KEHATI
description
Transcript of KEHATI
KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA,
PERMASALAHAN DAN UPAYA PENYELESAIANNYA
Disusun guna memenuhi mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
dosen pengampu Nurmiyati, S.Pd, M.Si
Oleh:
Galuh Septian Handoko
K4413034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita banyak sekali jenis-jenis tumbuhan dan hewan. Jika
kita perhatikan dengan saksama, ternyata setiap jenis makhluk hidup yang ada di
sekitar kita mempunyai ciri tersendiri, meliputi variasi ukuran, bentuk, jumlah, dan
warna yang berbeda-beda sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut keanekaragaman hayati. Di dalam keanekaragaman hayati tersebut,
makhluk hidup sejenis akan memiliki ciri-ciri yang sama, sedangkan makhluk hidup
antarjenis yang berbeda memiliki ciri yang beraneka ragam pula. "Setiap sistem
lingkungan memiliki keanekaragaman yang berbeda. Keanekaragaman hayati
ditunjukkan, antara lain, oleh variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan
sifat-sifat lain makhluk hidup, sedangkan keseragaman adalah ciri yang sama yang
terdapat dalam satu spesies." Keanekaragaman hayati sangat penting untuk semua
orang di seluruh dunia. Inilah yang melatarbelakangi disusunnya perjanjian
internasional untuk melestarikan keanekaragaman hayati. Perjanjian ini disebut
Konvensi Keanekaragaman Hayati. Secara keseluruhan, terdapat 168 negara yang
telah menandatangani perjanjian ini. Indonesia menandatanganinya pada tahun 1994.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Keanekaragaman hayati di Indonesia?
b. Apa permasalahan Keanekaragaman Hayati di Indonesia serta bagaimana upaya
pelestariannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, selain Brasil dan Zaire. Selain itu, di Indonesia
terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik. Indonesia
terkenal di seluruh penjuru dunia karena keanekaragaman hayatinya yaitu No. 1 untuk
jumlah mamalia (515 spesies) dan palmae (400 spesies), No. 3 untuk reptil (600 +
spesies), No. 4 untuk burung (1519 spesies), No. 5 untuk amfibi (270 spesies). Tetapi
dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan yang berbeda
dan tersendiri. Keunikannya adalah :
1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan
kutub (iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam
lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis
pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki
keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan
iklim sedang. Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan
(flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh
hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat
dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang
tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi.
Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam
dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum,
terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.
2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
Tumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan
indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The
Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup
di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang
tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok
flora malenesia.
Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki
kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari
seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi
oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan
biji bersayap. Biasanya Dipterocarceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan
yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya keruing (dipterocarus spp.),
meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur
(Dyrobalanops aromatica).
3. Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia
menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu
Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan
perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang
mirip dengan hewan-hewan yang mirip hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan
di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, kemudian ia
membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara
melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace.
Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis
Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke
Selat Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk
Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian,
Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Timur).
Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi
Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng,
harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak
ada.
b. Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling
kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan,
tarsius, loris hantu, orang utan.
c. Terdapat hewan endemik, seperti:
- Badak bercula satu di Ujung Kulon
- Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
- Monyet Presbytis thomasi
- Tarsius (Tarsius bancanus)
- Kukang (Mycticebus coucang)
d. Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding
burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang
endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai
mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons),
ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.
Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku,
Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di
Indonesia bagian Timur adalah:
a) Mamalia berukuran kecil
b) Banyak hewan berkantung
c) Tidak terdapat spesies kera
d) Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
4. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka.
Hewan langka misalnya:
• Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
• Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
• Macan kumbang (Panthera pardus)
• Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis)
• Tapir (Tapirus indicus)
• Gajah asia (Elephas maximus)
• Bekantan (Nasalis larvatus)
• Komodo (Varanus komodoensis)
Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:
• Sawo kecik (Manilkara kauki)
• Winong (Tertrameles nudiflora)
• Sanca hijau (Pterospermum javanicum)
• Gandaria (Bouea marcophylla)
• Matoa (Pometis pinnata)
• Sukun berbiji (Artocarpus communis)
5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan
tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada di
Indonesia, tidak terdapat di negara lain. Hewan endemik misalnya harimau jawa,
harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung
Kulon, biturong, monyet Presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di
Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan yang endemik
terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Bengkulu, dan
Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. ciliata(Kalimantan Timur), R. horsfilldii
(Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa
Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).
B. Masalah-masalah dalam Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Di tengah anugerah yang berlimpah, kini kondisi keanekaragaman hayati kita
terancam akibat dampak perubahan iklim, pembalakan hutan, perburuan liar,
perkembangan industri, dan eksploitasi sumber daya semena-mena. Direktorat
Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Departemen Kehutanan dan Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat pada tahun 2008 mengadakan
sosialisasi “pengenalan jenis tumbuhan dan satwa liar yang diperdagangkan” di
hadapan instansi terkait, seperti petugas Karantina Pertanian, Bea Cukai, dan
Kepolisian, di Pontianak. Pada kesempatan tersebut, Direktur KKH, Dr. Tonny
Soehartono, dalam presentasinya menyampaikan bahwa negara kita telah
memanfaatkan sumber daya alam hayati termasuk tumbuhan dan satwa liar.
Pemanfaatan sumber daya alam hayati yang tidak lestari dan berkelanjutan memiliki
konsekuensi yang serius. Tonny menambahkan bahwa beberapa tumbuhan dan satwa
liar saat ini cukup sulit dijumpai di habitat alami mereka.
Sejumlah tumbuhan liar juga menghadapi permasalahan serupa. Pengambilan
secara tidak sah kantong semar klipeata (Nepenthes clipeata) di Taman Wisata Alam
(TWA) Bukit Kelam – Sintang, contohnya. Saat ini sudah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan. Kantong semar klipeata di TWA Bukit Kelam sudah lama menjadi
target pengambilan dalam beberapa tahun terakhir karena nilai ekonominya yang
tinggi di pasaran lokal dan nasional tanaman hias. Jika pengambilan ini terus
berlanjut, kantong semar klipeata akan punah di habitat alaminya dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Ikan arwana dan kantong semar klipeata hanya dua contoh saja,
sedangkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar lainnya sudah di ambang punah atau
telah punah di alam. Orangutan merupakan salah satu satwa liar yang saat ini
diambang kepunahan, sedangkan harimau jawa telah dinyatakan punah hampir 3
(tiga) dekade yang lalu.
Dari kejadian diatas, jelaslah bahwa banyak pekerjaan yang harus dilakukan
untuk mengatasi pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang tidak lestari. Pengelolaan
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar bukanlah pekerjaan yang mudah. Paling tidak
ada dua hal penting agar pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dapat lestari dan
berkelanjutan, yaitu komitmen dan kemauan untuk mengubah pemahaman dan
prilaku. Dua hal diatas mudah dikatakan, namun kenyataannya cukup sulit untuk
dilakukan. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang terkait pengawasan dan
pengendalian pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
Komitmen pemerintah termasuk aparat petugas kehutanan, karantina
pertanian, bea cukai dan kepolisian untuk menegakkan peraturan tersebut sangat
diperlukan. Dan hal ini perlu dibuktikan dengan pencapaian yang baik. Selanjutnya,
masyarakat juga diharapkan untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
Peraturan tersebut ditetapkan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di
Indonesia, dan bukanlah untuk menghalangi setiap orang untuk berusaha di bidang
tumbuhan dan satwa liar. Konservasi sumber daya alam hayati sejatinya berkaitan
dengan cara berpikir dan prilaku. Masyarakat akan berupaya untuk menyelamatkan
tumbuhan dan satwa liar jika memiliki pengetahuan yang cukup tentang lingkungan
dan kesadaran akan krisis keanekaragaman hayati yang sedang dihadapi. Akan tetapi,
ini bukanlah proses yang sederhana.
Data dan informasi yang disajikan juga mengindikasikan bahwa Indonesia
sedang menghadapi krisis keanekaragaman hayati. Krisis keanekaragaman hayati
yang terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yang kadang saling berkaitan. Krisis
keanekaragaman hayati adalah masalah nasional yang seharusnya disikapi secara
menyeluruh. Setiap langkah yang kita ambil untuk menyelamatkan potensi
keanekaragaman hayati sangat penting.
C. Penyelesaian Masalah Keanekaragaman Di Indonesia
Masalah keanekaragaman hayati sangat berhubugan apabila ditinjau dari
masalah segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya. Yang bermasalah adalah
fungsi keanekaragaman yang bertolak belakang dari segi ekologi dengan segi
ekonomi. keduanya mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya. Oleh karena itu,
upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah untuk mensinergikan antara segi
ekologi dengan segi ekonomi. hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan. Dengan
dimulai dari atur diri sendiri akan bersifat fleksibel terhadap pelestarian
keanekaragaman hayati. Manfaat keanekaragaman hayati itu sangat banyak. oleh
karena itu perlu dilestarikan.
b. Pengembangan agrowisata. Dengan mengembangkannya maka akan mendapatkan
dua fungsi sekaligus yaitu untuk menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi
ekonomi.
c. Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan
d. Mengupayakan adanya eco-industrial. Dengan eco-industrial dapat mengurangi
jumlah limbah dan meningkatkan pendapatan dari penggunaan ulang atau
penjualan limbah.
e. Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik dan
kertas. Mengupayakan untuk mendaur ulang barang-barang yang bisa didaur
ulang demi menjaga keanekaragaman hayati.
f. Menggunakan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT). Dengan adanya PHT,
dapat menjaga rantai makanan yang berdampak pada pelestarian keanekaragaman
hayati.
g. Memaksimalkan sistem pencagaran baik secara in situ maupun ex situ.
h. Budi daya atau pemuliaan hayati di bidang pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan sebagainya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi, selain Brasil dan Zaire. dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia
memiliki keunikan yang berbeda dan tersendiri, diantaranya
1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi
2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
3. Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
4. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Namun di tengah anugerah yang berlimpah, kini kondisi keanekaragaman hayati kita
terancam akibat dampak perubahan iklim, pembalakan hutan, perburuan liar, perkembangan
industri, dan eksploitasi sumber daya semena-mena. Dan untuk menanggulanginya dapat
dilakukan dengan beberapa hal yaitu :
Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan.
Pengembangan agrowisata
a. Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan
b. Mengupayakan adanya eco-industrial
c. Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik dan
kertas
d. Menggunakan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT).
e. Memaksimalkan sistem pencagaran baik secara in situ maupun ex situ.
f. Budi daya atau pemuliaan hayati di bidang pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan sebagainya
DAFTAR REFERENSI
http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/keanekaragaman-hayati-di-indonesia.htmlz
http://agungidyaa.wordpress.com/keanekaragaman-hayati/
http://lischer.wordpress.com/2010/06/15/masalah-keaneragaman-hayati/
http://lumoshine.blogspot.com/2013/05/krisis-keanekaragaman-hayati-di.html
http://www.slideshare.net/irmamustika/klp7