KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN LINGKUNGAN DAERAH

34
KEBIJAKAN PENINGKATAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KAPASITAS KELEMBAGAAN LINGKUNGAN DAERAH LINGKUNGAN DAERAH ASISTEN DEPUTI KELEMBAGAAN ASISTEN DEPUTI KELEMBAGAAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN Disampaikan pada Rapat AsistensiTeknis Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah Yogjakarta, 26-27 Mei 2012

description

KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN LINGKUNGAN DAERAH. ASISTEN DEPUTI KELEMBAGAAN LINGKUNGAN Disampaikan pada Rapat AsistensiTeknis Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah Yogjakarta, 26-27 Mei 2012. DASAR HUKUM. UU 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH. PP 50/2007 - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN LINGKUNGAN DAERAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KAPASITAS KELEMBAGAAN

LINGKUNGAN DAERAHLINGKUNGAN DAERAH

ASISTEN DEPUTI KELEMBAGAAN ASISTEN DEPUTI KELEMBAGAAN LINGKUNGANLINGKUNGAN

Disampaikan pada Rapat AsistensiTeknis Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah

Yogjakarta, 26-27 Mei 2012

DASAR HUKUMDASAR HUKUMDASAR HUKUMDASAR HUKUM

UU 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH UU 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PP 65/2005Penyusunan dan Penerapan SPM

(Standar Pelayanan Minimal)

Pasal 2:SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemda yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan PUU

SPM Bidang LH Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota

SPM Bidang LH Daerah Provinsi dan

Daerah Kabupaten/Kota

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

19 Sub-sub Bidang

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

19 Sub-sub Bidang

PP 41/2007Organisasi

Perangkat Daerah

Permendagri No.57/2007 Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

PP 41/2007Organisasi

Perangkat Daerah

Permendagri No.57/2007 Juknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

PP 50/2007Tata Cara

Pelaksanaan KSAD

Pasal 10:Dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tupoksi

PP 38/2007Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 9:Menteri menetapkan NSPK untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan

PP 38/2007Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 9:Menteri menetapkan NSPK untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan

SE Bersama Mendagri & MENLHKebijakan Penataan Kelembagaan LH Daerah (Badan/Kantor)

SE Bersama Mendagri & MENLHKebijakan Penataan Kelembagaan LH Daerah (Badan/Kantor)

Model Percontohan Pengelolaan LH

yang dilaksanakan melalui KSAD

Model Percontohan Pengelolaan LH

yang dilaksanakan melalui KSAD

PP 06/2008Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemeritahan Daerah

Pasal 2 ayat 2:EKPPD dilakukan untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik.

PP 06/2008Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemeritahan Daerah

Pasal 2 ayat 2:EKPPD dilakukan untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan kinerja berdasarkan prinsip tata kepemerintahan yang baik.

Indikator Kinerja Kunci Bidang LHIndikator Kinerja Kunci Bidang LH

Penataan DesentralisasiPenataan Desentralisasi

PENYELENGGARAAN URUSAN

BIDANG LH

Arah Kebijakan LH dalam Peningkatan kapasitas Kelembagaan

Kebijakan OTDALingkungan Hidup

Kebijakan Lingkungan Hidup

Kebutuhan Kelembagaan

Lingkungan HidupYang Optimal

Provinsi

Sinkronisasi, sinergiHarmonisasi perangkat kebijakan

Kapasitas Kelembagaan Penataan KelembagaanKebijakan Kelembagaan

Bentuk Kelembagaan,Pendanaan, peraturan,SDM, sarana, kewenangan

Mekanisme hubungan kerja, Pembagian kewenangan,Pelaksanaan OTDA, kerjasamaAntar daerah

Mitra kerja: Kemendagri, BKNKemen PANRB

Mitra kerja: Kemendagri, BKNKemen PANRB, PSL, Pakar kelembagan, PPE, PEMDA

Mitra kerja: Kemendagri, BKNKemen PANRB, PSL, Pakar kelembagan, PPE, PEMDA

Pusat PPE

Kab/Kota

Keluaran:Permen, SE, SKB

Keluaran:Peta Kapasitas, Pedoman,Kajian/analisis, Sistem Informasi

Keluaran:MoU, PerMen, Pedoman

Lingkup Materi:

Kelembagaan:Kebijakan Kelembagaan LH DaerahHasil Monev Kapasitas Kelembagaan LH DaerahModel SOTK Kelembagaan LH Daerah Berdasarkan Tipologi daerahIKK Bidang LH

Kelembagaan:Kebijakan Kelembagaan LH DaerahHasil Monev Kapasitas Kelembagaan LH DaerahModel SOTK Kelembagaan LH Daerah Berdasarkan Tipologi daerahIKK Bidang LH

Jabatan Fungsional:•Ketentuan Jabatan Fungsional Bidang LH•Pelaksanaan butir kegiatan pada jabatan fungsional PEDAL•Pelaksanaan butir kegiatan pada jabatan fungsional Pengawas LH

Jabatan Fungsional:•Ketentuan Jabatan Fungsional Bidang LH•Pelaksanaan butir kegiatan pada jabatan fungsional PEDAL•Pelaksanaan butir kegiatan pada jabatan fungsional Pengawas LH

Standar Pelayanan Minimal:•Evalusi Penerapan dan Pencapaian SPM Bidang LH•Indikator SPM Bidang LH•Laporan SPM Bidang LH dan Monev SPM Bidang LH

Standar Pelayanan Minimal:•Evalusi Penerapan dan Pencapaian SPM Bidang LH•Indikator SPM Bidang LH•Laporan SPM Bidang LH dan Monev SPM Bidang LH

Tiga Kesepakatan Mendasar Terkait Penataan Kelembagaan LH Daerah

(Rakornas Revitalisasi Kelembagaan LH Daerah 21 Juli 2007)

1. Isu Lingkungan Hidup menjadi priotas utama dalam kegiatan pembangunan2. Pertimbangan lingkungan menjadi basis utama perencanaan dan implementasi

pembangunan3. Lembaga lingkungan hidup sejajar dengan lembaga perencanaan; diarahkan

pada:a. Terbentuknya kelembagaan yang mandiri dan dapat bersinergi diantara

kelembagaan ditingkat Pusat maupun Daerah b. Meningkatnya dukungan dari anggota legislatif dan pejabat eksekutifc. Berkembangnya profesionalitas dan kulalitas pengelolaan lingkungan hidup

Masukan Rapat Kerja Asistensi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

(PPE Sumatera, Jawa, Kalimantan, Balinusra dan Sumapapua)Maret s/d Mei 2011

1. Lembaga LH Daerah harus berbentuk Badan (setingkat eselon II), dengan nomenklatur yang sama (saat ini “Badan Lingkungan Hidup Daerah”)

2. Penempatan SDM pada lembaga lingkungan hidup daerah harus memenuhi kriteria yang sesuai dibidang lingkungan hidup.

3. Rendahnya dana APBD untuk bidang lingkungan hidup daerah4. Perlu ada kejelasan Pola Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) pada SKPD

Bidang Lingkungan Hidup, jumlah bidang yang dapat dibentuk, dan penjelasan teknis tugas dan fungsi.

5. Diperlukan Struktur dan Tupoksi lembaga LH daerah sesuai dengan tipologi dan karakteristik daerah.

6. Perlu ada contoh pilot project untuk Kabupaten/Kota dalam peningkatan kapasitas kelembagaan lingkungan hidup daerah.

7. Diperlukan sosialisasi Kebijakan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan LH Daerah kepada Bupati dan Walikota.

1.Terbentuknya satu lembaga khusus yang menangani masalah lingkungan2.Adanya keberpihakan pada bidang lingkungan hidup (political will) dari pemerintah daerah yang dijelaskan dalam SOTK Lembaga LH daerah3.Pengelolaan lingkungan hidup harus kuat dan fleksibel 4.Tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai keahlian spesifik5.Koordinatif, dapat mengintegrasikan lintas sektor6.Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan seperti Laboratorium untuk menunjang kegiatan penanganan masalah lingkungan7.Program/kegiatan yang inovatif dan berkelanjutan

Unsur yang perlu Diperhatikan Dalam Penataan Kelembagaan Lingkungan

Hidup :

Kelembagaan Lingkungan Hidup berdasarkan Empat Kuadran

KUAT OPTIMAL

•Kepemimpinan •Pendanaan•Operasional•Kewenangan•Mandiri•Program/kegiatan

•Kepemimpinan•Komitmen (eksekutif/legislatif)•Koordinatif/operasional•Integrated/profil lingkungan•Pendanaan•Dukungan publik•Kewenangan•Program/kegiatan strategis•Profil lingkungan

MINIMAL LEMAH

•Lembaga•Pendanaan

•Lembaga •Pendanaan•Operasional•Kewenangan

Ctt : kelembagaan lingkungan hidup harus ada dalam kuadran yang optimal

KelembagaanKelembagaan

Proses revisi PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

Mengatur: •Lembaga Lingkungan Hidup diwadahi dalam bentuk Dinas•Dinas dikelompokan dalam 3 tipe (Variabel faktor umum dan faktor teknis)Tipe A --- skor > 750Tipe B --- skor 500 - 750Tipe C --- skor < 750

Alasan Lingkungan Hidup dalam bentuk Dinas --- Lingkungan Hidup merupakan pelayanan dasar

Dinas Lingkungan Hidup dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional

Monitoring dan Evaluasi Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

Tujuan:Untuk mengetahui kinerja atau tingkat pencapaian suatu kelembagaan LH Daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

Sasaran:Peningkatan Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

Kelembagaan SDM Dana Pelaksanaan

Tupoksi Pelaksanaan

Program

Faktor yang dinilai pada pelaksanaan Monev Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

Faktor yang dinilai pada pelaksanaan Monev Kapasitas Kelembagaan LH Daerah

Tingkat partisipasi masyarakat

Tingkat Permasalahan dan kondisi SDA

Media massa Dukungan

penegakan hukum Kebijakan

Pemerintah

FAKTOR INTERNALPotensi yang ada di lembaga LH Daerah

FAKTOR INTERNALFaktor yang ada diluar

lembaga LH Daerah, namun dapat mempengaruhi

kinerja Lembaga LH daerah

Kelembagaan LH Daerah Kelembagaan LH Daerah

IKK Bidang LH

Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja.

Indikator Kinerja Kunci (IKK) adalah indikator kinerja utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

PERATURAN MENDAGRINOMOR:

73 TAHUN 2009

IKK PROVINSI :Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL lintas Kab/KotaCakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air lintas/DAS lintas Kab/KotaPencemaran status mutu airPencemaran udaraTempat pembuangan sampah (TPS) per satuan pendudukPenegakan Hukum Lingkungan

IKK KOTA:Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDALPencemaran status mutu air lintas Kabupaten/KotaCakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata airPenanganan sampahPenegakan hukum lingkungan Kebersihan, keindahan dan kenyamanan lokasi pelayanan publik

IKK KABUPATEN:Pencemaran status mutu airCakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air Penanganan sampahCakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDALTempat pembuangan sampah (TPS) persatuan pendudukPenegakan Hukum Lingkungan

Model SOTK Lembaga LH Daerah Berdasarkan Tipologi Daerah (Daerah Rawan Bencana, Padat Industri, Konservasi dan Pesisir

Latar belakang:•Perlunya peningkatan kapasitas kelembagaan LH daerah •Adanya kebutuhan lembaga lingkungan hidup daerah dalam penyusunan SOTK kelembagaan LH Daerah

Tujuan:Tersusunnya SOTK Lembaga LH Daerah berdasarkan kebutuhan daerah yang disesuaikan dengan Tipologi Daerah

Sasaran:Meningkatnya kapasitas kelembagaan lingkungan hidup daerah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Proses Pelaksanaan Penyusunan Model SOTK Lembaga LH Daerah

Berdasarkan Tipologi Daerah

1. Koordinasi dengan tenaga ahli berdasarkan tipologi daerah yang akan dikaji

2. Koordinasi dengan Lembaga Lingkungan Hidup Daerah sebagai daerah contoh: BLH Kabupaten Bantul , Kabupaten Cirebon, Kota Padang --- untuk tipologi daerah Rawan Bencana BLH Kabupaten Purwakarta, Kota Cilegon --- untuk tipologi daerah Padat Industri BLH Kabupaten Kuningan --- untuk tipologi daerah Konservasi BLH Kabupaten Sukabumi, Kota Tanjung Pinang --- untuk tipologi daerah Pesisir

3. Koordinasi dengan PPE Jawa dalam rangka uji coba SOTK

4. Pertemuan dan uji coba dengan lembaga lingkungan hidup daerah

TindaklanjutTindaklanjut

1. Penyusunan Peraturan MENLH tentang Pedoman Penyusunan SOTK Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah Berdasarkan Tipologi Daerah

2. Penyusunan hasil uji coba model SOTK yang telah dilakukan dibeberapa daerah yang dijadikan contoh

2. Asistensi ke daerah dalam rangka penyusunan SOTK Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah

SPM Bidang LHSPM Bidang LH

Rendahnya komitmen para pengambil keputusan di daerah terhadap penerapan dan pencapaian SPM;

Perencanaan yang belum jelas dalam penerapan dan pencapaian SPM;

Belum terintegrasinya program kegiatan antara pemerintah daerah;

Rendahnya penganggaran; Ketersediaan sarana dan prasarana; SDM termasuk pejabat pengawas; Kapasitas Kelembagaan.

ROAD MAP PELAKSANAN SPM

20082008PERMEN LH No. 19/2008 ttg SPM Bid. LH daerah dan Kab/Kota dan No. 20/2008 ttg Petunjuk Teknis SPM Bid. LH daerah dan Kab/Kota

20092009 Belum satu pun provinsi dan kabupaten/kota melakukan penerapan dan pencapaian SPM

2010 2010 Laporan SPM :2 Daerah Provinsi (D.I. Jogjakarta dan Sumatera Barat)

20112011Laporan SPM :a. 15 Daerah Provinsib. 39 Kabupaten/Kota

20122012Pencapaian SPM di targetkan pada 33 Provinsia.BINTEK SPM (substansi);b.Asistensi Pelaporan PP SPM;c.Penyusunan Laporan SPM 2011;d.MONEV SPM 2011.

20132013a.Batas Waktu Pencapaian SPM Bidang LH berakhir;b.BINTEK SPM (substansi);c.Asistensi Pelaporan PP SPM;d.Penyusunan Laporan SPM 2012;e.MONEV SPM 2012. 20142014

a.a. MONEV DAN MONEV DAN PELAPORAN SPMPELAPORAN SPM 2013;2013;b. PENGEMBANGAN b. PENGEMBANGAN SPMSPM

PENERAPAN SPM TAHUN 2011

TINGKAT DAERAH

REGIONAL

JAWA BALI

PROVINSI - Yang sudah menerapkan SPM 67%- Yang belum menerapkan SPM 33%

-Yang sudah menerapkan SPM 33 %- Yang belum menerapkan SPM 67 %

KAB/KOTA -Yang sudah menerapkan SPM 32,75 %- Yang belum menerapkan SPM 67,25 %

-Yang sudah menerapkan SPM 8,57 %-Yang belum menerapkan SPM 91,43%

PENERAPAN SPM TAHUN 2010

TINGKAT DAERAH

REGIONAL

JAWA BALI

PROVINSI - Yang sudah menerapkan SPM 67 %- Yang belum menerapkan SPM 33 %

-Yang sudah menerapkan SPM 33,33 %- Yang belum menerapkan SPM 66,6 %

KAB/KOTA -Yang sudah menerapkan SPM 18,96 %- Yang belum menerapkan SPM 81,04 %

-Yang sudah menerapkan SPM 5,66 %-Yang belum menerapkan SPM 94,4 %

PP No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS) kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri

PP No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS) kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri

DASAR HUKUM

Jabatan FungsionalJabatan Fungsional

Orientasi Struktural; Alokasi tunjangan jabatan fungsional di

daerah (komitmen pemerintah daerah); Pembinaan/sistem karier di daerah yang tidak

berjalan baik (pengangkatan, pembinaan dan penilaian angka kredit, tim penilai);

Politisasi SDM

Arah Reformasi Birokrasi

REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI

Upaya melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah terutama menyangkut

Kelembagaan (Organisasi)

Ketatalaksanaan (Business proses)

Sumber daya manusia aparatur

Salah Satu Misi Reformasi Birokrasi

Melaksanakan restrukturisasi organisasi (Kelembagaan) pemerintah yang tepat fungsi dan tepat ukuran

Dalam rangka mendukung right sizing maka KLH telah mengembangkan jabfung Pengawas LH diluar Jabfung PEDAL

Pembentukan Jabfung Pengawas LH ini merupakan mandat UU 32 TH 2009 tentang PPLH

Deputi MENLHBidang Pembinaan Sarana Teknis

Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas

Deputi MENLHBidang Pembinaan Sarana Teknis

Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas

Asdep Kelembagaan Lingkungan

Asdep Kelembagaan Lingkungan

Bid. Administrasi dan Pengembangan

Jabfung

Bid. Administrasi dan Pengembangan

Jabfung

• Pelaksanaan urusan administrasi Jabfung• Penyiapan bahan pengembangan Jabfung

UU 32 Tahun 2009

Tentang “PPLH”

UU 32 Tahun 2009

Tentang “PPLH”

Pasal 71 ayat (3) :

Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota menetapkan pejabat Pengawas LH yang merupakan jabatan fungsional

Pasal 71 ayat (3) :

Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota menetapkan pejabat Pengawas LH yang merupakan jabatan fungsional

Dasar Hukum

PENGEMBANGAN JABATAN

FUNGSIONAL BIDANG LH

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS LH

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS LH

JABATAN FUNGSIONAL PEDAL

JABATAN FUNGSIONAL PEDAL

Pengembangan SDM aparatur

1. PEDAL1. PEDAL

Meliputi kegiatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan, pengembangan perangkat pengendali dampak lingkungan, pengawasan dan Pengendali dampak lingkungan.

Meliputi kegiatan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan, pemulihan kualitas lingkungan, pengembangan perangkat pengendali dampak lingkungan, pengawasan dan Pengendali dampak lingkungan.

2. PENGAWAS2. PENGAWAS

Melaksanakan pengawasan LH secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan dalam ijin lingkungan dan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Melaksanakan pengawasan LH secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan dalam ijin lingkungan dan peraturan perundang-undangan dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Tugas Pokok

Arah Kebijakan KLH dalam Arah Kebijakan KLH dalam Jabatan Fungsional Bidang LHJabatan Fungsional Bidang LH

KEBIJAKAN KEBIJAKAN JAFUNGJAFUNG

PENING-PENING-KATAN KATAN

KAPASITAS KAPASITAS JAFUNGJAFUNG

PENATAAN PENATAAN JAFUNGJAFUNG

Kebijakan Jafung Kebijakan Jafung Bidang LHBidang LH

Sinkronisasi, Sinkronisasi, sinergi, sinergi,

harmonisasi harmonisasi perangkat perangkat kebijakankebijakan

Target Prioritas Revitalisasi Kebijakan

Jafung bidang LH : - Amandemen Jafung PEDAL

- Pengembangan jafung Pengawas

- BUP dan tunjangan jabatan fungsional;

- JUKLAK dan JUKNIS

Dasar Hukum Jafung Bidang

LH

Peningkatan Kapasitas Peningkatan Kapasitas Jafung Bidang LHJafung Bidang LH

Pembinaan Pembinaan Teknis Teknis Jafung Jafung

bidang LHbidang LH

Target Prioritas

Pendidikan dan

Pelatihan

Peningkatan kapasitas

PenataanPenataan Jafung Bidang Jafung Bidang LHLH

Sikronisasi kebijakan, Sikronisasi kebijakan, mekanisme mekanisme

pembinaan dan pembinaan dan pengembangan karierpengembangan karier

Target Prioritas Pembinaan Tim Penilai

daerah; Pengangkatan dan

penataan kepangkatan pejabat fungsional;

PeniIaian dan penetapan angka kredit

pejabat fungsional; Pemenuhan butir

kegiatan; Insentif dan disinsentif.

Penataan jabatan

fungsional