Kebijakan Publik Dalam Perspektif Etika Administrasi Cikal

4
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia (bukan sebagai dosen, fransiskan, tukang becak). Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikkannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Hukum adalah norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah norma yang tidak dibiarkan untuk dilanggar. Orang yang melanggar hukum pasti dikenai hukuman sebagai sanksi. Terdapat hubungan erat antara moral dan hukum; keduanya saling mengandaikan dan sama-sama mengatur perilaku manusia. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum adalah kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya. Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma moral. Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti bila dalam masyarakat kesadaran moral mencapai tahap cukup matang. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat dalam bentuk salah satunya adalah hukum. Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. "Menghormati milik orang lain" misalnya merupakan prinsip moral yang penting. Ini berarti bukan saja tidak [email protected]

Transcript of Kebijakan Publik Dalam Perspektif Etika Administrasi Cikal

Page 1: Kebijakan Publik Dalam Perspektif Etika Administrasi Cikal

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia

(bukan sebagai dosen, fransiskan, tukang becak). Bidang moral adalah bidang

kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikkannya sebagai manusia. Norma-norma

moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan

manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai

pelaku peran tertentu dan terbatas.

Hukum adalah norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat

karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum

adalah norma yang tidak dibiarkan untuk dilanggar. Orang yang melanggar hukum

pasti dikenai hukuman sebagai sanksi.

Terdapat hubungan erat antara moral dan hukum; keduanya saling

mengandaikan dan sama-sama mengatur perilaku manusia. Hukum membutuhkan

moral. Hukum tidak berarti banyak kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Tanpa

moralitas, hukum adalah kosong. Kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh

mutu moralnya. Karena itu, hukum harus selalu diukur dengan norma moral.

Produk hukum yang bersifat imoral tidak boleh tidak harus diganti bila dalam

masyarakat kesadaran moral mencapai tahap cukup matang.

Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-

awang kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat dalam

bentuk salah satunya adalah hukum. Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan

dampak sosial dari moralitas. "Menghormati milik orang lain" misalnya merupakan

prinsip moral yang penting. Ini berarti bukan saja tidak boleh mengambil dompet

orang lain tanpa izin, melainkan juga milik dalam bentuk lain termasuk milik

intelektual, hal-hal yang ditemukan atau dibuat oleh orang lain (buku, lagu,

komposisi musik, merk dagang dsb).

Hal ini berlaku karena alasan etis, sehingga selalu berlaku, juga bila tidak

ada dasar hukum. Tetapi justru supaya prinsip etis ini berakar lebih kuat dalam

masyarakat, kita mengadakan persetujuan hukum tentang hak cipta, pada taraf

internasional, seperti konvensi Bern (1889).

Namun perbedaan di antara keduanya perlu tetap dipertahankan dan tidak

semua norma moral dapat serta perlu dijadikan norma hukum. Kendati pemenuhan

[email protected]

Page 2: Kebijakan Publik Dalam Perspektif Etika Administrasi Cikal

tuntutan moral mengandaikan pemenuhan tuntutan hukum, keduanya tidak dapat

disamakan begitu saja. Kenyataan yang paling jelas membuktikan hal itu adalah

terjadinya konflik antara keduanya.

Di bawah ini akan ditunjukkan beberapa poin penting perihal perbedaan

antara moral dan hukum.

Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dituliskan dan

secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undang-undang.

Karena itu norma yuridis mempunyai kepastian lebih besar dan

bersifat lebih objektif. Sebaliknya norma moral bersifat lebih subjef

dan akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi-diskusi yang

mencari kejelasan tentang apa yang dianggap etis atau tidak etis.

Tentu saja di bidang hukum pun terdapat banyak diskusi dan

ketidakpastian tetapi di bidang moral ketidakpastian ini lebih besar

karena tidak ada pegangan tertulis.

Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan

moral menyangkut juga sikap batin seseorang. Itulah perbedaan

antara moralitas dan legalitas (bdk Kant). Niat batin tidak termasuk

jangkauan hukum. Sebaliknya dalam konteks moralitas sikap batin

sangat penting. Orang yang hanya secara lahiriah memenuhi norma-

norma moral berlaku "legalistis". Sebab, legalisme adalah sikap

memenuhi norma-norma etis secara lahiriah saja tanpa melibatkan

diri dari dalam.

Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang

berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat

dipaksakan; orang yang melanggar hukum akan mendapat

sanksi/hukuman. Tetapi norma-norma etis tidak dapat dipaksakan.

Menjalankan paksaan dalam bidang etis tidak efektif juga. Sebab

paksaan hanya dapat menyentuh bagian luar saja, sedangkan

perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya

sanksi dalam bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang

karena menuduh si pelaku tentang perbuatannya yang kurang baik.

Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas

kehendak negara. Juga kalau hukum tidak secara langsung berasal

[email protected]

Page 3: Kebijakan Publik Dalam Perspektif Etika Administrasi Cikal

dari negara seperti hukum adat maka hukum itu harus diakui oleh

negara seupaya berlaku sebagai hukum. Moralitas didasarkan pada

norma-norma moral yang melampaui para individu dan masyarakat.

Dengan cara demokratis ataupun cara lain masyarakat dapat

mengubah hukum tetapi tidak pernah masyarakat mengubah atau

membatalkan suatu norma moral. Masalah etika tidak dapat

diputuskan dengan suara terbanyak.

Berhadapan dengan latar belakang pemikiran di atas kita lantas bertanya

apakah karena persoalan moral dan hukum yang begitu erat kaitannya sehingga

kasus Soeharto tidak bisa tuntas di mejahijau. Bapak Pembangunan di satu sisi

(persoalan moral) dan koruptor (yang harus dipecahkan secara hukum)

membingungkan seluruh warga bangsa ini untuk menentukan Soeharto sebagai

penjahat atau orang baik? Sulit memang jika ini menjadi dilema politik bangsa ini.

[email protected]