KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf ·...

82
KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AFEKTIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO 2 KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh Imanis Destrya Sari 1401412544 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf ·...

Page 1: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AFEKTIF

SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO 2 KABUPATEN MAGELANG

Skripsidiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Imanis Destrya Sari

1401412544

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Page 2: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

i

KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AFEKTIF

SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI SIDOMULYO 2 KABUPATEN MAGELANG

Skripsidiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Imanis Destrya Sari

1401412544

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Page 3: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa yang tertulis

di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya

orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Page 4: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Tempat : Tegal

Tanggal : 10 Juni 2016

Page 5: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Keefektifan Model VCT dengan Permainan Terhadap

Motivasi dan Hasil Belajar Afektif Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV

Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang oleh Imanis Destrya Sari 1401412544,

telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada

tanggal 30 Juni 2016.

PANITIA UJIAN

Page 6: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. Pendidikan bukanlah persiapan hidup karena pendidikan adalah hidup itu

sendiri (John dewey).

2. Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,

karena di dalam mencoba kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh).

3. Effort and courage are not enough without purpose and direction. (John F

Kennedy).

4. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar (Q.S. Ali-Imran:

146).

5. Hargailah waktu karena diluar sana masih banyak yang membutuhkan

waktu.

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tuaku

tercinta Ibuku Istikomah dan Bapakku Winpuji,

kakak-kakakku tersayang Dianis, Analis, Roni dan

teman-teman yang selalu menyayangi, memotivasi,

memberikan nasihat, dan mendoakan. Terima

kasih.

Page 7: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan

Model VCT dengan Permainan Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Afektif

Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten

Magelang”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti menyadari

dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidak terlepas

dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatam peneliti untuk belajar di Universitas

Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah mengizinkan dan mendukung dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi

ini.

Page 8: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

vii

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang yang telah mengizinkan untuk melakukan

penelitian dan mendukung penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Utoyo, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah membimbing,

mendukung, dan menyarankan untuk kesempurnaan penelitian skripsi ini.

6. Dra. Ismi Rahayu, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi kepada peneliti, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Tatiana, S.Pd.SD, Kepala UPT Disdik Kecamatan Salaman yang telah

mengizinkan peneliti untuk melaksanakan penelitian pada lembaga yang

dipimpinnya.

8. Winpuji Budi Harto S.Pd, Kepala SDN Sidomulyo 2 Kecamatan Salaman

Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Guru-guru SDN Negeri Sidomulyo 2 yang telah membantu peneliti dalam

melaksanakan penelitian.

Semoga semua pihak yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam

penyusunan skripsi ini mendapatkan berkah dan pahala dari Allah SWT. Peneliti

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Tegal, 7 Mei 2016

Peneliti

Page 9: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

viii

ABSTRAK

Destryasari, Imanis. 2016. Keefektifan Model VCT dengan Permainan Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Afektif Pada Mata Pelajaran PKn kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Skripsi,

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Utoyo, M. Pd. Dan Dra. Ismi

Rahayu, M.Pd.

Kata Kunci: Model VCT dengan Permainan; Motivasi Belajar; Hasil Belajar

Afektif Siswa;

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

wajib yang terdapat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Pembelajaran Pkn dalam pelaksanaannya masih menerapkan metode ceramah,

sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan membosankan. Pembelajaran yang

demikian menjadikan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Metode

pembelajaran VCT dengan Permainan dapat dijadikan sebagai metode alternatif

dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

Permainan, dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran PKn. Tujuan

penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan metode pembelajaran VCT dengan Permainan terhadap motivasi dan hasil belajar afektif siswa pada

pembelajaran PKn materi globalisasi.

Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental dengan bentuk

nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa

kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang. Sampel pada penelitian

ini menggunakan semua anggota populasi (sampling jenuh), yang berjumlah 54

orang siswa yang terdiri dari 27 orang siswa dari kelas eksperimen dan 27 orang

siswa dari kelas kontrol. Analisis statistik yang digunakan yaitu Cronbach’s Alpha untuk uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. Uji Lilliefors untuk

menguji normalitas data, uji Levene untuk uji homogenitas, uji independent sampel t-test dan uji keefektifan menggunakan one sample t test.

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji independent sampel t-test, data motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa thitung > ttabel (6,609> 2,007)

dan signifikansinya 0,001 < 0,05. Sementara itu, data hasil belajar afektif siswa

menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,770 > 2,007) dan signifikansi 0,004 < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar afektif

PKn antara siswa kelas IV yang mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran VCT dengan Permainan dibandingkan dengan yang menerapkan

metode ceramah. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan rumus uji hipotesis

dua sampel independen, data motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa thitung >

ttabel (9,004 > 2,007). Sementara itu, hasil uji hipotesis hasil belajar siswa

menunjukkan bahwa thitung > ttabel (5,615 > 2,007). Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan penerapan model pembelajaran VCT dengan Permainan lebih efektif

terhadap motivasi dan hasil belajar afektif PKn siswa dibandingkan dengan yang

menerapkan metode ceramah.

Page 10: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

ix

DAFTAR ISI Halaman

JUDUL ................................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 10

1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................. 11

1.4. Rumusan Masalah .................................................................................. 11

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12

1.5.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 12

1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 13

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 13

1.6.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................... 13

1.6.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 14

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori ............................................................................................. 16

2.1.1 Hakikat Belajar ........................................................................................ 16

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ............................................................................. 18

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ............................. 21

2.1.4 Motivasi Belajar ...................................................................................... 26

Page 11: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

x

2.1.5 Hasil Belajar Afektif dalam Mata Pelajaran PKn ................................... 29

2.1.6 Materi Globalisasi ................................................................................... 33

2.1.7 Model Pembelajaran ................................................................................ 35

2.1.8 Model Pembelajaran VCT ....................................................................... 36

2.1.9 Model VCT dengan Permainan .............................................................. 39

2.1.10 Karakteristik Siswa SD ........................................................................... 41

2.2 Kajian Empiris ......................................................................................... 44

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 51

2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 52

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 55

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 57

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 57

3.3.1 Populasi ................................................................................................... 57

3.3.2 Sampel ..................................................................................................... 58

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 58

3.4.1 Variabel Penelitian .................................................................................. 58

3.4.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 59

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 61

3.5.1 Observasi ................................................................................................. 61

3.5.2 Dokumentasi ............................................................................................ 61

3.5.3 Kuesioner(Angket) .................................................................................. 62

3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 62

3.6.1 Lembar Observasi Pelaksanaan Model Oleh Guru ................................. 63

3.6.2 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ............................................. 64

3.6.3 Lembar Observasi Hasil Belajar Afektif Siswa ...................................... 66

3.7 Pengujian Instrumen ................................................................................ 68

3.7.1 Validitas Instrumen ................................................................................. 68

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ............................................................................. 69

3.8 Metode Analisis Data .............................................................................. 69

3.8.1 Analisis Deskriptif Variabel .................................................................... 70

Page 12: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xi

3.8.2 Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 72

3.8.3 Uji Kesamaan Rata-rata .......................................................................... 73

3.9 Analisis Akhir ........................................................................................ 75

3.9.1 Uji Perbedaan ......................................................................................... 75

3.9.2 Uji Keefektifan ....................................................................................... 76

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Objek Penelitian ...................................................................................... 77

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 77

4.1.2 Kondisi Responden ................................................................................. 78

4.2 Pelaksanaan Pembelajaran ...................................................................... 79

4.2.1 Kelas Eksperimen .................................................................................... 80

4.2.2 Kelas Kontrol .......................................................................................... 84

4.3 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ................................................ 88

4.3.1 Variabel Model Pembeljaran VCT dengan Permainan ............................ 88

4.3.2 Variabel Motivasi Belajar ....................................................................... 89

4.3.3 Variabel Hasil Belajar Afektif ................................................................. 97

4.4 Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ................................................... 102

4.4.1 Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 103

4.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................................... 108

4.5 Pembahasan .......... .................................................................................. 115

5. PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................. 148

5.2 Saran ....................................................................................................... 149

5.2.1 Bagi Guru ............................................................................................... 150

5.2.2 Bagi Siswa ............................................................................................... 151

5.2.3 Bagi Sekolah ........................................................................................... 152

Daftar Pustaka .................................................................................................... 153

Lampiran ............................................................................................................ 157

Page 13: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

3.1 Kisi-kisi Pelaksanaan Model Pembelajaran VCT dengan Permainan

oleh Guru ................................................................................................ 63

3.2 Kriteria Penilaian Angket Motivasi Belajar ........................................... 65

3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa .............................. 65

3.4 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Afektif Siswa .................................... 67

3.5 Output Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest Motivasi Belajar

Kelas IV Sidomulyo 2 ............................................................................ 74

3.6 Output Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest Hasil Belajar

Afektif Kelas IV Sidomulyo 2 ............................................................... 74

4.1 Kondisi Responden Berdasarkan Umur ................................................. 78

4.2 Nilai Pengamatan Model Pembelajaran VCT dengan Permainan untuk

guru ......................................................................................................... 89

4.3 Data Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................... 89

4.4 Nilai Indeks Variabel ............................................................................. 90

4.5 Nilai Indeks Indikator ............................................................................. 91

4.6 Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen................................. 93

4.7 Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ....................................... 96

4.8 Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ......................... 97

4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ....... 98

4.10 Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ........................ 100

4.11 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ...... 101

4.12 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen . 103

4.13 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ........ 104

4.14 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas

Eksperimen ............................................................................................. 105

4.15 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Kontrol . 105

4.16 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen

dan Kontrol ............................................................................................ 107

4.17 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan

Page 14: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xiii

Kontrol ................................................................................................... 108

4.18 Independent Sample T Test Motivasi Belajar Siswa .............................. 110

4.19 Independent Sample T Test Hasil Belajar Afektif Siswa ....................... 112

Page 15: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Berpikir ....................................................................... 52

3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 56

Page 16: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xv

DAFTAR HISTOGRAM Histogram Halaman

4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ............................. 99

4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ................................... 99

4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ........................... 101

4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol .................................. 102

Page 17: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ................................................................................. 157

2. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ......................... 159

3. Pengembangan Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ................................ 164

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Kelas

Eksperimen ................................................................................................ 168

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-2 Kelas

Eksperimen ................................................................................................ 177

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-3 Kelas

Eksperimen ................................................................................................ 187

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-1 Kelas Kontrol ....... 199

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-2 Kelas Kontrol ....... 208

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Ke-3 Kelas Kontrol ....... 218

10. Lembar Pengamatan Model Pembelajaran VCT dengan Permainan

untuk Guru ................................................................................................. 230

11. Kisi-Kisi Uji Coba Motivasi Belajar ......................................................... 231

12. Angket Uji Coba Motivasi Belajar ............................................................ 232

13. Kisi-kisi Uji Coba Hasil Belajar Afektif .................................................... 237

14. Angket Uji Coba Hasil Belajar Afektif ...................................................... 238

15. Daftar Siswa SD Negeri Sidomulyo 2 (Kelas Eksperimen) ...................... 241

16. Daftar Siswa SD Negeri Sidomulyo 2 (Kelas Kontrol) ............................. 242

17. Daftar Siswa SD Negeri Sidomulyo 2 (Kelas Uji Coba) ........................... 243

18. Lembar Validasi Butir Pernyataan Angket Oleh Penilai Ahli ................... 244

19. Tabulasi Uji Coba Motivasi Belajar .......................................................... 254

20. Tabulasi Uji Coba Hasil Belajar Afektif ................................................... 256

21. Uji Validitas Motivasi Belajar ................................................................... 258

22. Uji Validitas Hasil Belajar Afektif ............................................................ 260

23. Uji Reliabilitas Motivasi Dan Hasil Belajar Afektif Siswa ....................... 261

24. Kisi-Kisi Motivasi Belajar ......................................................................... 262

25. Angket Motivasi Belajar ........................................................................... 263

26. Kisi-kisi Hasil Belajar Afektif ................................................................... 265

Page 18: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

xvii

27. Angket Hasil Belajar Afektif Siswa .......................................................... 266

28. Daftar Nilai Pretest Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri

Sidomulyo 2 ............................................................................................... 268

29. Daftar Nilai Pretest Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas IV SD Negeri

Sidomulyo 2 ............................................................................................... 269

30. Lembar Pengamatan Metode Pembelajaran VCT dengan Permainan

untuk Guru ................................................................................................. 270

31. Tabulasi Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ........................ 271

32. Tabulasi Data Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ............................... 272

33. Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen .................................... 273

34. Indeks Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ........................................... 274

35. Tabulasi Data Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen .................. 275

36. Tabulasi Data Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Kontrol ........................ 277

37. Nilai Posttest Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Sidomulyo 2 ......... 279

38. Nilai Posttest Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas IV SDN Sidomulyo 2 ... 280

39. Perhitungan Manual Uji Pihak Kanan Data Motivasi Belajar Siswa ........ 281

40. Perhitungan Manual Uji Pihak Kanan Data Hasil Belajar Afektif

Siswa .......................................................................................................... 282

41. Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest Pkn .......................................................... 283

42. Uji Normalitas Variabel Motivasi dan Hasil Belajar Afektif PKn

Siswa .......................................................................................................... 284

43. Uji Homogenitas Variabel Motivasi dan Hasil Belajar Afektif PKn

Siswa .......................................................................................................... 285

44. Hasil Uji Independent Samples Test Variabel Motivasi Belajar

Siswa .......................................................................................................... 286

45. Hasil Uji Independent Samples Test Variabel Hasil Belajar Afektif

Siswa .......................................................................................................... 287

46. Dokumentasi pembelajaran VCT dengan Permainan ................................ 288

47. Surat Rekomendasi Permohonan Ijin Kesbangpol .................................... 289

48. Surat Rekomendasi Permohonan ijin BAPEDA ....................................... 290

49. Surat Keterangan telah Melaksanakan Uji Coba Instrumen ...................... 291

50. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian...................................... 292

Page 19: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Latar belakang mengemukakan masalah-masalah yang menjadi dasar

dilakukannya penelitian. Uraian selengkapnya sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,

sehingga pemerintah dan masyarakat harus mampu bekerja sama untuk

mewujudkan tujuan nasional tersebut melalui pendidikan. Berdasarkan UUSPN

Bab I Pasal 1 (2006:5), pengertian pendidikan nasional adalah pendidikan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia

dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. UUSPN Bab II Pasal 3 (2006:

68) menerangkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Saat ini, pendidikan di Indonesia mengalami perubahan secara bertahap

Page 20: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

2

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Perubahan tersebut terjadi karena

adanya pembaharuan-pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pembaharuan yang

dilakukan menuntut agar pendidikan semakin mengoptimalkan fungsi dari

komponen-komponen pendidikan. Jika komponen-komponen pendidikan dapat

berfungsi dengan baik, maka pencapaian tujuan pendidikan nasional akan semakin

optimal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 453), komponen adalah

bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya

suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Jadi, komponen pendidikan berarti

bagian-bagian dari suatu sistem pendidikan yang akan menentukan berhasil atau

tidaknya suatu proses pendidikan maupun ada atau tidaknya suatu proses

pendidikan. Selain itu, komponen pendidikan juga berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan pendidikan nasional. UUSPN (2006: 65) menjelaskan bahwa

komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional disebut sebagai sistem pendidikan nasional.

Jika semua komponen pendidikan telah terpenuhi dan saling terkait sesuai dengan

sistem pendidikan nasional, maka pencapaian tujuan pendidikan nasional akan

semakin optimal.

Salah satu komponen pendidikan yang harus dioptimalkan fungsinya yaitu

guru. Sebagai komponen yang bertanggung jawab secara langsung terhadap

perkembangan belajar siswa, guru harus mampu melakukan suatu pembaharuan

secara berkala sesuai dengan tujuan pendidikan. Guru perlu melakukan

pembaharuan terutama pada proses pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat

Page 21: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

3

tercapai secara optimal. Pembaharuan yang dapat dilakukan guru yaitu dengan

menerapkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, agar siswa

mampu belajar mandiri, tidak hanya bergantung pada gurunya. Dengan kata lain,

guru harus mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar melalui proses

pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dapat diterapkan di

berbagai mata pelajaran, misalnya pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Dalam Permendiknas RI tentang Standar Penilaian

Pendidikan dan Standar Pengelolaan Pendidikan oleh satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah (2007:63) disebutkan bahwa “mata pelajaran PKn merupakan mata

pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945”. PKn diharapkan dapat membentuk siswa yang

memiliki sikap dan mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi semua

permasalahan yang dihadapi.

PKn merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai tingkat sekolah

dasar. Namun pada hakikatnya, nilai-nilai dalam PKn sudah diterapkan kepada

siswa sebelum memasuki sekolah dasar, yaitu melalui pendidikan yang dilakukan

oleh orang tua dan pengaruh lingkungan sekitar. Jadi, guru harus dapat

menerapkan pembelajaran yang efektif di sekolah agar inti dari pembelajaran PKn

dapat dimengerti dan benar-benar diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 22: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

4

Upaya yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran PKn menjadi efektif

dan menyenangkan bagi siswa yaitu dengan menerapkan suatu model

pembelajaran yang bervariasi. Guru harus mampu membuat suasana belajar

menjadi nyaman bagi siswa. Selain itu, sarana dan prasarana yang tersedia harus

bisa dimanfaatkan secara optimal oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Guru juga harus menggunakan desain dan strategi pembelajaran serta media yang

sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik siswa.

Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran

PKn yang dilakukan guru seringkali masih monoton. Guru hanya menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi pembelajaran

tanpa ada variasi dengan metode lain. Selain itu, guru juga belum menggunakan

media dalam proses pembelajarannya. Akibatnya, siswa menjadi cepat jenuh dan

sukar untuk memahami materi pembelajaran.

Ruminiati (2007: 1.30) menjelaskan bahwa pembelajaran PKn di SD

merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata

pelajaran yang mensosialisasikan nilai-nilai pancasila/budaya bangsa seperti yang

terdapat pada kurikulum PKn SD. Fokus pembelajaran PKn di SD hendaknya

ditujukan untuk memupuk motivasi dan pengembangan anak didik terhadap dunia

mereka dimana mereka hidup. Selain itu, dalam pembelajaran PKn seorang guru

harus mampu memupuk nilai Pancasila pada setiap siswa yaitu cermin perilaku

hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan cara bertindak.

Kondisi demikian juga terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di

kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang. Berdasarkan wawancara

Page 23: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

5

dengan guru kelas IVA dan IVB di SD Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang pada

tanggal 7 Januari 2016, masih banyak siswa yang belum memahami materi

pelajaran PKn. Dikatakan juga bahwa dalam proses pembelajaran hanya

menggunakan model pembelajaran konvensional. Alasan menggunakan model

pembelajaran dengan ceramah karena belum mengetahui bagaimana cara

pelaksanaan model-model pembelajaran inovatif dan beliau hanya menggunakan

model konvensional ceramah dalam menyampaikan materi PKn kepada siswanya.

Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa beliau tahu banyak model-model

pembelajaran selain model konvensional, namun dikarenakan sudah terbiasa

menggunakan metode ceramah membuat beliau terus menyampaikan materi PKn

dengan metode ceramah. Hal ini yang membuat siswa kurang tertarik dan merasa

bosan mendengarkan materi. Berdasarkan kondisi di atas, dapat dikatakan bahwa

proses pembelajaran PKn di SD Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang belum

efektif dan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai maksimal.

Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti mencari solusi agar pembelajaran

PKn di kelas menjadi lebih bervariasi yang diharapkan agar dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar afektif siswa. Cara yang dapat dilakukan agar

pembelajaran lebih bervariasi yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang

tepat untuk mata pelajaran PKn di SD. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran yang akan diajarkan.

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang menitikberatkan pada

ranah afektif atau sikap. Menurut Taniredja, Faridli, dan Harmianto (2014: 87),

ranah afektif atau sikap tersebut terdiri dari wahana penanaman nilai, moral, dan

Page 24: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

6

norma-norma baku seperti rasa sosial, nasionalisme, bahkan sistem keyakinan.

Sementara, Widoyoko (2014: 40), ranah afektif adalah ranah yang berkaitan

dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,

minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada

siswa dalam berbagai tingkah laku. Oleh karena itu, model pembelajaran afektif

yang diterapkan juga berbeda dengan model pembelajaran kognitif maupun

psikomotor.

Model pembelajaran afektif yang bisa diterapkan yaitu model

pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Elmubarok (2009: 70)

berpendapat bahwa model pembelajaran VCT merupakan model pembelajaran

yang memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan

dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-

nilai mereka sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 615), nilai

dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Nilai tersebut ada pada setiap manusia dan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving).

Menurut Linda (1995) dalam Elmubarok (2009:7) nilai-nilai nurani adalah nilai

dalam diri manusia yang kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara

memperlakukan orang lain. Contoh nilai-nilai nurani yaitu kejujuran, keberanian,

cinta damai, disiplin, dan sebagainya. Sementara nilai-nilai memberi adalah nilai

yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak

yang diberikan. Contohnya yaitu setia, dapat dipercaya, cinta, kasih sayang, dan

sebagainya.

Page 25: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

7

Pembelajaran afektif yang berhubungan dengan nilai-nilai tersebut pada

dasarnya sulit untuk diukur karena erat kaitannya dengan kesadaran seseorang

tentang suatu nilai. Namun, dengan menerapkan model pembelajaran VCT, guru

dapat mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang nilai-nilai tersebut karena

memiliki beberapa keunggulan. Menurut Djahiri (1985) dalam Taniredja, Faridli,

dan Harmianto (2014: 91), VCT memiliki keunggulan pembelajaran afektif

karena: (1) Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah

internal side atau sisi internal siswa; (2) Mampu mengklarifikasi dan

mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan, yang selanjutnya akan

memudahkan guru untuk menyampaikan makna atau pesan nilai; (3) Mampu

mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang ada

pada orang lain, dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata; (4)

Mampu mengundang, melibatkan, membina, dan mengembangkan potensi diri

siswa terutama mengembangkan potensi sikap; (5) Mampu memberikan sejumlah

pengalaman belajar dari berbagai kehidupan; (6) Mampu menangkal, meniadakan,

mengintervensi, dan memadukan berbagai nilai moral dalm sistem nilai dan moral

yang ada dalam diri seseorang; (7) Memberikan gambaran nilai moral yang patut

diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

Model pembelajaran VCT memiliki beberapa teknik dalam mengungkapkan nilai,

salah satunya yaitu dengan menggunakan teknik permainan. Menurut Reuben

(1999) dalam Kumar dan Lightner (2007: 53-63), “using activities and games in

class encourages active leraning, as well as collaboration, and interacvity”.

Dengan menggunakan berbagai aktivitas dan permainan dalam kelas akan

Page 26: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

8

membangkitkan belajar aktif, seperti kolaborasi, dan interaktivitas. Oleh karena

itu, penerapan model VCT Permainan ini diharapkan akan membuat pembelajaran

menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga semangat atau

motivasi dan hasil belajar afektif dalam belajar semakin optimal.

Menurut Sanjaya (2006) dalam Taniredja (2012: 87-8) pembelajaran VCT

merupakan pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menemukan

suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses

menganalisis nilai yang ada dan tertanam dalam diri siswa. Hal ini melatih siswa

membangun pengetahuannya sendiri dan melatih untuk beraktivitas. Pada kelas

IV semester genap materi pokok yang dibahas adalah Globalisasi. Kata

"globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan atau dunia

tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global, yang berarti universal atau

keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi, globalisasi adalah proses menyatunya

warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi kelompok masyarakat.

Melalui stimulus yang diberikan oleh guru akan memudahkan siswa

menerima pengetahuan, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan

bermasyarakat. Stimulus yang diberikan dapat menggunakan gambar, foto, dan

cerita. Menurut Krathwohl dalam Djahiri (1985: 15) anak usia sekolah dasar

memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus. Tugas

guru mengarahkan perhatian siswa pada fenomena yang menjadi objek

pembelajaran pada aspek afektif. Fase ini menunjukkan adanya sikap

keingintahuannya cukup tinggi untuk menggali fenomena melalui lingkungannya.

Berkaitan dengan tujuan PKn, maka siswa sekolah dasar harus diberikan

Page 27: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

9

pengalaman dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan

bersikap.

Penelitian mengenai model pembelajaran VCT sudah pernah dilakukan

oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ike Lisnawati

(2012) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Metode Value

Clarification Technique (VCT) Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

kelas V SDN Karang Waru 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas belajar pada pembelajaran PKn

yang dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru

sebelum tindakan kelas 55,56%, siklus I 66,67%, siklus II 77,78%. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah bahwa melalui metode VCT dalam pembelajaran PKn

dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas V SDN Karang Waru 2 tahun pelajaran

2011/2012.

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Anwar dengan judul

“Perbedaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique dan Model

Pembelajaran Konsiderasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

pada Aspek Afektif (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun

Ajaran 2011/2012). Hasil dari penelitian tersebut telah dimuat pada Journal

Educitizen, Vol. 1 No. 1 Juni 2013. Hasil penelitian yang menunjukkan hasil

belajar aspek afektif dengan model pembelajaran VCT diketahui nilai terendah

90,00 dan nilai tertinggi adalah 105,00 dengan rata-rata (x) 96,46 dan standar

deviasi 3,58, sedangkan untuk hasil belajar aspek afektif dengan model

pembelajaran konsiderasi diketahui nilai terendah 85,00 dan nilai tertinggi 102,00

Page 28: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

10

dengan rata-rata (x) 94,14 dan standar deviasi 4,22. Melihat rata-rata hitung hasil

belajar aspek afektif menunjukkan bahwa rata-rata hitung model pembelajaran

VCT lebih besar daripada rata-rata hitung model pembelajaran konsiderasi. Secara

umum hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada aspek afektif yang dicapai

siswa dengan menerapkan model pembelajaran VCT lebih unggul daripada siswa

yang menerapkan model pembelajaran konsiderasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun bermaksud untuk mengetahui apakah

model VCT dengan permainan terhadap motivasi dan hasil belajar afektif dalam

mata pelajaran PKn, serta seberapa besar pengaruh tersebut, khususnya pada

siswa kelas IV SDN Sidomulyo 2 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

Maka penyusun mencoba untuk melakukan penelitian terkait permasalahan di

atas.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah

sebagai berikut:

1) Pembelajaran PKn belum menggunakan model pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa pada proses pembelajaran.

2) Guru kurang kreatif dalam menggunakan media dan model pembelajaran

pada proses pembelajaran PKn.

3) Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran PKn.

4) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).

5) Pengembangan motivasi dan hasil belajar afektif siswa dengan model VCT

menggunakan permainan belum banyak digunakan pada Sekolah Dasar.

Page 29: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

11

Identifikasi masalah tersebut sangat berkaitan erat dengan penggunaan

model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran PKn,

model yang harus digunakan oleh guru adalah model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa dan meningkatkan pemahaman tentang materi. Penggunaan

model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan banyaknya materi dan alokasi

waktu yang disediakan. Model pembelajaran VCT dengan permainan dapat

melatih ketrampilan dan pengetahuan siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran

VCT dengan permainan dapat digunakan dalam pembelajaran PKn.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang muncul sangatlah

kompleks sehingga perlu dibatasi. Peneliti membatasi permasalahan yang akan

menjadi bahan penelitian yang memfokuskan penelitian dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan, yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran VCT dengan

permainan.

2. Variabel yang akan diteliti yaitu motivasi dan hasil belajar afektif siswa.

3. Materi yang dipilih pada mata pelajaran PKn kelas IV yaitu materi

Globalisasi.

4. Populasi yang dipilih yaitu siswa kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2

Kabupaten Magelang tahun ajaran 2015/2016.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah muncul perumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut.

Page 30: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

12

1) Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar PKn antara pembelajaran yang

menerapkan model pembelajaran VCT menggunakan permainan dengan

pembelajaran yang menerapkan model konvensional?

2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar afektif siswa antara pembelajaran

yang menerapkan model pembelajaran VCT menggunakan permainan dengan

pembelajaran yang menerapkan model konvensional?

3) Apakah penggunaan model pembelajaran VCT menggunakan permainan

efektif terhadap motivasi siswa pada pembelajaran PKn materi Globalisasi?

4) Apakah penggunaan model pembelajaran VCT menggunakan permainan

efektif terhadap hasil belajar afektif siswa pada pembelajaran PKn materi

Globalisasi?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan sasaran dari suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan. Dalam tujuan penelitian ini dijelaskan tentang tujuan umum

dan tujuan khusus berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan. Tujuan

umum merupakan tujuan yang bersifat umum dan skala cakupannya lebih luas,

menyeluruh. Tujuan khusus ialah tujuan tujuan yang bersifat khusus atau spesifik

dan lebih fokus dari suatu penelitian. Tujuan penelitian ini merupakan tolok ukur

keberhasilan penelitian. Tujuan penelitian secara rinci sebagai berikut.

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara umum

keefektifan penggunaan model VCT menggunakan permainan terhadap motivasi

dan hasil belajar afektif dalam mata pelajaran PKn.

Page 31: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

13

1.5.2 Tujuan Khusus

(1) Menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan motivasi belajar siswa kelas IV

antara yang menggunakan model pembelajaran VCT dengan permainan dan

yang menggunakan model konvensional pada pembelajaran PKn.

(2) Menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan hasil belajar afektif siswa kelas

IV antara yang menggunakan model pembelajaran VCT dengan permainan

dan yang menggunakan model konvensional pada pembelajaran PKn.

(3) Mendeskripsikan keefektifan penggunaan model pembelajaran VCT dengan

permainan terhadap motivasi belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKn.

(4) Mendeskripsikan keefektifan penggunaan model pembelajaran VCT dengan

permainan terhadap hasil belajar afektif siswa kelas IV pada pembelajaran

PKn.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat. Manfaat

yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Manfaat teoritis berarti bahwa hasil penelitian bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian.

Sedangkan manfaat praktis ialah manfaat yang bersifat praktik. Lebih lanjut,

manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian ini ialah sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian eksperimen ini diharapkan bermanfaat untuk

mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu dan

kualitas pendidikan. Dengan pemanfaatan model pembelajaran VCT akan

Page 32: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

14

memudahkan pencapaian dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, model

pembelajaran tersebut dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih bervariatif.

Dengan demikian, motivasi dan hasil belajar afektif siswa dapat meningkat

melalui penerapan model pembelajaran VCT .

1.6.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah.

Uraiannya sebagai berikut.

1.6.2.1 Bagi Siswa

(1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui

penerapan model pembelajaran VCT.

(2) Untuk meningkatkan hasil belajar afektif siswa dalam pembelajaran PKn

melalui penerapan model pembelajaran VCT.

(3) Model pembelajaran VCT menggunakan permainan mendorong siswa untuk

menemukan sendiri nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkah laku,

perbuatan serta pilihan-pilihan penting yang dibuatnya.

1.6.2.2 Bagi Guru

(1) Hasil dari penelitian dapat digunakan masukan bagi guru dalam mengadopsi

model pembelajaran VCT dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil

belajar afektif siswa dipembelajaran PKn.

(2) Hasil penelitian dapat memberikan gambaran kepada guru berkaitan dampak

dan manfaat penerapan model pembelajaran VCT terhadap motivasi belajar

dan hasil belajar afektif siswa.

Page 33: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

15

(3) Kegiatan dan hasil penelitian dapat memotivasi guru untuk menggunakan

model pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

(4) Menambah wawasan guru dalam proses pembelajaran agar lebih

menyenangkan dan diterima oleh siswa.

1.6.2.3 Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah dasar di SDN

Sidomulyo 2 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dalam rangka perbaikan

sistem pembelajaran moral khususnya pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi

dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas layanan sekolah dalam

pembelajaran di kelas.

1.6.2.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

Page 34: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

16

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kajian teori berisi teori-teori dari

para ahli yang terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian

terdahulu yang relevan menguraikan penelitian-penelitian yang sejenis dengan

penelitian yang dilakukan. Pada bagian ini juga akan dikemukakan mengenai

kerangka berpikir yang menjelaskan keterkaitan teori. Hipotesis penelitian yang

menguraikan dugaan atau jawaban sementara peneliti yang akan diuji

kebenarannya melalui penelitian ini. Penjelasan lebih rinci akan dikemukakan

pada uraian berikut.

2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori akan dijelaskan mengenai definisi dan konsep tentang

hakikat belajar, hakikat pembelajaran, hakikat Pendidikan Kewarganegaraan,

motivasi belajar, hasil belajar afektif, model pembelajaran Value Clarification

Technique (VCT), model pembelajaran VCT Permainan, materi Globalisasi dan

karakteristik siswa SD. Kajian teori diuraikan sebagai berikut:

2.1.1 Hakikat Belajar

Slameto (2013: 2) menyatakan bahwa pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat

lain juga dikemukakan oleh Bruner dalam Ruminiati (2007: 1.9) menyatakan

bahwa kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan berjalan baik dan kreatif jika

Page 35: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

17

siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu dari apa

yang dipelajarinya. Untuk membuat siswa menemukan sendiri kesimpulan yang

ada, mereka memerlukan motivasi, minat, keinginan, dan dorongan dari dalam

dirinya. Menurut Hamalik (2015: 27) menjelaskan bahwa, belajar merupakan

sebuah proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil ataupun tujuan.

Dengan demikian, maka belajar bukan tentang mengingat dan menghafal saja,

melainkan merupakan pengalaman.

Rifa’i dan Anni (2011: 82-4) menjelaskan bahwa, belajar mempunyai tiga

unsur utama yang berpegang pada pendapat berbagai pihak, antara lain: belajar

berkaitan dengan perubahan perilaku, perubahan perilaku itu terjadi karena

didahului oleh proses pengalaman, dan perubahan perilaku karena belajar bersifat

relatif permanen. Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum

belajar diperlukan adanya perbandingan antara perilaku sebelum dan setelah

mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perbedaan perilaku, maka dapat

disimpulkan bahwa itu telah belajar.

Perubahan perilaku itu sendiri tidak semata-mata terjadi begitu saja

melainkan terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Pengalaman dalam

pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Perubahan

perilaku karena pertumbuhan dan kematangan fisik, seperti tinggi dan berat

badan, serta kekuatan fisik tidak disebut sebagai hasil belajar.

Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya

perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang adalah sukar untuk diukur.

Perubahan perilaku itu dapat berlangsung selama satu hari, satu minggu, satu

Page 36: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

18

bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Lama perubahan perilaku yang berlangsung

pada siswa tergantung dari bagaimana proses belajar belangsung. Proses belajar

yang tidak bermakna akan menghasilkan perubahan perilaku yang relatif singkat.

Proses belajar yang bermakna akan sebaliknya, perubahan berlangsung lama

namun proses belajar memerlukan inovasi dari proses belajar yang biasanya.

Proses belajar yang berbeda dari yang biasa ini mengakibatkan memori siswa

merekam belajar tersebut sebagai suatu perubahan perilaku bermakna. Karenanya,

untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna jangka panjang perlu ada

penerapan variasi dalam pembelajaran atau strategi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut hakikat belajar, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan proses. Belajar dikatakan sebagai proses apabila terjadi

perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh individu atau kelompok melalui

pengalaman-pengalaman yang didapatnya, dibantu oleh pakar pendidikan atau

sumber-sumber belajar.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah

“proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan

terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam

Udin S. Winataputra, dkk (2008: 1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

“Instruction is a set of events that affect learners is such a way that learning is

facilitated”. Gagne dalam Rifa’i dan Anni (2011: 192-3) juga menjelaskan bahwa,

Page 37: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

19

pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang

untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa eksternal dan proses internal

belajar saling mempengaruhi karena guru sebagai sumber belajar bagi siswa dan

siswa dapat belajar mandiri dengan bantuan guru. Pembelajaran berorientasi pada

bagaimana guru berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan

suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari

lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat

menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil itu

memberikan kemampuan pada siswa untuk melakukan berbagai penampilan.

Udin S. Winataputra, dkk (2008: 1.18) menyebutkan bahwa, pembelajaran

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan

meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena

itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi,

memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran

berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.

Selanjutnya Susanto (2013: 21) menjelaskan bahwa, kegiatan pembelajaran

adalah dalam rangka mengorganisasi lingkungan. Perkembangan tingkah laku

siswa dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan

sosial. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari rangkaian

komponen-komponen sistem pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak ada

atau tidak berfungsi maka proses pembelajaran otomatis akan terhambat dan tidak

berjalan lancar. Dalam pembelajaran diperlukan komponen-komponen yang

mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut

Page 38: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

20

meliputi: tujuan pembelajaran, subyek belajar, materi pelajaran, strategi

pembelajaran, media pembelajaran, serta penunjang yang meliputi buku pelajaran

dan fasilitas belajar.

Rifa’i dan Anni (2011: 194-7) menjelaskan bahwa, komponen-komponen

yang disebutkan di atas jika tersedia dan dilengkapi secara menyeluruh dan

maksimal akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien bagi siswa.

Dalam pemilihan penggunaan strategi pembelajaran misalnya, guru harus memilih

strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik materi sehingga dapat menentukan

model, metode atau teknik apa yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas.

Pemilihan strategi yang cocok dalam pembelajaran pasti akan membuat hasil

belajar maksimal. Oleh sebab itu, pembelajaran harus disusun sedemikian rupa

dengan memahami kemampuan yang harus dimiliki guru agar dapat melakukan

pembelajaran bermakna bagi siswa.

Pendapat lain juga disebutkan oleh Yusuf (1993) dalam Uno dan

Mohamad (2015: 173-174), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student

centered) melalui penggunaan prosedur yang tetap. Definisi ini mengandung arti

bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar

pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya.

Suatu proses belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar-

mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau ukuran

dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Berdasarkan beberapa

konsep tentang pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Page 39: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

21

adalah sebuah proses dimana didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa,

siswa dengan siswa lainnya, serta siswa dengan lingkungannya. Siswa akan

mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dalam jangka waktu

tertentu jika telah melakukan proses pembelajaran.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Belajar dan pembelajaran terjadi secara bersamaan. Belajar dan

Pembelajaran saling memiliki hubungan yang erat sehingga dapat dikatakan

saling berintegrasi. Belajar dilakukan untuk membentuk individu cakap dalam

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penerapan pembelajaran

membutuhkan kerjasama antara komponen satu dengan komponen yang lain,

sehingga menciptakan suatu proses pembelajara yang efektif. Setiap pembelajaran

memiliki tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui belajar.

Menurut Ruminiati (2007: 1-26) tujuan PKn adalah untuk membentuk

watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran

mata pelajaran PKn, menurut Mulyasa (2007) dalam Ruminiati (2007:1-26)

adalah untuk menjadikan siswa: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif

dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya;

(2) berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung

jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan; (3)

berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama

dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Pembelajaran PKn bertujuan

membentuk karakter pada diri siswa. Selain itu, pembelajaran PKn membantu

Page 40: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

22

siswa untuk mengaplikasikan suatu pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari. Hal tersebut tidak dapat dilakukan secara instan, maka dari itu

membutuhkan suatu proses belajar dan pembelajaran. Dengan demikian proses

pembelajaran tidak hanya membentuk kecerdasan atau memberikan keterampilan

tertentu saja, akan tetapi membentuk dan mengembangkan sikap agar siswa

berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku.

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa

“Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945”, sedangkan tujuannya, digariskan dengan tegas, “adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta antikorupsi.

2. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

3. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi.

Page 41: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

23

Dilihat dari rumusan tujuannya, tidak terdapat rumusan bahwa PKn

merupakan pendidikan nilai dan moral. Namun bila dikaji secara cermat dan

mendasar, pada setiap rumusan kualitas perilaku yang ingin dikembangkan

melekat sejumlah nilai dan moral. Kualitas perilaku yang terdapat dalam keempat

rumusan tujuan tersebut, yakni: berpikir kritis, berpikir rasional, berpikir kreatif,

partisipasi aktif dan bertanggung jawab, bertindak cerdas, hidup bersama dengan

bangsa-bangsa lain, menggunakan ICT untuk berinteraksi. Hal ini akan mudah

tercapai jika pendidikan nilai dan norma yang ditanamkan pada siswa sejak usia

dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk

membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan.

Menurut Cogan (1999: 4) dalam Susanto (2013: 224-225), menjelaskan

kedua istilah ini sebagai berikut (1) civic education (pendidikan masyarakat),

diartikan sabagai: ... the foundational course work in school designed to prepare

young citizens for an active role in their communities in their adult live (suatu

mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga

negara muda agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat),

(2) citizenship education (pendidikan warga Negara) atau education for

citizenship (pendidikan untuk warga Negara), diartikan sebagai: ... the more

inclusive term and encompassed both these in-school experiences as well as out-

of –school or’non-formal/informal’learning which takes place in the family, the

religious organization, community organizations, the media etc, which help to

shape the totality of the citizen (...merupakan istilah genetik yang mencakup

pengalaman belajar disekolah dan luar sekolah, seperti yang terjadi di lingkungan

Page 42: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

24

keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakata, dan

dalam media yang membantunya untuk menjadi warga Negara seutuhnya).

Pendidikan Kewarganegaraan dirancang untuk mempersiapkan generasi

muda agar aktif dimasyarakat di saat dewasa. Maka dari itu sudah sewajarnya

diajarkan dalam sekolah dasar, dengan mendapatkan PKn, siswa dapat belajar

dengan baik dengan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam

pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu

masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara yang berlandaskan pada Pancasila, UUD, dan norma-norma yang

berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

Djahiri (1996) dalam Susanto (2013: 228), esensi pembelajaran PKn bagi

anak adalah bahwa secara kodrati maupun sosiokultural dan yuridis formal,

keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai, moral, dan norma.

Secara tegas, Kosasih Djahiri dalam Susanto (2013; 228) menyatakan bahwa

dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak ada tempat dan waktu kehidupan

yang bebas nilai (value free), karena dengan nilai, moral, dan norma , akan

menuntut ke arah pengenalan jati diri manusia maupun kehidupannya.

Kenapa PKn itu perlu diajarkan kepada anak, sedikitnya ada tiga alasan

yang melandasinya, sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri (1996) dalam

Susanto (2013: 228), yaitu:

1. Bahwa sebagai makhluk hidup, manusia bersifat multikodrati dan multi-

fungsi peran (status); manusia bersifat multikomples atau neopluralistis.

Manusia memiliki kodrat Ilahi, sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Page 43: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

25

2. Bahwa setiap manusia memiliki: sense of ..., atau value of ..., dan

conscience of ...sense of...menunjukkan integritas atau keterkaitan atau

kepedulian manusia akan sesuatu. Sesuatu ini bisa materiel, imateriel, atau

kondisional atau waktu.

3. Bahwa manusia itu unik (unique human). Hal ini karena potensinya yang

multipotensi dan fungsi peran serta kebutuhan atau human desire yang

multiperan serta kebutuhan.

Sejalan dengan pendapat Djahiri, Dasim Budimansyah dan Sapriya (2012)

dalam Susanto (2013: 229), berpendapat bahwa pendidikan PKn sangat penting

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pendidikan PKn harus

dibangun atas dasar tiga paradigma, yaitu:

1. PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan

untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara

Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung

jawab.

2. PKn secara teoritis dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat

dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluens

atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai.

3. PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding

values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk

berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan

merupakan tuntutan bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,

Page 44: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

26

berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut ide, nilai, konsep,

dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk diajarkan di sekolah

dasar, karena usia anak sekolah dasar masih haus akan pengetahuan. Oleh karena

itu sangat penting dan tepat untuk memberikan konsep dasar tentang wawasan

Nusantara dan perilaku demokratis secara benar dan terarah, supaya membentuk

watak dan karakteristik warga negara yang baik. Jika salah dalam memberikan

pemahaman, maka akan berdampak terhadap pola pikir dan perilaku pribadi yang

akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar sangatlah penting.

2.1.4 Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012: 73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang

dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

oraganisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia

(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi

dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

Page 45: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

27

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi

memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ke tiga elemen tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu

sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan

persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak

atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan

atau keinginan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya

tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-

sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin siswa tidak

senang, mungkin sakit, lapar, ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti

pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk

melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan

semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-

musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan

yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan

rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya atau perlu diberikan motivasi.

Komponen motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) yaitu

kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Uraian sebagai berikut:

Page 46: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

28

1. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa

yang dimiliki dan yang ia harapkan.

2. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam

rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang

berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang

berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.

3. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut

mengarahkan perilaku dalam hal ini adalah perilaku belajar.

Menurut Sardiman (2012: 75), motivasi belajar adalah merupakan faktor

psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal

penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang

memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan

kegiatan belajar. Ibaratnya seseorang itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena

ia tidak tertarik pada materi yang diceramahkan, maka tidak akan mendengarkan,

apalagi mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali

karena paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa yang memiliki

inteligensia cukup tinggi, atau gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar

akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Maka kegagalan belajar siswa jangan

begitu saja menyalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil

dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan

siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa

agar pada dirinya tumbuh motivasi. Guru harus dapat menumbuhkan motivasi

yang ada dalam diri siwa saat pembelajaran berlangsung.

Page 47: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

29

2.1.5 Hasil Belajar Afektif dalam Mata Pelajaran PKn

Pada bagian ini akan dijelaskan pengertian hasil belajar PKn dan hasil

belajar afektif dalam mata pelajaran PKn. Uraiannya sebagai berikut:

2.1.5.1 Hasil Belajar PKn

Cara mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah salah satunya dengan

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan faktor yang penting,

karena salah satu alat ukur yang digunakan oleh guru untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Menurut Rifa’i dan

Anni (2011:85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa

setelah mengalami kegiatan belajar. Dengan melakukan belajar, pengetahuan dan

keterampilannya akan bertambah, serta penguasaan nilai-nilai dan sikapnya

bertambah pula. Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2011: 86-90) menyatakan hasil

belajar meliputi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yang meliputi

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraiannya sebagai berikut.

1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual. Mencakup kategori pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penelitian.

2. Ranah afektif, berkaitan dengan hasil belajar berupa perasaan, sikap, minat,

dan nilai. Mencakup kategori penerimaan, penanggapan, penilaian,

pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor, berkaitan dengan hasil belajar berupa kemampuan fisik

seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi

syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotor yaitu persepsi,

Page 48: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

30

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian, dan kreativitas.

Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2013: 5) hasil belajar salah

satunya berupa sikap yang dijelaskan bahwa kemampuan menerima atau menolak

objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Menurut Hamalik (2015: 30)

hasil belajar merupakan bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu

dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Pengertian hasil belajar menurut Winkel dalam Purwanto (2014: 45)

adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Sementara itu Suprijono (2013: 5) mengemukakan hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Dari pendapat tersebut disimpulkan hasil belajar adalah

kemampuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru. Perlakuan yang diberikan berupa kegiatan

membimbing, mendidik, mengajar, sehingga siswa dapat mengontruksikannya

dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan hasil belajar Pkn tidak hanya berupa

kemampuan intelektual melainkan pada sikap dan tingkah laku. Melalui model

pembelajaran siswa dapat menginternalisasi nilai yang sudah dimiliki dengan nilai

baru.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80), ada tiga komponen utama

dalam motivasi yaitu: 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan 3) tujuan. Hamiyah dan

Jahar (2014: 88) penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,

Page 49: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

31

observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, daftar cek, skala sikap,

angket, ungkapan perasaan, catatan anekdot, dan lain-lain. Menurut Ahmadi dan

Amri (2012: 213) penilaian sikap adalah penilaian terhadap aspek-aspek non

intelektual seperti sikap, minat, motivasi, dan sebagainya. Penilaian afektif

diperlukan karena akan berpengaruh pada perilaku siswa di masa depan.

2.1.5.2 Hasil Belajar Afektif dalam PKn

Model pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

Secara umum pembelajaran saat ini mengutamakan aspek kognitif sebagai dasar

menentukan keberhasilan siswa, padahal aspek afektif dan psikomotor juga

mendukung keberhasilan belajar siswa. Terjadi ketidakseimbangan antara ketiga

aspek belajar tersebut. Aspek afektif merupakan aspek yang tidak banyak dinilai

dalam hasil belajar. Pada aspek afektif sangat sulit diukur karena masalah afektif

ini bersifat kejiwaan, perasaan, sikap, minat, dan apresiasi. Berbeda dengan

pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat

diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan pembentukan

sikap dapat dilihat pada rentang waktu yang cukup panjang. Menurut Hamalik

(2015: 27) hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan. Aspek afektif sesungguhnya merupakan dimensi yang

paling substansi dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dapat dikatakan aspek

afektif muara dari dua aspek yang lain seperti kognitif dan psikomotorik. Dengan

memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata

pelajaran ini ditandai dengan adanya penekanan pada karakter, sikap, dan potensi

lain yang bersifat afektif.

Page 50: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

32

Menurut Widoyoko (2014: 50) penilaian sikap dapat dilakukan dengan

beberapa cara yaitu, observasi perilaku, penilaian diri sendiri, penilaian antar

teman dan penilaian jurnal atau angket. Penilaian afektif diperlukan karena akan

berpengaruh pada perilaku siswa di masa depan. Menurut Krathwohl dalam

Widoyoko (2014: 41) ada beberapa jenis kategori aspek afektif, antara lain:

1) Receiving atau menerima: kepekaan menerima rangsangan (stimulus) yang

datang dari luar.

2) Responding atau respons: reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap

stimulus dari luar.

3) Valuing atau nilai: berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

stimulus.

4) Organization atau organisasi: pengembangan nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain.

5) Characterization atau karakteristik: nilai atau internalisasi nilai, keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

Sependapat dengan Krathwohl dalam Widoyoko, Uno dan Mohamad

(2015: 70) menjelaskan aspek afektif meliputi A1 hingga A5, dengan penjelasan

sebagai berikut A1 = penerimaan, A2 = tanggapan, A3 = berkeyakinan, A4 =

Pengorganisasian, dan A5 = tingkat karakteristik/pembentukan pola. Tipe hasil

belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Seseorang yang

berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil

pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua tenaga pendidik harus mampu

Page 51: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

33

membangkitkan motivasi semua siswa untuk mencapai kompetensi yang telah

ditentukan. Selain itu ikatan emosional diperlukan untuk membangun semangat

kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan

sebagainya. Dengan demikian untuk mendapatkan hasil belajar aspek afektif yang

baik siswa harus mengetahui pengetahuan kewarganegaraan. Berkaitan dengan hal

tersebut diharapakan siswa memiliki keterampilan secara intelektual maupaun

partisipatif dalam kegiatan pembelajaran PKn. Dan pada akhirnya, pengetahuan

dan keterampilan akan membentuk menjadi suatu karakter yang mengarah pada

sikap dan tingkah laku sehari-hari. Disimpulkan untuk mengetahui hasil belajar

siswa pada aspek afektif dengan menilai perubahan sikap dan tingkah laku yang

terjadi pada siswa tanpa mengabaikan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki. Penilaian sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait

kecenderungan merespon sesuatu.

2.1.6 Materi Globalisasi

Mata pelajaran PKn kelas IV sekolah dasar pada semester genap dibagi

menjadi 2 standar kompetensi, yaitu: Mengenal Sistem Pemerintahan Tingkat

Pusat dan Menunjukkan Sikap terhadap Globalisasi di Lingkungannya. Standar

kompetensi Menunjukkan Sikap terhadap Globalisasi di Lingkungannya terdiri

dari tiga kompetensi dasar, yaitu Memberikan contoh sederhana pengaruh

globalisasi di lingkungannya, mengidentifikasi jenis budaya indonesia yang

pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional, dan menentukan sikap

terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

Pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas kompetensi dasar

memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya yaitu:

Page 52: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

34

2.1.6.1 Pengaruh Globalisasi

2.1.6.1.1 Pengertian Globalisasi

Kata "globalisasi" diambil dari kata globe yang artinya bola bumi tiruan

atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe menjadi global, yang berarti universal

atau keseluruhan yang saling berkaitan. Jadi, globalisasi adalah proses

menyatunya warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi kelompok

masyarakat. Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya

globalisasi di dunia.

1. Adanya sikap saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lain

terutama di bidang ekonomi;

2. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup;

3. Berkembangnya barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan

internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya;

4. Peningkatan interaksi kultural (kebudayaan) melalui perkembangan media

massa.

2.1.6.1.2 Dampak Globalisasi

Kemajuan teknologi berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya

antara lain sebagai berikut:

- Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi

- Meningkatnya perekonomian masyarakat dalam suatu negara

- Meluasnya pasar untuk produk dalam negeri

- Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik

- Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

Page 53: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

35

Sedangkan dampak negatif dari adanya globalisasi antara lain:

- Gaya hidup bebas, narkoba, dan kekerasan menjadi mudah masuk dalam

kehidupan masyarakat Indonesia.

- Masyarakat cenderung mementingkan diri sendiri karena banyaknya barang

yang dijual, maka masyarakat menjadi konsumtif.

2.1.7 Model Pembelajaran

Mills dalam Suprijono (2011: 45) mengungkapkan bahwa model

merupakan bentuk reoresentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

Model juga dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan. Istilah yang biasa

digunakan yaitu model pembelajaran. Menurut Suprijono (2011: 45-6), ada

beberapa pengertian model pembelajaran, yaitu:

1. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

2. Model pembelajran merupakan pola yang digunakan untuk penyusunan

kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

3. Model pembelajaran dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu, model

pembelajaran juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu pola berisi langkah-langkah yang dijadikan

sebagai acuan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Penggunaan model

Page 54: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

36

pembelajaran akan membantu guru dan siswa dalam kelancaran proses

pembelajaran, serta memperoleh hasil belajar afektif yang optimal melalui

motivasi belajar dan aktivitas belajar siswa.

2.1.8 Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)

Model pembelajaran VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu

siswa dalam mencari dan menemukan suatu nilai yang dianggap baik dalam

menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang ada dan

tertanam dalam diri siswa (Sanjaya: 2006:283) dalam Taniredja (2012: 88-9).

Menurut Hall (1973) dalam Adisusilo (2014: 145) mengartikan VCT “By value

clarification we mean a methodology or process by which we help a person to

discover values through behavior, feelings, ideas and through important choices

he has made and is continually, in fact, acting uponin and through his life”.

Penjelasannya dengan klarifikasi nilai, siswa tidak disuruh menghafal dan tidak

disuapi dengan nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu

untuk menemukan, menganalisis, mempertanggungjawabkan, mengembangkan,

memilih, mengambil sikap serta mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri. Salah

satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap

adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah

ada kemudian menyelaraskannya dengan nilai baru yang hendak ditanamkan.

Menurut Taniredja (2012 :88) model pembelajaran VCT dalam

pembelajaran PKn bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang nilai, sehingga

dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan

dicapai.

Page 55: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

37

2. Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat

maupun sifat yang positif maupun negatif untuk selanjutnya ditanamkan

kearah peningkatan dan pencapaian target nilai.

3. Menanamkan nilai-nilai tertentu pada siswa melalui cara yang rasional dan

diterima siswa.

4. Melatih siswa menerima dan menilai dirinya dan posisi nilai orang lain, serta

mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang berhubungan dengan

pergaulannya sehari-hari.

Taniredja (2012: 88) memaparkan prinsip model pembelajaran VCT dalam

Pembelajaran PKn SD sebagai berikut.

1. Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor antara lain

potensi diri, kepekaan emosi, intelektual, norma nilai masyarakat, sistem

pendidikan, dan lingkungan keluarga serta bermain.

2. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa

dan kekuatan nilai yang telah dimiliki pada siswa.

3. Nilai, moral, dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga

guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral dari setiap

siswa.

4. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi nilai

secara rasional, sehingga muncul kesadaran diri bukan karena rasa kewajiban

bersikap atau berbuat tertentu.

5. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, pembelajaran PKn melalui VCT

menuntut keterbukaan antara guru dengan siswa.

Page 56: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

38

Jarolimek (1977) dalam Taniredja (2012: 89-90) ada 7 tahap yang dibagi

dalam 3 tingkat. Uraiannya sebagai berikut.

1. Tingkat 1 Kebebasan Memilih. Pada tingkat ini terdapat 3 tahap: Memilih

secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya

baik. Nilai yang dipaksakn tidak aan menjadi miliknya secara penuh; memilih

dari beberapa alternatif, artinya menentukan pilihannya dari beberapa

alternatif pilihan secara bebas; memilih setelah melakukan analisis

pertimbanga konsekuensi yang akan timbul sebagai akibat atas pilihannya itu.

2. Tingkat 2 Menghargai. Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran:

Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya,

sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya; Menegaskan nilai

yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum, yaitu

menganggap bahwa nilai itu sebagai pilihannya sehingga harus berani dengan

penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.

3. Tingkat 3 Berbuat. Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran: Adanya

kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya; Mau

mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang menjadi

pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Jika dilihat dari tahap-tahap pelaksanaannya, pembelajaran VCT

sebetulnya menekankan bagaimana seseorang membangun nilai yang

dianggapnya baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya

nilai tersebut tertanam pada diri seseorang dan tidak mudah hilang. Menurut

Sanjaya (2013: 285), beberapa hal yang harus diperhatikan guru ketika melakukan

dialog pada proses pembelajaran menggunakan model VCT, yaitu:

Page 57: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

39

1. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat atau pesan –

pesan moral yang menurut guru dianggap baik.

2. Jangan memaksa siswa memberi respon tertentu apabila siswa memang tidak

menghendakinya.

3. Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, sehingga siswa akan

mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya.

4. Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada kelompok kelas.

5. Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok.

6. Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu.

7. Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam.

Jarolemik dalam Al-lamri dan Ichas (2006: 87-9) merekomendasikan

beberapa cara berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai, antara lain: (1) teknik

evaluasi diri dan evaluasi kelompok, (2) teknik lecturing, (3) teknik menarik dan

memberi percontohan, (4) teknik indotrinasi dan pembakuan kebiasaan, (5) teknik

tanya jawab, (6) teknik menilai suatu bahan tulisan, baik dari buku maupun tulisan

khusus yang dibuat guru, (7) teknik mengungkapkan nilai melalui permainan, dan

(8) teknik inkuiri nilai.

2.1.9 Model Pembelajaran VCT Permainan

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengungkapkan nilai dalam

suatu pembelajaran yang menerapkan model VCT yaitu dengan menggunakan

sebuah permainan yang mendidik dalam pembelajaran. Scannell dalam Kumar

dan Lighner (2007: 54) berpendapat bahwa “games get people involved and

clearly enhances their learning”. Maksud dari pernyataan itu adalah bahwa

Page 58: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

40

permainan membuat orang terlibat langsung dan tentu saja akan meningkatkan

pembelajaran mereka. Oleh karena itu, permainan yang mendidik perlu dilakukan

agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga

diharapkan motivasi belajar dan hasil belajar afektif meningkat. Selain itu,

permainan juga dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.

Langkah-langkah teknis pelaksanaan model pembelajaran VCT Permainan

menurut Al-lamri dan Ichas (2006: 88-9), yaitu:

1. Guru menanyakan kepada siswa apakah siswa suka bermain atau tidak.

2. Guru menentukan tema yang akan dibawakan dalam permainan

pembelajaran.

3. Guru membuat kesepakatan dengan siswa tentang waktu dan tempat yang

cocok untuk kerja kelompok, serta menyiapkan peralatan yang berupa kerja

siswa.

4. Guru menjelaskan makna dan tata cara permainan.

5. Guru dan siswa menyepakati pembagian kelompok.

6. Siswa berdiskusi dalam kelompok, kemudian dilanjutkan diskusi kelas.

7. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi bersama-sama.

Pada pelaksanaan proses pembelajarannya, langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran model VCT Permainan tersebut harus disesuaikan dengan langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran model VCT secara umum. Pembelajaran bisa

dimulai dengan dialog untuk mengetahui nilai-nilai yang dipilih siswa. Tahap

tersebut dapat diklarifikasikan sebagai tahap tingkat memilih. Kemudian, langkah-

langkah selanjutnya yaitu guru menentukan tema dan menjelaskan tata cara

Page 59: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

41

bermain. Guru dapat membat permainan secara individu maupun kelompok sesuai

dengan keadaan siswa. Permainan tersebut dapat mewakili langkah pembelajaran

model VCT tingkat menghargai, bahkan bisa juga sampai tingkat berbuat. Jika

permainan telah selesai dilaksanakan, guru dan siswa menyimpulkan bersama-

sama. Untuk memudahkan siswa, maka tulisan tersebut dilengkapi dengan

gambar, sehingga peneliti memilih menggunakan media kartu bergambar.

2.1.10 Karakteristik Siswa SD

Sebagai seorang guru, terutama guru sekolah dasar harus memiliki

pemahaman terhadap karakteristik siswa sekolah dasar. Dengan memahami

karakteristik siswa, guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat

berjalan sesuai yang diharapkan. Menurut Susanto (2013: 70), satu hal yang tidak

boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar adalah guru hendaknya

memahami karakteristik siswa yang akan diajarnya. Karena anak yang berada di

sekolah dasar tergolong anak usia dini, terutama di kelas awal.

Masa usia dini, merupakan masa yang pendek bagi seseorang, akan tetapi

pada masa itu justru masa-masa terpenting untuk seseorang. Hal tersebut

dikarenakan pada masa usia dini (usia sekolah dasar) potensi-potensi yang

dimiliki seseorang akan didorong untuk berkembang, jika pada masa ini dorongan

yang diberikan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki seseorang,

maka potensi-potensi tersebut akan berkembang dengan optimal. Sebaliknya, jika

pada masa usia sekolah dasar potensi yang dimiliki seseorang tidak didorong

maka potensi tersebut tidak akan berkembang dengan optimal. Oleh karena itu,

pemahaman guru mengenai karakter anak sekolah dasar sangatlah penting.

Page 60: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

42

Salah satu karakter anak sekolah dasar dapat dilihat dari perkembangan

kognitif anak. Menurut Piaget dalam Susanto (2013:77-78), yang menyatakan

bahwa setiap tahap perkembangan kognitif mempunyai karakteristik yang berbeda

yang secara garis besarnya dikelompokkan menjadi empat tahapan, yaitu: tahap

sensori motor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap

operasional formal.

1. Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun), pada tahap ini belum memasuki usia

sekolah.

2. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), pada tahap ini kemampuan skema

kognitifnya masih terbatas. Siswa suka meniru prilaku orang lain. Prilaku

yang ditiru terutama prilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang

pernah siswa lihat ketika orang lain itu merespon terhadap perilaku orang,

keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau.

3. Tahap operasional konkret (usia 7-11) tahun), pada tahap ini siswa sudah

mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan

jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan

beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta

didik sudah mampu berpikir sistematis mengenal benda-benda dan peristiwa-

peristiwa yang konkret.

4. Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini siswa sudah

menginjak usia remaja, perkembangan kognitif siswa pada tahap ini telah

memiliki kemampuan mengordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik

secara simultan (serentak) maupun berurutan.

Page 61: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

43

Berdasarkan teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Susanto

(2013; 78), maka anak usia sekolah dasar termasuk kedalam tahap operasional

konkret (usia 7-11 tahun). Menurut Susanto (2013: 79), pada rentang usia 7-11

tahun anak mulai menunjukkan prilaku belajar yang berkembang yang ditandai

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi

ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

2. Anak-anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami

aspek-aspek kumulatif materi, seperti : volume, jumlah, berat, luas, panjang,

dan pendek.

3. Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan

benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya.

4. Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan,

prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.

5. Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek,

lebar, luas, sempit, ringan, dan berat.

Berdasarkan penjabaran di atas, anak usia sekolah dasar berada pada

rentang 7-11 tahun pada tahap operasional konkret. Dimana siswa memiliki

perkembangan belajar yang memiliki ciri-ciri seperti yang dijelaskan diatas. Oleh

karena itu, pada pembelajaran PKn yang cenderung bersifat abstrak siswa

mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Jika hal itu

tidak diantisipasi, maka dapat berdampak pada hasil belajar yang rendah.

Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

penerapan metode pembelajaran VCT pada pembelajaran PKn. Melalui metode

Page 62: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

44

pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri

sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu berpikir konkret. Melalui membaca

materi-materi pembelajaran, siswa dapat memperoleh pemahaman tentang materi

yang sedang dipelajari. Berdasarkan pemahaman yang dimiliki siswa, maka siswa

dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan materi. Usaha

yang dilakukan siswa untuk memperoleh jawaban atas persoalan yang ada

menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, siswa bekerjasama dengan

teman sekelompoknya, mengamati pendapat orang lain dan berani mengungkap

pendapat. Sehingga persoalan yang dihadapi siswa dapat terjawab, dan kesulitan

yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran dapat diatasi, dan siswa dapat

mencapai aktivitas belajar yang optimal.

2.2 Kajian Empiris

Berdasarkan penelitian sebelumnya model pembelajaran VCT sudah

pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Ike Lisnawati (2012) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

Melalui Metode Value Clarification Technique (VCT) Pada Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan kelas V SDN Karang Waru 2 Tahun Pelajaran

2011/2012”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya peningkatan

aktivitas belajar pada pembelajaran PKn yang dapat dilihat dari aktivitas siswa

dalam memperhatikan penjelasan guru sebelum tindakan kelas 55,56%, siklus I

66,67%, siklus II 77,78%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa melalui

metode VCT dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas

V SDN Karang Waru 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Page 63: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

45

Penelitian yang dilakukan oelh Dhull dan Kumar dengan judul

“Development of Moral Reasoning in the Context of Intelligence and Socio-

Economic Status Following Value Clarification”. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa Model Klarifikasi Nilai memiliki efek positif pada

pengembangan penalaran moral anak. Hal ini diperkuat dengan output rata-rata

pretest dan posttest pada penalaran moral anak. Berdasarkan penelitian tersebut

menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestest pada penalaran moral anak adalah

15.2100 dengan Standard Deviation 2.739. Ini berarti nilai pretest dan posttest

berbeda secara signifikan karena nilai t keluar menjadi 9.13 pada signifikan

tingkat 01. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai hasil dari Model Klarifikasi Nilai

skor penalaran moral anak meningkat secara signifikan.

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Anwar dengan judul

“Perbedaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique dan Model

Pembelajaran Konsiderasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

pada Aspek Afektif (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun

Ajaran 2011/2012). Hasil dari penelitian tersebut telah dimuat pada Journal

Educitizen, Vol. 1 No. 1 Juni 2013. Berdasarkan deskripsi data dan pengujian

hipotesis yang dijelaskan terdapat perbedaan yang signifikan antara model

pembelajaran VCT dan model pembelajaran konsiderasi terhadap hasil belajar

aspek afektif. Hal ini dibuktikan dengan data penelitian yang menunjukkan hasil

belajar aspek afektif dengan model pembelajaran VCT diketahui nilai terendah

90,00 dan nilai tertinggi adalah 105,00 dengan rata-rata (x) 96,46 dan standar

deviasi 3,58, sedangkan untuk hasil belajar aspek afektif dengan model

Page 64: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

46

pembelajaran konsiderasi diketahui nilai terendah 85,00 dan nilai tertinggi 102,00

dengan rata-rata (x) 94,14 dan standar deviasi 4,22. Melihat rata-rata hitung hasil

belajar aspek afektif menunjukkan bahwa rata-rata hitung model pembelajaran

VCT lebih besar daripada rata-rata hitung model pembelajaran konsiderasi. Secara

umum hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada aspek afektif yang dicapai

siswa dengan menerapkan model pembelajaran VCT lebih unggul daripada siswa

yang menerapkan model pembelajaran konsiderasi.

Sementara itu, Waskita (2013) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification

Technique (VCT) dalam Pembelajaran PKn Pokok Bahasan Sikap terhadap

Pengaruh Globalisasi pada Siswa Kelas IV Di SDN Badean 1 Jember”. Jenis

penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Kesimpulan

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran VCT tipe analisis nilai

membuat siswa menjadi aktif dan paham terhadap konsep materi yang diajarkan

sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas dan hasil

belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran VCT tipe analisis nilai

mengalami peningkatan yang signifikan secara klasikal. Presentase ketuntasan

klasikal aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah 68%. Sedangkan persentase

aktivitas belajar siswa pada siklus 2 adalah 83%, sehingga dari siklus 1 ke siklus 2

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan 15%. Hasil belajar siswa pada

siklus 1 adalah 71% dengan jumlah siswa yng tuntas sebanyak 29 siswa dan yang

tidak tuntas sebanyak 12 siswa, sedangkan persentase belajar pada siklus 2

sebesar 85% dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 35 dan tidak tuntas sebanyak 6

Page 65: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

47

siswa. Dengan demikian, peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2

adalah 14%.

Penelitian yang dilakukan oleh Rai dengan judul “Comparative

Effectiveness of Value Clarification and Role Playing Value Development Models

for Selected Values for Primary School Students”. Pada penelitian ini dijelaskan

bahwa dalam mengidentifikasi nilai yang relevan bagi anak sekolah dasar peneliti

menggunakan dua model pembelajaran untuk mengetahui nilai kejujuran,

patriotsme, kepedulian, disiplin dan keberanian. Dua model pembelajaran yang

digunakan yaitu Value Clarification Model dan Role Playing Model, selanjutnya

dilihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan dengan penerapan kedua model

pembelajaran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan nilai dari tingkat yang rendah ke tahap nilai yang lebih tinggi

dari masing-masing nilai. Dengan penghitungan melalui statistik disimpulkan

Model Klarifikasi Nilai dan Model Bermain Peran terbukti efektif untuk

penanaman nilai-nilai yang dipilih.

Penelitian yang dilakukan oleh Putu Eka Pratama dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Value Clarification Technique Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa

Kelas V”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar

PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran VCT dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan

pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar PKn siswa

pada kelompok dengan rata-rata (M)= 23,43 tergolong kategori sangat tinggi dan

hasil belajar PKn siswa pada kelompok kontrol dengan rata-rata (M)= 18,67

Page 66: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

48

tergolong kategori tinggi. thit = 15,45 dan ttab = 2,021 pada taraf signifikansi 5%,

yang berarti thit > ttab, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan menunjukkan penerapan pembelajaran Value

Clarification Technique (VCT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn

siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh Fairizah Haris dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) untuk Meningkatkan

Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan Pada Siswa Sekolah Dasar. Pada

penelitian ini dijelaskan bahwa aktivitas guru melalui penerapan model

pembelajaran VCT di kelas V mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hal ini

ditunjukkan dengan diterapkannya langkah-langkah model pembelajaran VCT

dengan lengkap. Aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran VCT juga

mengalami peningkatan, yang paling menonjol adalah aktivitas di analisis dan

persentasi hasil diskusi kelompok. Siswa yang dulunya pasif menjadi lebih aktif

dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Hasil belajar afektif penanaman nilai

terjadi pada setiap siklusnya, hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran VCT dapat meningkatkan kesadaran nilai menghargai jasa

pahlawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anggarini dengan judul “Pengaruh

Model Pembelajaran VCT Berbantuan Media Gambar Terhadap Nilai Karakter

Siswa Kelas V SD Gugus VI Tajun”. Hasil penelitian ini yaitu terdapat perbedaan

yang signifikan pada nilai karakter antara siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran VCT berbantuan media gambar dan siswa yang dibelajarkan dengan

Page 67: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

49

model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus VI Tajun, yang

diperoleh dari hasil perhitungan uji-t dengan thit sebesar 5,47 , sedangkan ttab

adalah 2,035. Hal ini berarti thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0

ditolak dan H1 diterima. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa

penerapan mosel pembelajaran VCT berbantuan media gambar berpengaruh

positif terhadap nilai karakter siswa dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional, yang juga nampak pada nilai rata-rata eksperimen > nilai rata-rata

kontrol yaitu 76,35 > 65,67.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wijianti dengan judul “Penerapan

Model VCT untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Materi Nilai

Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Bagi

Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri Wirogunan 03 Kartasura Tahun Pelajaran

2014/2015”. Hasil penelitian bahwa penerapan model VCT dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Hal ini ditunjukkan dengan

meningkatnya aktivitas belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Jumlah siswa dengan aktivitas belajar kategori aktif mengalami peningkatan dari

sebesar 15,38% pada kondisi awal, meningkat menjadi 30,77 pada tindakan siklus

I, kemudian meningkat menjadi 53,85% pada tindakan siklus II. Penerapan model

VCT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi

Nilai Kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara bagi

siswa kelas VI semester 1 SD Negeri Wirogunan 03 Kartasura tahun pelajaran

2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil

belajar dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang

dilakukan.

Page 68: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

50

Penelitian yang dilakukan oleh Hary Fajar Junianto dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran VCT (Value

Clarification Technique) pada Mata Pelajaran PKn kelas V di SD Negeri 2

Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian hasil belajar

siswa sebelum dilaksanakan tindakan sebesar 35%, atau sebanyak 7 siswa

mendapatkan nilai ≥ 65 (KKM) dari 20 siswa, pada pelaksanaan siklus I

meningkat sebesar 65% atau sebanyak 13 siswa mendapat nilai ≥ 65 (KKM), dan

pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan sebesar 85% atau sebanyak 17

siswa mendapatkan nilai ≥ 65 (KKM). Berdasarkan penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa melalui penerapan Model Pembelajaran VCT dapat

meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V di SD

Negeri 2 Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Selpiyanti Novia dengan judul “Meningkatkan

Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui VCT di Kelas GKLB Sabang”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini semua kriteria

aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis penilaian afektif dan psikomotor

siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi

kriteria yang ditetapkan pada indikator kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa

kerjasama siswa dapat ditingkatkan, siswa merasa senang dan termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran, memudahkan siswa memahami pelajaran yang

dipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman

belajar melalui kerjasama dalam belajar kelompok.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian yang akan

dilakukan merupakan baru. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa

Page 69: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

51

perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan.

Beberapa perbedaannya terletak pada bentuk dari VCT yang digunakan, sekolah

dan materi yang digunakan. Peneliti akan menerapkan model pembelajaran VCT

Permainan pada proses pembelajaran PKn materi Globalisasi. Motivasi belajar

dan hasil belajar afektif siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran

diharapkan akan meningkat seperti pada penelitian sebelumnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn sangat menekankan pada pembelajaran sikap atau

afektif siswa. Biasanya, pembelajaran PKn yang dilakukan di SD masih

menerapkan metode ceramah yang monoton. Hal demikian membuat hasil belajar

afektif siswa menjadi kurang optimal. Seharusnya, pembelajaran PKn dilakukan

dengan cara yang menyenangkan, serta disesuaikan dengan karakteristik siswa

SD. Penerapan pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa lebih

mudah menerima dan menerapkan materi yang diajarkan. Karakteristik siswa SD

masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu, siswa SD masih

membutuhkan visualisasi dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran VCT merupakan salah satu model pembelajaran yang

digunakan sebagai sarana pengungkapan suatu nilai yang baik dan selanjutnya

akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu teknik penyampaiannya

yaitu dengan melakukan suatu permainan. Permainan dilakukan dengan

menggunakan media pembelajaran berupa kartu bergambar. Penggunaan kartu

bergambar bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang

abstrak. Dengan menerapkan model pembelajaran VCT Permainan, diharapkan

Page 70: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

52

pembelajaran yang dilakukan akan lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar afektif siswa.

Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan melalui bagan sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap perumusan masalah yang

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan kajian pustaka

serta kerangka berpikir, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut.

Siswa

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model pembelajaran

VCT Menggunakan

Motivasi belajar dan

Hasil Belajar Afektif

Model pembelajaran

Konvensional yang berupa

ceramah, tanya jawab, dan

Motivasi belajar dan Hasil

Belajar Afektif Siswa

Dibandingkan

Ada atau tidak perbedaan motivasi belajar dan hasil

belajar afektif yang pembelajarannya menerapkan

model pembelajaran VCT Menggunakan Permainan

dan yang menerapkan model konvensional

Page 71: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

53

(1) Ho1: Tidak ada perbedaan motivasi belajar siswa dalam pelajaran PKn pada

materi Globalisasi yang menerapkan model pembelajaran VCT

Menggunakan Permainan dan yang menerapkan model pembelajaran

konvensional.

Ho: µ1 = µ2

Ha1: Ada perbedaan motivasi belajar siswa dalam pelajaran PKn pada

materi Globalisasi yang menerapkan model pembelajaran VCT

Menggunakan Permainan dan yang menerapkan model pembelajaran

konvensional.

Ha: μ1 ≠ μ2 (berbeda)

(2) Ho2: Tidak ada perbedaan hasil belajar afektif siswa dalam pelajaran PKn

pada materi Globalisasi yang menerapkan model pembelajaran VCT

Menggunakan Permainan dan yang menerapkan model pembelajaran

konvensional.

Ho: μ1 ≤ μ2

Ha2: Ada perbedaan hasil belajar afektif siswa dalam pelajaran PKn pada

materi Globalisasi yang menerapkan model pembelajaran VCT

Menggunakan Permainan dan yang menerapkan model pembelajaran

konvensional.

Ha: μ1 ≠ μ2

(3) Ho3: Penggunaan model pembelajaran VCT dengan permainan tidak efektif

terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn materi Globalisasi.

Page 72: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

54

Ho: μ1 ≤ μ2

Ha3: Penggunaan model pembelajaran VCT dengan permainan efektif

terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn materi Globalisasi.

Ha: µ1 > µ2

(4) Ho4: Penggunaan model pembelajaran VCT dengan permainan tidak efektif

terhadap hasil belajar afektif siswa pada pembelajaran PKn materi

Globalisasi.

Ho: μ1 ≤ μ2

Ha4: Penggunaan model pembelajaran VCT dengan permainan efektif

terhadap hasil belajar afektif siswa pada pembelajaran PKn materi

Globalisasi.

Ha: µ1 > µ2

Page 73: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

148

BAB 5

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasan pada

pembelajaran PKn materi Globalisasi dengan menerapkan model pembelajaran

VCT dengan Permainan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2 Magelang,

maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada pembelajaran

PKn materi Globalisasi dengan menggunakan model VCT dengan Permainan pada

siswa kelas IV SD Negeri Sidomulyo 2 Kabupaten Magelang menunjukkan

bahwa :

(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan model VCT

dengan permainan terhadap motivasi belajar siswa dengan pembelajaran

yang menerapkan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa motivasi belajar siswa kelas IV pada pembelajaran PKn

materi Globalisasi yang proses belajarnya menggunakan penerapan model

VCT dengan Permainan lebih baik daripada yang proses belajarnya

menggunakan pembelajaran konvensional.

(2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil

belajar afekif siswa yang pembelajarannya menerapkan model VCT

dengan permainan dengan hasil belajar afektif siswa dengan yang

pembelajarannya menggunakan model konvensional. Dengan demikian,

Page 74: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

149

dapat dikatakan bahwa hasil belajar afektif siswa kelas IV pada

pembelajaran PKn materi Globalisasi yang proses belajarnya

menggunakan model VCT dengan permainan lebih baik daripada yang

proses belajarnya menggunakan pembelajaran konvensional.

(3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model VCT dengan

permainan terhadap motivasi belajar siswa lebih efektif dari pada motivasi

belajar siswa dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model VCT dengan permainan efektif

terhadap motivasi belajar siswa. Sebaliknya, penerapan pembelajaran

konvensional kurang efektif terhadap motivasi belajar siswa. Dari

penghitungan diperoleh 9,004 > 2,007 (thitung > ttabel) dan nilai signifikansi

yang diperoleh 0,000 < 0,05.

(4) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model VCT dengan

permainan terhadap hasil belajar afektif siswa lebih efektif dari pada hasil

belajar afektif siswa dengan pembelajaran konvensional. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model VCT dengan

permainan efektif terhadap hasil belajar afektif siswa. Sebaliknya,

penerapan pembelajaran konvensional kurang efektif terhadap hasil belajar

afektif siswa. Dari penghitungan tersebut diperoleh 5,615 > 2,007 (thitung >

ttabel) dan nilai signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan model pembelajaran VCT dengan

Permainan terbukti berpengaruh dan signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar

Page 75: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

150

afektif PKn siswa kelas IV SD Negeri Sidomulyo pada materi Globalisasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan motivasi dan hasil belajar afektif

siswa yang menerapkan model VCT dengan Permainan. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dalam meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar afektif

siswa dengan menerapkan model VCT dengan Permainan dalam pembelajaran

PKn di SD Negeri Sidomulyo 2, peneliti menyarankan:

5.2.1 Bagi Guru

(1) Menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran VCT dengan Permainan

dengan rinci dan jelas, sehingga siswa benar-benar mengetahui tata cara

pelaksanaan model pembelajaran VCT dengan Permainan dan

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang

direncanakan.

(2) Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan kontekstual, antara

lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi dan ada di sekitar siswa,

agar siswa mudah mengungkapkan dan menganalisis suatu nilai.

(3) Guru sebaiknya memberikan dorongan kepada siswa dan memberikan

tugas yang mengharuskan siswa untuk menunjukkan keberaniannya dalam

pembelajaran.

(4) Guru sebaiknya mengingatkan siswa saat menyampaikan pendapat dengan

bahasa yang sopan dan mengingatkan tentang pokok pembicaraan jika

siswa menyampaikan pendapat di luar pokok pembicaraan karena

menyampaikan bahasa dengan sopan merupakan pembelajaran dalam

penanaman atau internalisasi nilai aspek afektif.

Page 76: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

151

(5) Guru seharusnya memberikan pertanyaan spontan dan mendekati siswa

yang tidak mendengarkan pendapat dari siswa lainnya saat permainan

berlangsung, sehingga lebih berkonsentrasi dan mau menghargai pendapat

siswa lain.

5.2.2 Bagi Siswa

(1) Sebaiknya siswa memperhatikan tata cara pelaksanaan pembelajaran VCT

dengan Permainan yang disampaikan oleh guru. Sehingga siswa benar-

benar mengetahui tata cara pelaksanaan model pembelajaran VCT dengan

Permainan dengan jelas dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik

dan sesuai dengan apa yang direncanakan.

(2) Sebaiknya siswa menyampaikan pendapat saat permainan berlangsung

dengan tertib sesuai norma yang berlaku dan menggunakan kalimat yang

tepat. Sehingga dalam penerapan model pembelajaran VCT dengan

Permainan pada tahap internalisasi nilai, siswa sekaligus belajar mengenai

berbahasa yang baik.

(3) Sebaiknya siswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi dengan cara

menunjukkan keberaniannya dalam menjawab pertanyaan atau dalam

mengikuti permainan dalam pembelajaran tanpa rasa malu-malu.

5.2.3 Bagi Sekolah

(1) Memberikan keleluasaan kepada guru untuk menerapkan model

pembelajaran VCT dengan Permainan, khususnya pada mata pelajaran

PKn sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

(2) Memberikan fasilitas dan kelengkapan yang mendukung model

pembelajaran VCT dengan Permainan.

Page 77: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

152

(3) Melakukan pengawasan berkala terhadap pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di kelas, sehingga guru benar-benar melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Page 78: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

153

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2014. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaan Afektif. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Al-lamri, S. Ichas Hamid dan Tuti Istianti Ichas. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjendikti.

Anggarini, Dewi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran VCT Berbantuan Media Gambar Terhadap Nilai Karakter Siswa Kelas V SD Gugus VI Tajun.

Online. Available at http//ejournal.undiksha.ac.id/index.php (accesed:

7/05/16).

Anwar, Chairul. tt. Perbedaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique dan Model Pembelajaran Konsiderasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Aspek Afektif (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012). Dimuat pada

Journal Educitizen, Vol. 1 No. 1 Juni 2013.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penilaian Satuan Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Bahar, Asmaniar. 2008. Penilaian Ranah Afktif Pembelajaran PKn melalui Model Value Clarification Technique (VCT) Permainan. Jurnal Pembelajaran,

Vol. 30, No. 2 (2008:121-126).

Darmadi, Hamid. 2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Alfabeta.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djahiri, Achmad Kosasih. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games Dalam VCT. Bandung: PMPKN IKIP Bandung.

Elmubarok, Zaim.2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Ferdinand, Augusty. 2009. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Universitas

Diponegoro Press.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamiyah, Nur dan Mohammad Jahar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas.

Jakarta: Penerbit Prestasi Pustakarya.

Page 79: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

154

Haris, Fairizah.2013. Penerapan Model Pembelajaran VCT Untuk Meningkatkan Kesadaran Nilai Menghargai Jasa Pahlawan Pada Siswa Sekolah Dasar.

Online. Available at http://ejournal.unesa.ac.id. (Accesed: 08/05/16).

Huda, Miftakhul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva

Press.

Junianto, Hary. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran VCT Pada Mata Pelajaran PKn Kelas V di SD Negeri Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2011/2012. Online. Available at

http://eprints.ums.ac.id/17518. (Accesed: 09/05/16)

Kumar, Rita dan Robin Lightner.2007. Games as an Interactive Classroom Technique: Perceptions of Corporate Trainers, College Instructions and Students. International Journal of Teaching and Learning in Higher

Education, Vol.19,No.1 (2007: 53-63).

Lisnawati, Ike.2012.Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Metode Value Clarification Technique (VCT) Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas V SDN Karang Waru 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.Online. Available at http://eprints.ums.ac.id. (Accesed

06/05/16)

Nasia, Selpiyanti.2014.Meningkatkan Kerjasama Siswa Pada Pembelajaran PKn melalui VCT di Kelas IV GKLB Sabang. Online. Available at http://

portalgaruda.org. (Accesed: 06/05/16).

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.

Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rai, Roli. 2014. Comparative Effectiveness of Value Clarification and Role Playing Value Development Models for Selected Values for Primary School Students. IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS).

Vol. 19. Issue 1. http://iosrjournals.org/. Diakses pada tanggal 24 Januari

2016.

Page 80: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

155

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:

UNNES Press.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad.2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:Kencana.

Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung:

Alfabeta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohammad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wijiyanti, Sri. (2015).Penerapan Model VCT Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Materi Dasar Negara Bagi Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Wirogunan 03 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.Online.

Available at http://www.academia.edu/14805882/Penelitian_Tindakan_

Kelas_PKn_SD (accesed 6/1/16).

Winataputra, Udin S, dkk. 2008.Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Waskita, Wirida Sari. 2013. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Technique

Page 81: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

156

(VCT) Dalam Pembelajaran PKn Pokok Bahasan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Kelas IV Di SDN Badean 1 Jember.Tidak diterbitkan.

Yonny, Acep. dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Familia.

Page 82: KEEFEKTIFAN MODEL VCT DENGAN PERMAINAN TERHADAP …lib.unnes.ac.id/28191/1/1401412544.pdf · 2017-12-06 · dalam pembelajaran PKn. Dengan menerapkan metode pembelajaran VCT dengan

292

Lampiran 50