Kebutuhan Perumahan DIY Belum Terpenuhi

2
Kebutuhan Perumahan DIY Belum Terpenuhi 5 Oktober 2014 15:00 WIB Category: Berita Jateng , Suara Kedu Dikunjungi: 121 kali A+ / A- Foto: Istimewa YOGYAKARTA, suaramerdeka.com – Pemenuhan tingkat kebutuhan perumahan di wilayah DIY masih minim. Berdasar data DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, lebih dari 100.000 unit kebutuhan rumah belum terpenuhi. “Kami selaku pengembang hanya mensuplai 20 persen dari total unit rumah. Sedangkan 80 persennya berasal dari swadaya masyarakat,” kata Ketua DPD REI DIY Nur Andi Wijayanto, Minggu (5/10). Dia mengaku banyak kendala yang dihadapi menyangkut isu perumahan di DIY. Di antaranya soal keterbatasan lahan, lingkungan, dan jumlah penduduk yang terus bertambah. Karena itu, pihaknya berharap ada terobosan baru khususnya terkait konsep vertical housing atau rumah susun. Konsep itu sudah mulai dirintis di Yogyakarta. Namun segmennya masih terbatas untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Hal itu tidak lepas dari aturan pemerintah yang menetapkan harga vertical housing sebesar Rp 216 juta. “Itu bukan nominal yang rendah. Kami harap pemerintah bisa memperlonggar aturan sehingga harga dapat ditekan, dan masyarakat menengah ke bawah bisa ikut menikmati,” ujarnya. Selain faktor harga, kendala lain yang dihadapi berkaitan kultur. Selama ini, masyarakat sangat lekat dengan rumah tapak. Karenanya, harus ada kerjasama dari berbagai pihak untuk mengenalkan konsep rumah susun.

description

Berikut merupakan artikel mengenai Kebutuhan Perumahan DIY Belum Terpenuhi

Transcript of Kebutuhan Perumahan DIY Belum Terpenuhi

Kebutuhan Perumahan DIY Belum Terpenuhi5 Oktober 2014 15:00 WIBCategory:Berita Jateng,Suara KeduDikunjungi: 121 kaliA+/A-

Foto: IstimewaYOGYAKARTA, suaramerdeka.com Pemenuhan tingkat kebutuhan perumahan di wilayah DIY masih minim. Berdasar data DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, lebih dari 100.000 unit kebutuhan rumah belum terpenuhi.Kami selaku pengembang hanya mensuplai 20 persen dari total unit rumah. Sedangkan 80 persennya berasal dari swadaya masyarakat, kata Ketua DPD REI DIY Nur Andi Wijayanto, Minggu (5/10).Dia mengaku banyak kendala yang dihadapi menyangkut isu perumahan di DIY. Di antaranya soal keterbatasan lahan, lingkungan, dan jumlah penduduk yang terus bertambah. Karena itu, pihaknya berharap ada terobosan baru khususnya terkait konsep vertical housing atau rumah susun.Konsep itu sudah mulai dirintis di Yogyakarta. Namun segmennya masih terbatas untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Hal itu tidak lepas dari aturan pemerintah yang menetapkan harga vertical housing sebesar Rp 216 juta.Itu bukan nominal yang rendah. Kami harap pemerintah bisa memperlonggar aturan sehingga harga dapat ditekan, dan masyarakat menengah ke bawah bisa ikut menikmati, ujarnya.Selain faktor harga, kendala lain yang dihadapi berkaitan kultur. Selama ini, masyarakat sangat lekat dengan rumah tapak. Karenanya, harus ada kerjasama dari berbagai pihak untuk mengenalkan konsep rumah susun.Pengurus DPD REI DIY Rama Adhyaksa menambahkan, ke depan perlu sinergi antar kabupaten dan kota menyikapi kebijakan pemukiman. Dia menilai kondisi yang ada sekarang belum berimbang.Kami sudah ajukan roadmap yang siap diimplementasikan hingga 20 tahun ke depan. Salah satu sasarannya agar ada sinergi antar daerah, kata Rama.Dalam kurun 5-10 tahun, rumah tapak diperhitungkan masih akan menjadi prioritas. Namun 20 tahun mendatang, vertical housing diperkirakan mulai berkembang mengingat ketersediaan lahan yang semakin terbatas.(Amelia Hapsari/CN19/SMNetwork)Sumber : Suara MerdekaKRITIK :Menurut saya perumahan dalam bentuk rumah susun atau vertical housing tidak begitu baik untuk masyarakat Indonesia khususnya DIY. Mengingat masyarakat kita yang suka bersosialisasi dengan tetangga dan sekitarnya. Akan tetapi, karena kebutuhan akan perumahan cukup besar maka lahan yang tersedia pun sedikit. Jadi, menurut saya jika ingin memenuhi kebutuhan perumahan untuk masyarakat harus memikirkan pasar perumahan yang dicapai. Karena selain masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah pun berhak mendapatkannya. Pemerintah harus memikirkan agar pasar perumahan dapat mempertimbangkannya. Selain itu, harus memikirkan bagaimana mereka saling berinteraksi satu sama lain agar kita tetap menjaga kultur tersebut.