KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER …repository.usd.ac.id/2205/2/029114107_Full.pdf ·...
Transcript of KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER …repository.usd.ac.id/2205/2/029114107_Full.pdf ·...
i
KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER
DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Dedy Purwanto
NIM: 029114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
25 Mei 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
25 Mei 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Dedy Purwanto
NIM : 029114107
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER
DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW
Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola, mendistribusikan secara
terbatas untuk kepentingan akademis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Penulis
Dedy Purwanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk mereka yang memiliki profesi yang
direndahkan. Namun mereka berjuang untuk keluarga, untuk sebuah hidup bagi dirinya
dan anaknya.
KUPU-KUPU MALAM
ada yg benci dirinya
ada yg butuh dirinya
ada yg berlutut mencintanya
ada pula yg kejam menyiksa dirinya
ini hidup wanita si kupu-kupu malam
bekerja bertaruh seluruh jiwa raga
bibir senyum kata halus merayu memanja
kepada setiap mereka yg datang
dosakah yg dia kerjakan
sucikah mereka yg datang
kadang dia tersenyum dalam tangis
kadang dia menangis di dalam senyuman
oh apa yg terjadi, terjadilah
yg dia tahu Tuhan penyayang umatnya
oh apa yg terjadi, terjadilah
yg dia tahu hanyalah menyambung nyawa
song by: Titiek Puspa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan
skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 25 Mei 2008
Yang Menyatakan,
Dedy Purwanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Dedy Purwanto (2008). Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari
Teori Hirarki Abraham Maslow. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang
bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap
kompleksitas permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan suatu
fenomena.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan
jenis pertanyaan semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek.
Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan fisiologis,
responden menyatakan bahwa alasan memilih profesi ini adalah untuk mecukupi
kebutuhan hidup. Sementara, untuk kebutuhan akan keselamatan, subjek menilai adanya
keamanan profesi pelacur yang bekedok kapster. Untuk kebutuhan akan rasa memiliki
dan cinta, subjek menyatakan bahwa peran penerimaan keluarga digantikan teman
seprofesi. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Untuk kebutuhan akan harga
diri, subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri. Dengan
menentukan tarif untuk jasa pelayanannya sebagai pelacur berarti ada penilaian terhadap
harga diri. Adapun dalam perspektif kebutuhan akan aktualisasi diri, subjek memiliki
keinginan untuk memiliki usaha sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Dedy Purwanto (2008). The needs of sex commercial workers who work as capsters
based on Abraham Maslow hierarchy theory. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
This research has an objective to describe commercial sex worker needs who work
as a capster based on Abraham Maslow hierarchy theory. This is a descriptive qualitative
research, that stand on narative to explore complexity of problems that researched in
order to describe a phenomenon.
The method used on this research is interview with a semi-structure questionaire and
it use three respondents.
As the results can concluded that on physiologic needs, respondents state that their
reason choose prophecy as a commercial sex worker is to suffice their life needs. While
on safety needs, respondents state that safety as a commercial sex worker who work as a
capster on a parlor. On belong sense and love needs, respondents state that as a social
creature, a commercial sex worker cannot be separated with their envionment. In work
place whereas their spend as ten hours every day, their have more interaction with other
capsters and customers. So, role of family acceptance have been changed by their friends
with same prophecy. That is supported by same activities. On self esteem needs,
respondents state that price of service as a measurement of self esteem. On self
actualization needs, respondents state that their have a will to have their own bussines.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Sebagai bagian dari proses pengambilan gelar sarjana psikologi, penulis memilih
topik “Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirari Abraham
Maslow”. Banyak rintangan dari dalam dan luar yang menghandang. Namun, berkat
kekuatan yang secara misterius Tuhan berikan akhirnya skripsi ini bisa selesai.
Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk orang-
orang yang ikut mengisi hidup perkuliahan:
1. Bokap yang membiayai kuliah dan hidup di Jogja.
2. Pak Wahyudi yang senantiasa memberi bimbingan selama menulis skripsi.
3. Pak Pratik yang bersedia meluangkan waktu dalam konsultasi di luar mata kuliah.
4. Para dosen semua yang telah membagi ilmu dan pengalaman.
5. Best pren, Velia, dimanapun aku, kamu selalu hadir untuk mengingatkan betapa
berarti semua yang kulakukan.
6. Geng semester satu: Adi, Tyas, Lisna, Weda, Elen, Desta, Heri. Kalian kenangan
awal dalam kehidupan kampus. Kapan kita pergi bareng lagi yukkk!
7. Nanud yang kini menghilang entah dimana. Hope you find your soul mate!
8. Roni dan Ronald yang pada saat kita akan berpisah menjadi teman dekat.
9. Sari dan Dewie yang memberi tahu prosedur skripsi.
10. Teman-teman kampus semua!!
11. Mba Ning, Pak Gi, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni yang turut membantu urusan
administrasi, prakikum, dan jurnal.
12. Evan, Yuda, dan Sri. Wah wah… kalian benar-benar telah membantu.
13. Sansan yang menginspirasi kecukupan dalam materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
14. Tante kost dan saudara di Jakarta yang turut mendoakan.
15. Anak-anak ’03 yang berbagi rasa di hari yang sama pendadaran.
Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf atas
kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, utur
kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi
peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih
atas perhatiannya.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1. Manfaat Praktis ............................................................................ 6
2. Manfaat Teoritis ........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................... 7
A. Tinjauan tentang Kebutuhan ................................................................. 7
1. Pengertian Kebutuhan................................................................... 7
2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow ........... 8
B. Tinjauan tentang Pelacuran ................................................................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Pengertian Pelacuran .................................................................... 13
2. Macam-macam Pelacuran ............................................................ 14
3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran ............................. 16
C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur sebagai Kapster Berdasarkan
Teori Hirarki Abraham Maslow ......................................................... 17
1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis ......... 17
2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Keselamatan.................................................................................. 17
3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa
Memiliki dan Rasa Cinta ............................................................. 18
4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Harga Diri .................................................................................... 18
5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan
Aktualisasi Diri ............................................................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 20
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 20
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 20
C. Batasan Ilmiah ...................................................................................... 21
D. Metode Penelitian ................................................................................. 22
E. Analisis Data ........................................................................................ 22
F. Daftar Pertanyaan ................................................................................. 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 25
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 25
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Penentuan Subjek Penelitian ........................................................... 26
3. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 27
B. Laporan Hasil Penelitian ....................................................................... 27
1. Subjek I ........................................................................................... 27
1.a. Kebutuhan Fisiologis .............................................................. 29
1.b. Kebutuhan akan Keselamatan ................................................. 32
1.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ...................................... 33
1.d. Kebutuhan akan Penghargaan ................................................. 35
1.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................ 37
2. Subjek II .......................................................................................... 38
2.a. Kebutuhan Fisiologis .............................................................. 39
2.b. Kebutuhan akan Keselamatan ................................................. 41
2.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ...................................... 42
2.d. Kebutuhan akan Penghargaan ................................................. 44
2.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................ 45
3. Subjek III ........................................................................................ 45
3.a. Kebutuhan Fisiologis .............................................................. 46
3.b. Kebutuhan akan Keselamatan ................................................. 47
3.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ...................................... 47
3.d. Kebutuhan akan Penghargaan ................................................. 48
3.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................ 49
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 49
D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Kesimpulan ........................................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 57
LAMPIRAN................................................................................................................ 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan seks dilakukan manusia untuk
reproduksi dalam ikatan pernikahan. Namun, di dalam perkembangannya, seks
dilakukan untuk pemenuhan hasrat seksual, mencari nafkah dan hiburan, yang
dilakukan di luar ikatan pernikahan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan
terbentuk menjadi prostitusi di mana kebutuhan konsumen dan penyedia jasa dapat
terpenuhi.
Maraknya bisnis hiburan yang menjadi ciri modernisasi, menjadi pelengkap
bagi bisnis prostitusi. Berbagai fasilitas penunjang seperti panti pijat, bar, kafe,
karaoke dan diskotik berkembang pesat untuk memenuhi tuntutan perubahan nilai
masyarakat. Gaya hidup hedonis yang memuja kenikmatan menjadi faktor dominan
dalam perkembangan bisnis hiburan dan bisnis prostitusi (Abdul Untung, 2004).
Didukung pernyataan Barry (2001), prostitusi yang melekat pada bisnis
hiburan merupakan sebuah bentuk aktivitas seksual yang ditopengi dengan pekerjaan
legal. Hal ini dilakukan juga untuk menghindari stigma sosial yang terlanjur melekat
buruk di mata masyarakat. Konsumen yang datang pun bisa menghindari kesan bagi
dirinya bahwa itu bukanlah lokalisasi pelacuran. Usaha salon pun tak lepas dari
prostitusi, yang dikenal dengan salon plus. Seperti pada umumnya, salon ini
memberikan layanan seperti creambath, potong rambut, cuci, blow, facial dan lain
sebagainya. Yang membedakan adalah transaksi seksual yang disediakan (Emka,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Di kota Yogyakarta, salon-salon seperti ini terlihat memusat di jalan
Magelang, jalan Kaliurang, jalan Monjali, jalan Palagan, jalan Solo, jalan Janti, dan
jalan Ring Road Utara. Selain di jalan-jalan tersebut, di jalan lain juga berdiri satu
dua. Salon ini terlihat kecil dari luar. Ukurannya sekitar 3 x 3 meter. Namun itu
belum termasuk ruang-ruang yang disediakan untuk melakukan pijat. Ciri khas yang
melekat pada salon ini adalah para kapster, yang tiap salon umumnya memiliki 4-6
dan memakai kaos you can see. Penulis menjumpai satu salon yang eksklusif di
Selokan Mataram. Dikatakan demikian karena menempati bangunan ruko tingkat tiga
dan dilengkapi dengan AC Tidak seperti yang lain yang hanya menempati bangunan
kecil satu lantai tanpa AC.
Salon plus bisa dilihat di iklan koran Kedaulatan Rakyat. Pada kolom salon,
sebagian besar merupakan salon plus. Kata massage ditampilkan sebagai layanan.
Kita bisa juga melihat pada sebuah situs website komunitas berupa forum yang
menceritakan pengalaman para member yang telah mencoba salon plus.
Pemilik salon plus adalah juga mucikari. Namun, tidak menjadi mediator
antara kapster dengan konsumen, dia hanya sebatas menyediakan salon itu. Untuk
pijat, mucikari sudah menentukan tarif tersendiri. Tiap salon berbeda-beda, berkisar
Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per jam. Tarif untuk layanan seksual diputuskan
berdasarkan tawar menawar kapster dengan konsumen.
Menurut Emka (2003), salon plus ini merupakan sebuah prostitusi yang
berkembang dari kebebasan dalam masyarakat. Kebebasan ini bisa kita lihat dari
menurunnya nilai seks yang dibuktikan dengan banyaknya kasus kehamilan di luar
nikah, perselingkuhan dan pelacuran itu sendiri. Globalisasi dari negara-negara barat
yang memandang seks sebagai hal yang wajar turut memberikan dampak kebebasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Sedangkan alasan masuknya seorang wanita menjadi pelacur menurut Sanie
(2004) dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu itu sendiri, latar belakang
rumah tangga, dan faktor komunitas. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Barry (2001)
yang mengatakan sebagian pelacur melakukannya untuk dapat memberikan nafkah
bagi orang tua, pasangan hidup, dan atau anaknya.
Lemert (1996) juga mengatakan bahwa seorang gadis yang memiliki
intefioritas kuat akan memiliki kebutuhan kompulsif untuk melakukan prosmiskuitas.
Dengan kata lain, gadis tersebut memiliki dorongan seks tinggi dan terpuaskan
dengan berganti-ganti pasangan. Akhirnya, dia memilih menjadi pelacur yang di
mana dorongan seks itu dapat selalu terpenuhi.
Senada yang ditemukan melalui studi fungsional, pelacuran menjadi suatu hal
yang fungsional bagi gairah yang menyimpang yang tidak dapat diperoleh melalui
seks dalam pernikahan. Contoh dalam penyimpangan seks adalah paedofilia dan
sadho-machism. Pelacuran menjadi tempat bagi penyimpangan itu karena hubungan
seks terjadi atas dasar upah.
Faktor latar belakang keluarga dinyatakan Kemp (1998) bahwa pelacuran
memiliki dimensi pewarisan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sebagian pelacur
memiliki ibu atau nenek yang juga menjalani profesi pelacur. Bisa jadi anak ini
memiliki toleransi yang tinggi karena melihat kenyataan bahwa keluarganya melacur.
Faktor komunitas menurut Barry (2001) karena wanita dipaksa atau diperdaya
oleh mucikari. Bentuknya bisa dilihat sebagai penculikan wanita atau janji mendapat
pekerjaan. Ajakan seorang teman yang berprofesi sebagai pelacur pun merupakan
tipu daya untuk mendapat uang dengan cara cepat dan berlimpah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Fenomena pelacuran selama ini kebanyakan hanya dipandang dari satu sisi
oleh masyarakat. Mereka terlanjur mengecap prostitusi sebagai hal yang sepenuhnya
negatif yang merupakan penyimpangan dari nilai dan norma yang berlaku. Lebih jauh
lagi, penyimpangan ini adalah perilaku yang patologis atau hal yang kotor, maksiat
atau asusila (Koentjoro, 1997). Anggapan tersebut muncul karena prostitusi
membawa dampak penyakit menular bagi para pelakunya. Apalagi, penyakit AIDS
yang belum ditemukan obatnya dan berdampak melemahkan sistem kekebalan tubuh
melengkapi pandangan negatif terhadap prostitusi.
Sanksi masyarakat terhadap pelacur seringkali tidak adil. Mereka harus
menanggung semua sanksi, termasuk mendekam di penjara atau hidup dalam masa
depan yang gelap. Sedangkan para konsumen tidak terkena sanksi. Masyarakat umum
mengesampingkan bahwa pelacur juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan-
kebutuhan dan memerlukan pemenuhan atas kebutuhan tersebut.
Kebutuhan yang dimaksud di atas salah satunya adalah peran yang menonjol
adalah sebagai ibu. Kehadiran anak tentunya memerlukan biaya. Dari situlah ada
tugas baru yang diemban. Biar bagaimanapun naluri ibu untuk memenuhi kebutuhan
anak selalu ada, terlepas dari pekerjaan yang dilakukan sebagai pelacur (Sokolov,
1991).
Teori Hirarki Maslow bisa menjadi titik tolak pemahaman yang komperhensif
karena memandang perilaku adalah hasil dari dorongan pemenuhan kebutuhan.
Kebutuhan ini dipenuhi secara bertingkat. Dimulai dari kebutuhan biologis,
kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan
akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Secara pribadi, penulis tertarik melakukan penelitian ini karena melihat
fenomena salon plus yang jumlahnya berkembang pesat dalam satu tahun terakhir.
Perkembangan ini seakan-akan bebas tanpa adanya kontrol sosial maupun dari
pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat kebutuhan
psikologis pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari Teori Hirarki Maslow.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini : “Bagaimana gambaran
kebutuhan psikologis pelacur sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki
Abraham Maslow?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur
yang bekerja sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan untuk penelitian yang relevan di masa mendatang.
b. Sebagai wacana di bidang Psikologi.
c. Untuk mengetahui hirarki kebutuhan pelacur ditinjau dari Teori Hirarki
Abraham Maslow.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai keberadaan pelacur pada salon-salon plus yang mempunyai kebutuhan-
kebutuhan untuk dipenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan tentang Kebutuhan
1. Pengertian Kebutuhan
Manusia sebagai makhluk hidup pastilah mempunyai kebutuhan dalam
kehidupannya. Kebutuhan sendiri menurut Chaplin (2001) diartikan sebagai
sembarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan
seseorang sehingga merusak kesejahteraannya. Kartono (1987) mengungkapkan
bahwa kebutuhan adalah setiap kekurangan yang ada pada individu baik yang
merupakan kegemaran maupun kebuthan fisiologisnya; persyaratan tetap untuk
tetap hidup atau penyesuaian yang optimal terhadap lingkungan. Sementara itu,
Winkel (1996) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kekosongan dalam
kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang
diperlukan bagi kesejahteraannya. Tokoh lain yang memberikan definisi tentang
kebutuhan adalah Murray (dalam Brehm, 1996) yang berpendapat bahwa
kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan
ingin memperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan tertentu.
Dengan melihat pendapat dari beberapa tokoh di atas, jelaslah bahwa pada
intinya kebutuhan adalah suatu keadaan di mana terdapat kekurangan atau
ketidaksempurnaan atau kekosongan yang mengganggu kesejahteraan manusia
dalam kehidupannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ketegangan atau suatu perasaan emosional (Chaplin, 1995). Hal ini membuat
manusia melakukan suatu usaha atau tindakan untuk dapat memenuhi
kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa kebutuhan sebagai alat pendorong bagi manusia. Handoko (1992)
menyatakan bahwa tingkah laku manusia terarah pada tujuan untuk memenuhi
kebutuhannya. Seperti dikemukakan oleh Maslow (dalam Schultz, 1991),
kebutuhan sebagai deficiency motivation yang artinya kebutuhan menjadi
dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam diri organisme.
2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow
Maslow (dalam Goble, 1987) berpendapat bahwa kebutuhan merupakan
inti dari kodrat manusia. Menurut Maslow, manusia memiliki kecenderungan-
kecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya sehingga penuh makna
dan memuaskan. Bagi Maslow, manusia merupakan makhluk yang tidak pernah
merasa puas dalam keadaan yang sepenuhnya. Kebutuhan-kebutuhan pokok
manusia tersusun dalam suatu hirarki potensi yang relatif kuat, mulai dari
kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi.
Apabila kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan-
kebutuhan baru yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan manusia ini tidak
hanya bersifat fisiologis semata tapi juga bersifat psikologis.
Konsep fundamental dari pendirian Maslow yaitu bahwa manusia
dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Maslow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mengungkapkan suatu kebutuhan dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar
apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit
2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit
4. Dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih,
orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu
dibandingkan jenis-jenis kepuasan lain
5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada
orang yang sehat.
Adapun kelima kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis / faali
Kebutuhan fisiologis merupakan titik tolak teori motivasi Maslow.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendasar karena
berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup
manusia. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makanan, air, oksigen, aktif,
istirahat, keseimbangan akan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi
sensoris (Farozin, 2003). Menurut Maslow kebutuhan fisiologis manusia tidak
dapat dibuatkan suatu daftar karena akan dapat mencapai jumlah berapa saja yang
dikehendaki seseorang tergantung pada tingkat kekhususan penguraiannya
pangan, bernafas, dan semua kebutuhan lain yang terkait dengan tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan ini hampir merupakan pengatur perilaku yang eksklusif, yang
menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu.
Kebutuhan akan keselamatan meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan
sebagainya.
Jika orang dewasa merasa keselamatannya terancam, kita tidak akan
mungkin melihatnya dari luar. Maslow berpendapat bahwa seseorang yang kurang
merasa aman, cemas dan kurang percaya diri dalam lingkungannya akan
terdorong untuk mencari area-area hidup lain di mana ia dapat memperoleh
ketentraman, kepastian dan rasa aman. Contoh paling mudah dalam hal ini dapat
dilihat pada anak-anak.
3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan
keselamatan cukup terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan
akan cinta kasih, rasa kasih, dan rasa memiliki. Pada tahap ini, orang merasa ingin
memiliki tempat dalam kelompok atau keluarganya. Selama belum terpenuhi, ia
akan merasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan
keadaan yang tak menentu.
Cinta dalam hal ini tidak sinonim dengan seks. Maslow memandang seks
sebagai suatu kebutuhan fisik yang murni. Perilaku seksual ditentukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
banyak hal, bukan hanya oleh kebutuhan seksual tetapi yang utama adalah
kebutuhan akan cinta dan kelembutan hati.
4. Kebutuhan akan Harga Diri
Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan dari individu untuk
mendapat penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat
dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan
penghargaan akan orang-orang lainnya.
Kebutuhan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama,
keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan,
kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan kemerdekaan dan
kebebasan. Kedua, hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan
sebagai penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan
kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau
apresiasi.
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri
sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, akan keguanaan dan rasa
diperlukan oleh dunia. Tetapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini
menimbulkan perasaan-perasaan rendah diri, kelemahan, dan tidak berdaya. Pada
gilirannya, perasaan-perasaan ini melahirkan keputusasaan yang mendasar atau
kecenderungan kompensatif atau neurotis.
Harga diri yang paling mantap dan sehat dilandaskan pada penghargaan
yang diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau kemasyuhran
faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak berdasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Sekalipun semua kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, segera akan
berkembang perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang
itu melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Istilah ini menunjuk
pada keinginan orang akan perwujudan diri, yakni pada kecenderungan untuk
mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya. Bentuk khusus
dari kebutuhan ini berbeda pada tiap orang. Orang yang dapat menjadi sesuatu
harus menjadi sesuatu. Contohnya, seorang musisi harus menciptakan musik,
seorang penyair harus bersyair.
Pencapaian kebutuhan akan perwujudan diri oleh seorang individu biasanya
akan menemui banyak hambatan. Hambatan tersebut diperoleh dari :
1. Hambatan dari individu berupa ketidaktahuan, keraguan dan rasa takut
individu untuk mengungkap potensi-potensinya
2. Hambatan dari luar/ lingkungan berupa perepresian sifat-sifat, bakat maupun
potensi individu
3. Pengaruh negatif dari adanya kebutuhan akan rasa aman yang kuat. Manusia
cenderung tidak berani mengambil resiko, takut membuat kesalahan dan tidak
mau melepaskan kebiasaan lama yang konstruktif (Farozin, 2003). Pada hal
untuk mewujudkan diri secara penuh manusia harus melakukan hal-hal
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Tinjauan tentang Pelacuran
1. Pengertian Pelacuran
Pelacuran berarti usaha menyerahkan diri untuk maksud hubungan seks
secara terang-terangan dengan mendapat imbalan jasa (Asyari, 1986). Pelacuran
dalam kajian psikologi abnormal adalah pemberian layanan hubungan seksual
kepada seseorang demi suatu imbalan, biasanya berupa uang. Pelacuran menurut
Bonger (dalam Kartono, 2005) adalah gejala kemasyarakatan di mana wanita
menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian.
Definisi tersebut jelas menyatakan bahwa adanya peristiwa penjualan diri yang
dijadikan sebagai suatu profesi atau mata pencaharian dengan jalan melakukan
relasi-relasi seksual.
Sedangkan definisi pelacuran yang sering dikemukakan yaitu definisi
menurut Society (1970), yaitu praktek hubungan seksual yang dilakukan karena
kebiasaan atau dilakukan sesaat, kurang lebih dilakukan siapa saja (promiskuitas)
untuk dorongan mencari keuntungan (imbalan/upah). Definisi tersebut
mengandung tiga unsur dasar, yaitu :
1. Payment (bayaran).
2. Promiscuity (tanpa membeda-bedakan, dilakukan dengan siapa saja).
3. Sexual Indefference (ketidak-acuhan seksual).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja
seks merupakan orang yang bekerja memberikan layanan seks tanpa membeda-
bedakan pasangannya. Tujuan mereka melakukan hal itu untuk mendapat imbalan
yang biasanya berupa uang. Dalam penelitian ini, pekerja seks adalah wanita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bekerja sebagai kapster di salon plus yang memberikan layanan seks dengan
tujuan mendapatkan imbalan yang biasanya berupa uang.
2. Macam- Macam Pelacuran
Secara teknis ada empat macam prostitusi menurut Coleman (dalam
Supratiknya, 2000), yaitu :
a. Hubungan heteroseksual dimana pihak perempuan menerima pembayaran.
b. Hubungan heteroseksual dimana seorang lelaki menerima pembayaran.
c. Prostitusi homoseksual dimana seorang perempuan menawarkan layanan
hubungan homoseksual kepada perempuan lain.
d. Prostitusi homoseksual diamana seorang lelaki menawarkan layanan hubugan
homoseksual kepada lelaki lain.
Berdasarkan cara mencari pelanggan, Lamtiur (2004) membedakan pelacur
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Pelacur yang mencari pelanggan melalui agen
Agen yang dimaksud dalam hal ini antara lain supir taksi, tukang ojeg, tukang
becak dan lainnya. Para agen ini berperan untuk mengantarkan tamu yang
merupakan penumpang mereka ke tempat pelacur. Biasanya agen menawarkan
kepada para penumpang yang umumnya berasal dari luar kota yang
menginginkan jasa pelayanan seksual. Mereka mendapatkan bonus tertentu dari
para pelacur apabila berhasil mengantarkan konsumen. Cara mendapatkan
pelanggan melalui agen seperti ini cukup efektif dan dinilai saling
menguntungkan antara kedua belah pihak. Di satu sisi pelacur diuntungkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
karena jumlah pelanggannya meningkat dengan cara yang cukup mudah. Di sisi
lain para agen mendapat penghasilan tambahan.
2. Pelacur yang mencari pelanggan sendiri
Pelacur yang masuk dalam kategori ini adalah mereka yang menawarkan
diri secara langsung kepada konsumen tanpa perantara siapa pun juga. Cara
yang dilakukan misalnya dengan menjajakan diri di pinggir jalan atau dengan
memasang iklan di media cetak. Ada juga terselubung seperti ayam kampus,
yaitu mahasiswi yang menjual diri.
3. Pelacur yang mencari pelanggan lewat mucikari
Mucikari menurut Hull (1997) adalah seorang yang langsung bertanggung
jawab dalam penyediaan fasilitas yang memungkinkan terjadinya perdagangan
seks. Mucikari sering dikenal dengan sebutan mami. Seringkali para mucikari
ini tinggal serumah dengan pelacurnya. Peran mucikari sangat dominan dalam
terjadinya transaksi seksual antara konsumen dan pelacur. Hal ini dikarenakan
calon konsumen atau pemakai jasa harus melalui mami untuk dapat menikmati
layanan seksual. Setiap kali terjadi transaksi, pelacur harus menyetorkan uang
imbalannya kepada mami. Uang ini kemudian digunakan untuk biaya hidup
pelacur tersebut dan komisi. Jadi tidak semua uang imbalan dari pengguna jasa
masuk ke tangan pelacur.
3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran
Keberadaan salon plus yang saat ini banyak menjamur di kota-kota besar,
termasuk Yogyakarta, memang sulit dideteksi. Seperti halnya salon pada
umumnya, salon plus juga memberikan layanan seperti cuci, potong, creambath,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dan sebagainya. Namun apabila ditilik lebih dalam, salon ini juga memberikan
layanan seksual yang diberikan kepada konsumennya. Layanan seksual ini
diberikan oleh wanita-wanita yang merangkap bekerja sebagai kapster pada salon
tersebut.
Layanan seksual yang diberikan oleh para kapster salon plus ini dapat
dikatakan sebagai salah satu bentuk pelacuran. Hal ini dikarenakan para kapster
salon memberikan layanan seksual kepada para konsumennya dengan
mendapatkan imbal jasa tertentu yang biasanya berupa uang. Jelaslah bahwa
kegiatan kapster salon plus tersebut memenuhi rumusan unsur pelacuran
sebagaimana dikemukakan dalam Encyclopedia Britania. Pertama, kapster salon
plus mendapat pembayaran atas jasa yang diberikan. Kedua, kapster salon plus
memberikan layanan seksual kepada siapa saja tanpa pembedaan tertentu asalkan
ada pembayaran. Ketiga, kapster salon plus melakukan hubungan seksual tanpa
mempedulikan hakikat dari hubungan seks itu sendiri. Hubungan seks yang
mereka lakukan bersifat impersonal karena berlangsung tanpa afeksi dan kasih
sayang. Bagi pelacur yang terpenting mereka mendapatkan imbal jasa tertentu.
C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kaspter Berdasarkan
Hirarki Maslow
1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
Manusia bekerja untuk mendapatkan uang. Uang tersebut digunakan untuk
membeli berbagai macam kebutuhan. Namun, yang primer adalah untuk membeli
makan. Pelacur juga merupakan profesi untuk mencari uang. Ada yang memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menjalani untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ada pula yang ingin mendapatkan
uang melimpah. Yang terakhir ini mematok tarif yang relatif tinggi.
Pelacur yang bekerja sebagai kapster terdorong melakukan profesi ini karena
memiliki kebutuhan hidup. Uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan
pokok. Bahkan, dorongan seks merupakan kebutuhan yang ingin bisa mereka
penuhi.
2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Keselamatan
Tayangan di TV sering menyajikan berita razia terhadap pelacur. Keadaan
tersebut tidak menguntungkan bagi mereka karena harus menanggung malu bila
wajahnya dikenali oleh keluarga dan kerabat.
Dengan menjadi kapster, mereka bisa menghindari hal-hal demikian. Bukan
berarti terbebas sepenuhnya dari razia, namun salon menjadi tempat yang lebih
aman bila dibandingkan harus menjajakan diri di jalan.
3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan
Rasa Cinta
Sebagai makhluk sosial, pelacur tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya.
Di luar salon, mereka menghabiskan waktu dengan kerabat dan keluarga. Di
tempat kerja dimana menghabiskan sekitar sepuluh jam tiap harinya, pergaulan
lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama kapster dan juga konsumennya.
Peran penerimaan keluarga dan kerabat digantikan. Hal itu didorong pula dengan
kesamaan aktifitas.
Bukan tidak mungkin kapster juga menemukan penerimaan itu dari
kosumennya. Menurut Debbie (1998), wanita memandang pengalaman seks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
merupakan hal yang sekunder. Yang utama adalah alasan-alasan yang bersifat
emosional, seperti perhatian dan kasih sayang.
4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Harga Diri
Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya berarti ada penilaian
terhadap dirinya sendiri. Semakin besar tarif, maka akan menimbulkan pemikiran
bahwa dirinya memang berharga. Pemikiran tersebut juga muncul apabila
konsumen yang sama terus memakai jasanya.
5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Apabila pelacur telah dapat memenuhi semua kebutuhan di atas, maka akan
muncul kebutuhan lain yang sifatnya lebih tinggi. Kebutuhan ini terkait dengan
dorongan melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Tentunya satu
dengan yang lainnya berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Salah satu bagian penting dalam penelitian ilmiah adalah ketepatan pemilihan
metode penelitian. Hal ini akan mempengaruhi pengungkapan masalah yang muncul
dalam penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif
kualitatif, yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas
permasalahan yang diteliti (Poerwandari, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam situasi alamiah. Peneliti tidak
berusaha memanipulasi setting penelitian.
Ciri khas lain dari penelitian kualitatif deskriptif adalah menekankan pentingnya
kedekatan peneliti dengan subjek penelitian, bertujuan agar diperoleh pemahaman
yang jelas tentang realitas. Ini berarti peneliti akan melakukan kontak langsung
dengan subjek (Poerwandari, 2001).
B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur yang
bekerja sebagai kapster di Yogyakarta. Pemilihan subjek dengan metode snow ball,
yaitu pemilihan satu orang membawa pada semua sampel.
Dalam proses pengambilan sampel, peneliti menemui kendala karena banyak
kapster tidak bersedia untuk dijadikan subjek. Ada satu orang subjek yang mau
membantu karena memandang ada kesamaan daerah asal dengan peneliti dan dia
mengajak teman satu salon untuk menjadi subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
C. Batasan Ilmiah
Maslow tidak membuat perwujudan kelima kebutuhan secara rinci. Maka, dengan
berlandaskan teori yang telah dipaparkan pada bab II, peneliti menyusun batasan
istilah dari lima kebutuhan kapster yang bekerja sebagai pelacur sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang terkait langsung dengan pemeliharaan
biologis, meliputi kebutuhan untuk makan, seks, dan segala sesuatu yang
berkaitan langsung dengan tubuh.
2. Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari ketakutan dan
kecemasan dari masyarakat dan keluarga. Termasuk bebas dari penyakit kelamin.
3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta, meliputi kebutuhan untuk menjalin hubungan
dengan pemilik salon, pelanggan, teman seprofesi, meliputi apa yang dialami dan
dirasakan subjek ketika berada di salon. Selain itu juga terkait dengan anak adalah
penyisihan gaji.
4. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan subjek untuk dapat menghargai
diri sendiri dan dihargai orang lain. Dalam penelitian ini akan terungkap dari
patokan tarif, pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan frekuensi dipakai oleh
pelanggan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, meliputi kebutuhan subjek untuk menggunakan
dan mengembangkan kemampuan yang ada. Kebutuhan ini terungkap dalam
tujuan selanjutnya berupa profesi yang akan dijalani setelah tidak lagi bekerja di
salon tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah
pertanyaan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu
(Poerwandari, 2004). Moleong (2001) mengatakan bahwa percakapan itu dilakukan
oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.
Penelitian ini menggunakan jenis pertanyaan semi terstruktur. Ciri-ciri wawancara
tersebut antara lain adanya pertanyaan yang telah disusun berdasarkan teori yang
diambil, adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan pertanyaan
sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata
maupun urutan pertanyaan yang harus diajukan (Kerlinger, 1990).
E. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya berupa narasi,
deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis, atau bentuk non angka lainnya
(Poerwandari, 1998).
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Memindahkan setiap data yang diperoleh dari wawancara dan observasi ke dalam
transkrip verbatim.
2. Membaca, mempelajari, dan menelaah data dengan seksama.
3. Mereduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu membuat rangkuman tema
yan gberkaitan dengan topik penelitian.
4. Menyusun hasil reduksi data ke dalam satuan-satuan.
5. Membuat kategorisasi satuan dan pengkodean.
6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
F. Daftar Pertanyaan
Kriteria Pertanyaan Batasan
Kebutuhan
fisiologis • Apakah sebagian besar
upah dipakai untuk
makan?
• Bagiamana Anda
memandang seks ketika
melakukannya dengan
pelanggan?
• Uang yang didapat
sebagai imbalan atas
layanan seks dipakai
sebagai pemenuhan
kebutuhan fisiologis.
• Seks dengan pelanggan
menjadi pemenuhan
atas dorongan seksual.
Kebutuhan akan
keselamatan • Bagaimana pendapat
Anda melihat berita
pelacur yang dirazia?
• Bagaimana pandangan
lingkungan akan
keberadaan salon ini?
• Bagaimana pandangan
keluarga akan profesi
yang dijalani ini?
• Apakah profesi ini
merupakan yang utama
dalam mencari nafkah?
• Kapster merupakan
sarana dimana profesi
sebagai pelacur
terselubung sehingga
bebas dari razia.
• Salon menjadi tempat
dimana lingkungan
sosial menganggap
tidak terjadi praktik
pelacuran.
• Kebutuhan hidup
didapat dari profesinya
menjadi pelacur.
Kebutuhan akan
memiliki dan
cinta
• Ceritakan hubungan
Anda dengan sesama
kapster!
• Ceritakan hubungan
Anda dengan mucikari!
• Ceritakan hubungan
Anda dengan
pelanggan!
• Peran Anda sebagai
ibu?
• Salon menjadi sarana
untuk menjalin
hubungan erat dengan
teman sesama kapster,
pelanggan, dan
mucikari.
• Gaji menjadi sarana
untuk memenuhi
kebutuhan anak.
Kebutuhan akan
penghargaan • Bagaimana penilaian
sesama kapster
terhadap Anda?
• Bagaimana penilaian
mucikari terhadap
Anda?
• Bagaimana penilaian
pelanggan terhadap
Anda?
• Apa kriteria yang
• Kapster menjadi sarana
untuk mendapatkan
penghargaan yang
didapat dari penialaian
atas diri sendiri, teman
sesama kapster,
pelanggan, dan
muckiari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dipakai Anda untuk
menentukan besarnya
tarif?
Kebutuhan akan
aktualisasi diri • Apa harapan pribadi
Anda dengan menjalani
profesi ini?
• Keinginan setelah tidak
bekerja di salon F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Salon F terletak di jalan Magelang Km 4 berukuran 4 x 10 m. Dari jalan
raya akan terlihat papan nama dengan background merah yang mulai pudar dan
tulisan putih. Dari trotoar, salon ini menjorok ke dalam yang bisa dipakai untuk
memarkir motor. Parkir motor ini dipakai pengunjung karena tidak ada kapster
yang membawa motor. Di situ ada hanger yang dipakai untuk menjemur handuk-
handuk kecil.
Penutup yang digunakan adalah folding door berwarna hijau. Namun, bila
salon dibuka masih ada pembatas berupa kaca selebar ruangan dengan pintu di
sisi kanan. Ruangan dibagi menjadi bagian depan, tengah, dan belakang. Bagian
depan menjadi tempat kegiatan yang berhubungan dengan rambut. Karena itu,
terdapat tiga kursi yang di depannya masing-masing ada cermin berukuran 60 x
100 cm sejajar dengan dinding sebelah kanan. Di hadapannya ada sofa merah
untuk dua orang, membelakangi kursi keramas khas salon. Di pojok kanan
belakang ada refrigerator merk Coca-Cola untuk soft drink, bersebelahan dengan
sofa merah untuk dua orang. Perlengkapan salon, seperti obat creambath; lulur;
krem pijat, diletakan pada etalase ukuran tinggi 200 x 60 x 80 cm yang berada di
pojok kiri depan. Di pojok kanan depan ada VCD player dan speaker. Terutama
dinyalakan bila ada pijat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Bagian tengah ada dua kamar pijat. Kamar ini dibuat dari triplek karena
sebenarnya salon hanya berupa ruang kosong persegi panjang. Ukurannya 1,5 x
2,8 m berada di kiri. Pintu yang digunakan hanya sehelai kain yang ditutup
menggunakan kain perekat. Di dalamnya ada satu kain busa yang langsung
diletakkan ke lantai dan satu bantal. Selain itu, meja kecil yang di atasnya
diletakkan kipas angin. Untuk menggantung pakaian, ada hanger di sebelah pintu.
Di tengah antara dua kamar ini ada lampu putih di atas. Sebagai informasi
tambahan, triplek tidak menutup sampai langit-langit, masih ada jarak 1 m.
Bagian belakang terdapat kamar mandi dan kursi untuk facial. Antara
bagian depan dan belakang dihubungkan dari sisa ruang kamar pijat. Antara
bagian depan dan tengah diberi pintu kain, sedangkan bagian tengah dan belakang
tidak diberi. Cat dinding yang digunakan berwarna hijau muda, dari bagian depan
sampai kamar mandi. Bak dan keramiknya biru, sedangkan di bagian lain
menggunakan hitam. Bak yang dipakai adalah bak plastik dan pintunya
alumunium yang keduanya umum dijual di toko material. Sumber air
menggunakan pompa air.
2. Penentuan Subyek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur
yang bekerja sebagai kapster di Yogyakarta yang telah memiliki minimal satu
anak kandung. Pemilihan subjek dengan metode snow ball, yaitu satu sampel
membawa pada populasi yang bersedia dijadikan sampel.
Metode ini dipilih setelah peneliti kesulitan mendapat subjek. Sampel-
sampel yang didekati tidak bersedia diwanwancarai. Akhirnya, peneliti mendapat
satu subjek, yaitu Dina, yang bersedia membantu karena adanya kesamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
daerah asal. Karena tidak mau dirinya ditipu oleh wartawan, peneliti harus
menunjukkan kartu identitas diri mahasiswa.
Dina kemudian menawarkan teman sesama salon untuk besedia
diwawancara. Namun, mereka tidak langsung setuju. Peneliti melakukan
beberapa kali raport dengan beberapa kali berkunjung ke salon ini. Setelah ini,
peneliti menawarkan lagi dan mereka bersedia.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2007. Adapun tempat
penelitian dipilih Salon F yang terletak di jalan Magelang.
B. Laporan Hasil Penelitian
1. Subyek I
Nama Dina
Usia 29 tahun
Asal kota Sokaraja
Pendidikan SD
Status Menikah
Tempat tinggal Kost
Awal bekerja Tahun 2003
Jumlah anak Dua (empat tahun dan
sebelas bulan)
Sebagai seorang ibu dari dua putranya, Dina lebih menyukai tinggal di
rumah dan mengurus kedua anaknya. Namun, kebutuhan hidup rumah tangganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tidak tercukupi hanya dengan gaji dari suami. Maka, dia memutuskan untuk
bekerja. Sebelum bekerja di salon F, pernah bekerja di salon yang mengkhusukan
potong rambut dan rias pengantin. Melalui perincian lebih lanjut, pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan subjek mampu mencerminkan kebutuhan fisiologis
sampai dengan aktualisasi diri. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan
Dina dapat dideskripsikan, sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 1
Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis
Kebutuhan
Fisiologis
Aku penginnya tidak melakukan jasa plus-
plus, tapi karena pendapatan dari salon
minim, .. ya terpaksa pekerjaan itu
kulakukan. Sing penting aku ra sampe
kekurangan mbayar kebutuhan bulananku
……………....……………… (W.I/No.26)
Mungkin karena lingkungan. Waktu itu
niatku Cuma mau manis-manis aja sama
tamu. Kok mereka (teman-teman) bisa
dapat tamu banyak. Waktu itu aku
penginnya nggak ingin terjun di
situ…………………...……. (W.I/No.12)
Mendapatkan
uang
Mendapatkan
Pelanggan
banyak
Kebutuhan
akan
keselamatan
Aslinya aku takut lho mas ….. Soale kan
ngga tau kebersihan tamu itu gimana. Tapi
kadang karena dah terlanjur, aku cuma
berpikiran dengan pake pengaman, resiko
ketularan penyakit bisa diatasi
………....…………………… (W.I/No.14)
Takut penyakit
karena
ketidakjelasan
kebersihan
pelanggan
Kebutuhan
akan memiliki
& cinta
Dulu aku sampe pernah selingkuh. Tapi tiap
hari aku terus kepikiran resikonya. Setelah
tak timbang-timbang, akhirnya nggak tak
terusin …………. (W.I/No.31)
Selingkuh
sebagai bentuk
rasa memiliki &
cinta
Paling kalau pergi bareng-bareng itu kalau
misalnya ee.. sesama kapsternya ada yang
syukuran. Ada apa tuh baru bareng
…………………….………. (W.I/No.40)
Kebersamaan
sebagai bentuk
rasa memiliki &
cinta
Kebutuhan
akan
penghargaan
Aku kerja di sini kan karena aku punya
kemampuan kerja di salon, seperti motong,
creambath atau facial ... Jadi nggak bener
Membutuhkan
penghargaan
atas skill yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kalo dikatakan aku kerja di sini semata-mata
untuk melayani plus-plus. Malah kalo bisa
gak usah pakelah layanan kayak
gitu….……………………… (W.I/No.15)
dimiliki
Kebutuhan
akan aktualisasi
diri
Saya punya rencana pengin buka salon
sendiri. Terutama di bidang rias. Ya
pokoknya nelatenin yang seperti itu aja.
Mungkin seandainya saya udah punya
modal, penginnya saya buka
sendiri………………………. (W.I/No.57)
Membutuhkan
penyaluran atas
potensi dan skill
yang dimiliki
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Dina dalam
menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan
analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham
Maslow.
a. Kebutuhan Fisiologis
Berdasarkan tinjauan kebutuhan fisiologis, Dina cenderung menyatakan
bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh kebutuhan
mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tercermin dari
pernyataannya yang menyebutkan bahwa dalam menjalani pekerjaan sebagai
pelacur, motivasi utamanya adalah menambah penghasilan yang diterimanya
dari salon yang cenderung minim sehingga dapat menutupi kebutuhannya
selama satu bulan, seperti pada kutipan:
W.I/No.26 … Aku penginnya tidak melakukan jasa plus-plus, tapi
karena pendapatan dari salon minim, .. ya terpaksa
pekerjaan itu kulakukan. Sing penting aku ra sampe
kekurangan mbayar kebutuhan bulananku.
Kebutuhan fisiologis Dina yang utama adalah materi yang didorong oleh
minimnya jumlah penghasilan rutin yang didapatkan dari profesinya sebagai
kapster murni di salon tempatnya bekerja. Secara implisit, dia menegaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
keinginannya untuk mendapatkan satu situasi dimana dia dapat bekerja secara
normal dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya tanpa melayani pijat plus.
Hal tersebut terungkap dari pengakuannya bahwa dalam menjalani
profesinya, pada awalnya Dina tidak memiliki niatan untuk terjun sebagai
pelacur. Pengalaman dia sebelumnya yang bekerja sebagai tukang potong
rambut serta perias manten di salon lain selama lima tahun menegaskan bahwa
Dina memiliki kompetensi yang memadai sebagai kapster. Dalam konteks ini
dapat dipahami bahwa pilihan profesi kapster yang diambil oleh Dina pada
dasarnya merupakan aktualisasi potensi skillnya di bidang kapster, bukan
semata-mata karena ingin berprofesi sebagai pelacur.
Namun, minimnya penghasilan sebagai kapster telah membawa Dina pada
situasi yang sulit. Terlebih lagi, Dina berasal dari keluarga yang memiliki latar
belakang ekonomi lemah. Gambaran akan minimnya penghasilan sebagai
kapster murni terungkap dari pernyataannya yang menyebutkan bahwa
penghasilan yang diterimanya sebagai kapster senantiasa habis untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa ada kesempatan untuk menabung. Berangkat dari
kondisi tersebut, Dina melihat salah satu peluang untuk meningkatkan
penghasilannya dari salon tersebut adalah dengan menawarkan jasa layanan
plus.
Situasi lingkungan kerja juga dikatakan telah turut berperan dalam
mendorongnya untuk mendapatkan pelanggan dengan cara-cara sebagaimana
layaknya yang dilakukan oleh pelacur, seperti pada kutipan:
W.I/No.12 ….. Mungkin karena lingkungan. Waktu itu niatku Cuma mau
manis- manis aja sama tamu. Kok mereka (teman-teman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
bisa dapat tamu banyak. Waktu itu aku penginnya nggak
ingin terjun di situ.
.
Pernyataan Dina di atas menegaskan bahwa faktor lingkungan merupakan
salah satu penyebab dia menjalani profesi ganda sebagai kapster sekaligus
pelacur. Di satu sisi dia dihadapkan pada adanya kebutuhan mendapatkan materi
yang memadai, namun di sisi lain realita iklim kerja di salon plus tersebut telah
membentuk pola pikirnya untuk mendapatkan banyak pelanggan dengan
berbagai cara, termasuk cara yang lazim digunakan oleh pelacur.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa faktor kebutuhan akan materi
menjadi pendorong utama bagi Dina dalam menjalani profesi gandanya sebagai
kapster sekaligus merangkap sebagai pelacur. Hal tersebut juga menunjukkan
motivasi terbesarnya bekerja di salon plus bukan untuk mendapatkan kepuasan
sebagai pelacur melainkan mendapatkan materi.
b. Kebutuhan akan Keselamatan
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Dina termasuk orang yang
cenderung memperhatikan keselamatan dirinya dalam bekerja. Tuntutan akan
materi yang memadai tidak selalu menuntunnya pada tindakan pelacuran
sebagaimana layaknya dilakukan oleh pelacur. Dalam hal ini Dina termasuk
cukup selektif karena terlihat dari seringnya menolak untuk melakukan
hubungan seks dengan pengunjung. Jika ada yang meminta, terlebih dulu dia
akan menawarkan kepada temannya. Dalam beberapa kesempatan, Dina
berinisiatif memberikan harga yang tinggi dengan harapan tamu akan
menolaknya. Hal ini dilakukan dengan alasan khawatir bila tertular penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kelamin karena dalam benaknya, tidak semua tamu memiliki latar belakang
kesehatan yang baik.
Namun demikian Dina juga tidak menyangkal jika sesekali dia juga
menjajakan diri sebagai pelacur, sebagaimana disebutkan pada pernyataan
berikut:
W.I/No.14 …. Aslinya aku takut lho mas ….. Soale kan ngga tau
kebersihan tamu itu gimana. Tapi kadang karena dah
terlanjur, aku cuma berpikiran dengan pake pengaman,
resiko ketularan penyakit bisa diatasi.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa meskipun Dina memberikan
layanan plus kepada tamunya, Dina tetap mengedepankan kehati-hatian. Dalam
konteks ini, pemikirannya hanya sebatas cukup dengan menggunakan pengaman
untuk mengurangi resiko tertular penyakit kelamin.
Dalam perspektif lain, kebutuhan Dina akan keselamatan juga diarahkan
pada keselamatan dari penilaian negatif orang lain akan profesi gandanya
sebagai kaspter sekaligus pelacur. Dalam konteks ini, Dina mencoba untuk
mengurangi resiko atas keselamatannya tersebut, Dina melakukan beberapa
upaya seperti bersikap acuh terhadap penilaian tetangga akan pekerjaan yang
dijalani dalam upaya untuk menjaga martabatnya. Dina juga berupaya untuk
merahasiakan pijat plus dari suami. Selain itu, pada saat bulan puasa, pakaian
yang dikenakan lebih tertutup serta salon tutup lebih awal. Cara ini dilakukan
untuk menghindari razia yang umum terjadi.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Dina
cenderung menyatakan bahwa gairah kerjanya di salon plus juga didorong oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
adanya kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta kasih. Dalam konteks ini,
kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta kasih dapat diperoleh dari
keakraban hubungan di antara sesama karyawan salon maupun dari intensitas
hubungan yang terjalin antara karyawan salon dengan tamunya.
Intensitas hubungan antara karyawan salon dengan tamunya biasanya
berawal dari keakraban yang dimulai sejak pertama kali kenalan di salon.
Dalam upaya untuk mendapatkan banyak pengunjung, biasanya para karyawan
salon mencoba bersikap manis kepada setiap tamu dan biasanya mendapatkan
respon yang positif dari para tamu. Dari situ pulalah biasanya layanan pijat plus
berawal.
Demikian juga halnya dengan Dina yang berusaha membangun pola
interaksi yang penuh keakraban dengan tamunya dengan cara bersikap terbuka
kepada tamu, mengobrol seputar pekerjaan, keluarga hingga masalah pribadi.
Bahkan terkadang keakraban tersebut berlanjut di luar salon, baik yang
diwujudkan dengan melakukan kencan maupun sebatas intensif berkomunikasi
melalui telepon dan sms.
Bahkan intensitas hubungan yang semakin tinggi terkadang membawa
Dina pada perselingkuhan. Perselingkuhan tersebut ada yang sempat terjalin
beberapa waktu. Namun mengingat status Dina sebagai wanita bersuani, pada
akhirnya hubungan tersebut tidak dapat dilanjutkan lagi. Hal ini dinyatakan
Dina, seperti pada kutipan:
W.I/No.31 …... Dulu aku sampe pernah selingkuh. Tapi tiap hari aku terus
kepikiran resikonya. Setelah tak timbang-timbang,
akhirnya nggak tak terusin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tema pembicaraan dengan teman kapster dan pemilik salon juga sama
yang dibicarakan dengan pengunjung. Dina sendiri mengakui bahwa mereka
sudah layaknya keluarga. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena jam kerja
mereka bersama mencapai sebelas jam. Kekeluargaan yang terjalin terlihat
dalam acara syukuran yang diadakan salah satu dari mereka. Kunjungan
bersama dan menikmati liburan juga hal lainnya. Mereka pernah pergi berlibur
ke Tawangmangu, seperti pada kutipan:
W.I/No.40 …. Paling kalau pergi bareng-bareng itu kalau misalnya ee..
sesama kapsternya ada yang syukuran. Ada apa tuh baru
bareng.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa bagi Dina, suasana keluargaan
yang didapatkannya dari teman kerja di salon maupun dari tamu atau pelanggan
salon merupakan hal penting yang menentukan gairahnya dalam bekerja.
Kebutuhan ini di satu sisi telah menciptakan kondisi interaksi yang sangat
intensif dengan tamu dan selanjutnya tidak jarang berimbas pada terciptanya
pelayanan sebagai pelacur.
Adapun bentuk aktualisasi diri Dina sebagai seorang ibu, Dina membeli
kebutuhan susu anaknya serta membayar pengasuh anak dari gajinya.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, Dina menyatakan
bahwa sebagai manusia biasa, dia juga memiliki keinginan untuk mendapatkan
penghargaan baik dalam kapasitasnya sebagai karyawan salon maupun dalam
kapasitasnya sebagai pribadi. Kebutuhan akan penghargaan ini dapat diperoleh
dari pengakuan dari majikan serta teman kerja akan kemampuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dimilikinya dan biasanya berimbas pada tanggung jawab pekerjaan yang
diembannya.
Dalam konteks profesi sampingan sebagai pelacur, perasaan ingin dihargai
tersebut menjadi hal yang menghambat intensitas dirinya terjun menjalani
profesi sampingannya. Berbekal kemampuan di bidang salon yang dimilikinya,
Dina cenderung lebih memilih melayani tamu sesuai dengan kompetensinya di
bidang salon daripada memberikan layanan lebih sebagai pelacur. Hal ini
terbukti dari pernyataannya:
W.I/No.15 …. Aku kerja di sini kan karena aku punya kemampuan kerja
di salon, seperti motong, creambath atau facial ... Jadi
nggak bener kalo dikatakan aku kerja di sini semata-mata
untuk melayani plus-plus. Malah kalo bisa gak usah
pakelah layanan kayak gitu….
Pernyataan tersebut menekankan relevansi kemampuan yang dimilikinya
dengan jenis pekerjaan yang sebenarnya hendak digeluti di salon. Di sini
dijelaskan bahwa layanan plus-plus bukanlah hal utama yang hendak
diprioritaskan dalam profesinya sebagai kapster. Oleh karena itu, Dina merasa
lebih senang bila mendapat pengunjung yang hanya datang untuk sekedar pijat.
Jenis pengunjung yang tak disukainya adalah mereka yang sewaktu dipijat
memegang-megang tubuhnya.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa Dina lebih mengedepankan
pengakuan orang atas kemampuan utamanya di bidang salon daripada
pelayanan sebagai pelacur yang terkadang dilakukannya. Hal ini berarti bahwa
Dina menganggap sangat penting terhadap kebutuhan untuk dihargai secara
wajar sesuai dengan profesinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Dina memiliki harapan untuk suatu saat dapat berusaha secara mandiri.
Oleh sebab itu dalam pemikirannya, dengan bekerja di salon Dina dapat
mengumpulkan modal untuk usaha secara bertahap, seperti pada pernyataan:
W.I/No.57 …. Saya punya rencana pengin buka salon sendiri. Terutama
di bidang rias. Ya pokoknya nelatenin yang seperti itu
aja. Mungkin seandainya saya udah punya modal,
penginnya saya buka sendiri.
Pernyataan di atas menggambarkan harapan Dina dalam bekerja di salon
adalah untuk mengembangkan potensi dirinya agar bermanfaat bagi
keluarganya, terutama anaknya. Selain itu, Dina juga memiliki obsesi untuk
suatu saat dapat mengaktualisasikan potensi dirinya dengan membuka usaha
mandiri di bidang salon. Baginya, profesi sebagai kapster di salon merupakan
rintisan awal bagi tercapainya obsesi tersebut.
2. Subyek II
Nama Wulan
Usia 29 tahun
Asal kota Magelang
Pendidikan SMP
Status Janda
Tempat tinggal Kost
Awal bekerja Tahun 2006
Jumlah anak Satu (empat bulan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Status pernikahan Wulan adalah nikah siri dan telah bercerai.
Namun meskipun masih mendapatkan nafkah dari mantan suami, Wulan perlu
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi setelah mempunyai
seorang anak.
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 2
Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis
Kebutuhan
Fisiologis
Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu
suami. Misalpun ada kerjaan lain ya kerja
lain. Karena sekarang susah cari kerjaan
ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin
sementara kerja di salon dulu
…………………………….. (W.II/No.55)
Ya karena gimana ya.. ya karena ya..
karena di salon tuh lebih enak. Maksudnya
lebih enak kan nyantai. Kita kalau ada
tamu dikerjain, kalau ngga ada tamu kita
cuman duduk-duduk. Gitu. Saya tuh lebih
asyik, badan lebih terawat, ngga terlalu
cape ………………………. (W.II/No.50)
Mendapatkan
uang
Mendapatkan
kenyamanan
dalam bekerja
Kebutuhan
akan
keselamatan
Ya selama ini sih aku merasa aman-aman
aja karena aku kerja di tempat yang bener,
yaitu salon. Kan orang pada tahu salon itu
tempat apaan..?……………. (W.II/No.53)
Mendapatkan
status kerja
yang jelas
Kebutuhan
akan memiliki
& cinta
Ya udah apa ya… deket banget lah, seperti
kakak adik, seperti keluarga, sepeti kakak
beradik …………………… (W.II/No.28)
Kebersamaan
sebagai bentuk
penyaluran rasa
memiliki &
cinta
Kebutuhan
akan
penghargaan
Tapi kalau murah kan ya menyangkut
harga diri kita. Jadi ya.. jadi.. wajar-wajar.
Sejajar gitu lho ……………… (W.II/No.9)
Membutuhkan
penghargaan
atas palayanan
yang diberikan
Kebutuhan
akan
aktualisasi
diri
Ya kadang pengin nabung. Ya cuman itu.
Buat nanti sewaktu-waktu perlu uang
……………………………. (W.II/No.58)
Ingin memiliki
tabungan untuk
kebutuhan
mendadak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Wulan dalam
menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan
analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham
Maslow.
a. Kebutuhan Fisiologis
Berdasarkan tinjauan kebutuhan fisiologis, Wulan cenderung
menyatakan bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh
kebutuhan mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun
diakuinya bahwa dia masih mendapatkan nafkah dari mantan suaminya,
Wulan merasa perlu mencari penghasilan tambahan, sebagaimana dinyatakan:
(W.II/No.55) ….. Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu suami.
Misalpun ada kerjaan lain ya kerja lain. Karena
sekarang susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan
ya.. mungkin sementara kerja di salon dulu.
Sebagai seorang istri yang telah bercerai dengan suaminya tetapi masih
mendapatkan nafkah materiil, keinginan Wulan untuk bekerja di salon
menunjukkan adanya hasrat Wulan untuk mendapatkan materi lebih.
Selain itu, kebutuhan fisiologis lainnya yang dapat diungkapkan adalah
adanya keinginan Wulan untuk bekerja dalam situasi yang nyaman dari
tekanan pekerjaan. Hal ini nampak dari pernyataannya sebagai berikut:
W.II/No.50 … Ya karena gimana ya.. ya karena ya.. karena di salon tuh
lebih enak. Maksudnya lebih enak kan nyantai. Kita kalau
ada tamu dikerjain, kalau ngga ada tamu kita cuman
duduk-duduk. Gitu. Saya tuh lebih asyik, badan lebih
terawat, ngga terlalu cape.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bagi Wulan, keinginannya
untuk mendapatkan materi lebih sebanding dengan hasratnya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mendapatkan pekerjaan yang dapat dijalani dengan relatif santai tanpa ada
tekanan yang berat. Bagi Wulan, suasana kerja di salon menawarkan kedua
hal tersebut, yaitu kecukupan materi serta kenyamanan bekerja.
Dalam konteks fisiologis ini, terlihat bahwa bagi Wulan salon
merupakan alternatif tempat kerja yang dapat memenuhi kebutuhannya,
utamanya yang berkenaan dengan kecukupan materi serta kenyamanan
bekerja. Profesi sambilan sebagai pelacur yang dijalaninya bisa jadi memang
memberikan tambahan materi yang tidak kecil, sehingga dapat memberikan
dorongan yang lebih besar lagi untuk bertahan dan menekuni profesinya saat
ini. Jika dikaitkan dengan kenyamanan dalam bekerja, profesi pelacur
mungkin bisa juga dianggap memberikan kenyamanan tersendiri bagi Wulan.
b. Kebutuhan akan Keselamatan
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan keselamatan, Wulan cenderung
menyatakan bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh
pemahamannya bahwa dirinya merasa aman dengan bekerja di salon. Hal ini
bisa dipahami mengingat status salon sebagai sebuah tempat usaha yang legal
baik secara sosial maupun hukum. Artinya, Wulan berpendapat jika bekerja di
salon, aktivitas layanan plus yang kadang diberikan kepada sebagian tamu
relatif dapat ditutupi dan tidak terkena sanksi sosial secara langsung. Dalam
hal ini, keamanan ataupun keselamatan tersebut lebih diarahkan pada tinjauan
normatif sosiologis, yaitu menyangkut penilaian dari keluarga dan
masyarakat. Sebagaimana dikatakannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
W.II/No.53 … Ya selama ini sih aku merasa aman-aman aja karena aku
kerja di tempat yang bener, yaitu salon. Kan orang pada
tahu salon itu tempat apaan..?
Keluarga sebenarnya tidak akan memperbolehkan bila mengetahui di
salon tersebut memberikan pijat plus. Begitu juga suaminya akan melarang.
Kepada suami, Wulan berusaha meyakinkan bahwa tidak semua pengunjung
meminta pijat plus dan dia cukup mendapat uang meski tidak melakukannya,
seperti yang nampak pada pernyataan sebagai berikut:
W.II/No.46 … Karena yang masuk salon kan ngga semua harus kayak
gitu. Kan engga. Kalau kita niatnya kerja gini-gini kita
kan juga dapet duit soale kan yang punya salon ngga
meng mengharuskan kerja kayak gitu. Terus suami ya..
terpaksa boleh ngga boleh, akhirnya memperbolehkan.
Kebutuhan akan keselamatan yang terkait dengan keterampilan
mendapatkan nafkah terungkap dalam pernyataannya sebagai berikut:
W.II/No.55 … Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu suami.
Misalpun ada kerjaan lain ya kerja lain. Karena sekarang
susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin
sementara kerja di salon dulu.
Meskipun mendapat nafkah dari mantan suami, namun Wulan memilih
untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wulan memilih bekerja di
salon karena merasa sulit menemukan pekerjaan di tempat lain.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Wulan merasa
memperoleh rasa memiliki dan cinta dan kasih sayang dengan bekerja di
salon. Kebutuhan akan memiliki dan cinta dengan pelanggan nampak dari
pembicaraan sewaktu pijat berlangsung. Tema yang dibicarakan seputar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
keluarga dan pekerjaan. Wulan merasa lebih nyaman dengan pelanggan
dibanding dengan pengunjung baru, seperti pada pernyataan:
W.II/No.15 … Kalau udah langganan kita enak. Mau ngapa-ngapain kan
kita udah saling kenal. He eh kan? Jadi kan ngobrol. Apa
yang diobrolin.. apa yang itu kita kan udah.. udah.. itu
ya.. sreg kayae. Udah itu kayak.. udah akrab gitu lho.
Kedekatan Wulan dengan pelanggan juga terjalin di luar jam kerja
dalam bentuk sms. Tapi, sms yang dibalas yang berkaitan dengan
permasalahan pribadi yang dihadapi pelanggan. Dia menolak ajakan keluar
dari pelanggan, seperti pada pernyataan:
W.II/No.18 … Lha makane aku nek sekedar curhat lewat sms apa ya tek
balesi karena kita berteman. Tapi kalau melebihi.. kalau
kita keluar main, karena kita yang ngga penting-penting..
ya aku ngga bisa, ngga mau.
Wulan merasa dekat dengan teman-teman kapster dan pemilik salon.
Tema yang dibicarakan seputar keluarga masing-masing. Meskipun pemilik
hanya beberapa jam di salon tapi Wulan tetap merasa dekat. Sedangkan pada
teman-temannya dianggap selayaknya keluarga, seperti pada pernyataan:
W.II/No.28 … Ya udah apa ya… deket banget lah, seperti kakak adik,
seperti keluarga, sepeti kakak beradik.
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan aktualisasi diri, Wulan
menyiratkan keinginannya untuk berharga dan bermanfaat bagi keluarganya.
Kebutuhan aktualisasi diri Wulan dengan bekerja sebagai kapster saat ini
adalah membelikan susu untuk anaknya. Sedangkan di masa mendatang untuk
bisa menyekolahkan anak. Selain itu, dia belum memiliki kebutuhan lain.
Keinginan Wulan ini didukung juga dengan sikapnya yang begitu
memperdulikan anaknya, seperti pada pernyataan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
W.II/No.57 … Oo kalau aku sekedar kerja aja cari uang ya masa depan
anak, mbantu-mbantu lah.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, Wulan merasa
dihargai dengan bekerja di salon. Meskipun sebagai pengisi waktu luang,
dalam menjalankan profesinya di salon Wulan juga ingin dihargai oleh
pengunjung dengan tarif yang sesuai, seperti pada pernyataan:
W.II/No.9 .… Tapi kalau murah kan ya menyangkut harga diri kita. Jadi
ya.. jadi.. wajar-wajar. Sejajar gitu lho.
Terlebih lagi pekerjaannya memiliki konsekuensi pelecehan, Wulan
berusaha agar pengunjung bersikap baik padanya. Pengunjung yang baik
menjadikan dirinya sebagai tempat berbagi.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Wulan belum memiliki gambaran aktualisasi diri yang jelas. Dia hanya
menyiratkan keinginannya untuk bisa memiliki tabungan dengan menyisihkan
gaji. Saat ini Wulan belum memiliki tabungan. Hal ini ditunjukkan dalam
pernyataan:
Ya kadang pengin nabung. Ya cuman itu. Buat nanti sewaktu-waktu perlu
uang ……………………………. (W.II/No.58)
3. Subyek III
Nama Dewi
Usia 34 tahun
Asal kota Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pendidikan SMA
Status Menikah
Tempat tinggal Rumah
Awal bekerja Tahun 2003
Jumlah anak Satu (enam tahun)
Petama kali bekerja di salon F, alasan Dewi adalah untuk mencari nafkah
setelah bercerai dengan suaminya. Lama-lama dia merasakan kemudahan
mendapatkan uang sebagai kapster. Ditinjau lebih jauh, alasannya mencakup
kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 3
Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis
Kebutuhan
Fisiologis
Ya sebenernya di mata Tuhan itu salah tapi
demi anak ya.. apapun kita lakukan.
……………………………...(W.III/No.23)
Mendapatkan
materi
Kebutuhan
akan
keselamatan
Ya kadang kalau pas sepi kita ke sebelah
ngobrol. Duduk ngobrol. Kita ledek-
ledekan, biasa ………….... (W.III/No.33)
Mendapatkan
status kerja
yang jelas
Kebutuhan
akan memiliki
& cinta
Tamu kita anggap biasa aja. Karena apa,
kalau sampai dia milih orang lain kita sakit
hati hehe. Jadi santai-santai aja
……………………………. (W.III/No.26)
Mendapatkan
pengakuan
eksistensi diri
Kebutuhan
akan
penghargaan
kadang-kadang kalau tamunya engga apa..
engga pelit, kita dikasih tips. Kadang ya
tamune juga ya.. udah cape-cape mijit ngga
dikasih duit ………………... (W.III/No.8)
Membutuhkan
penghargaan
atas palayanan
yang diberikan
Kebutuhan
akan
aktualisasi
diri
Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu
saya keluar dari sini saya bisa buka usaha
yang lebih baik. (W.III/No.37)
Ingin membuka
usaha sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Dewi dalam
menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan
analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham
Maslow.
a. Kebutuhan Fisiologis
Berdasarkan tinjauan kebutuhan fisiologis, Dewi menegaskan
motivasinya bekerja di salon adalah untuk bertahan hidup. Kebutuhan
fisologis terlihat jelas dari alasannya bekerja adalah untuk mecukupi
kebutuhan hidup. Sedangkan kebutuhan akan keselamatan Dewi adalah untuk
mendapatkan nafkah. Dia merahasiakan tentang pijat plus dari suami, anak,
dan juga teman-teman satu salonnya, seperti pada pernyataan:
W.III/No.23…. Ya sebenernya di mata Tuhan itu salah tapi demi anak ya..
apapun kita lakukan. Yang penting kan suaminya ngga
tau.
Kekhawatiran yang menonjol adalah bila suatu saat anaknya beranjak
dewasa akan tahu pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan.
b. Kebutuhan akan Keselamatan
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan keselamatan, Dewi menegaskan
motivasinya bekerja di salon adalah untuk mendapatkan status sosial yang
jelas dan positif. Hal ini didasarkan pada pemikirannya bahwa secara
normatif, profesi di salon adalah positif sebagaimana profesi positif lainnya.
Oleh sebab itu dia senantiasa berusaha menjaga citra salon tempatnya bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Kebutuhan akan keselamatan yang lain adalah sikapnya yang baik kepada
tetangga, bahkan terkesan akrab, seperti pada pernyataan:
W.III/No.33…..Ya kadang kalau pas sepi kita ke sebelah ngobrol. Duduk
ngobrol. Kita ledek-ledekan, biasa.
Dia tidak takut akan adanya razia karena menilai selama ini bersikap
baik dan mampu membawa diri.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Dewi merasa
mendapatkan nilai-nilai cinta dan kasih sayang dengan bekerja di salon. Hal
ini diperolehnya melalui tercapainya adalah kesenangan dalam bekerja di
salon karena mendapat banyak pengunjung yang dianggapnya sebagai teman.
Karena itulah dia menjadi tempat berbagi masalah dengan pengunjung.
Namun, diakuinya bahwa selama ini selalu menjaga batas agar tidak jatuh
cinta. Selain itu juga agar menghindari iri bila ada pelanggan yang berpaling
ke teman, seperti pada pernyataan:
W.III/No.26 …. Tamu kita anggap biasa aja. Karena apa, kalau sampai dia
milih orang lain kita sakit hati hehe. Jadi santai-santai aja.
Batas dalam hubungan ini juga diterapkan pada temanya karena cemas
bila kisah hidupnya sampai dibeberkan. Namun, kepada pemilik, dia
menganggap sebagai sahabat.
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan aktualisasi diri, Dewi memiliki
keinginan untuk mendapatkan materi dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Dalam hal ini, kebutuhan aktualisasi diri yang terlihat jelas adalah mampu
membiayai biaya sekolah anaknya, seperti pada pernyataan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
W.III/No.36… Bisa cukuplah untuk makan satu hari, untuk anaknya. Di
situlah maka saya seneng. Tapi akhirnya sampai sekarang
niatku nyari duit untuk anak. Bukan untuk siapa-siapa.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, dengan bekerja di
salon Dewi merasa mendapatkan penghargaan yang sepantasnya atas kerja
yang dilakukannya. Penghargaan tersebut diukur dari materi yang
diperolehnya baik dari pemilik salon maupun pelanggan. Hal ini tercermin
dari pernyataan Dewi sebagai berikut:
W.III/No.8…. kadang-kadang kalau tamunya engga apa.. engga pelit, kita
dikasih tips. Kadang ya tamune juga ya.. udah cape-cape
mijit ngga dikasih duit.
Kutipan di atas menunjukkan dari tiap layanan pijat yang diberikan
Dewi berharap mendapat tips. Ini tidak termasuk pijat plus karena dia sudah
senang bila pengunjung dapat merasakan manfaat dari pijat. Selain itu, Dewi
berpendapat bahwa kembalinya pengunjung ditentukan juga oleh sikapnya.
Mendukung pernyataan ini, dia berusaha menghindarkan rasa bosan
pengunjung. Dia termasuk fleksibel dalam menentukan tarif namun tak segan
bila mendapat tamu yang kurang sopan.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Dewi memiliki keinginan untuk membuka usaha sendiri setelah tidak
bekerja di salon F, seperti pada pernyataan:
W.III/No.37 Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu saya keluar dari
sini saya bisa buka usaha yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Namun, pernyataan ini belum bisa diwujudkannya karena sampai saat ini
Dewi belum menyisihkan uang untuk ditabung.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berikut dibahas masing-masing kebutuhan dari hasil analisis:
1. Kebutuhan Fisiologis
Dalam kebutuhan ini, hasil wawancara menunjukkan bahwa tiga orang
responden cenderung memiliki kesamaan dalam hal orientasinya pada kebutuhan
fisiologis dalam menjalani profesinya sebagai pelacur yang bekerja sebagai
kapster. Secara eksplisit mereka menyatakan bahwa alasan mereka memilih
profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster adalah untuk mencukupi
kebutuhan hidup.
Dalam perspektif penulis, motif fisiologis yang melatarbelakangi orang
memilih profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster sangat dominan.
Sejalan dengan kodratnya, pada umumnya manusia bekerja untuk mendapatkan
uang demi memenuhi segala kebutuhan hidupnya baik kebutuhan yang bersifat
primer, sekunder maupun tersier. Persoalan yang membedakan antara satu pelacur
dengan pelacur lainnya mungkin terletak pada skala dominasi kebutuhan. Dalam
artian masing-masing individu pelaku pelacur memiliki skala orientasi yang tidak
sama yang mendasari pemilihan profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai
kapster.
Banyak di antara pelaku pelacur yang lebih mengedepankan pemenuhan
kebutuhan primer sebagai alasan pemilihan profesi sebagai pelacur. Hal ini dapat
dilihat dari sejauhmana intensitas pelaku pelacur dalam menjual layanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
seksualnya diukur dari standar kebutuhan dasar hidupnya. Jika orang tersebut
memiliki intensitas yang rendah dalam menjajakan dirinya sebagai pelacur dapat
dimaknai orang tersebut cenderung menjadikan pelacur sebagai profesi untuk
sekedar memenuhi kebutuhan primernya. Sementara itu bagi orang yang memiliki
intensitas tinggi dalam menjajakan dirinya sebagai pelacur, maka ada
kecenderungan orientasi pemenuhan kebutuhannya lebih didominasi oleh
kebutuhan sekunder bahkan tersier.
2. Kebutuhan akan Keselamatan
Keamanan disini dapat dimaknai dalam konteks keamanan menjalankan
profesi sebagai pelacur karena berkedok sebagai kapster salon. Dalam hal ini,
pelacur cenderung memiliki anggapan bahwa kehormatan keluarga tetap harus
dijaga, dimana salah satu caranya adalah dengan membuat kedok sebagai kapster
salon. Selain itu mereka juga berkeyakinan bahwa keluarga tidak akan
mengijinkan mereka berprofesi sebagai pelacur.
Dalam pergaulan dengan tetangga, yang mewakili anggota masyarakat,
mereka tidak merasa canggung. Terkadang mereka berkunjung dan mengobrol.
Namun, ketika bulan puasa, para kapster mengganti pakaian mereka dengan
pakaian yang lebih tertutup. Bila biasanya menggunkan rok mini, maka diganti
dengan celana panjang. Begitupun dengan kaos you can see diganti dengan T-
shirt. Pada dasaranya, ini dilakukan untuk menghindari tindakan anarkis yang
dilakukan oknum tertentu selama bulan puasa.
Dalam melakukan hubungan seks, mereka menggunakan kondom. Dari
beberapa salon yang sempat diobservasi penulis, ada yang tidak menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kondom dalam melayani pelanggan. Pada wawancara dengan subjek I meskipun
tidak menyiapkan kondom, dia meminta dari temannya. Sedangkan wawancara
dengan subjek II tidak mengakui memberikan layanan seks. Namun, dari
percakapan off the record, dia tetap menggunakan kondom.
3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Keberadaan komunitas pelacur yang berprofesi sebagai kapster di suatu salon
secara alamiah akan memunculkan rasa kebersamaan yang disatukan oleh
kesamaan nasib dan profesi. Implikasinya adalah tumbuhnya perasaan untuk
saling membutuhkan dan mengasihi sebagai layaknya sebuah keluarga.
Dengan sesama kapster dan pemilik, mereka terbiasa menceritakan kehidupan
sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan anak. Pergi tamasya bersama pernah
dilakukan, meskipun sangat jarang.
Melakukan kontak dengan pelanggan bagi mereka hal biasa dan dilakukan
melalui sms. Mereka tidak mau berhubungan di luar tempat kerja. Pada
pelanggan, mereka menjaga jarak dengan alasan tidak ingin kecewa apabila
memilih temannya untuk memijat dan tidak ingin jatuh cinta. Tetapi, satu subjek
pernah jatuh cinta kepada pelanggannya.
Perwujudan diri sebagai seorang ibu dengan bekerja sebagai kapster adalah
untuk membeli susu. Satu subjek membayar baby sitter karena tinggal di kost dan
status suami-istri bekerja. Bagi yang memiliki anak usia sekolah, mereka
menyisihkan untuk biaya sekolah. Ketiganya memiliki jawaban sama untuk
menyekolahkan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4. Kebutuhan akan Harga Diri
Kebutuhan akan penghargaan yang menonjol dari mereka semua adalah
keinginan untuk diperlakukan sopan oleh pengunjung, terutama ketika
memberikan massage. Umumnya tidak suka ketika pijat, pelanggan memegang-
megang tubuhnya. Ketiganya tidak ragu untuk menyatakan keberatan apabila
diperlakukan kurang sopan.
Dalam hal tarif, mereka memiliki harga batas bawah. Baik ke pelanggan mau
pengunjung baru tarifnya sama. Namun, tawar-menawar dari pengunjung bisa
menurunkan tarif. Alasan tarif itu berkaitan dengan harga diri. Mereka tidak mau
dipandang murahan.
Sedangkan untuk kriteria pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan
frekuensi dipakai oleh pelanggan tidak mereka anggap sebagai hal yang
berpengaruh. Hal ini karena dipengaruhi faktor menjaga jarak seperti yang
terungkap dalam analisis kebutuhan akan memiliki dan cinta.
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Satu orang subjek, yaitu Dina, menunjukan adanya kebutuhan ini dengan
menyisihkan gaji untuk modal memiliki salon sendiri yang tidak menyediakan
layanan seks. Wulan dan Dewi sama-sama memiliki keinginan untuk bisa
menabung. Sampai saat ini keduanya belum memiliki tabungan.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan pada pemilihan responden yang homogen,
yaitu hanya berasal dari satu salon. Hal ini disebabkan karena sedikit kapster yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
bersedia menjadi subjek penelitian. Homogenitas ini menutup kemungkinan apabila
ada perbedaan karakteristik berdasarkan tempat kerja.
Keterbatasan lain adalah kecenderungan faking dari jawaban subjek. Faking ini
terlihat jelas pada subjek II yang mengelak bahwa dirinya memberikan jasa plus dan
pada subjek III yang mengelak ketika ditanya penggunaan kondom. Namun,
keterbatasan ini diatasi langsung pada saat wawancara dengan cara mengulang
pertanyaan yang sama dengan jawaban bebas sehingga muncul jawaban yang
diperlukan untuk analisis data.
Keterbatasan lain juga muncul karena pertanyaan yang dilontarkan fokus pada
korelasi batasan istilah. Pertanyaan umum yang bisa menjadi penunjang data jadi
terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Salon F, kebutuhan pelacur yang
bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis:
Untuk mencukupi kebutuhan hidup.
2. Kebutuhan akan keselamatan:
Profesi kapster menutupi profesi sebagai pelacur
Subjek tidak selalu bersedia diajak berhubungan seks untuk menghindari
penyakit kelamin
3. Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta:
Teman satu salon, pelanggan, dan pemilik menjadi teman akrab
Untuk anak, subjek memberikan perhatian pada keperluan membeli susu dan
biaya sekolah.
4. Kebutuhan akan harga diri:
Subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri:
Subjek ingin bisa membuka usaha sendiri dengan menyisihkan gaji sebagai
modal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran,
sebagai berikut :
• Bagi akademisi, penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih
dikembangkan pada multi aspek yang dikaji, meliputi tinjauan sosio-ekonomi,
budaya maupun hukum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA
Asyari, 1986. Glosarium Seks dan Gender. Carasvatibooks, Yogyakarta.
Barry, 2001. Antara Cinta, Seks, dan Dusta: Memahami Perselingkuhan. Galang
Press, Yogyakarta.
Brehm, 1996. Masalah Muda-Mudi dalam Perkawinan. Magic Centre, Jakarta.
Chaplin, 2001. Pedagang Jalanan dan Pelacur Jakarta: Sebuah Kajian Antropologi
Sosial. LP3ES, Jakarta.
Emka, Moammar, 2003. Jakarta Undercover: Sex ‘n the City. Galang Press, Jakarta.
Farozin, Muh., 2003. Pemahaman Tingkah Laku. Rineka Cipta, Jakarta.
Goble, Frank. 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow.
Kanisius, Yogyakarta.
Handoko, 1992. Motivasi: Daya Penggerak Tingkah Laku. Kanisius, Yogyakarta.
Hull, Terence, 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Kartono, 1987. Psikologi Abnormal dan Abnormal Seksual. Mandar Madju, Bandung.
Kerlinger, Fred, 1990. Korelasi dan Analisis Regresi Ganda. Nur Cahaya, Yogyakata.
Koentjoro, 1997. Resosialisasi Pelacur dan Permasalaannya: Sebuah Tinjauan
Evaluatif. Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Lemert, 1996. Anak dan Wanita dalam Hukum. LP3ES, Jakarta.
Moleong, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Poerwandari, 2004. Mengungkap Selubung Kekerasan: Telaah Filsafat Manusia.
Kepustakaan Eja Insani, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sanie, Susy, 2004. Kaitan Faktor Sosial-Ekonomi terhadap Masuknya Perempuan
dalam Industri Seks dan Dampaknya pada Kesehatan Reproduksi. Pusat Kajian
Pembangunan, Indonesia.
Schultz, 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Kanisius,
Yogyakarta.
Society in Scotland, Gentlemen, 1970. Encyclopedia Britanica. Wiliam Benton
Publishing, Chicago.
Sokolov, Ivan, 1991. Buku Panduan Orang Tua: Bagaimana Menjadi Orang Tua
yang Efektif dan Berhasil di Era Modern. Binarupa Aksara, Jakarta.
Supratiknya, 2000. Tantangan Psikologi Menghadapi Milenium Baru. Yayasan
Pembina Fakultas Psikologi, Yogyakarta.
Then, Debbie, 1998. Jika Suami Anda Berselingkuh…: Kebenaran yang Tak
Terungkap tentang Perselingkuhan. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Untung, Abdul, 2004. Analisis Kebutuhan Pelayanan Sosial bagi Pelacur ABG (Anak
Baru Gede): Studi Kasus di Kota Yogyakarta. B2P3S, Yogyakarta.
Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
LAMPIRAN
Wawancara I
Tanggal : 23 Juli 2007
Subjek : Dina (nama samaran)
Pukul : 11.30 WIB
Tempat : Salon F
No. Pertanyaan dan Jawaban Koding Analisis
1. OK. Ya udah langsung mulai ya
mbak iki.
Hee...
Sini mbak deket biar lebih
kedengeran.
Ya ya ya.
Mbaknya dari tahun berapa
kerja di sini?
Dua ribu tiga.
Ya?
Dua ribu.. tiga.. eh.. he-eh tho dua
ribu tiga. Tahun dua ribu tiga. Iya.
Iya kan sekarang tahun dua ribu
tujuh.
W.I/No.1 • Bekerja mulai tahun
2003-sekarang.
2. Iya. Sebelum kerja di sini mbak?
Ya kerja di salon tapi bukan di
plus seperti ini. Yang lebih utama
potong sama rias manten. Di sana
lima tahun.
W.I/No.2 • Sebelumnya bekerja
di salon biasa selama
lima tahun.
3. Lha mbak kalau di sini dapat
gaji pokok ngga?
Dapet.
Berapa mbak?
Eh hehe rahasia dong.. hehe
Hehe.. tapi perlu ini mbak. Ngga
papa, ngga papa.
Kalau pertama masuk dulu dua
ratus lima puluh. Sekarang tiga
ratus dua lima.
W.I/No.3 • Saat ini gaji yang
diterima adalah Rp.
325.000,-
4. Lha terus kalau dari plus-nya
sendiri dapet berapa?
Sebulannya.
Ngga tau. Karena jarang sekali.
Jarang sekali.
Lha emang dalam sebulan bisa
berapa orang yang minta di-
plus?
W.I/No.4 • Melayani pijat plus
dalam sebulan rata-
rata tiga orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Ngga banyak. Paling satu dua tiga
udah.
Oh ya? Kalau sehari berapa
mbak?
Jarang dapet.
5. Oh gitu.. ya ya. Terus mbak
kalau dari gaji sama uang plus-
nya dipakai apa aja?
Ya.. kalau gaji ya.. ngga tentu.
Kadang untuk mbayar kontrak.
Kadang misalnya aku ngambil tivi
dulu untuk mbayar angsuran tivi.
Sekarang ngga brani ambil apa-apa
karena aku kan anakku udah dua
tho. Setiap hari saya harus beli
susu. Beli susu makanya saya kerja
di sini ngga pernah nrima gaji utuh
karena.. aku tiap hari udah ngebon.
Kalau ngga ngebon ya aku dapet
kan itu ngga tentu tho. Paling
kalau sisa berapa.. gaji tiga ratus..
aku nggaji yang momong.
W.I/No.5 • Kebutuhan
fisiologis: gaji yang
diterima untuk
membayar kontrak
tempat tinggal.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
gaji yang diterima
digunakan membeli
susu anak.
• Tiap hari hutang dari
pemilik salon untuk
membeli susu.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
membayar pengasuh
anak.
6. Lha itu nabung juga ngga
mbak? Dari uang segitu masih
ada uang yang ditabung?
Engga.
Habis semua?
Habis semua.
W.I/No.6 • Tidak ada uang sisa
untuk ditabung.
7. Terus mbak itu tarifnya untuk
plus-nya berapa sih?
Plus apa dulu? Karena kalau aku
plus yang main paling jarang
karena saya.. ngga niat di situ lho,
mas. Ya.. mungkin karena
lingkungan ya.. jadi akhirnya
terjun.. tapi ngga sepenuhnya. Ya
jarang banget lah. Seandainya aku
terjun situ full, mas, pasti aku udah
beli apa-apa tho.
W.I/No.7 • Melayani pijat plus
karena pengaruh
lingkungan.
• Kebutuhan akan
keselamatan:
membatasi
berhubungan seks
dengan pengunjung.
8. Mbaknya nentuin tarif dasarnya
apa mbak? Dulu waktu awal-
awal kerja.
Apa? Dasarnya apa?
Nentuin tarifnya gimana?
Nentuin tarifnya?
Iya.
Kalau mau gitu?
W.I/No.8 • Melayani pijat plus
karena dipengaruhi
oleh teman kapster
satu salon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Iya.
Ya.. aku terjun.. di kayak gini tuh..
mau aneh-aneh.. semenjak ada
mbak Dewi (teman satu salon).
Waktu belum ada dia aku belum
terjun kayak gitu. Ya mungkin itu
ya.. pertama ya.. aku waktu itu
ngga langsungan.. ngga.. ya paling
banter ya itu tadi.. ngocok.
9. Jadi awalnya kerja berapa bulan
dulu? Brarti kerja biasa dulu di
sini?
He-eh.
Terus sampai berapa bulan
kemudian?
Pokoknya dari awal masuk sampai
terjun kayak gitu tuh.. anakku
paling gede umurnya.. dua ribu
tiga.. ya mulai terjun saya tahun
dua ribu empat. Pokoknya anakku
mulai umur.. mau tahun.. setahun
itu baru terjun kayak gitu.. Karena
yang paling gede kan empat tahun.
W.I/No.9 • Melayani pijat plus
setelah bekerja
sekitar satu tahun.
10. Ya ya. Terus alasannya mbak,
tadi kan kalau mbaknya
ngomong dari temannya itu.
Dari mbaknya sendiri?
Ngga tau. Mungkin karena
lingkungan. Waktu itu niatku
Cuma mau manis-manis aja sama
tamu. Kok mereka (teman-teman)
bisa dapat tamu banyak. Waktu itu
aku penginnya nggak ingin terjun
di situ. Eee ngga taunya tak manis
manisin orangnya ya.. yang
pertama saya terjun orangnya
enak. Enak diajak ngobrol.
Akhirnya.. akhirnya.. mungkin dari
obrolan itu kan apa ya.. cuma.. ya
mengalir sendirilah. Waktu itu
ciuman aja karena dia minta ML
tapi saya ngga mau. Akhirnya dia
cuma nyium-nyium aja. Terus
setelah itu.. aku.. piye ya.. tapi aku
emang sama tamu sudah seperti itu
tapi ngga setiap tamu terus aku
kayak gitu. Sama tamu jadi jarang
W.I/No.10 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
bersikap manis
kepada pengunjung.
• Kebutuhan
penghargaan: ingin
mendapatkan banyak
pengunjung seperti
teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
banget. Sedapetnya aja.
11. Misalnya ada tamu yang datang
minta ML padahal.. mbaknya..
ngga niat sepenuhnya di situ,
terus mbaknya layani atau..?
Kalau ada yang minta ML
biasanya.. kalau orangnya itu mas..
itu.. apa ya.. misalnya dia berani
bayar tinggi, aku lebih sering tak
lemparin ke temenku. Tapi aku
ngomong pijat diitung dua tho kan
aku udah mijeti semua. Kalau udah
gitu tarifnya bayar sendiri sama
temenku. Terus ya tak lempar.
W.I/No.11 • Kebutuhan akan
keselamatan:
menolak untuk
diajak berhubungan
seks.
• Kebutuhan akan
keselamatan:
Menawarkan teman
bila ada pengunjung
yang minta
berhubungan seks,
dengan tetap
meminta bagian
upahnya sendiri.
12. Kalau sama mbaknya
pasangnya berapa kalau
mbaknya bilang tinggi?
Hehe ya engga sih paling untuk
embel-embel. Ngga terlalu ini sih..
Tapi pernah ya ketanggor. Aku
cuma iseng aja. Weh..”Mbak-e
mau berapa? Ya udah tiga ratus
ya.” Tapi sama temenku ya?
“Ngga mau. Aku mau sama mbak-
e.” Aslinya aku takut lho mas …..
Soale kan ngga tau kebersihan
tamu itu gimana. Tapi kadang
karena dah terlanjur, aku cuma
berpikiran dengan pake pengaman,
resiko ketularan penyakit bisa
diatasi. Akhirnya terjun juga tapi
ya jarang banget.
W.I/No.12 • Mematok tarif tinggi
hanya sebagai cara
menghidari
hubungan seks.
• Kebutuhan akan
keselamatan: Takut
berhubungan seks
karena alasan
kesehatan.
13. Lha di sini ngga sedia
pelindung?
Ada sih temenku yang bawa. Tapi
seandainya aku bawa mau ditaruh
dimana. Karena aku ngga niat
kerja di situ itu lho. Aku kerja di
sini kan karena aku punya
kemampuan kerja di salon, seperti
motong, creambath atau facial ...
Jadi nggak bener kalo dikatakan
aku kerja di sini semata-mata
untuk melayani plus-plus. Malah
kalo bisa gak usah pakelah layanan
kayak gitu..Aku sendiri males tapi
W.I/No.13 • Tidak sedia kondom
karena memang
tidak berniat untuk
melayani hubungan
seks.
• Kebutuhan akan
penghargaan: merasa
memiliki
keterampilan
layaknya kapster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
piye sih.. terlanjur.
14. Kalau liat orangnya, mbak-nya
pasang tarifnya pengaruh ngga?
Misalnya orangnya punya duit
atau kelihatan baik.
Kalau aku ngga peduli. Pokoknya
prisipnya aku mau kayak gitu dia
harus mau ngga bayar dua ratus
lima puluh eh seratus lima puluh.
Tapi ngga liat kalau dia apa.. ngga
mau aku juga ngga mau. Jadi apa
ya.. ngga liat penampilan karena
kalau liat penampilan,
omongannya kan pinter gitu tho
tamuku pinter ngomong gitu lho.
Saya ngga ngandalin di situ.
W.I/No.14 • Kebutuhan akan
penghargaan: tarif
yang dipatok
merupakan harga
mati.
• Penentuan tarif tidak
dipengaruhi oleh
faktor dari
pengunjung.
15. Terus mbak ini tentang
pelanggan. Orang yang pijat
sama mbak banyak yang balik
lagi ngga?
Jarang.
Jarang? Paling kalau ada
berapa orang mbak?
Paling satu dua tiga.
Terus mereka rutin tiap bulan
atau tiap berapa minggu?
Kalau ke sini?
Iya.
Biasanya sebulan sekali.
W.I/No.15 • Memiliki pelanggan
tetap sekitar tiga
orang dengan
frekuensi pijat satu
bulan sekali.
16. Kalau alasannya mereka balik
lagi, dari mbaknya apa?
Ya.. kalau.. menurutku sih
kebetulan tamu itu.. apa.. ngga
minta ya.. selain ML ya.. aku
masih berusaha biar tamu itu balik.
Tapi kalau memang.. tamu itu..
ngga mau balik ya udah. Tapi ya
makanya.. jarang, mas, balik sama
aku jarang. Kebanyakan cowok
yang masuk salon mintanya yang
lebih tho.
W.I/No.16 • Berusaha agar
pengunjung menjadi
pelanggan.
• Kebutuhan akan
penghargaan: tidak
terlalu
mempedulikan
penolakan dari
pengunjung agar
datang kembali.
17. Maksudnya ML?
Ya engga. Harus lebih pintar..
pintar.. gimana gimana gitu lho.
Sedangkan aku merasa ngga
sepintar temen-temenku. Soalnya
kalau mereka gini gini. Kalau aku
W.I/No.17 • Menilai bahwa
pengunjung selalu
memiliki keinginan
untuk dipuaskan
yang tidak mampu
diberikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
kan biasa.
Pinter gimana sih mbak
contohnya?
Ya muaske ngono lho, mas.
18. Lho mbaknya sendiri apa ngga
merasa? Hehe..
Ngga merasa tuh hehe.. Kalau buat
aku sendiri masih ngerasa biasa aja
tuh. Belum seperti temenku
ngomong, bisa gini bisa gini. Ya
kalau menurutku lho masih biasa
aja.
W.I/No.18 • Menganggap
temannya lebih
mampu dalam
memuaskan
pengunjung.
19. Maksudnya bisa gini gini
gimana mbak? Hehe.
Kan ada yang mau.. apa ya..
karaoke.. kan aku ngga bisa. Aku
ngga mau. Ada yang.. Ya
pokoknya itu lah aku paling ngga
bisa sama ML itu. Paling kalau
ngga terpaksa tho karena aku kalau
bisa jangan.
W.I/No.19 • Kebutuhan akan
penghargaan:
bersedia
berhubungan seks
dengan pengunjung
bila terpaksa.
20. Kalau pelanggan pernah
komentar apa sama servisnya
yang mbak pernah kasih?
Macem-macem hehe. Ada yang
gini: “Akh mbak-e ra gelem ngono
we.” “Ya biarin tho.” “Moso sih
mba koe ra iso ngemut!?” Tapi nek
sing orangnya biasa ya seneng aja.
Kadang ada tamu yang nyarinya
ngga seperti itu memang ada. Ya
seneng tapi jarang. Kebanyakan
mintanya yang lebih. Reko-reko
gitu lho.
W.I/No.20 • Pernah mendapat
pengunjung yang
minta lebih dan
ditolak.
• Kebutuhan akan
penghargaan: senang
bila mendapat
pengunjung yang
bersikap wajar.
21. Kalau yang datang ke sini pijat
minta plus atau ada yang cuma
pijat thok?
Ya kebanyakan minta.
W.I/No.21 • Kebanyakan
pengunjung minta
pijat plus.
22. Selama di sini lebih banyak
orang baru atau pelanggan lama
yang datang?
Yang sama aku?
Iya.
Baru. Jarang pegang tamu yang
balik berkali-kali. Paling cuma
pijat ya udah. Jarang.
W.I/No.22 • Kebanyakan yang
dilayani adalah
pengunjung baru.
23. Ada pelanggan yang W.I/No.23 • Menilai bahwa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
komentarnya enak didengar?
Engga.
ada pengunjung
yang memberikan
komentar baik.
24. Punya pelanggan yang nyebelin?
Orang-orang yang datang
nyebeli gitu mbak?
Pernah.
Gimana ceritanya itu mbak?
Yang nyebelin itu.. piye ya.. wah
macem-macem he, mas. Yang
nyebelin itu.. oh banyak. Yo nek
wong ra keturutan karepe yen.. kan
nyebelin kae lah. Tur nek aku kan
tak los tho. Masa bodoh yang
penting udah tak pijeti mbayar.
Yang nyebelin tho ada yang.. apa
ya.. ee.. tangannya maunya emek
emek dia ngga mau mbayar. Aku
kan kalau tak pijeti diem. Ngga
usah.. karena aku kalau dipegang
ngono yo ngga nyaman tho
mijetnya. Aku malah lebih seneng
kalau orangnya tak pijet bioso
ngono lho, mas. Ngga usah
ngemek emek. Aku juga lebih
enak ngerjainnya. Kalau aku udah
ngomong gitu kan.. aku malah..
sio-sio tho mijetnya ketoe ra
dinikmati ngono lho, mas. Karena
setiap aku megang tamu ya
kebanyakan mu tak pijet sampai
selesai. Ya bermacem-macem,
mas. Ono sik.. yo saking banyake,
mas, jadi ngga terlalu inget. Soale
kalau diinget marake mangkel.
Soale kerja kayak gini asline tuh..
sini berlwanan tho, mas. Aku
penginnya tidak melakukan jasa
plus-plus, tapi karena pendapatan
dari salon minim, .. ya terpaksa
pekerjaan itu kulakukan. Sing
penting aku ra sampe kekurangan
mbayar kebutuhan bulananku
W.I/No.24 • Kebutuhan akan
penghargaan:
berharap bahwa pijat
yang dilakukan
dinikmati
pengunjung.
• Kebutuhan akan
penghargaan: tidak
senang bila
pengujung
memegang tubuhnya
sewaktu dipijat.
• Kebutuhan akan
penghargaan:
menjalani profesi ini
menimbulkan
pertetangan batin.
• Kebutuhan akan
fisiologis: berpikir
bahwa, tanpa harus
memberikan pijat
plus, asal kebutuhan
hidup terpenuhi
merupakan hal yang
diinginkan.
25. Lha mbak kalau tadi ada yang
nyebelin mbaknya cuek aja ya?
Masa bodo yang penting tugas
saya sudah saya lakukan gitu lho.
W.I/No.25 • Kebutuhan akan
penghargaan:
mengutamakan pijat
tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tugas saya pijet. Kalau dia
nyebelin karena ini.. udah masa
bodo yang penting aku udah
ngerjain tugasku itu pijet.
memperdulikan
tuntutan pengunjung.
26. Mbaknya pengin dapet
pelanggan yang kayak gimana?
Orang minta aneh-aneh ngga papa.
Yang penting dipijeti ki piye yo..
ya penak ngono lho, mas, dijak
ngobrol. Tapi jelas.. aku.. ngga
mau nyari kayak gitu kayak gitu,
mas. Yang penting aku kerja kayak
gitu lho, mas. Karena tahu sendiri
kan salon kayak gini potong
memang banyak tapi kan ngga
sebanyak Johny Andrean. Karena
aku udah disibukkan dengan
pekerjaan potong pun ngapain aku
megang tapi itu ya karena
motongnya cuma standar. Ya udah
akhirnya ikut pijat juga kan. Aku
waktu awal ikut masuk di salon..
kan enga pijat. Lama-lama pijat
tuh karena tamu bolak-balik milih.
Nek ra gelem tenan njuk bali. Ya
udah terjun lah ra popo lah. Awal-
awale yo kagok tho mas hurung
kulino nyekel wong lanang. Soale..
waktu belum punya suami aku
juga jarang bergaul sama laki-laki
tho. Sempet takut gitu. Tak kuat-
kautin. Sing penting saya.. ngga..
apa ya.. ngapain takut, ngga salah.
Intinya kerja.
W.I/No.26 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
senang bila
mendapat
pengunjung yang
bisa diajak ngobrol.
• Sungkan menolak
keinginan
pengunjung yang
memilih dipijat oleh
dia.
• Sebelum menikah
jarang bergaul
dengan laki-laki
sehingga awal-awal
melayani pijat terasa
canggung.
• Kebutuhan akan
keselamatan: alasan
bekerja
memberanikan
dirinya untuk
melayani pijat.
27. Kalau lagi pijat sama pelanggan
yang diobrolin apa, mbak,
paling sering?
Ya macem-macem. Kadang aku
nanyain kerja apa, kuliah dimana,
tergantung orangnya tho, tugasnya
dimana. Ya biasa. Tapi kalau
ngobrolin soal yang seks-seks itu
aku jarang.
W.I/No.27 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
mengobrol dengan
pengunjung seputar
pekerjaan dan
kuliah.
28. Curhat-curhatan sama yang di
pijat?
Curhat-curhatan?
Ya masalah keluarga atau
W.I/No.28 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
membicarakan
masalah pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
masalah pribadi.
Pernah tapi udah lama banget tuh
tamu.. langgananku.. Sekarang
udah ngga balik lagi. Pernah tuh..
dia nanya yo anakmu umur berapa,
dia yo.. enak lah diajak ngobrol.
Tapi sekarang udah ngga balik
lagi. Katanya tak.. sms..: “Aku
sekarang lagi berusaha
memperbaiki ekonomi.” Kan dia
orangnya pisah sama istri tho. Ya
udah intinya aku ngga mau
nganggu orang yang.. ya udah
ngono. Kalau sekedar tanya kabar
ya tapi kalau ngejak ketemu engga.
dengan pelanggan.
• Menerima bila
pelanggaan memiliki
alasan pribadi untuk
tidak kembali ke
salon.
29. Kalau sama pelanggan akrabnya
kayak apa? Seakrab apa?
Misalnya bisa deket banget, bisa
sms-an tanya kabar. Apa ya
udah habis pijat ya udah.
Dulu aku sampe pernah selingkuh.
Tapi tiap hari aku terus kepikiran
resikonya. Setelah tak timbang-
timbang, akhirnya nggak tak
terusin. Aku udah punya suami
udah punya anak. Ya anakku baru
setahun lebih waktu itu. Ada orang
Surabaya. Dia ngomong kalau aku
harep ditembung dewe karo
bojoku. Tapi aku mikir belum
tentu juga aku sama orang itu baik
tho walaupun dia itu kaya. Dia kan
punya usaha di Jogja. Elektronik di
jalan Solo. Tapi aku mikir gini:
“Ah orangnya aja masuk salon-
salon. Seandainya nanti jadi
suamiku belum.. belum tentu.. apa
ya.. seperti suamiku yang
sekarang. Nasibnya aja biasa tapi
sama aku ngajeni. Makanya aku
ngga mau terlalu banget sama
suamiku. Emang dia orang ngga
punya tapi aku menghargai
perasaan dia. Sama aku pengine
gini-gini kan baik. Apa salahe ya
tho, mas, ya ngga papa tak jalani
apa adanya aja. Ya pernah, mas,
W.I/No.29
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pernah selingkuh
dengan pelanggan.
• Tetap memilih
mempertahankan
pernikahan sewaktu
diajak menikah
dengan
selingkuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
katakanlah dulu aku selingkuh.
Tapi tiap hari aku berpikir gini-
gini yo ah tak timbang-timbang
gitu lho. Tapi ya udah akhirnya
ngga tak terusin.
30. Selingkuhnya sama yang datang
ke sini mbak? Sama yang pijat?
Dia ngga mau datang ke sini. Dia
datang ke sini cuma sekali. Dia
minta ditemuin di hotel. Tapi
waktu itu kan pendekatan aku ngga
ada niat ke situ tho. Ya udah. Tapi
dia sama anak-anakku emang
sayang. Lha aku salutnya di situ.
Tapi aku mikir ah pasti lebih
sayang orang tuanya sendiri. Cuma
aku merasa kenalnya belum lama
banget sih baru setahun.
W.I/No.30 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
kagum dengan kasih
sayang yang
diberikan kepada
anak-anakya oleh
selingkuhannya.
31. Terus mbak ini ganti ya
ngobrolin tentang jam kerja nih.
Kerjanya dari jam berapa
sampai jam berapa di sini
mbak?
Setengah sepuluh eh.. setengah
sepuluh pagi sampai sembilan
malem.
Tiap bulan ada cutinya?
Libur seminggu sekali.
W.I/No.31 • Bekerja dari 09.30-
21.00 dengan hari
libur satu hari dalam
seminggu.
32. Kalau lagi ngga ada yang datang
biasanya ngapain mbak?
J: Ngapa ya.. Seandainya aku..
punya nomor tamu ya coba tak
sms. “Mbok ke sini mumpung lagi
sepi.” Itu aja. Tapi kalau nemui
tamu sampai keluar saya engga.
Engga pernah sekarang. Nemui itu
cuma yang pernah seneng sama
aku thok itu. Seandainya saya
mau.. banyak. Aku harus keluar
nemui tamu banyak tapi aku ngga
mau. Ngga berani.
W.I/No.32 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pernah menemui
selingkuhan di luar
jam kerja.
• Kebutuhan akan
keselamatan: tidak
berani menemui
pengunjung di luar
jam kerja.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
berusaha mengajak
datang pengunjung
ke salon.
33. Kalau di sini mbak ngobrolin
apa sama temen-temen?
Ada yang soal rumah tangga,
teman, ya macem-macem. Kadang
W.I/No.33 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
berbagi cerita
dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
permasalahan mereka masing-
masing. Biasa. Semua ada deh
yang diobrolin.
kapster seputar
rumah tangga,
teman, dan
permasalahan.
34. Ini boleh dikatakan seharian di
salon. Terus mereka udah kayak
keluarga? Soalnya kalau
keluarga kan tiap hari ketemu
terus. Sedangkan di sini kan
mbaknya kerja dari pagi sampai
malem. Udah akrab banget
kayak keluarga?
Iya.
W.I/No.34 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
Mengakui bahwa
teman-teman satu
salon sudah seperti
keluarga.
35. Sering kangen sama keluarga di
rumah?
Sering. Kalau aku lagi diem-diem
itu aku inget anakku. Jadi kadang
mbayangin ah enaknya di rumah
nonton tivi, kumpul sama anak-
anak.
W.I/No.35 • Sewaktu bekerja
sering merasa rindu
dengan keluarga,
terutama anak.
36. Terus kalau kangen piye mbak
sama keluarga?
Kebetulan kost-ku kan belakang.
Kadang kalau aku emang kangen
aku balik ke sana. Kalau
perasaanku ngga penak aku
langsung balik. Kadang kan.. yang
momong kan mbak saya.. bawa
sini anakku. Aku ya seneng.
Soalnya kebetulan deket.
W.I/No.36 • Pulang bila
merasakan rindu
atau perasaan tidak
enak terhadap
anaknya.
• Anak diasuh oleh
kakak.
37. Suaminya kerja juga ya?
He eh.
Kalau pulang jam berapa?
Suamiku pulang jam lima.
W.I/No.37 • Suami bekerja
sampai pukul lima
sore.
38. Pernah pergi rame-rame sama
temen kapster?
Pernah dulu piknik di
Tawangmangu tapi itu tahu dua
ribu.. kalau ngga salah tahun tahun
dua ribu empat.
Sering ngga mbak pergi rame-
rame?
Udah lama ngga. Paling kalau
pergi bareng-bareng itu kalau
misalnya ee.. sesama kapsternya
ada yang syukuran. Ada apa tuh
baru bareng.
W.I/No.38 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pernah pergi berlibur
bersama ke
Tawangmangu.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pergi bersama dalam
acara keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Acara keluarga gitu?
He eh.
39. Pemilik salonnya sering ke sini?
Dulu hampir ditunggu terus.
Sekarang ngga tau nih, jarang.
Dulu seharian di sini. Aku sampai
sms, cerewet buat salonnya
ditunggu. Apalagi kalau ada ribut,
bos-e yang tak onek-onekke.
Kalau ngasih gaji datang
sendiri?
Dateng. Dia wayahe nggaji yo wis
nggaji. Nek mau pulang itu ngasih
gajinya.
W.I/No.39 • Sekarang pemilik
jarang menunggui
salon.
• Meminta pemilik
untuk menunggui
dan bertanggung
jawab bila terjadi
keributan.
• Pemilik selalu
datang bila memberi
gaji.
40. Tugasnya pemilik salon apa aja
mbak?
Ya kadang-kadang belanja-belanja.
Ngecek apanya yang ngga ada.
Kadang kalau pas lagi di sini tahu
ada yang berantakan protes: “Ini
beresin! Ini beresin!” Ya biasa.
W.I/No.40 • Pemilik bertugas
membeli barang-
barang dan
merapikan.
41. Tapi kalau ke sini mampirnya
lama?
Kalau berapa hari ini jarang.
Mampirnya paling dua jam satu
jam.
Sama pemiliknya ngobrolin
apa?
Ya ngobrol tentang anak lah. Kan
kebetulan bosnya udah punya anak
tho. Tentang anak lah, tentang
temen-temen.. temen-temen
suaminya. Biasa.
W.I/No.41 • Bila berkunjung,
pemilik berada di
salon selama dua
jam.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
membicarakan
keluarga dan
kehidupan pemilik.
42. Akrab juga sama pemiliknya?
Ya akrab. Kebetulan bos-e adikku
he, mas.
Oo.. adik sendiri?
Hehe..
Tinggal di Jogja?
Iya.
Sering bareng acara keluarga?
Aku jarang. Kalau pulang sih
rumahku cuma deket. Ya kalau
ketemu pas di sini aja. Kadang
kalau aku pas ke tempat bapakku
ya ketemu.
W.I/No.42 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
mengakui kedekatan
dengan pemilik.
• Pemilik adalah
kakak kandung.
• Jarang bertemu
dengan pemilik,
sebagai adik, kecuali
di salon.
43. Adiknya tahu kalau ini salon W.I/No.43 • Pemilik meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
plus?
Kalau adikku.. seandainya tahu,
dia ngga nyuruh. Dia ngomong
gini: “Aku pokoknya tahunya yang
penting kalian tuh pijat.
Seandainya kalian mau apa-apa,
itu hak kalian. Tapi kalau ada apa-
apa..” Dia ngga mau ikut
nanggung gitu lho karena dia
merasa ngga nyuruh. “Jadi, apapun
sama kalian yang kayak gitu
jangan nglibatke bos-e.” Karena
resikonya besar kan, dari ini ini
ini. Karena dimintain surat
pernyataan bahwa ada apa-apa di
salon ini dia ngga ikut nanggung.
Seandainya suatu saat salon ini
digrebek kan otomatis sing keno
denda bos-e tho. Bos-e sekali keno
dendo kan podo wae karo nyediake
koyo ngono tho, mas.
surat pernyataan
yang menyebutkan
bahwa dirinya tidak
bertanggung jawab
bila terjadi sesuatu
perihal layanan pijat
plus.
44. Pernah digrebek?
Saya ngga minta. Insya Allah ngga
pernah.
Kalau pas musim puasa kan..
liat di tivi-tivi mesti nek tempat-
tempat billiard apa tempat disko
kan mesti di..
Sini menyesuaikan kalau pas
puasa. Sopan. Tutupnya pun ngga
malem.
Maksudnya sopan dari jam
tutup atau penampilan?
Ya jam tutup juga penampilan.
Tapi kadang ada yang bandel, tapi
kebanyakan pake baju yang rapi
karena menghormati orang puasa.
Karena sini orang Islam semua
tho.
Brarti belum pernah ada razia
ya?
Ngga minta.
W.I/No.44 • Salon belum pernah
dirazia.
• Kebutuhan akan
keselamatan: tidak
berharap salon
terkena razia.
• Kebutuhan akan
keselamatan: tutup
lebih awal dan
berpakaian sopan
saat bulan puasa.
45. Ada yang ini ngga.. jadi anak
kesayangannya pemilik salon?
Kalau anak kesayangan ngga ada.
Cuma mungkin ono sing rodo
digatekke terutama yang kerjanya
W.I/No.45 • Pemilik salon lebih
memberi perhatian
bagi yang bekerja
dengan baik.
• Bila terlambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bagus, tertib. Itu yang paling
digatekke. Tapi ne kerjo ambura..
opo yo.. Sing penting andakata dia
brangkatnya mau siang.. atau.. Sini
kan kalau telat ngga dapet uang
makan. Ya udah jangan salahkan
kalau terus gajinya melorot.
Pokoknya biar mereka le
berangkat tertib. Tapi kadang ada
yang merasa cari uang kayak gitu
kan nyantai tho, mas. Ya udah itu
brarti kan pilihannya mereka. Tapi
ya biasa, mas, ngga pilih kasih. Ya
memang ada yang temen dari smp.
Tapi kan selama di tempat kerja
memandang mereka itu pegawai.
datang tidak
mendapatkan uang
makan.
• Ada teman yang
sering berangkat
terlambat.
• Ada kapster yang
adalah teman smp
pemilik, namun
pemilik memandang
semua sama sebagai
pegawai.
46. Kalau mbaknya sendiri pernah
dikomentari apa? Disanjung
ngga sama pemiliknya?
Ora. Engga. Aku di sini tetep
pegawai. Di rumah mbakyu.
Pernah aku berbuat kesalahan tho,
digentak-gentak ngono tak tompo.
Ya biar ngga mentang-mentang
mbaknya gitu lho. Ya udah biasa.
Temen-temen di sini tahu kalau
itu tahu kalau itu adiknya
mbak?
Tahu.
W.I/No.46 • Pernah dimarahi
pemilik karena
berbuat salah.
• Teman-teman
kapster tahu bahwa
pemilik adalah
kakak kandungnya.
47. Mbaknya kan tadi ngomong ada
yang lebih diperhatikan. Lha,
mbaknya liat piye? Iri atau
pengin atau biasa aja?
Aku karena liat kenapa iki
diperhatikan, kenapa..
penyebabnya apa aku ngga iri
karena tau alasane. Misale yo.. opo
yo.. kenapa mereka merhatiken..
ada alasane saya ngga iri. Kecuali
kok aku udah berusaha ini.. kok
ngga seperti mereka, itu baru iri.
Mungkin iri ya tapi aku irinya
ngeliat tuh sik.. sik pantese gimana
tuh.
W.I/No.47 • Kebutuhan akan
penghargaan: tidak
iri melihat ada yang
lebih diperhatikan
karena memang ada
alasan logis.
48. Terus ini mba di deket sini kan
toko-toko, ada orang jualan
juga. Mereka tahu ngga sih
W.I/No.48 • Kebutuhan akan
keselamatan: Tidak
terlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kalau ini salonnya salon plus?
Ngga tahu aku. Karena ngga
mungkin tho mereka mau
ngomong: “Itu salonnya ini-ini.”
Tapi entah ya kalau tetangga di
belakang tuh saya ngga tahu. Aku
ngga mau mikir kayak gitu karena
terlalu mikir kayak gitu ngga maju
tho, mas. Orang pun ngga ngapa-
ngapain tetep dirasain gitu. Yang
penting saya ngga nganggu
mereka. Kalau ikut pikiran orang
tau sendiri tho, mas, malah
meracuni pikiran kita.
memperdulikan
dengan tanggapan
tetangga di sekitar
salon.
49. Tapi kalau pas misalnya ini tadi
mbak pesen es jeruk? Ya biasa
aja? Itu kan pesen es jeruk di
sebelah.
Oo.. biasa.
Tapi kalau mereka ketemu
mbak?
Ya biasa.
Ketemu ya ngobrol-ngobrol
biasa?
Kadang kalau mau ke sebelah ya
ngobrol sambil pinjem koran.
Mbaca. Paling sok ngobrol soal
keluarga. “Piye bu rame ngga?”
Kan jual bakso tho dia. “Yo wis
biasa. Alhamdulilah.” Ya wis
cuma obrolan biasa. Jadi ngga tahu
tho mereka. Mau ee.. pikiran sama
kita di sini kan ngga tahu tho wong
ketemunya biasa, ngobrolnya
biasa.
W.I/No.49 • Tetangga bersikap
wajar.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
kadang ngobrol
dengan tetangga dan
membaca koran.
50. Pernah ada tetangga yang pijat
ke sini?
Pernah.
Minta plus juga?
Pernah, tapi saya ngga melayani.
W.I/No.50 • Pernah ada tetangga
yang datang pijat
tapi kebetulan tidak
melayani.
51. Mbak kalau beli makan?
Di warung. Sebelah itu ada.
Kadang sana agak jauh. Kalau lagi
pengin makan sebelah, sebelah.
Kalau lagi.. ngga pengin yang..
makan apa ya.. jauh-jauh pernah.
Ngga tentu kok, mas.
W.I/No.51 • Kadang membeli
makan di sebelah,
kadang agak jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
52. Mbak nganggep salon ini.. apa
ya.. tempat berlindung? Misale
dari keluarga ya.. anggepane
mbak kerja biasa.
Ya kadang merasa seperti itu sih.
Tapi yang penting ngga
sepenuhnya tho. Ngga sepenuhnya
di situ lho, mas. Aku kan juga
ngga terlalu banget di situ. Ya
kadang timbul seperti itu suatu
saat, “Ah itu pijat kan gini-gini.”
W.I/No.52 • Kebutuhan akan
penghargaan:
menganggap salon
ini sebagai tempat
kerja biasa karena
merasa tidak
sepenuhnya
melayani pijat plus.
53. Mbak kerja di sini emang untuk
nafkah utama atau bantu
suami?
Bantu suami. Kalau seandainya
gaji suami cukup, saya penginnya
ngurus anak di rumah aja. Tapi
ngga cukup kalau aku ngga kerja.
W.I/No.53 • Kebutuhan akan
penghargaan: alasan
utama bekerja adalah
untuk membantu
suami mencari
nafkah.
54. Mbak tadi ngomong kalau
sebenernya ngga pengin kerja
juga di sini apalagi sampai total
banget. Lha terus mbak selama
jalani profesi ini punya harapan
apa dengan menjalani profesi
ini? Mungkin dari uangnya
mbak pengin bisa nyekolahin
anak sampai tinggi atau punya
harapan lain?
Ya.. apa ya.. pokoknya menjalani
seperti air mengalir aja. Penginnya
sih ya.. aa.. kalau bisa aku
menjalani kayak gini aku nabung
untuk besok-besoknya. Apalagi
kan udah punya anak. Ya.. ya..
seperti itu.. seperti umumnya aja.
Umumnya kayak gitu. Nduwe
harapan seperti itu. Misalnya ngga
punya harapan seperti itu ah.. ya
ngga kerja kayak gini lah.
W.I/No.54 • Kebutuhan akan
aktualisasi diri:
menabung untuk
mencukupi
kebutuhan di masa
depan.
55. Mbak kan ngga mungkin terus-
terusan kerja di sini. Lha setelah
di salon ini rencananya apa?
Saya punya rencana pengin buka
salon sendiri. Terutama di bidang
rias. Ya pokoknya nelatenin yang
seperti itu aja. Mungkin
seandainya saya udah punya
W.I/No.55 • Kebutuhan akan
aktualisasi diri:
keinginan membuka
salon rias dari
mengumpulkan
modal.
• Kebutuhan akan
aktualisasi diri:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
modal, penginnya saya buka
sendiri. Jadi saya mau nelatenin
yang ngga kayak gini. Penginnya
kalau ada lulur, khusus wanita.
Seandainya ada pijat pun
penginnya yang bener-bener itu
pijat. Ya.. yang kayak gitu kan los
tho, mas, kerjanya. Ngga mikir di
ini di ini, digrebek gitu lho. Ya
walau mungkin.. namanya awal-
awal pasti prihatin dulu. Penginnya
aku nyoba yang itu. Ngga pengin
ada kayak gini-kayak gini. Engga.
Mungkin besok ee.. kalau kepepete
ra iso kerja salon ngene iki, ya..
pelan-pelan buka nyambi di rumah
atau potong atau.. Pelan-pelan.
membuka salon yang
bebas dari pijat plus.
56. Kalau mbak ML sama
pelanggan.. piye ya.. pikirannya
ke mana sih mbak?
Neng duit hehe..
W.I/No.56 • Kebutuhan akan
penghargaan:
berhubungan seks
dengan pengunjung
untuk mendapatkan
uang.
57. Lha mbak pas misalnya lagi
masa subur itu kan cewek
dorongan seksnya lebih tinggi?
Saya lebih.. menahan aja.
Mendingan mikir ah nanti
dilampiaske nang bojo. Tak tahan.
W.I/No.57 • Melampiaskan nafsu
seks ke suami, bukan
ke pelanggan.
58. Nah udah semua. Terus ini saya
minta ee.. ini mbak data-data
pendukungnya. Mbak anaknya
berapa?
Anak saya dua. Laki-laki semua.
Umurnya?
Yang satu empat tahun. Yang satu
ee.. mau sebelas bulan.
Masih kecil ya. Masih nyusu?
He eh.
W.I/No.58 • Memiliki anak laki-
laki dua yang
berumur empat
tahun dan sebelas
bulan.
59. Suami tahu kalau mbak kerja di
sini?
Ya tahu. Tapi suamiku kan tahu
aku bisa potong, bisa creambath.
Ya dia tahu aku kerja tapi dia ngga
tahu kalau aku gelem kayak gitu.
Seandainya tahu wah berape aku.
W.I/No.59 • Kebutuhan akan
keselamatan:
menutupi pijat plus
dari suami.
60. Yang tahu mbak kerja plus W.I/No.60 • Yang mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kayak gini siapa?
Paling temen di sini. Tapi mereka
ngga tahu aku sampai ML. Tapi
seandainya mereka ngomongin aku
wis masa bodo lah. Yang penting
mereka ngga menyaksikan sendiri
tho. Toh aku ngga terjun-terjun
amat di situ. Namanya orang kan
berpikirnya ah ngga mungkin-ngga
mungkin tho. Tapi ya aku masa
bodoh.
Ya udah mbak itu aja. Makasih.
dirinya memberi
pijat plus adalah
teman satu salon.
• Kebutuhan akan
penghargaan: tidak
terlalu
memperdulikan
penilaian teman satu
salon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Wawancara II
Tanggal : 23 Juli 2007
Subjek : Wulan (nama samaran)
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Salon F
No. Pertanyaan dan Jawaban Koding Analisis
1. Ya wis ya mbak langsung mulai. Lha
mbak wingi kan cerita di sini baru
masuk hari kedua. Soalnya kemarin
itu cuti. Sebelumnya.. di salon
sebelumnya kerja dari kapan?
Dari dua ribu enam sampai dua ribu
tujuh.
Itu alasannya apa cuti dari sana?
Karena menikah dan hamil.
W.II/No.1 • Melanjutkan profesi
yang sama di salon
berbeda setelah
sebelumnya
melahirkan.
2. Waktu di salon sebelumnya itu dapat
gaji sebulan berapa?
Ya.. kurang lebih lima ratus sebulan.
Bersih itu lima ratus?
Ya.. ya bersih lima ratus.
Dapat makan siang, makan pagi,
atau makan malam?
Ee.. dapat uang makan sehari lima ribu.
W.II/No.2 • Kebutuhan fisiologis:
mendapat gaji Rp.
500.000,- termasuk
uang makan satu hari
Rp. 5.000,-.
3. Terus kalau di sana mbak.. ee.. pijat
plus ini kan maksudnya ngga cuma
hubungan seks, tapi juga pake
tangan. Sebulan orang yang minta
pijat sama plus bisa sampai berapa?
Kalau sama mbak sendiri?
Ya ngga tahu ya. Ngga mesti soale aku
kan ya ngga melayani kayak gitu. Jadi
kurang tahu. Misale cuma pijat sebulan
ya bisa tiga puluh satu kali, tiga puluh
kali.
W.II/No.3 • Kebutuhan akan
keselamatan:
menyangkal bahwa
dirinya memberi
layanan plus.
• Pengunjung yang
dilayani sebulan
mencapai 30 orang.
4. Oo.. mbaknya sendiri bisa sampai
tiga puluh kali pijat sebulan?
Banyak juga lho. Tapi itu mbak
yang.. tapi kalau ngga berhubungan
seks.. pake tangan.. di sana mbaknya
juga melayani?
Ya gimana ya.. kadang kalau cocok
harganya ya mau, kalau ngga ya ngga
mau.
Kalau sebulan bisa tiga puluh, sehari
bisa berapa orang?
Ya ngga mesti. Ngga mesti tiap hari
W.II/No.4 • Kebutuhan akan
penghargaan:
kesediaan memberi
layanan plus
berdasarkan tarif.
• Kebanyakan
pengunjung minta pijat
biasa. Jarang yang
minta plus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
nglayani kayak gitu kok. Paling pijat
biasa. Kalau yang plus kayak gitu
jarang.
5. Terus mbak selain pijat bisa apa?
Motong? Creambath? Atau..?
Bisa.
Lebih banyak mana orang datang
potong, creambath, cuci muka, atau
pijat? Yang mbak layani.
Kebanyakan creambath sama facial.
W.II/No.5 • Memiliki keterampilan
sebagai pegawai salon.
• Jasa yang diberikan
lebih banyak
creambath dan facial
dibanding pijat.
6. Dari gaji sama uang yang dikasih
langsung pelanggan dipake buat apa
aja?
Ya kalau gajinya buat mbayar kost,
buat mbayar apa gitu, kredit apa misale
kredit motor ya buat mbayar motor,
kebutuhan sehari-hari, buat apa lah itu
kalau ada keperluan mendadak. Tapi
kalau paling pasti, aku kan udah
berkeluarga tho, punya anak. Jadi ya
buat bantu suami mbayar kost, terus
mbayar pembantu, buat beli susu
anaknya.
W.II/No.6 • Kebutuhan fisiologis:
gaji dipakai untuk
kebutuhan harian dan
bayar kost.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
gaji dipakai membeli
susu untuk anak.
7. Selain dari gaji itu, kan lima ratus
ribu dapat. Selain itu dapat berapa
mbak dari pengunjung langsung?
Ya ngga mesti. Ada yang ngasih
seratus, seratus lima puluh. Tapi kan
ngga tiap hari dapet. Bahkan paling
seminggu sekali ngga mesti. Soale
jarang yang mau tamu kayak gitu.
Antara gaji dengan yang dari
pelanggan langsung banyakan
mana?
Ya ngga bisa dipastiin he, mas, soale
kan ngga mesti. Pelanggan mau kayak
gitu kan ngga mesti. Jadi ngga bisa
ditentukan hasil per bulannya.. gaji..
atau bonus dari orang itu.. kan ngga
bisa ditentuin berapa sampai berapa.
W.II/No.7 • Mendapat Rp. 100.000
– Rp. 150.000,- dari
satu kali layanan plus.
Masih dipotong Rp.
50.000,- sebagai biaya
pijat yang diserahkan
ke pemilik salon.
• Besarnya bonus dari
pengunjung tidak
pasti.
8. Dari uang itu, sisanya masih ada
yang ditabung, mbak?
Oo.. engga he. Engga ada yang
ditabung soale habis buat keperluan
sehari-hari.
W.II/No.8 • Tidak tersisa gaji
untuk ditabung.
9. Tarifnya untuk plus-nya itu berapa,
mbak?
W.II/No.9 • Batas maksimal tarif
adalah Rp. 150.000,-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Seratus lima puluh. Ya mentok-
mentoke seratus sampai seratus lima
puluh.
Terus mbak nentuin tarifnya seratus
lima puluh itu dasarnya apa? Apa
tanya temen-temen apa.. pas
pertama mbak kerja lho.
Ya dari pengalaman temen-temen. Ya
soale kan.. salon kan sekarang banyak
saingan. Kalau kita pasang tarif mahal
banget kan nanti ngga laku. Tapi kalau
murah kan ya menyangkut harga diri
kita. Jadi ya.. jadi.. wajar-wajar. Sejajar
gitu lho. Kita.. ada timbal baliknya
ngga terlalu.. merugikan tapi kita ngga
rugi, kita juga ngga rugi. Jadi kita kan
sama-sama enak.
• Besarnya tarif
mengikuti petunjuk
dari teman.
• Kebutuhan akan
penghargaan: harga
diri mempengaruhi
tarif.
10. Mbak setelah ditawar gitu biasanya
ngasih harga berapa? Seratus lima
puluh langsung?
Ya segitu seratus lima puluh. Kadang
kalau orangnya.. apa.. udah jadi
langganan ya nawar, paling seratus.
Tapi kalau sama yang baru-baru
masih bisa ditawar atau udah pas?
Ee.. ya.. Itu kan tergantung tamu.
Kadang ada tamu yang langsung mau,
ada yang nego. Jadi ya tergantung pada
tamu. Walaupun tamu baru atau tamu
lama tapi kalau dia mbayar segitu, kita
kan ya.. ngga tahu wong namanya
kayak gitu.
W.II/No.10 • Kebutuhan akan
penghargaan:
memberikan tarif yang
lebih murah bagi
pelanggan.
• Harga yang diberikan
masih bisa ditawar
11. Selama di salon itu kerjanya..
banyak pelanggan yang balik lagi
sama mbaknya?
Ya.. ya satu dua lah ada yang mbalik.
Soale kan saya bisanya cuma pijat-pijat
aja. Tapi kalau udah langganan pijat
paling ya.. ada yang balik ada yang
engga. Mungkin dia juga mau itu lah..
cari yang lain. Mau coba-coba yang
lain kali.
Sama yang baru berarti lebih
banyak mbak daripada yang
langganan tetap.. yang datang lagi?
Ya ngga mesti. Ya langganan ada yang
dateng ada yang engga. Kadang yang
W.II/No.11 • Memiliki pelanggan
dua orang.
• Berasumsi bahwa
pengunjung
berkeinginan mencoba
kapster lain sehingga
tidak kembali lagi.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
kecocokan dengan
pelanggan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
baru-baru juga banyak. Kan ngga mesti
kita kerja di salon gitu tamunya ada apa
engga kita ngga tahu. Ngga bisa
dipastiin.
Kalau yang balik lagi, menurut
mbak kenapa mereka balik lagi?
Ya mungkin karena dia merasa cocok
aja.. opo.. pijat sama aku. Mungkin
pijat sama aku.. ngga tahu ya. Yang
penting.. yang balik lagi brarti kan
cocok.
12. Lha kalau dari pelanggan-pelanggan
itu ee.. pernah dapat komentar apa
mbak?
Dari pelanggan?
Iya.
Ya.. masksude komentare gimana?
Ya.. misale mbak e enak atau..
Oo.. gini ya.. terus orangnya kan
ngomong.. :”Kenapa mas kok mbalik
sini lagi?” “Ya karena asyik aja sama
kamu, Bisa diajak curhat, bisa ngobrol,
pijetnya juga enak.” Kutanya
ngomonge kayak gitu orange..
pelanggannya. Ya karena cocok aja
enak, bisa ngobrol, pijat-nya juga enak.
Jadi merasa cocok kan mbalik lagi ke
sini. Gitu.
W.II/No.12 • Kebutuhan akan
penghargaan: menjadi
teman curhat bagi
pelanggan dan teman
ngobrol.
13. Kalau mbak sendiri sama pelanggan
juga curhat-curhatan?
Iya.
Terus yang diomongin apa biasanya?
Ya.. ada yang masalah keluarga,
masalah pekerjaan. Ya cuman itu.
W.II/No.13 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
membicarakan
masalah keluarga dan
pekerjaan dengan
pelanggan.
14. Pelanggannya kebanyakan sudah
menikah atau masih bujang?
Ya.. kebanyakan yang udah menikah.
Yang bujang juga ada. Tapi
kebanyakan yang udah menikah, udah
berkeluarga.
W.II/No.14 • Kebanyakan
pengunjung sudah
menikah.
15. Beda ngga.. pijat sama langganan
sama pijat sama orang baru mbak?
Ya ada bedanya. Kalau udah langganan
kita enak. Mau ngapa-ngapain kan kita
udah saling kenal. He eh kan? Jadi kan
ngobrol. Apa yang diobrolin.. apa yang
itu kita kan udah.. udah.. itu ya.. sreg
W.II/No.15 • Merasakan perbedaan
melayani antara
pengunjung baru
dengan pelanggan.
• Khawatir terjadi
kesalahpahaman
dengan pengunjung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kayae. Udah itu kayak.. udah akrab gitu
lho. Kalau yang masih baru kan masih..
agak-agak gimana ya.. agak takut apa
gimana soale masih baru. Takutnya
nanti ngomong gini atau ngomong gini
takutnya salah.
baru.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
merasa bebas dengan
pelanggan.
16. Pernah ada yang tersinggung?
Ya.. selama ini belum sih. Belum
pernah.
Tapi sama pelanggan-pelanggan
baru biasa aja tho? Maksude biasa
aja.. berusaha ngobrol-ngobrol aja
ma dia?
Ya biasa.
W.II/No.16 • Berusaha bersikap
wajar kepada
pengunjung.
17. Ee.. kalau mbak sendiri.. seneng
ngga punya pelanggan tetap?
Ya seneng. Seneng banget.
Senenge ngopo mbak? Akrabe apa
karena wah ini..
Ya.. brarti kan aku selain dapat
penghasilan juga punya banyak temen.
Jadi kan ada temen.
W.II/No.17 • Kebutuhan fisiologis:
mendapat penghasilan
dari pelanggan.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pelanggan dianggap
sebagai teman.
18. Ee.. itu selain di salon, sama
pelanggannya di luar kontak-
kontakan?
Oo.. ya.. tergantung. Kalau cuma
masalah curhat ya kadang aku.. mau
diajak curhat. Tapi kalau masalah yang
lain misale kayak pacar-pacaran atau
dolan hura-hura ngga ada itune ya aku
ngga mau karena aku ngga mau ada
masalah nantinya. Gitu.
Kesalahpahaman apa gimana. Orang
kan ngga tau. Lha makane aku nek
sekedar curhat lewat sms apa.. apa.. ya
tek balesi karena kita berteman. Tapi
kalau melebihi.. kalau kita keluar main,
karena kita yang ngga penting-penting..
ya aku ngga bisa, ngga mau.
W.II/No.18 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
sms menjadi sarana
untuk menjalin
hubungan dengan
pengunjung.
• Menolak berhubungan
dengan pengunjung
yang tidak memiliki
tujuan yang jelas.
19. Pernah keluar pergi bareng sama
pelanggan?
Oo.. pernah makan bareng sama itu
curhat. Udah gitu aja.
Tapi cuma sebatas itu aja ya?
He eh. Habis itu pulang lagi ke kost.
Ngga lebih dari itu. Cuma kita makan-
makan, curhat, udah.
W.II/No.19 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pergi dengan
pelanggan dan curhat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
20. Kalau ini mbak.. pelanggan yang
nyebelin ada? Yang ngga cocok.
Ya kadang ada. Pernah sih aku sekali
dua kali ada tamu yang apa.. yang
nyebelin. Cuma aku ya tek bilangi
sekali dua kali halus. Dia ngga bisa ya
udah tek tinggal aja. Tek tinggal keluar.
Mbilangine piye mbak?
Mbilangine yo.. “Mas, kalau bisa yang
sopan lah. Kita kan itu.. apa.. sesama
manusia harus saling menghormati.”
Gitu. “Walaupun aku kerja di salon tapi
aku juga ngga mau dilecehin karena
aku juga sama-sama manusia. Aku di
sini niatnya kerja. Ngga lebih dari itu.
Tolong hargai.. apa.. ya.. tolong hargai
aku lah.”
Cuma.. mbak sama pelanggan.. yang
nyebelin agak tegas juga ya mbak?
Menolak juga ya?
Lha iya.
W.II/No.20 • Berani meninggalkan
pengunjung
menyebalkan.
• Kebutuhan akan
penghargaan:
menuntut sikap hormat
dari pelanggan.
21. Lha.. mbak.. kalau namanya cewek
ni ya.. denger-denger kan kalau lagi
masa-masa subur itu.. ee.. setelah
haid itu kan.. nafsunya tinggi.
Padahal mbak kerja di sini.. kan
juga hubungannya sama.. cowok-
cowok gitu kan. Pijat gitu. Terus
mbaknya penyalurannya gimana?
Oo.. kalau saya sih biasa aja. Soale
saya kan di sini kan memang niatnya
kerja, ngga lebih dari itu. Misalpun
apa.. ee.. misale apa.. lagi.. apa.. masa
subur kayak gitu kan kalau bukan sama
pasangannya sendiri kan aku ngga ada
minat atau.. ngga ada nafsu lah untuk
kayak gitu-gitu kan ngga ada yang
kepikiran. Karena aku di sini niatnya
kerja cari uang. Jadi kalau soal-soal
kayak gitu sih.. selama ini belum
pernah terpikirkan. Ngga pernah
terpikir kayak gitu-kayak gituan gitu
lho.
W.II/No.21 • Kebutuhan fisiologis:
dorongan seks
dilampiaskan ke
suami.
22. Terus.. ee.. sama pelanggan itu
banyak yang akrab?
Ha?
Sama pelanggan banyak yang
W.II/No.22 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
senang memiliki
pelanggan, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
akrab?
Ya.. ya itu ya.. ya tergantung tamunya,
mas. Tergantung pelanggannya. Kalau
pelanggannya baik, diajak ngobrol enak
ya banyak. Tapi kan kalau
pelanggannya nyebelin ya ngga mau
aku.
cukup selektif untuk
menjalin kedekatan.
23. Sering sms-an sama pelanggannya?
Ya.. tergantung. Sms-nya soal apa.
Terus aku ya tertentu lah apa.. misale
berteman atau sms sama orang kan aku
ya.. aku pilih-pilih. Maksudnya pilih-
pilih itu ya.. gimana nantinya orang ini
mau bikin masalah apa engga. Karena
walaupun cuma gara-gara sms atau
apa.. nanti bisa terjadi salah paham..
sama keluarganya, sama istrinya,
ataupun siapa yang di rumah. Makane
ya.. kalau cuma sekedar itu..sekirane
ngga bermasalah ya sms-an ngga papa
lah. Gitu.
Lha biasane mbak yang sms duluan
apa.. mereka yang sms duluan?
Mereka yang biasanya sms dulu.
Kadang sering curhat, kadang sering
apa. Kalau aku punya pulsa terus aku
minat ya tak balesi. Gitu aja.
W.II/No.23 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
membalas sms dari
pengunjung.
• Selektif dalam
membalas sms karena
ingin menjauhi
masalah yang mungkin
muncul.
24. Ini soal kegiatan di salon ya. Mbak
kerja dari jam berapa sampai jam
berapa?
Dari setengah sepuluh sampai setengah
sembilan malam.
W.II/No.24 • Jam kerja dari 10.30-
20.30 WIB.
25. Itu.. akrab juga sama temen-temen
kapsternya?
Oo.. akrab banget. Ya.. kita kerja sama
kan kita harus rukun, harus akrab
karena kita sama-sama cari uang, cari
rejeki. Jadi kita harus saling rukun terus
akrab gitu lho.
W.II/No.25 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
mengakui kedekatan
dengan teman satu
salon.
26. Lha pas ngga ada pelanggan,
ngapain sih sama mereka?
Ya paling ngobrol-ngobrol. Curhat atau
ngomongin apa atau dolan bareng
kemana. Ya cuman itu. Ya
menyangkut.. paling masalah
keluarganya dia, keluarganya aku. Gitu.
W.II/No.26 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
topik yang dibicarakan
dengan teman kapster
menyangkut keluarga.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pergi bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
27. Lha kalau pergi kemana?
Kalau pergi paling ke mall atau paling..
pergi belanja beli apa.. terus bareng-
bareng sama temen kapster. Gitu.
W.II/No.27 • Pergi bersama ke mall,
atau ke tempat lain.
28. Lha mbak.. ee.. mbak nganggep
temen-temen di salon seakrab apa
sih mbak? Apa udah kayak..
keluarga sendiri apa temen deket
banget?
Ya.. udah apa ya.. deket banget lah,
seperti kakak adik, seperti keluarga,
sepeti kakak beradik. Gitu. Akrab.
W.II/No.28 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menganggap teman
kapster sebagai satu
keluarga.
29. Ngomong-ngomong soal keluarga,
padahal ini mbak di salon dari pagi
sampe malem. Sering kangen sama
keluarga?
Ya.
Pas lagi kangen terus piye mbak?
Ya paling cuma nyertitain. Kalau ngga
nyeritain paling ya.. ngelamun.
Ngelamunin keluarga?
Iya. He eh, ngelamunin keluarga.
Lha yang dilamunin apa mbak?
Seneng-seneng atau ngumpul-
ngumpul bareng mereka?
Ya.. ya.. saat bercanda, bareng-bareng,
ngumpul, kadang makan bareng saat
bersama keluarga. Ya itu.
W.II/No.29 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menceritakan keluarga
kepada teman kapster
sebagai penyaluran
rasa rindu.
• Melamunkan kegiatan
saat bersama keluarga.
30. Lha kalau sama pemilik salonnya
sendiri akrab? Mbak ini kan baru,
anggap aja sama salon yang dulu aja.
Ya akrab soale sebelum aku kerja di
sini, waktu aku kerja di salon lain, itu
udah pada kenal. Jadi ya sama yang
punya salon ya akrab.
W.II/No.30 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
mengakui kedekatan
hubungan dengan
pemilik salon.
31. Pemiliknya di salon terus apa ngga?
Oo.. ngga mesti. Kadang di salon,
kadang di rumah. Ngga pasti.
W.II/No.31 • Pemilik tidak selalu
berada di salon.
32. Terus ya.. obrolannya ya.. apa..
curhat-curhat juga sama
pemiliknya?
Ya.. ya.. curhat-curhat. Terus tanya ada
tamu berapa, kalau yang punya ke sini,
yang punya salon. Curhatan. “Gimana
anakmu? Gimana keluargamu?” Ya
pokoke curhat-curhatan lah, mas.
Cerita, ngobrol-ngobrol. Biasa.
W.II/No.32 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pemilik menjadi teman
berbagi seputar
keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
33. Kalau tugasnya pemilik salon apa
mbak? Tugasnya yang di sana.
Tugasnya yang di sana?
Ya. Soalnya aku denger-denger nih
pemiliknya cuma nyediain tempat
aja. Lha kalau yang mbaknya kerja,
pemilik salonnya ngapain aja?
Ya kalau pas.. yang punya di situ
paling duduk-duduk. Jadi kasir. Paling
ngawasi ono apa. Gitu. Atau nyuruh-
nyuruh apa. Gitu.
W.II/No.33 • Pemilik salon bertugas
mengawasi keadaan.
34. Lha kalau liat di tivi nih mbak, kan
ada.. menjelang puasa.. itu tempat-
tempat bilyard, tempat disko..
dugem.. itu kan dirazia, digrebeki.
Lha terus punya pengalaman dapet
kayak gitu ngga mbak waktu di salon
itu?
Oo.. ya Alhamdulilah selama di salon
saya belum pernah apa ya menangi atau
kena razia. Alhamdulilah belum pernah
selama saya kerja di salon. Kebetulan
ada razia kayak gitu, entah aku lagi
libur, atau lagi di kampung. Gitu.
Oo.. brarti salonnya pernah dirazia
gitu juga mbak, tapi waktu
kebetulan mbaknya lagi ee.. libur
gitu?
Pernah aku pas kerja di situ. Cuman
aku ngga menangi karena aku lagi
pulang kampung. Jadi pas waktu
salonnya dirazia tapi aku ngga di
tempat, gitu lho. Aku lagi libur. Pernah
tho dirazia cuman aku ngga menangi,
aku lagi libur di kampung.
W.II/No.34 • Salon pernah dirazia
namun dia sedang
libur sehingga tidak
mengetahui dengan
pasti kejadiannya.
35. Terus pemiliknya gimana waktu ada
kejadian kayak gitu?
Ya denger-denger sih, karena aku ngga
tahu ya kejadiaannya, cuma denger-
denger ya pemiliknya ya.. gimana ya..
mungkin melindungi. Denger-denger
ya menutupi apa gimana gitu. Apa ya..
mungkin ngomong baik-baik sama
yang razia itu apa sogokan uang. Aku
juga ngga begitu paham gitu lho. Soale
aku kan ngga di tempat. Cuma denger-
dengernya ya.. yang punya itu yang
W.II/No.35 • Kebutuhan akan
keselamatan: pemilik
salon melindungi dari
razia yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ngurus. Gitu.
36. Terus ini mbak kalau pemiliknya di
sana ada perjanjian ngga sih.
Pokokmen ini.. dia cuma nyediain
tempat.. ya tempat pijat. Nah,
terserah kalian mau ngapain aja.
Apa emang dia juga mewajibkan
untuk ada plusnya itu mbak?
Oo.. itu ngga. Kalau yang punya itu
ngga mewajibkan harus kayak gitu. Itu
ngga. Itu kan tergantung sama anaknya
di dalem. Kan namanya.. yang punya
kan.. mau pijat kan silahkan di dalem.
Jadi kan apa yang dilakukan di dalem
orang kan ngga tahu. Jadi yang punya
kan ngga tahu masalah kayak gitu. Ya
mungkin.. ada yang tahu ada yang
engga. Tapi kalau masalah tempat dia
emang nyediain. Tapi kalau masalah
hal-hal yang lain.. di dalem ngapa-
ngapain kan.. yang punya ngga tahu.
W.II/No.36 • Pemilik hanya
menyediakan tempat
pijat dan tidak
mewajibkan kapster
untuk memberikan
layanan plus. Layanan
plus diberikan dari
kesediaan si kapster
sendiri.
• Beranggapan bahwa
pemilik tidak
mengetahui adanya
layanan plus.
37. Pemiliknya sendiri.. dia ada yang ini
ngga.. jadi anak kesayangannya
pemilik?
Ya mesti ada lah. Satu-satunya orang
mesti ada jadi anak kesayangan bos
mesti ada.
Mbak e piye? Disayang juga sama
bos?
Ya.. ya.. kalau aku sih biasa-biasa aja
ya hehe... Dibenci engga, disayang juga
engga. Biasalah kalau aku.
W.II/No.37 • Ada yang lebih
diperhatikan pemilik
diantara teman-
temannya.
• Merasa diperlakukan
sewajarnya oleh
pemilik.
38. Tapi kalau liat temennya mbak.. ada
yang lebih diperhatikan piye?
Ya ngga papa. Itu kan urusannya sama
yang punya. He eh tho? Itu kan
urusannya sendiri. Kalau aku niatnya
kerja ya kerja. Yang penting ngga bikin
masalah. Itu aja.
W.II/No.38 • Tidak terlalu
memperdulikan
perhatian dari pemilik
karena niat yang ada
untuk kerja dengan
baik.
39. Pernah pergi bareng sama pemilik?
Ya sering. Ya ke mall, kadang diajak
belanja ke pasar. Kalau pas lagi libur
apa pas lagi apa jalan-jalan bareng,
makan bareng. Sering.
Rame-rame mbak sama temen-
temen di salon?
Iya, rame-rame. Kalau pas lagi ulang
W.II/No.39 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pergi dengan pemilik
ke mall, pasar, jalan-
jalan, dan makan.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
merayakan ulang taun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
taun atau keluar sering bareng, makan
bareng.
bersama dan sering
makan bersama.
40. Terus mbak waktu ini.. mbaknya
waktu kerja di salon itu dulu masih
single?
Iya, masih single.
Keluarga tau ngga mbak?
Ya, tau. Saya kasih tau kalau saya kerja
di salon tapi saya kan cuma kerja
sebatas kerja. Ngga lebih dari.. lebih
dari.. yang aneh-aneh orang bilang itu.
Gitu. Jadi keluarga ya asal bisa jaga diri
ngga masalah, memperbolehkan.
Tapi keluarga tahu ngga kalau salon
pijat tuh.. seringnya ada plusnya?
Oo.. karena ibuku di kampung, jadi
ngga tau lah.
W.II/No.40 • Pertama kali bekerja di
salon belum menikah.
• Kebutuhan akan
keselamatan:
menyembunyikan
detail pekerjaan ke
keluarga.
• Mendapat ijin dari
keluarga untuk bekerja
di salon.
41. Kalau tetangga-tetangga di sekitar
salonnya sendiri piye mbak?
Tanggepannya?
Ya tanggepane ada yang cuek, ada
yang apa.. dipergunjingkan, ya ada
yang baik. Ya namanya orang kita kan
ngga tau tho. Ada yang baik, ada yang
sirik, ada yang ini itu.. tapi ya
Alhamdulilah aku di lingkungan situ ya
baiklah. Soale kayak gitu kan
tergantung etika kita. Mau kerja dimana
kalau kita sopan sama orang, kita
punya etika, ya mesti.. ya mesti orang
menghargai kita. Sama-sama gitu lho.
W.II/No.41 • Tanggapan tetangga
atas kehadiran salon
ini beragam. Ada yang
acuh dan ada yang
anti.
• Kebutuhan akan
keselamtan: berusaha
beretika baik agar
diterima lingkungan.
42. Tapi pernah minta ada ini.. dari
lingkungan itu.. warga minta salon
itu ditutup?
Oo.. ya.. belum. Selama aku kerja
belum pernah denger.
W.II/No.42 • Lingkungan menerima
keberadaan salon.
43. Sekitar-sekitar salonnya apa sih?
Toko atau warung makan?
Oo.. ya ada warung makan, dealer, ya
ada ruko-ruko, ya komplet lah, ada
warung-warung, ada apa. Gitu.
W.II/No.43 • Bentuk usaha di
sekitar salon beragam.
Ada ruko, dealer, dan
warung.
44. Tapi tuh.. tetangga-tetangga tahu
kalau.. ee.. pijatnya ada plusnya?
Ya ada yang tahu, ada yang ngga
paling.
W.II/No.44 • Berasumsi bahwa ada
tetangga yang tahu dan
ada yang tidak perihal
pijat plus.
45. Lha mbaknya sendiri.. dari keluarga
mungkin ngga disetujui ya mbak?
W.II/No.45 • Kebutuhan akan
keselamatan: keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Ya mesti ngga boleh lah soale kalau
denger-denger salon itu kebanyakan
ada plus-plus kayak gitu.. ya mesti
keluarga ngga boleh lah.
tidak mengijinkan bila
sampai mengetahui
pijat plus.
46. Terus waktu kerja kan mbaknya
nikah, waktu nikah ini suaminya
tahu kalau salon ini ada plusnya?
Tahu.
Tapi?
Tapi sebetulnya ngga boleh tapi.. tak..
setelah tak kasih tau ya itu kan
tergantung pribadi kita. Karena yang
masuk salon kan ngga semua harus
kayak gitu. Kan engga. Kalau kita
niatnya kerja gini-gini kita kan juga
dapet duit soale kan yang punya salon
ngga meng.. mengharuskan kerja kayak
gitu. Walaupun suami ngga boleh, aku
ngomong apa adanya, yang penting aku
niat kerja. Ngga macem-macem kayak
orang itu karena itu kan tergantung
pribadi kita. Terus suami ya.. terpaksa
boleh ngga boleh, akhirnya
memperbolehkan.
W.II/No.46 • Kebutuhan akan
keselamatan:
berbohong pada suami
bahwa dia tidak
memberikan pijat plus.
• Mendapat ijin dari
suami dengan
terpaksa.
47. Lha mbak alasannya mbaknya kerja
di salon apa mbak?
Ya mencari tambahan untuk mbantu
suami karena kalau.. ngandalin suami
kan ngga cukup buat kebutuhan sehari-
hari, buat anak, buat rewang, buat ini
itu kan ngga mencukupi. Jadi alasan
saya kerja ya untuk membantu opo..
untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari, untuk kebutuhan anak.
W.II/No.47 • Kebutuhan fisiologis:
bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
• Kebutuhan aktialisasi
diri: bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
anak.
48. Lha waktu pertama kali kerja di
salon itu, apa mbaknya langsung
ngasih plus?
Oh engga. Engga. Saya masuk ya pijat.
Kecuali kalau tamunya udah minta plus
ya plus yang kayak apa. Kalau bisa
saya jalani, kalau engga ya saya cuma
pijat aja. Gitu.
W.II/No.48 • Awal bekerja tidak
langsung melayani
pijat plus.
49. Waktu pertama kali nglakuin itu
mbak itu karena dimintai
pelanggan.. sering dimintai
pelanggan apa juga dari temen-
temen kapster sendiri yang nyuruh?
W.II/No.49 • Pertama kali
memberikan pijat plus
karena permintaan dari
pelanggan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Ya karena pelanggan yang minta. Gitu.
50. Sebelumnya pernah kerja dimana
mbak?
Ee.. di toko elektronik sama di mall di
restoran masakan cina.
Tapi kok akhirnya milih di salon?
Ya karena gimana ya.. ya karena ya..
karena di salon tuh lebih enak.
Maksudnya lebih enak kan nyantai.
Kita kalau ada tamu dikerjain, kalau
ngga ada tamu kita cuman duduk-
duduk. Gitu. Saya tuh lebih asyik,
badan lebih terawat, ngga terlalu cape.
Dibandingkan sama di toko kan harus
full seharian, ini-itu ini itu. Kalau di
salon kan ada tamu dikerjain, kalau
engga ada tamu kita cuman duduk-
duduk, ngobrol-ngobrol, apa nyante.
Ya alasannya cuman itu.
W.II/No.50 • Sebelumnya bekerja di
toko elektronik, mall,
dan restoran.
• Alasan bekerja di
salon karena santai.
• Kebutuhan fisiologis:
karena santai sebagai
kapster, tidak terlalu
cape dan badan lebih
terawat.
51. Lha mbaknya yang diutamain kalau
kerja di salon itu pijatnya atau
layanan yang lain, kayak creambath,
potong rambut?
Ooo semua kulayanin kok. Mau
creambath, potong rambut. Itu ngga ada
yang kuutamain. Tergantung tamunya
mau minta creambath atau apa semua
tak layanin kok. Aku jadi ngga milih-
milih harus apa.. pijat atau crembath itu
engga. Semua tak layani. Mau
crembath ya tak layani creambath, mau
pijat pijat. Gitu.
W.II/No.51 • Tidak memilih-milih
dalam melakukan
tugas sebagai kapster.
52. Lha mbaknya kalau di salon kenapa
ngga milih di salon yang ngga
nyediain pijat? Yang salon-salon
biasa aja.
Ya karena di si.. di Jogja ini kan jarang
yang salon-salon biasa kayak gitu.
Kebanyakan salon kan yang ada
pijatnya. Kalau apa yang.. salon ada
pijatnya kan rame. Jadi kan itu
pendapatannya lebih lumayan. Kalau
salon-salon biasa kan sepi. Udah gitu
kan jarang salon-salon yang kayak gitu,
harus bener-bener pake kursus,
sertifikat, kelulusan apa kecantikan apa
rias apa. Kalau salon biasa kayak gini
W.II/No.52 • Kebutuhan akan
keselamatan: memilih
bekerja di salon yang
menyediakan pijat plus
dibanding salon biasa
karena menganggap
bahwa salon dengan
pijat plus lebih ramai.
• Ragu untuk bekerja di
salon biasa karena
merasa tidak
memenuhi syarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kan ngga pake syarat-syarat, sertifikat.
53. Lha mbaknya ngerasa aman ngga
mbak kerja di salon kayak gini?
Maksudnya biarpun ada pijatnya
tapi karena pake nama salon.. itu
ngerasa aman mbak?
Ya selama ini sih aku merasa aman-
aman aja karena aku kerja di tempat
yang bener, yaitu salon. Kan orang
pada tahu salon itu tempat apaan..?
W.II/No.53 • Kebutuhan akan
keselamatan: merasa
aman bekerja karena
mengatasnamakan
salon.
54. Sesekali ngerasa agak takut? Woh
jangan-jangan karena ini kan
nyediain pijat plus, suatu saat
jangan-jangan itu salon ini ditutup
atau gimana ada yang protes atau
gimana?
Ya rasa takut itu ada ya soale ya.. kita
kan ngga tau. Namanya temen satu
sama lain ada yang kayak gitu, ada
yang engga. Nanti pas kebetulan dapet
yang lagi kayak gitu kan kita semua
kena. Gitu lho. Kadang rasa takut itu ya
ada sih sedikit-sedikit. Cuma ngga
begitu khawatir soale ya.. aku kan
kerjane cuma kerja bener. Gitu lho.
W.II/No.54 • Takut bila suatu saat
salon ditutup.
Ketakutan itu timbul
karena ada
kemungkinan teman
melaporkan kegiatan
pijat plus.
• Kebutuhan akan
keselamatan:
memberanikan diri
karena merasa bekerja
tanpa melanggar
norma di masyarakat.
55. Terus mbak pekerjaan ini yang
utama untuk cari nafkah?
Ooo engga. Engga. Ini kan cuma untuk
sekedar daripada di rumah nganggur.
Kan buat cari tambahan, mbantu-
mbantu suami. Misalpun ada kerjaan
lain ya kerja lain. Karena sekarang
susah cari kerjaan ya.. untuk cari
tambahan ya.. mungkin sementara kerja
di salon dulu. Gitu. Aku kerja ngga
kuutamain karena suami masih
tanggung jawab. Gitu. Jadi kan cuma
mbantu-mbantu. Gitu. Daripada di
rumah nganggur. Cari tambahan.
W.II/No.55 • Kebutuhan akan
keselamatan: alasan
bekerja karena untuk
mencari tambahan.
• Mantan suami masih
bertanggung jawab
memberikan nafkah.
56. Masih dikasih suami?
Masih karena kan punya anak.
Namanya anak ngga tau apa-apa jadi
ya.. jadi kan masalah urusan keuangan
masih dikasih. Suami ngasih. Buat anak
soale.
W.II/No.56 • Menganggap mantan
suami bertanggung
jawab kepada anak
dengan tetap
memberikan nafkah.
57. Mbak njalani profesi gini punya
harapan pribadi apa mbak?
W.II/No.57 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Maksdunya?
Misalnya pengin buka salon sendiri.
Jadi salon jadi tempat buat belajar.
Kalau dari mbak sendiri apa?
Mungkin ee. Cari tabungan buat
anaknya sekolah atau mbaknya
punya harapan pribadi apa?
Oo kalau aku sekedar kerja aja cari
uang ya masa depan anak, mbantu-
mbantu lah. Sementara ngga ada
kerjaan ya.. ya.. buat itu.. kebutuhan
sehari-hari, buat nabung untuk masa
depan anak. Kalau untuk pribadi sih
ngga ada. Aku ngga niat atau ngga
minat untuk buka sendiri atau pengin
punya salon. Sama sekali ngga pernah.
Dalam hati kecilku ngga ada keinginan
untuk buka salon sendiri. Cuma sekedar
kerja aja.
ingin bisa
menyekolahkan anak.
• Kebutuhan akan
penghargaan: bekerja
untuk mengisi waktu
luang.
• Kebutuhan fisiologis:
bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
58. Keinginannya ke depan apa sih
mbak? Mungkin dari hasilnya
pengin apa?
Dari hasilnya itu pengin buat
keperluan, kadang pengin buat ini,
pengin itu, beli apa, beli apa. Ya
kadang pengin nabung. Ya cuman itu.
Buat nanti sewaktu-waktu perlu uang,
buat masa depan anak, buat aku
kebutuhan beli.
W.II/No.58 • Kebutuhan akan
aktualisasi diri: ingin
menabung bila suatu
saat memerlukan uang.
59. Masih mbantu-mbantu keluarga?
Oo engga. Engga soale ibuku kan
jualan ya sudah punya usaha sendiri.
W.II/No.59 • Tidak mengirimkan
uang untuk orang tua
di rumah karena
mereka memiliki
penghasilan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Wawancara III
Tanggal : 29 Juli 2007
Subjek : Dewi (nama samaran)
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Salon F
No. Pertanyaan dan Jawaban Koding Analisis
1. Ya wis mbak. Mbak e kerja di sini
dari kapan?
Ee.. taun.. dua ribu tiga.
Sampai sekarang?
He eh sampai sekarang masih.
W.III/No.1 • Sudah bekerja di salon
F selama empat tahun.
2. Kan udah punya anak mbak?
Ee.. saya dari dulu sebelum kerja sudah
punya anak.
Oo.. brarti ngga pernah cuti?
Ee.. ya kan.. satu bulannya diadakan
empat kali libur. Jadi kita libur itu
untuk anak, untuk keluarga.
W.III/No.2 • Sebelum bekerja sudah
memiliki anak.
• Mendapat jatah libur
yang digunakan untuk
berkumpul dengan
keluarga.
3. O iya ya ya. Terus sebelum kerja di
sini di mana mbak?
Saya.. sebelum kerja di sini pernah
kerja jadi SPG Sari Ayu.
Oo.. Sampai berapa lama?
Ee.. saya sistemnya kontrak. Jadi dua
taun.
W.III/No.3 • Sebelumnya bekerja
sebagai SPG produk
kecantikan selama dua
tahun.
4. Terus akhirnya kok malah mutusin
di..
Ee.. ya apa.. apa ya.. dulu pernah
ditinggalin suami hehe. Jadi.. apa..
memutuskan untuk kerja di salon.
Penghasilannya kan lumayan bisa
nyekolahin anakku, bisa untuk
semuanya.. mencukupin.
W.III/No.4 • Kebutuhan akan
keselamatan: alasan
utama bekerja di salon
adalah mencari nafkah
setelah ditinggalkan
suami.
• Kebutuhan fisiologis:
bekerja untuk
memenuhi kebutuhan
hidup.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
bekerja untuk
menyekolahkan anak.
5. Ini.. penghasilan utama dari salon
ini?
Penghasilan utama kalau saya dari
salon.
Ee.. ngga punya tambahan lain mbak
dari mana?
Engga.
W.III/No.5 • Bekerja sebagai
kapster merupakan
nafkah utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
6. Terus sebulan di sini dapat berapa?
Sebulan kalau saya gaji tetapnya sekitar
delapan ratus.
Delapan ratus? Ya gede ya..
Ya engga lah hehe. Kan banyak
diutangin hehe. Paling tidak terimanya
cuma empat ratus karena sudah
dipotong bon, potong utang.
Kalau ngebon buat apa mbak?
Kalau ngebon ya buat makan anaknya
hehe. Buat makan, buat ongkos pulang.
Kan ini di sini dapat makan siang?
Engga. Kita kan duit tiap bulannya jadi
ee.. delapan ratus itu kan sama gaji,
sama bonus, sama.. ee.. apa.. uang
makannya.
W.III/No.6 • Gaji sebulan Rp.
800.000,-, termasuk
uang makan dan
potongan hutang.
• Kebutuhan fisiologis:
bekerja untuk mencari
makan dirinya dan
anak.
7. Itu mbak kalau pijat tarifnya
berapa?
Ee.. kalau di luar kan tarifnya lima
puluh ribu. Kalau di dalem itu.. ya itu
terserah kita. Tergantung tamunya.
Tergantung diri kita juga. Kita ee..
melayani apa aja.
W.III/No.7 • Kebutuhan akan
penghargaan: besarnya
tarif pijat plus
ditentukan dengan
tawar-menawar.
8. Kalau dari plusnya sebulan dapatnya
berapa?
Ee.. ya kita kan engga juga sih.
Kadang-kadang kalau pas lagi rame ya
lumayan. Ya apa.. kadang-kadang
kalau tamunya engga apa.. engga pelit,
kita dikasih tips. Kadang ya tamune
juga ya.. udah cape-cape mijit ngga
dikasih duit.
W.III/No.8 • Penghasilan dari pijat
tidak tentu jumlahnya.
• Kebutuhan akan
penghargaan: berharap
mendapat tips dari
pengunjung.
9. Ee.. besar mana dari gaji sama
pelanggan langsung?
Ee.. ya tak liat-liat ya besar yang dari
pelanggan tho. Kalau gaji kan ngga
seberapa. Pelanggannya kan lebih besar
tho. Kalau kita dapat tamu. Kalau ngga
dapat tamu ya engga tho hehe.
W.III/No.9 • Penghasilan yang
diperoleh dari pijat
plus lebih besar
dibanding gaji.
10. Lha sebulan tamunya berapa orang
sih? Dari pijat sama mbak sendiri.
Ya itu.. kadang-kadang tiga puluh ke
bawah. Kalau saya ngga terlalu ini
banget lah, biasa aja. Tiga puluh ke
bawah atau kadang-kadang empat
puluh ke bawah. Taruhlah empat puluh
orang tiap bulannya.
W.III/No.10 • Sebulan bisa melayani
pijat sampai empat
puluh orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
11. Kalau yang datang mesti minta plus
mbak?
Engga juga. Ada orang dateng tuh
bener-bener dia tuh sakit. Udah tuh dia
pengin disembuhkan. Ada juga yang
taruhan, “Lha mbaknya bisa pijit ngga?
Kalau bisa pijit nanti tak kasih duit.”
Kita kadang-kadang kan seneng gitu
lho. Seneng kan mijitnya yang bener.
Ada juga ya pelanggan yang datengnya
iseng-iseng pengin kayak gitu.
W.III/No.11 • Tidak semua
pengunjung minta pijat
plus.
• Kebutuhan akan
penghargaan: senang
bila memberikan pijat
tanpa plus.
12. Lha mbaknya seneng nglayanin yang
mana? Pijet biasa atau tambah?
Ee.. kalau saya ya paling seneng apa..
dalam hal ini saya kerja tho. Jadi kudu
mijit dulu biar dia sehat. Jadi orangnya
kan ngga bosen kalau.. “O ya,
pijitannya enak.” Kalau saya kayak
plus gitu ngga paling utama.
W.III/No.12 • Kebutuhan akan
penghargaan: merasa
senang karena bisa
menyehatkan
pengunjung.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menghindari rasa
bosan pengunjung.
13. Lha yang utama?
Yang utama di pijit. Bisa banyak
temen, banyak tamu, banyak ini kan
bisa curhat, bisa ngobrol.
W.III/No.13 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
senang punya banyak
teman dan berbagi
cerita.
14. Gajinya mbak pake buat apa aja?
Kalau gaji saya paling pol kan delapan
ratus dipotong bon. Sekarang sering
nompo cuma empat ratus. Empat ratus
itu kan untuk mbiayai sekolah anak
saya.
Masih ada yang ditabung?
Ee.. saya.. kali karena kebutuhan saya
banyak jadi jarang nabung.
W.III/No.14 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
gaji untuk membiayai
sekolah anak.
• Tidak tersisa uang
untuk ditabung.
15. Mbaknya nentuin besarnya tarif apa
mbak? Waktu awal-awal kerja ngga
langsung terjun ke plus kan?
Kalau saya engga juga. Saya orangnya
ngga mau kayak gitu itu. Saya ngga
langsung terjun. Malah saya ngga tau
kalo salonnya ada kayak gini.
Terus taunya dari pelanggan yang
minta?
Ee.. iya dari pelanggannya. Dapet
pelanggannya kok bisa kayak gini.
Baru kita tau.
W.III/No.15 • Awal-awal kerja tidak
melayani pijat plus
karena tidak tahu.
• Dari pelanggan
mengetahui adanya
pijat plus.
16. Lha.. kalau ngliat orangnya, W.III/No.16 • Mematok tarif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
mbaknya pengaruh ke harga?
Misalnya orangnya baik udahlah
kasih murah.
Engga juga. Aku ngga pernah tarif
langsung murah. Ya sama aja lah.
Karena kalau kita tarif murah mengko
malah orangnya malah ini ee.. karena
tamu itu kadang-kadang mulutnya
ember. Kita ngga kayak gitu dibilang
kayak gitu. Sebenarnya tergantung diri
kita sendiri.
sama kepada
pengunjung.
• Kebutuhan akan
penghargaan:
menghindari kesan
jelek di mata
pengunjung.
17. Lha terus pelanggannya banyak
yang balik lagi mbak?
Ee.. kalau pelanggannya balik iya. Ada
yang balik ada yang engga.
Banyakan yang mana?
Ya.. kebanyakannya ya engga lah hehe.
Ya dua-duanya sama lah. Sedeng. Ada
yang balik ada yang engga tho hehe. Itu
tergantung pelayanan kita. Kita baik
ngga sama apa.. sama pelanggannya.
W.III/No.17 • Kebanyakan
pengunjung adalah
orang baru.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menganggap
kembalinya
pengunjung juga
ditentukan sikapnya
kepada pengunjung.
18. Terus mereka balik alasannya apa
mbak?
Ee.. alasannya pijitannya, mbaknya ee..
apa.. kalau tempat curhat enak. Kan
tamu itu masuknya salonnya kadang-
kadang bukan karena ngejar nafsu
semata. Dia punya masalah di rumah
tangganya, dia.. kalau punya temen
untuk curhat, cerita. Jadi dia minta
pendapat.
Oo.. nek pijat ya mesti curhat-curhat
gitu mbak?
Curhat-curhatan.
W.III/No.18 • Kebutuhan akan
penghargaan: menjadi
tempat bercerita oleh
pengunjung.
19. Lha.. kalau selain di tempat kerja.. di
salon ini, mbaknya sama pelanggan
kontak-kontakan ngga?
Engga blas. Saya ngga mau kayak gitu.
Saya.. berangkat.. ee.. kalau saya
berangkat pagi, udah masuk salon,
pulang langsung pulang ke rumah.
Ngga pernah kemana-mana lagi.
W.III/No.19 • Sama sekali tidak
berhubungan dengan
pengunjung di luar
jam kerja.
20. Ee.. anaknya bareng di kost?
He eh anaknya di rumah saya semua.
W.III/No.20 • Anak tinggal bersama.
21. Terus.. pelanggannya yang nyebelin
piye mbak?
Oo.. pelanggan yang nyebelin ada juga.
W.III/No.21 • Kebutuhan akan
penghargaan: menolak
secara halus pelanggan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Ee.. dia ngrayu-ngrayu, tangannya
gratilan hehe. Tangannya kebanyakan
gratilan sih orangnya.
Terus piye mbak diatasine?
Kita kan ngatasinya dengan baik. Kita
ajak ngobrol. Ya kita pinter-pinter
ngrayu lah. Kita muluk-muluk. “Saya
sekarang ngga ini, mas. Besok aja ya
kapan-kapan masnya ke sini lagi. Bener
deh.” Ditolak tapi secara halus. Kita
ngrayu dia biar dia ngga macem-
macem. Tapi kalau kita pake kasaran
kan ya namanya tamu kadang-kadang
ya.. kayak gitu lah orangnya. Tapi
kalau gitu lembut, kita nasehatin baik-
baik, pasti dia ini lagi.. akhirnya dia ya:
“Iya mbak, aku ngehargain mbaknya.”
yang menyebalkan.
22. Lha mbaknya kalau ini.. lagi nafsu
biasanya kalau habis M, piye mbak
penyalurane?
Ee.. saya terus terang aja. Kalau aku ini
ee.. nafsu, saya kebanyakan nafsu sama
suamiku sih hehe. Jadi aku kebanyakan
ininya sama suamiku sih. Jadi aku terus
terang aja ya, aku sayang banget
suamiku, jadi aku ininya sama
suamiku. Jadi ingetnya suamiku. Tak
salurkan sama suamiku.
W.III/No.22 • Melampiaskan
dorongan seks ke
suami, bukan ke
pelanggan.
23. Lha mbaknya ML di sini, plusnya ini
cuma sekedar hasrat atau cari uang?
Ee.. kita kan nyari uang. Bukannya
karena hasrat, bukannya seneng-
seneng. Yang utama kan uang biar
anakku bisa sekolah, bisa makan, bisa
semua. Ya sebenernya di mata Tuhan
itu salah tapi demi anak ya.. apapun
kita lakukan. Yang penting kan
suaminya ngga tau.
Terus mbak waktu ML yang dipikiri
apa?
Ee.. ngga mikir apa-apa. Biasa aja.
W.III/No.23 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
bekerja untuk
meyekolahkan anak.
• Kebutuhan akan
keselamatan: menutupi
tentang pijat plus
kepada suami.
24. Nah ini ngobrolin waktu luang.
Mbaknya kerja dari jam sepuluh
sampai setengah sembilan. Kalau
lagi waktu kosong di salon?
Ngobrol tentang suaminya, tentang
anaknya, tentang keluarga. Kan asyik
W.III/No.24 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
mengobrol dengan
teman kapster tentang
anak dan keluarga.
• Membatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
tho untuk ngobrol.
Nek curhat?
Ya kita curhat-curhatan. Tapi kalau
prinsip saya, saya ngga mau terlalu
terbuka banget sama temen-temen
karena kan temen ada yang bisa kita
ajak temen, ada yang engga. Daripada
kita curhat tentang pribadi kita ternyata
di belakang kita orangnya ngga seneng,
ngge mana? Mendingan kita cari curhat
di lain tempat. Apa temen di luar kerja.
pembicaraan karena
ada rasa tidak percaya.
25. Kalau sama pelanggan mbaknya
juga mbatasi?
Ee.. kalau saya sama pelanggan saya
perlu mbatasin. Mana yang normal-
normal yang baik, mana yang engga.
Karena namanya salon tuh kadang kita
perempuan sama laki-laki kan.. kadang
ada simpati juga, ada senengnya. Kalau
kita ngga bisa menjaga batas-batas
normal ya.. kasian dong. Kita nyari duit
niat utama kita apa.. kerja itu.
W.III/No.25 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menjaga agar tidak
timbul perasaan cinta
kepada pelanggan.
26. Kalau sama temen kapster dan
pelanggan akrabnya sampai sejauh
apa mbak?
Ya akrabnya sebagai teman. Tamu kita
anggap biasa aja. Karena apa, kalau
sampai dia milih orang lain kita sakit
hati hehe. Jadi santai-santai aja.
W.III/No.26 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
menjaga sebatas teman
agar tidak iri bila
pengunjung tidak
memilih dirinya.
27. Ee.. sama temen-temen kapster ini
sering pergi keluar bareng?
Kalau saya jarang sih mainnya bareng.
Kecuali kalau ada yang sakit apa
hajatan baru bareng-bareng. Tapi kalau
ke tempat-tempat yang lain yo engga.
Engga ada yang bareng.
W.III/No.27 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
pergi bersama bila
menengok teman
kapster sakit atau ada
hajatan.
28. Keluarga sering nengok ke salon?
Ee.. keluargaku ya.. saya.. kalau
keluargaku ngga suka sih ya. Artinya
ya.. namanya salon ya biasa aja.
Kalau pas kangen sama mereka
piye?
Ee.. kangen sama mereka kan ada
telepon. Dibel. Mandang fotonya juga
kan sama aja.
W.III/No.28 • Menelpon atau sekedar
memandang foto bila
rindu pada keluarga.
29. Mbaknya sama pemilik akrab?
Akrab.
W.III/No.29 • Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kan adiknya salah satu yang kerja di
sini?
Oo.. sama pemiliknya kita kan temen
jadi akrab. Apalagi udah lama berapa
taun kita kerja kan ya.. kayak sahabat
tho. Jadi.. apa.. antara bos sama kita
ngga ada jarak jauh. Seolah-olah
temen. Ngga ada antara bos dan anak
buah.
menganggap pemilik
sebagai sahabat.
30. Terus menurut mbaknya, pemilik
salonnya sama mbaknya gimana sih?
Sikapnya?
Oo.. sikapnya baik. Dia adil. Sama
siapa aja dia adil. Ngga pernah mbeda-
mbedakan kapster ini, ini, ini. Ngga
pernah. Semua disamakan di sini.
Kalau dimarah, marah satu ya marah
semua. Jadi ngga ada yang dibeda-
bedakan.
W.III/No.30 • Menganggap pemilik
bersikap adil.
31. Tapi kalau ada yang lebih
diperhatikan, mbaknya piye?
Ee.. ya kita ngliat aja diri kita sendiri.
Kenapa dia kok diperhatikan, kenapa
kita tidak. Apakah ada kesalahan apa di
diri kita sendiri. Ya kita iri kan pasti
ada. Tapi kita harus refleksi diri dulu.
Ada apa dengan kita kok bisa dia yang
diperhatikan, kita tidak.
W.III/No.31 • Berpikir logis apabila
melihat ada teman
yang lebih
diperhatikan.
32. Lha kalau pemilik salonnya menilai
ke mbak gimana?
Ee.. kalau pemilik salon menilai saya
kali ya biasa-biasa aja lah. Sama aja
sama yang lain. Saya paling bandel di
sini. Saya kalau libur ngga pernah
pamitan hehe.
Tapi ngga dimarahin?
Ee.. paling ngga ditegor, diomongin.
Ya dia maklum lah keadaanku
bagaimana.
Potong gaji ya? Hehe.
Hehe kok tau? Hehe. Iya dong. Potong
gaji.
W.III/No.32 • Pemilik salon menilai
dirinya biasa.
• Kadang membolos
kerja dan mendapat
teguran serta
pemotongan gaji.
33. Tanggapanya mbak.. tetangga-
tetangga salon piye?
Biasa aja. Ngga ada yang usil ama kita.
Karena kita juga terapkan sopan
santunnya yang baik, tata krama yang
W.III/No.33 • Kebutuhan akan
keselamatan: bersikap
baik dengan tetangga.
• Akrab dengan
tetangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
baik.
Mbaknya akrab sama tetangga?
Ya.. tak akrab semua sama tetangga.
Kiri kanan juga akrab. Ngga ada yang
kita musuhin.
Apa sering ngobrol-ngobrol?
Sering. Ya kadang kalau pas sepi kita
ke sebelah ngobrol. Duduk ngobrol.
Kita ledek-ledekan, biasa.
34. Mbaknya takut ngga kalau suatu
saat salonnya dirazia?
Ee.. makanya, kita kerja di salon tuh
tergantung diri kita sendiri. Kalau kita
pinter-pinter mbawa diri ya Insya Allah
ngga ada razia. Tapi kalau kita ngga
pinter mbawa diri ya kayak gitu.
Ngapain kita takut.
Lha salonnya mbak anggep sebagai
ini ngga.. jadi ngga ketahuan ada
plusnya? Cuma pijat sama
perawatan lain.
Ya piye ya.. biasa aja ah. Karena itu
kan tergantung pribadi kita sendiri.
Soal plus tergantung mau kita sendiri.
Bukan semua orang mau kita kayak
gitu. Itu ngga kan baik juga. Ya kalau
dia sehat, lha kalau dia punya penyakit?
Eman-eman dong. Cuma dapet duit
berapa, kita punya penyakit.
W.III/No.34 • Tidak takut bila ada
razia karena
menganggap mampu
membawa diri.
• Kebutuhan akan
keselamatan: khawatir
bila tertular penyakit
seks.
35. Lha emang ngga pake kondom
mbak?
Ee.. kalau soal kayak gitu ya.. aku ngga
tau juga sih. Ya kali iya.
Lha selama ini ngga pake pelindung?
Pake dong.
W.III/No.35 • Memakai kondom bila
berhubungan seks
dengan pelanggan.
36. Terus ini mbak alasan utamanya
menjalani profesi ini apa cuma
sekedar cari uang, atau mbaknya
punya harapan pribadi?
Saya dulu pernah dikecewakan laki-
laki. Udah itu ya.. kayak gitu lah. Jadi
dulu saya pertama masuk salon tuh
niatku satu, pengin balas dendam sama
laki-laki. Aku.. niatku bukan cari uang
tapi kok tak liat-liat nyari uang di salon
gampang. Dengan mulut kita, kita bisa
pinter ngomong kita dapet duit. Bisa
W.III/No.36 • Kebutuhan akan
keselamatan: alasan
pertama bekerja di
salon untuk membalas
dendam pada laki-laki,
namun kemudian
merasakan kemudahan
mencari uang.
• Kebutuhan akan
memiliki dan cinta:
bekerja untuk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
cukup lah untuk makan satu hari, untuk
anaknya. Di situlah maka saya seneng.
Tapi akhirnya sampai sekarang niatku
nyari duit untuk anak. Bukan untuk
siapa-siapa.
37. Kalau harapan lebih, jangka
panjang, kerja di sini apa?
Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu
saya keluar dari sini saya bisa buka
usaha yang lebih baik.
W.III/No.37 • Kebutuhan akan
akutalisasi diri:
mendapat modal untuk
membuka usaha.
38. Brarti kayak cari modal?
Iya dong. Apa namanya.. suatu saat
kalau anaknya sudah besar kan tau
masalah salon mbarang malah bahaya
tho. Jadi selama ini kan semua belum
ada yang tau apa salon itu. Ya emang
sih ada yang ngga kayak gitu. Itu
tergantung diri dia sendiri gitu lho. Dia
mau ngga nglakukan hal kayak gitu.
W.III/No.38 • Kebutuhan akan
keselamatan: tidak
ingin anaknya tahu
pijat plus yang
dilakukan.
39. Keluarga ngga ada yang tau?
Temen-temen?
Engga. Itu cuman diri kita sendiri.
Ya udah itu mbak. Makasih.
Iya, makasih juga. Makasih ya.
W.III/No.39 • Kebutuhan akan
keselamatan: menutupi
pekerjaan pijat plus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI