KEDOKEL
-
Upload
nyoman-gina-henny-kristianti -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of KEDOKEL
LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA
PASIEN GIZI KURANG
PUSKESMAS KEDIRI III
Nama Mahasiswa :
Ni Wayan Ari Sawitri (0802005032)
Nyoman Gina Henny Kristianti (0802005062)
Pande Ayu Naya Kasih Permatananda (0802005110)
Dokter Pembimbing Kampus : Dr.
Dokter Pembimbing Puskesmas : dr.
1. Identitas Pasien
Nama : Putu Gede Arjun R. S.
Umur : 3 tahun, 1 bulan, 14 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Dusun Dauh Rurung, Desa Belalang, Kediri, Tabanan
Identitas Ayah Pasien
Nama : I Made Suambawa P.N
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : S1 (Sarjana Seni)
Pekerjaan : Wiraswasta (Pemahat patung)
1
Identitas Ibu Pasien
Nama : Ni Komang Suryati
Umur : 25 tahun
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Pendidikan : Tamat SMK
Pekerjaan : Housekeeper (Villa)
Keluarga dari pihak ayah
No. Nama Jenis
Kelamin
Umur Pekerjaan Hubungan
1 Ketut Sandya Pria 62 Wiraswasta (SD) Kakek pasien
2 Putu Dayu Wirati Wanita 59 Wiraswasta (SD) Nenek pasien
3 Swandewi PN Wanita 30 Villa (D2) Bibi pasien
Keluarga dari pihak ibu
No. Nama Jenis
Kelamin
Umur Pekerjaan Hubungan
4 I Nyoman
Lasion
Pria 65 wiraswasta (bikin
bata merah)
Kakek pasien
5 Ni Putu Sukarmi Wanita 60 IRT Nenek pasien
6 Ni Luh Indiani Wanita 31 Wiraswasta Bibi pasien
7 Ni Made Suanti Wanita 29 IRT Bibi pasien
8 I Gede Warta
Winangun
Pria 22 Wiraswasta Paman pasien
2
3
1 4
8
2
3
5
7
: laki-laki
: perempuan
: ayah pasien
: pasien
: ibu pasien
Keterangan :
6
2. Anamnesis
Keluhan utama : berat badan pasien tidak kunjung naik
Riwayat penyakit sekarang
Pasien terdiagnosa bergizi buruk sejak satu tahun yang lalu. Orang tua pasien
mengeluh pasien tampak kurus dibandingkan dengan anak seusianya, dan semenjak
umur 1 tahun berat badan pasien dirasaka tidak meningkat. Pasien rutin dibawa ke
Posyandu setiap bulan untuk ditimbang dan dikatakan bergizi kurang oleh kader
posyandu karena berat badannya tidak sesuai dengan umurnya saat diperiksa,
dibandingkan dengan anak seusianya. Pasien dikatakan saat ini lebih bersemangat dan
lebih aktif disbanding sebelumnya, dimana pasien dikatakan sering tampak lemas dan
tidak aktif bermain.
Saat ini pasien dikatakan hanya suka makan agar-agar, wafer, labu yang direbus
dan makanan ringan lainnya. Sejak umur 1,5 tahun, pasien lebih sering diasuh kakek
neneknya yang bekerja sebagai pedagang di pinggir pantai, sehingga pasien lebih
banyak makan makanan ringan dibanding makanan pokok. Pasien saat ini dikatakan
masih sulit makan, dalam 1 hari pasien makan hanya 1–2 kali, terkadang 3 kali jika
nafsu makannya bagus, dengan porsi setengah sendok nasi, karena pasien sulit makan
pasien diberikan oleh ibu bidan vitamin penambah nafsu makan yang dikonsumsi
hingga saat ini. Namun nafsu makan tidak kunjung bertambah.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien dikeluhkan sering demam, dalam satu bulan dapat terjadi dua kali disertai
batuk dan pilek. Apabila kondisi ini muncul pasien sulit tidur dan nafsu makannya
tambah berkurang. Pasien juga dikeluhkan mengalami diare kurang lebih dua bulan
yang lalu hingga mengakibatkan berat badan pasien menjadi turun. Sebelum pasien
berusia 1 tahun, pasien juga dikeluhkan sering mengalami mencret selama 1 minggu,
yang mengakibatkan berat badanya mengalami penurunan sebanyak 0,5 kg. Ketika
sakit pasien mendapatkan obat penurun panas dan antibiotik serta oralit.
Riwayat Kehamilan
Pasien dikatakan lahir cukup bulan, melalui persalinan normal dan segera
menangis setelah lahir, dengan berat badan saat lahir 2,9 kg, dengan panjang badan
4
lahir 49 cm, tanpa ditemukan adanya kelainan. Selama kehamilan ibu pasien mengakui
sering mengalami mual dan muntah, dari awal kehamilan hingga umur kehamilan 9
bulan. Nafsu makannya juga dirasakan menurun. Ibu pasien mengatakan rutin
memeriksan kandungannya setiap bulan ke bidan, namun pada usia kehamian 6 bulan
berat badan ibu pasien hanya mencapai 45 kg yang sama dengan berat badan ibu pasien
saat sebelum mengandung. Selain itu berdasarkan hasil USG yang didapatnya dari
pemeriksaan oleh dokter, dikatakan bahwa janin yang dikandungnya kecil. Kemudian
di bidan, ibu pasien diberikan vitamin tambahan sampai usia kehamilan 7 bulan.
Setelah ditimbang saat usia kehamilan 7 bulan berat badan ibu pasien meningkat
menjadi 50 kg, sehingga pemberian vitamin diberhentikan. Hingga akhirnya ketika
mendekati usia persalinan, berat badan ibu pasien mencapai 53 kg. Selama kehamilan
ibu pasien rutin mendapat tablet besi. Ibu pasien mengatakan memiliki riwayat jatuh
dalam keadaan terduduk saat umur kehamilan 6 bulan, namun saat diperiksa kehamilan
tidak ditemukan adanya masalah.
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat tumbuh kembang pasien :
- Pasien mampu duduk dengan bantuan saat berumur 4 bulan
- Pasien mampu berdiri sendiri umur 11 bulan
- Pasien mampu berbicara 1 kata (bapak, ibu) saat berumur 1 tahun
- Pasien mampu melambaikan dan menepuk-nepuk tangan saat berumur 1 tahun
- Pasien mampu berjalan dengan bantuan umur 1 tahun 3 bulan
- Pasien mampu berjalan lancar pada umur 1 tahun 5 bulan
- Pasien mampu mencoret-coret pada umur 1 tahun 5 bulan
Riwayat Nutrisi
Pasien dikatakan mendapatkan ASI ditambah dengan susu formula selama 6 bulan,
kemudian pada usia setelah 6 bulan pasien mulai mendapat makanan pendamping ASI
yaitu bubur susu. Setelah berumur 1 tahun, pasien tidak suka minum susu formula, dan
ibu pasien mulai mencoba memberikan bubur beras yang dicampur dengan sayur serta
hati ayam, namun pasien tidak mau makan. Pada umur 2 tahun pasien berhenti
mendapatkan ASI.
Riwayat Penyakit Keluarga
5
Nenek pasien dari ayah dikatakan memilliki riwayat asma kronis dan tekanan darah
tinggi. Tidak ditemukan adanya penyakit sistemik lainnya seperti kencing manis,
penyakit hati, ginjal dan penyakit lainnya. Sejak kecil kondisi ayah dan ibu pasien
mengalami hal yang sama seperti pasien yaitu sulit makan, sehingga secara fisik
tampak kurus.
Riwayat Sosial
Kedua orang tua pasien bekerja sebagai wiraswasta, dengan pengasilan yang dikatakan
mampu mencukupi kehidupan keluarga sehari-hari. Pasien merupakan anak pertama
dan cucu pertama dalam keluarga ayahnya, sehingga mendapatkan perhatian yang lebih
dari keluarga, dan apa saja keinginannya selalui diikuti. Ibu pasien mengatakan bahwa
pasien sering melempar barang jika keinginannya tidak dipenuhi. Saat berusia 0 -1,5
tahun pasien diasuh penuh oleh ibunya. Namun karena alasan bekerja, pasien diasuh
oleh kakek dan neneknya sejak berumur 1,5 tahun dan lebih sering diajak ikut berjualan
di warung di pinggir pantai. Pasien dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan
teman sebayanya. Ibu pasien juga mengatakan pasien lebih dekat dengan ibunya
dibanding dengan ayahnya.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi pasien dikatakan telah lengkap sesuai usia pasien. Pasien
mendapatkan imunisasi BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, dan campak.
3. Pemeriksaan fisik
Status present
Nadi : 90 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu aksila : 36,8°C
Berat badan : 10,2 kg
Panjang badan : 89 cm
Status general
Kepala : Normocephali, rambut tampak kusam, warna cokelat-kehitaman
Mata :Mata cowong (-)
6
Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, isokor, injeksi konjungtiva -/-
THT : - Telinga : sekret -/-
- Hidung : rhinorea -/-, serous, encer
- Tenggorok : hiperemi (-)
Toraks : - Inspeksi : statis dan dinamis: semetris; retraksi (-)
- Palpasi : simetris, normal
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : - cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
: - pulmo : wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen: - Inspeksi : distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+)
- Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba
- Perkusi : timpani di seluruh bagian abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
7
4. Alur Kunjungan Lapangan
Penatalaksanaan pasien dengan gizi buruk terdiri dari edukasi, terapi gizi medis,
stimulasi tumbuh kembang, dan intervensi lingkungan. Mengingat keterbatasan waktu
dalam pelaksanaan program ini, maka tahapan yang kami lakukan untuk dapat
mengakomodir penatalaksanaan gizi buruk tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penentuan Pasien di Puskesmas Kubu II
Hingga bulan Oktober 2012 terdapat 6 kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas
Kediri III. Hal ini menjadi pusat perhatian dan memerlukan penanganan khusus.
Kami mendapat daftar nama balita dan status gizi mereka yang dipantau oleh pihak
Puskesmas. Salah satu diantaranya bertempat tinggal di daerah yang sulit dijangkau
dekat Pantai, dengan akses jalan yang rusak akibat pembangunan. Pasien tersebut
dikatakan sudah mendapat perhatian dari puskesmas yakni bantuan makanan
tambahan sejak satu tahun terakhir, namun berat badan pasien dikatakan tidak
mengalami peningkatan sama sekali. Kami mendapat informasi mengenai pasien
dari pemegang program gizi ‘Ibu Anik’, yang selanjutnya menuntun kami untuk
pergi ke Pustu Belalang menemui bidan yang mengetahui dengan pasti lokasi rumah
pasien.
2. Kunjungan Pertama
Berdasarkan data status gizi pasien di Puskesmas dan wawancara dengan pemegang
program, kami mendapat gambaran mengenai pasien gizi buruk dan upaya yang
selama ini telah dilakukan oleh Puskesmas. Selanjutnya kami merujuk pada literatur
dan rekomendasi Depkes RI tentang penatalaksaan gizi buruk. Beranjak dari hal
tersebut kami datang ke rumah pasien tanggal 11 Oktober 2012 dan melakukan
beberapa upaya intervensi antara lain :
a. Memantau status gizi pasien terkini dengan melakukan penimbangan dan
pengukuran tinggi badan dan disesuaikan menurut tabel SK menteri tahun 2010
merujuk antropometri WHO 2005. Kami mendapati pasien menderita gizi buruk
berdasarkan kriteria BB/U dan sangat pendek menurut kriteria PB/U yang
dicocokkan dengan tabel tersebut. Kemudian pasien tergolong kurus
berdasarkan kriteria BB/PB
b. Edukasi pada orang tua pasien mengenai kondisi yang diderita oleh pasien,
mencakup status gizi, faktor risiko, komplikasi dan penatalaksanaan.
8
c. Fokus utama penanganan gizi kurang adalah memperbaiki status gizi dengan
pemberian asupan bergizi termasuk makanan tambahan. Selain itu juga penting
stimulasi anak sesuai dengan usia tumbuh kembangnya sehingga tercapai
perkembangan mental mengikuti pertumbuhan fisik yang memadai.
d. Pemberian makanan tambahan untuk tumbuh kejar, berupa susu full cream,
minyak sayur dan gula.
e. Edukasi mengenai jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan anak.
f. Edukasi mengenai asupan bergizi seimbang dan contoh resep masakan bergizi
sesuai kebutuhan pasien.
g. Edukasi mengenai kesehatan lingkungan rumah untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya infeksi yang berpengaruh terhadap gizi keluarga
terutama pasien.
h. Edukasi mengenai pentingnya stimulasi perkembangan mental anak melalui
terapi bermain oleh orang tua. Kami juga memberikan mainan edukatif usia
anak 36 bulan untuk menstimulasi tumbuh kembang anak sesuai usianya.
3. Kunjungan Kedua
Kunjungan kedua tanggal 19 Oktober 2012 bertujuan untuk mengevaluasi intervensi
yang sudah dilakukan selama satu minggu. Kami memantau kembali status gizi pasien
dengan menimbang berat dan mengukur panjang badan pasien. Adapun berat badan
pasien berhasil naik 0,2 Kg. Kondisi lingkungan rumah pasien tidak banyak berubah
namun kebersihan dalam rumah lebih terjaga. Demikian juga alat rumah tangga
tersusun rapi pada tempat yang jauh dari ternak. Hasilnya selama satu minggu terakhir
pasien tidak lagi batuk, pilek dan demam seperti yang dulu kerap kali dialami. Nafsu
makan pasien meningkat dan pasien bermain lebih aktif. Orang tua mengakui telah
rutin menemani anak bermain menggunakan mainan yang telah diberikan setiap hari
selama ± 30 menit dan pasien telah dapat menyusun donat sesuai dengan urutannya.
5. Daftar Masalah
Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
Orang tua pasien belum sepenuhnya mengerti mengenai kondisi pasien, antara lain
mengenai
a. Arti dari gizi kurang dan penatalaksaan terkait hal tersebut.
9
b. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang seperti asupan
makanan, kebersihan lingkungan tempat tinggal dan infeksi.
c. Akibat dari gizi kurang terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
anak.
Orang tua pasien belum mengerti akan arti penting stimulasi perkembangan mental
anak terutama terapi bermain bagi anak usia 36 bulan.
6. Analisis Faktor Risiko
a. Genetik
Adanya riwayat gizi kurang dan kebiasaan sulit makan pada orang tua
b. Perilaku
1. Berdasarkan wawancara kepada orang tua pasien didapatkan bahwa pasien
terbiasa makan makanan ringan dan untuk dituruti keinginannya. Pasien biasa
bermain dengan lingkungan sekitarnya.
2. Pola makan pasien tidak teratur bergantung pada nafsu makan pasien.
3. Ibu pasien terbiasa mencuci peralatan dapur dan makan dengan air cucian
berulang.
c. Lingkungan
Pasien tinggal di lingkungan pedesaan, dengan jumlah hunian dalam satu rumah
sebanyak 6 orang. Kebersihan rumah kurang. Ternak dibiarkan berkeliaran hingga
ke dalam rumah. Sumber air jauh dari tempat tinggal.
d. Pelayanan Kesehatan
1. Tempat tinggal pasien cukup dekat dengan Puskesmas Pembantu, namun
lokasinya cukup sulit dijangkau dari puskesmas induk.
2. Pemberian bantuan makanan tambahan oleh Puskesmas bergantung
padasumbangan dan alokasi dana Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan.
7. Analisis Kebutuhan Pasien
1. Kebutuhan Fisik-Biomedis
Analisa Kebutuhan Gizi
Perhitungan kebutuhan kalori bagi penderita ini dihitung sesuai dengan petunjuk
teknis tatalaksana gizi buruk Direktorat Bina Gizi. Usia pasien 36 bulan dan berat
badan pasien ,2 kilogram maka, kalori yang dibutuhkan = 7,2 kg x 200
kkal/kgbb/hr = 1440 kkal
10
Makanan bayi/ lumat 3 x =3 x 250 Kkal = 750 Kkal
F-100 : 4 x 150 cc = 4 x 150 Kkal = 600 Kkal
Sari buah 2 x 100 cc =2 x 45 Kkal = 90 Kkal+
Total = 1440 Kkal
Dengan perhitungan diatas maka dicoba untuk memberikan contoh resep masakan
sesuai kebutuhan kalori yang dianjurkan.
1. Bubur Ayam dan Sayuran (untuk anak umur 12-23 bulan)
Bahan :
25 gram beras
10 gram daging ayam cincang
25 gram wortel cincang
10 gram kacang merah
5 gram (1 sdt) minyak
½ sdm bawang merah
1 sdm kecap manis
Garam beryodium secukupnya.
Cara membuat:
1. Masak beras dengan air hingga menjadi nasi lembek atau bubur
2. Tumis daging ayam dengan bawang merah tambahkan kacang merah, wortel
dan sedikit kecap serta garam. Rebus sampai empuk.
3. Untuk menghidangkan, tuang tumisan di atas nasi lembek atau bubur
4. Berikan kepada balita selagi hangat.
2. Bola Tempe Saus Kuning (untuk anak umur 12-23 bulan)
Bahan :
100 gram tempe
20 gram tomat
1 sdt bawang putih cincang
1 sdm bawang merah cincang
2 butir kemiri
½ sdt kunyit iris
10 gram minyak untuk menggoreng
11
Untuk 1porsiNilai Gizi per porsi : Energi = 225 Kkal Protein= 7,6 gram
Untuk 4 porsiNilai Gizi per porsi : Energi = 250 Kkal Protein= 10 gram
Cara membuat:
1. Tempe dihaluskan hingga bisa dibulatkan dengan menggunakan 2 sendok
teh. Goreng dalam minyak panas
2. Buat bumbu dengan menghaluskan kemiri, kunyit, bawang putih.
3. Bumbu yang sudah dihaluskan di tumis dengan minyak dan bawang merah,
tambahkan tomat iris dan sedikit air.
4. Campurkan bola tempe ke dalam bumbu, dimakan dengan nasi 50 gram.
2. Kebutuhan Psikososial
Faktor psikososial
Dalam keadaan ini pasien sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari
keluarga. Terapi bersifat jangka panjang yang memerlukan kedisiplinan dan
pemantauan secara teratur. Selain itu stimulasi dari orang tua terhadap
perkembangan mental anak tidak kalah penting.
8. Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
1. Personal
Mengobati pasien dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar
mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, pasien ditangani secara holistik dari
semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan spiritual. Memberikan
konseling kepada seluruh orang tua untuk memberikan perhatian dan stimulasi
kepada pasien. Hal ini tercermin dari alur kunjungan yang telah kami lakukan,
terlihat juga dalam analisisis kebutuhan pasien.
2. Paripurna (komprehensif)
Pencegahan Primer :
a. Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai apa itu gizi buruk, faktor
risiko, status gizi, komplikasi dan penatalaksanaannya.
b. Mengetahui anak yang berisiko tinggi:
Anak yang berisiko tinggi antara lain:
1. Berat badan lahir rendah
2. Infeksi pada anak termasuk infeksi saluran pernafasan akut dan diare
3. Pola makan tidak teratur termasuk pemberian ASI
4. Imunisasi tidak lengkap
12
c. Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang
pentingnya perhatian orang tua terhadap perbaikan kondisi pasien.
d. Memberikan edukasi orang tua mengenai asupan bergizi seimbang.
e. Menganjurkan orang tua pasien membawanya ke Posyandu secara teratur
untuk dipantau status gizinya
Pencegahan Sekunder :
a. Terapi fase stabilisasi dengan pemberian makanan tambahan sesuai dengan
rekomendasi WHO.
b. Melakukan pemeriksaan status gizi secara teratur (pengobatan tepat).
c. Pemberian vitamin A dan tablet Fe.
d. Menganjurkan kepada orang tua pasien apabila terdapat anggota
keluarga yang mengalami gejala penyakit infeksi (demam, batuk, pilek, dan
berat badan menurun) untuk cepat memeriksakan diri ke dokter (deteksi
dini).
Pencegahan Tersier :
a. Memberi stimulasi berupa terapi bermain minimal selama 30 menit setiap
hari.
b. Hindari kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan stres pada anak.
c. Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa terdapat banyak komplikasi dari
gizi buruk seperti gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan
infeksi sekunder seperti pneumonia.
d. Apabila penderita mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan
penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.
3. Berkesinambungan
Pasien dipantau terus tentang status gizinya. Dalam hal ini pasien dianjurkan
untuk melanjutkan kebiasaan kontrol rutin tiap 1 bulan ke tempat pelayanan
kesehatan atau Posyandu.
4. Koordinatif dan Kolaboratif
a. Melakukan koordinasi dengan kader Posyandu untuk melakukan pengecekan
status gizi secara rutin.
b. Berkoordinasi dengan Puskesmas dalam rangka penyediaan makanan
tambahan bagi balita bergizi buruk.
13
c. Berkoordinasi dengan keluarga pasien untuk memberikan stimulasi kepada
pasien dan berperan aktif memberikan terapi pasien demi kesehatan dan
tumbuh kembang pasien.
5. Mengutamakan Pencegahan
Dalam upaya pencegahan telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk memberikan makanan
tambahan tumbuh kejar secara rutin.
b. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk membawa pasien ke
Posyandu setiap bulan untuk dipantau status gizinya.
c. Menganjurkan pada orang tua pasien untuk memberi stimulasi berupa
terapi bermain selama 30 menit setiap hari.
d. Mengajurkan pada orang tua pasien untuk melanjutkan imunisasi dan
pemberian suplemen tambahan sesuai jadwal.
e. Memberikan edukasi mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
6. Family and Community Oriented
Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang pentingnya
hidup sehat antara lain mengatur pola makan seimbang, tidak merokok dan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
KESIMPULAN :
Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana perjalanan
penyakit yang panjang sehingga diperlukan intervensi yang lama, kerja sama antar
berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan.
Intervensi bukan hanya terhadap penyakitnya saja. Akan tetapi, melihat manusia
seutuhnya. Kunjungan rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini dimana pendekatan
terhadap pasien beserta keluarganya dengan mengunakan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga menjadi prioritas.
Adapun yang telah kami laksanakan dalam Praktek Kedokteran Keluarga ini,
meliputi kegiatan :
Dalam gedung :
- Penemuan kasus Putu Gede Arjun dengan gizi kurang.
14
- Wawancara dengan pemegang program terkait kasus, terutama masalah
spesifik yang dialami pasien
- Pencatatan data status gizi pasien merujuk pada laporan Posyandu bulan
Septemer 2012.
Kunjungan rumah :
- Anamnesis dengan orang tua Putu Gede Arjun untuk mengidentifikasi
keluhan utama, faktor risiko, observasi tentang gambaran kesehatan keluarga,
dan gambaran tempat tinggal pasien.
- Memberikan penjelasan mengenai status gizi balita dan faktor-faktor
risiko gizi buruk, utamanya berfokus pada asupan bergizi seimbang,
pencegahan infeksi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
- Melakukan intervensi berupa saran-saran yang harus dilaksanakan untuk
mengatasi gejala yang timbul saat ini dan memberikan pemahaman tentang
pencegahan primer, sekunder, dan tersier serta bagaimana pelaksanaannya,
sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku agar kasus yang sama di
keluarga tersebut dapat dihindari.
- Memberikan bantuan berupa makanan tambahan yaitu susu full cream,
biscuit, minyak sayur, dan gula.
- Memberikan mainan edukatif sesuai usia sebagai sarana stimulasi
tumbuh kembang anak.
15
Dokumentasi Kegiatan Kunjungan Rumah
Gambar 1-2. Pada kunjungan pertama ke rumah pasien dokter muda melaksanakan
edukasi pada orang tua pasien mengenai gizi kurang dan penatalaksanaannya
Gambar 3. Saat kunjungan kedua untuk mengevaluasi program yang sudah dilakukan selama satu minggu.
16
Gambar 4. Kondisi rumah pasien
Gambar 5. Kondisi dapur tempat orang tua pasien memasak
Gambar 6. Kondisi kamar mandi rumah pasien
17
Gambar 7. Kondisi halaman rumah pasien dengan ternaknya.
18