Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

12
Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam Silakan Download Kajian MP3-nya oleh Ust. Abdurrohman At Tamimy DI SINI Saat hidayah menerangi hati, takkan gentar jiwa menantang aral. Gunung tak masalah untuk didaki, laut pun tak peduli untuk diarungi, lezatnya pangkat pun siap ditanggalkan. Semua ini guna mencecap nikmatnya hidayah yang tak terbeli. Dalam lipatan buku sejarah dan hadits, tertoreh nama Salman Al-Farisi. Seorang sahabat Nabi dari negeri seberang. Seorang alim yang mengetahui dua kitab suci. Sejarah keislamannya mencerminkan mahal dan manisnya hidayah. Kisah Salman masuk Islam termaktub di dalam Musnad Ahmad secara lengkap dengan sanad yang shahih. Salman menceritakannya secara langsung kepada Ibnu ‘Abbas. Sebelum Rasulullah diutus membawa cahaya hidayah, pemuda Salman adalah pemuda Persia, anak kesayangan dari seorang tokoh di sana, sampai-sampai ayahnya tidak membiarkannya keluar rumah lantaran sayang terhadap putranya.

description

Cerita Salman Al-Farisy

Transcript of Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Page 1: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Silakan Download Kajian MP3-nya oleh Ust. Abdurrohman At Tamimy DI SINI 

Saat hidayah menerangi hati, takkan gentar jiwa

menantang aral. Gunung tak masalah untuk didaki, laut pun tak

peduli untuk diarungi, lezatnya pangkat pun siap ditanggalkan.

Semua ini guna mencecap nikmatnya hidayah yang tak terbeli.

Dalam lipatan buku sejarah dan hadits, tertoreh nama

Salman Al-Farisi. Seorang sahabat Nabi dari negeri seberang.

Seorang alim yang mengetahui dua kitab suci. Sejarah

keislamannya mencerminkan mahal dan manisnya hidayah.

Kisah Salman masuk Islam termaktub di dalam Musnad Ahmad

secara lengkap dengan sanad yang shahih. Salman

menceritakannya secara langsung kepada Ibnu ‘Abbas.

Sebelum Rasulullah diutus membawa cahaya hidayah,

pemuda Salman adalah pemuda Persia, anak kesayangan dari

seorang tokoh di sana, sampai-sampai ayahnya tidak

membiarkannya keluar rumah lantaran sayang terhadap

putranya.

Salman awalnya adalah seorang Majusi penyembah api

yang taat. Dia senantiasa menjaga api agar tidak padam. Suatu

hari, Salman diperintah untuk melihat kebun ayahnya. Dia pun

bertolak dari rumah menuju kebunnya. Di tengah perjalanan,

Salman mendengar suara orang-orang Nasrani sedang

beribadah di dalam gereja. Salman, yang tidak mengetahui

Page 2: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

dunia luar, pun penasaran terhadap suara tersebut. Dia masuk

ke dalam gereja melihat ibadah yang mereka lakukan.

“Demi Allah, ini lebih baik daripada agama yang kami anut.”

tukasnya dalam hati.

“Dari mana asal agama ini?” tanya Salman kepada mereka.

Mereka menjawab, “Syam.”

Dia terus di gereja hingga matahari tenggelam dan tidak

mendatangi kebun ayahnya. Saat dia pulang, ayahnya

mengatakan padanya, “Dari mana kamu, Nak? Bukankah aku

telah menyuruhmu untuk melihat kebun?” Salman pun

menceritakan perihalnya. Demi melihat anaknya condong

kepada agama Nasrani, ayahnya pun merantai kakinya dan

tidak memperbolehkannya keluar rumah.

Salman tak patah arang. Dia mengirim utusan untuk

menemui orang-orang Nasrani dan berpesan, “Jika ada orang

yang datang dari Syam, tolong beritahu saya.”

Datanglah saudagar Nasrani dari Syam. Tatkala mereka

ingin pulang ke negari Syam, Salman lepaskan rantai besi di

kakinya, lari dari rumah, dan ikut bersama rombongan

saudagar tersebut. Sesampainya di Syam, Salman bertanya,

“Siapa yang paling utama ilmunya dalam agama ini?”

“Uskup di gereja.” jawab mereka.

Page 3: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Salman pun mendatanginya dan tinggal bersamanya.

Ternyata, pendeta ini adalah pendeta yang berakhlak jelek. Dia

memotivasi orang-orang untuk mengumpulkan uang, namun

ternyata dia gunakan untuk kepentingan pribadi, dan tidak

memberikannya kepada orang miskin.

Saat ajal menjemput pendeta ini, dia digantikan oleh

seorang yang baik. Seorang figur yang zuhud terhadap dunia,

berakhlak mulia, cinta terhadap akhirat, dan rajin beribadah

siang dan malam. Salman sangat mencintai gurunya ini.

Tak lama, pendeta ini pun menemui ajalnya. Sebelum

pendeta meninggal, Salman bertanya kepadanya siapa orang

yang masih berada di atas agama ini. Pendeta itu pun

mengatakan, “Anakku, Demi Allah, pada hari ini aku tidak

mengetahui ada seseorang yang menganut ajaran sepertiku.

Orang-orang telah binasa dan merubah ajaran Nasrani. Mereka

telah meninggalkan banyak dari ajarannya. Kecuali, seseorang

di daerah Maushil, Fulan, dia menganut ajaran sepertiku.

Ikutilah dia.”

Demikianlah, Salman ke Maushil setelah penguburan

pendeta dan berguru kepada seorang Nasrani di sana. Lagi,

maut pun menjemput gurunya. Sebelum ajal menjemput, dia

bertanya kepada gurunya siapa yang masih berada di atas

ajaran ini. “Fulan di daerah Nashibin.” katanya. Hal ini berulang

kali terjadi pada Salman, berpindah dari satu guru ke guru yang

lain dari satu tempat ke tempat yang lain demi mencari

Page 4: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

hidayah ajaran agama yang benar. Sampai-sampai, Salman

pernah berujar, “Saya berganti guru sebanyak belasan kali.

Dari satu guru ke guru yang lain.”

Hingga pada akhirnya, dia berguru kepada seorang

pendeta di kota yang bernama ‘Ammuriyah. Tak lama, pendeta

itu pun meninggal dunia. Sebelum pendeta itu meninggal

dunia, Salman bertanya dengan pertanyaan yang sama, siapa

orang yang masih dengan setia memeluk agama Nasrani yang

murni. Pendeta pun menjawab, “Anakku, Demi Allah, sekarang

ini saya tidak tahu ada seseorang yang menganut seperti

agama kita ini. Tetapi, sudah dekat zaman Nabi yang diutus

membawa agama Nabi Ibrahim. Tempat hijrahnya banyak

pohon kurma dan diapit dua tempat yang banyak batu hitam

(Madinah). Dia memiliki tanda yang tidak tersembunyi: mau

memakan hadiah, tidak mau memakan sedekah, dan antara

dua pundaknya ada tanda kenabian. Jika kamu bisa tinggal

bersamanya di negeri itu, lakukanlah.”

Selang beberapa lama, datanglah serombongan saudagar

dari negeri Arab. Salman pun meminta tumpangan kepada

mereka dengan bayaran beberapa sapi dan kambing hasil

pekerjaannya. Di tengah perjalanan, tepatnya di Wadi Al-Qura,

saudagar tadi menzhalimi Salman. Dia menjual Salman sebagai

budak kepada seorang Yahudi.

Tak lama bersama Yahudi itu, Salman pun dijual lagi

kepada seorang Bani Quraizhah dari Madinah. Salman dibawa

Page 5: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

ke Madinah. Saat memasukinya, Salman paham inilah kota

yang dimaksud oleh gurunya.

Lalu, Rasulullah ` pun diutus. Saat itu, beliau tinggal di

Makkah dan Salman tidak mengetahui perihal beliau

dikarenakan kesibukannya sebagai budak.

Pada saat Nabi ` hijrah ke Madinah, seorang sepupu

tuannya datang tergopoh-gopoh mengeluhkan sesuatu, “Wahai

Fulan, semoga Allah membinasakan Bani Qailah (yakni Anshar),

Demi Allah! Hari ini mereka berkumpul di Quba menemui

seseorang dari Makkah, dia sangka bahwa dirinya Nabi.”

tukasnya kepada sepupunya.

Salman yang waktu itu berada di atas pohon gemetar

demi mendengar berita ini hingga hampir menjatuhi tuannya.

Dia turun dan bertanya kepada sepupu tuannya, “Apa katamu?

Apa katamu?”

Tuannya pun marah dan memukulnya. “Apa urusanmu?!

Kembali bekerja!” katanya.

Salman menjawab, “Tidak, saya hanya ingin memastikan saja.”

Malamnya, Salman mengambil perbekalan yang dia

kumpulkan. Dia pergi ke Quba menemui Rasulullah `. Salman

menemui beliau dan mengatakan, “Saya diberitahu bahwa

Anda adalah seorang yang shalih dan sahabat Anda adalah

orang yang membutuhkan. Ini milik saya untuk sedekah.”

Page 6: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Salman mendekatkan bekalnya kepada Nabi `. Beliau pun

berkata, “Makanlah kalian.” Sedang beliau tidak menyentuhnya

sama sekali. “Ini satu tanda.” kata Salman dalam hati.

Salman pun pulang. Saat Rasulullah ` hendak berangkat

ke Madinah, Salman mendatangi beliau, membawa bekal yang

lebih banyak daripada kemarin, dan mengatakan, “Saya

melihat Anda tidak memakan sedekah, ini hadiah untuk Anda

sebagai bentuk pemuliaan saya terhadap Anda.” Beliau pun

makan darinya dan menyuruh sahabatnya untuk makan

bersama beliau. “Dua tanda.” kata Salman dalam hati.

Di lain hari, Salman menemui Nabi ` di pekuburan Baqi’.

Salman pun melihat punggung Nabi ` untuk memeriksa tanda

ketiga yang berupa tanda kenabian di antara pundak beliau.

Rasulullah ` paham bahwa Salman ingin melihat tanda

kenabian. Maka Rasulullah ` pun menurunkan pakaian atasnya

yang berupa selendang waktu itu. Saat Salman melihat tanda

kenabian pada punggung beliau, dia pun memeluk Rasulullah `,

menciumnya, dan menangis. Setelah sekian lama merindu

hidayah, akhirnya Salman pun bertemu dengan pembawa panji

hidayah. Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam.

Makhluk yang pantas untuk dibela hingga titik darah

penghabisan. Tak heran, Salman pun kemudian menjadi salah

satu benteng Rasulullah ` dalam sekian peperangan.

Demikianlah kisah indah Abu Abdillah Salman Al-Farisi.

Seorang sahabat yang mencari jati diri. Kesulitan demi

kesulitan dialaminya demi menuntut kebenaran. Kasih sayang

Page 7: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

dari ayahnya tak cukup untuk menghentikannya dari memburu

kebenaran. Begitulah jiwa yang telah Allah kehendaki

menerima cahaya hidayah. Semoga Allah meridhai dan

merahmatinya. (Abdurrahman)

Salman Al-Farisi, dan Perjalanan Panjangnya Menggapai HidayahOkt 10

Page 8: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Pembaca yang budiman, kisah Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu adalah pelajaran berharga bagi pendamba kebahagiaan dunia dan pengharap surga. Al-Imam Ahmad rahimahullah dalam Musnad-nya (5/441) meriwayatkan perjalanan panjang seorang Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu dalam mencari hidayah.

Disebutkan bahwa Salman dulunya adalah penyembah api. Ayahnya, selaku kepala suku, menugaskan Salman untuk menjaga api agar terus menyala, tidak boleh padam. Salman pun tidak pernah keluar dari rumahnya, layaknya gadis pingitan.

Suatu hari, Salman disuruh oleh ayahnya untuk mengurus kebun dan menyelesaikan beberapa tugas. Di tengah perjalanan, Salman melewati sebuah gereja. Dia mendengar suara-suara merdu dari dalam gereja. Dia pun masuk dan menyaksikan apa yang dilakukan oleh kaum Nasrani. Salman takjub dan ingin memeluk agama mereka. Dia pun tertahan di situ hingga matahari tenggelam. Salman pun menanyakan asal usul agama tersebut yang ternyata berasal dari Syam.

Ketika pulang, Salman langsung diinterogasi dan dimarahi oleh ayahnya. Dia lalu ditahan di kamar dengan kaki terlilit belenggu dari besi. Walhasil, akhirnya Salman berhasil kabur dari rumah. Berangkatlah ia menuju Sxam bersama kafilah dagang dari Syam yang singgah di daerahnya. Di Syam inilah, Salman memulai sejarah perjalanannya mencari hidayah: agama Islam yang haq, Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di Syam, Salman tinggal bersama seorang penddta di gereja. Ternyata pendeta tersebut adalah orang yang jelek. Di akhir kisah, umat Nasrani menyalib pendeta tersebut.

Salman lalu tinggal bersama seorang pendeta lain yang menggantikan posisi pendeta sebelumnya. Pendeta tersebut adalah orang yang saleh dan baik. Namun, tidak lama berselang, pendeta tersebut tiba ajalnya. Sebelum wafat, dia berwasiat kepada Salman untuk mendatangi seorang saleh di negeri Maushil.

Salman pun segera berangkat ke Maushil dan tinggal bersama orang saleh tersebut. Akan tetapi, tidak lama kemudian orang tersebut wafat. Sebelum meninggal, dia berwasiat kepada Salman agar datang kepada seorang yang saleh di negeri Nashibin.

Tanpa membuang waktu, Salman bergegas menuju Nashibin dan bertemu dengan orang saleh tersebut. Salman lalu tinggal bersamanya. Namun dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, cepat pula ajal menjemput orang ini. Dia pun wafat, setelah sebelumnya memberitahu Salman tentang seorang saleh di daerah Ammuriyah.

Di Ammuriyah, Salman bertemu dan tinggal bersama orang saleh tersebut dalam waktu yang cukup lama. Salman bahkan sempat mencari usaha hingga memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Tatkala ajal tiba, orang saleh tersebut memberitakan bahwa tidak ada lagi di muka bumi ini orang yang saleh seperti dirinya. Namun, dia memberitahu Salman bahwa waktu itu telah datang masa munculnya nabi akhir zaman. Disebutkannya pula ciri-ciri nabi itu: nabi itu muncul di negeri Arab, lalu berhijrah ke daerah yang diapit oleh dua bukit berbatu hitam, di tengahnya terdapat pohon-pohon kurma, nabi itu mau memakan hadiah tetapi tidak mau memakan sedekah, dan di antara kedua pundaknya ada tanda kenabian.

Setelah orang saleh itu wafat, Salman masih tinggal di Ammuriyah beberapa lama. Ketika datang kafilah dagang dari kabilah Kalb, Salman meminta mereka membawanya ke tanah

Page 9: Kegigihan Salman Al Farisy Dalam Mencari Hidayah Islam

Arab dengan bayaran seluruh sapi dan kambing yang dia miliki. Mereka pun menyetujuinya dan membawa serta Salman. Namun, setibanya mereka di Wadi Qura, mereka menjual Salman sebagai budak kepada seorang Yahudi. Salman pun tinggal di sana beberapa waktu.

Tidak seberapa lama, datanglah sepupu Yahudi itu dari Bani Quraizhah Madinah. Dia pun membeli Salman dan membawanya ke kota Madinah. Sesampainya di sana, Salman langsung mengenali Madinah sebagaimana kriteria yang disebutkan oleh orang saleh dari Ammuriyah.

Di Madinah, Salman disibukkan oleh statusnya sebagai budak. Bersamaan dengan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah diutus sebagai nabi di Makkah, lalu berhijrah ke Madinah.

Singkat kisah, Salman pun berhasil menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Quba, lalu menemuinya lagi di Madinah untuk melihat ciri-ciri kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Semuanya telah diketahui, kecuali satu hal: tanda kenabian di antara kedua pundak beliau.

Pada suatu hari, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengantarkan jenazah seorang sahabat ke pekuburan Baqi’. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di antara para sahabat. Datanglah Salman lalu mengucapkan salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak sabar, Salman pun langsung berputar ke belakang punggung beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melihat apakah ada tanda kenabian seperti yang disebutkan oleh orang saleh dari Ammuriyah.

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tahu bahwa Salman sedang memastikan sesuatu, beliau pun melepaskan kainnya dari pundak. Salman pun melihat dan mengenali tanda kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Salman langsung memeluk beliau sambil menangis dan menceritakan perjalanan panjangnya mencari hidayah, hingga akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertemukannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam takjub dengan kisah Salman dan memintanya untuk menceritakannya kepada para sahabat.

Hadits ini dihasankan oleh asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam al-Jami’ ash-Shahih (1/85).

[Kisah ini diambil dari Majalah Asy Syariah no. 64/VI/1431 H/2010 dalam artikel berjudul "Hidayah at-Taufiq wal Ilham" tulisan Al-Ustadz Muhammad Afifuddin, hal. 26-27]