Kedaulatan Negara Dan Hak Serta Kewajibannya

4
Hukum Internasional : Negara, Kedaulatan, Hak serta Kewajibannya Era Brilliana Largis  071012008- Ilmu Hubungan Internasional 1 Kedaulatan Negara dan Hak serta Kewajibannya. Seperti yang sudah diketahui negara termasuk salah satu subjek hukum yang mempunyai peran yang penting dalam hukum internasional. Untuk sebuah entitas digolongkan sebagai negara-pun mempunyai beberapa persayaratan, yang jika didasarkan  pada konvensi Montevideo tahun 1933 (dalam Starke, 2008) mengenai hak dan kewajiban negara, syarat-sayaratnya adalah pertama mempunyai penduduk tetap, kedua, mempu nyai wilayah teritori tertentu, ketiga, sistem pemerintah atau pemerintahan, dan yang terakhir adalah adanya kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain. Syarat yang terakhir yaitu adanya kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain oleh Starke (2008) dianggap merupakan syarat yang esensial dalam pemebahasan mengenai hukum internasional, dan salah satu faktor unik yang membedakannya dengan entitas lainnya. Dibenarkan oleh Oppenheim (1905), mengenai syarat suatu entitas disebut sebuah negara adalah adanya masyarakat (  People), teritori negara (country), pemerintahan dan kedaulatan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Oppenheim (1905) yang dimaksud sebagai masyarakat disini adalah suatu agregat individu yang hidup bersama sebagai sebuah komunitas walaupun dengan perbedaan asal identitas didalamnya. Sedangkan wikayah teritori yang dimaksud disini adalah tempat dimana masyarakat hidup dengan teratur ( Settled down) dimana konsistensi kuantitas tidak mempengaruhi keberadaanya. Sedangkan  pemrintahan didefisikan sebagai orang-orang perwakilan yang mengatur berjalannya negara tersbut berdasarkan suatu hukum ditempat tersebut. kemudian yang terakhir adalah kedaulatan yang diartikan oleh Oppenheim (1905) sebagai otoritas tertinggi yang tidak dipengaruhi atau bergantung kepada negara lain. Kedaulatan sendiri merupakan slah satu faktor esensial yang dibutuhkan dalam  pembahasan tentang hukum internasional, hal ini dikarenakan kedaulatan inilah yang menentukan apakah suatu entitas negara tersebut masuk sebagai bagian dari aktor internasional dan merupakan bagian dari  Family of nations (Oppenheim, 1905). Kata kedaulatan sendiri atau “Sovereignty merupakan usulan dari Bodin dalam bukunya yang  berjudul “  De La Republique” tahun 1577 (dalam Oppenheim, 1905) untuk mendeskripsikan otoritas politik dimana tidak ada otoritas la in yang lebih tinggi darinya. Kemudian mengalami  perkembangan dalam pemakaian dan pemaknaannya hingga saat ini. Karena adanya kedaulatan ini maka dibutuhkan adanya pengakuan atau  Recognition dimana kedaulatan dan eksistensi suatu negara menjadi jelas dan diakui dan siap untuk menjadi entitas negara yang

description

hukum internasional: Kedaulatan Negara Dan Hak Serta Kewajibannya

Transcript of Kedaulatan Negara Dan Hak Serta Kewajibannya

Era Brilliana Largis 071012008- Ilmu Hubungan Internasional

Hukum Internasional : Negara, Kedaulatan, Hak serta KewajibannyaEra Brilliana Largis 071012008- Ilmu Hubungan Internasional

1

Kedaulatan Negara dan Hak serta Kewajibannya.Seperti yang sudah diketahui negara termasuk salah satu subjek hukum yang mempunyai peran yang penting dalam hukum internasional. Untuk sebuah entitas digolongkan sebagai negara-pun mempunyai beberapa persayaratan, yang jika didasarkan pada konvensi Montevideo tahun 1933 (dalam Starke, 2008) mengenai hak dan kewajiban negara, syarat-sayaratnya adalah pertama mempunyai penduduk tetap, kedua, mempunyai wilayah teritori tertentu, ketiga, sistem pemerintah atau pemerintahan, dan yang terakhir adalah adanya kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain. Syarat yang terakhir yaitu adanya kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara-negara lain oleh Starke (2008) dianggap merupakan syarat yang esensial dalam pemebahasan mengenai hukum internasional, dan salah satu faktor unik yang membedakannya dengan entitas lainnya. Dibenarkan oleh Oppenheim (1905), mengenai syarat suatu entitas disebut sebuah negara adalah adanya masyarakat (People), teritori negara (country), pemerintahan dan kedaulatan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Oppenheim (1905) yang dimaksud sebagai masyarakat disini adalah suatu agregat individu yang hidup bersama sebagai sebuah komunitas walaupun dengan perbedaan asal identitas didalamnya. Sedangkan wikayah teritori yang dimaksud disini adalah tempat dimana masyarakat hidup dengan teratur (Settled down) dimana konsistensi kuantitas tidak mempengaruhi keberadaanya. Sedangkan pemrintahan didefisikan sebagai orang-orang perwakilan yang mengatur berjalannya negara tersbut berdasarkan suatu hukum ditempat tersebut. kemudian yang terakhir adalah kedaulatan yang diartikan oleh Oppenheim (1905) sebagai otoritas tertinggi yang tidak dipengaruhi atau bergantung kepada negara lain. Kedaulatan sendiri merupakan slah satu faktor esensial yang dibutuhkan dalam pembahasan tentang hukum internasional, hal ini dikarenakan kedaulatan inilah yang menentukan apakah suatu entitas negara tersebut masuk sebagai bagian dari aktor internasional dan merupakan bagian dari Family of nations (Oppenheim, 1905). Kata kedaulatan sendiri atau Sovereignty merupakan usulan dari Bodin dalam bukunya yang berjudul De La Republique tahun 1577 (dalam Oppenheim, 1905) untuk mendeskripsikan otoritas politik dimana tidak ada otoritas lain yang lebih tinggi darinya. Kemudian mengalami perkembangan dalam pemakaian dan pemaknaannya hingga saat ini. Karena adanya kedaulatan ini maka dibutuhkan adanya pengakuan atau Recognition dimana kedaulatan dan eksistensi suatu negara menjadi jelas dan diakui dan siap untuk menjadi entitas negara yang baru, sebagai aktor internasioanl dan anggota dari family of nations (Oppenheim, 1905). Pengakuan ini dapat diwujudkan menjadi dua macam yaitu yang diekspresikan secara langsung atau didekalarasikan yang berupa peneramaan secara formal dari negara lain berdasarkan fakta yang ada atau de facto. Sedangkan yang lain adalah secara tersirat, dengan melakukan tindakan yang mengakui keberadaan negara tersebut atau De jure (Oppenheim, 1905; Aust, 2005 dan Starke, 2008). Pentingnya dari pengakuan ini selain sebagai salah stau syarat sebagai negara yang berdaulat juga dapat digunakan sebagai klaim sebuah negara atas hak dan kewajibannya sebagai negara (Oppenheim, 1905).Menurut Starke (2008) hak dan kewajiban suatu negara didapatkan melalui beberapa konferensi internasional seperti Konvensi Montevideo 1933, American Institution of International law 1916, Draft declaration on the right and duties dari PBB 1949. Berdasarkan Draft declaration on the right and duties dari PBB tahun 1949 diesbutkan ada beberapa hak-hak dan kewajiban dasar suatu negara yang terangkum dalam 14 artikel, yang berisis tentang yaitu, pertama negara mempunyai hak terhadap kemerdekaan dan pengolahan kemerdekaan tersebut dalam negaranya tanpa adanya dikte dari negara lain. Kedua adalah hak untuk menggunakan jurisdiksinya dalam teritori dan mengatur masyarakat dan negaranya. Ketiga adalah hak untuk mendapatkan persamaan kedudukan dalam hukum internasional dengan negara-negara lain. Keempat adalah hal untuk melakukan pembelaan diri baik individu maupun secara kolektif atas serangan bersenjata. Sedangkan untuk kewajiban suatu negara dalam draft declaration on right and duties 1949, yaitu kewajiban untuk tidak melakukan intervensi secarainternal maupun eksternal terhadap negara lain, tidak menimbulkan suatu kerusuhan sipil di teritori negara lain dan wajib menjaga organ dalam negaranya melakukan hal demikian, negara juga wajib untuk memperlakukan semua orang dalam jurisdiksinya dengan menghargai hak asasi dan kebebesan tanpa membeda-bedakan. Negara juga wajib untuk memastikan bahwa keadaan domestiknya tidak membahayakan perdamaian dunia, juga wajib untuk menyelesaikan masalahnya tidak melalui jalan perang melainkan jalan damai serta tidak menggunakan jalan kekerasan dalam penyelesaian sengketa dengan negara tertentu dimana karena hal ini juga negara wajib untuk tidak memberikan bantuan serta setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh negara tersebut dan melawan ketentuan PBB. Kewajiban yang lain adalah negara wajib menjalankan suatu perjanjian atau sumber hukum lain dengan patuh dengan asas good faith, dan melakukan kerjasama dengan negara lain dengan tetap menjunjung prinsip mengenai kedaulatan dan sebagai subjek hukum internasional. Selain melalui syarat negara yang sudah dijelaskan diatas, pengakuan suatu negara juga bisa dilakukan karena merupakan hasil dari perjanjian tertentu seperti keberadaan Vatican city. Vatican city merupakan pembentukan dan pengakuan negara yang didapat karena adanya perjanjian Laterna 1929 antara Holy See dan Italia sebagai bentuk dukungan atas tujuan keagamaan dan moral dari the Holy see (Aust, 2005). Vatican city dalam perjanjian Lateran diakui sebagai negara yang merdeka, sebagai bentuk dari kedaulatan sipil dari Paus sebagai kerajaan. Menurut Matt Rosenberg (nd), diakuinya Vatican city ini sebagai sebuah negara disebabakan karena beberapa faktor selain karena merupakan hasil dari perjanjian Lateran juga karena mengandung beberapa syarat sebagai entitas negara. yang pertama adalah Vatican city ini memiliki teritori tertentu dengan batasan yang pasti, serta masyarakat atau rakyat yang hidup di Vatican city pada waktu yang sudah cukup lama. Selain itu juga Vatican city memilik aktivitas ekonomi dan aturan mengenai hal tersebut sebagaimana negara, memiliki alat transportasi dan pembangunan sosial , serta adanya layanan publik oleh pemerintah, dan perangkat keamanan yang disebut sebagai Swiss Guards Corps (Rosenberg, nd). Vatican city juga mempunyai suatu bentuk kedaulatan yang diakui oleh dunia internasional, dan adanya pengakuan bahkan hubungan dengan negara lain di dunia (Rosenberg, nd). Jadi dari contoh kasus dan penjelasan yang ada diatas, keberadaan suatu entitas untuk diakui sebagai sutau negara mempunyai syarat-syarat tertentu yaitu masyarakat, teritori, pemerintahan, dan juga kedaulatan atau pengakuan negara lain. Yang dimana dalam hukum internasional ditekankan pada keberadaan kedaultan yang diakui oleh negara lain kaarena berhubungan dengan kempunannya untuk melakukan hubungan dan juga karena klaim atas tanggung jawab dan hak suatu negara sendiri. Yang kemudian hak- hak dan kewajiban yang didapatkan melalui konferensi internasional ini sebagai pegangan dalam menjalankan hukum internasional. Akan tetapi, tetap saja jika hak dan kewajiban ini sudah diputuskan baik secara konferensi atau perjanjian lain, jika suatu sangsi yang mengikat dalam hukum internasional tidak ada, kemungkinan untuk pelanggaran akan hal ini masih besar.

Referensi:Aust, Anthony, 2005.Handbook of International Law. New York: Cambridge University Press. Draft Declaration on Right and Duties of States. 1949. [pdf] Dalamhttp://untreaty.un.org/ilc/texts/instruments/english/draft%20articles/2_1_1949.pdfdiakses pada 15 oktober 2012 Oppenheim Lessa, 1905. International Law. London: Clare Market.Rosenberg, Mark. Nd. The Vatican city is a country. Dalam http://geography.about.com/od/politicalgeography/a/vaticancountry.htm diakses pada 15 oktober 2012Starke, J.G. 2008. Pengantar Hukum Internasional, edisi Kesembilan, 2 alih bahasa oleh Sumitro L.S. Danuredjo, PT Aksara Persada Indonesia.