Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

59
© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Laporan Penelitian Daerah 2011 – Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Persepsi Masyarakat terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai di Gunungkidul: Identifikasi Faktor Kesejahteraan, Dukungan Infrastruktur oleh Pemerintah daerah dan Peran Masyarakat dalam Pengembangan Daerah Gunungkidul, DIYogyakarta 7-11 Juli 2011 COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

description

Penelitian ini akan mengungkap bagaimana kondisi infrastruktur dan peran masyarakat dalam pembangunan daerah Gunungkidul.

Transcript of Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

Page 1: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Laporan Penelitian Daerah 2011 – Badan Otonom Economica Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Persepsi Masyarakat terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai di

Gunungkidul: Identifikasi Faktor Kesejahteraan, Dukungan Infrastruktur

oleh Pemerintah daerah dan Peran Masyarakat dalam Pengembangan

Daerah

Gunungkidul, DIYogyakarta

7-11 Juli 2011

Oleh: Tim Penelitian Daerah, Divisi Penelitian-Badan Otonom Economica

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 2: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

“Ketika mahasiswa kian minim kontribusi dan ketika aksi terlalu sempit

dimaknai, tanpa basa-basi kami memberi bukti. Melalui aksi yang berakselerasi

menjadi sebuah kontribusi. Karena sebatas kata-kata bukan budaya kami”

Penelitian Daerah 2011

Badan Otonom Economica

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 3: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Abstrak

Gunungkidul adalah salah satu contoh keindahan alam yang belum terekspose di negeri ini.

Banyak orang mengira bahwa daerah ini hanyalah kabupaten yang miskin air bersih. Padahal,

kabupaten ini memiliki sedikitnya 17 pantai yang indah dan berpotensi sebagai obyek pariwisata

terkemuka. Penelitian ini ingin melihat kesejahteraan masyarakat lokal yang memiliki usaha

kecil atau bermukim di sekitar daerah pantai. Dengan membuka usaha di sekitar daerah pantai,

apakah mereka merasa ada peningkatan kesejahteraan seiring dengan semakin banyaknya

wisatawan yang mengunjungi pantai-pantai tersebut? Lantas, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi peningkatan kesejahteraan? Pertanyaan ini akan dijawab menggunakan metode

probit dan masyarakat akan menunjukkan persepsi seputar ada atau tidaknya peningkatan

kesejahteraan yang mereka rasakan. Lebih jauh, penelitian ini akan mengungkap bagaimana

kondisi infrastruktur dan peran masyarakat dalam pembangunan daerah tersebut. Pada

akhirnya, penelitian ini menghasilkan rekomendasi bagi pembuat kebijakan untuk

mengembangkan daerah wisata yang berpotensi dengan melibatkan masyarakat lokal sehingga

mereka dapat berkontribusi lebih bagi peningkatan PDRB, penurunan angka kemiskinan, dan

penurunan angka pengangguran.

Kata kunci : potensi pariwisata, pelaku usaha, persepsi, peningkatan kesejahteraan, pemerintah

daerah, Gunungkidul DIYogyakarta

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 4: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Latar Belakang

Indonesia dengan sejuta keindahannya merupakan salah satu negara yang diminati para

pelancong untuk berpariwisata. Potensi pariwisatanya pun sudah terkenal hingga mancanegara.

Mulai dari pariwisata bahari, pariwisata gunung, pariwisata budaya, dan lain sebagainya lengkap

terdapat di Indonesia. Namun, masih banyak daerah yang memiliki potensi pariwisata yang besar

tetapi belum dikenal oleh masyarakat luas serta belum digarap serius oleh pemerintah. Apabila

potensi pariwisata daerah tersebut dapat dikembangkan niscaya daerah tersebut dapat menjadi

objek wisata yang menawan sehingga hal ini dapat berdampak pula pada peningkatan taraf hidup

masyarakat sekitar daerah tersebut. Salah satu daerah tersebut adalah Gunungkidul.

Gunungkidul dikenal sebagai daerah yang tandus, gersang, dan sulit untuk mendapatkan

air. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui adanya potensi wisata pantai yang

belum dikembangkan secara maksimal, baik oleh masyarakat setempat ataupun pemerintah

daerah. Daerah Gunungkidul memiliki setidaknya 17 obyek wisata pantai yang dapat dikunjungi

yaitu Pantai Jungwok, Pantai Ngusalan, Pantai Pulutan, Pantai Sedahan, Pantai Sinden, Pantai

Watu Lumbung, Pantai Sili dan Ngandong, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Krakal,

Pantai Sundak, Pantai Siung, Pantai Wediombo, Pantai Ngrenehan, Pantai Drini, Pantai Sadeng,

dan Pantai Baron.

Bila pantai-pantai tersebut dikembangkan, maka dapat mendongkrak kesejahteraan

masyarakat Gunungkidul. Selain itu, dengan digarapnya pantai-pantai yang berpotensi melalui

promosi yang gencar, pembangunan infrastruktur, dll diharapkan semakin banyak wisatawan

datang ke obyek wisata Gunungkidul. Hal ini dapat mendorong masyarakat sekitar untuk

memanfaatkan peluang dalam mencari tambahan pendapatan dengan berbisnis dan selanjutnya

dapat meningkatkan lapangan kerja.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 5: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Rumusan Masalah dalam Penelitian dan Cara Menjawab

1. Kedatangan para wisatawan seharusnya dapat dijadikan peluang bagi masyarakat lokal untuk

mencari tambahan pendapatan. Dengan pendapatan yang lebih besar, masyarakat mudah untuk

menuju taraf pendidikan yang lebih tinggi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Sebagian masyarakat lokal pun jeli melihat peluang ini dengan membuka usaha kecil-kecilan.

Gambaran tentang potensi pariwisata dan masyarakat ini memunculkan pertanyaan seputar

persepsi masyarakat tentang kesejahteraan yang mereka rasakan:

Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan (dari segi finansial)

masyarakat dari keberadaan obyek pariwisata di Gunungkidul ?

Untuk masalah pertama, yaitu nomor 1, akan dijawab dengan menggunakan metode probit

model karena variabel dependen bersifat kualitatif dengan dua pilihan kemungkinan (binary

regressand model), yaitu ada peningkatan kesejahteraan dan tidak ada peningkatan

kesejahteraan.

2. Jika suatu daerah memiliki obyek-obyek yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata,

idealnya pemerintah akan membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang kondisi

pariwisata lokal. Perkembangan pariwisata yang pesat dapat semakin meningkatkan keinginan

masyarakat lokal untuk membuka usaha, yang berarti hal tersebut memberikan eksternalitas

positif bagi masyarakat lokal. Eksternalitas positif yang didapat oleh masyarakat dapat tercipta

bila pemerintah turut serta dalam proses pemajuan dan pengembangan pariwisata di

Gunungkidul, salah satunya dengan pembangunan infrastruktur. Beranjak dari penjelasan yang

normatif ini, muncul pertanyaan sebagai berikut yang dapat digunakan untuk analisis kondisi

Gunungkidul lebih jauh:

Bagaimana pendapat masyarakat lokal mengenai kondisi pembangunan infrastruktur di

daerah tersebut ?

Dijawab menggunakan satisfaction index

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 6: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

3. Perkembangan suatu kawasan pariwisata juga dipengaruhi oleh hal-hal lain, seperti faktor

udara yang bersih dan ketersediaan air bersih. Ketersediaan air bersih belum sepenuhnya dapat

dinikmati oleh masyarakat Gunungkidul. Ketersediaan air tidak diimbangi dengan investasi

pipanisasi agar sumber air dapat dinikmati oleh seluruh penduduk. Investasi pipanisasi

membutuhkan biaya besar, sehingga dapat disinyalir inilah alasan mengapa keberadaan air bersih

masih terbatas. Masalah ini menimbulkan pertanyaan:

Bagaimana ekspektasi masyarakat terhadap pemerintah dalam hal pembangunan dan

pengelolaan infrastruktur?

Dijawab menggunakan satisfaction index

4. Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata memang sangat diperlukan, namun

masyarakat lokal sebenarnya memiliki kewajiban untuk menjalankan peran sebagai ‘penjaga’

obyek wisata. Sebagai orang-orang yang tinggal disekitarnya, mereka harus tahu bagaimana

keadaan obyek tersebut karena dengan pengetahuan mereka dapat memberikan kontribusi bagi

kemajuan pariwisata dan nilai tambah bagi mereka sendiri. Kontribusi tersebut berupa tindakan

nyata seperti membersihkan daerah sekitar, penyediaan layanan tour guide agar wisatawan tahu

tempat-tempat mana saja yang belum mereka kenal dan harus dikunjungi, penyediaan tempat

makan dan penginapan, turut melakukan promosi obyek wisata, dsb. Hal-hal tersebut dilakukan

untuk menarik minat para wisatawan agar semakin tertarik dengan pariwisata Gunungkidul

sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat sekitar dalam hal ekonomi. Dengan ini

muncul pertanyaan:

Apakah masyarakat lokal turut berperan dalam pengembangan potensi pariwisata, serta

bagaimana peran tersebut?

Dijawab menggunakan in depth interview dengan tokoh masyarakat yang berpengaruh

dalam pariwisata pantai di Gunungkidul

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 7: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Analisis Deskriptif

Penelitian ini ingin melihat apakah para penduduk setempat merasakan ada peningkatan

kesejahteraan seiring dengan makin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke daerah ini (dalam

5 tahun terakhir). Melihat banyaknya penduduk setempat yang membuka usaha, penelitian ini

menjadikan para pelaku usaha tersebut sebagai responden dengan lokasi penelitian yang tersebar

di lima pantai. Sejumlah 122 responden yang berada di Pantai Kukup, Pantai Krakal, Pantai

Sundak, Pantai Drini, dan Pantai Ngandong diwawancara oleh para surveyor dengan

menggunakan kuesioner yang telah dirancang. Sebagai catatan, jawaban responden mewakili

kondisi umum yang nyata dari para pelaku usaha sekitar pantai di Gunungkidul.

Secara teknis, pada saat perencanaan jumlah kuesioner yang rencana akan disebar

sejumlah 120 dengan pembagian di setiap pantai akan disebar 24 kuesioner. Namun, pada

kenyataannya ada data yang kembar sehingga harus dipilih salah satu dan kurangnya jumlah

responden karena populasi lebih sedikit dari pantai lain. Seperti yang terjadi di Pantai Ngandong,

jumlah populasi sangat sedikit, sehingga sample yang diambil pun sedikit. Hal ini menyebabkan

kuesioner yang ada harus dialokasikan ke pantai lain, seperti di Pantai Sundak dan Pantai Kukup.

Di Pantai Sundak disebar 4 kuesioner lebih banyak daripada yang direncanakan, sedangkan di

Pantai Kukup disebar 12 kuesioner lebih banyak. Diantara pantai-pantai yang dijadikan lokasi

penelitian, Pantai Kukup lah yang memiliki jumlah populasi responden utama terbanyak,

sehingga responden yang dijadikan sample pun paling banyak.

Seperti yang telah dijelaskan, penelitian ini mengambil lima pantai sebagai lokasi

penelitian dengan jumlah responden sebagai berikut:

Seluruh responden tinggal di Gunungkidul dengan kecamatan yang berbeda-beda. Kebanyakan

tinggal di daerah yang tidak jauh dari pantai, bahkan ada juga yang tinggal di kios usahanya

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 8: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

yaitu di tepi pantai. Sebanyak 38,5% berjenis kelamin laki-laki dan 61,5% berjenis kelamin

perempuan. Selain itu, data responden menunjukkan bahwa sebesar 50% responden adalah

lulusan SD, disusul oleh lulusan SMP sebesar 40%. Bisa dilihat bahwa pelaku usaha bukanlah

para pengusaha dengan tingkat pendidikan tinggi, mereka bahkan memiliki tingkat pendidikan

yang sangat pas-pasan untuk dijadikan sebagai bekal mencari nafkah

.

50%41%7%

3%

SD SMP SMA PT

Kenyataan menunjukkan bahwa responden paling banyak

menggeluti usaha rumah makan. Hal tersebut seperti mendukung keberadaan data diri responden

yang sebagian besar wanita dengan tingkat pendidikan SMP. Bisa jadi karena usaha rumah

makan tidak membutuhkan teori tinggi seperti di ruang kelas, melainkan membutuhkan keahlian

memasak, suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh para wanita.

Rumah makan sebagai usaha yang paling banyak digeluti (sebesar 33%), kemudian

disusul oleh pedagang makanan kecil sebesar 23% dan warung minum sebesar 14%. Sisanya

digeluti oleh penjual souvenir, tukang parkir, dan jasa penyewaan tikar. Usaha kuliner menjadi

usaha yang diminati oleh pelaku usaha maupun pembeli karena saat bermain di pantai banyak

orang mencari makanan atau minuman untuk mengisi kembali energi yang hilang.

Usaha yang dijalani oleh para responden tentu

membutuhkan modal, meski besarannya tidak sama

pada setiap pelaku usaha. Sebesar 88% responden

menyatakan bahwa modal utama mereka pada awal

melakukan usaha berupa uang, sedangkan hanya 8%

responden yang mengandalkan ketrampilan dan 4%

menjadikan barang sebagai modal.

Dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Gunungkidul, Pemerintah daerah dapat memicu para masyarakat

untuk berperan aktif dalam sektor pariwisata dengan

memberikan bantuan usaha atau kredit lunak. Meski begitu, bila

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 9: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

ketrampilan hanya dijadikan modal sampingan, maka dalam jangka panjang kualitas usaha

(barang yang dijual) akan menurun, sehingga konsumen pun enggan membeli lagi. Oleh karena

itu, butuh pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau pihak lain untuk

meningkatkan ketrampilan masyarakat, sehingga kualitas usahanya tidak mengalami penurunan.

Menjalani usaha di tepi pantai ini nampaknya telah menjadi pekerjaan yang benar-benar

diandalkan oleh para pelaku usaha. Buktinya, sebanyak 67% responden menyatakan bahwa

mereka memiliki pekerjaan lain, seperti bertani atau berternak, namun 76% responden mengaku

bahwa yang mereka jadikan sebagai mata pencaharian utama adalah usaha di tepi pantai yang

mereka miliki. Waktu yang mereka sediakan untuk menjalankan usaha di tepi pantai ini turut

mendukung kenyataan bahwa mereka menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama.

Sebesar 54% responden membuka usahanya setiap hari pada hari biasa, meskipun sangat sedikit

pengunjung yang datang pada hari biasa. Sementara itu, ketika musim liburan, sebanyak 94%

responden membuka usahanya setiap hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Gunungkidul

telah berupaya memanfaatkan kesempatan dari keberadaan pantai-pantai.

Bila berbicara mengenai konsumen, ternyata para pelaku usaha menggantungkan pada

kunjungan para wisatawan.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 10: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Usaha yang mereka jalani memang ditujukan untuk para wisatawan, sehingga tidak heran

bila mereka sangat mengaharapkan banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai-pantai

tersebut. Meski begitu, para wisatawan tidak akan berkunjung apabila tidak mengetahui apa yang

ada di Gunungkidul dan sarana yang tersedia bersifat memprihatinkan. Oleh karena itu, sangat

disarankan bagi Pemerintah Daerah, pihak swasta, maupun LSM yang ada untuk memasarkan

keindahan alam yang dimiliki oleh daerah ini. Tak lupa juga fasilitas infrastruktur (jalan, alat

transportasi, penginapan,dll) yang dapat membuat wisatawan merasa nyaman juga harus sangat

diperhatikan.

Dalam penelitian ini, kami juga bertanya pada para responden apakan mereka merasa ada

peningkatan jumlah konsumen dalam lima tahun terakhir. Ternyata jawabannya sebagai berikut:

Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin lama daerah ini sedikit demi sedikit mulai dikenal,

sehingga banyak wisatawan yang berkunjung. Kunjungan tersebut mempengaruhi dunia usaha

tepi pantai dengan semakin banyaknya pembeli dari satu periode ke periode lain.

Selain itu, inilah yang dirasakan oleh para responden saat

mereka ditanya mengenai omzet yang mereka dapat selama

lima tahun terakhir. Dapat dikatakan bahwa dalam lima tahun

terakhir, konsumen dan omzet yang mereka dapat mengalami

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

82%

17% 1%Konsumen

Pengunjung pantaiMasyarakat PemukimanLainnya

Page 11: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

peningkatan. Sebagai catatan, jawaban ini merupakan persepsi mereka (apa yang dirasakan) dan

bukan didasarkan pada data yang didapat dari tahun ke tahun.

Sebagai penjual, para responden tentu memiliki kemampuan dalam berdagang. Namun,

banyak juga responden yang memiliki keahlian lain, seperti ahli bangunan, pemandu wisata,

bertani dan berkebun. Sebagian besar responden, sebanyak 85% memiliki ketrampilan dalam

berkebun dan bertani. Bertani sudah menjadi pekerjaan turun temurun di Gunungkidung,

sehingga tidak heran bila mereka mampu dan paham tentang cara berkebun dan bertani.

Sebanyak 30% responden mengaku memiliki kemampuan sebagai ahli bangunan.

Sedangkan 31% memiliki kemampuan sebagai pemandu wisatawan. Bila kemampuan

bahasa responden ditingkatkan, mungkin angka tersebut dapat lebih tinggi. Sebagai informasi,

kami menggolongkan seseorang memiliki kemampuan bahasa bila ia dapat secara aktif

menguasai minimal tiga bahasa, yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing.

Beberapa responden tidak menguasai bahasa Indonesia dan hampir sebagian besar responden

tidak menguasai bahasa asing. Hal inilah yang menyebabkan hanya 6% responden dikatakan

memiliki kemampuan dalam berbahasa. Bahasa tentulah menjadi hal yang sangat penting untuk

membuat wisatawan merasa nyaman berada di daerah tersebut. Bila masyarakat diberi pelatihan

bahasa, mungkin lebih banyak yang akan memiliki kemampuan menjadi pemandu wisatawan.

Kemampuan pemandu wisatawan yang ahli dan profesional dapat membuat para wisatawan

betah dan memiliki kesan sendiri terhadap daerah tersebut, sehingga tertarik untuk datang lagi.

Dari jumlah 122 responden, terdapat 65% yang sudah memanfaatkan ketrampilan yang

mereka miliki, seperti yang disebutkan di halaman sebelunya.

Sudah65%

Belum35%

Memanfaatkan Ketrampilan

Sementara itu 35% mengaku bahwa mereka belum

memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki karena kebanyakan dari mereka merasa kurang modal.

Hal ini sangat penting diperhatikan bagi pemda, koperasi

atau bank daerah untuk membantu masyarakat dalam

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 12: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

mendapatkan kemudahan kredit untuk modal usaha. Ketrampilan lain yang dimaksud tentu

adalah ketrampilan yang dapat memberikan nilai tambah dan membuka peluang bagi masyarkat

yang ingin melebarkan sayap, untuk tidak hanya memiliki usaha berdagang. Selain modal,

masyarakat juga menginginkan bantuan semacam ini:

Di peringkat kedua, terdapat dukungan

infrastruktur sebagai bantuan yang dibutuhkan oleh

masyarakat sebesar 13%. Dapat disimpulkan

bahwa bila ingin membantu mengepakkan sayap

masyarakat, bukan hanya modal saja yang dapat

diberikan. Namun, Pemda dapat lebih memfasilitasi

infrastruktur yang ada, sementara pelatihan dapat diberikan oleh pihak swasta atau LSM yang

ada. Belum semua responden mengaku bahwa mereka pernah mendapatkan pelatihan. Hanya

36% yang pernah mendapatkannya, sementara sisanya belum pernah. Pelatihan yang pernah

mereka dapat beraneka ragam, seperti memasak, membuat kerajinan tangan, pengelolaan ikan,

dll. Sementara itu, bantuan lainnya yang diharap oleh masyarakat adalah bantuan dalam

memasarkan produk mereka.

Ketika ditanya mengenai bantuan apa yang diterima, masyarakat

mengatakan bahwa mereka mendapatkan raskin, sembako

murah, BOS dan jamkesmas. Sebanyak 73% responden

mendapatkan bantuan tersebut dan merasa senang karena

bantuan tersebut cukup membantu meringankan biaya hidup.

Dalam penelitian ini kami menanyakan persepsi masyarakat

seputar infrastruktur dan bantuan selama 5 tahun terakhir, apakah cenderung bertambah baik,

cenderung bertambah buruk, atau bahkan sama saja. Berikut kami sampaikan diagram untuk

menyatakan persepsi masyarakat:

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 13: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Cenderung Membaik

68%

Cenderung Memburuk

14%

Sama Saja19%

Kualitas Jalan

Cenderung Membaik

62%Cenderung Memburuk

6%

Sama Saja32%

Kualitas Air Bersih

Cen-derung

Membaik62%

Cen-derung Mem-buruk

3%

Sama Saja34%

Kualitas Transportasi Umum

Cen-derung

Membaik55%

Cen-derung Mem-buruk

4%

Sama Saja41%

Kualitas Listrik

Cenderung Membaik

56%Cenderung Memburuk

8%

Sama saja37%

Kualitas Bangunan

Diagram di atas menjelaskan tentang keberadaan

infrastruktur. Menurut persepsi responden, selama 5 tahun terakhir kondisi infrastruktur

cenderung membaik. Bisa jadi ini adalah salah satu cara Pemda untuk menarik minat wisatawan

untuk berkunjung ke Gunungkidul.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 14: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Cenderung Membaik

55%Cenderung Memburuk

4%

Sama Saja41%

Kualitas Raskin

Cenderung Membaik

51%

Cenderung Memburuk

10%

Sama Saja39%

Kualitas Jamkesmas

Cenderung Membaik

55%Cenderung Memburuk

6%

Sama Saja39%

Kualitas Kredit

Cenderung Membaik

46%

Cenderung Memburuk

12%

Sama Saja41%

Kualitas Subsidi BBM

Diagram selanjutnya mengenai persepsi masyarakat terhadap bantuan-bantuan dari

pemerintah selama 5 tahun terakhir. Masih seperti tadi, jumlah responden yang menjawab

‘cenderung membaik’ lebih banyak daripada jawaban lainnya di setiap bantuan. Dengan

demikin, dapat dikatakan bahwa menurut masyarakat seluruh bantuan yang diberi oleh

pemerintah mengalami peningkatan (baik kualitas atau cara penyampaian).

Untuk tetap mempertahankan para wisatawan yang sudah tertarik dan menarik para

wisatawan yang belum mengetahu Gunungkidul memang dibutuhkan perhatian besar pada

kebersihan pantai. Kebersihan pantai dapat dimulai dari menjaga kebersihan lokasi penjualan.

Ketika ditanya mengenai cara membersihkan lokasi, para responden menyatakan bahwa mereka

menyewa orang khusus atau membersihkan sendiri lingkungannya. Meski begitu, ada iuran

wajib bagi para pedagang yang berjualan di sekitar pantai dan memenuhi syarat usaha seperti

mengikuti kegiatan perkumpulan pedagang. Secara keseluruhan, masyarakat merasa bahwa

mereka cukup sejahtera selama 5 tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka

kesejahteraan yang dipilih oleh masyarakat, yang paling menggambarkan kondisi kesejahteraan

mereka. Skala tersebut terbentang mulai 1 sampai 6, yang mana semakin besar berarti responden

semakin sejahtera. Dapat dilihat di diagram bahwa responden paling banyak memiliki nomor 4,

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 15: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

dilanjutkan nomor 3 dengan selisih yang sangat sedikit. Definisi nomor tersebut berarti

masyarakat merasa ada peningkatan kesejahteraan secara perlahan.

18% 2

10%

331%

432%

511%

69%

Skala Kesejahteraan

Satisfaction Index

Tanggapan Masyarakat mengenai Infrastruktur

Kepuasan Masyarakat Secara Umum

Kepuasan masyarakat (society satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara

apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang dirasakan masyarakat ketika menggunakan

infrastruktur tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan

masyarakat adalah saat masyarakat merasakan performance infrastructure sama atau melebihi

expected infrastructure, yang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat

atau Society Satisfaction Index (SSI). SSI dapat dirumuskan menjadi:

Dimana performance infrastructure maupun expected infrastructure di mata masyarakat dapat

dinotasikan dengan penilaian berskala likert.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 16: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Hasil survey kepuasan masyarakat pada infrastruktur menunjukkan angka SSI sebesar 65,843

Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian

Terdapat lima variabel infrastruktur inti yang dianalisis, yaitu jalan, air bersih,

transportasi umum, listrik, dan bangunan tempat usaha. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

Variabel SSIJalan (A) 62,683 %Air Bersih (B) 73,191 %Transportasi Umum (C) 77,827 %Listrik (D) 60,063 %Bangunan Tempat Usaha (E) 56,291 %

Selain dari variabel-variabel infrastruktur inti di atas, terdapat variabel lainnya yang merupakan

penyampaian dari responden. Variabel lainnya tersebut adalah tempat ibadah dan keamanan.

Dari analisis data variabel-variabel tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut:

Variabel SSITempat Ibadah (F) 110,00 %Keamanan (G) 68,75 %

(*catatan: perhitungan variabel-variabel lain tidak dimasukkan dalam perhitungan variabel-variabel inti)

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Indeks kepuasan masyarakat sebesar 65,843% menunjukkan bahwa secara umum

masyarakat CUKUP PUAS dengan Infrastruktur

Page 17: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:

Area Merah Muda (high leverage/attributes to improve)

Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh masyarakat namun pada

kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di

kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Jalan dan Listrik masuk

dalam kategori ini.

Area Biru (attributes to maintain)

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Rata-rata Kepuasan

Rata-rata Kepentingan

1

2

3

41 2 3

4 AB

C

D

E

Tingkat Kepuasan

3.791

2.496

3

4

3

3.5

3.52

Rata-rata Kepuasan

Rata-rata Kepentingan

A BD

E

2.5

2.496

3.791

CF

F

G

G

Page 18: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua

variabel ini menjadikan infrastruktur tersebut unggul di mata masyarakat (variabel ini merupakan

kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat

kepentingan).Variabel yang termasuk di dalam kategori ini adalah Air Bersih dan

Keamanan.

Area Kuning (attributes to maintain)

Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat

dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah

dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, memang kepuasan responden terhadap variabel-

variabel di kuadran ini memang rendah, bahkan terdapat pula jawaban tidak puas dari

masyarakat, Namun, jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan

lebih jauh karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan masyarakat sangat kecil

(masyarakat tidak terlalu membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Bangunan

Tempat Usaha berada dalam kategori ini.

Area Ungu (low leverage/attributes to de-emphasize)

Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat

(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi

yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat

sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan masyarakat jauh melebihi apa yang mereka

inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di

kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat

yang istimewa bagi masyarakat. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa

dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah

Transportasi Umum dan Tempat Ibadah.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 19: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Perkembangan Kualitas Infrastruktur

Selain analisis kepuasan masyarakat terhadap infrastruktur, masyarakat juga melakukan

penilaian terhadap variabel-variabel inti mengenai perkembangan kualitas infrastruktur dari saat

mereka mulai bertempat tinggal ataupun memulai berusaha di lokasi tersebut hingga saat ini.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat merasa kualitas infrastruktur-

infrastruktur sekitar mereka cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Apabila

diurutkan dari persentase, maka infrastruktur dengan peningkatan kualitas yang dirasa paling

baik adalah Jalan, kemudian adalah Transportasi Umum, Air Bersih, Listrik, dan yang terakhir

adalah Bangunan Tempat Usaha. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upaya

peningkatan kualitas terhadap infrastruktur-infrastruktur tersebut benar-benar dirasakan

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 20: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

dampaknya oleh masyarakat sehingga hal ini harus tetap dilakukan dan ditingkatkan agar

kepuasan masyarakat terhadap infrastruktur-infrastruktur tersebut dapat terus meningkat.

Untuk variabel-variabel

infrastruktur lainnya seperti

tempat ibadah dan

keamanan, beberapa

masyarakat kurang merasa

adanya peningkatan pada

infrastruktur-infrastruktur

tersebut.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa untuk kualitas tempat ibadah 50% responden

menyatakan kualitas infrastruktur tersebut cenderung membaik tetapi 50% lainnya menyatakan

sama saja dari tahun ke tahun. Untuk kualitas keamanan, 50% responden menyatakan kualitas

keamanan di lokasi tersebut cenderung memburuk, lainnya yaitu masing-masing 25%

menyatakan kualitas keamanan cenderung membaik dan sama saja dari tahun ke tahun. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya peningkatan kualitas untuk infrastruktur-

infrastruktur tersebut, khususnya dalam hal keamanan, sehingga kepuasan masyarakat terhadap

infrastruktur tersebut dapat meningkat.

Tanggapan Masyarakat mengenai Fasilitas

Kepuasan Masyarakat Secara Umum

Kepuasan masyarakat (society satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara

apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang dirasakan masyarakat ketika menggunakan

fasilitas tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan

masyarakat adalah saat masyarakat merasakan performance facility sama atau melebihi expected

facility, yang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat atau Society

Satisfaction Index (SSI). SSI dapat dirumuskan menjadi:

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 21: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Dimana performance facility maupun expected facility di mata masyarakat dapat dinotasikan

dengan penilaian berskala likert.

Hasil survey kepuasan masyarakat pada fasilitas menunjukkan angka SSI sebesar 70,627%

Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian

Terdapat delapan variabel fasilitas inti yang dianalisis, yaitu sekolah, puskesmas, koperasi, beras

miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), bantuan operasional sekolah

(BOS), pinjaman kredit, dan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Hasil analisis adalah sebagai

berikut:

Variabel SSISekolah (A) 76,677 %Puskesmas (B) 78,390 %Koperasi (C) 69,442 %Raskin (D) 69,852 %Jamkesmas (E) 62,291 %BOS (F) 69,745 %Pinjaman Kredit (G) 66,997 %Subsidi BBM (H) 71,243 %

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Indeks kepuasan masyarakat sebesar 70,627% menunjukkan bahwa secara umum

masyarakat CUKUP PUAS dengan Fasilitas

Page 22: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:

Area Merah Muda ( high leverage/attributes to improve )

Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh masyarakat namun pada

kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di

kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Raskin dan Jamkesmas

masuk dalam kategori ini.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Rata-rata Kepuasan

Rata-rata Kepentingan

123

41 2 3

4 AB

C

DE

Tingkat Kepuasan

3.828

2.704

34

3

3.5

3.5

Rata-rata Kepuasan

Rata-rata KepentinganADE

2.52.704

3.828C

F

F

G

G

H

BH

Page 23: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Area Biru ( attributes to maintain )

Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua

variabel ini menjadikan fasilitas tersebut unggul di mata masyarakat (variabel ini merupakan

kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat

kepentingan).Variabel yang termasuk di dalam kategori ini adalah Subsidi BBM.

Area Kuning ( attributes to maintain )

Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat

dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah

dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, memang kepuasan responden terhadap variabel-

variabel di kuadran ini memang rendah, bahkan sekilas mungkin ada jawaban tidak puas dari

masyarakat. Namun, jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan

lebih jauh karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan masyarakat sangat kecil

(masyarakat tidak terlalu membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Koperasi dan

Pinjaman Kredit berada dalam kategori ini.

Area Ungu ( low leverage/attributes to de-emphasize )

Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat

(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi

yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat

sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan masyarakat jauh melebihi apa yang mereka

inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di

kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat

yang istimewa bagi masyarakat. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa

dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah

Sekolah, Puskesmas, dan BOS.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 24: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Perkembangan Kualitas Fasilitas

Selain analisis kepuasan masyarakat terhadap fasilitas, masyarakat juga melakukan

penilaian terhadap variabel-variabel inti mengenai perkembangan kualitas fasilitas dari saat

mereka mulai bertempat tinggal ataupun memulai berusaha di lokasi tersebut hingga saat ini.

Dari grafik di atas, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat merasa kualitas fasilitas-

fasilitas sekitar mereka cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Apabila

diurutkan dari persentase, maka fasilitas dengan peningkatan kualitas yang dirasa paling baik

adalah Sekolah, kemudian adalah Puskesmas, BOS, Raskin, Pinjaman Kredit, Jamkesmas,

Koperasi, dan yang terakhir adalah Subsidi BBM. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

upaya peningkatan kualitas terhadap fasilitas-fasilitas tersebut benar-benar dirasakan dampaknya

oleh masyarakat sehingga hal ini harus tetap dilakukan dan ditingkatkan agar kepuasan

masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas tersebut dapat terus meningkat.

Model Penelitian

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 25: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Y = β0 + β1Pen.Kua.Infi + β2La.Tingi + β3Pdptn (/bln)i + β4Pek.Sami + β5Pddkni

+ β6Jen.Keli + β7Pan1i + β8Pan 2i + β9Pan 3i + β10Pan 4i + β11La.Keri +

β12Jum.Ang.Kel.i + β13 Usiai + Ui

Y= peningkatan omzet

Variabel independen ini menjelaskan apakan responden merasa ada peningkatan pendapatan

atau tidak dalam kurun waktu 5 tahun.

Variabel dependen

1. Peningkatan Kualitas Infrastruktur

Variabel dependen yang menjelaskan mengenai persepsi masyarakat apakah mereka

merasa ada peningkatan kualitas infrastruktur atau tidak. Bila mereka merasa kualitas

infrastruktur mengalami peningkatan maka bernilai 1, namun bila sebaliknya bernilai 0.

2. Lama Tinggal

Variabel ini menunjukkan berapa tahun responden tinggal di daerah mereka saat ini.

3. Pendapatan

Berapa besar uang yang dihasilkan oleh responden dalam satu bulan dalam satuan

rupiah. Dalam proses pengolahan data, kami menggunakan aproksimasi pengeluaran

untuk memperkirakan total pengeluaran dalam satu bulan.

4. Pekerjaan Sampingan

Responden yang memiliki pekerjaan sampingan memiliki dummy 1, sedangkan yang

tidak memiliki pekerjaan sampingan memiliki dummy 0. Dikatakan memiliki pekerjaan

sampingan apabila ia memiliki pekerjaan lain di luar sektor pariwisata.

5. Pendidikan

Variabel ini menunjukkan berapa tahun responden menghabiskan waktu di bangku

sekolah.

6. Jenis Kelamin

Bila responden berjenis kelamin laki-laki, maka nilai dummy-nya adalah 1. Sebaliknya,

bila ia berjenis kelamin peremouan, maka nilai dummy-nya adalah 0.

7. Pantai 1

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 26: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Bila responden berada di lokasi Pantai Kukup (Pantai 1), maka nilai dummy-nya adalah

1. Bila ia tidak berada di pantai ini, maka nilai dummy-nya adalah 0.

8. Pantai 2

Bila responden berada di lokasi Pantai Ngandong, maka nilai dummy adalah 1. Namun,

bila ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.

9. Pantai 3

Bila responden berada di lokasi Pantai Krakal, maka nilai dummy adalah 1. Namun, bila

ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.

10. Pantai 4

Bila responden berada di lokasi Pantai Sundak, maka nilai dummy adalah 1. Namun,

bila ia tidak berada di pantai tersebut maka nilai dummy adalah 0.

11. Lama Kerja

Variabel ini menjelaskan berapa tahun responden menjalani pekerjaan yang

berhubungan dengan sektor pariwisata.

12. Jumlah Anggota Keluarga

Berapa banyak jumlah orang dalam keluarga yang biaya hidupnya harus ditanggung oleh

responden.

13. Usia

Variabel yang menjelaskan berapa usia responden saat ini dalam hitungan tahun.

Dengan model ini akan terlihat apa yang dirasakan oleh masyarakat seputar kesejahteraan

mereka (persepsi), seiring dengan banyaknya wisatawan yang mengetahui pantai-pantai tersebut.

Bila dibandingkan antara probit dan logit dalam model ini, jumlah Pseudo R2 yang lebih besar

terdapat pada probit. Sehingga, yang digunakan untuk analisis selanjutnya dalam model ini

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Metode Pseudo R2

Probit 0,1207Logit 0,1186

Page 27: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

adalah probit, dengan nilai R2 sebesar 0,1207. Berikut ini adalah hasil regresi menggunakan

probit.

Probit regression

Number of observation= 120

LR chi2 (13) = 17.49

Prob > chi2 = 0.1780

Log likelihood = - 63.693227 Pseudo R2 = 0,1207

Peningkatan-t (variabel independen)

Coef. Std. Err. Z P > |z|

LokkukupLokngandongLokkrakalLoksundakJeniskelaminUsiaWaktusekolahLamatinggalLamakerjaKelharusdi-iKualitasin-rPekerjaanl-nLntotalper-n_cons

-.3323359.1495188.2226502.3386163.237332

-.0174073-.0980872-.0090764 .037864-.0222908 .5242138-.1508849-.0085061.686762

.3968572

.5630005

.4282764

.4358104

.2960406

.0182743

.0595534

.0121359

.0188819

.0601766

.2843942

.315039

.0466962

.9174499

-0.840.270.520.780.80-0.95-1.65-0.752.01-0.371.84-0.48-0.181.84

0.4020.7910.6030.4370.4230.3410.1000.4550.0450.7110.0650.6320.8550.066

Hipotesis

H0= beta adalah nol; sehingga perubahan / hubungan antara variabel independen dan

independen adalah tidak signifikan

H1= beta tidak sama dengan nol; sehingga perubahan / hubungan antara variabel independen

dan independen adalah signifikan

Prob>chi2 = 0.1780 (lebih besar dari 0.05 yang berarti terima H0)

Hal tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan, hubungan antara variabel independen

dan independen tidak signifikan.

Signifikansi Tiap Variabel

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 28: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

1. Pantai Kukup

P value = 0,402. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variable peningkatan omzet.

2. Pantai Ngandong

P value| = 0,791. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variable peningkatan omzet.

3. Pantai Krakal

P value| = 0,603. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

4. Pantai Sundak

P value = 0,437. Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

5. Jenis Kelamin

P value = 0,423 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

6. Usia

P value= 0,341 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

7. Waktu Sekolah

P value| = 0,100 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

8. Lama Tinggal

P value = 0,455 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

9. Lama Kerja

P value = 0,045 . Maka signifikan atau ada hubungan antara variabel Pantai Kukup

dengan variabel peningkatan omzet.

10. Keluarga yang harus Dibiayai

P value = 0,711 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variablel peningkatan omzet.

11. Kualitas Infrastruktur

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 29: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

P value = 0,065 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

12. Pekerjaan Lain

P value = 0,632 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

13. Pengeluaran per Bulan

P value = 0,855 . Maka tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara variabel Pantai

Kukup dengan variabel peningkatan omzet.

Untuk dapat menganalisis lebih jauh mengenai tiap variabel, fungsi mfx harus dicari terlebih

dahulu.

Marginal Effects After Probit

Y = Pr (peningkatan omzet) (predict)

= .73263391

Variable dy/dxLokkukup*Loknga-g*Lokkra-l*Loksun-k* Jenisk-n*UsiaWaktus-hLamating-lLamaker-aKelhari-iKualit-r*Pekerj-n*Lntota-n

-.1135109.0472133.069959.1046621.0766227-.0057274-.0322727-.0029863.012458-.0073341.1748352-.0488724-.0027986

*dy/dx untuk dummy

Analisis per variabel:

1. Lokasi Kukup : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Kukup, maka

kemungkinan responden untuk mengalami peningkatan omzet akan turun sebesar 11%

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 30: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

2. Lokasi Ngandong : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Ngandong,

maka kemungkinan responden akan mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar

5%

3. Lokasi Krakal : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Krakal, maka

kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 7%

4. Lokasi Sundak : Secara rata-rata ketika responden berada di lokasi Pantai Sundak, maka

kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 10%

5. Jenis kelamin : Secara rata-rata ketika responden berjenis kelamin laki-laki, maka

kemungkinan responden mengalami peningkatan omzet akan meningkat sebesar 8%

6. Usia : Secara rata-rata ketika usia responden meningkat sebesar 1 tahun, maka

probabilitas responden merasa ada pemingkatan omzet akan turun sebesar 0.57%

7. Waktu sekolah : Secara rata-rata ketika responden meningkatkan waktu sekolahnya

sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan menurun

sebesar 3%

8. Lama tinggal : Secara rata-rata ketika variable lama tinggal di sekitar tempat usaha

meningkat sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet

akan menurun sebesar 0.02%

9. Lama kerja : Secara rata-rata ketika variable lama memiliki suatu usaha meningkat

sebesar 1 tahun, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan

meningkat sebesar 0.12%

10. Kel.yang harus dibiayai : Secara rata-rata ketika orang yang harus dibiayai dalam sebuah

keluarga meningkat sebanyak 1 orang, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan

omzet akan menurun sebesar 0.07%

11. Kualitas infrastruktur : Secara rata-rata ketika responden merasa ada peningkatan

infrastruktur, maka kemungkinan responden merasa ada peningkatan omzet akan meningkat

sebesar 17%

12. Pekerjaan lain : Secara rata-rata ketika responden memiliki pekerjaan lain, maka

kemungkinan mereka akan merasakan peningkatan omzet turun sebesar 4%

13. Total pengeluaran per bulan : Secara rata-rata bila responden memiliki peningkatan

pengeluaran sebesar Rp 1000, maka kemungkinan merasa ada peningkatan omzet akan

menurun sebesar 0.02%.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 31: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Bila dilihat dari analisis probit per variabel, maka variabel yang membuat para pelaku usaha

merasakan peningkatan omzet adalah :

1. Memiliki usaha di kawasan Pantai Ngandong, Pantai Sundak, Pantai Krakal. Hal ini

dikarenakan di pantai-pantai tersebut terdapat area yang dapat digunakan sebagai tempat

bermain (berenang) oleh para pengunjung. Semakin banyak area bermainnya, para

pengunjung pun akan tertarik untuk datang. Hal ini merupakan kesempatan bagi para

pelaku usaha untuk memasarkan dagangannya.

2. Para pelaku usaha berjenis kelamin laki-laki merasa memiliki peningkatan omzet selama

lima tahun terakhir berdagang di sekitar pantai.

3. Lama kerja menyebabkan pelaku usaha merasa adanya peningkatan pendapatan. Hal ini

dikarenakan semakin lama mereka menjalani usaha di sekitar pantai, semakin banyak

pengalaman yang didapat. Pengalaman membawa mereka paham cara meningkatkan

penjualan dan laba.

4. Kualitas infrastruktur memiliki andil dalam persepsi pelaku usaha seputar peningkatan

pendapatan. Semakin baik kualitas infrastruktur, maka pekerjaan akan lebih mudah

dilaksanakan. Hal ini mempermudah pelaku usaha dalam berdagang.

Probit model for peningkatan omzet, goodness-of-fit

Number of observation = 120

Number of Covariate patterns = 117

Pearson chi2 (103) = 114,40

Prob > chi2 = 0,2081

Correctly classified = 72,50%

Analisis:

1. Model fits baik karena number of covariate pattern (117) mendekati number of

observation sebesar 120

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 32: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

2. Karena Prob > chi2 = 0.2081 yang berarti lebih besar dari 0.05, maka tidak cukup bukti

menolak H0,dimana : H0= tidak tolak model

H1= tolak model

3. Overall : model ini dapat menyatakan kebenaran sebesar 72.50%

In depth interview

Narasumber : Bapak Riyadi, seorang Pekerja Sosial Masyarakat di daerah wisata Pantai Gunungkidul

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 33: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Untuk membangun suatu tempat wisata yang layak, tentunya diperlukan biaya yang tidak

sedikit, begitu juga yang dialami daerah wisata pantai Gunungkidul. Pemerintah hanya

mengucurkan dana sebesar Rp16.000.000 selama setahun dan itu pun untuk keseluruhan pantai-

pantai di Gunungkidul bukan untuk satu pantai. Misalnya saja pantai di Gunungkidul sebanyak

10 pantai, sehingga setiap pantai hanya memperoleh Rp1.600.000 untuk keperluan operasional,

perbaikan, penghijauan, dan lain sebagainya. Penerangan di pantai pun masih sangat minim.

Bangunan-bangunan di sekitar pantai pun jarang di cat, tugu yang berada di pintu masuk pantai

pernah dicat oleh Dinas Pariwisata tetapi itu pun sudah lama. Untuk itu, masyarakat pantai

Gunungkidul sangat membutuhkan pembangunan dan perbaikan infrastruktur secara cepat agar

mereka dapat siap untuk menerima pengunjung-pengunjung yang datang ke pantai tersebut.

Dalam hal penegakan aturan, memang terdapat peraturan daerah yang berlaku di daerah

pantai tersebut, tetapi tidak terdapat sanksi bagi yang melanggarnya. Sehingga banyak aturan-

aturan yang dirasakan menyimpang dan masyarakat pun meminta adanya aturan main yang jelas

agar kegiatan pantai berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku. Masyarakat juga

berharap untuk tidak adanya pembatasan yang terlalu berbelit-belit yang intinya masyarakat

ingin memperoleh kebebasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Masyarakat mengharapkan adanya bantuan Dinas Pendidikan untuk bekerjasama

mendirikan daerah belajar terpadu di pantai. Masyarakat telah menemukan pantai baru yang

mereka beri nama Pantai Sangleng dimana mereka berencana untuk melakukan penghijauan

disana dan dengan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, mereka ingin membuat tempat wisata

khusus belajar. Selain itu, mereka juga ingin mendirikan museum kerang dan perpustakaan laut

di tempat tersebut. Hal ini dilakukan masyarakat untuk menumbuhkan rasa cinta dan

meningkatkan wawasan para pelajar mengenai laut. Untuk rencana tersebut, masyarakat tidak

mau meminta bantuan dari pihak swasta dikarenakan masyarakat takut pantai tersebut malah

diberi pagar pembatas dan menjadi pantai privat yang tidak terbuka untuk umum seperti yang

terjadi di Pantai Indrayanti dimana pantai tersebut dimiliki oleh pihak swasta dan memiliki

AD/ART sendiri dan tidak dibuka untuk umum.

Dalam menjaga lingkungan pantai, peran masyarakat menjadi hal yang paling utama.

Seberapa besar pun dana pemerintah yang dikucurkan tanpa adanya kepedulian masyarakat

terhadap pantai, maka hal ini akan menjadi sesuatu yang sia-sia saja. Pada awalnya masyarakat

kurang peduli akan kelestarian pantai, tetapi lambat laun hingga sekarang masyarakat sudah

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 34: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

mulai peduli akan hal tersebut hingga mereka pun membentuk kelompok peduli lingkungan sejak

7 tahun silam yang mereka sebut Podarmis. Selain itu, masyarakat juga membuat program

penanaman mandiri dengan tagline “Hijau, Lestari, Mandiri” yang juga merupakan tujuan dari

program tersebut.

Dalam hal penghijauan, pohon-pohon perindang di sekitar pantai pada awalnya tampak

kering, tetapi dengan swadaya masyarakat dengan mengumpulkan modal sebesar Rp225ribu,

mereka berhasil meningkatkan penghijaun di pantai karena mereka berpikir pohon sangat

penting untuk mendukung kelestarian pantai selain digunakan oleh wisatawan untuk berteduh

dan digunakan oleh masyarakat itu sendiri untuk berjualan. Dinas Kehutanan pun pernah

memberikan bantuan 10.000 bibit pohon perindang untuk mendukung kegiatan masyarakat

tersebut. Siapapun warga yang ingin menebang pohon harus “kulonuwun” alias minta izin

terlebih dahulu.

Dengan usaha-usaha masyarakat, sekarang pantai menjadi lebih hijau. Masyarakat

menemui kendala yaitu biaya yang sangat besar dalam melakukan penghijauan di pantai, tetapi

masyarakat tetap optimis karena mereka memiliki kepedulian terhadap pantai yang merupakan

hal yang lebih penting untuk dapat menyukseskan penghijauan pantai. Pemerintah diharapkan

dapat lebih mendukung program-program masyarakat, seperti bantuan bibit pohon perindang.

Jangan sampai hal yang terjadi di Pantai Sepanjang terjadi berulang-ulang dimana pantai tersebut

sudah didirikan dari 7 tahun yang lalu tetapi pemerintah belum melakukan pembangunan sama

sekali untuk pantai tersebut. Masyarakat pun menginginkan agar masyarakat dapat lebih mandiri

lagi dalam menjaga kelestarian pantai. Pendidikan berwawasan pantai pun masih sangat kurang

walaupun hal itu sangat penting untuk digalakkan.

Polling Wisatawan

Tanggapan Wisatawan mengenai Fasilitas Pantai

Kepuasan Wisatawan Secara Umum

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 35: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Kepuasan wisatawan (tourist satisfaction) dapat diartikan sebagai perbandingan antara apa yang

diharapkan wisatawan dan apa yang dirasakan wisatawan ketika menggunakan fasilitas pantai

tersebut. Berdasarkan pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa indikator kepuasan wisatawan

adalah saat wisatawan merasakan performance facility sama atau melebihi expected facility, yang

dapat diukur dengan menggunakan Indeks Kepuasan Wisatawan atau Tourist Satisfaction Index

(TSI). TSI dapat dirumuskan menjadi:

Dimana performance facility maupun expected facility di mata wisatawan dapat dinotasikan

dengan penilaian berskala likert.

Hasil survey kepuasan wisatawan pada fasilitas pantai menunjukkan angka TSI sebesar 72,017%

Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Variabel Penilaian

Terdapat tujuh variabel fasilitas yang dianalisis, yaitu hotel, tempat makan, kamar mandi,

kebersihan, transportasi, sarana rekreasi, dan tempat parkir. Hasil analisis adalah sebagai berikut:

Variabel TSIHotel (A) 71,402 %Tempat Makan (B) 71,239 %Kamar Mandi (C) 68,085 %Kebersihan (D) 73,617 %Transportasi (E) 61,321 %Sarana Rekreasi (F) 67,948 %

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Indeks kepuasan wisatawan sebesar 72,017% menunjukkan bahwa secara umum wisatawan

CUKUP PUAS dengan fasilitas pantai

Page 36: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Tempat Parkir (G) 89,984 %

Dari matriks kepuasan masyarakat diatas dapat dilakukan evaluasi sebagai berikut:

Area Merah Muda (high leverage/attributes to improve)

Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh wisatawan namun pada

kenyataannya faktor belum sesuai seperti dengan yang diharapkannya. Variabel yang berada di

kuadran ini harus merupakan prioritas utama untuk ditingkatkan. Tidak ada variabel yang

masuk dalam kategori ini.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Rata-rata Kepentingan

1

2

3

41 2 3

A

BE

Tingkat Kepuasan

3.563

2.566

3

4

3

3.5

3.52.5

Rata-rata Kepuasan

Rata-rata Kepentingan

A

B

D

E

2.566

3.563

C

F

F

G

G

Page 37: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Area Biru (attributes to maintain)

Variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan karena semua

variabel ini menjadikan infrastruktur tersebut unggul di mata wisatawan (variabel ini merupakan

kekuatan yg daerah miliki, terutama jika tingkat kepuasan melebihi tingkat kepentingan).Tidak

terdapat variabel dalam kategori ini.

Area Kuning (attributes to maintain)

Kuadran ini adalah area yg memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh wisatawan

dan pada kenyataannya, responden menilai kinerja/ kualitasnya tidak terlalu baik (lebih rendah

dari rata-rata seharusnya). Dari pengamatan, kepuasan responden terhadap variabel-variabel di

kuadran ini memang rendah, bahkan terdapat pula jawaban tidak puas dari wisatawan, Namun,

jika ingin meningkatkan kualitas pada variabel ini, bisa dipertimbangkan lebih jauh karena

pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan wisatawan sangat kecil (wisatawan tidak terlalu

membutuhkan keistimewaan lebih terhadap variabel ini). Hotel, Transportasi, dan Sarana

Rekreasi berada dalam kategori ini.

Area Ungu (low leverage/attributes to de-emphasize)

Ini adalah kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh wisatawan

(tingkat kepentingan dibawah rata-rata) dan dirasakan terlalu berlebihan (kepuasan melebihi

yang seharusnya). Sekilas jika hanya melihat gap, variabel yang berada di daerah ini terlihat

sebagai kekuatan (karena apa yang dirasakan wisatawan jauh melebihi apa yang mereka

inginkan). Namun, sebenarnya jika melihat dari pembagian kuadran ini, variabel yang berada di

kuadran ini bukan kekuatan yang patut ditonjolkan karena variabel ini tidak memberi manfaat

yang istimewa bagi wisatawan. Jadi, fokus yang berlebihan terhadap variabel ini mungkin bisa

dikurangi agar dapat menghemat biaya. Variabel yang masuk di dalam kategori ini adalah

Tempat Makan, Kamar Mandi, Kebersihan, dan Tempat Parkir.

Kriteria Responden

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 38: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sebagian besar responden berada pada rentang usia di bawah

21 tahun yaitu sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar pengunjung pantai merupakan para kawula muda.

Dari data, didapatkan sebanyak 55% responden berjenis

kelamin laki-laki dan sisanya 45% responden berjenis kelamin

perempuan. Walaupun persentase laki-laki lebih banyak, tetapi

proporsi keduanya cenderung serupa dan tidak berbeda jauh.

Hal ini menunjukkan bahwa pantai dikunjungi oleh semua

kalangan gender.

Sebanyak 97% responden merupakan wisatawan

domestik dan sisanya sebanyak 3% responden merupakan

wisatawan mancanegara. Dari 97% tersebut, mayoritas

responden berasal dari kota-kota sekitar Gunungkidul yaitu

Yogyakarta, Wonosari, Magelang, dan lain sebagainya.

Mayoritas responden berkunjung ke Pantai

bersama dengan keluarga mereka yaitu sebesar 46%.

Berikutnya sebanyak 40% responden menyatakan

berkunjung bersama teman.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 39: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sebanyak 39% responden menyatakan bahwa kali itu adalah pertama kalinya mereka

berkunjung ke pantai tersebut, sedangkan sebanyak 38% responden menyatakan sudah 2 - 5 kali

berkunjung dan 23% responden menyatakan sudah lebih dari 5 kali berkunjung. Dengan cukup

tingginya presentase responden yang datang kembali ke pantai tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa pantai tersebut cukup diminati oleh responden.

Dari data responden yang baru pertama kali berkunjung ke pantai tersebut, sebesar 59%

responden menyatakan akan kembali lagi dan akan mereka prioritaskan, sebesar 38% responden

menyatakan akan kembali tetapi ragu-ragu, dan 3% responden menyatakan tidak akan kembali

lagi.

Dari data di samping, terlihat bahwa 79% responden

mengetahui informasi mengenai pantai melalui

teman, 10% dari internet, 8% melalui website, 2%

melalui radio, dan 1% melalui televisi. Situs yang

dibuka responden melalui internet antara lain adalah

kaskus, blog, dan google. Dari sini, dapat diambil

kesimpulan bahwa informasi mengenai pantai

tersebar luas dari mulut ke mulut dan metode

informasi lainnya belum terlaksana secara efektif.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 40: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

61% alasan responden berkunjung ke pantai tersebut

adalah karena keindahan pantainya, sisanya 14% karena direkomendasikan temannya, 12%

karena penasaran pernah mendengar tentang pantai ini, 4%

hanya secara tidak sengaja kebetulan lewat saja, dan 9%

responden menyatakan alasan yang beragam lainnya.

Sebanyak

54% responden

menyatakan bahwa pantai yang dikunjunginya tersebut merupakan pantai yang menjadi

prioritasnya dalam berkunjung dan 46% sisanya menyatakan pantai yang dikunjungi bukan

merupakan pantai yang menjadi prioritas mereka.

Dari data responden yang menyatakan tidak, pantai-pantai di Yogyakarta yang menjadi

prioritas mereka yakni Pantai Baron (sebesar 37%), Pantai Sundak (sebesar 19%), Pantai Krakal

(sebesar 19%), Pantai Kukup (sebesar 13%), dan Pantai Drini (sebesar 12%).

Mayoritas responden menyatakan kelebihan dari pantai tersebut antara lain adalah

pemandangan yang indah, pantai yang masih jernih, ombaknya yang tidak terlalu besar, pasir

yang putih, dan adanya gugus karang di pantai. Untuk kekurangan pantai, mayoritas responden

menyatakan kekurangannya antara lain adalah jalannya yang rusak, kurangnya kebersihan sekitar

pantai, sulitnya transportasi, dan kurangnya sarana rekreasi. Untuk dapat meningkatkan kepuasan

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 41: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

masyarakat sangat diharapkan adanya perbaikan infrastruktur wisata di pantai, terutama oleh

pemerintah dan juga dengan swadaya serta kepedulian masyarakat sekitar pantai.

Kesimpulan dan Saran

Pekerjaan di sekitar pantai telah menjadi tumpuan hidup bagi para pelaku usaha

Gunungkidul. Hal ini terbukti dari adanya 76% responden yang merasa bahwa usaha di tepi

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION

Page 42: Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Potensial Pariwisata Pantai Di Gunungkidul - Output Pindar

© Badan Otonom Economica – Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

pantai adalah pekerjaan utama atau pekerjaan yang diandalkan walaupun memiliki pekerjaan

lain. Infrastruktur memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan mereka. Jalan dan listrik

menjadi infrastruktur yang harus dibenahi oleh pemerintah daerah untuk semakin mempermudah

aktivitas ekonomi masyarakat. Sedangkan keberadaan air bersih tidak menjadi masalah bagi

masyarakat karena bantuan dari pemerintah daerah dalam hal ini sudah mulai terasa.

Memberikan pelatihan ketrampilan menjadi hal yang harus dilakukan oleh pemerintah

daerah bila ingin mendorong masyarakat untuk berwirausaha. Pasalnya, penelitian menunjukkan

bahwa bila responden terlalu lama menuntut ilmu di sekolah yang banyak mempelajari teori,

kemungkinan untuk mendapatkan tambahan omzet justru turun. Hal ini dikarenakan dunia usaha

erat kaitannya dengan praktek. Secara keseluruhan, selama lima tahun terakhir, masyarakat

Gunungkidul memiliki persepsi bahwa omzet dari usaha meningkat seiring dengan semakin

banyaknya pengunjung pantai yang datang.

Pemasaran daerah Gunungkidul juga harus digencarkan lagi agar semakin banyak

kunjungan turis lokal maupun turis asing. Peningkatan jumalah pengunjung dapat membuka

lahan usaha baru untuk masyarakat setempat, sehingga diharapkan pendapatan mereka

meningkat. Pada intinya, dukungan mendorong kehidupan sektor pariwisata dimaksudkan agar

masyarakat Gunungkidul menjadi masyarakat yang mandiri dengan menciptakan usaha, sehingga

akhirnya dapat meningkatkan PDRB Gunungkidul.

COPYRIGHT , DO NOT COPY WITHOUT PERMISSION