Keganasan

37
Proses penyakit keganasan pada system pernafasan A. Definisi Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Kanker bisa terjdi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk

Transcript of Keganasan

Page 1: Keganasan

Proses penyakit keganasan pada system pernafasan

A. Definisi

Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme

normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur.

Kanker bisa terjdi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ. Sejalan

dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu

massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya dan bisa menyebar

(metastasis) ke seluruh tubuh.

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang

disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang

memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan

oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi

(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang

sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang

disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan

gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami

suatu keganasan.

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah

menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh

promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan

(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Dalam suatu proses dimana sebuah sel normal menjadi sebuah sel ganas, pada

akhirnya DNA dari sel tersebut akan mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan

genetik sel sering sulit ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui

dari adanya suatu perubahan dalam ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu.

Selanjutnya perubahan yang ringan dalam DNA mempermudah terbentuknya

adenoma (tumor jinak). Gen lainnya (onkogen ras) menyebabkan adenoma tumbuh

lebih aktif. Hilangnya gen penekan pada kromosom 18 selanjutnya akan merangsang

adenoma dan pada akhirnya hilangnya gen pada kromosom 17 akan merubah

adenoma yang jinak menjadi kanker. Perubahan tambahan lainnya bisa menyebabkan

kanker menyebar luas ke seluruh tubuh (metastase).

Page 2: Keganasan

Pada saat sebuah sel menjadi ganas, sistem kekebalan sering dapat

merusaknya sebelum sel ganas tersebut berlipatganda dan menjadi suatu kanker.

Kanker cenderung terjadi jika sistem kekebalan tidak berfungsi secara normal, seperti

yang terjadi pada penderita .Aids, orang-orang yang menggunakan obat penekan

kekebalan dan pada penyakit autoimun tertentu. Tetapi sistem kekebalan tidak selalu

efektif, kanker dapat menembus perlindungan ini meskipun sistem kekebalan

berfungsi secara normal.

Kanker Paru (Karsinoma Bronkogenik) adalah tumor malignan yang timbul

dari Bronkus. Tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki

yang besar. Atau mungkin adenokarsinoma, yang timbul jauh di luar paru.

Kanker paru (karsinoma bronkkogenik) adalah tumor ganas yang berasal dari

saluran pernapasan (Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2010: 181).

Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi

primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat

epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Arif Muttaqin, 2008: 198).

B. Klasifikasi Kanker Paru-Paru

Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar

yang masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri

dari: Karsinoma sel skuamosa, Karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum,

Karsinoma sel besar Adenokarsinoma.

Karsinoma sel alveolar berasal dari kantong udara (alveoli) di paru-paru.

Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih

dari satu daerah di paru-paru.

Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah: Adenoma (bisa ganas atau

jinak, Hamartoma kondromatous (jinak) dan Sarkoma (ganas).

Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari

paru-paru atau merupakan penyebaran dari organ lain.

Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya

kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher

rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit.

Klasifikasi

Klasifikasi kanker paru menurut WHO tahun 1981, kanker paru primer terbagi

atas 6 jenis utama :

Page 3: Keganasan

a. Karsinoma Sel Epedermoid = Sel Skuamus (Squamous Cell Ca), terdiri atas :

1) Differensiasi tinggi (well differentiated)

2) Differensiasi sedang (moderately differentiated)

3) Differensiasi rendah (poorly differentiated)

b. Karsinoma Sel Kecil (Small Cell Carcinoma), terdiri atas :

1) Karsinoma sel oat (oat cell Ca)

2) Jenis sel intermedia (intermediate cell type)

3) Kombinasi karsinoma sel oat (combine oat cell Ca)

c. Karsinoma kelenjar (Adeno Carcinoma), terdiri atas :

1) Karsinoma kelenjar asiner

2) Karsinoma kelenjar papiler

3) Karsinoma bronkiolus alveolar

4) Karsinoma padat dengan pembentukan mukus (Solid Ca with mucous

formation)

d. Karsinoma sel Besar ( Large cell Carcinoma)

1) Karsinoma sel datia (giant cell Ca)

2) Karsinoma sel jernih (clear cell Ca)

e. Karsinoma Kelenjar skuamus (adeno Squamus Carcinoma)

f. Tumor Karsinoid (carcinoid Tumor)

(Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2010: 185).

C. Penyebab

Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, tetapi pajanan atau inhalasi

berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab

utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.

a. Asap Tembakau

Perokok aktif dan perokok pasif mempunyai potensi terkena kanker paru

karena asap tembakau yang terkandung dalam rokok. Diperkirakan terdapat metabolit

dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh. Zat-zat karsinogen

(pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah:

- vinyl chloride

- benzo (a) pyrenes

- nitroso-nor-nicotine

Page 4: Keganasan

b. Polusi Udara

Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur,

emisi kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti

menunjukan bahwa insiden kanker paru lebih besar terjadi pada daerah perkotaan

sebagai akibat penumpukan palutan dan emisi kendaraan bermotor.

c. Pajanan zat karsinogen

Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas

mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan

dengan terjadinya kanker paru.

d. Genetik

Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker

paru, yaitu Proto oncogen, Tumor sopressor gene, gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis: “Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen

supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya insiator mengubah gen suppressor

tumor dengan cara menghilangkan (delasi/ del) atau penyisipan (insersi/ ins) sebagian

susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atu neu/ erbB2 berperan dalam

anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-Programmed cell death).

Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru

berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom”.

e. Diet

Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan

tingginya risiko terkena kanker paru.

D. Patofisiologi

Karsinoma pada sel skuamosa merupakan karsinoma bronkogenik histologis

yang paling sering ditemukan. Kanker ini ditemukan pada permukaan sel epitel

bronkhus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia terjadi akibat

kebiasaan merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor.

Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke

dalam bronkhi besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan

cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada,

dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa sering kali disertai batuk dan hemoptisis

akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat obstruksi dan

Page 5: Keganasan

infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetastasis,

maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.

Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular mirip bronkhus dan sering

kali mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul dibagian perifer segmen

bronkhus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru

dan fibrosis interstisial kronis. Lesi sering kali meluas melalui pembuluh darah dan

limfe pada stadium awal dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala-gejala

tertentu sampai terjadi metastasis yang luas.

Karsinoma sel bronkhial-alveolar merupakan subtipe adenokarsinoma yang

jarang ditemukan dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkhiolus terminalis.

Awitan (onset) pada umumnya tidak nyata dan disertai tanda-tanda yang menyerupai

pneumonia. Secara makroskopis neoplasma ini pada beberapa kasus mirip konsolidasi

uniform pneumonia lobaris. Secara makroskopis, tampak kelompok-kelompok

alveolus yang dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mukus dan terdapat banyak

sputum mukoid. Prognosisnya buruk, kecuali dilakukan pembuangan lobus yang

terserang pada saat penyakit masih stadium awal. Adenokarsinoma adalah satu-

satunya tipe histologi kanker paru yang tidak belum diketahui secara jelas berkaitan

dengan kebiasaan merokok.

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat

cepat. Karsinoma ini memiliki sitoplasma yang besar dan bermacam-macam ukuran

inti. Sel-sel ini cenderung tumbuh di jaringan paru perifer. Sel ini juga memiliki daya

tumbuh yang cepat dengan penyebaran esktensif ketempat lainnya.

Karsinoma sel kecil seperti sel skuomosa, biasanya terdapat ditengah sekitar

percabangan utama bronkhi. Tidak seperti kanker paru yang lain, jenis tumor ini

timbul pada sel-sel kulchitsky yang merupakan komponen normal epitel bronkhus.

Secara mikroskopis, tumor ini terbentuk dari sel-sel kecil (sekitar 2 kali ukuran

limfosit) dengan inti hiperkromatik pekat dan sedikit sitoplasma. Sel-sel ini mirip biji

oat sehingga diberi nama karsinoma sel oat. Karsinoma sel kecil memiliki waktu

pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua

karsinoma bronkogenik. Metastasis awal dapat mencapai mediastinum dan kelenjar

limfe hilus, sering pula dijumpai penyebaran hematogen ke organ-organ distal (Arif

Muttaqin, 2008: 199-200).

E. Gejala dan Proses Terjadinya Gejala

Page 6: Keganasan

Menurut Irman Somantri (2008: 118) tanda dan gejala yang sering muncul pada

klien dengan kasus kanker paru, yaitu :

o Parau (hoarsenes).

o Perubahan pola napas.

o Batuk persisten atau perubahan batuk.

o Sputum mengandung darah.

o Sputum berwarna kemerahan atau purulen.

o Hemoptisis.

o Nyeri dada (chest pain).

o Nyeri dada, punggung, dan lengan.

o Pleura efusi, pneumonia atau bronkhitis.

o Dispnea.

o Demam berhubungan dengan satu atau dua tanda lain.

o Wheezing.

o Penurunan berat badan.

o Clubbing finger.

Gejala-gejala dapat bersifat :

a. Lokal (Tumor tumbuh setempat)

Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronik akibat iritasi yang

disebabkan oleh massa tumor.

Hemoptisis (sputum bercampur darah)

Pertumbuhan tumor mengiritasi mukosa organ

disekitar tumbuhnya tumor

Iritasi pembuluh darah

Darah keluar bersama sputum

Mengi (wheezing, stridor), terjadi ketika bronkus menjadi tersumbat sebagian

oleh tumor.

Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

Atelektasis

Page 7: Keganasan

Pertumbuhan tumor

Penyumbatan bronkus

Kolaps

Atelektasis

b. Invasi lokal

Nyeri, ditemukan berhubungan dengan metastasis ke tulang.

Dispnea karena efusi pleura

Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru

(efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di

dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah

dan gagal jantung.

Invasi ke Perikardium

Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan:

- irama jantung yang abnormal

- pembesaran jantung

- penimbunan cairan di kantong perikardial.

Sindrom vena cava superior

Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam

vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas :

- vena di dinding dada akan membesar

- wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan

membengkak dan tampak berwarna keunguan.

Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya

sindroma Horner, yang terdiri dari :

- penutupan kelopak mata

- pupil yang kecil

Page 8: Keganasan

- mata cekung

- berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah.

o Suara serak

Tumor menyebar ke struktur yang berdekatan

dan ke nodus limfe regional

Menekan nervus laryngeal recurrent

Suara serak

o Sindrom pancoast

c. Gejala penyakit Metastasis

o Pada otak, tulang, Hati, adrenal

o Limfadenopati servikan dan subklavikula (sering menyertai metastasis)

d. Sindrom Paraneoplastik

Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :

o Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam.

o Hematologi : leukositisis, anemia, hiperkoagulasi

o Hipertrofi osteoartropati

o Neurologik : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer

o Neuromiopati : sel-sel tumor mengenai otot dan saraf

o Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

o Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratisis, jari tabuh.

o Renal : SIADH

e. Asimtomatik dengan kelainan radiologist

Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara

radiologist.

Kelainan berupa nodus soliter

Page 9: Keganasan

F. Evaluasi Diagnostik

a. Rontgen dada dilakukan untuk mencari tahu densitas paru, nodul perifer

soliter (lesi koin), atelektasis dan infeksi.

b. Pemeriksaan sitologi sputum baru yang didapatkan melalui batuk atau bilas

salin dari bronkus yang diduga menjadi tempat kanker, dilakukan untuk

mencari tahu sel-sel maligna.

c. Bronkoskopi serat optic memberikan pemeriksaan rinci segmen bronchial dan

membantu dalam mengidentifikasi sumber sel-sel maligna serta kemungkinan

keluasan dari pembedahan yang diperkirakan.

d. Bronkofibroskopi fluoresen digunakan untuk mendeteksi kanker bronkogenk

kecil secara dini

e. Hematofoporfirin disuntikan, diserap oleh sel-sel maligna, dan tampak sebagai

kilauan fluoresen merah ketika diperiksa dibawah sinar ultraviolet

f. Pemindaian paru dan pemindaian tulang atau pemeriksaan sumsum tulang

dilakukan untuk mendeteksi metastasis pada tulang. Pemindaian hepar juga

dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke hepar.

Setiap metastasis ke system saraf pusat dideteksi dengan pemindaian otak, CT

scan, pencitraan resonan magnetik (MRI) dan prosedur neurologist lainnya.

g. Mediastinoskopi mungkin digunakan untuk menentukan apakah tumor telah

menyebar ke nodus limfe hilus dari paru kanan dan mediastinotomi

memberikan akses ke hilus limfatik paru kiri.

h. Uji paru disertai dengan pemindaian perfusi fungsi-terpisah dilakukan untuk

menentukan apakah pasien akan mempunyai persediaan paru yang mencukupi

setelah prosedur dilakukan.

G. Terapi Yang Diberikan

a. Penatalaksanaan medis

Pembedahan

Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor

setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka yang fungsi parunya masih

baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan : lobektomi ( satu lobus paru

diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen

bronkus besar direseksi) dan Pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru).

Page 10: Keganasan

Sebelum, pembedahan, status jantung paru pasien harus ditentukan untuk

penatalaksanaan praoperasi dan pascaoperasi pasien yang menjalani bedah dada.

Terapi Radiasi

Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang

tidak dapat direseksi tetapi yang responsip terhadap radiasi. Radiasi juga dapat

digunakan untuk mengurangi ukuran tumor atau untuk membuat tumor yang tidak

dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi. Radiasi juga digunakan sebagai pengobatan

paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur vital. Radiasi dapat

membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, homoptisis, nyeri tulang dan

hepar.

Komplikasi radiasi termasuk esofagitis, pneunonitis dan radiasi fibrosis paru,

yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi secara signifikan mengurangi

ketersediaan paru. Radiasi juga dapat mempengaruhi jantung.

Status nutrisi dan tampilan psikologis pasien dipantau selama pengobatan,

sejalan dengan tanda-tanda anemia dan infeksi.

Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan umor paru sel kecil atau dengan metastasis luas dan untuk

melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi memeberikan peredaan, terutama

nyeri, tetapi kemoterapi tidak memberikan penyembuhan dan jarang dapat

memperpanjang hidup. Kemoterapi bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala

tekanan dari kanker paru dan dalam mengobati metastasis otak, medulla spinalis dan

pericardium.

b. Pemilihan Obat

Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC

dengan tingkat respon antara 15-30%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal

tidak mencapai remisi komplit. kombinasi beberapa sitostatik telah banyak diteliti

untuk meningkatkan tingkat respon yang akan berdampak pada harapan hidup.

Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan dan dicobakan sebagai obat

tunggal seperti paclitaxel, Docetaxel, Vinorelbine, Gemcitabine dan Irenotecan

dengan hasil yang cukup menjanjikan.

Page 11: Keganasan

Potensial Komplikasi

a. Reaksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas terutama ketika system

jantung paru terganggu sebelum pembedahan dilakukan sebelumnya.

b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru.

c. Kemoterapi, terutama dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat

menyebabkan pneumonitis. Selain itu, toksisitas dan leukeumia adalah

potensial efek samping dari kemoterapi.

d. Fibrosis paru, perikarditis, mielitis, dan kor pulmonal adalah sebagian dari

komplikasi yang diketahui.

Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru.

Reseksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas. Fibrosis paru, perikarditis, mielitis,

dan kor pulmoner adalah sebagian dari komplikasi yang diketahui. Kemoterapi

terutama dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat menyebabkan pneumonitis.

Toksisitas paru dan leukemia adalah potensial efek samping dari kemoterapi (Brunner

dan Suddarth, 2001: 631).

Stadium

Menurut Irman Somantri (2009: 116-118) stadium kanker paru dapat

dilakukan berdasarkan definitif TNM (T = Tumor primer, N = Nodus Limfe, M =

Metastasis), sesuai dengan klasifikasi dari American Joint Committee on Cancer pada

tahun 1987. Untuk menggunakan definisi tersebut terdapat beberapa peraturan

pengklasifikasian sebagai berikut :

a. Klasifikasi hanya berlaku untuk karsinoma.

b. Harus ada bukti definitif untuk bisa mengklasifikasikan kasus kedalam tipe

histologinya. Tiap keadaan yang belum dikonfirmasikan harus dilaporkan

terpisah.

c. Hasil yang berasal dari eksplorasi bedah sebelum pengobatan definitif dapat

dimasukkan untuk derajat klinis.

H. Diet yang Dibutuhkan

Bayam, wortel, brokoli, kol, tomat merah, dan stroberi merupakan sayuran dan buah

yang banyak mengandung zat penangkal kanker. Bagi perokok atau mantan perokok,

makanan tersebut mampu memangkas risiko kanker paru-paru. Selain disantap

Page 12: Keganasan

sebagai masakan, sayuran bisa dikonsumsi sebagai jus. Stroberi bisa dimakan segar,

dibuat jus, atau disantap bersama sereal.

Keterbatasan asupan selenium berpotensi menumbuhkan sel kanker, terutama kanker

paru-paru, kanker prostat, kanker payudara, kanker usus besar, kanker empedu,

kanker otak, kanker leher. Dengan asupan selenium yang cukup, kemungkinan

tumbuhnya kanker tersebut dapat dibabat..

I. Pertimbangan Gerontologi

Adanya penyakit arteri koroner atau infusiensi paru dapat menjadi kontraindikasi

intervensi bedah. Jika status kardiovaskuler dan fungsi paru pasien memuaskan,

pembedahan biasanya dapat ditoleransi dengan baik.

J. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul dari kasus kanker paru, diantaranya :

1. Nyeri kronik berhubungan dengan pertumbuhan tumor.

2. Nyeri akut berhubungan dengan aktual atau potensual kerusakan jaringan

akibat metastase tumor.

3. Sesak nafas berhubungan dengan penyempitan saluran udara di dalam atau di

sekitar tempat tumbuhnya kanker.

4. PK: Perdarahan

5. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

6. Mual berhubungan dengan kemotherapi

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tugas-kuliah-kanker-paru-karsinoma.html

http://uzanxwsdcito.blogspot.com/2012/03/kanker-paru.html

Proses Penyakit Degeneratif pada sistem pernafasan

Emboli Paru

Kebanyakan emboli paru-paru terjadi pada usia 50-65 tahun karena elastisitas

dinding pembuluh darah sudah berkurang.

A. Definisi

PENGERTIAN

Edema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan

dari bagian dalam pembuluh-pembuluh darah merembes keluar pembuluh darah

kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat

Page 13: Keganasan

terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh-pembuluh darah atau tidak ada

cukup protein-protein dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian

dari darah yang tidak megandung segala sel-sel darah).

Pulmonary edema adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru-paru.

Area yang langsung diluar pembuluh-pembuluh darah kecil pada paru-paru ditempati

oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli. Ini adalah dimana

oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan karbon dioksida dalam

darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli normalnya

mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan

cairan biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dindig ini kehilangan

integritasnya.

Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peningkatan

tekanan intravaskular. Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah

ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan

kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.

Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-paru.

cairan ini terkumpul dalam kantung-kantung udara di paru-paru banyak, sehingga

sulit untuk bernapas. Dalam kebanyakan kasus, masalah jantung menyebabkan edema

paru. Tapi cairan dapat menumpuk karena alasan lain, termasuk pneumonia, paparan

terhadap racun tertentu dan obat-obatan, dan olahraga atau hidup pada ketinggian

tinggi.

B. ETIOLOGI

Ketidak-seimbangan Starling Forces :

a) Peningkatan tekanan kapiler paru :

- Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan fungsi ventrikel kiri

(stenosis mitral).

Page 14: Keganasan

- Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena gangguan fungsi

ventrikel kiri.

- Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena peningkatan tekanan

arteria pulmonalis (over perfusion pulmonary edema).

b) Penurunan tekanan onkotik plasma.

- Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati, protein-losing

enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakit nutrisi.

c) Peningkatan tekanan negatif intersisial :

- Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura (unilateral).

- Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi saluran napas akut

bersamaan dengan peningkatan end-expiratory volume (asma).

d) Peningkatan tekanan onkotik intersisial.

- Sampai sekarang belum ada contoh secara percobaan maupun klinik.

Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult Respiratory Distress

Syndrome)

a) Pneumonia (bakteri, virus, parasit).

b) Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap Teflon®, NO2, dsb).

c) Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri, alloxan, alpha-

naphthyl thiourea).

d) Aspirasi asam lambung.

e) Pneumonitis radiasi akut.

Page 15: Keganasan

f) Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).

g) Disseminated Intravascular Coagulation.

h) Imunologi : pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin, leukoagglutinin.

i) Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks.

j) Pankreatitis Perdarahan Akut.

Insufisiensi Limfatik :

a) Post Lung Transplant.

b) Lymphangitic Carcinomatosis.

c) Fibrosing Lymphangitis (silicosis).

Tak diketahui/tak jelas

a) High Altitude Pulmonary Edema.

b) Neurogenic Pulmonary Edema.

c) Narcotic overdose.

d) Pulmonary embolism.

e) Eclampsia

f) Post Cardioversion.

g) Post Anesthesia.

h) Post Cardiopulmonary Bypass.

Page 16: Keganasan

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik dan non-

kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda.

Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun

sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah Jantung

Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita

Payah Jantung Kiri Khronik.

» Cardiogenic pulmonary edema

Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan pada

organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung memompa

tidak bagus atau jantung tidak kuat lagi memompa.

Cardiogenic pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi dalam pembuluh-

pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal

jantung kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang buruk (datang

dari beragam sebab-sebab seperti arrhythmias dan penyakit-penyakit atau kelemahan

dari otot jantung), serangan-serangan jantung, atau klep-klep jantung yang abnormal

dapat menjurus pada akumulasi dari lebih dari jumlah darah yang biasa dalam

pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat, pada gilirannya, menyebabkan

cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke alveoli ketika tekanan

membesar.

» Non-cardiogenic pulmonary edema

Non-cardiogenic pulmonary edema ialah edema yang umumnya disebabkan oleh hal

berikut:

î Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

Page 17: Keganasan

Pada ARDS, integritas dari alveoli menjadi terkompromi sebagai akibat dari respon

peradangan yang mendasarinya, dan ini menurus pada alveoli yang bocor yang dapat

dipenuhi dengan cairan dari pembuluh-pembuluh darah.

î kondisi yang berpotensi serius yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang parah,

trauma, luka paru, penghirupan racun-racun, infeksi-infeksi paru, merokok kokain,

atau radiasi pada paru-paru.

î Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan dari tubuh dapat

menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-pembuluh darah, berakibat pada

pulmonary edema. Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis

mungkin perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.

î High altitude pulmonary edema, yang dapat terjadi disebabkan oleh kenaikan yang

cepat ke ketinggian yang tinggi lebih dari 10,000 feet.

î Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage), seizure-seizure

yang parah, atau operasi otak dapat adakalanya berakibat pada akumulasi cairan di

paru-paru, menyebabkan neurogenic pulmonary edema.

î Paru yang mengembang secara cepat dapat adakalanya menyebabkan re-expansion

pulmonary edema. Ini mungkin terjadi pada kasus-kasus ketika paru mengempis

(pneumothorax) atau jumlah yang besar dari cairan sekeliling paru (pleural effusion)

dikeluarkan, berakibat pada ekspansi yang cepat dari paru. Ini dapat berakibat pada

pulmonary edema hanya pada sisi yang terpengaruh (unilateral pulmonary edema).

î Jarang, overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus pada pulmonary

edema. Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin tinggi yang kronis dapat

menjurus pada aspirin intoxication, terutama pada kaum tua, yang mungkin

menyebabkan pulmonary edema.

î Penyebab-penyebab lain yang lebih jarang dari non-cardiogenic pulmonary edema

mungkin termasuk pulmonary embolism (gumpalan darah yang telah berjalan ke

paru-paru), luka paru akut yang berhubungan dengan transfusi atau transfusion-related

Page 18: Keganasan

acute lung injury (TRALI), beberapa infeksi-infeksi virus, atau eclampsia pada

wanita-wanita hamil.

D. PATOFISIOLOGI

Edema Paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes

keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat

menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon

dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk.

Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air dalam paru-paru” ketika menggambarkan

kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak

faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut

cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk

sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.

Faktor non-kardiogenik

ARSD

Pnemonia

Aspirasi As.

Lambung

Bahan Toksik

inhalan

Post. Lung transplant

Lymphangitic carsinomiclosis

Silicosis

Isufisiensi limfatik

Pulmonary Embolism

Eclamasia High

altitude Pulmonary edema

Faktor

Gagal jantung kiri

Unkwnown

Ketidakseimbangan

Staling Force

Page 19: Keganasan

Tekanan Kapiler Paru ↑

TekananOnkotik Plasma ↓

TekananNegative

Interstitial ↑

TekananOnkotik

Interstitial ↑

Akumulasi cairan berlebih (transudat / eksudat)

Cairan berpindah ke interstitial

Alveoli terisi cairan

Cardiac ouput ↓

Pemasangan alat bantu nafas (ventilator)

Gangguan pertukaran gas

O2 jaringan↓ Bed rest

fisikPemasangan

selang endotrakheal

Area invasiM.O

Pengambilan O2 ↑

Defisit perawatan

diri Gangguan komunikasi verbal

Resiko tinggi infeksi

Kelelahan

Gangguan pola nafas

Gangguan perfusi jaringan

Intoleransi aktivitas

Page 20: Keganasan

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas. Ini mungkin

adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya berkembang secara

perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-tiba pada kasus dari

pulmonary edema akut. Gejala-gejala umum lain mungkin termasuk mudah lelah,

lebih cepat mengembangkan sesak napas daripada normal dengan aktivitas yang biasa

(dyspnea on exertion), napas yang cepat (tachypnea), kepeningan, atau kelemahan.

Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada pasien-pasien

dengan pulmonary edema. Lebih jauh, atas pemeriksaan paru-paru dengan

stethoscope, dokter mungkin mendengar suara-suara paru yang abnormal, sepeti rales

atau crackles (suara-suara mendidih pendek yang terputus-putus yang berkoresponden

pada muncratan cairan dalam alveoli selama bernapas).

Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium:

Stadium 1.

Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan memperbaiki

pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan

pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja.

Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi

pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.

Stadium 2.

Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru menjadi

kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis menebal (garis

Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-sisial, akan lebih

memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh

gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea.

Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea

Page 21: Keganasan

juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial

diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit perubahan saja.

Stadium 3.

Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi

hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih

kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi

right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi

pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada

keadaan ini morphin hams digunakan dengan hati-hati (Ingram and Braunwald, 1988).

Edema Pam yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya akibat hipertensi

kapiler paru. Namun percobaan pada anjing yang dilakukan ligasi arteriakoronaria,

terjadi edema paru walaupun tekanan kapiler paru normal, yang dapat dicegah de-

ngan pemberian indomethacin sebelumnya. Diperkirakan bahwa dengan menghambat

cyclooxygenase atau cyclic nucleotide phosphodiesterase akan mengurangi edema’

paru sekunder akibat peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler; pada ma-nusia

masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Kadang kadang penderita dengan Infark

Miokard Akut dan edema paru, tekanan kapiler pasak parunya normal; hal ini

mungkin disebabkan lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi

meskipun tekanan kapiler paru sudah turun atau kemungkinan lain pada beberapa

penderita terjadi peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler paru sekunder oleh

karena adanya isi sekuncup yang rendah seperti pada cardiogenic shock lung.

F. DIAGNOSA PENUNJANG

Pemeriksaan Fisik

- Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.

- Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh

lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang

akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.

- Takikardia dengan S3 gallop.

Page 22: Keganasan

- Murmur bila ada kelainan katup.

Elektrokardiografi. Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau

fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark,

hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.

Laboratorium

- Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian

hiperkapnia.

- Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.

- Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim

jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.

Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.

Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang

menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang

dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-

bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur

tulang dari dinding dada.

X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak

tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang

lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang

signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru

yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari

pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang

penyebab yang mungkin mendasarinya.

Gambaran Radiologi yang ditemukan :

- Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskular di hilus)

- Corakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)

- Kranialisasi vaskuler

- Hilus suram (batas tidak jelas)

Page 23: Keganasan

- Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul

milier)

Ekokardiografi Gambaran penyebab gagal jantung : kelainan katup, hipertrofi

ventrikel (hipertensi), Segmental wall motion abnormally (Penyakit Jantung

Koroner), dan umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri.

Pengukuran plasma B-type natriuretic peptide (BNP)

Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari

dari pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma B-type natriuretic peptide

(BNP) atau N-terminal pro-BNP. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan

timbul dalam darah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung.

Peningkatan dari BNP nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari

beberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankan cardiac pulmonary

edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya menyampingkan

gagal jantung sebagai penyebabnya.

Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz)

Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis

(kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan dimajukan

melalui ruang – ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler

paru atau pulmonary capillaries (cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh

darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur

tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure.

Wedge pressure dari 18 mmHg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic

pulmonary edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmHg biasanya

menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan kateter Swan-

Ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit (ICU).

G. PENATALAKSANAAN

- Posisi ½ duduk.

Page 24: Keganasan

- Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.

- Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak

bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi,

retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara

adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.

- Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.

- Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg tiap

5 – 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan

Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5 ug/kgBB.

- Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV

dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat,

dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah

sistolik 85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah

normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ

vital.

- Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg

(sebaiknya dihindari).

- Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis

ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai produksi

urine 1 ml/kgBB/jam.

- Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5

ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan

hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.

- Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.

- Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan

oksigen.

- Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan

ruptur dinding ventrikel / corda tendinae.

http://manafners.wordpress.com/2011/05/15/asuhan-keperawatan-edema-paru/