Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

19
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA (KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DAERAH PERBATASAN) KELOMPOK: 2 Disusun Oleh: 1. Muhammad Fajar Faturahman (13304241042) 2. Artika Anindiyani Nursejati (13304241051) 3. Gahar Ajeng Prawesti (13304241064) 4. Uhti Intan Rahma (13304241068)

description

tugas pendidikan Pancasila

Transcript of Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

Page 1: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

(KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DAERAH

PERBATASAN)

KELOMPOK: 2

Disusun Oleh:

1. Muhammad Fajar Faturahman (13304241042)

2. Artika Anindiyani Nursejati (13304241051)

3. Gahar Ajeng Prawesti (13304241064)

4. Uhti Intan Rahma (13304241068)

5. Henky Becheta Anggraeni (13304241078)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daerah perbatasan adalah wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan

demografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. Kawasan

perbatasan negara meliputi kawasan perbatasan darat dan kawasan perbatasan laut

termasuk pulau-pulau kecil terluar (UU 26/2007, tentang Penataan Ruang). Daerah

perbatasan saat ini sedang menjadi isu penting bagi NKRI setelah beberapa kali

mengalami sengketa perbatasan dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Perbatasan sering dilihat sebagai zona ketidakstabilan, ketidakpastian,

keterpinggiran, dan penuh bahaya serta kriminalitas. Permasalahan utama yang dihadapi

masyarakat perbatasan, di antaranya adalah masalah kemiskinan dan keterbelakangan.

Kondisi ini mendorong mereka terlibat dalam kegiatan ekonomi illegal guna memenuhi

kebutuhan hidupnya, termasuk kegiatan illegal lain yang terkait dengan aspek politik dan

keamanan.

Pendekatan yang dilakukan terhadap kawasan perbatasan sering mencampur-

adukan antara masalah kedaulatan dengan masalah kewilayahan.Di satu sisi masyarakat

perbatasan lebih memilih untuk mencari berbagai kebutuhan pokok termasuk fasilitas

kesehatan dan pendidikan ke negeri tetangga dibandingkan negerinya sendiri.

Masyarakat perbatasan sendiri bukannya tidak memperdulikan kedaulatan Indonesia,

melainkan keadaanlah yang membuat mereka menjadi seperti itu. Jika keadaan seperti ini

terus dibiarkan maka bisa jadi mereka akan memisahkan diri dari NKRI dan berakibat

pada pecahnya persatuan dan kesatuan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan wilayah di daerah perbatasan?

2. Apa saja permasalahan pada masyarakat di daerah perbatasan?

3. Bagaimana upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan masyarakat

di daerah perbatasan?

4. Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila di daerah perbatasan?

Page 3: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

C. Tujuan

1. Mengetahui keadaan wilayah di daerah perbatasan

2. Mengetahui permasalahan pada masyarakat di daerah perbatasan

3. Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan masyarakat

di daerah perbatasan

4. Mengetahui implementasi nilai-nilai pancasila di daerah perbatasan.

Page 4: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keadaan Wilayah di Daerah Perbatasan

Negara Republik Indonesia mempunyai wilayah darat dan laut yang berbatasan

dengan 10 negara. Di wilayah darat, Indonesia berbatasan langsung dengan Negara

Malaysia, Papua Nugini dan Republik Demokratik Timor Leste, dengan wilayah

pcrbatasan di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua dan Nusa Tenggara

Timur. Di wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara yaitu India, Malaysia,

Singapura, Thailand, Vietnam, Pilipina, Australia, Republik Demokratik Timor Leste

dan Papua Nugini. Batas di wilayah laut ini terdapat di 92 pulau-pulau terluar yang

tersebar di 17 provinsi, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam sampai Papua

(Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2004:6,12-16).

Keadaan wilayah daerah perbatasan dapat dilihat dari aspek berikut:

a. Geografi

Kondisi geografi perbatasan darat Indonesia dengan Malaysia, PNG dan Timor Leste

umumnya merupakan pegunungan, berbukit dan bergelombang dengan ditutupi hutan

tropis yang lebat yang dilalui beberapa sungai dan anak sungai, sehingga akses ke

wilayah lainnya relatif masih tertutup. Sedangkan kondisi perbatasan laut RI dengan

10 negara tetangga (India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina,

Republik Palau, PNG, Australia dan Timor Leste) sebagian besar berada di jalur

perdagangan dunia dan perairan lautan dalam dan banyak yang belum terselesaikan

batas-batas lautnya.

b. Demografi

Kawasan perbatasan yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif kecil dan

persebaran tidak merata menyebabkan rentang kendali pemerintah, pengawasan dan

pembinaan masyarakat sulit dilakukan. Tingkat kesejahteraan masyarakat daerah

perbatasan relatif tertinggal (miskin). Umumnya mereka hidup hanya mengandalkan

hasil-hasil dari alam, mata pencarian penduduk setempat umumnya adalah petani

ladang berpindah dan penebang kayu.

Page 5: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

c. Sumber Daya Alam

Potensi SDA di daerah perbatasan sangat besar meliputi hasil hutan, tambang

migas, batubara, ikan dan kekayaan laut lainnya, namun belum dikelola secara

optimal. Disisi lain sistem pengamanan daerah perbatasan yang tidak memadai

menyebabkan terjadinya pencurian dan penjarahan SDA.

B. Permasalahan pada Masyarakat di Daerah Perbatasan

a. Kebijakan Pembangunan

Selama beberapa puluh tahun masalah perbatasan masih belum mendapat

perhatian yang cukup dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan

yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada

wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan

kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti

kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan.

Sejauh ini belum tersusun suatu kebijakan nasional yang memuat arah,

pendekatan, dan strategi pengembangan kawasan perbatasan yang bersifat

menyeluruh dan mengintegrasikan fungsi dan peran seluruh stakeholders kawasan

perbatasan, baik di pusat maupun daerah, secara menyeluruh dan terpadu. Hal ini

mengakibatkan penanganan kawasan perbatasan terkesan terabaikan dan bersifat

parsial.

b. Ekonomi dan Sosial Budaya

Paradigma pengelolaan kawasan perbatasan di masa lampau sebagai ”halaman

belakang” wilayah NKRI membawa implikasi terhadap kondisi kawasan perbatasan

saat ini yang tersolir dan tertinggal dari sisi sosial dan ekonomi. Munculnya

paradigma ini, telah mengakibatkan kurangnya pengelolaan kawasan perbatasan

dengan pendekatan kesejahteraan melalui optimalisasi potensi sumber daya alam,

terutama yang dilakukan oleh investor swasta.

Kehidupan masyarakat di kawasan perbatasan yang miskin infrastruktur dan

tidak memiliki aksesibilitas yang baik, pada umumnya sangat dipengaruhi oleh

kondisi sosial ekonomi di negara tetangga. Kawasan perbatasan di Kalimantan dan

Sulawesi Utara misalnya, kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pada umumnya

berkiblat ke wilayah negara tetangga. Hal ini disebabkan adanya infrastruktur yang

lebih baik atau pengaruh sosial ekonomi yang lebih kuat dari wilayah negara tetangga.

Page 6: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

Ketersediaan prasarana dan sarana wilayah maupun fasilitas sosial ekonomi masih

jauh dari memadai.Jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun laut masih

sangat terbatas, yang menyebabkan sulit untuk memiliki keterkaitan sosial maupun

ekonomi dengan wilayah lain. Kondisi prasarana dan sarana komunikasi di kawasan

perbatasan umumnya masih relatif minim.

Terbatasnya sarana komunikasi dan informasi menyebabkan masyarakat

perbatasan lebih mengetahui informasi tentang negara tetangga daripada informasi

dan wawasan tentang Indonesia. Ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi seperti

pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas. Kemiskinan

menjadi permasalahan yang terjadi di setiap kawasan perbatasan. Implikasi lebih

lanjut dari kondisi kemiskinan masyarakat di kawasan perbatasan mendorong

masyarakat terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi ilegal guna memenuhi

kebutuhan hidupnya. Selain kegiatan ekonomi ilegal, kegiatan ilegal lain yang terkait

dengan aspek politik, ekonomi dan keamanan juga terjadi di kawasan perbatasan

lautseperti penyelundupan senjata, amunisi dan bahan peledak.

Sebagai dampak dari minimnya sarana dan prasarana dibidang pendidikan dan

kesehatan, kualitas SDM masyarakat di sebagian besar kawasan perbatasan masih

rendah. Masyarakat belum memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan

sebagaimana mestinya akibat jauhnya jarak dari permukiman dengan fasilitas yang

ada. Optimalisasi potensi sumber daya alam dan pengembangan ekonomi di kawasan

perbatasan akan sulit dilakukan. Rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan, serta

kesehatan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menghambat

pengembangan ekonomi kawasan perbatasan untuk dapat bersaing dengan wilayah

negara tetangga.

c. Pertahanan dan Keamanan

Masalah-masalah pelanggaran hukum, penciptaan ketertiban dan penegakan

hukum di perbatasan perlu diantisipasi dan ditangani secara seksama. Luasnya

wilayah, serta minimnya prasarana dan sarana telah menyebabkan belum optimalnya

aktivitas aparat keamanan dan kepolisian. Pertahanan dan keamanan negara di

kawasan perbatasan saat ini perlu ditangani melalui penyediaan jumlah personil aparat

keamanan dan kepolisian serta prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan yang

memadai.

Sebagai konsekuensi terbatasnya prasarana, sarana dan sumberdaya manusia

di bidang pertahanan dan keamanan, telah menyebabkan lemahnya pengawasan di

Page 7: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

sepanjang garis perbatasan di darat maupun perairan di sekitar pulau-pulau terluar.

Disamping itu, lemahnya penegakan hukum akibat adanya kolusi antara aparat

dengan para pelanggar hukum, menyebabkan semakin maraknya pelanggaran hukum

di kawasan perbatasan. Sebagai contoh, di kawasan perbatasan darat, berbagai praktek

pelanggaran hukum seperti aktivitas pencurian kayu (illegal logging), penyelundupan

barang, dan ‘penjualan manusia’ (trafficking person), serta permasalahan identitas

kewarganegaraan ganda masih sering terjadi. Demikian pula di kawasan perbatasan

laut, sering terjadi pembajakan dan perompakan, penyelundupan senjata,

penyelundupan manusia (seperti tenaga kerja, bayi, dan wanita), maupun pencurian

ikan.

d. Pengelolaan Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam yang berada kawasan perbatasan, baik di wilayah

darat maupun laut cukup besar, namun sejauh ini upaya pengelolaannya belum

dilakukan secara optimal. Potensi sumberdaya alam yang memungkinkan dikelola di

sepanjang kawasan perbatasan, antara lain sumber daya kehutanan, pertambangan,

perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Selain itu, devisa negara yang dapat digali

dari kawasan perbatasan dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan antarnegara.

Upaya optimalisasi potensi sumber daya alam harus memperhatikan daya

dukung lingkungan, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial. Di sebagian besar kawasan perbatasan, upaya

pemanfaatan SDA dilakukan secara ilegal dan tak terkendali, sehingga mengganggu

keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai dampak

lingkungan seperti polusi asap lintas batas (hedge pollution), banjir, longsor,

tenggelamnya pulau kecil, dan sebagainya pada umumnya disebabkan oleh kegiatan-

kegiatan illegal, seperti penebangan liar di kawasan hutan dan pengerukan pasir di

pulau-pulau kecil yang tidak terkendali. Hal ini cukup sulit ditangani, karena

keterbatasan pengawasan pemerintah di kawasan perbatasan dan belum

ditegakkannya supremasi hukum secara adil dan tegas.

e. Kelembagaan dan KewenanganPengelolaan

Pengelolaan kawasan perbatasan belum dilakukan secara terpadu dengan

mengintegrasikan seluruh sekto rterkait. Sampai saat ini, permasalahan beberapa

kawasan perbatasan masih ditangani secara ad hoc, sementara (temporer) dan parsial

serta lebih didominasi oleh pendekatan keamanan (security) melalui beberapa

kepanitiaan(committee), sehingga belum memberikan hasil yang optimal. Komite-

Page 8: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

komite kerjasama penanganan masalah perbatasan yang ada saat ini antara lain

General Border Comitee (GBC) RI – Malaysia, Joint Border Committee (JBC) RI –

Papua New Guinea; dan Joint Border Committee RI-UNMISET (Timor Leste).

Pengelolaan perbatasan negara secara terpadu sangat strategis dan mendesak

untuk dilakukan, karena menyangkut dengan integritas Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Salah satu hal yang turut memberikan kontribusi terhadap belum

optimalnya pengelolaan dan penanganan permasalahan perbatasan saat ini adalah

belum adanya suatu lembaga yang secara khusus mengelola keseluruhan aspek

pengelolaan perbatasan, baik di tingkat nasional maupun di daerah.

C. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Permasalahan Masyarakat di Daerah

Perbatasan

Kedaulatan negara menunjukkan integritas dan martabat suatu bangsa dan harus

dijaga keutuhannya. Negara harus mampu menjaga kedaulatan setiap wilayahnya,

termasuk kondisi di daerah perbatasan yang menggambarkan lemahnya keutuhan dan

kedaulatan Negara.

Menurut UU No. 3 Tahun 2002, sistem pertahanan negara adalah sistem

pertahanan semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya

nasional. Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan, maka

untuk melaksanakan pertahanan negara tersebut, disusun beberapa strategi pengamanan

daerah perbatasan guna penegakan kedaulatan negara dalam rangka pertahanan Negara.

Adapun upaya – upaya yang dapat dilakukan dengan :

a) Meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah yang terkait dalam pengamanan

daerah perbatasan seperti TNI, Polri, Kantor Imigrasi dan Departemen

Pemerintahan.

b) Meningkatkan kualitas pengawasan di pos-pos lintas batas terhadap lalu lintas

barang dan orang.

c) Meningkatkan pengawasan terhadap pencurian SDA seperti pencurian kayu,

pencurian ikan dan kekayaan laut, eksplorasi energi dan mineral secara ilegal.

d) Meningkatkan dan membangun jaringan intelijen secara terpadu di daerah

perbatasan untuk mengantisipasi kemungkinan penyelundupan barang.

e) Menambah frekwensi patroli perbatasan di darat maupun laut.

f) Menambah dan meningkatkan kuantitas dan kualitas alat peralatan pengamanan di

daerah perbatasan.

Page 9: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

g) Membangun sarana jalan dan prasarana transportasi, telekomunikasi sepanjang

perbatasan untuk membuka keterisolasian perkampungan di daerah perbatasan.

h) Memperbaiki dan memperbaharui peraturan dan perundangan yang terkait dengan

pengamanan daerah perbatasan, baik yang menyangkut pencurian, penyelundupan

dan penyusupan.

Untuk mewujudkan pengamanan daerah perbatasan dalam rangka penegakkan

kedaulatan negara terdapat subyek yang melakukan pengamanan dan obyek yang harus

dipertahankan.

1. Subyek yang melakukan pengamanan

a) Supra Struktur, yang terdiri dari MPR, DPR dan Pemerintah yang berperan

sebagai subyek dalam implementasi kebijakan pengamanan daerah perbatasan,

terutama pembuatan peraturan dan perundang-undangan dan pengambilan

kebijakan program pemerintah.

b) Infra Struktur, meliputi para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh partai politik

dan LSM yang berbaur dengan masyarakat yang turut berperan dalam pengawasan,

pengendalian dan pelaksanaan kebijakan pengamanan daerah perbatasan.

c) Sub Struktur, terdiri dari segenap lapisan masyarakat yang terlibat langsung

dalam melaksanakan aturan yang telah ditetapkan dalam upaya pengamanan daerah

perbatasan.

2. Obyek yang harus dipertahankan

a) Daerah perbatasan, yaitu propinsi atau daerah yang berbatasan langsung dengan

beberapa negara tetangga baik di darat maupun laut .

b) Masyarakat setempat, yang berdomisili dekat atau sepanjang daerah perbatasan.

c) SDA, segenap potensi SDA yang ada di wilayah perbatasan RI yang jumlahnya

cukup besar namun belum dikelola secara optimal sehingga belum dapat

mengangkat tingkat kesejahteraan daerah dan masyarakat setempat.

d) Sarana dan Prasarana, belum memadai sehingga daerah perbatasan relatif

terisolir dan akses ke wilayah kecamatan terdekat sulit dijangkau dan mahal, lebih

mudah melakukan interaksi ke negara tetangga karena lebih mudah dan murah,

akses tersedia dan sarana jalan, transportasi dan telekomunikasi cukup memadai.

Dalam rangka pengamanan daerah perbatasan terdapat metode – metode yang

dapat dilakukan, antara lain:

a) Sosialisasi, yaitu memberikan informasi tentang pentingnya pengamanan daerah

perbatasan guna penegakan kedaulatan negara.

Page 10: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

b) Partisipasi, yaitu pengamanan daerah perbatasan harus melibatkan seluruh lapisan

masyarakat, termasuk peran swasta. Partisipasi masyarakat daerah perbatasan dapat

diwujudkan melalui peran aktif masyarakat dalam menjaga kondisi yang aman di

tempat tinggalnya, ikut serta secara aktif melakukan pengawasan terhadap

pelanggaran hukum yang terjadi di daerahnya, misalnya illegal logging, pergeseran

patok dan lain-lain.

c) Penegakan Hukum, melaksanakan undang-undang maupun peraturan daerah secara

konsisten dan konsekuen melalui pemberian sanksi hukum yang tegas terhadap

pelanggaran di daerah perbatasan. Dengan penegakan hukum yang konsisten, maka

dalam pengamanan daerah perbatasan mampu memberikan kontribusi positif bagi

penegakan kedaulatan dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan di kawasan

perbatasan NKRI.

D. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Daerah Perbatasan

Implementasi nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat perbatasan semakin luntur

akibat prinsip hidup primordial yang mementingkan diri sendiri dan kelompok. Kondisi

ini diperparah dengan adanya kemiskinan kultural dan struktural, keterbatasan

infrastruktur, dan lemahnya koordinasi antar instansi di wilayah perbatasan Jika hal ini

terus-menerus dibiarkan terjadi  maka rasa nasionalisme di kalangan rakyat perbatasan

akan semakin tergerus. Masyarakat perbatasan akan cenderung mengadopsi ideologi lain

guna menggantikan Pancasila.

Masyarakat di kawasan perbatasan apabila tidak dibina rasa nasionalisme mereka,

lambat laun akan melepaskan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia. Suatu

kenyataan yang tentu membuat kita sedih dan prihatin tentang kondisi masyarakat di

wilayah perbatasan RI dengan negara lain. Ketika kenyataan membuktikan lebih dari

satu generasi mereka diabaikan oleh pemerintahnya sendiri, ketika akses dan peluang

ekonomi mereka tertutup karena pemerintah tidak pernah membangun infrastruktur yang

dibutuhkan sehingga mereka kesulitan untuk melakukan komunikasi sosial dan kultural

dengan penduduk desa lain, sementara kebutuhan dasar hidup mereka lebih diperhatikan

oleh negara tetangga. Semua itumenjadi wajar jika mereka ingin menggadaikan

kewarganegaraan mereka dengan kewarganegaraan negara tetangga dan berakibat pada

degradasi persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, pengaruh budaya negara lain juga turut mengambil andil dalam

lunturnya nilai-nilai Pancasila pada masyarakat perbatasan. Masyarakat daerah

Page 11: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

perbatasan cenderung lebih cepat terpengaruh oleh budaya asing dibandingkan

masyarakat yang jauh dari perbatasan. Hal ini dikarenakan intensitas hubungan dan

kehidupan ekonomi mereka sangat tergantung dengan negara tetangga.

Untuk menguatkan nasionalisme dan nilai-nilai Pancasila pada masyarakat

perbatasan maka perlu didukung dengan peningkatan kesejahteraan. Masyarakat

Indonesia sangat membutuhkan keadilan dalam mewujudkan kesejahteraan hidup.

Pemerintah harusnya lebih peduli karena masyarakat di perbatasan serba kekurangan

dalam hal struktur bangunan seperti tempat sekolah, banyak jalan-jalan yang rusak. Hal

ini harus ditinjau ulang agar masyarakat di daerah perbatasan benar-benar mendapatkan

pelayanan yang layak.

Terkait dengan kawasan perbatasan, jika konsisten dengan Pancasila terutama sila

Kelima maka pembangunan yang dilakukan juga akan dilakukan dengan maksimal.

Sangat miris melihat kawasan perbatasan negara tetangga pembangunannya dilakukan

dengan sangat massif sedangkan di wilayah Indonesia jauh tertinggal. Oleh karena itu

jika masyarakat di kawasan perbatasan hanya merasakan Pancasila sebagai simbol

semata sangatlah tidak mengherankan. Hal tersebut karena mereka tidak pernah

merasakan implementasi dari konsep-konsep kesejahteraan seperti yang terdapat dalam

Pancasila.

Page 12: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Wilayah perbatasan Indonesia merupakan daerah pegunungan, berbukit dan

bergelombang yang ditutupi hutan tropis yang lebat, serta memiliki sumber daya alam

yang potensial. Namun, di sisi lain kehidupan masyarakatnya jauh tertinggal akibat

aksesnya yang masih tertutup.

2. Masyarakat perbatasan memiliki berbagai permasalahan yang menyebabkan

terkikisnya rasa nasionalisme sedikit demi sedikit akibat kurangnya kebijakan

pembangunan, permasalahan ekonomi dan sosial budaya, terjadinya perebutan

wilayah teritorial dengan negara tetangga akibat kurangnya pertahanan dan keamanan

di daerah perbatasan, belum maksimalnya pengelolaan sumber daya alam di daerah

perbatasan, serta belum adanya kelembagaan dan kewenangan pengelolaan wilayah

perbatasan Indonesia dengan negara tetangga.

3. Untuk mengatasi permasalahan masyarakat di daerah perbatasan upaya –upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengamanan dan penegakan

hukum yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk

mempertahankan wilayah NKRI tetap utuh agar kedaulatan rakyat tetap terjaga.

4. Implementasi nilai-nilai Pancasila pada daerah perbatasan cenderung mengalami

kemunduran. Pancasila hanya dijadikan simbol semata dan nilai-nilai nasionalisme

semakin terkikis.

Page 13: Kehidupan Masyarakat di Daerah Perbatasan

DAFTAR PUSTAKA

Mahendra, Putra Kurnia. 2011. Hukum Kewilayahan Indonesia; Harmonisasi Hukum

Pengembangan Kawasan Perbatasan NKRI Berbasis Teknologi Geospasial.

Malang: Universitas Brawijaya Press

Partnership for Governance Reform. 2011. Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan

Indonesia. Jakarta: Kemitraan Partnership

http://afiya-blog.blogspot.com/2013/03/dilema-penduduk-perbatasan.html. Diakses pada

tanggal 6 April 2014 pukul 09.00

http://sosbud.kompasiana.com/2013/03/28/menerawang-bayang-bayang-pancasila-di-batas-

negeri-546031.html. Diakses pada tanggal 6 April 2014 pukul 09.00