KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON …

139
i KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON KABUPATEN GUNUNGKIDUL TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah Diajukan oleh: Gilang Herlandi 18610018 PROGRAM MAGISTER (S-2) SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2020

Transcript of KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON …

i

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Diajukan oleh:

Gilang Herlandi

18610018

PROGRAM MAGISTER (S-2)

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2020

ii

PENGESAHAN

TESIS

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI BARON

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Oleh :

GILANG HERLANDI

18610018

Disahkan oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : 10 Maret 2020

Susunan Tim Penguji

Pembimbing (Ketua Tim Penguji)

Dr. E.W. Tri Nugroho …………………………

Peguji I

Drs. Hardjono M.Si …………………………

Penguji II

Dr. R. Widodo Triputro, MM, MSi. …………………………

Yogyakarta, 10 Maret 2020

Mengetahui

Direktur Program Magister

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Dr. Supardal, M.Si

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Gilang Herlandi

Nomor Mahasiswa : 18610018

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Kebijakan

Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul adalah betul-

betul karya saya sendiri, hal-hal yang bukan karya saya sendiri dalam tesis

tersebut telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Yogyakarta, 21 Februari 2020

Pernyataan

Gilang Herlandi

iv

MOTTO

“Memulai dengan penuh keyakinan

Menjalankan dengan penuh keikhlasan

Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan”

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah,6-8)

Hidup bukanlah tentang „aku bisa saja‟, namun tentang „aku mencoba‟.

Jangan pikirkan tentang Kegagalan, itu adalah pelajaran.

(Soekarno)

v

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kusembahkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas takdirmu saya

bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga

keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku, dalam meraih

cita-cita. Saya persembahkan karya Tulis Ini Kepada :

Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan kasih sayang berlimpah dari

mulai saya lahir, terima kasih banyak atas semua kebaikan, keringat, dan doa yang

tak berkesudahan. Terima kasih atas segala dukungan kalian, baik dalam bentuk

materi maupun moril. Karya ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai wujud

rasa terima kasih atas pengorbanan dan jerih payah kalian sehingga saya dapat

menggapai cita-cita.

Abangku terimakasih atas segala bantuan dan doa yang telah diberikan untuk

adekmu ini, kalian adalah tempat saya berlari ketika saya tidak ada yang

memahami di luar rumah.

vi

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala

limpahan karunia dan hidayah yang diberikan kepada hambanya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar pada Program Studi Magister Ilmu

Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Banyak tantangan maupun kendala dalam penulisan tesis ini. Namun,

dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan limpahan rasa hormat,

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Supardal, M.Si selaku Direktur Program Magister Ilmu

Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta yang turut membantu penulis untuk memenuhi persyaratan demi

menyelesaikan pembuatan tesis.

2. Bapak Dr. E. W. Tri Nugroho selaku dosen pembimbing 1 (satu) dan Bapak

Drs. Hardjono, M.Si selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan

banyak waktu untuk memberikan bimbinganm arahan, petunjuk, dorongan,

semangat, kritik dan saran yang sangat berarti sehingga penulis dapat

menumbuhkan pengetahuan penulis dalam menyelesikan penulisan tesis.

3. Bapak Dr. R. Widodo Triputro selaku penguji II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan untuk memperbaik tesis ini.

vii

4. Kepada para dosen serta pengelola pascasarjana Ilmu Pemerintahan Sekolah

Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”.

5. Dinas pariwisata Kabupeten Gunungkidul Ibu Yuni Hartini, SP, M.Si, Bapak

Supartono, ST, MT, Bapak Sudjarwono, SH, Bapak Supriyanta, S.Sos,MM.

Beserta jajarannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

bersedia membantu dalam mengumpulkan data.

6. Keluarga dan sahabat-sahabatku angkatan 21 (dua satu) yang telah

memberikan bantuan, doa, dan nasehat dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Teman-teman kost 51 yang telah memberikan hiburan dan terimakasih atas

supportnya.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa tesis ini bukan

merupakan suatu hal yang instan, masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

Yogyakarta, 21 Februari 2020

Penulis,

Gilang Herlandi

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

INTISARI ..................................................................................................... xii

ABSTRACT ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Fokus Penelitian ...................................................................... 14

C. Rumusan Masalah ................................................................... 14

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 15

E. Kerangka Konseptual .............................................................. 15

1. Kebijakan Publik ............................................................... 16

2. Pengembangan Pariwisata ................................................. 22

3. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul...................................................................... 29

F. Metode Penelitian.................................................................... 31

1. Jenis Penelitian .................................................................. 31

ix

2. Obyek Penelitian ............................................................... 32

3. Lokasi Penelitian ............................................................... 32

4. Teknik Pemilihan Informan ............................................... 33

5. Teknik Pengambilan Data .................................................. 34

6. Teknik Analisis Data ......................................................... 35

BAB II PROFIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN DINAS

PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL ........................ 37

A. Profil Kabupaten Gunungkidul ................................................ 37

B. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul ............................... 49

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

PANTAI BARON ......................................................................... 57

A. Kebijakan Pengembangan ....................................................... 57

1. Pengembangan Destinasi Pariwisata Pantai Baron ............. 63

2. Pengembangan Pemasaran dan Promosi Pariwisata ........... 75

3. Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata ........ 79

B. Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................... 89

1. Faktor Pendukung.............................................................. 89

2. Faktor Penghambat ............................................................ 94

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 99

A. Kesimpulan ............................................................................. 99

B. Saran ...................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Kecamatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 .............. 33

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 ............ 38

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2017 .......................................................... 43

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 ........................................ 44

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Gunungkidul, 2017 .................................................. 45

Tabel 3.1 Rencana pengembangan berdasarkan zona di pantai Baron ........ 61

xi

INTISARI

Kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul melalui Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No 3 Tahun

2014 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA)

Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025. Peraturan daerah ini 3 komponen

kegiatan pengembangan pariwisata, yakni: bidang pengembangan destinasi,

bidang pemasaran dan bina usaha, dan bidang industri dan kelembagaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan pengembangan

pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul dan faktor pendukung dan

penghambat dalam pengembangannya.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni

memperjelas suatu masalah atau informasi masalah sosial dilapangan yang tidak

diketahui dan selanjutnya menjadi tahu sehingga memberikan gambaran terhadap

permasalahannya, kemudia didukung dengan data kualitatif yang diungkapkan

dalam bentuk kata-kata yang telah dianalisis sehingga mampu menjelaskan suatu

permasalahan yang dihadapi. Teknik penentuan subjek penelitian menggunakan

teknik snowball sejumlah 10 informan, yakni 4 pejabat dilingkungan Dinas

Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, 3 pelaku usaha, dan 2 wisatawan yang

berkunjung di pantai Baron.

Kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul melalui pengembangan destinasi sudah cukup baik

pengembangannya dengan adanya fasilitas yang cukup lengkap, promosi

pariwisata menggunakan media sosial, media cetak, event-event dan pameran

pariwisata, melalui industri dan kelembagaan ditandai dengan partisipasi

masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata yang ikut mengelola

wisata pantai Baron. Faktor pendukung pengembangan pariwisata pantai Baron

ialah pantai yang memiliki ciri khas pasir putih yang tidak dimiliki pantai-pantai

lain, etos dan semangat kerja masyarakat dalam mengelola wisata. Faktor

penghambat pengembangan ialah letak geografi Kabupaten Gunungkidul dataran

tinggi yang berpengaruh pada infrastuktur, penginapan yang masih terbatas,

kelembagaan dan anggaran yang terbatas sehingga mempengaruhi berbagai hal

lain dalam pengembangan pariwisata.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Pariwisata

xii

ABSTRACT

Baron beach tourism development policy in Gunungkidul District through

Gunungkidul District Regulation No. 3 of 2014 concerning the Gunungkidul

District Regional Tourism Development Plan (RIPPARDA) 2014-2025. These

regional regulation are 3 components of tourism development activities, namely:

the field of destination development, the field of marketing and business

development, and the industrial and institutional fields. This study aims to

determine how the policy of Baron beach tourism development in Gunungkidul

Regency and supporting and inhibiting factors in its development.

This research method uses descriptive qualitative method that clarifies a

problem or information on social problems in the unknown field and then

becomes know so as to provide an overview of the problem, then supported by

qualitative data expressed in the form of words that have been analyzed so as to

explain an issue faced with. The technique of determining the research subjects

was using 10 informants as a snowball technique, namely 4 officials in the

Gunungkidul Regency Tourism Office, 3 business people, and 2 tourists visiting

Baron beach.

The policy of developing Baron beach tourism in Gunungkidul Regency

through the development of destinations is already quite good development with

the presence of sufficiently complete facilities, promotion of tourism using social

media, print media, tourism events and exhibitions, through industry and

institutions characterized by the participation of people who are members of the

conscious group. tourist who helped manage the Baron beach tour. The supporting

factor for the development of Baron beach tourism is the beach which has the

characteristics of white sand that is not owned by other beaches, ethos and the

spirit of community work in managing tourism. The inhibiting factor of

development is the geographic location of the highlands of Gunungkidul Regency,

which has an effect on infrastructure, limited accommodation, limited institutions

and budgets so that it influences various other factors in tourism development.

Keywords: Implementation, Policy, Tourism

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata menjadi salah satu primadona bagi negara-negara dalam

meningkatkan sumber pendapatannya diluar migas dan pajak. Indonesia yang

memiliki keragaman budaya dan wisata melimpah itu mampu mengatasi

masalah-masalah mendasar dengan penguatan ekonomi dari penerimaan

devisa/pendapatan daerahnya, sebagai negara yang memiliki keragaman

melimpah, Indonesia dapat mengembangkan potensinya, misalnya dari segi

pariwisata sebab wisatawan yang berkunjung ke Indonesia mencari atau

menikmati keindahan pariwisata Indonesia. Pariwisata merupakan salah satu

sub sektor pembangunan yang secara terus menerus diupayakan

pengembangannya secara efisien dan efektif agar dapat menjadi salah satu

andalan kegiatan perekonomian nasional dan daerah. Karena pariwisata

mendorong munculnya kesempatan kerja yang besar di dalamnya menyangkut

kegiatan usaha jasa transportasi, jasa perbankan, industri dan kerajinan yang

menghasilkan barang-barang cinderamata serta keperluan hotel dan restoran

yang memungkinkan untuk memperluas jumlah mata pencaharian serta

pendapatan berbagai golongan masyarakat.

Dalam pengembangan pariwisata tidak hanya pemerintah sendiri yang

melakukan tetapi pihak-pihak lain juga ikut andil dalam pembangunan

infrastruktur, fasilitas sosial seperti toilet, tempat ibadah, dan keamanan,

2

Perdagangan, seperti rumah makan, buah-buahan, cinderamata berbahan

kerang seperti bros, tirai kerang, lampu hias, cermin berhias karang, dan

figura, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Pengembangan suatu daerah wisata dapat disesuaikan oleh pemerintah

daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Saat ini

merupakan kesempatan yang baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan

kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah.

Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan

kemauan untuk mengembangkannya. Pemerintah daerah bebas berkreasi

dalam membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan

hukum yaitu perundang-undangan. Sektor pariwisata merupakan salah satu

sektor yang potensial yang dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber

pendapatan bagi daerah. Secara luas pariwisata juga dipandang sebagai

kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses

pembangunan, karena menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik.

Industri pariwisata perlu dimanfaatkan dalam pengembangan dan

meningkatkan mutu daerah tujuan wisata, untuk melaksanakan terciptanya

kondisi yang diharapkan dalam mengembangkan pariwisata maka perlu

adanya sapta pesona. Sapta pesona adalah kondisi yang harus di wujudkan

dalam rangka menarik wisatawan agar berkunjung ke suatu kawasan obyek

wisata. Sapta pesona mencakup unsur keamanan, ketertiban, kebersihan,

kesejukan, keindahan, keramah-tamah, dan kenangan. Sapta pesona adalah

salah satu unsur pokok dalam pengembangan dan peningkatan kepariwisataan

3

pada suatu daerah tujuan wisata. Indonesia yang merupakan negara dengan

destinasi tempat wisata yang beragam dalam menciptakan kondisi dan kualitas

pariwisata yang lebih baik maka diwujudkan dengan Sapta Pesona. Sapta

Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap

lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk

mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan sapta pesona merupakan inti dari program pemerintah

dalam meningkatkan sadar wisata masyarakat dan merupakan dalam

meningkatkan sadar wisata masyarakat dan merupakan syarat mutlak dalam

usaha pembangunan pariwisata kearah yang lebih mantap oleh karena itu sapta

pesona dijadikan program nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran

serta tanggung jawab segenap lapisan pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Sapta pesona yang mengandung tujuh unsur yang menentukan citra baik

terhadap objek wisata, kehadirannya memang sangat begitu terasa penting dan

sudah saatnya dibutuhkan, bukan hanya sebagai kebutuhan pokok wisatawan,

tetapi juga sebagai tolak ukur dalam meningkatkan kualitas pariwisata.

Pelaksananaan sapta pesona merupakan inti dari program dalam meningkatkan

sadar wisata masyarakat dan merupakan syarat dalam usaha pengembangan

pariwisata kearah yang lebih baik. Sapta pesona sebagai pedoman nasional

yang memiliki tujuan. Adapun prinsip sapta pesona sebagai berikut :

1. Keamanan: Kondisi yang memiliki makna menciptakan lingkungan yang

aman bagi wisawatan dan berlangsunya kegiatan kepariwisataan, sehingga

4

wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya ke

suatu destinasi wisata.

2. Ketertiban: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang

tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu

memberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan.

3. Kebersihan: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang

bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu

memberikan layanan higienis bagi wisatawan.

4. Kesejukan: terciptanya lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya

kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman

dan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan

kunjungan yang lebih lama.

5. Keindahan: kondisi mengandung makna menciptakan lingkungan yang

indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu

menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang

mendalam bagi wisatawan sehingga mendorong promosi ke

kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.

6. Keramahan: kondisi yang mengandung makna menciptakan lingkungan

yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu

menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti rumah sendiri

bagi wisatawan. Sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi

yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.

5

7. Kenangan: kesan yang menyenangkan dan akan selalu diingat.

Mengandung makna menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan,

sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat

terus menerusmembekas dalam benak wisatawan dan menumbuhkan

motivasi kunjungan ulang. (Riant Nugroho, 2018:104)

Dasar hukum pengembangan pariwisata yang sesuai dengan prinsip

pengembangan adalah Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan

kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan

kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Dalam

(Pasal 8: ayat 1) Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana

induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk

pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan

kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan

kabupaten/kota.

Menurut Undang-undang RI No. 10 Tahun 2009 bahwa

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,

pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Pemerintah daerah diharapkan mampu menentukan sektor-sektor

strategis yang dapat mendorong terlaksananya pembangunan di daerah.

Pemerintah daerah telah melakukan suatu upaya strategis dengan membuat

6

kebijakan yang diharapkan mampu mendorong terlaksanakannya

pembangunan sektor kepariwisataan daerah agar dapat memberikan kontribusi

positif bagi daerah dan masyarakat.

Pemerintah daerah merupakan pihak yang memiliki kewenangan untuk

menangani permasalahan tersebut melalui kebijakan dan upaya pembangunan

yang dilakukan sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah dalam mencapai

sasaran pembangunan pada era otonomi. Pariwisata tidak dapat berdiri sendiri

dalam pelaksanaan pengembangan. Perlu dukungan berbagai sektor terkait

dalam menjamin terselenggarakannya pengembangan sektor pariwisata. Selain

itu, pengembangan sektor pariwisata di suatu daerah tidak hanya bergantung

kepada upaya yang dilakukan pemerintah, akan tetapi memerlukan peran serta

aktif dari pihak swasta dan masyarakat. Peran pihak swasta penting dalam

kerangka menopang keterbatasan kemampuan pemerintah untuk membangun

berbagai daya tarik wisata dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya.

Sementara itu, peran masyarakat sangat penting agar pengembangan

kepariwisataan yang dilakukan berdampak signifikan terhadap pengelolaan

obyek wisata serta upaya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat

secara umum.

Pariwisata merupakan salah satu pilar utama yang digalakkan oleh

pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan sebagai destinasi wisata bukan

hanya membangun infrastruktur yang berorientasi pada kepentingan bisnis,

namun juga harus bervisi pada adat istiadat dan budaya. Implikasi dari

berkembangnya konsep otonomi dalam pelaksanaan pembangunan daerah

7

yaitu bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk

menata, mengelola dan memanfaatkan setiap aset dan sumber daya daerah

yang potensial untuk diberdayakan agar dapat memberikan kontribusi yang

nyata bagi perkembangan daerah dan peningkatan taraf hidup bagi

masyarakat.

Salah satu kabupaten yang saat ini gencar mengembangkan sektor

pariwisata adalah Kabupaten Gunungkidul. Arah kebijakan dan strategi

pembangunan destinasi pariwisata daerah Kabupaten Gunungkidul meliputi:

a. Perwilayahan destinasi pariwisata;

b. Pembangunan daya tarik wisata;

c. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata;

d. Pembangunan aksesbilitas atau transportasi;

e. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan

f. Pembangunan investasi di bidang pariwisata. (Perda Kabupaten

Gunungkidul Nomor 3 Tahun 2014).

Wisata pantai Baron merupakan salah satu pantai yang menjadi ikon

dari pantai-pantai yang ada di sepanjang pesisir Kabupaten Gunungkidul,

karena pantai Baron merupakan pantai yang dikelola dan dikembangkan

pertama kali oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai destinasi tujuan

wisata. Deretan pantai indah terbentang di Kawasan selatan Kabupaten

Gunungkidul, pantai yang akan menyapa pertama kali sebagai pintu gerbang

adalah pantai Baron. Keindahan pantai Baron yang eksotis dan sibuknya

aktifitas nelayan yang pulang melaut akan memanjakan mata kita untuk

8

menyatu dengan pesona alam. Bukit-bukit berjajar mengelilingi pantai

menambah keelokan paras pantai Baron. Disebelah barat, terdapat muara air

sungai bawah tanah (air tawar) yang mengalir langsung ke laut. Terdapat juga

pedagang yang menjajakan hasil tangkapan nelayan yang dapat langsung

dimasak dan dimakan di tempat atau dijadikan oleh-oleh.

(http://wisata.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 7 Mei 2019)

Namun demikian, kepariwisataan di Kabupaten Gunungkidul masih

perlu penataan dan pengembangan secara optimal sesuai dengan daya dukung,

potensi, visi kepariwisataan, sekaligus dapat mengubah citra Kabupaten

Gunungkidul yang dikenal sebagai daerah miskin, tandus dan terkikis menjadi

daerah tujuan wisata yang "handayani"; yaitu daerah tujuan wisata yang

berdaya guna, berhasil guna dan handal bagi wisatawan, masyarakat dan

pemerintah/daerah. Dalam rangka penataan dan pengembangan obyek dan

daya tarik wisata diperlukan suatu proses perencanaan yang matang, terarah

dan terpadu sehingga dapat menjadi acuan pengembangan wisata yang

berkesinambungan dan berkelanjutan serta tepat fungsi dan sasaran dengan

melibatkan berbagai pihak yang terkait.

Pariwisata pantai menjadi ciri khas daerah Kabupaten Gunungkidul.

Salah satunya yang menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun asing saat

liburan. Pantai Baron saat ini dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata

pantai dan wisata kuliner dari hasil laut, dengan melihat potensi alam pantai

Baron ditunjang dengan adanya beberapa fasilitas seperti warung-warung

makan, homestay/motel, kios-kios souvenir, tempat ibadah, toilet dan area

9

parkir untuk wisatawan. Pembangunan kepariwisataan ditentukan oleh adanya

dukungan serta partisipasi aktif seluruh lapisan, baik pemerintah, pihak swasta

ataupun masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Pemerintah Daerah Kabupaten

Gunungkidul, khususnya Dinas Pariwisata terus berupaya meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 3 tahun 2014

tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten

Gunungkidul dijelaskan Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian

integral dari pembangunan daerah sehingga harus dilakukan secara sistematis,

terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap

memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, kebudayaan, dan

kelestarian lingkungan hidup.

Tujuan pembangunan kepariwisataan tersebut mewujudkan industri

pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian daerah, meningkatkan

kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, mengkomunikasikan destinasi

pariwisata daerah dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,

efisien, dan bertanggung jawab, dan mengembangkan kelembagaan

kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan industri

pariwisata, pembangunan destinasi pariwisata dan pemasaran pariwisata

secara professional, efektif, dan efisien. Sedangkan sasaran yang hendak

dicapai adalah:

a. Terwujudnya industri pariwisata yang mampu menggerakkan

perekonomian daerah melalui peningkatan investasi di bidang pariwisata,

10

kerjasama antar usaha pariwisata, perluasan lapangan kerja, dan upaya-

upaya untuk pendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan

masyarakat;

b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas daya tarik wisata yang aman dan

nyaman;

c. Terwujudnya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan;

d. Tersedianya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

e. Terwujudnya media pemasaran yang efektif dan efisien untuk

meningkatkan citra daerah sebagai destinasi pariwisata;

f. Tersediannya fasilitas pendukung kepariwisataan yang handal dan

professional.

Visi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul sesuai Peraturan adalah

“Mewujudkan Gunungkidul sebagai daerah tujuan wisata yang terkemuka dan

berbasis budaya menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri, dan

sejahtera Tahun 2021”. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul

No.3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) tahun 2014-2025 menjelaskan pengembangan pariwisata

Kabupaten Gunungkidul dilakukan dengan:

a. Pembangunan industri pariwisata;

b. Pembangunan destinasi pariwisata;

c. Pembangunan pemasaran pariwisata;

d. Pembangunan kelembagaan pariwisata.

11

Pentingnya kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten

Gunungkidul adalah untuk mewujudkan pariwisata yang unggul dan terkenal

sehingga visi dan misi Kabupaten Gunungkidul dapat terwujud. Mengingat

titik berat pembangunan pada sektor bidang pariwisata sebagai motor

penggerak utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul,

maka setiap perencanaan program pembangunan beserta anggarannya, harus

memprioritaskan pada upaya pengembangan sektor pariwisata, baik langsung

maupun tidak langsung. Demikian halnya dengan program dan kegiatan sektor

yang lain. Kabupaten Gunungkidul, sebagai daerah yang memiliki visi untuk

menjadi daerah wisata terkemuka, maka seluruh komponen masyarakat

Gunungkidul harus dilibatkan secara proporsional. Dalam perkembangannya

pantai Baron harus diperhatikan dan dikelola dengan serius, karena fasilitas-

fasilitas yang ada di pantai Baron yang sudah tidak terawat bahkan ada yang

rusak, pembenahan-pembenahan harus dilakukan dan fasilitas harus lebih

diperhatikan untuk kepentingan bersama.

Dari penjelasan diatas bahwa Kabupaten Gunungkidul memiliki

banyak obyek wisata pantai dan untuk mengembangkan sangatlah penting

untuk kemajuan suatu daerah, maka dari itu penulis akan meneliti Kebijakan

Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul

menggunakan empat (4) komponen yang diadopsi dari kebijakan yang dibuat

oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yaitu Peraturan Daerah No.3 Tahun

2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA)

Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025. Selanjutnya dianalisis sejauh mana

12

kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul

telah dilaksanakan dan faktor pendukung dan penghambat dalam kebijakan

yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata.

Dalam penelitian ini, peneliti memakai beberapa acuan dari hasil

penelitian tentang pariwisata yang dilakukan oleh peneliti lainnya. Keaslian

penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang

mempunyai karakteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, meskipun

berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi variable penelitian atau

metode analisis yang digunakan.

1. Penelitian lain dengan judul implementasi kebijakan pengembangan objek

wisata pantai Tanjung Setia Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir

Barat oleh Lusita Anjelina (2017) yang hasil penelitiannya menyimpulkan

tentang standar dan tujuan kebijakan ditujukan pada pengembangan

kegiatan rekreasi pantai yang mengarah ke pelestarian alam pantai dan

kesejahteraan masyarakat. Sumber daya yang bisa dikatakan belum

optimal dikarenakan minimnya profesionalisme pegawai serta minimnya

sumber dana yang dibutuhkan. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh

Lusita Anjelina dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama

menjelaskan tentang kebijakan pariwisata pantai, sedangkan perbedaannya

peneliti sekarang lebih terfokus kepada proses implementasi kebijakan

pengembangan pariwisata pantai Baron, mulai dari aksesbilitas, fasilitas,

dan tata kelola. (http://digilib.unila.ac.id/27446/ diunduh tanggal 1 Juli

2019)

13

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ummi Zakiyah (2013) dengan judul

implementasi kebijakan pembangunan pariwisata daerah Kabupaten

Bangka Barat Tahun 2010-2011. Hasil penelitiannya adalah pemerintah

kabupaten membuat kebijakan pembangunan pariwisata berbasis budaya

dan sejarah, pemerintah kabupaten membuat program pengembangan

destinasi pariwisata dengan pengelolaan kekayaan budaya yang ada di

Kabupaten Bangka Barat. Kesamaan pada penelitian ini adalah sama-sama

mengangkat judul tentang kebijakan, sedangkan perbedaannya yaitu

terdapat pada proses pengembangan pariwisata yang terfokus pada

kekayaan budaya dan sejarah, sedangkan peneliti sekarang berfokus pada

kebijakan mulai dari aksesbilitas, fasilitas, dan tata kelola.

(http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t26580.pdf diunduh tanggal 1 Juli

2019)

3. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sudaryanto (2019) dengan

judul implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten

Gunungkidul. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa implementasi

kebijakan pengembangan pariwisata Gunungkidul sudah berjalan

meskipun belum secara optimal. Dinas Pariwisata bertugas untuk

memfasilitasi masyarakat untuk menggali potensi daerah yang dimiliki dan

selajutnya diangkat menjadi destinasi pariwisata. Kesamaan penelitian

terdapat pada proses kebijakan pengembangan pantai sebagai destinasi

wisata, sedangkan perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian, peneliti

sekarang hanya berfokus pada destinasi pantai Baron sedangkan penelitian

14

yang dilakukakn Bapak Sudaryanto berlokasi di destinasi wisata

Kabupaten Gunungkidul. (Sudaryanto. 2019. Implementasi Kebijakan

Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. Tesis STPMD

“APMD” Yogyakarta)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dengan judul kebijakan pengembangan pariwisata

pantai Baron Kabupaten Gunungkidul adalah:

1. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul meliputi:

a. Pengembangan Destinasi Pariwisata Pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul

b. Pemasaran dan Promosi Pariwisata

c. Pengembangan dan Indutri Pariwisata

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Kebijakan Pengembangan

Pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul?

2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat kebijakan pengembangan

pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul?

15

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan

1. Untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kebijakan pengembangan

pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kebijakan

pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.

Manfaat

1. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi ide,

pemikiran yang kreatif bagi kalangan civitas akademik tentang kebijakan

pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten Gunungkidul.

2. Secara Akademis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

hal pemikiran bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul.

E. Kerangka Konseptual

Untuk mendapatkan pemahaman dan kerangka pemikiran terkait

dengan kebijakan pengembangan pariwisata pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul maka diperlukan beberapa konsep dan teori yang menjadikan

dasar referensi untuk menganalisis data penelitian.

1. Kebijakan

a. Kebijakan Publik

Hanya ada dua tugas utama pemerintah: membangun

kebijakan-kebijakan unggul dan melanjutkannya dalam bentuk

pelayanan publik di mana pembangunan menjadi kekhasan negara

16

berkembang yang berkualitas tinggi. Tidak ada pemerintah yang tidak

membuat kebijakan, karena itu adalah core business-nya. Karena itu,

kebijakan publik adalah pertaruhan bagi setiap pemerintah, khususnya

pemerintah di dalam sistem politik demokrasi, yang dalam hal ini

adalah juga pemerintah Indonesia.

Menurut Thomas R. Dye, istilah kebijakan publik yang baik,

yaitu “whatever governments choose to do or not do It is what

government do, why they do it, and what difference it makes”.

Kebijakan publik adalah pilihan dan nilai yang diberikan atas pilihan

itu. Dari sini bisa dipahami kebijakan publik sebagai seperangkat

keputusan-keputusan strategis kehidupan suatu bangsa untuk mencapai

misi pembentukannya. (Riant Nugroho 2018:33)

Seorang pakar tentang kebijakan publik, Harold Lasswell dan

Abraham Kaplan dalam Riant Nugroho (2018), mengemukakan bahwa

kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan

tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu.

Definisi ini bermanfaat karena kebijakan dipahami dengan

memproyeksikan kebijakan dengan tujuan, nilai, dan praktik. Makna

kebijakan sebagaimana kita kemukakan tadi akan semakin jelas bila

kita ikuti pandangan seorang ilmuan politik, Carl I. Friedrick dalam

Abdul Wahab (2016), menyatakan bahwa kebijakan itu ialah suatu

tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubung

17

dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-

peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang

diinginkan.

Apa yang baru saja dikemukakan oleh Friedrich di atas akan

semakin jelas jika kita pertegas lagi dengan pendapat Knoepfel dan

kawan-kawan 2007 dalam Abdul Wahab (2016) saat mereka

mengartikan kebijakan sebagai : “a series of decisions or activities

resulting from structured and recurrent interactions between fifferent

actors, both public and private, who are involved in various different

ways in the emergence, identification and resolution of a problem

defined politivally as a public one” (serangkaian keputusan atau

tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi terstruktur dan berulang

di antara berbagai aktor, baik publik/pemerintah maupun privat/swasta

yang terlibat berbagai cara dalam merespons, mengidentifikasi, dan

memecahkan suatu masalah yang secara politis didefinisikan sebagai

masalah publik.

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai pelaksanaan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah

kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian

dijalankan sepenuhnya. Implementasi kebijakan merupakan alat

administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan

teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

18

Kebijakan publik, dengan demikian selalu mengandung

multifungsi, untuk menjadikan kebijakan untuk sendiri menjadikan

kebijakan yang adil dan seimbang dalam mendorong kemajuan

kehidupan bersama.

W.I. Jenkins (1978) merumuskan kebijakan publik sebagai

serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh

seorang aktor politik atau kelompok aktor, berkenaan dengan tujuan

yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu

situasi. Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam

batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. (Abdul

Wahab 2016: 15).

Kita bisa menemukan banyak definisi dari kebijakan publik,

dan tidak ada dari satu definisi tersebut yang keliru, semuanya benar

dan saling melengkapi. Beberapa ilmuwan sosial di Indonesia

menggunakan istilah kebijaksanaan sebagai kata ganti policy. Perlu

ditekankan, kebijaksanaan bukanlah kebijakan, karena

(ke)bijaksana(an) adalah salah satu dari ciri kebijakan publik yang

unggul. (Riant Nugroho 2018:115)

Dengan demikian, kebijakan publik adalah sebuah fakta

strategis dari pada fakta politis ataupun fakta teknis. Sebagai sebuah

strategi maka di dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-

preferensi politis dari para aktor yang terlibat di dalam proses

kebijakan khususnya pada proses perumusan. Sebagai sebuah strategi,

19

maka kebijakan publik tidak saja bersifat positif, namun juga negatif,

di dalam arti pilihan keputusan selalu bersifat menerima salah satu dan

menolak yang lain. Meskipun terdapat ruang bagi win-win di mana

sebuah tuntutan dapat diakomodasikan, namun pada akhirnya ruang

bagi win-win sangat terbatas, sehingga kebijakan publik lebih banyak

pada ranah zero-sum-game, yaitu menerima yang ini, dan menolak

yang lain.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang

kompleks karena melibatkan banyak proses ataupun variable yang

harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat

untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan

kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuannya ialah untuk

mempermudah kita dalam mengkaji kebijakan. Namun, beberapa ahli

membagi tahapan kebijakan dengan urutan yang berbeda misalnya,

tahap penilaian kebijakan seperti yang tercantum dibawah ini bukan

merupakan tahap akhir dari proses kebijakan publik, sebab masih ada

satu tahap lagi, yaitu tahap perubahan kebijakan dan terminasi atau

penghentian kebijakan (Budi Winarno, 2012:34-35).

Implementasi kebijakan diperlukan untuk mengacu pada

pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus

diimplementasikan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan

diperlukan karena berbagai alasan atau perspektif. Beberapa faktor

keberhasilan proses implementasi, yaitu komunikasi, sumber daya,

20

sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur organisasi termasuk tata

aliran kerja birokrasi. Faktor tersebut merupakan kriteria yang perlu

ada dalam implementasi suatu kebijakan.

Melalui mekanisme seperti itulah kebijakan publik hadir, dan

kemudian menjadi sebuah keniscayaan. Dari situlah ia lantas hadir

ditengah kehidupan kita, mulai dari sosoknya yang simbolis dan tak

kasat mata, kebijakan publik terlihat memastikan dirinya untuk

memainkan peran sentralnya dalam mengatur, mengarahkan, dan

memengaruhi kehidupan kolektif kita sehari-hari, baik secara langsung

maupun tak langsung.

Dari uraian diatas, sudah jelas bahwa hadirnya kebijakan

publik di tengah kehidupan kita berdampak langsung pada kehidupan

individu, kelompok, dan masyarakat. Oleh sebab itu, di berbagai

tingkatan dalam proses tersebut akan banyak pula orang yang terlibat

di dalamnya.

b. Implementasi Kebijakan

Dalam arti luas, implementasi sering dianggap sebagai bentuk

pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang telah

ditetapkan berdasarkan undang-undang dan menjadi kesepakatan

bersama di antara beragam pemangku kepentingan (stakeholders),

aktor, organisasi (publik atau privat), prosedur, dan teknik sinergistis

yang digerakkan untuk bekerjasama guna menerapkan kebijakan

kearah tertentu yang dikehendaki. Kamus Webster dalam Abdul

21

Wahab (2016), merumuskan bahwa istilah to implement

(mengimplementasikan) itu berarti to provide the means for carrying

out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give

practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Sementara itu menurut Van Meter dan Van Horn merumuskan proses

implementasi sebagai “those actions by public or private individuals

(or groups) that are directed at the achievement of objective set fort in

prior policy decision” (tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individual/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan). (Abdul Wahab 2016:135).

Implementasi kebijakan (policy implementation) sesungguhnya

tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang

bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan

ketaatan pada kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut

jaringan-jaringan politik, ekonomi, dan sosial yang berlangsung atau

tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang

terlibat.

Kemudian dapat disimpulkan Implementasi kebijakan

merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu

kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan

dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik

22

dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya

diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan

guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Tahap implementasi

kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan

terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan

demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-

undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai

implementasi kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan publik

merupakan proses kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah

kebijakan ditetapkan dan disetujui.

2. Pengembangan Pariwisata

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang-

Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan

antara lain: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, (b) meningkatkan

kesejahteraan rakyat, (c) menghapus kemiskinan, (d) mengatasi

pengangguran, (e) melestarikan alam, (f) memajukan kebudayaan, (g)

mengangkat citra bangsa, (h) memupuk rasa cinta tanah air, (i)

memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan (j) mempererat

persahabatan antar bangsa.

Berbagai komponen yang sangat penting untuk diperhatikan

dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:

23

a. Atraksi dan daya Tarik wisata

Atraksi dan daya tarik pariwisata biasanya diklasifikasikan

kedalam jenis dan themanya yang dibagi menjadi tiga jenis thema daya

tarik wisata sebagai berikut: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata

budaya, dan daya tarik wisata minat khusus. Berbagi jenis atraksi dan

daya tarik wisata tersebut bmempunyai kedudukan yang sangat penting

pada sisi produk wisata untuk menarik kunjungan wisatawan ke

destinasi tersebut. Disamping itu daya tarik wisata dalam suatu

destinasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengundang para

wisatawan agar tetap mengunjungi destinasi tersebut, maka harus

memenuhi tiga (3) syarat utama yaitu:

a) Destinasi wisata harus mempunyai apa yang disebut dengan

“something to see” artinya dalam destinasi harus mempunya daya

tarik khusus yang dapat dilihat oleh para wisatawan.

b) Destinasi wisata harus mempunyai “something to do” artinya

selain melihat daya tarik destinasi wisata perlu disediakan beberapa

fasilitas yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktifitas agar

wisatawan menjadi senang untuk berlama-lama di destinasi wisata.

c) Destinasi wisata juga harus mempunyai “something to buy”

artinya di destinasi wisata harus disediakan barang-barang

cendramata (souvenir) dari kerajinan masyarakat setempat yang

dapat dibeli dan dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

24

b. Amenitas dan akomodasi

Amenitas dan akomodasi merupakan hal yang sangat penting

dan juga harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata. Hal ini

dikarenakan amenitas dan akomodasi merupakan barbagai jenis

fasilitas dan perlengkapan yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk

bersantai dengan nyaman serta menginap selama kunjungan pada

destinasi wisata tersebut seperti: homestay, hotel atau penginapan.

c. Aksesbilitas dan transportasi

Aksesbilitas dan transportasi merupakan fasilitas yang

memungkinkan dan memudahkan serta nyaman bagi wisatawan untuk

mengunjungi destinasi pariwisata, seperti transportasi darat,

transportasi penyeberangan, transportasi laut termasuk kapal pesiar dan

transportasi udara berupa penerbangan komersial ataupun carteran

yang semuanya adalah berfungsi sebagai sarana dan fasilitas

pendukung pergerakan wisatawan dari destinasi yang sat uke destinasi

lainnya.

d. Infrastruktur pendukung

Infrastruktur pendukung disini adalah keseluruhan jenis

fasilitas umum berupa prasarana fisik yang berkaitan dengan

komponen pendukung perhubungan seperti jalanan, bandara,

pelabuhan, jaringan, telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan air

bersih, dan lain-lain.

25

e. Fasilitas pendukung wisata lainnya

Hal ini berkaitan dengan berbagai jenis fasilitas pendukung

kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan

kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan dalam

suatu destinasi seperti: keamanan, rumah makan, biro perjalanan, took

souvenir, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas belanja,

hiburan malam, fasilitas perbankan dan beberapa kebijakan khusus

yang diadakan untuk mendukung kenyamanan bagi wisatawan di

destinasi wisata.

f. Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata

Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata yaitu

berkaitan erat dengan keseluruhan unsur organisasi atau institusi

pengelola kepariwisataan termasuk sumber daya manusia sebagai

pendukungnya, yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan dalam

destinasi tersebut baik unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat.

(Bambang Sunaryo 2013:25-31)

Pihak pemerintah memegang kendali yang sangat dominan dalam

tata kelola pariwisata. Sedangkan peranan masyarakat yang relatif pasif

dengan akses yang tidak terbuka lebar dan lebih berkedudukan sebagai

penerima manfaat secara pasif.

Beberapa dampak negatif pada aspek sosial, budaya dan ekonomi

yang ditimbulkan oleh aktivitas pariwisata yang telah menimbulkan

keprihatinan dan berbagai kritik dari banyak pihak diantaranya adalah:

26

marginalisasi kelompok masyarakat yang kurang mampu, degradasi nilai,

provanisasi nilai-nilai sacral masyarakat, memudarnya adat istiadat, serta

perubahan perilaku masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan nilai dan

adat istiadat masyarakat setempat.

Sedangkan dampak positif multiganda yang diterima masyarakat

menjadi perhatian utama dari strategi pengembangan pariwisata. Peran

pihak pemerintah hanya terbatas sebagai fasilitator dan regulator dalam

tata kelola pariwisata. Pelaku utama pariwisata diserahkan pada pihak

masyarakat dan industri pariwisata, yang harus berperan serta secara aktif

dan masing-masing berprinsip pada nilai-nilai: transparansi, mampu

berfikir antisipatif, menjunjung supremasi hukum, memegang asas

efisiensi dan bertanggung jawab serta mempunyai daya tanggap yang

responsif terhadap dinamika perubahan pariwisata.

Seiring dengan tuntutan dan eskalasi perubahan kebutuhan,

pergeseran pola pikir masyarakat dan dinamika perkembangan isu-isu

strategis yang akan mempengaruhi pengembangan pariwisata. Strategi

perencanaan pengembangan pariwisata yang sering dijadikan acuan dasar

oleh perencana pembangungan pariwisata ada tiga strategi:

a. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang

mengutamakan pada pertumbuhan (growth oriented model);

b. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu

pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism

development);

27

c. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu

pada keberlanjutan pembangunan kepariwisataan (sustainable tourism

development). (Bambang Sunaryo 2013: 132)

Dalam pengembangan pariwisata, yang paling dibutuhkan dari

sektor publik adalah adanya perubahan baik cara berfikir maupun

bertindak, terutama dengan meninggalkan paradigma lama yang berupa

suatu bangunan penyelenggara pemerintah yang sentralistik dan

berwawasan fokus tunggal yang berupa birokrasi pemerintah. Untuk

menuju kepada paradigma baru yang berupa model penyelenggaraan

pemerintahan yang desentralistik dan berfokus jamak. Oleh karena itu

reformasi birokrasi di sektor pariwisata pada hakekatnya memiliki dua

tujuan utama yaitu: (1) menciptakan aparatur kepariwisataan yang bersih,

professional, dan bertanggung jawab yang bebas dari praktik KKN dan

perbuatan tercela lainnya; (2) menciptakan birokrasi kepariwisataan yang

efisien, efektif, dan produktif sehingga dapat memberikan pelayanan

publik yang prima.

Menyadari bahwa pariwisata adalah kegiatan yang tidak mengenal

batas, baik dalam artian sektor kegiatan, ruang (spasial) dan wilayah

(regional), maka pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara lintas

sektor dan lintas daerah. Oleh karena itu, keterpaduan pengembangan antar

pihak-pihak yang terkait di dalamnya harus dibangun secara efektif,

holistic dan komplementer.

28

Permasalahan yang dihadapi Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan sebagai

berikut:

1. Destinasi pariwisata

a. Pengembangan dan diversifikasi daya tarik wisata belum optimal

karena masih mengandalkan potensi wisata alam, terbatasnya

investasi wisata buatan berskala besar dan terbatasnya sumber

pembiayaan;

b. Persebaran kunjungan wisatawan belum merata karena kerjasama

antar pelaku pariwisata belum optimal dan aksesbilitas beberapa

daya tarik wisata kurang mendukung;

c. Aksesbilitas dan amenitas pariwisata belum semua memenuhi

standar karena terkendala ketersediaan lahan, rendahnya investasi

terbatasnya sumber pembiayaan

2. Pemasaran pariwisata

a. Jaringan pemasaran pariwisata ke pangsa luar jawa dan luar negeri

belum maksimal disebabkan belum berkembangnya kerjasama

dengan pelaku usaha pariwisata baik nasional dan internasional;

b. Event atraksi pariwisata berskala nasional dan internasional masih

terbatas. Karena even yang ada belum dikemas dengan baik

sehingga belum layak jual, sedangkan untuk even budaya

terkendala penentuan hari pelaksana sehingga tidak dapat

dipromosikan jauh hari sebelumnya.

29

3. Kelembagaan

a. Legalitas kelembagaan Pokdarwis dan Desa Wisata sebagian

belum terpenuhi karena antusias dan kesadaran pengurus

Pokdarwis dan Desa Wisata rendah.

b. Pemahaman masyarakat yang belum sesuai terhadap konsepsi

pemberdayaan masyarakat karena berkembangnya anggapan

bahwa dengan terbentuknya Pokdarwis dan Desa Wisata sudah

cukup untuk melakukan pengelolaan daya tarik dan usaha

pariwisata

4. Indsutri Pariwisata

a. Indsutri pariwisata belum smemenuhi standar sertifikasi usaha dan

sertifikasi profesi pelaku usaha pariwisata dikarenakan sebagian

besar industri pariwisata berawal dari indstri rumah tangga yang

tidak didukung sumber daya manusia yang kompeten.

b. Berkembangnya usaha ekonomi kreatif tingkat dasar belum di

dukung Sumber Daya Manusia (SDM) dan prasarana yang

memadai.

3. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan

kepariwisataan nasional diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan yang meliputi perencanaan pembangunan

30

industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan

kelembagaan kepariwisataan, dan terdiri atas:

a. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan nasional

(RIPPARNAS);

b. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

(RIPARPROV);

c. Rencana Induk Pembangunan Kepariwistaan Kabupaten/Kota

(RIPPAR-KOTA)

Pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul mempunyai

empat (4) komponen yang sangat penting yang ada dalam peraturan daerah

Nomor 3 tahun 2014 tentang rencana Induk Pembangunan Pariwisata

daerah (RIPPARDA), yaitu :

a) Pembangunan Industri Pariwisata

Industri pariwisata merupakan kumpulan usaha pariwisata yang

saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam kegiatan penyelenggaraan

pariwisata.

b) Pembangunan Destinasi Pariwisata

Destinasi pariwisata merupakan daerah tujuan wisata dimana

wisatawan berkunjung atau singgah dalam waktu yang signifikan

untuk menikmati keindahan alam, budaya maupun keindahan wisata

buatan yang ada atau tersedia di suatu daerah.

31

c) Pembangunan Pemasaran Pariwisata

Pemasaran pariwisata merupakan suatu proses untuk

menciptakan, menyampaikan, mengkomuikasikan suatu Daya Tarik

Wisata dan mengelola hubungan dengan wisatawan dalam

mengembangkan pariwisata dan seluruh pemangku kepentingan.

d) Pembangunan Kelembagaan Pariwisata

Kelembagaan pariwisata adalah kesatuan unsur beserta jaringan

yang dikembangkan secara terorganisasi, seperti Pemerintah,

Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakatyang saling

berkesinambungan untuk menghasilkan perubahan kearah pencapaian

tujuan di pariwisata.

Dengan berpedoman peraturan tersebut penulis akan menganalisis

Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron Kabupaten

Gunungkidul dalam penilitian ini meliputi 3 aspek yaitu:

1. Pengembangan Destinasi

2. Pemasaran Promosi pariwisata

3. Pengembangan industri dan kelembagaan pariwisata

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang

diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,

dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu

32

masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu,

memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan

mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sering

disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada

kondisi alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif adalah sarana untuk

mengeksplorasi dan memahami makna individu atau kelompok yang

berkaitan dengan masalah sosial atau manusia. (Sugiyono 2013:14)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif-kualitatif. Pada penelitian ini, setelah peneliti mengumpulkan

data dalam bentuk hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi maka

untuk selanjutnya data tersebut dianalisis lebih mendalam lagi sehingga

membentuk suatu kesimpulan ilmiah-alamiah yang dapat diterima oleh

berbagai kalangan.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah

Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pantai Baron pengembangan industri

pariwisata, pengembangan destinasi pariwisata, pengembangan pemasaran

promosi pariwisata, dan kelembagaan pariwisata.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang kebijakan pengembangan pariwisata

pantai Baron mengambil lokasi di Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul dan Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul

33

4. Teknik Pemilihan Informan

Dalam menentukan informan peneliti menggunakan Teknik

Snowball yaitu teknik pengambilan informan, yang pada awalnya

jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar yang dilakukan setelah terjun

ke lapangan atau lokasi penelitian.

Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik

snowball, penentuan informan dilakukan saat peneliti ke lokasi penelitian,

peneliti memilih orang tertentu yang bisa memberikan data atau informasi

yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang

diperoleh dari informan sebelumnya, peneliti bisa menetapkan informan

berikutnya. Adapun informan nama-nama informan tersusun sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Identitas Informan

No Nama Jenis Kelamin Pekerjaan/Keterangan

1 Yuni Hartini Perempuan Kepala Bidang Pemasaran dan Bina

Usaha

2 Supartono Laki-laki Kepala Bidang Pengembangan Destinasi

3 Sudjarwono Laki-laki Seksi kelembagaan

4 Supriyanta Laki-laki Subbagian Perencanaan

5 Suminto Laki-laki Sekdes Desa Kemadang

6 Sukem Perempuan Pelaku usaha wisata

7 Tuginem Perempuan Pelaku usaha wisata

8 Ngatijo Laki-laki Nelayan

9 Mardi Laki-laki Nelayan

10 Yem Perempuan Pengelola penginapan/pelaku usaha

wisata

11 Ahmad Laki-laki Pengunjung

12 Indra Laki-laki Pengunjung

13 Rahmad Laki-laki Pengunjung

14 Wibowo Laki-laki Biro Perjalanan

15 Anto Laki-laki Biro Perjalanan

34

Dalam tabel 1.1 diketahui bahwa informan terdiri dari unsur

pemerintahan yakni: Kepala bidang pemasaran dan bina usaha (Yuni

Hartini), Kepala bidang pengembangan destinasi (Supartono), Seksi

kelembagaan (Sudjarwono), Subbagian perencanaan (Supriyanta). Dari

Desa Kemadang Bapak Suminto. Dari unsur masyarakat lokal yang terlibat

dalam destinasi wisata yaitu: Sukem, Yem, Tuginem, Mardi dan Ngatijo.

Dari wisatawan yang berkunjung yakni: Ahmad, Rahmad dan Indra. Dari

Biro Perjalanan Wibowo dan Anto.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam observasi, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. (Sugiyono 2013:310).

Dalam observasi ini peneliti mengamati secara langsung

mengenai implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pantai

Baron di Kabupaten Gunungkidul.

b. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang

utama adalah wawancara. Dalam praktiknya kedua metode tersebut

dapat digunakan secara bersama-sama, artinya saat wawancara bisa

dilakukan pada observasi atau sebaliknya. (Sugiyono 2013:324).

Wawancara dilakukan karena peniliti ingin mengetahui atau

mendapatkan informasi tentang Kebijakan Pengembangan Pariwisata.

35

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, skesta dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat

berupa gambar, patung, film dan sebagainya. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan

wawancara (Sugiyono 2016: 240).

Data yang dikumpulkan adalah Rencana kerja (renja) dan

Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Kabupaten

Gunungkidul.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan

untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah

dirumuskan. Dalam penelitian ini analisis data lebih difokuskan selama

proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. (Sugiyono

2013:333).

Dalam menganalisa data, maka peneliti menyusun menggunakan

analisis data secara kualitatif sebagai berikut:

36

a. Pengumpulan data

Peneliti mengumpulkan atau menyusun data-data yang telah

didapat dari penelitian yang telah dilakukan.

b. Penyajian data

Dalam penyajian data, data yang diperoleh dibentuk dalam

uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Verifikasi data

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan

akan berkembang setelah peneliti berada ditempat penelitian.

37

BAB II

PROFIL KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN

DINAS PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL

A. Profil Kabupaten Gunungkidul

1. Kondisi Umum

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di

Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah

Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas

wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah

tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan

jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18

Kecamatan, yaitu Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Tepus,

Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong, Karangmojo,

Wonosari, Playen, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin.

Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 144 desa, dan 1.431 padukuhan.

(Sumber: http://wisata.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 13 Agustus

2019.)

38

Tabel 2.1 Luas Kecamatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017

No Kecamatan Luas (Km2)

1 Panggang 99,8

2 Purwosari 71,76

3 Paliyan 58,07

4 Saptosari 87,83

5 Tepus 104,91

6 Tanjungsari 71,63

7 Rongkop 83,46

8 Girisubo 94,57

9 Semanu 108,39

10 Ponjong 104,49

11 Karangmojo 80,12

12 Wonosari 75,51

13 Playen 105,26

14 Patuk 72,04

15 Gedangsari 68,14

16 Nglipar 73,87

17 Ngawen 46,59

18 Semin 78,92

Jumlah 1.485,36

Sumber : http://www.gunungkidulkab.go.id

Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah 1.485,36 Km2. Dari

seluruh luas wilayah tersebut Kecamatan Semanu merupakan wilayah

yang paling luas dengan 108,39 Km, selanjutnya Kecamatan Playen

dengan luas wilayah 105,26 Km, Kecamatan Tepus 104,91 Km, dan

Kecamatan Ponjong 104,49 Km. kecamatan tersebut merupakan 4 (empat)

kecamatan yang paling luas di Kabupaten Gunungkidul.

2. Geografi

a. Perbatasan

Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7 o 46’- 8 o

09’ Lintang Selatan dan 110o 21’ – 110o 50’ Bujur Timur, batas

administrasi wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :

39

Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY)

Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa

Tengah)

Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul

Sumber : http://www.gunungkidulkab.go.id

b. Topografi

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi

menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :

a) Zona Utara

Disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m –

700 m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit,

terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari

permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan batuan

40

induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi

Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan

Kecamatan Ponjong bagian utara.

b) Zona Tengah

Disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan

ketinggian 150m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi

mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu

kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-

partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah,

tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar

antara 60 m - 120 m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini

meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong

bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara.

c) Zona Selatan

Disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon

gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300

mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri

khas bukitbukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan

kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah

tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan,

Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang,

Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan.

41

c. Iklim

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim

tropis, dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah

kawasan perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan

perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai

bawah tanah yang mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan

kondisi lahan di kawasan selatan kurang subur yang berakibat

budidaya pertanian di kawasan ini kurang optimal. Iklim yang

nyaman dan obyek wisata yang indah akan menjadi daya tarik wisata

bagi suatu daerah, iklim dapat mempengaruhi jumlah kunjungan

wisatawan ke suatu obyek wisata serta menimbulkan dampak

langsung seperti ketersedian air di obyek pariwisata yang

mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat wisata,

dan dampak tidak langsung seperti bencana alam yang menyebabkan

penurunan kualitas lingkungan.

3. Demografi

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk

dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.

Penurunan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten

Gunungkidul lebih dipengaruhi oleh migrasi keluar. Kondisi geografis dan

sosial ekonomi yang tidak menguntungkan menjadi salah satu faktor

pendorong penduduk untuk mencari nafkah keluar daerah.

42

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017

No Kecamatan Jumlah Penduduk

(orang)

1 Panggang 28,630

2 Purwosari 20,911

3 Paliyan 31,406

4 Saptosari 37,007

5 Tepus 34,435

6 Tanjungsari 27,750

7 Rongkop 29,047

8 Girisubo 23,958

9 Semanu 55,869

10 Ponjong 53,779

11 Karangmojo 52,659

12 Wonosari 85,063

13 Playen 58,855

14 Patuk 32,771

15 Gedangsari 38,078

16 Nglipar 32,058

17 Ngawen 34,150

18 Semin 52,938

Jumlah 729,364

Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018

Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul tahun 2017 berdasarkan

hasil Estimasi Sensus Penduduk 2010- 2035, berjumlah 729.364 jiwa yang

tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk

terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 85.063 jiwa.

43

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2017

Kecamatan Jenis Kelamin (ribu) Rasio

Jenis

Kelamin

Laki-laki

Male

Perempuan

Female

Jumlah

Total

(1) (2) (3) (4) (5)

Panggang 13.713 14.917 28.630 91,93

Purwosari 9.987 10.924 20.911 91,42

Paliyan 15.055 16.351 31.406 92,07

Saptosari 17.809 19.198 37.007 92,76

Tepus 16.399 18.036 34.435 90,92

Tanjungsari 13.330 14.420 27.750 92,44

Rongkop 13.981 15.066 29.047 92,80

Girisubo 11.360 12.598 23.958 90,17

Semanu 26.878 28.991 55.869 92,71

Ponjong 25.968 27.881 53.779 93,37

Karangmojo 25.341 27.318 52.659 92,76

Wonosari 41.528 43.535 85.063 95,39

Playen 28.407 30.448 58.885 93,30

Patuk 15.964 16.807 32.771 94,98

Gedangsari 18.624 19.454 38.078 95,73

Nglipar 15.525 16.533 32.058 93,90

Ngawen 16.600 17.550 34.150 94,59

Semin 25.584 27.354 52.938 93,53

Gunungkidul 352.053 377.311 729.364 93,31

Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018

Tabel diatas dapat dihitung bahwa sex rasio penduduk Kabupaten

Gunungkidul sebesar 93,31 persen yang dapat diartikan bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk

perempuan. Kecamatan dengan sex rasio paling tinggi adalah Kecamatan

Gedangsari sebasar 95,73 persen, sedangkan kecamatan dengan sex rasio

paling rendah adalah Kecamatan Girisubo dengan 90,17 persen.

44

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Kabupaten Gunungkidul

Tahun 2017

Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan

Bekerja Pengangguran

Terbuka

Jumlah

Tidak/Belum Pernah Sekolah 33.572 - 33.572

Tidak/Belum Tamat SD 63.975 - 63.975

Sekolah Dasar 120.010 1.286 121.296

Sekolah Menengah Pertama 96.587 1.403 97.990

Sekolah Menengah Atas 32.424 1.173 33.597

Sekolah menengah Atas

Kejuruan

48.007 3.223 51.230

Diploma I/II/III 7.324 - 7.324

Universitas 20.492 - 20.492

Jumlah 422.391 7.085 429.476

Sumber: Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018

Tabel di atas menunjukan jumlah penduduk berumur 15 tahun ke

atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kegiatan di

Kabupaten Gunungkidul, Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah

Sekolah Dasar dengan 120.010 jiwa, yang bekerja dan tidak bekerja 1.286

jiwa dengan jumlah 121.296 jiwa, dan yang terendah adalah Diploma

I/II/III yang bekerja sebanyak 7.324 jiwa.

45

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2017

Lapangan Pekerjaan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

Pertanian 93.991 102.407 196.398

Pertambangan 2.240 - 2.240

Industri Pengolahan 23.441 21.426 44.867

Bangunan 33.324 - 33.324

Perdagangan Besar, eceran, Rumah

makan, dan Hotel

36.191 42.138 78.329

Angkutan, Pergudangan, dan

Komunikasi

8.876 1.984 10.860

Keuangan, Asuransi, Usaha

Persewaan Bangunan, Tanah, dan

Jasa

8.875 1.452 10.327

Jasa Kemasyarakatan Sosial 23.694 22.352 46.046

Jumlah 230.632 191.759 422.391

Sumber : Kabupaten Gunungkidul Dalam Angka 2018

Dari tabel tersebut Kabupaten Gunungkidul memiliki kinerja

ekonomi yang cukup baik, dilihat dari 4 sektor utama yang ada pada sektor

pertanian, industri pengolahan, jasa kemasyarakatan sosial, dan sektor

perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel. Yang paling

mendominasi adalah sektor pertanian, hal ini disebabkan karena luas lahan

pertanian Kabupaten Gunungkidul yang masih sangat mendominasi

dibandingkan pemanfaatan lahan untuk sektor yang lainnya.

4. Pemerintahan

Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu

daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada

tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan

46

Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT

Labaningrat.

Berdasarkan Peraturan Daerah No 6 Tahun 2016 tentang Urusan

Pemerintahan Daerah, di Kabupaten Gunungkidul urusan pemerintahan

daerah terdiri atas urusan pemerintahan konkruen, dan urusan

pemerintahan umum. Urusan Pemerintahan Konkruen terdiri atas urusan

pemerintahan wajib (urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan

dengan pelayanan dasar) dan Urusan pemerintahan pilihan.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten

Gunungkidul, di Kabupaten Gunungkidul telah dibentuk perangkat daerah

dengan susunan sebagai berikut :

a. Sekretariat Daerah

b. Sekretariat DPRD

c. Inspektorat Daerah

d. Dinas Daerah : Dinas Kesehatan, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas

Sosial, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas

Perhubungan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Kebudayaan,

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan,Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Dinas Pekerjaan Umum,

Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman, Dinas Pertanahan dan

Tata Ruang, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pemberdayaan

47

Perempuan, Perlindungan Anak dan KB, Pemberdayaan Masyarakat

dan Desa, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas

Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas

Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

e. Badan Daerah : Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan

Daerah, Badan Keuangan dan Aset Daerah, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

(Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 20

Agustus 2019).

5. Potensi

Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi

perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora

dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata. Pertanian yang

dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah

hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan.

Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah

hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa :

batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir

kuarsa.

Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang

cukup luas terletak di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,

membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari sampai

48

Kecamatan Girisubo, yang memiliki 103 pantai, dan 60 pantai yang

dikembangkan . Potensi hasil laut dan wisata sangat besar dan terbuka

untuk dikembangkan. Potensi lainnya adalah industri kerajinan, makanan,

pengolahan hasil pertanian yang semuanya sangat potensial untuk

dikembangkan.

Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Gunungkidul

Tahun 2010-2030, potensi pengembangan wilayah di Kabupaten

Gunungkidul:

a. Kawasan peruntukan hutan produksi (12.810,100 Ha di 10 kecamatan)

b. Kawasan hutan rakyat (38.444 Ha di 18 kecamatan)

c. Kawasan peruntukan pertanian: kawasan tanaman pangan, kawasan

hortikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan

d. Kawasan peruntukan perikanan

e. Kawasan yang memiliki potensi bahan galian

f. Kawasan potensi industri

g. Kawasan pengembangan pariwisata

h. Kawasan geopark Gunung Sewu

Geopark Gunung Sewu terletak antara Yogyakarta dan Pacitan.

Kawasan ini memanjang arah barat-timur melintasi 3 wilayah kabupaten

(Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan) dan 3 wilayah Propinsi (DIY,

Jateng, Jatim). Luas 1.802 km2. Geopark Gunung Sewu telah ditetapkan

sebagai Geopark Nasional oleh Komite Nasional Geopark Indonesia pada

tanggal 13 Mei 2013 dan ditetapkan menjadi Geopark Global yang

49

didukung oleh UNESCO pada tanggal 19 September 2015 di Tottori,

Jepang. Pada bulan Nopember 2015 Geopark Gunung Sewu menjadi

Gunung Sewu UNESCO Global Geopark. Geopark Gunung Sewu terdiri

dari 33 situs yang tersebar di 3 Geo Area, yaitu Geo Area Gunungkidul

sebanyak 13 geo tapak, Geo Area Wonogiri sebanyak 7 geo tapak, dan

Geo Area Pacitan sebanyak 13 geo tapak. (Sumber:

http://www.gunungkidulkab.go.id diunduh tanggal 20 Agustus 2019).

B. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

1. Struktur Organisasi Dinas Pasiwisata Kabupaten Gunungkidul

Sumber: www.gunungkidulkab.go.id , diunduh tanggal 2 September 2019

Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan : Kepala Dinas

b. Unsur Pembantu Pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari :

1) Subbagian Perencanaan

50

2) Subbagian Keuangan

3) Subbagian Umum

c. Unsur Pelaksana : Bidang Pemasaran dan Bina Usaha

dengan Seksi-seksi yang terdiri dari:

1) Seksi Bina Usaha Wisata dan

Ekonomi Kreatif;

2) Seksi Promosi dan Informasi Wisata

: Bidang Pengembangan Destinasi dengan

seksi-seksi yang terdiri dari:

1) Seksi Industri Pariwisata

2) Seksi Kelembagaan

d. UPT; dan

e. Kelompok Jabatan Fungsional

2. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul

Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 7 tahun 2016 Tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Sedangkan tugas dan fungsinya diuraikan dalam Peraturan Bupati

Kabupaten Gunungkidul Nomor 69 Tahun 2016 tentang Kedudukan,

Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pariwisata.

51

a) Tugas Dinas Pariwisata

Dalam kedudukannya sebagai Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Gunungkidul, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

mempunyai tugas : “Melaksanakan Urusan Pemerintahan Dan Tugas

Pembantuan Di Bidang Kepariwisataan.”

b) Fungsi Dinas Pariwisata

Untuk melaksanakan tugas, Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul mempunyai fungsi :

1) Perumusan kebijakan umum di bidang pariwisata;

2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata;

3) Penyusunan rencana kinerja dan perjanjian kinerja di bidang

kepariwisataan;

4) Pembinaan, pengelolaan, dan pengembangan objek dan daya tarik

wisata;

5) Pengelolaan dan pengembangan sarana pendukung wisata;

6) Pelaksanaan pembinaan usaha dan pemasaran wisata;

7) Pembinaan, dan pengembangan indsutri pariwisata;

8) Pembinaan pelaksanaan kerja sama di bidang pariwisata dan

peningkatan kapasitas kelembagaan pariwisata;

9) Penyelenggaraan sistem pengendalian intern di bidang

kepariwisataan:

10) Penyusunan dan penerapan norma, standar, pedoman, dan petunjuk

operasional di bidang kepariwisataan:

52

11) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan bidang

kepariwisataan; dan

12) Pengelolaan UPT.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi dibidang

kepariwisataan, Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dipimpin

oleh Kepala Dinas yang didukung Unsur pembantu pimpinan dan

unsur pelaksana. Unsur pembantu pimpinan adalah Sekretariat,

sedangkan unsur pelaksana terdiri Dari Bidang Pemasaran dan Bina

Usaha, Bidang Pengembangan Destinasi dan Bidang Industri dan

Kelembagaan.

3. Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Kabupaten Gunungkidul

Tahun 2018

a. Dinas Kebudayaan

1) Program pelayanan administrasi perkantoran meliputi kegiatan:

penyediaan jasa surat menyurat, jasa komunikasi, sumber daya air

dan listrik, penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor, jasa

perijinan kendaraan dinas/operasional, jasa perbaikan peralatan

kerja, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan

penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan

bangunan kantor, penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor,

penyediaan peralatan rumah tangga, penyediaan bahan bacaan dan

peraturan perundang-undangan, penyediaan makanan dan

minuman, rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah,

53

penyediaan jasa tenaga administrasi/teknik perkantoran, pendataan

dan pengelolaan arsip OPD.

2) Program peningkatan sarana dan prasarana dan perlengkapan

aparatur meliputi kegiatan: pengadaan mebelair, pengadaan

peralatan Gedung kantor, pemerliharaan peralatan mebelair,

pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional.

3) Program peningkatan disiplin aparatur meliputi kegiatan:

pengadaan pakaian hari-hari tertentu, penatalaksanaan

kepegawaian OPD.

4) Program peningkatan sumber daya aparatur meliputi kegiatan:

pendidikan dan pelatihan formal.

5) Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

kinerja meliputi kegiatan: penyusunan laporan capaian kinerja dan

ikhtisar realisasi kinerja OPD, penyusunan pelaporan keuangan

semesteran, penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun,

penyusunan pelaporan keuangan bulanan/SPJ.

6) Program peningkatan kualitas pelayanan publik meliputi kegiatan:

pengelolaan data dan sistem informasi OPD, penyusunan data

statistik kepariwisataan, pameran hari jadi Kabupaten

Gunungkidul, penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

OPD, pengendalian OPD, penyusunan OPD (SPIP), penyusunan

standar pelayanan (SP) OPD, penyusunan standar operasional

54

produk (SOP), monitoring, evaluasi dan pengendalian program

OPD.

7) Program peningkatan kualitas perencanaan meliputi kegiatan:

penyusunan dan evaluasi rencana strategis (Renstra) SKPD-2015-

2020, penyusunan dan evaluasi rencana kerja OPD, penyelenggara

forum OPD.

8) Program pengembangan nilai budaya meliputi kegiatan: pemberian

penghargaan bagi pelestari dan penggiat budaya, pengembangan

desa dan kantong budaya, pelestarian kepercayaan dan tradisi.

9) Program pengelolaan kekayaan budaya meliputi kegiatan:

pelestarian warisan budaya dan cagar budaya.

10) Program pengelolaan keanekaragaman budaya meliputi kegiatan:

aktualisasi kesenian tradisional dan budaya kontemporer, promosi

dan publikasi seni budaya, penguatan Lembaga penggiat seni dan

budaya.

11) Program pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya

meliputi kegiatan: misi kebudayaan dalam dan luar negeri dalam

rangka diplomasi budaya.

12) Program pengembangan pemasaran pariwisata meliputi kegiatan:

peningkatan pemanfaatan TI dalam pemasaran pariwisata,

pengembangan jaringan kerjasama promosi pariwisata, koordinasi

dengan sektor pendukung pariwisata, pelaksanaan promosi

55

pariwisata nusantara di dalam dan luar negri, pameran, festival

geopark, pelatihan pemandu wisata terpadu.

13) Program pengembangan destinasi pariwisata meliputi kegiatan:

peningkatan kelembagaan destinasi pariwisata, sosialisasi

peraturan perundang-undangan, pengembangan dan pemeliharaan

sarana destinasi pariwisata, ikon/pematangan lahan parkir, relokasi

masjid/mushola, peningkatan area parkir baron, drainase kawasan

baron, rehab los/kios kawasan baron, optimalisasi pendapatan

daerah bidang pariwisata.

14) Program pengembangan kemitraan meliputi kegiatan:

pengembangan SDM bidang budaya pariwisata bekerjasama

dengan lembaga lain, fasilitasi forum komunikasi antar pelaku

industri pariwisata dan budaya, pengembangan sumber daya

pelatihan management hotel dan rumah makan, kegiatan hiburan

rekreasi, pembinaan pedagang obyek wisata, pendampingan

fasilitasi jasa usaha pariwisata, TDUP, peningkatan peran serta

masyarakat dalam pengembangan kemitraan pariwisata.

b. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

1) Program pelayanan administrasi perkantoran meliputi kegiatan:

penyediaan jasa, peralatan, dan perlengkapan perkantoran,

penyediaan rapat-rapat, konsultasi dan koordinasi.

2) Program peningkatan sarana dan prasarana perkantoran meliputi

kegiatan: pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana

56

perkantoran, pemeliharaan/rehabilitasi sarana dan prasarana

perkantoran.

3) Program peningkatan ketatalaksanaan dan kapasitas aparatur

meliputi kegiatan: penyelenggaraan ketatalaksanaan kepegawaian

perangkat daerah, pengembangan kapasitas aparatur.

4) Program peningkatan kualitas pelaporan keuangan perangkat

daerah meliputi kegiatan: penyusunan laporan keungan perangkat

daerah.

5) Program peningkatan kualitas perencanaan meliputi kegiatan:

perencanaan kinerja perangkat daerah, pengendalian perangkat

daerah, pengelolaan data dan sistem informasi perangkat daerah.

6) Program peningkatan kualitas pelayanan public meliputi kegiatan:

penyelenggaraan pelayanan publik.

7) Program peningkatan pemasaran pariwisata meliputi kegiatan:

penyelenggaraan promosi pariwisata, pembinaan dan

pengembangan usaha pariwisata.

8) Program peningkatan dan pengembangan destinasi pariwisata

meliputi kegiatan: pengembangan dan pengelolaan obyek dan daya

tarik wisata, pembangunan dan pemeliharaan destinasi pariwisata.

9) Program peningkatan dan pengembangan industri dan

kelembagaan meliputi kegiatan: pembinaan kelembagaan

pariwisata, pengembangan industri pariwisata. Untuk detail tabel

ada di lampiran.

105

b. Faktor penghambat pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul

adalah: letak geografi Gunungkidul yang berada pada dataran tinggi

sehingga berpengaruh pada kondisi infrastruktur dan anggaran.

Akses lama tinggal atau penginapan yang masih sedikit

mempengaruhi minat wisatawan untuk menginap di pantai Baron.

Sumber daya manusia yang kurang kesadaran tentang

pengelolaan pariwisata, pengalaman dan keterampilan yang belum

maksimal.

B. Saran

Dari uraian diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Dalam pengembangan destinasi pariwisata pantai Baron khususnya dalam

penataan ulang kawasan Baron pemerintah hendaknya melibatkan

masyarakat dan pelaku usaha dalam tahapan persiapan, pembentukan tim

teknis, dan penetapan rencana. Dalam prosesnya, masyarakat dan pelaku

usaha hanya dilibatkan dalam tahap sosialisasi perencanaan saja sehingga

kurang terakomodir. Kawasan pantai Baron merupakan potensi bersama,

dan sudah seharusnya masyarakat ikut berpartisipasi dan terlibat dalam

tahapan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengawasan, dan pemeliharaan

obyek wisata pantai Baron. Dalam pengembangan aksesbilitas Dinas

Pariwisata harus menjaga dan meningkatkan kualitas sarana aksesbilitas

seperti jalan yang sempit diperlebar serta diberi penerangan, dan rambu-

rambu jalan masih terbatas. Melakukan kerjasama dengan pihak lain agar

dapat mendukung pengembangan akses yang ada saat ini.

106

2. Dalam meningkatkan pemasaran dan promosi pemasaran pariwisata Dinas

Pariwisata harus lebih sering melakukan promosi baik di dalam maupun

luar negeri. Dinas Pariwisata juga harus bekerja sama dengan stakeholder

pariwisata seperti hotel-hotel dan biro perjalanan terkait dengan promosi

pariwisata Kabupaten Gunungkidul.

3. Dalam peningkatan kelembagaan organisasi Dinas Pariwisata harus

mengikutsertakan pegawai, kelompok sadar wisata dalam setiap program.

Bekerja sama dengan kelompok nelayan untuk meningkatkan atraksi di

pantai Baron. Dinas pariwisata juga harus melakukan sosialisasi aksi sadar

wisata kepada masyarakat lokal untuk menjaga dan melestarikan wisata

khusunya pantai Baron.

4. Faktor pendukung pengembangan pariwisata yaitu harus adanya komitmen

pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata Kabupaten

Gunungkidul dengan beragamnya potensi alam harus dimanfaatkan sesuai

visi misi yang tepat serta di dukung oleh stakeholder pariwisata.

5. Faktor penghambat pemerintah daerah harus memberikan anggaran yang

jelas dan sesuai dengan visi dan misi daerah Kabupaten Gunungkidul agar

sebanding dengan pengembangan pariwisata.

LAMPIRAN

Wisata di atas merupakan pantai Baron. Pantai yang menjadi ikon pariwisata

di Kabupaten Gunungkidul.

Fasilitas kios-kios pedagang seperti warung, kios souvenis, dan rumah makan yang ada

di kawasan pantai Baron yang dikenal dengan wisata kuliner.

Lahan parkir di kawasan pantai Baron.

Dokumentasi wawancara dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul

: DINAS KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN

Pagu

Indikatif

Rp (

000 )

Sumber

danaSKPD

Jenis

Kegiatan

Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target 1/2/3 a/b/c

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

SEMUA URUSAN

1 17 1 17 01 01 Program : Pelayanan

Administrasi

Perkantoran.

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah

Daerah

Meningkat

Persentase

pemenuhan

Kebutuhan

Administrasi

Perkantoran

100% 662,500 663,500 APBD

1 17 1 17 01 01 01 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Surat Menyurat

Disbudpar Jumlah surat yang dikirim 660 surat Rasio surat yang dikirim sampai

sasaran100% 2,500 2,500 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 02 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Komunikasi,

Sumber Daya Air dan

Listrik

Disbudpar Jumlah sarana jasa

telepon, listrik, dan air.

6 rek listrik, 4 rek air,

dan 1 rek telpon

Meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas -

presentase terbayarnya

rekening listrik, air,

telepon dan internet

100% 211,000 211,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 03 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Peralatan dan

Perlengkapan Kantor.

Disbudpar jumlah peralatan dan

perlengkapan kantor : AC

29 unit AC Meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas -

Terpeliharanya peralatan

AC

100% 10,000 11,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 06 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Perijinan Kendaraan

Dinas/Operasional

Disbudpar Jumlah kendaraan dinas

yang terbayar pajaknya

Roda 4: 4 bh, Roda 6 : 2

bh & roda 2 : 16 bh

Meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas -

Presentase legalitas

kendaraan di SKPD

100% 10,000 10,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 09 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Perbaikan

Peralatan Kerja

Disbudpar jumlah peralatan kerja

terfasilitasi : kompoter,

printer,laptop,mesin ketik

Komputer 12 unit, Laptop

16, Printer 14 dan 3

Mesin ketik

Meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas -

Presentase peralatan

kerja dalam kondisi baik

100 5% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 10 Kegiatan : Penyediaan

Alat Tulis Kantor

Disbudpar

Jumlah

alat tulis

kertas Fax 80, Isi pentel

:100, Amplop : 50 pak,

stop map : 1000 lbr, HVS :

160 rim, data print : 80,

odner : 135 bh dll.

Meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas -

Presentase ketersediaan

ATK yang memadai

100% 15,000 13,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 11 Kegiatan : Penyediaan

Barang Cetakan dan

Penggandaan

Disbudpar Jumlah barng cetakan dan

foto copy

14 buah barang cetakan,

penggandaan foto

copy,blanko BKP :110,

STS : 12 exs, 150 exs

dispo,75 exs blangko

retribusi

Persentase barang

cetakan dan foto copy

tersedia dalam kondisi

baik

100% 29,000 29,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 12 Kegiatan : Penyediaan

Komponen Instalasi

Listrik/Penerangan

Bangunan Kantor

Disbudpar komponen listrik tersedia - lampu 50 buah, kabel 5

roll,stop kontak 5 buah,

saklar 10 bh, SL 24 watt :

40, SL 23 watt : 15 bh, SL

35 watt : 20 bh

Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

-Presentase komponen

listrik tersedia dengan

baik

100% 12,000 13,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 13 Kegiatan : Penyediaan

peralatan dan

perlengkapan kantor

Disbudpar tersediannya mesin ketik

manual

3 buah mesin ketik Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

dalam penyusunan

laporan

100% 9,000 10,000 Disbudpar

Keterangan

Hasil Program Keluaran Kegiatan Hasil KegiatanPrakiraan

Maju

Rp ( 000 )

1

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2018

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SKPD

Nomor Kode Urusan,

Program dan Kegiatan

Urusan / Bidang

Urusan Pemerintahan

Daerah dan

Program/Kegiatan

Prioritas

Daerah

Sasaran

DaerahLokasi

Indikator Kinerja Alokasi Dana APBD

1 17 1 17 01 01 14 Kegiatan : Penyediaan

Peralatan rumah tangga

Disbudpar jumlah bahan dan peralatan

kebersihan

Sapu lidi: 300, Fitxal :50

btl, pel :50, keset : 16,

tempat sampah : 46, tisu :

85 dll.

Kebersihan dan

kenyamanan kantor

Dinas Kebudayayan dan

Kkepariwisataan

- prosentase peralatan

kebersihan dan bahan

pembersih tersedia

dengan baik

100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 15 Kegiatan : Penyediaan

Bahan Bacaan dan

Peraturan Perundang-

undangan

Disbudpar jumlah surat kabar Majalah/Koran 24 buah Bertambahnya refernsi

dan wawasan aparatur

-

Presentase jumlah buku

bacaan/ referensi

majalah, koran tersedia

dengan baik

100% 4,000 4,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 17 Kegiatan : Penyediaan

Makanan dan Minuman

Disbudpar jumlah makanan dan

minuman tersedia untuk

rapat dan tamu

90 kali rapat koordinasi ,

2500 os -Makan Minum

850 os, Minum Snack

2200 os

Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

- Prosentase makanan

dan minuman tersedia

untuk rapat dan tamu

dengan baik

100% 48,000 48,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 18 Kegiatan : Rapat-rapat

Koordinasi dan

Konsultasi Keluar Daerah

Kab. GK dan

luar GK

Frekvensi rapat,

Konsultasi, dan Koordinasi

Jakarta 50 op, Jateng 41

op, Jatim, 30 op, luar jawa

16 op, DIY : 87 op, GK :

213 op

Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

- Prosentase rapat

koordinasi dan konsultasi

yang terfasilitasi

100% 220,000 220,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 19 Kegiatan : Penyediaan

Jasa Tenaga

Administrasi/Teknik

Perkantoran

Disbudpar Jumlah tenaga

administrasi/tehnik

perkantoran

3 orang tenaga kontrak Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

- Prosentase tenaga

administrasi /tehnik

perkantoran yang

terfasilitasi dengan baik

100% 58,000 58,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 01 Kegiatan : Pendataan dan

pengelolaan arsip SKPD

Wno Jenis data yang terkelola

dan terpelihara

2 rak arsip/buku kayu Meningkatnya

kelancaran

pelaksananan tugas

- Prosentase peralatan

penataan arsip tersedia

dengan baik

100% 4,000 4,000 Disbudpar baru

1 17 1 17 01 02 Program : Peningkatan

Sarana dan Prasarana

dan perlengkapan

Aparatur

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

kinerja

pemerintah

daerah

meningkat

persentase

pemenuhan

kebutuhan

sapras dan

perlengkap-

an aparatur

100% 358,410 363,910 APBD

1 17 1 17 01 02 07 Kegiatan : Pengadaan

Mebelair

Kantor 6 & 9

Pos Retribusi

obyek wisata

Jumlah dan jenis

perlengkapan kantor yang

dibeli

15 meja kayu dan 15 kursi

kerja kayu dan 2 meja

rapat

Kenyamanan tempat

kerja di kantor dan

obyek wisata

-

presentase pemenuhan

perlengkapan kantor

baru dan pos retribusi

100% 25,000 25,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 02 09 Kegiatan : Pengadaan

Peralatan Gedung Kantor

Wno Jumlah gerobag sampah

yang dibeli

5 unit Tersedianya sarana

kerja berupa gerobag

sampah yang baru untuk

operasional kebersihan

di obyek wisata

100% 25,500 30,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 02 10 Kegiatan : Pemeliharaan

peralatan mebelair

Wno Jumlah 15 meja dan kursi

kayu dan kursi rapat 15 bh

Jumlah 15 meja dan kursi

kayu dan kursi rapat 15 bh

Terpeliharannya meja

dan kursi kantor

100% 5,000 6,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 02 22 Kegiatan : Pemeliharaan

Rutin/Berkala Gedung

Kantor

Wno Jumlah dan jenis

pemelharaan gedung

kantor

Kantor Terawatnya gedung

kantor dan menambah

usia ekomis

- presentasentase

pemenuhan kebutuhan

pemel gedung

100% 122,910 122,910 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 02 24 Kegiatan : Pemeliharaan

Rutin/Berkala Kendaraan

Dinas/Operasional

Wno Jumlah dan jenis

kendaraan Dinas yang

dipelihara

Roda 4: 4 bh, Roda 6 : 2

bh & roda 2: 16 bh

meningkatnya

kelancaran pelaksanaan

tugas - prosentase

kendaraan dinas dalam

kondisi baik

100% 180,000 180,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 03 Program : Peningkatan

disiplin Aparatur

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

kinerja

pemerintah

daerah

meningkat

persentase

aparatur sipil

taat aturan

100% 15,650 15,650 APBD

1 17 1 17 01 03 05 Kegiatan : pengadaan

pakaian hari-hari tertentu

Wno jumlah pembelian seragam 71 potong,

71 orang

meniningkatnya tugas

pelayanan tigas pimpinan

disiplin aparatur -

prosentase pemenuhan

kebutuhan pakaian

khusus hari tertentu

100% 10,650 10,650 Disbudpar Sedang

Berjalan

Kegiatan :

penatalaksanaan

kepegawaian SKPD

Wno Jumlah ASN yang

terfasilitasi

68 orang prosentase ASN yang

terfasilitasi dengan baik

100% 5,000 5,000 Disbudpar

1 17 1 17 01 05 Program : Peningkatan

Kapasitas Sumber

Daya Aparatur

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

kinerja

pemerintah

daerah

meningkat

persentase

PNS yang

memiliki

kompetensi

sesuai bidang

tugas

100% 25,000 25,000

1 17 1 17 01 05 01 Kegiatan : Pendidikan dan

Pelatihan Formal

Wno jumlah ASN yang dikirim

mengikuti diklat

5 orang prosentase ASN yang

memiliki kompetensi

sesuai bidang tugas

25,000 25,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 06 Program : Peningkatan

Pengembangan Sistem

Pelaporan Capaian

Kinerja

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

kinerja

pemerintah

daerah

meningkat

persentase

laporan

keuangan

yang disusun

tepat waktu

100% 54,700 55,000 APBD

1 17 1 17 01 06 01 Kegiatan : Penyusunan

Laporan Capaian Kinerja

dan Ikhtisar Realisasi

Kinerja SKPD

Wno Dokumen LAKIP 1 dokumen Dokumen LAKIP

tersusun tepat waktu

dan benar

100% 4,500 4,500 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 06 02 Kegiatan : Penyusunan

Pelaporan Keuangan

Semesteran

Wno dokumen laporan

keuangan semesteran

2 dokumen Dokumen laporan

semesteran tersusun

tepat waktu dan baik

100% 1,200 1,500 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 06 04 Kegiatan : Penyusunan

Pelaporan Keuangan

Akhir Tahun

Wno dokumen laporan

keuangan akhir tahun 1 dokumen

Dokumen laporan akhir

tahun tersusun tepat

waktu dan baik

100% 4,000 4,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 06 05 Kegiatan : Penyusunan

Pelaporan Keuangan

Bulanan/SPJ

Wno dokumen laporan

keuangan bulanan dan

Penyediaan Jasa

Administrasi Keuangan

12 dokumen Dokumen laporan

bulanan tersusun tepat

waktu dan baik

100% 45,000 45,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 09 Program : Peningkatan

Kualitas Pelayanan

Publik

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah

Daerah

Meningkat

Nilai IKM

SKPD

100% 158,500 158,700 APBD

1 17 1 17 01 09 01 Kegiatan : Pengelolaan

Data dan Sistem

Informasi SKPD

Disbudpar Dokumen data potensi

SKPD

500 Exs buku Dokumen data potensi

SKPD tersusun dengan

baik

100% 40,000 40,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

Penyusunan data statistik

Kepariwisataan

Disbudpar Dokumen analisis statistik

Kepariwisataan

300 Exs buku Dokumen statistik

Kepariwisataan

100% 60,000 60,000

Pameran hari jadi Kab.GK Disbudpar Frekvensi pameran Hari

Jadi yg dilaksanakan

1 kali Pameran Hari jadi

terlaksana dengan baik

100% 15,000 15,000

01 20 01 17 01 32 03 Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat

(IKM) SKPD

Disbudpar Dokumen Pengukuran

Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM)

2 dokumen dokumen pengukuran

IKM tersusun dengan

baik dan tepat waktu

100% 4,000 4,000 baru

01 20 01 17 01 32 06 Pengendalian SKPD (

SPIP )

Disbudpar Dokumen SPIP 1 dokumen SPIP terimplementasi

dengan baik

100% 5,500 5,500 baru

Penyusunan Standar

Pelayanan (SP) SKPD

Disbudpar Dokumen monev capaian

Standar pelayanan

1 dokumen Prosentase capaian

Standar Pelayanan

100% 3,000 3,200 Disbudpar Sedang

Berjalan

Penyusunan Standar

Operasional Produk

(SOP)

Disbudpar Dokumen SOP 2 dokumen dokumen SOP tersusun

dengan baik

100% 3,000 3,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

01 20 01 17 01 32 Monitoring, Evaluasi dan

Pengendalian Program

Kegaiatan SKPD

Disbudpar dokumen pengendalian

SKPD

12 dokumen prosentase kegiatan

SKPD yg terlaksana

dengan baik

100% 28,000 28,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 Program : Peningkatan

Kualitas Perencanaan

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah

Daerah

Meningkat

Persentase

dokumen

Perencanaan

dan

Pelaporan

SKPD yang

disusun tepat

waktu

100% 22,500 22,500 APBD

1 17 1 17 01 09 02 Kegiatan : Penyusunan

dan Evaluasi Rencana

Strategis (Renstra)

SKPD 2015-2020

Disbudpar Dokumen Renstra dan

evaluasi

2 dokumen Renstra tersusun tepat

waktu, benar dan baik

100% 5,000 5,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 09 03 Kegiatan : Penyusunan

dan Evaluasi Rencana

Kerja SKPD

Disbudpar Dokumen Renja, Evaluasi

Renja, RKA, DPA

6 dokumen Renja tersusun tepat

waktu, benar dan baik

100% 8,500 8,500 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 1 17 01 09 06 Kegiatan :

Penyelenggaraan Forum

SKPD

Disbudpar Dokumen hasil

pelaksanaan forum SKPD

1 dok, 75 orang prosentase usulan yang

terealisasi, Target PAD (

DPPKAD)

100% 9,000 9,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

01 URUSAN WAJIB

3 17 1 17 01 04 15 Program :

Pengembangan Nilai

Budaya

Sosial,

Budaya, dan

Penanggu-

langan

Kemiskinan

Pembinaan,

Pengembanga

n dan

Pelestarian

Budaya Lokal

Meningkat

Jumlah

pelestari dan

pelaku

budaya,

fasilitas

budaya

8 Desa

Rintisan

desa

Budaya,

57 Desa

non Desa

budaya054 Pemberian penghargaan

bagi Pelestari dan

Penggiat BudayaKab. Gk

Jumlah seniman yang

berprestasi

5 orang Peningkatan kualitas dan

daya saing Seniman

100% Disbudpar DANAIS

052 Pengembangan Desa

dan Kantong Budaya Kab. Gk

Jumlah desa dan kantong

budaya

pembinaan seni 132

Desa dan 14 Desa

kantong budaya

Terwujud Desa Budaya

dan Kantong Budaya

yang maju

100% Disbudpar DANAIS

051 Pelestarian kepercayaan

dan tradisi Kab. Gk

Jumlah pelestarian dan

tradisi

50 kelompok/lembaga

upacara adat di Kab.GK

Apresiasai masyarakat

terhadap seni semakin

meningkat

100% Disbudpar DANAIS

Program : Pengelolaan

kekayaan budaya

Sosial,

Budaya, dan

Penanggu-

langan

Kemiskinan

Pembinaan,

Pengembanga

n dan

Pelestarian

Lokal

Meningkat

Jumlah

kelompok

budaya yang

aktif

3 warisan

Budaya

100%

109 Kegiatan :Pelestarian

warisan budaya dan

cagar budaya

Kab. Gk

jumlah identifikasi,

pelestarian warisan budaya

dan BCB

7 paket : 1.Pemeliharaan

aplikasi peta

budaya,2.Sosialisasi

BCB, 3.wajib kunjung

WBCB, 4.workshop

WBCB, 5.pendaftaran

BCB,6.Pengembangan

situs Candi Risan,

7.Revitalisasi Situs

Sokoliman, Bleberan,

Gondang

tersedia dokumen

perencanaan sebagai

acuan pelestarian WB

dan CB

100% Disbudpar DANAIS

3 17 1 17 01 04 15 Program : Pengelolaan

Keanekaragaman

Budaya

Pembinaan,

Pengembanga

n dan

Pelestarian

Lokal

Meningkat

Jumlah

kelompok

budaya yang

aktif

1 17 1 01 5 2 17 Program : Pengelolaan

Keragaman Budaya

Pembinaan,

Pengembanga

n dan

Pelestarian

Lokal

Meningkat

Jumlah

kelompok

budaya yang

aktif

055 Aktualisasi Kesenian

Tradisional dan Budaya

Kontemporer

Kab. GK, DIY,

luar DIY

Jumlah festival yang di ikiuti

lokal maunpun nasional

Lokal 11 kali dan

nasional 1 kali

Peningkatan sumber

daya manusia pelaku

seni budaya

100% Disbudpar DANAIS

056 Promosi dan Publikasi

Seni BudayaKab. Gk

Jumlah festival seni

ketoprak antar kecamatan

se Kab. Gunungkidul

18 grup kethoprak wakil

dari 18 kecamatan

Peningkatan sumber

daya manusia pelaku

seni budaya

100% Disbudpar DANAIS

Kegiatan : Penguatan

Lembaga Penggiat Seni

dan Budaya

Kab. Gk

Pelatihan ( pembinaan

seni) 18 Kelompok

kesenian

terbinanya 18 kelompok

seni 18 Kecamatan se

Kab.GK

Peningkatan sumber

daya manusia pelaku

seni budaya

100% 180,000 180,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 01 5 2 18 Program :

Pengembangan

kerjasama pengelolaan

kekayaan budaya

Sosial,

Budaya, dan

Penanggu-

langan

Kemiskinan

Pembinaan,

Pengembanga

n dan

Pelestarian

Lokal

Meningkat

Jumlah

kelompok

seni yang

dikirim

011 Misi kebudayaan dalam

dan luar negeri dalam

rangka diplomasi budaya

Kab. GK, DIY,

luar DIY

Jumlah pengiriman misi

kebudayaan ke Jakarta, ke

Luar Jawa, dan luar negeri

4 Tim Kesenian misi

kesenian jkt 1 x, bali

2 x, kalimantan 1 x

seni budaya yang

berkualitas

100% Disbudpar DANAIS

2 04 1 17 01 15 Program :

Pengembangan

Pemasaran Pariwisata

Pariwisata Kunjungan

wisata

meningkat

persentase

peningkatan

promosi

wisata

10% 1,347,650 1,417,650 APBD

2 04 1 17 1 15 02 Kegiatan : Peningkatan

Pemanfaatan TI dalam

Pemasaran Pariwisata

Kab. GK, DIY,

luar DIY

100% Jumlah pemanfaatan TI

(Tourism Information )

dalam pemasaran

Pariwisata

6 jenis : 1.penggantian

baner baliho GK,

2.promosi melalui media

cetak & elektronik 3.jasa

pembuatan booklet,

leaflet,

4.Pengembangan websit

wisata

masyarakat luas dapat

lebih mudah mengakses

informasi pariwisata

100% 200,000 250,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

2 04 1 17 1 15 03 Kegiatan :

Pengembangan Jaringan

Kerjasama Promosi

Pariwisata

Kab. GK, DIY,

luar DIY

100% Jumlah Pengembangan

Jaringan Kerjasama

Promosi Pariwisata

1. Travel dialog,

2.Familierzation Tour

3. Java Promo

meningkatnya jaringan

kerjasama promosi

pariwisata

100% 200,000 220,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

2 04 1 17 1 15 04 Kegiatan : Koordinasi

dengan sektor pendukung

pariwisata

Kab. GK, DIY 100% Koordinasi dengan sektor

pendukung pariwisata

1.Rapat koordinasi 4 x

30 orang, 2.Orientasi

lapangan 1 x 40 orang

Rapat koordinasi

pemasaran

100% 12,650 12,650 Disbudpar

2 04 1 17 1 15 05 Kegiatan : Pelaksanaan

Promosi Pariwisata

Nusantara di Dalam dan

Luar Negeri

750,000 750,000

1. Pameran GK,DIY,

Jawa & luar

Jawa

100% Jumlah Promosi Pariwisata

Nusantara ( Dalam negeri

)

PAMERAN :

GK,DIY,Jawa dan luar

jawa

meningkatnya penyebar

luasan imformasi

pariwisata

100%

300,000 300,000

Disbudpar Sedang

Berjalan

2. Festival Geopark GS GK 450,000 450,000

- Dimas Diajeng GK 75,000 75,000

- Baron 10 Km GK 40,000 40,000

- Lomba foto GK 50,000 50,000

- Festival kuliner GK 40,000 40,000

- Rally wisata GK 40,000 40,000

- Branding wisata GK 80,000 80,000

- Lomba Video pendek GK 50,000 50,000

- Puncak acara GK 75,000 75,000

Pelatihan pemandu

wisata terpadu (PIWK)

Kec.

Purwosari,

Gedangsari,

Patuk,

Saptosari,

Nglipar

100% Jumlah pemandu wisata

yang

terlatih/profesionalisme

pelayanan terhadap

wisatawan meningkat

100% 140,000 140,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

Pelatihan pemandu

wisata terpadu (PIS)

Kec.

Girisubo,

Paliyan ,

Ponjong

100% Jumlah pemandu wisata

yang

terlatih/profesionalisme

pelayanan terhadap

wisatawan meningkat

100% 45,000 45,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

2 04 1 17 01 16 Program :

Pengembangan

Destinasi Pariwisata

Pariwisata kunjungan

wisata

meningkat

jumlah

destinnasi

wisata yang

lengkap

3 juta

wisatawa

n

9,035,090 9,410,000 APBD

2 04 1 17 01 16 01 Kegiatan : Peningkatan

kelembagaan Destinasi

Pariwisata (PIWK)

Kec. Tepus,

Semin,

Semanu,

Paliyan,

Gedangsari,

dan Patuk

jumlah pembinaan dan

sosialisasi kelembagaan

destinasi pariwisata

300 orang Berkembangnya obyek

wisata di Kab.

Gunungkidul,

meningkatkan

pengetahuan bagi SDM

Pelaku Desa wisata

100% 100,000 100,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

Sosialisasi Peraturan

Perundang-undangan

Wno jumlah sosialisasi

peraturan daerah di bidang

kepariwisataan

1 kali 30 orang Tersosialisasinya

peraturan daerah tentang

kepariwisataan

100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

1 17 01 16 Kegiatan :

Pengembangan dan

Pemeliharaan sarana

destinasi pariwisata

Kab.GK Jumlah tersusunnya

dokumen perencanaan

Destinasi Pariwisata, dan

jumlah sapras yg dibangun

10 dokumen master plan ,

dan 12 pembangunan

fisik, lokasi Kab.GK

pembangunan sapras di

Destinasi pariwisata

tepat peruntukanya

100% 4,400,090 4,595,000 Disbudpar

1.Pemel.Gasebo,Gardu

pandang & sculpture

Krakal

100% 54,000 67,000

2.Penyempurnaan

Fasilitas IPAL Kumunal

P.Krakal

100% 68,240 68,500

3.Pemb.Pos Retribusi

Gunung Batur-

Watulumbung (Desa

Balong), Ngedan ,

Embung Sriten

100% 225,600 227,500

4.Pembangunan Goa

Cerme

100% 225,800 227,000

5.Pembangunan Kawasan

wisata Goa Pindul

100% 206,000 208,000

6.Pembangunan talud &

parkir kawasan

P.Potunggal

100% 211,000 211,000

7.Pengadaan marka

penggaduh pos Retribusi

100% 100,000 100,000

8. Pengadaan rambu

petunjuk jurusan wisata

100% 100,000 100,000

9.Pemb.penataan

kawasan parkir

P.Njungwok

100% 225,000 227,500

10.Pembuatan master

plant Baron - Watu kodok

100% 50,000 158,000

11.Pembuatan master

plant Goa Pindul

100% 50,000 50,000

12.Pembuatan master

plant air sri Gethuk

100% 50,000 50,000

13.Pembuatan master

plant Kalisuci

100% 50,000 50,000

14.Pembuatan master

plant Jomblang

100% 50,000 50,000

15.Pembuatan master

plant Goa Cokro

100% 50,000 50,000

16.Pembuatan master

plant Bengawan Solo

Purba

100% 50,000 50,000

17.Pembuatan master

plant Hutan Turunan

100% 50,000 50,000

18.Pembuatan master

plant Drini

100% 50,000 50,000

19.Pembangunan Eks

Kecamatan Patuk

100% 1,764,450 1,825,000

20.Pemb.Pos retribusi

Siung Tahap II

100% 229,800 231,000

21.Rehabilitasi dan

penataan Rest Area

Bunder

100% 239,600 241,000

22.Pemb.penataan ikon

P.sepanjang,

Kemadang,Tanjungsari

100% 235,600 237,500

23.Sewa tanah pos

retribusi dan TPS

100% 65,000 66,000

Kegiatan :

Ikon/pematangan lahan

parkir ( Rencana

Terpadu)

Kawasan

Pantai Krakal

1 Paket 1 Paket 100% 1,000,000 1,000,000

Kegiatan : Relokasi

Masjid/Mushola

(Rencana Terpadu)

Kawasan

Pantai Krakal

1 Paket 1 Paket 100% 500,000 500,000

Kegiatan : Peningkatan

Area Parkir Baron

(Rencana Terpadu)

Kawasan

Pantai Baron

1 Paket 1 Paket 100% 500,000 500,000

- Drainase Kawasan

Baron (Rencana Terpadu)

Kawasan

Pantai Baron

1 Paket 1 Paket 100% 200,000 200,000

- Rehab los/Kios

Kawasan Baron

(Rencana Terpadu)

Kawasan

Pantai Baron

1 Paket 1 Paket 100% 200,000 200,000

04 1 17 01 16 Kegiatan : Optimalisasai

pendapatan daerah

Bidang Pariwisata

Kab.GK dan

Luar Daerah

jumlah pengelolaan dan

pengawasan PAD dari

obyek wisata

154 petugas, 450 petugas

pengamanan, pembinaan,

dan 1(satu)kali orientasi

lapangan

pengelolaan PAD

terkendali

100% 2,120,000 2,300,000 Disbudpar

2 04 1 17 01 17 Program :

Pengembangan

Kemitraan

Pariwisata kunjungan

wisata

meningkat

jumlah

kelompok

lembaga yang

melakukan

kemitraan

8 lembaga 140,000 145,000 APBD

2 04 1 17 01 17 03 Kegiatan :

Pengembangan SDM

Bidang Budpar

Bekerjasama dengan

Lembaga Lain

Jumlah lembaga yang

bekerjasama

Sosialisasi Sadar wisata

dan Sapta pesona untuk

pelajar dan Pramuka,

Sosialisasi sertifikasi

pelaku wisata

meningkatnya kerjasama

Pariwisata

100% 60,000 60,000 Disbudpar

2 04 1 17 01 17 04 Kegiatan : Fasilitasi

forum komunikasi antar

pelaku industri pariwisata

dan budaya

Kab. GK

Memfasilitasi forum

komunikasi antar pelaku

industri pariwisata dan

budaya

2 kali : 50 orang terlaksananya forum

komunikasi antar pelaku

industri pariwisata dan

budaya ( P.Saka Wisata)

100% 20,000 20,000 Disbudpar

2 04 1 17 01 17 07

- Pelatihan Managemen

Hotel dan Rumah Makan

Kab. GK jumlah pelatihan

managemen hotel dan

Rumah makan

1 kali : 50 orang peningkatan

pengetahuan

pengelolaan hotel dan

rumah makan

100% 30,000 30,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

- Kegiatan Hiburan

Rekreasi

Kab. GK jumlah pelatihan

pengelolaan KHR

1 kali : 50 orang meningkatnya

profesionalisme KHR

100% 20,000 25,000 Disbudpar

- Pembinaan Pedagang

obyek wisata

Wediombo,

Siung dan

sekitarnya

Jumlah pembinaan

pedagang di obyek wisata

2 x 50 orang meningkatnya pelayanan

pedagang di obyek wisata

100

orang

15,000 15,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

- Pendampingan /

fasilitasi Jasa usaha

pariwisata, TDUP

18 Kec jumlah Jasa usaha

pariwisata

1 kali : 50 orang ketertiban usaha wisata

dalam mentaati

peraturan pemerintah

meningkat

100% 40,000 40,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

2 04 1 17 01 17 08 Kegiatan : Peningkatan

peran serta masyarakat

dalam pengembangan

kemitraan pariwisata

Kab. GK jumlah pembinaan pelaku

atraksi / even budaya

1 kali : 30 orang meningkatnya partisipasi

pelaku atraksi event

budaya dalam

mendukung

pengembangan

pariwisata

100% 15,000 15,000 Disbudpar Sedang

Berjalan

Jumlah 12,000,000 12,456,910

Kegiatan : Pengembangan Sumber Daya

: DINAS PARIWISATA

Pagu Indikatif

Rp (

000 )

Uraian Target Uraian Target 1/2/3 1/2/3

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SEMUA URUSAN

3 02 3 02 01 01 Program : Pelayanan

Administrasi Perkantoran.

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah

Daerah Meningkat

Persentase

Pemenuhan

Kebutuhan

Administrasi

Perkantoran

100%

800,000 875,000 Program : Pelayanan

Administrasi

Perkantoran.

3 02 3 02 01 01 01 Kegiatan : Penyediaaan

Jasa, Peralatan, dan

Perlengkapan Perkantoran

Kab. Gunungkidul 100% jumlah pemenuhan kebutuhan

penyediaan jasa, peralatan dan

perlengkapan perkantoran

belanja barang

cetak dan

penggandaan/foto

copy, belanja alat

listrik dan

elektronika 1 ls,

belanja alat

kebersihan dan

bahan pembersih 1

ls, langganan surat

kabar dan majalah

12 bln,

pembayaran honor

3 orang.

300,000 325,000 Kegiatan :

Penyediaaan Jasa,

Peralatan, dan

Perlengkapan

Perkantoran

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 01 02 Kegiatan : Penyediaan Rapat-

rapat, Konsultasi dan

Koordinasi

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Timur,

Jakarta, luar

Jawa

100% jumlah dan tempat rapat-rapat

koordinasi dan konsultasi ke luar

daerah

800 tamu dinas,

700 makan minum

rapat, 800 minum

snack dinas, dan

konsultasi ke

Jabodetabek, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Jawa Barat,

dan luar Jawa

500,000 550,000 Kegiatan :

Penyediaan Rapat-

rapat, Konsultasi dan

Koordinasi

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 02 Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana

Perkantoran

Reformasi

Birokrasi dan

pelayanan

Publik

Akuntabilitas

Kinerja

Pemerintah

Daerah Meningkat

persentase

pemenuhan

kebutuhan sapras

dan sarana aparatur

100% 620,000 675,000 Program

Peningkatan Sarana

dan Prasarana

Perkantoran

3 02 3 02 01 02 01 Kegiatan :

Pengadaaan/Pembangunan

Sarana dan Prasarana

Perkantoran

Kab.

Gunungkidul

100% jumlah dan jenis perlengkapan

kantor dan obyek wisata

1 filing kabinet,

camera 1 unit,

handy camera 1

unit, drone 1 unit,

tv LED 2 unit, 1 unit

LCD Proyektor,

tempat sampah

beroda 30 unit,

angkong 20 unit, 5

buah motor

gerobak sampah

untuk obyek wisata.

350,000 375,000 Kegiatan :

Pengadaaan/Pembang

unan Sarana dan

Prasarana

Perkantoran

Dinas

Pariwisata

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2017

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PD

Nomor Kode Urusan,

Program dan Kegiatan

Urusan / Bidang Urusan

Pemerintahan Daerah dan

Program/Kegiatan

Prioritas Daerah Sasaran Daerah Lokasi

Indikator kinerja

Alokasi Dana APBD

Jenis prog & Keg

PD

Penanggungja

wabPrakiraan Maju

Rp ( 000 )Program/outcome Kegiatan/output

1

1

3 02 3 02 01 02 02 Kegiatan :

Pemeliharaan/Rehabilitasi

Sarana dan Prasarana

Perkantoran

Kab.

Gunungkidul

100% Jumlah dan jenis kendaran dinas

dan pemeliharaan kantor yang

masuk kedalam perawatan dan

pemeliharaan

2 unit roda enam,

4 unit roda empat,

16 unit roda dua,

dan pemeliharaan

gedung kantor, 30

unit pemeliharaan

AC, service

komputer 18 unit,

laptop 16 unit,

printer 19 unit, dan

mesin ketik 4 unit

270,000 300,000 Kegiatan :

Pemeliharaan/Rehabili

tasi Sarana dan

Prasarana

Perkantoran

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 03 Program Peningkatan

Ketatalaksanaan dan

Kapasitas Aparatur

70,000 77,000 Program

Peningkatan

Ketatalaksanaan

dan Kapasitas

Aparatur

3 02 3 02 01 03 02 Kegiatan : Penyelenggaraan

Ketatalaksanaan dan

Pengelolaan Kepegawaian

Perangkat Daerah

Kab.

Gunungkidul

100% semakin meningkatnya disiplin

apataur

1 kali pembinaan

kepegawaian

50,000 55,000 Kegiatan :

Penyelenggaraan

Ketatalaksanaan dan

Pengelolaan

Kepegawaian

Perangkat Daerah

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 03 03 Kegiatan : Pengembangan

kapasitas aparatur

Kab.

Gunungkidul

dan luar

Gunungkidul

100% terlaksananya pengiriman bimtek,

pelatihan dan kursus

5 orang 20,000 22,000 Kegiatan :

Pengembangan

kapasitas aparatur

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 04 Program Peningkatan

Kualitas Pelaporan

Keuangan Perangkat

Daerah

60,000 65,000 Program

Peningkatan

Kualitas Pelaporan

Keuangan Perangkat

Daerah

3 02 3 02 01 04 01 Kegiatan : Penyusunan

Laporan Keuangan

Perangkat Daerah

Kab.

Gunungkidul

100% jumlah dokumen keuangan bulanan,

semesteran dan ahkir tahun

12 paket dokumen

keuangan laporan

bulanan, 2 paket

dokumen laporan

semesteran dan 1

paket dokumen

60,000 65,000 Kegiatan :

Penyusunan Laporan

Keuangan Perangkat

Daerah

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 05 Program Peningkatan

Kualitas Perencanaan

140,000 141,500 Program

Peningkatan

Kualitas

Perencanaan

3 02 3 02 01 05 01 Kegiatan : Perencanaan

Kinerja Perangkat Daerah

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Luar DIY

100% dokumen penyusunan LAKIP,

Restra, Renja dan Forum SKPD

1 dok LAKIP, 1 dok

Renstra, 1 dok

Renja, dan 1 dok

Forum SKPD

25,000 25,500 Kegiatan :

Perencanaan Kinerja

Perangkat Daerah

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 05 02 Kegiatan : Pengendalian

Internal Perangkat Daerah

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Luar DIY

100% jumlah dokumen pengendalian dan

monitoring, evaluasi

1 dok monev dan 1

dok pengendalian

40,000 40,500 Kegiatan :

Pengendalian Internal

Perangkat Daerah

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 05 03 Kegiatan : Pengelolaan data

dan sistem informasi

Perangkat Daerah

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Luar DIY

100% jumlah buku potensi data base dan

statistik pariwisata serta pameran

hari jadi

1.000 exemplar

Buku Potensi

Wisata dan 1 kali

pameran hari jadi

75,000 75,500 Kegiatan :

Pengelolaan data dan

sistem informasi

Perangkat Daerah

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 06 Program Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik

20,000 20,500 Program

Peningkatan

Kualitas Pelayanan

Publik

3 02 3 02 01 06 01 Kegiatan : Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Luar DIY

100% jumlah dokumen IKM, SP, dan SP

yang telah disusun

1 dok IKM, 1 dok

SP, dan 1 dok

SOP, 1 kali study

orientasi lapangan

20,000 20,500 Kegiatan :

Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Dinas

Pariwisata

2

3 02 3 02 01 15 Program Peningkatan

Pemasaran Pariwisata

3,050,000 3,175,000 Program

Peningkatan

Pemasaran

Pariwisata

3 02 3 02 01 15 01 Kegiatan :

Penyelenggaraan Promosi

Pariwisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Jawa

Barat,

Jabodetabek,

dan luar

Jawa, luar

negeri

(Asean)

100% jumlah media promosi dan informasi

wisata, jumlah jaringan kerjasama

promosi pariwisata, jumlah even,

pameran, dan macam bahan promosi

8 media promosi

baik cetak dan

elektronik 4 travel

dialog dan 3 fam

tour 7 even dan 1

kali event (geopark

night festival), 5

pameran dan 5

bahan promosi

2,500,000 2,600,000 Kegiatan :

Penyelenggaraan

Promosi Pariwisata

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 15 02 Kegiatan : Pembinaan dan

Pengembangan Usaha

Pariwisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Luar DIY

100% terselenggaranya pelatihan

pemandu wisata terpadu,

sosialisaasi sadar wisata dan sapta

pesona dan pembinaan usaha jasa

pariwisata dan ekonomi kreatif

5 pelatihan

pemandu wisata, 3

kali sosialisasi, dan

4 kali pembinaan

jasa usaha wisata

dan ekonomi kreatif

550,000 575,000 Kegiatan :

Penyelenggaraan

Promosi Pariwisata

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 16 Program Peningkatan dan

Pengembangan Destinasi

Pariwisata

16,000,000 16,500,000 Program

Peningkatan dan

Pengembangan

Destinasi Pariwisata

3 02 3 02 01 16 02 Kegiatan : Pengembangan

dan Pengelolaan Obyek dan

Daya Tarik Wisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Timur, Jawa

Barat,

Jabodetabek

dan Luar Jawa

100% terlaksananya pengembangan

destinasi dengan perencanaan

penataan kawasan, peningkatan

kebersihan daya tarik wisata dan

intensifikasi pemungutan retribusi

serta peningkatan kenyamanan dan

keamanan wisatawan

10 dokumen

perencanaan , 84

THL pos retribusi

dan kebersihan

serta 27 tempat

pos retribusi serta

pengamanan libur

akhir pekan,

lebaran, natal dan

tahun baru

3,000,000 3,250,000 Kegiatan :

Pengembangan dan

Pengelolaan Obywk

dan Daya Tarik

Wisata

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 16 03 Kegiatan : Pembangunan

dan Pemeliharaan Sarana

Destinasi Pariwisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Timur,

Jabodetabek,

dan Luar

Jawa

100% Terlaksananya pembangunan dan

pemeliharaan sarana wisata

destinasi pariwisata

29 sarana destinasi

wisata

13,000,000 13,250,000 Kegiatan :

Pembangunan dan

Pemeliharaan Sarana

Destinasi Pariwisata

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 17 Program Peningkatan dan

Pengembangan Industri

dan Kelembagaan

Pariwisata

1,250,000 1,300,000 Program

Peningkatan dan

Pengembangan

Industri dan

Kelembagaan

Pariwisata

3 02 3 02 01 17 01 Kegiatan : Pembinaan

Kelembagaan Pariwisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Barat, Jawa

Timur,

Jabodetabek

100% terlaksananya kampanye sadar

wisata dan sapta pesona di

destinasi wisata, peningkatan

kualitas SDM, lomba dan forkom

Pokdarwis dan desa wisata, serta

sosialisasi geopark

3 kali kampanye

sadar wisata, 2 kali

pembinaan, 2

lomba dan 2

forkom, 4

sosialisasi

700,000 725,000 Kegiatan :

Pembinaan

Kelembagaan

Pariwisata

Dinas

Pariwisata

3 02 3 02 01 17 03 Kegiatan : Pengembangan

Industri Pariwisata

Kab.

Gunungkidul,

DIY, Jawa

Tengah, Jawa

Timur,

Jabodetabek

100% terlaksananya pembinaan

pembinaan pedagang, peningkatan

kapasitas usaha masyarakat,

sosialisasi dan peningkatan

standarisasi usaha hotel, restoran,

homestay, pembinaan KHR

(Kegiatan Hiburan dan Rekreasi)

2 kali pembinaan, 5

kalli lomba, 1

sosialisasi, 1

pembinaan KHR

550,000 575,000 Kegiatan :

Pembinaan

Kelembagaan

Pariwisata

Dinas

Pariwisata

22,010,000 22,829,000 Jumlah

3

~ 1 ~

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

(Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul)

Nomor : 3 Tahun : 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GUNUNGKIDUL,

Menimbang : a. bahwa pembangunan kepariwisataan

merupakan bagian integral dari

pembangunan daerah sehingga harus

dilakukan secara sistematis,

terencana, terpadu, berkelanjutan,

dan bertanggungjawab dengan tetap

memberikan perlindungan terhadap

nilai-nilai agama, budaya, dan

kelestarian lingkungan hidup;

b. bahwa untuk melaksanakan

ketentuan dalam Pasal 8 dan Pasal 9

Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan perlu

menetapkan Rencana Induk

~ 2 ~

Pembangunan Kepariwisatan Daerah

Kabupaten Gunungkidul;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf b perlu menetapkan

Peraturan Daerah tentang Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisatan

Daerah Kabupaten Gunungkidul

Tahun 2014-2025;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun

1950 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten Dalam Lingkungan

Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun

1950 Nomor 44);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

~ 3 ~

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4966);

5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2012 tentang Keistimewaan Daerah

Istimewa Yogyakarta (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 170);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai

Berlakunya Undang-Undang Tahun

1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari

hal Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten Dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat dan Daerah Istimewa

Yogyakarta (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan

Nasional Tahun 2010-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 125);

8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun

2012 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2012-2025 (Lembaran Daerah

~ 4 ~

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2012 Nomor 1);

9. Peraturan Daerah Gunungkidul

Nomor 2 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2005-2025

(Lembaran Daerah Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2010 Nomor 01

Seri E);

10. Peraturan Daerah Kabupaten

Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Gunungkidul Tahun

2010-2030 (Lembaran Daerah

Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011

Nomor 3 Seri E);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

dan

BUPATI GUNUNGKIDUL,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN

2014-2025.

~ 5 ~

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Gunungkidul.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati Gunungkidul.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari

Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan

Kecamatan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya

disingkat SKPD adalah unsur pembantu Bupati dalam

penyelenggaraan pemerintahan yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang

Kepariwisataan.

7. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi

tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata

yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

8. Wisatawan adalah orang yang melakukan Wisata.

9. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Daerah yang berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa

~ 6 ~

manusia sebagai makhluk budaya, baik yang bersifat

berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible).

10. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait

dengan Pariwisata dan bersifat multidimensi serta

multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

setiap orang dan negara serta interaksi antara Wisatawan

dan masyarakat setempat, sesama Wisatawan,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.

11. Rencana Induk Pembangunaan Kepariwisataan Daerah

Kabupaten Gunungkidul yang selanjutnya disebut dengan

RIPPARDA adalah dokumen perencanaan pembangunan

Kepariwisataan Daerah untuk tahun 2014 sampai dengan

tahun 2025.

12. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut

Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang

berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang

di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas umum,

fasilitas Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang

saling terkait dan melengkapi terwujudnya

Kepariwisataan.

13. Perwilayahan Pembangunan Kepariwisataan Daerah

adalah hasil pewilayahan pembangunan Kepariwisataan

yang diwujudkan dalam bentuk Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah, dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah.

14. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah adalah kawasan

yang memiliki fungsi utama Pariwisata atau memiliki

potensi untuk pengembangan Pariwisata yang mempunyai

pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan

sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta

pertahanan dan keamanan.

~ 7 ~

15. Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah adalah

kawasan geografis di dalam Destinasi Pariwisata yang

memiliki tema tertentu, dengan komponen Daya Tarik

Wisata, fasilitas umum, fasilitas Pariwisata, aksesibilitas,

serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya Kepariwisataan.

16. Infrastruktur Pariwisata adalah semua fasilitas yang

memungkinkan semua proses dan kegiatan

Kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar sedemikian

rupa, sehingga dapat memudahkan Wisatawan memenuhi

kebutuhannya.

17. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran

masyarakat, baik secara individu maupun kelompok,

dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan

kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.

18. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan Daya

Tarik Wisata dan mengelola relasi dengan Wisatawan

untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh

pemangku kepentingannya.

19. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha Pariwisata

yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang

dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan

dalam penyelenggaraan Pariwisata.

20. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur

beserta jaringannya yang dikembangkan secara

terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah,

swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi

dan mekanisme operasional, yang secara

berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke

arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.

~ 8 ~

21. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang

dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan Wisatawan

dan penyelenggaraan Pariwisata.

22. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan Wisatawan.

23. Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan Fasilitas

Pariwisata yang selanjutnya disebut Fasilitas

Kepariwisataan adalah kelengkapan dasar fisik suatu

lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu

lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana

semestinya, sarana pelayanan dasar fisik suatu

lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum

dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian dan

semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan untuk

mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan,

keselamatan Wisatawan dalam melakukan kunjungan ke

Destinasi Pariwisata.

24. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan

prasarana transportasi yang mendukung pergerakan

Wisatawan dari wilayah asal Wisatawan ke Destinasi

Pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi

Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan

Wisata.

25. Standarisasi Kepariwisataan adalah proses merumuskan,

menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang

dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan

semua pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas

usaha di bidang Kepariwisataan.

~ 9 ~

26. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada

usaha dan pekerja pariwisata untuk mendukung

peningkatan mutu daya tarik pariwisata, pelayanan dan

pengelolaan Kepariwisataan.

27. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh

lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk

meyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem, atau

personil telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.

Pasal 2

Ruang Lingkup RIPPARDA meliputi:

a. pembangunan Industri Pariwisata;

b. pembangunan Destinasi Pariwisata;

c. pembangunan Pemasaran Pariwisata; dan

d. pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan.

BAB II

PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 3

(1) RIPPARDA memuat:

a. visi;

b. misi;

c. tujuan;

d. sasaran; dan

e. arah kebijakan, strategi, dan indikasi program

pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2014 –

2025.

(2) Visi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah

terwujudnya Gunungkidul sebagai Destinasi Pariwisata

yang unggul berbasis alam didukung budaya yang

~ 10 ~

berkelanjutan, berdaya saing menuju masyarakat maju,

mandiri, dan sejahtera.

(3) Misi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah sebagai

berikut:

a. mengembangkan Industri Pariwisata yang berdaya

saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan

bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial

budaya;

b. mewujudkan Destinasi Pariwisata berbasis alam

didukung budaya yang aman, nyaman, menarik, mudah

dicapai, berwawasan lingkungan, meningkatkan

pendapatan daerah, dan masyarakat;

c. mengembangkan Pemasaran Pariwisata yang sinergis,

unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan

kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; dan

d. mengembangkan organisasi Pemerintah Daerah, swasta

dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan

mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam

rangka mendorong terwujudnya pembangunan

Kepariwisataan yang berkelanjutan.

(4) Tujuan pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:

a. mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu

menggerakkan perekonomian daerah;

b. meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi

Pariwisata;

c. mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Daerah

dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,

efisien, dan bertanggung jawab; dan

d. mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan

tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan

Industri Pariwisata, Pembangunan Destinasi Pariwisata

dan Pemasaran Pariwisata secara profesional, efektif,

dan efisien.

~ 11 ~

(5) Sasaran pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:

a. terwujudnya Industri Pariwisata yang mampu

menggerakkan perekonomian daerah melalui

peningkatan investasi di bidang Pariwisata, kerjasama

antar usaha Pariwisata, perluasan lapangan kerja, dan

upaya-upaya untuk pendukung pelestarian lingkungan

dan pemberdayaan masyarakat;

b. meningkatnya kualitas dan kuantitas daya tarik Wisata

yang aman dan nyaman;

c. terwujudnya peningkatan jumlah kunjungan

Wisatawan;

d. terwujudnya peningkatan produk domestik regional

bruto di bidang Kepariwisataan;

e. terwujudnya peningkatan penerimaan pendapatan asli

daerah (PAD);

f. terwujudnya media pemasaran yang efektif dan efisien

untuk meningkatkan citra daerah sebagai Destinasi

Pariwisata;

g. tersedianya fasilitas pendukung Kepariwisataan yang

handal;

h. terciptanya sumber daya manusia Pariwisata yang

handal dan profesional;

i. terwujudnya lembaga Kepariwisataan dan sistem tata

kelola yang mampu menyinergikan pembangunan

Industri Pariwisata, Kawasan Pariwisata, dan

Pemasaran Pariwisata secara profesional, efektif, dan

efisien;

j. terwujudnya masyarakat sadar Wisata untuk

mendukung tercapainya Sapta Pesona; dan

k. terwujudnya Pariwisata sebagai sektor unggulan dan

prioritas pembangunan daerah.

~ 12 ~

Pasal 4

(1) RIPPARDA menjadi pedoman bagi pembangunan

Kepariwisataan Daerah.

(2) Pembangunan Kepariwisataan Daerah Berkarakter

Yogyakarta khas Gunungkidul.

(3) Semua program dan kegiatan yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah dan masyarakat harus bermuatan

dukungan terhadap pembangunan Kepariwisataan sesuai

dengan kedekatan fungsi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Berkarakter Yogyakarta khas

Gunungkidul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Pasal 5

Arah Pembangunan Kepariwisataan Daerah meliputi:

a. prinsip pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan;

b. orientasi pada upaya-upaya pertumbuhan, peningkatan

kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, pelestarian

adat dan kebudayaan, serta pelestarian fungsi lingkungan

hidup;

c. dilaksanakan dengan tata kelola yang baik;

d. dilaksanakan secara terpadu secara lintas sektor, lintas

Daerah, dan lintas pelaku; dan

e. dilaksanakan dengan mendorong kemitraan sektor publik

dan privat.

Pasal 6

Arah pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 menjadi dasar arah kebijakan,

~ 13 ~

strategi, dan indikasi program dari setiap komponen

pembangunan Kepariwisataan.

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN INDUSTRI PARIWISATA DAERAH

Pasal 7

Arah kebijakan pembangunan Industri Pariwisata Daerah,

meliputi:

a. peningkatan kualitas dan keragaman produk-produk usaha

Pariwisata;

b. penguatan kemitraan usaha Pariwisata dan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah dalam mendukung usaha

Kepariwisataan; dan

c. peningkatan fasilitasi dan regulasi untuk pengembangan

usaha Pariwisata.

Pasal 8

Strategi pembangunan Industri Pariwisata meliputi:

a. peningkatan daya saing produk Wisata;

b. peningkatan kemitraan usaha Pariwisata; dan

c. pemenuhan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup

dan sosial budaya.

Paragraf 1

Peningkatan Daya Saing Produk Wisata

Pasal 9

Strategi peningkatan daya saing produk Wisata sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, antara lain:

a. pengembangan produk Pariwisata sesuai dengan pasar

Wisatawan;

b. optimalisasi produk pariwisata yang mempunyai keunikan

dan nilai jual secara khusus;

~ 14 ~

c. meningkatkan event-event Pariwisata menjadi event

regional, nasional dan internasional; dan

d. menjaga kelokalan dan keaslian, mengatur dan

menetapkan agar setiap Daya Tarik Wisata mempunyai

keunikan sendiri.

Paragraf 2

Peningkatan Kemitraan Usaha Pariwisata

Pasal 10

Peningkatan kemitraan Usaha Pariwisata sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, dilaksanakan dengan:

a. mewujudkan iklim yang menguntungkan bagi dunia usaha

kepariwisataan dan memberikan kepastian bagi pengusaha

yang akan menanamkan modalnya dalam bidang

Pariwisata;

b. mendampingi pengusaha Pariwisata menengah dan kecil

dalam upaya peningkatan kualitas jasa usaha Pariwisata;

c. menumbuhkan dan mengembangkan profesionalisme

penyelenggara Kepariwisataan secara bertahap dan

konsisten; dan

d. peningkatan pola pemberdayaan masyarakat dan desa di

bidang Kepariwisataan.

Paragraf 3

Pemenuhan Tanggung Jawab Terhadap

Lingkungan Hidup dan Sosial Budaya

Pasal 11

Strategi pemenuhan tanggung jawab terhadap lingkungan

hidup dan sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

huruf c, antara lain:

a. pengembangan Pariwisata yang berwawasan lingkungan

yang mendasarkan kepada pengendalian dan pemanfaatan

lingkungan untuk kelanjutan pembangunan

Kepariwisataan;

~ 15 ~

b. pengembangan Pariwisata bertumpu dan memanfaatkan

keunikan alam, budaya dan letak geografis, dalam

kegiatannya bertanggung jawab melaksanakan pelestarian

fungsi lingkungan hidup dan ekosistem;

c. mengembangkan pembangunan prasarana yang dapat

menunjang pelestarian fungsi lingkungan hidup di

kawasan Destinasi Pariwisata secara berkelanjutan,

terpadu lintas sektor; dan

d. menumbuhkembangkan kegiatan Kepriwisataan yang

berwawasan lingkungan melalui peran Pemerintah Daerah,

Pemerintah Desa, dan kelompok masyarakat.

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN DESTINASI PARIWISATA DAERAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 12

Pembangunan Destinasi Pariwisata Daerah meliputi:

a. perwilayahan Destinasi Pariwisata;

b. pembangunan Daya Tarik Wisata;

c. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan

fasilitas Pariwisata;

d. pembangunan aksesibilitas dan/atau transportasi;

e. pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan; dan

f. pembangunan investasi di bidang Pariwisata.

Bagian Kedua

Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah

Pasal 13

Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah meliputi

a. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah; dan

~ 16 ~

b. Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah.

Pasal 14

(1) Kawasan Strategis Pariwisata Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 huruf a ditetapkan dengan

kriteria:

a. memiliki fungsi utama Pariwisata atau potensi

pengembangan Pariwisata;

b. memiliki sumber daya Pariwisata potensial untuk

menjadi Daya Tarik Wisata unggulan dan memiliki

citra yang sudah dikenal secara luas;

c. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun

internasional;

d. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak

investasi;

e. memiliki lokasi strategi yang berperan menjaga

persatuan dan keutuhan wilayah;

f. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

g. memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha

pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

h. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;

i. memiliki kekhususan dari wilayah;

j. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar Wisatawan

utama dan pasar Wisatawan potensial daerah, nasional

maupun international; dan

k. memiliki potensi tren Daya Tarik Wisata masa depan.

(2) Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana

dimaksud pada Pasal 13 huruf b ditetapkan dengan

kriteria:

a. terletak pada kawasan geografis didalam Destinasi

Pariwisata;

b. memiliki tema tertentu;

~ 17 ~

c. memiliki komponen Daya Tarik Wisata;

d. tersedia fasilitas umum;

e. tersedia fasilitas Pariwisata; dan

f. tersedia aksesibilitas, serta masyarakat yang saling

terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.

Pasal 15

Pembangunan perwilayahan Kawasan Strategis Pariwisata

Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 dilaksanakan secara bertahap

dengan kriteria:

a. memiliki komponen Daya Tarik Wisata yang siap untuk

dikembangkan;

b. memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi

yang strategis;

c. memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik

pembangunan Kepariwisataan di wilayah sekitar baik

dalam konteks Daerah maupun nasional;

d. memiliki potensi tren Daya Tarik Wisata masa depan;

e. memiliki kontribusi yang signifikan dan/atau prospek yang

positif dalam menarik kunjungan Wisatawan mancanegara

dan Wisatawan nusantara dalam waktu yang relatif cepat;

f. memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;

g. memiliki kontribusi terhadap pengembangan keragaman

Daya Tarik Wisata di Daerah; dan

h. memiliki keunggulan daya saing nasional dan

internasional.

Pasal 16

Perwilayahan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan

Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 tercantum dalam Lampiran I, yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

~ 18 ~

Pasal 17

Arah Kebijakan Pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata

Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah

meliputi:

a. perencanaan pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata

Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata Daerah;

b. penegakan regulasi pembangunan Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan Pariwisata

Daerah; dan

c. pengendalian implementasi pembangunan Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah.

Pasal 18

(1) Strategi untuk perencanaan pembangunan Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf a

meliputi:

a. menyusun rencana induk pembangunan Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah;

b. menyusun Rencana Detail Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah; dan

c. menyusun regulasi tata bangunan dan tata lingkungan

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata Daerah.

(2) Strategi untuk penegakan regulasi pembangunan Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

huruf b dilakukan melalui monitorong dan pengawasan.

~ 19 ~

(3) Strategi untuk pengendalian implementasi pembangunan

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 huruf c dilakukan melalui peningkatan

koordinasi antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,

dan masyarakat.

Bagian Ketiga

Pembangunan Daya Tarik Wisata

Pasal 19

(1) Pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 huruf b meliputi pengembangan dan

pembangunan:

a. Daya Tarik Wisata Alam;

b. Daya Tarik Wisata Budaya; dan

c. Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia.

(2) Arah kebijakan pengembangan Daya Tarik Wisata

sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:

a. perintisan pengembangan Daya Tarik Wisata dalam

rangka mendorong pertumbuhan Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata Daerah;

b. pembangunan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan

kualitas, daya saing, dan daya tarik dalam menarik

minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;

c. pemantapan Daya Tarik Wisata untuk meningkatkan

daya saing, daya tarik dalam menarik kunjungan ulang

Wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; dan

d. revitalisasi Daya Tarik Wisata dalam upaya peningkatan

kualitas, keberlanjutan, daya saing dan daya tarik pada

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata Daerah.

~ 20 ~

(3) Arah kebijakan pembangunan Daya Tarik Wisata

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebijakan

pengembangan:

a. kawasan pantai Baron-Sundak dan sekitarnya sebagai

kawasan Wisata pantai berbasis pendidikan dan

keluarga;

b. kawasan Siung-Wediombo-Bengawan Solo Purba dan

sekitarnya sebagai kawasan Wisata berbasis

keanekaragaman karst;

c. kawasan Patuk dan sekitarnya sebagai kawasan desa

Wisata kerajinan dan agro-ekowisata; dan

d. kawasan Karst Pegunungan Sewu dan sekitarnya

sebagai kawasan Wisata berbasis karst.

Pasal 20

Strategi pembangunan daya tarik wisata sebagaimana

dimaksud pada Pasal 19 ayat (3) diwujudkan dalam 6 (enam)

Kawasan Strategis Pariwisata, yaitu:

a. Kawasan Strategis Pariwisata I (KSP I) berupa

Pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai

dengan pendukung Wisata budaya meliputi pengembangan

Daya Tarik Wisata Pantai Parangendog, Pantai Watu Gupit,

Pantai Bekah, Pantai Grigak, Pantai Gesing, Pantai

Ngunggah, Pantai Ngedan, Pantai Nguyahan, Pantai

Ngobaran, Pantai Ngrenehan, Pantai Torohudan, Goa

Langse, Goa Cerme, Pesanggrahan Gembirowati,

Wonongobaran, Pertapaan Kembang Lampir, Sendang Beji,

Cupu Panjolo, Hutan Wisata Turunan, kesenian tradisional

dan pelestarian adat budaya setempat, pengembangan

Desa Wisata dan Desa Budaya;

b. Kawasan Strategis Pariwisata II (KSP II) berupa

pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai

dengan pendukung Wisata kuliner olahan hasil laut

meliputi pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Baron,

~ 21 ~

Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Sanglen, Pantai

Watu Kodok, Pantai Drini, Pantai Sarangan, Pantai Krakal,

Pantai Slili, Pantai Sadranan, Pantai Watu Lawang, Pantai

Ngandong, Pantai Sundak, Pantai Somandeng, Pantai

Pulang Sawal, Pantai Potunggal, Baron Agro Forestry

Technopark, Goa Maria Tritis, pengembangan Desa Wisata

dan Desa Budaya;

c. Kawasan Strategis Pariwisata III (KSP III) berupa

pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam pantai

dengan pendukung Wisata pendidikan, konservasi, dan

petualangan meliputi Pantai Timang, Pantai Jogan, Pantai

Siung, Pantai Wediombo, Pantai Jungwok, Pantai Sadeng,

Pantai Pulau Kalong, Bengawan Solo Purba, Taman

Keanekaragaman Hayati Bajo, Taman Keanekaragaman

Hayati Koesnadi Hardjasoemantri, Goa Senen, Gunung

Batur, pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya;

d. Kawasan Strategis Pariwisata IV (KSP IV) berupa

pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam

pegunungan dengan pendukung Wisata pendidikan,

konservasi dan petualangan meliputi Gunung Api Purba

Nglanggeran, Kebun Buah Durian dan Kakao (Patuk), Pasar

buah (Patuk), Gunung Butak, Taman Hutan Raya Bunder,

Telaga Kemuning, Hutan Wanagama, Lokasi Out Bond

Jelok, Air Terjun Sri Getuk, Air Terjun Banyunibo, Goa

Ngrancang Kencana, Kerajinan Batik Kayu Bobung,

pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya;

e. Kawasan Strategis Pariwisata V (KSP V) berupa

pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam bentang

alam karst dengan pendukung Wisata petualangan meliputi

Goa Pari, Goa Ngingrong, Kali Suci, Goa Gelatik, Goa Buri

Omah, Goa Grubug, Goa Jomblang, Goa Bribin, Goa

Seropan (Gombang-Ngeposari), Goa Braholo, Goa

Nglengket, Goa Jlamprong, Bendungan Simo/Dam Beton,

~ 22 ~

Water Byur, Telaga Jonge, Telaga Mliwis Putih, Goa Song

Gilap, Goa Paesan, Goa Gremeng, Goa Cokro, Goa Pindul,

Goa Sriti, Goa Si Oyot, Gunung Kendil, Wayang Beber,

Situs Megalitikum Sokoliman, Upacara Adat Cing-cing

Goling, Kerajinan Batu Alam, Susur Sungai Oyo, Makam Ki

Ageng Giring, Taman Kota Wonosari, Suaka Marga Satwa,

pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya; dan

f. Kawasan Strategis Pariwisata VI (KSP VI) berupa

pembangunan Daya Tarik Wisata unggulan alam

pegunungan dengan pendukung wisata budaya meliputi

Petilasan Gunung Gambar, Taman Keanekaragaman Hayati

Hutan Wonosadi, Candi Risan, Gunung Gede, Air Terjun

Jurug, Kebun Buah Mangga Malam (Gedangsari dan

Ngawen) Upacara Sadranan, Kesenian Tayub, Rinding

Gumbeng, Jathilan, Reog, Kerajinan Akar Wangi, Kerajinan

Lampu Hias, pengembangan Desa Wisata dan Desa

Budaya.

Pasal 21

Strategi pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20, dilaksanakan berdasarkan prinsip

keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen

destinasi untuk menciptakan Daya Tarik Wisata berkualitas

dan berdaya saing, dan pengembangan upaya konservasi untuk

menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya Pariwisata.

Pasal 22

(1) Strategi untuk pengembangan KSP I Daya Tarik Wisata

unggulan alam pantai dengan pendukung wisata budaya

sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf a dengan cara

mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata,

meliputi :

a. Pantai Parangendog, Pantai Watu Gupit, Pantai Bekah,

Pantai Grigak, Pantai Ngunggah, Pantai Ngedan, Pantai

~ 23 ~

Nguyahan, Pantai Torohudan sebagai kawasan Wisata

pantai berbasis relaksasi dan petualangan;

b. Pantai Gesing, Pantai Ngrenehan, sebagai kawasan

Wisata berbasis pendaratan ikan;

c. Pantai Ngobaran, sebagai kawasan Wisata pantai

berbasis budaya, dan keagamaan;

d. Goa Cerme sebagai kawasan Wisata susur goa dan

budaya;

e. Hutan Wisata Turunan sebagai kawasan Wisata berbasis

konservasi dan pendidikan;

f. Goa Langse, Pesanggrahan Gembirowati, Sendang Beji,

Wonongobaran, Pertapaan Kembang Lampir, dan Cupu

Panjolo sebagai kawasan Wisata budaya;

g. Kesenian Tradisional Gejog Lesung, Jaran Jambul, Reog,

dan Jathilan;

h. pelestarian adat dan budaya Rasulan, Sedekah laut, dan

Labuhan;

i. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan wisata pantai didukung budaya;

j. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia

sebagai Kawasan Wisata didukung budaya; dan

k. Wilayah Panggang dan perbatasan Purwosari dengan

Kabupaten Parangtritis didorong menjadi pusat

perdagangan, peristirahatan, hiburan, wahana rekreasi

dan perhotelan.

(2) Strategi untuk pengembangan KSP II Daya Tarik Wisata

unggulan alam pantai dengan pendukung Wisata kuliner

sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf b dengan cara

mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata,

meliputi :

a. Pantai Baron, Pantai Drini, Pantai Ngandong sebagai

kawasan Wisata pantai berbasis pendaratan ikan,

kuliner hasil laut dan Wisata keluarga;

~ 24 ~

b. Pantai Kukup sebagai kawasan Wisata pantai berbasis

Wisata pendidikan keanekaragaman hayati laut,

keluarga dan budaya;

c. Pantai Sanglen sebagai kawasan wisata pantai berbasis

Wisata konservasi;

d. Pantai Sepanjang, Pantai Watu Kodok, Pantai Sarangan,

Pantai Krakal, Pantai Slili, Pantai Sadranan, Pantai

Watu Lawang, Pantai Sundak, Pantai Somandeng,

Pantai Pulang Sawal, dan Pantai Potunggal sebagai

kawasan Wisata pantai berbasis wisata keluarga dan

relaksasi;

e. Baron Agro Forestry Technopark sebagai kawasan

Wisata berbasis Wisata pendidikan;

f. Goa Maria Tritis, sebagai kawasan Wisata berbasis

wisata ziarah;

g. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan Wisata berbasis pantai didukung Wisata

kuliner;

h. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan

Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung wisata

kuliner; dan

i. Kawasan Pantai Krakal dan sekitarnya didorong menjadi

kota wisata pantai mandiri.

(3) Strategi untuk pengembangan KSP III Daya Tarik Wisata

unggulan alam pantai dengan pendukung Wisata

petualangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf c

dengan cara mengembangkan Kawasan Pembangunan

Pariwisata meliputi :

a. Pantai Timang, Pantai Jogan, Pantai Siung, dan Pantai

Pulau Kalong sebagai kawasan wisata pantai berbasis

Wisata petualangan dan relaksasi.

~ 25 ~

b. Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok sebagai kawasan

Wisata pantai berbasis wisata konservasi, relaksasi dan

keluarga.

c. Pantai Sadeng sebagai kawasan wisata pantai berbasis

Wisata pelabuhan perikanan;

d. Taman Keanekaragaman Hayati Bajo, Taman

Keanekaragaman Hayati Koesnadi Hardjasoemantri, dan

Gunung Batur sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata

konservasi dan pendidikan;

e. Goa Senen sebagai kawasan wisata alam berbasis

Wisata susur goa;

f. Bengawan Solo Purba sebagai kawasan wisata alam

berbasis Wisata pendidikan;

g. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan Wisata pantai didukung pendidikan,

konservasi dan petualangan;

h. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan

Manusia sebagai Kawasan Wisata pendidikan,

konservasi dan petualangan;

i. Wilayah perbatasan Rongkop dan Girisubo dengan

Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Pacitan menjadi

pusat perdagangan; dan

j. Pantai Sadeng didorong menjadi dermaga wisata.

(4) Strategi untuk pengembangan KSP IV Daya Tarik Wisata

unggulan alam pegunungan dengan pendukung Wisata

pendidikan, konservasi dan petualangan sebagaimana

dimaksud pada Pasal 20 huruf d dengan cara

mengembangkan Kawasan Pembangunan Pariwisata

meliputi :

a. Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunung Butak dan Air

Terjun Banyunibo sebagai kawasan Wisata alam

berbasis wisata pendidikan, keluarga dan petualangan;

~ 26 ~

b. Kebun buah Durian dan Kakao serta pasar buah (Patuk)

sebagai kawasan wisata alam berbasis Wisata

pendidikan dan keluarga;

c. Taman Hutan Raya Bunder, sebagai kawasan Wisata

alam berbasis Wisata konservasi, pendidikan, keluarga

dan petualangan;

d. Telaga Kemuning, Lokasi Out Bond Jelok sebagai

kawasan Wisata alam berbasis wisata pendidikan,

konservasi dan relaksasi;

e. Hutan Wanagama, sebagai kawasan Wisata alam

berbasis Wisata pendidikan dan konservasi;

f. Air Terjun Sri Getuk, Goa Rancang Kencana sebagai

kawasan Wisata alam berbasis Wisata pendidikan,

keluarga dan petualangan;

g. Kerajinan Batik Kayu Bobung sebagai kawasan Wisata

berbasis Wisata pendidikan dan budaya;

h. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan Wisata alam pegunungan didukung

pendidikan, konservasi dan petualangan;

i. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan

Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung pendidikan,

konservasi dan petualangan;

j. Wilayah perbatasan Pathuk dengan Kabupaten Bantul

dan Kabupaten Klaten yang didorong menjadi pusat

perdagangan, kuliner, oleh-oleh, hiburan, dan

perhotelan; dan

k. Wilayah Bunder didorong menjadi area wisata terpadu.

(5) Strategi untuk pengembangan KSP V Daya Tarik Wisata

unggulan alam bentang alam karst dengan pendukung

Wisata petualangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20

huruf e dengan cara mengembangkan Kawasan

Pembangunan Pariwisata, meliputi :

~ 27 ~

a. Goa Pari, Goa Si Oyot, Goa Ngingrong, Goa Paesan, Goa

Cokro, Goa Gremeng, Goa Nglengket, Goa Seropan

(Gombang-Ngeposari), Goa Bribin, Goa Jlamprong, dan

Goa Song Gilap sebagai kawasan Wisata alam bentang

alam karst berbasis Wisata pendidikan dan

petualangan;

b. Goa Braholo sebagai kawasan Wisata alam bentang

alam karst berbasis Wisata pendidikan dan budaya;

c. Goa Pindul, Goa Sriti, Kali Suci, Goa Gelatik, Goa Buri

Omah, Goa Jomblang, dan Goa Grubug sebagai

kawasan Wisata alam bentang alam karst berbasis

Wisata susur sungai bawah tanah;

d. Bendungan Simo/Dam Beton, Water Byur, Susur

Sungai Oyo, Telaga Jonge, dan Telaga Mliwis Putih

sebagai kawasan Wisata alam berbasis Wisata tirta;

e. Gunung Kendil sebagai kawasan Wisata alam berbasis

Wisata pendidikan dan relaksasi;

f. Situs Megalitikum Sokoliman, Makam Ki Ageng Giring,

dan Makam Ki Ageng Wonokusumo sebagai kawasan

Wisata berbasis wisata budaya;

g. Kesenian Tradisional Gejog Lesung, Reog, Jathilan, dan

Wayang Beber;

h. pelestarian adat dan budaya Rasulan, Upacara Adat

Cing-cing Goling, Nyadran, dan Bersih Kali;

i. Kerajinan Batu Alam di Padukuhan Mojo, Desa

Ngeposari sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata

pendidikan dan budaya;

j. Taman Kota Wonosari sebagai kawasan Wisata berbasis

Wisata keluarga dan kuliner;

k. Suaka Marga Satwa sebagai kawasan Wisata alam

pegunungan didukung pendidikan dan konservasi;

~ 28 ~

l. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan Wisata alam bentang alam karst didukung

pendidikan, konservasi dan petualangan;

m. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan

Manusia sebagai Kawasan Wisata pendidikan,

konservasi dan petualangan; dan

n. Kali Goang didorong menjadi area wisata terpadu.

(6) Strategi untuk pengembangan KSP VI Daya Tarik Wisata

unggulan alam pegunungan dengan pendukung Wisata

budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 huruf f

dengan cara mengembangkan Kawasan Pembangunan

Pariwisata, meliputi:

a. Petilasan Gunung Gambar, Candi Risan dan Gunung

Gede sebagai kawasan Wisata alam pegunungan

berbasis Wisata sejarah, pendidikan dan budaya;

b. Taman Keanekaragaman Hayati Hutan Wonosadi

sebagai kawasan Wisata alam pegunungan berbasis

pendidikan, konservasi dan budaya;

c. Air Terjun Jurug sebagai kawasan Wisata alam

pegunungan berbasis keluarga;

d. Kebun Buah Mangga Malam (Gedangsari dan Ngawen)

sebagai kawasan Wisata alam pegunungan berbasis

pendidikan dan keluarga;

e. pelestarian adat dan budaya Upacara Sadranan;

f. Kesenian Tradisional Tayub, Rinding Gumbeng, Jathilan

dan Reog;

g. Kerajinan Akar Wangi (Semin) dan Kerajinan Lampu

Hias (Bendung, Semin), Kerajinan Batu Alam (Semin),

Kerajinan Batik dan Tenun Tradisional (Ngawen dan

Gedangsari), dan Kerajinan Bambu (Kampung, Ngawen)

sebagai kawasan Wisata berbasis Wisata pendidikan dan

budaya;

~ 29 ~

h. pengembangan Desa Wisata dan Desa Budaya sebagai

kawasan Wisata alam pegunungan didukung budaya;

i. pengembangan Daya Tarik Wisata Hasil Buatan

Manusia sebagai Kawasan Wisata didukung budaya;

j. Wilayah lereng pegunungngan Gedangsari yang

didorong menjadi pusat peristirahatan, hiburan, dan

perhotelan;

k. Wilayah lereng pengunungan Ngawen yang didorong

menjadi pusat peristirahatan, hiburan, dan perhotelan;

dan

l. Wilayah Sambeng yang didorong menjadi pusat

perdagangan, kuliner, oleh-oleh, hiburan, dan

perhotelan.

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai strategi pengembangan Daya

Tarik Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diatur

dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan

Fasilitas Pariwisata

Pasal 24

Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas

umum dan fasilitas pariwisata meliputi:

a. pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan

fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan

pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata;

b. peningkatan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas

pariwisata yang mendukung pertumbuhan, meningkatkan

kualitas dan daya saing Kawasan Strategis Pariwisata dan

Kawasan Pembangunan Pariwisata; dan

~ 30 ~

c. pengendalian prasarana umum, fasilitas umum dan

fasilitas pariwisata bagi Destinasi Pariwisata yang sudah

melampaui ambang batas daya dukung.

Pasal 25

(1) Strategi untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas

umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung

perintisan Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 huruf a, meliputi:

a. memberikan stimulan kepada Pemerintah Desa

dan/atau kelompok masyarakat untuk pengembangan

prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas

pariwisata dalam mendukung perintisan Kawasan

Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata;

b. meningkatkan fasilitasi Pemerintah untuk

pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan

fasilitas pariwisata atas inisiatif swasta; dan

c. merintis dan mengembangkan prasarana umum,

fasilitas umum dan fasilitas pariwisata untuk

mendukung kesiapan Kawasan Strategis Pariwisata

dan Kawasan Pembangunan Pariwisata dan

meningkatkan daya saing Kawasan Strategis Pariwisata

dan Kawasan Pembangunan Pariwisata.

(2) Strategi untuk peningkatan prasarana umum, fasilitas

umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung

pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing

Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b,

meliputi:

a. mendorong dan menerapkan berbagai skema

kemitraan antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa

dan masyarakat;

~ 31 ~

b. mendorong dan menerapkan berbagai skema

kemandirian pengelolaan; dan

c. mendorong penerapan Fasilitas Kepariwisataan yang

memenuhi standar kualitas yang ditentukan.

(3) Strategi untuk pengendalian pembangunan prasarana

umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata bagi

Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata yang sudah melampaui ambang batas daya

dukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c,

meliputi:

a. menyusun regulasi perijinan untuk menjaga daya

dukung lingkungan;

b. memanfaatkan dokumen perencanaan sebagai sarana

pengendalian; dan

c. melaksanakan penegakan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi dan jenis

pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas

pariwisata sebagaimana dimaksud Pasal 25 diatur dalam

Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Pembangunan Aksesibilitas dan/atau Transportasi

Pasal 27

Arah kebijakan Pembangunan Aksesibilitas dan/atau

Transportasi meliputi:

a. meningkatkan sarana prasarana transportasi dari pintu

masuk wilayah Gunungkidul menuju Kawasan Strategis

Pariwisata dan Kawasan Pembangunan Pariwisata;

~ 32 ~

b. meningkatkan sarana prasarana transportasi antar

Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata; dan

c. pengaturan sistem transportasi dalam mendukung

pengembangan Pariwisata.

Pasal 28

Strategi untuk Pembangunan Aksesibilitas dan/atau

Transportasi sebagaimana dimaksud Pasal 27 dilakukan

dengan cara:

a. penetapan dan pembangunan fasilitas pada 5 (lima) pintu

masuk wilayah Gunungkidul meliputi:

1) pintu masuk Purwosari;

2) pintu masuk Patuk;

3) pintu masuk Ngawen;

4) pintu masuk Semin; dan

5) pintu masuk Rongkop.

b. peningkatan, normalisasi, dan pemeliharaan jaringan jalan

menuju dan antar Kawasan Strategis Pariwisata dan

Kawasan Pembangunan Pariwisata;

c. pengembangan sistem transportasi darat menuju dan

antar Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata;

d. pengembangan penerangan jalan umum menuju dan antar

Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Pembangunan

Pariwisata; dan

e. pengembangan rambu penunjuk arah dan rambu lalu

lintas menuju dan antar Kawasan Strategis Pariwisata dan

Kawasan Pembangunan Pariwisata.

~ 33 ~

Bagian Keenam

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan

Pasal 29

Arah kebijakan Pemberdayaan Masyarakat melalui

Kepariwisataan meliputi:

a. pengembangan potensi, kapasitas, dan partisipasi

masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan, bimbingan, dan

pendampingan;

b. optimalisasi pengarusutamaan gender melalui

pembentukan dan dinamisasi kelompok masyarakat;

c. peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal

melalui pengembangan usaha produktif di bidang

Pariwisata;

d. penyusunan regulasi untuk memberikan kepastian usaha

bagi industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata

skala usaha mikro, kecil dan menengah yang

dikembangkan masyarakat lokal;

e. penguatan kemitraan melalui pengembangan pola kerja

sama antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan

masyarakat di bidang Kepariwisataan;

f. perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan

menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil

dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal;

g. peningkatan akses permodalan antara lembaga keuangan

dengan industri kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata

skala usaha mikro, kecil dan menengah yang

dikembangkan masyarakat lokal;

h. peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta

pemangku kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta

pesona untuk menciptakan iklim kondusif Kepariwisataan

setempat; dan

~ 34 ~

i. peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam

mengenali dan mencintai potensi Wisata daerah melalui

perjalanan Wisata.

Pasal 30

Strategi pemberdayaan masyarakat melalui Kepariwisataan

sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 meliputi:

a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas

masyarakat lokal dalam pengembangan Kepariwisataan;

b. menyusun standar operasional prosedur (SOP)

pemberdayaan masyarakat di bidang Kepariwisataan;

c. menguatkan kelembagaan Pemerintah Desa dan

masyarakat guna mendorong kapasitas dan peran

masyarakat dalam pengembangan Kepariwisataan;

d. meningkatkan peran masyarakat dalam perspektif

kesetaraan gender dalam pengembangan Kepariwisataan di

daerah;

e. mengembangkan potensi sumber daya lokal melalui desa

Wisata dan desa budaya;

f. meningkatkan kualitas produk industri kecil dan

menengah melalui identisifikasi potensi, pengolahan dan

pemasaran sebagai komponen pendukung produk Wisata

di Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan

Pembangunan Pariwisata;

g. menyusun regulasi dan sosialisasi untuk memberikan

kepastian usaha industri kecil dan menengah dan Usaha

Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah;

h. memberikan perlindungan terhadap kelangsungan industri

kecil dan menengah dan Usaha Pariwisata skala usaha

mikro, kecil dan menengah di sekitar Kawasan Strategis

Pariwisata dan Kawasan Pembangunan Pariwisata;

i. membangun kemitraan antar usaha Kepariwisataan

dengan industri kecil dan menengah dan usaha mikro,

kecil dan menengah;

~ 35 ~

j. memfasilitasi peningkatan kualitas produk industri kecil

dan menengah dan layanan jasa Kepariwisataan yang

dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah dalam

memenuhi standar pasar;

k. memfasilitasi pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan perusahaan dalam upaya memperluas akses

pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan

Usaha Pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah.

l. memfasilitasi akses permodalan bagi Usaha Pariwisata

skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam

pengembangan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

m. meningkatkan pemahaman, dan kesadaran masyarakat

tentang sadar wisata dalam mendukung pengembangan

Kepariwisataan daerah;

n. meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan

sadar Wisata bagi penciptaan iklim kondusif

Kepariwisataan;

o. meningkatkan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi

Pariwisata dalam menciptakan iklim kondusif

Kepariwisataan;

p. meningkatkan kualitas jejaring media dalam mendukung

upaya pemberdayaan masyarakat di bidang Pariwisata; dan

q. meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi Pariwisata

daerah kepada masyarakat.

Bagian Ketujuh

Pembangunan Investasi di Bidang Pariwisata

Pasal 31

Arah kebijakan pembangunan investasi di bidang Pariwisata

meliputi:

a. investasi di bidang Kepariwisataan diarahkan bagi

pemberdayaan pemerintah desa dan masyarakat; dan

~ 36 ~

b. memberikan kepastian pelaksanaan investasi di bidang

Pariwisata.

Pasal 32

Strategi untuk pembangunan investasi di bidang

Kepariwisataan dengan cara:

a. memfasilitasi pembentukan dan penguatan kelembagaan

desa dan masyarakat dalam investasi di bidang

Kepariwisataan;

b. memfasilitasi jaringan kemitraan antara pelaku investasi

dengan desa dan masyarakat; dan

c. menyusun standar operasional prosedur (SOP) pelaksanaan

investasi di bidang Kepariwisataan.

BAB V

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN PEMASARAN PARIWISATA

Pasal 33

Arah kebijakan pemasaran Pariwisata Daerah dilaksanakan

melalui;

a. pemetaan, analisis peluang pasar dan perintisan

pemasaran ke pasar potensial;

b. pemantapan segmen pasar Wisatawan massal dan

pengembangan segmen ceruk pasar dalam mengoptimalkan

pengembangan Destinasi Pariwisata dan dinamika pasar

global;

c. pemantapan segmen pasar Wisatawan massal, dengan

fokus pengembangan segmen keluarga dan

komunitas/tradisi budaya;

d. pengembangan citra Kepariwisataan Daerah sebagai

Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, dan berdaya

saing;

~ 37 ~

e. peningkatan peran media komunikasi pemasaran dalam

memasarkan Wisata;

f. pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu,

sinergis, berkesinambungan, dan berkelanjutan;

g. perumusan kebijakan promosi penggerak Wisatawan; dan

h. pengembangan Badan Promosi Pariwisata Daerah.

Pasal 34

Strategi pembangunan pemasaran Pariwisata daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33, dengan cara:

a. melakukan analisis, penetapan dan pengembangan pasar

potensial Wisatawan nusantara dan manca negara;

b. melakukan perintisan pemasaran terpadu antar industri

dan antar kawasan;

c. melakukan perintisan pengembangan citra Pariwisata

melalui mengangkat keunikan dan kekuatan daya tarik

yang dimiliki Daerah.

d. mengembangkan program pemasaran untuk meningkatkan

pertumbuhan segmen ceruk pasar;

e. mengembangkan promosi berbasis tema tertentu;

f. percepatan pergerakan Wisatawan;

g. mengembangkan segmen pasar Wisatawan berbasis

komunitas;

h. merevitalisasi dan mendiversifikasi produk Wisata bagi

Wisatawan;

i. mendorong pelaku usaha pariwisata untuk memberikan

insensif bagi Wisatawan;

j. mendorong pelaku usaha Pariwisata untuk memenuhi

perlindungan hak-hak konsumen;

k. mengoptimalisasi pemanfaatan media komunikasi

pemasaran, baik media cetak maupun media elektronik;

l. mengembangkan e-marketing;

~ 38 ~

m. public relation dan mengembangkan pengalaman

pemasaran sebagai mekanisme mendatangkan kunjungan

dalam jumlah besar;

n. mengembangkan keterpaduan sinergis promosi antar

pemangku kepentingan Pariwisata Daerah; dan

o. mengembangkan Badan Promosi Pariwisata Daerah sebagai

lembaga promosi dan pemasaran Pariwisata.

BAB VI

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN KELEMBAGAAN PARIWISATA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 35

Pembangunan kelembagaan Kepariwisataan Daerah meliputi:

a. pengembangan dan penguatan organisasi Kepariwisataan;

dan

b. pembangunan sumber daya manusia Pariwisata.

Bagian Kedua

Pengembangan dan Penguatan Organisasi Kepariwisataan

Pasal 36

Arah kebijakan pengembangan dan penguatan organisasi

Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a,

meliputi:

a. pengembangan dan penguatan struktur organisasi

perangkat daerah di bidang Kepariwisataan;

b. pengembangan dan penguatan organisasi profesi di bidang

usaha Kepariwisataan;

c. pengembangan dan penguatan kelembagaan desa dan

masyarakat di bidang Kepariwisataan; dan

~ 39 ~

d. pemantapan koordinasi dan sinergi antar Pemerintah

Daerah, organisasi profesi, kelembagaan desa dan

masyarakat di bidang Kepariwisataan.

Pasal 37

Strategi pengembangan dan penguatan struktur organisasi

Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a,

meliputi :

a. evaluasi struktur organisasi perangkat daerah di bidang

Kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan

penguatan kelembagaan;

b. peningkatan kapasitas organisasi profesi di bidang usaha

Kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan

penguatan kelembagaan;

c. peningkatan kapasitas kelembagaan desa dan masyarakat

di bidang kepariwisataan dalam rangka pengembangan dan

penguatan kelembagaan;

d. memfasilitasi forum koordinasi antar Pemerintah Daerah,

organisasi profesi, kelembagaan desa dan masyarakat

dibidang Kepariwisataan; dan

e. menyusun regulasi dalam rangka pemantapan koordinasi

dan sinergi antar Pemerintah Daerah, organisasi profesi,

kelembagaan desa dan masyarakat di bidang

Kepariwisataan.

Bagian Ketiga

Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata

Pasal 38

Arah kebijakan pembangunan sumber daya manusia Pariwisata

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b, meliputi:

a. optimalisasi dan akselerasi kompetensi sumber daya

manusia Pemerintah Daerah;

b. mendorong kemitraan antara institusi pendidikan

Kepariwisataan dengan masyarakat;

~ 40 ~

c. standarisasi dan sertifikasi sumber daya manusia di bidang

usaha Kepariwisataan; dan

d. pemenuhan kebutuhan kuantitas dan kualitas sumber

daya manusia Pariwisata.

Pasal 39

Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia Pariwisata

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b, dengan cara:

a. optimalisasi kapasitas sumber daya manusia di SKPD;

b. membangun jejaring kerja dengan institusi pendidikan

Kepariwisataan;

c. memfasilitasi standarisasi dan sertifikasi sumber daya

manusia di bidang usaha Kepariwisataan;

d. memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia

di bidang Kepariwisataan; dan

e. Pemberdayaan sumber daya manusia di bidang

Kepariwisataan.

BAB VII

PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN

Bagian Kesatu

Pelaksanaan

Pasal 40

(1) Pelaksanaan RIPPARDA ditindaklanjuti dalam program

pembangunan Kepariwisataan daerah yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dengan

memperhatikan perkembangan daerah.

(2) Program pembangunan kepariwisataan daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. prioritas rencana tindak;

b. prioritas program; dan

c. tahapan pelaksanaan program.

~ 41 ~

(3) Pelaksanaan RIPPARDA sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diselenggarakan secara terpadu oleh Pemerintah

Daerah, Pemerintah Desa, dan masyarakat.

(4) Pelaksanaan RIPPARDA sebagaimana yang dimaksud pada

ayat(1) dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

a. tahap I, Tahun 2014-2015;

b. tahap II, Tahun 2016-2020; dan

c. tahap III, Tahun 2021-2025.

(5) Sasaran yang akan dicapai dalam setiap tahapan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dirumuskan dalam

indikasi program pembangunan kepariwisataan dan

tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(6) RIPPARDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Bagian Kedua

Pengendalian

Pasal 41

(1) Pengendalian RIPPARDA dilaksanakan melalui pengawasan

dan penertiban.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan dalam bentuk :

a. pelaporan;

b. pemantauan; dan

c. evaluasi program pembangunan kepariwisataan

daerah.

(3) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan penerapan

sanksi sesuai peraturan perundang-undangan

~ 42 ~

Pasal 42

Penangung jawab dalam melaksanakan arah kebijakan dan

strategi dilakukan oleh SKPD.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gunungkidul.

Ditetapkan di Wonosari

pada tanggal 23 Juni 2014

BUPATI GUNUNGKIDUL,

ttd

BADINGAH

Diundangkan di Wonosari

pada tanggal 23 Juni 2014

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL,

ttd

BUDI MARTONO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN

2014 NOMOR 3

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL,

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: 3/2014

~ 43 ~

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2014-2025

I. UMUM

Pembangunan Kepariwisataan di Kabupaten

Gunungkidul merupakan bagian tak terpisahkan dari

pembangunan Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta

serta Nasional yang merupakan bagian dari pembangunan

daerah. Sumber – sumber potensi Kepariwisataan baik yang

berupa daya tarik wisata, kekayaan alam, budaya, sumber

daya manusia, usaha jasa pariwisata, dan lainnya

merupakan modal dasar bagi pembangunan Kepariwisataan

daerah.

Modal tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal

untuk meningkatkan pendapatan daerah serta kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat, memperluas kesempatan usaha

dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, serta

memupuk rasa cinta budaya bangsa dan cinta tanah air.

Untuk mencapai hasil pembangunan di bidang

kepariwisataan yang optimal, diperlukan adanya visi, misi

yang jelas sebagai dasar acuan bagi penyusunan

kebijaksanaan dan strategi, disamping adanya koordinasi

dan kerjasama terpadu antara instansi pemerintah, swasta,

dan masyarakat.

Pembangunan Kepariwisataan daerah perlu tetap

melestarikan fungsi lingkungan hidup, nilai – nilai budaya

dan mendorong upaya peningkatan kualitas lingkungan

hidup, memperkukuh jati diri, serta tetap memperhatikan

derajat kemanusiaan, kesusilaan, dan etika. Peran serta

~ 44 ~

masyarakat dalam arti yang seluas – luasnya memiliki

peranan penting demi tercapainya tujuan dan sasaran

pembangunan Pariwisata Daerah. Dilihat dari aspek sosial

budaya, Peraturan Daerah ini merupakan upaya pendekatan

yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat

di daerah, melestarikan fungsi lingkungan hidup, serta

menumbuhkan rasa kebanggaan nasional dan daerah, dalam

rangka mengantisipasi pengaruh budaya global yang

bertentangan dengan budaya bangsa.

Berdasarkan pertimbangan dan permasalahan yang ada

tersebut, maka perlu ditetapkan pedoman bagi pelaksanaan

pembangunan Pariwisata di daerah yang dapat digunakan

oleh semua komponen Pariwisata daerah dalam menentukan

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Kepariwisataan

di Kabupaten Gunungkidul

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pembangunan

Industri Pariwisata” antara lain

pembangunan struktur (fungsi,

hierarki dan hubungan) Industri

Pariwisata, daya saing produk

pariwisata, kemitraan usaha

Pariwisata, kredibilitas bisnis, serta

tanggung jawab terhadap lingkungan

alam dan sosial budaya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “pembangunan

Destinasi Pariwisata”, antara lain

pemberdayaan masayarakat,

pembangunan Daya Tarik Wisata,

~ 45 ~

pembangunan prasarana, penyediaan

fasilitas umum, serta pembangunan

fasilitas Pariwisata secara terpadu dan

berkesinambungan.

Huruf c

Yang dimaksud “pembangunan

Pemasaran Pariwisata” antara lain

pemasaran Pariwisata bersama,

terpadu dan berkesinambungan

dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan serta pemasaran yang

bertanggung jawab dalam membangun

citra Indonesia sebagai Destinasi

Pariwisata yang berdaya saing.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “pembangunan

Kelembagaan Kepariwisataan” antara

lain pengembangan organisasi

pemerintah, pemerintah daerah,

swasta dan masyarakat,

pengembangan sumber daya manusia,

regulasi serta mekanisme operasional

di bidang Kepariwisataan.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pembangunan

kepariwisataan daerah berkarakter

Yogyakarta khas Kabupaten

Gunungkidul” sekurang-kurangnya

meliputi kondisi alam dan lingkungan,

~ 46 ~

budaya dan kesenian, adat istiadat dan

kebiasaan, perindustrian dan kerajinan,

bangunan dan infra stuktur, pendidikan,

kesehatan, seluruh aspek kehidupan

masyarakat dan pemerintahan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 5

Huruf a

Yang dimaksud dengan “pembangunan

Pariwisata yang berkelanjutan” adalah

pembangunan yang didukung secara

ekologis dalam jangka panjang,

sekaligus layak secara ekonomi, adil

secara etika dan sosial terhadap

masyarakat untuk pemenuhan

kebutuhan kepariwisataan generasi

sekarang dan generasi yang akan

datang.

Pembangunan Kepariwisataan yang

berkelanjutan berprinsip pada

terjaminnya keberlanjutan sumber

daya pendukung pembangunan

Pariwisata sebagai satu syarat penting

bagi terciptanya manajemen pariwisata

yang memadai dan handal, serta

berkontribusi pada pembangunan

berkelanjutan dan diintegrasikan

dengan lingkungan alam, budaya, dan

manusia.

~ 47 ~

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Pembangunan Kepariwisataan yang

terpadu secara lintas sektor, lintas

Daerah, dan lintas pelaku merupakan

pendekatan perencanaan Pariwisata

yang menyeluruh dan terpadu

dilakukan berdasarkan pada potensi

dan permasalahan yang ada di wilayah

tersebut, baik dalam wilayah

perencanaan maupun dalam konstelasi

regional. Pendekatan menyeluruh

dalam pengembangan pariwisata

memberi arti bahwa peninjauan

permasalahan bukan hanya

didasarkan pada kepentingan kawasan

atau daerah dalam arti sempit, tetapi

ditinjau dan dikaji pula dalam

kepentingan yang lebih luas.

Huruf e

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

~ 48 ~

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “Daya

Tarik Wisata alam” adalah Daya

Tarik Wisata yang berupa

keanekaragaman dan keunikan

lingkungan alam. Daya Tarik

Wisata alam dapat dijabarkan,

meliputi:

1. Daya Tarik Wisata alam

yang berbasis potensi

keanekaragaman dan

keunikan lingkungan alam

di wilayah perairan laut,

yang berupa bentang

pesisir pantai; dan

~ 49 ~

2. Daya Tarik Wisata alam

yang berbasis potensi

keanekaragaman dan

keunikan lingkungan alam

di wilayah daratan, yang

berupa antara lain:

a) pegunungan dan hutan

alam/taman Wisata

alam/taman hutan

raya;

b) perairan sungai dan

telaga;

c) pertanian dan

perkebunan; dan

d) bentang alam khusus.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “Daya

Tarik Wisata budaya” adalah

Daya Tarik Wisata berupa hasil

olah cipta, rasa dan karsa

manusia sebagai makhluk

budaya.

Daya Tarik Wisata budaya

selanjutnya dapat dijabarkan,

meliputi:

1. Daya Tarik Wisata budaya

yang bersifat berwujud

(tangible), yang berupa

antara lain:

a) cagar budaya, yang

meliputi:

1) benda cagar budaya

adalah benda alam

dan/atau benda

~ 50 ~

buatan manusia, baik

bergerak maupun

tidak bergerak,

berupa kesatuan atau

kelompok, atau

bagianbagiannya,

atau sisa-sisanya

yang memiliki

hubungan erat

dengan kebudayaan

dan sejarah

perkembangan

manusia.

2) bangunan cagar

budaya adalah

susunan binaan yang

terbuat dari benda

alam atau benda

buatan manusia

untuk memenuhi

kebutuhan ruang

berdinding dan/atau

tidak berdinding, dan

beratap.

3) struktur cagar budaya

adalah susunan

binaan yang terbuat

dari benda alam

dan/atau benda

buatan manusia

untuk memenuhi

kebutuhan ruang

kegiatan yang

menyatu dengan

~ 51 ~

alam, sarana, dan

prasarana untuk

menampung

kebutuhan manusia.

4) situs cagar budaya

adalah lokasi yang

berada di darat

dan/atau di air yang

mengandung benda

cagar budaya,

bangunan cagar

budaya, dan/atau

struktur cagar budaya

sebagai hasil kegiatan

manusia atau bukti

kejadian pada masa

lalu.

5) kawasan cagar

budaya adalah satuan

ruang geografis yang

memiliki 2 (dua) situs

cagar budaya atau

lebih yang letaknya

berdekatan dan/atau

memperlihatkan ciri

tata ruang yang khas.

b) perkampungan

tradisional dengan adat

dan tradisi budaya

masyarakat yang khas.

c) museum.

2. Daya Tarik Wisata bersifat

tidak berwujud (intangible),

yang berupa antara lain:

~ 52 ~

a) kehidupan adat dan

tradisi masyarakat dan

aktifitas budaya

masyarakat yang khas di

suatu area/tempat;

b) kesenian.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “Daya

Tarik Wisata hasil buatan

manusia” adalah Daya Tarik

Wisata khusus yang merupakan

kreasi artifisial (artificially

created) dan kegiatan-kegiatan

manusia lainnya di luar ranah

Wisata alam dan Wisata budaya.

Daya Tarik Wisata hasil buatan

manusia/khusus, selanjutnya

dapat dijabarkan meliputi antara

lain:

1) fasilitas rekreasi dan

hiburan/taman bertema,

yaitu fasilitas yang

berhubungan dengan

motivasi untuk rekreasi,

hiburan (entertainment)

maupun penyaluran hobi;

dan

2) fasilitas rekreasi dan

olahraga.

Ketiga jenis Daya Tarik Wisata tersebut

dapat dikembangkan lebih lanjut dalam

berbagai sub jenis atau kategori

kegiatan Wisata, antara lain:

~ 53 ~

1) Wisata petualangan (adventure

tourism);

2) Wisata bahari (marine tourism);

3) Wisata agro (farm tourism);

4) Wisata kreatif(creative tourism);

5) Wisata kapal pesiar (cruise tourism);

6) Wisata kuliner (culinary tourism);

7) Wisata budaya (cultural tourism);

8) Wisata sejarah (heritage tourism);

9) Wisata memorial (dark tourism);

10) Wisata ekologi (ecotourism/wild

tourism);

11) Wisata pendidikan (educational

tourism);

12) Wisata ekstrim-menantang bahaya

(extreme tourism),

13) Wisata massal (mass tourism);

14) Wisata pertemuan, perjalanan

insentif, konferensi dan pameran

(meeting, incentive, convention, and

exhibition tourism);

15) Wisata kesehatan (medical

tourism/wellness tourism);

16) Wisata alam (nature-based tourism);

17) Wisata religi (religious

tourism/pilgrimage tourism);

18) Wisata budaya kekinian (pop culture

tourism);

19) Wisata desa (rural tourism);

20) Wisata luar angkasa (space tourism);

21) Wisata olahraga (sport tourism);

22) Wisata kota (urban tourism); dan

23) Wisata relawan (volunteer tourism).

~ 54 ~

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “perintisan

pengembangan Daya Tarik Wisata”

adalah upaya pengembangan yang

dilakukan dengan membuka dan

membangun Daya Tarik Wisata baru

di Destinasi Pariwisata yang belum

berkembang Kepariwisataannya,

dalam rangka mengembangkan

peluang pasar yang ada.

Huruf b

Yang dimaksud dengan

“pembangunan Daya Tarik Wisata”

adalah upaya pengembangan yang

dilakukan dengan meningkatkan

kualitas Daya Tarik Wisata yang

sudah ada dalam upaya

meningkatkan minat, loyalitas

segmen pasar yang sudah ada dan

memperluas cakupan wilayah Daya

Tarik Wisata yang sudah ada atau

pengembangan ke lokasi baru

berdasar pada inti (nucleus) yang

sama.

Huruf c

Yang dimaksud dengan

“peningkatan pemantapan Daya

Tarik Wisata” adalah upaya

pengembangan yang dilakukan

dengan menciptakan Daya Tarik

Wisata baru yang memiliki jenis

berbeda dalam upaya menangkap

peluang pasar baru.

~ 55 ~

Huruf d

Yang dimaksud dengan “revitalisasi

Daya Tarik Wisata” adalah upaya

pengembangan yang dilakukan

dengan perbaikan kondisi dan

kualitas Daya Tarik Wisata yang ada

yang mengalami degradasi dalam

upaya menjaga keberlanjutan dan

meningkatkan kualitas serta daya

saing daya tarik untuk menarik

pangsa pasar yang sudah ada

maupun peluang pasar Wisata baru.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

~ 56 ~

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

----///----

~ 57 ~