Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau...
Transcript of Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau...
16
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota
PonorogoFungsi Ekologis
Terciptanya Iklim Mikro
• 81% responden menyatakan telah
mendapat manfaat RTH sebagai
pengatur iklim mikro.
Berkurangnya Polusi & Debu :
• 44% responden merasa bahwa
keberadaan RTH belum dapat menyerap
dan & meminimalisasi polusi dan debu
dikarenakan kurangnya jenis vegetasi
yang mampu menahan angin dan
memfilterisasi polusi dan debu.
Keragaman Jenis Vegetasi :
• 63% responden berpendapat bahwa
keragaman jenis vegetasi khususnya
vegetasi berjenis pohon, perdu dan
penutup tanah masih belum bervariasi.
Hasil Analisa Terkait dengan Fungsi Ekologis
RTH kawasan Pusat Kota Ponorogo
• Kurangnya jumlah ruang terbuka hijau dan
belum maksimalnya penggunaan vegetasi
pada masing-masing ruang terbuka hijau
eksisting yang mampu menyerap debu dan
polusi
• Belum maksimalnya penggunaan vegetasi
dengan variasi jenis yang sesuai sebagai
penunjang kualitas ekologis
• Diperlukan adanya area teduh sebesar 60%
dari keseluruhan luas area ruang terbuka
hijau untuk memaksimalkan fungsi ekologis
ruang terbuka hijau
• Dibutuhkan adanya penambahan jumlah dan
luasan ruang terbuka hijau pada kawasan
pusat kota Ponorogo
• Penambahan ruang terbuka hijau pada
kawasan komersial dimungkinan apabila 10-
20% dari luas keseluruhan luas lahan
difungsikan sebagai ruang terbuka hijau
• Diperlukannya variasi dan keragaman jenis
vegetasi yang dapat menyerap polusi, debu
dan merupakan vegetasi lokal
17
Fungsi Estetika
Pada area alun-alun kota masih terlihat kurangnya variasi
jenis warna yang mampu menjadi penarik pandangan dan
menciptakan nilai estetika pada area tersebut.
Pada jalur hijau terutama pada kawasan pusat kota
belum terlihat adanya variasi penggunaan vegetasi
berwarna sehingga terkesan monoton, akan tetapi pada
area tersebut di sebagian ruas jalan sudah terlihat
adanya perbedaan tekstur yang juga dapat menciptakan
nilai estetis dari area tersebut.
Pada taman kota di depan kantor kabupaten
sudah terlihat adanya variasi jenis warna dan
tekstur dari vegetasi yang mampu menarik
pandangan dan menciptakan kesan estetis
Hasil Analisa Fungsi Estetika Ruang
Terbuka Hijau
• 97% responden sepakat bahwa ruang
terbuka hijau eksisting masih kurang
tertata dan minim variasi vegetasi
dengan tekstur dan warna yang
mampu menarik pandangan sehingga
dapat menciptakan kesan estetis dari
ruang terbuka hijau kota.
18
Fungsi Sosial Budaya Ekonomi
• Sebesar 87% responden memilih untuk
melakukan aktivitas di luar ruang pada waktu
akhir pekan khususnya di area alun-alun kota,
taman kota dan lapangan olahraga yang ada
pada kawasan pusat kota.
• 43% responden berpendapat bahwa suatu
ruang terbuka hijau sebaiknya dilengkapi
bangunan beratap, permainan yang aman
untuk anak-anak, area teduh yang aksesibel,
fasilitas penerangan, tempat duduk dan
kebersihan yang memadai, adanya kios yang
dapat menampung pedagang kaki lima
sehingga kondisi yang kurang teratur dapat
dihindari serta pagar pembatas yang mampu
menciptakan batas antara jalanan dengan area
ruang terbuka hijau
Kedua taman ini kurang
aksesibel bagi penggunanya
sehingga keberadaannya
kurang diperhatikan
masyarakat.
Hasil Analisa Terkait dengan Sosial Budaya
dan Ekonomi RTH kawasan Pusat Kota
Ponorogo
• Dibutuhkan ruang terbuka hijau yang
berfungsi sebagai tempat beraktivitas
masyarakat terkait dengan fungsi sosial,
ekonomi dan budaya kota.
• Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat
kota memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai landmark kota yang mampu
meningkatkan citra pariwisata kota
Ponorogo.
• Kurang aksesibelnya taman kota untuk
dijangkau oleh masyarakat.
• Dibutuhkan adanya penambahan jumlah dan
luasan ruang terbuka hijau untuk
mendukung fungsi ekologis dan mendukung
aktivitas ruang luar masyarakat.
19
Kawasan yang Dapat Difungsikan Sebagai Ruang Terbuka Hijau pada
Kawasan Pusat Kota Ponorogo
20
Triangulasi Data
Proporsi dan Distribusi RTH
No Fakta Empiris
(Hasil Analisa)
Referensi
( Teori dan Regulasi )
Pendapat Pakar
1. • Proporsi luasan ruang
terbuka hijau hanya terdiri
dari ±0,8 % (4,25 Ha) dari
keseluruhan luas wilayah
kawasan pusat kota.
• Distribusi ruang terbuka
hijau pada kawasan pusat
kota Ponorogo masih
terkonsentrasi pada area
yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan kota.
• UU no. 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (pasal 29
ayat 2)
• KTT BUMI (Earth Summit)
tahun 2007 yang dilaksanakan
di Rio de janeiro
• Purnomohadi dan Joga (
2007 )
• Haryadi ( 2005 )
Kriteria Ruang Terbuka Hijau
Kriteria Proporsi dan Ruang Terbuka Hijau untuk
memaksimalkan fungsi ekologis kawasan :
• Luasan ruang terbuka hijau minimal sebesar 30% (20%
RTH Publik dan 10% RTH pekarangan)
• Untuk memenuhi proporsi dRTH perlu ada penambahan
proporsi luasan rth, yaitu pada :
a. Taman kota
b. Jalur hijau dan pulau jalan
c. Taman lingkungan di area pemukiman
d. Di sepanjang daerah sempadan sungai
e. Penyebaran RTH kota tersebar di seluruh kawasan
dengan merata dan saling terhubung.
21
Faktor Penyebab Kurangnya RTH
No Fakta Empiris
(Hasil Analisa)
Referensi
( Teori dan Regulasi )
Pendapat Pakar
2. • Meningkatnya jumlah penduduk dan
intensitas kepadatan penduduk
memicu bertambahnya luasan lahan
pemukiman sehingga mengurangi
luasan RTH
• Adanya Perubahan Fungsi lahan
pada kawasan pusat kota yang
mengarah pada area jasa komersial
dan perkantoran
• Pedoman pelaksanaan
pembentukan kawasan
perumahan kota (Kemen PU,
1987)
• The parks dan waterbodies
plan (Singapore’s Urban
Redevelopment authority)
• Subroto dan T.
Yoyok Wahyu
• Sihombing
(2010)
Kriteria Ruang Terbuka Hijau
Kriteria ruang terbuka hijau pada kawasan pemukiman padat :
Memaksimalkan fungsi area hijau pekarangan dengan menghijaukan area pekarangan
minimal sebesar 20% dari luas keseluruhan lahan.
Memaksimalkan penggunaan lahan-lahan kosong sebagai ruang terbuka hijau publik
(taman lingkungan).
Menggunakan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan sebagai area hijau untuk
meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitas ekologis kawasan.
Kriteria Ruang Terbuka Hijau pada area jasa Komersial dan Perkantoran:
Ruang terbuka hijau juga dapat dimaksimalkan pada area jasa komersial dan jasa
perkantoran yang juga berfungi sebagai ruang terbuka hijau yang disesuaikan dengan
proporsi ideal antara KDB dan KDH yaitu 40% : 60% dari keseluruhan luas lahan.
22
No Fakta Empiris
(Hasil Analisa)
Referensi
( Teori dan Regulasi )
Pendapat Pakar
3. Fungsi Ekologis :
• Dibutuhkan adanya ruang - ruang
terbuka hijau yang mampu menyerap
polusi dan debu serta menciptakan
iklim mikro dan berfungsi sebagai
ruang publik
• Kurangnya penggunaan vegetasi yang
mampu menciptakan keteduhan dan
mampu menyerap polusi dan debu
Fungsi Estetika :
• Kurang estetisnya penataan lansekap
pada kawasan ruang terbuka hijau di
kawasan pusat kota Ponorogo
• Diperlukan penggunaan vegetasi dalam
berbagai bentuk dan warna untuk
memaksimalkan fungsi estetika dari
ruang terbuka hijau kota
Fungsi Sosial Budaya Ekonomi:
• Perlu adanya ruang terbuka hijau bagi
publik yang mampu berfungsi sebagai
wadah aktivitas masyarakat dan juga
memiliki daya tarik wisata untuk
menjamin keberlangsungan kota
Ponorogo
• Suharto (1998)
• De Chiara (1982)
• Purnomohadi (2006)
• Dahlan (1994)
• Ramelan (1994)
• Zahnd (1999)
• Joga ( 2010 )
• Setyowati
(2008)
• Haryadi (2008)
• Attayaya
(2009)
• Dicki ( 2009 )
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau
23
Kriteria Ruang Terbuka Hijau
• Pemenuhan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau dalam berbagai bentuk dan fungsi untuk
memaksimalkan fungsi ekologis dari ruang terbuka hijau
• Taman kota yang berfungsi sebagai wadah bagi aktivitas masyarakat
• Adanya taman-taman lingkungan dalam lingkungan perumahan yang mampu melayani masyarakat
pada kawasan tersebut
• Memaksimalkan penghijauan pada daerah sempadan sungai untuk meningkatkan nilai ekologis dan
nilai estetika kawasan.
• Memaksimalkan fungsi ruang terbuka hijau pada jalur hijau dan pulau jalan melalui pentaan lansekap
area sehingga mampu berfungsi secara ekologis dan meningkatkan citra kota melalui nilai estetika
area tersebut
Komponen utama dalam penataan Ruang Terbuka Hijau Kota yang harus dipenuhi :
•Pepohonan dengan kriteria bentuk tajuk (kanopi), keseimbangan antara besaran batang dan tajuk.
•Hamparan rerumputan
•Perdu berbunga, yaitu pepohonan yang pendek dengan keanekaragaman warna bunga.
Penggunaan jenis vegetasi dengan kriteria :
• Vegetasi berjenis pohon peneduh dengan kepekaan tinggi dan mampu menyerap timbal.
• Vegetasi yang memiliki aroma dan bau untuk meredam polusi udara
• Penggunaan vegetasi dengan perakaran yang tidak merusak pondasi dan perkerasan
• Penggunaan jenis vegetasi yang aman dan tidak berbahaya
• Penggunaan vegetasi dengan tipe tahunan (evergreen) untuk memaksimalkan penyerapan polusi
dan memperkuat kesan estetis
• Penggunaan perpaduan tanaman lokal untuk menciptakan kesan estetis dan menciptakan identitas
kawasan
• Penggunaan vegetasi berwarna, berdaun dan berbunga indah untuk lebih menampilkan kesan estetis
ruang terbuka hijau.
• Adanya sarana dan prasarana pendukung ruang terbuka hijau yang memadai sehingga mampu
memenuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas masyarakat
24
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo
Pemenuhan proporsi ruang terbuka dapat dimaksimalkan dengan penambahan ruang
terbuka hijau pada area pemukiman, area sempadan sungai dan memaksimalkan
penghiijauan pada jalur hijau.
25
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo
Konsep RTH Alun-alun kota
Penggunaan vegetasi lokal yang
mampu meredam polusi
1
.AREA
BERJUALAN
Beringin, Mahoni dan Pohon AsemKonsep RTH Taman Kota2
.
Area seni berupa
panggung pertunjukkan
sendra tari dan Reog
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu
menyerap polusi, debu dan menciptakan
keteduhan
Area Olahraga sebagai fasilitas
kesehatan bagi masyarakat
kawasan pusat kota Ponorogo
Perpaduan warna dan tekstur
vegetasi mampu meningkatkan
nilai estetika kawasan
Penggunaan ornament seni
Reog yang berfungsi
meningkatkan nilai estetis
dan pencipta identitas
kawasan
26
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo
Konsep RTH Taman Lingkungan3.
Memaksimalkan Lahan Kosong Sebagai RTH
Penggunaan vegetasi lokal yang
mampu menyerap polusi dan
berrfungsi sebagai peneduh
Jalur hijau sebagai pembatas jalan dua arah
menggunakan vegetasi yang mampu menyerap polusi
dengan perpaduan warna dan tekstur daun untuk
menciptakan kesan estetis
Konsep RTH Jalur hijau dan pulau jalan4.
Jalur pedestrian selebar ± 2
m untuk memudahkan
aksesibilitas
Penggunaan vegetasi
lokal yang mampu
menyerap polusi dan
berrfungsi sebagai
peneduh
27
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo
Konsep RTH Taman Makam Pahlawan5
.
- Untuk memaksimalkan fungsi ekologis area
ini didominasi oleh area hijau sebesar 80 %
dan area terbangunnya adalah sebesar 20 %
- Penggunaan vegetasi lokal dengan kerapatan
sedang yang mampu menyerap polusi dan
debu (Beringin, Mahoni dan pohon Tanjung)
- Mempertahankan bentuk eksisting dari TMP
Konsep RTH Daerah Sempadan Sungai6
.
- Lahan sepanjang daerah aliran sungai peruntukannya
dikembalikan sebagai area ruang terbuka hijau dengan luas
minimal 5 meter yang ditambah jalan inspeksi untuk
perawatan dan penghijauan agar tetap berfungsi secara
optimal
- Penggunaan vegetasi peneduh dengan perakaran kuat
yang dapat menyerap polusi dan debu
Area hijau dengan jarak minimal 5-10 m
untuk mencegah erosi dan memaksimalkan
fungsi ekologis
28
Kesimpulan
• Mempertahankan bentuk RTH publik yang telah ada
• Pemenuhan proporsi RTH dengan menambahkan luasan RTH terutama pada kaw. Pemukiman
dan daerah sempadan sungai
• Penyebaran RTH yang Merata diseluruh kaw. Pusat kota
• Memaksimalkan penggunaan lahan kosong dan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan
pada area pemukiman sebagai RTH
• Pengembangan perpaduan fungsi lahan antara RTH dan area perkantoran serta komersial
• Memenuhi Kebutuhan Masyarakat kaw. Pusat kota Ponorogo akan RTH dengan Konsep Penataan
RTH:
a. Alun-alun Kota
b. Taman Kota
c. Jalur hijau dan Pulau Jalan
d. Taman Makam Pahlawan
e. Daerah Sempadan Sungai
Saran
Pemerintah :
• Menyusun
pedoman & rencana
pengelolaan RTH
• Melakukan
kampanye dan
sosialisasi
• Mengembangkan
insentif dan
disinsentif bagi
masyarakat
Masyarakat :
• Mendukung upaya
penyelenggaraan
dan pengelolaan
RTH melalui
partisipasi aktif
masyarakat
• Menjaga dan
memelihara kondisi
dan keberadaan
Ruang Terbuka
Hijau
Akademisi dan Praktisi
• Perlu dilakukan
penelitian selanjutnya
tentang fungsi ekologis
RTH
• Perlu dilakukan
penelitian tentang aspek
pemeliharaan RTH
• Perlu dilakukan
penelitian tentang RTH
sebagai identitas kota
29
Terima Kasih