Kebingun anPetani 'HadapiIklimpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas-20100702...an...

2
I(OMPAS o Senin o Selasa o Rabu o Kamis Jumat o Sabtu o Minggu Q 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun .Jul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes '" Kebingun an Petani 'Hadapi Iklim Oleh JOHAN ISKANDAR K 'ni dampak pemanasan global dan perubahan iklim dunia bukan lagi sekadar ancaman. Namun, anomali iklim tersebutsudah menjadi kenyataan yang me- nimpa kehidupan kelompok masyarakat lintas budaya di ber- bagai belahan dunia (Crate dan N uttaIl2009). Salah satu ke- lompok masyarakatyang paling rentan mengalami gangguan iklim yang kian tak menentu tersebut adalah petani. Kini hujan tak kunjung berhen- ti di musirn yang semestinya ke- marau. Hal ini ditengarai akibat pengaruh pemanasan global. Kon- sekuensinya, tirnbul petaka ledak- an hama wereng dan penggerek batang yang menyebabkan kega- galan puluhan ribuan hektar padi di beberapa tempat di Pulau Jawa akibat kesemrawutan pola tanam padi dan tidak adanya masa jeda tanam tKompes, 17/6). Fungsi adaptif petani Petani sawah di masa silam me- miliki pengetahuan ekologi lokal mendalam tentang agroklirnat. Pe- tani Tatar Sunda di masa silam, mi- salnya, biasanya mengandalkan indikator alam dalam menentu- kan pergantian musim. Contoh- nya, rasi bintang, seperti bintang tujuh, bintang kerti, atau bintang kartika (the pJeiades) dan bintang kidang atau bintang wuluku (the belt of oripn); masa berbunga atau berbuah turnbuhan, seperti randu (Ceibe petandra); daur berbiak bi- natang dengan nyanyian suara se- rangga, seperti tures (Cryptotym- pana acuta) dan tonggeret (Dun- dubia manifera); serta kehadiran burung-burungmigrasi di desa. Karena itu, tidak mengheran- kan, dikenal banyak ungkapan pe- tani di Tatar Sunda ten tang indika- tor perubahan musim dan pengga- rapan sawah. Contohnya, bin tang kidangjeung kerti ka kulon toton- den musim ngijih kudu ngsmimi- tian nyawah (bintang kidang dan kerti bergerak ke arah barat, per- tandaawalmusirnhujandanharus siap menggarap sawah). Maka, ketika musirn hujan akan tiba, para tetua ahli tani di desa bia- sa memerintahkan warga untuk mulai menggarap sawah. Pada umumnya kegiatan diawali de- ngan sedekahan atau selamatan di setiap keluarga ataupun bersama- sama di tempat-tempat sakral, se- perti huJu wotan dan cainyusu. Pa- da dasarnya kegiatan sedekahan dan penghormatan petani terha- dap tempat-tempat sakral sumber air tersebut memiliki fungsi adap- tifpetani. Sebab, hal itu mendorong ke- bersamaan dan kekompakan peta- ni untuk melindungi sumber air serta bertanam padi secara serem- pak demi efisiensi penggunaan air dan pengendalian ledakan hama padi (bandingkan Lovelace 1984:196). Seusai panen padi pertarna, mu- sim hujan atau rendengan, untuk tanam padi berikutnya (morekat) petani biasanya sangat memper- timbangkan ketersediaan air di sa- wah. Sawah-sawah yang masih memiliki air berlimpah (sawah le- dokatau sawah ran ca), sebagai pe- nyelangnya, biasa ditanami dulu dengan ikan. Sementara sawah ta- Kliping Humas Unpad 2010

Transcript of Kebingun anPetani 'HadapiIklimpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/07/kompas-20100702...an...

I(OMPASo Senin o Selasa o Rabu o Kamis • Jumat o Sabtu o Minggu

Q 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1517 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun .Jul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes '"

Kebingun an Petani'Hadapi Iklim

Oleh JOHAN ISKANDAR

K'ni dampak pemanasan global dan perubahan iklimdunia bukan lagi sekadar ancaman. Namun, anomaliiklim tersebutsudah menjadi kenyataan yang me-

nimpa kehidupan kelompok masyarakat lintas budaya di ber-bagai belahan dunia (Crate dan N uttaIl2009). Salah satu ke-lompok masyarakatyang paling rentan mengalami gangguaniklim yang kian tak menentu tersebut adalah petani.

Kini hujan tak kunjung berhen-ti di musirn yang semestinya ke-marau. Hal ini ditengarai akibatpengaruh pemanasan global. Kon-sekuensinya, tirnbul petaka ledak-an hama wereng dan penggerekbatang yang menyebabkan kega-galan puluhan ribuan hektar padidi beberapa tempat di Pulau Jawaakibat kesemrawutan pola tanampadi dan tidak adanya masa jedatanam tKompes, 17/6).

Fungsi adaptif petaniPetani sawah di masa silam me-

miliki pengetahuan ekologi lokalmendalam tentang agroklirnat. Pe-tani Tatar Sunda di masa silam, mi-salnya, biasanya mengandalkanindikator alam dalam menentu-kan pergantian musim. Contoh-nya, rasi bintang, seperti bintangtujuh, bintang kerti, atau bintangkartika (the pJeiades) dan bintangkidang atau bintang wuluku (thebelt of oripn); masa berbunga atauberbuah turnbuhan, seperti randu(Ceibe petandra); daur berbiak bi-natang dengan nyanyian suara se-rangga, seperti tures (Cryptotym-pana acuta) dan tonggeret (Dun-dubia manifera); serta kehadiranburung-burungmigrasi di desa.

Karena itu, tidak mengheran-kan, dikenal banyak ungkapan pe-tani di Tatar Sunda ten tang indika-tor perubahan musim dan pengga-rapan sawah. Contohnya, bin tang

kidangjeung kerti ka kulon toton-den musim ngijih kudu ngsmimi-tian nyawah (bintang kidang dankerti bergerak ke arah barat, per-tandaawalmusirnhujandanharussiap menggarap sawah).

Maka, ketika musirn hujan akantiba, para tetua ahli tani di desa bia-sa memerintahkan warga untukmulai menggarap sawah. Padaumumnya kegiatan diawali de-ngan sedekahan atau selamatan disetiap keluarga ataupun bersama-sama di tempat-tempat sakral, se-perti huJu wotan dan cainyusu. Pa-da dasarnya kegiatan sedekahandan penghormatan petani terha-dap tempat-tempat sakral sumberair tersebut memiliki fungsi adap-tifpetani.

Sebab, hal itu mendorong ke-bersamaan dan kekompakan peta-ni untuk melindungi sumber airserta bertanam padi secara serem-pak demi efisiensi penggunaan airdan pengendalian ledakan hamapadi (bandingkan Lovelace1984:196).

Seusai panen padi pertarna, mu-sim hujan atau rendengan, untuktanam padi berikutnya (morekat)petani biasanya sangat memper-timbangkan ketersediaan air di sa-wah. Sawah-sawah yang masihmemiliki air berlimpah (sawah le-dokatau sawah ran ca), sebagai pe-nyelangnya, biasa ditanami duludengan ikan. Sementara sawah ta-

Kliping Humas Unpad 2010

~d~~~ddd~drlddd~ ~dddArld~ddd~d~d~~~ d~

dddddd d(1.cl(-:Jd c1d drld dddd~~~~dd~d

dd dddddddddddd ~dd~~~d~~dddd~dd~ddddddd~ddd~~~Mdd~d J~d d ~ddcld<rl<dc'ddcjcddrld 'c1erJddddt(jcjd d cl dd~~\d (j ~dd d ~ cJ cl ('J ~ ~ ddd d (1 <f; d C:~A\\~'~ rl d (1 d ~ d (j d c1d r1d ()cC"'J d c1c1d ddd<1ddddd<:A('1dd ~

dah hujan (sawah guludugatauge-ledugan), sebagi penyelangnya,umumnya ditanami palawija,

Penanaman ikan, seperti ikanmas, mujair, dan nila, dilakukanpetani langsung saat padi selesaidipanen atau ketika sawah baru di-tanami padi (mina padi), Tanamikan pascapanen padi tersebut sa-ngat menguntungkan secara eko-logis dan ekonomis.

Secara ekologis, seusai panenpadi, sawah sangat kondusif untukditanami ikan, Sisa-sisa jeramiyang membusuk di sawah dapatmemacu pertumbuhan planktonsebagai makanan ikan sehinggamemacu pertumbuhan ikan di sa-wah. Selain itu, dengan adanyaikan dan kotoran ikan, tanah sa-wah menjadi gembur, Jadi, waktusawah digarap ulang, tanah mudahdicangkul atau dibajak. Tanahnyapun subur serta sangat baik bagipertumbuhan tanaman padi.

Masa jeda tanam padi juga da-pat memotong daur hidup hamapadi. Selain itu, kehadiran ikan di

LCHUR

sawah sebelum dicangkuljdibajakataupun sesaat setelah tanamanpadi dapat berfungsi memangsaserangga hama,

Sementara itu, keuntunganekonomisnya, ikan dari sawah ter-sebut berguna untuk konsumsi ke-luarga ataupun dijual. Berbeda de-ngan sawah ledok, setelah panenpadi, sawah geledugan biasanya di-tanarni tanaman palawija, sepertijagung, ubi jalar, kacang panjang,dan mentimun. Sebab, tanamanpalawija tidak membutuhkan ba-nyak air, tahan kekeringan, dan sa-ngat bermanfaat untuk memulih-kan kesuburan tanah serta mernu-tus daur hidup hama padi.

Tergerus revolusi hijauPada akhir 1960-an keteraturan

pola tanam padi sawah mengalarniperubahan drastis karena diperke-nalkannya berbagai varietas benihpadi unggul hasil impor dari Filipi-na melalui program revolusi hijau.Pengenalan varietas padi baru ter-sebut menyebabkan sejumlah per-

ubahan, seperti tidak seragam danacak-acakannya pola tanam padi,rentannya ketersediaan air di mu-sim kemarau, serta ledakan berba-gai hama (bandingkan Lansing1991).

Selain itu, revolusi hijau meng-akibatkan kepunahan beragam va-rietas padi lokal karena tergusurbenih padi komersial yang harusdibeli petani. Pupuk organik pundigantikan pupuk pabrikan. Tena-ga kerbau kalah bersaing dengantraktor yang rakus bahan bakarminyak, yang di masa depan bakalkian langka. Biopestisida hasil ra-cikan petani digantikan pestisidapabrikan yang meracuni organis-me musuh alarni hama padi sertamencemari air sawah,Akibatnya, teknologi mina padi

yang adaptif dan menguntungkanpetani kian sulit dipraktikkan disawah yang telah dipenuhi racunpestisida. Revolusi hijaujuga telahmengorbankan petani generasitua yang sarat pengalaman lapang-an. Pasalnya, orang-orang tua yangawalnya merupakan sumber gene-rasi muda menimba pengetahuanekologi lokal serta pengetahuanhidup mencari nafkah di pedesaantelah diabaikan. Generasi mudaseolah-olah tidak memerlukan lagipengetahuan kolot,

Akibatnya, program itu tidaksaja gagal mengangkat kesejahte-raan dan menjaga kemandirianpetani, tetapi juga mengikis habispengetahuan ekologi lokal petani.Padahal, pengetahuan ekologi 10-kal itu berfungsi adaptifbagi peta-ni terhadap lingkungannya, ter-masuk untuk menghadapi per-ubahan iklim.

JOHANISKANDARDosen Etnobiologi FMIPA dan

Peneliti PPSDAL-LPPMUnpad