Kedamaian 1250301025-phpapp01

310

description

 

Transcript of Kedamaian 1250301025-phpapp01

Page 1: Kedamaian 1250301025-phpapp01
Page 2: Kedamaian 1250301025-phpapp01

2 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan

ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1

(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah),

atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran

Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: Kedamaian 1250301025-phpapp01

3

Penerbit DIOMA – Malang

Johann Christoph Arnold

Kata Pengantar oleh Madeleine L’Engle

Pendahuluan oleh Thich Nat Hanh

Kedamaian,di Manakah Kau Berada?Catatan dan Pembicaraan Sepanjang Penziarahan Hidup

Seeking PeaceNotes and Conversations along the Way

Page 4: Kedamaian 1250301025-phpapp01

4 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Seeking PeaceNotes and Conversations along the Way

DM 220048

Copyright terjemahan Indonesia ada pada Penerbit Dioma © 2008

PENERBIT DIOMA (Anggota IKAPI)

Jl. Bromo 24 Malang 65112

Telp. (0341) 326370, 366228; Fax. (0341) 361895

E-mail: [email protected]

Website: www.diomamedia.com

Diterjemahkan dari buku ‘SEEKING PEACE

NOTES AND CONVERSATIONS ALONG THE WAY’,

by The Plough Publishing House of the Bruderhof Foundation, 1998

All rights reserved

Published under agreement with The Plough Publishing House,

Woodcrest Community, Rifton NY 12471, USA

Darvell Community, Robertsbridge TN32 5DR, UK

© 1998 by The Plough Publishing House of the Bruderhof Foundation

Cetakan pertama, Januari 2009

Penerjemah: Bambang Kussriyanto

Editor: L. Heru Susanto Pr

Tata letak: Yosef Benny Widyokarsono

Desain sampul: Ginanjar Pratama

ISBN 10 : 979 - 26 - 0024 - 8

ISBN 13 : 978 - 979 - 26 - 0024 - 7

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk

dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi,

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan DIOMA Malang

Isi di luar tanggung jawab Percetakan

Page 5: Kedamaian 1250301025-phpapp01

5

Pikirkanlah sejenak makna kata “damai”. Tidakkah

kelihatan aneh ketika para malaikat menggemakan

damai, sementara dunia terus-menerus dilanda Perang

dan ketakutan akan Perang? Tidakkah Anda menganggap

suara-suara malaikat itu keliru, dan bahwa janji itu

mengecewakan dan palsu?

Ingatlah sekarang, bagaimana Tuhan kita sendiri

bicara tentang damai. “Damai Kutinggalkan padamu,

damai-Ku Kuberikan padamu,”1 kata-Nya kepada para

murid-Nya. Apakah Tuhan memaknai damai itu seperti

yang dipahami para murid-Nya. Apakah Tuhan

memahami damai itu seperti yang kita pikirkan: Kerajaan

Inggris berdamai dengan negara-negara tetangga, para

buron penguasa daerah berdamai dengan Raja, kepala

rumah tangga menghitung penghasilannya dengan

tenteram, hatinya tenang, menyajikan anggur terbaik di

meja kepada seorang sahabat, istrinya menyanyi untuk

anak-anak? Para murid-Nya tidak mengenal keadaan

seperti itu: mereka melakukan perjalanan sampai jauh,

menderita di darat dan di laut, disiksa, dipenjarakan,

dikecewakan, mengalami kematian sebagai martir. Lalu

apa maksud Tuhan? Jika Anda bertanya demikian,

ingatlah bahwa Dia juga berkata, “bukan seperti yang

diberikan dunia ini, yang Kuberikan kepadamu.” Dengan

demikian, Tuhan memberikan kepada para umat-Nya

damai, tetapi bukan damai yang diberikan dunia.

T.S Eliot

Cuplikan dari: Pembunuhan di Katedral

1 Yoh.14:27

Page 6: Kedamaian 1250301025-phpapp01

7

Ucapan Terimakasih

Belasan orang membantu sampai buku ini selesai

dicetak, tetapi aku ingin menyampaikan terimakasih

khususnya kepada editorku Chris Zimmerman;

sekretarisku: Emmy Maria Blough, Hanna Rimes dan Ellen

Keiderling, dan seluruh staf dari Plough Publishing House.

Terima kasih juga kepada mereka yang telah memberi

izin kepadaku menggunakan anekdot dan surat-surat, dan

mereka yang membantuku dengan berbagai cara

mengerjakan buku ini: Mumia Abu-Jamal, Imam

Muhammed Salem Agwa, Dale Aukerman, Daniel

Berrigan, Philip Berrigan, Rabbi Kenneth L.Cohen, Tom

Page 7: Kedamaian 1250301025-phpapp01

8 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Cornell, Pastor Benedict Groeschel, Thick Nath Hanh,

Molley Kelly, Frances Kieffer, Suster Ann La Forest,

Madeleine L’Engle, Pendeta William Marvin, Elizabeth Mc

Alister, Bill Peke. Uskup Samuel Ruiz Garcia, dan Assata

Shakur – juga banyak anggota komunitasku, Bruderhof.

Atas segalanya, terima kasih pada istriku - Verena.

Tanpa dukungan dan semangat darinya, buku ini tak akan

pernah bisa kutulis.

Page 8: Kedamaian 1250301025-phpapp01

9

Daftar Isi

Ucapan Terimakasih .............................................. 7

Kata Pengantar .................................................... 13

Pendahuluan ......................................................... 17

Bagian I

Mengupayakan Damai .......................................... 21

Bagian II

Berbagai Makna ................................................... 27

Page 9: Kedamaian 1250301025-phpapp01

10 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Damai Karena Tak Ada Perang .................................. 30

Damai Dalam Kitab Suci ............................................ 33

Damai Sebagai Tujuan Sosial ...................................... 36

Damai Dalam Hidup Perorangan ................................ 39

Damai Tuhan ............................................................. 45

Damai yang Mengatasi Pemahaman ............................ 48

Bagian III

Berbagai Paradoks ................................................. 51

Bukan Damai Tapi Pedang .......................................... 53

Kekerasan Kasih ........................................................ 60

Tak Ada Hidup Tanpa Kematian ................................. 66

Kebijaksanaan Orang Bodoh ....................................... 75

Kekuatan dari Kelemahan .......................................... 82

Bagian IV

Berbagai Batu Pijakan .......................................... 91

Kesederhanaan .......................................................... 101

Kesunyian ................................................................. 107

Kepasrahan ................................................................ 115

Doa ........................................................................... 127

Percaya ...................................................................... 138

Pengampunan ............................................................ 149

Bersyukur .................................................................. 157

Ketulusan .................................................................. 166

Kerendahan Hati ....................................................... 175

Ketaatan .................................................................... 187

Keputusan ................................................................. 196

Penyesalan ................................................................. 205

Keyakinan ................................................................. 216

Realisme .................................................................... 226

Pelayanan .................................................................. 235

Page 10: Kedamaian 1250301025-phpapp01

11

Bagian V

Hidup yang Berkelimpahan ................................... 245

Jaminan Keselamatan ................................................. 256

Kepenuhan ................................................................ 265

Kegembiraan .............................................................. 275

Tindakan ................................................................... 285

Keadilan .................................................................... 294

Harapan .................................................................... 304

Daftar Isi

Page 11: Kedamaian 1250301025-phpapp01

13

Kata PengantarOleh: Madeleine L’Engle2

Shalom. Damai. Suatu damai yang tidak pasif, tetapiaktif. Suatu damai yang bukan hanya karena

berhentinya kekerasan, tetapi meliputi dan lebih darimengatasi kekerasan. Damai sejati.

2 Madeleine L’Engle adalah seorang penulis novel dan buku rohani

Amerika. Mendapat banyak gelar doktor kehormatan dari berbagai

universitas, khususnya di bidang sastra dan yang terakhir doktor dalam

teologi dari Berkeley Divinity School. Di masa tuanya ia mengisi

waktu sebagai pustakawan pada Katedral (Gereja Episcopal) Santo

Yohanes Suci di Manhattan. Lahir pada 1918 di New York City dan

meninggal pada 6 September 2007 di Connecticut pada usia 88 tahun.

Page 12: Kedamaian 1250301025-phpapp01

14 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Pada akhir suatu abad yang kita ketahui jauh dari damai,menyenangkan sekali membaca buku yang bagus dari JohannChristoph Arnold: Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ia mengutip definisi kakeknya tentang damai: “damai rohaniantara kita dengan Allah; tidak ada kekerasan sepenuhnya,melalui hubungan damai dengan sesama dan berlakunya

tatanan sosial yang adil dan damai.” Namun setiap pagi jikaaku mendengarkan berita, sepertinya kita makin jauh danlebih jauh lagi dari ketiga ambang damai itu. Kita memerlukan

buku ini untuk membimbing jalan kita menuju Shalom.

Pada suatu sore di masa Puasa sepuluh tahun yang lalu,di Gereja Katedral Santo Yohanes Suci di Manhattan, akumendengarkan Pastor Canon Edward West bicara tentang

damai yang kita cari. Ia menggunakan perumpamaan yangtidak lazim tentang kereta bawah tanah.

Kebanyakan dari kami yang hadir pada malam hariitu menumpang kereta bawah tanah untuk pergi ke

Katedral dan untuk pergi dan pulang kerja. Iamenunjukkan kepada kami, jika kita lihat sesamapenumpang kereta bawah tanah, kebanyakan dari mereka

tampak seolah-olah tak dicintai seorang pun. Dan itupada umumnya benar. Kemudian pastor melanjutkan, jikakita mau berkonsentrasi tanpa menyolok mata kepada

seseorang di antara mereka, dan diam-diam kitamenyatakan dengan yakin dalam hati bahwa dia itu anakyang dikasihi Allah, dan entah bagaimana keadaan di

sekitarnya, dapat tinggal dalam damai Allah, mungkinkita akan melihat perbedaannya. Damai tidak selalumerupakan sesuatu yang Anda “buat”; damai adalah

anugerah yang Anda sampaikan pada seseorang.

Di kesempatan lain ketika aku menumpang keretabawah tanah lagi, aku melirik seorang wanita di pojokyang bertopang dagu dengan tangan terkepal, wajahnya

Page 13: Kedamaian 1250301025-phpapp01

15

menunjukkan ketegangan tanpa harapan. Tanpamelihat dia, aku mulai mencoba mengirimkan damaikasih Allah kepadanya. Aku tidak bergerak. Aku tidak

memandang dia. Aku hanya mengikuti saran PastorCanon West, dan aku heran karena wanita itu tampakberubah lebih santai. Kepalan tangannya dibuka;

tubuhnya lebih lentur; garis-garis kecemasan hilang dariwajahnya. Saat itu adalah saat yang penuh syukurbagiku, dan aku sendiri merasa diliputi dan dipenuhi

oleh kedamaian juga.

Itulah yang kucoba kuingat bila aku menumpangkereta bawah tanah atau naik bus, atau berjalan di jalananyang padat, atau berdiri antre di depan kasir supermarket.

Jika damai Tuhan ada di hati kita, dan kita membawanyaserta, kita dapat memberikannya kepada mereka yang adadi sekitar kita. Bukan karena keutamaan dan kemauan

kita. Melainkan oleh Roh Kudus yang bekerja melalui kita.Kita tidak memberikan apa yang kita tak punya, tetapijika Roh bertiup menembus awan kelabu, dan masuk ke

hati kita, maka kita pun dapat dijadikan-Nya wahanadamai, dan dengan demikian damai di hati kita jugabertambah. Makin banyak damai yang kita sebarkan, makin

banyak pula damai yang kita peroleh.

Dalam buku Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ini Christoph Arnold menceritakan banyak kisah sepertiitu, baik sebagai selingan maupun penjelasan tentang

damai yang diamanatkan agar kita upayakan. Buku inipenting dan indah, suatu buku yang sungguh perlu untukmembantu kita membawa damai Tuhan di pengujung

milenium baru ini.

Goshen, ConnecticutMusim Panas 1998

Kata Pengantar

Page 14: Kedamaian 1250301025-phpapp01

16 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Page 15: Kedamaian 1250301025-phpapp01

17KATA PENGANTAR

PendahuluanOleh: Thich Nhat Hanh3

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berkata : “Berbahagialahorang yang membawa damai, karena mereka akan

disebut anak-anak Allah.”4 Untuk mengupayakan damai,Anda sendiri harus punya hati yang damai. Dan jika Andapunya kedamaian itu, Anda anak Allah. Sayangnya banyakorang yang mengupayakan damai justru tidak damai hatinya.

3 Thich Nhat Hanh adalah seorang bhiksu Zen Buddhisme, lahir di

Vietnam 1926. Menjadi promotor Damai di berbagai forum. Pada

tahun 1967 dicalonkan untuk menerima Hadiah Nobel untuk

Perdamaian. Mengajar ilmu perbandingan agama. Tinggal di

Dordogne, Perancis, dalam Biara Village des Pruniers (Plum Village).

4 Mat 5:9

Page 16: Kedamaian 1250301025-phpapp01

18 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Mereka malahan marah dan frustrasi, sehingga apa yangdikerjakannya tidak sungguh-sungguh menghasilkan damai.Kita tak dapat merasakan bahwa mereka itu telahmenyentuh Kerajaan Allah. Untuk memelihara damai, hatikita sendiri harus berdamai dengan dunia. Dengan saudara-saudara kita. Kebenaran inilah yang merupakan inti daribuku Christoph Arnold yang kita sambut ini, Kedamaian,di Manakah Kau Berada?

Kita sering memikirkan damai sebagai keadaan dimana tak ada perang; sehingga jika negara-negara yangkuat mengurangi persenjataan mereka, kita mungkinakan mendapatkan damai. Tetapi jika kita merenunglebih dalam tentang senjata-senjata itu, kita melihatdalam batin kita ada prasangka, ketakutan dan sikapacuh tak acuh. Sekalipun kita pindahkan semua senjatadan bom itu ke bulan, akar peperangan dan sebab-sebabadanya bom itu masih tetap ada di sini, dalam hati danbatin kita, yang membuat kita cepat atau lambat akanmembuat senjata dan bom yang baru.

Yesus berkata, “Ada tertulis, “Jangan membunuh, siapayang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkatakepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranyaharus dihukum ... siapa yang berkata, ‘Jahil!’ harus diserahkanke dalam neraka yang menyala-nyala.”5 Mengupayakan Damaiberarti lebih dari sekadar meniadakan senjata. Awalnyaharuslah mencabuti akar perang yang ada dari antara kitadan dari hati semua orang lelaki dan perempuan.

Bagaimana kita mengakhiri lingkaran kekerasan?Arnold menyatakan bahwa sebelum kita berdamai denganorang lain dan dengan dunia, kita harus berdamai dengandiri kita sendiri. Itu sungguh benar. Jika kita sendiriberperang melawan orang tua kita, melawan keluarga kita

5 Mat 5:21-22

Page 17: Kedamaian 1250301025-phpapp01

19

atau Gereja kita maka boleh jadi suatu perang sedangberlangsung dalam diri kita juga. Dengan demikian langkahdasar yang harus dilakukan dalam mengupayakan damaiadalah kembali pada diri kita sendiri dan menciptakankeselarasan di antara unsur-unsur yang ada dalam diri kita:perasaan kita, persepsi kita, keadaan mental kita.

Sambil membaca buku ini, usahakanlah mengenaliunsur-unsur yang saling bertentangan dalam diri Anda danapa yang menjadi penyebabnya. Usahakanlah agar Andalebih menyadari apa yang menyebabkan kemarahan danperpisahan, dan apa yang bisa mengatasi hal itu. Cabutlahakar kekerasan dalam kehidupan Anda dan belajarlahhidup dengan memerhatikan orang lain dan berbelas kasih.Upayakan damai. Jika Anda punya damai di hati Anda,maka damai dengan orang lain pun jadi niscaya.

Village des Pruniers, Perancis

Musim Semi 1998

Pendahuluan

Page 18: Kedamaian 1250301025-phpapp01

20 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Page 19: Kedamaian 1250301025-phpapp01

21

Bagian

I

Mengupayakan Damai“Harapan adalah yang tersisa bagi kita

di masa yang sulit.”

(Pepatah Irlandia)

Page 20: Kedamaian 1250301025-phpapp01

22 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Mengupayakan Damai

Kita hidup dalam suatu dunia yang tidak damai;

walaupun ada pembicaraan terus-menerus tentang

damai, nyatanya hanya sedikit saja damai yang ada.

Begitu sedikitnya damai yang sesungguhnya, sehingga

ketika aku memberitahu seorang sahabat dekat tentang

buku ini, ia menyatakan bahwa menulis tentang damai

tidak hanya sesuatu yang naif, tetapi juga sesuatu yang

bertentangan dengan kenyataan.

Tak seorang pun menyangkal adanya kekerasan yang

memengaruhi hidup orang di seluruh dunia, mulai dari

tempat-tempat yang bergejolak seperti Chiapas, Irlandia

Utara, Timor Timur, Irak dan Tepi Barat, sampai ke jalanan

di kota-kota kita. Juga dalam kehidupan pribadi, sekalipun

di tempat-tempat yang paling damai di luar kota, setiap

hari situasi tidak-damai terwujud – dalam kekerasan

rumah tangga, dalam berbagai bentuk kecanduan yang

tidak sehat, dalam ketegangan yang merusak memecahkan

teman usaha, sekolah dan gereja-gereja.

Kekerasan juga tersembunyi di balik wajah

masyarakat yang kita anggap telah mendapat pencerahan.

Ada di balik kerakusan, penipuan dan ketidak-adilan

yang menggerakan lembaga-lembaga keuangan besar dan

lembaga-lembaga budaya kita. Ada di balik prasangka-

prasangka yang mengikis perkawinan Kristiani yang

terbaik sekalipun. Ada pada sikap munafik yang

menggerogoti kehidupan rohani dan menodai ungkapan

pelaksanaan agama yang paling saleh sekalipun hingga

menjadi tidak kredibel lagi.

Page 21: Kedamaian 1250301025-phpapp01

23

Melihat secara manusiawi segala hal itu, rasanya sia-

sia menulis sebuah buku tentang damai. Tetapi kita juga

mendengar jeritan kerinduan akan damai tertuju ke surga.

Suatu jeritan kerinduan dari relung hati yang paling dalam.

Sebutlah dengan nama lain sesuka Anda, apakah

keselarasan, ketenteraman, kesatuan, ketenangan jiwa,

kerinduan akan semua itu ada pada setiap orang. Tak ada

yang suka mendapat masalah, sakit kepala dan sakit hati.

Setiap orang menginginkan damai, bebas dari kecemasan

dan keraguan, kekerasan dan perpecahan. Setiap orang

menghendaki ketenangan dan keamanan.

Sementara orang dan organisasinya (misalnya

International Fellowship of Reconciliation) memusatkan

perhatian pada perdamaian global. Tujuannya adalah

mencapai kerjasama politik dalam skala internasional.

Yang lain (misalnya Greenpeace) mengusahakan

peningkatan keselarasan antara manusia dan makhluk

hidup lainnya, dan kesadaran akan adanya hubungan

timbal balik dengan lingkungan.

Yang lain mencari damai dengan mengubah gaya

hidup: dengan pindah kerja, pindah tempat tinggal dari

kota ke pinggiran kota (dan dari pinggiran kota ke

pedalaman), mengurangi anggaran belanja, melakukan

penyederhanaan, atau apa pun untuk meningkatkan mutu

kehidupan mereka. Ada anak muda yang setelah tinggal

di luar negeri kembali pada komunitasku, sesudah

meluncur liar dengan pergerakan uang yang begitu cepat

dan hubungan-hubungan zinah, ia rindu sekali untuk dapat

bangun pagi hari dan berdamai dengan diri sendiri dan

dengan Tuhan. Yang lain masih bertahan pada kehidupan

mereka sekarang: senang dan kecukupan, sehingga mereka

bilang tak memerlukan apa-apa lagi, tapi kukira di balik

apa yang tampak itu mereka tak punya damai sejati.

Mengupayakan Damai

Page 22: Kedamaian 1250301025-phpapp01

24 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketika mengerjakan buku ini aku melihat iklan denganfoto seorang wanita di atas kapal. Ia meringkuk di sebuahkursi, memandang jauh ke seberang telaga pada matahari

yang sedang tenggelam. Tertulis di situ: “Suatu impiantentang pekerjaan, anak-anak yang baik. Perkawinan yangbahagia. Dan perasaan kosong sama-sekali yang sedang

mengancam.” Ada berapa banyak orang yang berbagi denganketakutan yang tak terungkapkan dari wanita itu?

Pada tingkatan tertentu kita semua mengusahakanhidup sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Suatu

kehidupan yang selaras, gembira, adil dan damai. Masing-masing dari kita memimpikan kehidupan tanpa sakit danpenderitaan, yang dikeluhkan orang setelah hilangnya

Taman Eden (menurut Kitab Suci).

Kerinduan akan tempat dan waktu seperti itu adasejak dulu dan selalu di mana saja. Beberapa ribu tahunyang lalu, Nabi Yesaya mengimpikan kerajaan damai di

mana singa berbaring dengan anak domba.6 Dan setelahberabad-abad kemudian, bagaimana gelapnya cakrawala,dan betapapun sengitnya peperangan, lelaki dan

perempuan menaruh harapan kepada visi Nabi itu.

Ketika aktivis antiperang Phillip Beriggan7 belumlama berselang diadili dan dijatuhi hukuman karenaketerlibatannya dalam pembangkangan sipil di suatu

6 Yes 11:6-9

7 Phillip Berrigan adalah seorang aktivis antiperang kelahiran Two

Harbors, Minnesota, 1923. Ia ditahbiskan menjadi pastor Katolik

pada 1955 dan setelah 18 tahun berkarya ia meninggalkan imamat

pada 1973. Dalam banyak aksinya menentang perang Phil terkesan

anarkis. Pada tahun 1999 ia ditahan dan dijatuhi hukuman penjara

30 bulan. Ia dilepaskan dari penjara pada Desember 2001. Selama

hidupnya ia dipenjara 11 tahun karena aksi-aksinya. Pada 6 Desember

2002 ia meninggal pada usia 79 tahun meninggalkan seorang istri

dan tiga orang anak.

Page 23: Kedamaian 1250301025-phpapp01

25

galangan kapal di Maine, banyak orang tidak menyukaitindakannya. Phillip menyatakan bahwa berdasarkannorma apa pun mereka “membentuk suatu panggung

absurd.” Tetapi ia menambahkan bahwa ia lebih suka dipenjara karena keyakinannya daripada mati “di pantaiseperti itu”. Berapa banyak dari kita yang bisa berkata

begitu? Phillip berumur tujuh puluh tahun waktu itu,tetapi ia terus saja melakukan kampanye tak jemu-jemumelawan industri senjata nuklir dengan kekuatan yang

tak sesuai dengan usianya.

Komunitasku, Bruderhof, juga sering dituduh tidak

realistis. Yah. Kami memang meninggalkan lorong

kehidupan yang cocok bagi kebahagiaan kelas-menengah.

Kami meninggalkan rumah dan kekayaan, karier, rekening

bank, reksa-dana bersama dan masa pensiun yang nyaman.

Sebaliknya kami berusaha hidup bersama menurut contoh

umat Kristiani Perdana. Kami memperjuangkan kehidupan

melalui pengorbanan dan disiplin dan saling melayani. Cara

ini bukanlah suatu damai yang diberikan dunia.

Apa itu damai, dan apa itu realitas? Untuk apa kami

hidup dan apa yang hendak kami wariskan kepada anak-

anak dan cucu-cucu kami? Walaupun mungkin kita

bahagia, apa yang kita punya sesudah perkawinan dan

anak-anak. Sesudah punya mobil dan pekerjaan? Haruskah

yang kita wariskan adalah realitas dunia yang berisik oleh

senjata, dunia kebencian antar-kelas sosial dan keluhan

keluarga, dunia di mana tak ada cinta dan orang menusuk

dari belakang, ambisi egois dan penghinaan? Atau adakah

realitas yang lebih besar, di mana semua itu diatasi oleh

kuasa Sang Pangeran Perdamaian?

Dalam halaman-halaman berikut kuusahakan untuk

tidak menguraikan pokok-pokok masalah ini, juga tidak

menyajikan argumentasi yang kokoh. Buku pedoman

Mengupayakan Damai

Page 24: Kedamaian 1250301025-phpapp01

26 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

rohani “Bagaimana Caranya” dapat diperoleh di toko-toko

buku, namun pengalaman hidup damai tidaklah serapi itu.

Seringkali hidup ini acak-cakan tidak karuan.

Bagaimanapun setiap pembaca akan mendapatkan tempat

yang cocok bagi dia, berbeda-beda dalam pencariannya.

Aku juga akan berusaha menghindari jangan hanya tinggal

pada akar situasi tidak-damai. Orang dapat memusatkan

seluruh buku untuk membahas pokok persoalan, tetapi hal

itu dapat membuat pembaca terlalu tertekan. Tujuanku

sangat sederhana saja, yaitu menyajikan batu loncatan di

sepanjang jalan dan harapan secukupnya agar Anda selalu

Mengupayakan Damai.

Page 25: Kedamaian 1250301025-phpapp01

27

Bagian

II

Berbagai Makna“Hanya jika Anda telah berdamai

dengan diri Anda sendiri

barulah Anda dapat menciptakan damai di dunia.”

(Rabbi Sincha Bunim)

Page 26: Kedamaian 1250301025-phpapp01

28 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Berbagai Makna

Mulai dari kartu-kartu ucapan sampai sisipanpembatas buku, dari papan reklame sampai handuk

lap piring, kebudayaan kita berlimpah dengan bahasa

damai. Kata-kata seperti “damai dan kehendak baik”tampaknya sangat luas penggunaannya, sehingga begitudisusutkan menjadi slogan klise. Di dalam surat-

menyurat, banyak di antara kita memberikan sebagaipenutup surat pribadi dengan kata “Peace” atau “Damai”.Pada tataran lain, banyak pemerintahan Negara dan

media massa berbicara tentang batalion “penjagaperdamaian” bersenjata berat ditempatkan di wilayah-wilayah yang porak-poranda oleh perang di seluruh dunia.

Di dalam gereja-gereja, para pastor dan pendeta menutupibadat dengan “Pergilah dalam damai,” dan walaupunkata-kata itu dimaksudkan sebagai bagian dari berkat,

tetapi lebih sering dipahami sebagai isyarat untuk bubardan sampai ketemu dalam ibadat hari Minggu berikutnya.

Muhammad Salem Agwa, Imam utama (Mubaliqh,guru Islam) di New York City menunjukkan bahwa para

Muslim yang baik menyapa satu sama lain waktu berjumpadengan kata-kata Assalamu’alaikum. Namun katanya,juga di antara mereka salam damai itu seringkali jatuh

menjadi kelaziman basa-basi yang disampaikan hanyadengan sedikit kesadaran akan tanggungjawab bersamayang terkandung di dalamnya:

Saya menggunakan Assalamualaikum sebagai

sapaan sehari-hari, tetapi artinya bukan sekadar

“Selamat Pagi” atau “Selamat Sore”. Sapaan itu berarti

“Damai dan berkat dari Allah atas dirimu.” Ketika saya

Page 27: Kedamaian 1250301025-phpapp01

29

mengucapkannya, saya merasa damai dengan diri saya

sendiri, dan antara saya dan Anda. Saya mengulurkan

tangan untuk membantu Anda. Saya datang kepada

Anda untuk menyampaikan damai kepada Anda. Dan

sementara itu, sampai kita bertemu lagi, itu berarti

bahwa saya berdoa agar Allah memberkati Anda dan

mengasihani Anda dan mempererat hubungan saya

dengan Anda sebagai saudara.

Dunia niscaya akan berbeda keadaannya seandainya

kita sungguh-sungguh berdamai dengan siapapun yang

kita sapa sepanjang hari, jika kata-kata kita lebih dari

basa-basi kesopanan belaka dan sungguh-sungguh timbul

dari dalam hati kita. Dalam kenyataannya, seperti yang

tak henti-hentinya ditunjukkan oleh orang-orang yang

tak ber-Tuhan, beberapa konflik yang begitu banyak

menumpahkan darah sepanjang sejarah umat manusia

adalah karena kita tak berhenti bertengkar mengenai

perbedaan agama. Tak heran para Nabi zaman dulu

berkata, “Mereka mengobati luka umatku dengan

berkata, ‘Damai, damai’ padahal tak ada damai.”8

8 Yer 6:14; 8:11

Berbagai Makna

Page 28: Kedamaian 1250301025-phpapp01

30 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

DamaiKarena Tak Ada Perang

Bagi banyak orang damai berarti secara nasional keadaan

aman, stabil, tertib dan teratur. Berhubungan dengan

pendidikan, kebudayaan dan kewajiban kewarganegaraan,

kemakmuran dan kesehatan nyaman dan tenang. Damai

adalah kehidupan yang sentosa. Tapi dapatkah damai

didasarkan pada hal-hal yang didistribusikan kepada semua

orang? Jika kehidupan yang sentosa berarti ada pilihan yang

tak terbatas dan konsumsi berlebihan pada sedikit orang

yang punya privilege (hak-hak khusus) saja, dan selanjutnya

itu pasti berarti kerja keras dan kemiskinan yang meruyak

bagi jutaan orang yang lain. Inikah damai?

Di penghujung awal Perang Dunia Kedua, kakekku,

Eberhard Arnold9, menulis:

Cukupkah sikap yang membela ketenangan?

Kukira tidak memadai.

Bila ribuan orang dibunuh secara tidak adil, tanpa

proses pengadilan di bawah pemerintahan baru Hitler,

bukankah itu sudah berarti perang?

Jika ratusan ribu orang dimasukkan ke dalam kamp

konsentrasi, direnggut kemerdekaannya, dicopot

martabat kemanusiaannya, bukankah itu perang?

9 Eberhard Arnold adalah pendiri Komunitas Bruderhof

berdasarkan Khotbah di Bukit. Penulis, filsuf, teolog Kristiani.

Lahir di Prusia pada 1888. Meninggal 1935. Komunitasnya

dilanjutkan oleh putranya, dan kemudian oleh cucunya, yang

adalah penulis buku ini.

Page 29: Kedamaian 1250301025-phpapp01

31

Jika jutaan rakyat Asia mati kelaparan, sedang di

Amerika Utara dan di tempat lain ada jutaan ton gandum

ditumpuk, bukankah itu perang?

Jika ribuan perempuan melacurkan tubuhnya dan

menghancurkan kehidupan mereka demi uang; jika jutaan

bayi digugurkan setiap tahun, bukankah itu perang?

Jika orang dipaksa bekerja sebagai budak karena

mereka tak dapat memberikan susu dan roti kepada

anak-anak mereka, bukankah itu perang?

Jika orang-orang kaya hidup di dalam villa-villa yang

dikelilingi kebun-kebun, sedang di kawasan lain

keluarga-keluarga hanya punya satu kamar untuk tinggal

bersama, bukankah itu perang?

Jika orang menyimpan uang dalam jumlah besar

dalam rekening bank sementara yang lain tidak cukup

mendapat uang untuk kebutuhan dasar mereka,

bukankah itu perang?

Jika pengemudi yang ceroboh menyebabkan ribuan

orang mati oleh kecelakaan di jalan setiap tahun,

bukankah itu perang?

Aku tak dapat mewakili suatu aliran yang suka

ketenteraman yang mengatakan bahwa tak ada perang

lagi. Pernyataan itu tidak benar; perang sudah ada hari-

hari ini.... Aku tidak setuju dengan sikap suka

ketenteraman yang wakil-wakilnya justru berpegang

pada akar-akar penyebab perang : para tuan tanah dan

kapitalis. Aku tidak percaya kepada sikap pembela

ketenangan yang ditunjukkan oleh para pengusaha yang

justru menghabisi pesaingnya sampai bangkrut atau para

suami yang tidak dapat hidup dalam damai dan dalam

kasih justru dengan istrinya sendiri....

Aku lebih suka sama sekali tidak menggunakan

istilah “pacifism” (penyuka ketenangan). Tetapi aku mau

memajukan perdamaian. Yesus berkata, “Berbahagialah

orang yang membawa damai!” Jika aku memang

Berbagai Makna

Page 30: Kedamaian 1250301025-phpapp01

32 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

menghendaki perdamaian, aku harus mewakili damai

di semua bidang kehidupan.

Di dalam khazanah politik, damai mungkin

mengambil bentuk perjanjian dagang, kompromi dan

perjanjian damai. Perjanjian semacam ini biasanya sedikit

lebih dari perimbangan kekuatan yang rapuh, yang

dirundingkan dengan tegang dan acapkali malah

menanamkan benih-benih konflik baru yang lebih buruk

daripada konflik-konflik yang sedang diusahakan untuk

dipecahkan. Ada banyak contohnya, mulai dari Perjanjian

Versailles yang mengakhiri Perang Dunia Pertama tetapi

menghasilkan nasionalisme yang menyulut Perang Dunia

Kedua, hingga Konferensi Yalta, yang mengakhiri Perang

Dunia Kedua tetapi menyebabkan ketegangan yang

mengarah pada Perang Dingin. Gencatan senjata

bukanlah suatu jaminan yang mengakhiri kebencian.

Semua orang setuju bahwa damai merupakan

jawaban atas perang, tapi damai macam apa? Rabbi

Kenneth L. Cohen menulis:

Kegelapan terjadi karena tak ada cahaya, tetapi

damai bukan sekadar karena permusuhan berhenti.

Perjanjian mungkin ditandatangani, para duta besar

berganti, dan tentara dipulangkan ke barak-barak kembali,

namun tetap saja tak ada damai. Damai mempunyai

implikasi metafisik dan kosmis. Damai lebih dari sekadar

tak ada perang. Sesungguhnya, damai bukan berarti

sesuatu tidak ada, tetapi lebih merupakan penegasan

mutlak dari sesuatu yang seharusnya ada.

Page 31: Kedamaian 1250301025-phpapp01

33

DamaiDalam Kitab Suci

Salah satu cara mempelajari makna damai adalahdengan melihat apa yang dikatakan Kitab Suci. Di

dalam Perjanjian Lama mungkin tidak ada konsep yang

lebih kaya daripada kata Ibrani untuk damai: Shalom.Shalom sulit diterjemahkan karena cakupan konotasinyabegitu dalam dan luas. Maknanya tidak tunggal,

walaupun orang dapat menerjemahkannya sebagaisesuatu yang lengkap, mendalam dan menyeluruh.Jangkauannya lebih jauh dari “damai” seperti yang

umumnya kita ketahui dalam bahasa kita.

Shalom memang berarti berakhirnya perang ataukonflik, tetapi juga berarti persahabatan, senang, amandan sehat; kemakmuran, kelimpahan, ketenangan,

keselarasan dengan alam, bahkan keselamatan. Dansemuanya itu untuk semua orang, bukan hanya untuksekelompok orang pilihan saja. Shalom akhirnya adalah

berkat, karunia dari Allah. Damai bukan berasal dariusaha manusia. Shalom berlaku untuk orang perorangan,tetapi juga berlaku untuk hubungan-hubungan di antara

orang-orang, bangsa-bangsa, dan antara Tuhan danmanusia. Selain itu, Shalom sangat erat kaitannya dengankeadilan, karena Shalom adalah kesukaan atau perayaan

dari hubungan manusia yang dibenarkan.

Dalam buku He Is Our Peace, Howard Goeringermelukiskan makna yang lebih dalam dari Shalom:Kasih kepada musuh.

Berbagai Makna

Page 32: Kedamaian 1250301025-phpapp01

34 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Pada tahun 600 SM tentara Babilon menyerang Yudeadan membawa tawanan dari Yerusalem ke tempatpengasingan/pembuangan. Situasinya begitu sulit sehingga

Yeremia menuliskan suratnya yang hebat ini kepada paratawanan di Babilon yang membenci musuh mereka:

“Carilah shalom di kota di mana Aku mengirim kamudalam pembuangan, dan berdoalah kepada Allah demi

mereka, sebab dalam Shalom mereka kamu akanmendapatkan shalommu.”10

Dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia:”Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku

buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebabkesejehteraannya adalah kesejahteraanmu.”

Para tawanan dipaksa hidup sebagai orang buangan

dan mereka memerhatikan kebudayaan Yahudi merekaruntuh. Karena membenci orang yang menawan mereka,rindu kembali ke tanah air mereka, dan kecewa padakegagalan Tuhan dalam melindungi mereka, orang-orang

itu tidak percaya pada perkataan Yeremia. Bagaimanamungkin orang gila suruhan Tuhan itu menyuruh merekamengasihi orang yang menawan mereka, menyuruh

mereka berbuat baik kepada musuh, dan menyuruhmereka memintakan agar Tuhan memberkati parapenganiaya itu dengan shalom?

Seperti dugaan kita, Surat Yeremia itu tidak populer,bukan best seller. Kaum buangan yang menderita tidakbisa memahami bagaimana kesejahteraan mereka dan

kesejehteraan musuh mereka terjalin menjadi satu takterpisahkan. Membayangkan bagaimana mereka disuruhmelayani bangsa yang menawan mereka dengan semangat

kebaikan hati, merawat bangsa lawan yang sakit,

10 Yer 29:7

Page 33: Kedamaian 1250301025-phpapp01

35

mengajari anak-anak bangsa musuh dengan permainanYahudi, bekerja lembur untuk bangsa asing itu! – itusemua jelas–jelas bodoh! Tidak masuk akal. Bukan hanya

di mata kaum cerdik pandai dunia, tetapi juga bagi umatyang paling religius sekalipun.

Damai merupakan tema sentral dalam Perjanjian Baru,

di mana kata eirene paling sering dipakai. Dalam konteks

biblis, eirene jauh melebihi makna klasik kata Yunani itu:

“tenteram,” dan meliputi berbagai konotasi dari shalom.

Di dalam Perjanjian Baru Yesus Kristus adalah pembawa

tanda dan sarana damai dari Allah. Paulus menyatakan

Kristus adalah perdamaian kita.11 Di dalam Dia segala

sesuatu didamaikan. Dalam Kabar Gembira Kerajaan Allah

itulah segalanya dijadikan benar.

11 Ef 4:12

Berbagai Makna

Page 34: Kedamaian 1250301025-phpapp01

36 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

DamaiSebagai Tujuan Sosial

Dunia penuh dengan para aktivis yang

memperjuangkan tujuan-tujuan yang beharga: ada

yang membela lingkungan hidup dan yang membela para

gelandangan, para aktivis antiperang dan pejuang keadilan

sosial, para pembela kaum wanita yang teraniaya dan kaum

minoritas yang tertindas. Pada tahun enam puluhan banyak

orang dari berbagai kalangan keagamaan turun ke jalan

bersama Martin Luther King12. Dalam tahun sembilan

puluhan banyak orang berjuang menghapus hukuman

mati. Komunitas saya sangat gigih memperjuangkan hal

itu, yang dalam arti yang lebih luas lagi, berjuang melawan

ketidakadilan dalam sistem peradilan Amerika.

Keprihatinan yang kami lontarkan baik di dalam maupun

di luar negeri menunjukkan dengan jelas bahwa politik

tertib hukum lebih terkait dengan kekerasan dan

ketakutan daripada dengan perdamaian.

Beberapa pria dan wanita yang kukenal dalam karya

ini adalah yang paling dedikatif di antara orang-orang

yang pernah kujumpai, dan sedikit pun aku tak

meremehkan prestasi mereka. Namun perpecahan yang

12 Martin Luther King Jr adalah seorang pastor Gereja Baptist yang

menjadi penjuang gerakan hak-hak sipil Amerika Serikat. Orator

ulung. Lahir pada tahun 1929. Pada tahun 1964 menerima Hadiah

Nobel Perdamaian (yang termuda dalam sejarah). Pada tahun 1968

mati ditembak orang (belakangan terungkap pembunuhnya sesama

pendeta). Kematiannya menimbulkan huru-hara di 60 kota karena

para pengagumnya marah. 300.000 orang hadir ketika ia dimakamkan.

Page 35: Kedamaian 1250301025-phpapp01

37

terjadi pada kehidupan orang lain dan pemisahan yang

sering kali disebabkan oleh pertengkaran mereka sendiri,

tampak jelas menyedihkan.

Mengenang kembali tahun enampuluhan, suatu masa

di mana banyak orang disebut pecandu damai, timbul

beberapa gagasan. Para penggemar kelompok band The

Beatles yang dengan rindu menyanyi; “Beri peluang pada

damai” berulang-ulang tak dapat diremehkan; aku

merasakan mereka itu sungguh-sungguh spiritual. Tidak

seperti mayoritas besar anak muda sekarang, pria maupun

wanita, banyak kaum muda angkatan enam-puluhan dan

tujuh-puluhan menerjemahkan harapan dan impian mereka

menjadi tindakan. Mereka mengadakan demonstrasi dan

mengorganisir acara-acara rapat umum; membentuk

kelompok-kelompok dan melakukan aksi mogok; mereka

melakukan aksi duduk dan pendudukan, berbagai protes

dan melaksanakan proyek pengabdian masyarakat. Tak

seorang pun menuduh mereka itu tak berperasaan. Namun

sulit melupakan kemarahan yang mengubah wajah beberapa

orang yang paling keras menyerukan damai di tahun-tahun

itu, juga perbuatan anarki dan sinisme yang kemudian

melanda seluruh wilayah.

Apa yang terjadi ketika idealisme luntur, ketika pawai

berakhir, ketika Musim Panas Cinta usai? Apa yang terjadi

ketika kelompok-kelompok damai dan hubungan-

hubungan cinta lalu cerai-berai? Apakah damai hanya

menjadi komoditi budaya berupa suatu simbol yang disablon

pada T-Shirt atau dicetak menjadi stiker tempelan di

bemper mobil? Dalam buku The Long Loneliness Dorothy

Day 13, radikal legendaris yang mendirikan Catholic Worker

13 Dorothy Day adalah seorang wartawati Amerika. Seorang Katolik

yang saleh. Lahir pada 1897. Ia menjadi Katolik pada 1927 dan

Berbagai Makna

Page 36: Kedamaian 1250301025-phpapp01

38 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

memberi komentar tentang kaum muda yang merindukan

dunia yang lebih baik itu kadang melakukan hal yang sama

dengan kaum nihilis (golongan yang yakin bahwa tatanan

sosial adalah buruk sehingga perlu dirusakkan tanpa

memberi alternatif yang konstruktif) dan egois juga. Kaum

muda mengidealkan perubahan, kata Dorothy, tetapi

jarang bersedia untuk mengubah diri mereka sendiri.

Mengutip Rabbi Cohen lagi:

Orang dapat melakukan arak-arakan untuk

perdamaian dan memilih perdamaian, dan mungkin

punya pengaruh kecil terhadap keprihatinan dunia.

Tetapi orang kecil yang sama dapat merupakan raksasa

di mata seorang anak di rumah. Jika damai hendak

ditumbuhkan, mulainya haruslah dari orang perorangan.

Damai dibangun bata demi bata.

mendirikan Gerakan Catholic Worker pada 1933. Gerakannya pada

dasarnya pro-perdamaian, tetapi kadang-kadang juga anarkis. Dorothy

keluar masuk penjara karena aktivitas gerakannya. Anti free-sex pada

tahun 1960-an. Ia meninggal pada 1980. Pada tahun 2000 dicalonkan

menjadi orang kudus oleh Keuskupan Agung New York. Dorothy

oleh banyak orang sudah dianggap orang kudus ketika ia masih hidup.

Page 37: Kedamaian 1250301025-phpapp01

39

DamaiDalam Hidup Perorangan

Sylvia Beels bergabung dengan komunitas kami dari

London ketika ia gadis muda sebelum Perang Dunia

Kedua meletus. Sekarang dalam usia sembilan puluh

tahunan ia menceritakan sikap di dalam gerakan

perdamaian di masa mudanya dulu – suatu sikap anti

pembunuhan tetapi tidak menentang ketidakadilan

sosial. Sikap itu mengecewakan dirinya dan membuatnya

penasaran dan mencari sesuatu yang lebih lagi.

Sebuah film perang yang kulihat ketika umurku

sembilan tahunan membuatku ketakutan, dan sejak itu

aku tak pernah menganggap perang sebagai sesuatu yang

baik, walaupun alasannya mungkin baik.

Sesudah aku menikah, suamiku Raymond dan aku

bergabung dengan Left Book Club dan membaca semua

buku mereka. Kami bertemu secara berkala dengan suatu

kelompok teman, membicarakan gagasan-gagasan dalam

buku-buku ini. Kami mencari dan mencari lagi untuk

mendapatkan jalan dalam labirin gagasan manusia –

perang, damai, politik, moral konvensional lawan cinta

bebas – tapi kami tidak juga lebih dekat untuk

menemukan suatu masyarakat yang adil dan damai.

Di kemudian hari, dalam proses persalinan yang sulit

dan lama ketika melahirkan anaknya yang pertama, Sylvia

menyadari bahwa kehidupan pribadinya diwarnai oleh

kesulitan-kesulitan seperti yang dilawannya dalam

masyarakat. Kendati kariernya dalam musik menjanjikan,

namun perkawinannya goyah dan hatinya dalam kemelut.

Berbagai Makna

Page 38: Kedamaian 1250301025-phpapp01

40 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Suatu ketika di situlah ia memutuskan, bahwa sebelum

ia dapat menyumbangkan sesuatu bagi perdamaian dunia,

ia perlu menemukan damai dalam dirinya dan orang lain

(tak lama kemudian suami Sylvia meninggal karena

penyakit jantung, tetapi mereka dapat berdamai

menjelang kematiannya).

Maureen Burn, seorang anggota komunitas yang lain,

memperoleh kesimpulan yang sama setelah bertahun-tahun

menjadi aktivis antiperang, mula-mula di Edinburgh dan

kemudian di Birmingham, di mana uang, hubungan sosial

dan kepribadian yang ceria membuatnya sangat terkenal

dan menjadi pengikut kelompok pacifisme yang efektif:

Aku selalu seorang yang idealis dan pemberontak.

Walaupun waktu itu aku masih anak-anak, Perang Dunia

Pertama menakutkan aku. Kami diberi tahu bahwa Pemimpin

(Kaiser) Jerman telah memulai perang, dan ketika umurku

sepuluh tahun aku menulis surat kepadanya memohon agar

ia menghentikan perang. Aku selalu menentang perang.

Suamiku, Matthew, seorang pejabat kesehatan

publik yang cukup dikenal, juga seorang pengikut

pacifisme. Setelah mengalami tinggal dalam parit

perlindungan dalam Perang Dunia Pertama, ia menjadi

sangat antimiliter dan pejuang keadilan sosial. Persamaan

minat kami dalam mempelajari Revolusi Rusia 1918,

karya-karya sastrawan Rusia Leo Tolstoy14 dan

perjuangan Mahatma Gandhi15 dari India menciptakan

14 Leo Tolstoy sastrawan dan filsuf Rusia. Karyanya antara lain Anna

Karenina dan War and Peace. Bersama Mahatma Gandhi dan Martin

Luther King Jr dianggap paling berpengaruh pada abad ke-20. Lahir

pada 1828, meninggal pada 1910. Hidupnya dipengaruhi oleh

Sakyamuni Buddha dan Santo Fransiskus Assisi, dan Khotbah di

Bukit. Seorang pecinta perdamaian yang antikekerasan.15 Mohandas K. Gandhi atau Mahatma Gandhi dilahirkan pada 1869

di Porbandar, India, adalah tokoh yang memperjuangkan prinsip

Page 39: Kedamaian 1250301025-phpapp01

41

ikatan di antara kami yang mengantar kami ke dalam

perkawinan. Banyak anak muda akan ke pergi ke

Moskow pada tahun-tahun itu, dan karena kami tertarik

pada cita-cita komunis “dari setiap orang berdasarkan

kemampuannya, untuk setiap orang berdasarkan

kebutuhannya,” aku ingin juga pindah ke Rusia dengan

anak-anakku yang masih kecil.... Hanya kemudian

Matthew berkata, “sebuah bom yang dijatuhkan seorang

komunis sama jahatnya dengan bom yang dijatuhkan

kapitalis,” dan aku mengubah pendirianku.

Matthew selalu menghilang pada Hari Angkatan

Bersenjata. Aku tidak tahu ke mana ia pergi. Ia

berpendapat bahwa parade militer besar-besaran di

Cenotaph merupakan penghinaan terhadap prajurit-

prajurit tak dikenal yang mati dan dikuburkan, yang tak

pernah mendapatkan tanda jasa. Setelah perang ibunda

Matthew memberi tahu aku bahwa Matthew suatu ketika

pernah berkata bahwa ia tak akan berbuat sesuatu lagi

bagi masyarakat yang begitu bobrok, di mana bahkan

pemuka agama pun mengkhotbahkan pembunuhan

kepada kaum muda….

Dalam Perang Dunia Kedua, selama pengeboman atas

Inggris, banyak kota di Inggris mulai melakukan evakuasi

anak-anak dan keluarga Burn harus mendapatkan tempat

bagi keempat anak mereka, sedang yang bungsu belum

genap setahun umurnya. Pekerjaan Matthew sementara

itu mengharuskan dirinya tetap tinggal di kota, dan

Maureen tidak tahu harus pergi ke mana. Pada hari-hari

itu juga Maureen tahu bahwa ia hamil, mengandung

anaknya yang ke lima. Dalam keadaan yang tak menentu

satyagraha atau perlawanan pada tirani dengan pemogokan, dan

ahimsa atau antikekerasan yang mengantarkan India pada

kemerdekaan dari penjajahan Inggris pada 1945. Ia meninggal pada

tahun 1948 di usia 78 tahun karena ditembak.

Berbagai Makna

Page 40: Kedamaian 1250301025-phpapp01

42 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

karena perang, dia dan Matthew memutuskan untuk

melakukan aborsi.

Waktu aku pulang sesudahnya, suamiku

menyarankan agar aku pergi ke rumah saudariku

Kathleen untuk beristirahat beberapa hari. Kathleen

tinggal di Bruderhof.16 Aku menulis padanya apakah

aku bisa datang dan tinggal di sana untuk beberapa

hari, dan dia menjawab boleh.

Aku tidak membayangkan kejutan yang sedang

menungguku di sana. Aku membaca beberapa literatur

mereka, aku lupa judul bukunya. Di dalamnya

dikatakan dengan tegas bahwa aborsi adalah suatu

pembunuhan: membunuh kehidupan baru dalam

rahim dan di mata Tuhan hal itu tak dapat dibenarkan,

sama dengan pembunuhan yang terjadi di medan

perang. Sampai saat itu aku adalah seorang yang

rasional dan tidak menganggap aborsi begitu

mengerikan. Tapi setelah itu hatiku kemelut dan aku

merasakan untuk pertama kalinya betapa mengerikan

tindakan yang telah kulakukan.

Biasanya aku tidak gampang-gampang menangis

tetapi pada saat itu yang kulakukan adalah menangis

dan terus menangis. Aku sangat menyesal atas apa yang

telah kulakukan dan aku berharap seandainya saja

waktu bisa diputar berbalik dan aku dapat membatalkan

tindakanku itu. Aku hanya seorang tamu dalam

komunitas itu, tetapi saudariku mengantarkan diriku

pada salah seorang pendeta di situ, dan aku

menceritakan semuanya. Ia mengundangku ikut dalam

suatu persekutuan, di mana mereka berdoa untuk

16 Bruderhof berarti tempat untuk para saudara. Didirikan pada tahun

1920 oleh Eberhard Arnold di Jerman sebagai suatu komunitas

yang menghayati cara hidup orang kristen perdana dan Khotbah di

Bukit dari Yesus Kristus (Mat 5-7). Tentang komunitas ini berangsur-

angsur diuraikan dalam buku ini.

Page 41: Kedamaian 1250301025-phpapp01

43

diriku. Aku segera tahu bahwa aku memperoleh

pengampunan. Suatu mukjizat, suatu karunia. Aku

merasa penuh dengan kegembiraan dan damai, dan

dapat memulai suatu hidup baru.

Tidak ada yang lebih penting atau lebihmenyedihkan dari hidup dan hati kita sendiri yang kitatahu tidak-damai. Bagi sebagian dari kita, itu berarti

kita masih dikuasai rasa benci atau dendam; bagi yanglain karena pengkhianatan, pengasingan, ataukebingungan; yang lain lagi merasa kosong dan tertekan

jiwanya. Dalam makna yang terdalam, semua itumerupakan kekerasan dan karena itu harus dihadapidan diatasi. Thomas Merton17 menulis:

Ada sebentuk kekerasan zaman ini yang begitu

luas tersebar, sehingga biarpun para idealis yang berjuang

untuk damai dengan metode antikekerasan pun mudah

kerasukan aktivisme dan kerja berlebihan. Ketegangan

dan tekanan kehidupan modern merupakan suatu

wajah, mungkin wajah yang paling umum, dari

kekerasan pada diri seseorang. Membiarkan diri terbawa

hanyut oleh begitu banyak urusan mendesak yang saling

bertabrakan, menyerah pada begitu banyak tuntutan,

mengikat diri pada begitu banyak proyek, berhasrat

membantu setiap orang dalam segala hal, adalah sama

saja dengan menyerah pada kekerasan hidup. Lebih

dari itu, orang bahkan bekerja sama dengan kekerasan

itu. Aktivis yang sangat sibuk mengebiri karyanya atas

nama damai. Kesibukannya yang luar biasalah yang

menghancurkan buah dari pekerjaannya, karena

17 Thomas Merton lahir di kalangan jemaat Gereja Inggris pada 1915.

Ia menjadi Katolik pada 1938 dan tinggal di Amerika Serikat. Pada

tahun 1941 menjadi biarawan trapis dan menulis banyak buku

keagamaan yang bersifat mistik. Pada 1949 ia ditahbiskan menjadi

imam. Ia cinta perdamaian dan menentang Perang Vietnam. Sejak

1960 memengaruhi banyak aktivis Katolik. Ia meninggal pada 1968.

Berbagai Makna

Page 42: Kedamaian 1250301025-phpapp01

44 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

kesibukan itu membunuh akar kebijaksanaan batin

yang mestinya dapat membuat pekerjaannya berbuah.

Banyak orang merasa terpanggil memperjuangkan

alasan-alasan damai, tetapi kebanyakan dari mereka lalu

terpukul mundur begitu mereka sadar bahwa mereka tak

dapat memberikan damai sebelum mereka sendiri

memiliki damai dalam diri mereka. Karena tak dapat

menemukan keselarasan dalam hidup mereka, dengan

segera mereka minggir dari perjuangan itu.

Malahan ada beberapa kejadian yang sangat tragis,

di mana seseorang yang sangat menderita setelah

menyadari ilusi mereka lalu bunuh diri. Penyanyi lagu-

lagu rakyat Phil Ochs, seorang aktivis perdamaian pada

tahun enam puluhan melakukannya; begitu pula Mitch

Snyder, pendiri Pusat Kegiatan Kreatif Non-Kekerasan.

Seorang pembela gelandangan yang sangat dihormati

di Washington DC.

Page 43: Kedamaian 1250301025-phpapp01

45

Damai Tuhan

Damai sejati bukan sekadar tujuan luhur yang

dijunjung tinggi dan dikejar dengan sungguh-

sungguh. Damai sejati juga tidak begitu saja

didapatkan atau dimiliki . Damai membutuhkan

perjuangan. Damai ditemui dengan melakukan

pertarungan dasar dalam kehidupan: hidup lawan mati,

baik lawan buruk, benar lawan salah. Memang, damai

itu karunia, tetapi damai juga merupakan hasil dari

usaha yang sangat bersungguh-sungguh. Beberapa ayat

di dalam Mazmur menyatakan bahwa di dalam proses

untuk memperoleh damai itulah maka damai itu

ditemukan. Damai semacam itu merupakan hasil dari

usaha menghadapi dan mengatasi konflik, bukan

menghindari konflik. Karena begitu berakar dalam

kebenaran, damai sejati (yaitu damai Allah) mengusik

hubungan-hubungan yang penuh kepalsuan,

menggoyang sistem-sistem yang tidak benar, dan

menelanjangi kebohongan yang dijadikan dasar dari

damai yang palsu. Damai sejati mencabuti akar dan

benih-benih situasi yang tidak damai.

Damai Allah tidak secara otomatis mencakup

ketenangan batin, ketiadaan konflik atau taksiran-

taksiran damai duniawi lainnya. Seperti kita lihat dari

kehidupan Kristus, damai yang sempurna justru

ditegakkan dari penolakan-Nya atas dunia dan atas damai

yang ditawarkan dunia. Dan damai yang sempurna itu

berakar pada kesediaan-Nya untuk mengorbankan diri

dengan cara yang paling mengerikan: mati di kayu salib.

Berbagai Makna

Page 44: Kedamaian 1250301025-phpapp01

46 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Banyak orang yang menyebut diri sebagai orang

Kristiani dewasa ini melupakan hal ini, atau menutup mata

sepenuhnya pada kenyataan itu. Jika pun kita

menghendaki damai, kita memperjuangkan damai yang

dasarnya adalah keinginan kita sendiri. Kita menghendaki

damai yang gampangan. Tetapi damai tidak terwujud

dengan cepat atau gampang jika diharapkan punya daya

untuk bertahan lama. Damai itu bukan semata-mata

kesejahteraan atau keseimbangan psikologis, suatu perasaan

yang hari ini ada dan besok tiada. Damai Tuhan lebih dari

suatu tingkat kesadaran. Dorothy Sayers menulis:

Aku yakin adalah suatu kesalahan besar

mewartakan Kekristenan sebagai sesuatu yang indah

dan populer, bahwa tak ada yang diserang di

dalamnya.... Kita tak dapat memejamkan mata pada

fakta bahwa Yesus yang lemah lembut itu begitu tegas

pendirian-Nya dan begitu tajam menyerang dalam kata-

kata-Nya sehingga Ia didorong keluar dari tempat

ibadat, dilempari batu, dikejar-kejar dari satu tempat

ke tempat lain dan akhirnya ditangkap sebagai

penghasut dan musuh masyarakat. Apa pun damai-Nya

itu, yang jelas bukanlah damai yang timbul dari sikap

bersahabat yang tak acuh pada keadaan.

Hendak aku katakan bahwa kendati aku beriman

kepada Kristus dan kendati bahasa buku ini yang oleh

sementara orang dianggap agak gerejawi, aku tidak yakin

bahwa orang harus menjadi Kristiani untuk mendapatkan

damai Yesus itu. Memang kita tidak dapat melalaikan

pernyataan Yesus: “Dia yang tidak mengumpulkan

bersama-sama Aku, ia mencerai-berikan,” dan “Siapa

tidak bersama Aku melawan Aku.”18 Tetapi apa artinya

perkataan itu bagi Yesus sendiri? Bukankah Dia

18 Mat 12:30

Page 45: Kedamaian 1250301025-phpapp01

47

menyatakan dengan jelas bahwa masalahnya bukanlah

kata-kata ibadat ataupun sekadar wujud kesalehan

belaka? Ia menghendaki sikap yang lembut dan penuh

belas kasihan – demi cinta kasih.19 Dia berkata biarpun

hanya segelas air untuk orang yang kehausan akan

dihargai “dalam Kerajaan Surga”.20

Yesus adalah seorang pribadi, bukan suatu konsep

atau karangan teologi, dan kebenaranNya menjangkau

lebih luas dari sekadar yang dapat dipahami oleh pikiran

kita yang terbatas. Dalam kasus tertentu jutaan

pengikut Buddha, para Muslim, orang Yahudi, bahkan

mereka yang tidak mengenal Allah dan yang

menyangkal Allah (ateis) melaksanakan cinta yang

diperintahkan Yesus agar dilakukan21, lebih mantap

daripada banyak orang yang menyebut dirinya Kristiani.

Maka tidaklah pada tempatnya bagi kita untuk menilai

apakah mereka memiliki damai Kristus atau tidak.

19 Mat 9:13; 12:7.20 Mat 10:42

21 Yoh 15:12

Berbagai Makna

Page 46: Kedamaian 1250301025-phpapp01

48 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Damaiyang Mengatasi Pemahaman

Beberapa pembaca mungkin dapat menimba manfaat

jika di sini aku melanjutkan kajian atas berbagai

pemahaman akan damai, dan membahas apakah damai

itu suatu status (keadaan) ataukah cara hidup. Yang

lain mungkin hanya ingin tahu apakah yang

kumaksudkan ketika aku mengatakan bahwa orang

mengupayakan damai. Apakah mereka berusaha agar

lebih akrab dengan orang lain, ataukah mereka haus

akan damai untuk diri mereka sendiri? Apakah mereka

rindu akan kepercayaan dan cinta kasih, akan sesuatu

yang lebih baik daripada hanya menarik diri dan diam

saja? Sesuatu yang berbeda sama sekali? Intinya, apa

itu damai? Suatu gagasan dari buku-buku kakekku

membantuku. Ia menulis tentang damai tiga dimensi:

kedamaian jiwa bersama Tuhan; hubungan yang rukun

dan damai tanpa kekerasan dengan orang lain; dan

ditegakkannya tatanan sosial yang adil dan damai.

Namun pada akhirnya, masalahnya bukanlah

mengenai definisi yang terbaik, sebab definisi tidak

membantu kita mendapatkan damai itu. Untuk

mendapatkan makna damai itu kita harus mengalaminya

dalam kenyataan praktis, bukan hanya sesuatu yang ada

dalam kepala kita, juga bukan hanya dalam hati kita,

melainkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sadhu Sundar Singh, seorang mistikus Kristiani dari

India dari permulaan abad yang lalu menulis:

Page 47: Kedamaian 1250301025-phpapp01

49

Misteri dan realitas hidup yang bahagia dalam Tuhan

tidak dapat dipahami tanpa menerima, menghayati, dan

mengalaminya. Jika kita berusaha memahaminya dengan

pikiran saja, usaha kita itu tidak berguna.

Seorang ilmuwan memegang burung di tangannya.

Ia melihat burung itu punya kehidupan. Lalu ia ingin

tahu di bagian tubuh yang mana dari burung itu terletak

kehidupannya. Maka ia mulai mengiris-iris burung itu.

Hasilnya, kehidupan yang dicarinya itu hilang. Mereka

yang berusaha memahami misteri hidup sejati secara

intelektual niscaya menemui kegagalan seperti itu. Hidup

yang dicarinya akan lenyap dalam analisisnya.

Seperti air tak akan tenang sebelum mencapai

kepenuhannya, jiwa pun tak akan damai sebelum

tinggal dalam Tuhan.

Berbagai Makna

Page 48: Kedamaian 1250301025-phpapp01

50 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Page 49: Kedamaian 1250301025-phpapp01

51

Bagian

III

Berbagai Paradoks“Aku seorang tentara Kristus. Aku tak bisa berperang.”

St. Martinus dari Tours

Page 50: Kedamaian 1250301025-phpapp01

52 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Berbagai Paradoks

Kita telah melihat bahwa walaupun kerinduan akan

damai begitu mendalam, suatu kelaparan universal,

namun damai sulit dirumuskan. Memang begitulah

kebanyakan hal yang bersifat rohani. Elias Chacour,

seorang imam Palestina, teman baikku, memberikan

komentar tentang hal ini dalam bukunya Blood Brothers.

Ketika bicara tentang agama-agama besar dari Timur ia

menunjukkan bagaimana para pemikir mereka (kontras

dengan banyak pemikir dalam budaya Barat) merasa

nyaman dengan berbagai paradoks dan bersedia

menerimanya dan hidup dengan paradoks-paradoks itu

dan tidak berusaha menyingkirkannya.

Barangsiapa membaca Injil tentu tahu betapa Yesus

juga mengandalkan paradoks dan perumpamaan untuk

melukiskan kebenaran yang sangat dalam. Bagi pikiran

rasional, suatu paradoks tampak bertentangan

(kontradiktif), namun justru karena sifatnya itu, paradoks

memaksa kita melihat kebenaran di dalamnya dengan

mata yang baru. Dalam pengertian ini aku menulis bagian

berikut, masing-masing bagian merupakan suatu papan

loncatan ke arah pengertian yang lebih dalam atas damai.

Page 51: Kedamaian 1250301025-phpapp01

53

Bukan Damai Tapi Pedang

Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang

untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan

untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku

datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, dan

anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari

ibu mertuanya dan musuh orang ialah orang-orang seisi

rumahnya. Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih

daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barang siapa

mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih

daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Yesus dari Nazareth

Ketika Matius mencatat kata-kata Yesus ini dalam bab

kesepuluh dari Injilnya22, ia memberikan argumen

yang disukai generasi-generasi Kristiani untuk

mempertahankan penggunaan kekuatan dalam berurusan

dengan orang lain. Tetapi sesungguhnya apa yang

dimaksud oleh Yesus? Yang pasti ia tidak bermaksud

membenarkan atau memajukan kekerasan dengan

menggunakan senjata. Bahkan sekalipun Ia mengusir

para penukar uang dari Bait Allah dengan cambuk23,

namun Ia kemudian menegur Petrus karena telah

memotong telinga seorang prajurit dengan pedang dan

berkata, “Barang siapa menggunakan pedang, akan

binasa oleh pedang,”24 dan apa yang dilakukannya sampai

hembusan napas terakhir di kayu salib, mencerminkan

22 Mat 10:34-35

23 Yoh 2:1224 Mat 26: 52

Berbagai Paradoks

Page 52: Kedamaian 1250301025-phpapp01

54 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

kata-kata-Nya “Segala sesuatu yang kamu kehendaki

supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian

juga kepada mereka.”25

Bagiku jelas bahwa pedang yang dimaksudkan

Yesus bukanlah pedang yang merupakan senjata

manusia. Di dalam surat Rasul Paulus kita membaca

tentang pedang Roh Kudus yang dibandingkan dengan

pedang pemerintah, yang kadang-kadang disebut

pedang yang fana atau pedang kemurkaan Allah26

Paulus menyatakan bahwa Allah Bapa menarik Roh

Kudus dari dunia karena pria dan wanita tidak taat

kepada-Nya; sebaliknya, Ia menyerahkan mereka

kepada “pedang” pemerintahan dunia, yang

kelangsungan dan wewenangnya berakar dalam

kekuatan tentaranya. Tetapi Gereja tentu tidak boleh

menggunakan senjata fisik, Gereja harus setia kepada

satu kekuatan saja: Kristus, dan pengikut-pengikutNya

hanya boleh menggunakan pedang Roh Kudus.

Di tempat lain dalam Kitab Suci pedang digunakan

sebagai lambang kebenaran. Seperti senjata fisik yang

dilukiskannya, pedang, ini memotong segala sesuatu yang

mengikatkan kita pada dosa. Pedang itu membersihkan

dan menonjolkan (penulis Surat kepada orang Ibrani

menyebutnya “memisahkan sendi-sendi dan sumsum)27,

namun maksudnya bukanlah menghancurkan atau

membunuh. Mengutip penyair Phillip Britts dari Bruderhof,

damai adalah “persenjataan kasih dan penebusan.... bukan

persenjataan dunia, tapi persenjataan hasrat akan

kebenaran.” Perangnya bukan pergumulan antarmanusia

25 Mat 7:12

26 Rm 13:427 Ibr 4:12

Page 53: Kedamaian 1250301025-phpapp01

55

satu sama lain, tetapi antara “sang pencipta melawan si

perusak; perang antara hasrat akan kehidupan melawan

hasrat kematian; perang antara cinta melawan kebencian;

antara persatuan melawan perceraian.”

Di dalam Injil tertulis, “sejak tampilnya Yohanes

Pembaptis sampai sekarang, kerajaan surga diserong dan

orang yang menyerong mencoba mengusainya.”28

Walaupun ini merupakan salah satu di antara wejangan

Yesus yang sulit, arti kata “diserong” cukup sederhana.

Kita tak dapat duduk dan menunggu surga, demi

kerajaan damai dari Allah, agar jatuh ke pangkuan kita.

Kita harus merebutnya dengan penuh hasrat. Thomas

Cahill menyatakan: “yang penuh hasrat, habis-habisan

dan di luar batas punya kesempatan lebih baik untuk

merebut surga daripada mereka yang puas diri, ragu-

ragu dan yang lengket dengan dunia.” Yang menarik,

kosa kata Kristiani tidak sendirian menggunakan bahasa

kekerasan untuk melukiskan jalan damai. Menurut

seorang nara sumber Muslim kata jihad tidak hanya

berarti perang suci Islam, tetapi juga perang spiritual

yang terjadi dalam diri setiap orang.

Banyak orang Kristiani sekarang menyepelekan

perang spiritual. Di satu pihak mereka menganggap hal

itu semacam imajinasi; di lain pihak ada yang merasa

bahasa yang digunakan untuk melukiskannya terlalu

konfrontatif, terlau kasar, dan yang lebih buruk lagi,

terlalu kuno. Namun perang kosmis antara malaikat

Allah dan cecunguk setan terus berlangsung hingga saat

ini, kendati makin kurang saja yang percaya tentang hal

itu. Mengapa hanya karena kita tidak dapat melihatnya

kita menganggap hal itu hanya rekaan pikiran?

28 Mat 11:12

Berbagai Paradoks

Page 54: Kedamaian 1250301025-phpapp01

56 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Aku percaya bahwa daya yang tampil dari yang baik

dan yang jahat sungguh nyata seperti daya-daya fisik yang

membentuk alam semesta, namun karena kita tidak bisa

mengetahuinya, kita tidak dapat menyaksikan

pertempuran besar yang terjadi di antara mereka.

Sebagaimana cahaya tidak dapat berbagi ruang dengan

kegelapan, maka baik dan jahat tidak dapat ada bersana

dalam damai, dan karena itu kita harus memutuskan

untuk ikut di pihak mana.

Sekitar dua puluh lima tahun lalu, sebagai tetua

komunitas Bruderhof, ayahku29 menyusun suatu dokumen

yang berulangkali dilihat orang lagi selama bertahun-

tahun. Suatu “kesepakatan” yang ditanda-tangani oleh

semua anggota komunitas kami ketika ditulis (dan

disetujui oleh setiap anggota terbaru), karena sering

membantu kami mempertajam fokus kami pada akar suatu

masalah tertentu yang sedang kami hadapi.

Kami memaklumkan perang kepada segala pelecehan

terhadap semangat seperti anak-anak yang

diajarkan Yesus.

Kami memaklumkan perang kepada segala kekejaman

emosional dan fisik terhadap anak-anak.

Kami memaklumkan perang kepada semua usaha untuk

menguasai jiwa orang lain.

Kami memaklumkan perang kepada segala kebesaran

manusia dan semua bentuk pameran kehebatan.

Kami memaklumkan perang kepada kebanggaan palsu

termasuk kebanggaan kolektif.

Kami memaklumkan perang kepada semangat dendam,

kebencian dan keengganan untuk memaafkan.

29 Yang dimaksud adalah J. Heinrich Arnold (1913-1982).

Page 55: Kedamaian 1250301025-phpapp01

57

Kami memaklumkan perang kepada segala macam

bentuk kekejaman kepada orang lain termasuk

kekejian terhadap pendosa.

Kami memaklumkan perang kepada semua

keingintahuan tentang sihir atau kegelapan setan.

Salah satu risiko terbaru di dalam berperang melawan

yang jahat adalah salah menerapkan sesuatu perlawanansifat pada tatanan fisik manusia, dengan menciptakankubu antara “orang baik” dan “orang jahat. Kita sering

bicara tentang Tuhan dan gerakan yang berlawanandengan setan dan dunia, namun kenyataannya adalahgaris pemisah antara baik dan jahat itu juga melewati

setiap hati manusia. Dan siapa yang akan kita adili selaindiri kita sendiri?

Gandhi suatu ketika mengajar, “jika Anda membenciketidakadilan, tirani, keserakahan dan kerakusan,

bencilah semua itu dalam diri Anda lebih dulu.” Setiaporang membentuk suasana tertentu di sekelilingnya. Ketika“bertarung demi kebaikan” janganlah lupa berhenti

sebentar, di sana atau di sini, dan bertanya pada diri sendiri,apakah suasana yang terbentuk itu penuh ketakutan atausuasana kasih yang menyingkirkan rasa takut.

Ada godaan untuk membawa pertarungan itu ke luarmelawan orang lain daripada ke dalam melawan dirisendiri. Karena ngeri pada keadaan dunia dan cara hidup

orang lain, kita mungkin dipenuhi perasaan bahwa kitabenar (jika bukan pembenaran diri). Namun bukannyamengajak orang lain menuju hidup baru dengan menarik

hatinya, kita hanya memisahkan diri dari mereka,membuat jarak. Padahal, pertarungan itu seharusnya

terlaksana dalam hati kita dulu.

Tentang ini seorang pelayan umat, Glenn Swinger,

baru-baru ini menulis kepadaku:

Berbagai Paradoks

Page 56: Kedamaian 1250301025-phpapp01

58 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Setelah mengalami pertobatan, saya dibaptis pada

pertengahan usia empat puluhan. Saya mengakui setiap

dosa yang saya ingat, memperbaiki hubungan yang salah

dengan orang lain dan berusaha melihat betapa dalam

saya telah menentang Allah. Saya merasa mendapat

pengampunan, yang membawa kegembiraan dan

perdamaian. Tetapi ayah Anda, yang membaptis saya,

berkata “Sekarang pertarungan yang sesungguhnya

dimulai.” Saya pada waktu itu tidak benar-benar

mengerti masalahnya, tetapi saya berkata pada diri saya

sendiri agar waspada.

Sedikit demi sedikit ternyata kembali lagi pada

cara hidup saya yang lama, dan berangsur-angsur setan

kecil kesombongan, iri hati dan kecemburuan masuk

lagi dalam hidup saya. Memang, pengalaman baptis

mengubah diri saya, saya tidak menyangkal. Namun

saya belum mengalahkan diri saya sendiri. Diri saya

sendiri masih merupakan pusat dari semua pengalaman

batin saya. Saya menghayati kehidupan yang hebat

dengan kekuatan saya sendiri, dengan kemampuan

saya sendiri. Saya tidak “berjaga dan berdoa” sehingga

pencobaan masuk ke dalam hati saya.... Akhirnya cinta

pertama saya dengan Kristus berantakan.

Kemudian muncullah sikap munafik, dan saya

mengalami sakitnya tuntutan keadilan. Saya diminta

lengser dari tugas saya sebagai pelayan jemaat dan

pengajar. Saya meninggalkan Bruderhof selama empat

bulan, dan selama itu saya dapat melihat dosa-dosa saya

dan menyesalinya. Setelah pulang kembali dan

menerima maaf dari saudara-saudara yang tempo hari

saya tinggalkan, saya mendapatkan kebebasan baru,

cinta dan perdamaian.

Perjuangan masih timbul setiap hari, tetapi selama

beberapa tahun saya belajar sesuatu dari 1 Kor 13:13;

“demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman,

pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya

Page 57: Kedamaian 1250301025-phpapp01

59

adalah kasih.” Saya tak dapat mengadili atau memandang

rendah orang lain, bagaimana pun keadaannya. Orang

yang kaya membuat jarak antara dirinya dan Lazarus,

dalam kehidupan selanjutnya kedudukan mereka

dibalik.30 Ada dua kekuatan dasar yang bekerja dalam

diri kita, baik dan jahat, dan dalam pertarungan di antara

keduanya kita diadili dan berkali-kali memperoleh

pengampunan. Di dalam pertarungan yang terus

berlangsung inilah kita mengalami damai sejati.

Pengamatan Glenn Swinger sangat menentukan

pemahaman atas paradoks. “Aku datang ke dunia bukan

membawa damai, tetapi pedang”, karena menyentuh

maknanya yang paling dalam. Pedang Kristus adalah

kebenaran, dan kita harus membiarkannya memotong

tandas dan berulang kali kapan saja dosa bertumbuh

dalam hidup kita, menegarkan diri dan melindungi diri

kita terhadap pedang itu berarti menutup diri kita pada

kerahiman dan kasih Allah.

30 Luk 16:19-31

Berbagai Paradoks

Page 58: Kedamaian 1250301025-phpapp01

60 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kekerasan Kasih

D amai sejati memerlukan senjata, dan juga

mengucurkan darah, tetapi bukan dalam makna

yang sekadar kita bayangkan. Kristus melarang kita

menggunakan kekerasan terhadap orang lain, namun

ia jelas meminta kita sedia menderita di tangan orang

lain. Dia sendiri “memberikan perdamaian kepada kita

melalui darahnya,”31 seperti dikatakan dalam Perjanjian

Baru, dan selama berabad-abad pria dan wanita

mengikuti teladanNya, dan bersedia mengorbankan

dirinya demi iman mereka.

Pentingnya kematian seseorang demi iman mungkin

merupakan suatu hal yang paling sulit dijelaskan.Kebanyakan dari kita gemetar ngeri membayangkanpemandangan orang yang dibakar, ditenggelamkan, dan

dibelah. Namun para saksi mata berulang kali menulistentang damai yang diperlihatkan oleh para martir itupada saat-saat terakhir mereka.

Buku The Chronicle of The Hutterian Brethren, suatu

sejarah era Reformasi yang memuat catatan tentangbanyak martir, menggambarkan orang-orang yangmenyongsong kematian mereka sambil menyanyi gembira.

Seorang di antaranya, Conrad, anak muda yang akandihukum mati, tetap tenang dan begitu mantap sehinggaorang-orang yang menonton berharap tak ingin bertemu

dia lagi, anak muda itu membuat mereka resah.

Bagi kebanyakan orang kematian sepertinya takakan berakhir. Kita tidak lagi diminta mempertahankan

31 Lih Kol 1:20

Page 59: Kedamaian 1250301025-phpapp01

61

iman kita dengan kata-kata, dan gambaran menderitasecara fisik demi iman kelihatannya sangat berlebihan.Bersamaan dengan itu tidaklah dirasakan menyakitkan

lagi untuk mempertimbangkan iman bagi mereka yangtelah siap menderita demi keyakinan-keyakinan mereka,juga bagi kita sendiri jika kita telah siap melakukan

hal yang sama. Setiap orang bisa mengendalikanemosinya dan dapat tetap berdiri teguh menghadapikesulitan-kesulitan setiap hari. Namun supaya tetap

damai menghadapi perjuangan keras termasukmenghadapi kematian, diperlukan lebih dari sekadarmaksud baik. Di suatu tempat pasti ada cadangan

kekuatan yang sangat besar.

Uskup Agung dari El Salvador Oscar Romero

menyentuh rahasia damai ini ketika ia berpidato, tak

lama sebelum ia mati tentang pentingnya “menerima

kekerasan cinta.” Romero dibunuh pada tahun 198032

karena lantang membela kaum miskin.

Kekerasan cinta ... membiarkan Kristus tergantung

pada salib; kekerasan itulah yang harus kita lakukan

pada diri kita sendiri untuk mengatasi egoisme kita dan

ketidakadilan yang kejam di antara kita. Kekerasan

itu bukan kekerasan pedang atau kekerasan kebencian.

Itu adalah kekerasan persaudaraan, kekerasan yang

melebur persenjataan menjadi hal yang tidak

menyakitkan demi karya perdamaian.

32 Oscar Romero adalah Uskup Agung San Salvador . Lahir 1917.

Ditahbis menjadi imam tahun 1942. Pada tahun 1966 menjadi rektor

Seminari Tinggi Interdiosesan Salvador. Tahun 1975 menjadi Uskup

Santiago. Menjadi Uskup Agung San Salvador 1977. Ia

memperjuangkan hak asasi manusia dan menentang ketidak adilan

dan membela kaum miskin. Untuk itu ia memajukan Teologi

Pembebasan. Pada 1980 ia ditembak sesudah homili dan meninggal.

Tahun 1997 ia dicalonkan menjadi orang kudus.

Berbagai Paradoks

Page 60: Kedamaian 1250301025-phpapp01

62 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Demikianlah cinta Kristus merupakan daya bagi

kebenaran dan kekudusan, yang melawan hingga

mendasar semua yang tidak suci dan bertentangan dengan

kebenaran. Kasih semacam itu jelas sangat berbeda dengan

yang diajarkan pengarang Marianne Williamson dari aliran

New Age yang populer, yang menyatakan bahwa untuk

memperoleh damai, yang perlu kita lakukan adalah

mengasihi diri kita sebagaimana adanya dan “menerima

Kristus yang telah ada dalam diri kita.”

Tidak mengherankan bahwa banyak orang menyukai

khotbah Marianne. Kita tahu bahwa setiap orang

Kristiani harus memanggul salibnya sendiri, tetapi kita

tidak ingin membahas soal itu. Kita lebih menyukai

religiositas gereja modern yang hangat bersahabat dan

suka cita yang dijanjikan para malaikat di Betlehem33

daripada kedamaian yang telah dimenangkan Yesus

dengan susah payah di Golgotha. Kita mengakui hasil

karya Yesus ketika Ia mati - “Bapa, ke dalam tanganMu

kuserahkan jiwaKu”34, tetapi melupakan sakratulmaut

yang dialamiNya di taman Getsemani pada malam yang

panjang dan sepi sebelumnya35. Kita lebih menyukai

kebangkitan tanpa penyaliban.

Belakangan ini suatu ayat dalam Kitab Yeremia

menyentuhku: “Bukankah kata-kataku seperti api,

seperti palu yang memukul hancur batu karang?”36 Tuhan

hanya bermaksud menggambarkan kerasnya hati manusia.

Biasanya kita menggambarkan kekerasan hati itu pada

wujud orang terpidana: pembunuhan, pemerkosaan,

33 Luk 2:14

34 Luk 23:46

35 Mat 26:36-46 par

36 Yer 23:29

Page 61: Kedamaian 1250301025-phpapp01

63

pezinah, pencuri. Tetapi dalam perjumpaan rohani dengan

penghuni penjara aku mendapatkan betapa penjahat yang

paling keji sekalipun punya hati yang lembut, karena ia

sangat sadar akan dosa-dosanya. Betapa ingin aku

mengatakan hal seperti itu pada orang-orang lain yang

kulayani – orang “baik-baik” yang penuh dengan ego dan

citra diri yang dibangun dengan cermat. Sebab mungkin

justru hati yang paling keras adalah hati mereka yang

tertimbun oleh hal-hal semacam itu.

Sekalipun kita sadar akan kekurangan-kekurangan

dan perjuangan kita, seringkali kita menolak kekerasancinta. Kita mencari damai sejati dan abadi dan tahubahwa damai itu menuntut pengorbanan dari kita, tapi

dengan cepat kita menawar pengorbanan itu sekecil-kecilnya. Seorang anak muda dalam jemaatku suatuketika berkata, “Saya berjuang terus untuk mendapatkan

kedamaian, tetapi kemudian saya bertanya pada diri sayasendiri, ‘untuk apa kamu bersusah payah seperti itu?Apakah sungguh ada gunanya?’ Tentu saja aku tak dapat

memberikan suatu jawaban bagi dirinya. Tetapi ketikamengenangkan hal itu aku dapat kembali mengajukanpertanyaan kepadanya: jika damai tidak berharga bagimu,

bagaimana mungkin kamu berusaha mencarinya?

Walaupun kedengaran aneh, mereka yang palingyakin bahwa mereka tidak mempunyai kedamaiankadang-kadang berada sangat dekat untuk mendapatkan

kedamian itu. Robert (nama samaran) adalah seorangterpidana di suatu penjara negara. Ia melakukankejahatan yang mengerikan dan berulangkali ia tersiksa

oleh kenangan tentang apa yang telah dilakukannyasehingga ia merasa tak tahan hidup sehari lagi. Kadang-kadang, situasi seperti itu membuatnya merasa damai.

Dalam sepucuk suratnya ia menulis:

Berbagai Paradoks

Page 62: Kedamaian 1250301025-phpapp01

64 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Anda bertanya apakah saya dapat menulis

sesuatu tentang damai, damai Tuhan. Saya ingin

mendapatkannya, tapi saya merasa tidak layak.

Perasaan bahwa saya tidak layak itu adalah karena

saya rasa damai yang Anda bicarakan itu justru berada

di luar seluruh hidup saya.

Saya mencari damai dalam banyak cara melalui

para wanita, nenek saya, melalui prestasi, melalui

narkotika, dan kadang-kadang melalui kekerasaan dan

kebencian; melalui seks, perkawinan, anak-anak, uang

dan harta. Saya tak memperoleh damai dari semua hal

itu. Namun sungguh aneh. Walaupun saya tak pernah

mengalami kedamaian, tetapi saya mengenalnya dan

saya tahu rasanya. Saya melukiskannya sebagai

kemampuan untuk bernapas dan tidur. Sepanjang hidup

saya (dan masih sering saya alami) saya merasa tercekik

atau tenggelam sehingga saya harus terus berjuang

untuk bisa bernapas dan beristirahat.

Saya merindukan damai semacam itu. Saya tahu …

bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkan damai

seperti itu adalah melalui Kristus, namun damai itu tetap

menolak saya. Saya tidak mengalami damai karena apa

yang telah saya lakukan dan apa yang dialami orang lain

karena tindakan saya itu. Saya menyesal, sungguh.

Saya mohon untuk mendapat kesempatan kedua,

di luar penjara dari baja dan beton buatan manusia, dan

di luar penjara dosa dari setan. Saya tahu bahwa Tuhanlah

yang dapat memberikan hal itu dan di situlah kutaruh

iman dan harapanku.

Jika Tuhan akhirnya menjawab doa saya setelah

semua derita, kegelisahan dan usaha saya ini, niscaya

saya akan merasakan kedamaian. Begitu pula saya merasa

damai karena tahu bahwa ada orang yang mengasihi

saya begaimana pun saya ini dan apa pun yang telah

Page 63: Kedamaian 1250301025-phpapp01

65

saya lakukan dan memberi ampunan agar saya

memperoleh kesempatan kedua itu….

Nada surat yang ditulis Robert serasa tak punyaharapan, tetapi aku (dan teman-teman lain yangberkunjung kepadanya) memerhatikan perubahan yang

pasti pada dirinya sejak ditangkap tiga tahun sebelumnya.Bukan karena dia telah mencapai “pencerahan” danmantap; sejujurnya tak seorang pun bisa mengatakan

bahwa Robert memperoleh kedamaian itu. Tapi Robertsangat lapar akan kedamaian itu. Dan karena ia akanberjuang keras melalui penyesalan yang sesungguhnya, ia

mungkin lebih dekat dengan Tuhan daripada kami semua.

Dalam suatu paragraf tentang damai dalam sebuahnaskah Hindu kuno, Bhagawad Gita37, dikatakan: Bahkanpara pembunuh dan pemerkosa ... dan kaum fanatik yang

paling kejam sekalipun dapat mengenal penebusan melaluikekuatan cinta, jika saja mereka bersedia menerimarahmatnya, yang sekalipun pahit namun menyembuhkan.

Melalui transformasi yang menyakitkan mereka akanmemperoleh kebebasan, dan hati mereka akan menemukankedamaian.” Dan di dalam surat Kepada Orang Ibrani kita

baca, “Memang didikan dan ajaran pada waktu diberikantidak mendatangkan suka cita, tetapi duka cita. Tetapikemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang

memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”38

Robert mungkin tidak mengenal kedua naskah itu. Tetapidi dalam usaha perjuangannya, ia mengalami kebenaran

dari keduanya. Ia menghayati kekerasan cinta.

37 Bhagavad Gita adalah naskah dari abad ke-3 Seb.M yang merupakan

petikan dari Mahabaratha, episode Bhisma Parwa, berisi

pembicaraan antara Krisna dan Arjuna mengenai tugas seorang

senapati perang dan Pangeran ketika Arjuna ragu melawan

kakeknya sendiri, Bhisma dalam perang.

38 Ibr 12:11

Berbagai Paradoks

Page 64: Kedamaian 1250301025-phpapp01

66 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Tak Ada HidupTanpa Kematian

Sewaktu mengerjakan buku ini, dua perkataan Yesus

dalam Injil Yohanes secara khusus memperdalam

pemahamanku tentang damai: “jikalau biji gandum

tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji

saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak

buah.” Dan “barang siapa (demi Aku) tidak mencintai

nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk

hidup yang kekal.”39

Begitu pula tak ada perdamaian abadi tanpa

perjuangan, sebagaimana tak ada hidup sejati tanpa

kematian. Karena kita tidak berhadapan dengan ancaman

maut, kita tak dapat memahami fakta yang penting ini.

Kita lupa bahwa untuk memahami damai Yesus, kita

pertama-tama harus memahami penderitaanNya.

Kesediaan untuk menderita memang penting, tetapi tidak

memadai. Penderitaan itu juga harus dialami. Sebagaimana

pernah dituliskan oleh ayahku: “Mengalami, biarpun

sedikit, cita–rasa yang dipersembahkan ‘demi Tuhan’ sangat

menentukan bagi hidup rohani kita.”

Bagi kebanyakan dari kita, cita rasa yang

dipersembahkan “demi Tuhan” mungkin tampak negatif

dan tak berhubungan dengan damai. Sebab hal itu terkait

dengan duka cita, bukan suka cita; penderitaan, bukan

kebahagiaan; pengorbanan diri, bukan pemeliharaan diri.

Hal itu berkaitan dengan kesepian, penyangkalan,

39 Yoh 12:24-25

Page 65: Kedamaian 1250301025-phpapp01

67

pengasingan dan rasa takut. Namun jika kita mau

menyadari artinya kehidupan, kita harus dapat

menemukan makna itu dari semua hal ini! Penderitaan,

seperti dikatakan oleh psikiater terkenal Viktor Frankl

“tak dapat dihapus dari paket kehidupan. Tanpa

penderitaan, hidup manusia tidak sempurna.”

Banyak orang berusaha menghabiskan waktunya

menghindari kebenaran ini; mereka adalah orang-

orang yang paling bahagia di dunia ini. Yang lain

memperoleh damai dan kepunahan dengan menerima

hal ini. Mary Poplin, seorang Amerika yang tinggal

bersama para Misionaris Suster-suster Cinta Kasih di

Kalkuta pada 1996, berkata:

Para misionaris memandang pencobaan danhinaan sebagai saat untuk memeriksa diri, untukmembangun kerendahan hati dan kesabaran untukmencintai musuh – itulah kesempatan-kesempatanuntuk bertambah kudus. Bahkan penyakit pun seringditafsirkan sebagai cara untuk mendekatkan diri padaTuhan, cara Tuhan mewahyukan diri dengan lebih jelas,dan peluang untuk merenungkan masalah-masalahkarakter dengan lebih mendalam lagi.

Kita telah membuang banyak waktu dalam hidupkita dalam usaha untuk memperingan danmenghindari penderitaan, dan ketika penderitaan itudatang, kita tak tahu harus berbuat apa. Kita bahkantidak mengerti bagaimana menolong orang lain yangmenderita. Kita melawan penderitaan, melemparkankesalahan kepada perorangan dan sistem sosial sertaberusaha melindungi diri sendiri. Jarang di antara kitamenganggap penderitaan sebagai karunia dari Allah,yang memanggil kita untuk menjadi lebih suci.

Sementara kita sering berkata bahwa krisis dan masa

penderitaan membangun karakter, kita justru menghindar

dari keduanya sejauh mungkin dan berusaha terus

Berbagai Paradoks

Page 66: Kedamaian 1250301025-phpapp01

68 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

menciptakan berbagai teknik untuk memberikan

kompensasi demi menekan atau mengatasi penderitaan.

Banyak bacaan sekuler kita menunjukkan bahwa ibu Teresa

dan para misionaris secara psikologis cacat, karena menerima

penderitaan dan rasa sakit. Setelah bekerja bersama mereka,

aku kira pandangan sekuler itu meleset jauh sekali dari

kebenaran. Kita orang Amerika jarang sekali memikul

tanggungjawab atas penderitaan kita sendiri. Dan tanpa

memandang situasi, setiap kita adalah yang paling miskin

dalam hal pilihan untuk menanggapi penderitaan.

Bagi para misionaris itu, penderitaan bukan hanya

suatu pengalaman fisik, tetapi juga suatu penjumpaan

spiritual yang mendorong mereka untuk mempelajari

tanggapan-tanggapan baru, untuk mengusahakan

pengampunan, untuk berpaling kepada Allah, untuk

bertindak seperti Kristus, dan untuk bersyukur karena

penderitaan memberikan hasil yang baik pada diri

mereka. Dan akhirnya penderitaan itu membuat

mereka melakukan tindakan.

Begitu pula kesaksian orang seperti Philip Berrigan40,

yang tidak hanya menerima derita di dalam kehidupan

mereka, tetapi juga merangkulnya. Philip tahu lebih

banyak tentang makna kehilangan nyawa “demi Aku”

daripada kebanyakan orang Kristiani sekarang. Baginya

menjawab panggilan Kristus untuk hidup sebagai murid-

Nya berarti penganiayaan dari penjara di masa yang satu

ke penjara yang lain di masa lainnya pula. Pada tahun

1960-an, Daniel, saudaranya juga ditangkap karena

memprotes Perang Vietnam dan selama sebelas tahun

meringkuk dalam penjara.

Musim gugur yang lalu aku mengunjungi Philip disuatu penjara di kota Maine di mana ia ditahan karena

pembangkangan sipil. Beberapa minggu kemudian ia

40 Lih. Catatan kaki no. 7

Page 67: Kedamaian 1250301025-phpapp01

69

dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Dua tahun lagi iaharus berpisah dengan istrinya, Elizabeth McAlister danketiga anak mereka. Ini bukan yang pertama kali mereka

berpisah. Tapi baik Phillip maupun Elizabeth tidak kecilhati. Dalam sepucuk surat yang ditulis Elizabethuntuknya, Elizabeth merenungkan dasar perjuangan

perdamaian mereka, yang sering salah dimengerti dandikritik karena terlalu dipolitisir, dengan menunjukkanoptimismenya dan iman yang tak pernah padam.

Sungguh tidak adil – pada umur tujuh puluh tiga

tahun kamu untuk kesekian kalinya masuk penjara demi

keadilan dan demi perdamaian. Dan kamu

mendapatkannya tanpa melalui pengadilan. Tapi apalagi

yang kita harapkan jika jutaan orang lainnya juga

dipenjara di seluruh dunia, dan banyak di antara mereka

itu disiksa, kelaparan, hilang, keluarga mereka diancam?

Sungguh tidak adil – kita tidak dapat menikmati

rumah yang kita bangun bersama; mengagumi mawar

yang kita tanam sedang mekar bunganya; makan buah

yang kamu rawat; membanggakan anak-anak yang kita

besarkan. Tapi apa lagi yang kita harapkan, jika jutaan

orang lainnya tak punya rumah, jutaan orang menjadi

pengungsi karena perang, mengalami wabah kelaparan

dan penindasan – jiwa mereka telah kusut karena penat

dan takut melihat keindahan di sekeliling mereka;

harapan dan hati mereka hancur luluh karena anak-

anak mereka mati setiap harinya...?

Sungguh tidak adil – kita tak dapat menghadiri

bersama wisuda Frida dan Jerrry. Mereka merindukan

dirimu di samping mereka untuk ikut ambil bagian

dalam kebanggaan, prestasi dan awal yang baru bagi

mereka. Mereka ingin mendengarkan kata-kata

kebijaksanaanmu, kehangatan hatimu, kehadiranmu

dalam tahap baru kehidupan mereka. Namun apa

lagi yang bisa kita harapkan jika ada begitu banyak

Berbagai Paradoks

Page 68: Kedamaian 1250301025-phpapp01

70 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

anak-anak dalam kolese, suatu keluarga yang

menyayangi, suatu komunitas yang peduli, namun

bukan lagi merupakan buah impian, sebaliknya

menjadi korban-korban kelembagaan yang

mengharapkan mereka asal lulus saja, korban-korban

dari sikap melalaikan masa depan yang merupakan

warisan masyarakat untuk mereka?

Sungguh tidak adil – kita tidak dapat bersama-sama

mengantar Kate menjelang kelulusan Sekolah

Menengah Atas dan menjadi seorang wanita muda….

Sungguh tidak adil – komunitas yang selama

bertahun-tahun kamu abdi dalam membangun dan

membangun ulang tak lagi kamu dampingi, doa,

karya, impian, dan tawa yang tertuang dari karunia,

visi dan rahmat yang khusus diberikan padamu. Tapi

apalah yang kita harapkan jika komunitas seperti itu

dicurigai, diancam, digerogoti, ketika pemberangusan

nyaris tuntas, ketika rakyat dijadikan pengecut,

dapat dibeli , dicerai-beraikan dan dijadikan

pelaksana kepunahan mereka sendiri?

Rasa damai dan teguh pendirian yang mengalir dariorang-orang seperti Philip dan Elizabeth tidak dihargaidan juga tidak dipahami dalam masyarakat kita. Cita rasa

itu adalah buah dari kemerdekaan Kristus yang paradoks,yang berkata: “Tak seorang pun dapat mengambilhidupKu, namun Aku menyerahkannya atas keinginanKu

sendiri. Aku berkuasa untuk mengambilnya kembali.”

Bagi Philip, pengorbanan berpisah dari orang-orangyang disayanginya merupakan bagian dari kematian yang

harus diderita, palang halang di jalan menujuperdamaian. Yang didapatnya bukanlah damai yangdiberikan dunia, namun seperti tulisannya dari penjara

pada bulan September 1997, ia memandang damai yanglebih besar dan lebih dalam:

Page 69: Kedamaian 1250301025-phpapp01

71

Adalah damai ketika tak ada lagi dominasi, di

mana ketidak-adilan dibongkar, ketika kekerasan

telah menjadi sisa masa lalu, ketika pedang telah

hilang dan mata–bajak banyak tersedia. Adalah

damai ketika semua orang diperlakukan sebagai

saudara, lelaki dan perempuan, dengan penghargaan

dan martabat, ketika setiap kehidupan dianggap suci,

dan di mana ada masa depan bagi anak-anak. Dunia

seperti itulah yang untuk membantu perwujudannya

Allah berkenan memanggil kita.

Di negeri kita untuk menanggapi panggilan seperti

itu bisa berarti masuk penjara, mempertaruhkan reputasi,

pekerjaan, penghasilan, atau bahkan dirampok oleh

keluarga dan teman sendiri. Namun dalam suatu negara

kriminal yang setiap hari menyiapkan bencana nuklir,

tantangan itu sungguh-sungguh berarti kemerdekaan,

komunitas teman dan kerabat yang baru. Sesungguhnya,

artinya adalah kebangkitan.

Bagi kebanyakan dari kita proses kematian yang

harus kita tempuh untuk dapat berbuah benar-benar biasa

saja. Kita tidak berhadapan dengan regu tembak (seperti

gambaran Dostoevsky) atau pengadilan federal (seperti

Philip Berrigan dan saudaranya), sebab yang kita dapat

hanyalah sedikit lebih sulit dari persoalan hidup sehari-

hari saja: soal mengatasi kesombongan, berteriak kepada

seseorang yang berbuat salah, meredam kebencian,

mendiamkan anggota keluarga atau rekan yang marah

atau frustrasi. Tidak ada sesuatu yang heroik dalam

memilih melakukan hal-hal ini.

Namun “jika benih tidak jatuh di tanah” kita tak

akan pernah menemukan damai sejati atau pun dapat

menyampaikannya kepada orang lain.

Laurel Arnold, jemaat gerejaku yang kukenal sejak

akhir 1950-an berkata:

Berbagai Paradoks

Page 70: Kedamaian 1250301025-phpapp01

72 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Bila aku merenungkan kata-kata Yesus dalam Injil

Yohanes 14:27 “Damai sejahtera-Ku Kuberikan

kepadamu, dan yang Kuberikan tidak seperti yang

diberikan oleh dunia kepadamu,” – aku teringat betapa

sering ayat ini dibacakan pada upacara pemakaman,

namun tetap berada di luar diriku.

Aku dibesarkan di suatu lingkungan yang terlindung

dan tersendiri agar menjadi wanita yang benar, saleh dan

kritis. Aku ingin menjadi seorang ternama, mungkin

seorang penulis yang terkenal, dan aku bekerja keras dan

dihargai di universitas. Aku ingin populer, namun aku

mengadili teman-teman yang juga ingin dikenal. Aku

sangat idealistis dan mencintai aliran pacifisme, tapi aku

benar-benar orang kulit putih kelas menengah yang buta

terhadap ketidak-adilan sosial dan permainan politik.

Selama perang aku mengajar di New York City,

sementara Paul, suamiku, menjadi pelaut. Setelah

perang, kami tergugah melihat realitas kehidupan orang

lain. Paul telah menyaksikan kerusakan yang

mengerikan di kota-kota yang terkena bom di Eropa;

aku tersandung orang-orang yang mabuk di jalanan dan

aku peduli pada anak-anak yang tak pernah bermain di

rerumputan. Kami kira kami dapat membantu seorang

pecandu alkohol dan merengkuhnya dalam keluarga

kami, tapi ia kabur mencuri uang dari toko kami.

Kami menawarkan diri kepada majelis gereja kami

untuk menjadi misionaris dan dikirim ke Afrika. Walaupun

kemudian kami meninggalkan bidang misi, kami makin

terlibat dalam kegiatan gereja. Namun kami tidak

menemukan hubungan dari hati ke hati yang kami cari,

karena semua kegiatan bersifat dangkal dan gosip belaka.

Kami ingin menghayati kehidupan yang mengikuti Yesus

setiap hari, bukan hanya pada hari Minggu saja.

Kemudian, kami tertarik pada cita- cita

persaudaraan, dan kami mulai mempelajari berbagai

persoalan dan bidang-bidang kehidupan yang belum

Page 71: Kedamaian 1250301025-phpapp01

73

terpikir oleh kami sebelumnya: materialisme, rumah

pribadi, sebab-sebab perang. Pada 1960 kami

bergabung dengan Bruderhof.... Adalah mudah untuk

menyerahkan rumah, mobil dan penghimpunan harta

bersama; kami bisa mengerti. Namun kesukaan kami

menyampaikan pendapat, cara-cara berprinsip untuk

menanggapi berbagai hal, pertimbangan berdasarkan

kebenaran pribadi; sikap seperti bos, dan keyakinan

diri yang menggilas orang lain, semua itu masih sulit

untuk dikorbankan. Untuk masa yang panjang aku

berusaha agar tidak bertindak menurut aturan,

melainkan supaya lebih dibimbing oleh Roh; berusaha

agar tidak mencari citra diri “baik” atau ramah, dan

lebih bersikap tulus dan jujur. Sulit!

Tentu saja ada suka duka yang seimbang dan

kesetiaan pada Tuhan selama itu, berusaha

menimbang-nimbang, mendapatkan ampunan dan

kesempatan untuk permulaan yang baru. Aku masih

tak suka dianggap salah – tak ada orang yang suka –

tapi aku mendapatkan rahmat, kasih dalam kerahiman

Allah. Pada usia tujuh puluh empat, tak ada waktu

untuk rileks dan bermalas-malasan. Ada begitu

banyak hal yang masih perlu kupelajari, begitu banyak

yang harus ditanggapi....

Ada orang yang di dalam doa bersyukur kepada

Allah karena telah menjadi putraNya. Aku tidak seyakin

itu. Apakah aku sungguh-sungguh siap mati? Yang pasti

aku tidak hidup “dengan tenang”, seperti dalam lagu yang

kita nyanyikan “Peace I ask of Thee, O River.” Ada

kegelisahan dan kerinduan tertentu pada diriku. Kukira

kita semua merupakan bagian dari makhluk yang

mengeluh yang disebut dalam Surat untuk Jemaat Roma

8. Walau kulihat diriku sendiri mudah goyah, sedang Allah

begitu setia sepanjang hidupku, di sanalah kudapatkan

iman dan kedamaianku.

Berbagai Paradoks

Page 72: Kedamaian 1250301025-phpapp01

74 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Tidak ada yang istimewa dalam cerita Laurel itu. Namun

perjuangannya yang biasa-biasa saja – tugas umum sepanjang

hayat untuk belajar hidup dalam damai dengan Tuhan,

dengan tetangga, dan diri sendiri – tidaklah kalah penting

dibanding kemartiran yang heroik. Kakekku menulis:

Sejauh terkait dengan umat manusia seluruhnya,

hanya satu hal yang berharga bagi Kerajaan Allah:

Kesediaan kita untuk mati. Namun kesediaan ini perlu

dibuktikan dalam hal-hal yang remeh-remeh dalam hidup

sehari-hari, sehingga kita dapat memperlihatkan

keberanian dalam masa-masa yang kritis dalam sejarah.

Maka kita harus sepenuhnya mengatasi sikap dan perasaan

yang kecil-kecil, supaya dapat menyerahkan cara pribadi

kita seluruhnya dalam menanggapi hal-hal, yaitu rasa

takut, khawatir dan kegelisahan batin kita – pendeknya,

ketidakpercayaan kita. Sebaliknya, kita memerlukan

iman. Iman yang walaupun sebesar biji sesawi, namun punya

peluang untuk tumbuh menjadi besar.

Itulah yang kita perlukan, tak kurang, tak lebih.

Page 73: Kedamaian 1250301025-phpapp01

75

KebijaksanaanOrang Bodoh

Dalam suratnya yang pertama kepada Jemaat di

Korintus, Rasul Paulus menulis, “Janganlah ada orang

yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang

menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini biarlah

ia menjadi bodoh supaya ia berhikmat. Karena hikmat

dunia ini adalah kebodohan bagi Allah.41 “Kebijaksanaan

orang bodoh (dan kebodohan orang bijak) tampaknya tidak

berkaitan dengan damai yang diberikan dunia ini, maka

damai itu tidak dapat ditemukan oleh mereka yang

mengikuti kebijaksanaan dunia, oleh mereka yang

merangkul kebodohan di mata Allah.

Secara praktis, kebodohan ini sering disepelekan atau

dilupakan. Cerita tentang Fransiskus Asisi bisa dijadikan

contoh. Hingga sekarang Fransiskus Asisi sangat dikenal

sebagai biarawan yang lembut hati, yang membuat nyanyian

untuk matahari dan berdamai dengan binatang dan burung-

burung. Namun Santo Fransiskus bukanlah penyair yang

lembek. Dengan semangatnya yang meluap-luap, dia

menjadikan dirinya sama dengan orang miskin dengan

membagi-bagikan bukan hanya semua warisan yang

diterimanya, tetapi juga baju yang disandangnya. Wasiat

terakhirnya luar biasa kritis terhadap kekayaan dan lembaga

keagamaan, sehingga surat itu disita dan dibakar sebelum

ia sendiri akhirnya dinyatakan sebagai orang suci. Dan

beberapa kata yang ditinggalkannya bagi kita

41 1Kor 3:18-19

Berbagai Paradoks

Page 74: Kedamaian 1250301025-phpapp01

76 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mengungkapkan semangat yang niscaya menantang kita,

setiap kali kita membacanya – sekalipun karena sering

diucapkan lalu terasa usang:

Tuhan, jadikan aku pembawa damai

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa kasih;

Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa ampunan;

Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa iman;

Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan;

Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku terang;

Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.

O Guru Ilahi,

Buatlah diriku agar lebih berusaha:

Menghibur, daripada dihibur;

Memahami, daripada dipahami;

Mencintai, daripada dicintai.

Sebab dengan memberi aku menerima;

Dengan mengampuni aku diampuni;

Dan dengan mati aku bangkit lagi

Untuk hidup abadi.

Mereka yang merinding mendengar jawaban religius

seperti yang diberikan Santo Fransiskus tujuh abad yang

lalu, sepertinya sekarang malah akan diolok-olok orang.

Seperti Santo Fransiskus, mereka mungkin juga tahu

bahwa jalan menuju perdamaian abadi menuntut kesediaan

untuk tidak dipahami dan salah dimengerti orang.

Dalam bukuku tentang kematian dan proses menuju

kematian, I Tell You A Mystery, aku menceritakan kisah

bibiku Edith yang menukarkan gaya hidup yang nyaman

sebagai mahasiswa Teologi di Universitas Tubingen

dengan hidup miskin di Bruderhof. Kebodohan Edith

(sementara Hitler berkuasa, dan komunitas kami

dianggap sebagai ancaman bagi negara) membuat orang

tuanya marah sehingga mereka mengurungnya di kamar

Page 75: Kedamaian 1250301025-phpapp01

77

loteng yang terkunci dan tidak diberi makan sampai dia

mengubah keputusannya. (Bibi membuat tali dari selimut

dan melarikan diri dari jendela).

Marjorie Hindley, seorang periang yang berusia

delapan puluh tahun dan tinggal dalam salah satu di

antara empat komunitas kami di Inggris, menemui

hambatan yang berbeda, namun sama tegangnya:

Aku dibesarkan sebagai jemaat Gereja

Metodis42, namun kemudian aku pindah menjadi

seorang Anglikan43. Ketika aku dan saudara-

saudaraku masih kecil, ibuku selalu berdoa bersama

kami menjelang tidur. Dalam keluarga kami berlaku

moral konvensional yang standar.

Ayahku punya pemikiran sosialistis, dan aku setuju

dengan hasratnya yang begitu kuat tentang keadilan.

Tetapi ibuku yang lebih konservatif dan saudara lelakiku,

menentang pemikiran itu dan kami sering bertengkar.

Ketika remaja aku tak pernah kehilangan iman atas

ajaran Kristiani, tetapi aku harus bekerja keras untuk

memahami maknanya. Aku hampir enam belas tahun

ketika mengalami gejolak pemikiran pertama: ada sepupu

dari teman kelasku yang dengan sadar menolak perang

dan dipenjarakan. Aku sungguh-sungguh terguncang dan

sejak saat itu aku mulai kritis bertanya dan ingin tahu

ajaran Kristiani. Aku teringat pernah protes keras atas

42 Gereja Metodis termasuk Gereja Protestan, didirikan di Inggris

pada abad ke-18 oleh John Wesley yang dipengaruhi oleh teolog

Belanda Jacobus Arminius, lalu tersebar ke Amerika dan negara-

negara lain. Terpecah-pecah menjadi berbagai jenis Metodis, dengan

pengaruh-pengaruh lain, seperti Calvinis, termasuk Bala Keselamatan,

dan United Metodist Church (A.S.) namun secara konsultatif

bergabung dalam Dewan Metodis Dunia.

43 Gereja Anglikan adalah gereja khas Inggris yang banyak dipengaruhi

Gereja Katolik Roma, namun sebagian bersifat Protestan. Di

Amerika Serikat menyebut diri Episcopal.

Berbagai Paradoks

Page 76: Kedamaian 1250301025-phpapp01

78 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ketidakadilan tentang suatu hal di rumah. Dan ibuku

berkata, “Tunggu saja sampai kamu kehilangan ilusimu.”

Aku berkeras pada diriku sendiri, “Aku tak kan pernah

melepaskannya,” tapi kemudian aku mulai ragu: betulkah

semua itu hanya ilusi, ataukah benar-benar kenyataan,

sedang yang lainnya justru hanya ilusi?

Marjorie Hindley bekerja sebagai seorang sekretaris

mula-mula di kota Manchester dan kemudian di

Universitas Cambridge. Pekerjaan itu menyenangkan, jam

kerjanya pendek, liburnya panjang dan ada pensiun ke depan

untuk empat puluh tahun. Ia bertahan hanya dua tahun,

lalu keluar, karena merasa, “pasti ada sesuatu yang lebih

hidup daripada pekerjaan ini.” Kemudian ia belajar psikologi

industri. Setelah bekerja pendek-pendek pada beberapa

pabrik yang berbeda, ia mendapat suatu jabatan sebagai

supervisor keselamatan kerja di suatu perusahaan di Brsitol.

Aku mengambil pekerjaan ini karena sungguh

ingin membuat diriku berguna membantu memecahkan

kebutuhan dunia dengan cara sederhana, dan

menghayati suatu kehidupan yang lebih Kristiani. Tapi

aku mendapatkan lebih banyak masalah daripada

jawaban. Para pekerja sangat ramah dan saling

membantu; tapi para mandor wanita tidak begitu; dan

para direktur lebih mengejar untung besar saja. Siapa

yang membutuhkan aku: para pekerja atau para direktur?

Para pekerja memberi aku lebih banyak daripada yang

dapat kuberikan pada mereka. Jika aku mencari

kepenuhan, apa artinya kepenuhan itu bagi mereka? Apa

yang terjadi pada api Roh Kudus bagi para rasul pertama,

yang bangkit dan mengikuti Yesus? Sebenarnya apa yang

menjadi maksud orang Kristiani dan damai Kristus?

Aku menyimpan Kitab Perjanjian Baru di laci

meja kantorku dan membacanya ketika makan siang

dengan mengunci pintu. Aku membaca Khotbah di

Bukit dan merenungkannya.

Page 77: Kedamaian 1250301025-phpapp01

79

Aku pergi ke suatu gereja dan pindah ke gereja

yang lain pada hari Minggu. Dan aku mengunjungi

Balai Rakyat, suatu pusat kaum muda, pada akhir

pekan. Suatu ketika aku berdiri di depan pintu pastoran

dan ragu apakah akan bertanya sesuatu kepada pastor.

Tapi aku mundur tak jadi bertanya. Di waktu lain aku

menelusuri jalan dengan sangat frustrasi, dan aku

mendengar suatu suara yang jelas sehingga aku

mencari-cari siapa yang bicara. Tak ada seorang pun

tapi suara itu berkata: “Tak akan lama lagi.”

Kemudian aku mengetahui seorang di antara para

direktur di tempat aku bekerja adalah seorang Quaker44

dan aku meminjam beberapa buku darinya. Ia

membawakan untukku buku George Fox Journal, dan

Studies in Mystical Religion karangan Rufus Jones. Buku-

buku itu bermanfaat bagiku. Pada sore hari di Balai

Rakyat, aku bertemu dengan pemuda-pemudi yang

membicarakan keadaan mutakhir. Perang sedang

berkecamuk di Eropa Daratan. Bagaimana kita harus

bersikap? Mengapa gereja-gereja tidak memberi

tuntunan yang jelas?

Ahirnya pencarian Majorie membawanya ke suatu

sumber kebijaksanaan religius konvesional, jauh dari

Quaker yang memberinya buku-buku tetapi tidak dapat

menjawab pertanyaannya; jauh dari Church of England,

yang mengelu-elukan uskup-uskupnya ketika menulis

drama tentang perdamaian, tetapi menolak memberi

dukungan kepada mereka yang menentang konflik

dengan Jerman. Ketika mengunjungi Bruderhof, katanya,

ia lalu tahu jelas apa yang harus dilakukannya.

44 Quaker atau Religious Society of Friends didirikan oleh George Fox

di Inggris pada abad ke-17 dan pada mulanya dianggap Kristiani.

Mereka menolak prinsip hanya Alkitab dari Protestan, namun lebih

berorientasi pada Yesus Kristus sebagai Sabda Allah. Mereka

menghayati Yesus Kristus sebagai Cahaya Batin. Bersifat mistik.

Berbagai Paradoks

Page 78: Kedamaian 1250301025-phpapp01

80 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Tiba-tiba, di tengah-tengah kemiskinan dan

mencabuti rumput dan menyiangi tanaman, aku tahu apa

yang harus aku lakukan. Aku harus melepaskan semua

pengertianku yang keliru dan mengabdikan diriku

mengikuti Yesus. Cahaya yang menyinari aku sungguh

mengagumkan – suatu penemuan kegembiraan

keyakinan dan damai.

Majorie bergabung dengan Bruderhof, walaupun ia

akan pertama-tama protes jika cerita dirinya dijadikan alat

untuk meyakinkan orang bahwa untuk memperoleh damai

orang harus bergabung dengan gereja tertentu, termasuk

komunitas tertentu. Tetapi keyakinannya pada panggilan

Kristus untuk pemuridan secara radikal tak bergeming.

Ketika ia memberi nasihat kepada kaum muda, pria maupun

wanita, dari tahun ke tahun, ia berkata bahwa damai sejati

berasal dari mengikuti hati nurani, “tak peduli betapa

kuatnya tantangan dari orang tua, para majikan, teman-

teman, rekan sekerja, maupun dari gerejamu sendiri.”

Kenyamanan hidup seringkali membuat kita buta

pada masalah kehidupan. Secara material dan spiritual

kita merasa puas dengan kebijaksanaan budaya kita dan

tak pernah merasa perlu membangkitkan rohani kita,

bahkan tidak menyembulkan pertanyaan dasar seperti

yang mengusik Majorie. Sekurang-kurangnya hal yang

tidak menguntungkan ini merampas kesempatan kita

untuk mengalami kedamaian yang ditemukan dalam

mencari jawaban atas pertanyaan kita sendiri. Yang

paling buruk, keadaan seperti itu membutakan kita secara

religius, atau malah membuat kita tidak waras lagi, novelis

Annie Dillard menulis:

Secara keseluruhan, aku tidak menemukan orang

Krstiani di luar katakomba yang cukup peka pada

keadaan. Tidaklah ada seorang pun yang punya gagasan

Page 79: Kedamaian 1250301025-phpapp01

81

betapa pun sangat samar tentang kekuasaan macam apa

yang sedang kita dukung. Atau, menurut dugaanku,

apakah tak ada orang yang percaya? Gereja adalah anak-

anak yang bermain di halaman dengan perangkat kimia.

Mereka.membuat ramuan TNT untuk membunuh pada

hari Minggu pagi. Adalah tidak waras memakai topi

anyaman untuk pergi ke gereja; kita seharusnya memakai

helm baja. Mereka seharusnya membagikan pelampung

untuk alat keselamatan, dan pelontar cahaya tanda

kecelakaan; mereka seharusnya mengikat kita pada

bangku Gereja (dengan sabuk keselamatan). Sebab Allah

yang sedang tidur mungkin bangun suatu saat dan

melakukan pembalasan, atau Allah yang bangkit

mungkin berkenan mengungsikan kita ke suatu tempat

tanpa bisa balik kembali.

Berbagai Paradoks

Page 80: Kedamaian 1250301025-phpapp01

82 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kekuatandari Kelemahan

Aku sering merenungkan perkataan paradoks Yesus –

sekurang-kurangnya supaya dapat mempraktikkan –

yang mungkin paling sulit dalam Injil Matius, di mana

Yesus menunjuk pada seorang anak. Ia berpaling

memandang murid-muridNya dan berkata kepada mereka:

“Barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak

kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”45

Menjadi seperti anak-anak berarti melepaskan lagi

semua yang telah diajarkan masyarakat kita tentang

bertumbuh dewasa. Itu berarti mengatasi godaan untuk

tampak kuat, gagah perkasa. Ia berarti bersedia terluka,

bukan sibuk melindungi diri. Itu berarti mengetahui

bahwa kita punya keterbatasan dan kelemahan, dan

dengan rendah hati mau menerima dengan ikhlas hati

semua kelemahan dan keterbatasan itu.

Kristus menyembuhkan orang sakit, memberi makan

kerumunan orang, mengubah air menjadi anggur, dan

berjalan di atas air. Ia punya kuasa yang sangat besar

untuk digunakan. Tetapi ketika Ia ditangkap, dibawa

ke depan Pilatus, dihina, dicambuki dan disalibkan, Ia

tak mau membela diriNya sendiri. Dan Ia tidak memilih

untuk dilahirkan di istana, melainkan dalam kandang

binatang yang sederhana.

Kristus memilih “kelemahan” kepasrahan, dan mungkin

itulah kunci rahasia dari damaiNya. Dorothy Day menulis:

45 Mat 18:4

Page 81: Kedamaian 1250301025-phpapp01

83

Kita diminta mengenakan Kristus, dan kita

mengingat Dia dalam hidup pribadi-Nya, hidup-Nya

dalam kerja, hidup-Nya di dalam masyarakat, ajaran-

Nya dan penderitaan hidup-Nya. Namun kita kurang

mengenangkan hidup-Nya sebagai anak kecil,

sebagai bayi. Ia tak bisa apa-apa. Ia tidak berdaya

kuasa. Dan Ia harus puas dengan keadaan seperti

itu. Tidak mampu melakukan apa-apa, dan tidak bisa

melakukan prestasi apa pun.

Gertrud Wegner seorang anggota Bruderhof yang

berusia tujuh puluh tahun terpaksa menerima

keadaan ket ika suatu kecelakaan membuatnya

lumpuh, tak bisa bergerak.

Aku mengunjungi pameran bisnis bersama suamiku

di Washington D.C. dan aku jatuh dan terluka parah

pada urat tulang belakang. Aku segera tahu bahwa

keadaanku kritis; seluruh tubuhku mati-rasa, dan aku

lumpuh seluruhnya dari leher ke bawah.

Dua operasi yang dilakukan banyak menolong,

tetapi jam-jam untuk terapi (rutin dua kali sehari) berarti

kerja keras dan perlu ketangguhan, sangat melelahkan.

Dan dokter juga tidak tahu apakah aku bisa mendapatkan

kembali kemampuanku untuk bergerak…. Kecelakaan

yang kualami mengajarkan kerendahan hati, karena

dalam hal-hal kecil aku harus dibantu orang. Bulan demi

bulan kemajuan yang kuperoleh hanya sedikit. Dan

perjuangan yang kulakukan sangat panjang dan

menanjak. Ada saat-saat yang sangat sulit, namun aku

juga belajar menerima kelemahanku, aku mencoba

mengingat kata-kata Santo Paulus: “Kekuatan Kristus

memperlihatkan diri dengan cara yang sangat mulia

melalui kelemahan kita.”46

46 Bdk 2Kor 12:9-10

Berbagai Paradoks

Page 82: Kedamaian 1250301025-phpapp01

84 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ada perang batin dalam diriku. Kerinduanku yangbesar akan kedamaian dan iman yang hendakkudapatkan kembali membantu aku melewatkan perangbatin itu. Sepertinya jika suatu ketika dalam hidup Andadamai pernah bersemayam, damai itu akan datang lagipada Anda berulang kali.

Ketika memikirkan hidupku lagi, ada banyak halyang terlintas. Aku berharap menjadi ibu yang lebih baikbagi anak-anakku. Aku ingin meluangkan waktu lebihbanyak dengan ayahku yang sedang menjelangkematiannya karena kanker. Aku ingin menunjukkanbakti kasih pada ibuku justru pada waktu yang sulit sepertiitu, dan menyemangati dia lebih banyak. Aku ingin lebihramah kepada orang lain.... Ada banyak harapan tentangapa yang akan dilakukan dan dengan cara yang lain, tapisemua itu tidak membantu. Satu-satunya yang dapat kitalakukan adalah menerima keterbatasan kita danmelakukan awal yang baru setiap hari.

Damaiku kurasakan dalam pengharapanku untukdapat mengabdi Yesus dan melayani saudara-saudariku,sampai akhir hayatku, walaupun aku tahu bahwa untukitu aku harus memohon rahmat khusus. Ketika akubertambah tua, makin jelas bagiku bahwa tak seorangpun mendapatkan rahmat istimewa itu. Damai yangkuharapan tidak pada tempat yang selayaknya.

Pendapat Gertrud menyentuh kebenaran yang

penting: makin yakin kita pada kekuatan dan kemampuan

kita sendiri, makin sedikit keserupaan kita dengan Kritus.

Kelemahan kita sebagai manusia tak boleh menjadi

penghalang yang menghindarkan kita dari Allah. Sejauh

kita tidak memanfaatkan kelemahan itu untuk berdosa,

kelemahan itu tak apa-apa. Namun penerimaan

kelemahan itu lebih dari sekadar mengakui keterbatasan.

Hal itu adalah pengalaman akan kekuatan yang lebih

besar dari kekuatan kita sendiri dan kepasrahan padanya.

Page 83: Kedamaian 1250301025-phpapp01

85

Inilah sumber rahmat itu: menyerahkan kekuatan

kita sendiri. Kapan saja suatu kuasa kecil berkembang

dalam diri kita, Roh dan kuasa Allah mundur sampai

tingkat tertentu. Kukira inilah salah satu pemahaman yang

paling penting sehubungan dengan kerajaan Allah.

Eberhard Arnold

Kathy Trapnell, seorang anggota lainnya dari

komunitas kami mengakui kebenaran kata-kata itu dalam

hidup dan pencariannya:

Kerinduan akan damai pada diriku berawal ketikaaku sudah cukup umur untuk merasakan tidak adanyakedamaian dalam keluargaku, dan seringkali hal itutertangkap dengan cara yang hebat. Sepanjang pendidikanKatolik-ku, sejak awal Sekolah Dasar sampai tahunterakhir di Perguruan Tinggi selalu ada pergumulanmencari kedamaian dalam diriku dan di antara teman-temanku. Jika seorang anak kecil Katolik yang baikmenyadari dirinya melakukan kesalahan dan merasamenyesal, yang selanjutnya harus dilakukan adalah pergike kamar pengakuan dosa. Aku ingat benar betapa gembiradiriku sebagai anak sekolah setelah mengaku dosa!Bahkan ketika masih di Perguruan Tinggi aku melakukanapa yang kusebut pengakuan “terbuka” kepada seorangYesuit yang kukenal baik, dan bagiku perasaan dibenarkanoleh Allah menjadi sumber kedamaian.

Lalu tibalah masa pemberontakan pada waktu akujadi mahasiswa, fase aku jadi hippie yang kubanggakan.Aku marah pada status-quo dan segala sesuatu didalamnya. Kukira waktu itu semua itu melawan kasihdan kedamaian. Aku mengganggap diriku sedangmemperjuangkan damai, dengan berusaha mengakhiriPerang Vietnam dengan melakukan pawai protes,menyanyi, mendukung para penentang perang, dan lain-lain. Aku mengira diriku melakukan keadilan demi parapekerja migran dengan memboikot buah anggur danmengacak-acak super-market yang menjualnya. Aku

Berbagai Paradoks

Page 84: Kedamaian 1250301025-phpapp01

86 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

berusaha berbagi dengan segala yang kupunya, akumelakukan yoga, berhimpun dengan teman-teman laindan belajar hidup bahagia dalam suatu kelompok.

Tak satu pun dari semua itu memberikan damaipadaku. Kukira sebabnya mengapa aku dulu tidakmenemukan damai adalah karena motif dasarnya, yaituorientasiku, tidak benar. Tak ada satu pun dari yangkulakukan dulu dan sekarang punya alasan dasar yangtepat. Aku menjadi allah bagiku sendiri, aku menjadiukuran normatif dalam menilai hidupku sendiri danhidup orang lain. Aku berdosa karena dengan sengajadan menakutkan menjadi tuhan untuk diriku sendiri,dan aku berusaha melakukan apa saja dengankekuatanku sendiri. Sia-sia.

Kemudian aku mendapatkan semangat damai yangsama sekali berbeda – damai dari iman yang tanpa syaratmenerima semua kelemahan kita, mengakuinya, danmengarahkan kita kepada Yesus, pada Kerajaan,pemerintahan Allah di masa depan yang damai sejahtera.Pengertian baru ini membuat aku mawas diri. Akumelihat betapa egoisnya diriku, dan betapa aku bukanorang yang pendamai. Namun dengan menyerahkanhidupku kepada Tuhan, bukan hanya pada kasihNya,tetapi juga pada kerahiman-Nya - dan memberikandiriku untuk melayani orang lain, aku menemukankekuatan baru, keajaiban dari kedamaian setiap hari.

Segala sesuatu dalam masyarakat kita bergerak

menjauh dari pengertian Kathy akan damai. Kita diajar

untuk melakukan pertimbangan sebagai ukuran untuk

mencela, untuk berkuasa. Kita semua menginginkan kasih

dan damai. Tak seorang pun menyangkal bahwa kasih

dan damai itu baik. Tetapi berbeda sekali jika kita mau

berhenti sejenak dan bertanya apakah kita sudah

mendapatkan kasih dan damai itu dalam hati kita

sendiri. Sebab hal itu bukanlah bahan untuk dibicarakan.

Page 85: Kedamaian 1250301025-phpapp01

87

Mungkin itulah sebabnya begitu banyak orang yang

mencari damai tidak mendapatkannya. Kita terlalu

memikirkan peranan kita sendiri dalam mencari damai.

Kita kurang rendah hati dan tidak ugahari, alih-alih

berpaling pada Yesus dan memohon damai dari Dia, kita

justru mengkhawatirkan citra kita di hadapan orang lain.

Kita lupa bahwa Sabda Bahagia tidaklah ditujukan

kepada para santo yang hebat yang bersinar di hadapan

orang lain, tetapi ditujukan kepada orang-orang kecil.

Penulis Henri Nouwen47 yang meninggalkan

kariernya yang gilang-gemilang di Harvard, Yale dan

Notre Dame dan melayani orang-orang cacat, memahami

hal ini bersama beberapa orang lainnya.

Kita dipanggil agar menghasilkan buah:48 bukan

menjadi orang yang sukses, bukan orang yang produktif,

bukan orang yang telah berprestasi menyelesaikan ini-itu.

Sukses bersumber dari kekuatan, stres, dan usaha manusia.

Menghasilkan buah bersumber pada kerentanan dan

pengakuan kita akan kelemahan kita sendiri.

Untuk sekian lama aku mencari aman dan

tenteram di antara para cendekia dan bijaksana, tanpa

menyadari bahwa kerajaan Allah diwartakan untuk

anak kecil; bahwa Allah telah memilih mereka yang

berdasarkan standar manusia disebut bodoh adalah

untuk mempermalukan mereka yang bijaksana. Tetapi

ketika aku mengalami penerimaan tanpa pamrih dan

hangat dari mereka yang tidak mempunyai

47 Henri Nouwen seorang pastor Katolik Belanda dan penulis lebih

dari 40 judul buku rohani yang disukai baik oleh pembaca Protestan

maupun Katolik. Setelah dua puluh tahun menjadi pengajar yang

ternama, ia mengabdi di lingkungan orang-orang cacad di Toronto.

Dilahirkan pada tahun 1932, Nouwen meninggal pada tahun 1996

karena serangan jantung.48 Yoh 15:16

Berbagai Paradoks

Page 86: Kedamaian 1250301025-phpapp01

88 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

kebanggan apa pun dan mengalami pelukan kasih dari

mereka yang tidak mempertanyakan apa pun, aku lalu

menyadari bahwa peluang secara rohani berarti

kembali pada situasi miskin dalam roh, yang pada

mereka itu Kerajaan Surga disediakan.

Apa yang menggerakkan seseorang mencari situasi

“miskin dalam Roh”? Kakekku menulis:

Soalnya adalah benturan di antara dua tujuan yang

bertentangan. Salah satu tujuan dikejar oleh orang-

orang yang berkedudukan tinggi, orang besar, kaum

religius, orang cerdik pandai, orang hebat, orang yang

karena berkat-berkat yang ada padanya mewakili suatu

puncak yang tinggi dalam rangkaian pegunungan

kemanusiaan. Tujuan yang lain dicari oleh orang-orang

yang sederhana, kaum minoritas, orang cacat dan

terbelakang secara mental, para terpidana, yaitu lembah-

lembah yang rendah di antara puncak-puncak yang

tinggi. Mereka itu adalah yang direndahkan, diperbudak,

dieksploitasi, kaum lemah dan miskin, yang paling miskin

di antara yang miskin. Tujuan yang pertama

menghendaki kemuliaan pribadi, ketenteraman bakat,

hingga pada suatu tataran yang mendekati ilahi. Dan

akhirnya orang itu disebut sebagai ilahi, dewa, tuhan.

Yang lain mencari keajaiban dan misteri Allah menjadi

manusia, Allah yang sedang mencari tempat yng paling

rendah di antara manusia.

Dua arah yang sama sekali berbeda. Yang satu

bergerak naik menuju kemuliaan diri sendiri. Yang lain

bergerak turun ke bawah menjadi manusia. Yang satu

adalah ajakan cinta-diri dan kemuliaan-diri. Yang lain

adalah jalannya Cinta Allah dan cinta pada sesama.

Bila seseorang mendapatkan damai yang berasal dari

penghayatan akan cinta Tuhan dan cinta sesama maka tak

ada apa pun yang tak bisa dihadapi olehnya. Lihatlah Yesus

di kayu salib. Di situlah letaknya kerentanan yang paling

Page 87: Kedamaian 1250301025-phpapp01

89

rendah, tetapi juga merupakan contoh utama kedamaian

Allah. Apa pun yang dilakukan orang pada Yesus, Dia tidak

mengasihani diri, tetapi justru memandang dan memaafkan

para penjahat yang disalibkan di samping-Nya. Ia juga dapat

berkata tentang para algojo yang menyalibkan diriNya.

“Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa

yang mereka lakukan.”49 Ingatlah Stefanus, martir Kristiani

pertama yang berlutut dan memandang ke surga dengan

wajah yang bersinar-sinar sementara dilempari batu sampai

mati. Ia juga berkata, “Tuhan, jangan tanggungkan dosa

ini pada mereka.”50 Aku tidak yakin kedamaian seperti itu

diperoleh oleh kekuatan manusiawi.

49 Luk 23:34

50 Kis 7:60

Berbagai Paradoks

Page 88: Kedamaian 1250301025-phpapp01

90 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Page 89: Kedamaian 1250301025-phpapp01

91

Bagian

IV

Berbagai Batu Pijakan“Kita Memperoleh Kemajuan Sedikit Demi Sedikit”

Rasul Paulus

Page 90: Kedamaian 1250301025-phpapp01

92 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Berbagai Batu Pijakan

Thomas Jefferson begitu yakin bahwa

mengupayakan kebahagiaan tidak dapat dipisahkan

dari hak asasi manusia sehingga ia mencantumkannya

di dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat dan

menyebutnya sebagai kebenaran yang telah jelas

sendiri. Namun orang Kristiani juga punya keyakinan

ini: barangsiapa mengejar kebahagiaan ia tak akan

pernah mendapatkannya. Karena kegembiraan dan

damai begitu sulit diraih, maka kebahagian juga seperti

cahaya yang bergerak di malam hari, suatu bayang-

bayang, yang jika kita ulurkan tangan untuk meraihnya,

ia lenyap di udara. Tuhan mengaruniakan kegembiraan

dan damai bukan kepada orang yang mengejarnya,

tetapi kepada mereka yang mencari Dia dan rindu

mengasihi Dia. Kegembiraan dan damai hanya

ditemukan dalam kasih dan tidak di tempat yang lain.

John Stott

Walaupun pikiran kita sulit menerima, namun

nyatanya kehadiran damai di dalam hidup kitasedikit sekali hubungannya dengan usaha keras dalamrangka mencarinya. Adalah fakta semata bahwa damai

kadang lenyap dari dia yang paling ngotot mencarinya.Sedang mereka yang tidak mengejar damai itu – dalambeberapa kejadian malahan yang tak pernah

memikirkannya – dengan kebetulan mendapatkan damai.Kitab Suci memuat belasan ayat seperti 1 Petrus 3:11 yangmeminta kita menjauhi yang jahat dan melakukan yang

baik, dan berusaha hidup dalam damai, “sekalipun harusmengejar, menangkap dan memeluk damai itu.”

Page 91: Kedamaian 1250301025-phpapp01

93

Masalah apakah kita harus mengejar secara aktif

damai itu atau tidak belum pernah sepenuhnya terjawab.

Damai adalah tema yang sangat luas, dan untuk

membahasnya dalam suatu pernyataan yang besar dan

mencakup segalanya tidaklah akan membantu siapa pun.

Begitu juga usaha untuk memperoleh suatu solusi akbar,

misalnya suatu usaha menyelamatkan umat manusia atau

mewujudkan damai dunia. Kebanyakan dari kita

sebenarnya tidak kurang komitmen untuk mewujudkan

apa yang mungkin dapat kita jangkau, mungkin hal-hal

kecil, namun penting untuk kita perhatikan. Itulah

sebabnya aku percaya bahwa tulisan Stott itu mungkin

memuat kunci petunjuk yang lain ke arah damai: daripada

mengejar damai demi damai itu sendiri, kita harus

mencarinya dengan cara melakukan kasih. Santo Paulus

menyarankan hal yang sama dalam surat kepada Jemaat

di Roma: “marilah kita mengejar apa yang mendatangkan

damai sejahtera.”51 Setiap kita dapat melakukan kasih, dan

setiap kita tentu dapat menemukan di suatu tempat dan

suatu masa dalam hidup kita, sesuatu yang bisa kita

lakukan yang mengantarkan kita pada damai itu.

Tentu saja sebelum melakukan apa pun, kita harus

menilih apa yang akan kita lakukan. Yesus berkata:

“Damai-Ku Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku

kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak

seperti yang diberikan kepadamu oleh dunia,”52 dan

perkataan itu mengandung suatu janji, sekaligus

mengundang kita untuk memilih. Kita dapat menerima

damai yang ditawarkan oleh Yesus, atau kita dapat balik

badan memunggungi Dia dan mencari damai yang

diberikan oleh dunia. Satu pilihan di antara begitu

Berbagai Batu Pijakan

51 Rm 14:19

52 Yoh 14:27

Page 92: Kedamaian 1250301025-phpapp01

94 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

banyak yang lain, namun hendak kukatakan bahwa

pilihan itu sangat menentukan, karena pengaruhnya akan

sangat dirasakan dalam semua bidang kehidupan kita,

dan setiap pilihan lain yang kita buat entah yang bersifat

ekonomis, pribadi, politis dan sosial akan dipengaruhi

olehnya, cepat atau lambat.

Bahkan Yesus sendiri menghadapi pilihan-pilihan.

Setelah dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis,

Roh membimbingnya ke padang gurun dan di sana Ia

dicobai iblis. Ia berpuasa empat puluh hari empat puluh

malam, dan sesudahnya, dalam keadaan yang sangat lemah

dan rentan Yesus tersudut dan harus mengambil keputusan,

apakah mengambil “jalan yang mudah” dan menyerah

dalam rancangan setan, atau tegak berpihak pada Allah.53

Sepanjang hayat kita, setiap orang di antara kita pasti

mengalami masa-masa pencobaan walaupun mungkin

cobaan itu tidak begitu dahsyat. Tetapi keputusan Yesus

untuk tetap setia kepada Bapa – dan kemenangan yang

kemudian didapat – tentulah memberi kita harapan dan

kekuatan. Persitiwa itu juga mengingatkan kita bahwa

kita semua dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah.

Allah menebar kebaikan

Tak seorang pun terlahir jahat

Kita semua dipanggil agar suci....

Mengapa kemudian ada banyak kejahatan?

Karena kecenderungan yang ada dalam hati manusia

Merusak, dan perlu dimurnikan....Tak ada orang yang terlahir sebagai penculikTak ada orang yang terlahir sebagai penjahatTak ada orang yang terlahir sebagai penyiksaTak ada orang yang terlahir sebagai pembunuhKita semua dilahirkan sebagai orang baik

53 Mat 4:1-11

Page 93: Kedamaian 1250301025-phpapp01

95

Supaya saling mengasihiSupaya saling memahami

Lalu mengapa, ya Tuhan, begitu banyakOnak duri tumbuh di kebun-Mu?Musuh melakukannya, kata KristusDan orang membiarkan sajaOnak duri tumbuh di hatinya....

Kaum muda: sadarlah, engkau dipanggil untuk kebaikannamun generasi tua – kusesalkan, generasiku sendiri-memberimu warisan egoisme yang begitu pekatdan kejahatan yang begitu padat.

Buatlah baru, gandum baru, tebaran benih baruLadang masih segar dari tangan Allah.Anak-anakmu, kaum muda, jadikan dunia baru

Oscar Romero

Aku beruntung tumbuh dewasa bersama orang tua

yang mendorongku (dalam kata-kata Uskup Romero)

“sadarlah, engkau dipanggil untuk kebaikan.” Bagi

orang tuaku, janji Kristus akan damai itu bukan hanya

ayat dalam Kitab Suci, melainkan tawaran yang nyata

yang harus diambil. Baik Papa maupun Mama bukan

orang suci. Mereka membenci kesalehan yang munafik

dan kadang-kadang membuat orang lain marah karena

cara-cara mereka yang blak-blakan, langsung menukik

ke pokok persoalan. Namun tak seorang pun yang

mengenal mereka akan menyangkal bahwa mereka

selalu berusaha menyatukan kata dan perbuatan

mereka, dan bahwa kebahagiaan hidup mereka adalah

dalam melayani Tuhan dan sesama.

Bila Papa bicara tentang damai Tuhan, konteksnya

selalu sama: bahwa damai itu hanya diberikan kepada

mereka yang tidak terikat pada harta duniawi. “Di

mana hartamu berada, di situlah juga hatimu berada.”54

Berbagai Batu Pijakan

Page 94: Kedamaian 1250301025-phpapp01

96 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ayah Papa, seorang penulis dan dosen terkenal di

Berlin, meninggalkan kariernya dan menghayati hidup

dengan kemiskinan dalam tata cara biarawan

Fransiskan (menurut teladan Santo Fransikus Asisi).

Ketika anak-anaknya masih muda, ayah Papa

memberitahukan bahwa ia tidak meninggalkan warisan

uang; yang diwariskannya untuk mereka adalah

teladan hidup yang berpusat pada Kristus.

Orang tuaku memberikan warisan yang sama

kepadaku, walaupun aku tidak selalu menghargainya.

Malahan ketika aku remaja dulu, dengan sadar aku

memberontak. Memang tidak dengan melakukan hal-

hal yang sekarang pun dianggap skandal. Aku tahu nilai-

nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tuaku dan kurang

lebih aku sendiri juga memberlakukannya untuk diriku.

Aku juga menyadari pengorbanan-pengorbanan yang

mereka lakukan untuk mengikuti Tuhan. (Ibuku

meninggalkan sekolah asrama berlawanan dengan

harapan keluarganya yang menginginkan dia menjadi

seorang profesor, dan hanya setelah bertahun-tahun

kemudian ketegangan di antara mereka itu mencair).

Tapi mula-mula yang kuinginkan adalah sekadar

bersenang-senang. Jika ada kesempatan untuk itu,

biasanya aku berpihak bersama-sama teman sebayaku,

sekalipun hal itu melukai hati orang tuaku.

Tetapi kemudian Tuhan menghentikan jalanku. Ketika

umurku empat belas tahun, keluarga kami pindah

meninggalkan komunitas kami di pedalaman Paraguay di

mana aku dibesarkan, ke Woodcrest, komunitas kami yang

baru di New York. Pada waktu kedatangan kami di Amerika

Serikat, sepertinya ada suasana umum yang penuh optimisme

54 Mat 6:21

Page 95: Kedamaian 1250301025-phpapp01

97

– ekonomi tumbuh pesat, cahaya gemilang “kemenangan”

Amerika atas Jerman dan Jepang belum pudar. Sementara

itu Perang Dingin sedang berlangsung ketat, dan banyak

orang takut pada bencana nuklir. Setidak-tidaknya di dalam

lingkaran di mana orang tuaku pindah, orang-orang tak

lagi mengelu-elukan kemenangan, kelimpahan dan perang,

dan mencari sesuatu yang baru: kesederhanaan,

kebersamaan, keselarasan, dan damai.

Sejak kami tiba di Woodcrest tampak olehku pencarian

itu. Ada ratusan tamu (kebanyakan masih muda) dan

belasan anggota baru dengan berbagai latar belakang yang

berbeda, yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

sebelumnya tak terpikirkan olehku. Di sini pria dan wanita

yang telah sukses secara duniawi memilih meninggalkan

segalanya dan menggantikannya dengan suatu kehidupan

yang diabdikan kepada Allah. Di sini ada orang-orang yang

dengan suka rela menjual rumah dan mobil mereka dan

meninggalkan pekerjaan mereka yang baik dan memilih

hidup miskin. Bagiku pancaran wajah dan nada kata-kata

mereka mencerminkan kepuasan dan kegembiraan. Dengan

segera semua hal yang tadinya kuinginkan tampak menjadi

kurang penting lagi, dan rencana-rencana hidupku setelah

Sekolah Menengah Atas: Perguruan Tinggi, uang dan

kebebasan orang dewasa – mulai berubah. Tak berapa lama

kemudian semua itu tampak remeh-temeh dan tak berarti.

Aku punya tujuan-tujuan dan prioritas baru.

Sulit untuk menunjukkan peristiwa terpenting mana

yang telah mengubah arah yang hendak kutuju. Aku

masih ingat saat aku memberitahukan keputusanku

untuk hidup secara lain – bagi Tuhan, bukan demi diriku

sendiri – sejak sekarang, kepada orang tuaku. Aku tidak

yakin apakah aku bisa menyebutkan sebagai suatu

“pertobatan” definitif. Tetapi peristiwa itu adalah satu di

Berbagai Batu Pijakan

Page 96: Kedamaian 1250301025-phpapp01

98 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

antara sekian pengalaman penting yang menguatkan

kerinduanku untuk menemukan tujuan sejati dari

hidupku, dan memperdalam keyakinanku.

Berbagai buku, khususnya novel-novel dan cerita

pendek dari Leo Tolstoy dan Dostoevsky membantu

membentuk wawasanku walaupun baru di kemudian

hari aku menyadarinya. Aku seorang yang kutu buku,

tetapi aku tidak menganggap buku-buku itu sebagai

bahan religius. Pembicaraan dengan para tamu seperti

Dorothy Day dan Pete Seeger55 meninggalkan dampak

besar pada diriku. Mengenangkan kembali hal itu, aku

juga menyadari peran yang dimainkan oleh orang tuaku,

walaupun aku belum menyadarinya, setidak-tidaknya

sampai aku melihat air mata mereka menetes ketika aku

memberitahukan perubahan niatku. Mereka tentu

sering berdoa untukku, dengan tekun.

Mungkin faktor yang paling penting pada tahun-tahun

itu adalah pengaruh ayahku sebagai pemimpin jemaat,

memerhatikan Papa membaptis orang lain selalu

mengesankan diriku. Aku merasakan kehadiran Roh

Kesucian, kehadiran Allah, dan perasaan ini dikuatkan

kemudian hari, ketika aku menyaksikan perubahan hidup

orang-orang yang dibaptis itu. Ada yang berubah sama

sekali. Tampaknya mereka mendapatkan kepribadian yang

baru seluruhnya. Aku menginginkan hal seperti itu pada

diriku sendiri agar terputus sama sekali dari keinginkanku

yang egois, dan memperoleh kebebasan dan kegembiraan

55 Pete Seeger adalah penulis dan penyanyi lagu-lagu rakyat Amerika

Serikat. Lagunya antara lain We Shall Overcome, Where Have All

The Flowers Gone (dipopulerkan The Kingstons Trio, 1962), If I

Had a Hammer (dipopulerkan oleh Peter, Paul & Mary, 1963) dan

Turn, Turn, Turn (The Byrds, 1966). Dia juga aktivis politik (kiri)

dan lingkungan hidup.

Page 97: Kedamaian 1250301025-phpapp01

99

dari suatu yang baru. Ketika umurku delapan belas tahun

aku dibaptis dan itu merupakan peristiwa yang

menentukan; sekarang aku tahu tak dapat berpaling lagi

dari keputusanku untuk mempersembahkan hidupku

sepenuhnya dan selamanya kepada Tuhan.

Di awal buku ini aku mengutip seorang rabbi yang

menyatakan bahwa damai dibangun “bata demi bata”.Gambaran itu bagus sekali. Suatu pembicaraan tentangsebuah buku, suatu pengalaman yang menggerakkan

hati kita (sekalipun kita tidak bisa menjelaskansebabnya), dan suatu keputusan, pada dirinya sendirimasing-masing tidak harus mengubah arah hidup kita.

Namun bersama- sama, semuanya itu membentukbangunan yang kemudian mewujudkan diri kita.Akhirnya mereka jugalah yang nantinya entah akan

mencegah kita mendapatkan kedamaian hati, ataumalahan akan mengantarkan kita padanya.

Aku berjumpa dengan orang-orang yang dapatmenceritakan kapan tepatnya mereka bertobat,

bagaimana terjadinya, dan aku tak meragukankesungguhan mereka. Namun banyak dari kita mungkinsama dengan apa yang dikatakan almarhum penulis

Inggris Malcom Muggeridge56, yang menulis:

Beberapa orang mempunyai pengalaman sepertiRasul Paulus di Jalan Damaskus57, dan aku sering berdoamemohon terjadinya peristiwa yang begitu dramatisdalam hidupku, yang akan membuatku memulailembaran sejarah baru, seperti dari Seb. Masehi menjadi

Berbagai Batu Pijakan

56 Malcolm Muggeridge (1903-1990) seorang wartawan dan penulis

Inggris. Ia dikenal sebagai “penemu” Ibu Teresa dengan melakukan

wawancara televisi pada tahun 1968. Pada usia 79 tahun, ia yang

tadinya seorang agnostik menjadi Katolik bersama istrinya pada tahun

1982, terkesan pada Ibu Teresa.

57 Kis 9:1-19

Page 98: Kedamaian 1250301025-phpapp01

100 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Masehi. Tetapi aku tidak juga kunjung mengalamiperistiwa semacam itu; aku cuma tertatih-tatih, sepertiPeziarah yang digambarkan Bunyan 58.

Bagiku, pertobatan bukanlah suatu langkah tuntas,melainkan suatu proses. Pertama-tama adalah kerinduanakan sesuatu yang baru, kemudian awal untuk melayani

orang lain, dan selanjutnya pembaptisan. Sekarang, setelahempat puluh tahun berlalu, aku masih mengajukanpertanyaan-pertanyaan baru dan menemukan jawaban-

jawaban baru. Kemudian terlintaslah gambaran tentangbatu-batu pijakan dalam pikiranku.

Dalam bagian berikut ini disajikan semacam pijakan

kaki. Tidak semuanya halus dan aman. Misalnya

kerendahan hati dan kepercayaan, mengandung risiko-

risiko yang ternyata dapat menjadikan orang tergelincir.

Namun sepanjang lintasan menuju damai, masing-masing

batu pijakan itu harus dilalui.

58 Dua volume buku cerita Pilgrim Progress karangan John Bunyan,

penulis kristen abad ke-17.

Page 99: Kedamaian 1250301025-phpapp01

101

Kesederhanaan

Pada umumnya tujuan hidup bukanlah

untuk berpihak pada mayoritas, tetapi supaya kita

tidak tergolong dalam kelompok yang tidak waras

... ingatlah bahwa ada Allah yang tidak

menghendaki pujian dan kemuliaan dari manusia

yang diciptakan menurut citra-Nya, namun lebih

mengharapkan agar mereka itu, dibimbing oleh

pengertian yang dianugerahkan-Nya, bertindak

menjadi makin serupa dengan Dia. Pohon ara

jelas punya tujuan sendiri, begitu juga anjing,

begitu pula lebah. Lalu, apakah mungkin manusia

tidak memenuhi panggilan hidupnya? Namun

sayang, kebenaran yang agung dan suci ini hilang

dari kenangan. Kesibukan hidup sehari-hari,

perang, ketakutan yang luar biasa, keluhan jiwa

dan adat kebiasaan telah menjadi penyebabnya.

Marcus Aurelius

Bagi kebanyakan dari kita hasrat akan kedamaian

tidak timbul dari semacam tindakan luhur yang

berusaha menyatu dengan Allah, walaupun kerinduan

seperti itu juga dirasakan. Biasanya, hasrat itu digerakkan

oleh sesuatu yang sederhana seperti kekecewaan, stres

dan ketegangan dalam hidup kita, dan kekhawatiran

(seperti yang disebutkan oleh Marcus Aurelius) kalau-

kalau kita nanti tidak waras.

Budaya kita tidak hanya ditandai oleh ketergesaan,

tetapi bahkan didorong oleh keadaan yang serba tergesa

Berbagai Batu Pijakan

Page 100: Kedamaian 1250301025-phpapp01

102 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

itu. Kita terobsesi (menguntip Thomas Merton) dengan

adanya kekurangan waktu dan ruang, dengan semangat

penghematan waktu, dengan penaklukan angkasa-luar,

dengan membuat arah baru ke masa depan dan

“kekhawatiran akan ukuran, volume/isi, jumlah,

kecepatan, nomer, harga, daya tenaga dan percepatan.”

Ia melanjutkan pernyataannya, bahwa kita hidup dalam

waktu tanpa ruang yang adalah waktu dari masa akhir.

Kita berjumlah miliaran, dijadikan massa himpunan,

dipimpin, diberi nomor, dibariskan di sana sini.

Diarahkan, dilatih, dipersenjatai, ditarik pajak ... dibuat

mual pada kehidupan. Dan ketika akhir mendekat, sudah

tak ada lagi ruang bagi alam. Kota-kota berjubel

memenuhi permukaan bumi. Tak ada ruang untuk

ketenangan. Tak ada ruang untuk menyendiri dalam

sepi. Tak ada tempat untuk merenung. Tak ada ruang

untuk memerhatikan dan menyadari keadaan kita.

Yang lebih buruk lagi, kita tidak hanya kekurangan

damai (waktu, ruang, tempat) untuk diri kita; kita bahkan

mencegah satu sama lain untuk mendapatkannya.

Dalam dua puluh lima tahun terakhir saja berbagai

penemuan dan pengembangan sangat mengubah cara

hidup kita. Komputer pribadi, mesin facsimile, telepon

tanpa kabel dan speaker transistor, e-mail dan berbagai

perangkat teknologi tinggi yang menghemat tenaga begitu

mengubah kehidupan kerja dan rumah tangga kita.

Namun apakah semua itu membawa kedamaian dan

kebebasan yang dijanjikan kepada kita?

Tanpa menyadarinya, kehidupan kita menjadi kering

(atau malah mengalami cuci-otak) karena hasrat kita yang

menggebu-gebu akan teknologi itu. Kita menjadi budak

dari suatu sistem yang mendesak kita agar terus membeli

alat-alat baru, dan kita telah menerima dorongan itu tanpa

Page 101: Kedamaian 1250301025-phpapp01

103

mempersoalkan lagi alasan bahwa dengan bekerja lebih

keras, kita niscaya akan punya waktu yang lebih leluasa

untuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting. Itu adalah

logika yang salah kaprah. Ketika penyempurnaan semua

benda dari perangkat lunak sampai ke mobil kemudian

ternyata membuat kita terpaksa terpental-pental

menyesuaikan diri; dan jika nyatanya kita lalu harus terus

berusaha bersaing dengan para tetangga (sekalipun

berlawanan dengan pemikiran kita), kita harus bertanya

pada diri sendiri: apanya yang telah kita hemat selama ini,

dan apakah hidup kita menjadi lebih damai?

Yang pasti kerumitan hidup yang terus bertambah

sekarang ini merampok ketenangan kita dan menghasilkan

wabah yang diam-diam meluas terkait dengan ketegangan,

kekhawatiran, dan kebingungan. Pendidik dari Jerman

Friedrich Wilhelm Foerster (1896-1966) lima puluh tahun

yang lalu sudah menulis:

Sejak dulu kala, peradaban teknis kita telah

memanjakan hidup dalam segala hal, namun lebih dari

situasi di masa lalu, manusia kini tanpa berdaya terpuruk

oleh ledakan hidup. Hal ini semata-mata disebabkan

budaya yang sekadar teknis–material tidak dapat

membantu kita menghadapi tragedi. Manusia dewasa ini,

bagaimanapun penampilan luarnya, tak punya gagasan,

tak punya daya kekuatan untuk menguasai kegelisahan

dan keterpecahan dalam dirinya sendiri. Ia tak tahu harus

berbuat apa dengan penderitaan – bagaimana melakukan

sesuatu yang konstruktif dari penderitaan itu – dan hanya

memandang penderitaan itu sebagai sesuatu yang

menindas dan menguras dia dan menghalangi hidup. Ia

tak punya kedamaian. Dan pengalaman yang sebenarnya

dapat membantu seseorang mengaktifkan hidup rohani

agar mengendalikan jalannya kehidupan seperti itu,

malahan bisa mengirimnya ke tempat perawatan mental.

Berbagai Batu Pijakan

Page 102: Kedamaian 1250301025-phpapp01

104 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Dalam kaitan dengan “trend’ mutakhir, majalahmingguan Time memuat laporan tentang pasanganmuda yang pindah dari lingkungan mewah di pinggir

kota Ohio karena yang wanita merasa muak tinggal diantara tetangga di mana orang-orang “menggunakansemua waktu mereka, termasuk waktu tidur, untuk

bekerja keras supaya dapat memenuhi rumah merekayang besar dan luas dengan barang-barang yang mahal.”Wanita itu merindukan “ketenangan, kesederhanaan,

semacam kedamaian hati.”

Mulanya, kehidupan mereka dalam lingkungan kotakecil baru itu serasa sempurna, namun tak lama kemudian,orang-orang yang tak punya pekerjaan membuat angka

kejahatan meningkat, dan kesulitan dengan para tetanggayang berpikiran sempit memusingkan kepala. Mengambilkeputusan untuk tidak menyerah, wanita itu menyibukkan

diri dengan masalah renovasi (pemugaran) tanah danbangunan bersejarah di situ dan urusan Dewan Sekolah.Tampaknya semua ini tidak memuaskan juga. Akhirnya

pasangan itu membuat rencana besar untuk mendapatkanpola hidup yang tenang: mereka pindah ke Nantucket untukmemulai cara hidup yang lebih tenang, yang memungkinkan

mereka mengalami “sarapan–di–tempat–tidur”....

Seperti kebahagian, kesederhanaan tidak selalu bisadikejar. Pencarian kesederhanaan yang diusahakan demikesederhanaan belaka mungkin hanya akan menghasilkan

kekecewaan. Kita mungkin tak mau disilaukan oleh gayahidup materialistis dan ingin lepas dari belenggunya, namununtuk itu mungkin kita dituntut melakukan lebih dari

sekadar mengubah kecepatan langkah kita.

Dalam masa muda orang tua saya di Eropa padatahun 1920-an, kerinduan akan hidup sederhanadipadukan dengan kerinduan akan hal-hal yang saleh,

Page 103: Kedamaian 1250301025-phpapp01

105

dekat dengan alam, komunitas dan keselarasan dengansang Pencipta. Seperti kaum muda di tahun enampuluhan, kaum muda di zaman orang tuaku juga

membentuk koperasi yang membuat mereka lebih akrabsatu sama lain dan – walaupun sangat jauh dari kosa-kata bahasa agama – lebih dekat dengan Tuhan.

Dewasa ini, suara-suara seperti Wendell Berry59 (yang

dikenal dengan Henry David Thoreau60 dari Kentucky)

menekankan perlunya kembali ke alam, belajar untuk

berswa-sembada, dan “menghayati hidup sederhana supaya

orang lain juga hidup sederhana.” Di sebelah barat daya

Perancis, Thich Nhat Hanh menyelenggarakan Village des

Pruniers (Desa Plum), suatu tempat retret dan komunitas

yang terutama dipenuhi oleh para biksu, biksuni dan

keluarga-keluarga Vietnam. Ia banyak membicarakan

hubungan tentang kesederhanaan dan damai.

Dari antara kami yang mempunyai anak-anak muda

(atau cucu, keponakan lelaki dan perempuan) tak akan

lupa bahwa kesederhanaan mereka mengajarkan hal-hal

yang penting kepada kami. Lain dari orang dewasa, anak-

anak cenderung merangkul hal-hal yang mendasar dan

langsung. Mereka memperoleh kegembiraan besar dalam

hal-hal yang sederhana dan alamiah. Mereka menghayati

hidup yang lebih penuh sekarang ini dan lebih siap

bertindak sepenuh hati dengan spontan, karena pikiran

mereka lebih bebas dari berbagai rencana, skema,

larangan-larangan dan motif-motif.

59 Sastrawan, budayawan, kritikus ekonomi, pecinta lingkungan

Amerika. Lahir tahun 1934.

60 Henry David Thoreau (1817-1862) adalah filsuf , penulis ekologi

dan sejarah alam yang menjadi dasar bagi ilmu lingkungan hidup

sekarang ini.

Berbagai Batu Pijakan

Page 104: Kedamaian 1250301025-phpapp01

106 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kesederhanaan bukanlah suatu tujuan. Namun

kesederhanaan tetap merupakan sesuatu yang terus-

menerus dihayati ketika harta, kegiatan, dan agenda-

agenda memisahkan kita dari hal-hal yang penting dalam

hidup kita: keluarga, teman, hubungan-hubungan yang

konstruktif dan pekerjaan yang bermakna. Semua ini

menghubungkan kita satu sama lain dan membuat kita

makin akrab. Kita harus lebih banyak meluangkan waktu

bersama-sama anak-anak kita tanpa perangkat dan

mainan-mainan kita agar tidak terlalu bergantung pada

barang-barang itu dan lebih dekat pada Tuhan.

Kristus berkata, “Apa gunanya seseorang mendapatkan

seluruh dunia, tetapi kehilangan nyawanya?”61 Aku sering

merenungkan pertanyaan sederhana itu dan mendapatkan

kedamaian di dalam renunganku itu. Bukanlah suatu

ancaman yang membayangi kepala kita di situ, melainkan

sungguh suatu pedoman, sesuatu yang mengingatkan kita

tentang prioritas yang benar bagi kita.

61 Mat 16:26

Page 105: Kedamaian 1250301025-phpapp01

107

Kesunyian

Lidah adalah senjata yang sangat ampuh dalamrangka manipulasi. Arus kata-kata deras mengalir darikita karena kita terus-menerus berproses menyesuaikancitra diri kita dalam masyarakat. Kita begitu khawatirakan apa yang kita kira dilihat orang dalam diri kita,sehingga kita perlu bicara untuk meluruskan pengertianmereka. Jika aku telah melakukan sesuatu yang salah(atau bahkan sesuatu yang benar namun kukira Andasalah mengerti) dan mendapatkan bahwa Anda tahutentang hal itu, aku akan tergoda untuk membuat Andamemahami tindakanku itu.

Kesunyian, diam, merupakan disiplin yangmendalam dari roh, karena diam menghentikan segalamacam pembenaran diri. Salah satu buah dari kesunyian,diam, adalah kebebasan untuk mempersilakan Allahmenjadi hakim bagi pembenaran diri kita. Kita tak perlumeluruskan pendapat orang lain.

Richard J. Foster62

Salah satu hambatan terbesar untuk memperoleh damai

adalah ketidakmampuan kita untuk diam dalam

kesunyian. Sebab setiap kali kita berusaha menahan lidah

kita dan memikirkan diri kita sendiri, selalu ada orang

lain yang membuat kepala kita berpaling dan nimbrung

bicara. Kita terus-menerus merampas damai dari diri kita

sendiri, karena kita memilih untuk terjun ke tengah-

tengah urusan orang lain. Kita bicara. Kita bergosip.

Bergunjing. Dan kita lupa bahwa untuk setiap kata-kata

yang kita ucapkan dengan sia-sia, kita akan dihakimi.63

62 Seorang teolog dan penulis dari tradisi Quaker.

63 Mat 12:36

Berbagai Batu Pijakan

Page 106: Kedamaian 1250301025-phpapp01

108 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Diam dalam sunyi mungkin bukan “urusan besar”dibanding dengan aspek-aspek lain dari damai yang kitabahas dalam buku ini. Penulis Max Picard menyatakan

bahwa diam dalam sunyi “menjauhkan dunia untung-rugidan kegunaan. Tak dapat dieksploitasi. Anda tak kan dapatmemperoleh apa-apa dari situ. Sesuatu yang “tidak

produktif”. Karena itu sering dianggap tidak berguna. Adabanyak pertolongan dan kesembuhan dalam kesunyiandaripada dalam semua hal yang berguna.”

Bila kita sendirian, sunyi di luar mudah kita

kembangkan (Namun di dalam diri kita, mungkin kitasama sekali tidak tenang; kepala kita mendengung denganberbagai gagasan dan rencana-rencana). Dan bila kita

bersama orang lain, kesunyian menjadi lebih sulit. Bukanhanya menyangkut sikap untuk tidak bicara, tetapi lebihdari itu juga kesediaan kita untuk belajar mendengarkan.

Dalam komunitas Bruderhof, di mana pertemuan

malam tentang ibadat, bisnis, bacaan atau sharing informaldiselenggarakan beberapa kali dalam seminggu, orangmungkin mengira kami mengerti nilai kesunyian. Mungkin

memang begitu. Namun heran juga bagaimana hasrat kamiuntuk mengungkapkan diri, untuk menyuarakan pendapatdan untuk membuat diri kita didengarkan, memperoleh

jalan dalam dialog yang menghasilkan buah.

Tanpa maksud untuk bereaksi, bukan untukmerevisi, membumbui atau menjelaskan, bahkan tidakuntuk menanggapi, semata-mata mendengarkan saja

sudah merupakan suatu karunia. Jika kita sungguh dapatmendengarkan, sungguh memerhatikan, lalu Tuhan bisabicara. Ini merupakan suatu disiplin. Pekerjaan murid.

Ibu Teresa menyatakan bahwa apa yang harus kitakatakan tidaklah sepenting apa yang Tuhan hendakkatakan kepada kita dan melalui kita: “semua kata-

Page 107: Kedamaian 1250301025-phpapp01

109

kata kita tidak ada gunanya jika tidak berasal daridalam. Kata-kata yang tidak membawa terang Kristushanya menambah kegelapan.”

Banyak orang menganggap kesunyian sebagai

perangkap bagi hidup yang menderita tanpa ada perlunya– sesuatu yang hanya untuk para biarawan atau suster,bagi kaum religius. Memang benar dalam banyak ordo

dan kongregasi religius para anggotanya melatihkesunyian. Dalam komunitas kami, janji untuk berdiamdiri hanya dilakukan untuk waktu yang pendek oleh

seseorang yang bermaksud mendapatkan penegasankomitmen dirinya, atau sebagai suatu tanda penyesalan.Namun mengapa kesunyian dipandang secara negatif

begitu? Kesunyian dapat membebaskan kita dari bebankeharusan untuk menjawab. Kesunyian membantu kitamenghindarkan situasi hanyut oleh hal-hal remeh-temeh.

Di antara kelompok awal Society of Friends (Quaker),

ibadat dan pelayanan berada di tempat kedua, dan yangpertama adalah praktik bersama untuk berdiam diri, yangmereka pandang bukan sebagai suatu tujuan, melainkan

sebagai cara untuk menunggu Allah. Kelompok Friendsmerasakan seperti itu, karena kesunyian menjauhkanseseorang dari dirinya sendiri, dan memasuki suatu

kawasan yang lebih besar, suatu situasi yang sangat banyakmenghasilkan, di mana didapatkan kosensus dan kesatuansekalipun untuk masalah yang berdaya mencerai-beraikan.

Jika bicara, pencarian, dan doa tidak dapat membawa kitakemana pun, kesunyian memungkinkan Roh didengarkandan suatu jawaban diperoleh.

Berdiam diri di hadapan Allah memiliki arti yang

sungguh mendalam: dalam keheningan itu, jiwa

seseorang tenggelam ke dalam api unggun kebersamaan.

Dalam lingkaran ibadat, paduan nada kehidupan yang

Berbagai Batu Pijakan

Page 108: Kedamaian 1250301025-phpapp01

110 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mendasar dan paling pribadi mendapatkan rangsangan

yang terdalam.... Dalam kegiatan bernapas yang senyap

dan dalam dialog tanpa kata antara jiwa dengan Allah,

hanya berdua saja, dapat diperoleh kedalaman

kebersamaan yang menyatu (communion).

Eberhard Arnold

Kadang-kadang berdiam diri membutuhkansuasana sunyi. Jika kita hidup bersama dalam jalinan

yang erat dengan orang lain, dalam keluarga yangakrab, atau komunitas yang rukun, misalnya, sangatperlu kadang-kadang mempunyai waktu untuk

menyepi sendirian. Bonhoeffer64 menyatakan bahwamereka yang tidak dapat hidup dalam komunitas tidakdapat hidup sendirian, namun yang sebaliknya juga

benar. Mereka yang tidak dapat hidup sendiri tidakdapat hidup dalam komunitas. Kakekku menulis:

Ketika kita menghidup dan menghembuskan napas

saja, kita memerlukan kesendirian untuk memperoleh

kekuatan bagi masa-masa di mana kita bersama orang

lain. Dari karya Nietzche65 kita tahu kehidupan

Zoroaster66, bahwa nabi kuno itu sering menyendiri

bersama binatang peliharaannya. Ia pergi keluar dan

berjalan diam-diam di antara binatang-binatang buas

yang cerdas, kuat, agung namun jinak, dan melalui

tindakan seperti itu ia memperoleh kekuatan dan merasa

terdorong lagi untuk menghadapi manusia.

64 Dietrich Bonhoeffer adalah seorang teolog Lutheran (1906-1945).

Karena melawan Nazi ia ditangkap dan digantung sebelum Perang

Dunia Kedua berakhir.

65 Friedrich Nietzche filsuf eksistensialis dan pasca-modernisme

Jerman (1844-1900). Bukunya antara lain Also sprach Zarathrusta

(Demikianlah Zarathrusta Berkata).

66 Zoroaster atau Zarathrusta adalah nabi kuno dari abad ke-5 sebelum

Masehi dari daerah Persia. Ia bicara soal yang baik dan yang jahat.

Page 109: Kedamaian 1250301025-phpapp01

111

Secara pribadi, kupikir penting untuk memperoleh,

saat teduh setiap hari sekalipun hanya untuk beberapa

menit saja. Aku dan istriku berjalan-jalan dalam diam pada

pagi hari sesering mungkin, dan itu adalah cara yang baik

untuk memfokuskan pikiran kita. Orang-orang lain di

dalam komunitasku juga melakukan hal itu: salah satu

pasangan yang lebih tua berjalan-jalan sebelum makan

malam setiap hari, semata-mata untuk menenangkan diri

bersama dan menikmati malam.

Terutama ketika sedang mengalami saat- saat

kemelut atau kehilangan, daya penyembuh dari

keheningan malam jangan diremehkan. Aku masih

mendengar suara Ria Kiefer, seorang tua di masa

sekolahku dulu, terngiang di telingaku ketika ia

menyuruh seseorang yang kelihatan sedang sedih, “Freu’

dich an der Natur!”- Keluarlah. Nikmatilah alam!

Dalam bukunya Freedom from Sinful Thoughts ayahku

menulis tentang kesunyian jenis lain – pelepasan, sepi

batin. Ada banyak yang dapat dikatakan tentang

pelepasan; para mistikus menulis banyak buku tentang

itu. Namun pelepasan dapat juga dikatakan dengan

sangat sederhana sebagai rasa damai yang timbul setelah

kita membuang apa saja yang memenuhi pikiran kita –

seluk-beluk pekerjaan, rencana-rencana, dan kecemasan

tentang masa depan – dan secara batin menjadi teduh.

William Penn, seorang Quaker abad ketujuh belas

memberi penjelasan mengapa ini penting:

Cintailah kesunyian bahkan dalam pikiran;

karena hubungan gagasan-gagasan terhadap pikiran

adalah sama dengan hubungan kata-kata dengan

tubuh, mengganggu. Banyak berkata, sama dengan

banyak berpikir, adalah pemborosan; di dalam banyak

gagasan, sebagaimana dalam banyak kata-kata terdapat

Berbagai Batu Pijakan

Page 110: Kedamaian 1250301025-phpapp01

112 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

dosa. Kesunyian sejati adalah pikiran yang tenang, yang

hubungannya terhadap Roh adalah sama dengan

artinya tidur bagi tubuh, yaitu gizi dan kesegaran.

Kesunyian dalam pikiran adalah keutamaan besar;

mencegah kebodohan, menyimpan rahasia,

menghindari pertengkaran, dan mencegah dosa.

Kita semua tahu seperti apa rasanya duduk

bersanding dengan orang yang kita cintai, walaupun kita

tidak berkata apa-apa namun merasa tenang sempurna.

Namun kesunyian tidak selalu menjadi sumber damai.

Kadang-kadang jeda sebentar dalam suatu percakapan

cukup membuat kita tidak tenang, dan kita harus meraba-

raba suatu tanggapan segera untuk mengisi celah yang

tidak menyenangkan itu. Jika ada sesuatu yang tidak

benar di dalamnya, jika ada sesuatu di antara kita dan

orang lain, atau di antara kita dengan Tuhan, kesunyian

bisa sangat menakutkan.

Seorang wanita yang telah berkonsultasi denganku

selama beberapa tahun suatu ketika bilang kepadaku,

bahwa ia menemukan kedamaian dengan melepaskan

segala sesuatu dan menjadi teduh hati:

Sepertinya bila Anda tak dapat damai dengan diri

Anda, akan sulit bagi Anda menghadapi ruang kosong,

entah visual (tak ada yang bisa dipandang atau dilihat),

entah audio (tak ada yang bisa didengarkan), atau fisik

(tak ada yang bisa dilakukan, atau tak mampu apa-apa).

Anda berusaha keras melepaskan diri dari kemelut batin

(penderitaan batin, tujuan yang bertentangan,

ketakutan, tuduhan-tuduhan, hati nurani yang terusik,

apa saja) tetapi Anda malah jadi lebih frustrasi.

Bagaimanapun usaha Anda menghindari ruang kosong

itu, Anda akan mendapatkan berkat justru bila Anda

menerimanya dan memanfaatkannya demi kebaikan

jiwa Anda. Memang sungguh berat menghadapi jiwa

Page 111: Kedamaian 1250301025-phpapp01

113

yang sedang kemelut, tapi justru di situ tersedia rahmat

kedamaian, dan juga suatu kehidupan yang lebih sesuai

dengan kehendak Allah.

Sophie Loeber, seorang teman ayahku dari masa kecilnya

yang kukenal, menulis kepadaku baru-baru ini dengan nada

yang sama. “Aku sering harus bergumul untuk mendapatkan

damai dalam hidupku,” katanya, “tapi kesunyian

membantuku melakukan introspeksi dan teringat bahwa

Tuhan merengkuh setiap kita dengan tangan-Nya.”

Sophie adalah seorang anggota Bruderhof Jerman

yang diserang dan dibubarkan oleh Gestapo (polisi rahasia

Jerman) pada tahun 1937. Sesudah Gestapo mengepung

mereka, membariskan para pria sepanjang dinding dan

mengunci para wanita dan anak-anak, polisi melakukan

interogasi dan memberikan ultimatum bahwa dalam

tempo dua puluh empat jam mereka harus meninggalkan

tempat itu dan keluar dari Jerman.

Ketika Nazi memaksa kami meninggalkan rumah

yang kami cintai di Rhon, kami tidak diperbolehkan

membawa apa-apa selain baju di dalam ransel kami.

Tapi kami membawa harta pusaka kami (yaitu

kegembiraan dan kesusahan, perjuangan dan masa-

masa perayaan dan semua yang telah kami alami selama

bertahun-tahun) dalam hati kami.

Beberapa tahun kemudian Sophie dan suaminya,

Christian, kehilangan kedua putranya yang meninggal

karena wabah yang jarang terjadi. Mula-mula kedua anak

itu buta, lalu mengalami kemunduran fungsi mental.

Keduanya meninggal dalam usia belasan tahun, hanya

berbeda beberapa tahun. Sophie sedih tak terkatakan.

Pertanyaan yang disampaikan orang serasa menyiksa hatinya,

namun berangsur-angsur semua itu mengantarnya pada

suatu keheningan di mana ia menemukan iman dan damai:

Berbagai Batu Pijakan

Page 112: Kedamaian 1250301025-phpapp01

114 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Berulangkali aku bertanya pada diri sendiri:

mengapa Allah memasukkan kami dalam pencobaan

sedahsyat ini? Kadang-kadang kami merasa tak mampu

lagi menanggung beban karena patah hati. Namun

ketika aku dapat kembali menghimpun daya pikirku

dan merasa tenang, aku menyadari betapa keprihatinan

dan doa-doaku terlalu kecil, terlalu bersifat pribadi.

Christian dan aku hanya berputar-putar di sekitar

kebutuhan kami sendiri, lupa bahwa ada orang lain di

dekat kami yang juga punya kebutuhan. Kami juga

melupakan janji “Carilah dulu Kerajaan Allah,

selebihnya akan ditambahkan kepadamu.”67

Beberapa waktu kemudian Sophie kehilangan

suaminya karena kanker, dan putranya yang ketiga

(menikah, punya anak) karena kecelakaan listrik.

Allah sungguh menguji dia, tapi ia berkata bahwa

penderitaannya telah mengajar dirinya agar tenang

dan agar “melepaskan segala sesuatu yang mengikat

kita di dunia.” Demikianlah ia bisa memberikan ruang

bagi Allah, dan “membiarkan Dia memenuhi hatiku,

dan luka-lukaku mulai sembuh.”

“Kini aku sendiri mendekati akhir hayatku, dan

kesunyian makin penting bagiku. ‘Tenanglah dan ini Aku,

Tuhan’68 Segala sesuatu perlu kita singkirkan agar Allah

memenuhi diri kita seluruhnya. Maka kita akan mengalami

kegembiraan sejati dan mendapatkan kedamaian.”

67 Mat 6:3368 Mat 14:27

Page 113: Kedamaian 1250301025-phpapp01

115

Kepasrahan

Kesulitan tidak perlu menekan atau

menenggelamkan kita. Kasih yang menggenggam kita

begitu agung sehingga kelemahan kecil dari diri kita

masing-masing tak akan mampu mengalahkannya.

Karena itu aku minta satu hal darimu: jangan terlalu

khawatir akan dirimu. Bebaskan dirimu dari semua

rencana dan tujuan. Mereka terlalu banyak menjajah

kamu. Serahkanlah dirimu pada matahari, pada hujan,

pada angin, seperti bunga-bunga dan burung,

Serahkanlah dirimu kepada Allah. Hanya satu saja

harapanmu: Terjadilah kehendak-Mu, datanglah

Kerajaan-Mu, lalu Dia akan mewahyukan diri. Dan

kita semua diselamatkan.

Eberhard Arnold.

Jika kita terus-menerus memfokuskan segalanya pada

diri kita sendiri, ditanggung tak akan ada kedamaian

hati yang kita peroleh. Mawas diri, untuk memilah motif-

motif, untuk mengajukan pertanyaan yang selama ini kita

hindari, mengapa kita takut pada perubahan yang terjadi

dalam diri kita sendiri – semua ini merupakan bagian

yang penting untuk memeriksa akar penyebab rasa tidak

damai. Namun menghentikannya dapat berarti kematian.

Mawas diri tidak sama dengan berpaling kepada Allah,

namun baru setelah kita menimbang masalah-masalah

kita, kita dapat berserah diri kepada Allah dan bergerak

maju. Makin cepat kita melakukan semua ini, makin

cepat pula kita mendapatkan kedamaian.

Beberapa orang cenderung terus memandangi dirinyaseperti di dalam cermin dan hal itu menyebabkan

Berbagai Batu Pijakan

Page 114: Kedamaian 1250301025-phpapp01

116 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ketegangan yang tidak perlu. Yang lain mungkin tidakbegitu peduli pada keadaan batinnya, tetapi juga tegangkarena tidak dapat melupakan luka hati yang lama. Yang

satu mungkin membiarkan kekecewaan terus menyala;yang lain membawa terus hasrat yang tak sampai ataufrustrasi yang tak terpadamkan.

Winifred Hildel, seorang anggota komunitasku,

melewati suatu masa dukacita yang dalam setelah satu-satunya anak lelakinya mati waktu dilahirkan. Ia takdapat merelakan kematian putranya itu dan merasa

melakukan kesalahan sewaktu mengandung, walaupundokter menyatakan bahwa bukan itu masalahnya. Barusetelah bertahun-tahun ia berhenti menyiksa diri. Dengan

menceritakan semua detail yang dibayangkannya sebagaikesalahan dirinya kepada orang lain, barulah ia dapatmelepaskan rasa bersalahnya itu.

Konflik diri Winifred yang berkepanjangan itu

menunjukkan salah satu sumber dari tidak adanya damaiyang membuat banyak orang pusing: mereka berusahaberkompromi dengan suatu tragedi yang karena hal itu

mereka merasa bertanggung jawab. Apakah mereka itumenanggung rasa bersalah secara obyektif atau tidak,kunci untuk mengatasi hal itu adalah kepasrahan.

Kerendahan hati merupakan keutamaan, tetapimenyalahkan diri bukan. Bukan pemulihan yangdihasilkannya, malah mengarah pada upaya mawas diri

yang tidak sehat.

Bagi beberapa yang lain, salah satu sumber yangmenyebabkan tidak adanya kedamaian adalah ketidak-mampuan melepaskan kendali yang mereka usahakan

untuk diterapkan pada orang lain. Sebagai seorangkonselor keluarga, aku melihat hal semacam inimembuat kepincangan dalam rumah tangga, terutama

Page 115: Kedamaian 1250301025-phpapp01

117

ketika kendali yang diterapkan itu letaknya ada didalam hubungan antara orang tua dan anaknya. Dalambanyak rumah tangga, ada banyak ketegangan

terutama antara pemuda-pemudi (atau anak-anak yangmulai dewasa) dengan orang tuanya yang baru dapatmencair jika para orang tua berkenan melepaskan

putra-putrinya dan menyerahkan masa depan merekake tangan Allah. Ibuku, seorang guru seringmemberitahu para orang tua, “Adalah suatu pelayanan

terburuk yang dapat anda lakukan bagi putra-putrianda jika anda mengikat mereka pada diri Anda.Biarlah mereka pergi. Ikatlah mereka kepada Tuhan.”

Ikatan emosional juga menciptakan ketegangan di

luar rumah tangga, utamanya di tempat kerja, di gereja,

dan dalam organisasi sosial. Kecenderungan untuk

nimbrung dan turut campur tangan, untuk memberi

nasihat, untuk mengkritik orang lain, membuat banyak

orang koyak-moyak sendiri dan membuat hidup orang di

sekitarnya malah menyedihkan.

Mungkin penyebab yang pal ing umum dari

tiadanya kedamaian semata-mata adalah hasrat diri

kita sendiri - kenekatan kita untuk menentukan arah

hidup kita sendiri. Adalah wajar menghendaki suatu

tujuan untuk dir i sendir i . Tetapi hal i tu t idak

memberi ruang kepada Allah. Jika kita menghendaki

damaiNya ada dalam hidup kita, kita harus rela

dipimpin oleh-Nya, entah keadaannya lancar, entah

situasinya sedang sulit . Kita perlu bersungguh-

sungguh bila berdoa: “Jadilah kehendakMu.”69

Dalam rangka karya tulis dan pidatoku, aku

bertemu dengan Moly Kelly70, seorang ibu , pengarang

69 Mat 6:10

Berbagai Batu Pijakan

Page 116: Kedamaian 1250301025-phpapp01

118 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

buku dan penceramah, beberapa kali. Molly sangat

terkenal oleh keahliannya di bidang seksualitas remaja,

tetapi ia juga punya banyak pandangan yang berharga

dalam mencari kedamaian hati, dan tentang peranan

kepasrahan dalam mendapatkannya.

Aku dibesarkan dalam suatu keluarga Katolik

dengan lima saudara laki-laki dan seorang saudari.

Ayah dan Ibu sangat menyayangi kami. Tidak segala

hal berjalan dengan baik, namun kasih di antara kami

merupakan pengikat yang mempersatukan kami.

Aku kuliah di perguruan tinggi ... dan bertemu

dengan cinta hidupku, Jim, seorang mahasiswa

kedokteran yang tampan di Georgetown. Jim dan aku

mulai berpacaran sejak aku berada pada tahun kedua

kuliahku, dan kami menikah tak lama setelah aku

diwisuda. Orang bilang perkawinan kami harmonis.

Jim mencintai aku, aku mencintai Jim, dan karena

cinta kami satu sama lain itu kami mempersilakan

Tuhan menjadi pembimbing keluarga kami. Dan

begitu murah hati Dia. Kami dikaruniai delapan orang

anak dalam waktu sebelas tahun.

Bagaimana dengan damai? Memikirkan kata

damai itu, kukira pertama-tama banyak orang terlalu

terikat padanya dan menyalahgunakannya...

Suatu hari dua puluh tahun lalu hidupku berubah

selamanya. Aku dengan Jim berlibur akhir pekan dengan

beberapa pasangan teman baik kami. Tidaklah mudah

untuk memperoleh kesempatan pergi jauh karena jadwal

kerja Jim yang ketat di rumah sakit, dan karena

kedelapan anak kami masih muda. Kami pergi

menghabiskan akhir pekan kami di suatu tempat istirahat

70 Molly Kelly adalah ibu rumah tangga, pengarang buku,

penceramah tentang seksualitas dan pendidikan pro life, ibu enam

putra dan dua putri. Janda sejak 1975. Menerima Penghargaan

Outstanding Catholic Leadership Amerika 2001.

Page 117: Kedamaian 1250301025-phpapp01

119

musim dingin di Poconos. Tapi perkenankan aku maju

lebih cepat pada peristiwa yang membuat diriku jatuh

dalam kegelisahan dan kesedihan yang meremukkan

semua jaringan hidupku selama bertahun-tahun, hingga

saat aku membiarkan Tuhan datang dan mengatur

perjalanan hidupku menuju damai dan kegembiraan.

Aku berada di puncak untuk berselancar, sambil

ngobrol dengan teman-teman, ketika kuperhatikan di

bawah lereng sana terjadi keributan. Jim baru saja

meluncur ke bawah bukit dengan papan selancarnya,

tapi karena aku tidak memerhatikan dirinya, jadi aku

tidak tahu apa-apa tentang dia. Aku melihat beberapa

orang melambaikan tangan memanggil kami, dan aku

heran apa yang terjadi di sana. Lalu ada orang yang

memanggil namaku agar cepat-cepat turun karena Jim

terluka. Aku meluncur turun dengan berlari ke bawah

bukit, terpeleset, jatuh berguling-guling dan bangun lagi,

dan ketika aku sampai di sana orang -orang mengerumuni

Jim di sampingnya. Ia setengah pingsan dan berdarah-

darah. Aku lewatkan detilnya dan menyampaikan

akhirnya saja. Jim meninggal dunia.

Aku merasa hancur. Jim adalah sahabat terbaikku,

temanku bicara di atas bantal, ayah dari anak-anakku,

pembangun impian kami. Tak dapat kubayangkan hidup

tanpa dia. Tak dapat kulupakan ketika aku pulang dan

memeluk erat satu demi satu anak-anakku, yang sudah

diberi tahu bahwa ayah mereka meninggal. Anak sulung

kami, Jim, baru berumur dua belas tahun, dan anak bungsu

kami, empat belas bulan. Anak-anak yang lebih besar pucat,

sedih dan saling berangkulan. Yang kecil-kecil masih tak

tahu apa yang sedang terjadi. Rumah kami penuh orang,

ribut dan ada banyak orang, banyak sekali makanan

(indah sekali bagaimana orang membawa makanan untuk

menghibur keluarga yang sedang berdukacita). Tuhan

begitu rahim dan melindungi dan mengelilingi kami

dengan kerabat dan teman-teman baik, dan aku sangat

Berbagai Batu Pijakan

Page 118: Kedamaian 1250301025-phpapp01

120 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mensyukuri siraman kasih mereka, namun hatiku terlalu

sedih untuk bisa mengungkapkan terima kasihku pada

setiap orang . Aku pun terluka dan berdarah-darah seperti

Jim, dan tak seorang pun dapat menyembuhkan lukaku,

sampai luka itu menyusut dan menutup sendiri selang

beberapa tahun kemudian.

Aku dapat terus maju merawat anak-anak karena

aku sangat menyayangi mereka, dan karena aku berjanji

kepada diri sendiri, bahwa aku tak akan mempermalukan

kenangan akan Jim karena ceroboh dalam membesarkan

anak-anak kami. Masih ada dua orang anak yang masih

pakai popok, dan karena anak-anak ingin keadaan

menjadi lebih baik dengan lebih cepat, sisanya kembali

main bola di ruang tamu, menjadikan tempat tidurku

sebagai ruang bermain dan menuntut waktu dan

kesabaran diriku. Waktulah yang masih kumiliki.

Sebenarnyalah beban yang kutanggung berat, seolah-

olah aku tak pernah dapat menyelesaikan semua

pekerjaan yang harus kulakukan. Setiap hari berlalu, aku

ingin agar jam tidur segera tiba supaya aku pergi tidur

dan melupakan sebentar bahwa Jim telah tiada. Aku

agak kurang sabar.

Aku tak pernah sendirian, namun aku merasa

kesepian. Hanya kemudian, ketika kurasakan

kedamaian, aku dapat membedakan antara kesepian dan

menyendiri, aku masih tersiksa oleh kesepian, tetapi aku

menikmati saat-saat yang melegakan ketika aku

menyendiri dengan diriku sendiri dan dengan Tuhan.

Tak lama setelah kematian suaminya, Molly

menggeluti suatu masalah yang sangat memprihatinkan

Jim: aborsi. Sebagai seorang dokter Katolik yang percaya

pada kekudusan seluruh kehidupan, Jim sangat gigih

sebagai penentang perkara Roe Versus Wade, dan Moly

seperasaan dengannya walaupun Molly tak pernah

menyatakan hal itu kepada umum.

Page 119: Kedamaian 1250301025-phpapp01

121

Aku tak pernah bicara di depan umun sebelumnya,

dan aku takut sekali karena harus melakukannya

sekarang. Tapi aku berkata pada diriku sendiri “Kamu

telah lolos dari situasi yang terburuk: kematian Jim.

Apakah berpidato lebih buruk dari itu?

Aku mulai memberi ceramah soal aborsi di sekolah-sekolah menengah Katolik setempat, dan dalam beberapatahun aku cukup berpengalaman memberi ceramah.Aku mengatur acaraku sedemikan rupa sehingga bisapulang ke rumah di sore hari, ketika anak-anak punpulang dari sekolah.

Selang beberapa waktu kemudian, aku sadar bahwaaku belum sampai pada inti masalahnya. Aku tahu bahwaaku perlu bicara tentang akar dari aborsi, yangberhubungan dengan kehamilan yang tak dikehendaki,yang terkait dengan perilaku seks yang sembarangan. Laluaku bicara tentang tanggung jawab seksual, yang kusebutkemurnian. Itulah permulaannya kebangkitanku untukmengajar, dan undangan untuk memberi ceramah pundatang membanjir. Aku diminta bicara di banyak sekolahdan banyak tempat sehingga aku begitu sibuk dan taktahu lagi jalan untuk mundur.

Teman-teman menyarankan agar aku mengurangikegiatan berceramah. Tetapi aku merasa Tuhanmemanggilku untuk melakukan misi berbicara kepadaumum ini, dan aku tak mau melepaskan hal itu. Namun,sesuatu harus kupersembahkan. Barulah kemudian kusadaribahwa yang harus kupersembahkan adalah diriku. Akuharus mempersembahkan diriku seluruhnya pada Tuhan.Pasrah kepada-Nya, dan aku tidak terbiasa melakukannya.

Aku suka pegang kendali. Aku ibu dari delapanorang anak, dan aku menjalankan bahtera rumah tanggadengan ketat. Aku memberi bahan makan, menyiapkanmakan, mencuci baju anak-anak, membantu merekamengerjakan pekerjaan rumah, aku mengantar merekabermain-main dan bertanding bola. Aku menjadi kepala

Berbagai Batu Pijakan

Page 120: Kedamaian 1250301025-phpapp01

122 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

rumah tangga dan kepala sekolah. Istilah menyerahpasrah tidak ada dalam kamusku. Yang tidak kusadariialah bahwa menyerah pasrah kepada Tuhan bukanlahberarti memberikan segalanya seperti mengalihkansemuanya. Tapi aku memang harus mengalihkanpengendalianku, kegelisahanku, kesepianku dan rasakewalahanku, bahkan anak-anakku, kepada Tuhan.Dan dalam setiap bidang di mana aku bisa melakukanhal ini dalam hidupku, hampir dengan serta merta akumengalami kedamaian.

Satu hal yang terjadi adalah suatu kesadaran baru

akan Roh Kudus. Untuk yang pertama kali sejak aku

mendapat urapan Krisma dalam Sakramen Penguatan.

Aku dibesarkan dengan berdoa kepada Tuhan dan

membayangkan Yesus, sedangkan Roh Kudus hanya

masuk telinga kiri keluar telinga kanan pada

kesempatan Sakramen Krisma itu. Di dalam

menyerahkan diriku kepada Tuhan (dan untuk itu

perlu perjuangan setiap hari) aku mulai menyadari

bahwa Pentakosta, turunnya Roh Kudus dalam hidup

kita, merupakan peristiwa yang terus berlangsung.

Molly memberi ceramah kepada lebih dari sejuta

remaja yang disebutnya “Anak-anak kesayanganku di

seluruh dunia,” dan kepada ribuan orang tua. Baru-baru

ini ia berpidato di depan himpunan sekitar enam ribu

pastor di Roma, dan menemui lima puluh Kardinal dan

Uskup di Kalifornia.

Jadwalku mungkin sangat padat, tetapi aku tak lagi

kewalahan. Damaiku begitu dalam. Ketenangan batin

itu tampaknya bertahan lama, sejauh aku dapat

memperbarui penyerahan diriku kepada Tuhan. Aku

setuju untuk memberi ceramah jika aku bisa dan jika

kukira Tuhan menghendaki aku melakukannya. Dan

aku menolak jika aku tidak bisa. Apakah aku selalu

benar? Aku meragukannya. Namun aku yakin dalam

Page 121: Kedamaian 1250301025-phpapp01

123

pengetahuanku, bahwa Tuhan tak akan mengambil

karunia damai-Nya jika kami selalu menyerahkan diri

kita kepadaNya bahkan ketika di sana sini kita gagal....

Aku sungguh menyadari bahwa dalam kepasrahan

diri itulah damai sejati akan datang. Menyerah dalam

perang berarti kalah, takluk. Pasrah diri kepada Tuhan

adalah menang, dan mengalihkan hidup Anda

kepadaNya. Aku memulai setiap hari dalam Misa Kudus,

memohon bantuan Tuhan agar menyerupai Dia bagi siapa

saja yang kutemui sepanjang hari, dan bahkan yang lebih

penting lagi, melihat Dia dalam setiap orang yang

kujumpai. Tetapi kemudian aku keluarkan bendera

putih yang hanya Tuhan yang dapat melihatnya dan

mengayun-ayunkannya, agar Tuhan tahu bahwa hari

ini aku menyerah kepadaNya, sekali lagi, kepada

kehendakNya. Latihan setiap hari itulah yang

meneguhkan hidup rohaniku; dan percayalah, Tuhan

selalu memberiku kegembiraan dan damai.

Banyak orang terus berjuang dengan gagah perkasa,

walaupun mereka telah merasa babak-belur, hanya karena

mereka tidak bersedia menyerahkan pertahanan mereka

ke hadapan Allah. Mereka tetap mengendalikan hidup

mereka sendiri sampai kapan pun. Orang-orang seperti

itu terlalu banyak menyanggupkan diri dan memerlukan

waktu libur untuk menimba kekuatan. Mereka berusaha

mengatur keseimbangan jadwal mereka dan menimbang

prioritas-prioritas, mereka berdoa, mereka bekerja keras,

mereka berusaha rendah hati dan penuh kasih di rumah

dan tetap gigih dalam karya. Pada setiap akhir hari

mereka, tak ada kedamaian yang mereka rasakan.

Baru-baru ini seseorang bertanya kepadaku,

“Bagaimana kamu menjaga keseimbangan dari hari ke

hari. Apakah kamu tidak merasa sakit mencemaskan

jiwa-jiwa yang kamu gembalakan?” Melayani sebagai

Berbagai Batu Pijakan

Page 122: Kedamaian 1250301025-phpapp01

124 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

gembala jemaat selalu menantang, dan sebagai tetua

suatu gereja yang terdiri dari 2500 orang berulang kali

aku merasa diriku tidak memadai. Aku beryukur karena

dibantu oleh belasan gembala dalam membimbing

jemaatku yang diserahkan dalam tanggung jawabku,

ditemani oleh seorang istri yang banyak membantu selama

tiga puluh tahun ini, kadang-kadang dari kacamata

insani, keadaan tampak sulit sekali.

Namun justru dalam kesempatan seperti itulah,

ketika kita merasa ada bahaya besar kehilangan

keseimbangan, Tuhan memberi kita jaminan rohani dan

damai – jika kita berpaling kepada-Nya. Begitu kita

menyerahkan masalah kita kepada-Nya dan menyerahkan

kebutuhan kita untuk memecahkan masalah itu menurut

cara kita kepada-Nya, akan kita dapatkan bahwa bukit

yang tinggi itu tak lagi mustahil didaki. Kepada kita telah

dijanjikan dalam Mazmur: “Serahkanlah bebanmu

kepada Tuhan, dan ia akan menopangmu.” Bagi pikiran

orang modern hal ini kedengaran terlalu sederhana,

begitu indah untuk dipercaya, namun bagi mereka yang

beriman, tawaran Tuhan selalu mendatangkan kebaikan.

Chritian Friedrich Blumhardt yang dianggap “bapak

sosialisme keagamaan” dari akhir abad kesembilan belas,

seorang gembala jemaat besar, konon selalu dapat tidur

dengan tenang setiap malam sementara istrinya, Emillie

bangun terus karena gelisah. Heran pada kemampuan

suaminya mendoakan jemaat, ganti suasana, dan tidur lelap,

Emillie menanyakan rahasianya kepada suaminya. “Apakah

Tuhan begitu tak berdaya sehingga kekhawatiranku akan

membantu kesejahteraan jemaat?” jawab Blumhardt. “Ada

saatnya setiap hari kita harus meletakkan semua beban kita

dan menyerahkannya kepada Tuhan.”

Page 123: Kedamaian 1250301025-phpapp01

125

Walau dengan usaha keras apa pun kekuatan kita

tidak berarti dan solusi kita hanya sepercik saja.

Menyerah pada Allah berarti mengakui kemahakuasaan

Allah dan menyediakan ruang bagi-Nya untuk berkarya

dalam hidup kita.

Ada baiknya sekali kita mundur dan memandang

lebih jauh. Kerajaan Allah bukan hanya melampaui

usaha kita, namun bahkan jauh di luar jangkauan

pandang kita. Apa yang kita lakukan semasa hidup

kita hanyalah kecil saja dari usaha besar yang adalah

karya Allah sendiri. Tak ada yang bisa kita selesaikan

sebagai yang betul-betul lengkap, artinya Kerajaan

Allah masih jauh dari jangkuan kita. Tak ada

ungkapan yang tuntas mengatakan segala-galanya;

tak ada doa yang sepenuhnya mengungkapkan iman

kita. Tak ada pengakuan yang menghasilkan

kesempurnaan; tak ada pelayanan pastoral yang

mampu melengkapkan seluruhnya. Tak ada program

yang menyelesaikan misi Gereja. Tak ada tujuan dan

sasaran yang mencakup segala-segalanya.

Beginilah kita ini: kita menanam benih yang

pada suatu hari akan tumbuh, kita menyirami benih

yang kita tabur dengan sadar akan janji akan masa

depan. Kita membangun dasar yang memerlukan

pengembangan selanjutnya....

Kita tidak dapat melaksanakan segalanya, dan

dalam kesadaran akan hal itu kita memperoleh suatu

perasaan yang membebaskan. Hal itu memungkinkan

kita untuk melakukan sesuatu yang kecil, dan berusaha

melakukannya sebaik-baiknya. Mungkin tidak lengkap,

sebab hanya suatu permulaan, satu langkah saja ke

depan, suatu peluang agar dipenuhi oleh rahmat Allah

dan Dia sendirilah yang akan menyelesaikan selebihnya.

Kita mungkin tidak melihat hasil akhirnya, namun itulah

bedanya antara si pemilik bangunan dan pekerja.

Berbagai Batu Pijakan

Page 124: Kedamaian 1250301025-phpapp01

126 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kita hanyalah para pekerja, bukan si pemilik

bangunan; gembala dan domba-domba, bukan sang

penebus. Kita hanyalah nabi-nabi untuk masa depan

yang bukan milik kita.

(konon berasal dari Mgr. Oscar Romero)

Page 125: Kedamaian 1250301025-phpapp01

127

Doa

Doa mempersatukan kita dengan Allah; dan jika

seseorang bersama Allah, ia terpisah dari musuh.

Melalui dia kita melindungi kemurnian kita,

mengendalikan amarah kita, menjauhkan kita dari

kesombongan, dan membuat kita melupakan

penghinaan, mengatasi iri hati, mengalahkan

ketidakadilan, dan melakukan silih atas dosa-dosa.

Melalui doa didapatkan kesentosaan fisik, rumah

yang damai dan bahagia, masyarakat yang kuat dan

tertata rapi. Doa melindungi para musafir, menjagai orang

yang tidur dan memberi keberanian pada para penjaga,

doa menyegarkan mereka yang letih lesu dan menghibur

mereka yang berdukacita.

Doa adalah kesukaan dari mereka yang bersuka

ria dan hiburan bagi mereka yang susah. Doa berakrab-

akrab dengan Allah dan persatuan dengan yang tidak

kelihatan. Doa adalah sukacita akan segala yang telah

ada dan akibat dari segala yang akan datang.

Gregorius dari Nyssa71

Ada masanya tak ada yang bisa memberi kita damai

selain daripada doa. Kita mungkin berusaha

mewujudkan kesederhanaan dan kesunyian (bagi pelepasan

sumber-sumber) namun lalu terjadi kekosongan dalam diri

kita yang kita harapkan hanya diisi oleh Tuhan. Dan jika

Dia tidak segera berkenan memasuki hati kita tanpa

undangan, maka kita harus mengundang-Nya datang.

71 Seorang Bapa Gereja,335-395, lahir di Kaisarea, Kapadokia, lalu

menjadi Uskup Nyssa, membantu pelaksanaan Konsili Antiokia dan

Konsili Konstantinopel.

Berbagai Batu Pijakan

Page 126: Kedamaian 1250301025-phpapp01

128 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Dalam Mazmur 130, salah satu yang menjadikesukaanku, baris: “Dari jurang yang dalam aku berserukepadaMu,” memberikan gambaran bagaimana kita harus

berdoa dalam kesesakan. Sesungguhnya tercermin didalamnya semangat bahwa kita harus selalu berpalingkepada Allah: kita selalu ada di jurang yang dalam,

membutuhkan bantuan dan bimbingannya, dan Ia selaluada di atas kita, kokoh, aman dan sentosa.

Filsuf Yahudi, Martin Buber, mengatakan bahwaketika kita berdoa kita selalu berseru, membayangkan diri

kita tergantung pada suatu karang tinggi dengan sehelairambut kita, sedang badai mengamuk di sekitar kita begitukeras dan kita yakin bahwa tinggal beberapa detik saja

waktu kita untuk memperoleh keselamatan. Bubermelanjutkan, “Dan sebenarnya tak ada penghiburan, takada tempat pengungsian, dan tak ada seorang pun di sana,

hingga orang hanya bisa mengarahkan pandangan danhatinya pada Tuhan dan berseru kepadaNya saja. Orangharus melakukan hal ini selamanya, karena manusia berada

dalam bahaya besar di dunia.”

Lukisan Martin Buber itu begitu dramatis, namuntidaklah berlebihan. Dalam budaya seperti yang kitapunyai, di mana lengan panjang media massa mencapai

hingga berita-berita tentang selebriti, skandal ataubencana dan dapat menghentikan jutaan orang untukmemerhatikan. Perorangan tak bisa bertahan terhadap

arus untuk mengikuti kerumunan. Nietzche melihat halini seratus tahun lalu ketika ia membahas kebenaranpepatah tua, “Gemeinschaft macht gemein,” - komunitas

membentuk kebersamaan. Dan memperingatkan bahayadari suatu masyarakat di mana nilai-nila massa begitukuat sehingga dapat meruntuhkan bahkan hati nurani

yang paling kuat sekalipun.

Page 127: Kedamaian 1250301025-phpapp01

129

Tanpa hidup doa yang aktif kekuatan watak kita bisahilang dan menyerah terhadap apa yang oleh para sosiologdisebut naluri kawanan. Kita menjatuhkan mangsa kita

karena takut pada yang lain, dan tunduk pada ambisi,pada hasrat untuk menyenangkan orang lain. Tanpa doa,lalu-lintas pendapat yang terus mengalir dari orang lain

akan menyerap hidup kita sendiri dan akhirnyamenenggelamkannya. Kita mengira kita adalah tuan bagidiri sendiri, namun yang sebenarnya banyak dari antara

kita tidak lagi dapat berpikir untuk kita sendiri, apalagiberdoa sendiri. Setelah kehilangan hubungan denganTuhan, hidup kita hanya terdiri dari (mengutip Neitzche

lagi) “penyesuaian terus-menerus kepada segala masalahperbedaan akibat pengaruh kolektif dan tuntutan sosial.”

Sebagai perisai di sekitar nyala hati yang diam, doaadalah pertahanan terbaik untuk menghadapi serangan

seperti itu. Lebih lagi: doa merupakan disiplin yangmemberi kehidupan yang dapat mengembalikanpengertian sendiri - kembali pada Tuhan - ketika diri

kita cerai-berai. Doa mengarahkan kita dan memusatkanperhatian kita kepada sumber kedamaian.

Secara pribadi aku menemukan dispilin yang begitubesar perannya untuk memelihara damai dan keteraturan

dalam hidupku.

Lebih dari yang lain lagi, tampaknya doa (ataukekosongan akan doa) dapat menentukan hasil yang kitaperoleh pada hari itu. Seperti yang ditunjukkan oleh

Bonhoeffer dalam Letters and Papers from Prison “Waktuyang kita boroskan, godaan yang kita ikuti, kemalasanatau keengganan kerja kita, umumnya setiap kekurangan

disiplin dalam pikiran atau dalam hubungan kita denganorang lain, seringkali berasal dari kelalaian kita berdoa.”

Berbagai Batu Pijakan

Page 128: Kedamaian 1250301025-phpapp01

130 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Doa tidak perlu formal, bagiku dan istriku, adalahsesuatu yang wajar memulai hari dan mengakhiri haribersama-sama; kami berdoa setiap pagi ketika bangun,

dan setiap malam sebelum tidur. Ada orang yang mungkinberdoa lebih sering dari itu, yang lain kurang dari itu.Sementara orang berdoa dengan berlutut; yang lain

menggunakan buku doa. Yang satu bicara, yang lain samasekali tidak berkata-kata. Blumhardt yang telahkusebutkan di depan dikenal orang suka membuka

jendela setiap malam untuk menyampaikan selamatmalam kepada Tuhan. Sejauh doa kita bersungguh-sungguh, bukan sekadar upacara kosong belaka, tidaklah

menjadi persoalan entah bagaimana kita berdoa, yangpenting adalah bahwa kita menyediakan ruang untukdoa dalam hidup kita di mana pun.

Di dalam kemelut hidup di bagian luar, dan

kegelapan putus asa di dalamnya, selalu ada kemungkinan

untuk menepi dan menunggu Tuhan. Sebagaimana

ditengah badai ada bagian yang teduh, dan di atas awan

ada langit terang, begitu pula bisa dilakukan menyibak

hutan dan membuka ruang kosong yang kecil dari hasrat

insani kita untuk bertemu dengan Tuhan. Ia akan selalu

muncul, walaupun dalam rupa samaran. Dan dalam

keadaan yang tak terbayangkan – mungkin dalam arak-

arakan mega kemuliaan, mungkin sebagai seorang

pengemis, dalam kesenyapan gurun, atau dalam hiruk

pikuk Soho di London, atau Time Square di New York.

Malcom Muggeridge

Gagasan Muggeridge selaras dengan tuntutan Kitab

Suci agar “berdoa terus-menerus”72. Bagi mereka yang

mencari Allah gagasan itu cukup sederhana. Molly Kelly

berkata, “Biasanya aku berdoa ketika mau bicara dengan

72 Luk 21 : 36

Page 129: Kedamaian 1250301025-phpapp01

131

Allah pada waktu-waktu tertentu, misalnya pagi hari

atau menjelang tidur. Namun sekarang bagiku doa

adalah wawancara sepanjang hari dengan Tuhan. Aku

berdoa ketika aku dalam perjalanan ke bandara atau

pun di lorong supermarket.”

Untuk yang la in pemikiran sepert i i tu

mengandung hambatan. Bagaimana orang berdoa

sepanjang hari? Apa artinya “terus-menerus”? James

Alexander, seorang anggota Bruderhof yang telah tua

memikirkan hal ini bertahun-tahun:

Walaupun aku berdoa kapan saja aku teringat,

mulainya adalah ketika aku memahami doa sebagai cara

hidup – sebagai sikap yang tetap, bukan ulangan

tindakan – itulah yang kupahami mengenai doa terus-

menerus. Doa Yesus seperti yang dijelaskan dalam buku

The Way of a Pilgrim – “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah

aku, orang berdosa” – juga sangat membantu. Buku itu

berkata bahwa jika ada sesuatu yang dapat kita

persembahkan kepada Tuhan, itulah doa yang terus-

menerus berlangsung. Bukan semata-mata sebagai

rentetan kata-kata. Tapi suatu sikap hidup.

Penyair Inggris abad kesembilan belas Gerard Manley

Hopkins73, mengatakan hal yang sama:

Bukan hanya doa yang memuliakan Allah, tetapi

juga pekerjaan. Menyiapkan besi tempa, memasah balok,

mengapur tembok, mengendara kuda, menyapu,

menggosok agar bersih, semuanya memuliakan Allah,

karena dalam rahmat-Nya semua itu dilaksanakan

sebagai kewajiban. Menerima komuni sungguh sangat

memuliakan Tuhan, namun menyantap makan dengan

rasa syukur dan penguasaan diri juga memuliakan Tuhan.

Mengangkat tangan dalam doa memuliakan Allah,

73 1844-1900. Seorang pastor Yesuit.

Berbagai Batu Pijakan

Page 130: Kedamaian 1250301025-phpapp01

132 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

namun lelaki yang mengayunkan cangkul dengan

tangannya, dan wanita yang mencuci pun memuliakan

Allah. Maha besar Allah sehingga segala sesuatu dapat

dimaksudkan orang untuk menunjukkan kemuliaan-

Nya. Jadi, saudara-saudaraku, hayatilah.

Setiap orang berbeda-beda cara berdoanya. Keadaan

hidup kita berubah: sakit, usia tua, mengalami krisis misalnya

– maka doa kita juga berubah pula sesuai keadaan.

Seorang anggota jemaatku, Doug Moody, selagi

masih muda hanya sedikit mengerti makna doa. Waktu

itu ia kecewa dengan kemunafikan jemaat gereja besar

yang diikutinya, dan Doug bertambah-tambah

bertentangan dengan gerejanya, termasuk dalam hal

wajib militer, yang dengan sadar dilawannya karena ia

menentang perang. Sesudah Pearl Harbour dibom oleh

Jepang, teman kuliah dan para dosennya di Universitas

North Carolina memuji keberaniannya menolak

pendaftaran tentara, tetapi gerejanya tidak. Hakim yang

mengadili dirinya dan menjatuhkan hukuman kepadanya

karena pelanggaran hukum darurat perang itu adalah

justru anggota gerejanya sendiri.

Aku duduk di kamar penjara yang sudah lusuh,

dengan banyak kutu, makanan yang buruk, pancuran

air yang rusak, dengan baju kotor. Beruntung ibuku dapat

memberi sabun dan celana dalam untuk ganti. Itulah

masa awal yang paling berat dari masa hukumanku, yang

hanya diringankan dengan mendengarkan cerita dari

hari ke hari dari seorang warga Jerman yang masuk

penjara secara menyedihkan. Seorang tetangga menuduh

dirinya sebagai mata-mata.

Di dalam penjara aku membaca dalam majalah FOR

Fellowship bahwa sepasang anggota gereja Mennonitte yang

mengompori aku agar tidak mendaftar tentara malah

berubah pendirian. Aku marah sekali. Namun ada berkat

Page 131: Kedamaian 1250301025-phpapp01

133

lain yang kuperoleh dari hidup dalam penjara, berangsur-

angsur melalui derita kecil yang kualami, bertahan

melawan rasa bosan dan omongan kasar yang menjijikkan,

dan diperlakukan bukan sebagai manusia tetapi sekadar

nomor, aku jadi memerhatikan kebutuhan teman

sekamarku. Kegembiraan yang timbul dari hidup melayani

orang lain membangkitkan semangat diriku.

Aku mulai memahami apa yang dimaksud oleh

Thomas Kelly sebagai “keabadian saat ini”, karena setiap

teman satu sel terus-menerus membicarakan waktu yang

tersisa sampai tiba saatnya nanti mereka keluar dari

penjara, kami selamanya hidup dalam masa depan.

Ketika aku mulai menghayati waktu (bukan demi saat

dilepaskan nanti, bukan menuggu makan, film atau

waktu tidur berikutnya) aku malahan bisa mengalami

damai sekalipun dalam penjara.

Bertahun-tahun kemudian, selama mengalami

pergumulan yang berat dalam kehidupan pribadinya,

Doug mendapatkan makna baru dari doa.

“Menggantikan cara-cara umum untuk menghindar

dari putus asa dan perasaan tertekan, doa (dalam arti

yang sederhana berpaling kembali pada kasih Allah

dan kepada sesama) menjadi dasar bagi rasa damai yang

bertahan lama dan tujuan hidupku.” Kini Doug

memasuki usia tua dan ia mengatakan bahwa doa

pribadinya menjadi sangat penting dibanding dengan

masa sebelumnya.

Doa yang teratur dengan istriku, atau sendiri pada

pagi, siang, malam atau ketika aku terbangun di tengah

malam, menjadi lorong kehidupan yang merupakan

satu-satunya bantuan untuk menghadapi kegagalan

yang tak terelakkan, cobaan, kemerosotan semangat,

yang kami alami di suatu ketika.

Berbagai Batu Pijakan

Page 132: Kedamaian 1250301025-phpapp01

134 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Doa bukanlah selalu berupa kata-kata. Bagian dari

doa itu bisa saja saat teduh berhadapan dengan Tuhan,

menatap ke atas mengheningkan cipta sejenak untuk

mengingat seseorang yang sedang sakit, sedang

menderita, atau sedang berjuang. Bagian yang lain

mungkin memikirkan berbagai keprihatinan dan

masalah hari itu. Bagian yang lain lagi adalah mawas

diri, melihat kesalahan yang kulakukan, untuk

mengetahui apakah aku menyakiti hati orang lain. Doa

membantu diriku memperkuat komitmenku pada

Kristus dan kepada sesamaku, lelaki dan perempuan.

Dalam semua itu ada kedamaian, bukan seperti yang

diberikan dunia, tetapi damai Yesus.

Karl Barth74 suatu ketika menulis bahwa

mengatupkan tangan dalam doa merupakan permulaan

perlawanan terhadap kekacauan dunia. Jika itu benar,

dan aku yakin memang begitu, maka doa kita tak bisa

hidup dalam belahan dunia yang terpisah, bahwa doa-

doa kita harus lebih dari sekadar kerinduan dan maksud-

maksud pribadi saja. Sebagimana iman tanpa perbuatan

adalah mati secara rohani, maka doa tanpa kerja adalah

munafik. Sekalipun tanpa diterjemahkan menjadi

tindakan, doa-doa kita seharusnya bukan hanya terpusat

pada permohonan bagi kebahagiaan pribadi, melainkan

agar juga bermanfaat bagi dunia ini.

Doug menyebutkan perlunya memasukkan orang lain

dalam doa kita. Dari antara jemaat Kristiani perdana

hingga ke sepanjang sejarah Gereja yang dianiaya dengan

para martirnya, kita temukan gagasan yang sama, bahkan

yang lebih radikal, yaitu praktik mendoakan orang yang

menganiaya kita seperti yang diperintahkan oleh Yesus75

74 Teolog Protestan dari Swiss, 1886-1968.75 Mat 5 : 44

Page 133: Kedamaian 1250301025-phpapp01

135

kita harus bersedia melakukan hal seperti itu pada mereka

yang menyakiti kita, entah karena menusuk dari

belakang, memfitnah, dan lain-lain.

Bila kita berkata kita mencintai musuh kita, namun

tidak berdoa bagi mereka, kita menipu diri. Pendiri

Majalah Sojourners Jim Wallis menulis:

Selama kita tidak berdoa bagi musuh kita, kita terus

berpegang hanya pada pandangan kita melulu – pada

kebenaran menurut kita – dan dengan demikian

meremehkan pandangan mereka. Doa meruntuhkan

dinding perbedaan antara kami dan mereka. Jika kekerasan

membuat pihak lain menjadi musuh, doa, di pihak lain,

membuat musuh menjadi teman.

Bila kita membawa masuk musuh ke dalam hati

kita dalam doa, kita jadi sulit mempertahankan

perseteruan yang perlu bagi kekerasan. Dalam membuat

mereka itu menjadi dekat dan akrab dengan diri kita,

doa bahkan memberi perlindungan pada musuh kita.

Dengan demikian doa berlawanan dengan propaganda

dan rencana-rencana dasar yang membuat kita

membenci dan takut akan musuh. Dengan melunakkan

hati kita sendiri terhadap lawan maka kita bahkan dapat

menggemboskan semangat perlawanan. Doa yang

dewasa untuk musuh kita dengan demikian akan sangat

menghalangi perang dan berbagai perasaan yang

mengantarkan orang pada terjadinya perang.

Banyak doa diucapkan di saat perang atau krisis

nasional, tetapi jarang ditunjukkan dalam semangat

seperti itu, sekurang-kurangnya secara publik. Aku

teringat sesuatu semasa Perang Teluk, setelah Amerika

Serikat melakukan serangan besar-besaran ke Irak pada

awal 1991. Ketika memberikan pidato televisi kepada

rakyat, Presiden Bush menghimbau para pemirsa agar

menghentikan sejenak pekerjaan mereka dan berdoa

Berbagai Batu Pijakan

Page 134: Kedamaian 1250301025-phpapp01

136 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

untuk “anak-anak Amerika” dalam Perang Teluk. Ia

mengakhiri pidatonya dengan suasana mantap, “Tuhan

memberkati Amerika Serikat.”

Banyak orang mungkin berhenti kerja sejenak dan

mengheningkan cipta sebagai tindakan patriotik tanpa

berpikir lebih jauh lagi. Namun seperti yang dikatakan

oleh Thick Nhat Hanh, mungkin juga tepat pada saat

yang sama ada banyak muslimat Irak membungkukkan

diri kepada Allah, melantunkan doa-doa mereka untuk

para suami dan anak-anak mereka yang maju berperang.

Kepada bangsa manakah Tuhan Allah akan berpihak?

Orang berdoa kepada Tuhan karena mereka ingin

agar Tuhan memenuhi kebutuhan mereka. Jika mereka

hendak piknik, mereka mungkin memohon pada Tuhan

hari yang baik, cerah dan terang. Pada waktu yang sama,

para petani yang membutuhkan air untuk tanaman

mereka mungkin berdoa kepada Tuhan mohon hujan.

Jika udara cerah mereka yang piknik berkata:”Tuhan

berpihak kepada kita; Ia menjawab doa-doa kita.”

Tetapi jika hujan turun, para petani berkata Tuhan

berkenan mendengarkan doa-doa mereka. Seperti itulah

biasanya kita berdoa. Di dalam Khotbah di Bukit, Yesus

mengajar: “Berbahagialah mereka yang membawa

damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”

Mereka yang bekerja bagi perdamaian haruslah

mempunyai hati yang penuh rasa damai. Jika hati Anda

sungguh damai, Anda adalah anak Allah. Tetapi banyak

orang yang bekerja demi perdamaian tidak merasa damai.

Mereka masih marah dan frustrasi, dan pekerjaan mereka

tidak sungguh-sungguh damai....

Untuk dapat memelihara damai, hati kita harus

berdamai dengan dunia, dengan saudara-saudara kita,

lelaki dan perempuan. Jika kita berusaha mengalahkan

kejahatan dengan kejahatan, kita tidak bekerja untuk

Page 135: Kedamaian 1250301025-phpapp01

137

damai. Jika Anda berkata, “Saddam Husein itu jahat.

Kita harus menghentikannnya agar tidak terus-

menerus berbuat kejahatan.”76 dan Anda lalu

menggunakan cara-cara yang sama dengan yang

digunakan Saddam. Anda sama saja dengan dia.

Berusaha mengatasi kejahatan dengan kejahatan

bukanlah cara untuk melakukan perdamaian.

Jika Anda berdoa hanya untuk keperluan piknik

Anda dan tidak untuk petani yang membutuhkan

hujan, Anda melakukan hal yang berlawanan dengan

yang diajarkan Yesus. Yesus berkata, “Kasihilah

musuhmu … mintalah berkat bagi orang yang

mengutuk kamu.”77. Jika kita melihat lebih dalam

lagi kemarahan kita, kita akan melihat bahwa orang

yang kita sebut sebagai musuh itu juga menderita.

Begitu kita melihat hal itu, kita punya kemampuan

untuk menerima dia dan berbelas kasihan kepadanya.

Yesus mengatakan hal ini sebagai “mencintai musuh.”

Jika kita dapat mencintai musuh kita, dia bukan lagi

musuh kita.Gagasan tentang “musuh” lenyap dan

diganti oleh gambaran seseorang yang sangat

menderita yang memerlukan belas kasihan kita.

Kadang-kadang mencintai musuh adalah tindakan

yang lebih mudah daripada yang kita bayangkan.

Maka jangan terlalu dipikirkan, tetapi laksanakanlah.

J ika kita membaca Kitab Suci , tetapi t idak

melaksanakannya, hal itu tak ada gunanya.

Thick Nhat Hanh

76 Saddam Hussein, presiden Irak, akhirnya ditangkap pada tahun

2002 dalam penyerbuan Amerika Serikat dan dihukum mati pada

tahun 2006.

77 Luk 6 : 27-28

Berbagai Batu Pijakan

Page 136: Kedamaian 1250301025-phpapp01

138 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Percaya

Percayalah kepada dokter, dan minumlah

obat darinya

Dengan tenang tanpa banyak rewel

Sebab tangannya, betapa pun berat dan keras,

Dibimbing oleh tangan lembut Dia yang tak tampak.

Dan gelas yang diberikannya, betapa pun panas

bagi bibirmu

Dibuat dari tanah Tukang Periuk78

Yang membasahinya dengan air mata-Nya

yang suci.

Kahlil Gibran

Sejak masa kecil pada kita diajarkan bahwa begitu saja

percaya adalah berbahaya. Dan dalam hal tertentu

ajaran itu benar. Percaya memang mengandung risiko.

Percaya berarti membuat orang lain memperoleh manfaat

dengan hilangnya keraguan. Maka percaya menuntut

kesediaan untuk membuat diri sendiri dalam keadaan

rentan. Hal itu karena kita tahu bahwa keselamatan kita

berada di tangan Yang Maha Kuasa, dan bahwa

kedamaian diri kita bukan lagi bergantung kepada

kemampuan kita untuk mempertahankannya. Percaya

adalah berserah diri kepada Tuhan dengan iman.

Bertentangan dengan pendapat umum, percaya

tidaklah sama dengan sikap naif yang kurang kemauan.

Percaya tidak menyuruh kita untuk selalu menunjukkan

78 Tuhan

Page 137: Kedamaian 1250301025-phpapp01

139

hidup yang mulus dan bahagia, seolah-olah tak ada

persoalan, tak ada yang salah dan menerima segala sesuatu

seperti yang tampak, dengan nominal. Kepercayaan

semacam itu sama saja dengan bunuh diri dalam keadaan

sekarang. Namun alternatifnya – kekhawatiran,

ketidakpuasan, kecurigaan, juga sama-sama buruk. Penulis

Daniel Hess yang jemaat Mennonite menyatakan:

Tidaklah soal berapa banyak pekerja yang

mendapatkan asuransi kesehatan, bahwa bekerja

empat-puluh jam seminggu memberi cukup waktu

untuk bersanta i , bahwa ga j i b i sa member i

kelimpahan tertentu, bahwa ilmu pengetahuan terus

saja menghasilkan perangkat alat yang aman dan

handal dalam memperkirakan perubahan alam.

Tetap saja kita terus khawatir.

Perut menjadi tegang dan telapak tangan

berkeringat sebagai akibat kebiasaan kita merasa cemas,

gelisah, takut akan sesuatu yang bisa terjadi. Panik yang

disebabkan oleh ketergantungan obat dan depresi karena

kimia tubuh kita tidak seimbang, karena ada banyak

tuntutan dan karena kita punya terlalu banyak

kesanggupan dan hasrat-hasrat yang belum terpenuhi.

Banyak orang mencemaskan hubungan-hubungan

antar pribadi mereka, tertekan oleh gesekan perasaan

dan diperlemah oleh pengkhianatan. Mereka menderita

karena takut yang sangat nyata akan tuntutan hukum.

Akan persaingan yang tidak sehat, akan berbagai

penciutan, dan akan pencaplokan harta dan usaha tanpa

melalui perundingan (pengambil–alihan perusahaan

secara mendadak dengan memborong saham di bursa).

Yesus sendiri menasihati kita agar bersikap “cerdik

seperti ular dan tulus seperti merpati”79. Namun selainitu, Ia juga mengingatkan kita, dengan cara mengajukan

79 Mat 10:16

Berbagai Batu Pijakan

Page 138: Kedamaian 1250301025-phpapp01

140 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

pertanyaan yang sederhana, bahwa kekurangan-percayaan kita kepada-Nya dan kepada Allah Bapasungguh tidak berguna: “Siapakah di antara kamu yang

dengan kekhawatirannya dapat menambahkan sehastasaja pada jalan hidupnya?”80

Yang menyedihkan, pengkhianatan, gosip, danmenusuk dari belakang merupakan bagian hidup yang

tak terpisahkan dan menghambat keberanian orang untukpercaya. Clare Stober, seorang wanita pengusaha, yangbelakangan bergabung pada komunitas kami, menulis:

Ketidak-percayaan penting diperhatikan karenamenjadi hambatan damai. Kita mungkin berusahamembela diri dan mereka yang kita cintai denganbersikap agresif, namun akibatnya kita mendirikandinding-dinding prasangka. Jika orang mengambilkeuntungan dari diri kita dan bertindak tidak fair, kitalangsung menyimpulkan hal-hal yang terburuk, dan tidakhanya untuk saat itu, tapi berlangsung untuk seterusnya.Kita memandang sisi lain dari kepercayaan, yaitukerentanan sebagai tanda kelemahan, sesuatu yangbodoh atau terlalu menyederhanakan persoalan.

Ketika kita tidak mau memercayai orang lain, kitamungkin mengira hal itu adalah untuk melindungi dirikita sendiri, tetapi yang sebenarnya justru berkebalikan.Kasih adalah perlindungan yang terbesar, keamanan yangkokoh. Ketika kita banyak curiga dan tidak percaya,kita tak dapat memberi ataupun menerima kasih. Kitamemisahkan diri dari Tuhan dan dari setiap orang.

Pada komunitas Bruderhof, seperti dalam kelompok

orang yang terjalin erat, situasi rumah kami yang

berdekatan dan dalam kehidupan sehari-hari semua

orang bisa kelihatan, menciptakan potensi tidak-damai

yang dapat dipertajam oleh dugaan-dugaan belaka atau

80 Mat 6 : 27

Page 139: Kedamaian 1250301025-phpapp01

141

gosip. Namun sejak awal kehidupan komunitas kami tujuh

puluh lima tahun yang lalu, kami telah membangun suatu

komitmen bersama untuk bicara secara terbuka, agar

dapat memelihara suasana percaya dan damai.

Tidak ada peraturan lain, hanya kasih. Dan cinta

menggembirakan orang lain. Lalu, apa itu marah pada

mereka? Kata-kata yang timbul dari kasih harus

menyalurkan kegembiraan yang kita miliki ke

hadapan saudara-saudara, pria maupun wanita. Maka

tak boleh terjadi ada pembicaraan tentang orang lain

yang dilambari oleh rasa marah atau jengkel. Tak boleh

ada pembicaraan baik terang-terangan maupun

dengan menyindir yang menyerang saudara, pria dan

wanita, atau watak masing-masing, ataupun kepada

seseorang yang tidak hadir. Bergunjing, bahkan dalam

keluarga sendiri, tidak diperkenankan.

Tanpa hal semacam ini tidak akan ada loyalitas,

dan tanpa loyalitas tidak ada komunitas. Satu-satunya

yang dapat dilakukan adalah bicara langsung; kita

mengharapkan pembicaraan spontan yang didasari oleh

rasa persaudaraan dari pria dan wanita atas seseorang

yang kelemahannya menyebabkan reaksi negatif dalam

komunitas. Kata-kata yang terbuka dan langsung pada

orang lain dapat memperkokoh persahabatan dan cara

itu tidak ditolak. Namun jika dua orang tidak dapat

segera akur diperlukan bantuan orang ketiga yang

dihormati oleh kedua-duanya. Dengan cara itu mereka

dapat diantarkan pada suatu solusi yang mengikat

mereka berdua pada tataran yang terdalam dan tertinggi.

Eberhard Arnold

Ellen Keiderling bergabung dengan komunitas kami

beberapa dasawarsa yang lalu, tetapi ia masih teringat

betapa ia kagum membaca tulisan di atas untuk pertama

kalinya – dan ia tahu bahwa itu dilaksanakan:

Berbagai Batu Pijakan

Page 140: Kedamaian 1250301025-phpapp01

142 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketika aku bergabung dalam komunitas ini dan

tidak ada gosip di dalamnya – tidak ada orang yang

membicarakan orang lain yang tidak hadir – sepertinya

beban yang berat terlepas dari pundakku. Di tempat

asalku, gosip merupakan cara hidup. Seperti setiap orang

lainnya, kami khawatir dengan apa yang dipikirkan atau

dikatakan orang tentang diriku ketika aku tak hadir,

tetapi aku tidak benar-benar ambil peduli pada

kekhawatiran itu, karena sadar bahwa beban itu tak ada

gunanya; hal itu dapat sangat memengaruhi hidup kami

dari tahun ke tahun. Dan sekarang kami tahu bahwa

seseorang akan datang dan memberitahu kami jika kami

melakukan kesalahan – serasa inilah bumi yang baru

bagi kami di sini. Aku tak bisa melakukan komitmen

untuk bicara terus terang selama beberapa tahun, namun

tetap ada kepercayaan. Itulah sesuatu yang tetap kokoh

dan bisa menjadi pegangan.

Sangat sering damai sejahtera kita dalam hubungan

dengan orang lain berantakan karena tidak adanya

kepercayaan ini. Apa pun alasannya, benar atau tidak,

kita tak berani percaya bahwa kita dikasihi sebagaimana

adanya, dengan semua kelemahan dan kekurangan kita.

Tetapi hanya itulah yang perlu kita lakukan. Daripada

kita menyembunyikan diri kita dalam rasa takut dan tidak

percaya, lebih baik kita bersedia memercayai sesama kita

kapan saja - bahkan kepada mereka yang mengkhianati

kepercayan kita sekalipun.

Kepercayaan kepada Tuhan dalam segala hal sangat

vital. Seorang penulis melukiskan seorang wanita yang

begitu khawatir sehingga ketika ia pergi ke surga, yang

ditinggalkannya ternyata hanya setumpukan rasa khawatir.

Walaupun tampaknya pelukisan itu lucu, namun dengan

tepat lukisan itu menggambarkan keadaan banyak orang.

Seandainya saja mereka sadar, apakah mereka percaya atau

Page 141: Kedamaian 1250301025-phpapp01

143

tidak, Tuhan hadir di sana dan mengulurkan tangan

kepada mereka. Tuhan tahu rahasia yang terdalam

sekalipun dari hati kita dan tetap setia mengasihi kita. Ia

tahu segala sesuatu yang kita perlukan sebelum kita

memohon kepada-Nya. Dari diri kita, yang diharapkan

hanyalah agar kita di hadiratNya menjadi seperti anak-

anak, apa adanya, dan membiarkan Dia menolong kita.

Bagi sementara orang (ibu-ibu mempunyai bayi atau

anak kecil misalnya) kepercayaan semacam itu tidak

mudah. Mereka khawatir dengan segala hal yang

mengerikan yang mereka baca atau dengar dari berita-

berita: perang dan bencana, terorisme dan kejahatan yang

kejam. Kadang-kadang mereka bertanya tentang

kebijaksanaan dalam hal bagaimana mengantarkan anak-

anak mengenal dunia yang seperti itu. Ketakutan seperti

itu bukan barang baru.

Aku dilahirkan ketika Inggris mengalami pengeboman

dalam Perang Dunia Kedua, dan setiap malam pesawat-

pesawat melintasi angkasa di atas kami. Dua kali bom

dijatuhkan di dekat kami. Yang satu di dalam pekarangan

kami, dan yang lain di tanah desa sebelah. Namun yang

lebih ditakutkan oleh orang tuaku ketimbang bom itu adalah

serangan darat tentara Nazi. Bagi mereka (sebagai orang

Jerman yang mengungsi ke negeri lain karena bicara keras

menentang Hitler) dan bagi kami anak-anak, serangan

darat itu bisa berarti kematian bagi kami. Ibu kami sangat

khawatir setiap kali memikirkannya. Bertahun-tahun

kemudian, mengingat masa-masa itu, ayah menulis kepada

pasangan suami-istri yang meminta nasihat:

Walaupun sekarang kita tidak ketakutan akan

pesawat pengebom lagi, zaman kita juga sangat

menderita dan ada banyak kematian. Sangat mungkin

bahwa banyak di antara kita, termasuk orang tua anak-

Berbagai Batu Pijakan

Page 142: Kedamaian 1250301025-phpapp01

144 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

anak kecil seperti Anda – suatu ketika menderita dan

mati karena iman kita. Dari relung hatiku aku berharap

kalian sepenuhnya percaya kepada Tuhan. Ada banyak

perikop yang mengerikan dalam Kitab Suci, terutama

dalam Kitab Wahyu. Namun bahkan di sana pun

dikatakan bahwa Allah sendiri akan menghapus air

mata mereka yang begitu menderita. Kita harus

sungguh-sungguh yakin bahwa Yesus datang bukan

untuk mengadili tetapi untuk menyelamatkan . “Allah

begitu mencintai manusia.” Berpeganglah pada

perkataan ini. Kita diingatkan bahwa akhirnya kita

akan bersatu dengan Allah. Kita harus yakin akan hal

ini, demi diri kita sendiri dan demi anak-anak kita juga.

Kadang-kadang mereka yang sangat ketakutan,

secara manusiawi, justru dikaruniai perasaan

ketenangan batin yang sangat mendalam. Seorang

pasien rumah sakit menderita penyakit yang akan

membawanya pada kematian, orang itu sedang

menyongsong kematian, akan menjadi korban maut.

Kita pasti mengira orang itu tidak damai batinnya.

Ketika wajah maut memandang orang itu, justru soal-

soal lain yang biasanya dalam keadaan yang tidak

begitu mengancam mengganggu dirinya, sekarang

malah tersisihkan, dan ia harus memerhatikan

keabadian. Ia berhadapan dengan pilihan sederhana:

berusaha melarikan diri dari hal yang tak terelakkan

dengan membenturkan kepalanya pada dinding, atau

menyerahkan diri kepada Allah dalam iman.

George Burleson, seorang warga Bruderhof dan

teman akrabnya yang berjuang melawan kanker yang

secara pelan-pelan namun pasti menyebar dalam tubuhnya

selama empat tahun, baru-baru ini menulis:

Sejak diriku ketahuan mengidap kanker dan sadar

bahwa masa depanku begitu tak pasti, aku telah belajar

Page 143: Kedamaian 1250301025-phpapp01

145

tentang perlunya memercayakan diri sepenuhnya secara

mutlak kepada kerahiman Allah. Hanya jika aku telah

seperti itu, rasa kekhawatiranku hilang. Kematian datang

kepada setiap orang – kita semua dalam situasi yang sama

dalam berhubungan dengan kematian itu – maka

berkutat melawan hal yang sudah pasti itu hanyalah

pemborosan waktu. Hidup kita ada di tangan Tuhan.

Itulah yang penting, dan jika kita dapat menerima hal

itu, kita akan mengalami kedamaian.

Penulis Dale Aukerman memberi kesaksian lain

tentang kekuatan kepercayaan sebagai sarana damai.

Seperti George, baginya sumber kedamaian terletak pada

penyerahan diri pada fakta bahwa ia akan segera mati;

seperti mereka yang lain, kasihnya akan kehidupan justru

tidak berkurang, dan ia dengan mantap terus berjuang.

Sekalipun begitu, kedekatannya dengan kematian tidak

membuatnya gentar atau jadi limbung. Kepercayaanya

kepada Yang Maha Kuasa memberinya kekuatan terus-

menerus dan juga ketenangan.

Pada 5 November 1996 aku kedapatan mengidaptumor sebesar sepuluh senti melintang di paru-parukusebelah kiri. Pemeriksaan selanjutnya menunjukkanbahwa kanker itu telah menyebar ke hati, di punggungkanan, dan di dua tempat pada tulang belakang. Akudiberitahu bahwa peluang hidupku hanya antara duahingga enam bulan lagi, dan perkiraan garis tengahnyaadalah empat bulan. Menakjubkan sekali memperolehgambaran bahwa hidup ini tinggal beberapa bulan lagi.Setiap hari dan setiap hubungan dekat lalu menjadisangat berharga lebih dari masa lalu. Setiap pagi akumengingat penanggalan dalam bulan – yaitu hari yangdiberikan kepadaku oleh Tuhan. Dengan lebihsungguh-sungguh aku memandang keluarga, rumahkudan ciptaan Allah, karena aku tahu waktuku untukmelihat mereka akan segera berakhir.

Berbagai Batu Pijakan

Page 144: Kedamaian 1250301025-phpapp01

146 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketika menerima urapan minyak segera setelahdiagnosis itu aku mengaku dosa bahwa aku kurangmemberi perhatian pada Tuhan. Karena kanker itu,Tuhan lalu lebih banyak menjadi perhatianku.

Ketika saudariku, Jane, meninggal karena kankerganas pada usia empat belas tahun, ibuku menerima halitu sebagai kehendak Allah: Allah berkenan mengambildia, siapa orang yang dapat menentang kehendak-Nya?Bagi sementara orang, pandangan seperti itu merupakanpenghiburan. Aku agak berbeda. Aku pikir Tuhan tidakmengirimkan kanker maupun penyakit jantung. Jikaseorang pemabuk mengendarai mobil dan menabrakbeberapa orang hingga meninggal, aku tidak percayabahwa hal itu adalah kehendak Allah. Ada banyak halyang terjadi di dunia ini bukan karena dihendaki olehAllah dan bukan karena Allah menginginkannya....

Tetapi Allah berjuang bersama setiap kita yangmelawan maut. Dengan cara yang tidak kitaketahui dan tidak kita pahami, Allah memukulmundur kekuatan maut. Ketika masih anak-anakaku hampir mati terlindas mobil pertanian. Beberapatahun berikutnya aku juga hampir mati karenasesuatu, yang mungkin keracunan arsenik. Akujuga hampir mati dalam mobil.

Setelah mengalami enam rangkaian kemoterapidan mendapat banyak tambahan gizi, dan berkat doa-doa para sahabat, aku mengalami scan CAT, yangmenunjukkan bahwa tumor dalam paru-parukumenyusut hingga tinggal seperempatnya dari ukuranawalnya. Tuhan telah menjauhkan aku dari kematiandan memberi kehidupan lebih panjang kepadaku.

Di dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus 1:19-22Paulus menulis, “Betapa hebat kuasaNya bagi kita yangpercaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yangdikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkanDia dari antara orang-orang mati dan mendudukanNya disebelah kananNya di surga.” Kita membaca Allah

Page 145: Kedamaian 1250301025-phpapp01

147

meletakkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus – yaitubahwa Allah membuat Kristus menaklukkan semua dayayang memberontak. Itulah gambaran Kitab Suci mengenaiperjuangan kemenangan dan kuasa yang menaklukkan.Dia yang telah mati dan bangkit lagi, mengalahkan kanker,penyakit jantung, AIDS ; Alzheimer, sizofrenia, pelecehananak-anak. Dia adalah pemenang atas perjuangan melawaneksploitasi kaum miskin, atas pengurasan habis-habisan bumiyang dengan baik diciptakan Allah, atas kegilaanpembelanjaan untuk militer dan senjata nuklir.

Namun mungkin kita bertanya, jika Kristus sudah

mengalahkan hal-hal semacam itu mengapa masih

banyak terjadi hal-hal demikian itu? Mengapa segala

keburukan itu begitu meruyak di banyak tempat? Di

dalam perang mungkin hanya ada satu pertempuran yang

menentukan pihak mana yang menang. Karena

pertempuran yang menentukan itulah pihak yang satu

pasti maju terus hingga mencapai kemenangan yang

lengkap, walaupun pihak yang lain masih punya pasukan

di medan tempur dan pertempuran masih berlanjut.

Namun hanyalah tinggal masalah waktu saja pihak lawan

itu akan habis seluruhnya.

Harapan kita yang pertama-tama bukanlah untuk

mendapatkan hidup abadi setelah kematian. Puncak

harapan yang diberikan dalam Perjanjian Baru adalah

bahwa Kerajaan Allah yang akan datang penuh

kemuliaan, dan Tuhan yang telah dibangkitkan dan tidak

tampak itu lalu tampil dengan mulia untuk memperbarui

segala ciptaan Allah, dan segala yang jahat dan merusak

akan dihilangkan. Sejarah manusia akan dibenarkan.

Kisah manusia akan menerima akhirnya dari Allah. Pada

waktu itulah Tuhan akan menguasai alur peristiwa

manusia dan menaruhnya dalam kegemilangan kerajaan

baru yang tak terbayangkan. Harapan kita pertama-tama

adalah pemenuhan segala janji Allah; dan baru

kemudian kita berharap dapat memperoleh secuil surga.

Berbagai Batu Pijakan

Page 146: Kedamaian 1250301025-phpapp01

148 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Dalam seluruh hidupku di masa dewasa, aku

melibatkan diri di dalam usaha menciptakan damai

dan menjadi saksi damai, dan selama bulan-bulan

terakhir khususnya aku membaca ayat-ayat Kitab Suci

tentang damai. Dari Injil Yohanes, Tuhan yang bangkit

berkata kepada para murid yang ketakutan di ruang

atas: “Damai Sejahtera bagi kamu.”81, yang satunya

lagi, yang kurenungkan ketika aku dimasukkan ke

dalam dan dikeluarkan dari lubang MRI, berasal dari

surat kepada Jemaat di Filipi: “Damai sejahtera Allah

yang melampui segala akal, akan memelihara hati dan

pikiranmu dalam Kristus Yesus.”82

Yesaya menyatakan, “Engkau terus memberikan

damai sejahtera yang sempurna pada dia yang

hatinya terarah kepada-Mu, karena ia percaya

kepada-Mu.” Damai sejahtera yang sempurna itu,

dalam pengertian Kitab Suci, bukan sekadar hati

yang tenteram. Tetapi seluruh hidup dan hubungan-

hubungan yang teguh melawan segala yang hendak

mengganggu dan merusak kita. Itulah anugerah yang

membuat kita tetap tegak ketika harus melalui

kegelapan yang paling pekat sekalipun.

81 Yoh 20:19

82 Fil 4:7

Page 147: Kedamaian 1250301025-phpapp01

149

Pengampunan

Seorang rabbi bertanya kepada murid-

muridnya: kapankah, di waktu fajar orang dapat

memisahkan terang dari gelap? Seorang

muridnya menjawab: ketika saya bisa

memisahkan seekor kambing dari keledai.

Tidak, jawab rabbi itu. Yang lain berkata, ketika

saya bisa membedakan sebatang pohon palma

dari pohon ara. Bukan, kata rabbi itu pula. Nah,

jika begitu, apa jawabnya? Murid-muridnya

mendesak. Kata rabbi itu, barulah ketika kamu

memandang wajah setiap orang lelaki dan setiap

orang perempuan dan kamu melihat saudaramu

laki-laki dan perempuan, barulah saat itu kamu

melihat cahaya. Di luar itu adalah kegelapan.

Cerita Mistik Yahudi

Di dalam kodrat manusia, kemampuan melihat laki-

laki atau perempuan siapa pun yang kita jumpai

sebagai saudara adalah rahmat. Bahkan hubungan kita

dengan orang lain yang dekat dengan kita bisa diliputi

awan kelabu kapan saja, sekalipun hanya karena keluhan-

keluhan kecil. Damai sejati dengan orang lain

memerlukan usaha. Kadang-kadang untuk itu

diperlukan kesediaan untuk mengalah. Pada orang yang

lain lagi diperlukan kesedian untuk jujur berterus terang.

Hari ini mungkin kita harus berendah hati dengan

berdiam diri; besok mungkin perlu keberanian untuk

bertemu langsung dan bicara. Namun ada satu hal yang

tidak berubah: bila kita menginginkan damai dalam

Berbagai Batu Pijakan

Page 148: Kedamaian 1250301025-phpapp01

150 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

hubungan-hubungan kita, kita harus bersedia memaafkan,

mengampuni, berulang kali.

Suatu ketika kita tentu pernah merasa dibuat sakit

hati, dan setiap kita juga membuat orang lain sakit hati.

Dan karena itu, sebagaimana kita semua harus

mengampuni, jika kita mau diampuni. Tanpa pengampunan

itu, kita tak akan menemukan kedamaian.

Apa yang dimaksud dengan pengampunan? Di

dalam bukuku Seventy Times Seven (Tujuh puluh kali

tujuh) yang sepenuhnya bicara tentang soal

pengampunan, aku menunjukkan bahwa ada

pengampunan yang ditawarkan oleh Allah, dan

pengampunan yang kita berikan satu sama lain sebagai

sesama manusia. Walaupun keduanya berbeda, namun

pengampunan yang satu berhubungan erat dengan

pengampunan yang kedua. Agar dapat mengalami damai

yang diberikan Allah melalui pengampunan dari-Nya,

sepertinya pertama-tama kita harus bersedia

mengampuni orang lain. Ayahku menulis:

Tuhan menyuruh kita memaafkan orang lain dulu

agar kita mendapat ampunan, dan itu sangat penting

bagi hidup kita semua. Dan itu paling penting pada saat

kematian kita. Mereka yang yakin telah mendapatkan

ampunan atas dosa dan kesalahannya, dan telah

mengampuni mereka yang bersalah kepadanya, akan

dilepaskan dari derita sakratul maut.

Mengampuni tidak ada kaitannya dengan sikap fair,

ataupun dengan membolehkan suatu perbuatan yang

jelas salah; pengampunan itu berarti memaafkan

seseorang atas suatu perbuatan yang tak termaafkan.

Ketika kita memaafkan seseorang, kita menyisihkan

kesalahan-kesalahannya. Bila kita memaafkan seseorang,

sebenarnya kita bisa saja mempertahankan sakit hati kita,

Page 149: Kedamaian 1250301025-phpapp01

151

namun bagaimanapun, kita harus melepaskannya. Kita

tak mau balas dendam. Walaupun maaf kita itu tidak

selalu diterima orang lain, namun mengulurkan tangan

dalam usaha pendamaian menghindarkan diri kita dari

amarah dan dendam. Walaupun kita masih tetap merasa

luka, namun sikap kita yang memaafkan itu mencegah

kita melakukan pembalasan pada seseorang yang

menyebabkan kita menderita. Dan hal itu memudahkan

kita untuk memaafkan lagi ketika di belakang hari kita

disakiti lagi. Dorothy Day menulis:

Dari cerita Yesus tentang kembalinya anak yang

durhaka, Allah berdiri di pihak anak yang tidak pantas....

Para pembaca mungkin mengira anak durhaka itu

dengan sangat menyesal pulang ke rumah bapanya. Tapi

siapa tahu, ia mungkin pergi lagi dan memboroskan uang

pada hari Sabtu berikutnya, ia mungkin menolak bekerja

untuk menggembalakan ternak dan sebaliknya minta

dikirim ke tempat lain untuk melanjutkan sekolahnya,

dan dengan begitu jawaban lain pada persoalan itu, yaitu

bahwa orang harus mengampuni saudaranya tujuh puluh

kali tujuh kali. Selalu ada jawaban, walaupun tidak perlu

selalu dihitung-hitung.

Ironisnya, mereka yang pernah mengalami penderitaan

yang sangat berat dalam hidup biasanya lebih bersedia

memaafkan. Bill Pelke adalah seorang veteran perang

Vietnam dari Indiana yang kutemui dalam suatu acara anti

hukuman mati. Ia kehilangan neneknya yang dibunuh orang

dengan keji. Namun ia berusaha melakukan rekonsiliasi

dengan gadis remaja yang membunuh neneknya itu.

Nenek Bill suka keluar rumah memberi pelajaran

Kitab Suci kepada anak-anak di lingkungan tetangga.

Pada suatu sore di bulan Mei 1985 ia menerima kedatangan

empat gadis remaja dari suatu Sekolah Menengah Atas

Berbagai Batu Pijakan

Page 150: Kedamaian 1250301025-phpapp01

152 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

tak jauh dari situ. Tanpa mengetahui apa-apa, anak-anak

itu menyerangnya sampai ia terjatuh di lantai. Beberapa

menit kemudian rumah itu dirampok, dan anak-anak itu

pergi menggunakan mobil tua si nenek, membiarkan nenek

itu tergeletak di lantai, mati kehabisan darah, karena

banyak luka tusuk. Bill teringat:

Anak-anak itu ditangkap setelah mengajak teman-

teman lain bersenang-senang naik mobil curian. Lalu

mereka diadili. Setelah proses pengadilan berjalan selama

lima belas bulan, keputusan hukumpun dijatuhkan.

Seorang gadis dihukum penjara tiga puluh lima tahun,

dua orang gadis dihukum masing-masing enam puluh

tahun, dan yang terakhir Paula Cooper, dihukum mati.

Aku puas karena setidak-tidaknya seorang dari mereka

akan dieksekusi. Kurasa, jika tidak begitu pengadilan

niscaya menganggap nenekku tidak penting, padahal

bagiku nenek adalah orang yang sangat penting.

Sekitar empat bulan setelah keputusan pidana

dijatuhkan atas Paula, aku putus hubungan dengan

pacarku. Aku berusaha keras untuk memperbaiki

hubungan itu dan sangat sedih. Hatiku tak bisa

mendapatkan kedamaian.

Pada suatu hari, ketika aku sedang bekerja

mengoperasikan mobil angkat (crane) dari tempat yang

tinggi (aku bekerja pada perusahaan Bethlehem Steel)

aku merenungkan mengapa hubunganku tidak

berjalan baik, termasuk kematian nenekku. Dan aku

mulai berdoa. “Mengapa, Tuhan? Mengapa?” Tiba-

tiba aku teringat kepada Paula – dan aku

membayangkan anak itu (wanita yang paling muda

yang menunggu giliran pidana eksekusi mati) sedang

berkata, “Apa yang telah kulakukan? Apa yang telah

kulakukan?” dan aku teringat ketika keputusan itu

diumumkan; saat itu kakeknya hadir di ruang

pengadilan dan berteriak, “Mereka membunuh

Page 151: Kedamaian 1250301025-phpapp01

153

cucuku.” Dia digiring keluar dari ruang pengadilan.

Air matanya mengalir membasahi pipinya....

Aku mengingat juga nenekku, imannya, dan apa

yang dikatakan Kitab Suci tentang pengampunan. Aku

teringat tiga ayat, yang satu mengatakan bahwa supaya

mendapatkan pengampunan Tuhan, kamu harus

mengampuni orang lain83; yang kedua Yesus menyuruh

Petrus memaafkan tujuh puluh kali tujuh kali84; yang

ketiga yang dikatakan Yesus ketika ia tergantung di

kayu salib, “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka

tidak tahu apa yang mereka lakukan.”85 Paula tidak

tahu apa yang dilakukannya. Ketika gadis itu menusuk

seorang wanita tua tiga puluh tiga kali, pikirannya

sedang tidak waras.

Tiba-tiba aku merasa harus memaafkan Paula, aku

langsung berdoa, agar Tuhan mengasihi aku dan rahim

kepada Paula. Doa itu mengubah hidupku. Aku tak ingin

gadis itu mati di kursi listrik. Apa artinya eksekusi itu

bagiku dan bagi orang lain?

Ketika aku masuk ke ruang pengoperasian pesawat-

angkat itu aku adalah seorang pecundang. Empat puluh

lima menit kemudian ketika aku keluar dari situ aku

adalah orang yang berbeda sama sekali.

Bill mengunjungi Paula beberapa kali sejak itu dan

berusaha menunjukkan iman neneknya kepada gadis itu

– bukan dengan berkhotbah, tetapi dengan menunjukkan

belas kasihan. Ia tidak lagi dihantui oleh gambaran

neneknya yang tersayang itu terbujur dibantai di lantai

ruang makan - ruang tempat keluarga biasanya berkumpul

untuk berbagai kesempatan yang sangat bahagia. Bill jelas

masih merasa menderita karenanya, namun kemudian

83 Mat 6:12. 14-15

84 Mat 18,21-22

85 Luk 23 : 34

Berbagai Batu Pijakan

Page 152: Kedamaian 1250301025-phpapp01

154 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

penderitaan itu bercampur dengan keputusan untuk

memastikan bahwa orang lain juga harus sama-sama

menanggung pahitnya situasi yang harus dilaluinya.

“Sepanjang aku membenci anak-anak itu, mereka

mengendalikan hidupku. Namun begitu aku memilih

memaafkan mereka, hatiku merasa bebas.”

Sebagai aktivis yang gigih dari “gerakan keadilan

restoratif ” yang sedang berkembang, Bill sekarangmelakukan perjalanan ke mana-mana di seluruh pelosoknegeri dengan suatu organisasi yang disebut “Perjalanan

Harapan: dari Kekerasan ke Penyembuhan.” Dia jugamenjadi anggota Keluarga Korban demi Rekonsilasi.“Pengampunan,” katanya, “adalah satu-satunya jalan yang

harus ditempuh, lepas dari kekerasan menujupenyembuhan. Pengampunan melindungi Anda dari karatkebencian dan memberikan kebebasan lagi kepada Anda

agar mendapatkan damai di dalam diri Anda sendiri.”

Kebanyakan dari kita tidak mempuyai urusan yangberkaitan langsung dengan pembunuhan; dan banyakhal yang menjadi obsesi kita bisa dikatakan sepele

dibanding dengan pembunuhan. Namun kita seringmerasa kesulitan untuk memaafkan. Terutama jikakekecewaan itu berkembang terus dalam masa yang

panjang, perlu beberapa waktu dan usaha besar untukmencabut akarnya. Dan apakah rasa sakitnya hanyabayangan saja atau pun nyata, hal itu akan menggerogoti

kita selama terus kita pelihara.

Bukanlah maksudnya untuk menelan luka hatikita. Sebaliknya orang yang menekan keluhan-keluahan ke dalam alam bawah sadar dengan maksud

untuk melupakannya sebenarnya membuat pincangdirinya saja. Sebelum kita mengampuni suatu lukabatin, kita harus dapat memberi nama luka itu.

Page 153: Kedamaian 1250301025-phpapp01

155

Kadang-kadang tidak mungkin (atau kalaupunmungkin, tidak membantu) untuk berhadapan denganorang yang kita perjuangakan agar kita ampuni, maka

solusi terbaiknya adalah berbagi luka batin itu denganseseorang yang kita percaya. Setelah hal itu kitalakukan, luka batin kita lepaskan. Jika tidak demikian

selamanya kita akan terus kecewa dan menyesal,menunggu permintaan maaf yang tak pernah datang.Dan kita akan tetap terpisah dari Allah.

Selama kita tetap menggerutui seseorang, pintu

Tuhan tetap tertutup. Begitu rapat tertutup sehingga tak

ada jalan untuk menuju Dia. Aku yakin banyak doa tidak

didengarkan karena orang yang berdoa masih menggerutui

seseorang, walaupun dia tidak menyadarinya. Jika kita

menginginkan damai Tuhan dalam hati kita, pertama-

tama kita harus belajar memaafkan.

J. Heinrich Arnold

Adalah wajar bila kita meminta pengampunan.

Bagaimanapun setiap orang adalah pendosa di mata

Allah. Sekalipun “kebaikan” kita menghalangi kita untuk

melihat diri kita demikian. Suatu cerita tentang Bruder

Angelo, seorang biarawan Fransiskan, melukiskan

masalah itu dengan bagus sekali.

Pada malam Natal, Bruder Angelo membersihkann

pondoknya yang sederhana di sebuah bukit dan

menghiasinya untuk Misa Natal. Ia berdoa, menyapu

halaman, memasak air, dan duduk menunggu Bruder

Francis, yang diharapkannya datang kemudian. Tiba-tiba

muncullah tiga orang gelandangan di depan pintu, minta

makanan. Bruder Angelo ketakutan sekaligus marah dan

menyuruh mereka pergi dengan tangan hampa, sambil

ngomel memberi peringatan, bahwa para pencuri akan

dimasukkan ke dalam api neraka.

Berbagai Batu Pijakan

Page 154: Kedamaian 1250301025-phpapp01

156 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketika Bruder Francis datang, ia merasakan ada yang

tidak beres. Bruder Angelo menceritakan kepadanya ketiga

orang gelandangan yang berkunjung. Bruder Francis

menyuruh Bruder Angelo naik ke bukit membawa anggur

dan roti untuk mencari dan menemukan mereka itu. Dan

minta maaf. Bruder Angelo berkilah membantah. Berbeda

dari Bruder Francis, ia tidak bisa memandang ketiga

gelandangan itu sebagai saudara. Mereka itu hanyalah

gelandangan liar. Sekalipun mengomel, Bruder Angelo

patuh dan sebelum malam tiba (dengan mengikuti jejak

kaki mereka di salju), ia menemukan mereka di suatu gua

dan berdamai. Menurut ceritanya, beberapa hari kemudian,

para gelandangan itu turun gunung meninggalkan gua dan

bergabung dengan Ordo Fransiskan.

Page 155: Kedamaian 1250301025-phpapp01

157

Bersyukur

Hayatilah hidup Anda sedemikian rupa sehingga

perasaan takut mati tak akan pernah ada di hatimu. Bila

bangun di pagi hari, berterimakasihlah kepada cahaya

pagi. Bersyukurlah atas hidupmu dan kekuatanmu.

Beryukurlah atas makanan dan atas kegembiraan

hidupmu. Dan jika kamu pada sutau ketika tak dapat

mensyukuri semua itu, yakinlah bahwa ada yang tidak

beres di dalam dirimu.

Ketua Suku Indian Tecumseh

Mistikus abad pertengahan Meister Eckhardt86 suatu

ketika pernah menyatakan bahwa kalaupun doa

yang dapat kita ucapkan hanyalah “terima kasih,” itu

sudah mencukupi. Jika kita ikuti nasihatnya begitu saja,

mungkin untuk sesaat mudah rasanya. Namun beryukur

kepada Tuhan dengan hati tulus atas segala anugerah-

Nya, dan untuk menghayati hidup dengan semangat

syukur, berlaku untuk selamanya.

Apa maksudnya bersyukur? Henri Nouwen menulis:

Bersyukur atas sesuatu hal baik yang kita alami pada

suatu ketika adalah tindakan yang mudah. Tetapi

mensyukuri seluruh hidup, entah baik, entah buruk, saat-

saat gembira dan saat-saat berduka, keberhasilan maupun

gagal, dihargai ataupun ditolak memerlukan kerja keras

spiritual. Namun, kita sungguh orang yang tahu bersyukur

jika kita mengucapkan terima kasih atas segala hal yang

mengantar kita pada saat ini. Jika kita tetap membagi

86 Biarawan Ordo Dominikan, 1260-1327, dikecam Paus waktu itu

karena ajaran Panteisme.

Berbagai Batu Pijakan

Page 156: Kedamaian 1250301025-phpapp01

158 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

hidup kita di antara peristiwa-peristiwa dan orang-orang

yang hendak kita kenang, dan semua yang hendak kita

lupakan saja, kita belum dapat menyatakan bahwa

seluruh keberadaan kita adalah anugerah Allah yang

harus kita syukuri.

Janganlah kita takut memandang segala sesuatu

yang telah membawa kita di sini saat ini dan percayalah

bahwa kita akan segera melihatnya di dalam bimbingan

tangan Allah yang penuh kasih.

Sama pentingnya mensyukuri juga hal-hal yang buruk

yang kita alami seperti hal-hal yang baik. Selama kita

menghindari kenangan akan hal-hal yang menyedihkan,

setiap situasi yang menakutkan atau membuat kita kecil

hati, kita tak akan mengenal damai. Ini tidak berarti

kita harus diam-diam saja menerima semua yang datang

pada kita dengan cara seperti itu. Tuhan Yesus sendiri

mengajar kita berdoa. “Jangan membawa kami ke dalam

pencobaan.”87 Namun karena ada banyak hal dalam

kehidupan ini yang tak bisa kita kendalikan, kita perlu

menyikapi hal-hal yang menguji kita itu bukan sebagai

hambatan, melainkan sebagai peluang untuk bertumbuh.

Filsuf Perancis Simone Weil88 suatu ketika menulis,

“Tuhan terus-menerus menyinari dengan sepenuh

rahmatNya segala makhluk di dunia, namun kitalah yang

memilih apakah kita telah menerima lebih banyak, atau

hanya sedikit. Dalam hal yang semata-mata spiritual,

Tuhan mengabulkan semua keinginan. Mereka yang

mendapatkan sedikit adalah karena permohonannya

memang sedikit.” Suatu gagasan yang mengusik hati.

87 Mat 6:1388 1909-1943 mistikus dan pejuang keadilan sosial

Page 157: Kedamaian 1250301025-phpapp01

159

Kemudian, jika kita bersungguh-sungguh dengan

ucapan “Terjadilah kehendak-Mu”89, niscaya kita

mensyukuri apa pun yang diberikan kepada kita.

Bahkan anak-anak Israel dijawab dengan puluhan

hukuman berkali-kali. Mereka tidak hanya menerima

manna dari surga. Berkenaan dengan hal-hal baik

(keluarga, makanan, rumah, sahabat, cinta,

pekerjaan), jika kita jujur, kita harus mengakui bahwa

kita sering mendapatkannya sebagai pemberian.

Namun kita lebih memperlakukan semua itu sebagai

hak, daripada sebagai karunia.

Seorang jemaat gerejaku, Caroll King, menunjukkan

bahwa justru ketika pergumulan atau permasalahan dirasa

paling berat bebannya pada seseorang maka rasa syukur

dapat mengubah seluruh pandangan akan hidup.

Suatu ketika sewaktu aku merasa sangat

tertekan, aku sadar bahwa jika aku dapat menemukan

satu hal saja untuk kusyukuri, maka itu merupakan

satu langkah untuk bangkit. Selalu ada sesuatu yang

bagi Anda membahagiakan.... Dalam hidupku, bebas

dari rasa takut dan cemas adalah suatu hal yang

banyak kuperjuangkan. Tetapi jika kita dapat

membeberkan kesulitan-kesulitan kita itu ke tangan

Tuhan, ada kedamaian di situ, bukan hanya ketika

kita menerima hasil yang terbaik yang diberikan pada

Anda, namun dengan sungguh-sungguh bersyukur

atas segala sesuatu, apa pun adanya.

Kutipan dari Pastor Jesuit Alfred Delp berikut ini

memperlihatkan sikap yang sama. Delp menulis dari

penjara pada tahun 1944 ketika ia menunggu hukuman

mati akibat menentang Hitler.

89 Mat 6:10

Berbagai Batu Pijakan

Page 158: Kedamaian 1250301025-phpapp01

160 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Keadaaan kelihatan sangat buruk. Kali ini adalah

Tahun Baru pertama yang kualami hanya dengan

sepotong roti saja. Sama sekali tidak ada yang bisa

kulakukan sesuai kehendakku sendiri. Satu-satunya

pertanda kehendak baik yang kulihat adalah sipir yang

bersedia melonggarkan borgolku, supaya tangan kiriku

dapat kukeluarkan dari borgolku. Borgol itu

menggantung dari pergelangan tangan kananku

sehingga aku masih dapat menulis. Tapi aku harus

mendengarkan ke arah pintu sebab bisa runyam bila

mereka mendapatkan aku menulis.

Tak dapat kusangkal bahwa diriku sudah sangat

dekat dengan bayang-bayang tiang gantungan. Jika aku

tidak dapat mengalahkan setiap butir tuduhan, sudah

dapat dipastikan aku akan digantung.

Namun di atas altar penderitaanku, sudah banyak

yang termakan api, dan banyak yang telah meleleh

sehingga dapat dilipat. Ini adalah salah satu dari berkat

Allah, salah satu tanda dari rahmatnya yang kuterima,

sehingga aku selalu dapat dengan baik sekali setia kepada

janji-janjiku. Aku yakin, Tuhan juga akan memberikan

berkat-Nya pada tata-lahirku begitu aku siap untuk tugas

selanjutnya yang atas kehendak-Nya dipercayakan

kepadaku. Dari tindakan lahiriah dan cahaya batin yang

makin kuat, suatu hasrat baru akan timbul untuk menjadi

saksi atas Tuhan yang hidup, karena aku benar-benar

telah belajar mengenal Dia semasa pencobaan ini dan

aku merasakan kehadiran-Nya yang menyembuhkan.

Gagasan bahwa: “Tuhan saja telah cukup” sungguh-

sungguh dan mutlak benar bagiku.

Dietrich Bonhoeffer memperlihatkan keteguhan yang

sama dalam suatu surat yang ditulisnya untuk

tunangannya, Maria Wedemeyer, menjelang hukuman

mati yang dilaksanakan baginya. “Janganlah engkau

mengira aku tidak bahagia. Apa itu kebahagiaan atau

Page 159: Kedamaian 1250301025-phpapp01

161

ketidakbahagiaan? Hal itu sedikit bergantung pada

keadaan, namun lebih banyak bergantung pada apa yang

terjadi dalam hati. Aku sangat bersyukur setiap hari

karena kamu, dan hal itu membuat diriku bahagia.”

Seturut pengalamanku, yang umumnya

menyebabkan orang tidak bisa bersyukur bukanlah

keadaan yang sangat buruk, melainkan pengertian yang

salah tentang kebahagiaan. Baik pastor Delp maupun

Bonhoeffer mengatakan bahwa keadaan yang sangat

buruk (ada atau tidak ada) tidak menentukan keadaan

hati atau jiwa kita. “Tuhan saja telah cukup.” Hanya

dengan gagasan itu saja akan timbul rasa syukur yang

tidak ada habisnya dalam diri kita.

Tidak akan ada sesuatu yang memuaskan kita jika

harapan kita yang egois membuat kita kecewa pada

bagian yang kita peroleh; dari situ ada ungkapan “rumput

di halaman tetangga selalu lebih hijau.” Maka selama

pandangan kita dihalangi oleh hal-hal yang membuat kita

tidak memahami kebutuhan dan keperluan kita sendiri

yang sesungguhnya, kita juga tidak melihat apa yang

dibutuhkan dan diperlukan orang lain, apalagi memahami

dalam hal apa kita harus bersyukur. Ayahku suatu ketika

menulis untuk seorang teman yang tidak bahagia: “Kamu

selalu punya alasan untuk menggerutu, jika kamu ingin

damai di hati, kamu harus melepaskan semua itu.

Kuharap: berhentilah hanya memikirkan hasratmu untuk

dikasihi saja, sebab itu justru berlawanan dengan

semangat Kristiani kita.”

William Marvin adalah seorang pastor Anglikan di

Alabama. Baru setahun aku melakukan hubungan surat

menyurat dengannya, karena ia menawarkan bantuan

pada gerejaku untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan

Berbagai Batu Pijakan

Page 160: Kedamaian 1250301025-phpapp01

162 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ke Kuba. Walliam punya banyak penderitaan, tapi tak

pernah kudengar dia mengeluh. Kendati ia mengalami

rangkaian cobaan seperti Ayub: ia sakit berat, anak

bungsunya meninggal, ia kehilangan pekerjaan, lalu

bercerai dengan istrinya, ia masih bisa berkata: “Aku belum

direbus kesakitan....” Kukira sikap inilah yang

merupakan kunci dari rasa damai dalam dirinya.

Aku sekarat, saat itu bulan Desember 1960.

Umurku tiga puluh lima tahun. Beberapa hari yang lalu

aku operasi usus buntu. Dini hari awan kepastian

mendatangi diriku, bahwa aku akan mati, dan karena

itu aku panik. Aku punya seorang istri, tiga orang anak,

dan menanggung utang. Aku merasa aku sangat gagal,

aku akan mati dan meninggalkan mereka semua dalam

kepapaan. Lalu aku mendengar suara yang jelas dan

nyaring di telingaku: “Jadi mau apa? Apakah dirimu

sendiri itu tidak penting? Hanya Tuhan?”

Aku sering memikirkan cara Tuhan bicara pada

kita. Dalam seluruh pengalamanku Tuhan biasanya

bicara dengan berbisik, menggunakan sedikit kata-kata

saja. Kejadian yang menyentuh hatiku itu adalah ketika

Tuhan berbicara dengan nada keras, seperti percikan air

dingin di wajahku. Kesembuhan berlangsung sangat

lambat, tapi aku pulih.

Ada banyak peristiwa yang menentukan dalam

hidupku. Ibuku mendadak meninggal ketika aku

berumur delapan tahun. Setahun kemudian ayahku

menikah lagi dengan seorang wanita yang jauh lebih

muda. Di rumah, kami tidak bahagia. Ayahku adalah

seorang kepala sekolah yang sangat terkenal disiplin dan

punya standar akademis yang tinggi. Ia menerapkannya

di rumah juga. Aku sering dihajar. Bahkan ibu tiriku

pernah menampar aku. Kata-kata yang kasar dan

umpatan adalah senjata pilihan mereka. Peraturan yang

berlaku adalah, “Apa kata mama.” Pemberontakan masa

Page 161: Kedamaian 1250301025-phpapp01

163

remajaku terjadi dalam bentuk nilai yang pas-pasan saja

untuk lulus sekolah. Nilai sangat penting bagi mereka,

sehingga hanya dalam hal itulah aku dapat membalas

menyakiti hati mereka. Aku disuruh pergi begitu lulus

Sekolah Menengah Atas. Aku menumpang pada paman

dan bibiku sampai umurku cukup untuk menjadi tentara.

Tahun-tahun dinasku dalam ketentaraan sangat berat.

Aku berperang. Aku melihat orang mati dalam perang.

Aku juga terluka. Sesudah dinas tentara aku kuliah,

walaupun aku masih tak tahu mau jadi apa.

Aku segera menikah dan punya dua anak, sebuah

rumah di pinggir kota, utang cicilan rumah, sebuah mobil,

dan bekerja sebagai pengantar surat. Aku bingung

setelah tiga atau empat tahun kemudian. Setelah

serangkaian usaha mencari nasihat dan latihan rohani,

aku memutuskan untuk menjadi Pastor Episcopal (istilah

untuk gereja Anglikan Amerika). Sesudah dua bulan di

seminari kami melakukan retret. Aku kebingungan. Aku

menghadap pemimpin retret, seorang biarawan dari Ordo

Salib Suci (OSC), dan aku berkata kepadanya bahwa

aku telah melakukan kesalahan: “Aku tidak layak.”

Jawabannya adalah “Tentu saja, kamu tidak pantas! Tak

seorang pun dari kita layak. Tapi Tuhan memilih bekerja

sama dengan kita!”

Setelah wisuda dan ditahbiskan, William melayani

beberapa paroki dan dengan segera ia melihat perbedaan

pandangan mengenai posisinya antara dirinya dengan

atasannya. Tak lama kemudian ia tidak diberi tugas. Untuk

waktu yang cukup lama ia menganggur; masalahnya, ia

telah berbicara keras mengecam arah yang ditempuh

Gereja Episcopal. Akhirnya ia ditempatkan di suatu paroki

Anglikan, di mana sekarang ia melayani jemaat.

Sepanjang tahun-tahun itu, tragedi datang

bergantian. Mula-mula anak bungsu William mati dalam

kecelakaan lalu lintas; lalu istrinya selingkuh dengan pria

Berbagai Batu Pijakan

Page 162: Kedamaian 1250301025-phpapp01

164 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

lain dan pergi meninggalkan rumah, setelah mereka resmi

bercerai; anaknya yang kedua kecanduan alkohol dan

karena serangan jantung yang keras, mati pada usia tiga

puluh lima tahun. Namun ada juga hal yang

membahagiakan: anak sulungnya menjadi pengacara yang

sukses: anak perempuannya mendapat gelar doktor dan

menjadi dosen di Universitas Notre Dame. William sendiri

lalu membangun suatu keluarga baru di antara para

anggota jemaatnya yang hangat dan hidup terasa ringan.

Apakah aku memperoleh kedamaian? Kukirabegitulah! Aku telah melakukan kewajibanku terhadapanak-anakku; kini aku melayani anggota jemaatku, danaku ingin melakukan sejauh Allah menghendaki.

Aku mengawali setiap pagi dengan mendoakanVenite90 dengan ayat keempatnya. “Bagian-bagian bumiyang paling dalam ada di tangan-Nya.” Pada malam hariaku mendaras Nunc Dimittis91 dan mengucapkan kata-kata Yesus di kayu salib. “Ke dalam tangan-Mu, ya Bapa,kuserahkan jiwaku.” Jika aku terbangun aku mendarasDoa Yesus. Suatu bagian pokok dari mistik OrtodoksTimur, sering kuucapkan: “Tuhan Yesus Kristus, PutraAllah yang hidup, kasihanilah aku yang berdosa ini.”Setiap kali aku mengucapkan doa ini, yang jugamengungkapkan kerinduanku, aku menyadari lagibahwa kerahiman Allah tak lain dan tak bukan semata-mata adalah kasih-Nya. Aku merasa hangat. Akubersyukur karena aku diampuni dan diterima Tuhan.

Tinggal satu hal yang akan kualami. Aku pasti mati.Sampai saat itu, walaupun aku punya rencana-rencanaawal, aku berusaha menghidupi hari-hari, seolah-olahitulah hari terakhirku.

90 Mazmur 95, yang merupakan bagian tetap dalam Doa Pagi harian

91 Kidung Simeon, yang merupakan bagian tetap dari ibadat Penutup

atau Completorium, pada malam hari; Sekarang, Tuhan ,

perkenankanlah hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera.

Page 163: Kedamaian 1250301025-phpapp01

165

Tidaklah sulit untuk percaya bahwa sejak lahirku

aku berada di tangan Tuhan. Kematian anak-anakku

dan kepergian istriku meninggalkan janji perkawinan

tidak membuatku marah-marah. Semua itu terjadi

karena dunia tidak sempurna. Dua puluh satu tahun

lalu, setelah aku dilepas dari Gereja Episcopal, anak

bungsuku meninggal dalam kecelakaan, istriku sembuh

dari serangan jantung (dan hampir meningggalkan

diriku, dan aku hanya bekerja sepuluh jam dalam

seminggu) seorang teman berkata bahwa aku tentu

merasa seperti Ayub. Aku berkata, “Ah, aku belum

menderita seperti direbus.” Sampai saat ini aku belum

pernah mengalami penderitaan seperti itu.

Hari ini aku menemani seorang pensiunan dokter,

dan ini kulakukan setiap hari Jumat, dan ia sedang

menjelang kematiannya. Ia telah kehilangan tiga orang

putrinya karena kanker. Istrinya telah mengalami operasi

bedah kanker beberapa tahun lalu. Setiap hari Minggu

aku memberikan komuni kepadanya. Bukan hanya dia

seorang dari jemaatku yang mendapat rahmat khusus

untuk menanggung beban seperti itu. Hampir setiap

orang pada waktu tertentu menanggung beban seperti

itu. Salah satunya, seorang ibu muda mengalami

kebakaran tingkat ketiga, lebih dari empat puluh persen

dari tubuhnya. Suaminya meninggalkan dia, dan ia harus

membesarkan tiga orang anak kecil yang baik sendirian.

Ibu itu melaksanakannya dengan baik. Tuhanlah yang

mengizinkan aku mengenal orang-orang seperti itu,

supaya aku dapat membagikan hidupku pada mereka,

dan itu adalah berkat yang sangat hebat. Hal itu

memberiku damai Tuhan, “dengan pengertian

sebagaimana yang diberikan-Nya.”

Berbagai Batu Pijakan

Page 164: Kedamaian 1250301025-phpapp01

166 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketulusan

Anda mengira tidak peduli untuk memuji prestasi

yang menurut Anda bukan merupakan jasa-jasa Anda,

sedemikian rupa sehingga bila Anda merasa tergoda

untuk merasa tersanjung, Anda selalu teringat bahwa

pujian itu terlalu berlebihan. Anda mengira diri Anda

tak acuh sampai Anda merasa cemburu pada seseorang

yang dengan naif berusaha “membuat dirinya tampak

penting,” sementara Anda mengusahakan sikap yang

tak acuh pada diri sendiri itu tampak menonjol.

Berkenaan dengan ketegaran hati dan kekerdilannya,

perkenankanlah saya membaca buku di mana hari-hariku

dituliskan (dengan mata terbuka) dan belajar.

Dag Hammarskjold92

Jika ada seorang yang memintaku menyebutkan syarat

yang paling dasar dari kedamaian hati, mungkin aku

akan memilih ketulusan. Entah ketulusan itu diartikan

jujur menyampaikan hal yang benar, sebagimana

umumnya, atau menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Atau kemampuan untuk berbicara terus terang, atau

kesediaan untuk mengakui kegagalan di depan orang

lain. Ketulusan atau kejujuran merupakan syarat dasar

bagi perdamaian. Kita mungkin berusaha keras dan

berjuang untuk mewujudkan damai sampai napas terakhir,

tetapi kita tak akan mendapatkannya bila kita tidak mau

menempatkan diri kita di bawah cahaya terang dari

kebenaran. Ketidaktulusan, ketidakjujuran, merupakan

92 Diplomat Swedia. Sekretaris Jenderal PBB 1953-1961, juru damai

yang hebat dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 1961.

Page 165: Kedamaian 1250301025-phpapp01

167

salah satu hambatan besar bagi jalannya perdamaian,

karena hal itu menghalangi kita memperoleh dasar

berpijak yang tepat bagi usaha kita.

Aku tidak terlalu memikirkan apakah

penampilanku menyenangkan secara lahiriah, dan

berbeda dari kenyataan batin kita. Bila kita membiarkan

Allah menarik diri kita ke suatu arah, dan iblis ke arah

yang lain, masing-masing punya kuda-kuda yang kokoh,

tanpa memerhitungkan bagaimana pandangan hati

nurani kita, maka semuanya akan berantakan.

Henry David Thoreau

Langkah awal untuk berpaling kepada Tuhan, yang

sama artinya dengan berpaling pada kedamaian, adalah

mengenali keadaan kita yang sebenarnya. Kita harus

mengakui seberapa jauh jarak kita dari Allah, sebelum kita

dapat berharap menemukan diri kita di dalam Dia. Untuk

itu Thomas Merton berkata, kita harus “menyadari.... bahwa

gambaran orang yang kita anggap sebagai diri kita, di sini

dan sekarang ini, adalah asing dan palsu. Kita harus terus-

menerus mempertanyakan motif-motif di baliknya dan

membuka tabir penyamarannya.” Jika tidak, usaha kita

untuk mengenal diri niscaya akan gagal.

Mengenal diri hanyalah merupakan langkah yang

pertama. Hal itu saja tidak memberikan kedamaian pada

kita, bahkan dapat menjauhkan kita dari kedamaian itu

jika kita terperangkap dalam spiral perhatian pada diri

sendiri. Kakekku menulis:

Orientasi yang terarah pada diri sendiri merupakan

semangat yang menyesatkan. Itu merupakan suatu

penyakit yang mematikan, dan orang yang

mementingkan diri sendiri adalah orang yang sakit berat

dan memerlukan penebusan.

Berbagai Batu Pijakan

Page 166: Kedamaian 1250301025-phpapp01

168 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Mereka hanya mementingkan diri sendiri tidak

mengetahui bahwa kekristenan mengandung suatu

sasaran obyektif, yang membuat kita benar-benar dapat

melupakan diri kita sepenuhnya bersama dengan ego-

ego kita betapa pun kecilnya.

Orientasi yang mementingkan diri sendiri

membentuk sikap munafik, yang memengaruhi dan

menghambat kekudusan. Sikap itu sangat berbahaya

karena menghasilkan orang-orang kudus palsu yang

menjalani penderitaan tapi hanya untuk pamer. Dan

upaya itu berakar pada kemunafikan....

Untuk melihat Allah dari sudut pandang Anda

sendiri, dan membuat Dia berhubungan dengan Anda,

adalah sama saja dengan memandang dunia melalui lensa

yang menyesatkan. Aku bukan kebenaran, dan karena

aku bukan kebenaran maka aku tak bisa menempatkan

diriku sendiri menjadi pusat dari pikiran-pikiranku. Hal

itu membuat diriku sendiri menjadi berhala. Tuhanlah

yang seharusnya menjadi pusat hidupku.

Kita harus menyadari bahwa Tuhan sepenuhnya

berada di luar diri kita. Ini bukan hanya berarti bahwa diri

kita tidak penting; kita memang tidak berharga. Jika kita

tulus hati, jujur, maka kita mengakui bahwa kita ini

hambatan, yang berlawanan dari Allah. Baru setelah kita

mengakui hal ini dan melihat diri kita dengan cara ini

karya penebusan ilahi mulai dalam diri kita.

Mengenali siapa diri kita berarti mau menghadapi soal-

soal yang di masa lalu kita hindarkan tetapi sekarang harus

benar-benar kita pandangi. Namun itu juga berarti berpaling

kepada Allah. Untungnya, sebagian besar dari kita tidak

perlu menghadapi gambaran diri yang pertama, maupun yang

kedua, apalagi yang ketiga, karena pada dasarnya kita takut

pada perubahan-perubahan yang dituntut dari diri kita.

Kenyamanan dari kepuasan diri umumnya sangat enggan

Page 167: Kedamaian 1250301025-phpapp01

169

untuk kita lepaskan. Ah, seandainya saja kita tahu, betapa

dalam dan agungnya kedamaian yang berasal dari hidup

dengan nurani yang sadar sepenuhnya!

Jeanette Warren, seorang anggota komunitas kami,baru-baru ini memberitahu aku bagaimana sebagai wanitamuda ia telah mencari kedamaian dari tahun ke tahun

melalui gerakan buruh dan organisasi politik, kelompokkampus, koperasi dan berbagai komunitas, tetapi ia telahmelupakan tugas penting untuk mengurus dulu dirinya yang

carut-marut. Seperti banyak orang lainnya, dia berkatabahwa selama ini dirinya mencari buah busuk semata-mata,begitu ia dapat menerima kenyataan dirinya yang sebenarnya

dengan mawas diri dalam-dalam dan setulus hati.

Ketulusan hati sama pentingnya dengan pengenalandiri untuk menemukan kedamaian hati. Tanpa itu kitamenjadi munafik dan terpaksa harus terus-menerus

menyesuaikan citra diri sedemikian rupa untukmemanipulasi cara orang lain memandang kita. Yesus didalam Injil Matius khususnya mengingatkan kita dalam

hal itu. Ia berkata agar kita tidak pura-pura saleh di mataorang lain: “Kamu munafik, sebab cawan dan pinggankamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya

penuh rampasan dan kerakusan. Bersihkanlah dahulusebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akanbersih”93, lebih jauh lagi Ia mengatakan: “Kamu seperti

kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya tampakbersih memang, tetapi di dalamnya penuh tulang belulangdan pelbagai jenis kotoran. Demikian juga kamu yang

tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalamkamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”94 Mengenaiayat-ayat ini ayahku menulis:

93 Mat 23 : 25

94 Mat 23: 27-28

Berbagai Batu Pijakan

Page 168: Kedamaian 1250301025-phpapp01

170 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Janganlah mengunakan kata-kata keagamaan jikakamu tidak bermaksud untuk sungguh-sungguh dalamhal itu. Misalnya jika kita bicara dengan hebat tentangpemuridan, tetapi kita sendiri menolaknya, hal itu akanmengoyak batin kita sendiri. Hendaklah jujur dan tulus,katakan apa yang Anda pikirkan, juga sekalipun kitatidak relevan dengan apa yang Anda pikirkan, daripadamenggunakan kata-kata yang benar, namun tanpamakna. Damai yang sempurna menuntut ketulusan yangsempurna. Kita tak dapat hidup dalam damai dengansaudara-saudara kita tanpa membawa kebenaran dalamhati kita dan tulus dalam kasih kita.

Ketidaktulusan dapat menjadi kebiasaan. Begitu kita

terbiasa dengannya, kita dengan segera menjadi penuh

tipu daya. Jika hal itu terjadi, diperlukan usaha keras

untuk membuang semua kepalsuan dan membuka segala

yang kita tutupi kepada mereka yang telah kita kelabui.

Zoroaster, penyair kuno dari Persia, membandingkan

keadaan itu dengan suatu pertempuran:

Memandang dunia iniAku ingin menjerit:Bisakah kebenaran benar-benar lebih baikDi mana ada begitu banyak dusta?Dan haruskah aku tak turut sertaDalam lolongan iblis mereka?

Tuhanku, jangan tinggalkan akuKuatkan aku dalam cobaan iniBeri aku daya kekuatanmu.Berlutut, pikir pemberontak:Lehermu terancam pedang!

Hanya mereka yang tahuSumber yang memancarkan hidupDapat minum dari sumur abadiKetegaran satu-satunyaAdalah kebenaran yang memuaskan

Page 169: Kedamaian 1250301025-phpapp01

171

Jika Zoroaster tampaknya berlebihan menggambarkan

hebatnya perjuangannya, adalah mungkin karena

kefasihannya menulis. Pertempuran antara kebenaran dan

kebohongan tidak hanya terjadi di antara dua lawan

khayalan; itulah pertempuran antara Allah dan setan, yang

disebut “bapak kebohongan” oleh Kitab Suci. Mengingat

kembali percakapan yang kulakukan dengan orang-orang

pada masa krisis, dapat kukatakan bahwa pertempuran

ini juga merupakan pertempuran hebat yang dialami orang,

terutama bila orang itu sangat yakin bahwa ketulusan

adalah harga yang terlalu tinggi bagi perdamaian. Orang

itu mungkin tidak merasa perlu untuk berjuang dalam hal

ini, karena ia sangat dibutakan oleh fakta, bahwa dirinya

sendiri melakukan kebohongan.

Dalam buku The Brothers Karamazov, Dostoevsky

menampilkan seorang tokoh: Fyodor Pavlovitch, seorang

lelaki tua, yang sambil mengejek, bertanya kepada Pastor

Zossima apa yang harus dilakukan untuk mencapai hidup

abadi. Pastor itu menjawab:

Kamu sudah lama tahu apa yang harus kamu

lakukan. Jangan jatuh dalam kemabukan dan

omongan yang tak ada gunanya; jangan berzinah

dan jangan jatuh cinta pada uang melebihi segalanya,

jujurlah pada diri sendiri. Orang yang membohongi

diri sendiri dan mendengarkan dustanya sendiri

memasuki lorong di mana ia tak lagi b isa

membedakan kebenaran di dalam dan di sekitar

dirinya, dan karena itu tidak bisa menghargai dirinya

dan orang lain. Karena tak bisa menghargai, ia tak

bisa mengasihi, dan demi menyibukkan diri dan

mengalihkan perhatiannya yang kehilangan cinta,

ia hanyut dalam nafsu-nafsu dan kenikmatan-

kenikmatan kasar, dan perilaku seperti binatang,

semuanya karena kebohongan terus-menerus pada

Berbagai Batu Pijakan

Page 170: Kedamaian 1250301025-phpapp01

172 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

orang lain dan pada diri sendiri. Orang yang menipu

dirinya sendiri lebih mudah tersinggung daripada

orang lain siapa pun juga. Kamu tahu, tak seorang

pun menghina dia, tetapi ia lebih menemukan sendiri

penghinaan untuk dirinya, berbohong dan melebih-

lebihkan agar gambarannya lebih dramatis, lalu ia

tersentuh oleh suatu kata dan menhangatkannya

menjadi serupa suatu gunung tinggi dari titik tahi

lalat. Ia tahu bahwa dirinya sendirilah yang bersalah,

tetapi ia merasa diserang, lalu ia melakukan

pembalasan dan mendapatkan kepuasan di situ,

menjadi pembalasan dendam sungguhan.

Shakespeare mengatakan hal yang sangat mirip:

Beginilah terutama: Agar membuat dirinya benar

Dan memeliharanya siang malam

Dan dianggap tidak salah oleh siapa pun.

Dalam kodrat manusia, nasihat yang sering dikutip

ini lebih mudah dikatakan daripada dilaksanakan.

Bahkan orang yang paling jujur pun dikatakan

menyangkal bahwa ia pernah berbohong di masa lalu,

malah berkali-kali. Sesungguhnya banyak orang sudah

tidak tulus dan jujur sejak mereka masih kecil, kecuali

mereka terus-menerus dan dengan teguh diajari untuk

mengatakan kebenaran, maka berbohong dapat

bertumbuh menjadi kebiasaan yang makin sulit

dihilangkan. Kita mungkin menganggap tindakan anak-

anak mencuri hal itu normal, tapi tapi dikemudian hari

tanpa rasa sesal belajar “nilep” (menjiplak) atau

seterusnya “ngutil” (mencopet) di toko, melakukan

penggelapan pajak atau menipu istrinya ketika ia

menjadi dewasa. Para anggota Gereja dan sinagoga pun

tahu, kaum religius pun juga sama rentannya dalam hal

berbohong dengan sesamanya yang dari dunia “sekuler”.

Page 171: Kedamaian 1250301025-phpapp01

173

Namun jika kita mau mendapatkan damai di hati,selalu ada jalan keluarnya: mengakui kesalahan kitakepada orang lain. Sebagai suatu ritus atau praktik agama,

pengalaman hal ini terlalu luas untuk dibahas di sini.Namun sekadar mengakui dosa untuk memperolehkebebasan dan rasa damai bukanlah sesuatu yang rumit.

Begitu kita merasakan adanya ketidak selarasan antarawatak kita yang asli dan sisi luar yang kita tampilkankepada orang lain, kita akan terus merasakan tegangan

itu sampai kita dapat mendamaikan kedua sisi itu.Sekalipun kita memperbaiki cara-cara kita dan berubahdari kesalahan-kesalahan masa lalu, kita tak dapat

mengalami kedamaian hati sepenuhnya sampai kitabersedia membagi beban rahasia kita kepada orang lain.Itulah sebabnya Mazmur berkata, “Aku tidak mendapatkan

damai, karena dosa mengeram dalam tulangku.”

Untuk bersikap tulus, bahkan (dan mungkinterutama) kepada orang yang kita cintai dan kita percaya,selalu merupakan tindakan yang tidak mudah. Namun

akan kita lihat nanti dalam buku ini, tidak ada jalanlain. Jika kita ingin mendapatkan damai Kristus, kitaharus siap menerima penderitaan salib -Nya. Kita

mungkin benar-benar tidak menginginkan penderitaanini, namun jika kerinduan kita pada Tuhan cukup dalam,niscaya kita akan bersedia menanggungnya dan

membiarkan Dia memperbarui diri kita melalui derita itu.

Terimalah aku, Tuhanku; terimalah aku sejenak

Biarlah masa-masa yatim piatuku

tanpa Engkau terlupakan

Biarlah setitik saatku terhampar luas di pangkuan-Mu

Di bawah sinar cahaya-Mu

Sudah lelah aku berputar-putar

mengejar suara yang memanggilku

Berbagai Batu Pijakan

Page 172: Kedamaian 1250301025-phpapp01

174 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Biarlah aku duduk damai mendengarkan sabda-Mu

Dalam keteduhan jiwaku

Jangan palingkan wajah-Mu

dari rahasia gelap di hatiku

Sinarilah mereka agar terbakar sirna

Dengan api cinta-Mu

Rabindranath Tagore 95

Dalam sekejap damai dapat lenyap karena ketegaran

hati, dusta, kesombongan, cinta diri dan kenyamanan

palsu yang merupakan jalan keluar yang mudah. Namun

tak pernah ada kata terlambat bagi kita untuk mulai

mencarinya lagi, meskipun untuk itu diperlukan waktu

bertahun-tahun supaya kita dapat memandang diri kita

dengan tulus dan jujur: siapa aku di mata Allah, bukan

di mata orang lain? Maka niscaya tidak sulit bagi kita

untuk memfokuskan lagi kerinduan kita pada Yesus. Di

dalam kebenaran-Nya selalu ada kedamaian.

95 Sastrawan India, 1861-1941, pemenang Nobel Kesusastraan 1913.

Page 173: Kedamaian 1250301025-phpapp01

175

Kerendahan Hati

Kristus wafat untuk menghindar dari kuasa, sedang

manusia berusaha memperoleh kekuasaan itu.

Kekuasaan merupakan godaan yang terbesar. Betapa

mengerikan kekuasaaan itu dalam segala manifestasinya

– suara yang melengking untuk memberi perintah,

tangan terentang untuk menangkap, mata merah penuh

hasrat. Uang gampang disebarkan; organisasi boleh

dibubarkan; badan-badan bertebaran, sama sekali tak

ada kedamaian, kecuali jika orang sanggup memandang

jauh melintasi waktu, hingga di seberang keabadian,

seperti memandang kejauhan dari atas puncak gunung.

Malcom Muggeridge

Dari antara semua batu pijakan menuju damai

dalam buku ini, kerendahan hati merupakan yang

paling sulit dikenali. Kerendahan hati bukanlah

sekadar sopan dan lembut hati. Kerendahan hati juga

menuntut kerentanan, kesediaan untuk terluka.

Meliputi kesediaan untuk tidak diperhatikan, untuk

menjadi yang terakhir, untuk menerima yang paling

sedikit. Kerendahan hati tidak menawarkan damai

seperti yang diberikan dunia, dan ada banyak yang

dapat menghancurkannya. Namun kerendahan hati

menggambarkan jalan Kristus lebih baik dari kata-kata

yang lain. Kerendahan hati adalah jalan Kristus. Dan

jalan itu sedemikian rupa hingga memberikan damai

yang paling dalam dan yang paling tahan lama.

Bukan suatu kebetulan bila para malaikat mewartakan

kelahiran Yesus – “Kemuliaan bagi Allah di tempat tinggi

dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang

Berbagai Batu Pijakan

Page 174: Kedamaian 1250301025-phpapp01

176 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

berkenan kepada-Nya,” ditujukan pertama-tama kepada

para gembala. Bagi orang yang punya uang, pendidikan

dan kebudayaan, pesan Kristus bertentangan dengan

kebijaksanaan insani, dan sulit diterima. John Cardinal

O’Connor dari New York menulis: “warta ini bertentangan

dengan segala ajaran dunia tentang kekuasaan dan

kemuliaan berikut cara-cara mencapainya, tentang

kemakmuran, dan sukses dan gengsi.”

Juga bukan suatu kebetulan bila Yesus memilih para

nelayan yang sederhana dan bukan para ahli kitabuntuk menemani-Nya berkeliling dan mengajar diYudea. Mereka yang tidak punya banyak pretensi

cenderung lebih terbuka kepada kebodohan Injil dandamai yang ditawarkannya.

Ada banyak orang yang dapat menulis praktiktentang kerendahan hati, tetapi tak ada yang bisa

menggantikan praktek. Hanya dengan kesungguhanpraktik kerendahan hati dari hari ke hari dalam membukadiri pada orang lain kita dapat menemukan berkat

tersembunyi dari kerentanan, dan hanya denganmenerima kekalahan kita belajar menerima damai yangberasal dari penyerahan diri. Itulah sebabnya Kitab Putra

Sirakh dari Deuterokanonika menyatakan: “Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, danhendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu.

Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yangkepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan.Percayalah pada Tuhan maka Ia pun menghiraukan dikau,

ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya.”96

Tentang bagaimana menjadi rendah hati, jugabanyak yang dapat dikatakan. Dalam bukunya TheShepherd (Pastor), Hermas dari kelompok Kristiani

96 Sir 2:4-6

Page 175: Kedamaian 1250301025-phpapp01

177

awal membandingkan setiap orang dengan batu-batuyang dipilih oleh para ahli bangunan. Jika batu itudapat dipotong untuk dipasang pada sebuah dinding,

maka batu itu dapat dipakai. Namun jika batu itu punyatepian yang kasar oleh kesombongan dan hasrat cintadiri dan terlalu sulit dibentuk, maka tidak digunakan

dan dibuang. Yesus membuat perbandingan seperti itudalam kata-kata perpisahan-Nya kepada para murid-Nya: Ia berbicara tentang ranting-ranting yang harus

dipangkas agar menghasilkan buah: “Akulah pokokanggur yang benar dan Bapa–Kulah pengusahanya.Setiap ranting yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan

setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supayaia lebih banyak berbuah.”97 Kedua penggambaran itumudah dimengerti. Apakah kita cukup rendah hati

untuk menerima dengan syukur pukulan pahat tukangbatu atau pangkasan pisau pekerja kebun adalahpersoalan yang berbeda.

Tom dan Monica Cornell adalah sahabat-sahabat

dari Marlboro New York dan tinggal di suatu rumahgerakan Catholic Worker. Mereka menyatakan bahwaberdasarkan pengalaman mereka, damai Tuhan sekalipun

diberikan secara bebas, tidak dapat terus dinikmati tanpapangkasan berkelanjutan. Tom menulis:

Adalah berat membicarakan bagaimana

pemangkasan dilakukan atas seseorang, bagaimana

Tuhan memotong sesuai dengan bentuk dan ukuran

yang dikehendaki. Yesus berbicara tentang seorang

pemilik kebun yang memeriksa pohon ara yang selama

tiga tahun tidak berbuah. Ia hendak menebangnya,

tetapi tukang kebun menyakinkan dia. “Tuan

biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan

97 Yoh 15:1-2

Berbagai Batu Pijakan

Page 176: Kedamaian 1250301025-phpapp01

178 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk

kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak,

tebanglah dia!” (Luk 13:6-9). Itulah yang dilakukan

Tuhan pada kita. Untuk membuat kita berbuah, ia

mencangkul sekeliling kita dan memangkas kita juga,

dan kadang banyak sekali yang dipangkasnya.

“Mengapa aku, Tuhan?” aku mendengar orang

berseru ketika ayunan pahat dan parang yang keras

menimpa, dan aku juga mendengar suaraku sendiri.

“Mengapa aku, Tuhan?” Santa Teresa dari Avilla, seorang

pembaru Ordo Karmel suatu ketika menyeberangi sungai

menunggang kuda. Ia terjatuh ke dalam air karena

kudanya jatuh terperosok lubang. Ia mengeluh kepada

Tuhan. “Beginilah Aku memperlakukan sahabat-

sahabat-Ku,” terdengar suatu suara. “Tak heran teman-

teman-Mu hanya sedikit!” Teresa menjawab.

Ayahku meninggal ketika umurku empat belas

tahun. Kejadian itu bukan suatu pukulan mendadak, tapi

disiapkan selama sepuluh tahun. Ayahku runtuh

kesehatannya karena bekerja keras sejak dini hari untuk

menghidupi keluarganya, dan sepuluh tahun kemudian

ia meninggal. Aku tahu ketika ia meninggalkan

sanatorium satu hari setelah ulang tahunnya yang kelima

puluh dua, bahwa aku tak akan melihat dia lagi. Enam

bulan kemudian ibuku terganggu pikirannya karena begitu

besar kesedihannya. Dan getaran perasaan yang dahsyat

menerpa diriku. Mestinya hal seperti ini tak boleh terjadi.

Lalu, bagaimana kami bisa hidup?

Sungguh aneh untuk dipikirkan, aneh untuk

dikatakan, bahwa semua itu adalah demi kebaikan. “Segala

sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi

mereka yang mengasihi Dia.” (Rm 8:28). Juga semua ini?

Aku dapat membayangkan bahwa seandainya

ayah masih hidup ketika aku berkembang dewasa,

dan mengikuti lorong pemuridan Kristiani yang

memberontak, maka dia dan aku niscaya akan terus

Page 177: Kedamaian 1250301025-phpapp01

179

bertengkar dengan hebat. Sebab ayahku adalah

seorang pengikut aliran politik nasionalis chauvinis

yang ekstrem. Ibuku tentu ada di tengah di antara

ayah dan aku. Karena ayah meninggal , lalu

pertarunganku yang diwarnai pola kasih Oedipus98

hanyalah tinggal melawan semangat ayah saja, dan

itu tak akan pernah berakhir.

Kami tetap hidup, ibuku, saudariku, dan aku bekerja

keras dan berhemat. Aku bahkan bisa menempuh sekolah

matrikulasi Yesuit dan perguruan tinggi di Fairfax. Di dalam

pekerjaan, sebagai seorang remaja di suatu pabrik aku

memperoleh pengalaman yang sangat berharga dari

pekerjaan. Pekerjaan yang kulakukan bersifat berulang

(repetitive), suatu pekerjaan yang dilakukan dalam posisi

membungkuk, bukan berdiri juga bukan duduk. Pekerjaan

itu memerlukan kedua belah tangan dan satu kaki untuk

setiap tindakan yang berlangsung dalam dua detik dan

dilakukan selama enam puluh jam seminggu, bahkan

diharapkan lebih cepat, untuk menghasilkan lebih banyak

satuan hasil kerja. Namun aku tak pernah melihat produk

akhir yang lengkap dari pekerjaanku itu, maka aku pun

tidak pernah merasakan bahwa pekerjaan itu berarti.

Kehidupan menjadi baik setelah aku mendapat

panggilan kerja pada Catholic Worker. Berdasarkan

bacaan dari The Long Loneliness karya Dorothy Day, di

situ aku dapat menyatukan dua hal: iman dan

pengalaman. Aku dimasukkan dalam kelompok inti

intelektual di dalam Catholic Worker sekalipun

kuliahku belum selesai; hanya sedikit di antara kami

yang seperti itu. Sesudah diwisuda aku pergi ke New

York, mula-mula aku ditugaskan di suatu proyek

pemindahan penduduk pertanian di sebelah selatan,

dan kemudian dipindahkan ke proyek gerakan

98 Dalam psikologi : Kecenderungan di mana anak lelaki akan bertengkar

dengan ayahnya memperebutkan cinta ibunya.

Berbagai Batu Pijakan

Page 178: Kedamaian 1250301025-phpapp01

180 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

perdamaian yang lebih besar, bekerja sama dengan A.J

Muste dan rekan-rekannya dalam Komite Aksi Non–

Kekerasan dan Liga Penentang Perang. Muste adalah

tokoh terbesar dalam gerakan non–kekerasan radikal

pada waktu itu. Aku ingin secara pribadi kenal dengan

tokoh-tokoh besar itu sehingga aku dapat membawa

pengetahuan dan kontak-kontak itu bila aku ditarik

kembali ke Catholic Worker nanti, dan aku menjadi

duta dari suatu gerakan yang lebih besar, dan aku

memang diterima di situ.

Tak lama kemudian aku dinilai pantas untuk bekerja

di bidang Otoritas bidang Perang dan Damai dan Non–

Kekerasan, walaupun aku tak tahu apa yang menjadi dasar

penilaiannya. Namun aku merasa bahwa kehendak Allah

memintaku untuk membantu mengembangkan teori dan

praktik non–kekerasan di dalam lingkungan Catholic

Worker. Pekerjaan di situ sangat sukses dan secara pribadi

sangat memuaskan.

“Pemangkasan” yang paling menyakitkan adalah

ketika melihat hasil kerja selama ini dibatalkan. Bagiku,

itulah yang terjadi di tengah jalan. Aku mendapatkan

diriku berada di tengah rimba yang semakin gelap.

Gerakan tanpa kekerasan sedang surut. Bahkan sebelum

dibunuh, Martin Luther King sudah dibayangi ancaman

para nasionalis kulit hitam dan kaum separatis yang punya

slogan: dengan segala cara yang diperlukan. Banyak

komponen di dalam lingkungan mereka dengan

“keharusan revolusioner” para aktivis menggunakan

istilah non–kekerasan, namun tak lagi merujuk kepada

prinsip-prinsip maupun praktik Gandhi lagi. Setelah lima

belas tahun bekerja, aku dipecat.

Pekerjaan itu baik. Fellowship of Reconciliation

(FOR) merupakan organisasi ekumenis dan pecinta

perdamaian antar agama yang terbesar di dunia. Gajiku

cukup untuk menunjang keluarga dan untuk menerima

tamu-tamu (kegiatan yang penting bagi seorang Catholic

Page 179: Kedamaian 1250301025-phpapp01

181

Worker), untuk memelihara sebuah rumah sederhana

dan mobil bekas, dan pekerjaan itu juga memungkinkan

diriku masuk dalam kalangan yang lebih luas lagi. Aku

melakukan perjalanan di seluruh pelosok negeri, bahkan

ke Amerika Latin, ke Timur Tengah dan Eropa, memberi

ceramah dan menulis tentang non–kekerasan dan

memperkuat jaringan aktivis non–kekerasan. Aku

mengharapkan dari situ suatu pensiun yang nantinya

dapat memungkinkan diriku berdiri sendiri, dengan

jadwal kerjaku sendiri, dan aku membayangkan wilayah

kerja yang bertambah luas. Lalu segalanya runtuh.

Pekerjaanku “dihapuskan”.

Lalu aku bekerja free-lance selama tiga tahun,

melakukan pekerjaan yang bernilai seperti biasa (bahkan

mungkin lebih), tetapi hasilnya tidak mencukupi. Rumah

kami terjual. Hatiku hancur.

Meninggalkan FOR membuat diriku sangat

menderita. Itulah suatu “pemangkasan”. Ironisnya,

pekerjaan yang paling penting dan bertahan lama untuk

perdamaian justru tiba setelah pemisahan itu, dalam tahun-

tahun pengembaraanku di gurun. Atas desakanku Gereja

Katolik di Amerika Serikat bertekad untuk membantu

siapa pun yang mengalami masalah karena rencana militer,

dan aku diizinkan, dengan seizin dan surat rekomendasi

para Uskup, untuk menyusun program pelatihan konselor

untuk berapa keuskupan di Amerika Serikat. Pada saat

yang sama Uskup Agung Oscar Romero yang menjadi

ketua Konferensi para Uskup Amerika Tengah

memberikan penugasan menghimpun bantuan

perdamaian untuk El Salvador. Beliau dengan dua orang

suster Amerika, para peserta dalam program yang

kurancang, menyuburkan ladang Tuhan dengan darah

mereka sendiri karena dibunuh tak lama kemudian. Tapi

aku masih tak mampu menunjang kehidupan keluargaku.

Katanya, jika Tuhan menutup satu pintu, ia

membuka pintu yang lain. Namun terjadinya tidak serta

Berbagai Batu Pijakan

Page 180: Kedamaian 1250301025-phpapp01

182 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

merta. Dengan putus asa aku terpaksa mengajar di

sekolah menengah negeri di New Hampshire,

“pengasinganku di utara” selama setahun. Ini

pemangkasan habis-habisan. Aku sama sekali tidak

mengerti. Menjelang musim dingin berakhir, kuterima

sebuah telepon dari Konferensi Para Uskup Amerika

Serikat, suatu organ kerja para Uskup Amerika. “Gereja

membutuhkan kamu,” kata Red Dougherty sedikit

melucu. Ia bertanya “apakah kamu mau menerima

undangan untuk bertemu dengan lima Uskup yang

sedang menyusun suatu Nota Pastoral tentang damai

yang akan diterbitkan pada tahun 1983?” Ada beberapa

konsultan yang diundang dari Pentagon dan

Departemen Luar Negeri untuk membentuk suatu

panitia, tetapi hanya ada tiga tempat untuk aktivis

pecinta perdamaian. Dapatkah aku melakukannya?

Untuk sesaat surga pun terbuka.

Kemudian Dewan Gereja wilayah Waterbury

(Connecticut) memanggil aku dan keluargaku untuk

membantu menyelenggarakan suatu dapur umum

pembagian sup. Betapa hebatnya! Menukar posisi guru

sekolah menengah dengan pelayanan kepada tiga

ratusan orang pecandu alkohol, pemadat, perampok,

pencopet, pencuri dan pembunuh, dan sejumlah besar

orang lagi yang kejahatannya semata-mata karena

mereka itu miskin! Aku menyediakan sesuatu yang

mereka butuhkan: sup dan senyuman, dan mereka

membuka hidup mereka untukku. Seandainya saja aku

tidak “dipangkas” dari jabatanku yang terhormat maka

aku pasti menjadi “birokrat perdamaian”. Orang-orang

yang sekarang kulayani membuat diriku tulus hati!

Sekarang istriku Monica dan aku ditarik kembali

ke “komunitas induk” gerakan Catholic Worker, sehingga

aku bisa menulis dan memberi ceramah lagi dan

melakukan perjalanan. Sebagai orang sederhana, dalam

arti telah dipangkas dari berbagai ilusiku. Betapa naif

Page 181: Kedamaian 1250301025-phpapp01

183

dan muluk-muluk pikiranku dulu, melalui usaha-

usahaku yang menganggap pekerjaan ini adalah

perluasan Gandhi dari India di Amerika! Sepanjang masa

Perang Dingin aku dapat berhubungan dengan pemikir-

pemikir perdamaian dan gerakan-gerakan radikal di

empat benua. Kami merencanakan arah kejadian-

kejadian. Dan kami keliru dalam segalanya. Lebih dari

itu, gerakan yang kupikir telah kulayani dan

kukembangkan selama ini, gerakan non–kekerasan

model Gandhi, ternyata telah disalib, diruntuhkan oleh

orang-orang bodoh, dan yah, biarlah kusebut mereka itu

bajingan. Hal itu membuat aku merasa dendam dan

marah selama bertahun-tahun. Namun aku harus

mengingatkan diriku bahwa “bukan akulah yang harus

mempertanggungjawabkan semua itu.” Di dalam

program pemulihan bagi para pecandu ada slogan:

“Lepaskanlah, lalu biarlah Tuhan mengambil alih.”

Begitulah gunting pangkas itu datang lagi.

Ketika aku muda, aku ingin melakukan hal-hal

yang hebat. Lalu aku bertemu Dorothy Day, dan untuk

pertama kalinya aku mendengar dia bicara berkenaan

dengan hasil: jangan pikirkan hari esok; berhati-hatilah

dengan arah angin. Katanya: “Ada hal-hal besar yang

harus dilakukan, dan siapa yang harus melakukannya

selain kaum muda. Namun bagaimana mereka akan

melakukannya jika mereka sendiri hanya memikirkan

jaminan kehidupan mereka sendiri?” Ketika mengatakan

itu Dorothy masih lebih muda dari aku sekarang. Aku

mungkin memperbaiki nasihatnya itu, dan mungkin dia

sendiri juga akan melunakkan nasihatnya, setelah

mempunyai banyak pengalaman. Namun bagaimanapun

kami telah melakukan hal-hal yang hebat, baik secara

kebetulan, maupun berkat rahmat Allah.

Kami ikut ambil bagian dalam membongkar struktur-

struktur hukum atas perlakuan rasial di Amerika Serikat

melalui gerakan non-kekerasan (walaupun sekarang,

Berbagai Batu Pijakan

Page 182: Kedamaian 1250301025-phpapp01

184 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

empat puluh tahun kemudian, kondisi warga kulit hitam

yang sangat miskin justru lebih buruk daripada dulu).

Kami telah menyuntikkan lagi kesadaran non-kekerasan

ke dalam kalangan Katolik dan kelompok utama Protestan

(walaupun ancaman perang tetap ada sekarang ini, dan

lebih berat lagi dalam beberapa hal). Kini, suatu generasi

baru haus akan hal-hal yang bersifat kepahlawanan. “Ada

hal-hal besar yang harus dilakukan....beranilah bertindak!”

Dalam pergumulanku aku tahu bahwa hal-hal yang

terbesar adalah hanya melakukan hal-hal sehari-hari

dengan orang-orang biasa dengan semangat cinta, masuk

dalam kehidupan mereka dan membiarkan diri dikasihi

oleh mereka, dan dibimbing oleh kebutuhan komunitas

dan mengikuti suara mereka. Santa Theresa dari Lisieux

menyebutnya “jalan kecil”. Inilah yang menghasilkan

damai sejati, damai Kristus. Ini adalah buah Roh Kudus

dan ini berasal dari ranting yang dipangkas.

Kata-kata Tom banyak yang perlu dicerna sehubungan

dengan kerendahan hati dan damai. Begitu juga pemikiranDerek Wardle, seorang warga Inggris yang mengunjungiBruderhof dalam Perang Dunia Kedua dan kemudian

memutuskan untuk bergabung.

Derek dibesarkan dalam keluarga kelas menengahyang menyenangkan tetapi lalu menyadari akan adanyakemiskinan ketika ia naik kereta api melewati kawasan

East End London. Beberapa film seperti The Stars LookDown (tentang para buruh tambang batu bara Welsh)dan The Grape of Wrath juga membuka matanya dan

menyebabkan hati nuraninya bergolak untuk pertamakalinya. Kemudian ia ikut Parade Satu Mei (Hari Buruh),mengikuti protes-protes, bergabung dengan Left Book

Club, dan menjadi seorang komunis.

Seperti banyak orang Eropa pada masa itu, Derekberkata bahwa ia buta terhadap jahatnya Stalinisme. Ia

Page 183: Kedamaian 1250301025-phpapp01

185

menganggap Uni Soviet sebagai utopia sosialis. Dan sepertiumumnya anak muda waktu itu, kecenderunganpolitiknya menjadi sumber kepicikan pemikirannya. “Aku

menggolong-golongkan orang menurut hubungan-hubungan politiknya dan sangat tidak menghargai dankadang-kadang sangat membenci mereka yang tidak

sehaluan denganku.” Hanya kemudian ia melihat bahwakecongkakannya menjadi sumber kekerasan sepertikesadaran kelas borjuis yang diprotesnya di jalanan.

Pada Agustus 1939, persis sebulan sebelum perang

pecah, aku pergi ke Leipzig mengujungi sahabat pena,seorang anggota Pemuda Hitler yang dapat diyakinkan,dan mendapat pelajaran bahwa bahkan yang disebut Nazi

pun ternyata adalah orang biasa. Walaupun aku dipanggilpulang oleh orang tuaku yang khawatir setelah tiga hari,pengalamanku itu cukup mampu menghancurkan

kebiasaanku menggolong-golongkan orang sebagai “baik”dan “buruk” dan membuatku mengenal mereka sebagaiorang, manusia. Pelajaran ini mengendap dalam diriku....

Aku belajar betapa penting artinya berserah diri dalam

segala bentuk, dari perhatian yang berlebihan ataskelemahan dan kegagalan seseorang, sampai padakebanggaan dan ambisi. Kapan saja aku larut dalam

semua hal ini, aku tak dapat menikmati damai; ketikadengan rendah hati dan sepenuhnya aku berserah dirikepada Tuhan, damai itu dianugerahkan. Selalu saja suatu

pilihan, dan pilihan seperti itu juga berlaku bagi anak-anak muda sekarang. Walaupun mungkin mereka harusbelajar dengan keras untuk itu seperti yang kualami.

Ibu Teresa mengatakan bahwa pengenalan diri

membuat orang berlutut. Itulah yang juga kualami

sendiri. Aku tak lagi percaya bahwa diriku dapat

mengubah dunia. Aku yakin Tuhan bisa. Walaupun

Berbagai Batu Pijakan

Page 184: Kedamaian 1250301025-phpapp01

186 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

begitu aku masih terus memprotes ketidakadilan -

rasisme, kapitalisme, nasionalisme. Apa saja. Namun

kurasa tindakan sehari-hari yang kecil yang didorong

oleh cintalah yang membuktikan ketulusan kita, seperti

juga hal-hal besar yang kita lakukan.

Mudah sekali kita dibuat frustrasi oleh daya-daya jahat

di dunia dan menjadi pahit hati. Tetapi kita juga bisa

bersikap rendah hati dan berusaha mengubah ketidakpuasan

kita menjadi sesuatu yang positif, seperti melayani sesama.

Page 185: Kedamaian 1250301025-phpapp01

187

Ketaatan

Ia datang sebagai orang yang tidak kita kenal - tanpa

nama, sebagai orang tua di tepi danau, ia menjumpai

mereka yang tidak mengenal dirinya. Ia mengucapkan

kata-kata yang sama kepada kita: “Ikutilah Aku!” dan

memberikan tugas kepada kita, tugas yang

dikehendaki-Nya agar kita laksanakan. Ia memberi

perintah, dan kepada mereka yang mematuhi Dia,

entah mereka itu orang bijaksana, entah sederhana, ia

akan mengungkapkan diri-Nya dalam susah payah,

konflik dan penderitaan yang akan mereka lalui

bersama rekan-Nya, dan sebagai suatu misteri yang tak

dapat dikuasai, mereka akan mengenal dari

pengalaman mereka sendiri.

Albert Schweitzer

Walaupun sebagai seorang gembala jemaat, ayahku

tidak suka menggunakan istilah-istilah keagamaan.

Ia tak pernah mengingatkan kami, anak-anaknya, akan

suatu kebenaran penting menggunakan Kitab Suci untuk

menjelaskannya. Jika Papa bicara tentang belas kasih, kisah

Yesus dengan wanita di sumur segera terlintas dalam

pikiran; ketika bicara tentang keyakinan, ia akan mengutip

kata-kata Yohanes dalam Kitab Wahyu tentang Allah yang

memuntahkan dari mulut-Nya mereka yang acuh tak acuh,

dan untuk menggambarkan pentingnya kepatuhan atau

ketaatan ia menggunakan perikop di mana Yesus mengirim

murid-murid-Nya untuk mendapatkan tunggangan.

Ketika Yesus menyuruh dua orang agar pergi dan

mendapatkan tunggangan bagi-Nya, mereka tak punya

tugas lain di dunia ini yang lebih penting daripada

Berbagai Batu Pijakan

Page 186: Kedamaian 1250301025-phpapp01

188 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mendapatkan tunggangan itu. Orang lain mungkin

berkata kepada mereka: “Kamu dipanggil untuk

melakukan hal-hal yang lebih besar; siapa saja dapat

pergi untuk mendapatkan seekor keledai bagi Kristus.

Bagiku dan bagi setiap orang, aku berharap dapat

melakukan tugas yang diperintahkan Tuhan agar aku

laksanakan, besar maupun kecil dengan penuh

kesediaan. Tidak ada yang lebih besar daripada

ketaatan kepada Kristus.

J.Heinrich Arnold

Bagi kebanyakan dari kita, ketaatan adalah sesuatu

yang melekat. Kita menamakan diri murid-murid, tetapi

kita kekurangan kegembiraan dan kepatuhan yang

seharusnya menjadi bagian dari sebutan murid itu. Bahkan

ketika tugas yang ada di depan kita bersifat langsung,

kita mungkin terhambat oleh kesombongan kita sendiri

untuk melaksanakannya, dan karena itu kita tidak maju

dalam upaya kita mendapatkan damai.

Hal ini tidak mengherankan dalam masyarakat kita

yang memuja perorangan dan individualisme. Sejak kecil

kita diajari, dan kemudian kita mengajari anak-anak

pentingnya mengikuti naluri kita sendiri untuk

menunjukkan prakarsa, dan untuk mengembangkan

keterampilan memimpin. Semua ini baik dan tepat. Namun

bagaimana dengan sisi lain tentang pentingnya kepatuhan

yang juga bernilai? Kapan kita belajar bahwa kepentingan

diri kita tidak selalu sama dengan apa yang dikehendaki

Tuhan, dan bahwa kecenderungan kita untuk menjadi tuan

dari diri kita sendiri dan melakukan urusan diri kita sendiri

mungkin lebih banyak menghasilkan buah-buah yang buruk

daripada buah-buah yang baik?

Yang menyedihkan, orang-orang yang mau mengikuti

orang lain tanpa pamrih (atau bila tanpa tuntutan

Page 187: Kedamaian 1250301025-phpapp01

189

pengorbanan) sering kali dipandang lemah, atau telah

mengalami cuci otak. Otoritas, termasuk otoritas ilahi,

dipandang remeh. Gagasan menghormati ayah atau ibu

dinilai ketinggalan zaman; hormat kepada orang yang

lebih tua merupakan praktik masa lalu, dan Tuhan sering

dijadikan obyek dari sikap pemberontakan yang kasar.

Kita melupakan ketidaktaatan bangsa Israel dan

kemarahan Tuhan yang menjadi akibatnya berulang kali.

Kita juga lupa bahwa damai yang kita cari bersumber

dari Sang Pencipta yang menertibkan kekacauan alam.

Tuhan menciptakan hidup dari yang dulunya hanya

“kekosongan dan debu.” Ia bukan Tuhan kekacauan, tapi

Tuhan kedamaian.

Jalan yang berubah dari penentuan diri sendiri beralih

menjadi ketaatan suka rela bukanlah jalan yang mudah.

Bahkan bagi Yesus sendiri, pertarungan yang paling berat

adalah dalam hal ketaatan. Dalam malam terakhirnya

yang panjang di Taman Getsemani, Dia bergumul sampai

mengeluarkan keringat darah demi ketaatan: “Ya Bapa,

sekiranya mungkin biarlah cawan ini berlalu daripada-

Ku.” Tetapi kemudian Ia dapat berkata: “Bukan

kehendak-Ku, Bapa, tetapi kehendakMu.”99

Ketaatan dikatakan sebagai akar dari rahmat, namun

perkataan itu tidak djelaskan lebih lanjut. Dorothy Day

juga merasakan panggilan pemuridan itu (walaupun samar-

samar) pada masa mudanya. Tetapi mula-mula Ia terjun

dalam “hal-hal yang lebih penting.” Ia terjun dalam arus

kegiatan kewartawanan, dan kemudian politik; kemudian

ia menyukai perjalanan dan cita rasa Gempita Tahun Dua-

Puluhan di New York City, Italia, dan Hollywood. Ia

membuat novel, beberapa naskah film, aborsi, perkawinan

99 Mat 26:36-48 par

Berbagai Batu Pijakan

Page 188: Kedamaian 1250301025-phpapp01

190 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

yang berumur pendek, dan punya anak. Namun masih

belum jelas baginya bahwa ia melarikan diri dari Tuhan,

dan bahwa segala kerinduannya tak akan pernah tercapai

sebelum ia taat kepada-Nya.

Lalu tibalah suatu malam yang tak akan terlupakan

di sebuah bar di Greenwich Village ketika seorang

temannya, penulis drama Eugene O’Neill, membacakan

puisi Francis Thompson “Hound of Heaven” (Seruan Surga)

baginya – suatu sajak yang berisi pesan yang membuatnya

tercenung. Sajak itu antara lain berbunyi:

Aku lari dari-Nya, siang dan malam

Aku lari dari-Nya, menyusuri bentangan tahun-tahun

Aku lari dari-Nya, bersembunyi dalam lorong ruwet berliku

Dalam pikiranku sendiri; dan dalam kabut air mata

Aku sembunyi dari-Nya, juga di bawah arus tawa ria.

Dorothy mengalami apa yang disebut pertobatan.

Teman-temannya yang berhaluan kiri mengejek dirinyasetelah tahu Dorothy punya minat baru membaca KitabSuci: bukankah Dorothy, yang adalah seorang sosisalis

radikal, berasal dari kelompok orang yang tahu bahwaagama hanyalah semacam kruk bagi orang yang lemah?Tetapi Dorothy justru memantapkan dirinya, Yesus

menjanjikan masyarakat baru yang adil dan damai yangselama ini mereka cari-cari, katanya; dan jika orang-orang Kristiani yang mereka kenal adalah orang-orang

yang munafik yang bermental lembek, itu bukan salahYesus. Dorothy mencoba mengikuti Yesus.

Ketika Dorothy Day meninggal pada tahun 1980, jelas

bahwa yang telah dilakukannya bukan sekadar mencobasaja. Terguncang oleh situasi tanpa harapan karenaterjadinya jutaan pengangguran di tahun-tahun malaise100,

ia melepaskan ambisinya untuk menjadi penulis terkenal,

Page 189: Kedamaian 1250301025-phpapp01

191

dan menghabiskan sisa umurnya untuk melayani Allah dankaum miskin, yang pada wajah mereka ia melihat Yesus.Walaupun ia memublikasikan pandangan-pandangannya

akan non-kekerasan dengan tindakan-tindakan pemogokandan pembangkangan sipil (karena itu ia dipenjara beberapakali), atau “mewartakan Sabda melalui buku-buku dan

artikel di dalam koran; ia begitu yakin bahwa Kristusmeminta lebih dari sekadar kata-kata saja.

Sejauh yang dikatakan Dorothy, Yesus mengharapkan

“karya belas kasih”: memberi makan mereka yang

kelaparan, memberi tumpangan pada kaum gelandangan,

mengunjungi orang sakit, dan mencuci ratusan piring dan

mangkuk kotor dari ratusan tamu-tamu yang ribut, yang

sering juga tak tahu terima kasih yang antre pembagian

makanan dari hari ke hari, tahun demi tahun. Inilah yang

dilakukan dengan suka cita dalam gerakan Catholic

Worker, sebuah rumah singgah bersama yang dengan ramah

menyediakan segala bagi tamu-tamu siapa saja, yang

didirikannya di kawasan Lower East Side kota New York.

Seringkali alasan ketidaktaatan kedengaran cukup

logis: kita kurang berani, kurang kuat, tidak punya visi

yang jelas; kita merasa tidak cocok untuk tugas di

hadapan kita. Dan sama seringnya, alasan yang ada

adalah alasan yang tidak mulia: malas, sombong, keras

hati dan cinta diri. Ibu Teresa, ketika berbicara tentang

tahun-tahun yang dialaminya bersama para Misionaris

Suster Cinta Kasih, menangani akar dari masalah ini:

yaitu hasrat kita untuk mendapatkan pengertian mengapa

kita harus melakukan sesuatu yang diperintahkan agar

kita lakukan, dan kemudian godaan, yang kita tahu,

untuk melakukannya dengan cara kita sendiri.

100 Depresi ekonomi, 1929-1939

Berbagai Batu Pijakan

Page 190: Kedamaian 1250301025-phpapp01

192 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Memang benar karya Anda bisa dilaksanakan

dengan lebih baik, jika Anda tahu bagaimana Tuhan

menghendaki agar Anda melakukannya. Tetapi Anda

tak akan mengetahui hal itu selain melalui ketaatan.

Taatlah kepada atasan Anda, persis seperti tanaman

merambat Ivy101. Tanaman itu tidak akan hidup jika

tidak berpegang kuat pada sesuatu. Anda tak akan

tumbuh ataupun menghayati kesucian kalau tidak

berpegang teguh pada ketaatan. Maka setialah dalam

hal-hal kecil. Di dalam ketekunan dan ketaatanlah

terdapat kekuatan sejati.

Seperti pada umumnya anggota baru dalam suatu

komunitas religius, juga dalam komunitasku, para novis

dalam ordo Ibu Teresa mengungkapkan kaul ketaatan

ketika mereka bergabung. Tetapi menghayati kaul itu

merupakan tugas sepanjang hayat seperti yang

diungkapkan Thomas Merton dalam sepucuk suratnya

kepada seorang sahabat mudanya:

Kamu boleh jadi sedang berusaha membangun

citra dirimu sendiri dalam pekerjaanmu, dari apa yang

kamu lakukan, dan dari kesaksian hidupmu. Boleh

dikatakan, kamu menggunakannya untuk melindungi

dirimu dari perasaan tidak berarti, dari suatu

pengosongan. Ini bukan pemanfaatan pekerjaanmu

yang benar: semua kebaikan yang kamu lakukan bukan

berasal dari dirimu, tetapi dari fakta bahwa kamu

menyediakan diri, dalam kekuatan iman, untuk

menjadi alat kasih Tuhan. Pikirkanlah hal ini lebih

banyak, dan pelan-pelan kamu akan dibebaskan dari

keinginan untuk membuktikan dirimu sendiri, dan

lebih terbuka kepada daya kekuatan yang akan bekerja

melalui dirimu tanpa kamu sadari.

101 Hedera

Page 191: Kedamaian 1250301025-phpapp01

193

Pada akhirnya yang terpenting adalah hidup, bukan

mencurahkan semua hidupmu untuk melayani suatu

mitos; dan kita mengubah hal yang terbaik itu menjadi

mitos. Jika kamu dapat membebaskan dirimu dari

cengkeraman macam-macam alasan dan tujuan itu dan

hanya mengabdi kepada kebenaran Kristus saja, kamu

akan dapat melakukan lebih banyak hal lagi dan akan

tidak terlindas oleh berbagai kekecewaan yang tak

terhindarkan. Sebab aku hanya melihat dalam lorong itu

banyak kekecewaan, frustrasi, dan kebingungan belaka.

Harapan kita yang sebenarnya bukanlah pada

sesuatu yang kita kira dapat kita lakukan, melainkan

pada Tuhan yang membuat sesuatu menjadi kebaikan

dari apa yang kita lakukan, dengan cara yang tidak kita

ketahui. Jika kita dapat melaksanakan kehendak-Nya,

kita niscaya membantu dalam proses itu. Namun kita

tidak perlu tahu segala sesuatu tentang itu sebelumnya.

Suatu cerita dalam Kitab Kedua Raja-raja membuat

pokok yang sama mudah diingat. Ketika Naaman, seorang

panglima raja, pergi menemui Nabi Elisa dan memohon agar

dia menyembuhkan lepra yang disandangnya, nabi itu

menyuruh Naaman pergi dan mandi di Sungai Yordan tujuh

kali. Naaman yang merasa dipermainkan pulang dengan

marah-marah. Tak lama kemudian para pembantunya

berusaha bicara dengannya: “Jika nabi itu menyuruh perkara

yang sukar kepadamu, bukankah akan Anda lakukan juga?

Apalagi sekarang, turutilah dia!”102 Akhirnya Naaman dapat

dibujuk; walaupun masih marah dan malu, ia membenamkan

diri dengan patuh tujuh kali ke dalam sungai. Kita membaca:

“Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak,

dan ia menjadi sembuh.”103.

102 2Raj 5:13

103 2Raj 5:14

Berbagai Batu Pijakan

Page 192: Kedamaian 1250301025-phpapp01

194 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Daniel Berrigen menunjukkan secara umum, di dalam

Kitab Suci, tindakan iman terbesar yang dilakukan tanpa

memerhitungkan hasil atau keberhasilannya. Abraham

mengambil anaknya dan pergi ke gunung, karena Tuhan

memerintahkan padanya melakukan itu. Malaikat Gabriel

datang dengan berita yang sangat sulit dipercaya, dan Maria

begitu saja percaya dan mematuhinya.

Melompat ke abad kedua-puluh, surat-surat Ewald

von Kleist, seorang korban pembantaian Nazi,

mengandung kesaksian atas kesediaan dan kepatuhan

yang sama. Salah satunya dikutip di sini:

Carilah damaimu dalam Tuhan dan kamu akan

mendapatkannya. Ia akan memegang tangan kita,

membimbing kita dan akhirnya menerima kita dalam

kemuliaan. Dan taatilah kehendakNya; ia akan

mengurus segala sesuatunya.

Jangan pernah, jangan sekalipun pernah, walau di

relung yang paling dalam dari hatimu, engkau

memberontak pada apa yang ditimpakan Tuhan

kepadamu, maka kamu akan tahu betapa ringannya

menanggung segala sesuatu. Aku tidak menulis satu kata

pun yang tidak berdasarkan pengalaman diriku sendiri,

dengan bersyukur kepada Tuhan. Ini benar untuk

selamanya. Semua ini tidak begitu saja jatuh ke pangkuan

kita. Perlu diperjuangkan terus-menerus dengan diri sendiri

setiap hari, bahkan dalam pergumulan setiap jam. Namun

rasa bahwa engkau diberkati dalam dirimu menebus

segalanya, dan tak akan pergi darimu. Percayalah padaku.

Aku telah mengalaminya.

Seorang yang sinis mungkin berkata bahwa Kleist

bisa melihat hal itu begitu jelas karena ia tak punyapilihan lain, dan dalam hal tertentu mungkin penilaianitu benar. Bagi seseorang yang berada di depan pintu

kematian, hal-hal yang penting dalam hidup bisa sangat

Page 193: Kedamaian 1250301025-phpapp01

195

meringankan. Namun sikap Kleist “Jangan pernah, jangansekalipun pernah berontak” - merupakan tantangan gandamengingat keadaannya. Atas dasar hukuman mati yang

akan diterimanya, sikapnya itu tak akan mengubahnasibnya. Ketaatan tidak akan menyelamatkannya.

Di antara kita yang mengalami pencobaan denganbegitu banyak pilihan biasanya akan lebih memuaskan

diri sendiri dan mengikuti hasrat diri. Kita mungkin tidaklari dari suatu tugas atau panggilan yang kita kenali. Kitaakan mencari suatu “pemecahan” dan solusi di mana saja

kecuali di tempat di mana jawaban Tuhan menungguseperti yang dialami orang Israel kuno, kita lebih sukamengikuti rencana kita sendiri dan meninggalkan Tuhan

dengan kebodohan kita.

Sebab perintah ini yang kusampaikan kepadamupada hari ini, tidaklah selalu sukar bagimu dan tidak pulaterlalu jauh. Tidak di langit tempatnya sehingga engkauberkata “Siapakah yang akan naik ke langit untukmengambilnya bagi kita dan memperdengarkannyakepada kita, supaya kita melakukannya? Juga tidak diseberang laut tempatnya sehingga engkau berkata :“Siapakah yang akan menyeberang ke seberang lautuntuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannyakepada kita, supaya kita melakukannya?” Tetapi firmanini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dandi dalam hatimu, untuk dilakukan.

Ulangan 30:11-14

Berbagai Batu Pijakan

Page 194: Kedamaian 1250301025-phpapp01

196 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Keputusan

Jika tidak dimintakan sesuatu langkah yang pasti,

panggilan pun lenyap di udara yang tipis. Dan jika orang

membayangkan diri mereka dapat mengikuti Yesus tanpa

melangkah, mereka itu bermimpi seperti kaum fanatik.

Walaupun Petrus tidak mengalami pertobatan sendiri,

namun toh ia dapat meninggalkan pukatnya juga.

Dietrich Bonhoeffer

Ada benang merah yang menghubungkan pria dan

wanita yang pandangannya tercantum dalam bukuini, yaitu bahwa dalam diri mereka pil ihan dankehendak bebas berperan dalam upaya mereka mencari

damai. Bisa saja damai adalah suatu anugerah tetapidamai juga merupakan “mutiara yang sangat berharga”yang dicari . Dan bagaimanapun tempat untuk

mendapatkan dan mengupayakannya sekuat tenagaharus ditentukan lebih dulu, melalui suatu keputusan.

Victor Frankl menulis bahwa damai adalahkebebasan di hadapan tiga hal: naluri kita atau “kodrat

alam yang rendah,” sikap atau kecenderungan bawaan,dan lingkungan kita.

Pastilah orang punya naluri, namun naluri-naluri itu

janganlah menguasai dirinya. Mengenai faktor bawaan,

penelitian tentang sifat-sifat turunan menunjukkan betapa

tingginya kebebasan manusia berhadapan dengan

kecenderungam bawaan itu. Dalam hal lingkungan, kita

tahu bahwa lingkungan tidak menciptakan orang, tetapi

segalanya bergantung pada apa yang dilakukan orang pada

lingkungan dan pada sikapnya terhadap lingkungan.

Page 195: Kedamaian 1250301025-phpapp01

197

Maka manusia bukanlah semata-mata produk

dari keturunan dan lingkungan. Ada unsur yang lain:

keputusan. Akhirnya orang mengambil keputusan

bagi dirinya sendiri! Dan pada akhirnya, pendidikan

haruslah pendidikan menuju daya kemampuan

untuk mengambil keputusan.

Frankl melanjutkan: Beberapa di antara kitamembuat pilihan hidup yang penting dengan kepastiantertentu. Jika kita menarik kembali keputusan itu dan

melakukan kompromi sana-sini, kita seringkali kurangpunya pendirian yang teguh. Oleh karena itu kita selaluberada dalam situasi cemas gelisah. Sering kita berjalan

tanpa rencana dan sikap kita sehari-hari hanyalahmenunggu apa saja yang datang kepada kita. Padakesempatan lain kita berserah pada nasib saja (fatalistik)

dan bersikap seperti pecundang. Suatu ketika kita tampakngelumpruk tak punya tulang belakang dan sama sekalitidak mempunyai pendapat yang jelas; dalam waktu yang

lain kita berpegang kuat dan keras kepada suatu gagasandan menjadi fanatik. Akhirnya, kata Frankl, semua gejalaini dapat dilacak kembali pada situasi kita yang takut

bertanggungjawab dan buahnya adalah keterombang-ambingan tanpa keputusan.

Pada dasarnya beberapa pilihan yang kita hadapimudah dibuat, sementara yang lainnya hanya dapat

dilakukan dengan pergulatan batin yang sangat berat.Namun kemudian Tuhan dapat membimbing kita untukmengambil langkah yang tepat jika kita terbuka kepada

pimpinan dari-Nya. Aku tidak bicara soal kilat ataugemuruh di sini (banyak di antara kita tampaknyamendapat jawaban segera tanpa berdoa), tetapi yang

kumaksud adalah “saat-saat rahmat” - yaitu waktu-waktuketika Tuhan datang mendekat pada kita, melunakkanhati kita. Dan membuka telinga hati kita bagi Sabda-Nya.

Berbagai Batu Pijakan

Page 196: Kedamaian 1250301025-phpapp01

198 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Saat-saat rahmat semacam itu mungkin kita alami

sekali, dua kali atau bisa berkali-kali. Jika kita terbuka

pada saat-saat seperti itu, suara Allah mungkin terdengar

begitu jelas sehingga jalan ke depan yang harus kita

tempuh tampak jelas. Alfred Delp menulis:

Ada masanya dalam kehidupan setiap orang kita

merasa begitu jijik dengan diri sendiri, ketika kesadaran

akan kegagalan kita mengoyak topeng keyakinan diri

dan pembenaran diri, dan kenyataan pun

memunculkan diri - sekalipun hanya sebentar.

Momentum kebenaran seperti itu dapat menghasilkan

perubahan yang sifatnya permanen. Namun kita punya

kecenderungan alamiah untuk menghindar. Ini karena

kesombongan dan sikap pengecut kita (dan kesadaran

kita bahwa satu-satunya jalan keluar dari situasi adalah

merendahkan diri dan berserah kepada Allah)

menggoda kita untuk menganggap momentum

semacam itu tidak nyata dan palsu.

Kejutan yang membangkitkan semangat mungkin

baru terasakan ketika dosa sudah sedemikian jauh

sehingga akhirnya menyerap seluruh keyakinan diri kita,

dan memaksa kita mawas diri lebih dekat lagi. Segalanya

bergantung pada sikap kita, apakah kita serius

menanggapi hilangnya keyakinan diri ini (yang adalah

sungguh-sungguh hilangnya kebanggaan), atau kita

menyepelekannya sebagai sekadar suatu “kelemahan”.

Berusaha buru-buru lepas dari saat-saat seperti itu

bisa berarti tenggelam lebih dalam lagi pada kesalahan

dan dosa. Segala sesuatu malahan jadi lebih buruk lagi.

Kita akan menjadi “kebal” pada dosa dan tidak bisa lagi

membedakan yang salah dan yang benar. Seringkali kita

malahan berakhir dengan membedakan kesalahan kita

dengan klise yang saleh seperti “determinasi diri” - “hak

untuk memilih” dan sebagainya.

Page 197: Kedamaian 1250301025-phpapp01

199

Dalam suratnya baru-baru ini, John Winter, seorang

anggota komunitasku dalam usianya yang tujuh puluhan,

menulis bahwa bagian dari hidupnya yang paling subur

adalah ketika ia melakukan keputusan yang kokoh dan

bermaksud bertahan apa pun yang akan terjadi.

Aku meninggalkan sekolah pada usia enam

belas tahun dan mulai bekerja di suatu laboratorium,

perusahan yang membuat pipa timah dan cat dan

pada malam hari pergi ke London, belajar untuk

memperoleh gelar di bidang sains. Masa itu adalah

masa yang berat: bekerja di siang hari, naik kereta,

lalu kuliah dan naik kereta malam (pulang di rumah

jam sebelas malam) dan membuat pekerjaan rumah

di akhir pekan. Ketika umurku sembilan belas tahun

aku harus melakukan wajib militer. Aku seorang

pecinta damai, maka aku memutuskan untuk

mengikuti wajib militer namun dengan keberatan

yang kusadari. Ketika aku memberitahu atasanku,

ia menunjukkan bahwa perusahaan sekarang sedang

membuat peluru, bukan lagi pipa dan cat. Dan bahwa

pendirianku itu tidak sejalan dengan perusahaan

tempatku bekerja. Aku terguncang, dan aku masih

dapat mengingat akhir pekan itu seolah-olah hari ini,

ketika selama berjam-jam aku memikirkan apa yang

harus aku lakukan. Sejujurnya aku tak dapat

melanjutkan pekerjaan itu, namun rasanya tak

terpikirkan pula untuk meninggalkannya.

Seorang temanku yang pecinta damai juga

mengalami ketegangan serupa. Namun kemudian karena

tidak bisa menemukan dasar yang kuat untuk menolak

berperan-serta dalam perang ia mengubah pendiriannya

dan bergabung dengan Angkatan Udara Inggris.

Pada akhir pekan itu – ketika aku harus memilih

apakah aku akan tetap bertahan pada keyakinanku

tentang perang dan bertindak atas dasar itu, ataukah

Berbagai Batu Pijakan

Page 198: Kedamaian 1250301025-phpapp01

200 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

akan melanjutkan hidup seperti biasa – merupakan saat

yang menentukan bagiku. Aku tidak bisa tidur selama

beberapa jam, tapi akhirnya aku tahu apa yang harus

kulakukan: melepaskan pekerjaanku.

Sepertinya suatu soal kecil sekarang, namun

kemudian ternyata jadi soal besar bagiku. Mungkin

tidaklah pertama kalinya aku sungguh-sungguh memilih

di antara berbagai harapanku sendiri dan apa yang

dikehendaki oleh hati nuraniku agar kulakukan. Yang

dapat kukatakan sekarang, lima puluh delapan tahun

kemudian ialah pada saat itu aku mengalami damai yang

diberikan Tuhan. Sejak itu aku harus memikirkannya

beberapa kali dalam hidupku, ketika hati nuraniku

mendesak agar mengambil suatu keputusan yang pada

mulanya tak kuinginkan. Setiap kali aku mengikuti hati

nuraniku, aku merasa dibimbing mendapatkan kedamaian

hati, yang sepenuhnya benar dan tak dapat kulukiskan.

Di pihak lain dari persoalan yang sama, kehidupan

juga membuatku sadar bahwa jika Anda mendengar

suatu panggilan dan tidak Anda ikuti, maka sesuatu

terjadi dalam diri Anda, dan mungkin ketika Tuhan

bicara kepada Anda di kemudian hari, Anda tak akan

dapat mendengarkannya dengan jelas. Tuhan mungkin

juga tidak akan pernah menyerah memanggil kita,

ketika kita membanggakan diri dan keras kepala, tetapi

aku merasa yakin aku tiba di suatu titik di mana kita

merasa sudah sangat terlambat.

Sesudah melepaskan pekerjaanku, aku menganggur

selama beberapa bulan. Aku mencari-cari pekerjaan yang

tidak ada hubungannya dengan perang, tapi tak

mendapatkannya. Atau setidaknya, tidak ada yang sesuai

dengan pendidikan dan pengalamanku, dan mengganggur

adalah sesuatu yang mengerikan. Aku bahkan tak dapat

bekerja di kantor atau toko. Namun tak dapat kusangkal

bahwa ketika aku merasa damai karena apa yang telah

kulakukan, aku merasa hidupku berada di tangan Tuhan.

Page 199: Kedamaian 1250301025-phpapp01

201

Kita semua mengenal orang yang (berbeda dari John)tidak memperoleh damai dalam dirinya, karena tidakberpegang teguh pada suatu keputusan. Orang seperti itu

menjalani hidup bagaikan kapal layar tanpa kemudi, yangbergeser arahnya karena tiupan angin yang paling kecilsekalipun dan hanya mencapai tujuannya dengan melewati

kesulitan. Ada yang sama sekali tak pernah sampai ketujuan, namun tahun demi tahun berusaha memutuskanuntuk mengetahui apa yang akan mereka hadapi. Yang

paling buruk, sikap yang terus terombang-ambing sepertiitu mengarah kepada emosi yang tidak seimbang danbahkan ketidakseimbangan mental seluruhnya.

Sehubungan dengan iman, adanya keputusan yang pasti

sangat penting demi hidup yang sehat dan produktif. Yesusmenawarkan kedamaian tanpa akhir, namun pertama-tama,Ia meminta janji kesetiaan tanpa akhir pula. Mungkin alasan

banyak orang yang tidak mengalami damai seperti itu adalahkarena tidak bersedia terbuka diketahui orang lain. Akuselalu menyukai kata-kata, “Jikalau kamu tidak makan

daging anak manusia dan minum darahNya, kamu tidakmempunyai hidup dalam dirimu.”104 Itu bukanlah filsafat yangperlu direnungkan atau dianalisis. Kata-kata itu merupakan

pernyataan langsung, dan kita harus menentukan apakah kitamenolaknya atau menerimanya. Tak seorang pun dapat acuhtak acuh terhadap Yesus. Kita harus menentukan, apakah

kita bersama Dia atau melawan Dia.

Bart (nama samaran) adalah seorang anak mudadalam komunitas saya. Ketika umurnya menjelang duapuluh satu tahun ia berada di peringkat atas dalam

kelasnya pada suatu universitas yang bergengsi di PantaiTimur Amerika dan ia sedang menunggu wisuda. Iasudah menerima tawaran kerja yang baik. Namun Bart

104 Yoh 6:53.

Berbagai Batu Pijakan

Page 200: Kedamaian 1250301025-phpapp01

202 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

tidak sepenuhnya bahagia. Di relung hatinya ia melihatkekosongan hidupnya sepintas kilas, dan berangsur-angsurmendapat gagasan untuk melepaskan semuanya dan

pulang kembali ke komunitasnya di mana ia dibesarkan,walaupun hal itu berarti harus melepaskan talenta, waktudan uang yang menjadi tujuan umumnya, dan bekerja di

mana dia dibutuhkan. Pada pertengahan semesterterakhir Bart meninggalkan sekolahnya dan menulis suratberikut ini, yang diizinkannya untuk dikutip di sini:

Aku sungguh-sungguh terkoyak selama dua hariyang lalu. Di satu pihak, aku merasa sangat tertarik untuk

meneruskan kuliah, memperoleh gelar, mendapatpekerjaan dan melakukan sesuatu yang hebat sepertimenjadi penyiar radio. Aku berusaha memikirkan alasan

untuk tinggal di sini, melakukan pekerjaanku sendiri,terpisah dari komunitas dan apa saja. Tapi akhirnya akusadar bahwa aku tak dapat memutuskannya.

Kemarin malam aku membaca Injil Matius tentang

para murid yang meninggalkan jala dan berlari mengikutiYesus. Itulah yang sekarang harus kulakukan: pergi segeradari tempat ini, meninggalkan bagianku dalam hal

pengetahuan teori dan banyak keterampilan praktis,namun tidak banyak yang lain, sekurang-kurangnyadalam hal pertumbuhan pribadi atau rohani....

Kadang-kadang Anda harus membuat keputusan

tanpa benar-benar tahu mengapa dan tidak memahamiapa yang Anda lakukan. Aku benar-benar tidakmengetahui alasannya mengapa aku memutuskan seperti

ini, namun lagi-lagi tak seorang pun dari kita sungguhtahu apa yang sedang dilakukannya. Aku harus lebihpercaya kepada Tuhan. Aku menduga Dia sedang

memberitahu sesuatu kepadaku sekarang ini, dan akuberharap dapat mendengarkan Dia.

Jika keputusan seperti itu tampak gila-gilaan, hal itu

bukan karena menyimpang dari kebiasaan umum.

Page 201: Kedamaian 1250301025-phpapp01

203

Keputusan itu malah berlawanan dengan gagasan umum,

bahwa sekalipun kita dengan jelas mendengar panggilan

Tuhan, namun akan lebih cermat dan hati-hati bila orang

berhenti dulu dan mempertimbangkannya seperti ucapan

klise “berdoa tentang itu”. Namun bukankah Yesus

menyuruh para murid untuk meninggalkan jala dan

mengikuti Dia?105 Dan bukanlah Dia menasihati kita agar

membiarkan orang mati menguburkan orang mati?106.

Mungkin kita begitu yakin bahwa Dia memberi kita cukup

waktu untuk menimbang pilihan-pilihan kita. Marilah kita

mohon agar Tuhan membantu kita melihat jalan hidup

yang kita ambil dari sudut pandang iman. Lalu segalanya

akan mendapatkan tempatnya dengan tepat.

Pertanyaan di mana kita hidup dan apa yang akan

dilakukan sungguh-sungguh tidak penting dibanding

pertanyaan tentang bagaimana memusatkan perhatian dan

hati kita pada Tuhan. Aku bisa mengajar di Universitas

Yale, bekerja di toko roti di Genesse Abbey, atau berjalan-

jalan bersama anak-anak miskin di Peru dan merasa sama

sekali tak berguna, sedih dan tertekan dalam semua itu.

Masalahnya bukanlah tempat yang tepat, pekerjaan

yang tepat, panggilan atau pelayanan yang tepat. Aku

bisa senang atau tidak senang dalam semua situasi. Aku

yakin, karena aku telah mengalaminya. Aku bisa merasa

sedih dan gembira dalam situasi baik berkelimpahan

maupun miskin, baik populer maupun tidak dikenal, baik

berhasil maupun gagal. Perbedaannya tidak terletak pada

keadaannya, melainkan pada keadaan hati dan pikiranku.

Jika aku tahu aku berjalan bersama Tuhan aku selalu

merasa bahagia dan damai. Namun ketika aku

terperangkap dalam keluhan dan kebutuhan emosionalku

sendiri, aku akan selalu merasa resah dan terpecah belah.

105 Mat 4:18-22.

106 Mat 8:22

Berbagai Batu Pijakan

Page 202: Kedamaian 1250301025-phpapp01

204 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Itulah kebenaran sederhana yang kusadari

sekarang, setiap kali aku mengambil keputusan tentang

masa depanku. Mengambil keputusan ini atau itu, atau

yang lain untuk lima, sepuluh atau dua puluh tahun ke

depan bukanlah keputusan besar. Berpalinglah

sepenuhnya, tanpa syarat dan tanpa takut pada Tuhan.

Kesadaran itu niscaya membebaskan diriku.

Henri J.M. Nouwen

Page 203: Kedamaian 1250301025-phpapp01

205

Pertobatan

Orang jatuh berdosa bukan hanya karena ia makhluk

yang tidak sempurna dan membutuhkan perbaikan: dia

seorang pemberontak yang harus meletakkan senjatanya.

Letakkan senjatamu, menyerahlah, katakanlah kamu

menyesal, sadarilah bahwa kamu telah salah jalan dan

bersiaplah untuk memulai hidup baru dari awal lagi - hanya

itulah jalan keluar dari suatu lubang. Proses penyerahan

ini, gerak cepat putar haluan ini oleh orang Kristiani disebut

sebagai pertobatan.

C.S. Lewis.

ertobatlah, karena Kerajaan Surga sudah dekat!”

Mungkin ayat dari kita Kitab Suci107 ini sangat

sering didengar, namun selama sekian generasi orang-orang

Kristiani begitu buru-buru menghindari konsekuensinya

setelah mendengarkannya. Seruan ini mengajak kita

rendah hati, lembut, dan baik hati. Namun gundah kelana?

Mengakui kesalahan dan menangisinya? Bertobat? Biarpun

terasa keras, tetapi memang tidak ada damai tanpa

penyesalan. Sebagaimana penderitaan Kristus di kayu salib

tetap tak berguna bagi kita selama kita menolak menderita

bersama-Nya. Kebangkitan-Nya tetap dijanjikan pada kita,

hanyalah jika kita bersedia turun bersamanya menempuh

maut. Tidak ada hidup baru tanpa kematian.

Sesal tobat berarti mematikan manusia lama, Adam

yang lama. Itu berarti meninggalkan kebobrokan dunia

dosa dan menempatkan diri dengan rela dan suka cita di

bawah sinar terang Allah, yang melihat apa yang

107 Mat 3:2

”B

Berbagai Batu Pijakan

Page 204: Kedamaian 1250301025-phpapp01

206 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

tersembunyi dalam hati manusia. Ketika seorang

menyesali dosanya, hatinya yang dari batu lalu berubah

menjadi hati dari daging dan setiap gagasan dan setiap

perasaannya diubah bersama-sama. Seluruh penampilan

orang itu pun berubah.

Sebagai seorang konselor, salah satu sebab yang

paling sering menyebabkan kemelut emosional, sejauh

yang kuperhatikan, adalah sikap melawan moral. Aku

tak mengatakan bahwa hawa-nafsu itu lebih buruk dari

dosa lain. Rasul Paulus mengatakan dengan tegas bahwa

kesombongan dan cinta diri, misalnya, sungguh melawan

Tuhan. Sesungguhnya, dosa-dosa itu sulit diatasi

dibanding dosa lain karena tidak begitu jelas. Namun

karena seksualitas kita adalah hal yang paling dilindungi,

sesuatu yang paling intim bagi kita, maka dosa seksual

yang tersembunyi sering paling berat membebani.

Beberapa tahun yang lalu seorang wanita muda

mengunjungi komunitas kami. Sue (bukan nama

sebenarnya) dibesarkan dalam suatu keluarga yang

terpelajar dan secara materi serba kecukupan. Tetapi

keadaannya menyedihkan. Ia merindukan damai dan

kepenuhan hidup, namun ia dibebani oleh rasa benci diri

dan penyesalan, ia merasa begitu cemas dan habis.

Jika seorang bertanya kepadaku pada tahun1972 apa artinya “damai”, aku akan bilang,“berakhirnya Perang di Vietnam”. Dibesarkan padatahun enam puluhan, aku tak tahu makna damaiyang lebih dalam dari itu.

Sebagai salah satu dari empat anak dari seorangayah pecandu alkohol yang sering melakukan kekerasan,aku adalah hasil dari keluarga yang tidak berfungsi: kelasmenengah yang tidak bahagia. Pada umur sembilan atausepuluh tahun aku sudah bermain-main dengan seks.

Page 205: Kedamaian 1250301025-phpapp01

207

Aku memerhatikan bahwa jika seorang anak lelakitetangga “menginginkan “ aku, aku berkuasa atas dia,dan aku mulai menggunakan penampilankusepenuhnya. Aku memimpin banyak anak laki-laki danpria dengan cara ini tanpa bermaksud melakukan seksdengan mereka. Aku hanya ingin mengendalikanmereka. Namun sedikit pun tak kusadari bahwa belenggujahat mengikatku sedikit demi sedikit.

Pada tahun 1968 ketika umurku empat belas tahun,saudaraku perempuan dan suaminya meninggal diapartemen mereka. Menikah baru tiga bulan denganseorang anggota angkatan laut, hidup wanita dua puluhdua tahun yang cantik itu berakhir. Apa karenapertengkaraan? Apakah lelaki itu putus asa? Apakah itusebabnya ia pergi berperang ke Vietnam? Hanya duatubuh tak bernyawa dan sepucuk pistol yang tertinggalketika aku dan saudara perempuanku yang lainmemasuki kamar itu saja yang bisa cerita....

Kehidupan Sue kacau-balau setelah kejadian itu.

Setelah bereksperimen dengan papan Oujia untuk

berkomunikasi dengan roh dan jampi-jampi dan mantra-

mantra, ia diliputi oleh ketakutan yang mendalam akan

dunia supranatural dan merasa dihantui oleh arwah

saudarinya. Namun ia tak dapat menceritakan kepada

orang lain ketakutan-ketakutannya.

Dengan penuh kemarhan dan kebencian,terutama terhadap ayahku, aku mulai terperosok kedalam amphetamine, ganja, marijuana, dan mabuksetiap akhir pekan dengan laki-laki yang berbeda-beda. Ketika umurku tujuh belas tahun, secara seksualaku telah melakukan apa saja. Ironisnya beberapatemanku dan aku merupakan bagian dari gerakandamai, kasih, dan antiperang yang begitu kuat padawaktu itu. Benar, pada awal 1970-an ada idealismeyang sangat hebat, namun cinta diri di dalamkehidupan seks berlawanan dengan cita-cita itu.

Berbagai Batu Pijakan

Page 206: Kedamaian 1250301025-phpapp01

208 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Ketika umurku sembilan belas tahun akumengunjungi Bruderhof. Aku seorang wanita yang

dihantui, berbeban berat dan putus asa, dan kejahatanmasa laluku begitu berat menekan jiwaku, sehinggamenghilangkan aura kesegaran masa mudaku. Orang

mengira umurku tiga puluhan tahun.

Selama sepuluh tahun aku berjuang untukmemperoleh kedamaian. Dalam komunitas Bruderhofsaudara pria dan wanita telah berusaha menolong diriku,

namun betapa keras pun aku berusaha, aku tak dapatkeluar menerobos belenggu penjara ketidak-murniankuyang begitu gelap.

Hanya dengan melihat kebebasan yang ditawarkan

oleh seorang anggota lain yang mengakui dosa hawa-nafsulah baru timbul fajar kesadaranku, bahwa aku pundapat memperoleh kebebasan itu. Aku sadar bahwa aku

harus merendahkan pagar diriku sekali untuk selamanya,dan memperlihatkan diriku yang menyedihkan itu. Akuharus menemukan seseorang yang dapat kupercaya dan

menceritakan rahasiaku yang paling gelap. Aku harusbertobat maka Tuhan akan menganugerahkan damaiyang kucari-cari sekian lama.

Pada hari-hari berikutnya seluruh hidupku

mengalir di hadapanku, seolah-olah aku melihat lagisetiap sentuhan, tatapan, ucapan dan pikiran kotor yangtelah kutelan dulu, setiap orang yang dengan sengaja

kusesatkan dan kusakiti. Dengan penuh derita, namunjuga dengan bahagia, aku mengakukan dosa-dosakuyang paling pekat itu kepada istri gembalaku. Aku harus

datang beberapa kali padanya sebelum akhirnya dapatmenuntaskan semuanya. Damai merasuk dalam hatikuyang telah kucuci bersih. Tahun-tahun itu seakan

merontokkan diriku dan aku merasa bebas sepertiseorang anak lagi.

Sekarang umurku lebih dari empat puluh tahun. Aku

menikah dan punya anak. Tapi aku merasa jauh lebih

Page 207: Kedamaian 1250301025-phpapp01

209

muda daripada dulu ketika umurku sembilan belas tahun.Dan jika seseorang bertanya kepadaku hari ini, apakah

damai? Aku sudah punya jawaban yang jauh lebih baik.

Kita semua mengharapkan hidup yang baru, diubahseluruhnya – tapi bukan itu yang jadi masalahnya.Pertanyaannya adalah bagaimana? Ayahku menulis:

“Mestinya Tuhanlah yang mengubah kita, dan Dia mungkinmelakukannya dengan cara yang mengecewakan harapandan gagasan kita, termasuk rencana-rencana kita untuk

pertumbuhan rohani dan kepenuhan pribadi. Agar sesuaidengan masa depan Tuhan, kita pasti dibentuk oleh-Nya.”

Namun orang tak mau menerima hal ini dan lebihmenyukai solusi mereka sendiri. William, Pastor Anglikan

yang telah kuceritakan di depan, mengisahkan padakubahwa ia telah berhadapan dengan “segala macam dankeadaan dosa” selama lebih dari empat puluh tahun

pelayanannya, namun ia hanya melihat sedikit penyesalan.“Yang lebih sering terjadi, rasa bersalah itudirasionalisasi108 daripada disesali.”

Banyak orang tidak memahami apa itu pertobatan.

Mereka tidak menyukai apa yang harus mereka lihat.Mudah sekali membuat hal yang salah menjadi benardengan cara pembelaan (apologi), atau menutup mata

saja, atau memoles sesuatu; inilah yang dilakukanorang setiap hari. Namun bukan penyesalan. Ketikajiwa terluka oleh dosa, satu- satunya cara untuk

sembuh adalah melalui pertobatan.

Semasa Reformasi dulu, imam “mengampuni” dosamelalui ‘dagang’ indulgensi. Sekarang, psikolog dan

psikiater “mengampuni” dosa dengan cara yang sama.Orang membayar mereka, dan orang-orang itu lalu

108 Diringankan, dengan pemikiran-pemikiran

Berbagai Batu Pijakan

Page 208: Kedamaian 1250301025-phpapp01

210 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

diberitahu “kamu tidak melakukan kesalahan apa pun;perilaku kamu normal. Kamu tak perlu merasa bersalah;kamu hanya terpaksa harus melakukannya.” Begitulah

caranya dunia mengampuni dosa.

Dalam Injil Matius kita mendapatkan contoh

penyesalan yang jelas dan benar. Cerita tentang Petrus,

yang menyangkal Yesus tiga kali sebelum penyaliban.

Petrus bisa saja membela tindakannya sebagai dosa yang

bisa dimaafkan. Bagaimanapun Yesus berada di tangan

para penguasa dan sudah dijatuhi hukuman mati. Dalam

arti tertentu, para murid tak bisa melakukan apa pun

yang dapat mengubah situasi. Namun alih-alih berdalih,

Petrus justru memandang penyangkalannya itu sebagai

pengkhianatan yang kelam. Hatinya pedih, lalu ia keluar

dan menangis dengan sedihnya.109

Pertobatan bukanlah menyiksa diri; juga bukan

tekanan jiwa dan pemikiran yang memusat pada diri

sendiri. Namun, jika bersungguh-sungguh, pertobatan

bisa sakit sekali. Seperti bajak, pertobatan membalik

tanah, merecah padas, mencabut akar, dan menyiapkan

tanah untuk tanaman baru.

Lihat padang di hatiku merah terluka

Kau tanamkan gandum hijau muda

Gandum hijau muda bersemi anggun

Gandum hijau muda selamanya berlantun

Dan kita lalu memandang padang gandum telah ranum

Tiba sudah saatnya panen raya berlangsung

Dan gandum pun menjadi roti suci

Dengannya dikenyangkan jiwa insani

109 Mat 26:75

Page 209: Kedamaian 1250301025-phpapp01

211

Roti suci yang tiada tara nilainya

dari Kristus, Kerahiman sepanjang masa

John Masefield

Setiap orang berdosa. Karena itu kita perlu dibajakseperti itu. Dengan berbagai cara, kita semua merusak

hidup kita sendiri. Dengan mengakui kesalahan kita, kitamengalami kelemahan kita dan ketergantungan kita satusama lain dan pada Tuhan. Yang lebih penting lagi, kita

menghindar dari bahaya menenggelamkan suara dari hatinurani yang terkubur. Damai yang bertahan lama tidakditemukan dari penyangkalan kegagalan, namun dari

kejujuran memandang kegagalan itu.

Kalau pun jalan penyesalan menyakitkan, siksaan hidupkarena menyembunyikan dosa jauh lebih buruk lagi. Sepertiyang ditulis oleh Martin Buber, kerinduan besar akan

keselarasan dan kebersamaan dengan Allah mendorong hatilebih dekat pada damai, seperti badai yang berlangsungsebelum saat teduh, menolak hal itu berarti memilih hidup

dalam situasi yang tegang sekali terus-menerus. “Jika orangtidak mengadili dirinya sendiri, segala sesuatu mengadilidia, dan segala sesuatu menjadi utusan Tuhan.”

Gerald (bukan nama sebenarnya) adalah seorang

anggota komunitas kami yang sudah tua. Ia mencarikedamaian hati tahun demi tahun tapi tidak berhasil.Walaupun ia sangat sedih karena dosa-dosanya di masa

lalu, ia tidak pernah mengakui dosa-dosa itu sepenuhnyaatau sungguh-sungguh menyesalinya. Gerald adalahseorang pekerja yang handal dan pekerja keras, namun

di dalam batinnya ia tersika. Di balik tampilannya yanggiat melaksanakan kehidupan menggereja dan hidupkeluarga, ia menyimpan rahasia hubungan gelap dari

masa mudanya, dan ia punya seorang anak dari hubunganitu. Anak itu berada di kota lain yang jauh.

Berbagai Batu Pijakan

Page 210: Kedamaian 1250301025-phpapp01

212 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Pada waktu krisis ketika ia mendekati usiapertengahan, Gerald dapat mempertimbangkan nilai hidupyang benar sampai titik itu dan akhirnya “Keadilan Allah

mulai menyentuh hatiku.” Gerald bahwa ia tak mungkinbisa “menutupi atau membatalkan” apa yang telah ialakukan, namun ketika ia dapat merasakan sakitnya beban

dari kesalahannya, hatinya penuh dengan penyesalan, dania pergi bertemu dan meminta maaf kepada setiap orangyang dikhianatinya. Akhirnya, ia dapat mengalami

perasaan dibersihkan dan dimaafkan berkat penyesalannya.

Ia mengingat hal ini dengan dramatis, dan Gerald

menyatakan bahwa pengalaman ini dan rasa damai

yang diperolehnya bukanlah peristiwa yang terjadi

sekali, melainkan suatu proses yang berlangsung terus

sampai hari ini.

Berulangkali aku mengira akhirnya aku

mendapatkan damai, namun ternyata yang kudapatkan

hanyalah suatu batu pijakan saja dan aku masih harus

melangkah lebih dalam lagi. Ini mungkin akan terus

berlanjut. Mungkin di dalam upaya yang tulus untuk

mendapatkan damai itulah hal ini kudapatkan.

Dapat kukatakan inilah jalan menuju ke sana: Aku

yakin aku mengenali diriku, dan dosa-dosaku

ditunjukkan padaku oleh Allah dalam keadilan sehari-

hari. Aku terus-menerus menyesali dosa-dosa yang telah

kulakukan dan aku mensyukuri pengampunan dari

Tuhan. Aku berdoa terus kepada Tuhan agar Ia

menunjukkan kegagalanku dan selanjutnya memohon

kejelasan dan kekuatan untuk tugasku setiap hari.

Setiap hari aku melepaskan rasa bangga diri, ambisi, dan

segala sesuatu dari diriku. Dan setiap hari aku bergembira

dalam Tuhan atas segala karunia dan rahmat-Nya, dan

terutama mukjizat dari salib.

Page 211: Kedamaian 1250301025-phpapp01

213

Pentingnya pertobatan juga diperlihatkan dalam cerita

tentang bibiku Emy-Margret, seorang wanita yang

mungkin berjuang habis-habisan untuk mencari

kedamaian hatinya, lebih dari orang lain yang kukenal.

Ketika Emy-Margret yang sekarang menjelang usia

sembilan puluhan bertemu dengan pria yang kemudian

menjadi suaminya, ia mengagumi (sebagaimana orang lain

yang mengenal pria itu) kecerdasannya, semangatnya dan

kharismanya. Hans adalah seorang pengusaha yang cakap

dan hangat dan lebih dari itu ia sangat memerhatikan

kesejahteraan Brudehof, yang masih merupakan komunitas

yang baru tumbuh sayapnya waktu ia bergabung.

Namun yang tadinya dimulai sebagai perkawinan

yang bahagia itu lalu berubah menjadi mimpi buruk.

Dilihat dari luar, segalanya tampak hebat: Hans dan Emy-

Margret adalah anggota komunitas yang aktif; anak-

anak, lahir satu demi satu; kehidupan berjalan indah dan

harmonis. Namun dalam pribadiya, Hans mulai

menunjukkan sisi yang berbeda. Ia sangat haus akan

kekuasaan dan tak pernah puas, ia terus-menerus

memupuk kekuasaan, tak peduli pada akibatnya terhadap

orang lain dan terhadap dirinya sendiri.

Emy-Margret pada mulanya resah karena cara

suaminya yang manipulatif itu, namun keresahannya tidak

berlangsung lama. Mengkritisi Hans berarti akan

menerima ucapannya yang kasar dan tajam, maka lebih

mudah, lebih bebas dan lebih nyaman, menerima pria itu

apa adanya. Sikap itu pun tidak sepenuhnya

menyenangkan karena Hans tidak percaya kepada hampir

setiap orang, dan ada beberapa orang yang lebih

dibencinya dari keluarga istrinya, yang dicurigainya

menggerogoti pengaruhnya dalam komunitas. Tak lama

kemudian Hans mencapai tujuannya. Dipuja oleh

Berbagai Batu Pijakan

Page 212: Kedamaian 1250301025-phpapp01

214 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

beberapa orang pilihan, ditakuti oleh banyak yang lain,

ia memimpin komunitas sebagai sorang diktator yang

efektif. Ia membungkam atau mengusir siapa saja yang

meragukan atau melawan dirinya.

Sepuluh tahun kemudian Emy-Margret menyadari

bahwa kesetiaannya pada suaminya tidak dapat mencegah

Hans mendapatkan apa yang diinginkannya: Emy

mengetahui bahwa suaminya terus berzinah dengan

sekretarisnya selama bertahun-tahun. Emy-Margret

hancur. Hans meninggalkan dirinya dan komunitas pada

saat rahasianya itu terbuka, namun ketergantungan

emosional Emy-Margret pada Hans begitu besar sehingga

selama bertahun-tahun ia buta terhadap kerusakan yang

mereka buat. Ratusan anggota komunitas menderita di

bawah pimpinan mereka. Belenggu yang bentuknya

adalah pemujaan (yang anehnya berbentuk pembelaan)

terhadap Hans dan segala sesuatu yang menjadi

pendiriannya berlanjut terus, sekalipun Hans sudah mati

secara tragis karena tabrakan pesawat di atas Perancis.

Namun tak lama kemudian, Emy-Margret akhirnya

mulai melihat bahwa ia hidup atas dasar suatu kebohongan;

bahwa segala sesuatu yang diandalkannya seperti gengsi,

kekuasaan, dan perhatian dari orang yang mengagumi

(atau iri pada status sosialnya), tidak memberikan

kepadanya kebahagiaan yang nyata, melainkan kerusakan

pribadi. Dalam beberapa bulan berikutya ia mengalami

proses yang menyakitkan dalam memilah antara loyalitas

dan emosi yang bertentangan, kebohongan dan setengah

kebohongan yang membebani dirinya selama puluhan

tahun. Pertarungan dalam dirinya itu sengit dan

berlangsung lama, tetapi ia berjuang terus untuk

mengetahui kesalahannya dan segera meluruskannya. Ia

meminta dan menerima dukungan komunitas.

Page 213: Kedamaian 1250301025-phpapp01

215

Kini dua puluh lima tahun berlalu sejak Emy-Margretmengakhiri pertarungannya itu. Namun bagi dirinya dankomunitas kami, diperoleh kemenangan yang buah-

buahnya tampak jelas. Secara duniawi pertarungannyatampak percuma. Ia tetap kehilangan Hans tanpa sempatberdamai, ia berseteru dengan teman-teman lama yang

dulu berpihak pada suaminya, dan ia mengasingkan diridari beberapa anaknya dalam proses itu.

Jelas perjuangan bibiku untuk memperoleh damaipenuh dengan penderitaan. Namun bibi meyakinkan aku

bahwa dengan memutuskan belenggu emosional padasuaminya dan dengan penyesalan, ia lalu menemukankepenuhan diri dan kesembuhan yang dulu tak pernah

dikenalnya. Ia menulis kepada saudaranya, Hardybeberapa tahun lalu, “Kebebasan besar dan damai yangdianugerahkan kepadaku masih mengalir hingga

sekarang, jauh melebihi harapan dan permohonan doaku.”

Bonhoeffer menulis bahwa yang membuat sesal-tobatbegitu sulit adalah tuntutan utamanya. Kesediaan untukmengalami kematian “yang menyakitkan dan hina di

hadapan seorang saudara.” Karena rasa kehinaan itu bisabegitu besar, kita terus-menerus berusaha menghindarinya,Kadang-kadang, bahkan sesudah mengenali dosa-dosa

kita, kita berusaha melompatinya (“atau mengatursedemikin rupa hingga tersimpan rapi”) tanpa benar-benarmenyesalinya. Namun justru kecemasan inilah, salib yang

menampakan keselamatan dan pertolongan bagi kita:Manusia lama telah dikalahkan, namun Tuhanlah yangtelah melakukannya. Kini kita berbagi dalam kebangkitan

dan hidup abadi. Setelah mula-mula melalui kematian,hidup selanjutnya jauh lebih besar.

Berbagai Batu Pijakan

Page 214: Kedamaian 1250301025-phpapp01

216 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Keyakinan

Bahwa ada begitu banyak pertentangan tidaklah

berarti diri kita sendiri harus terpecah belah. Namun

berkali-kali kita mendengar orang berkata bahwa karena

kita berada di dunia yang serba bertentangan itu maka

kita harus menyesuaikan diri. Anehnya gagasan yang sama

sekali tidak Kristiani itu justru sangat sering dikemukakan

oleh mereka yang disebut Kristiani.

Bagaimana kita dapat mengharap kebenaran

bertahan jika hanya sedikit saja orang yang berdiri tegak

utuh tak berbagi demi suatu kebenaran? Baru-baru ini

aku sering teringat cerita dari Perjanjian Lama: Musa

berdiri siang dan malam dengan tangan terangkat, berdoa

kepada Tuhan memohon kemenangan. Dan ketika

tangannya turun, musuh menang atas Israel. Masih

adakah sekarang orang yang tak kenal lelah

mengarahkan segenap pikiran dan tenaganya, sepenuh

hati, kepada suatu tujuan luhur?

Sophie Scholl

Sophie Scholl dipenggal kepalanya oleh Nazi padatahun 1943 karena keterlibatannya dengan White

Rose, suatu kelompok mahasiswa di Munich yang menulis,mencetak dan menyebarkan pamflet antipemerintah.Sophie juga bukanlah seorang gadis biasa yang berumur

dua puluh satu tahun. Ia juga bukan seorang aktivis biasa.Dalam buku The Resistance of The White Rose, pengarangInge Scholl, saudarinya, teringat pada aura damai yang

menyertai Sophie, seolah-olah Kristus hadir padanyadalam masa-masa yang paling gelap, membimbingnya danmemberi dia kekuatan.

Page 215: Kedamaian 1250301025-phpapp01

217

Mulanya ketika Sophie datang ke White Rose dan

mengetahui bahwa Hans, saudaranya, adalah pendiri dan

aktivis gerakan itu, ia marah. Namun serentak dengan

itu ia merasakan bahwa White Rose adalah satu-satunya

suara kebenaran dan jika tidak dibantu olehnya, White

Rose mungkin akan segera tenggelam oleh suara gemuruh

propaganda dan kebohongan Nazi. Dengan segera Sophie

mencurahkan segala daya untuk membantu White Rose.

Beberapa tahun sebelumnya, Hans dan Shopie sama-

sama terpukau pada janji Hitler untuk membangun Jerman

Baru dengan penuh semangat. Namun sesudah mereka

menyadari betapa banyak nurani dan jiwa yang menjadi

korban kerakusan akan kekuasaan dari dikatator iblis itu,

mereka makin mantap menentang arus. Menjelang akhir

1942 sulit ditemukan suatu sel perlawanan yang kuat atau

berbahaya melebihi White Rose.

Pada Februari 1943 para pemimpin White Rose

ditangkapi dan diperiksa dan dalam lima hari saja kedua

orang dari keluarga Scholl dan para pembantu terdekat

mereka ditemukan mati. Hukuman mati selanjutnya

dilaksanakan pada bulan April dan Juli.

Hans dan Shopie Scholl menjemput maut dengan

berani, bahkan bangga. Ketika Shopie mendengar

hukumannya - mati dengan guillotine - ia diceritakan

berkata dengan tenang: “Hari begitu cerah dan

matahari bersinar terang, dan aku harus pergi. Namun

tak apalah, jika melalui kami ribuan orang lainnya akan

bangkit dan bertindak!” Di sini damai terlahir dari iman

yang tak tergoyahkan.

Sekarang keyakinan seperti itu sungguh langka (siapa

di antara kita yang begitu peduli akan keyakinan kita

sehingga bersedia mati untuknya?). Namun demikianlah

Berbagai Batu Pijakan

Page 216: Kedamaian 1250301025-phpapp01

218 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

jaminan dan damai yang dicurahkan dalam suatu

perjuangan. Jika kita tidak yakin akan kebenaran dari apa

yang kita lakukan, kita tak akan mampu menghadapi ujian

seperti itu dengan begitu tegar. Mungkin itulah hal

terpenting yang diajarkan White Rose kepada kita.

Aku teringat pada cerita kesukaanku dari Perjanjian

Lama, tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Di situ

ketiga orang muda yang tiada taranya dalam kesetiaan

itu diuji. Ceritanya sudah begitu dikenal, namun ada

gunanya diulang di sini.

Berkatalah raja: “Jika kamu menolak menyembah

patung emas yang kudirikan, kamu akan dicampakkan

seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala.

Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari

dalam tanganku?”

Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab: “O,

Nebukadnezar, kami tidak khawatir akan apa yang akan

terjadi pada kami. Jika kami dilemparkan ke dalam

perapian yang menyala-nyala, Allah kami sanggup

melepaskan kami, Ia pun akan melepaskan kami dari

tanganmu, ya raja. Tetapi seandainya tidak, kami tak

akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah

patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air

mukanya berubah terhadap Shadrakh, Mesakh dan

Abednego. Lalu diperintahkannya agar perapian itu

dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa. Kepada

beberapa orang yang terkuat dari tentaranya disuruhnya

mengikat ketiga anak muda itu dan mencampakkan

mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.

Lalu diikatlah ketiganya dengan kuat dan

dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala,

berpakaian lengkap. Karena perintah raja itu keras, untuk

memanaskan perapian itu luar biasa, meluaplah nyala

Page 217: Kedamaian 1250301025-phpapp01

219

api itu membakar mati prajurit yang mengangkat dan

melemparkan mereka ke dalam perapian.

Sadrakh, Mesakh dan Abednego jatuh ke dalamperapian yang menyala-nyala itu dengan terikat. Tetapitiba-tiba, selagi memerhatikan, Nebukadnezar bangun

dengan segera karena terkejut dan berkata kepada paramenterinya. “Bukankah tiga orang itu telah kitacampakkan ke dalam api?” Kata mereka “Benar, ya raja?”

“Lihat,” kata Nebudkanezar, “Aku melihat empat orangberjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu;mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya

seperti anak dewa!”

Lalu Nebudkadnezar mendekati pintu yang bernyala-nyala itu dan berkata: “Sadrakh, Mesakh dan Abednego,hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan

kemarilah!” lalu keluarlah mereka dari api itu.

Dan para pangeran, penguasa, bupati dan menteriraja datang mengelilingi mereka dan melihat bahwa apiitu tidak mempan menyentuh mereka, rambut di kepala

mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah,bahkan bau kebakaran pun tidak ada pada mereka!

Berkatalah Nebukadnezar, “Terpujilah Allahnya

Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutusmalaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya yangtelah menaruh percaya kepada-Nya dan melanggar

perintah raja dan yang bersedia mati daripadamenyembah ilah lain kecuali Allah mereka.”

(Bdk. Daniel 3:15-28)

Ada berapa banyak “hamba-hamba yang percaya”

kepada Allah, yang bersedia mempertahankan iman,

apalagi bersedia mati demi iman itu sekarang? Berapa

banyak di antara kita yang akan ditolak dari tempat damai

abadi oleh kata-kata, “Aku tidak mengenal kamu”?110

110 (Mat 7:23; 25:12)

Berbagai Batu Pijakan

Page 218: Kedamaian 1250301025-phpapp01

220 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Mengingat perjalanan hidupku sendiri, orang-orang

yang besar pengaruhnya padaku adalah mereka yang mati

karena keyakinannya. Beberapa di antaranya tak kukenal

secara pribadi (Dietrich Bonhoeffer, Alfred Delp, dan

Oscar Romero, misalnya) yang lain, seperti Marthin

Luther King, walaupun singkat aku mendapat

kehormatan untuk bertemu dengannya.

Kakekku, seorang lawan yang vokal terhadap rezim

Hitler, lolos dari nasib yang umumnya diterima oleh

kebanyakan penentang hanya karena ia meninggal

akibat komplikasi setelah suatu amputasi. Namun

menurut nenek, kemungkinan kurungan penjara

semakin besar untuk kakek.

Beberapa kali kakek mau melakukan perjalanan ke

Kantor Distrik Nazi di Kassel di mana begitu mudah pintu

ditutup di belakangnya, dan ia hanya dapat keluar karena

diizinkan untuk mengajukan petisi atau keberatan.

Hampir ajaib kakek selalu mendapat kesempatan

membela diri dan sesudah itu dibebaskan.

Beberapa hari sebelum meninggal, pada Hari

Pertobatan (suatu hari libur agama Kristen Lutheran),

kakekku berteriak-teriak di tempat tidurnya, di rumah

sakit, sehingga dapat didengar di seluruh ruangan.

“Apakah Goebbels sudah bertobat? Juga Hitler?” Orang-

orang Jerman bisa digiring ke kamp konsentrasi untuk

kesalahan yang lebih ringan dari itu.

Bertahun-tahun kemudian, sebagai remaja empatbelas tahun di sekolah negeri di New York, akuterinspirasi oleh tindakan pembangkangan ini untuk

memperlihatkan sikapku sendiri. Janji Setia Negaradibacakan setiap hari, dan setiap pelajar bergiliranmemimpin pembacaan janji itu. Ketika aku mendapat

Page 219: Kedamaian 1250301025-phpapp01

221

giliranku pada suatu hari, aku berdiri di depan kelas danmenolak melakukannya. Kesetiaanku hanya untukTuhan, kataku, bukan untuk selembar bendera.

Guruku dan teman-teman terperangah, kelas begitu

sunyi hingga Anda bisa mendengarkan suara peniti jatuh.Tak terbayangkan! (saat itu adalah puncak zamannyapolitisi McCarthy (1908-1957), dan di Washington sedang

terjadi dengar pendapat dari Komite Kegiatan Non-Amerika di DPR. Pada hari itu aku dilaporkan kepadakepala sekolah dan dihadapkan pada semua guru untuk

memberi penjelasan. Walaupun terguncang, setelah akumenjelaskan bahwa aku tidak bermaksud untukmenghina, tetapi hanya bertindak berdasarkan

keyakinanku, mereka menunjukkan pengertian.

Di rumah, orang tuaku juga agak terkejut, tetapisepenuhnya mendukung aku. Hal itu sederhana bagiayahku: jika kamu tidak mengikuti hati nuranimu, kamu

tak akan pernah mendapatkan damai. Jika hal semacamitu mengguncangkan tatanan, biarlah. Memang kembaliduduk dan berpura-pura segala sesuatu baik-baik saja

selalu lebih disukai.

Dalam bagian yang terdahulu aku telah menyebutkanbeberapa orang yang kutemui ketika umurku belasan tahundan mereka berpengaruh padaku. Salah satunya yang

sangat jelas kuingat adalah Dwight Blough, seorang tamumuda dari Iowa yang kemudian bergabung dengankomunitasku dan menjadi tangan kanan ayahku.

Dwight adalah orang yang teguh keyakinannya. Iabekerja keras, berjuang keras. Orangnya sederhana, baikdalam kata-kata maupun perilakunya. Ia melaksanakan

pekerjaannya dengan sepenuh hati, dan jika ada yangperlu dikatakannya, ia akan mengatakannya. Ia tidaksabar dengan pembicaraan yang bertele-tele.

Berbagai Batu Pijakan

Page 220: Kedamaian 1250301025-phpapp01

222 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Janda Dwight, Norann menyatakan suaminya sebagairemaja yang khas Amerika “dalam segala macam hal”,dan keluar dari anggota Angkatan Udara ketika berumur

delapan belas tahun. Pada tahun pertamanya di perguruantinggi Dwight mulai menginginkan masa depan yang jelasdi hadapannya: suatu gelar akademis, menikah, punya

anak, suatu karier dan akhirnya pensiun dan melihatanak-anakya mengambil langkah yang sama. Dalam tahunkedua kuliahnya, ia belajar Kitab Suci dan merasa yakin

bahwa kepuasan hanya dapat diperoleh dengan melayaniorang lain. Begitu kuatnya keyakinan itu sehingga iamenganggap keputusannya untuk bergabung dengan

Angkatan Udara adalah suatu kekeliruan, dan dengansegera status hidupnya berubah.

Dalam tiga tahun berikutnya, Dwight dan Norannyang telah menikah, tahu tentang komunitas kami,

berkunjung dan bermaksud tinggal.

Dwight mengajar di sekolah kami dan tak lamakemudian bakatnya sebagai gembala umat diakui danditeguhkan. Bukan karena dia orang yang kudus.

Kadang-kadang tindakannya impulsif, dilakukan karenadorongan hati yang spontan, dan kecenderungannyauntuk bicara terus terang daripada berdiplomasi dapat

menyebabkan gesekan. Begitulah dia lebih menyukaibertindak daripada menimbang-nimbang.

Aku tak dapat melupakan hari buruk dalamkomunitas kami ketika bangsal utama komunitas kami

terbakar dalam musim dingin 1957. Dengan cepat Dwightmenemukan tangga dan ia muncul di jendela lantai atas.Asap dan nyala api menghentikan dia sebelum dapat

mengambil barang-barang yang hendak diselamatkannya,tetapi ia sudah berusaha. Kami semua yang ada di bawahberteriak-teriak supaya ia turun sebelum terlambat. Dia

Page 221: Kedamaian 1250301025-phpapp01

223

selalu begitu setiap ada kecelakaan, atau ada seseorangyang sakit keras. Dwight biasanya adalah orang pertamayang datang di sana.

Pada awal 1970-an Bruderhof membeli sebuah pesawat

untuk mempermudah perjalanan antar komunitas kami, danantusiasme Dwight meluas sampai kepada soal penerbangan.

Pada 30 Desember 1974 Dwight meninggal ketikapesawat yang dilayaninya sebagai ko-pilot menabrak

lereng gunung yang berkabut, Norann ditinggalkanmenjanda dengan dua belas anak, yang bungsu baru tujuhminggu umurnya. Di antara kertas-kertas suaminya

Norann menemukan catatan untuk khotbah yang akandisampaikannya, bertemakan keyakinan dan kesediaan.

Kematian Dwight merupakan pukulan besar bagi

setiap anggota komunitas, dan menjadi sebuah peringatansetiap orang yang mengenalnya. Dia diambil secaramendadak dan tak terduga pada usia empat puluh tahun,bagaimana dengan kita yang lain. Apakah kita siap mati?

Ketika aku memikirkan pertanyaan saat itu, dua puluhlima tahun kemudian, sepertinya setiap saat berlangsungbegitu. Untuk apakah damai Tuhan, jika kita tidak siap

bertemu dengan Dia? Jika damai adalah kesiap-sediaan,tentu maksudnya adalah kesiap-sediaan dalam seluruh segikehidupan kita: kesiap-sediaan untuk memafkan yang tak

termaafkan; untuk mengingat ketika kita terlalu cepatmelupakan, dan untuk melupakan apa yang ingin selalukita ingat lekat-lekat. Itu berarti kesiapan untuk mengasihi

ketika kita membenci; untuk pergi ke tempat yang justrutak ingin kita pergi ke sana, dan untuk menunggu jika kitadilupakan; untuk memandang ke depan, bukan menengok

ke belakang, untuk mencoret masa lalu dan berpaling padacahaya. Artinya kesediaan untuk memberikan segalasesuatu dan menyerahkan hidup kita bagi saudara kita.

Berbagai Batu Pijakan

Page 222: Kedamaian 1250301025-phpapp01

224 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Sejauh berkenaan dengan Dwight, jawabannya

sudah jelas. Ia menghayati hidup sepenuhnya. Dan

dengan suatu cara yang di kemudian hari tampak sebagai

suara kenabian, ia bicara tentang kesediaannya untuk

menghadap Tuhan, bukan hanya dalam catatan

terakhirnya, namun juga dalam surat pastoral yang

ditulisnya dua bulan sebelumnya:

Kata-kata Yesus, “Jikalau kamu menuruti

perintahKu, kamu akan tinggal dalam kasihKu,”111 begitu

penting bagi kita, justru ketika dunia berlomba-lomba

melawan moral, gila uang, dan berdosa.... Aku merasakan

panggilan agar lebih radikal di dalam kepatuhan dan dalam

mengikuti Yesus. Kita sering bilang bahwa dunia akan

tahu bahwa kita adalah milik Kristus, hanya jika kita

bersatu dan saling mengasihi. Jika demikian, maka kasih

kita haruslah makin kuat pada Kristus dan saudara-saudara

kita. Dan pada semua orang.

Dan aku pun harus melakukan penyesalan jauh

lebih dalam atas apa pun, untuk keseimbangan, sikap

setengah hati, wawasan sempit, atau cinta diri....

Semua egoisme, keras kepala, dan kesombongan

haruslah dilepaskan dan diatasi sehingga hidup kita

semata-mata bagi Kristus, demi kehendakNya, misiNya,

masa depanNya dan KerajaanNya di dunia.

Yesus berkata, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya

kamu saling mangasihi seperti aku mengasihi kamu.

Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang

yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu melakukan apa

yang Kuperintahkan kepadamu.”112 Orang-orang Kristen

perdana saling mengasihi satu sama lain dan mengasihi

Kristus. Apakah kita juga begitu?

111 Yoh 15:10112 Yoh 15:12-14

Page 223: Kedamaian 1250301025-phpapp01

225

Dalam kata penutupnya, Dwight mengutip kata-kata

kakekku, yang merupakan alinea kesukaannya:

Siap sedialah untuk segalanya! Maka harapan akan

kedatangan Tuhan haruslah membuat kita aktif berjaga-

jaga, sehingga kita siap menyambut tangan-Nya, siap

disalib bersama Dia; sehingga kita berlutut dan siap

merendahkan diri di hadapan-Nya dan kita melepaskan

segala kekuatan kita, agar dia berkuasa atas diri kita.

Marilah kita siap sedia!

Berbagai Batu Pijakan

Page 224: Kedamaian 1250301025-phpapp01

226 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Realisme

Bersabarlah dan baharuilah dirimu setiap hari

dan percayalah pada pertolongan Tuhan; kasih-

Nya adalah baru setiap pagi. Maka kamu akan

tahu bahwa kehidupan adalah soal menjadi dan

bertumbuh, dan bahwa kamu niscaya bergerak

menuju hal-hal yang lebih besar. Walau kamu

bertempur melawan kekuatan kegelapan,

kemenangan ada padamu, sebab dalam Kristus

setiap kejahatan telah dikalahkan. Kamu selalu

berada di awal usahamu, karena kamu terus-

menerus diubah, namun percayalah dalam iman

bahwa kamu akan mendapatkan kepenuhan dari

segala kerinduanmu.

Eberhard Arnold

Tanpa pengampunan dan kemungkinan akan

permulaan baru setiap hari, kita niscaya tergoda

menganggap upaya mendapatkan damai adalah tindakan

yang tak ada gunanya. Pertobatan dapat menjadikan kita

pria dan wanita baru; doa, kerendahan hati, pertobatan

dan semua yang lain dapat menjaga kita di jalur yang benar.

Namun pada akhirnya harapan kita akan damai haruslah

selaras dengan pengakuan kita akan ketidak-sempurnaan

manusia. Jika kita tidak menyesuaikan diri dengan realitas

itu dan berpaling kepada Kristus yang sungguh manusia

walaupun tanpa dosa, kita akan terus frustrasi selamanya.

Art Wiser, seorang anggota lama dari gerejaku, baru-

baru ini menulis kepadaku:

Page 225: Kedamaian 1250301025-phpapp01

227

Apakah aku mendapatkan damai? Aku belum

merasa damai. Bila aku keliru dan seseorang

mengingatkan diriku, aku jadi kelabakan sesaat dan

sering bergumul melawan diriku sendiri. Aku tak bisa

tidur. Aku gugup dan sakit perut. Namun Yesus

berkata, “Kuberikan padamu damai sejahtera.” Dan

betapa pun berdosanya aku, betapa pun bandelnya

diriku, aku mengikuti Dia, aku menerima sabda-Nya

dengan gembira. Pada malam yang sama Yesus

berkata: “Jiwaku gelisah”; dan kemudian ia mengalami

sakratul maut di Taman Getsemani. Jika Dia

mengalami penderitaan seberat itu demi kita; siapakah

aku ini yang mempersoalkan damai dalam diriku? Aku

menerimanya, aku mengamininya walaupun aku

tetap merindukan dan memohon demi itu. DamaiNya

merupakan bagian dari pertarungan yang belum

berakhir demi Kerajaan-Nya.

Ketegangan yang dibicarakan Art adalah bagian yang

sewajarnya dari hidup. Semua orang mengalami perubahan

perasaan dan hari-hari buruk, dan bodohlah berharap bahwa

kita akan mengatasinya dengan sempurna. Namun seperti

Marlene Bowman, anggota lain dari gerejaku, menulis surat

berikut: pengertian bahwa Allah yang mengendalikan segala

sesuatu memberi kita suatu jaminan yang dapat kita pegang

berulang kali. Seperti kemudi kapal, jaminan Tuhan itu

mengembalikan arah yang benar setiap kali kecemasan

mengancam kemantapan kita.

Jika aku gugup dan sangat cemas akan segala

sesuatu, biarpun orientasi Kerajaan Allah itu penting, aku

toh kehilangan ketenangan batin. Jika banyak hal tidak

sesuai dengan keinginanku, atau terjadi sesuatu yang

membuatku frustrasi jika rencana-rencana atau gagasan

tentang bagaimana harusnya sesuatu berjalan ternyata

terganggu - bahkan ketika aku berdoa, kalau-kalau

Berbagai Batu Pijakan

Page 226: Kedamaian 1250301025-phpapp01

228 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

diriku sangat berlebihan mementingkan diri – aku toh

kehilangan rasa damai. Damai hati berasal sepenuhnya

dari penyerahan diri kepada Allah.

Tiap kali kita merasakan desakan untuk

melaksanakan karya Allah, itulah isyarat bahwa kita

kehilangan kepercayaan pada-Nya, lupa bahwa

Dialah yang pegang kendali. Tidak soal apakah

sesuatu terjadi dalam kehidupan pribadi kita atau

keluarga kita, atau berasal dari suatu berita yang kita

dengar, atau sesuatu yang terjadi dalam pekerjaan kita.

Jika kita berusaha memecahkan segala hal sendiri,

kita jadi gelisah, kurang semangat, cemas. Kita

kehilangan damai Tuhan.

Pergumulan yang dilukiskan Marlene Bowmen itu

niscaya dirasakan oleh mereka yang aktif berusaha

mengubah dunia dalam hal tertentu, entah bekerja dalam

hal keadilan dan perdamaian atau dalam cita-cita lain.

Kadang terasa pergumulan itu sia-sia. Penulis dari Swiss

Friedrich Durrematt menunjukkan bahwa kita seorang

diri tak akan dapat menyelamatkan dunia: “itu adalah

harapan yang sia-sia dari usaha Sisipus113 yang malang”.

Ia melanjutkan bahwa tugas ini tidaklah diletakkan di

tangan kita, juga bukan di tangan seorang penguasa suatu

bangsa, “atau bahkan setan-iblis yang paling kuat

sekalipun. Tugas itu, terletak di tangan Tuhan, yang akan

bekerja sendiri.” Karena itu berikut suatu nasihat.

Menghadapi ketegangan pekerjaan yang melampaui

kekuatan kita, kita harus berpaling ke dalam, pada sang

Sumber kekuatan. Jika kita mengukur daya insani

113 Sisipus adalah tokoh dalam mitologi Yunani yang dihukum

tergantung di tebing jurang. Ia berusaha terus mencapai tepian jurang

yang tidak terlalu tinggi. Namun setiap ia hampir mencapai tepian

itu, sisi jurang runtuh dan ia jatuh kembali ke tempat awalnya.

Setiap kali selalu berulang seperti itu.

Page 227: Kedamaian 1250301025-phpapp01

229

terhadap pekerjaan yang ada di hadapan kita, niscaya

kita akan merasa putus asa, dan jika kita melaksanakan

dengan daya insani itu niscaya kita frustrasi ... lalu terjerat

entah dalam keengganan untuk melanjutkan, entah

dalam kejengkelan. Tak ada pelajaran yang lebih sehat

daripada mengenal keterbatasan diri kita sendiri, sejauh

hal ini diikuti oleh penyerahan kekuatan kita untuk lebih

mengandalkan kekuatan dari Allah. Roda kehidupan

tentu terpental lepas jika tidak terkunci pada Poros, dan

kita menempatkan diri kita sendiri dalam bahaya, jika

kita tidak menghirauhkan hal ini, jika kita selalu bergegas

maju dan lupa meluangkan waktu untuk kerohanian kita.

Philip Britts

Dalam masa Reformasi yang penuh bahaya, bahkan

kaum Anabaptis114 menyadari hal ini ketika terus-menerus menyerukan perubahan. Pria dan wanita yangtak kenal takut itu berusaha mengubah dunia dari bawah

ke atas, dengan menelanjangi kemunafikan gereja yangmapan, dengan melawan wewenang negara, dan denganmengobrak-abrik adat masyarakat yang dianggap suci.

Kendati upaya mereka itu belum berhasil, iman merekarealistis. Mereka tidak mengalami ilusi tentang semacammusim semi yang menyenangkan sedang tiba; mereka

sungguh sadar bahwa iman mereka akan menuntutpengorbanan besar. Serentak dengan itu, sekalipunmereka yakin akan nasib mereka, mereka juga yakin

bahwa Tuhan akan menang pada suatu hari. Ketikakemudian datang penganiayaan dengan siksaan dantiang gantungan, parang dan pedang, mereka berjuang

terus pantang menyerah.

Bagi kita yang hidup dalam zaman di mana upaya

kita demi perdamaian menuntut sedikit pengorbanan

114 Kelompok radikal dalam Protestantisme Swiss, Jerman, Belanda

pada abad ke 16

Berbagai Batu Pijakan

Page 228: Kedamaian 1250301025-phpapp01

230 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

saja, kaum Anabaptis banyak mengajar kita. Seperti

mereka, kita perlu menyadari bahwa yang penting

bukanlah efektivitas atau keberhasilan kita, namun

apakah kita melaksanakan tugas-tugas dengan sikap

iman. Beberapa tahun sebelum meninggal, ayahku

berkata tentang ini:

Ada kebutuhan yang tiada akhirnya di bumi, jadi

lebih banyak daripada yang kita tahu. Sebagian darinya

adalah kebutuhan ekonomis, sebagian darinya

kebutuhan sosial, namun yang lebih dalam lagi adalah

kebutuhan rohani yang justru tersembul dalam

kehidupan manusia karena adanya daya-daya kegelapan

serta ketidakadilan, pembunuhan dan ketidaksetiaan,

sebagian dari kita yakin bahwa melalui tindakan politik

dan sosial dapat terjadi perubahan radikal dalam

masyarakat kita - perubahan yang akan menjawab semua

kebutuhan kita. Namun telah kita saksikan berulang

kali negara selalu terbelit dalam jaringan-jaringan

ketidakjujuran dalam dirinya sendiri; kekuasaan uang,

keserakahan dan ketidaksetiaan ada di mana-mana.

Kita tahu bahwa tak mungkin kita mengubah dunia

dengan kekuatan kita sendiri. Namun Kristus mampu

mengubahnya, dan kita dengan sukarela ingin

menyerahkan diri kita kepada-Nya. Ia menuntut seluruh

pribadi kita dan seluruh hidup kita. Ia datang untuk

menyelamatkan dunia. Dan kita percaya bahwa Dia

bukan pemimpin insani, yang akan memerintah bumi.

Bagi Dialah kita hidup, dan bagi Dialah kita bersedia

mati. Itulah yang diminta dari kita semua. Yesus tidak

mengharap kesempurnaan, namun ia mengharapkan

kita mengabdi kepada-Nya sepenuh hati.

Untuk mengabdi Kristus sedemikian, tidak berartihidup kita lalu awut-awutan. Jika kita memandangdunia dengan kacamata idealistis, kedamaian yang kitacari niscaya merupakan damai yang sempurna, tak

Page 229: Kedamaian 1250301025-phpapp01

231

terbagi dan sangat jauh. Jika kita realistis, kita akanlebih bersedia menerima fakta bahwa damai yang dapatkita nikmati di dunia ini mempunyai kerterbatasan,sehingga kita akan lebih obyektif dalam mengolahprioritas-prioritas kita.

Ambillah doa sebagai contoh. Salah satu titik rabun

pada umumnya adalah gagasan bahwa kita akan dapat

mencapai lebih banyak dengan “mengerjakan” sesuatu.

Sesungguhnya buah dari doa, saat teduh, kontemplasi

adalah hasil perjuangan “aktif” yang paling heroik. Dalam

bukunya (“Berbahagialah yang lembut hati”) Blessed Are

The Meek , Uskup Afrika Selatan Desmond Tutu

mengingatkan kita bahwa ketika kita memperjuangkan

damai, kita tak boleh melupakan bahwa doa-doa yang

tersembuyi yang dilantunkan para birarawati, para

pertapa, para orang tua pria maupun wanita, orang-orang

sakit “juga membentuk bagian penting dari perjuangan

kita,” yang sama berharganya dengan kegiatan yang lebih

tampak, yang dilaksanakan di garis depan oleh kaum

muda dan yang secara fisik kuat.

Benedict Groeschel, teman dekatku menempuh

suatu kehidupan yang sangat sibuk dengan doa dan

tindakan, melayani kaum miskin dan gelandangan di

Bronx, bicara melawan aborsi dan memimpin sebuah

wisma kecil para rahib Fransiskan. Seorang

cendekiawan dan imam, Pastor Benedict mengucapkan

kaul kebiaraan ketika usianya tujuh belas tahun. Kini

usianya enam-puluhan tahun, namun pandangannya

tentang hidup tetap membumi. Dan walaupun ia bekerja

keras, ia tak pernah tampak habis karena kelelahan.

Dia sangat realistis dalam tujuan-tujuannya, dan nyaman

dengan keterbatasan-keterbatasannya. Dalam suatu

pembicaraan baru-baru ini ia berkata:

Berbagai Batu Pijakan

Page 230: Kedamaian 1250301025-phpapp01

232 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kukira damai berasal dari iman, harapan dan kasih.Namun damai bukan sekadar perasaan. Damai

membantu kita melanjutkan perjuangan hidup. Ingat,aku dari Jersey City dan akhir cahaya di terowonganJersey City adalah Hoboken. Kami bukan orang yang

optimis. Kami bukan orang yang menjalani hidup danberpikir bahwa segalanya indah. Yang kami tahu, adalembah air mata. Maka kami tidak terlalu berharap akan

dunia ini. Dan konsekuensinya, hal-hal yang mengganguorang lain tidak begitu menganggu bagi kami.

Aku selalu mendapat banyak penghiburan dariKitab Ayub. Aku sangat menyukai ayat yang indah ini:

“Di manakah engkau ketika aku meletakkan dasarbumi? Ceritakanlah, kalau engkau punya pengertian....Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika

dan membuka belenggu bintang Belantik? Dapatkahengkau ... memimpin bintang Biduk dan pengiring-pengiringnya? Apakah engkau mengetahui hukum-

hukum langit? Atau menetapkan pemerintahannya diatas bumi? Katakankah kepadaku!”115

Ada humor tertentu dalam buku Ayub ini. Kamutahu bagaimana segalanya serba salah? Segalanya?

Seperti ini:

“Bagaimana keadaanmu?”

“Hari yang terburuk dalam hidupku.”

“Bagaimana segala sesuatu berjalan?”

“Semuanya serba salah. Segalanya! Tidak ada yangtidak keliru.”

Kita mendapatkan humor seperti ini pada Santo

Paulus juga: “Demi cinta Kristus aku mati sepanjanghari.” Nuansanya sangat Yahudi. Jika dia orang Inggrissejati, niscaya ia akan berkata: “Yah, itu agak tidak

menyenangkan, Anda tahu; agak tidak menyenangkan.Cukup banyak sulitnya, Anda tahu.”

115 Ayb 38:4.31-32-33

Page 231: Kedamaian 1250301025-phpapp01

233

Aku punya teman-teman Yahudi. Mereka berkata

kepadaku, “Kamu datang ke sini setiap hari dan tak

pernah menanyakan keadaanku.”

“Maafkan aku,” kataku. “Bagaimana kabarmu?”

“Jangan tanya!”

Pastor Benedict dipenjarakan lebih dari sekali karena

kegiatan pro-life115 dan ketika tentang itu kutanyakan

kepadanya, ia berkata:

“Yah pertama kali aku dipenjara menyenangkanjuga, karena aku di sana hanya setengah hari. Aku

berdoa, melakukan meditasi, makan. Menyenangkan.Yang berikutnya mengerikan. Aku selalu berusahaberbaik-baik pada para petugas penjara; jika ada orang

yang menyulitkan mereka, aku bilang: ‘Jangan begitu.Mereka bekerja hanya cari makan”

Tetapi lalu kulihat betapa buruk merekamemperlakukan para narapidana. Untuk alasan

tertentu, seorang lelaki yang kelihatannya terhormatyang menjadi sipir penjara ternyata memperlakukansetiap orang seperti binatang....

Mengerikan. Aku ditelanjangi tiga kali untuk

diperiksa dalam dua puluh empat jam. Yang benar-benar

baik hanyalah dokter dan para narapidana. Para

narapidana itu sangat baik. Mereka tidak tahu aku

seorang pastor, tetapi mereka menyebutku Pop. Ketika

menjelang dikeluarkan, mereka memberikan pakaianku,

dan aku ditempatkan di ruang besar bersama narapidana

lainnya yang juga sudah habis masa hukumannya. Anda

tak akan percaya bagaimana rusaknya bahasa mereka di

sana. Tapi mereka tidak bermaksud kurang hormat.

Mereka hanya tak tahu bahwa itu bahasa yang keliru.

Ketika mereka melihat aku memakai jubah, mereka

bertanya “Kenapa Anda di sini, Bapa?” Aku bilang aku di

116 Membela hidup, anti aborsi

Berbagai Batu Pijakan

Page 232: Kedamaian 1250301025-phpapp01

234 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

sini karena melempari suatu klinik aborsi, dan mereka

semua marah. Tapi ada seorang tua kulit hitam, yang lalu

berdiri dan menenangkan para narapidana itu. “Tidak,

memang harus begitu. Dia harus berada di penjara.”

“Tutup mulut. Duduklah!”

“Tapi benar begitu, kok.”

“Kok bisa?”

“Karena Yesus berkata dalam Injil. ‘Berbahagialah

orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran.’”

Yah, wajahku serasa tertampar supaya aku

berhenti merasa kasihan pada diri sendiri. Karena Sabda

Allah itu di sini justru diucapkan dengan tepat oleh

seorang narapidana.

Pastor Benedict lalu bicara tentang penyaliban

Kristus, dan pentingnya hal itu terutama bagi mereka

yang menghendaki damai, tetapi tidak mau berusaha

menerimanya. Mereka t idak real ist i s , katanya.

Mereka seperti orang yang ingin memperoleh gaji

tanpa mau bekerja, mau memperoleh kemenangan

tanpa perjuangan. Dengan mengutip secara bebas

Kardinal Newman ia melanjutkan:

Penyaliban Kristus menempatkan nilai dan makna

segala sesuatu di dunia, yang baik, yang buruk, kaya,

miskin, derita, suka cita, sedih, sakit, semuanya,

bergabung ada di salib itu. Tentu, sesudah penyaliban itu

ada kebangkitan. Namun jika ada yang bicara tentang

kebangkitan tanpa penyaliban.... Itu palsu.

Ada banyak orang yang lebih suka melewatkan

bagian penyaliban dan langsung sampai pada

kebangkitan, itu tidak bisa. Mereka harus berputar dulu

dan mengalami bagian penyaliban.

Page 233: Kedamaian 1250301025-phpapp01

235

Pelayanan

Inilah kegembiraan hidup yang sebenarnya:

berguna untuk suatu tujuan yang luhur, mulai menjadi

daya kekuatan, bukan setitik kecil yang serba sakit,

gemetaran dan keluhan, yang terus menggerutu karena

dunia tidak mau membuat Anda bahagia.

Aku adalah orang yang berpendapat bahwa

hidupku milik orang lain, dan sepanjang hayatku adalah

hak pribadiku untuk melakukan apa yang bisa

kulakukan. Aku ingin berguna habis-habisan sampai saat

matiku, sebab semakin keras aku bekerja, makin

bermakna hidupku....

Hidup bukanlah sebatang lilin kecil bagiku. Namun

semacam obor besar yang kupegang suatu masa, dan aku

ingin agar hidupku seperti obor yang besar cahayanya

sebelum kuserahkan kepada generasi mendatang.

George Bernard Shaw

D i antara semua akar dari situasi tidak-damai,

yang paling umum dan luas sebarannya boleh jadi

adalah sikap mementingkan diri sendiri, entah dalam diri

kita sendiri, entah dalam hubungan dengan orang lain,

atau dalam dunia. Dan akar itu adalah yang paling sulit

dicabut. Masalah-masalah seperti kecongkakan, curiga,

marah atau kecewa dapat langsung diurus karena tampak

jelas; biasanya kita dapat mengambil langkah tertentu

untuk mengetahui sebab-musababnya dan berusaha

mengatasinya. Namun sikap mementingkan diri tidak jelas

batasannya, tidak tampak namun begitu kuat kuasa dan

begitu dalam letaknya sehingga membentuk penampilan

luar dari seluruh hidup kita.

Berbagai Batu Pijakan

Page 234: Kedamaian 1250301025-phpapp01

236 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kadang-kadang sikap mementingkan diri itu

mengambil bentuk sebagai dosa yang jelas seperti

hawa nafsu atau kerakusan. Namun tidak jarang,

sepert i misalnya dalam upaya egosentris untuk

mewujudkan kebahagian dan kekudusan pribadi,

sikap itu mengambil suatu bentuk yang begitu “jinak”

sehingga bahayanya tidak disadari. Namun, begitu

sikap mementingkan diri itu dikenali adanya, obat

yang sederhana dan umum untuknya adalah

pelayanan pada orang lain.

Pelayanan menurut mistikus abad ke-16 Santa Teresa

dari Avilla, adalah tindakan perpanjangan tangan Allah

satu bagi yang lain: “Tuhan tidak punya tangan, tidak

punya kaki, tidak punya suara selain kita; melalui kitalah

Tuhan bekerja.” Dibesarkan dalam suatu keluarga besar

di desa di mana semunya bekerja keras, aku tak pernah

mendengar orang bicara tentang pelayanan seperti itu,

namun orang tuaku tentu memandang pelayanan dengan

rujukan yang sama di masa lalu.

Yang jelas kami diajar mengenal pentingnya

pekerjaan. Sejak kecil aku ingat ayahku menekankan

fakta bahwa Yesus adalah “hamba yang menderita,” yang

menyamakan diri dengan kaum miskin dan tertindas; yang

memilih keledai (bukan kuda) sebagai tunggangannya

untuk masuk ke kota Yerusalem; yang menyambut anak

kecil, mengunjungi orang tersisih, menyembuhkan orang

sakit, berbicara dengan para pendosa, akhirnya, Ia

membasuh kaki para murid-Nya; namun pelayanan-Nya

tidak dikhotbahkan sebagai suatu keutamaan. Pelayanan

hanya perlu dilaksanakan.

Ketika satu-satunya pekerjaan yang didapat ayahku

adalah menjadi tukang kebun di suatu lokasi penderita

kusta, ayah tidak mencari keuntungan dari situ.

Page 235: Kedamaian 1250301025-phpapp01

237

Walaupun di sana bisa saja dia tertular kusta dan

karenanya bisa tinggal permanen di sana, namun kepada

anak-anak ia tak pernah berkata begitu. Dia berkata

bahwa ia merasa terhormat dapat melayani orang lain

dengan rendah hati dan dengan suka cita.

Tentang ibuku, ia selalu sibuk, membawakan warga

yang tua atau ibu lain seikat bunga atau semangkuk

masakan, ia terlambat makan karena menemani orang sakit;

bangun pagi-pagi untuk menulis surat untuk seseorang yang

kesepian, atau menyelesaikan rajutan untuk hadiah.

Pada tahun-tahun selanjutnya aku terkesan pada

pelayanan yang kulihat di tempat-tempat seperti Catholic

Worker, di mana para sukarelawan membuatkan sup dan

sandwich, menyapu lantai dan meluangkan banyak waktu

untuk mendengarkan masalah para gelandangan dan

orang-orang miskin, yang tidak selalu tahu terima kasih.

Ruth Land, seorang anggota Bruderhof dan mantan

dokter menyatakan pelayanan sederhana semacam itulah

yang mendatangkan kepuasan pada dirinya:

Anda bisa mencari damai ke mana-mana, tetapi

Anda tak akan menemukannya. Mungkin juga Anda

bisa melupakan diri sendiri dan melanjutkan pekerjaan

apa saja yang Anda hadapi. Itulah yang

mendatangkan damai - melakukan apa saja yang harus

dilakukan di rumah, menunjukkan kasih kepada

pasangan Anda, atau siapa yang Anda pikirkan. Jika

hal itu Anda laksanakan demi Kerajaan Allah,

pekerjaan itu mendatangkan damai.

Suatu cerita yang dikisahkan ulang oleh Gandhimenyentuh kebenaran yang serupa: kebaikan kecil yang kita

perhitungkan pada orang lain adalah sama martabatnyadengan prestasi-prestasi yang lebih mulia. Seorang wanitayang mengalami masalah datang menjumpai seorang guru

Berbagai Batu Pijakan

Page 236: Kedamaian 1250301025-phpapp01

238 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

dan berkata: “O Guru, ternyata saya tak dapat melayaniTuhan.” Guru itu bertanya “Apakah tidak ada sesuatu yangkamu cintai?” wanita itu menjawab, “Keponakan saya yang

masih kecil.” Dan Guru itu berkata kepadanya, “Di situlahpelayananmu pada Tuhan, dalam cintamu kepada anak itu.”

Kadang-kadang malahan pelayanan yang besar nilainyatidak diperhatikan. Dalam komunitasku, anggota yang tua

bekerja beberapa jam sehari, melipat pakaian di tempat cuci,membereskan buku-buku di perpustakaan, atau membantudi bengkel kayu atau besi kami. Dalam hal apa pun

pelayanan mereka sangat tak ternilai, bukan hanyasehubungan dengan apa yang mereka hasilkan. Pelayanan-pelayanan itu membuat mereka sejahtera dan damai, dan

kegembiraan yang terpancar di mata mereka ketikamembicarakan pekerjaan itu memperkaya kehidupan kamibersama dengan begitu indahnya.

Joe Bush, yang berusia tujuh puluh tahun dan

menderita penyakit Parkinson, dulunya adalah seorangtukang kebun yang andal. Kini kegiatannya terbatas padasuatu meja, duduk beberapa jam sehari di mana ia

melakukan proyek terjemahan yang panjang, yang lambanmajunya, susah payah mengetik dengan satu jari. Oranglain mungkin frustrasi bekerja seperti itu, tetapi Joe tidak.

Pekerjaanku sungguh menyenangkan. Tentang itu

aku ingin mengingatkan sesuatu yang terlintas dalam

pikiranku. Di suatu gereja seorang pendeta terus-

menerus menyebut penghargaan yang kita dapatkan

dari kerja keras dan setia. Sepertinya ia yakin bahwa

kita punya neraca pahala di surga. Aku tidak cocok

sama sekali dengan gagasan itu.

Sebab bagaimanapun, dalam neraca itu kita punyakekurangan besar, utang besar… lalu kita akan mati sebagaipendosa, sekalipun kita sudah berusaha keras menyesal

Page 237: Kedamaian 1250301025-phpapp01

239

dan bertobat setiap hari untuk sekian lama, tapi aku tidakmerisaukan hal itu. Aku punya tugas untuk kukerjakan,suatu pelayanan yang harus kulakukan, dan aku inginterus melakukannya dan menyerahkannya selebihnyakepada Tuhan, menyerahkan diri kepada-Nya danmenunggu saat kedatangan Kerajaan-Nya dengan segalakemuliaanNya dan dunia baru yang diciptakanNya.

Istri Joe, Audrey, juga mendapatkan kedamaian

dengan melayani orang lain.

Joe dan aku mungkin tinggal sebentar lagi dalam

kehidupan yang fana ini, tetapi ada keabadian

terbentang di depan kami, dan hal itu menimbulkan

pemikiran yang sangat mengagumkan. Jika kita berkata:

“Tidak terima kasih, aku bisa melakukanya,” kepada

mereka yang peduli pada kami (setengah buta dan

setengah lumpuh), adalah bukan karena kami tidak

bersyukur. Masalahnya adalah hidup ini jadi lebih

mengagumkan ketika kami dapat memanfaatkan diri

kami sejauh mungkin. Lilin yang tinggi tidak segera

padam walaupun tinggal dua senti saja; lilin itu terus

menyala sampai tinggal tersisa seonggok kecil saja. Masih

ada banyak hal yang bisa kami lakukan.

Walaupun kami nanti tak lagi dapat melakukan

sesuatu yang berguna sama sekali, kami masih bisa

mendoakan orang lain yang melakukan pekerjaan itu.

Dan kami merasa nyaman karena baris terakhir Soneta

“On His Blindness” karya Milton, yang ditulisnya pada

akhir hidupnya setelah ia buta: “Mereka juga melayani,

walau hanya dengan berdiri dan menunggu.”

Baik Joe maupun Audrey menyatakan bahwa

pekerjaan mereka bermakna karena punya suatu tujuan.

Pekerjaan itu bukan sekadar pekerjaan saja; dan jika

tanpa tujuan, pekerjaan bukanlah pekerjaan, tanpa

sesuatu maksud di dalamnya, pekerjaan tak ada artinya

Berbagai Batu Pijakan

Page 238: Kedamaian 1250301025-phpapp01

240 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

dan menyebabkan frustrasi dan putus asa belaka, sama

seperti pengangguran atau situasi tanpa kegiatan yang

dipaksakan. Menurut Victor Frankl, hidup pada umumnya

ada kebenaran yang sama:

Berulang kali aku melihat permohonan untuk hidup

terus, untuk bertahan dalam situasi yang tidak baik,

hanya terjadi jika kelangsungan hidup itu punya suatu

makna dan makna itu haruslah sangat khas dan pribadi,

suatu makna yang hanya dapat diwujudkan oleh orang

itu sendiri dan memberinya kedamaian hati . Kita harus

ingat selalu bahwa setiap orang adalah unik di dunia.

Aku teringat dilema yang kualami di kamp

konsentrasi, ketika berhadapan dengan seorang pria dan

wanita yang hampir bunuh diri. Keduanya menyatakan

bahwa mereka tidak mengharapkan apa-apa lagi dari hidup

ini. Kenapa pertanyaannya tidak dibalik, apa yang

diharapkan dari kita? Aku menyatakan kepada mereka

bahwa hiduplah yang sedang menunggu sesuatu dari kita.

Sesungguhnya, wanita itu ditunggu oleh anaknya di luar

negeri, dan yang pria sedang mengerjakan serangkaian buku

yang mulai ditulis dan sedang dicetak, namun belum selesai.

Kepada yang pria kukatakan, seharusnya ia tidak

bertanya tentang apa yang diharapkannya dari hidup

ini, tetapi seharusnya ia tahu bahwa kehidupan

mengharapkan sesuatu dari dirinya. Bisa juga dikatakan

begini: pada akhirnya, orang tidak menanyakan “Apa

artinya hidupku ini?” tetapi seharusnya sadar bahwa

dirinyalah yang ditanyai. Hiduplah yang menyampaikan

pertanyaan padanya, dan terserah kepadanya mau

menjawab apa atas pertanyaan dari hidup itu secara

bertanggungjawab; hanya dia sendirilah yang dapat

memberi jawaban pada kehidupan ini dengan

mengatakan jawabannya kepada hidupnya sendiri.

Hidup adalah tugas. Kaum religius tampaknya

berbeda dari mereka yang tidak religius hanya karena

Page 239: Kedamaian 1250301025-phpapp01

241

mereka itu mengalami keberadaan bukan sekadar sebagai

suatu tugas saja, tetapi sebagai misi. Ini berarti bahwa

mereka juga menyadari keberadaan Tuan yang

mempunyai Pekerjaan, sumber misi perutusan mereka.

Selama ribuan tahun, sumber itu disebut Tuhan.

Dipandang dengan cara ini, hidup menyediakan

maksud yang indah bagi kita, yaitu agar sepenuh-

penuhnya digunakan untuk melayani orang lain, sehingga

kita siap sedia bertemu dengan Tuhan ketika kematian

tiba. Aku sering berada di samping ranjang orang yang

sedang menjelang kematian, dan jelas, sebagian

meninggal dalam damai, sedang yang lain begitu tersiksa.

Perbedaaan mereka itu terletak pada cara hidup mereka,

apakah mereka melayani, ataukah mereka hidup minta

dilayani? Pada akhirnya, satu-satunya yang berharga

hanyalah hubungan dengan sesama dan dengan Tuhan.

Hidup demi diri sendiri terus menarik kita agar

memikirkan apa yang harus kita serahkan, sekalipun

kita melakukan pengorbanan juga di sana sini. Akhirnya

kita memandang segala sesuatu dari sudut bagaimana

akibatnya pada diri kita sendiri. Cara hidup seperti itu

menghasilkan sedikit kedamaian. Pelayanan kepada

orang lain menghindarkan kita dari situasi seperti itu,

karena hal itu mengingatkan kita terus-menerus akan

tujuan untuk apa kita hidup, dan membantu kita

melupakan diri sendiri. Pola itu juga memberikan suatu

perspektif baru pada kita, perspektif yang

memungkinkan kita melihat seberapa besar ukuran

kehidupan kita terhadap yang lain di alam semesta ini.

Pelayanan yang benar selalu merupakan tindakanyang menunjukkan cinta kepada orang lain. Hal ini

mudah sekali dilupakan, juga dalam komunitas religiussekalipun, di mana pelayanan merupakan inti dari

Berbagai Batu Pijakan

Page 240: Kedamaian 1250301025-phpapp01

242 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

komitmen setiap warga. Setiap kali kita menganggappekerjaan kita menjadi suatu tujuan sendiri, kitakehilangan pandangan akan kasih sayang yang

memberikan pada pekerjaan itu maksud yang lebih dalam,sehingga berangsur-angsur pekerjaan itu menjadi tanpajiwa, sekadar kegiatan mekanis saja. Dengan kasih,

pekerjaan yang paling duniawi pun punya makna. Tanpakasih, pekerjaan yang mulia menjadi remeh-temeh.

Beberapa waku yang lalu aku mengunjungi Villagedes Pruniers (Plum Village), suatu komunitas Buddhis

Thich Nhat Hanh di Perancis. Suatu hal yang sangatmengesankan adalah para penghuni di sana terus-menerusmemupuk kesadaran akan pekerjaan sebagai pelayanan.

Selalu ada banyak yang perlu dikerjakan di Plum

Village, misalnya terkait dengan pendirian gedung-gedung, pemugaran rumah-rumah lama dan beberapakebun anggur yang masih perlu dipertahankan. Namun

bekerja demi kerja saja diragukan. Mereka tidak begitusaja menerima kebiasaan Barat yang menekankan apayang harus diselesaikan selama hari itu, para penghuni

Plum Village mengembangkan gagasan menghayati saatini. “Ketika mereka berhadapan dengan setiap situasi,setiap tindakan, setiap pertemuan dengan orang lain,

mereka menganggapnya sebagai peluang untuk menjadi“hidup secara lebih penuh (more fully alive)’.” Karl Rich,seorang penghuni di sana menjelaskan:

Kiat bekerja dengan kesadaran penuh membantu

kami merenungkan gagasan tentang menjadi efektif. Hal

itu membantu kami mempertanyakan obsesi kami dengan

berbagai tujuan dan gagasan, bahwa segala sesuatu harus

dilaksanakan “seperti itu.” Kami lalu memandang secara

baru gambaran yang kami miliki tentang diri kami,

apakah baik atau tidak baik dalam tugas kerja tertentu,

Page 241: Kedamaian 1250301025-phpapp01

243

dan membantu menyingkapkan kegembiraan, yang

seharusnya menginspirasikan segala sesuatu yang kita

lakukan, entah bekerja di ruang kaca untuk persemaian,

entah memotong kayu, membersihkan toilet, menulis

atau menjemur cucian. Sangat sering kita berkerja begitu

saja, tanpa kesadaran penuh dan membiarkan kesibukan

kita merusak keselarasan dan kebahagiaan kita.

Sebuah bait dari buku nyanyian di situ menjelaskan

lebih lanjut sikap itu dan menunjukkan prioritas, sejauh

berkaitan dengan pelayanan.

Aku berjanji menyampaikan kegembiraan kepada satu

orang di pagi hari

Dan meringankan kesedihan satu orang di sore hari.

Aku berjanji hidup sederhana dan sehat,

Mencukupkan diri dengan sedikit harta.

Aku berjanji merawat diriku secara sehat .

Aku berjanji melepaskan segala cemas gelisah

Supaya hidupku ringan dan bebas.

Orang-orang yang skeptis mungkin meremehkan

pengertian kerja sebagai sesuatu yang sangat disadari,

atau kesadaran diri yang luar biasa ini. Namun mereka,

kita juga, harus ingat bahwa (lebih dari yang lain),

pelayananlah yang memberikan tangan dan kaki kepada

Injil. Pelayanan kasih adalah hakikat dari ajaran Yesus -

Yesuslah yang berjanji bahwa jika kita mengikuti Dia,

maka Dia akan memberikan kepada kita damai yang

melampui segala akal.

Kristus tidak menyelamatkan orang yang beseru

kepadanya “Tuhan, Tuhan.” Tetapi Dia menyelamatkan

orang yang dengan tulus memberikan roti kepada orang

yang kelaparan, tanpa berpikir tentang Dia sedikit pun.

Dan mereka ini, ketika Yesus memuji, menjawab : Tuhan,

Berbagai Batu Pijakan

Page 242: Kedamaian 1250301025-phpapp01

244 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

kapankah kami memberi Engkau makan? .... Seorang

Ateis dan orang “kafir” yang sungguh dapat berbelas

kasihan, adalah sama dekatnya dengan orang Kristiani

kepada Tuhan, dan karenanya mereka mengenal Dia

sama baiknya, sekalipun pengenalan mereka itu

dinyatakan dengan kata-kata yang lain, atau tetap tak

terucapkan. Sebab “Allah adalah kasih.”

Simone Weil

Page 243: Kedamaian 1250301025-phpapp01

245

Bagian

V

Hidup yang Berkelimpahan“Kami memandang hidup

dan tak dapat menguraikan gita abadi:

Cincin dan Simpul suka dan duka

dijalin dan saling kait semuanya.”

Ramayana

Page 244: Kedamaian 1250301025-phpapp01

246 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Hidupyang Berkelimpahan

Kita tak akan pernah mencapai situasi damai yang

sempurna, atau mendapatkannya sekali untuk

selamanya. Kita dapat meniti batu pijakan melintasi

arus dengan hati-hati seperti yang kita kehendaki,

namun sampai di sisi lain sana, kita masih diri kita

sendiri yang tidak berubah.

Pada saat yang sama, tidak diragukan lagi bahwa

sekali kita mengalami damai, hati kita terbuka pada

dimensi baru hidup ini. Dalam arti tertentu, dimensi baru

itu lebih dari sekadar damai. Hidup baru itu keberadaan

baru yang dijanjikan kepada kita dalam perkataan Yesus,

“Aku datang supaya mereka memperoleh hidup, dan

mempunyainya dalam segala kelimpahannya.”117

Beberapa orang yang menjadi kontributor buku ini

berkata kepadaku, justru ayat itulah yang paling

menentukan ziarah perjalanan mereka. Mereka bilang,

mencari damai sebagai suatu tujuan sendiri juga

merupakan suatu tindakan yang terlalu tertuju pada diri

sendiri: “Kini damai sudah kudapat. Lalu apa lagi?”

Tentang “hidup yang berkelimpahan” mereka

menganggap ungkapan itu paling tepat melukiskan apa

yang sedang mereka cari, dan hal itu bukan bagi diri

mereka sendiri – suatu kebebasan hidup dan kegembiraan,

komitmen, kasih, keadilan dan kesatuan. Bukannya suatu

hidup tanpa air mata dan penderitaan, namun suatu hidup

117 Yoh 10:10

Page 245: Kedamaian 1250301025-phpapp01

247

di mana semuanya itu mendapatkan tempatnya dengan

latar belakang yang kuat dari Kerajaan Allah, di mana

damai yang sempurna berada.

Josef Ben-Eliezer seorang Eropa keturunan Yahudi

yang bergabung dengan komunitas kami beberapa tahun

yang lalu dalam rangka mencari kehidupan seperti itu,

walaupun pada waktu itu ia seorang ateis, melukiskannya

dengan cara lain:

Yang menggerakkan pencarianku adalahkebencian dan pertumpahan darah yang kulihat di masakecilku dan masa mudaku, khususnya selama PerangDunia Kedua, ketika keluargaku lari dari Jerman kePolandia, kemudian ke Siberia, dan akhirnya ke Israel.Aku rasa damai hanya dapat ditemukan dalam konteksjawaban kebutuhan universal dalam persaudaraan. Itulahyang mendorongku untuk mencarinya.

Aku terlibat dalam gerakan pembebasan nasionaldi Israel dan konflik-konflik yang disebabkannya, lalupergi meninggalkannya setelah aku mengalami bahwasetelah gerakan ini memperoleh kekuasaan, ia bersifatmenindas. Kemudian aku mencari jawabannya dalamrevolusi dunia. Aku mempelajari Marx, Lenin danTrotsky, dan kemudian di Paris, aku melibatkan diri dalamberbagai gerakan sayap kiri. Namun suatu pertanyaanyang terus mengganggu dan makin lama makin terasaadalah: di manakah ada jaminannya bahwa jika suaturevolusi berjaya, mereka yang memperoleh kekuasaantidak menindas rakyat mereka sendiri, seperti yang terjadidi Rusia atau di tempat lainnya?

Ketika aku mengunjungi Bruderhof dan membacatentang orang-orang Kristiani perdana yang mengilhamicara hidup komunitas itu, aku terkesan oleh sesuatu yangbaru. Aku memandang gereja perdana sungguh-sungguhsuatu gerakan revolusioner yang mewartakan suatutantanan baru dan menghayatinya. Dan walaupun Yesusmerupakan pusat hidupnya, namun bukanlah Yesus dari

Hidup yang Berkelimpahan

Page 246: Kedamaian 1250301025-phpapp01

248 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

agama Kristiani konvensional, melainkan Yesus yang sejati,yang adalah Putra Allah historis, yang kuasa-Nyamengatasi pemisahan antar pribadi dan bangsa-bangsa....

Aku menemukan suatu persatuan hati yang kucari-

cari selama bertahun-tahun. Aku yakin kesatuan itu

dirindukan setiap orang. Namun, memang diperlukan

pembaruan hati sebelum kesatuan itu diberikan. Itulah

sebabnya Yesus menyerukan pertobatan untuk

mengubah seluruh hidup kita. Aku telah mengalaminya

dan terus mengalaminya. Namun Yesus tidak mengajar

kita untuk mencari keadaan jiwa yang damai bagi diri

sendiri. Ia berkata, “Carilah dulu Kerajaan Allah!”118

Dalam bukunya, Inner Land, kakekku membahas

pencarian damai dengan cara yang serupa. Ia berkata,

“Walaupun banyak orang berkata bahwa mereka akan

mendapatkan damai dengan mengusahakan kebahagiaan

sendiri, hal itu adalah gagasan yang keliru.” Damai tidaklah

sama dengan pemulihan emosi, tulisnya, damai juga lebih

dari sekadar perasaan pribadi. “Adalah dorongan yang lain

sama sekali yang menempatkan diriku di jalan pemuridan;

yaitu panggilan untuk mewartakan kehendak Allah dalam

mengikuti Kristus. Panggilan yang berasal dari tempat

kerajaan-Nya di masa depan, yang menaruh keadilan dan

hormat melebihi kenyamanan perorangan....”

Damai sejati, lanjutnya, haruslah lebih dari kepuasan

jiwa. Yang jelas, kebersamaan dengan Kristus dan dengan

sesama menuntut agar setiap orang dapat berdamai dengan

dirinya sendiri. Namun tidak hanya berhenti di situ. Karena

damai itu juga berarti bebas dari pemisahan, justru karena

merupakan “buah dari kehendak ilahi akan kesatuan, dan

dari situ segala situasi dan hubungan, segala sesuatu dan

tindakan dituangkan dan cahaya dari Kerajaan Allah.”

118 Mat 6:33

Page 247: Kedamaian 1250301025-phpapp01

249

Jane Clement, seorang wanita penulis yang sudah

lama menjadi anggota komunitas kami menyatakan

bahwa sebelumnya bertahun-tahun ia mengupayakan

kedamaian hati. Namun justru setelah melupakan

pencariannya dan menempatkan hidupnya dalam sesuatu

yang lebih besar daripada dirinya sendiri, barulah dia

mendapatkan damai itu.

Dalam proses yang terus-menerus untuk lepas dari

diri sendirilah kita menjadi makin lebih mengandalkan

Tuhan. Kita mengupayakan perkembangan Kerajaan,

bukan demi diri kita sendiri. Tujuan kita bukanlah dispilin

diri melainkan berfungsinya komunitas di sekeliling kita

secara harmonis.... Bagiku adalah sesuatu yang hebat

dapat menjadikan diriku bebas dan tidak dianggap

penting, karena dengan hal itu kudapatkan ketenangan

dan keselarasan jiwa yang dulunya kucari-cari melalui

pemeriksaan diri dan kepekaan diri yang berebihan.

Sedikit dari antara kita mengalami pembebasan

seperti itu. Kita menyerah pada perpecahan dan situasi

tidak – damai. “Seperti itulah biasanya,” dan kita

melupakan khazanah yang disediakan Tuhan bagi kita.

Hanya jarang-jarang saja kita dapat mengerling pada

kebesaran-Nya. Pada umumnya karena kesibukan dari

hari ke hari dan karena kebodohan dan kekerasan hati

kita sendiri, kita dihalangi untuk melihat lebih jauh

dari ujung hidung kita sendiri. Jika pun kita

mengupayakan damai, kita cenderung mengejarnya

untuk diri kita sendiri.

Ketika menulis tentang mencari damai untuk diri

sendiri, Thomas Merton menyarankan agar upaya itu

disertai oleh apa yang disebutnya keterbukaan kasih.

Ketika aku datang di biara tempatku berada, aku

memberontak terhadap kekacauan dari suatu kehidupan

Hidup yang Berkelimpahan

Page 248: Kedamaian 1250301025-phpapp01

250 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

yang tiada artinya, yang di dalamnya ada begitu banyak

kegiatan, begitu banyak simulasi di permukaannya saja

dan tidak perlu, yang menyebabkan aku lupa siapa aku.

Namun faktanya tetap saja bahwa pelarianku dari dunia

bukanlah karena kesalahan Anda yang tetap di dunia,

dan aku tidak berhak melawan dunia dengan cara yang

negatif semata, karena jika hal itu kulakukan, pelarianku

itu tidak akan mengantar aku pada kebenaran dan

kepada Tuhan, melainkan pada suatu ilusi yang bersifat

pribadi walaupun saleh....

Kehidupan kontemplatif memang mencari

damai, tetapi bukan dalam suatu keasingan yang

abstrak dari semua realitas di luar, bukan dengan

menutup indra secara kosong dan menyangkal dunia,

namun dalam keterbukaan kasih.

Mary Wiser, seorang anggota komunitas kami, mulai

mencari makna hidup ketika ia masih anak-anak. Iasegera mendapatkan bahwa upayanya itu menyangkutlebih dari sekadar kedamaian jiwa dan pencapaian

kebahagiaan pribadi.

Ada benang yang menghubungkan seluruh

hidupku yang membuatku selalu mencari Kerajaan

Allah. Sejak masa kanak-kanakku aku mencintai bumi

ini, dan aku selalu terikat erat dengan apa pun yang

kucintai, namun aku tak teringat tepatnya kapan suatu

saat ketika aku lalu tahu ada negeri lain yang lebih cerah,

lebih semarak dan lebih hidup daripada bumi ini, dan

aku adalah warganya.

Dari kecil aku sudah mengenal kata-kata Yesus,

“Carilah dulu kerajaan Surga”119 dan “Barang siapa tidak

membenci ayah dan ibunya....” 120 Aku merasa bahwa

Yesus memanggilku. Tetapi aku juga sangat sadar akan

119 opcit120 Luk 14:26

Page 249: Kedamaian 1250301025-phpapp01

251

keyakinan orang tuaku bahwa bentuk kasih dan

kebahagiaan yang tertinggi adalah hidup demi keluarga.

Aku memerhatikan orang-orang usia paruh baya yang

mengantuk di gereja menyanyi : “Iman dari para bapa

kami ... dapatkah kami seperti mereka mati untuk

Tuhan?” Apakah mereka tahu apa yang mereka

nyanyikan? Aku bergabung di gereja ketika umurku dua-

belas tahun, dan heran serta bingung karena tampaknya

orang tidak begitu menganggapnya penting. Acara-acara

pertemuan Free Methodist menarik hatiku namun

sekaligus membuatku tak suka.

Dan perang? Aku dilahirkan pada 1918 persis

ketika Perang Dunia Pertama berakhir, di suatu sudut

pedesaan yang tampaknya aman di New York. Namun

dari kenangan awalku dari mendengarkan para veteran,

aku tahu pengalaman mereka di Perancis. Suatu hari

seorang teman mainku dan aku mendapatkan di kamar

neneknya serangkaian foto pertempuran di lubang

pertahanan. Aku tak percaya: orang yang biasa kukenal

sehari-hari membunuh orang lain!

Sekolah Minggu Metodis kami melakukan

serangkaian acara yang bertema damai, dan aku

mengikutinya dengan suka cita. Di sekolah menengah

aku melakukan penelitian tentang sebab-sebab perang.

Tak ada orang lain yang berminat.

Ayahku menginginkan aku menempuh arah hidup

yang lazim: Perguruan Tinggi yang baik, pekerjaan yang

aman, lalu hidup mapan. Tetapi pada akhir sekolah

menengah pikiranku mengembara jauh dari lingkungan

kota kecilku, suatu milieu Republikan: aku begitu haus

akan hidup. “Aku datang supaya mereka memperoleh

hidup, dan melukiskan dengan segala kelimpahannya.”121

Kata-kata itu bergema di hatiku.

Hidup yang Berkelimpahan

121 Yoh 10:10

Page 250: Kedamaian 1250301025-phpapp01

252 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Mary menerima bea siswa dari Universitas Cornell

dan menemukan cakrawala dunia yang luas dan

dipengaruhi oleh perikemanusiaan sekular, politik yang

progresif, dan kehidupan seksual yang liberal. Dia juga

menemukan sekelompok teman di kampus yang punya

minat yang sama dalam hal rasisme dan perang.

Kami sungguh-sungguh radikal pada waktu dan

masa itu. Perang Saudara sedang berlangsung di Spanyol,

dan Hitler baru saja mengembang-luaskan otot-ototnya.

Kami harus berpikir dengan semangat cinta damai –

kelompok kami menyusut lebih kecil lagi.

Selama semester pertama tahun terakhirku kami

mengalami periode depresi ekonomi untuk yang pertama

kali dalam hidupku. Aku diwisuda namun dasar

kepercayaanku kepada Yesus melemah, dan walaupun

aku masih berpegang pada ajaran Injil sosial-Nya, aku

kehilangan damai yang kupunyai di masa kecil. Aku

tidak dapat memperolehnya kembali.

Setelah mengajar di Sekolah Menengah di dekat

Ithaca, Mary bertemu Art, seorang pecinta damai yang

gigih dan aktivis antiperang. Mary menikah dengan Art,

“walaupun aku tidak pernah mendengar penolakan yang

penuh kesadaran selain di Perguruan Tinggi.” Sesudah

mereka menikah, Mary terkejut mendapatkan Art ternyata

tidak percaya kepada Tuhan, tetapi Mary percaya pada

kebulatan sikapnya yang merujuk kepada Khotbah di Bukit.

Tahun-tahun selanjutnya, 1941-1945, mencobai

kami, sebagaimana dialami oleh seluruh generasi kami.

Di dalam “perang hebat yang terakhir itu” ada banyak

penghinaan terhadap perwira tentara seperti suamiku,

yang menolak membantu untuk menghentikan Hitler.

Kami menderita bersama teman-teman yang menolak

perang juga dan penderitaan yang mengerikan dari

Page 251: Kedamaian 1250301025-phpapp01

253

jutaan orang yang negaranya dilanda perang di seberang

sana, selalu kami sadari. Gereja kami memasang bendera

Amerika di atas gentengnya dan aku tak pernah masuk

ke dalamnya lagi.

Seperti kebanyakan penentang perang lainnya, Art

ditahan selama perang. Art dikirim ke kamp Pelayanan

Publik Sipil di North Dakota. Mary pindah mendekati

Art dan mendapat pekerjaan dengan mengajar di suatu

sekolah satu kelas. Sentimen anti Jerman begitu kuat

dan para pecinta damai tidak disukai.

Pada suatu malam para orang tua murid yangkudidik menggerombol melawan aku di sekolah,tempatku tinggal dan mengajar. Untungnya merekasegera ditenangkan dan menyimpulkan bahwa suamikuyang “pengecut” di kamp PPS di dekat situlah yangbertanggungjawab....

Menjelang akhir perang Art merasa bahwa ia harusmemprotes seluruh mesin perang – ia tidak ingin lagimenjadi bagian darinya dan keluar dari kamp. Ia segeraditangkap dan dipenjara selama beberapa bulan.

Kami berbagi tahun-tahun itu dengan beberapapasangan lain yang mencari cara hidup yang lebihsederhana, suatu cara hidup yang menghilangkan sebab-sebab dari perang. Kami memutuskan untuk mempelajarikomunitas, kemudian kami tinggal bersama sekelompokorang yang sama di suatu komunitas di Georgia Utara.Namun ketika kami hidup bersama, lalu jelas sekalibahwa kami terlalu dangkal dalam melawan kejahatan,karena kepercayaan kami dan gagasaan kami berbeda-beda. Saatnya untuk berubah.

Art dan aku mengalami banyak “SemangatKerajaan” pada diri teman-teman dan dalam beracam-macam kalangan yang terhormat, Kristiani, maupunbukan Kristiani, dan mengalami banyak kebaikan padaorang-orang yang “baik”. Namun kami begitu silau

Hidup yang Berkelimpahan

Page 252: Kedamaian 1250301025-phpapp01

254 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

dibutakan oleh Raja Kerajaan, satu-satunya kekuatanyang dapat mengatasi yang jahat dalam masyarakat, yangjuga terdapat dalam setiap orang. Akhirnya aku sadarbahwa aku selalu membayangkan Yesus. Aku tak pernahberhenti bertanya siapa Dia. Begitu aku melakukan halitu, dengan cepat kudapatkan lagi kepercayaanku.

Kemudian aku menceritakan pegalamankukepada Heinrich, seorang teman dekat. Aku tak pernahmendapatkan jawabannya: “Sama saja dengan apayang kualami, hanya aku juga telah diadili.” Akuterkesan pada kerendahan hatinya. Dan selanjutnyaaku tahu bahwa aku perlu, dan merasa rindu, untukmemperoleh keadilan juga.

Mengenang kembali masa itu, Mary melihat

pentingnya sesal-pertobatan.

Aku sekarang melihat bahwa ternyata diriku sendirimelawan Kerajaan dengan citra-diriku yang baik danambisi agar aku digunakan oleh Tuhan. Aku telahmenerima segala kebaikan yang berasal dari Tuhanuntukku, namun tidak mau menunjukkan hatiku yangbergolak. Cahaya tentu menerobos masuk ke celahhatiku sebelum menyentuh keburukan itu, yangmalunya, perlu waktu lama untuk itu. Namun denganpertolongan saudara-saudara, pria dan wanita, akubergumul hingga lahir dan batinku bersatu, lalu akumendapatkan kebebasan yang indah.

Aku berpendapat bahwa nilai-nilai yang kupegangsejak masa muda sudah berubah secara radikal, tetapitelah diperdalam, dari idealisme persaudaraan insanimenjadi hidup nyata yang dihayati, dengan Doa Yesus:“Supaya mereka menjadi satu, ya Bapa, sama seperti kitaadalah satu”122 menjadi jangkar dan kebahagiaanku. Doaberangsur-angsur menjadi suatu keajaiban bagiku, dankini aku menganggapnya sebagai suatu tannggug jawab,setelah aku tak dapat aktif lagi.

122 Yon 17:32

Page 253: Kedamaian 1250301025-phpapp01

255

Ya, aku tahu damai yang diberikan Yesus. Tetapidamai itu bukan ketenangan belaka. Tetapi ada masapenuh pergumulan. Bagiku, damai adalah pergulatanRoh Kudus untuk menaklukkan seluruh bumi, termasukranah batin yang tak kelihatan, bersenjatakan kasih,untuk diserahkan kepada Tuhan. Untuk mengalamikedamaian dan menghargai sebagai mutiara yang palingberharga itulah hidup mendapatkan maknanya.

Ketika aku menyadari bahwa pertarungan demiKerajaan Allah itu berlangsung di seluruh semesta, akukagum, terutama oleh kedatangan Allah Putra, Yesus kedunia, dan kesetiaan-Nya menyertai kita melalui perjuangankecil kita. Aku percaya bahwa kisah hidup perorangan kamijuga merupakan bagian dari pertarungan itu pula, karenamerupakan karya Allah. Dan aku dengan gentarmemandang keabadian sebagai kelanjutan dari kisah Allahyang indah ini. Aku yakin kasih itu akan terus bergulir.

Pemikiran Mary membawa kita jauh melampui pencariankedamaian hati kembali pada paradoks kebenaran, bahwahanya dia yang kehilangan nyawanya yang mendapatkannya.

Mereka yang menyerahkan hidup sepenuhnya demi KerajaanAllah sedemikian rupa sehingga upaya mereka mencarikesempurnaan pribadi jadi tidak penting lagi, dan mereka

akan mendapatkannya seratus kali lipat.

Hidup kita tidak dipersempit, malahan diperluas;tidak terbatas namun melampaui-batas; tak lagi diatur,namun lebih meluap; tak lagi sekadar pameran belaka,tetapi diberikan dengan murah hati; bukan hanyasehat, tetapi penuh semangat; tidak lagi kecil hati, tapiberani; tidak kosong lagi dan sekadar insani, tetapidipenuhi Allah; tidak sedih, tapi gembira; tidak tanpadaya, tapi kreatif. Semua ini adalah karena Yesus dansemangatNya yang bebas dan damai. Ia sedang datangkepada kita; “Marilah kita menjelang masa depanNyayang gemilang dengan gembira.”

Eberhard Arnold

Hidup yang Berkelimpahan

Page 254: Kedamaian 1250301025-phpapp01

256 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Jaminan Keselamatan

Aku tidak percaya bahwa Tuhan menghendaki

kita berpura-pura tidak merasa takut, menyangkal rasa

takut, atau menelannya begitu saja. Rasa takut

mengingatkan bahwa kita ini makhluk ciptaan yang

lemah, rentan, sepenuhnya bergantung pada Tuhan.

Namun rasa takut tak boleh mendominasi diri kita hingga

mengendalikan dan mengungkung diri kita, namun, rasa

takut itu harus tunduk pada iman dan kasih, jika tidak

rasa takut itu bisa membuat kita tidak percaya,

diperbudak dan tidak manusiawi lagi.

Aku menyadari bahwa perjuangan meliputi rasa

takut namun aku menolak arahannya, menganggapnya

hanya sekadar melihat gejala luar saja, sedang iman dan

kasih melihat esensinya, melihat realitas, melihat Allah,

karena itu: “Jadilah berani. Jangan takut!”

Philip Berrigan

Dua kali dalam hidupku aku mendapat kehormatan

bertemu Ibu Teresa dan dua kali aku mengagumi

hal yang sama: keyakinannya. Ibu Teresa dikenal dalam

sejarah pertama-tama dan terutama karena karyanya

di Kalkuta mengurus orang yang sedang sakit keras

tak terawat dan menjelang kematian. Itu tepat. Tapi

siapa pun yang meluangkan waktu melayani kaum

miskin tahu bahwa pekerjaan baik seperti itu saja tidak

menghasilkan kepenuhan hidup. Sesungguhnya

banyak orang yang menyerahkan diri dalam karya

semacam ini malahan frustrasi dan lelah luar biasa.

Ketenangan Ibu Teresa berakar lebih dalam daripada

sekadar karyanya belaka: ada rasa aman dalam

Page 255: Kedamaian 1250301025-phpapp01

257

panggilannya itu, dan ada jaminan pula untuk

tempatnya dalam kehidupan.

Rasa aman itu banyak bentuknya: keyakinan, bebas

dari rasa takut, tak ada rasa cemas dan ragu. Jaminanitu juga meliputi pengertian akan tujuan kita, akan jatidiridan maksud keberadaan kita di dunia. Pada diri Ibu

Teresa, cita rasa misi ini begitu kuat. Menggunakan suatuperumpamaan ia mengatakan bahwa dirinya hanyalahsebatang pensil di tangan Allah. Ini memberinya daya

kekuatan, betapa pun ia dikritik dan dicela orang.

Orang zaman ini kekurangan jatidiri yang kuat;Soren Kierkegaard123 menunjukkan satu setengah abadyang lalu, bahwa orang tidak berani bertahan berpegang

pada pendapat yang berlawanan, dan lebih buruk lagi,tak berani punya pendapat. Apakah mengherankan jikahanya sedikit yang dapat menemukan damai? Bukan

maksudku menganjurkan agar kita berusaha menirusemangat kerja yang hebat dan komitmen Ibu Teresa.Orang yang lain mempunyai panggilan yang berbeda, dan

sering kali jalannya menuju damai lebih panjang danberat, dengan belokan dan putaran yang tak terduga.Namun stabilitas batin timbul pada seseorang yang merasa

yakin di hadapan Tuhan, dan janganlah hal inidiremehkan. Orang semacam ini mempunyai keamananyang tidak dapat direbut oleh siapa pun, sebagai buah

dari kedamaiannya.

Freda Dyroff, seorang anggota Bruderhof,meninggalkan tanah airnya, Inggris, dan bergabungdengan komunitas kami di Jerman pada tahun 1930-

an. Secara lahiriah hal itu agak mengherankan. Sebabdengan bergabung ia menerima kemiskinan ekstrem,belajar bahasa dan adat yang asing baginya, dan pindah

123 Filsuf dan teolog Denmark, 1813-1855.

Hidup yang Berkelimpahan

Page 256: Kedamaian 1250301025-phpapp01

258 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ke suatu negara yang hendak berperang melawannegara kelahirannya. Namun Freda yakin ia memilihjalan yang tepat:

Secara material tidak ada yang menarik bagiku,

namun yang pasti ada panggilan yang menimbulkan

pertentangan namun menjanjikan damai. Komunitas

memang begitu miskin, dan hidup di sana keras dan

kasar. Tapi hal itu tidak menggentarkan diriku. Di situ

pria dan wanita hidup selaras dalam dunia yang justru

sedang terpecah-pecah. Mereka menghayati suatu

solusi: menghapuskan perbedaan kelas dan ketidak-

samaan sosial, dengan meninggalkan harta pribadi dan

menghimpunnya jadi satu. Tak seorang pun memiliki

sesuatu dan setiap orang berbagi dengan apa yang

mereka punya. Dan hal itu bukan hanya suatu visi,

sesuatu yang dibaca saja, misalnya dalam Kisah Para

Rasul, tapi suatu kenyataan.

Aku bergabung, dan dengan itu aku akhirnya

merasakan damai dari Allah yang kucari-cari selama

bertahun-tahun: mengajar, bekerja di tempat-tempat

kumuh di London, dan lain-lain. Tentu saja aku harus

melepaskan banyak hal untuk mendapatkan kedamaian

itu: rumahku, rumah tanggaku, keluarga besar, dan

teman-teman; negaraku, bahasaku; kenyamanan

kehidupan borjuis dan sebagainya.

Tak seorang pun memahami mengapa aku

melakukan hal ini dan aku membuat heran, bahkan

melukai hati hingga menimbulkan permusuhan

bahkan kebencian dari orang-orang yang tadinya

sangat dekat dengan diriku. Selanjutnya aku malahan

masih harus menanggalkan banyak hal lagi;

individualisme (namun bukan hati nuraniku), hasrat

diriku dan pendapatku yang kuat.

Sebaliknya aku mendapatkan kasih yang besar dan

tak bersyarat, damai yang dikatakan Yesus, yang merupakan

Page 257: Kedamaian 1250301025-phpapp01

259

jaminan bahwa Allah akan memelihara diriku dalam

segalanya, termasuk dalam kematian. Aku telah melewati

peristiwa-peristiwa yang mengguncangkan – horor dari

Perang Dunia Kedua, dan penyeberangan yang berbahaya

ke Amerika Selatan ketika Perang Atlantik sedang

memuncak, di mana aku melahirkan anak pertamaku. Ada

situasi yang amat sangat berbahaya dan ketakutan kadang-

kadang menggenggam hatiku. Namun di dasar segalanya

aku selalu merasakan ketenangan batin yang aneh:

Keyakinan kepada Tuhan. Siapa lagi yang aku percaya?

Damai ini berasal dari pengetahuan bahwa sekalipun aku

berada dalam bahaya, kehendak Allah sajalah yang akan

terjadi dan kami semua berada di tangan-Nya.

Semua situasi ini tidak terjadi “begitu saja”. Hidup

bukan satu peristiwa kebetulan, dan damai tidak begitu

saja jatuh ke pangkuan kita. Selalu ada perjuangan, dan

selalu ada pilihan yang harus dibuat.

Di masa mudaku, bertahun-tahun aku mencari

damai. Aku mondar-mondir, bergantian mengabdi Tuhan

dan Mammon, dan hal itu tidak membuatku tenang.

Aku membayangkan semua orang muda mengalami

pengalaman seperti kerinduan dan frustrasi, bahkan suatu

kemelut yang luar biasa. Namun aku tahu hal yang sama:

Carilah! Carilah sampai Anda temukan, dan jangan

menyerah. Berdoalah juga, sekalipun Anda mengira diri

Anda bukan orang beriman, karena Tuhan

mendengarkan keluhan “mereka yang tidak percaya”.

Tuhan akan menolong Anda. Jangan menyerah, dan

lebih-lebih, hindarkan cobaan yang memisahkan Anda

dari apa yang sudah lama Anda rindukan. Jika Anda

jatuh, bangun dan berjalanlah lagi di jalan yang tepat.

Seperti banyak hal lainnya dalam hidup ini, keamanan

bukanlah sesuatu yang selalu seperti itu. Keamanan itu

adalah buah dari damai, itu pasti, tetapi bukan berarti lalu

tidak ada pergumulan dan ketakutan sama sekali.

Hidup yang Berkelimpahan

Page 258: Kedamaian 1250301025-phpapp01

260 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Sebaliknya, dengan keyakinanlah pergumulan dan semua

kekhawatiran bisa diatasi. Kakekku menulis:

Dunia membuat kita resah. Dan situasi membuat

kita tidak merasa tenteram. Tetapi damai Yesus yang

melawan semua itu bukanlah sekadar rasa-hati. Damai

Yesus lebih dari itu, lebih dari kepuasan atau rasa nyaman.

Dunia juga memberikan “damai” ketenangan dan

penerimaan, sejauh digunakan untuk mencari tujuan

yang lebih mulia. Namun di situ tidak ada kesadaran

akan tujuannya yang paling mendasar. Yaitu hidup yang

sejati dalam Tuhan. Kesadaran ini dengan teguh

dibangun dari kepastian bahwa sang Penyelamat yang

disalib sajalah yang menjadi sumber dan pemelihara

damai kita. Karena dia telah mengalahkan dosa yang

menyebabkan situasi tidak-damai.

Damai terus-menerus baru dan segar, seperti sungai

yang terus-menerus mengalir ke depan dengan air yang

baru dan tak pernah terhenti atau kering. Pengalaman

akan Kristus dalam diri kitalah yang terus bertahan,

yang ingin tinggal dalam diri kita, agar kita juga tinggal

di dalam Dia.

Perasaan dan keadaan hati berganti-ganti. Namun

hasil-hasil dari kasih terus mendorong kita agar terus

berpegang kepada tangan Kristus yang membimbing.

Berangsur-angsur karakter kita diteguhkan dari dalam,

dan sekalipun perubahan dalam sistem perasaan kita

seperti cuaca buruk yang bisa sangat menekan, namun

hanya sedikit saja memengaruhi hidup rohani kita.

Ketika angin kencang meniup permukaan arus

sungai, permukaan itu bergolak, dan timbul gelombang,

seolah-olah arus didorong agar kembali menuju hulu lagi.

Namun arus air tidak akan berganti. Dan dalam

kedalaman dasar sungai, arus bawah terus mengalir tak

peduli bagaimanapun kuatnya angin bertiup melawan

permukaannya. Jadi biarlah orang memperlakukan kita

Page 259: Kedamaian 1250301025-phpapp01

261

sesuka hati mereka. Jika damai meliputi jiwa kita, arah

kita tetap dijamin mantap, dan tak ada sesuatu pun yang

menggoyahkan kita.

Dalam bukuku I Tell You A Mistery, aku membahassesuatu yang sepertinya mendatangkan tantangan besarpada keyakinan insani kita. Ketakutan universal akan

kematian. Aku tak akan mengupasnya lagi di sini, danhanya ingin mengatakan bahwa bahkan tantangan padadamai ini pun dapat diatasi oleh jaminan yang berasal

dari iman dan melalui kasih, yang dikatakan oleh YohanesRasul melenyapkan ketakutan.124

Martin Luther King Jr. punya alasan tersendiri dalamhal takut akan kematian itu. Karena kharismanya yang

begitu besar dan sikapnya yang begitu vokal, iamempertaruhkan hidupnya berulang kali demi persamaanras. Seperti yang kita tahu, pada akhirnya ia terbunuh.

Seperti orang lain juga, King tentu takut mati, namun dalambeberapa kesempatan perjumpaanku dengan dia, ketikamendengarkan dia bicara, ia memancarkan ketenangan dan

damai yang mendalam. Tak diragukan bahwa dia begituteguh berpegang pada misinya, dan tidak ada rasa takutyang membuatnya lumpuh dalam melaksanakan misinya.

“Tidak ada kebebasan pada orang yang takut mati,”

katanya pada peserta demonstrasi hak-hak sipil di tahun1963. “Begitu kalian mengalahkan rasa takut mati,seketika itu juga Anda merasa bebas.” Teman-temanya

mendesak agar dia mengurangi risiko, tetapi diamengabaikannya. “Aku tak bisa mengkhawatirkankeselamatanku,” katanya. “Aku tak boleh hidup dalam

ketakutan yang telah kukalahkan, itulah rasa takut akankematian.... Jika orang belum menemukan tujuan utukapa ia akan mati, ia tidak pantas untuk hidup.”

124 1 Yoh 4:18

Hidup yang Berkelimpahan

Page 260: Kedamaian 1250301025-phpapp01

262 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Magdalena Boller, seorang anggota komunitaskuyang kehilangan ibunya yang mati mendadak ketikaumurnya belasan tahun, merasa bebas dari rasa takut

dalam situasi yang sangat berbeda. Dalam mengenangpengalamannya itu, ia menyentuh sesuatu yang penting:damai yang suatu saat memenuhi hati dapat dilimpahkan

kepada orang lain.

Dalam hidupku, damai datang dengan cara yang

aneh dan sangat indah, meluap dari ibuku pada waktu

yang sangat mendesak.

Saudara bungsuku, Felix, sakit keras ketika umurnya

baru sembilan bulan, dan tiba-tiba mati. Kami tinggal di

suatu daerah terpencil di Amerika Selatan, dan

pertolongan medis yang tersedia terbatas dan sederhana.

Pada waktu itu ibuku menulis dalam buku hariannya:

Detak jantung Felix sangat lemah.

Monika, perawat kami, memberikan suntikan

kamfer, dan aku dapat merasakan detaknya

lagi... lalu tiba-tiba matanya terbuka, terus

melebar, begitu biru lazuardi.... Namun

kemudian, cahayanya terus meredup. Hanya

aku yang memerhatikannya. “Moni, dia akan

mati!” aku menjerit. Kami mengatupkan

tangan. Kata-kata doa kami begitu kuat

memohon ke surga: “Tuhan, berilah dia hidup,

jika Engkau menghendaki.” Ah, aku lebih tahu.

Keputusan sudah dibuat. Felix diambil. “Yesus

datanglah!” kata-kata itu terlompat dari hati

kami. Ah, Yesus sungguh datang. Ia datang

untuk mengambil sendiri anakku. Namun

jantung Felix masih berdetak lemah. Ia disuntik

lagi. Lalu diberi napas buatan. Akhirnya kami

tahu semuanya telah berlalu.

Biar aku menggendongnya. Monika

memberikan Felix kepadaku. Anakku terbaring

Page 261: Kedamaian 1250301025-phpapp01

263

di pangkuanku, begitu lembut, begitu tenang,

sedang jiwanya yang kecil pulang ke tempat

abadi. Ataukah keabadian yang justru datang

kepada kita? Di sampingku, Leo merasakannya

juga. Sangat terasa damai di sekeliling kami dan

di dalam kami. Tenteram, tenteram abadi.

Anakku pulang ke tempat para malaikat dari

mana ia dulu datang. Tenanglah. Jangan bicara

sekarang. Anakku, dengan susah payah aku

melahirkan kamu. Apakah yang memenuhi

hatiku sekarang ini kegembiraan atau

penderitaan, aku tak tahu. Yang kutahu

hanyalah bahwa aku menyerahkan kembali

anakku kepada Tuhan, yang telah memberikan

dia kepadaku. Dan sekarang, pelan-pelan jasad

anakku menjadi dingin di pangkuanku.

Saat itu hari Minggu pagi. Sebagian dari kami, anak-

anak, baru pulang dari jalan-jalan, dan seorang tetangga

menggamit aku dan memberitahu bahwa adikku baru

saja meninggal. Aku sedih sekali dan lari pontang-panting

ke rumah. Ibuku ada di sana. Dia memandangku penuh

cinta. Matanya basah. Ia merangkul aku: “Felix sudah

pergi kepada Yesus,” katanya. Kedamaian dan

kepasrahan ibu meliputi diriku.

Sembilan tahun kemudian ibuku juga meninggal

dengan tiba-tiba, dan kepergiannya sungguh membuatku

menderita. Umurku baru tujuh belas tahun dan belum

setahun aku meninggalkan rumah, dan pulang hanya

untuk satu dua minggu saja. Mama adalah jantung

keluarga kami, aku dan dia sangat dekat. Dan kini ia

pergi, setelah aku kehilangan dia selama setahun yang

lalu. Aku tak dapat begitu saja menerima berita tentang

kepergiannya itu. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Dalam kepasrahanku, bayangan ibu yang matanya

basah namun begitu damai wajahnya, terlintas lagi. Aku

melihat dia di samping ranjang adikku bertahun-tahun

Hidup yang Berkelimpahan

Page 262: Kedamaian 1250301025-phpapp01

264 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

yang lalu. Dan ketika aku mengenangkan ibu dalam

dukacitanya sekali lagi damainya meliputi diriku, seolah-

olah itulah hadiah perpisahan darinya.

Damai yang dirasakan Magdalena mungkin sesuatu

yang langka, namun ada. Dan Yesus menjanjikan hal yang

sama pada tiap-tiap kita. “DamaiKu Kuberikan kepadamu.”

Mungkin agak lain karena hanya sedikit dari kita yang

bersedia menerimanya. Tolstoy menulis:

Orang mempertanyakan mengapa aku hanyapunya sedikit rasa takut dan mengira ada sesuatu yangmistik dalam pandanganku tentang hidup dan mati.Tidak ada hal seperti itu. Aku menyukai tamanku, akusuka membaca buku, aku suka membelai anak. Dengankematian aku akan kehilangan semua itu, maka akutak ingin mati, aku takut mati.

Mungkin seluruh hidupku terdiri dari hasrat-hasratyang fana seperti itu dan aku menghargainya, maka takbisa tidak aku takut pada sesuatu yang akan mengakkirisemua itu. Namun, makin banyak kulepaskan berbagaihasrat dan keinginan, dan menggantikannya dengan satuhasrat yang lain, yaitu hasrat untuk melaksanakankehendak Tuhan dan memberikan diriku kepadaNya,ketakutanku akan kematian lalu berkurang, dan makinkecillah pengaruh kematian itu pada diriku. Dan jikaseluruh hasratku itu telah diubah, maka yang adahanyalah hidup, bukan kematian.

Menggantikan segala yang duniawi dan fanadengan yang abadi merupakan cara hidup, dan denganitulah kita berziarah. Namun bagaimana mengenaikeadaan jiwa seseorang, hanya orang itu sendirilahyang mengetahuinya.

Page 263: Kedamaian 1250301025-phpapp01

265

Kepenuhan

Bagaimana tidak hilang jiwa kita, jika segala sesuatu

dan setiap orang menarik kita ke arah yang berbeda-

beda? Bagaimana kita “mempertahankan keutuhan” jika

kita terus-menerus dikoyak-koyak?

Yesus berkata, “Tidak sehelai pun dari rambut

kepalamu akan hilang, kalau kamu bertahan, kamu akan

memperoleh hidupmu.” (Luk 21:18-19). Kita hanya dapat

bertahan di dunia bila kita percaya bahwa Tuhan mengenal

kita lebih daripada kita sendiri mengenal diri kita. Kita

hanya dapat hidup utuh sepenuhnya, jika kita percaya

bahwa Tuhan memelihara kita sepenuhnya. Kita hanya

dapat memperoleh hidup kita jika kita tetap setia pada

kebenaran, bahwa setiap bagian dari diri kita sekalipun

kecil seperti rambut, sepenuhnya aman dalam lindungan

ilahi Tuhan kita. Dengan kata lain: jika kita menghayati

hidup rohani, tak ada yang perlu kita takutkan.

Henri J.M. Nouwen

Bagaimanapun uniknya setiap orang, ada benang yang

menjalin segalanya menjadi satu dalam upaya

menuju damai. Sedikit banyak, setiap orang berziarah

menuju suatu keseluruhan kesatuan yang penuh. Ada

orang yang berkata mencari kedamaian jiwa; yang lain

kedamaian hati. Ada yang mencari persahabatan, yang

lain mengusahakan keselarasan dunia. Di dasar

segalanya, semua kerinduan ini digerakkan oleh

percikan-percikan kecil dari hidup dan oleh hasrat-

hasrat yang perlu diatasi.

Charles Headland, seorang anggota Bruderhof yang baru-

baru ini meninggal dalam usia delapan-puluhan, pernah

Hidup yang Berkelimpahan

Page 264: Kedamaian 1250301025-phpapp01

266 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

bercerita padaku bahwa justru kompartementalisasi hidupnya

itulah yang membuatnya mencari damai. Sebagai seorang

akuntan pada suatu perusahaan besar, ia punya sekelompok

teman; sebagai aktivis perdamaian ia punya kelompok teman

yang lain lagi; sebagai anggota gereja, ia ada teman-teman

lagi; dan akhirnya, kerabat dan handai tolan. Tidak ada yang

mengaitkan pelbagai sektor itu, maka setiap hari Charles harus

melakukan penyeimbangan terus dalam rangka memenuhi

komitmennya pada keempat bidang itu.

John Hinde, sesama gembala dalam komunitasku

menyatakan bahwa ia tidak merasa nyaman dengan gaya

hidupnya begitu menjadi aktivis cinta-damai tak lama

menjelang Perang Dunia Kedua dulu. Sebagai anggota

aktif dalam gerakan perdamaian pada malam hari dan

pada akhir pekan, ia melaksanakan apa saja yang dapat

mengungkapkan sikapnya melawan konflik bersenjata.

Tetapi pada siang harinya ia bekerja sebagai pialang

Asuransi Lloyd di London dan ia merasa memberikan

kontribusi pada semacam pembagian kelas dalam

masyarakat dan semacam konflik sosial yang

menciptakan perang setiap hari.

Hidup ini memang penuh dengan pembagian yang

memisah-misahkan: antara rumah dengan pekerjaan;

antara hidup pribadi dan hidup bermasyarakat; antara

kegiatan kerja dan kegiatan waktu senggang; kegiatan

politik, kegiatan profesional, dan kegiatan pribadi. Pada

dirinya sendiri tak ada yang salah pada masing-masing

kegiatan, atau komitmen dalam tiap-tiap bidang itu.

Masalah mulai terasa ketika pembagian-pembagian itu

menimbulkan kontradiksi dan konflik satu sama lain.

Kemudian sikap yang berbeda-beda terhadap setiap

bidang menimbulkan kompromi dalam satu pribadi, yang

lalu berkembang menjadi kemunafikan, hipokrisi.

Page 265: Kedamaian 1250301025-phpapp01

267

Barbara Greenyer, seorang anggota Bruderhof,

mengisahkan suatu contoh:

Pada akhir 1930-an dalam usaha mengembangkan

komunikasi dan pemahaman yang lebih besar, kelompok

perdamaian kami dalam gereja mengundang beberapa

anggota Kaum Muda Hitler dari suatu gereja di Jerman

agar tinggal di rumah kami. Hanya seorang gadis saja

yang mau datang. (Aku masih berhubungan dengan dia

sampai sekarang). Begitu dia pulang, perang meletus.

Dan aku teringat betapa terguncang hatiku setelah

meyadari bahwa “dia” sekarang menjadi “musuh kami”.

Sebagai protes atas pembunuhan dalam perang,

suamiku, Kenneth dan aku memutuskan untuk tidak

turut campur apa pun dengan segala sesuatu yang terkait

dengan perang. Kami menolak mengambil masker gas

maupun membangun lubang perlindungan yang

diinstruksikan Menteri Anderson; kami yakin bahwa

Departemen Pertahanan berusaha membangun cita-rasa

keamanan yang tidak benar kepada masyarakat.

Kemudian Kenneth mendapat sepucuk surat dari seorang

senior dalam Majelis Gereja Methodis Wesley, yang

melarang kelompok perdamaian kami mengadakan

pertemuan dalam gedung-gedung milik gereja, dan

katanya ia akan mengajari Kenneth apa yang harus

dilakukan seandainya saja Kenneth adalah putranya.

Surat itu bernada marah. Aku ingin menemui orang itu

dan ingin habis-habisan berbantah dengannya, tetapi

Kenneth mengingatkan aku bahwa putra orang itu sudah

dikirim ke medan perang di garis depan, dan kita harus

berbela rasa dengan dia.

Kami mematuhi surat majelis itu, tetapi

kemudian menghadapi persoalan mengenai

hubungan kami dengan gereja. Dapatkah kami ikut

ambil bagian dalam persekutuan pada hari Minggu

karena mereka menyetujui perang? Kami merasa tak

Hidup yang Berkelimpahan

Page 266: Kedamaian 1250301025-phpapp01

268 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

bisa, dan kami menulis surat kepada pendeta. Ia

membujuk kami agar tetap ikut persekutuan, tapi

kami tetap menolak. Keputusan itu sangat berat,

karena gereja merupakan pusat hidup kami. Kami

berdua melayani Sekolah Minggu di sana.

Danniel Berrigan menulis tentang “hati nurani yang

terpecah” yang merupkan akar dari dilema semacam itu.

Di masa damai, para imam dan pendeta berkhotbah

tentang perdamaian dan tentang sepuluh Perintah Allah

“Jangan membunuh....” Di masa perang mereka

memberkati pesawat pengebom. Mereka yang antiperang

menjadi pro-aborsi, sedangkan para tentara menjadi

antiaborsi; para aktivis antiaborsi ternyata juga pro-

hukuman mati, dan seterusnya. “Setiap orang ingin

memerangi kejahatan tertentu dengan harapan dapat

menciptakan dunia sebagai tempat yang lebih baik.

Mereka lupa bahwa mereka tidak dapat serentak

membela bom dan anak-anak sekaligus....”

Rabbi Kenneth L. Cohen mengatakan hal yang

sangat serupa. Dalam salah satu karangannya ia

mengingatkan pembaca tentang dua wajah kehidupan

Nazi yang mengerikan, di mana suami dan para ayah yang

begitu ramah serentak juga para pembunuh yang

profesional, yang “menembak mati orang Yahudi pada

pagi hari dan mendengarkan musik Mozart dengan tenang

pada malam hari.” Contoh yang diberikan mungkin

terlalu tajam, namun menunjukkan ujung-ujung terakhir

yang dapat terjadi ketika konflik itu tidak diselesaikan

dan bukan hanya mengancam perdamaian saja, tetapi

bahkan mengancam hidup sendiri.

Jawaban Kristus atas soal ini sederhana dan sungguh

jelas: bahwa kita harus tampak sama luar-dalam; bahwa

kita harus menyerahkan hidup kita, supaya dapat

Page 267: Kedamaian 1250301025-phpapp01

269

diselamatkan. Kristus menuntut integritas tanpa cacat

yang menghubungkan setiap dan semua aspek dari

kehidupan kita, suatu pertarungan yang konsisten

membela segala yang baik dan memberi hidup, melawan

apa saja yang merusak dan menyebabkan kematian.

Apakah dengan demikian kepenuhan (keseluruhan,

totalitas, integritas) merupakan persyaratan yang

diperlukan bagi damai Tuhan, ataukah hasil yang berasal

darinya? Apakah kepenuhan itu batu pijakan, ataukah

buahnya? Sebagai tanda dari hidup yang berkelimpahan

yang ditawarkan oleh Yesus aku memandangnya sebagai

tanda-tanda kedamaian – sesuatu yang mengalir dari

damai itu – bukan lorong menuju damai.

Charles Moore, seorang pengajar seminari yang baru-

baru ini datang mengunjungi kami bersama istrinya,

merindukan kepenuhan hidup ini tetapi tidak

mendapatkannya. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa

sejauh dirinya masih menjadi pusat pencarian pribadi, ia

tak akan memperoleh jawaban yang memuaskan. Hanya

jika ia mempersilakan Kristus menjadi titik fokus

hidupnya, barulah segala sesuatu akan mendapatkan

tempatnya yang tepat.

Ketika aku merenungkan hidupku sepuluh tahun

lalu, aku sadar bahwa aku menghayati disintegrasi

pribadi yang berangsur-angsur dan pelan-pelan

mematikan. Ledakan energi dari masa mudaku boros

tercurah bukan karena aku hidup sembarangan,

melainkan karena usahaku untuk memadukan secara

berlebihan segala sesuatu. Energi itu lelah karena

pikiranku sendiri. Aku punya obsesi untuk berusaha keras

agar dapat hidup baik, dapat memenuhi kebutuhan, dapat

menyenangkan Tuhan dan dapat melakukan hal-hal

yang benar. Ada banyak alasan untuk melakukan

Hidup yang Berkelimpahan

Page 268: Kedamaian 1250301025-phpapp01

270 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

hubungan, dan ada banyak hubungan yang perlu dibina,

ada banyak orang yang harus kutemui, ada banyak

pengetahuan yang harus kukuasai, ada banyak

kewajiban yang harus dilaksanakan, dan ada banyak

peluang yang harus dijelajahi. Namun begitu aku terjun

ke dalam pusaran kemungkinan itu, secara sistematis

diriku jadi terpecah-belah. Damai di hatiku pergi

menjauh, dan damai hidupku lalu menghilang.

Semua kejadian ini lebih mudah kulihat sekarang,

namun waktu itu tak bisa kusadari. “Diriku” sendiri betul-

betul tak mampu mengintegrasikan benang-benang yang

tak kelihatan, namun bisa terasakan dari cara hidup

dengan komitmen-komitmen yang berlebihan itu. Masing-

masing, satu demi satu, benang hidup itu tidak bisa

dipadukan menjadi suatu keseluruhan yang bermakna.

Pekerjaanku sebagai dosen filsafat dan teologi dan

kegiatan studiku untuk memperoleh gelar doktor sama-

sama menuntut waktuku, sama-sama menuntut

dedikasiku. Keduanya hanya kusatukan dalam

“gagasan” saja, namun sesungguhnya kedua bagian dari

hidupku itu merupakan dunia-dunia yang terpisah.

Ada hubungan profesional dengan sesama rekan

pengajar, yang dipersatukan oleh iman yang satu dan sama,

namun mereka bekerja dalam struktur dan bidang wacana

yang sepenuhnya berbeda. Keyakinaan dan praktik

seringkali betul-betul asing satu sama lain. Kukira keduanya

bisa dijembatani, dan memang ada usaha yang berhasil.

Namun ketika tuntutan hidup bertambah, kemampuanku

tetap sama saja, tidak berkembang. Di samping itu, aku

bukan hanya seorang akademisi saja. Aku juga punya urusan

yang lain-lain lagi, kepentingan lainnya. Masih ada

kehidupan pribadiku – istriku, Leslie, teman-temanku dan

teman-temannya, keluargaku dan keluarganya – dengan

pelbagai dimensi yang sangat berlainan yang tampaknya

sungguh berlainan jalurnya. Kadang-kadang bersinggungan,

tetapi tak pernah benar-benar menyatu.

Page 269: Kedamaian 1250301025-phpapp01

271

Lalu ada lagi gereja dan pelayananku di sana,

yang berbeda dari komunitas kecil di mana aku dan

Leslie menjadi bagiannya, dan berbeda pula dari

pelayanan lintas batas di lingkungan lain di mana kami

berdua juga terl ibat. Ada acara-acara yang

diselenggarakan oleh kelompok aktivis yang kuikuti,

juga acara-acara keluarga, semuanya mewajibkan

diriku untuk hadir. Aku memang menginginkan

semua itu, dan semua itu kudapatkan. Namun dari

semuanya itu tak ada yang membuat hidupku terasa

utuh. Aku terpecah-pecah lahir batin.

Bagaimanapun kerasnya aku berusaha, aku tak

dapat melepas salah satu darinya namun aku juga

kelabakan mengendalikan semuanya sekaliguss,

walau aku telah membuat mekanisme kerja yang

kukira dapat mengatur semuanya itu. Aku punya

hubungan konseling rahasia dengan seorang sahabat,

suatu hubungan curahan hati; aku telah mencoba

memanfaatkan kesempatan santai untuk “melepas-

beban” melalui hiburan dan lain sebagainya dengan

istriku, aku telah berusaha menunda jadwal studi

doktoralku dan melakukan penyesuaian jadwal dan

beban mengajarku; aku mengurangi hubungan yang

makan waktu di sana-sini, dan sebagainya. Namun

pengurangan, penyesuaian dan tambal-sulam itu tidak

memadai. Karena tuntutan intensitas perhatian dan

dedikasi, tetap saja aku pontang-panting, dan kacau-

balau, dan hidupku terasa tetap cerai-berai.

Semuanya membingungkan. Kukira mengikutiYesus berarti menyediakan diri digunakan oleh Tuhanuntuk kerajaanNya. Tetapi mengapa aku tidakmendapatkan damai yang dijanjikan, damai yangmelebihi segala akal dan pengertian itu? Mengapaaku merasa hidupku seolah-olah terkoyak-koyak kemana-mana? Mengapa aku menjadi begitu frustrasi,begitu terpojok, begitu kacau?

Hidup yang Berkelimpahan

Page 270: Kedamaian 1250301025-phpapp01

272 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Masyarakat kita begitu egoistis, individualistis,materialistis dan serba memaksa ; tidak ada cukup ruanguntuk komunitas di dalamnya – kebutuhanku, hasratku,kekuatan dan kelemahanku dan kemampuankumerupakan daya-daya pendorong ; dan hidupku adalahsebuah benteng yang dipagari, dijaga dan hanya terbukadi sana-sini untuk beberapa orang saja.

Kini jika aku menengok ke belakang lagi, ironiskelihatannya, bahwa hidupku yang begitu sibuk ituterasa benar tidak lengkap. Aku selalu menginginkanpekerjaan yang bermakna, kehebatan intelektual,kegiatan sosial, teman-teman yang punya perhatianhangat, keberhasilan material, dan kebebasan untukmenyesuaikan jadwalku bila kurasa perlu. Namun akutidak merasa damai. Batas-batas hidupku terbuka luas,dan aku memenuhi semua pilihanku.

Dalam merenungkan kembali semua itu kulihataku memeragakan kebohongan besar: itulah hidupmu!Laksanakan seperti yang kamu inginkan. Aku membuathidupku sebagai proses alam semesta, walaupun seolah-olah di dalam pengabdian kepada Allah. Akuterperangkap dalam kegilaan gaya hidup kelas menengahyang sedang berpusar (bukan hanya pada tujuanakhirnya, namun dalam tata cara lahirnya) di sekitarkebutuhan dan hasratku – namun aku tidak melihatbahwa hidup semacam ini tidak nyata, tidak benar, tidakselaras dengan maksud Allah menciptakan kita.

Bagaimanapun usahaku untuk menambalkekuranganku di dalam menyelaraskan hidupku, akutetap tidak mampu, sampai aku harus berhenti menempuhcara hidup yang ditentukan oleh persyaratan-persyaratanduniawi itu (syarat-syarat atau kriteria yang berpusat padakebebasan dan pemenuhan hasrat pribadi) dan mulaimendapatkan cita rasa keutuhan diri. Aku melihat suatupilihan yang dapat kuambil: aku bisa terus melanjutkankehidupan dengan cara itu, tawar-menawar denganberbagai-bagai tuntutan dan hubungan pilihanku sendiri;

Page 271: Kedamaian 1250301025-phpapp01

273

atau, aku dapat memulai suatu dasar yang baru yangberbeda, dasar di mana batu sendinya adalah komunitas(bukan diri sendiri), pelayanan timbal-balik (bukanpemenuhan tugas pribadi sendiri), dan kerajaan Allah(bukan kerajaanku).

Ketika Charles dan Leslie mendengar tentangkomunitas kami, mereka membuat rencana kunjungan,

dan setahun kemudian mereka memutuskan untukdatang. Tak bisa dikatakan bahwa kehidupan dalamBruderhof merupakan panggilan untuk semua orang, juga

tak bisa dikatakan bahwa “komunitas” seperti itu adalahjalan menuju kedamaian. Namun Charles dan Leslieberkata, bahwa rasa kepenuhan, kelengkapan diri yang

mereka dapatkan hari ini tidak terpisahkan dari integritasdiri mereka dalam suatu kehidupan yang dijalani bersamadengan orang-orang lain. “Di dalam komunitas, segalayang bersifat pribadi dan komunal, yang berorientasi pada

keluarga dan berorientasi pada kerja, yang bersifat praktisdan yang spiritual tidak saling bersaing, tetapi lebur jadisatu. Dan semua diperkaya dan dipelihara dengan

komitmen timbal balik.” Charles melanjutkan:

Kukira masalah damai pribadi tidak lalu selesaisepenuhnya. Aku masih bergumul dengan fakta bahwadiriku masih jauh dari apa yang dikehendaki Allah.Walaupun salib menjembatani kesenjangan itu, dan akuberpegang padanya dalam iman, pertarungan antaraketidaksempurnaan dan dosa masih terus berlanjut.Namun maksud hatiku dan arah tindakanku tidakberbeda-beda lagi; aspek lahiriah dan aspek batiniahhidup sudah berpadanan ; mereka berjalan seiring, tidakberpencar-pencar oleh hasrat, melainkan oleh citra rasadamai yang dalam dari Tuhan.

Kini, setelah tidak lagi menempatkan diriku sebagai

poros hidupku, aku lebih siap untuk menyerahkan proyek-

proyek pribadiku dengan tujuan-tujuannya, dan juga

Hidup yang Berkelimpahan

Page 272: Kedamaian 1250301025-phpapp01

274 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

melepaskan usahaku untuk mengejar maksud-maksud

hidupku sendiri. Tuhan mengatur hidupku dengan cara

baru. Ia memberikan padaku perasaan utuh penuh dan

suatu kedamaian yang dulu tak pernah kurasakan.

Tuhan menciptakan suatu komunitas bagi kita,

dan dari situ selanjutnya timbul kedamaian yang

menopang hidup. Komunitas bukanlah obat mujarab

untuk segala hal, tetapi komunitas menawarkan cara

hidup di mana segala sesuatu ada bersama sebagai suatu

keseluruhan. Tidak ada pembagian, penggolongan di

sana. Aku berdamai dengan diriku sendiri, dengan

sesama, dan dengan Tuhan. Jika aku kehilangan

damaiku, aku mempunyai suatu dasar untuk berjuang

kembali untuk mendapatkannya (atau dengan

pertolongan orang lain). Aku tak lagi memboroskan

tenagaku untuk memadukan hidupku, sebaliknya aku

dapat melupakan diriku sendiri dan mengabdikannya

pada sesuatu yang lebih besar; sesuatu yang menyatukan

hidup, bukan mengoyak-koyakannya.

Damai yang kurasakan jauh melebihi suatu

berkat pribadi, damai ini bukan cuma milikku semata-

mata. Damai itu adalah milik dari suatu keseluruhan

yang lebih besar, suatu badan yang anggotanya bukan

sekadar orang lain yang tak kukenal, tetapi saudara-

saudari yang kukenal. Inilah anugerah yang sungguh

kaya dari damai Tuhan. Dan misterinya ialah damai

itu datang padaku bukan karena perjuanganku untuk

mendapatkannya, tetapi karena mataku memandang

lebih jauh melampaui mitos pemenuhan diri, dan

melihat realitas mengenai hidup yang lebih

berkelimpahan. Untuk mengalami hal itu sama artinya

dengan mengalami rahmat Allah. Namun untuk itu

juga merupakan suatu pilihan.

Page 273: Kedamaian 1250301025-phpapp01

275

Kegembiraan

Tak ada yang dapat kuberikan padamu sebagaisesuatu yang belum kamu punya; tetapi ada banyak hal

yang dapat kuberikan yang dapat kamu terima. Tak adasurga yang dapat datang pada kita jika hati kita tidakdapat tenang di dalamnya. Ambillah surga. Tidak ada

damai yang letaknya di masa depan yang tidak tersembunyidi saat sekarang. Ambillah damai! Kegelapan duniahanyalah kabut bayangan; namun di baliknya, bisa

dijangkau, adalah kegembiraan. Terimalah kegembiraan!

Ada sinar dan kemuliaan dalam kegelapan,seandainya kita dapat melihatnya; dan untukmelihatnya, kita hanya perlu memandangnya. Akusangat berharap kamu memandangnya. Hidup sangatmurah hati dalam memberi, namun umumnya kitamenilai pemberiannya berdasarkan kemasannya,membuangnya karena buruk, berat, dan kasar. Bukalahkemasannya, dan akan kamu dapatkan keindahanhidup, dijalin oleh kasih, dengan kearifan, dengankekuatan. Terimalah, peganglah, dan akan kamu sentuhtangan malaikat yang memberikannya kepadamu.

Segala sesuatu yang kita sebut pencobaan, penderitaan,atau tugas, percayalah padaku, menyembunyikan tanganmalaikat di dalamnya; ada anugerah di sana, dan kegiatandari Dia. Ada juga kegembiraan kita: jangan hanya berpuasdiri dengan kegembiraan itu saja. Mereka jugamenyembunyikan anugerah ilahi.

Begitulah saat ini aku menyampaikan salampadamu. Tidak seperti yang diberikan dunia, namunsalam dengan penghargaan yang sangat dalam dandengan doa bagimu, kini dan selamnya semoga cerahlahhari dan lenyaplah semua awan bayangan.

Fra Giovanni

Hidup yang Berkelimpahan

Page 274: Kedamaian 1250301025-phpapp01

276 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

D i dalam kritiknya yang paling serius tentang

kekristenan, Friedrich Nietzche suatu ketika

mengeluh: “kesulitan dengan orang-orang Kristiani ialah

bahwa mereka itu tidak punya kegembiraan.” Ya, kita

tahu apa itu kebahagiaan; apa yang membuat kita senang

dan puas dan bahkan nikmat. Tetapi kegembiraan?

Menurut Molly Kelly yang kisahnya telah dikemukakan

dalam buku ini, ada perbedaan penting.

Kita semua mempunyai saat-saat bahagia dalam

hidup kita, tetapi kebahagiaan bukan kegembiraan.

Kegembiraan hanya dialami ketika Anda damai.

Kebahagiaan hanya setebal kulit, dan mengembang.

Kegembiraan meresap ke dalam jiwa kita; dan bertahan

lama. Kebahagiaan memang merasakan sesuatu yang

baik; kegembiraan bisa dirasakan dengan penderitaan.

Kebahagiaan berkaitan dengan kemenangan;

kegembiraan sering datang dari penyerahan.

Kegembiraan jelas merupakan anugerah yang lebih

besar. Namun seperti yang dikatakan Fra Giovani,

kegembiraan sering dikemas dalam rupa penderitaan atau

kesengsaraan. Karena kita tak dapat menerimanya, dan

“membuangnya karena buruk, berat, dan kasar,” maka

kita tidak sungguh-sungguh memahami kegembiraan.

Ketika menulis tak lama sebelum kematiannya di

tangan kaum Nazi yang menghukumnya, Ewald von

Kleist menyatakan bahwa banyak orang Kristiani,

bahkan ketika mereka sungguh menerima penderitaan,

tidak dapat menemukan kegembiraan, karena mereka

berpegang pada asumsi yang keliru tentang sifat dan

maknanya. Ia menyimpulkan:

Setiap hari semakin jelas bagiku bahwa kita

manusia (terutama orang kulit putih, orang Eropa)

keliru menilai segala sesuatu, karena kita terasing dari

Page 275: Kedamaian 1250301025-phpapp01

277

Tuhan. Dunia sekarang tidak lagi merupakan ukuran

yang benar untuk nilai-nilai. Orang mengejar tujuan-

tujuan yang mengambang dan tidak mengenal

kebahagiaan, juga tak tahu di mana letaknya; mereka

tak tahu lagi apa yang harus disyukuri.

Miriem Potts, seorang anggota gerejaku berkata

bahwa baginya kegembiraan, syukur, dan damai sangat

erat berkaitan:

Jika seorang bertanya kepadaku, “Apakah kamu

mempunyai kedamaian hati? Apakah kamu merasa

damai dengan Tuhan?” Aku ragu. Itulah pertanyaan yang

sulit kujawab. Apakah aku mengerti? Kadang-kadang

aku sendiri tak tahu apakah aku punya iman.

Tetapi bila ada orang bertanya, “Apakah kamu

gembira? Apakah kamu bahagia?” lalu aku akan

langsung menjawab dengan segenap hati, ya! Aku

mencintai pekerjaanku. Aku sangat bahagia jika

sedang melakukan sesuatu bagi orang lain, misalnya

membungkus buku untuk orang-orang yang dipenjara.

Aku sangat bahagia ketika aku sedang sibuk, bekerja

sampai jatuh tidur di ranjang di malam hari.

Jika aku tidak bahagia, yang kemudian kulakukan

adalah menghitung karunia yang kuperoleh, memikirkan

segala sesuatu yang bisa aku syukuri, dan kemudian aku

bahagia lagi. Tapi bagaimana mungkin aku bahagia jika

aku tidak dalam keadaan damai? Mungkin itu sama saja....

Bagi Ann (bukan nama sebenarnya) pencariankebahagiaan dan pemenuhan diri berlangsung dari tahun

ke tahun. Lalu ia berhenti melihat kepentingan dirinyasendiri dan memalingkan dirinya kepada Tuhan.

Bila kita berpikir tentang damai, cinta dan

kegembiraan dan semua hal lain yang kucari-cari dalam

hidupku, aku teringat pada suatu pertanyaan yang

diajukan dalam hidupku, aku teringat pada suatu

Hidup yang Berkelimpahan

Page 276: Kedamaian 1250301025-phpapp01

278 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

pertanyaan yang diajukan teman-teman ketika aku

datang pertama kali di Bruderhof: mengapa seorang

wanita yang dicintai suaminya, punya empat anak yang

cakep-cakep, terjamin dalam hal keuangan, punya

rumah sendiri mau melepaskan semuanya dan hidup

bersama dengan orang lain?

Untuk menjawab pertanyaan itu sejujurnya, perlu

lebih dulu kujelaskan bahwa apa yang mereka lihat di

luar sangat jauh berbeda dari apa yang mereka lihat,

seandainya mereka dapat memandang ke dalam hatiku.

Aku dan suamiku sangat aktif di gereja dan di

antara teman-teman seperkumpulan. Kami melayani

orang lain, berbagi dengan orang lain, dan mereka merasa

bahagia bersama sesama. Syukur kami akan kebersamaan

dari kerinduan kami untuk memperoleh lebih dari itu

mengantar kami untuk mengenal komunitas. Kami

merasa sangat terdorong untuk mencari komitmen yang

lebih besar, sebab kekristenan yang hanya nyata pada

hari Minggu saja ternyata tidak cukup bagi kami. Begitu

pula acara mempelajari Kitab Suci pada setiap Rabu

malam. Bagiku, pertanyaan yang besar adalah: Apakah

hanya itu? Aku telah mendapatkan apa saja yang

diperlukan seorang wanita, atau sekurang-kurangnya aku

sedang hendak mendapatkannya. Namun sebagian dari

diriku menjerit: “Aku tak ingin apa-apa.” Pasti ada

sesuatu dalam hidup ini yang lebih dari sekadar pasangan

dan anak-anak yang baik, rumah yang nyaman dan

jaminan keuangan. Aku bertambah resah dan takut.

Mengapa aku tidak bahagia.

Aku dibesarkan di suatu keluarga yang tampak

baik dari luar. Ibu dan ayahku pekerja keras. Ayah

seorang pekerja pabrik dan mengatur rumah tangga.

Kami adalah keluarga Katolik yang “kuat”, yang tak

pernah melewatkan Misa Minggu, melakukan pantang

daging pada hari Jumat, dan mengaku dosa sebulan

sekali. Di paroki kami segalanya sangat ketat: kamu

Page 277: Kedamaian 1250301025-phpapp01

279

tak boleh jatuh dalam “dosa berat” dan ditelan neraka.

Aku belajar takut – takut membuat kesalahan, takut

berkelakuan buruk, takut pada Tuhan dan apa yang

dilakukan-Nya pada kami.

Orang mengira kami baik-baik, tak ada yang tahu

neraka sudah kami alami. Ayah adalah bapak keluarga

yang bekerja keras. Dan sopan, dan ibu menyayangi

kami. Mengenangkan mereka ada banyak hal yang harus

kusyukuri. Banyak anak-anak kelaparan dan bertumbuh

tanpa orang tua, itu benar. Tetapi juga fakta bahwa

banyak anak dengan kedua orang tua yang lengkap dan

ada banyak tersedia makanan, namun juga mengalami

banyak penderitaan. Luka-luka mereka ditutupi begitu

saja – tidak dibicarakan dan tak terlihat – di balik

penampilan yang normal, dan tak ada seorang pun yang

tahu apa yang sesungguhnya terjadi.

Misalnya, tak seorang pun tahu bahwa aku secara

seksual dilecehkan oleh kakakku selama tiga tahun,

sejak umurku enam tahun. Lalu ia punya teman

perempuan. Tak ada yang tahu saudariku yang ketiga

sebagai remaja yang tidak stabil dipukuli oleh ayah

dengan ikat pinggang di depan seluruh anggota keluarga,

hanya karena ayah tidak bisa mengatasi dia, dan dengan

melampiaskan kemarahan menjadikan keadaan diri ayah

lebih baik. Tak ada orang yang tahu bahwa hal kecil

seperti menumpahkan susu di meja makan sudah cukup

untuk membuat ayah marah besar selama dua jam.

Kami hidup dengan rasa ketakutan akan berbuat

kesalahan, yang dapat membuat ayah marah. Sebab

ayah minum sampai enam botol bir setiap malam

sepulang dari kerja, dan bisa menghabiskan satu krat

sepanjang akhir pekan. Jika ia marah-marah sesudah

itu, dan itu pasti terjadi beberapa malam dalam

seminggu, tak ada yang bisa kami lakukan, termasuk

mama, yang hanya duduk saja dan menanggung semua

itu dengan diam. Sepanjang malam ayah akan terus

Hidup yang Berkelimpahan

Page 278: Kedamaian 1250301025-phpapp01

280 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

ngomel-ngomel, menyebut ibu dengan berbagai kata-

kata yang tak pantas dan menggebrak meja.

Di tengah malam, kami kadang mendengar ayahmulai lagi, berteriak-teriak karena ibu tidak inginberhubungan intim. Kami anak-anak lalu menghamburke dalam kamar kami dan menutup telinga kamidengan bantal, atau meninggalkan rumah danmenjumpai seorang teman untuk mengobrol, ataumengeraskan suara TV. Kami ketakutan, cemas,bingung, dan tak bisa melakukan apa-apa selainmenutup telinga karena kemarahan ayah.

Salah satu caraku untuk lari dari penderitaanadalah menyanyi. Aku terbiasa menyanyi danmenyanyi. Aku menyanyi terus sampai saudaraku,lelaki dan perempuan jadi terganggu. “Yah, kan akutidak bisa berkelahi,” kilahku. Tentu saja aku belummenyadari bahwa dengan menyanyi i tu akumenyalurkan kecemasanku. Aku merasa tidakdicintai dan sangat ingin dicintai. Aku berpikir:seandainya aku baik dan berperilaku menyenangkan,yang lain pasti bahagia. Seandainya saja adakedamaian dalam keluargaku, aku pasti bahagia.Ketika aku lebih dewasa aku tidak dapat melakukanapa pun dengan benar, dan aku merasa lebih tidakberharga lagi. Segala sesuatu memburuk ketikaumurku belasan tahun, dan aku melibatkan diridalam semua kejahatan umum. Yang terburuk adalahbahwa semua itu tersembunyi: kebutuhanku di masakanak-kanak, dosa-dosa masa remaja....

Dari luar aku seorang wanita muda yang “normal”,“sopan” bahkan “saleh”. Tetapi di dalam diriku adakemelut dan kegelapan. Hidupku adalah suatukebohongan besar. Ketika aku menikah, setengahnyaaku mengira masalahku akan reda sendiri. Namunternyata terus berlanjut. Seperti masa kecil dan masamudaku, perkawinanku juga tampak baik-baik dari jauh,namun sejujurnya, perkawinanku berantakan juga.

Page 279: Kedamaian 1250301025-phpapp01

281

Ketika aku gadis kecil, aku tahu diriku

membutuhkan Tuhan, dan kalau aku putus asa aku

terdorong berdoa memohon pertolongan. Bukan karena

aku berharap mendapat pertolongan dari Tuhan. Sebab

aku mengira Tuhan tidak menyayangi aku. Aku kurang

baik, aku yakin bahwa Tuhan tidak akan berkenan

mencintai orang seperti diriku. Makin aku ingin dicintai

dan disayangi, makin keras hatiku, dan makin berkurang

kemampuanku untuk menerima kasih.

Nah, sebagai seorang wanita yang telah menikah

dan punya keluarga yang bertumbuh, aku masih tak

punya kedamaian. Aku tahu bahwa aku meragukan

diriku sendiri dan membenci diri cukup lama, dan aku

malah memproyeksikan, menyorotkan perasaan itu

keluar kepada orang lain. Aku membenci seluruh dunia.

Aku marah dan aku merasa ditolak dan tidak dihargai.

Secara emosional aku hancur.

Lebih dari yang lain, aku memerlukan kebebasan

dari luka-luka masa laluku, namun aku mencarinya di

tempat yang salah. Sejujurnya, aku hanya mencari satu

hal, dan aku mengejarnya dengan penuh hasrat: aku

ingin dicintai. Aku mencari cinta itu dari suamiku, Bob,

dan karena ia tidak memuaskan aku, aku mencarinya

dari teman-teman, tapi mereka juga tidak memuaskan.

Kukira aku juga mencarinya pada Tuhan. Aku pergi ke

pusat doa bagi orang Kristiani untuk mendapatkan

penghiburan dan doa kesembuhan. “Yesus mencintai

Anda dan memaafkan Anda,” katanya. Namun cinta

itu tetap tak teraih olehku. Aku tak dapat merasakan

kasih-Nya dan tak dapat mengalaminya. Dalam derajat

tertentu konseling bermanfaat, namun tidak

menghasilkan kedamaian hati yang tahan lama.

Walaupun bagitu aku tak mau menyerah.

Beberapa tahun yang lalu, Bob dan akumemutuskan untuk bergabung dengan Bruderhof. Kamimerasa Tuhan memanggil kami untuk berhimpun

Hidup yang Berkelimpahan

Page 280: Kedamaian 1250301025-phpapp01

282 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

sepenuhnya bersama yang lain, dan menjawab panggilanitu menimbulkan kegembiraan besar dan kebebasan.Kami menjual rumah kami, melunasi utang-utang, danbergabung. Sesudah delapan belas bulan di Bruderhofkami meminta menjadi anggota sepenuhnya.

Dalam semacam retret persiapan untuk itu, kamimencoba membuka hati kami pada Tuhan dan padasaudara-saudara, lelaki dan perempuan, dalamkomunitas, dan mempertimbangkan arah hidup kami.Retret itu merupakan suatu proses penebusan, namunsangat menyakitkan saat itu, karena mengantar kamiuntuk melihat kenyataan bahwa sebenarnyaperkawinan kami berantakan. Kami lalu menyadaribahwa kami perlu bicara berdua dengan Tuhan secarajujur, sekali untuk selamanya. Kami meminta diri untukmeninggalkan komunitas; kami merasa masih perluwaktu dan ruang baik sebagai perasaan suami istrimaupun sebagai orang tua untuk merenungkan apayang sungguh-sungguh kami harapkan jauh di lubukhati kami. Komunitas dengan penuh kasih mendukungkeputusan kami dan membantu kami mendapatkanrumah pribadi dan pekerjaan bagi Bob.

Selama masa yang sulit itulah aku mendapatkandamai Yesus. Namun sebelumnya aku harus malu lebihdulu karena mendapatkan diriku ternyata begituberpusat pada diri sendiri, yang mati-matian mencarikebahagiaan untuk diri sendiri; dan lebih jauh lagi,aku telah membenci suamiku, yang kupikir tidakmemuaskan aku dan tak dapat memberikan cinta yangsangat kubutuhkan dan sangat kuharapkan. Memang,Bob tidak memuaskan aku dalam beberapa hal,namun kini aku melihat diriku seekor lintah emosi.Bertahun-tahun lamanya aku mengisap seluruhcintanya, dan membuatnya mundur. Pendeknya,akulah yang jadi biang masalahnya. Akhirnya akudapat mengaku bahwa sebab utama dari penderitaankami adalah aku mencari diri sendiri.

Page 281: Kedamaian 1250301025-phpapp01

283

Aku mohon Tuhan agar menunjukkan kebenaranpadaku dan menolong aku, dan kali ini aku percaya

bahwa Dia akan melakukannya. Tuhan berkenan,memang. Tiba-tiba aku dapat merasakan penyesalan ataspenderitaan yang telah kutimbulkan pada orang lain.

Aku bukannya merasa kasihan pada diri sendiri, jugatidak khawatir bahwa diriku akan dilukai orang lain.Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku bahkan

merasakan keinginan untuk memaafkan mereka yangtelah melukai aku, terutama ayahku. Aku merasamenyesal kepada Tuhan, dan sebagai balasannya, aku

dapat merasakan kasih-Nya. Aku merasakan penerimaandan ampunan Tuhan pada diriku.

Pada hari-hari itu sebuah petikan dari InjilMarkus selalu kuingat dan menjadi nyata bagiku,

yaitu ucapan bahwa yang sehat dan kuat tidakmemerlukan tabib, melainkan orang yang sakit; “Akudatang bukan untuk memanggil orang benar,

melainkan orang berdosa” (Mrk 2:17).

Aku merasa sangat lega. Aku mulai mengerti apaitu kebahagiaan. Penyingkapan bahwa kasih Tuhanadalah untuk aku yang berdosa begitu memenuhi diriku.

Pengertian itu menjadi batu penjuru dari imanku yangbaru dan memberikan kegembiraan dalam hatiku.

Ketika Bob dan Ann mulai membicarakan hal-hal

di antara mereka, mereka saling memandang, tidak

seperti dulu lagi. Mereka dapat memaafkan satu sama

lain untuk segala sesuatu yang membuat perkawaninan

mereka menyedihkan, dan mereka terus bergerak maju.

Mereka segera kembali ke dalam komunitas kami dan

menjadi anggota penuh. Ann melanjutkan:

Lalu bagaimana hidup berlanjut? Sekali damai

Anda peroleh, apakah damai itu ada selamanya? Aku

tidak selalu merasakan kedamaian. Aku tidak selalu

bersungguh-sungguh menghayati kasih Allah. Aku

Hidup yang Berkelimpahan

Page 282: Kedamaian 1250301025-phpapp01

284 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

masih bergumul dengan rasa cemas berulang kali,

kembali pada kekhawatiran dan ketakutan masa lalu.

Aku masih harus berusaha untuk bersungguh-sungguh

berjuang melawan godaan untuk menyenangkan orang

lain atau mendapatkan persetujuan mereka. Namun

ketika semua hal itu meliputi diriku, aku menyerukan

teriakan perangku: “Yesus adalah pemenang dalam

tubuhku, pikiranku, dan jiwaku.”

Aku tetap seorang pendosa. Seperti itulah aku

mulanya datang pada Tuhan, bukan sebagai orang

baik. Aku tidak mau memboroskan energi untuk

memikirkannya lagi. Ada banyak yang masih harus

dilakukan, bekerja bagi Kerajaan. Makin aku

menyediakan diri untuk tugas itu dengan melayani

orang lain dan dengan melupakan diriku yang lama,

aku merasa lebih bahagia.

Ada rasa kepenuhan diri dalam melakukan hal-

hal untuk orang lain. Apa pun itu. Suatu ketika aku

bahagia menunggu bayi atau membersihkan rumah; di

hari lain dalam menyiapkan makan untuk seseorang atau

mencuci baju. Aku bersyukur jika mendapat kesempatan

untuk merawat orang tua.

Aku masih punya luka-luka hati, tetapi aku

menerima diriku sebagaimana adanya. Karena dapat

memberikan diriku pada orang lain, aku memperoleh

karunia yang tak kutemukan ketika mencari diri

sendiri: kegembiraan sejati.

Page 283: Kedamaian 1250301025-phpapp01

285

Tindakan

Waktu bersifat netral; dapat digunakan baik untuk

merusak maupun untuk membangun. Makin lama kurasa

orang yang punya kehendak buruk makin efektif

menggunakan waktu daripada orang-orang yang

berkehendak baik. Kita harus mempertobatkan bukan

hanya kata-kata dan tindakan orang-orang yang jahat,

tetapi juga orang-orang baik yang diam saja

menjemukan. Kemajuan manusia tidak menggelinding

di atas roda-roda keterpaksaan; kemajuan itu berasal dari

usaha yang tak kenal lelah dari mereka yang bersedia

bekerja sebagai mitra Tuhan, dan tanpa kerja keras itu,

waktu sendiri menjadi sekutu dari daya-daya kemacetan.

Marthin Luther King Jr.

Hingga saat ini tentu jelas bagi pembaca, bahwa damai

tidak berarti keadaan tidak aktif. Damai memang

dapat meliputi ketenangan atau istirahat. Orang sering

mengutip Santo Agustinus: “Hatiku tak akan tenang,

sebelum beristirahat pada – Mu”, kata-kata yang

mendalam kebenarannya. Namun apa artinya “beristirahat”

dalam Tuhan? Suatu kepastian, puas diri, hingga malas?

Karunia damai adalah jawaban bagi kerinduan yang

belum terpenuhi; karunia damai merupakan akhir bagi

keraguan dan dosa yang membuat lapuk dan koyak. Suatu

kepenuhan dan kesembuhan. Namun sejauh demikian,

damai juga suatu panggilan bertindak dan hidup baru.

Damai bisa berasal dari doa dan meditasi, tetapi tidak

terhenti di situ. Damai menimbulkan kewajiban baru,

energi baru dan kreativitas baru. Seperti benih di balik

tanah, damai bertumbuh diam-diam dan tak terlihat, lalu

Hidup yang Berkelimpahan

Page 284: Kedamaian 1250301025-phpapp01

286 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

muncul bersemi dan berkembang dengan daya hidup,

menjadi besar, berbunga dan akhirnya menghasilkan buah.

Dalam buku Inner Land kakekku menulis bahwa

berakhirnya zaman bukanlah akhir dari kegiatan:

“Gapura kota di atas bukit tidak ditutup, tetapi tetap

terbuka.” Dengan pengertian yang sama, orang yang

memperoleh karunia damai tidak boleh menyimpannya

untuk diri sendiri, menutup diri terhadap kebisingan di

sekitar kita, tutup mata terhadap mereka yang belum

mendapatkannya:

Memang baik dan indah mendapatkan damai dan

ketenangan hidup, namun mereka yang seperti itu sering

tergoda oleh kecenderungan insani untuk mengabaikan

kehendak dasar Yesus: bahwa ketika mereka yang

berbeban berat dan lelah dikuatkan lagi, haruslah mereka

menjadi sumber kekuatan dan energi untuk bertindak.

Tenggelam tanpa daya dalam keheningan yang lumpuh

berarti sungguh tidak berguna bagi hidup, ke arah mana

Yesus memanggil kita.

Bicara dari perspektif penganut Buddha yang aktif,

yang memberikan tekanan yang seimbang baik pada

meditasi maupun pada komitmen yang dedikatif pada

orang lain, Thick Nhat Hanh mengingat dilema yang

dihadapinya dalam Perang Vietnam: Apakah buah damai

itu kontemplasi, ataukah tindakan?

Ada begitu banyak desa yang terkena bom.

Bersama dengan para bikku dan biksuni aku harus

mengambil keputusan tentang apa yang harus

dilakukan. Apakah kita harus melanjutkan adat

kebiasaan dalam vihara kita, ataukah kita

meninggalkan banyak meditasi untuk menolong orang-

orang yang menderita karena bom? Setelah merenung

dengan cermat, kami memutuskan untuk melakukan

Page 285: Kedamaian 1250301025-phpapp01

287

keduanya – pergi ke luar menolong orang, tetapi di

dalam melaksanakannya kita juga harus tetap dengan

semangat pencerahan yang aktif ... dalam melihat,

memahami, kita juga harus melaksanakannya. Jika

tidak, apa gunanya kita tahu dan paham?

Jika kita berusaha hidup damai bersama sesama kita,

ada tanggungjawab tertentu yang tak terelakkan

dibebankan di atas pundak kita, dan kita harus

melaksanakannya seperti yang dilakukan oleh Thich Nhat

Hanh dan para bikku dan biksuni. Kita tidak dapat hanya

memilih tenang damai dengan Tuhan, hanya dengan diri

kita sendiri, dan mengabaikan orang lain.

Setelah ibuku bergabung dengan Bruderhof ketika

umurnya awal dua puluhan, berbulan-bulan lamanya ia

merenungkan apa artinya damai secara konkret. Ia ingin

mengabdikan diri kepada Tuhan, namun pada saat yang

sama ia juga harus menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh keluarga dan teman-temannya: bagaimana ia dapat

berbuat sesuatu untuk perdamian dunia jika ia sudah

tidak “berada di dunia” lagi?

Di dalam sepucuk surat kepada ibunya, ia mengaku

tidak bisa menjawab dengan bukti yang jelas dan tak

terbantah. Namun ia yakin bahwa agar dapat hidup damai

ia harus meninggalkan kehidupan borjuis dan menempuh

arah yang berbeda. Dan ini bukan berarti suatu

kehidupan tidak aktif yang saleh:

Komunitas kami tidak mencari kedamaian hidup

seperti pertapa atau menolak dunia dan bangsa-bangsa

untuk dapat mengejar tujuan kami sendiri, tanpa

gangguan. Tidak! Kami secara aktif mengikuti arus

kejadian apa pun, nasional dan internasional. Hingga

kami dapat bersama-sama melakukan tindakan dan

punya pendirian yang tegas dan terbuka, dan

Hidup yang Berkelimpahan

Page 286: Kedamaian 1250301025-phpapp01

288 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

mewujudkannya dalam praktik yang bisa dilihat semua

orang. Itulah yang bagi kami berarti. Bagi kami pokok

masalahnya bukan memisahkan diri di dalam dinding-

dinding biara demi mencari damai dan ketenangan.

“Damai dan ketenangan” justru sangat bertentangan

dengan apa yang dicari-cari ibuku, begitu pula oleh mereka

yang melawan jalan tikus kaum menengah yang sia-sia.

Ketika seseorang bertekad menemukan damai, pencariannya

berangkat dari hasrat untuk mendapatkan hidup yang lebih

dalam dan sungguh-sungguh penuh berisi, bukan yang

makin kosong. Para veteran perang, pengusaha, ibu rumah

tangga dan pendeta, mereka yang tidak lanjut sekolah

maupun para profesional terpelajar semuanya menyatakan

hal sama padaku. Damai bukanlah sekadar menolak

kekerasan, kerakusan, hawa nafsu atau kemunafikan.

Namun mengamini sesuatu yang menggantikan semua itu.

Dalam bagian yang terdahulu sudah tersampaikan

cerita tentang John Winter, seorang mantan pekerja

laboratorium yang meninggalkan pekerjaanya setelah ia

tahu bahwa perusahaannya melakukan pengujian

amunisi. Ia berkata:

Aku menolak kekerasaan dan mulai mencari

damai, namun aku segera menyadari bahwa damai lebih

dari sekadar tidak ada perang. Aku bosan mengatakan

bahwa aku tak dapat bergabung dengan angkatan

bersenjata. Apa yang dapat kulakukan? Aku

mengusahakan alternatif praktis dari perang, bukan

hanya mengakhiri perang. Aku ingin hidup melakukan

komitmen, bukan sekadar sesuatu yang kita lawan.

Gertrud Dalgas, seorang guru yang bergabung dengan

kakekku dan komunitasnya yang masih kecil pada tahun

1921, hanya beberapa bulan setelah didirikan, merasakan

hal yang sama. Wanita itu menulis dalam sebuah majalah:

Page 287: Kedamaian 1250301025-phpapp01

289

Visi kami adalah suatu kerajaan damai dan tanpa

kekerasan, kerajaan kebebasan yang berakar pada

Tuhan. Kritik dan penolakan atas kondisi yang sekarang

ada menuntut dari kami suatu contoh tindakan yang

berbeda. Namun tepatnya karena kami mengancam

kapitalisme, kebencian antarkelas, pembunuhan, perang,

kebohongan dalam hubungan sosial itulah maka kami

merasa wajib menunjukkan cara hidup yang sama sekali

berbeda dan baru. Kami memang hanya beberapa gelintir

orang dari kelas yang berbeda, pekerjaan dan profesi yang

berlainan. Namun kami membentuk komunitas yang

menentang tuntutan negara, gereja, hak-milik pribadi

dan hak-hak khusus sosial ekonomi.

Tak seorang pun, apakah Gertrud, John atau siapa

saja yang telah kukutip perkataannya di sini menyatakan

bahwa jawaban atas masalah dunia adalah komunitas

belaka, apalagi Bruderhof. Namun mereka jelas sepakat

bahwa jika damai berarti tindakan dan komitmen, maka

damai juga menuntut perjuangan. Begitu pulalah Dick

Thomson, seorang alumnus Cornell yang kukenal selama

empat puluh tahun. Ia menulis:

Sebagai pemuda berusia dua puluh tahun, akutahu betul bahwa damai sulit ditemukan dalam dunia

dewasa ini. Aku dibesarkan selama Perang DuniaKedua berlangsung, ketika koran-koran penuh denganberita perang dan propaganda, yang memuncak

dengan jatuhnya bom atom di Jepang. Aku teringatbenar akan pertarungan antara John L. Lewis125 danserikat buruh tambang dengan manajemen

perusahaan besar juga. Ibuku membela PartaiDemokrat sedangkan ayahku membela PartaiRepublik, namun tak seorang pun bicara tentang

Tuhan dan aku pun tidak mendapatkan sesuatu yangmenarik atau pun bisa diharapkan dari agama.

125 Pemimpin serikat buruh Amerika, 1880-1969

Hidup yang Berkelimpahan

Page 288: Kedamaian 1250301025-phpapp01

290 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Yang lebih kupercaya adalah ilmu pengetahuan danpikiran manusia dan aku merasa mempunyai otak yang

sangat tajam. Namun alangkah sedikitnya pengertiankutentang semua keadaan tidak damai di dunia ini, bahkanjuga di dalam diriku sendiri, yang tidak pernah menderita

karena perang, kemiskinan, penindasan, sakit keras,maupun tantangan mental apa pun yang tak pernahkujumpai. Namun ketika aku makin dewasa, aku

dikejar-kejar oleh rasa bersalah karena dosa-dosa yangberulang terjadi dan tak dapat kuatasi, dan olehtantangan batin yang justru malahan menjadi-jadi ketika

aku berusaha mengatasinya.

Yesus berkata: “Damaiku Kuberikan kepadamu:dan apa yang telah Kuberikan tidak seperti yangdiberikan oleh dunia kepadamu,”126 dan lagi, “Jangan

kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawadamai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawadamai, melainkan pedang.”127

Di lingkungan Brudrehof aku bertemu dengan pria

dan wanita biasa yang telah menemukan damai dan sukacita dalam suatu keyakian bersama yang telah merekadapatkan dari gelanggang pergumulan hidup. Mereka

tahu untuk apa (atau siapa) mereka berjuang. DemiTuhan mereka, mereka bersedia menghadapi tantanganatau penderitaan apa pun.

Inilah damai yang menyentuh hatiku: bukan suatu

penarikan diri ke dalam kesunyian seperti kematiandan kepasifan, namun sebaliknya: damai daripengampunan dan permulaan hidup baru, damai dari

keberanian dan kegiatan dan penentangan yanglantang pada segala bentuk kejahatan, bersama dengankasih pada semua orang.

126 Yoh 14:27

127 Mat 10:34.

Page 289: Kedamaian 1250301025-phpapp01

291

Bila aku ditanyai tentang sumber dari damai dan

suka cita ini, yang belum pernah kualami dalam hidupku

sebelumnya, aku diberitahu: “Yesus Kristus.” Tanpa

melihat sendiri, nicaya aku tak akan percaya tapi ini

sungguh nyata. Kemudian aku menyadari bahwa aku

telah menemukan perjuangan yang di dalamnya aku

juga dapat dan harus mencurahkan hidupku sendiri.

Aku tahu bahwa pengalamanku bagi Bruderhof,

tidaklah unik bukan satu-satunya, dan bahwa Kerajaan

Allah tidak terbatas pada orang-orang yang disebut Kristiani.

Gagasan menemukan damai “dalam suatu pertarungan:

juga terdapat dalam tulisan para perintis Quaker-George

Fox, Isaac Pennington, dan banyak lainnya yang di masa

mereka mengalami kelahiran iman yang baru di tengah-

tengah abu kematian religiositas formal. Gagasan itu juga

ada di antara para tahanan politik dan tahanan karena hati

nurani yang kukenal, termasuk para mantan anggota

Phanter dan anggota organisasi MOVE dari Philadelphia.

Mereka adalah pria dan wanita yang bicara dengan bahasa

yang berbeda dan menghayati hidup yang lebih radikal

daripada komunitas Bruderhof, namun hati dan semangat

mereka sangat dekat dengan apa yang telah saya coba

gambarkan, sekalipun pers secara tidak adil menganggap

mereka jahat sebagai kaum radikal yang gila karena

pendirian mereka yang tidak mendapat dukungan umum

mengenai ras dan keadilan sosial. Jika Anda berhubungan

dengan mereka atau mengunjungi mereka, Anda akan

rasakan bahwa kendati berbagai kesulitan yang mereka

alami (beberapa di antara mereka mengalaminya selama

bertahun-tahun) mereka mempunyai damai dan suka cita.

Mereka gigih, tetapi mereka tidak melakukan kekerasan,

juga tidak irasional. Dan mereka tahu hakikat perjuangan

mereka; mengungkapkan kebenaran yang mereka kenali

dan mereka bela.

Kembali lagi, ketika aku datang ke Bruderhof

sebagai pemuda yang tidak-damai, justru kedamaian

Hidup yang Berkelimpahan

Page 290: Kedamaian 1250301025-phpapp01

292 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

yang sama seperti itulah yang mendorong diriku, damai

yang memancar dari orang-orang yang tahu akan

pertarungan yang sedang mereka lakukan, tahu akan

perang yang mereka jalani.

Ketika Tuhan memberikan kepada kita damai,

kasih atau suka cita, semua itu tetap milik-Nya dan kita

tidak dapat merebutnya atau menyimpannya untuk diri

kita sendiri. Sejauh Dia berkenan memberikannya

kepada kita, semuanya itu tersedia. Jika kita kehilangan

karunia itu karena kendor berjuang, atau entah karena

hal-hal lain, Tuhan masih menggenggam semua itu di

tangan-Nya dan kita dapat menghadap Dia lagi untuk

mendapatkannya kembali.

Pengarang Amy Carmichael menggunakan gambaran

medan perang untuk melukiskan damai. Wanita itu

mengatakan bahwa prajurit yang terbaring di ranjang itu

mengatakan bahwa perang yang sedang berlangsung tidak

memiliki damai. Sebaliknya damai itu ada pada mereka

yang sedang mempertaruhkan hidupnya di medan laga.

Mereka yang bertempur sangat dekat dengan

pemimpinnya adalah mereka yang sangat dekat dengan

luka dan maut, namun juga paling besar damainya.

Orang bicara tentang damai sepanjang masa; semua

orang menginginkan damai, tidak ada yang menentangnya.

Namun siapakah yang menyadarkan diri untuk bekerja

mengusahakannya menjadi kenyataan? Bagi setiap orang

panggilan untuk bertindak mengambil bentuk sesuatu yang

unik. Bagi yang satu panggilan itu mengantarkannya pada

kehidupan aktif; untuk yang lain, pada hidup berkomunitas;

yang berikutnya, mengantar pada suatu yang sangat berbeda

sepenuhnya. Mungkin sekadar menjadi suatu seruan untuk

rekonsialisasi di tempat kerja, atau mungkin suatu ajakan

agar lebih bersedia mengampuni dan mencintai di rumah.

Page 291: Kedamaian 1250301025-phpapp01

293

Suatu perbuatan besar bisa lebih mulia daripada

tindakan sehari-hari yang tidak menyolok. Namun

perbuatan hebat dapat mengalihkan kita dari kewajiban

kita untuk melakukan hal yang benar di sekeliling kita.

Perbuatan hebat dapat membuat hati menjadi keras

terhadap mereka yang sangat membutuhkan kita. Jean

Vanier mengingatkan: “Kadang-kadang lebih mudah untuk

mendengarkan tangisan kaum miskin dan tertindas dari

tempat yang sangat jauh daripada jeritan saudara lelaki

dan perempuan dalam komunitas kita sendiri. Tidak ada

yang hebat dalam menanggapi mereka yang bersama kita

dari hari ke hari dan yang mengesalkan kita.”

Di mana pun kita berada dan apa pun yang kita

lakukan, selalu ada pengorbanan yang harus kita buat dan

komitmen untuk kita penuhi agar damai kita menghasilkan

buah. Sebab berbeda dari damai palsu yang mengacaukan

segala sesuatu dan tidak punya suatu komitmen pun, damai

Tuhan datang sebagai angin yang menggebu dan

menggerakkan segala-galanya yang ada di jalannya.

Jika kita tidak beranjak lebih jauh dari

penyimpangan pribadi dengan Yesus yang mengubah diri

kita, kita kehilangan keagungan karunia-Nya. Itulah

sebabnya kita disuruh-Nya lebih dulu mencari Kerajaan

Allah dan kebenaran-kebenarannya, agar kita bisa

menjadi lebih layak bukan hanya bagi berkat pribadi,

tetapi juga sebagai bentara Kerajaan-Nya.

Marilah kita lebih bersungguh-sungguh menghayati

Kehendak Tuhan! Jika kita tidak merindukan Dia dalam

setiap aspek kehidupan kita, sebenarnya kita sama sekali

tidak mengharapkan Dia. Aku bertanya pada diriku

setiap hari: apakah aku cukup berharap, cukup berjuang,

dan cukup mengasihi? Harapan kita akan Kerajaan Allah

niscaya mengantar kita agar melakukan sesuatu.

J. Heinrich Arnold

Hidup yang Berkelimpahan

Page 292: Kedamaian 1250301025-phpapp01

294 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Keadilan

Yang menjadi motif adalah kasih persaudaraan,

dan kita diperintahkan agar mengasihi saudara-saudara

kita. Jika agama begitu melalaikan kebutuhan kaum

miskin dan begitu banyak pekerja, dan membiarkan

mereka itu hidup dalam keputus-asaan yang

menyedihkan dan hanya menghibur mereka dengan

gambaran janji akan kehidupan sesudah kematian

ketika semua air mata akan diusap, agama itu pantas

dicurigai. Siapa yang akan percaya kepada para

penghibur Ayub? Di pihak lain, jika mereka yang

mengaku beragama berbagi kehidupan dengan kaum

miskin dan bekerja mengusahakan nasib yang lebih baik

dan mempertaruhkan hidup mereka sendiri seperti

kaum revolusioner, atau seperti yang dilakukan serikat

buruh di masa lalu, maka di sana ada lingkaran

kebenaran tentang janji kemuliaan yang akan datang.

Salib akan diikuti oleh kebangkitan.

Dorothy Day

Di antara semua slogan yang kudengar di dalam pelbagai

demonstrasi dan pawai-pawai dalam beberapa

dasawarsa terakhir, yang paling sederhana dan paling kuat

adalah “No Justice, No Peace.” Tak ada damai tanpa

keadilan. Jika berbicara atau menulis tentang damai itu

penting, maka berdoa untuk damai dan bekerja

melaksanakannya secara praktis bahkan lebih penting lagi.

Namun setelah segala yang dikatakan dan dilaksanakan,

damai hanya nyata sejauh dia melahirkan keadilan.

Dalam surat Santo Yakobus kita baca: “Apakah

gunanya saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,

Page 293: Kedamaian 1250301025-phpapp01

295

bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai

perbuatan? Dapatkah imannya menyelamatkan dia? Jika

seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian

dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari

kamu berkata: ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas

dan makanlah sampai kenyang,” tapi ia tidak memberikan

kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya

itu?”128 Dan Christoph Blumhardt menulis: “Pada akhir

analisis, seluruh kehidupan spiritual kita tidak ada

artinya jika tidak menunjukkan konsekuensi yang dapat

dirasakan dan tampak di dunia.”

Dengan cara yang sama ketidakadilan dalam

perbedaan perlakuan sosial, penindasan, perbudakan dan

perang, sengketa dan perpecahan, damai berkaitan dengan

kadilan, sebab keadilan berkembang ketika semua hal di

atas dapat diatasi. Dalam keadaan kita sekarang ini

tidaklah mengherankan jika orang menganggap damai dan

keadilan sebagai kebodohan utopis. Bagaimana orang dapat

damai, tanya mereka, jika kemelut dan penyakit ada di

mana-mana, sedang tumpukan senjata pemusnah massal

mencibir pada gagasan kelangsungan hidup manusia?

Bagaimana mungkin ada keadilan bila keinginan beberapa

gelintir orang yang kuat dan kaya menghancurkan hidup

jutaan orang di seluruh dunia? Enam puluh tahun yang

lalu, dalam sebuah esai tentang hubungan antara hak milik

pribadi dan perang, kakekku menulis, “Di mana tak ada

keadilan, kebodohan merajalela.” Entah apa yang hendak

dikatakannya sekarang.

Ada orang yang mau berkeras menyatakan bahwa

semangat damai tetap hidup dan baik-baik saja,

sekalipun tersembunyi di balik jubah kemunafikan di

128 Yak 2: 14-16.

Hidup yang Berkelimpahan

Page 294: Kedamaian 1250301025-phpapp01

296 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

sana sini. Jika damai dan keadilan yang kita serukan

tidak didasarkan pada tindakan dan perbuatan, maka

seruan itu kosong belaka. Kita tetap saja penjahat-

penjahat saleh, seperti yang dikeluhkan oleh Yeremia:

“Mereka membalut luka umat-Ku dengan berkata,

‘Damai! Damai’ Padahal tak ada damai.”129

Di pihak lain, sekalipun kita gagal berkali-kali dalam

kesetiaan kita pada visi Kerajaan Allah dan dalam

berusaha hidup selaras dengan semangat Kerajaan Allah

itu, faktanya tidak berubah bahwa Tuhan adalah Tuhan

Perdamaian. Kerajaan-Nya adalah kerajaan keadilan,

kebenaran, dan kasih. Kalaupun iman kita tidak

bersungguh-sungguh, itu bukan kesalahan Tuhan,

melainkan kelemahan kita. “Sayangnya, pada tumit

Kristus ada orang-orang Kristiani yang begitu keras.”

(Annie Dillard).

Damai Kerajaan menyerukan tatanan sosial dan

hubungan yang baru. Itulah sebabnya mengapa Yesus

mendesak agar kita berpihak pada kaum miskin dan

tertindas, pada para terpidana, dan orang sakit. Itulah

sebabnya Ia berkata: “Berbahagialah orang yang

membawa damai.”130 Itu juga sebabnya Dia

memerintahkan kita: “Pergilah ke seluruh dunia.”131 dan

mewartakan damai-Nya dan Kabar Gembira. Dan jika

orang menolak damaimu itu, kata-Nya, kita harus

mengibaskan debu dari kaki kita dan melanjutkan

perjalanan.132 Kita diarahkan untuk berjumpa dengan

mereka yang telah merindukannya.

129 Yer 6:14; 8 : 11.

130 Mat 5:9131 Mrk 16:15

132 Mrk 6:11

Page 295: Kedamaian 1250301025-phpapp01

297

Beberapa bulan yang lalu aku mengunjungi Chiapas,

Meksiko, menemui Uskup Samuel Ruiz Garcia. Ia dikenal

sebagai Don Samuel dan dicalonkan sebagai Penerima

Hadiah Nobel Perdamian karena karyanya bagi rakyat di

sana, terutama bagi petani pribumi yang berdiam di desa-

desa pegunungan yang miskin di kawasan itu.

Don Samuel membaktikan diri begitu saja pada apa

yang dianggapnya sebagai tugas bermata-dua demi damai

dan keadilan. Pada tahun-tahun terakhir tugasnya itu

termasuk menyuarakan Zapatista, suatu gerakan akar

rumput yang digalang untuk memperjuangkan hak asasi

manusia seperti pemilikan tanah dan hak untuk

mendapatkan pemeliharaan kesehatan. Tidak

mengherankan bahwa karena begitu vokal, ia dibenci

dan diancam, terutama oleh pemerintah daerah yang

bersikap menindas, dan ia menjadi sasaran sekurang-

kurangnya dua kali usaha pembunuhan belakangan itu.

Dalam pembicaraan kami pada bulan Desember 1997

Don Samuael berkata:

Perdamaian demi kemanusiaan bukan hanya

berakhirnya perang atau tindak kekerasan. Pepatah

orang Romawi mengatakan “Jika kamu menginginkan

damai, bersiaplah untuk perang.”133 Bagi mereka damai

adalah masa untuk mempersiapkan perang. Bagi kita

juga begitu, namun caranya lain. Bagi kita damai

berdasarkan hubungan baru yang mendasar antara

manusia dan Tuhan. Itulah sebabnya Kristus mengatakan

bahwa Ia memberikan damai “yang tidak seperti yang

diberikan dunia.” Ia membawa damai yang berbeda.

Dalam masyarakat dewasa ini, damai itu harus

dipahami dan dibangun atas dasar keadilan: Kerajaan

Allah, yang adalah kerajaan damai, kerajaan keadilan,

133 Dari pepatah Latin: Si vis pacem, para bellum

Hidup yang Berkelimpahan

Page 296: Kedamaian 1250301025-phpapp01

298 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

kerajaan kebenaran, dan kasih. Karena itu bagi kita

damai memiliki fondasi sosial dan fondasi spiritual yang

menuntut hubungan persaudaraan yang baru di antara

semua orang. Termasuk di dalamnya tuntutan akan suatu

perubahan struktur sosio-ekonomi yang menindas.

Kita mengerti bahwa damai adalah anugerah dari

Allah. Kristus berkata: “Aku memberikannya padamu.

Aku memberikan padamu damai-Ku.” Tetapi damai itu

juga suatu tugas; suatu pekerjaan yang harus

dikembangkan. Dalam arti ini, kehadiran orang miskin

dalam hubungan dengan Kerajaan adalah kehadiran

Kristus secara sakramental. Kristus hadir sebagai Sakramen

kaum miskin, karena Ia sendiri berkata bahwa pertanyaan

terakhir dan satu-satunya yang akan diajukan adalah

berkenaan dengan kasih kita kepada Kristus. “Aku lapar,

kamu memberi aku makan. Aku haus, dan kamu memberi

Aku minum.” Kapan semua ini kita lakukan. “Segala

sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-

Ku, kamu telah melakukannya untuk Aku.”134 Titik

tekanannya bukan doktrin atau ajaran, namun praktik.

Aku tidak ditanyai tentang kesalahan dan dosa-dosa,

tetapi aku akan ditanyai apakah aku mengasihi saudara-

saudaraku atau tidak.

Damai datang dari orang miskin. Ia berada di tengah

jalan menuju damai. Orang miskin menentukan sejarah

masyarakat manusia. Orang menjadi miskin karena konflik

sosial. Ada suatu sistem yang membuat orang menjadi

miskin, suatu sistem yang merampok dirinya. Jika dalam

suatu masyarakat orang yang paling miskin menjadi titik

rujukan, suatu indeks bagi kesejahteraan umum, maka

kita punya suatu masyarakat yang sedang berfungsi

melaksanakan tugasnya. Namun jika di dalam suatu

masyarakat orang miskin malah dijerembabkan di lantai,

itu berarti masyarakat berlawanan dengan Kerajaan Allah.

134 bdk. Mat 25:35.37.40

Page 297: Kedamaian 1250301025-phpapp01

299

Sering kali kita menutup telinga pada orangseperti Don Samuel. Kecurigaan dan ketakutanmembuat kita membungkam suara- suara mereka,

mengabaikan mereka, bahkan menghilangkan suaramereka dengan membunuh mereka.

Harus diakui bahwa banyak orang yang memper-juangkan keadilan bukanlah para pembawa damai dalam

pengertian Kristiani. Mereka membela keadilan dengancara-cara yang tidak damai. Sebagian bahkanmenganjurkan revolusi bersenjata. Namun sekalipun

berbeda tujuan dan cara-caranya, kita harus mengakuibahwa mereka itu adalah suara kaum tertindas, danbahwa tidak akan ada keadilan dan damai sejati di bumi

ini jika keadilan dan damai bagi mereka belumterwujudkan. Perjuangan mereka mungkin terjadi padajalur yang berbeda, tetapi perjuangan demi kebebasan

dan hak-hak yang sama seperti yang diperoleh kulit putihEropa dan Amerika itu mempertaruhkan hidup mereka.Jika kita mengabaikan fakta ini, kita tak punya hak

untuk mencela perjuangan mereka.

Dalam gereja perdana, orang Kristiani menye-

diakan makanan bagi mereka yang lapar dengan biaya

yang mereka keluarkan sendiri; mereka memberi

pakaian orang yang telanjang dan memberi tumpangan

pada yang tidak punya rumah dengan pengorbanan

pribadi. Tak terpikirkan bagi mereka bicara tentang

damai tanpa sekaligus membicarakan keadilan. Dan

orang-orang sezaman bicara tentang mereka: “Lihatlah

betapa mereka itu saling mengasihi!” Sekarang

keadaan sangat berbeda. Seorang pendiri Catholic

Worker, Peter Maurin, menulis:

Sekarang kaum miskin tidak mendapat makanan,

pakaian, dan tumpangan dari pengorbanan pribadi

Hidup yang Berkelimpahan

Page 298: Kedamaian 1250301025-phpapp01

300 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

sesamanya, melainkan atas beban para pembayar pajak.

Dan karena itu orang-orang kafir berkata tentang

orang-orang Kristiani: “Lihatlah, bagaimana mereka itu

sibuk menyalurkan dana.”

Christoph Blumhardt memerhatikan kurangnya

perhatian seperti itu di antara para pemeluk agama yang

saleh dari generasinya, dan tak putus-putusnya ia

menyuarakan kecamannya. Ia melihat akar permasalahannya

adalah kesibukan demi keselamatan diri sendiri, yang dipadu

dengan ketidakpedulian pada keadaan sesama.

Ada banyak kelompok orang Kristiani yang

sudah bersuka ria karena mereka akan diubah dan

diangkat dengan awan ke surga. Namun bukan

sepert i i tu caranya. Sekaranglah waktunya

melaksanakan tugas dalam hal apa kita pertama-tama

akan diadili, bukan pertama-tama menerima sofa di

surga. Hanya bagi mereka yang pertama-tama

sungguh dapat bertahan di hadapan pengadilan Sang

Penyelamat, barulah ada alasan untuk terus

menerima anugerah keadilan-Nya.

Sebenarnya aku mengira banyak orang Kristen yang

baik akan terkejut melihat siapa yang sudah ada di surga

ketika para malaikat “memilih dari seluruh penjuru

dunia”,135 semakin bertambah umurku dan makin dalam

kulihat hebatnya ketidakadilan dalam masyarakat kita,

makin besar keyakinanku bahwa jika Yesus sungguh-

sungguh datang bagi mereka “yang haus dan lapar akan

keadilan dan kebenaran”,136 maka mereka yang dipilihnya

termasuk para gelandangan, nara pidana, kaum terbuang

dan terlupakan yang berserakan di bumi.

135 Mat 13:27

136 Mat 5:6

Page 299: Kedamaian 1250301025-phpapp01

301

Kita cepat-cepat melupakan hal itu, tetapi nilai-nilai

tatanan Yesus tetap berlaku di hadapan kita. Keadilannya

memutar-balikkan tata nilai keadilan manusiawi. Ia berkata:

“Orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan

yang terakhir akan menjadi yang terdahulu”;137 dan bahwa

“barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan

kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan

nyawanya karena Aku ia akan memperolehnya.”138

Apa maksudnya kehilangan nyawa? Maksud Yesus

adalah meninggalkan semua hak khusus dan setiap

pertahanan, dan mengambil jalur yang terendah.

Sebelum Yesus wafat, Ia berkata bahwa Ia akan

diserahkan ke tengah mereka yang berkuasa: para

pemuka agama dan pemerintah.139 Dia harus menyerah,

tanpa pembelaan, pada kekuasaan mereka. Dan ketika

para murid bertanya: “Tuhan, apakah Engkau mau,

supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk

membinasakan mereka?”140 Yesus bertanya kepada

mereka: “Tahukah kamu Roh apa yang memasuki

kamu?” Kamu telah melupakan Roh Kudus! Kamu telah

melupakan panggilanmu yang terbesar. Kamu

meninggalkan Roh Kudus begitu kamu memilih

kekuasaan bukan kasih, sekalipun kamu mendatangkan

api dan petir dari langit dan keajaiban ilahi.

Eberhard Arnold

Bagi kita yang menyatakan diri pengikut Kristus,

penggunaan kekerasan atau kekuasaan tidak dapat

dianggap sebagai suatu cara untuk mencapai keadilan.

137 Mat 19:30

138 Mat 16:25

139 Mat 20:17-19

140 Luk 9:94

Hidup yang Berkelimpahan

Page 300: Kedamaian 1250301025-phpapp01

302 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Namun hal itu juga tidak membuat kita berhak menilai

orang lain, membujuk atau memikat mereka agar setuju

dengan cara pemikiran kita. Kita tak dapat berpidato di

hadapan para petani dunia yang sedang berjuang, para

gerilyawan kota, para polisi, tentara, dan berkata:

“Letakkan senjatamu, ikutilah jalan kasih dan damai.”

Iman tidak dikaruniakan kepada semua orang, iman

juga tidak setiap saat diperhatikan setiap orang.

Sekalipun begitu, mungkin tidak jelas juga bagaimana

kita dapat memperoleh pengertian. Dalam pengalamanku,

jawaban pada masalah hidup yang penting tidak kita

peroleh sebagai paket yang lengkap. Kadang-kadang

jawaban itu sama sekali tidak kita terima sebagai paket

kiriman; kitalah yang harus mencarinya, dengan coba-

coba dan melakukan ralat perbaikan, dengan perjuangan

yang panjang.

Dalam bukunya On Pilgrimage, Dorothy Day

merenungkan masalah yang peka bagaimana orang

Kristiani harus menyeimbangkan tuntutan keadilan dan

tuntutan damai. Dorothy tidak memberikan jawaban yang

sederhana, tetapi mengungkapkan dasar yang baik untuk

setiap usaha dalam hal itu: merendahkan hati.

Pastilah kebebasan yang diberikan Tuhan kepada

kita merupakan anugerah yang mengerikan, dan Dia

meninggalkan kita untuk melakukan tugas

mengembangkannya melewati rawa-rawa dosa dan

kebencian dan kekejaman dan penghinaan yang ada di

sekitar kita. Rawa-rawa yang kita buat sendiri. Aku bisa

bersimpati pada naluri kemarahan suci yang membimbing

orang angkat senjata dalam suatu revolusi, ketika aku

melihat orang-orang tua yang dilupakan di rumah sakit

jiwa, orang-orang yang tidur di emper-emper toko, atau

mengaduk-aduk tempat sampah mencari makanan; atau

Page 301: Kedamaian 1250301025-phpapp01

303

mengunjungi keluarga di pemukiman kumuh, yang

sering kali kedinginan, atau para pengungsi....

Kita memang bukan kaum Sosialis Marxis, kita juga

tidak percaya pada revolusi yang kejam. Namun kita

sungguh percaya bahwa lebih baik melakukan revolusi,

berjuang, seperti yang dilakukan Fidel Castro141 dan para

pengikutnya, daripada tidak berbuat apa-apa, .... Sampai

kita sendiri sebagai para pengikut Kristus menyangkal

penggunaan perang sebagai cara mencapai keadilan dan

kebenaran, kita tidak ke mana-mana hanya dengan

mengecam mereka yang menggunakan perang untuk

mengubah tatanan sosial.

Berbicara ketika Gerakan Hak-hak Sipil memuncak,

Martin Luther King Jr membahas hal yang sama, mengkritik

orang-orang yang hanya berdiri di pinggir lapangan, yang

hanya bicara tentang keadilan namun terus-menerus

menghambat setiap usaha untuk melakukan sesuatu.

“Dalam beberapa tahun aku sangat kecewa dengan kaum

moderat kulit putih ... yang lebih membela “hukum dan

ketertiban” daripada membela keadilan.”

Orang lain, terutama banyak kaum muda Afrika-

Amerika merasa bahwa King sangat berhati-hati dan

tidak efektif karena mengandalkan kekuatan gerakan

tanpa kekerasan (ahimsa) versi Gandhi. King menolak

imbauan mereka untuk mengikuti metode kerja yang

kurang damai untuk mengusahakan perubahan, tetapi

ia tidak mengecam taktik mereka: “jika kaum tertindas

disangkal hak-haknya untuk melakukan revolusi damai,

bagaimana mereka bisa disalahkan jika kemudian

berubah menjadi revolusi dengan kekerasan?”

141 Pemimpin Kuba

Hidup yang Berkelimpahan

Page 302: Kedamaian 1250301025-phpapp01

304 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Harapan

Di mana pun Tuhan berada, damai ada di

dekat-Nya. Kehadiran-Nya membawa lepasan dari

keresahan batin, dari rasa hancur, dan dorongan-

dorongan yang bermusuhan; diberikan-Nya

keselarasan antara hati, budi, dan jiwa. Tapi Dialah

Allah yang hidup, dan karena itu Dia adalah

tindakan sebagaimana Dia adalah damai. Dan atas

dasar keselarasan yang dibawa-Nya, Ia

memberikan kesatuan yang lebih luas. Kesatuan

itu adalah kegembiraan kasih; kesatuan antara

tujuan dan tindakan, komunitas, persaudaraan,

dan keadilan untuk semua.

Eberhard Arnold

Damai adalah daya yang memberi kehidupan. Damai

menyembuhkan apa yang telah patah, meremajakan

yang telah usang, melepaskan apa yang terikat dan

terkungkung. Damai memberi harapan di mana ada putus

asa, keselarasan di mana ada perselisihan, kasih di mana

ada kebencian. Damai memberikan kesatuan pada apa yang

cerai-berai, ketaatasasan di mana ada kompromi dan

kemangkiran. Damai menembus setiap sudut, baik spiritual

maupun material, baik material maupun spiritual. Jika tidak

dapat melaksanakan transformasi itu tentulah bukan damai

sejati, tetapi sungguh-sungguh damai palsu belaka.

Damai berasal dari Allah, tapi jangkauannya sampai

ke bumi. Dan ketika dayanya bertiup, damai itu

mengubah orang dan pelbagai struktur. Tujuannya

Page 303: Kedamaian 1250301025-phpapp01

305

seluruh kosmos tapi awalnya diam-diam, sering kali tak

terasakan, dari dalam. Di mana damai itu memerintah,

ada kesatuan antara diri dengan diri sejati, antara pria

dan wanita, antara Allah dan manusia. Ada kesatuan

antara pokok dan ranting anggur; tempat-tempat ibadat

disucikan dan tubuh disembuhkan.

Tak satu pun hal itu terjadi dengan sendirinya, atau

dalam ruang kosong. Sepanjang buku ini telah kita lihat

bahwa jalan damai tidak ada kaitannya dengan kepasifan

atau sikap lepas tangan. Damai bukanlah untuk yang

tidak berdiri tegak atau yang diam bergelung tidur, atau

mereka yang berpuas diri. Damai menuntut ketulusan

hidup kita di hadirat Allah dan di hadapan sesama, dalam

terang hati nurani. Damai tidak datang tanpa beban

kewajiban, karena damai menuntut tindakan cinta kasih.

Damai merupakan usaha tak kenal lelah yang hanya

mungkin karena ditopang oleh harapan, keberanian, visi

dan komitmen. Untuk mencapai damai orang tak bisa egois,

mementingkan diri sendiri. Upaya itu bukanlah semata-

mata demi mencapai batas akhir, atau menemukan

pemenuhan, atau seperti yang dikatakan Aristoteles

mewujudkan potensi manusiawi kita saja. Tidak!

Mengupayakan damai berarti mengusahakan terus

keselarasan di dalam diri kita sendiri, dalam hubungan

dengan sesama dan dengan Tuhan. Itu berarti

mengupayakan persatuan yang dikemukakan Kristus dalam

doa terakhir-Nya: “Supaya mereka semua menjadi satu, sama

seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku, dan Aku di dalam

Engkau, agar mereka juga di dalam Kita supaya dunia

percaya, bahwa Engkaulah yang mengutus Aku.”142

142 Yoh 17:21

Hidup yang Berkelimpahan

Page 304: Kedamaian 1250301025-phpapp01

306 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Bahkan ketika kita berdamai dengan Allah dan merasa

bersatu dengan Dia, perbedaaan antara kekecilan kita dan

keagungan Allah niscaya membuat kita ciut. Namun kita

tak boleh membiarkan pengetahuan tentang hal itu

membuat kita menyerah. Kierkegaard menulis: “Kita harus

menyingkirkan rasa takut dan tak boleh lagi bersembunyi

dalam cangkang dengan menghindar dari tanggung jawab

kita di hadapan kebenaran.... Kita harus masuk ke dalam

kepenuhan hidup di mana segala sesuatu yang kita lakukan

kita laksanakan dalam kaitan dengan keabadian.”

Walaupun kedengarannya sangat hebat, namun

sebenarnya hal itu sangat sederhana. Ketika mata kita

menatap keabadian, kita akan digerakkan oleh kasih.

Kasih pada sesama kita, kasih pada pasangan kita, kasih

pada musuh kita, dan pada teman-teman kita. Dan kita

akan berusaha hidup dalam keselarasan dengan semua

orang dan dengan segala makhluk. “Sebab jika kamu

tidak mengasihi saudaramu yang kelihatan, bagaimana

mungkin kamu mengasihi Allah yang tidak kelihatan?”143

Jika kita tidak punya damai, boleh jadi itu karena kita

lupa untuk saling mengasihi. Namun tak ada alasan untuk

itu. Aku tidak percaya bahwa orang sedemikian

kekurangan karunia kemampuan sehingga ia tidak bisa

mengasihi. Santa Teresa dari Lisieux menulis:

Kasih merupakan kunci bagi panggilan hidupku.

Aku sadar bahwa jika Gereja merupakan suatu tubuh

yang terdiri dari berbagai-bagai anggota, Gereja tak

mungkin ada tanpa bagian-bagian anggota yang terbaik

dan yang paling penting dari semua bagian anggotanya

yang lain. Aku sadar bahwa kasih meliputi semua panggilan

hidup, bahwa kasih adalah segalanya, dan karena sifatnya

yang abadi, kasih ada di segala masa dan tempat.

143 1 Yoh 4:20

Page 305: Kedamaian 1250301025-phpapp01

307

Dipenuhi oleh kegembiraan yang meluap, aku

berteriak, “Akhirnya kudapatkan panggilan hidupku.

Panggilan hidupku itu adalah kasih! Aku telah

mendapatkan tempatku. Aku akan menjadi kasih.

Maka aku akan menjadi segala seuatu dan impianku

terlaksana!” Mengapa aku menyebutkan kegembiraan

yang meluap? Rupanya istilah yang kurang tepat.

Seharusnya yang kusebutkan adalah damai, tenang

dan tenteram seperti yang dirasakan seorang nakhoda

ketika ia melihat mercu suar yang mengantarkannya

ke dalam suatu pelabuhan. Dan aku tahu bagaimana

aku mendapatkannya dan bagaimana aku

memperoleh nyalanya bagi diriku.

Kebanyakan dari kita tak punya antusiasme biar hanya

separuh saja dari antusiasme Santa Teresa. Sebaliknya,

seperti yang dicatat oleh Christoph Blumhardt, damai dan

kesatuan malah hilang dari hidup kita.

Kita segera terjerat dalam jaring-jaring gosip,

kebencian, iri hati, penuh dengan racun.... Kita

bertengkar dan cemburu satu sama lain bahkan dalam

nama Kristus. Hal itu sepertinya akan berlanjut terus

selamanya, yang satu menyerang yang lain, dan tak

seorang pun bisa mewujudkan damai. Kita ini begitu jauh

dari yang seharusnya sebagai orang yang menyimpan

sabda Tuhan dalam hati kita dan mengikuti Kristus

Penyelamat dalam praktik hidup kita!

Ia terus melanjutkan, “Namun mengapa hati kita tidak

terbuka lebar dan jadi bebas, agar kita menjadi saudara

dan saudari? Mengapa kita tidak berpengharapan?”

Rabbi Hugo Gryn, seorang yang berhasil selamat dari

bencana kamar gas beracun Nazi Jerman belajar tentang

pentingnya harapan sebagai seorang pemuda di Auschwitz,

di mana ia dipenjarakan dalam satu barak dengan ayahnya.

Hidup yang Berkelimpahan

Page 306: Kedamaian 1250301025-phpapp01

308 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

Kendati situasinya tak terperikan, banyak orang

Yahudi, termasuk ayahku, tetap berusaha menjalankan

kewajiban agama sejauh mungkin. Pada suatu malam

di tengah musim dingin seorang teman sekamar

mengingatkan ayah bahwa sebentar lagi adalah malam

pertama Hanukkah, pesta cahaya. Selama beberapa hari

ayahku membuat kandela sembilan cabang kecil dari

logam-logam bekas. Untuk sumbu lampunya ia

mengurai benang dari baju seragam penjaranya. Dan

sebagai ganti minyak untuk lampu itu ia mengusahakan

mentega dari seorang penjaga.

Ibadat semacam itu dilarang keras, tapi kami sudah

biasa mengambil risiko. Yang aku protes adalah mengapa

kita “memboroskan” kalori yang sangat berharga.

Bukankah sebaiknya membagikan mentega itu untuk

roti-roti kita daripada membakarnya?

“Hugo,” kata ayahku, “kamu dan aku tahu bahwa

orang bisa hidup lama tanpa makanan tertentu. Tapi

biarlah kamu tahu, orang tak dapat tetap hidup biar sehari

pun tanpa harapan. Mentega ini akan menghidupkan

nyala harapan. Jangan biarkan harapan padam. Di sini

atau di mana pun. Ingatlah ini!”

Cerita Rabbi Gryn menyentuh suatu kebenaran yang

diketemukan banyak orang baik sebelum maupun sesudah

dia: pada akhirnya, harapanlah yang memungkinkan kita

hidup terus dari hari ke hari.

Visi apokaliptik memberi kami harapan, bahwa

walaupun bukti-bukti yang nyata ada tidak mendukung,

pada akhirnya yang baiklah yang akan menang. Di dalam

Kitab Wahyu dikatakan bahwa keadilan akan

dipulihkan dan Allah akan datang bersama mereka yang

mengalami penderitaan yang paling keji, ketidakadilan

dan kekerasan di dunia. Tuhan yang tidak akan

membentak-bentak dan kejam seperti seorang diktator,

Page 307: Kedamaian 1250301025-phpapp01

309

melainkan yang dengan lembut “menghapus semua air

mata dari mata mereka” 144

Kathleen Norris

Jika kita beriman, tak ada yang dapat menghalangi

tindakan kita atas dasar harapan. Kita mungkin “dengan

sabar menunggu kedatangan Tuhan,” seperti yang

dianjurkan Injil, tetapi jika kita sungguh-sungguh berharap

niscaya akan ada tindakan dalam penantian kita itu.

Pada hari terakhir 1997 di Chiapas, Meksiko, ratusan

orang Indian Tzotzil melakukan pawai peringatan di desa

Acteal, tempat empat-puluh-lima pejuang mereka,

kebanyakan wanita dan anak-anak, secara kejam telah

dibunuh oleh milisi pro-pemerintah sembilan hari

sebelumnya. Hidup di suatu kawasan terpencil di mana

penindasan politik dapat menyebabkan orang tiba-tiba

“hilang” satu demi satu, para peserta pawai itu tahu bahwa

pawai mereka itu bukannya tidak berbahaya.

Tanpa membawa senjata para peserta pawai itu

menghadapi bahaya dari dua jurusan karena posisi

mereka: walaupun mereka itu mendukung tujuan

perjuangan para pejuang kemerdekaan setempat,

Zapatista, mereka tetap menentang penggunaan

kekerasan dan dengan demikian mereka dituduh oleh

kedua pihak yang berlawanan baik sebagai partisan di

satu sisi maupun tidak loyal di sisi yang lain. Namun pawai

itu juga bukan suatu tindakan untung-untungan. Pawai

peringatan itu merupakan tindakan perlawanan yang

dilakukan dengan tekad penuh dan harapan.

Suatu papan tanda yang digantung pada salib yang

berada di depan iring-iringan itu tertera, “Waktu untuk

144 Why 19:1-2; 7:17; 21:4

Hidup yang Berkelimpahan

Page 308: Kedamaian 1250301025-phpapp01

310 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

panen, waktu untuk membangun,” dan banyak di antara

para pria membawa bata (untuk melambangkan beban

penderitaan yang mereka pikul, tutur seseorang) yang

rencananya untuk membangun tugu nisan bagi para

korban. Beberapa orang berencana untuk menetap dalam

desa lagi, walaupun mereka tahu mungkin mereka

terpaksa harus lari lagi. Dan sambil mengusung patung

Santa Perawan Maria yang telah rusak “atas nama damai”,

mereka tetap setia pada sikap menolak kekerasan.

Siapakah pria dan wanita yang begitu pemberani

berhadapan dengan maut itu? Apakah kedamaian

mereka merupakan tanda dari kekuatan luar biasa yang

layaknya ditunjukkan para martir? Mungkin mereka

hanya merasa seperti istri Phil Berrigan, Elizabeth

McAlister yang menulis setelah masa hukuman penjara

terakhir yang dialami suaminya:

Visi Tuhan, atau lebih tepat janji Tuhan, tentang

suatu masyarakat yang adil dan penuh kasih merupakan

janji di mana kita mempertaruhkan hidup kita. Tak

seorang pun dari kami puas sebelum mewujudkan janji

ini bagi segala bangsa dan segala bumi. Demikianlah

kamu mempertaruhkan hidupmu atas visi Allah pada

Yesaya, akan tiba saatnya orang akan melebur pedang

mereka dan menjadikannya mata bajak, dan tombak-

tombak mereka menjadi sabit; karena itu kita bertahan

dan ditopang oleh Allah sendiri. Dengan memasang

badanmu demi visi Allah itu sekarang, kamu ambil bagian

di dalam mewujudkannya-tak kurang, tak lebih.

Di dalam Novel The Brothers Karamazov, Fyodor

Dostoevsky menulis dengan harapan dan iman yang

serupa itu. Pembicaraan terjadi antara Pastor Zossima

(yang waktu itu masih muda) dengan seorang tamu

misterius yang tak dikenal.

Page 309: Kedamaian 1250301025-phpapp01

311

Kata tamu itu, “Surga letaknya tersembunyi di

dalam diri kita yang ada di sini dan letaknya tersembunyi

dalam diriku sekarang, dan jika aku menghendakinya,

surga itu akan dinyatakan padaku besok dan selamanya.”

Aku menatapnya. Ia bicara dengan penuh perasaan

dan memandang diriku dengan cara yang aneh, seolah-

olah sedang mengujiku.

“Dan bahwa kita semua bertanggung jawab pada

semua orang dalam segalanya, lepas dari dosa-dosa kita

sendiri, pikiranmu sangat tepat dalam hal itu, dan hebat

sekali bahwa kamu bisa memahami hal itu dengan segera

semuanya. Dan dengan sesungguh-sungguhnya, begitu

orang dapat memahami hal itu, Kerajaan Surga bukan

lagi impian baginya, melainkan suatu kenyataan hidup.”

“Lalu kapan,” teriakku dengan hati pedih,

“kapan semuanya itu lenyap? Haruskah ia datang

untuk berlalu setiap kalinya? Dengan begitu

bukankah ia hanya impian saja?”

“Lalu apa? Apakah kamu tidak percaya?” balas tamu

itu. “Kamu menyatakannya dalam khotbahmu namun

kamu sendiri tidak percaya? Percayalah, impian yang

kamu sebutkan itu, niscaya akan datang untuk berlalu;

ia akan datang, tapi bukan sekarang, karena segala

sesuatu ada prosesnya sendiri. Suatu proses rohani, proses

secara psikologis. Untuk mengubah dunia, untuk

menjadikannya baru, orang harus ganti haluan

menempuh jalur psikologis. Sampai kamu sungguh-

sungguh menjadi saudara bagi semua orang,

persaudaraan itu datang menetap tak akan lenyap.

Bukan semacam ajaran ilmiah, bukan semacam

kepentingan umum, ajarkanlah selalu kepada semua

orang agar berbagi kekayaan dan hak-hak secara merata.

Setiap orang akan mengira bagian yang diperolehnya

terlalu kecil, dan mereka akan selalu iri hati, mengeluh

dan saling mengecam. Tanyakan, kapan hal itu datang

Hidup yang Berkelimpahan

Page 310: Kedamaian 1250301025-phpapp01

312 Kedamaian, di Manakah Kau Berada?

dan berlalu. Hal itu akan datang untuk berlalu, tapi mula-

mula kita harus melalui pengasingan dulu.”

“Apa maksudnya pengasingan itu?”

“Mengapa? Pengasingan terjadi di mana-mana,

terutama dalam zaman kita ini, walaupun belum

sepenuh-penuhnya, belum mencapai batas akhirnya.

Sebab setiap orang harus menyembunyikan dirinya

sendiri sejauh mungkin. Semua orang akan berharap

mengamankan sebaik-baiknya kepenuhan hidupnya

sendiri dan lupa bahwa jaminan yang sesungguhnya

terdapat pada solidaritas sosial ketimbang pada upaya

perorangan yang terasing sendirian. Namun

individualisme yang mengerikan ini tak dapat tidak

harus diakhiri, dan mendadak semuanya akan mengerti

betapa tidak tepat kita terpisah satu sama lain. Itu akan

menjadi semangat suatu masa, dan orang akan heran

sendiri mengapa begitu lama mereka itu duduk

sendirian di tempat gelap tanpa melihat cahaya. Lalu

suatu tanda Putra Manusia akan tampak di langit.

“Namun sebelum itu, kita harus terus

mengibarkan panji-panji. Kadang-kadang orang harus

memberi contoh, sekalipun harus melakukannya

sendirian dan kelakuannya itu seperti orang gila, dan

dengan demikian menarik jiwa orang-orang keluar

dari keterasingannya dan memasukkannya dalam

tindakan kasih persaudaraan, itulah gagasan yang tak

akan pernah hilang.”