Kebudayaan Pada Masa Abbasiyah
description
Transcript of Kebudayaan Pada Masa Abbasiyah
KEBUDAYAAN PADA MASA ABBASIYAH
A. Kondisi Sosial
Pada masa dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang tinggal di suriah
menempati tingkatan yang tertinggi. Hal itu menimbulkan kecemburuan masyarakat
islam lainnya. Akhirnya,hal itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah.
Kekecewaan yang terus menerus membuat mereka membrontak.
Keluarga barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal balkh, Persia.
Khalid bin barmak adalah orang pertama dari keluarga barmak yang membina hubungan
dengan cara khalifah dinasti abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah
dinasti abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya dinasti ini.khalid bin
barmak berjasa besar dalam usaha meredakan pembrontakan di Mesopotamia. Untuk
beberapa saat lamanya, ia menjadi gubernur di sana.
Interaksi bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu memberikan khazanah
baru dalam bidang social dan budaya. Selama pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada
pembelaan kelas antara penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu
memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban.
B. Kemajuan Kebudayaan
Di sisilia, hal yang hamper sama juga terjadi. Raja Normandia, Roger I
menjadikan istananya sebagai tempat pertemuan filsuf, dolter-dokter, dan ahli islam
lainnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ketika Roger II menjadi raja, ia
bahkan lebih terpengaruh budaya arab. Pakaian kebesaran yang dipilihnya adalah pakaian
arab. Gerejanya dihiasi dengan ukiran dan tulisan-tulisan arab. Wanita Kristen sisilia
meniru wanita islam dalam soal mode pakaian.
Perkembangan kebudayaan pada masa dinasti abbasiyah juga di tunjukan oleh ada
peninggalan-peninggalan bersejarah. Peninggalan itu, antara lain berupa
istana,masjid,dan bangunan lainnya. Peninggalan bersejarah itu banyak yang masih dapat
disaksikan hingga saat ini dan menunjukkan betapa tingginya peradaban yang telah
dicapai umat islam pada waktu itu.
Beberapa masjid yang di bangun pada masa dinasti abbasiyah adalah :
1. Masjid al-mansur, dibangun oleh khalifah abu ja’far al-mansur
2. Masjid raya ar-Risyafah, dibangun oleh khalifah al-mahdi
3. Masjid jami’ Qasr al-khilafah, dibangun oleh khalifah al-muktafi
4. Masjid Qati’ah umm ja’far, dibangun oleh khalifah al-muktafi
5. Masjid kufah
6. Masjid raya samarra, dibangun oleh khalifah al-mutawakkil
7. Masjid agung Isfahan, dibangun oleh sultan maliksyah
8. Masjid talkhatan baba di mery
9. Masjid alaudin kaikobad di nedge.
C. Kemajuan Politik Dan Militer
Perkembangan politik dan militer dinasti abbasiyah terbagi kedalam lima periode.
Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, system pemerintahan, dan
kebijaksanaan militer. Pembahasan berikut ini akan mengemukakan perkembangan
politik dan militer dinasti abbasiyah pada setiap periode tersebut.
1. Periode Pertama
Periode ini di sebut juga periode pengaruh Persia pertama. Hal itu disebabkan
pemerintahan dinasti abbasiyah pada periode ini di pengaruhi dengan sangat kuat oleh
sebuah keluarga dari bangsa Persia, yaitu keluarga barmak. Pendiri keluarga barmak
yaitu Khalid bin barmak , adalah orang yang ikut berjasa dalam usaha militer dinasti
abbasiyah ketika menumbangkan dinasti umayyah.
Usaha militer merupakan usaha yang terus menerus dilakukan oleh para khalifah
dinasti abbasiyah sejak yang pertama hingga khalifah terakhir. Tegaknya
pemerintahan dan Negara bias terwujud dengan dukungan bala tentara dan system
kemiliteran yang kuat. Usaha mendirikan kekhalifaan dinasti abbasiyah melalu
gerakan militer merupakan usaha militer pertama dari dinasti tersebut. Setelah itu,
usaha militer dilakukan dalam mempertahankan kebutuhan Negara dari ancaman
pembrontakan dan serangan kerajaan lain.
2. Periode Kedua
Periode ini merupakan periode pengaruh turki yang pertama. Para perwira militer
turki betul-betul mendominasi pemerintahan dinasti abbasiyah. Figur khalifah hanya
menjadi symbol di istana bagdad. Orang-orang turki itu berbuat sekehendaknya dan
bahkan ikut campur tangan dalam penggantian khalifah. Mulai periode ini hingga
periode keempat, peran politik khalifah bias dikatakan hilang. Mereka hanya bias
menjadi symbol keagamaan bagi para pejabat negar dengan member legitimasi
keagamaan bagi setiap kebijakan yang di ambil oleh mereka.
Khalifah ar-Radi kemudian di gantikan oleh al-Muttaqi. Akan tetapi, ia hanya
merupakan boneka dari seorang jenderal turki yang bernama tuzun. Pada masa
pemerintahannya, orang-orang yunani menyerang Edessa dan membunuh kaum
muslimin.
3. Periode Ketiga
Periode ini merupakan periode pengaruh Persia kedua. Setelah khalifah al-
Muttaqi meninggal, Tuzun mengangkat al-muktafi pada tahun 944 M sebagai
khalifah. Pada masa khalifah al-muktafi ini terjadi perubahan politik yang sangat
penting. Di masa itu, muncul penguasa baru dari daerah dailam yaitu dinasti
buwaihiyah . untuk mengurangi dominasi para pengawal turki, khalifah al-muktafi
mengundang dinasti buwaihiyah ke bagdad.
Pada masa itu, para khalifah bahkan kehilangan legitimasi keagamaannya. Posisi
mereka sebagai khatib shalat jum’at diserahkan kepada orang-orang dinasti
buwaihiyah. Hal itu disebabkan, dinasti buwaihiyah menganut aliran syi’ah,
sedangkan dinasti abbasiyah menganut aliran suni.
4. Periode Keempat
Khalifah al-Qaim mengawali pemerintahan dinasti abbasiyah pada periode ini.
Periode ini disebut periode pengaruh turki kedua. Masuknya pengaruh turki ini
dimulai pada masa khalifah al-Qa’im yang tidak menyukai dominasi dinasti
buwaihiyah. Khalifah al-Qaim ingin melepaskan diri dari pengaruh dinasti
buwaihiyah. Pada tahun 1055 M, terjadi kekacauan yang disebabkan oleh pertikaian
internal dinasti buwaihiyah di bagdad.
5. Periode Kelima
Kehancuran dinasti abbasiyah dating seiring dengan serangan hulagu khan pada
tahun 1258 M. kota bagdad dan berbagai peninggalan bersejarah dihancurkan.
Khalaifah al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh. Dengan demikian, berakhirlah
kekuasaan dinasti abbasiyah. Kekuatan politik dan militernya yang begitu unggul
pada masa sebelumnya lenyap saat itu juga. Setelah itu, bagdad dan wilayah islam
lainnya jatuh dalam kekuasaan bangsa mongol.
Kemajuan-kemajuan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesenian
1. Kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan
a. Kemajuan di bidang Ilmu Agama
Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang muncul ditengah-tengah suasana hidup
keislaman berkaitan dengan agama dan bahasa Al Qur’an. Ilmu agama telah berkembang sejak
masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti Abbasiyah ia mengalami perkembangan dan
kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar dan karya-karya yang agung
dalam berbagai bidang ilmu agama.
a) Ilmu Tafsir
Pada masa Abbasiyah ini ilmu tafsir mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan
dilakukannya penafsiran secara sistematis, berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari hadis.
Pada masa ini muncul berbagai aliran dengan tafsirnya masing-masing, seperti Ahlussunah,
Syiah, dan Mu’tazilah. Pada masa ini corak tafsir ada dua macam, yaitu:
Pertama, Tafsir Bi Al Ma’tsur, yaitu penafsiran al quran berdasarkan sanad dan periwayaatan Al
Quran. Tokohnya adalah Al Subhi (w.127 H) Muqatil Bin Sulaiman (w.150 H) dan Muhammad
Bin Ishaq. Kedua, Tafsir Bi Al Ro’yi, yaitu penafsiran berdasarkan ijtihad. Tokohnya adalah
Abu Bakar Al Asham (w 240 H) dan Abu Muslim Al Asfahani (w. 322 H).
b) Ilmu Hadis
Pada masa Abbasiyah, kegiatan dalam bidang pengkodifikasian hadis dilakukan dengan giat
sebagai kelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. Pengkodifikasian hadis sebelum masa
Abbasiyah dilakukan tanpa mengadakan penyaringan, sehingga bercampur antara hadis nabi dan
yang bukan dari nabi. Maka para ulama islam pada masa ini berusaha semaksimal mungkin
untuk menyaring hadis-hadis Rasulullah agar diterima sebagai sumber hukum
Penyaringan hadis diadakan dengan melakukan kritik terhadap sanad hadis. Metode kritik inilah
yang merupakan dasar munculnya kualitas hadis shohih, hasan, dhaif.
Para ulama yang terkenal adalah Imam Bukhari, Abu Muslim Al Jajjaj, Ibnu Majjah, Abu Daud,
Al Turmudzi, dan Al Nasai. Karya mereka dikenal dengan nama Ak Kutub As Sittah.
c) Ilmu Kalam
Ilmu Kalam lahir karena dorongan untuk membela islam dengan pemikiran-pemikiran filsafat
dari serangan orang kristen yahudi yang mempergunakan senjata filsafat, dan untuk memecahkan
persoalan agama dengan kemampuan pikiran dan ilmu pengetahuan. Pada masa ini muncul
ulama-ulama besar dibidang ilmu kalam, yaitu Abi Huzail Al Allaf Al Baqilani, Al Juwaini, Al
Ghozali dan Al Maturidi.
d) Ilmu Fikih
Pada masa ini terdapat 4 imam madzhab yang ulung ketika masa itu. Mereka adalah Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Bin Hanbal.
b. Kemajuan Ilmu Umum
a) Filsafat
Filsafat muncul sebagai hasil integrasi antara islam dengan kebudayaan klasik Yunani yang
terdapat di Mesir, Suria dan Persia, dan mulai berkembang pada masa Khalifah Harun Al Rasyid
dan Al Ma’mun. Tokoh filosof muslim yang tekenal adalah Ya’kub bin Ishaq al Kindi.
b) Kedokteran
Pada masa ini ilmu kedokteran telah mencapai puncak tertinggi yang melhirkan dokter yang
terkenal, yaitu Yuhannah bin Musawaih (w. 242 H). Pada masa ini telah banyak buku-buku
kedokteran, karangan dalam bentuk ensiklopedi yang diterjemahkan dalam bahasa latin, dan
sebagainya.
c) Astronomi
Astronomi islam yang terkenal pada masa ini adalah al Fazzari yang pertama kali menyusun
atrolaber (Alat yang dahulu dipakai sebagai pengukur tinggi bintang), Al Fargani yang telah
mengarang ringkasan ilmu astronomi yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa latin.
d) Ilmu Pasti / Matematika
Ilmu ini dibawa oleh ilmuan india pada masa khalifah Mansur dalam buku Sindahind, dan
diterjemahkan oleh al Fazzari, yang memperkenalkan sistim angka Arab dan angka nol yang
kemudian dikembangkan lagi oleh Al Khawarizmi dan habash yang memuat tabel angka-angka
dan kemudian menyusun buku tentang berhitung dan aljabar. Karya yang terkenal adalah Hisab
Aljabar wa Al Mukabalah.
e) Geografi
Pada masa Abbasiyah Perlawatan Kaum muslimin telah sampai ke India, Srilangka, Malaysia,
Indonesia, Cina, dan lain lain. Dari perjalanan tersebut kaum muslimin berusaha melukiskan
selengkapnya ihwal negeri-negeri yang dilihatnya sehingga melahirkan geografi islam ternama.
Mereka adalah Ibn Khardazabah dengan karyanya al Masalik wa al Mamalik, ibn Al Haik
dengan karyanya al Ikli, dan sebagainya.
2. Kemajuan di bidang Teknologi
Pada tahun 765, fakultas kedokteran pertama didirikan oleh Jurjis Ibnu Naubakht. Sekitar tahun
990 M, Ibnu Firnas seorang ilmuwan dari Andalusia (Spanyol ) memimpikan bagaimana agar
suatu saat manusia bisa terbang bebas di angkasa laksana burung, dia terinspirasi kejadian Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad Saw, tetapi dia berpikir bahwa manusia biasa tak mungkin bisa naik
Bouraq kendaraan Nabi Saw untuk Isra’ Mi’ raj, karena dia hanya manusia biasa, bukan seorang
nabi.
Ibnu Firnas ( Armen Firman ), mulai meneliti gerak aerodinamika, fisika udara, dan anatomi
burung dan kelelawar. Sampai pada suatu saat dia menciptakan sebuah alat terbang seperti sayap
kelelawar, lalu dia menaiki menara Masjid Cordoba, disaksikan oleh ribuan orang di bawahnya,
lalu dia melompat dan melayang terbang sejauh kira-kira 3 km dan mendarat dengan selamat.
Ribuan orang bertepuk tangan atas ciptaannya. Sebaliknya masyarakat Eropa yang saat itu
sedang di era kegelapan, heboh sendiri karena menganggap Ibnu Firnas melakukan sihir yang
mereka saja belum pernah melihatnya. Alat terbang Ibnu Firnas inilah yang menginspirasi
Wright Bersaudara menciptakan pesawat terbang pada awal abad 19.
3. Kemajuan di bidang Kesenian
a. Senibudaya
a) Seni Bahasa
b) Kissah dan riwayat
c) Drama
b. Seni suara
a) Penyusunan kitab musik
b) Pendidikan musik
c) Jenis musik
d) Musik sufi
e) Pabrik alat musik
f) Para penyanyi
g) Seni tari
c. Seni rupa
a) Seni pahat
b) Seni ukir
c) Seni sulam
d) Seni lukis
d. Seni bangunan