kehamilan serotinus
description
Transcript of kehamilan serotinus
Kehamilan serotinus dimaksudnya dengan usia kehamilan telah mencapai lebih
dari 42 minggu lengkap mulai dari hari mestruasi pertama. Untuk kehamilan
diatas 42 minggu dikemukakan beberapa nama lainnya
1. Postdate. Menunjukkan kehamilan telah melampaui umur 42 minggu sejak
hari pertama menstruasi.
2. Posterm : menunjukkan bahwa kehamilan telah melampaui waktu
perkiraan persalinan menurut hari pertama menstruasinya.
3. Postmature : menunjukkan atau menggambarkan janin yang lahir
melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menimbulkan
beberapa komplikasi.
Perubahan mendasar pada kehamilan serotinus
1. Jika fungsi plasenta masih cukup baik dapat menyebabkan:
a. Tumbuh kembang janin berlangsung terus, sehingga berat badan terus
bertambah sekalipun lambat, dapat mencapai lebih dari 4000-4.500 g
yang disebut bayi makrosomia.
b. Bayi postmature / hipermature dengan kriteria:
Mungkin dengan berat bdan yang besar – makrosomia
Kuku panjang
Penulangan baik
Tulang rawan telinga sudah cukup
Lemak kulit masih cukup
Pertumbuhan genitalia sekunder sudah ada
Mata besar dan terbuka.
2. Jika fungsi plasenta telah mengalami disfungsi – insufisiensi, sehingga
tidak mampu memberikan O2 dan nutrisi yang cukup, akan terjadi
sebaliknya, dan disebut sebagai Sindrom postmature, dengan kriteria
sebagai berikut:
Bayi tampak tua
Kuku panjang
Lipid kulit berkurang sehingga menimbulkan keriput
Matanya lebar bahkan sudah terbuka
Verniks kaseosanya bahkan sudah hilang atau berkurang.
Oleh karena janin telah menggunakan cadangan lemak kulit dan glikogen
dalam hati, maka bayi postpartum dapat mengalami:
1. Hipoglikemia
2. Tidak terlalu tahan dengan temperatur rendah atau hipotermia.
Dampak insufisiensi plasenta yang memerlukan perhatian serius adalah:
1. Oligohidramnion
2. Insufisiensi, kemampuan memberikan nutrisi dan O2, yang
patofisiologinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Insufisiensi nutrisi dan O2
Plasenta mengalami proses penuaan sejak kehamilan berumur 28-30
minggu sehingga fungsinya semakin menurun. Hal ini ikut mendorong
proses dimulainya persalinan. Oleh karena itu, pada kehamilan
postdate, proses penuaan plasenta telah berjalan terlalu jauh sehingga
menimbulkan :
Janin tumbuh-kembang dalam keadaan kekurangan nutrisi dan
O2.
Metabolisme anaerobic semakin meningkat sehingga cadangan
lemak dan glikogen dalam hati terpakai.
Pembentukan benda keton yang menimbulkan ketoasidosis,
disertai pH darah yang semakin menurun
Janin semakin jarang minum dan mengeluarkan kencing
shingga air ketuban menjadi oligohidramnion.
Kekurangan nutrisi dan oksigen menyebabkan kompensasi
berupa peningkatan fungsi nervus vagus, terjadi peristaltic usus
halus dan sfingter ani terbuka sehingga mekonium dikeluarkan.
Oligohiramnion yang disertai dengan pengeluaran mekonium
menyebabkan air ketuban menjadi kental.
Sebagai kompensasi turunnya PO2, akan terjadi rangsangan
terhadap paru untuk bernapas, sehingga dapat menyebabkan
aspirasi air ketuban beserta mekoniumnya.
Dalam situasi yang berat karena nutrisi dan oksigen sangan
kurang dan timbul ketoasidosis, maka terjadi peningkatan asam
laktat darah janin.
Peningkatan asam laktat janin akan sangat mengganggu
aktivitas otot jantung, sehingga terjadi kegagalan yang
menyebabkan kematian janin serotinus dalam uterus.
Jika terlambat mengambil tindakan, jelli warton pun
mengalami penurunan jumlah dan konsistensinya, sehingga
dalam keadaan oligohidramnion, bayi akan mudah mengalami
kompresi, mempercepat terjadinya gawat janin sampai
kematian dalam uterus.
b. Oligohidramnion
Oligohidramnion yang terjadi pada kehamilan serotinus disebabkan
janin kurang mengeluarkan urin karena kekurangan nutrisi dan oksigen
akibat plasenta yang menua. Dengan hanya mempertimbangkan air
ketuban saja maka kehamilan serotinus dibagi menjadi:
Grade I: air ketuban masih jernih
Grade II: kulit janin hanya berwarna kuning, akibat warna
mekonium yang tidak terlalu kental dan banyak mekoniumnya.
Grade III: warna kulit janin menjadi kuning-hijau,
menunjukkan bahwa situasi janin dalam uterus mengalami
keadaan yang serius.
Jumlah air ketuban dalam kehamilan dapat diperiksa dengan USG untuk mencari
amniotic fluid index (AFI) dengan Ketentuan:
AFI kurang dari 5cm : oligohidramnion
AFI 5-8cm: perbatasan antara oligohidramnion dan normal.
AFI diatas 8 cm: air ketuban normal.
Adanya oligohidramnion saat terjadi kontraksi dapat menimbulkan:
Gangguan langsung terhadap sirkulasi retroplasenter, sehingga
dapat memperberat kekurangan nutrisi dan dapat terjadi gawat
janin.
Kompresi tali pusat sehingga mengganggu aliran sirkulasi
langsung menuju janin dan menimbulkan gawat janin. Kompresi
tali pusat akan lebih berat jika jelli warthon sudah sedikit atau
menghilang.
Oligohidramnion dapat terjadi 3-5 hari setelah perkiraan lewat waktu.
Diagnosis kehamilan serotinus/postdate.
Diangnosis kehamilan serotinus/postdate dilakukan secara tidak langsung:
1. Mengetahun tanggal haid terakhir, maka perkiraan tanggal lahir dapat
ditentukan dengan rumus naegle.
2. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim, (yang sudah baku).
3. Membandingkan dengan kehamilan orang lain yang sudah bersalin
4. Menggunakan ultrasonografi untuk memperkirakan berat janin,
menentukan biofisik profil janin/ kesejahteraan janin intrauterine
Tatalaksana Pertolongan persalinan hamil postterm.
1. Expectative management (manajemen menunggu)
a. Prinsipnya : mengharapkan proses persalinan spontan tanpa
rangsangan dari luar.
b. Sambil menunggu persalinan spontan, harus dilakukan evaluasi
kesejahteraan janin dalam uterus dengan berbagai tehnik yang adekuat
sehingga dapat segera diketahui mulai terjadinya gangguan janin
dalam bentuk gawat janin.
c. Gawat janin merupakan indikasi mutlak untuk dilakukan terminasi
secara induksi atau langsung seksio sesaria.
d. Metode yang dipilih tergantung dari keadaan janin dan keadaan
maternal saat itu.
2. Melakukan induksi
a. Induksi pada persalinan postdate, postterm, postmature atau hamil
serotinus hanya merupakan batu loncatan yang akhirnya akan
diselesaikan dengan tindakan seksio sesaria.
b. Saat induksi harus dilakukan observasi ketat terhadap kesejahteraan
janin dalam uterus dengan alat yang cukup memadai.
3. Langsung dengan seksio sesarea.
a. Tindakan seksio sesarea secara langsung dapat dikaji melalui berbagai
pertimbangan.
b. Salah satu pertimbanagannya yaitu, AFI < 5cm, yang merupakan
indikasi mutlak dilakukan seksio sesarea.
c. Indikasi seksio sesarea menjadi lebih tegas jika terdapat kombinasi
antara AFI < 5 cm dan janin yang makrosomia atau serviks belum
matang.