenai pasal yang didakwakan.Faktalkasus posisi perkara, sebagai berikut :Terdakwa dalam penggelapan keuangan negara, telah mempergunakankwitansi - kwitansi palsu, daftar - diftar pembelian barang - barangpalsu untuk mempertanggung-jawabkan keuangan negara yangdikelolanya, namun tidak diperoleh cukup bukti bahwa pekerjaan

77

Page 2: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat diungkapkan lagi ... tetapi tidak dapat membuktikan "keinsyafan kerja sarna". Seyogyanya

yang dibiayai dengan keuangan negara tersebut, tidak seJesai. Dengandemikian "kerugian keuangan negara" dengan kasus posisi demikian,tidak terbuku. Penuntut Umum dalam dakwaan tidakmendakwakanpasal 1 ayat (I) huruf c dari UU no. 3 Tahun 1971 jopasal; 416 KUHP, sehingga terdakwa dibebaskan oleh pengadilannegeri.

3.2. KekeliruanJerror tentang penerapan terhadap "deelneming".Faktalkasus posisi perkara sebagai berikut :

a. Terdakwa selaku Pimpinan proyek telah menerbitkan suratketerangan yang tidak benar bahwa seseorang (A) telah diberipekerjaan (borongan) dan Pimpinan proyek telah menerbitkanSPK-SPK fiktif dengan maksud agar surat - suratlSPK dapatdigunakan untuk memperoleh kredit Bank.

b. Terdakwa seorang LurahlPejabat Pemerintah telah menerbitkanGirikIKohir atas sebidang tanah yang tidak benar dengan maksudagar surat tersebut dapat dipakai untuk mengajukan pemohonansertifikat atas tanah.

c. Penuntut Umum dalam dakwaan merumuskan terdakwaA bersama- sama dengan B dan terdakwa C melakukan suatu kejahatan(penyelundupan).

Penuntut Umum dalam surat dakwaan, mendakwakan para terdakwaterse but pada huruf a, dan huruf b sebagai "bersama - sama"(mededader) sebagaimana dimaksud pasal55 ayat (1) ke 1 KUHP,tetapi tidak dapat membuktikan "keinsyafan kerja sarna". SeyogyanyaPenuntut Umum membuat dakwaan pad a para terdakwa tersebutselaku "medeplichuge" (membantu) (pasal 56 KUHP) karenadidasarinya dengan surat - surat yang diterbitkannya Seorang (A)tersebut telah lebih mudah mencapai tujuanya. Hal itu sesuai denganpendapat para pakar yang menyatakan, bahwa "medepluchage" adalahperbuatan yang mendukung atau memperrnudah dilakukannya suatukejahatan.Dengan posisi demikian, seyogyanya mengajukan "dader" terlebihdahulu, baru kemudian terdakwa-terdakwa yang terbukti telahmembantu si dader. Mengenai kasus posisi butir 2 huruf c, keterkaitanantara A dan B dengan C atau A dengan C, tidak dirumuskan dalamsurat dakwaan dan tidak dibuktikan dalam reguisitoir .. Rumusan"bersama-sarna" adalah terjemahan dari "mededader". Makna atauarti kata "mededader" adalah "dader juga". Prof. Satochidmenterjemahkan mededader dengan "turut melakukan". Dr. PAF.Lamintang, SH menterjemahkan : "pelaku penyerta" atau "turut

78

melakukan" menurut Prof. Satochid, "mededader" tersebut harusmemenuhi 2 (dua) syarat, yakni:- harus ada kerjasarna secara phisik- harus ada kesadaran bekerjasama,Mr. Tirtaamidjaja hanya mengisyaratkan adanya "keinsyafanbekerjasama"

3.3 KekeliruanJerror mengenai persepsi "kerugian keuangan negara".Faktalkasus posisi perkara sebagai berikut:

a. Terdakwa mengajukan data-data yang tidak benar untuk memperolehkredit Bank dengan asetlagunan yang cukup. Berdasarkan data-data yang tidak benar yang diajukan terdakwa pada Bank untukmemperoleh kredit, oleh Penuntut Umum telah dinyatakan merugikankeuangan negara Hal tersebut adaIah kesimpulan, bukan pembuktian.Secara nyata harus dibuktikan bahwa agunanlaset: tidak cukupuntuk membayar kreditlpinjarnan tersebut.

b. Terdakwa selaku peJaksanaan suatu pekerjaan atau selaku Pimpinanproye~, telah membuat dartar pembayaran gaji, kwintasi - kwintasiyang tidak benar (fiktif). Dalam hal ini pekerjaan yang dilaksanakan .selesaiJrampung, maka "kerugian keuangan negara", tidak terbukti. 'Berkenaan dengan suatu pekerjaan /proyek, agar Jaksa penyidikmebuat Berita Acara pemeriksaan di tempat". Berila Acara tersebutsebaiknya dibuatnya bersarna-sama dengan instansi yangbe~sangkutan .dan ~tau aparat pengawasan fungsional lainnya(~lsalnya dan Irwilprop.). Dengan demikian dapat dibuktikandipersidangkan tentang "keadaan nyata" dari pekerjaanlproyektersebut.

c. Terdakwa mengemban tugas dari pemerintah untuk mengelolatanaman ekspor (misalnya intensifikasi tembakau Virginia). Untukproyek tersebut, pemerintah memberikan kelonggaran kredit dengantata cara yan~ teJah ditentukan. Untuk memperoleh kredit, terdakwatela~ mengaJuk~n daftar petani dan areal fiktif. Selama agunankredit tersebut seimbang dengan kredit yang diterima maka kerugiankeuangan negara belum terbukti. Dalam hal demikianpenyidikan/penuntutan seyogyanya diarahkan kepada kerugianperekonornian negara yang dalam realisasi pembukuannya dititikberatkan pada keterangan ahli dan program pemerintah ten tangproyek tersebut, khususnya daIam requisitor hal tersebut ditonjolkan,karena penuntutan umum dalam requisitor tidak rnerumuskan dantidak ~embuktikan ker:ugian perekonomian negara, maka PengadilanNegen tidak mempertimbangkan sehingga membebaskan terdakwadengan pertimbangan bahwa kerugian negara, tidak terbukti.

79

Page 3: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · S.P.3 tidak menutup kemungkinan untuk kelak dapat diungkapkan lagi ... tetapi tidak dapat membuktikan "keinsyafan kerja sarna". Seyogyanya

d. Terdakwa tidak menyerahkan secara keseluruhan uang/dana yangseharusnya diserahkan. Dengan perkataan lain, ditahan sebagian.Jika terjadi hal yang demikian, agar benar-benar menelusuri uangterse but dan dimana disimpan. Dalam requisitor, harus benar-benar dapat dibuktikan; perincian-perincian uang tersebutdanpenggunaannya. Adanya kasus perkara. yang dipersidangkanterungkap bahwa uang yang tidak: diserahkan tersebut adalahuntuk membiayai kegiatan pemantauan proyek terse but,menyebabkan pengadilan membebaskan terdakwa.

e. Terdakwa diajukan kepersidangan melakukan rindak pidana korupsikarena uang pembelian beras 6000 ton belum bayar. Beras sudahdiperoleh instansi yang bersangkutan dan menurut terdakwa uangterse but telah dibayarkan. Dengan posisi demikian, "kerugiankeuangan negara", tidak terbukti terutama karena beras yangdipesan oleh pemerintah telah diterima.

3.4. Kekeliruanlerror mengenai unsur - unsur delik faktalkasus posisiperkara, sebagai berikut:a. Terdakwa selaku aparat pajak telah mengembalikan uang pajak

(restitusi), yang menurut perkiraannya telah dipungut melebihipungutan yang diwajibkan. Dalam hal terse but, terdakwadidakwakan telah melakukan tindak pidana korupsi. Dalampersidangan tidak terungkap adanya hubungan terdakwa denganorang yang uang pajaknya dikembalikan secara objektif dalamkasus posisi demikian, Penuntut Umum hams dapat membukrikan:- uang yang dikembalikan tersebut adalah hak negara.- Kesengajaan (dolus) terdakwa.Apakah terdakwa mengetahui bahwa perbuatannya tersebut dapatmenimbulkan kerugian keuangan negara? dalam hal ini perludiingat azas : "tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan".Jika kedua hal diatas belum memperoleh bukti yang cukup,seyogyanya perkara tersebut belum dilimpahkan ke PengadilanNegeri.

b. Unsur "menyalah gunakan kewenangan". Terdakwa dalam rumusandakwaan dicanturnkan telah menyalah gunakan kewenangan makaharus pula mengetahui kewenangan-kewenangan yang ada padanya.Diulangi: "yang ada padanya" hal ini perlu diulang karenaditemukan rumusan dakwaan : "yang ada pada saksi - saksi".Kewenangan - kewenangan yang ada padanya tentu didasarkanatas surat keputusan atau ART (Anggaran Rumah Tangga) danatau AD (Anggaran Dasar) dan lain sebagainya. Hal tersebut perludirumuskan sedemikian rupa sehingga dengan demikian jelaskelihatan tentang penyalahgunaan kewenangannya.

c. Unsur "melawan hukum"

Dalam dakwaan dirumuskan perbuatan - perbuatan yang dalampersidangan temyata bukan perbuatan melawan hukum, misalnya:terdakwa telah menghadap kepala BPN untuk mengurus setifikattanah tersebut. Temyata : terdakwa, secara sah diberikan kuasa

80

untuk itu. Persepsi, pengertian "melawan hukum" agar benar- benar diperharikan sehingga pada requisitoir dapat diutarakandengan jurisprudensi-jurisprudensi. Misalnya pada putusanMahkamah Agung no. 275 KlPidl1983, tanggal 15 Desember1983 tercantum antara lain:

- Pegawai Negeri yang menggunakan kekuasaanya atau wewenangyang melekat pada jabatannya secara menyimpang, hal itusudah merupakan perbuatan yang melawan .

3.5. Kekeliruan terror terhadap "omisison delict"

a. Terdakwa diajukan kepersidangan pengadilan ekonomi, telahmelakukan perbuatan membantu melakukan penyelundupankarena ringgal diamlsikap pasif atau tidak berusaha mencegahatau menghalangi kejahatan tersebut.

Jika terdakwa ditugaskan untuk mencegah/menghalangikejahatan penyelundupan maka dakwaan terhadapnya, telahtepat sebagaimana diutarakan Drs. Utrecht, SH dalam bukunya"Hukum Pidana II" yakni seorang penjaga malam bersikappasif pada saat adanya maling. Tetapi jika hal - hal tersebutbukan merupakan kewajiban hukum baginya Ianya tidak dapatdipersalahkan.

b. Terdakwa selaku Kepala Dinas, didakwa melakukan tindakpidana korupsi karena tidak melakukan pengawasan terhadapPimpinan Proyek (terdakwa pasif). Karena terdakwa pasifmakaperbuatan terdakwa tersebut tidak memenuhi unsur-unsur tindakpidana korupsi, sehingga Pengadilan Negeri membebaskanterdakwa Dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi yangdemikian diperlukan kecermatanl ketehtian karena unsurkelalaian dan "karena tidak berbuat" (omisison delict) tidakdapat diterapkan dalam tindak pidana korupsi. Khususnyaterhadap tindak pidana korupsi yang berkenaan denganpengelolaan sesuatu proyek, agar dalam penanganannyamemedomani keputusan Presiden Nomor : 14 A Tahun 1980jo Keputusan Presiden Nomor : 29 Tahun 1984.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, mutu Jaksa / penuntutumum dapat di ringkatkan sehingga kegagalan penuntutan dapatdicegah. .

Demikian untuk dimaklumi dan diindahkan.

JAKSAAGUNG MUDABIDANG TINDAK PIDANA KHUSUS,

Tembusan :I. Yth. BAPAK JAKSA AGUNG R.I;

(sebagai laporan);2. Yth. PARA JAKSA AGUNG MUDA;3. Ars ip.-

SUDHONO ISWAHYUDI

81