KEHIDUPAN DASAR LAUT

download KEHIDUPAN DASAR LAUT

of 14

Transcript of KEHIDUPAN DASAR LAUT

Permukaan bumi ini terdiri dari daratan dan lautan.Perbandingan luas seluruh lautan di dunia kurang lebih hampir 70 % dari luas keseluruhan bumi. Sehingga untuk mempelajari bidang ini sangat penting. Dalam penulisan ini kita akan mempelajari keadaan laut, terutama tentang dasar laut yang menyimpan banyak misteri. Yang meliputi pembagian laut, topografi dasar laut, kerakteristik dasar laut, dan organisme yang menghuni dasar laut. I. PEMBAGIAN LAUT A. Pembagian Laut Menurut Zona Kedalamannya Menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa zona sebagai berikut. Zona litoral atau jalur pasang, yaitu bagian cekungan lautanyang terletak di antara pasang naik dan pasang surut. Zona epineritik, yaitu bagian cekungan lautan di antara garis-garis surut dan tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari. Zona neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50-200 m. Zona batial, yaitu bagiancekungan lautan yang dalamnya antara 200-2.000 m. Zona abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dalam dari 2.000 m. B. Pembagian Laut Menurut Letaknya. Berdasarkan letaknya perairan laut yang bukan lautan dibedakan atas : Laut tepi, yaitu lautan yang terletak di tepi benua dan sebagian atau seluruhnya terbendung oleh benua dan antara laut tepi dan lautan biasanya dipisahkan oleh gugusan pulauatau jasirah.

Contoh : Laut Berring terhalang oleh kepulauan Alauten, Laut Utara terhalang oleh kepulauan Inggris. Laut pertengahan, yaitu laut yang terletak diantara dua benua atau lebih. Contoh :Laut Merah, Laut Mediteran dan lain lain. Laut pedalaman, yaitu bagian lautan yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contoh :Laut Baltik, dan Laut Hitam. C. Pembagian Laut Menurut Terjadinya. Laut transgresi atau laut meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan permukaan air laut positif, baik itu karena kenaikan permukaan air laut itu sendiri maupun turunnya daratan secara perlahan lahan.contoh :Laut Jawa. Laut ingresi yaitu laut yang dalam yang terjadi karena adanya tenaga endogen.contoh : Laut Karibia, Laut Jepang. Laut regresi atau laut yang makin menyempit yang diakibatkan oleh pengangkatan daratan maupun pengendapan lumpur sungai. II. TOPOGRAFI DASAR LAUT Di dasar laut sebenarnya terdapat relief yang hampir sama dengan di daratan. Topografi dasar laut Indonesia sendiri sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena pada kawasan Indonesia sering terjadi benturan atau gesakan antara 4 lempeng litosfer. Yakni lempeng Eurasia, Lempeng Filipina, Lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia. Berdasarkan keadaan relief, topografi dasar laut dapat dibedakan atas 2 golongan besar masing masing masih mempunyai bentuk bentuk topografi yang lebih khusus. Kedua golongan topografi dasar laut itu adalah sebagai berikut. 1. Continental Margin / Tepi Kontinen. Continental margin adalah dasar laut yang berdekatan dengan benua. Bagian ini dibedakan atas 3 bagian, yaitu : a. Continental Shelf. (landas kontinen) Adalah dasar laut yang berhubungan langsung dengan benua lerengnya landai, pada umumnya kurang dari 10 kedalamannya kurang dari 200 m. Lebar continental shelt pada berbagai daerah berbeda beda. Continental shelf yang bersambungan dengan pantai yang datar sangat lebar,

sedangkan yang bersambungan dengan pantai curam dan bergunung sangat sempit. b. Continental Slope. (lereng kontinen) Adalah dasar laut yang terletak di bawah continental shelf. Kemiringan lerengnya lebih curam, yaitu antara 20-50, dengan kedalaman sampai 1400 m -3000 m. Continental shelf dan continental slope berbatuan dasar granit, seperti halnya batuan dasar benua. c. Continental rise. (kaki kontinen) Continental rise terletak di luar continental slope dan merupakan peralihan dengan ocean basin di bandingkan dengan continental slope lerengnya lebih landai 0,50 dan mempunyai lapisan sedimen yang tebal.

Model relief dasar laut 2. Ocean Bassin Adalah dasar laut yang paling dalam dan berbentuk oval mnyerupai suatu baskom yang luas, dan mempunyai bentuk bentuk topografi khusus, yakni : a. Abyssal Plain dan Abyssal Hill Abyssal Plain merupakan bagian terbesar dari topografi dasar laut dan paling rata di bandingkan dengan bentuk topografi dasar laut yang lain. Apabila pada bagian tertentu reliefnya lebih kasar maka disebut abyssal hill.

b. Submarine Ridge. Adalah dasar laut yang dangkal, panjang dan memisahkan laut yang dalam. Jika lerengnya tidak begitu terjal dinamakan oceanic rise. c. Trough / Palung Laut Adalah dasar laut yang sangat dalam panjang dan sempit seolah olah adalah lembah di dasar laut. d. Seamount Adalah gunung berapi yang muncul di dasar laut tetapi puncaknya masih di bawah permukaan air laut. III. KARAKTERISTIK DASAR LAUT Walaupun merupakan bagian dari suatu perairan laut, namun daerah dasar laut memiliki perbedaan dengan bagian perairan yang lain. Berikut merupakan beberapa karakteristik daerah dasar laut yang penting. 1. Salinitas Salinitas pada suatu perairan cenderung sama. Hanya saja pada bagian permukaan perairan (khususnya zona fotik), salinitasnya bergantung pada faktor alam yang berpengaruh, seperti cuaca dan suhu. Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan). 2. Oksigen Terlarut / Disolves Oxygen (DO) Kadar oksigen terlarut pada daerah dasar laut. Cenderung lebih tinggi dari pada lapisan lain di kolom perairan. Hal ini diakibatkan oleh adanya perbedaan suhu pada kolom perairan.

Suhu yang cenderung tinggi di daerah permukaan membuat metabolisme organisme penghuni daerah itupun menjadi tinggi. Akibatnya, konsumsi oksigen terlarutnya pun tinggi dan membuat kadar oksigen terlarut menjadi sedikit. 3. Suhu Suhu pada dasar laut sangat dingin. Hal ini diakibatkan karena daerah dasar laut cenderung tidak mendapatkan cahaya matahari. 4. Cahaya Umunya, dasar laut, tidak mendapatkan asupan cahaya matahari yang baik. Terutama pada laut dalam. Hal ini diakibatkan karena cahaya matahari memiliki batasan kemampuan untuk menembus kedalaman air laut. Sinar matahari terdiri dari tujuh warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) dimana setiap warna memiliki panjang gelombvang yang khusus dan kemampuan menembus air laut yang khusus pula. Misalnya saja, warna merah. Warna merah, hanya mampu menembus kedalamana sejauh 20m. Akibatnya apabila seorang penyelam terluka pada kedalaman 25m, maka ia tidak akan melihat darahnya berwarna merah, tapi darahnya akan berwarna hitam. Berikut adalah kadalaman yang dapat ditembus oleh tiap warna penyusun cahaya matahari. Merah : 20m Jingga : 30m Kuning : 50m Hijau : 100m Biru : 200m Nila : 125m Ungu : 125m

Gambar. Kemapuan tiap warna menembus air Selain itu, terdapat juga faktor-faktor penghambat asupan cahaya matahari ke dasar laut yaitu : (1) Banyaknya awan yang menutup cahaya matahari, (2) Ombak permukaaan yang membiaskan cahaya matahari, (3) ombak/arus di kolom perairan.

Awan-Awan Penghalang Permukaan

Ombak

IV. ORGANISME DASAR LAUT ORGANISME BENTOS Organisme yang hidup pada daerah sekitar dasar laut disebut sebagai organisme bentos. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1., 1978). Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993). Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran

energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar. Kelompok organisme yang tergolong bentos antara lain Polychaeta, Bivalva, Crustaceae, Echinodermata dan Bakteri. Organisme bentos terutama zoobentos yang berukuran besar (Makrozoobentos), mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi maupun kelimpahan makrozoobentos bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi dan kelimpahan makrozoobentos relatif tetap. Gaufin dalam Wilhm (1975) mengelompokkan spesies makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi ling-kungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran.

IKAN DASAR LAUT/IKAN DEMERSAL Ikan Demersal adalah ikan yang umumnya hidup di daerah dekat dasar perairan, ikan demersal umumnya berenang tidak berkelompok (soliter). Sumberdaya ikan demersal terbagi dua berdasarkan ukuran yaitu Ikan Demersal Besar dan Ikan Demersal Kecil. Berikut adalah contoh spesies ikan demersal yang ditemukan di Indonesia. Kelompok Species Untuk Kategori Demersal BesarNama Indonesia: Cucut buaya/areuy Nama Internasional: Crocodile shark Nama Latin: Pseudocarcharias spp. Nama Indonesia: Cucut Peri Nama Internasional: Western angel shark Nama Latin: Squatina sp Nama Indonesia: Ikan napoleon Nama Internasional: Napoleon wrasse/ Humhead wrasse Nama Latin: Cheilinus undulatus Nama Indonesia: Kakap Batu Nama Internasional: Triple tail Nama Latin: Labotes surinamensis Nama Indonesia: Cucut Macan Nama Internasional: Tiger Shark Nama Latin: Galaeocerdo cuvieri Nama Indonesia: Ikan gergaji Nama Internasional: Sawfishes Nama Latin: Pristis spp Nama Indonesia: Jenaha Nama Internasional: Moses perch Nama Latin: Lutjanus russelli Nama Indonesia: Kakap putih Nama Internasional: Barramundi, Giant sea perch Nama Latin: Lates calcarifer (Bloch)

Nama Indonesia: Kerapu balong Nama Internasional: Honeycomb grouper Nama Latin: Epinephelus merra (Bloch, 1793)

Nama Indonesia: Kerapu bebek Nama Internasional: Humpback hind Nama Latin: Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)

Nama Indonesia: Kerapu karang Nama Internasional: Blue-lined seabass Nama Latin: Cephalophodis boenack (Bloch, 1790) Nama Indonesia: Kerapu lumpur Nama Internasional: Greasy rockcod/ estuary rockcod Nama Latin: Epinephelus tauvina Nama Indonesia: Layur Nama Internasional: Hairtails Nama Latin: Trichiurus spp Nama Indonesia: Pari burung Nama Internasional: Eaglerays Nama Latin: Myliobatus spp, Aetobatus spp. (Euphrasen, 1790) Aetomylaeus spp Nama Indonesia: Pari kekeh Nama Internasional: Whitespotted wedgefishes Nama Latin: Rhynchobatus djiddensis

Nama Indonesia: Kerapu karet Nama Internasional: Three lined rockcod Nama Latin: epinephelus heniochus Nama Indonesia: Kerapu sunu Nama Internasional: Leopard coralgrouper Nama Latin: Plectropomus leopardus (Lacep? de, 1802) Nama Indonesia: Manyung Nama Internasional: Giant catfish Nama Latin: Arius thalassinus (R? ppell, 1837) Nama Indonesia: Pari hidung sekop Nama Internasional: Guitarfishes, Shovelnose rays Nama Latin: Rhina ancylostoma (Bloch & Schneider, 1801) Nama Indonesia: Pari Kelapa Nama Internasional: Cowtailray Nama Latin: Trigon sephen

(Forsskal, 1775)

Nama Indonesia: Pari kembang/Pari macan Nama Internasional: Stingrays Nama Latin: Dasyatis spp

Nama Indonesia: Remang Nama Internasional: Yellow pike-conger Nama Latin: Congresox talabon

Kelompok Species Untuk Kategori Demersal Kecil

Nama Indonesia: Bambangan Nama Internasional: Blue spotted snapper Nama Latin: Lutjanus rivulatus Nama Indonesia: Beronang kuning Nama Internasional: Barhed spinefoot Nama Latin: Siganus virgatus (Valenciennes, 1835) Nama Indonesia: Biji nangka Nama Internasional: Yellow-stripe goatfish Nama Latin: Upeneus vittatus (Forssk? 1775) l, Nama Indonesia: Gabus Laut Nama Internasional: Cobia Nama Latin: Rachycentron canadus Nama Indonesia: Gerot-gerot Nama Internasional: Javelin grunter Nama Latin: Pomadasys kaakan (Cuvier, 1830)

Nama Indonesia: Beloso/Buntut kerbo Nama Internasional: Greater lizardfish Nama Latin: Saurida tumbil (Bloch, 1795) Nama Indonesia: Beronang lingkis Nama Internasional: White-spotted spinefoot Nama Latin: Siganus canaliculatus (Park, 1797) Nama Indonesia: Biji nangka karang Nama Internasional: Indian goatfish Nama Latin: Parupeneus indicus (Shaw, 1803) Nama Indonesia: Gerot-gerot Nama Internasional: Saddle grunt/ Spotted javelinfish Nama Latin: Pomadasys maculatum(Bloch, 1797) Nama Indonesia: Gulamah/Tigawaja Nama Internasional: Croackers Nama Latin: Nibea albiflora (Ricahardson, 1846)

Nama Indonesia: Ikan beronang Nama Internasional: Orange-spotted spinefoot Nama Latin: Siganus guttatus (Bloch, 1787) Nama Indonesia: Ikan kakap merah/Bambangan Nama Internasional: Red snappers Nama Latin: Lutjanus spp Nama Indonesia: Ikan sebelah mata kanan Nama Internasional: Right handed flounders Nama Latin: Pleuronectidae (Poecilopsetta colorata) Nama Indonesia: Ikan sebelah (Terompa) Nama Internasional: Indian halibut/ Queensland halibut Nama Latin: Psettodes erumei (Schneider, 1801) Nama Indonesia: Kapas-kapas Nama Internasional: Fals trevally Nama Latin: Lactarius lactarius (Bloch & Schneider, 1801)

Nama Indonesia: Ikan Gaji Nama Internasional Sweetlips Nama Latin: Plectorhinchus spp

Nama Indonesia: Ikan lidah Nama Internasional Tongue soles Nama Latin: Cynoglossus spp, Pleuronectus spp. Nama Indonesia: Ikan sebelah mata kiri Nama Internasional Short pelvic flounders Nama Latin: Paralichthyidae (Pseudorhombus arsius) Nama Indonesia: Kakap Merah Nama Internasional Red Snapper Nama Latin: Lutjanus bitaeniatus/Lutjanus malabaricus

Nama Indonesia: Kempar Pati Nama Internasional Sharptooth jobfish Nama Latin: Pristipomoides typus (Bleeker, 1852)

Nama Indonesia: Kuniran Nama Internasional: Sulphur goatfish Nama Latin: Upeneus sulphureus (Cuvier, 1829) Nama Indonesia: Kurisi Nama Internasional: Threadfin bream Nama Latin: Nemimterus spp Nama Indonesia: Lencam Nama Internasional: Emperors Nama Latin: Lethrinus spp. Nama Indonesia: Rejung Nama Internasional: Silver sillago Nama Latin: Silago sihama (Forssk? l, 1775) Nama Indonesia: Serinding tembakau Nama Internasional: Red bigeye Nama Latin: Priacanthus marcracanthus (Cuvier, 1829)

Nama Indonesia: Kurau Nama Internasional Four finger threadfin Nama Latin: Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) Nama Indonesia: Kuro/senangin Nama Internasional Threadfins Nama Latin: Polynemus spp Nama Indonesia: Pinjalo Nama Internasional Goldenbanded jobfish Nama Latin: Pristipomoides multidens (Day, 1870) Nama Indonesia: Samgeh Nama Internasional Black jew Nama Latin: Protonibea diacanthus Nama Indonesia: Swanggi Nama Internasional Purple-spotted bigeye Nama Latin: Priacanthus tayenus (Richardson, 1846)

Selain spesies-spesies ikan di atas, kurangnya bahkan ketiadaannya cahaya di zona sekitar dasar laut, membuat beberapa spesies ikan merupakan spesies biolimunisens (dapat menghasilkan cahaya sendiri) seperti 2 spesies di bawah ini. Organ Cahaya

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.blogger.com/feeds/3782761740868649408/posts/default [28-12-2007] http://alam.leoniko.or.id/laut.htm [28-12-2007] http://www.oseanografi.blogger.com/ [06-01-2008] http://www.pipp.dkp.go.id/ [28-12-2007] http://www.permaya.org [28-12-2007]