KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON …
Transcript of KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON …
i
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Diajukan oleh:
Gilang Herlandi
18610018
PROGRAM MAGISTER (S-2)
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2020
ii
PENGESAHAN
TESIS
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Oleh :
GILANG HERLANDI
18610018
Disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : 10 Maret 2020
Susunan Tim Penguji
Pembimbing (Ketua Tim Penguji)
Dr. E.W. Tri Nugroho …………………………
Peguji I
Drs. Hardjono M.Si …………………………
Penguji II
Dr. R. Widodo Triputro, MM, MSi. …………………………
Yogyakarta, 10 Maret 2020
Mengetahui
Direktur Program Magister
Program Studi Ilmu Pemerintahan
Dr. Supardal, M.Si
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Gilang Herlandi
Nomor Mahasiswa : 18610018
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul adalah betul-
betul karya saya sendiri, hal-hal yang bukan karya saya sendiri dalam tesis
tersebut telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Yogyakarta, 21 Februari 2020
Pernyataan
Gilang Herlandi
iv
MOTTO
“Memulai dengan penuh keyakinan
Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah,6-8)
Hidup bukanlah tentang „aku bisa saja‟, namun tentang „aku mencoba‟.
Jangan pikirkan tentang Kegagalan, itu adalah pelajaran.
(Soekarno)
v
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kusembahkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas takdirmu saya
bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga
keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku, dalam meraih
cita-cita. Saya persembahkan karya Tulis Ini Kepada :
Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan kasih sayang berlimpah dari
mulai saya lahir, terima kasih banyak atas semua kebaikan, keringat, dan doa yang
tak berkesudahan. Terima kasih atas segala dukungan kalian, baik dalam bentuk
materi maupun moril. Karya ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai wujud
rasa terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga saya dapat
menggapai cita-cita.
Abangku terimakasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan untuk
adekmu ini, kalian adalah tempat saya berlari ketika saya tidak ada yang
memahami di luar rumah.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala
limpahan karunia dan hidayah yang diberikan kepada hambanya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Kebijakan Pengembangan Pariwisata
Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar pada Program Studi Magister Ilmu
Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Banyak tantangan maupun kendala dalam penulisan tesis ini. Namun,
dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan limpahan rasa hormat,
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Supardal, M.Si selaku Direktur Program Magister Ilmu
Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta yang turut membantu penulis untuk memenuhi persyaratan demi
menyelesaikan pembuatan tesis.
2. Bapak Dr. E. W. Tri Nugroho selaku dosen pembimbing 1 (satu) dan Bapak
Drs. Hardjono, M.Si selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan
banyak waktu untuk memberikan bimbinganm arahan, petunjuk, dorongan,
semangat, kritik dan saran yang sangat berarti sehingga penulis dapat
menumbuhkan pengetahuan penulis dalam menyelesikan penulisan tesis.
3. Bapak Dr. R. Widodo Triputro selaku penguji II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan untuk memperbaik tesis ini.
vii
4. Kepada para dosen serta pengelola pascasarjana Ilmu Pemerintahan Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”.
5. Dinas pariwisata Kabupeten Gunungkidul Ibu Yuni Hartini, SP, M.Si, Bapak
Supartono, ST, MT, Bapak Sudjarwono, SH, Bapak Supriyanta, S.Sos,MM.
Beserta jajarannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
bersedia membantu dalam mengumpulkan data.
6. Keluarga dan sahabat-sahabatku angkatan 21 (dua satu) yang telah
memberikan bantuan, doa, dan nasehat dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Teman-teman kost 51 yang telah memberikan hiburan dan terimakasih atas
supportnya.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa tesis ini bukan
merupakan suatu hal yang instan, masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
Yogyakarta, 21 Februari 2020
Penulis,
Gilang Herlandi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
INTISARI ..................................................................................................... xii
ABSTRACT ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 14
C. Rumusan Masalah ................................................................... 14
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 15
E. Kerangka Konseptual .............................................................. 15
1. Kebijakan Publik ............................................................... 16
2. Pengembangan Pariwisata ................................................. 22
3. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul...................................................................... 29
F. Metode Penelitian.................................................................... 31
1. Jenis Penelitian .................................................................. 31
ix
2. Obyek Penelitian ............................................................... 32
3. Lokasi Penelitian ............................................................... 32
4. Teknik Pemilihan Informan ............................................... 33
5. Teknik Pengambilan Data .................................................. 34
6. Teknik Analisis Data ......................................................... 35
BAB II PROFIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN DINAS
PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL ........................ 37
A. Profil Kabupaten Gunungkidul ................................................ 37
B. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul ............................... 49
BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
PANTAI BARON ......................................................................... 57
A. Kebijakan Pengembangan ....................................................... 57
1. Pengembangan Destinasi Pariwisata Pantai Baron ............. 63
2. Pengembangan Pemasaran dan Promosi Pariwisata ........... 75
3. Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata ........ 79
B. Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................... 89
1. Faktor Pendukung.............................................................. 89
2. Faktor Penghambat ............................................................ 94
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 99
A. Kesimpulan ............................................................................. 99
B. Saran ...................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas Kecamatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 .............. 33
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 ............ 38
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2017 .......................................................... 43
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 ........................................ 44
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Gunungkidul, 2017 .................................................. 45
Tabel 3.1 Rencana pengembangan berdasarkan zona di pantai Baron ........ 61
xi
INTISARI
Kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul melalui Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No 3 Tahun
2014 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA)
Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025. Peraturan daerah ini 3 komponen
kegiatan pengembangan pariwisata, yakni: bidang pengembangan destinasi,
bidang pemasaran dan bina usaha, dan bidang industri dan kelembagaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan pengembangan
pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul dan faktor pendukung dan
penghambat dalam pengembangannya.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni
memperjelas suatu masalah atau informasi masalah sosial dilapangan yang tidak
diketahui dan selanjutnya menjadi tahu sehingga memberikan gambaran terhadap
permasalahannya, kemudia didukung dengan data kualitatif yang diungkapkan
dalam bentuk kata-kata yang telah dianalisis sehingga mampu menjelaskan suatu
permasalahan yang dihadapi. Teknik penentuan subjek penelitian menggunakan
teknik snowball sejumlah 10 informan, yakni 4 pejabat dilingkungan Dinas
Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, 3 pelaku usaha, dan 2 wisatawan yang
berkunjung di pantai Baron.
Kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul melalui pengembangan destinasi sudah cukup baik
pengembangannya dengan adanya fasilitas yang cukup lengkap, promosi
pariwisata menggunakan media sosial, media cetak, event-event dan pameran
pariwisata, melalui industri dan kelembagaan ditandai dengan partisipasi
masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata yang ikut mengelola
wisata pantai Baron. Faktor pendukung pengembangan pariwisata pantai Baron
ialah pantai yang memiliki ciri khas pasir putih yang tidak dimiliki pantai-pantai
lain, etos dan semangat kerja masyarakat dalam mengelola wisata. Faktor
penghambat pengembangan ialah letak geografi Kabupaten Gunungkidul dataran
tinggi yang berpengaruh pada infrastuktur, penginapan yang masih terbatas,
kelembagaan dan anggaran yang terbatas sehingga mempengaruhi berbagai hal
lain dalam pengembangan pariwisata.
Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Pariwisata
xii
ABSTRACT
Baron beach tourism development policy in Gunungkidul District through
Gunungkidul District Regulation No. 3 of 2014 concerning the Gunungkidul
District Regional Tourism Development Plan (RIPPARDA) 2014-2025. These
regional regulation are 3 components of tourism development activities, namely:
the field of destination development, the field of marketing and business
development, and the industrial and institutional fields. This study aims to
determine how the policy of Baron beach tourism development in Gunungkidul
Regency and supporting and inhibiting factors in its development.
This research method uses descriptive qualitative method that clarifies a
problem or information on social problems in the unknown field and then
becomes know so as to provide an overview of the problem, then supported by
qualitative data expressed in the form of words that have been analyzed so as to
explain an issue faced with. The technique of determining the research subjects
was using 10 informants as a snowball technique, namely 4 officials in the
Gunungkidul Regency Tourism Office, 3 business people, and 2 tourists visiting
Baron beach.
The policy of developing Baron beach tourism in Gunungkidul Regency
through the development of destinations is already quite good development with
the presence of sufficiently complete facilities, promotion of tourism using social
media, print media, tourism events and exhibitions, through industry and
institutions characterized by the participation of people who are members of the
conscious group. tourist who helped manage the Baron beach tour. The supporting
factor for the development of Baron beach tourism is the beach which has the
characteristics of white sand that is not owned by other beaches, ethos and the
spirit of community work in managing tourism. The inhibiting factor of
development is the geographic location of the highlands of Gunungkidul Regency,
which has an effect on infrastructure, limited accommodation, limited institutions
and budgets so that it influences various other factors in tourism development.
Keywords: Implementation, Policy, Tourism
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pariwisata menjadi salah satu primadona bagi negara-negara dalam
meningkatkan sumber pendapatannya diluar migas dan pajak. Indonesia yang
memiliki keragaman budaya dan wisata melimpah itu mampu mengatasi
masalah-masalah mendasar dengan penguatan ekonomi dari penerimaan
devisa/pendapatan daerahnya, sebagai negara yang memiliki keragaman
melimpah, Indonesia dapat mengembangkan potensinya, misalnya dari segi
pariwisata sebab wisatawan yang berkunjung ke Indonesia mencari atau
menikmati keindahan pariwisata Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu
sub sektor pembangunan yang secara terus menerus diupayakan
pengembangannya secara efisien dan efektif agar dapat menjadi salah satu
andalan kegiatan perekonomian nasional dan daerah. Karena pariwisata
mendorong munculnya kesempatan kerja yang besar di dalamnya menyangkut
kegiatan usaha jasa transportasi, jasa perbankan, industri dan kerajinan yang
menghasilkan barang-barang cinderamata serta keperluan hotel dan restoran
yang memungkinkan untuk memperluas jumlah mata pencaharian serta
pendapatan berbagai golongan masyarakat.
Dalam pengembangan pariwisata tidak hanya pemerintah sendiri yang
melakukan tetapi pihak-pihak lain juga ikut andil dalam pembangunan
infrastruktur, fasilitas sosial seperti toilet, tempat ibadah, dan keamanan,
2
Perdagangan, seperti rumah makan, buah-buahan, cinderamata berbahan
kerang seperti bros, tirai kerang, lampu hias, cermin berhias karang, dan
figura, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Pengembangan suatu daerah wisata dapat disesuaikan oleh pemerintah
daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Saat ini
merupakan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah.
Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
kemauan untuk mengembangkannya. Pemerintah daerah bebas berkreasi
dalam membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan
hukum yaitu perundang-undangan. Sektor pariwisata merupakan salah satu
sektor yang potensial yang dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber
pendapatan bagi daerah. Secara luas pariwisata juga dipandang sebagai
kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses
pembangunan, karena menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik.
Industri pariwisata perlu dimanfaatkan dalam pengembangan dan
meningkatkan mutu daerah tujuan wisata, untuk melaksanakan terciptanya
kondisi yang diharapkan dalam mengembangkan pariwisata maka perlu
adanya sapta pesona. Sapta pesona adalah kondisi yang harus di wujudkan
dalam rangka menarik wisatawan agar berkunjung ke suatu kawasan obyek
wisata. Sapta pesona mencakup unsur keamanan, ketertiban, kebersihan,
kesejukan, keindahan, keramah-tamah, dan kenangan. Sapta pesona adalah
salah satu unsur pokok dalam pengembangan dan peningkatan kepariwisataan
3
pada suatu daerah tujuan wisata. Indonesia yang merupakan negara dengan
destinasi tempat wisata yang beragam dalam menciptakan kondisi dan kualitas
pariwisata yang lebih baik maka diwujudkan dengan Sapta Pesona. Sapta
Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap
lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk
mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan sapta pesona merupakan inti dari program pemerintah
dalam meningkatkan sadar wisata masyarakat dan merupakan dalam
meningkatkan sadar wisata masyarakat dan merupakan syarat mutlak dalam
usaha pembangunan pariwisata kearah yang lebih mantap oleh karena itu sapta
pesona dijadikan program nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran
serta tanggung jawab segenap lapisan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Sapta pesona yang mengandung tujuh unsur yang menentukan citra baik
terhadap objek wisata, kehadirannya memang sangat begitu terasa penting dan
sudah saatnya dibutuhkan, bukan hanya sebagai kebutuhan pokok wisatawan,
tetapi juga sebagai tolak ukur dalam meningkatkan kualitas pariwisata.
Pelaksananaan sapta pesona merupakan inti dari program dalam meningkatkan
sadar wisata masyarakat dan merupakan syarat dalam usaha pengembangan
pariwisata kearah yang lebih baik. Sapta pesona sebagai pedoman nasional
yang memiliki tujuan. Adapun prinsip sapta pesona sebagai berikut :
1. Keamanan: Kondisi yang memiliki makna menciptakan lingkungan yang
aman bagi wisawatan dan berlangsunya kegiatan kepariwisataan, sehingga
4
wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya ke
suatu destinasi wisata.
2. Ketertiban: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang
tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu
memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.
3. Kebersihan: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang
bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu
memberikan layanan higienis bagi wisatawan.
4. Kesejukan: terciptanya lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman
dan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan
kunjungan yang lebih lama.
5. Keindahan: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang
indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu
menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang
mendalam bagi wisatawan sehingga mendorong promosi ke
kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.
6. Keramahan: kondisi yang mengandung makna menciptakan lingkungan
yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu
menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti rumah sendiri
bagi wisatawan. Sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi
yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.
5
7. Kenangan: kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat.
Mengandung makna menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan,
sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat
terus menerusmembekas dalam benak wisatawan dan menumbuhkan
motivasi kunjungan ulang. (Riant Nugroho, 2018:104)
Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip
pengembangan adalah Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan
kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Dalam
(Pasal 8: ayat 1) Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana
induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota.
Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 2009 bahwa
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
Pemerintah daerah diharapkan mampu menentukan sektor-sektor
strategis yang dapat mendorong terlaksananya pembangunan di daerah.
Pemerintah daerah telah melakukan suatu upaya strategis dengan membuat
6
kebijakan yang diharapkan mampu mendorong terlaksanakannya
pembangunan sektor kepariwisataan daerah agar dapat memberikan kontribusi
positif bagi daerah dan masyarakat.
Pemerintah daerah merupakan pihak yang memiliki kewenangan untuk
menangani permasalahan tersebut melalui kebijakan dan upaya pembangunan
yang dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mencapai
sasaran pembangunan pada era otonomi. Pariwisata tidak dapat berdiri sendiri
dalam pelaksanaan pengembangan. Perlu dukungan berbagai sektor terkait
dalam menjamin terselenggarakannya pengembangan sektor pariwisata. Selain
itu, pengembangan sektor pariwisata di suatu daerah tidak hanya bergantung
kepada upaya yang dilakukan pemerintah, akan tetapi memerlukan peran serta
aktif dari pihak swasta dan masyarakat. Peran pihak swasta penting dalam
kerangka menopang keterbatasan kemampuan pemerintah untuk membangun
berbagai daya tarik wisata dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya.
Sementara itu, peran masyarakat sangat penting agar pengembangan
kepariwisataan yang dilakukan berdampak signifikan terhadap pengelolaan
obyek wisata serta upaya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Pariwisata merupakan salah satu pilar utama yang digalakkan oleh
pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan sebagai destinasi wisata bukan
hanya membangun infrastruktur yang berorientasi pada kepentingan bisnis,
namun juga harus bervisi pada adat istiadat dan budaya. Implikasi dari
berkembangnya konsep otonomi dalam pelaksanaan pembangunan daerah
7
yaitu bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk
menata, mengelola dan memanfaatkan setiap aset dan sumber daya daerah
yang potensial untuk diberdayakan agar dapat memberikan kontribusi yang
nyata bagi perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup bagi
masyarakat.
Salah satu kabupaten yang saat ini gencar mengembangkan sektor
pariwisata adalah Kabupaten Gunungkidul. Arah kebijakan dan strategi
pembangunan destinasi pariwisata daerah Kabupaten Gunungkidul meliputi:
a. Perwilayahan destinasi pariwisata;
b. Pembangunan daya tarik wisata;
c. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata;
d. Pembangunan aksesbilitas atau transportasi;
e. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
f. Pembangunan investasi di bidang pariwisata. (Perda Kabupaten
Gunungkidul Nomor 3 Tahun 2014).
Wisata pantai Baron merupakan salah satu pantai yang menjadi ikon
dari pantai-pantai yang ada di sepanjang pesisir Kabupaten Gunungkidul,
karena pantai Baron merupakan pantai yang dikelola dan dikembangkan
pertama kali oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai destinasi tujuan
wisata. Deretan pantai indah terbentang di Kawasan selatan Kabupaten
Gunungkidul, pantai yang akan menyapa pertama kali sebagai pintu gerbang
adalah pantai Baron. Keindahan pantai Baron yang eksotis dan sibuknya
aktifitas nelayan yang pulang melaut akan memanjakan mata kita untuk
8
menyatu dengan pesona alam. Bukit-bukit berjajar mengelilingi pantai
menambah keelokan paras pantai Baron. Disebelah barat, terdapat muara air
sungai bawah tanah (air tawar) yang mengalir langsung ke laut. Terdapat juga
pedagang yang menjajakan hasil tangkapan nelayan yang dapat langsung
dimasak dan dimakan di tempat atau dijadikan oleh-oleh.
(http://wisata.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 7 Mei 2019)
Namun demikian, kepariwisataan di Kabupaten Gunungkidul masih
perlu penataan dan pengembangan secara optimal sesuai dengan daya dukung,
potensi, visi kepariwisataan, sekaligus dapat mengubah citra Kabupaten
Gunungkidul yang dikenal sebagai daerah miskin, tandus dan terkikis menjadi
daerah tujuan wisata yang "handayani"; yaitu daerah tujuan wisata yang
berdaya guna, berhasil guna dan handal bagi wisatawan, masyarakat dan
pemerintah/daerah. Dalam rangka penataan dan pengembangan obyek dan
daya tarik wisata diperlukan suatu proses perencanaan yang matang, terarah
dan terpadu sehingga dapat menjadi acuan pengembangan wisata yang
berkesinambungan dan berkelanjutan serta tepat fungsi dan sasaran dengan
melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Pariwisata pantai menjadi ciri khas daerah Kabupaten Gunungkidul.
Salah satunya yang menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun asing saat
liburan. Pantai Baron saat ini dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata
pantai dan wisata kuliner dari hasil laut, dengan melihat potensi alam pantai
Baron ditunjang dengan adanya beberapa fasilitas seperti warung-warung
makan, homestay/motel, kios-kios souvenir, tempat ibadah, toilet dan area
9
parkir untuk wisatawan. Pembangunan kepariwisataan ditentukan oleh adanya
dukungan serta partisipasi aktif seluruh lapisan, baik pemerintah, pihak swasta
ataupun masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Daerah Kabupaten
Gunungkidul, khususnya Dinas Pariwisata terus berupaya meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3 tahun 2014
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten
Gunungkidul dijelaskan Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian
integral dari pembangunan daerah sehingga harus dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, kebudayaan, dan
kelestarian lingkungan hidup.
Tujuan pembangunan kepariwisataan tersebut mewujudkan industri
pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian daerah, meningkatkan
kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, mengkomunikasikan destinasi
pariwisata daerah dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,
efisien, dan bertanggung jawab, dan mengembangkan kelembagaan
kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan industri
pariwisata, pembangunan destinasi pariwisata dan pemasaran pariwisata
secara professional, efektif, dan efisien. Sedangkan sasaran yang hendak
dicapai adalah:
a. Terwujudnya industri pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian daerah melalui peningkatan investasi di bidang pariwisata,
10
kerjasama antar usaha pariwisata, perluasan lapangan kerja, dan upaya-
upaya untuk pendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat;
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas daya tarik wisata yang aman dan
nyaman;
c. Terwujudnya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan;
d. Tersedianya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
e. Terwujudnya media pemasaran yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan citra daerah sebagai destinasi pariwisata;
f. Tersediannya fasilitas pendukung kepariwisataan yang handal dan
professional.
Visi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul sesuai Peraturan adalah
“Mewujudkan Gunungkidul sebagai daerah tujuan wisata yang terkemuka dan
berbasis budaya menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri, dan
sejahtera Tahun 2021”. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul
No.3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Kepariwisataan Daerah
(RIPPARDA) tahun 2014-2025 menjelaskan pengembangan pariwisata
Kabupaten Gunungkidul dilakukan dengan:
a. Pembangunan industri pariwisata;
b. Pembangunan destinasi pariwisata;
c. Pembangunan pemasaran pariwisata;
d. Pembangunan kelembagaan pariwisata.
11
Pentingnya kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten
Gunungkidul adalah untuk mewujudkan pariwisata yang unggul dan terkenal
sehingga visi dan misi Kabupaten Gunungkidul dapat terwujud. Mengingat
titik berat pembangunan pada sektor bidang pariwisata sebagai motor
penggerak utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul,
maka setiap perencanaan program pembangunan beserta anggarannya, harus
memprioritaskan pada upaya pengembangan sektor pariwisata, baik langsung
maupun tidak langsung. Demikian halnya dengan program dan kegiatan sektor
yang lain. Kabupaten Gunungkidul, sebagai daerah yang memiliki visi untuk
menjadi daerah wisata terkemuka, maka seluruh komponen masyarakat
Gunungkidul harus dilibatkan secara proporsional. Dalam perkembangannya
pantai Baron harus diperhatikan dan dikelola dengan serius, karena fasilitas-
fasilitas yang ada di pantai Baron yang sudah tidak terawat bahkan ada yang
rusak, pembenahan-pembenahan harus dilakukan dan fasilitas harus lebih
diperhatikan untuk kepentingan bersama.
Dari penjelasan diatas bahwa Kabupaten Gunungkidul memiliki
banyak obyek wisata pantai dan untuk mengembangkan sangatlah penting
untuk kemajuan suatu daerah, maka dari itu penulis akan meneliti Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul
menggunakan empat (4) komponen yang diadopsi dari kebijakan yang dibuat
oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yaitu Peraturan Daerah No.3 Tahun
2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA)
Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025. Selanjutnya dianalisis sejauh mana
12
kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul
telah dilaksanakan dan faktor pendukung dan penghambat dalam kebijakan
yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai beberapa acuan dari hasil
penelitian tentang pariwisata yang dilakukan oleh peneliti lainnya. Keaslian
penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang
mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun
berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variable penelitian atau
metode analisis yang digunakan.
1. Penelitian lain dengan judul implementasi kebijakan pengembangan objek
wisata pantai Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir
Barat oleh Lusita Anjelina (2017) yang hasil penelitiannya menyimpulkan
tentang standar dan tujuan kebijakan ditujukan pada pengembangan
kegiatan rekreasi pantai yang mengarah ke pelestarian alam pantai dan
kesejahteraan masyarakat. Sumber daya yang bisa dikatakan belum
optimal dikarenakan minimnya profesionalisme pegawai serta minimnya
sumber dana yang dibutuhkan. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh
Lusita Anjelina dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama
menjelaskan tentang kebijakan pariwisata pantai, sedangkan perbedaannya
peneliti sekarang lebih terfokus kepada proses implementasi kebijakan
pengembangan pariwisata pantai Baron, mulai dari aksesbilitas, fasilitas,
dan tata kelola. (http://digilib.unila.ac.id/27446/ diunduh tanggal 1 Juli
2019)
13
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ummi Zakiyah (2013) dengan judul
implementasi kebijakan pembangunan pariwisata daerah Kabupaten
Bangka Barat Tahun 2010-2011. Hasil penelitiannya adalah pemerintah
kabupaten membuat kebijakan pembangunan pariwisata berbasis budaya
dan sejarah, pemerintah kabupaten membuat program pengembangan
destinasi pariwisata dengan pengelolaan kekayaan budaya yang ada di
Kabupaten Bangka Barat. Kesamaan pada penelitian ini adalah sama-sama
mengangkat judul tentang kebijakan, sedangkan perbedaannya yaitu
terdapat pada proses pengembangan pariwisata yang terfokus pada
kekayaan budaya dan sejarah, sedangkan peneliti sekarang berfokus pada
kebijakan mulai dari aksesbilitas, fasilitas, dan tata kelola.
(http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t26580.pdf diunduh tanggal 1 Juli
2019)
3. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanto (2019) dengan
judul implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten
Gunungkidul. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi
kebijakan pengembangan pariwisata Gunungkidul sudah berjalan
meskipun belum secara optimal. Dinas Pariwisata bertugas untuk
memfasilitasi masyarakat untuk menggali potensi daerah yang dimiliki dan
selajutnya diangkat menjadi destinasi pariwisata. Kesamaan penelitian
terdapat pada proses kebijakan pengembangan pantai sebagai destinasi
wisata, sedangkan perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian, peneliti
sekarang hanya berfokus pada destinasi pantai Baron sedangkan penelitian
14
yang dilakukakn Bapak Sudaryanto berlokasi di destinasi wisata
Kabupaten Gunungkidul. (Sudaryanto. 2019. Implementasi Kebijakan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. Tesis STPMD
“APMD” Yogyakarta)
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dengan judul kebijakan pengembangan pariwisata
pantai Baron Kabupaten Gunungkidul adalah:
1. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul meliputi:
a. Pengembangan Destinasi Pariwisata Pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul
b. Pemasaran dan Promosi Pariwisata
c. Pengembangan dan Indutri Pariwisata
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Kebijakan Pengembangan
Pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul?
2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat kebijakan pengembangan
pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul?
15
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan
1. Untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kebijakan pengembangan
pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kebijakan
pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.
Manfaat
1. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi ide,
pemikiran yang kreatif bagi kalangan civitas akademik tentang kebijakan
pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.
2. Secara Akademis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam
hal pemikiran bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul.
E. Kerangka Konseptual
Untuk mendapatkan pemahaman dan kerangka pemikiran terkait
dengan kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul maka diperlukan beberapa konsep dan teori yang menjadikan
dasar referensi untuk menganalisis data penelitian.
1. Kebijakan
a. Kebijakan Publik
Hanya ada dua tugas utama pemerintah: membangun
kebijakan-kebijakan unggul dan melanjutkannya dalam bentuk
pelayanan publik di mana pembangunan menjadi kekhasan negara
16
berkembang yang berkualitas tinggi. Tidak ada pemerintah yang tidak
membuat kebijakan, karena itu adalah core business-nya. Karena itu,
kebijakan publik adalah pertaruhan bagi setiap pemerintah, khususnya
pemerintah di dalam sistem politik demokrasi, yang dalam hal ini
adalah juga pemerintah Indonesia.
Menurut Thomas R. Dye, istilah kebijakan publik yang baik,
yaitu “whatever governments choose to do or not do It is what
government do, why they do it, and what difference it makes”.
Kebijakan publik adalah pilihan dan nilai yang diberikan atas pilihan
itu. Dari sini bisa dipahami kebijakan publik sebagai seperangkat
keputusan-keputusan strategis kehidupan suatu bangsa untuk mencapai
misi pembentukannya. (Riant Nugroho 2018:33)
Seorang pakar tentang kebijakan publik, Harold Lasswell dan
Abraham Kaplan dalam Riant Nugroho (2018), mengemukakan bahwa
kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan
tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.
Definisi ini bermanfaat karena kebijakan dipahami dengan
memproyeksikan kebijakan dengan tujuan, nilai, dan praktik. Makna
kebijakan sebagaimana kita kemukakan tadi akan semakin jelas bila
kita ikuti pandangan seorang ilmuan politik, Carl I. Friedrick dalam
Abdul Wahab (2016), menyatakan bahwa kebijakan itu ialah suatu
tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubung
17
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-
peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang
diinginkan.
Apa yang baru saja dikemukakan oleh Friedrich di atas akan
semakin jelas jika kita pertegas lagi dengan pendapat Knoepfel dan
kawan-kawan 2007 dalam Abdul Wahab (2016) saat mereka
mengartikan kebijakan sebagai : “a series of decisions or activities
resulting from structured and recurrent interactions between fifferent
actors, both public and private, who are involved in various different
ways in the emergence, identification and resolution of a problem
defined politivally as a public one” (serangkaian keputusan atau
tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan berulang
di antara berbagai aktor, baik publik/pemerintah maupun privat/swasta
yang terlibat berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasi, dan
memecahkan suatu masalah yang secara politis didefinisikan sebagai
masalah publik.
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai pelaksanaan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian
dijalankan sepenuhnya. Implementasi kebijakan merupakan alat
administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan
teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna
meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
18
Kebijakan publik, dengan demikian selalu mengandung
multifungsi, untuk menjadikan kebijakan untuk sendiri menjadikan
kebijakan yang adil dan seimbang dalam mendorong kemajuan
kehidupan bersama.
W.I. Jenkins (1978) merumuskan kebijakan publik sebagai
serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh
seorang aktor politik atau kelompok aktor, berkenaan dengan tujuan
yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu
situasi. Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam
batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. (Abdul
Wahab 2016: 15).
Kita bisa menemukan banyak definisi dari kebijakan publik,
dan tidak ada dari satu definisi tersebut yang keliru, semuanya benar
dan saling melengkapi. Beberapa ilmuwan sosial di Indonesia
menggunakan istilah kebijaksanaan sebagai kata ganti policy. Perlu
ditekankan, kebijaksanaan bukanlah kebijakan, karena
(ke)bijaksana(an) adalah salah satu dari ciri kebijakan publik yang
unggul. (Riant Nugroho 2018:115)
Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta
strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai sebuah
strategi maka di dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-
preferensi politis dari para aktor yang terlibat di dalam proses
kebijakan khususnya pada proses perumusan. Sebagai sebuah strategi,
19
maka kebijakan publik tidak saja bersifat positif, namun juga negatif,
di dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima salah satu dan
menolak yang lain. Meskipun terdapat ruang bagi win-win di mana
sebuah tuntutan dapat diakomodasikan, namun pada akhirnya ruang
bagi win-win sangat terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak
pada ranah zero-sum-game, yaitu menerima yang ini, dan menolak
yang lain.
Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang
kompleks karena melibatkan banyak proses ataupun variable yang
harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat
untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan
kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuannya ialah untuk
mempermudah kita dalam mengkaji kebijakan. Namun, beberapa ahli
membagi tahapan kebijakan dengan urutan yang berbeda misalnya,
tahap penilaian kebijakan seperti yang tercantum dibawah ini bukan
merupakan tahap akhir dari proses kebijakan publik, sebab masih ada
satu tahap lagi, yaitu tahap perubahan kebijakan dan terminasi atau
penghentian kebijakan (Budi Winarno, 2012:34-35).
Implementasi kebijakan diperlukan untuk mengacu pada
pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus
diimplementasikan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan
diperlukan karena berbagai alasan atau perspektif. Beberapa faktor
keberhasilan proses implementasi, yaitu komunikasi, sumber daya,
20
sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur organisasi termasuk tata
aliran kerja birokrasi. Faktor tersebut merupakan kriteria yang perlu
ada dalam implementasi suatu kebijakan.
Melalui mekanisme seperti itulah kebijakan publik hadir, dan
kemudian menjadi sebuah keniscayaan. Dari situlah ia lantas hadir
ditengah kehidupan kita, mulai dari sosoknya yang simbolis dan tak
kasat mata, kebijakan publik terlihat memastikan dirinya untuk
memainkan peran sentralnya dalam mengatur, mengarahkan, dan
memengaruhi kehidupan kolektif kita sehari-hari, baik secara langsung
maupun tak langsung.
Dari uraian diatas, sudah jelas bahwa hadirnya kebijakan
publik di tengah kehidupan kita berdampak langsung pada kehidupan
individu, kelompok, dan masyarakat. Oleh sebab itu, di berbagai
tingkatan dalam proses tersebut akan banyak pula orang yang terlibat
di dalamnya.
b. Implementasi Kebijakan
Dalam arti luas, implementasi sering dianggap sebagai bentuk
pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah
ditetapkan berdasarkan undang-undang dan menjadi kesepakatan
bersama di antara beragam pemangku kepentingan (stakeholders),
aktor, organisasi (publik atau privat), prosedur, dan teknik sinergistis
yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan
kearah tertentu yang dikehendaki. Kamus Webster dalam Abdul
21
Wahab (2016), merumuskan bahwa istilah to implement
(mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying
out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give
practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Sementara itu menurut Van Meter dan Van Horn merumuskan proses
implementasi sebagai “those actions by public or private individuals
(or groups) that are directed at the achievement of objective set fort in
prior policy decision” (tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijakan). (Abdul Wahab 2016:135).
Implementasi kebijakan (policy implementation) sesungguhnya
tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
ketaatan pada kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut
jaringan-jaringan politik, ekonomi, dan sosial yang berlangsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang
terlibat.
Kemudian dapat disimpulkan Implementasi kebijakan
merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu
kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan
dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik
22
dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya
diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan
guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Tahap implementasi
kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan
terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan
demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-
undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai
implementasi kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan publik
merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah
kebijakan ditetapkan dan disetujui.
2. Pengembangan Pariwisata
Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang-
Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan
antara lain: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (b) meningkatkan
kesejahteraan rakyat, (c) menghapus kemiskinan, (d) mengatasi
pengangguran, (e) melestarikan alam, (f) memajukan kebudayaan, (g)
mengangkat citra bangsa, (h) memupuk rasa cinta tanah air, (i)
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan (j) mempererat
persahabatan antar bangsa.
Berbagai komponen yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
23
a. Atraksi dan daya Tarik wisata
Atraksi dan daya tarik pariwisata biasanya diklasifikasikan
kedalam jenis dan themanya yang dibagi menjadi tiga jenis thema daya
tarik wisata sebagai berikut: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata
budaya, dan daya tarik wisata minat khusus. Berbagi jenis atraksi dan
daya tarik wisata tersebut bmempunyai kedudukan yang sangat penting
pada sisi produk wisata untuk menarik kunjungan wisatawan ke
destinasi tersebut. Disamping itu daya tarik wisata dalam suatu
destinasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengundang para
wisatawan agar tetap mengunjungi destinasi tersebut, maka harus
memenuhi tiga (3) syarat utama yaitu:
a) Destinasi wisata harus mempunyai apa yang disebut dengan
“something to see” artinya dalam destinasi harus mempunya daya
tarik khusus yang dapat dilihat oleh para wisatawan.
b) Destinasi wisata harus mempunyai “something to do” artinya
selain melihat daya tarik destinasi wisata perlu disediakan beberapa
fasilitas yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktifitas agar
wisatawan menjadi senang untuk berlama-lama di destinasi wisata.
c) Destinasi wisata juga harus mempunyai “something to buy”
artinya di destinasi wisata harus disediakan barang-barang
cendramata (souvenir) dari kerajinan masyarakat setempat yang
dapat dibeli dan dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.
24
b. Amenitas dan akomodasi
Amenitas dan akomodasi merupakan hal yang sangat penting
dan juga harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata. Hal ini
dikarenakan amenitas dan akomodasi merupakan barbagai jenis
fasilitas dan perlengkapan yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk
bersantai dengan nyaman serta menginap selama kunjungan pada
destinasi wisata tersebut seperti: homestay, hotel atau penginapan.
c. Aksesbilitas dan transportasi
Aksesbilitas dan transportasi merupakan fasilitas yang
memungkinkan dan memudahkan serta nyaman bagi wisatawan untuk
mengunjungi destinasi pariwisata, seperti transportasi darat,
transportasi penyeberangan, transportasi laut termasuk kapal pesiar dan
transportasi udara berupa penerbangan komersial ataupun carteran
yang semuanya adalah berfungsi sebagai sarana dan fasilitas
pendukung pergerakan wisatawan dari destinasi yang sat uke destinasi
lainnya.
d. Infrastruktur pendukung
Infrastruktur pendukung disini adalah keseluruhan jenis
fasilitas umum berupa prasarana fisik yang berkaitan dengan
komponen pendukung perhubungan seperti jalanan, bandara,
pelabuhan, jaringan, telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan air
bersih, dan lain-lain.
25
e. Fasilitas pendukung wisata lainnya
Hal ini berkaitan dengan berbagai jenis fasilitas pendukung
kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan dalam
suatu destinasi seperti: keamanan, rumah makan, biro perjalanan, took
souvenir, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas belanja,
hiburan malam, fasilitas perbankan dan beberapa kebijakan khusus
yang diadakan untuk mendukung kenyamanan bagi wisatawan di
destinasi wisata.
f. Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata
Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata yaitu
berkaitan erat dengan keseluruhan unsur organisasi atau institusi
pengelola kepariwisataan termasuk sumber daya manusia sebagai
pendukungnya, yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan dalam
destinasi tersebut baik unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.
(Bambang Sunaryo 2013:25-31)
Pihak pemerintah memegang kendali yang sangat dominan dalam
tata kelola pariwisata. Sedangkan peranan masyarakat yang relatif pasif
dengan akses yang tidak terbuka lebar dan lebih berkedudukan sebagai
penerima manfaat secara pasif.
Beberapa dampak negatif pada aspek sosial, budaya dan ekonomi
yang ditimbulkan oleh aktivitas pariwisata yang telah menimbulkan
keprihatinan dan berbagai kritik dari banyak pihak diantaranya adalah:
26
marginalisasi kelompok masyarakat yang kurang mampu, degradasi nilai,
provanisasi nilai-nilai sacral masyarakat, memudarnya adat istiadat, serta
perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan nilai dan
adat istiadat masyarakat setempat.
Sedangkan dampak positif multiganda yang diterima masyarakat
menjadi perhatian utama dari strategi pengembangan pariwisata. Peran
pihak pemerintah hanya terbatas sebagai fasilitator dan regulator dalam
tata kelola pariwisata. Pelaku utama pariwisata diserahkan pada pihak
masyarakat dan industri pariwisata, yang harus berperan serta secara aktif
dan masing-masing berprinsip pada nilai-nilai: transparansi, mampu
berfikir antisipatif, menjunjung supremasi hukum, memegang asas
efisiensi dan bertanggung jawab serta mempunyai daya tanggap yang
responsif terhadap dinamika perubahan pariwisata.
Seiring dengan tuntutan dan eskalasi perubahan kebutuhan,
pergeseran pola pikir masyarakat dan dinamika perkembangan isu-isu
strategis yang akan mempengaruhi pengembangan pariwisata. Strategi
perencanaan pengembangan pariwisata yang sering dijadikan acuan dasar
oleh perencana pembangungan pariwisata ada tiga strategi:
a. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang
mengutamakan pada pertumbuhan (growth oriented model);
b. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu
pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism
development);
27
c. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu
pada keberlanjutan pembangunan kepariwisataan (sustainable tourism
development). (Bambang Sunaryo 2013: 132)
Dalam pengembangan pariwisata, yang paling dibutuhkan dari
sektor publik adalah adanya perubahan baik cara berfikir maupun
bertindak, terutama dengan meninggalkan paradigma lama yang berupa
suatu bangunan penyelenggara pemerintah yang sentralistik dan
berwawasan fokus tunggal yang berupa birokrasi pemerintah. Untuk
menuju kepada paradigma baru yang berupa model penyelenggaraan
pemerintahan yang desentralistik dan berfokus jamak. Oleh karena itu
reformasi birokrasi di sektor pariwisata pada hakekatnya memiliki dua
tujuan utama yaitu: (1) menciptakan aparatur kepariwisataan yang bersih,
professional, dan bertanggung jawab yang bebas dari praktik KKN dan
perbuatan tercela lainnya; (2) menciptakan birokrasi kepariwisataan yang
efisien, efektif, dan produktif sehingga dapat memberikan pelayanan
publik yang prima.
Menyadari bahwa pariwisata adalah kegiatan yang tidak mengenal
batas, baik dalam artian sektor kegiatan, ruang (spasial) dan wilayah
(regional), maka pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara lintas
sektor dan lintas daerah. Oleh karena itu, keterpaduan pengembangan antar
pihak-pihak yang terkait di dalamnya harus dibangun secara efektif,
holistic dan komplementer.
28
Permasalahan yang dihadapi Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan sebagai
berikut:
1. Destinasi pariwisata
a. Pengembangan dan diversifikasi daya tarik wisata belum optimal
karena masih mengandalkan potensi wisata alam, terbatasnya
investasi wisata buatan berskala besar dan terbatasnya sumber
pembiayaan;
b. Persebaran kunjungan wisatawan belum merata karena kerjasama
antar pelaku pariwisata belum optimal dan aksesbilitas beberapa
daya tarik wisata kurang mendukung;
c. Aksesbilitas dan amenitas pariwisata belum semua memenuhi
standar karena terkendala ketersediaan lahan, rendahnya investasi
terbatasnya sumber pembiayaan
2. Pemasaran pariwisata
a. Jaringan pemasaran pariwisata ke pangsa luar jawa dan luar negeri
belum maksimal disebabkan belum berkembangnya kerjasama
dengan pelaku usaha pariwisata baik nasional dan internasional;
b. Event atraksi pariwisata berskala nasional dan internasional masih
terbatas. Karena even yang ada belum dikemas dengan baik
sehingga belum layak jual, sedangkan untuk even budaya
terkendala penentuan hari pelaksana sehingga tidak dapat
dipromosikan jauh hari sebelumnya.
29
3. Kelembagaan
a. Legalitas kelembagaan Pokdarwis dan Desa Wisata sebagian
belum terpenuhi karena antusias dan kesadaran pengurus
Pokdarwis dan Desa Wisata rendah.
b. Pemahaman masyarakat yang belum sesuai terhadap konsepsi
pemberdayaan masyarakat karena berkembangnya anggapan
bahwa dengan terbentuknya Pokdarwis dan Desa Wisata sudah
cukup untuk melakukan pengelolaan daya tarik dan usaha
pariwisata
4. Indsutri Pariwisata
a. Indsutri pariwisata belum smemenuhi standar sertifikasi usaha dan
sertifikasi profesi pelaku usaha pariwisata dikarenakan sebagian
besar industri pariwisata berawal dari indstri rumah tangga yang
tidak didukung sumber daya manusia yang kompeten.
b. Berkembangnya usaha ekonomi kreatif tingkat dasar belum di
dukung Sumber Daya Manusia (SDM) dan prasarana yang
memadai.
3. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul
Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan
kepariwisataan nasional diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan yang meliputi perencanaan pembangunan
30
industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan
kelembagaan kepariwisataan, dan terdiri atas:
a. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan nasional
(RIPPARNAS);
b. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
(RIPARPROV);
c. Rencana Induk Pembangunan Kepariwistaan Kabupaten/Kota
(RIPPAR-KOTA)
Pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul mempunyai
empat (4) komponen yang sangat penting yang ada dalam peraturan daerah
Nomor 3 tahun 2014 tentang rencana Induk Pembangunan Pariwisata
daerah (RIPPARDA), yaitu :
a) Pembangunan Industri Pariwisata
Industri pariwisata merupakan kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam kegiatan penyelenggaraan
pariwisata.
b) Pembangunan Destinasi Pariwisata
Destinasi pariwisata merupakan daerah tujuan wisata dimana
wisatawan berkunjung atau singgah dalam waktu yang signifikan
untuk menikmati keindahan alam, budaya maupun keindahan wisata
buatan yang ada atau tersedia di suatu daerah.
31
c) Pembangunan Pemasaran Pariwisata
Pemasaran pariwisata merupakan suatu proses untuk
menciptakan, menyampaikan, mengkomuikasikan suatu Daya Tarik
Wisata dan mengelola hubungan dengan wisatawan dalam
mengembangkan pariwisata dan seluruh pemangku kepentingan.
d) Pembangunan Kelembagaan Pariwisata
Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringan
yang dikembangkan secara terorganisasi, seperti Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakatyang saling
berkesinambungan untuk menghasilkan perubahan kearah pencapaian
tujuan di pariwisata.
Dengan berpedoman peraturan tersebut penulis akan menganalisis
Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten
Gunungkidul dalam penilitian ini meliputi 3 aspek yaitu:
1. Pengembangan Destinasi
2. Pemasaran Promosi pariwisata
3. Pengembangan industri dan kelembagaan pariwisata
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang
diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu
32
masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu,
memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan
mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sering
disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif adalah sarana untuk
mengeksplorasi dan memahami makna individu atau kelompok yang
berkaitan dengan masalah sosial atau manusia. (Sugiyono 2013:14)
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif-kualitatif. Pada penelitian ini, setelah peneliti mengumpulkan
data dalam bentuk hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka
untuk selanjutnya data tersebut dianalisis lebih mendalam lagi sehingga
membentuk suatu kesimpulan ilmiah-alamiah yang dapat diterima oleh
berbagai kalangan.
2. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah
Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron pengembangan industri
pariwisata, pengembangan destinasi pariwisata, pengembangan pemasaran
promosi pariwisata, dan kelembagaan pariwisata.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang kebijakan pengembangan pariwisata
pantai Baron mengambil lokasi di Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul dan Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul
33
4. Teknik Pemilihan Informan
Dalam menentukan informan peneliti menggunakan Teknik
Snowball yaitu teknik pengambilan informan, yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar yang dilakukan setelah terjun
ke lapangan atau lokasi penelitian.
Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik
snowball, penentuan informan dilakukan saat peneliti ke lokasi penelitian,
peneliti memilih orang tertentu yang bisa memberikan data atau informasi
yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh dari informan sebelumnya, peneliti bisa menetapkan informan
berikutnya. Adapun informan nama-nama informan tersusun sebagai
berikut:
Tabel 1.1 Identitas Informan
No Nama Jenis Kelamin Pekerjaan/Keterangan
1 Yuni Hartini Perempuan Kepala Bidang Pemasaran dan Bina
Usaha
2 Supartono Laki-laki Kepala Bidang Pengembangan Destinasi
3 Sudjarwono Laki-laki Seksi kelembagaan
4 Supriyanta Laki-laki Subbagian Perencanaan
5 Suminto Laki-laki Sekdes Desa Kemadang
6 Sukem Perempuan Pelaku usaha wisata
7 Tuginem Perempuan Pelaku usaha wisata
8 Ngatijo Laki-laki Nelayan
9 Mardi Laki-laki Nelayan
10 Yem Perempuan Pengelola penginapan/pelaku usaha
wisata
11 Ahmad Laki-laki Pengunjung
12 Indra Laki-laki Pengunjung
13 Rahmad Laki-laki Pengunjung
14 Wibowo Laki-laki Biro Perjalanan
15 Anto Laki-laki Biro Perjalanan
34
Dalam tabel 1.1 diketahui bahwa informan terdiri dari unsur
pemerintahan yakni: Kepala bidang pemasaran dan bina usaha (Yuni
Hartini), Kepala bidang pengembangan destinasi (Supartono), Seksi
kelembagaan (Sudjarwono), Subbagian perencanaan (Supriyanta). Dari
Desa Kemadang Bapak Suminto. Dari unsur masyarakat lokal yang terlibat
dalam destinasi wisata yaitu: Sukem, Yem, Tuginem, Mardi dan Ngatijo.
Dari wisatawan yang berkunjung yakni: Ahmad, Rahmad dan Indra. Dari
Biro Perjalanan Wibowo dan Anto.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. (Sugiyono 2013:310).
Dalam observasi ini peneliti mengamati secara langsung
mengenai implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pantai
Baron di Kabupaten Gunungkidul.
b. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang
utama adalah wawancara. Dalam praktiknya kedua metode tersebut
dapat digunakan secara bersama-sama, artinya saat wawancara bisa
dilakukan pada observasi atau sebaliknya. (Sugiyono 2013:324).
Wawancara dilakukan karena peniliti ingin mengetahui atau
mendapatkan informasi tentang Kebijakan Pengembangan Pariwisata.
35
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, skesta dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat
berupa gambar, patung, film dan sebagainya. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara (Sugiyono 2016: 240).
Data yang dikumpulkan adalah Rencana kerja (renja) dan
Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Kabupaten
Gunungkidul.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan
untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Dalam penelitian ini analisis data lebih difokuskan selama
proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. (Sugiyono
2013:333).
Dalam menganalisa data, maka peneliti menyusun menggunakan
analisis data secara kualitatif sebagai berikut:
36
a. Pengumpulan data
Peneliti mengumpulkan atau menyusun data-data yang telah
didapat dari penelitian yang telah dilakukan.
b. Penyajian data
Dalam penyajian data, data yang diperoleh dibentuk dalam
uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Verifikasi data
Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti berada ditempat penelitian.
37
BAB II
PROFIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN
DINAS PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL
A. Profil Kabupaten Gunungkidul
1. Kondisi Umum
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah
Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan
jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18
Kecamatan, yaitu Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus,
Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo,
Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin.
Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 144 desa, dan 1.431 padukuhan.
(Sumber: http://wisata.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 13 Agustus
2019.)
38
Tabel 2.1 Luas Kecamatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017
No Kecamatan Luas (Km2)
1 Panggang 99,8
2 Purwosari 71,76
3 Paliyan 58,07
4 Saptosari 87,83
5 Tepus 104,91
6 Tanjungsari 71,63
7 Rongkop 83,46
8 Girisubo 94,57
9 Semanu 108,39
10 Ponjong 104,49
11 Karangmojo 80,12
12 Wonosari 75,51
13 Playen 105,26
14 Patuk 72,04
15 Gedangsari 68,14
16 Nglipar 73,87
17 Ngawen 46,59
18 Semin 78,92
Jumlah 1.485,36
Sumber : http://www.gunungkidulkab.go.id
Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 Km2. Dari
seluruh luas wilayah tersebut Kecamatan Semanu merupakan wilayah
yang paling luas dengan 108,39 Km, selanjutnya Kecamatan Playen
dengan luas wilayah 105,26 Km, Kecamatan Tepus 104,91 Km, dan
Kecamatan Ponjong 104,49 Km. kecamatan tersebut merupakan 4 (empat)
kecamatan yang paling luas di Kabupaten Gunungkidul.
2. Geografi
a. Perbatasan
Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7 o 46’- 8 o
09’ Lintang Selatan dan 110o 21’ – 110o 50’ Bujur Timur, batas
administrasi wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :
39
Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY)
Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa
Tengah)
Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul
Sumber : http://www.gunungkidulkab.go.id
b. Topografi
Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi
menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :
a) Zona Utara
Disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m –
700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit,
terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari
permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan
40
induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi
Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan
Kecamatan Ponjong bagian utara.
b) Zona Tengah
Disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan
ketinggian 150m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi
mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu
kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-
partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah,
tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar
antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini
meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong
bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.
c) Zona Selatan
Disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon
gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300
mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri
khas bukitbukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan
kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah
tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan,
Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang,
Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.
41
c. Iklim
Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim
tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah
kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan
perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai
bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan
kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat
budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Iklim yang
nyaman dan obyek wisata yang indah akan menjadi daya tarik wisata
bagi suatu daerah, iklim dapat mempengaruhi jumlah kunjungan
wisatawan ke suatu obyek wisata serta menimbulkan dampak
langsung seperti ketersedian air di obyek pariwisata yang
mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat wisata,
dan dampak tidak langsung seperti bencana alam yang menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan.
3. Demografi
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
Penurunan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten
Gunungkidul lebih dipengaruhi oleh migrasi keluar. Kondisi geografis dan
sosial ekonomi yang tidak menguntungkan menjadi salah satu faktor
pendorong penduduk untuk mencari nafkah keluar daerah.
42
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017
No Kecamatan Jumlah Penduduk
(orang)
1 Panggang 28,630
2 Purwosari 20,911
3 Paliyan 31,406
4 Saptosari 37,007
5 Tepus 34,435
6 Tanjungsari 27,750
7 Rongkop 29,047
8 Girisubo 23,958
9 Semanu 55,869
10 Ponjong 53,779
11 Karangmojo 52,659
12 Wonosari 85,063
13 Playen 58,855
14 Patuk 32,771
15 Gedangsari 38,078
16 Nglipar 32,058
17 Ngawen 34,150
18 Semin 52,938
Jumlah 729,364
Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018
Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul tahun 2017 berdasarkan
hasil Estimasi Sensus Penduduk 2010- 2035, berjumlah 729.364 jiwa yang
tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 85.063 jiwa.
43
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2017
Kecamatan Jenis Kelamin (ribu) Rasio
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Male
Perempuan
Female
Jumlah
Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Panggang 13.713 14.917 28.630 91,93
Purwosari 9.987 10.924 20.911 91,42
Paliyan 15.055 16.351 31.406 92,07
Saptosari 17.809 19.198 37.007 92,76
Tepus 16.399 18.036 34.435 90,92
Tanjungsari 13.330 14.420 27.750 92,44
Rongkop 13.981 15.066 29.047 92,80
Girisubo 11.360 12.598 23.958 90,17
Semanu 26.878 28.991 55.869 92,71
Ponjong 25.968 27.881 53.779 93,37
Karangmojo 25.341 27.318 52.659 92,76
Wonosari 41.528 43.535 85.063 95,39
Playen 28.407 30.448 58.885 93,30
Patuk 15.964 16.807 32.771 94,98
Gedangsari 18.624 19.454 38.078 95,73
Nglipar 15.525 16.533 32.058 93,90
Ngawen 16.600 17.550 34.150 94,59
Semin 25.584 27.354 52.938 93,53
Gunungkidul 352.053 377.311 729.364 93,31
Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018
Tabel diatas dapat dihitung bahwa sex rasio penduduk Kabupaten
Gunungkidul sebesar 93,31 persen yang dapat diartikan bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Kecamatan dengan sex rasio paling tinggi adalah Kecamatan
Gedangsari sebasar 95,73 persen, sedangkan kecamatan dengan sex rasio
paling rendah adalah Kecamatan Girisubo dengan 90,17 persen.
44
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2017
Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan
Bekerja Pengangguran
Terbuka
Jumlah
Tidak/Belum Pernah Sekolah 33.572 - 33.572
Tidak/Belum Tamat SD 63.975 - 63.975
Sekolah Dasar 120.010 1.286 121.296
Sekolah Menengah Pertama 96.587 1.403 97.990
Sekolah Menengah Atas 32.424 1.173 33.597
Sekolah menengah Atas
Kejuruan
48.007 3.223 51.230
Diploma I/II/III 7.324 - 7.324
Universitas 20.492 - 20.492
Jumlah 422.391 7.085 429.476
Sumber: Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018
Tabel di atas menunjukan jumlah penduduk berumur 15 tahun ke
atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kegiatan di
Kabupaten Gunungkidul, Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah
Sekolah Dasar dengan 120.010 jiwa, yang bekerja dan tidak bekerja 1.286
jiwa dengan jumlah 121.296 jiwa, dan yang terendah adalah Diploma
I/II/III yang bekerja sebanyak 7.324 jiwa.
45
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2017
Lapangan Pekerjaan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Pertanian 93.991 102.407 196.398
Pertambangan 2.240 - 2.240
Industri Pengolahan 23.441 21.426 44.867
Bangunan 33.324 - 33.324
Perdagangan Besar, eceran, Rumah
makan, dan Hotel
36.191 42.138 78.329
Angkutan, Pergudangan, dan
Komunikasi
8.876 1.984 10.860
Keuangan, Asuransi, Usaha
Persewaan Bangunan, Tanah, dan
Jasa
8.875 1.452 10.327
Jasa Kemasyarakatan Sosial 23.694 22.352 46.046
Jumlah 230.632 191.759 422.391
Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018
Dari tabel tersebut Kabupaten Gunungkidul memiliki kinerja
ekonomi yang cukup baik, dilihat dari 4 sektor utama yang ada pada sektor
pertanian, industri pengolahan, jasa kemasyarakatan sosial, dan sektor
perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel. Yang paling
mendominasi adalah sektor pertanian, hal ini disebabkan karena luas lahan
pertanian Kabupaten Gunungkidul yang masih sangat mendominasi
dibandingkan pemanfaatan lahan untuk sektor yang lainnya.
4. Pemerintahan
Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu
daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada
tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan
46
Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT
Labaningrat.
Berdasarkan Peraturan Daerah No 6 Tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah, di Kabupaten Gunungkidul urusan pemerintahan
daerah terdiri atas urusan pemerintahan konkruen, dan urusan
pemerintahan umum. Urusan Pemerintahan Konkruen terdiri atas urusan
pemerintahan wajib (urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan
dengan pelayanan dasar) dan Urusan pemerintahan pilihan.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Gunungkidul, di Kabupaten Gunungkidul telah dibentuk perangkat daerah
dengan susunan sebagai berikut :
a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD
c. Inspektorat Daerah
d. Dinas Daerah : Dinas Kesehatan, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas
Sosial, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas
Perhubungan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Kebudayaan,
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan,Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman, Dinas Pertanahan dan
Tata Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan
47
Perempuan, Perlindungan Anak dan KB, Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.
e. Badan Daerah : Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan
Daerah, Badan Keuangan dan Aset Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
(Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 20
Agustus 2019).
5. Potensi
Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi
perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora
dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Pertanian yang
dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah
hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan.
Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah
hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa :
batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir
kuarsa.
Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang
cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,
membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai
48
Kecamatan Girisubo, yang memiliki 103 pantai, dan 60 pantai yang
dikembangkan . Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka
untuk dikembangkan. Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan,
pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk
dikembangkan.
Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2010-2030, potensi pengembangan wilayah di Kabupaten
Gunungkidul:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi (12.810,100 Ha di 10 kecamatan)
b. Kawasan hutan rakyat (38.444 Ha di 18 kecamatan)
c. Kawasan peruntukan pertanian: kawasan tanaman pangan, kawasan
hortikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan
d. Kawasan peruntukan perikanan
e. Kawasan yang memiliki potensi bahan galian
f. Kawasan potensi industri
g. Kawasan pengembangan pariwisata
h. Kawasan geopark Gunung Sewu
Geopark Gunung Sewu terletak antara Yogyakarta dan Pacitan.
Kawasan ini memanjang arah barat-timur melintasi 3 wilayah kabupaten
(Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan) dan 3 wilayah Propinsi (DIY,
Jateng, Jatim). Luas 1.802 km2. Geopark Gunung Sewu telah ditetapkan
sebagai Geopark Nasional oleh Komite Nasional Geopark Indonesia pada
tanggal 13 Mei 2013 dan ditetapkan menjadi Geopark Global yang
49
didukung oleh UNESCO pada tanggal 19 September 2015 di Tottori,
Jepang. Pada bulan Nopember 2015 Geopark Gunung Sewu menjadi
Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Geopark Gunung Sewu terdiri
dari 33 situs yang tersebar di 3 Geo Area, yaitu Geo Area Gunungkidul
sebanyak 13 geo tapak, Geo Area Wonogiri sebanyak 7 geo tapak, dan
Geo Area Pacitan sebanyak 13 geo tapak. (Sumber:
http://www.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 20 Agustus 2019).
B. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul
1. Struktur Organisasi Dinas Pasiwisata Kabupaten Gunungkidul
Sumber: www.gunungkidulkab.go.id , diunduh tanggal 2 September 2019
Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul terdiri dari :
a. Unsur Pimpinan : Kepala Dinas
b. Unsur Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari :
1) Subbagian Perencanaan
50
2) Subbagian Keuangan
3) Subbagian Umum
c. Unsur Pelaksana : Bidang Pemasaran dan Bina Usaha
dengan Seksi-seksi yang terdiri dari:
1) Seksi Bina Usaha Wisata dan
Ekonomi Kreatif;
2) Seksi Promosi dan Informasi Wisata
: Bidang Pengembangan Destinasi dengan
seksi-seksi yang terdiri dari:
1) Seksi Industri Pariwisata
2) Seksi Kelembagaan
d. UPT; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional
2. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul
Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul.
Sedangkan tugas dan fungsinya diuraikan dalam Peraturan Bupati
Kabupaten Gunungkidul Nomor 69 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pariwisata.
51
a) Tugas Dinas Pariwisata
Dalam kedudukannya sebagai Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Gunungkidul, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul
mempunyai tugas : “Melaksanakan Urusan Pemerintahan Dan Tugas
Pembantuan Di Bidang Kepariwisataan.”
b) Fungsi Dinas Pariwisata
Untuk melaksanakan tugas, Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul mempunyai fungsi :
1) Perumusan kebijakan umum di bidang pariwisata;
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata;
3) Penyusunan rencana kinerja dan perjanjian kinerja di bidang
kepariwisataan;
4) Pembinaan, pengelolaan, dan pengembangan objek dan daya tarik
wisata;
5) Pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung wisata;
6) Pelaksanaan pembinaan usaha dan pemasaran wisata;
7) Pembinaan, dan pengembangan indsutri pariwisata;
8) Pembinaan pelaksanaan kerja sama di bidang pariwisata dan
peningkatan kapasitas kelembagaan pariwisata;
9) Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di bidang
kepariwisataan:
10) Penyusunan dan penerapan norma, standar, pedoman, dan petunjuk
operasional di bidang kepariwisataan:
52
11) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan bidang
kepariwisataan; dan
12) Pengelolaan UPT.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi dibidang
kepariwisataan, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dipimpin
oleh Kepala Dinas yang didukung Unsur pembantu pimpinan dan
unsur pelaksana. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat,
sedangkan unsur pelaksana terdiri Dari Bidang Pemasaran dan Bina
Usaha, Bidang Pengembangan Destinasi dan Bidang Industri dan
Kelembagaan.
3. Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2018
a. Dinas Kebudayaan
1) Program pelayanan administrasi perkantoran meliputi kegiatan:
penyediaan jasa surat menyurat, jasa komunikasi, sumber daya air
dan listrik, penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor, jasa
perijinan kendaraan dinas/operasional, jasa perbaikan peralatan
kerja, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan
penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor, penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor,
penyediaan peralatan rumah tangga, penyediaan bahan bacaan dan
peraturan perundang-undangan, penyediaan makanan dan
minuman, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah,
53
penyediaan jasa tenaga administrasi/teknik perkantoran, pendataan
dan pengelolaan arsip OPD.
2) Program peningkatan sarana dan prasarana dan perlengkapan
aparatur meliputi kegiatan: pengadaan mebelair, pengadaan
peralatan Gedung kantor, pemerliharaan peralatan mebelair,
pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional.
3) Program peningkatan disiplin aparatur meliputi kegiatan:
pengadaan pakaian hari-hari tertentu, penatalaksanaan
kepegawaian OPD.
4) Program peningkatan sumber daya aparatur meliputi kegiatan:
pendidikan dan pelatihan formal.
5) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja meliputi kegiatan: penyusunan laporan capaian kinerja dan
ikhtisar realisasi kinerja OPD, penyusunan pelaporan keuangan
semesteran, penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun,
penyusunan pelaporan keuangan bulanan/SPJ.
6) Program peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi kegiatan:
pengelolaan data dan sistem informasi OPD, penyusunan data
statistik kepariwisataan, pameran hari jadi Kabupaten
Gunungkidul, penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
OPD, pengendalian OPD, penyusunan OPD (SPIP), penyusunan
standar pelayanan (SP) OPD, penyusunan standar operasional
54
produk (SOP), monitoring, evaluasi dan pengendalian program
OPD.
7) Program peningkatan kualitas perencanaan meliputi kegiatan:
penyusunan dan evaluasi rencana strategis (Renstra) SKPD-2015-
2020, penyusunan dan evaluasi rencana kerja OPD, penyelenggara
forum OPD.
8) Program pengembangan nilai budaya meliputi kegiatan: pemberian
penghargaan bagi pelestari dan penggiat budaya, pengembangan
desa dan kantong budaya, pelestarian kepercayaan dan tradisi.
9) Program pengelolaan kekayaan budaya meliputi kegiatan:
pelestarian warisan budaya dan cagar budaya.
10) Program pengelolaan keanekaragaman budaya meliputi kegiatan:
aktualisasi kesenian tradisional dan budaya kontemporer, promosi
dan publikasi seni budaya, penguatan Lembaga penggiat seni dan
budaya.
11) Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya
meliputi kegiatan: misi kebudayaan dalam dan luar negeri dalam
rangka diplomasi budaya.
12) Program pengembangan pemasaran pariwisata meliputi kegiatan:
peningkatan pemanfaatan TI dalam pemasaran pariwisata,
pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata, koordinasi
dengan sektor pendukung pariwisata, pelaksanaan promosi
55
pariwisata nusantara di dalam dan luar negri, pameran, festival
geopark, pelatihan pemandu wisata terpadu.
13) Program pengembangan destinasi pariwisata meliputi kegiatan:
peningkatan kelembagaan destinasi pariwisata, sosialisasi
peraturan perundang-undangan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana destinasi pariwisata, ikon/pematangan lahan parkir, relokasi
masjid/mushola, peningkatan area parkir baron, drainase kawasan
baron, rehab los/kios kawasan baron, optimalisasi pendapatan
daerah bidang pariwisata.
14) Program pengembangan kemitraan meliputi kegiatan:
pengembangan SDM bidang budaya pariwisata bekerjasama
dengan lembaga lain, fasilitasi forum komunikasi antar pelaku
industri pariwisata dan budaya, pengembangan sumber daya
pelatihan management hotel dan rumah makan, kegiatan hiburan
rekreasi, pembinaan pedagang obyek wisata, pendampingan
fasilitasi jasa usaha pariwisata, TDUP, peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengembangan kemitraan pariwisata.
b. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul
1) Program pelayanan administrasi perkantoran meliputi kegiatan:
penyediaan jasa, peralatan, dan perlengkapan perkantoran,
penyediaan rapat-rapat, konsultasi dan koordinasi.
2) Program peningkatan sarana dan prasarana perkantoran meliputi
kegiatan: pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana
56
perkantoran, pemeliharaan/rehabilitasi sarana dan prasarana
perkantoran.
3) Program peningkatan ketatalaksanaan dan kapasitas aparatur
meliputi kegiatan: penyelenggaraan ketatalaksanaan kepegawaian
perangkat daerah, pengembangan kapasitas aparatur.
4) Program peningkatan kualitas pelaporan keuangan perangkat
daerah meliputi kegiatan: penyusunan laporan keungan perangkat
daerah.
5) Program peningkatan kualitas perencanaan meliputi kegiatan:
perencanaan kinerja perangkat daerah, pengendalian perangkat
daerah, pengelolaan data dan sistem informasi perangkat daerah.
6) Program peningkatan kualitas pelayanan public meliputi kegiatan:
penyelenggaraan pelayanan publik.
7) Program peningkatan pemasaran pariwisata meliputi kegiatan:
penyelenggaraan promosi pariwisata, pembinaan dan
pengembangan usaha pariwisata.
8) Program peningkatan dan pengembangan destinasi pariwisata
meliputi kegiatan: pengembangan dan pengelolaan obyek dan daya
tarik wisata, pembangunan dan pemeliharaan destinasi pariwisata.
9) Program peningkatan dan pengembangan industri dan
kelembagaan meliputi kegiatan: pembinaan kelembagaan
pariwisata, pengembangan industri pariwisata. Untuk detail tabel
ada di lampiran.
105
b. Faktor penghambat pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul
adalah: letak geografi Gunungkidul yang berada pada dataran tinggi
sehingga berpengaruh pada kondisi infrastruktur dan anggaran.
Akses lama tinggal atau penginapan yang masih sedikit
mempengaruhi minat wisatawan untuk menginap di pantai Baron.
Sumber daya manusia yang kurang kesadaran tentang
pengelolaan pariwisata, pengalaman dan keterampilan yang belum
maksimal.
B. Saran
Dari uraian diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pengembangan destinasi pariwisata pantai Baron khususnya dalam
penataan ulang kawasan Baron pemerintah hendaknya melibatkan
masyarakat dan pelaku usaha dalam tahapan persiapan, pembentukan tim
teknis, dan penetapan rencana. Dalam prosesnya, masyarakat dan pelaku
usaha hanya dilibatkan dalam tahap sosialisasi perencanaan saja sehingga
kurang terakomodir. Kawasan pantai Baron merupakan potensi bersama,
dan sudah seharusnya masyarakat ikut berpartisipasi dan terlibat dalam
tahapan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan
obyek wisata pantai Baron. Dalam pengembangan aksesbilitas Dinas
Pariwisata harus menjaga dan meningkatkan kualitas sarana aksesbilitas
seperti jalan yang sempit diperlebar serta diberi penerangan, dan rambu-
rambu jalan masih terbatas. Melakukan kerjasama dengan pihak lain agar
dapat mendukung pengembangan akses yang ada saat ini.
106
2. Dalam meningkatkan pemasaran dan promosi pemasaran pariwisata Dinas
Pariwisata harus lebih sering melakukan promosi baik di dalam maupun
luar negeri. Dinas Pariwisata juga harus bekerja sama dengan stakeholder
pariwisata seperti hotel-hotel dan biro perjalanan terkait dengan promosi
pariwisata Kabupaten Gunungkidul.
3. Dalam peningkatan kelembagaan organisasi Dinas Pariwisata harus
mengikutsertakan pegawai, kelompok sadar wisata dalam setiap program.
Bekerja sama dengan kelompok nelayan untuk meningkatkan atraksi di
pantai Baron. Dinas pariwisata juga harus melakukan sosialisasi aksi sadar
wisata kepada masyarakat lokal untuk menjaga dan melestarikan wisata
khusunya pantai Baron.
4. Faktor pendukung pengembangan pariwisata yaitu harus adanya komitmen
pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata Kabupaten
Gunungkidul dengan beragamnya potensi alam harus dimanfaatkan sesuai
visi misi yang tepat serta di dukung oleh stakeholder pariwisata.
5. Faktor penghambat pemerintah daerah harus memberikan anggaran yang
jelas dan sesuai dengan visi dan misi daerah Kabupaten Gunungkidul agar
sebanding dengan pengembangan pariwisata.
LAMPIRAN
Wisata di atas merupakan pantai Baron. Pantai yang menjadi ikon pariwisata
di Kabupaten Gunungkidul.
Fasilitas kios-kios pedagang seperti warung, kios souvenis, dan rumah makan yang ada
di kawasan pantai Baron yang dikenal dengan wisata kuliner.
Lahan parkir di kawasan pantai Baron.
: DINAS KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN
Pagu
Indikatif
Rp (
000 )
Sumber
danaSKPD
Jenis
Kegiatan
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target 1/2/3 a/b/c
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SEMUA URUSAN
1 17 1 17 01 01 Program : Pelayanan
Administrasi
Perkantoran.
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah
Meningkat
Persentase
pemenuhan
Kebutuhan
Administrasi
Perkantoran
100% 662,500 663,500 APBD
1 17 1 17 01 01 01 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Surat Menyurat
Disbudpar Jumlah surat yang dikirim 660 surat Rasio surat yang dikirim sampai
sasaran100% 2,500 2,500 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 02 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Komunikasi,
Sumber Daya Air dan
Listrik
Disbudpar Jumlah sarana jasa
telepon, listrik, dan air.
6 rek listrik, 4 rek air,
dan 1 rek telpon
Meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas -
presentase terbayarnya
rekening listrik, air,
telepon dan internet
100% 211,000 211,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 03 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Peralatan dan
Perlengkapan Kantor.
Disbudpar jumlah peralatan dan
perlengkapan kantor : AC
29 unit AC Meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas -
Terpeliharanya peralatan
AC
100% 10,000 11,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 06 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Perijinan Kendaraan
Dinas/Operasional
Disbudpar Jumlah kendaraan dinas
yang terbayar pajaknya
Roda 4: 4 bh, Roda 6 : 2
bh & roda 2 : 16 bh
Meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas -
Presentase legalitas
kendaraan di SKPD
100% 10,000 10,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 09 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Perbaikan
Peralatan Kerja
Disbudpar jumlah peralatan kerja
terfasilitasi : kompoter,
printer,laptop,mesin ketik
Komputer 12 unit, Laptop
16, Printer 14 dan 3
Mesin ketik
Meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas -
Presentase peralatan
kerja dalam kondisi baik
100 5% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 10 Kegiatan : Penyediaan
Alat Tulis Kantor
Disbudpar
Jumlah
alat tulis
kertas Fax 80, Isi pentel
:100, Amplop : 50 pak,
stop map : 1000 lbr, HVS :
160 rim, data print : 80,
odner : 135 bh dll.
Meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas -
Presentase ketersediaan
ATK yang memadai
100% 15,000 13,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 11 Kegiatan : Penyediaan
Barang Cetakan dan
Penggandaan
Disbudpar Jumlah barng cetakan dan
foto copy
14 buah barang cetakan,
penggandaan foto
copy,blanko BKP :110,
STS : 12 exs, 150 exs
dispo,75 exs blangko
retribusi
Persentase barang
cetakan dan foto copy
tersedia dalam kondisi
baik
100% 29,000 29,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 12 Kegiatan : Penyediaan
Komponen Instalasi
Listrik/Penerangan
Bangunan Kantor
Disbudpar komponen listrik tersedia - lampu 50 buah, kabel 5
roll,stop kontak 5 buah,
saklar 10 bh, SL 24 watt :
40, SL 23 watt : 15 bh, SL
35 watt : 20 bh
Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
-Presentase komponen
listrik tersedia dengan
baik
100% 12,000 13,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 13 Kegiatan : Penyediaan
peralatan dan
perlengkapan kantor
Disbudpar tersediannya mesin ketik
manual
3 buah mesin ketik Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
dalam penyusunan
laporan
100% 9,000 10,000 Disbudpar
Keterangan
Hasil Program Keluaran Kegiatan Hasil KegiatanPrakiraan
Maju
Rp ( 000 )
1
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2018
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
SKPD
Nomor Kode Urusan,
Program dan Kegiatan
Urusan / Bidang
Urusan Pemerintahan
Daerah dan
Program/Kegiatan
Prioritas
Daerah
Sasaran
DaerahLokasi
Indikator Kinerja Alokasi Dana APBD
1 17 1 17 01 01 14 Kegiatan : Penyediaan
Peralatan rumah tangga
Disbudpar jumlah bahan dan peralatan
kebersihan
Sapu lidi: 300, Fitxal :50
btl, pel :50, keset : 16,
tempat sampah : 46, tisu :
85 dll.
Kebersihan dan
kenyamanan kantor
Dinas Kebudayayan dan
Kkepariwisataan
- prosentase peralatan
kebersihan dan bahan
pembersih tersedia
dengan baik
100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 15 Kegiatan : Penyediaan
Bahan Bacaan dan
Peraturan Perundang-
undangan
Disbudpar jumlah surat kabar Majalah/Koran 24 buah Bertambahnya refernsi
dan wawasan aparatur
-
Presentase jumlah buku
bacaan/ referensi
majalah, koran tersedia
dengan baik
100% 4,000 4,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 17 Kegiatan : Penyediaan
Makanan dan Minuman
Disbudpar jumlah makanan dan
minuman tersedia untuk
rapat dan tamu
90 kali rapat koordinasi ,
2500 os -Makan Minum
850 os, Minum Snack
2200 os
Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
- Prosentase makanan
dan minuman tersedia
untuk rapat dan tamu
dengan baik
100% 48,000 48,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 18 Kegiatan : Rapat-rapat
Koordinasi dan
Konsultasi Keluar Daerah
Kab. GK dan
luar GK
Frekvensi rapat,
Konsultasi, dan Koordinasi
Jakarta 50 op, Jateng 41
op, Jatim, 30 op, luar jawa
16 op, DIY : 87 op, GK :
213 op
Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
- Prosentase rapat
koordinasi dan konsultasi
yang terfasilitasi
100% 220,000 220,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 19 Kegiatan : Penyediaan
Jasa Tenaga
Administrasi/Teknik
Perkantoran
Disbudpar Jumlah tenaga
administrasi/tehnik
perkantoran
3 orang tenaga kontrak Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
- Prosentase tenaga
administrasi /tehnik
perkantoran yang
terfasilitasi dengan baik
100% 58,000 58,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 01 Kegiatan : Pendataan dan
pengelolaan arsip SKPD
Wno Jenis data yang terkelola
dan terpelihara
2 rak arsip/buku kayu Meningkatnya
kelancaran
pelaksananan tugas
- Prosentase peralatan
penataan arsip tersedia
dengan baik
100% 4,000 4,000 Disbudpar baru
1 17 1 17 01 02 Program : Peningkatan
Sarana dan Prasarana
dan perlengkapan
Aparatur
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
meningkat
persentase
pemenuhan
kebutuhan
sapras dan
perlengkap-
an aparatur
100% 358,410 363,910 APBD
1 17 1 17 01 02 07 Kegiatan : Pengadaan
Mebelair
Kantor 6 & 9
Pos Retribusi
obyek wisata
Jumlah dan jenis
perlengkapan kantor yang
dibeli
15 meja kayu dan 15 kursi
kerja kayu dan 2 meja
rapat
Kenyamanan tempat
kerja di kantor dan
obyek wisata
-
presentase pemenuhan
perlengkapan kantor
baru dan pos retribusi
100% 25,000 25,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 02 09 Kegiatan : Pengadaan
Peralatan Gedung Kantor
Wno Jumlah gerobag sampah
yang dibeli
5 unit Tersedianya sarana
kerja berupa gerobag
sampah yang baru untuk
operasional kebersihan
di obyek wisata
100% 25,500 30,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 02 10 Kegiatan : Pemeliharaan
peralatan mebelair
Wno Jumlah 15 meja dan kursi
kayu dan kursi rapat 15 bh
Jumlah 15 meja dan kursi
kayu dan kursi rapat 15 bh
Terpeliharannya meja
dan kursi kantor
100% 5,000 6,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 02 22 Kegiatan : Pemeliharaan
Rutin/Berkala Gedung
Kantor
Wno Jumlah dan jenis
pemelharaan gedung
kantor
Kantor Terawatnya gedung
kantor dan menambah
usia ekomis
- presentasentase
pemenuhan kebutuhan
pemel gedung
100% 122,910 122,910 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 02 24 Kegiatan : Pemeliharaan
Rutin/Berkala Kendaraan
Dinas/Operasional
Wno Jumlah dan jenis
kendaraan Dinas yang
dipelihara
Roda 4: 4 bh, Roda 6 : 2
bh & roda 2: 16 bh
meningkatnya
kelancaran pelaksanaan
tugas - prosentase
kendaraan dinas dalam
kondisi baik
100% 180,000 180,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 03 Program : Peningkatan
disiplin Aparatur
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
meningkat
persentase
aparatur sipil
taat aturan
100% 15,650 15,650 APBD
1 17 1 17 01 03 05 Kegiatan : pengadaan
pakaian hari-hari tertentu
Wno jumlah pembelian seragam 71 potong,
71 orang
meniningkatnya tugas
pelayanan tigas pimpinan
disiplin aparatur -
prosentase pemenuhan
kebutuhan pakaian
khusus hari tertentu
100% 10,650 10,650 Disbudpar Sedang
Berjalan
Kegiatan :
penatalaksanaan
kepegawaian SKPD
Wno Jumlah ASN yang
terfasilitasi
68 orang prosentase ASN yang
terfasilitasi dengan baik
100% 5,000 5,000 Disbudpar
1 17 1 17 01 05 Program : Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya Aparatur
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
meningkat
persentase
PNS yang
memiliki
kompetensi
sesuai bidang
tugas
100% 25,000 25,000
1 17 1 17 01 05 01 Kegiatan : Pendidikan dan
Pelatihan Formal
Wno jumlah ASN yang dikirim
mengikuti diklat
5 orang prosentase ASN yang
memiliki kompetensi
sesuai bidang tugas
25,000 25,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 06 Program : Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
kinerja
pemerintah
daerah
meningkat
persentase
laporan
keuangan
yang disusun
tepat waktu
100% 54,700 55,000 APBD
1 17 1 17 01 06 01 Kegiatan : Penyusunan
Laporan Capaian Kinerja
dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
Wno Dokumen LAKIP 1 dokumen Dokumen LAKIP
tersusun tepat waktu
dan benar
100% 4,500 4,500 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 06 02 Kegiatan : Penyusunan
Pelaporan Keuangan
Semesteran
Wno dokumen laporan
keuangan semesteran
2 dokumen Dokumen laporan
semesteran tersusun
tepat waktu dan baik
100% 1,200 1,500 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 06 04 Kegiatan : Penyusunan
Pelaporan Keuangan
Akhir Tahun
Wno dokumen laporan
keuangan akhir tahun 1 dokumen
Dokumen laporan akhir
tahun tersusun tepat
waktu dan baik
100% 4,000 4,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 06 05 Kegiatan : Penyusunan
Pelaporan Keuangan
Bulanan/SPJ
Wno dokumen laporan
keuangan bulanan dan
Penyediaan Jasa
Administrasi Keuangan
12 dokumen Dokumen laporan
bulanan tersusun tepat
waktu dan baik
100% 45,000 45,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 09 Program : Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Publik
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah
Meningkat
Nilai IKM
SKPD
100% 158,500 158,700 APBD
1 17 1 17 01 09 01 Kegiatan : Pengelolaan
Data dan Sistem
Informasi SKPD
Disbudpar Dokumen data potensi
SKPD
500 Exs buku Dokumen data potensi
SKPD tersusun dengan
baik
100% 40,000 40,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
Penyusunan data statistik
Kepariwisataan
Disbudpar Dokumen analisis statistik
Kepariwisataan
300 Exs buku Dokumen statistik
Kepariwisataan
100% 60,000 60,000
Pameran hari jadi Kab.GK Disbudpar Frekvensi pameran Hari
Jadi yg dilaksanakan
1 kali Pameran Hari jadi
terlaksana dengan baik
100% 15,000 15,000
01 20 01 17 01 32 03 Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat
(IKM) SKPD
Disbudpar Dokumen Pengukuran
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM)
2 dokumen dokumen pengukuran
IKM tersusun dengan
baik dan tepat waktu
100% 4,000 4,000 baru
01 20 01 17 01 32 06 Pengendalian SKPD (
SPIP )
Disbudpar Dokumen SPIP 1 dokumen SPIP terimplementasi
dengan baik
100% 5,500 5,500 baru
Penyusunan Standar
Pelayanan (SP) SKPD
Disbudpar Dokumen monev capaian
Standar pelayanan
1 dokumen Prosentase capaian
Standar Pelayanan
100% 3,000 3,200 Disbudpar Sedang
Berjalan
Penyusunan Standar
Operasional Produk
(SOP)
Disbudpar Dokumen SOP 2 dokumen dokumen SOP tersusun
dengan baik
100% 3,000 3,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
01 20 01 17 01 32 Monitoring, Evaluasi dan
Pengendalian Program
Kegaiatan SKPD
Disbudpar dokumen pengendalian
SKPD
12 dokumen prosentase kegiatan
SKPD yg terlaksana
dengan baik
100% 28,000 28,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 Program : Peningkatan
Kualitas Perencanaan
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah
Meningkat
Persentase
dokumen
Perencanaan
dan
Pelaporan
SKPD yang
disusun tepat
waktu
100% 22,500 22,500 APBD
1 17 1 17 01 09 02 Kegiatan : Penyusunan
dan Evaluasi Rencana
Strategis (Renstra)
SKPD 2015-2020
Disbudpar Dokumen Renstra dan
evaluasi
2 dokumen Renstra tersusun tepat
waktu, benar dan baik
100% 5,000 5,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 09 03 Kegiatan : Penyusunan
dan Evaluasi Rencana
Kerja SKPD
Disbudpar Dokumen Renja, Evaluasi
Renja, RKA, DPA
6 dokumen Renja tersusun tepat
waktu, benar dan baik
100% 8,500 8,500 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 1 17 01 09 06 Kegiatan :
Penyelenggaraan Forum
SKPD
Disbudpar Dokumen hasil
pelaksanaan forum SKPD
1 dok, 75 orang prosentase usulan yang
terealisasi, Target PAD (
DPPKAD)
100% 9,000 9,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
01 URUSAN WAJIB
3 17 1 17 01 04 15 Program :
Pengembangan Nilai
Budaya
Sosial,
Budaya, dan
Penanggu-
langan
Kemiskinan
Pembinaan,
Pengembanga
n dan
Pelestarian
Budaya Lokal
Meningkat
Jumlah
pelestari dan
pelaku
budaya,
fasilitas
budaya
8 Desa
Rintisan
desa
Budaya,
57 Desa
non Desa
budaya054 Pemberian penghargaan
bagi Pelestari dan
Penggiat BudayaKab. Gk
Jumlah seniman yang
berprestasi
5 orang Peningkatan kualitas dan
daya saing Seniman
100% Disbudpar DANAIS
052 Pengembangan Desa
dan Kantong Budaya Kab. Gk
Jumlah desa dan kantong
budaya
pembinaan seni 132
Desa dan 14 Desa
kantong budaya
Terwujud Desa Budaya
dan Kantong Budaya
yang maju
100% Disbudpar DANAIS
051 Pelestarian kepercayaan
dan tradisi Kab. Gk
Jumlah pelestarian dan
tradisi
50 kelompok/lembaga
upacara adat di Kab.GK
Apresiasai masyarakat
terhadap seni semakin
meningkat
100% Disbudpar DANAIS
Program : Pengelolaan
kekayaan budaya
Sosial,
Budaya, dan
Penanggu-
langan
Kemiskinan
Pembinaan,
Pengembanga
n dan
Pelestarian
Lokal
Meningkat
Jumlah
kelompok
budaya yang
aktif
3 warisan
Budaya
100%
109 Kegiatan :Pelestarian
warisan budaya dan
cagar budaya
Kab. Gk
jumlah identifikasi,
pelestarian warisan budaya
dan BCB
7 paket : 1.Pemeliharaan
aplikasi peta
budaya,2.Sosialisasi
BCB, 3.wajib kunjung
WBCB, 4.workshop
WBCB, 5.pendaftaran
BCB,6.Pengembangan
situs Candi Risan,
7.Revitalisasi Situs
Sokoliman, Bleberan,
Gondang
tersedia dokumen
perencanaan sebagai
acuan pelestarian WB
dan CB
100% Disbudpar DANAIS
3 17 1 17 01 04 15 Program : Pengelolaan
Keanekaragaman
Budaya
Pembinaan,
Pengembanga
n dan
Pelestarian
Lokal
Meningkat
Jumlah
kelompok
budaya yang
aktif
1 17 1 01 5 2 17 Program : Pengelolaan
Keragaman Budaya
Pembinaan,
Pengembanga
n dan
Pelestarian
Lokal
Meningkat
Jumlah
kelompok
budaya yang
aktif
055 Aktualisasi Kesenian
Tradisional dan Budaya
Kontemporer
Kab. GK, DIY,
luar DIY
Jumlah festival yang di ikiuti
lokal maunpun nasional
Lokal 11 kali dan
nasional 1 kali
Peningkatan sumber
daya manusia pelaku
seni budaya
100% Disbudpar DANAIS
056 Promosi dan Publikasi
Seni BudayaKab. Gk
Jumlah festival seni
ketoprak antar kecamatan
se Kab. Gunungkidul
18 grup kethoprak wakil
dari 18 kecamatan
Peningkatan sumber
daya manusia pelaku
seni budaya
100% Disbudpar DANAIS
Kegiatan : Penguatan
Lembaga Penggiat Seni
dan Budaya
Kab. Gk
Pelatihan ( pembinaan
seni) 18 Kelompok
kesenian
terbinanya 18 kelompok
seni 18 Kecamatan se
Kab.GK
Peningkatan sumber
daya manusia pelaku
seni budaya
100% 180,000 180,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 01 5 2 18 Program :
Pengembangan
kerjasama pengelolaan
kekayaan budaya
Sosial,
Budaya, dan
Penanggu-
langan
Kemiskinan
Pembinaan,
Pengembanga
n dan
Pelestarian
Lokal
Meningkat
Jumlah
kelompok
seni yang
dikirim
011 Misi kebudayaan dalam
dan luar negeri dalam
rangka diplomasi budaya
Kab. GK, DIY,
luar DIY
Jumlah pengiriman misi
kebudayaan ke Jakarta, ke
Luar Jawa, dan luar negeri
4 Tim Kesenian misi
kesenian jkt 1 x, bali
2 x, kalimantan 1 x
seni budaya yang
berkualitas
100% Disbudpar DANAIS
2 04 1 17 01 15 Program :
Pengembangan
Pemasaran Pariwisata
Pariwisata Kunjungan
wisata
meningkat
persentase
peningkatan
promosi
wisata
10% 1,347,650 1,417,650 APBD
2 04 1 17 1 15 02 Kegiatan : Peningkatan
Pemanfaatan TI dalam
Pemasaran Pariwisata
Kab. GK, DIY,
luar DIY
100% Jumlah pemanfaatan TI
(Tourism Information )
dalam pemasaran
Pariwisata
6 jenis : 1.penggantian
baner baliho GK,
2.promosi melalui media
cetak & elektronik 3.jasa
pembuatan booklet,
leaflet,
4.Pengembangan websit
wisata
masyarakat luas dapat
lebih mudah mengakses
informasi pariwisata
100% 200,000 250,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
2 04 1 17 1 15 03 Kegiatan :
Pengembangan Jaringan
Kerjasama Promosi
Pariwisata
Kab. GK, DIY,
luar DIY
100% Jumlah Pengembangan
Jaringan Kerjasama
Promosi Pariwisata
1. Travel dialog,
2.Familierzation Tour
3. Java Promo
meningkatnya jaringan
kerjasama promosi
pariwisata
100% 200,000 220,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
2 04 1 17 1 15 04 Kegiatan : Koordinasi
dengan sektor pendukung
pariwisata
Kab. GK, DIY 100% Koordinasi dengan sektor
pendukung pariwisata
1.Rapat koordinasi 4 x
30 orang, 2.Orientasi
lapangan 1 x 40 orang
Rapat koordinasi
pemasaran
100% 12,650 12,650 Disbudpar
2 04 1 17 1 15 05 Kegiatan : Pelaksanaan
Promosi Pariwisata
Nusantara di Dalam dan
Luar Negeri
750,000 750,000
1. Pameran GK,DIY,
Jawa & luar
Jawa
100% Jumlah Promosi Pariwisata
Nusantara ( Dalam negeri
)
PAMERAN :
GK,DIY,Jawa dan luar
jawa
meningkatnya penyebar
luasan imformasi
pariwisata
100%
300,000 300,000
Disbudpar Sedang
Berjalan
2. Festival Geopark GS GK 450,000 450,000
- Dimas Diajeng GK 75,000 75,000
- Baron 10 Km GK 40,000 40,000
- Lomba foto GK 50,000 50,000
- Festival kuliner GK 40,000 40,000
- Rally wisata GK 40,000 40,000
- Branding wisata GK 80,000 80,000
- Lomba Video pendek GK 50,000 50,000
- Puncak acara GK 75,000 75,000
Pelatihan pemandu
wisata terpadu (PIWK)
Kec.
Purwosari,
Gedangsari,
Patuk,
Saptosari,
Nglipar
100% Jumlah pemandu wisata
yang
terlatih/profesionalisme
pelayanan terhadap
wisatawan meningkat
100% 140,000 140,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
Pelatihan pemandu
wisata terpadu (PIS)
Kec.
Girisubo,
Paliyan ,
Ponjong
100% Jumlah pemandu wisata
yang
terlatih/profesionalisme
pelayanan terhadap
wisatawan meningkat
100% 45,000 45,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
2 04 1 17 01 16 Program :
Pengembangan
Destinasi Pariwisata
Pariwisata kunjungan
wisata
meningkat
jumlah
destinnasi
wisata yang
lengkap
3 juta
wisatawa
n
9,035,090 9,410,000 APBD
2 04 1 17 01 16 01 Kegiatan : Peningkatan
kelembagaan Destinasi
Pariwisata (PIWK)
Kec. Tepus,
Semin,
Semanu,
Paliyan,
Gedangsari,
dan Patuk
jumlah pembinaan dan
sosialisasi kelembagaan
destinasi pariwisata
300 orang Berkembangnya obyek
wisata di Kab.
Gunungkidul,
meningkatkan
pengetahuan bagi SDM
Pelaku Desa wisata
100% 100,000 100,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
Sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan
Wno jumlah sosialisasi
peraturan daerah di bidang
kepariwisataan
1 kali 30 orang Tersosialisasinya
peraturan daerah tentang
kepariwisataan
100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
1 17 01 16 Kegiatan :
Pengembangan dan
Pemeliharaan sarana
destinasi pariwisata
Kab.GK Jumlah tersusunnya
dokumen perencanaan
Destinasi Pariwisata, dan
jumlah sapras yg dibangun
10 dokumen master plan ,
dan 12 pembangunan
fisik, lokasi Kab.GK
pembangunan sapras di
Destinasi pariwisata
tepat peruntukanya
100% 4,400,090 4,595,000 Disbudpar
1.Pemel.Gasebo,Gardu
pandang & sculpture
Krakal
100% 54,000 67,000
2.Penyempurnaan
Fasilitas IPAL Kumunal
P.Krakal
100% 68,240 68,500
3.Pemb.Pos Retribusi
Gunung Batur-
Watulumbung (Desa
Balong), Ngedan ,
Embung Sriten
100% 225,600 227,500
4.Pembangunan Goa
Cerme
100% 225,800 227,000
5.Pembangunan Kawasan
wisata Goa Pindul
100% 206,000 208,000
6.Pembangunan talud &
parkir kawasan
P.Potunggal
100% 211,000 211,000
7.Pengadaan marka
penggaduh pos Retribusi
100% 100,000 100,000
8. Pengadaan rambu
petunjuk jurusan wisata
100% 100,000 100,000
9.Pemb.penataan
kawasan parkir
P.Njungwok
100% 225,000 227,500
10.Pembuatan master
plant Baron - Watu kodok
100% 50,000 158,000
11.Pembuatan master
plant Goa Pindul
100% 50,000 50,000
12.Pembuatan master
plant air sri Gethuk
100% 50,000 50,000
13.Pembuatan master
plant Kalisuci
100% 50,000 50,000
14.Pembuatan master
plant Jomblang
100% 50,000 50,000
15.Pembuatan master
plant Goa Cokro
100% 50,000 50,000
16.Pembuatan master
plant Bengawan Solo
Purba
100% 50,000 50,000
17.Pembuatan master
plant Hutan Turunan
100% 50,000 50,000
18.Pembuatan master
plant Drini
100% 50,000 50,000
19.Pembangunan Eks
Kecamatan Patuk
100% 1,764,450 1,825,000
20.Pemb.Pos retribusi
Siung Tahap II
100% 229,800 231,000
21.Rehabilitasi dan
penataan Rest Area
Bunder
100% 239,600 241,000
22.Pemb.penataan ikon
P.sepanjang,
Kemadang,Tanjungsari
100% 235,600 237,500
23.Sewa tanah pos
retribusi dan TPS
100% 65,000 66,000
Kegiatan :
Ikon/pematangan lahan
parkir ( Rencana
Terpadu)
Kawasan
Pantai Krakal
1 Paket 1 Paket 100% 1,000,000 1,000,000
Kegiatan : Relokasi
Masjid/Mushola
(Rencana Terpadu)
Kawasan
Pantai Krakal
1 Paket 1 Paket 100% 500,000 500,000
Kegiatan : Peningkatan
Area Parkir Baron
(Rencana Terpadu)
Kawasan
Pantai Baron
1 Paket 1 Paket 100% 500,000 500,000
- Drainase Kawasan
Baron (Rencana Terpadu)
Kawasan
Pantai Baron
1 Paket 1 Paket 100% 200,000 200,000
- Rehab los/Kios
Kawasan Baron
(Rencana Terpadu)
Kawasan
Pantai Baron
1 Paket 1 Paket 100% 200,000 200,000
04 1 17 01 16 Kegiatan : Optimalisasai
pendapatan daerah
Bidang Pariwisata
Kab.GK dan
Luar Daerah
jumlah pengelolaan dan
pengawasan PAD dari
obyek wisata
154 petugas, 450 petugas
pengamanan, pembinaan,
dan 1(satu)kali orientasi
lapangan
pengelolaan PAD
terkendali
100% 2,120,000 2,300,000 Disbudpar
2 04 1 17 01 17 Program :
Pengembangan
Kemitraan
Pariwisata kunjungan
wisata
meningkat
jumlah
kelompok
lembaga yang
melakukan
kemitraan
8 lembaga 140,000 145,000 APBD
2 04 1 17 01 17 03 Kegiatan :
Pengembangan SDM
Bidang Budpar
Bekerjasama dengan
Lembaga Lain
Jumlah lembaga yang
bekerjasama
Sosialisasi Sadar wisata
dan Sapta pesona untuk
pelajar dan Pramuka,
Sosialisasi sertifikasi
pelaku wisata
meningkatnya kerjasama
Pariwisata
100% 60,000 60,000 Disbudpar
2 04 1 17 01 17 04 Kegiatan : Fasilitasi
forum komunikasi antar
pelaku industri pariwisata
dan budaya
Kab. GK
Memfasilitasi forum
komunikasi antar pelaku
industri pariwisata dan
budaya
2 kali : 50 orang terlaksananya forum
komunikasi antar pelaku
industri pariwisata dan
budaya ( P.Saka Wisata)
100% 20,000 20,000 Disbudpar
2 04 1 17 01 17 07
- Pelatihan Managemen
Hotel dan Rumah Makan
Kab. GK jumlah pelatihan
managemen hotel dan
Rumah makan
1 kali : 50 orang peningkatan
pengetahuan
pengelolaan hotel dan
rumah makan
100% 30,000 30,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
- Kegiatan Hiburan
Rekreasi
Kab. GK jumlah pelatihan
pengelolaan KHR
1 kali : 50 orang meningkatnya
profesionalisme KHR
100% 20,000 25,000 Disbudpar
- Pembinaan Pedagang
obyek wisata
Wediombo,
Siung dan
sekitarnya
Jumlah pembinaan
pedagang di obyek wisata
2 x 50 orang meningkatnya pelayanan
pedagang di obyek wisata
100
orang
15,000 15,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
- Pendampingan /
fasilitasi Jasa usaha
pariwisata, TDUP
18 Kec jumlah Jasa usaha
pariwisata
1 kali : 50 orang ketertiban usaha wisata
dalam mentaati
peraturan pemerintah
meningkat
100% 40,000 40,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
2 04 1 17 01 17 08 Kegiatan : Peningkatan
peran serta masyarakat
dalam pengembangan
kemitraan pariwisata
Kab. GK jumlah pembinaan pelaku
atraksi / even budaya
1 kali : 30 orang meningkatnya partisipasi
pelaku atraksi event
budaya dalam
mendukung
pengembangan
pariwisata
100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang
Berjalan
Jumlah 12,000,000 12,456,910
Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya
: DINAS PARIWISATA
Pagu Indikatif
Rp (
000 )
Uraian Target Uraian Target 1/2/3 1/2/3
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
SEMUA URUSAN
3 02 3 02 01 01 Program : Pelayanan
Administrasi Perkantoran.
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah Meningkat
Persentase
Pemenuhan
Kebutuhan
Administrasi
Perkantoran
100%
800,000 875,000 Program : Pelayanan
Administrasi
Perkantoran.
3 02 3 02 01 01 01 Kegiatan : Penyediaaan
Jasa, Peralatan, dan
Perlengkapan Perkantoran
Kab. Gunungkidul 100% jumlah pemenuhan kebutuhan
penyediaan jasa, peralatan dan
perlengkapan perkantoran
belanja barang
cetak dan
penggandaan/foto
copy, belanja alat
listrik dan
elektronika 1 ls,
belanja alat
kebersihan dan
bahan pembersih 1
ls, langganan surat
kabar dan majalah
12 bln,
pembayaran honor
3 orang.
300,000 325,000 Kegiatan :
Penyediaaan Jasa,
Peralatan, dan
Perlengkapan
Perkantoran
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 01 02 Kegiatan : Penyediaan Rapat-
rapat, Konsultasi dan
Koordinasi
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Timur,
Jakarta, luar
Jawa
100% jumlah dan tempat rapat-rapat
koordinasi dan konsultasi ke luar
daerah
800 tamu dinas,
700 makan minum
rapat, 800 minum
snack dinas, dan
konsultasi ke
Jabodetabek, Jawa
Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat,
dan luar Jawa
500,000 550,000 Kegiatan :
Penyediaan Rapat-
rapat, Konsultasi dan
Koordinasi
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 02 Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Reformasi
Birokrasi dan
pelayanan
Publik
Akuntabilitas
Kinerja
Pemerintah
Daerah Meningkat
persentase
pemenuhan
kebutuhan sapras
dan sarana aparatur
100% 620,000 675,000 Program
Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Perkantoran
3 02 3 02 01 02 01 Kegiatan :
Pengadaaan/Pembangunan
Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Kab.
Gunungkidul
100% jumlah dan jenis perlengkapan
kantor dan obyek wisata
1 filing kabinet,
camera 1 unit,
handy camera 1
unit, drone 1 unit,
tv LED 2 unit, 1 unit
LCD Proyektor,
tempat sampah
beroda 30 unit,
angkong 20 unit, 5
buah motor
gerobak sampah
untuk obyek wisata.
350,000 375,000 Kegiatan :
Pengadaaan/Pembang
unan Sarana dan
Prasarana
Perkantoran
Dinas
Pariwisata
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2017
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PD
Nomor Kode Urusan,
Program dan Kegiatan
Urusan / Bidang Urusan
Pemerintahan Daerah dan
Program/Kegiatan
Prioritas Daerah Sasaran Daerah Lokasi
Indikator kinerja
Alokasi Dana APBD
Jenis prog & Keg
PD
Penanggungja
wabPrakiraan Maju
Rp ( 000 )Program/outcome Kegiatan/output
1
1
3 02 3 02 01 02 02 Kegiatan :
Pemeliharaan/Rehabilitasi
Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Kab.
Gunungkidul
100% Jumlah dan jenis kendaran dinas
dan pemeliharaan kantor yang
masuk kedalam perawatan dan
pemeliharaan
2 unit roda enam,
4 unit roda empat,
16 unit roda dua,
dan pemeliharaan
gedung kantor, 30
unit pemeliharaan
AC, service
komputer 18 unit,
laptop 16 unit,
printer 19 unit, dan
mesin ketik 4 unit
270,000 300,000 Kegiatan :
Pemeliharaan/Rehabili
tasi Sarana dan
Prasarana
Perkantoran
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 03 Program Peningkatan
Ketatalaksanaan dan
Kapasitas Aparatur
70,000 77,000 Program
Peningkatan
Ketatalaksanaan
dan Kapasitas
Aparatur
3 02 3 02 01 03 02 Kegiatan : Penyelenggaraan
Ketatalaksanaan dan
Pengelolaan Kepegawaian
Perangkat Daerah
Kab.
Gunungkidul
100% semakin meningkatnya disiplin
apataur
1 kali pembinaan
kepegawaian
50,000 55,000 Kegiatan :
Penyelenggaraan
Ketatalaksanaan dan
Pengelolaan
Kepegawaian
Perangkat Daerah
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 03 03 Kegiatan : Pengembangan
kapasitas aparatur
Kab.
Gunungkidul
dan luar
Gunungkidul
100% terlaksananya pengiriman bimtek,
pelatihan dan kursus
5 orang 20,000 22,000 Kegiatan :
Pengembangan
kapasitas aparatur
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 04 Program Peningkatan
Kualitas Pelaporan
Keuangan Perangkat
Daerah
60,000 65,000 Program
Peningkatan
Kualitas Pelaporan
Keuangan Perangkat
Daerah
3 02 3 02 01 04 01 Kegiatan : Penyusunan
Laporan Keuangan
Perangkat Daerah
Kab.
Gunungkidul
100% jumlah dokumen keuangan bulanan,
semesteran dan ahkir tahun
12 paket dokumen
keuangan laporan
bulanan, 2 paket
dokumen laporan
semesteran dan 1
paket dokumen
60,000 65,000 Kegiatan :
Penyusunan Laporan
Keuangan Perangkat
Daerah
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 05 Program Peningkatan
Kualitas Perencanaan
140,000 141,500 Program
Peningkatan
Kualitas
Perencanaan
3 02 3 02 01 05 01 Kegiatan : Perencanaan
Kinerja Perangkat Daerah
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Luar DIY
100% dokumen penyusunan LAKIP,
Restra, Renja dan Forum SKPD
1 dok LAKIP, 1 dok
Renstra, 1 dok
Renja, dan 1 dok
Forum SKPD
25,000 25,500 Kegiatan :
Perencanaan Kinerja
Perangkat Daerah
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 05 02 Kegiatan : Pengendalian
Internal Perangkat Daerah
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Luar DIY
100% jumlah dokumen pengendalian dan
monitoring, evaluasi
1 dok monev dan 1
dok pengendalian
40,000 40,500 Kegiatan :
Pengendalian Internal
Perangkat Daerah
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 05 03 Kegiatan : Pengelolaan data
dan sistem informasi
Perangkat Daerah
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Luar DIY
100% jumlah buku potensi data base dan
statistik pariwisata serta pameran
hari jadi
1.000 exemplar
Buku Potensi
Wisata dan 1 kali
pameran hari jadi
75,000 75,500 Kegiatan :
Pengelolaan data dan
sistem informasi
Perangkat Daerah
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 06 Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik
20,000 20,500 Program
Peningkatan
Kualitas Pelayanan
Publik
3 02 3 02 01 06 01 Kegiatan : Penyelenggaraan
Pelayanan Publik
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Luar DIY
100% jumlah dokumen IKM, SP, dan SP
yang telah disusun
1 dok IKM, 1 dok
SP, dan 1 dok
SOP, 1 kali study
orientasi lapangan
20,000 20,500 Kegiatan :
Penyelenggaraan
Pelayanan Publik
Dinas
Pariwisata
2
3 02 3 02 01 15 Program Peningkatan
Pemasaran Pariwisata
3,050,000 3,175,000 Program
Peningkatan
Pemasaran
Pariwisata
3 02 3 02 01 15 01 Kegiatan :
Penyelenggaraan Promosi
Pariwisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Timur, Jawa
Barat,
Jabodetabek,
dan luar
Jawa, luar
negeri
(Asean)
100% jumlah media promosi dan informasi
wisata, jumlah jaringan kerjasama
promosi pariwisata, jumlah even,
pameran, dan macam bahan promosi
8 media promosi
baik cetak dan
elektronik 4 travel
dialog dan 3 fam
tour 7 even dan 1
kali event (geopark
night festival), 5
pameran dan 5
bahan promosi
2,500,000 2,600,000 Kegiatan :
Penyelenggaraan
Promosi Pariwisata
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 15 02 Kegiatan : Pembinaan dan
Pengembangan Usaha
Pariwisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Luar DIY
100% terselenggaranya pelatihan
pemandu wisata terpadu,
sosialisaasi sadar wisata dan sapta
pesona dan pembinaan usaha jasa
pariwisata dan ekonomi kreatif
5 pelatihan
pemandu wisata, 3
kali sosialisasi, dan
4 kali pembinaan
jasa usaha wisata
dan ekonomi kreatif
550,000 575,000 Kegiatan :
Penyelenggaraan
Promosi Pariwisata
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 16 Program Peningkatan dan
Pengembangan Destinasi
Pariwisata
16,000,000 16,500,000 Program
Peningkatan dan
Pengembangan
Destinasi Pariwisata
3 02 3 02 01 16 02 Kegiatan : Pengembangan
dan Pengelolaan Obyek dan
Daya Tarik Wisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Timur, Jawa
Barat,
Jabodetabek
dan Luar Jawa
100% terlaksananya pengembangan
destinasi dengan perencanaan
penataan kawasan, peningkatan
kebersihan daya tarik wisata dan
intensifikasi pemungutan retribusi
serta peningkatan kenyamanan dan
keamanan wisatawan
10 dokumen
perencanaan , 84
THL pos retribusi
dan kebersihan
serta 27 tempat
pos retribusi serta
pengamanan libur
akhir pekan,
lebaran, natal dan
tahun baru
3,000,000 3,250,000 Kegiatan :
Pengembangan dan
Pengelolaan Obywk
dan Daya Tarik
Wisata
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 16 03 Kegiatan : Pembangunan
dan Pemeliharaan Sarana
Destinasi Pariwisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Timur,
Jabodetabek,
dan Luar
Jawa
100% Terlaksananya pembangunan dan
pemeliharaan sarana wisata
destinasi pariwisata
29 sarana destinasi
wisata
13,000,000 13,250,000 Kegiatan :
Pembangunan dan
Pemeliharaan Sarana
Destinasi Pariwisata
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 17 Program Peningkatan dan
Pengembangan Industri
dan Kelembagaan
Pariwisata
1,250,000 1,300,000 Program
Peningkatan dan
Pengembangan
Industri dan
Kelembagaan
Pariwisata
3 02 3 02 01 17 01 Kegiatan : Pembinaan
Kelembagaan Pariwisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Barat, Jawa
Timur,
Jabodetabek
100% terlaksananya kampanye sadar
wisata dan sapta pesona di
destinasi wisata, peningkatan
kualitas SDM, lomba dan forkom
Pokdarwis dan desa wisata, serta
sosialisasi geopark
3 kali kampanye
sadar wisata, 2 kali
pembinaan, 2
lomba dan 2
forkom, 4
sosialisasi
700,000 725,000 Kegiatan :
Pembinaan
Kelembagaan
Pariwisata
Dinas
Pariwisata
3 02 3 02 01 17 03 Kegiatan : Pengembangan
Industri Pariwisata
Kab.
Gunungkidul,
DIY, Jawa
Tengah, Jawa
Timur,
Jabodetabek
100% terlaksananya pembinaan
pembinaan pedagang, peningkatan
kapasitas usaha masyarakat,
sosialisasi dan peningkatan
standarisasi usaha hotel, restoran,
homestay, pembinaan KHR
(Kegiatan Hiburan dan Rekreasi)
2 kali pembinaan, 5
kalli lomba, 1
sosialisasi, 1
pembinaan KHR
550,000 575,000 Kegiatan :
Pembinaan
Kelembagaan
Pariwisata
Dinas
Pariwisata
22,010,000 22,829,000 Jumlah
3
~ 1 ~
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
(Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul)
Nomor : 3 Tahun : 2014
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GUNUNGKIDUL,
Menimbang : a. bahwa pembangunan kepariwisataan
merupakan bagian integral dari
pembangunan daerah sehingga harus
dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan,
dan bertanggungjawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap
nilai-nilai agama, budaya, dan
kelestarian lingkungan hidup;
b. bahwa untuk melaksanakan
ketentuan dalam Pasal 8 dan Pasal 9
Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan perlu
menetapkan Rencana Induk
~ 2 ~
Pembangunan Kepariwisatan Daerah
Kabupaten Gunungkidul;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisatan
Daerah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2014-2025;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun
1950 Nomor 44);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
~ 3 ~
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4966);
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 170);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai
Berlakunya Undang-Undang Tahun
1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari
hal Pembentukan Daerah-daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 125);
8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun
2012 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012-2025 (Lembaran Daerah
~ 4 ~
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 Nomor 1);
9. Peraturan Daerah Gunungkidul
Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 01
Seri E);
10. Peraturan Daerah Kabupaten
Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Gunungkidul Tahun
2010-2030 (Lembaran Daerah
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011
Nomor 3 Seri E);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
dan
BUPATI GUNUNGKIDUL,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN
2014-2025.
~ 5 ~
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Gunungkidul.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Gunungkidul.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari
Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan
Kecamatan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah unsur pembantu Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang
Kepariwisataan.
7. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
8. Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.
9. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah yang berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa
~ 6 ~
manusia sebagai makhluk budaya, baik yang bersifat
berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible).
10. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan Pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara Wisatawan
dan masyarakat setempat, sesama Wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
11. Rencana Induk Pembangunaan Kepariwisataan Daerah
Kabupaten Gunungkidul yang selanjutnya disebut dengan
RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan
Kepariwisataan Daerah untuk tahun 2014 sampai dengan
tahun 2025.
12. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut
Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas umum,
fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya
Kepariwisataan.
13. Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Daerah
adalah hasil pewilayahan pembangunan Kepariwisataan
yang diwujudkan dalam bentuk Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah, dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah.
14. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah adalah kawasan
yang memiliki fungsi utama Pariwisata atau memiliki
potensi untuk pengembangan Pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan
sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan keamanan.
~ 7 ~
15. Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah adalah
kawasan geografis di dalam Destinasi Pariwisata yang
memiliki tema tertentu, dengan komponen Daya Tarik
Wisata, fasilitas umum, fasilitas Pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya Kepariwisataan.
16. Infrastruktur Pariwisata adalah semua fasilitas yang
memungkinkan semua proses dan kegiatan
Kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar sedemikian
rupa, sehingga dapat memudahkan Wisatawan memenuhi
kebutuhannya.
17. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok,
dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.
18. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan Daya
Tarik Wisata dan mengelola relasi dengan Wisatawan
untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh
pemangku kepentingannya.
19. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha Pariwisata
yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan
dalam penyelenggaraan Pariwisata.
20. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur
beserta jaringannya yang dikembangkan secara
terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi
dan mekanisme operasional, yang secara
berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke
arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.
~ 8 ~
21. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan
dan penyelenggaraan Pariwisata.
22. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan Wisatawan.
23. Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas
Pariwisata yang selanjutnya disebut Fasilitas
Kepariwisataan adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya, sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian dan
semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk
mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,
keselamatan Wisatawan dalam melakukan kunjungan ke
Destinasi Pariwisata.
24. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi yang mendukung pergerakan
Wisatawan dari wilayah asal Wisatawan ke Destinasi
Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi
Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan
Wisata.
25. Standarisasi Kepariwisataan adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan
semua pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas
usaha di bidang Kepariwisataan.
~ 9 ~
26. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada
usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung
peningkatan mutu daya tarik pariwisata, pelayanan dan
pengelolaan Kepariwisataan.
27. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh
lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk
meyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem, atau
personil telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Pasal 2
Ruang Lingkup RIPPARDA meliputi:
a. pembangunan Industri Pariwisata;
b. pembangunan Destinasi Pariwisata;
c. pembangunan Pemasaran Pariwisata; dan
d. pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan.
BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) RIPPARDA memuat:
a. visi;
b. misi;
c. tujuan;
d. sasaran; dan
e. arah kebijakan, strategi, dan indikasi program
pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2014 –
2025.
(2) Visi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah
terwujudnya Gunungkidul sebagai Destinasi Pariwisata
yang unggul berbasis alam didukung budaya yang
~ 10 ~
berkelanjutan, berdaya saing menuju masyarakat maju,
mandiri, dan sejahtera.
(3) Misi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah sebagai
berikut:
a. mengembangkan Industri Pariwisata yang berdaya
saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial
budaya;
b. mewujudkan Destinasi Pariwisata berbasis alam
didukung budaya yang aman, nyaman, menarik, mudah
dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan
pendapatan daerah, dan masyarakat;
c. mengembangkan Pemasaran Pariwisata yang sinergis,
unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; dan
d. mengembangkan organisasi Pemerintah Daerah, swasta
dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan
mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam
rangka mendorong terwujudnya pembangunan
Kepariwisataan yang berkelanjutan.
(4) Tujuan pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:
a. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian daerah;
b. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi
Pariwisata;
c. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Daerah
dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,
efisien, dan bertanggung jawab; dan
d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan
tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan
Industri Pariwisata, Pembangunan Destinasi Pariwisata
dan Pemasaran Pariwisata secara profesional, efektif,
dan efisien.
~ 11 ~
(5) Sasaran pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:
a. terwujudnya Industri Pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian daerah melalui
peningkatan investasi di bidang Pariwisata, kerjasama
antar usaha Pariwisata, perluasan lapangan kerja, dan
upaya-upaya untuk pendukung pelestarian lingkungan
dan pemberdayaan masyarakat;
b. meningkatnya kualitas dan kuantitas daya tarik Wisata
yang aman dan nyaman;
c. terwujudnya peningkatan jumlah kunjungan
Wisatawan;
d. terwujudnya peningkatan produk domestik regional
bruto di bidang Kepariwisataan;
e. terwujudnya peningkatan penerimaan pendapatan asli
daerah (PAD);
f. terwujudnya media pemasaran yang efektif dan efisien
untuk meningkatkan citra daerah sebagai Destinasi
Pariwisata;
g. tersedianya fasilitas pendukung Kepariwisataan yang
handal;
h. terciptanya sumber daya manusia Pariwisata yang
handal dan profesional;
i. terwujudnya lembaga Kepariwisataan dan sistem tata
kelola yang mampu menyinergikan pembangunan
Industri Pariwisata, Kawasan Pariwisata, dan
Pemasaran Pariwisata secara profesional, efektif, dan
efisien;
j. terwujudnya masyarakat sadar Wisata untuk
mendukung tercapainya Sapta Pesona; dan
k. terwujudnya Pariwisata sebagai sektor unggulan dan
prioritas pembangunan daerah.
~ 12 ~
Pasal 4
(1) RIPPARDA menjadi pedoman bagi pembangunan
Kepariwisataan Daerah.
(2) Pembangunan Kepariwisataan Daerah Berkarakter
Yogyakarta khas Gunungkidul.
(3) Semua program dan kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dan masyarakat harus bermuatan
dukungan terhadap pembangunan Kepariwisataan sesuai
dengan kedekatan fungsi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Berkarakter Yogyakarta khas
Gunungkidul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Pasal 5
Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:
a. prinsip pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan;
b. orientasi pada upaya-upaya pertumbuhan, peningkatan
kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, pelestarian
adat dan kebudayaan, serta pelestarian fungsi lingkungan
hidup;
c. dilaksanakan dengan tata kelola yang baik;
d. dilaksanakan secara terpadu secara lintas sektor, lintas
Daerah, dan lintas pelaku; dan
e. dilaksanakan dengan mendorong kemitraan sektor publik
dan privat.
Pasal 6
Arah pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 menjadi dasar arah kebijakan,
~ 13 ~
strategi, dan indikasi program dari setiap komponen
pembangunan Kepariwisataan.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA DAERAH
Pasal 7
Arah kebijakan pembangunan Industri Pariwisata Daerah,
meliputi:
a. peningkatan kualitas dan keragaman produk-produk usaha
Pariwisata;
b. penguatan kemitraan usaha Pariwisata dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah dalam mendukung usaha
Kepariwisataan; dan
c. peningkatan fasilitasi dan regulasi untuk pengembangan
usaha Pariwisata.
Pasal 8
Strategi pembangunan Industri Pariwisata meliputi:
a. peningkatan daya saing produk Wisata;
b. peningkatan kemitraan usaha Pariwisata; dan
c. pemenuhan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup
dan sosial budaya.
Paragraf 1
Peningkatan Daya Saing Produk Wisata
Pasal 9
Strategi peningkatan daya saing produk Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, antara lain:
a. pengembangan produk Pariwisata sesuai dengan pasar
Wisatawan;
b. optimalisasi produk pariwisata yang mempunyai keunikan
dan nilai jual secara khusus;
~ 14 ~
c. meningkatkan event-event Pariwisata menjadi event
regional, nasional dan internasional; dan
d. menjaga kelokalan dan keaslian, mengatur dan
menetapkan agar setiap Daya Tarik Wisata mempunyai
keunikan sendiri.
Paragraf 2
Peningkatan Kemitraan Usaha Pariwisata
Pasal 10
Peningkatan kemitraan Usaha Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, dilaksanakan dengan:
a. mewujudkan iklim yang menguntungkan bagi dunia usaha
kepariwisataan dan memberikan kepastian bagi pengusaha
yang akan menanamkan modalnya dalam bidang
Pariwisata;
b. mendampingi pengusaha Pariwisata menengah dan kecil
dalam upaya peningkatan kualitas jasa usaha Pariwisata;
c. menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme
penyelenggara Kepariwisataan secara bertahap dan
konsisten; dan
d. peningkatan pola pemberdayaan masyarakat dan desa di
bidang Kepariwisataan.
Paragraf 3
Pemenuhan Tanggung Jawab Terhadap
Lingkungan Hidup dan Sosial Budaya
Pasal 11
Strategi pemenuhan tanggung jawab terhadap lingkungan
hidup dan sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf c, antara lain:
a. pengembangan Pariwisata yang berwawasan lingkungan
yang mendasarkan kepada pengendalian dan pemanfaatan
lingkungan untuk kelanjutan pembangunan
Kepariwisataan;
~ 15 ~
b. pengembangan Pariwisata bertumpu dan memanfaatkan
keunikan alam, budaya dan letak geografis, dalam
kegiatannya bertanggung jawab melaksanakan pelestarian
fungsi lingkungan hidup dan ekosistem;
c. mengembangkan pembangunan prasarana yang dapat
menunjang pelestarian fungsi lingkungan hidup di
kawasan Destinasi Pariwisata secara berkelanjutan,
terpadu lintas sektor; dan
d. menumbuhkembangkan kegiatan Kepriwisataan yang
berwawasan lingkungan melalui peran Pemerintah Daerah,
Pemerintah Desa, dan kelompok masyarakat.
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
Pembangunan Destinasi Pariwisata Daerah meliputi:
a. perwilayahan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan Daya Tarik Wisata;
c. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas Pariwisata;
d. pembangunan aksesibilitas dan/atau transportasi;
e. pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan; dan
f. pembangunan investasi di bidang Pariwisata.
Bagian Kedua
Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah
Pasal 13
Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah meliputi
a. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah; dan
~ 16 ~
b. Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah.
Pasal 14
(1) Kawasan Strategis Pariwisata Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf a ditetapkan dengan
kriteria:
a. memiliki fungsi utama Pariwisata atau potensi
pengembangan Pariwisata;
b. memiliki sumber daya Pariwisata potensial untuk
menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan memiliki
citra yang sudah dikenal secara luas;
c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun
internasional;
d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak
investasi;
e. memiliki lokasi strategi yang berperan menjaga
persatuan dan keutuhan wilayah;
f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha
pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;
h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i. memiliki kekhususan dari wilayah;
j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar Wisatawan
utama dan pasar Wisatawan potensial daerah, nasional
maupun international; dan
k. memiliki potensi tren Daya Tarik Wisata masa depan.
(2) Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 13 huruf b ditetapkan dengan
kriteria:
a. terletak pada kawasan geografis didalam Destinasi
Pariwisata;
b. memiliki tema tertentu;
~ 17 ~
c. memiliki komponen Daya Tarik Wisata;
d. tersedia fasilitas umum;
e. tersedia fasilitas Pariwisata; dan
f. tersedia aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
Pasal 15
Pembangunan perwilayahan Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 dilaksanakan secara bertahap
dengan kriteria:
a. memiliki komponen Daya Tarik Wisata yang siap untuk
dikembangkan;
b. memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi
yang strategis;
c. memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik
pembangunan Kepariwisataan di wilayah sekitar baik
dalam konteks Daerah maupun nasional;
d. memiliki potensi tren Daya Tarik Wisata masa depan;
e. memiliki kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang
positif dalam menarik kunjungan Wisatawan mancanegara
dan Wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat;
f. memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
g. memiliki kontribusi terhadap pengembangan keragaman
Daya Tarik Wisata di Daerah; dan
h. memiliki keunggulan daya saing nasional dan
internasional.
Pasal 16
Perwilayahan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan
Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 tercantum dalam Lampiran I, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
~ 18 ~
Pasal 17
Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah
meliputi:
a. perencanaan pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah;
b. penegakan regulasi pembangunan Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata
Daerah; dan
c. pengendalian implementasi pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah.
Pasal 18
(1) Strategi untuk perencanaan pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf a
meliputi:
a. menyusun rencana induk pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah;
b. menyusun Rencana Detail Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah; dan
c. menyusun regulasi tata bangunan dan tata lingkungan
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata Daerah.
(2) Strategi untuk penegakan regulasi pembangunan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf b dilakukan melalui monitorong dan pengawasan.
~ 19 ~
(3) Strategi untuk pengendalian implementasi pembangunan
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 huruf c dilakukan melalui peningkatan
koordinasi antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,
dan masyarakat.
Bagian Ketiga
Pembangunan Daya Tarik Wisata
Pasal 19
(1) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b meliputi pengembangan dan
pembangunan:
a. Daya Tarik Wisata Alam;
b. Daya Tarik Wisata Budaya; dan
c. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia.
(2) Arah kebijakan pengembangan Daya Tarik Wisata
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. perintisan pengembangan Daya Tarik Wisata dalam
rangka mendorong pertumbuhan Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata Daerah;
b. pembangunan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan
kualitas, daya saing, dan daya tarik dalam menarik
minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;
c. pemantapan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan
daya saing, daya tarik dalam menarik kunjungan ulang
Wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan
d. revitalisasi Daya Tarik Wisata dalam upaya peningkatan
kualitas, keberlanjutan, daya saing dan daya tarik pada
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata Daerah.
~ 20 ~
(3) Arah kebijakan pembangunan Daya Tarik Wisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebijakan
pengembangan:
a. kawasan pantai Baron-Sundak dan sekitarnya sebagai
kawasan Wisata pantai berbasis pendidikan dan
keluarga;
b. kawasan Siung-Wediombo-Bengawan Solo Purba dan
sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis
keanekaragaman karst;
c. kawasan Patuk dan sekitarnya sebagai kawasan desa
Wisata kerajinan dan agro-ekowisata; dan
d. kawasan Karst Pegunungan Sewu dan sekitarnya
sebagai kawasan Wisata berbasis karst.
Pasal 20
Strategi pembangunan daya tarik wisata sebagaimana
dimaksud pada Pasal 19 ayat (3) diwujudkan dalam 6 (enam)
Kawasan Strategis Pariwisata, yaitu:
a. Kawasan Strategis Pariwisata I (KSP I) berupa
Pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai
dengan pendukung Wisata budaya meliputi pengembangan
Daya Tarik Wisata Pantai Parangendog, Pantai Watu Gupit,
Pantai Bekah, Pantai Grigak, Pantai Gesing, Pantai
Ngunggah, Pantai Ngedan, Pantai Nguyahan, Pantai
Ngobaran, Pantai Ngrenehan, Pantai Torohudan, Goa
Langse, Goa Cerme, Pesanggrahan Gembirowati,
Wonongobaran, Pertapaan Kembang Lampir, Sendang Beji,
Cupu Panjolo, Hutan Wisata Turunan, kesenian tradisional
dan pelestarian adat budaya setempat, pengembangan
Desa Wisata dan Desa Budaya;
b. Kawasan Strategis Pariwisata II (KSP II) berupa
pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai
dengan pendukung Wisata kuliner olahan hasil laut
meliputi pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Baron,
~ 21 ~
Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Sanglen, Pantai
Watu Kodok, Pantai Drini, Pantai Sarangan, Pantai Krakal,
Pantai Slili, Pantai Sadranan, Pantai Watu Lawang, Pantai
Ngandong, Pantai Sundak, Pantai Somandeng, Pantai
Pulang Sawal, Pantai Potunggal, Baron Agro Forestry
Technopark, Goa Maria Tritis, pengembangan Desa Wisata
dan Desa Budaya;
c. Kawasan Strategis Pariwisata III (KSP III) berupa
pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai
dengan pendukung Wisata pendidikan, konservasi, dan
petualangan meliputi Pantai Timang, Pantai Jogan, Pantai
Siung, Pantai Wediombo, Pantai Jungwok, Pantai Sadeng,
Pantai Pulau Kalong, Bengawan Solo Purba, Taman
Keanekaragaman Hayati Bajo, Taman Keanekaragaman
Hayati Koesnadi Hardjasoemantri, Goa Senen, Gunung
Batur, pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya;
d. Kawasan Strategis Pariwisata IV (KSP IV) berupa
pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam
pegunungan dengan pendukung Wisata pendidikan,
konservasi dan petualangan meliputi Gunung Api Purba
Nglanggeran, Kebun Buah Durian dan Kakao (Patuk), Pasar
buah (Patuk), Gunung Butak, Taman Hutan Raya Bunder,
Telaga Kemuning, Hutan Wanagama, Lokasi Out Bond
Jelok, Air Terjun Sri Getuk, Air Terjun Banyunibo, Goa
Ngrancang Kencana, Kerajinan Batik Kayu Bobung,
pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya;
e. Kawasan Strategis Pariwisata V (KSP V) berupa
pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam bentang
alam karst dengan pendukung Wisata petualangan meliputi
Goa Pari, Goa Ngingrong, Kali Suci, Goa Gelatik, Goa Buri
Omah, Goa Grubug, Goa Jomblang, Goa Bribin, Goa
Seropan (Gombang-Ngeposari), Goa Braholo, Goa
Nglengket, Goa Jlamprong, Bendungan Simo/Dam Beton,
~ 22 ~
Water Byur, Telaga Jonge, Telaga Mliwis Putih, Goa Song
Gilap, Goa Paesan, Goa Gremeng, Goa Cokro, Goa Pindul,
Goa Sriti, Goa Si Oyot, Gunung Kendil, Wayang Beber,
Situs Megalitikum Sokoliman, Upacara Adat Cing-cing
Goling, Kerajinan Batu Alam, Susur Sungai Oyo, Makam Ki
Ageng Giring, Taman Kota Wonosari, Suaka Marga Satwa,
pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya; dan
f. Kawasan Strategis Pariwisata VI (KSP VI) berupa
pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam
pegunungan dengan pendukung wisata budaya meliputi
Petilasan Gunung Gambar, Taman Keanekaragaman Hayati
Hutan Wonosadi, Candi Risan, Gunung Gede, Air Terjun
Jurug, Kebun Buah Mangga Malam (Gedangsari dan
Ngawen) Upacara Sadranan, Kesenian Tayub, Rinding
Gumbeng, Jathilan, Reog, Kerajinan Akar Wangi, Kerajinan
Lampu Hias, pengembangan Desa Wisata dan Desa
Budaya.
Pasal 21
Strategi pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan berdasarkan prinsip
keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen
destinasi untuk menciptakan Daya Tarik Wisata berkualitas
dan berdaya saing, dan pengembangan upaya konservasi untuk
menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya Pariwisata.
Pasal 22
(1) Strategi untuk pengembangan KSP I Daya Tarik Wisata
unggulan alam pantai dengan pendukung wisata budaya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf a dengan cara
mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata,
meliputi :
a. Pantai Parangendog, Pantai Watu Gupit, Pantai Bekah,
Pantai Grigak, Pantai Ngunggah, Pantai Ngedan, Pantai
~ 23 ~
Nguyahan, Pantai Torohudan sebagai kawasan Wisata
pantai berbasis relaksasi dan petualangan;
b. Pantai Gesing, Pantai Ngrenehan, sebagai kawasan
Wisata berbasis pendaratan ikan;
c. Pantai Ngobaran, sebagai kawasan Wisata pantai
berbasis budaya, dan keagamaan;
d. Goa Cerme sebagai kawasan Wisata susur goa dan
budaya;
e. Hutan Wisata Turunan sebagai kawasan Wisata berbasis
konservasi dan pendidikan;
f. Goa Langse, Pesanggrahan Gembirowati, Sendang Beji,
Wonongobaran, Pertapaan Kembang Lampir, dan Cupu
Panjolo sebagai kawasan Wisata budaya;
g. Kesenian Tradisional Gejog Lesung, Jaran Jambul, Reog,
dan Jathilan;
h. pelestarian adat dan budaya Rasulan, Sedekah laut, dan
Labuhan;
i. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan wisata pantai didukung budaya;
j. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia
sebagai Kawasan Wisata didukung budaya; dan
k. Wilayah Panggang dan perbatasan Purwosari dengan
Kabupaten Parangtritis didorong menjadi pusat
perdagangan, peristirahatan, hiburan, wahana rekreasi
dan perhotelan.
(2) Strategi untuk pengembangan KSP II Daya Tarik Wisata
unggulan alam pantai dengan pendukung Wisata kuliner
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf b dengan cara
mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata,
meliputi :
a. Pantai Baron, Pantai Drini, Pantai Ngandong sebagai
kawasan Wisata pantai berbasis pendaratan ikan,
kuliner hasil laut dan Wisata keluarga;
~ 24 ~
b. Pantai Kukup sebagai kawasan Wisata pantai berbasis
Wisata pendidikan keanekaragaman hayati laut,
keluarga dan budaya;
c. Pantai Sanglen sebagai kawasan wisata pantai berbasis
Wisata konservasi;
d. Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok, Pantai Sarangan,
Pantai Krakal, Pantai Slili, Pantai Sadranan, Pantai
Watu Lawang, Pantai Sundak, Pantai Somandeng,
Pantai Pulang Sawal, dan Pantai Potunggal sebagai
kawasan Wisata pantai berbasis wisata keluarga dan
relaksasi;
e. Baron Agro Forestry Technopark sebagai kawasan
Wisata berbasis Wisata pendidikan;
f. Goa Maria Tritis, sebagai kawasan Wisata berbasis
wisata ziarah;
g. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan Wisata berbasis pantai didukung Wisata
kuliner;
h. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan
Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung wisata
kuliner; dan
i. Kawasan Pantai Krakal dan sekitarnya didorong menjadi
kota wisata pantai mandiri.
(3) Strategi untuk pengembangan KSP III Daya Tarik Wisata
unggulan alam pantai dengan pendukung Wisata
petualangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf c
dengan cara mengembangkan Kawasan Pembangunan
Pariwisata meliputi :
a. Pantai Timang, Pantai Jogan, Pantai Siung, dan Pantai
Pulau Kalong sebagai kawasan wisata pantai berbasis
Wisata petualangan dan relaksasi.
~ 25 ~
b. Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok sebagai kawasan
Wisata pantai berbasis wisata konservasi, relaksasi dan
keluarga.
c. Pantai Sadeng sebagai kawasan wisata pantai berbasis
Wisata pelabuhan perikanan;
d. Taman Keanekaragaman Hayati Bajo, Taman
Keanekaragaman Hayati Koesnadi Hardjasoemantri, dan
Gunung Batur sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata
konservasi dan pendidikan;
e. Goa Senen sebagai kawasan wisata alam berbasis
Wisata susur goa;
f. Bengawan Solo Purba sebagai kawasan wisata alam
berbasis Wisata pendidikan;
g. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan Wisata pantai didukung pendidikan,
konservasi dan petualangan;
h. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan
Manusia sebagai Kawasan Wisata pendidikan,
konservasi dan petualangan;
i. Wilayah perbatasan Rongkop dan Girisubo dengan
Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan menjadi
pusat perdagangan; dan
j. Pantai Sadeng didorong menjadi dermaga wisata.
(4) Strategi untuk pengembangan KSP IV Daya Tarik Wisata
unggulan alam pegunungan dengan pendukung Wisata
pendidikan, konservasi dan petualangan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 20 huruf d dengan cara
mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata
meliputi :
a. Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Butak dan Air
Terjun Banyunibo sebagai kawasan Wisata alam
berbasis wisata pendidikan, keluarga dan petualangan;
~ 26 ~
b. Kebun buah Durian dan Kakao serta pasar buah (Patuk)
sebagai kawasan wisata alam berbasis Wisata
pendidikan dan keluarga;
c. Taman Hutan Raya Bunder, sebagai kawasan Wisata
alam berbasis Wisata konservasi, pendidikan, keluarga
dan petualangan;
d. Telaga Kemuning, Lokasi Out Bond Jelok sebagai
kawasan Wisata alam berbasis wisata pendidikan,
konservasi dan relaksasi;
e. Hutan Wanagama, sebagai kawasan Wisata alam
berbasis Wisata pendidikan dan konservasi;
f. Air Terjun Sri Getuk, Goa Rancang Kencana sebagai
kawasan Wisata alam berbasis Wisata pendidikan,
keluarga dan petualangan;
g. Kerajinan Batik Kayu Bobung sebagai kawasan Wisata
berbasis Wisata pendidikan dan budaya;
h. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan Wisata alam pegunungan didukung
pendidikan, konservasi dan petualangan;
i. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan
Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung pendidikan,
konservasi dan petualangan;
j. Wilayah perbatasan Pathuk dengan Kabupaten Bantul
dan Kabupaten Klaten yang didorong menjadi pusat
perdagangan, kuliner, oleh-oleh, hiburan, dan
perhotelan; dan
k. Wilayah Bunder didorong menjadi area wisata terpadu.
(5) Strategi untuk pengembangan KSP V Daya Tarik Wisata
unggulan alam bentang alam karst dengan pendukung
Wisata petualangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20
huruf e dengan cara mengembangkan Kawasan
Pembangunan Pariwisata, meliputi :
~ 27 ~
a. Goa Pari, Goa Si Oyot, Goa Ngingrong, Goa Paesan, Goa
Cokro, Goa Gremeng, Goa Nglengket, Goa Seropan
(Gombang-Ngeposari), Goa Bribin, Goa Jlamprong, dan
Goa Song Gilap sebagai kawasan Wisata alam bentang
alam karst berbasis Wisata pendidikan dan
petualangan;
b. Goa Braholo sebagai kawasan Wisata alam bentang
alam karst berbasis Wisata pendidikan dan budaya;
c. Goa Pindul, Goa Sriti, Kali Suci, Goa Gelatik, Goa Buri
Omah, Goa Jomblang, dan Goa Grubug sebagai
kawasan Wisata alam bentang alam karst berbasis
Wisata susur sungai bawah tanah;
d. Bendungan Simo/Dam Beton, Water Byur, Susur
Sungai Oyo, Telaga Jonge, dan Telaga Mliwis Putih
sebagai kawasan Wisata alam berbasis Wisata tirta;
e. Gunung Kendil sebagai kawasan Wisata alam berbasis
Wisata pendidikan dan relaksasi;
f. Situs Megalitikum Sokoliman, Makam Ki Ageng Giring,
dan Makam Ki Ageng Wonokusumo sebagai kawasan
Wisata berbasis wisata budaya;
g. Kesenian Tradisional Gejog Lesung, Reog, Jathilan, dan
Wayang Beber;
h. pelestarian adat dan budaya Rasulan, Upacara Adat
Cing-cing Goling, Nyadran, dan Bersih Kali;
i. Kerajinan Batu Alam di Padukuhan Mojo, Desa
Ngeposari sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata
pendidikan dan budaya;
j. Taman Kota Wonosari sebagai kawasan Wisata berbasis
Wisata keluarga dan kuliner;
k. Suaka Marga Satwa sebagai kawasan Wisata alam
pegunungan didukung pendidikan dan konservasi;
~ 28 ~
l. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan Wisata alam bentang alam karst didukung
pendidikan, konservasi dan petualangan;
m. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan
Manusia sebagai Kawasan Wisata pendidikan,
konservasi dan petualangan; dan
n. Kali Goang didorong menjadi area wisata terpadu.
(6) Strategi untuk pengembangan KSP VI Daya Tarik Wisata
unggulan alam pegunungan dengan pendukung Wisata
budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf f
dengan cara mengembangkan Kawasan Pembangunan
Pariwisata, meliputi:
a. Petilasan Gunung Gambar, Candi Risan dan Gunung
Gede sebagai kawasan Wisata alam pegunungan
berbasis Wisata sejarah, pendidikan dan budaya;
b. Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Wonosadi
sebagai kawasan Wisata alam pegunungan berbasis
pendidikan, konservasi dan budaya;
c. Air Terjun Jurug sebagai kawasan Wisata alam
pegunungan berbasis keluarga;
d. Kebun Buah Mangga Malam (Gedangsari dan Ngawen)
sebagai kawasan Wisata alam pegunungan berbasis
pendidikan dan keluarga;
e. pelestarian adat dan budaya Upacara Sadranan;
f. Kesenian Tradisional Tayub, Rinding Gumbeng, Jathilan
dan Reog;
g. Kerajinan Akar Wangi (Semin) dan Kerajinan Lampu
Hias (Bendung, Semin), Kerajinan Batu Alam (Semin),
Kerajinan Batik dan Tenun Tradisional (Ngawen dan
Gedangsari), dan Kerajinan Bambu (Kampung, Ngawen)
sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata pendidikan dan
budaya;
~ 29 ~
h. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai
kawasan Wisata alam pegunungan didukung budaya;
i. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan
Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung budaya;
j. Wilayah lereng pegunungngan Gedangsari yang
didorong menjadi pusat peristirahatan, hiburan, dan
perhotelan;
k. Wilayah lereng pengunungan Ngawen yang didorong
menjadi pusat peristirahatan, hiburan, dan perhotelan;
dan
l. Wilayah Sambeng yang didorong menjadi pusat
perdagangan, kuliner, oleh-oleh, hiburan, dan
perhotelan.
Pasal 23
Ketentuan lebih lanjut mengenai strategi pengembangan Daya
Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diatur
dalam Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan
Fasilitas Pariwisata
Pasal 24
Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata meliputi:
a. pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan
pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata;
b. peningkatan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata yang mendukung pertumbuhan, meningkatkan
kualitas dan daya saing Kawasan Strategis Pariwisata dan
Kawasan Pembangunan Pariwisata; dan
~ 30 ~
c. pengendalian prasarana umum, fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata bagi Destinasi Pariwisata yang sudah
melampaui ambang batas daya dukung.
Pasal 25
(1) Strategi untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung
perintisan Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf a, meliputi:
a. memberikan stimulan kepada Pemerintah Desa
dan/atau kelompok masyarakat untuk pengembangan
prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata dalam mendukung perintisan Kawasan
Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata;
b. meningkatkan fasilitasi Pemerintah untuk
pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata atas inisiatif swasta; dan
c. merintis dan mengembangkan prasarana umum,
fasilitas umum dan fasilitas pariwisata untuk
mendukung kesiapan Kawasan Strategis Pariwisata
dan Kawasan Pembangunan Pariwisata dan
meningkatkan daya saing Kawasan Strategis Pariwisata
dan Kawasan Pembangunan Pariwisata.
(2) Strategi untuk peningkatan prasarana umum, fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung
pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing
Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b,
meliputi:
a. mendorong dan menerapkan berbagai skema
kemitraan antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa
dan masyarakat;
~ 31 ~
b. mendorong dan menerapkan berbagai skema
kemandirian pengelolaan; dan
c. mendorong penerapan Fasilitas Kepariwisataan yang
memenuhi standar kualitas yang ditentukan.
(3) Strategi untuk pengendalian pembangunan prasarana
umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata bagi
Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata yang sudah melampaui ambang batas daya
dukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c,
meliputi:
a. menyusun regulasi perijinan untuk menjaga daya
dukung lingkungan;
b. memanfaatkan dokumen perencanaan sebagai sarana
pengendalian; dan
c. melaksanakan penegakan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi dan jenis
pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata sebagaimana dimaksud Pasal 25 diatur dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Pembangunan Aksesibilitas dan/atau Transportasi
Pasal 27
Arah kebijakan Pembangunan Aksesibilitas dan/atau
Transportasi meliputi:
a. meningkatkan sarana prasarana transportasi dari pintu
masuk wilayah Gunungkidul menuju Kawasan Strategis
Pariwisata dan Kawasan Pembangunan Pariwisata;
~ 32 ~
b. meningkatkan sarana prasarana transportasi antar
Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata; dan
c. pengaturan sistem transportasi dalam mendukung
pengembangan Pariwisata.
Pasal 28
Strategi untuk Pembangunan Aksesibilitas dan/atau
Transportasi sebagaimana dimaksud Pasal 27 dilakukan
dengan cara:
a. penetapan dan pembangunan fasilitas pada 5 (lima) pintu
masuk wilayah Gunungkidul meliputi:
1) pintu masuk Purwosari;
2) pintu masuk Patuk;
3) pintu masuk Ngawen;
4) pintu masuk Semin; dan
5) pintu masuk Rongkop.
b. peningkatan, normalisasi, dan pemeliharaan jaringan jalan
menuju dan antar Kawasan Strategis Pariwisata dan
Kawasan Pembangunan Pariwisata;
c. pengembangan sistem transportasi darat menuju dan
antar Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata;
d. pengembangan penerangan jalan umum menuju dan antar
Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan
Pariwisata; dan
e. pengembangan rambu penunjuk arah dan rambu lalu
lintas menuju dan antar Kawasan Strategis Pariwisata dan
Kawasan Pembangunan Pariwisata.
~ 33 ~
Bagian Keenam
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan
Pasal 29
Arah kebijakan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Kepariwisataan meliputi:
a. pengembangan potensi, kapasitas, dan partisipasi
masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan, bimbingan, dan
pendampingan;
b. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui
pembentukan dan dinamisasi kelompok masyarakat;
c. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal
melalui pengembangan usaha produktif di bidang
Pariwisata;
d. penyusunan regulasi untuk memberikan kepastian usaha
bagi industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah yang
dikembangkan masyarakat lokal;
e. penguatan kemitraan melalui pengembangan pola kerja
sama antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan
masyarakat di bidang Kepariwisataan;
f. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan
menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil
dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal;
g. peningkatan akses permodalan antara lembaga keuangan
dengan industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah yang
dikembangkan masyarakat lokal;
h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta
pemangku kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta
pesona untuk menciptakan iklim kondusif Kepariwisataan
setempat; dan
~ 34 ~
i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali dan mencintai potensi Wisata daerah melalui
perjalanan Wisata.
Pasal 30
Strategi pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 meliputi:
a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas
masyarakat lokal dalam pengembangan Kepariwisataan;
b. menyusun standar operasional prosedur (SOP)
pemberdayaan masyarakat di bidang Kepariwisataan;
c. menguatkan kelembagaan Pemerintah Desa dan
masyarakat guna mendorong kapasitas dan peran
masyarakat dalam pengembangan Kepariwisataan;
d. meningkatkan peran masyarakat dalam perspektif
kesetaraan gender dalam pengembangan Kepariwisataan di
daerah;
e. mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui desa
Wisata dan desa budaya;
f. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan
menengah melalui identisifikasi potensi, pengolahan dan
pemasaran sebagai komponen pendukung produk Wisata
di Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan
Pembangunan Pariwisata;
g. menyusun regulasi dan sosialisasi untuk memberikan
kepastian usaha industri kecil dan menengah dan Usaha
Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah;
h. memberikan perlindungan terhadap kelangsungan industri
kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha
mikro, kecil dan menengah di sekitar Kawasan Strategis
Pariwisata dan Kawasan Pembangunan Pariwisata;
i. membangun kemitraan antar usaha Kepariwisataan
dengan industri kecil dan menengah dan usaha mikro,
kecil dan menengah;
~ 35 ~
j. memfasilitasi peningkatan kualitas produk industri kecil
dan menengah dan layanan jasa Kepariwisataan yang
dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah dalam
memenuhi standar pasar;
k. memfasilitasi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan dalam upaya memperluas akses
pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan
Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah.
l. memfasilitasi akses permodalan bagi Usaha Pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam
pengembangan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
m. meningkatkan pemahaman, dan kesadaran masyarakat
tentang sadar wisata dalam mendukung pengembangan
Kepariwisataan daerah;
n. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan
sadar Wisata bagi penciptaan iklim kondusif
Kepariwisataan;
o. meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi
Pariwisata dalam menciptakan iklim kondusif
Kepariwisataan;
p. meningkatkan kualitas jejaring media dalam mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata; dan
q. meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi Pariwisata
daerah kepada masyarakat.
Bagian Ketujuh
Pembangunan Investasi di Bidang Pariwisata
Pasal 31
Arah kebijakan pembangunan investasi di bidang Pariwisata
meliputi:
a. investasi di bidang Kepariwisataan diarahkan bagi
pemberdayaan pemerintah desa dan masyarakat; dan
~ 36 ~
b. memberikan kepastian pelaksanaan investasi di bidang
Pariwisata.
Pasal 32
Strategi untuk pembangunan investasi di bidang
Kepariwisataan dengan cara:
a. memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan
desa dan masyarakat dalam investasi di bidang
Kepariwisataan;
b. memfasilitasi jaringan kemitraan antara pelaku investasi
dengan desa dan masyarakat; dan
c. menyusun standar operasional prosedur (SOP) pelaksanaan
investasi di bidang Kepariwisataan.
BAB V
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA
Pasal 33
Arah kebijakan pemasaran Pariwisata Daerah dilaksanakan
melalui;
a. pemetaan, analisis peluang pasar dan perintisan
pemasaran ke pasar potensial;
b. pemantapan segmen pasar Wisatawan massal dan
pengembangan segmen ceruk pasar dalam mengoptimalkan
pengembangan Destinasi Pariwisata dan dinamika pasar
global;
c. pemantapan segmen pasar Wisatawan massal, dengan
fokus pengembangan segmen keluarga dan
komunitas/tradisi budaya;
d. pengembangan citra Kepariwisataan Daerah sebagai
Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya
saing;
~ 37 ~
e. peningkatan peran media komunikasi pemasaran dalam
memasarkan Wisata;
f. pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu,
sinergis, berkesinambungan, dan berkelanjutan;
g. perumusan kebijakan promosi penggerak Wisatawan; dan
h. pengembangan Badan Promosi Pariwisata Daerah.
Pasal 34
Strategi pembangunan pemasaran Pariwisata daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dengan cara:
a. melakukan analisis, penetapan dan pengembangan pasar
potensial Wisatawan nusantara dan manca negara;
b. melakukan perintisan pemasaran terpadu antar industri
dan antar kawasan;
c. melakukan perintisan pengembangan citra Pariwisata
melalui mengangkat keunikan dan kekuatan daya tarik
yang dimiliki Daerah.
d. mengembangkan program pemasaran untuk meningkatkan
pertumbuhan segmen ceruk pasar;
e. mengembangkan promosi berbasis tema tertentu;
f. percepatan pergerakan Wisatawan;
g. mengembangkan segmen pasar Wisatawan berbasis
komunitas;
h. merevitalisasi dan mendiversifikasi produk Wisata bagi
Wisatawan;
i. mendorong pelaku usaha pariwisata untuk memberikan
insensif bagi Wisatawan;
j. mendorong pelaku usaha Pariwisata untuk memenuhi
perlindungan hak-hak konsumen;
k. mengoptimalisasi pemanfaatan media komunikasi
pemasaran, baik media cetak maupun media elektronik;
l. mengembangkan e-marketing;
~ 38 ~
m. public relation dan mengembangkan pengalaman
pemasaran sebagai mekanisme mendatangkan kunjungan
dalam jumlah besar;
n. mengembangkan keterpaduan sinergis promosi antar
pemangku kepentingan Pariwisata Daerah; dan
o. mengembangkan Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagai
lembaga promosi dan pemasaran Pariwisata.
BAB VI
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PARIWISATA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 35
Pembangunan kelembagaan Kepariwisataan Daerah meliputi:
a. pengembangan dan penguatan organisasi Kepariwisataan;
dan
b. pembangunan sumber daya manusia Pariwisata.
Bagian Kedua
Pengembangan dan Penguatan Organisasi Kepariwisataan
Pasal 36
Arah kebijakan pengembangan dan penguatan organisasi
Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a,
meliputi:
a. pengembangan dan penguatan struktur organisasi
perangkat daerah di bidang Kepariwisataan;
b. pengembangan dan penguatan organisasi profesi di bidang
usaha Kepariwisataan;
c. pengembangan dan penguatan kelembagaan desa dan
masyarakat di bidang Kepariwisataan; dan
~ 39 ~
d. pemantapan koordinasi dan sinergi antar Pemerintah
Daerah, organisasi profesi, kelembagaan desa dan
masyarakat di bidang Kepariwisataan.
Pasal 37
Strategi pengembangan dan penguatan struktur organisasi
Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a,
meliputi :
a. evaluasi struktur organisasi perangkat daerah di bidang
Kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan
penguatan kelembagaan;
b. peningkatan kapasitas organisasi profesi di bidang usaha
Kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan
penguatan kelembagaan;
c. peningkatan kapasitas kelembagaan desa dan masyarakat
di bidang kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan
penguatan kelembagaan;
d. memfasilitasi forum koordinasi antar Pemerintah Daerah,
organisasi profesi, kelembagaan desa dan masyarakat
dibidang Kepariwisataan; dan
e. menyusun regulasi dalam rangka pemantapan koordinasi
dan sinergi antar Pemerintah Daerah, organisasi profesi,
kelembagaan desa dan masyarakat di bidang
Kepariwisataan.
Bagian Ketiga
Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata
Pasal 38
Arah kebijakan pembangunan sumber daya manusia Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b, meliputi:
a. optimalisasi dan akselerasi kompetensi sumber daya
manusia Pemerintah Daerah;
b. mendorong kemitraan antara institusi pendidikan
Kepariwisataan dengan masyarakat;
~ 40 ~
c. standarisasi dan sertifikasi sumber daya manusia di bidang
usaha Kepariwisataan; dan
d. pemenuhan kebutuhan kuantitas dan kualitas sumber
daya manusia Pariwisata.
Pasal 39
Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b, dengan cara:
a. optimalisasi kapasitas sumber daya manusia di SKPD;
b. membangun jejaring kerja dengan institusi pendidikan
Kepariwisataan;
c. memfasilitasi standarisasi dan sertifikasi sumber daya
manusia di bidang usaha Kepariwisataan;
d. memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia
di bidang Kepariwisataan; dan
e. Pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
Kepariwisataan.
BAB VII
PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Pelaksanaan
Pasal 40
(1) Pelaksanaan RIPPARDA ditindaklanjuti dalam program
pembangunan Kepariwisataan daerah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dengan
memperhatikan perkembangan daerah.
(2) Program pembangunan kepariwisataan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. prioritas rencana tindak;
b. prioritas program; dan
c. tahapan pelaksanaan program.
~ 41 ~
(3) Pelaksanaan RIPPARDA sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah
Daerah, Pemerintah Desa, dan masyarakat.
(4) Pelaksanaan RIPPARDA sebagaimana yang dimaksud pada
ayat(1) dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap sebagai berikut:
a. tahap I, Tahun 2014-2015;
b. tahap II, Tahun 2016-2020; dan
c. tahap III, Tahun 2021-2025.
(5) Sasaran yang akan dicapai dalam setiap tahapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dirumuskan dalam
indikasi program pembangunan kepariwisataan dan
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) RIPPARDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Bagian Kedua
Pengendalian
Pasal 41
(1) Pengendalian RIPPARDA dilaksanakan melalui pengawasan
dan penertiban.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dalam bentuk :
a. pelaporan;
b. pemantauan; dan
c. evaluasi program pembangunan kepariwisataan
daerah.
(3) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan penerapan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
~ 42 ~
Pasal 42
Penangung jawab dalam melaksanakan arah kebijakan dan
strategi dilakukan oleh SKPD.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul.
Ditetapkan di Wonosari
pada tanggal 23 Juni 2014
BUPATI GUNUNGKIDUL,
ttd
BADINGAH
Diundangkan di Wonosari
pada tanggal 23 Juni 2014
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL,
ttd
BUDI MARTONO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN
2014 NOMOR 3
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: 3/2014
~ 43 ~
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014-2025
I. UMUM
Pembangunan Kepariwisataan di Kabupaten
Gunungkidul merupakan bagian tak terpisahkan dari
pembangunan Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta
serta Nasional yang merupakan bagian dari pembangunan
daerah. Sumber – sumber potensi Kepariwisataan baik yang
berupa daya tarik wisata, kekayaan alam, budaya, sumber
daya manusia, usaha jasa pariwisata, dan lainnya
merupakan modal dasar bagi pembangunan Kepariwisataan
daerah.
Modal tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal
untuk meningkatkan pendapatan daerah serta kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat, memperluas kesempatan usaha
dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, serta
memupuk rasa cinta budaya bangsa dan cinta tanah air.
Untuk mencapai hasil pembangunan di bidang
kepariwisataan yang optimal, diperlukan adanya visi, misi
yang jelas sebagai dasar acuan bagi penyusunan
kebijaksanaan dan strategi, disamping adanya koordinasi
dan kerjasama terpadu antara instansi pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
Pembangunan Kepariwisataan daerah perlu tetap
melestarikan fungsi lingkungan hidup, nilai – nilai budaya
dan mendorong upaya peningkatan kualitas lingkungan
hidup, memperkukuh jati diri, serta tetap memperhatikan
derajat kemanusiaan, kesusilaan, dan etika. Peran serta
~ 44 ~
masyarakat dalam arti yang seluas – luasnya memiliki
peranan penting demi tercapainya tujuan dan sasaran
pembangunan Pariwisata Daerah. Dilihat dari aspek sosial
budaya, Peraturan Daerah ini merupakan upaya pendekatan
yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat
di daerah, melestarikan fungsi lingkungan hidup, serta
menumbuhkan rasa kebanggaan nasional dan daerah, dalam
rangka mengantisipasi pengaruh budaya global yang
bertentangan dengan budaya bangsa.
Berdasarkan pertimbangan dan permasalahan yang ada
tersebut, maka perlu ditetapkan pedoman bagi pelaksanaan
pembangunan Pariwisata di daerah yang dapat digunakan
oleh semua komponen Pariwisata daerah dalam menentukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Kepariwisataan
di Kabupaten Gunungkidul
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pembangunan
Industri Pariwisata” antara lain
pembangunan struktur (fungsi,
hierarki dan hubungan) Industri
Pariwisata, daya saing produk
pariwisata, kemitraan usaha
Pariwisata, kredibilitas bisnis, serta
tanggung jawab terhadap lingkungan
alam dan sosial budaya.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “pembangunan
Destinasi Pariwisata”, antara lain
pemberdayaan masayarakat,
pembangunan Daya Tarik Wisata,
~ 45 ~
pembangunan prasarana, penyediaan
fasilitas umum, serta pembangunan
fasilitas Pariwisata secara terpadu dan
berkesinambungan.
Huruf c
Yang dimaksud “pembangunan
Pemasaran Pariwisata” antara lain
pemasaran Pariwisata bersama,
terpadu dan berkesinambungan
dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan serta pemasaran yang
bertanggung jawab dalam membangun
citra Indonesia sebagai Destinasi
Pariwisata yang berdaya saing.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “pembangunan
Kelembagaan Kepariwisataan” antara
lain pengembangan organisasi
pemerintah, pemerintah daerah,
swasta dan masyarakat,
pengembangan sumber daya manusia,
regulasi serta mekanisme operasional
di bidang Kepariwisataan.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “pembangunan
kepariwisataan daerah berkarakter
Yogyakarta khas Kabupaten
Gunungkidul” sekurang-kurangnya
meliputi kondisi alam dan lingkungan,
~ 46 ~
budaya dan kesenian, adat istiadat dan
kebiasaan, perindustrian dan kerajinan,
bangunan dan infra stuktur, pendidikan,
kesehatan, seluruh aspek kehidupan
masyarakat dan pemerintahan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pembangunan
Pariwisata yang berkelanjutan” adalah
pembangunan yang didukung secara
ekologis dalam jangka panjang,
sekaligus layak secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap
masyarakat untuk pemenuhan
kebutuhan kepariwisataan generasi
sekarang dan generasi yang akan
datang.
Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan berprinsip pada
terjaminnya keberlanjutan sumber
daya pendukung pembangunan
Pariwisata sebagai satu syarat penting
bagi terciptanya manajemen pariwisata
yang memadai dan handal, serta
berkontribusi pada pembangunan
berkelanjutan dan diintegrasikan
dengan lingkungan alam, budaya, dan
manusia.
~ 47 ~
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pembangunan Kepariwisataan yang
terpadu secara lintas sektor, lintas
Daerah, dan lintas pelaku merupakan
pendekatan perencanaan Pariwisata
yang menyeluruh dan terpadu
dilakukan berdasarkan pada potensi
dan permasalahan yang ada di wilayah
tersebut, baik dalam wilayah
perencanaan maupun dalam konstelasi
regional. Pendekatan menyeluruh
dalam pengembangan pariwisata
memberi arti bahwa peninjauan
permasalahan bukan hanya
didasarkan pada kepentingan kawasan
atau daerah dalam arti sempit, tetapi
ditinjau dan dikaji pula dalam
kepentingan yang lebih luas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
~ 48 ~
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Daya
Tarik Wisata alam” adalah Daya
Tarik Wisata yang berupa
keanekaragaman dan keunikan
lingkungan alam. Daya Tarik
Wisata alam dapat dijabarkan,
meliputi:
1. Daya Tarik Wisata alam
yang berbasis potensi
keanekaragaman dan
keunikan lingkungan alam
di wilayah perairan laut,
yang berupa bentang
pesisir pantai; dan
~ 49 ~
2. Daya Tarik Wisata alam
yang berbasis potensi
keanekaragaman dan
keunikan lingkungan alam
di wilayah daratan, yang
berupa antara lain:
a) pegunungan dan hutan
alam/taman Wisata
alam/taman hutan
raya;
b) perairan sungai dan
telaga;
c) pertanian dan
perkebunan; dan
d) bentang alam khusus.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Daya
Tarik Wisata budaya” adalah
Daya Tarik Wisata berupa hasil
olah cipta, rasa dan karsa
manusia sebagai makhluk
budaya.
Daya Tarik Wisata budaya
selanjutnya dapat dijabarkan,
meliputi:
1. Daya Tarik Wisata budaya
yang bersifat berwujud
(tangible), yang berupa
antara lain:
a) cagar budaya, yang
meliputi:
1) benda cagar budaya
adalah benda alam
dan/atau benda
~ 50 ~
buatan manusia, baik
bergerak maupun
tidak bergerak,
berupa kesatuan atau
kelompok, atau
bagianbagiannya,
atau sisa-sisanya
yang memiliki
hubungan erat
dengan kebudayaan
dan sejarah
perkembangan
manusia.
2) bangunan cagar
budaya adalah
susunan binaan yang
terbuat dari benda
alam atau benda
buatan manusia
untuk memenuhi
kebutuhan ruang
berdinding dan/atau
tidak berdinding, dan
beratap.
3) struktur cagar budaya
adalah susunan
binaan yang terbuat
dari benda alam
dan/atau benda
buatan manusia
untuk memenuhi
kebutuhan ruang
kegiatan yang
menyatu dengan
~ 51 ~
alam, sarana, dan
prasarana untuk
menampung
kebutuhan manusia.
4) situs cagar budaya
adalah lokasi yang
berada di darat
dan/atau di air yang
mengandung benda
cagar budaya,
bangunan cagar
budaya, dan/atau
struktur cagar budaya
sebagai hasil kegiatan
manusia atau bukti
kejadian pada masa
lalu.
5) kawasan cagar
budaya adalah satuan
ruang geografis yang
memiliki 2 (dua) situs
cagar budaya atau
lebih yang letaknya
berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri
tata ruang yang khas.
b) perkampungan
tradisional dengan adat
dan tradisi budaya
masyarakat yang khas.
c) museum.
2. Daya Tarik Wisata bersifat
tidak berwujud (intangible),
yang berupa antara lain:
~ 52 ~
a) kehidupan adat dan
tradisi masyarakat dan
aktifitas budaya
masyarakat yang khas di
suatu area/tempat;
b) kesenian.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Daya
Tarik Wisata hasil buatan
manusia” adalah Daya Tarik
Wisata khusus yang merupakan
kreasi artifisial (artificially
created) dan kegiatan-kegiatan
manusia lainnya di luar ranah
Wisata alam dan Wisata budaya.
Daya Tarik Wisata hasil buatan
manusia/khusus, selanjutnya
dapat dijabarkan meliputi antara
lain:
1) fasilitas rekreasi dan
hiburan/taman bertema,
yaitu fasilitas yang
berhubungan dengan
motivasi untuk rekreasi,
hiburan (entertainment)
maupun penyaluran hobi;
dan
2) fasilitas rekreasi dan
olahraga.
Ketiga jenis Daya Tarik Wisata tersebut
dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
berbagai sub jenis atau kategori
kegiatan Wisata, antara lain:
~ 53 ~
1) Wisata petualangan (adventure
tourism);
2) Wisata bahari (marine tourism);
3) Wisata agro (farm tourism);
4) Wisata kreatif(creative tourism);
5) Wisata kapal pesiar (cruise tourism);
6) Wisata kuliner (culinary tourism);
7) Wisata budaya (cultural tourism);
8) Wisata sejarah (heritage tourism);
9) Wisata memorial (dark tourism);
10) Wisata ekologi (ecotourism/wild
tourism);
11) Wisata pendidikan (educational
tourism);
12) Wisata ekstrim-menantang bahaya
(extreme tourism),
13) Wisata massal (mass tourism);
14) Wisata pertemuan, perjalanan
insentif, konferensi dan pameran
(meeting, incentive, convention, and
exhibition tourism);
15) Wisata kesehatan (medical
tourism/wellness tourism);
16) Wisata alam (nature-based tourism);
17) Wisata religi (religious
tourism/pilgrimage tourism);
18) Wisata budaya kekinian (pop culture
tourism);
19) Wisata desa (rural tourism);
20) Wisata luar angkasa (space tourism);
21) Wisata olahraga (sport tourism);
22) Wisata kota (urban tourism); dan
23) Wisata relawan (volunteer tourism).
~ 54 ~
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “perintisan
pengembangan Daya Tarik Wisata”
adalah upaya pengembangan yang
dilakukan dengan membuka dan
membangun Daya Tarik Wisata baru
di Destinasi Pariwisata yang belum
berkembang Kepariwisataannya,
dalam rangka mengembangkan
peluang pasar yang ada.
Huruf b
Yang dimaksud dengan
“pembangunan Daya Tarik Wisata”
adalah upaya pengembangan yang
dilakukan dengan meningkatkan
kualitas Daya Tarik Wisata yang
sudah ada dalam upaya
meningkatkan minat, loyalitas
segmen pasar yang sudah ada dan
memperluas cakupan wilayah Daya
Tarik Wisata yang sudah ada atau
pengembangan ke lokasi baru
berdasar pada inti (nucleus) yang
sama.
Huruf c
Yang dimaksud dengan
“peningkatan pemantapan Daya
Tarik Wisata” adalah upaya
pengembangan yang dilakukan
dengan menciptakan Daya Tarik
Wisata baru yang memiliki jenis
berbeda dalam upaya menangkap
peluang pasar baru.
~ 55 ~
Huruf d
Yang dimaksud dengan “revitalisasi
Daya Tarik Wisata” adalah upaya
pengembangan yang dilakukan
dengan perbaikan kondisi dan
kualitas Daya Tarik Wisata yang ada
yang mengalami degradasi dalam
upaya menjaga keberlanjutan dan
meningkatkan kualitas serta daya
saing daya tarik untuk menarik
pangsa pasar yang sudah ada
maupun peluang pasar Wisata baru.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
~ 56 ~
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
----///----