KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

97
KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: ABDUL JABBAR RIDHO NIM: 11160453000032 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1442 H

Transcript of KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

Page 1: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum (S.H) pada Program Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

ABDUL JABBAR RIDHO

NIM: 11160453000032

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1442 H

Page 2: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

ii

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

pada Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

ABDUL JABBAR RIDHO

NIM: 11160453000032

Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si.

NIP. 197812302001122002

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1442 H

Page 3: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

iii

Page 4: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

iv

Page 5: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

v

ABSTRAK

Abdul Jabbar Ridho, NIM. 11160453000032, “KEBIJAKAN

PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM

PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH”, Program Studi Hukum Tata Negara

(Siyasah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2020/1442 H. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui perspektif Fikih Siyasah dalam aspek maslahat terhadap pengambilan keputusan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Pemindahan Ibu kota NKRI yang tidak

diatur secara tegas dalam UUD RI menimbulkan fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur pemindahan ibu kota tersebut. Sehingga, perlu dilakukan analisis

mendalam mengenai kebijakan tersebut, khususnya dalam perspektif fikih siyasah pada aspek maslahat.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan

pendekatan perundang-undangan (statute approach), Pendekatan Konseptual dan Pendekatan Historis. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bahan hukum primer, dan sekunder serta didukung oleh bahan non hukum yang relevan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor utama yang

melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota Jakarta, yaitu kepadatan perkotaan (terdiri dari kepadatan penduduk, kepadatan gedung dan bangunan, kepadatan

kegiatan pembangunan perkotaan, kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor), bencana banjir, ancaman ROB (banjir air laut pasang). dan, eksploitasi (pengambilan) air tanah secara berlebihan. Sementara itu, ditinjau dari perspektif

fikih siyasah, pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan dapat dijalankan demi kemaslahatan bagi bangsa. Presiden selaku kepala negara mempunyai hak dan wewenang untuk mengambil kebijakan politik untuk kepentingan bangsa

dan negara. Dalam hal pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota, demi meraih kemaslahatan bangsa, pemerintah harus mengambil langkah-langkah

strategis dalam meraih kemaslahatan pemindahan ibu kota ini dengan berbagai macam jaminan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat Kalimantan sebagai pribumi ibu kota baru dan menjamin keberlangsungan flora dan fauna

Kalimantan serta menjamin keberlangsungan hutan tropis Kalimantan sebagai paru-paru dunia.

Kata Kunci : Pemindahan Ibu Kota NKRI, Maslahat, Fikih

Siyasah.

Pembimbing : Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si.

Daftar Pustaka : Dari tahun 1990 sampai 2020

Page 6: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah swt. berkat

nikmat, anugerah dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH”.

Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad

saw. yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhai Allah

swt. Dalam penyelesaian skripsi ini, tak luput peran pihak-pihak yang

senantiasa sabar dan setia membantu, membimbing serta mendoakan.

Sehingga dengan rasa hormat, penulis ingin mengucapakan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis., Lc, MA, Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Sri Hidayati, M.Ag., Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah);

4. Dr. Hj. Masyrofah, S.Ag., M.Si., Sekretaris Program Studi Hukum

Tata Negara (Siyasah), Dosen Penasihat Akademik penulis, serta

Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta kesabaran yang luar biasa

dalam membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini;

5. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Rasa terima

kasih dan hormat atas segala ilmu, pengalaman, bimbingan, dan arahan

yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata

Satu (S1);

Page 7: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

vii

6. Pimpinan dan seluruh pengurus Perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberi kontribusi

berupa literasi dan pustaka sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik;

7. Keluarga penulis, terutama Ayahanda Ir. Aris Iswadi dan Ibunda Ratu

Ifat Fatinah. Kakak penulis, Aisyah Raisa Medina. Serta adik-adik

penulis, Jasmine Sarah Lutfiah dan Aziz Ersyad Selamat. Mereka yang

selalu memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang penuh kepada

penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan strata satu (S1);

8. Rekan-rekan penulis, Lili Dwi Yulianto, Usamah Al-Fatih, M.

Ramadhan, Yogi, Fikri, Dodi, Ka Aby, Ka Muthi, komandan Muclas

dan sang murobbi penulis ka Riski Suranto yang telah banyak

memotivasi serta menghibur penulis dalam menyelesaikan studi ini;

9. Keluarga besar Hukum Tata Negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 khususnya sahabat Siyasah selama kuliah Reza Raenaldi, Andi

Adriansah, Ahmad Adin Nugroho, Ahmad Ubaedillah, Rendro

Prasetyan Winanta, Fahmi Azis, Rendra Trinanda Putra, Noer

Fadhillah Rais As-soevel, Fakhriansyah dan Fahriza Hafidz yang telah

memberikan hiburan serta memberikan makna arti persahabatan sedari

penulis kuliah sampai dengan saat ini;

10. Para pihak-pihak lain yang turut terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah swt., membalas kebaikan rekan-rekan semua.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 15 Oktober 2020 M/ 1442 H

Abdul Jabbar Ridho NIM. 11160453000032

Page 8: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................iv

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah .........................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................9

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu..........................................................11

E. Metode Penelitian........................................................................................13

F. Sistematika Penulisan..................................................................................17

BAB II KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA DALAM ISLAM...........19

A. Konsep Maslahat dalam Islam ....................................................................19

B. Sejarah Pemindahan Ibu Kota dalam Islam ................................................26

1. Masa al-Khulafa’ al-Rasyidun.................................................................26

2. Masa Dinasti Umaiyah ............................................................................27

3. Masa Dinasti Abbasiyah ..........................................................................28

4. Masa Turki Utsmani ................................................................................29

C. Ibu Kota dalam Sistem Pemerintahan Islam ...............................................29

BAB III PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA 33

Page 9: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

ix

A. Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam Pemindahan Ibu Kota Jakarta

33

B. Latar Belakang Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia............36

C. Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia........................40

D. Gagasan dan Polemik Pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan .........43

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH……...50

A. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemindahan Ibu Kota Jakarta.........50

B. Analisis Kebijakan Pemerintah dalam pemindahan Ibu Kota Negara

Republik Indonesia .............................................................................................63

BAB V PENUTUP ................................................................................................82

A. Kesimpulan..................................................................................................82

B. Saran-Saran .................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................84

LAMPIRAN ..........................................................................................................88

Page 10: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibu kota (a capital; capital city; political capital) merupakan sebuah kota

yang dirancang sebagai pusat pemerintahan suatu negara; secara fisik ibu kota

negara umumnya difungsikan sebagai pusat perkantoran dan tempat berkumpul

para pimpinan pemerintahan. Ibu kota berasal dari bahasa Latin caput yang berarti

kepala (head) kemudian dikaitkan dengan kata capitol yang berarti letak

bangunan pusat pemerintahan utama dilakukan. Ibu kota merupakan pusat

ekonomi, budaya atau intelektual.1

Dalam perannya sebagai pusat pemerintahan, ibu kota umumnya

difungsikan sebagai pusat kekuasaan politik dan ekonomi sehingga ibu kota

memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak

negara yang menjadikan satu kota besar dalam negaranya menjadi ibu kota

sebagai cerminan keunikan dari sisi kehidupan bermasyarakat, berekonomi,

berbudaya, berbangsa dan bernegara, sehingga ibu kota memiliki peranan penting

dalam memperkenalkan karakter dan identitas suatu negara.

Ibu kota identik dengan sebutan kota multifungsi yang mempunyai misi

diplomatik, pusat pemerintahan dan pusat ekonomi yang sangat berkembang, ke-

identikan ini menjadikan ibu kota sebagai kota tujuan urbanisasi.2 Negara-negara

di dunia membangun ibu kotanya dengan cara yang berbeda-beda, dengan

melanjutkan kota yang menjadi ibu kota di masa lalu atau membangun ibu kota

baru di kota yang berbeda.

1 H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera (Jurnal Studi Agama dan

Masyarakat), (Universitas Merdeka Malang, 2018), h. 25.

2 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 1.

Page 11: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

2

Sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia memiliki ibu kota yang

menjadi pusat dari fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebagian kecil

negara lain memisahkan pusat eksekutif, legislatif, dan yudikatifnya ke kota yang

berbeda seperti Belanda (Amsterdam dan The Hague), Afrika Selatan (Pretoria,

Bloemfontein, dan Cape Town), Bolivia (La Paz dan Sucre), Swaziland (Lobamba

dan Mbabane), Malaysia (Kuala Lumpur dan Putrajaya), dan Sri Lanka (Colombo

dan Sri Jayawardenapura Kotte).1

Ada banyak jenis ibu kota, yaitu pertama ibu kota klasik, London dan Paris:

bekas pusat pemerintahan nasional yang kuat, bekas pusat kekuasaan kolonial,

dengan arsitektur representatif yang kuat, dan mendominasi perkotaan hierarki

negara masing-masing. Kedua ada ibu kota yang lebih heterogen, keduanya kota

dominan dari negara yang lebih lemah (seperti Montevideo atau Jakarta), atau

sederhana, berorientasi administrative ibu kota negara kuat (mis., Ottawa,

Canberra). Ketiga ada ibu kota hibrida dengan karakteristik yang kontradiktif - ibu

kota yang khas dengan sejarah spesifik negara mereka dan pembangunan, seperti

Berlin dan Washington.2

Ada tiga faktor penting yang membedakan pengembangan ibu kota, yaitu

ukuran dan struktur pemerintahan; kondisi ekonomi suatu negara; dan waktu dari

pembentukan ibu kota terhadap pembentukan politik dan pembangunan ekonomi

negara.3

Mengelola ibu kota bukanlah hal yang mudah karena ibu kota adalah kota

utama dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga kesalahan

1 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 1.

2 Scott Campbell, The Enduring Importance of National Capital Cities in the Global Era

(Working Paper: Urban and Regional Planning Program), (College of Architecture and Urban

Planning University of Michigan, 2003), h. 6.

3 Scott Campbell, The Enduring Importance of National Capital Cities in the Global Era

(Working Paper: Urban and Regional Planning Program), (College of Architecture and Urban

Planning University of Michigan, 2003), h. 7.

Page 12: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

3

pengelolaan berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan. Dampak demografi

dan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik akan

menimbulkan berbagai masalah perkotaan. Masalah yang timbul akibat kesalahan

pengelolaan ibu kota antara lain terjadinya sentralisasi ekonomi dan politik,

ketimpangan ekonomi, buruknya sistem transportasi, tingginya angka kemiskinan,

pengangguran, serta timbulnya konflik horizontal.4

Untuk mengatasi berbagai permasalahan ibu kota, salah satu solusi yang

bisa dilakukan sebuah negara adalah dengan memindahkan ibu kotanya. Tetapi

sebelum itu dilakukan perlu ada analisis kuat dari berbagai aspek bidang, dari

aspek keruangan, ekologis dan kewilayahan serta dampak sosial, ekonomi, dan

politik, menghasilkan suatu pemikiran bahwa pemindahan ibu kota merupakan

suatu keharusan, tetapi dengan tenggang waktu, atau ibu kota negara tetap di suatu

daerah tetapi pemindahan beberapa departemen dan pusat-pusat kegiatan

dialihkan ke luar daerah tadi.

Pemindahan ibu kota, bersamaan dengan pembangunan negara dan bangsa,

telah menjadi bagian penting dari pembentukan negara-negara pascakolonial. Ada

perdebatan nasional dan proyek-proyek besar tentang masalah ini di banyak

negara - mulai dari Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Pakistan di Asia; Pantai

Gading, Tanzania, Malawi dan Zimbabwe di Afrika; Brasil, Argentina dan Kosta

Rika di Amerika Selatan. Bahkan di Afrika Selatan ada perdebatan tentang

konsolidasi pusat eksekutif dan legislatif yang saat ini dibagi antara Pretoria /

Tshwane dan Cape Town, dengan memindahkan Parlemen ke Pretoria. Namun,

seiring waktu hanya beberapa negara yang telah melakukan relokasi aktual dan

sebagian besar proyek telah ditunda tanpa batas waktu. Namun demikian, dua

perkembangan telah menarik dari pemindahan ibu kota kembali ke ranah publik

dan akademik. Pertama, perkembangan kota yang pesat, integrasi negara-negara

pascakolonial ke dalam sistem internasional, dan pertumbuhan perdagangan antar

4 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 2.

Page 13: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

4

negara telah menciptakan tantangan baru bagi ibu kota, terutama di negara

berkembang. Selain itu, pemanasan global telah menciptakan risiko baru bagi

beberapa ibu kota, contohnya adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir

yang melanda Jakarta, Indonesia. Kedua, kemajuan teknologi komunikasi dan

informasi telah secara signifikan mengurangi biaya pemindahan ibu kota.

Akibatnya, sekitar tiga puluh negara saat ini mempertimbangkan proyek

pemindahan ibu kota, termasuk Korea Selatan, Sudan Selatan, Jepang, Filipina,

Indonesia dan Federasi Rusia.5

Ibu kota mempunyai fungsi strategi, ibu kota selalu menjadi target utama

dalam situasi peperangan, karena dengan menguasai ibu kota biasanya menjadi

jaminan menguasai sebagian besar kekuatan musuh atau penentang, paling tidak

menurunkan moral untuk mengalahkan musuh (militer). Seperti yang terjadi di

China pada masa lalu, di mana pemerintahan tersentralisir dengan sedikit

fleksibilitas pada tingkat provinsi, suatu Dinasti dapat runtuh dengan ambruknya

ibu kota. Oleh sebab itu Dinasti Ming memindahkan Ibu kota Nanjing ke Beijing

dengan tujuan agar dapat mengontrol musuh yang berasal dari Mongols dan

Manchus.6

Dalam sejarah, Islam pernah beberapa kali memindahkan ibu kota. Pertama,

khalifah Ali bin Abi Thalib pernah memindahkan Ibu kota dari Madinah ke Kufah.

Kedua, khalifah Muawiyah bani Umayah pernah memindahkan Ibu kota dari

Kufah ke Damaskus. Dan terakhir saat bani abbas yang menjadi khalifah yaitu

khalifah al-saffah memindahkan ibu kota dari Kufah ke Hasyimiyah lalu

dipindahkan lagi oleh khalifah al-Mansur bin Abbas ke Baghdad.7 Dari sini dapat

dilihat bahwa pasti ada alasan-alasan pertimbangan tertentu bagi para khalifah

5 Denys Reva “Capital City Relocation and National Security: The Cases Of Nigeria And

Kazakhstan,” Mini-Dissertation Master Of Secutity Studies (MSS), Department of Political

Sciences University Of Pretoria Faculty Of Humanities, 2016, h. 1.

6 Sutikno, Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan Atau Wacana (Pusat Studi

Bencana), (Universitas Gadjah Mada, 2007), h. 4.

7 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 97.

Page 14: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

5

dalam mengambil keputusan memindahkan ibu kota kala itu. Sebagai gambaran

pemindahan ibu kota pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidun yaitu pada masa

pemerintahan khalifah ‘Ali bin Abi Thalib, pada awal masa jabatannya sebagai

khalifah. Pada saat itu posisi khalifah ‘Ali sangat tidak diuntungkan. Situasi

politik terpecah, kondisi Madinah yang chaos dengan ambisi lawan-lawan

politiknya serta sulitnya menjalankan pemerintahan, menjadikan khalifah ‘Ali

memilih untuk memindahkan ibu kota ke Kufah. 8 Di sini ‘Ali mendapatkan

dukungan penuh oleh rakyat. Langkah khalifah ‘Ali dalam mengambil keputusan

pemindahan ibu kota ini demi mengamankan kedudukannya sebagai khalifah

sekaligus memperlancar jalannya pemerintahan.

Peristiwa pemindahan ibu kota negara telah banyak dilakukan oleh beberapa

negara, dengan alasan yang beragam. Contoh berikut ini memberikan gambaran

bahwa pemindahan ibu kota negara merupakan peristiwa yang tidak tabu dan

dilaksanakan dengan tujuan memecahkan permasalahan demi kebaikan maupun

kemajuan bangsa dan negara. Sebagai salah satu contohnya, pertama, Brasilia ibu

kotanya terletak di pedalaman, karena ibu kota lama Rio Jenairo sudah terlalu

padat. Kedua, pemerintah Korea Selatan pada tahun 2004 ibu kotanya pindah dari

Seoul ke Sejong, meskipun Seoul itu berarti ibu kota dalam bahasa Korea. Ketiga,

ibu kota tradisional yang secara ekonomi memudar akibat kota pesaingnya, seperti

Nanjing yang memudar oleh Shanghai. Keempat, akibat menurunnya suatu dinasti

atau budaya, akhirnya ibu kota yang ada menjadi pudar dan kalah pamor seperti

yang terjadi di Babilon dan Cahokia.9

Sejak Perang Dunia II berakhir, beberapa negara di dunia banyak yang telah

memindahkan ibu kotanya dengan beragam pertimbangan. Terdapat tiga

8 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

9 H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera (Jurnal Studi Agama dan

Masyarakat), (Universitas Merdeka Malang, 2018), h. 21-22.

Page 15: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

6

pertimbangan umum pemindahan ibu kota, yaitu: pertimbangan politik,

pertimbangan sosio-ekonomi dan pertimbangan fisik.10

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur

secara tegas. Dalam UUD 1945 Bab II Pasal 2 ayat (2) tertulis: “Majelis

Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota

negara.” Dalam konstitusi tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan

bagaimana ibu kota negara diatur. Disini dapat dilihat bahwa terdapat fleksibilitas

dalam mengatur termasuk memindah ibu kota negara. Dalam pemindahan ibu kota

negara, tentu sangat diperlukan alasan yang kuat dan mendasar tentang efektifitas

fungsinya.11

Di Indonesia, gagasan wacana untuk memindahkan ibu kota telah lama dan

telah berulangkali muncul, yakni ketika timbul kejadian kritis akibat faktor sosial,

ekonomi politik, lingkungan dan bencana yang sejatinya timbul karena ketidak

seriusan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Wacana ini timbul

dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan Jakarta yang sangat kompleks.

Pembangunan Jakarta sebagai ibu kota berdampak pada pembangunan ekonomi

yang terlalu memusat sehingga menimbulkan adanya sentralisasi ekonomi

nasional. Hal ini menyebabkan Jakarta semakin dipadati oleh para pendatang dari

berbagai daerah yang berharap dapat memperbaiki kehidupan ekonominya

sehingga menyebabkan tingginya arus urbanisasi. Besarnya jumlah penduduk

yang ditambah dengan tingginya arus urbanisasi menyebabkan timbulnya

berbagai masalah demografi di Jakarta.12

10 Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara (Artikel Asisten profesor dan koordinator

program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.

11 H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera, h. 22.

12 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 2.

Page 16: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

7

Walaupun wacana pemindahan ibu kota sudah lama digaungkan, namun

baru pada bulan Agustus pada tanggal 26 tahun 2019 presiden Joko Widodo

memutuskan sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di sebagian

Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru

pengganti Jakarta. Keputusan pengeluaran kebijakan ini tentu mendapat berbagai

macam respon dari berbagai kalangan yang menilai memindahkankan ibu kota

tidak akan banyak membantu memperbaiki pertumbuhan ekonomi, baik secara

kuantitas maupun secara kualitas belum lagi dalam pelaksanaannya memerlukan

biaya yang sangat besar, kiranya jikalau dikatakan pemindahan ibu kota ini demi

pemerataan pembangunan nasional sepertinya tidak tepat karena seharusnya yang

menjadi prioritas pemerintah yaitu membangun dan mensejahterakan daerah-

daerah tertinggal yang seharusnya diberi perhatian lebih, maka dari itu kiranya

keputusan yang dikeluarkan harus dikaji lagi lebih dalam dari berbagai aspek yang

ada agar jelas tujuannya tidak hanya sebagai kebijakan yang bersifat represif.

Akan sangat menarik apabila kajian terkait pemindahan ibu kota Indonesia

diwarnai juga oleh konsep-konsep yang datang konsep-konsep Islam dari kajian

fiqih siyasah. Di samping itu, agar hukum tata negara Indonesia mampu

menyesuaikan dan membuka diri menerima unsur-unsur luar yang penting,

termasuk terkait dengan penyerapan hukum tata negara Islam melalui doktrin

fiqih siyasah. Dengan mempertimbangkan konsep kemaslahatan yang menjadi

acuan dalam legislasi hukum Islam. Semua dilakukan untuk masyarakat demi

tercapainya kemaslahatan bersama. Konsep yang lebih banyak manafaatnya untuk

keberlangsungan pemerintahan dan negara harus dipilih demi kebaikan semua

pihak.

Dengan berbagai urgensi dan ketertarikan terhadap fenomena tersebut,

peneliti mencoba melakukan studi analisis dan observasi langsung dengan judul

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH.

Page 17: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

8

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah yang ada maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

a. Pemindahan Ibu kota NKRI yang tidak diatur secara tegas dalam UUD RI

menimbulkan fleksibilitas yang tinggi dalam mengatur pemindahan ibu

kota tersebut. Sehingga, perlu dilakukan analisis mendalam mengenai

kebijakan tersebut, khususnya dalam perspektif fikih siyasah.

b. Pemindahan ibu kota dinilai kurang efisien dari segi biaya, pindahnya ibu

kota tentunya akan memerlukan biaya yang tidak sedikit, bahkan bisa jadi

lebih banyak dibandingkan mempebaiki ibu kota lama. Pembangunan

infrastruktur di ibu kota baru bisa menjadi masalah baru bagi Indonesia

nantinya.

c. Pemindahan ibu kota membutuhkan waktu yang tidak sedikit, prosesnya

tentu panjang. Berbagai aspek seperti bencana alam, lingkungan bahkan

tata kota harus diperhatikan. Selama proses tersebut, penyelesaian

masalah-masalah pemerintahan yang seharusnya menjadi fokus

pemerintah dapat menjadi tidak efektif.

d. Adanya sentralisasi dalam sistem perekonomian di Jakarta saat ini,

menimbulkan masalah kesenjangan sosial di daerah-daerah lainnya,

khususnya di luar pulau Jawa. Untuk itu, pemindahan ibu kota dari Jakarta

salah satunya bertujuan untuk menyelesaikan masalah pemerataan

ekonomi di Indonesia

e. Kondisi fisik Jakarta saat ini memiliki berbagai keterbatasan. Berbagai

masalah timbul akibat urbanisasi dan kepadatan penduduk di Jakarta

seperti, kemacetan dan banjir. Keterbatasan ini membuat Jakarta tidak lagi

dapat menjalankan fungsinya sebagai ibu kota dengan optimal.

Page 18: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

9

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

penulis membatasi masalah yang akan dibahas agar pembahasannya lebih

jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Penelitian ini

difokuskan pembahasannya mengenai analisis Fikih Siyasah dalam aspek

maslahat terhadap pengambilan kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara

Republik Indonesia di Jakarta ke Kalimantan Timur.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan

di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota

Jakarta?

b. Bagaimana kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia di

Jakarta ke Kalimantan Timur menurut perspektif Fikih Siyasah dalam

aspek maslahat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakanya penelitian mengenai analisis pemindahan ibu kota

negara republik Indonesia dalam perspektif fikih siyasah adalah sebagai

berikut:

a. Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota

Negara Republik Indonesia.

b. Mengetahui perspektif Fikih Siyasah dalam aspek maslahat terhadap

pengambilan keputusan pemindahan Ibu Kota Negara Republik

Indonesia.

Page 19: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

10

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang berjudul pemindahan

ibu kota negara republik Indonesia perpektif fikih siyasah adalah sebagai

berikut:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lebih

lanjut guna menambah wawasan dan pengetahuan di bidang politik,

hukum, dan keislaman mengenai pemindahan ibu kota negara republik

Indonesia perpektif fikih siyasah.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

praktis kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian ini,

diantaranya:

1) Sebagai masukan kepada Presiden Republik Indonesia yang

memiliki wewenang dalam mengambil keputusan pemidahan ibu

kota negara agar mempertibangkan secara rinci berbagai aspek

perlu atau tidaknya pemindahan ibu kota dan agar segera dibuat

payung hukum tentang aturan pemindahan ibu kota baru dan juga

agar segera bekerja sama dengan DPR untuk membuat aturan

baru terhadap ibu kota yang lama agar jelas kedudukannya.

2) Sebagai masukan kepada civitas akademika Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya program

studi Hukum Tata Negara (Siyasah) agar terlibat aktif

memberikan masukan terhadap kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh lembaga negara.

3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

dalam bidang politik dan pemerintahan bagi mahasiswa/i hukum

tata negara.

4) Penelitian ini secara pribadi menjadi salah satu bentuk

implementasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti

Page 20: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

11

selama mengikuti program perkuliahan sarjana di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam rangka mendukung penelitian ini, peneliti telah berusaha melakukan

penelusuran terhadap berbagai karya ilmiah baik dalam bentuk buku, jurnal, dan

sebagainya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapun hasil

penelusuran yang didapatkan oleh peneliti sebagai berikut:

1. “When Capital Cities Move: The Political Geography Of Nation And State

Building”, oleh Edward Schatz, Kellog Institute. Jurnal ini membahas

mengenai pemindahan Ibu Kota di Kazakhstan yang menunjukkan bahwa

langkah ini dirancang untuk mengatasi tantangan pembangunan bangsa dan

negara yang sangat akut.13

2. “Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera”, oleh H. M Yahya,

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Universitas Merdeka Malang. Jurnal

ini membahas wacana untuk memindahkan ibu kota Indonesia yang telah

berulang kali muncul dengan berbagai analisis berbagai pendekatan.14

3. “Reasons for Relocating Capital Cities and Their Implications,” oleh Erik

Illmann, skripsi Faculty Of Social Sciences Institute of Political Studies

Charles University In Prague. Skripsi ini membahas Skripsi ini membahas

proses relokasi ibu kota. Tujuannya adalah untuk menciptakan tipologi

alasan, mengapa ibu kota pindah.15

4. “Pemindahan Ibukota Negara,” Deden Rukmana, Jurnal Asisten profesor

dan koordinator program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah

13 https://kellogg.nd.edu/sites/default/files/old_files/ documents/ 303.pdf, diakses pada 15

Oktober 2019, Pukul 18.56 WIB.

14 http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/ index.php/jsam/article /view/779, diakses pada

13 Maret 2020, Pukul 2.19 WIB.

15 https://is.cuni.cz/webapps/zzp/download/130148196, diakses pada 15 Desember 2019,

Pukul 2.19 WIB.

Page 21: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

12

State University, AS. Jurnal ini membahas ide pemindahan ibu kota negara

republik Indonesia dari segi aspek perencanaan penataan ruang kota.16

5. “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibu Kota

Negara,” oleh Ecky Agassi mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas

tentang Pemindahan ibukota yang didesain dan dieksekusi dengan baik

dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan ibukota negara.17

6. “Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan atau Wacana,”oleh

Sutikno, jurnal Fakultas Geografi Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah

Mada. Jurnal ini membahas tentang dari wacana hingga keharusan dalam

pemindahan ibu kota negara republic Indonesia.18

7. “Capital City Relocation and National Security: The Cases Of Nigeria and

Kazakhstan,” oleh Denys Reva A mini-dissertation submitted in partial

fulfilment of the requirements for the degree Master Of Security Studies in

the Department of Political Sciences at the University Of Pretoria Faculty

Of Humanities. Disertasi ini membahas tentang Studi ini mengembangkan

kerangka kerja yang menganalisis relokasi ibu kota - perhubungan

keamanan nasional, untuk menilai dampak keseluruhan proyek, serta

manfaat dan kelemahan spesifik untuk keamanan.19

Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini

fokus pada perspektif Fikih Siyasah terutama pada aspek maslahat dalam

pengambilan kebijakan pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

16 https://tataruang.atrbpn.go.id /Bullet in/upload/data_artikel/ edisi5i.pdf, diakses pada 10

Maret 2020, Pukul 22.56 WIB.

17 https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/ 123456789/67919/ 1/H13eag.pdf, diakses

pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.57 WIB.

18 http://repositori.kemdikbud.go.id/1128/, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 2.08

WIB.

19 https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/60413/Reva_Capital_2016.pdf?Sequen

ce=1&isAllowed=y, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13 WIB.

Page 22: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

13

E. Metode Penelitian

Untuk membantu memudahkan dalam penyusunan skripsi ini, maka disusun

metode20 penelitan sebagai petunjuk dalam mengarahkan penelitian skripsi ini,

atau dengan kata lain sebagai cara dalam mencari data yang akan digunakan untuk

memecahkan suatu masalah dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum

yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah,

filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup materi, dan

konsistensi. 21 Dalam literatur lain disebutkan bahwa penelitian hukum

normatif terdiri dari: penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian

terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum,

sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.22 Sedangkan penelitian

empiris atau sosiologis terdiri atas penelitian terhadap identifikasi hukum,

dan penelitian terhadap efektivitas hukum.23

Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara mengkaji hukum

tertulis yang bersifat mengikat dari segala aspek yang kaitannya dengan

pokok bahasan yang diteliti. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan

cara mengkaji fenomena empirik yaitu pengambilan kebijakan pemindahan

Ibu Kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan yang dikaji

dengan perspektif Fikih Siyasah dalam aspek maslahat melalui berbagai

20 Metode adalah suatu cara atau jalan sehubungan dengan usaha ilmiah, metode

menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan dalam Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:

UI Press, 2015), h. 5.

21 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: UI Presss, 1990), h. 15.

22 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2003), h. 41.

23 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 12.

Page 23: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

14

macam referensi dan dokumen berupa buku bacaan, jurnal yang relevan,

skripsi, thesis, dan data dari internet.

2. Pendekatan Penelitian24

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Aprroach)

Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji peraturan

perundang-undangan yang bersangkut paut dengan pemindahan Ibu

Kota Negara Republik Indonesia yaitu Peraturan Presiden Nomor 18

Tahun 2020 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas Strategis.

Peraturan tersebut kemudian dijadikan acuan dalam menganalisis data.

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Aprroach)

Dalam pendekatan ini peneliti beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum ketatanegaraan dan

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin ketatanegaraan Islam

terutama pada konsep maslahat fikih siyasah dalam pengambilan

kebijakan seorang pemimpin. Dengan pemahaman terhadap doktrin-

doktrin tersebut peneliti akan mampu membangun argumentasi dalam

memecahkan permasalahan yang sedang ditangani.

c. Pendekatan Historis

Pendekatan ini dilakukan untuk peneliti membuat rekonstruksi

masa lampau dengan mengumpulkan, memverifikasi, dan

menganalisis serta menyintesiskan bukti atau fakta yang ada dengan

teliti sehingga mendapatkan gambaran yang tepat pada masa

lampau.25

24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 133-177.

25 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Kencana, 2014), h.328.

Page 24: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

15

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Sumber Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas atau kewenangan tertentu.

Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-

catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan

putusan-putusan hakim.26

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hukum primer

antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Terutama pasal 2 ayat (2), pasal 32G ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia sebelum.

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Sebagai Ibu kota

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terutama pasal 4, pasal 5

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Sebagai Ibu kota

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman

Republik Indonesia. Terutama pasal 5 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik

Indonesia.

4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana

Pembagunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024

Lampiran II Proyek Prioritas Strategis.

26 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181-195.

Page 25: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

16

b. Sumber Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian berupa semua

publikasi tentang hukum yang bukan merupkan dokumen-dokumen

resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-

kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar (respon) atas

putusan pengadilan.27

Dalam penelitian ini, bahan hukum sekunder yang digunakan

adalah skripsi, tesis, jurnal/artikel, buku dan lain-lain. Sebagaimana

termaktub dalam poin D penelitian ini yakni Tinjauan (Review) Kajian

Terdahulu. Selain itu peneliti juga menggunakan kamus ensiklopedi

hukum, berita, kasus-kasus hukum yang pernah terjadi sebelumnya,

sehingga penelitian yang dilakukan memiliki kajian pustaka yang

relevan dan memumpuni.

c. Bahan Non-Hukum

Bahan-bahan non hukum dalam penetian hukum dapat berupa

buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,

kebudayaan atau laporan-laporan penelitian non hukum sepanjang

semua itu memiliki relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan

non hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan memperluas

wawasan bagi peneliti, namun yang harus digarisbawahi bahwa bahan

non hukum ini tidak boleh lebih dominan dibanding bahan hukum

primer dan sekunder.28

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa bahan non

hukum antara lain: buku-buku politik dan sosiologi di perpustakaan

serta kamus bahasa asing yang tersedia di perpustakaan.

27 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 181-195.

28 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 204-208.

Page 26: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

17

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan Studi pustaka (library research) yaitu mencari bahan-bahan

kajian di perpustakaan untuk menunjukkan jalan pemecahan permasalahan

penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari buku atau bahan

bacaan lainnya yang berhubungan atau terkait dengan judul, penelitian ini

guna untuk mendapatkan petunjuk yang mendukung penelitian.

5. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan menurut pokok

bahasan masing-masing, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis

data bertujuan untuk menginterprestasikan data yang sudah disusun secara

sistematis yaitu dengan memberikan penjelasan. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu menguraikan

data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak

tumpang tindih, dan efektif, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam

menganalisis dan mengolah data.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2017.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, maka peneliti menyusun

sistematika penulisannya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini penullis memaparkan latar belakang

penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Page 27: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

18

Bab II Kajian Teoritis dan Konsep, bab ini menjelaskan mengenai konsep

Maslahat dalam Islam, sejarah pemindahan Ibu Kota dalam Islam, dan konsep Ibu

Kota dalam sistem pemerintahan Islam.

Bab III Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia, pada bab ini

penulis menyajikan bahasan tentang kebijakan pemerintahan Joko Widodo dalam

pemindahan Ibu Kota Jakarta, latar belakang pemindahan Ibu Kota Negara

Republik Indonesia, urgensi pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia,

serta gagasan dan polemik pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan.

Bab IV Analisis Kebijakan Pemindahan Ibu Kota Negara Republik

Indonesia Perspektif Fikih Siyasah, pada bab ini berisi faktor-faktor yang

melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota Jakarta serta analisis Perspektif Fikih

Siyasah khususnya pada aspek maslahat terhadap pengambilan kebijakan

pemerintah dalam pemindahan Ibu Kota Negara Repubik Indonesia.

Bab V penutup, pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran terhadap penelitian ini.

Page 28: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

19

BAB II

KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA DALAM ISLAM

A. Konsep Maslahat dalam Islam

Maslahat merupakan metode atau konsep yang sering dijadikan sandaran

oleh ulama dalam proses berijtihad dalam menyelesaikan atau menetapkan

permasalahan hukum Islam kontemporer dengan menekankan pada kemaslahatan

dan meniadakan mafsadah. Maslahat (al-maslahah) secara etimologis dapat

berarti kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, dan

kepatutan. Kata maslahat (al-maslahah) dilawankan dengan kata mafsadah (al-

mafsadah) yang artinya kerusakan. 1 Secara terminologis, al-maslahah adalah

kemanfaatan yang dikehendaki oleh Allah untu hamba-hambanya, baik berupa

pemeliharaan agama mereka, pemeliharaan jiwa atau diri mereka, pemeliharaan

kehormatan diri serta keturunan mereka, pemeliharaan akal budi mereka, maupun

berupa pemeliharaan harta kekayaan mereka.2

Menurut Imam al-Ghazali, pada dasarnya (secara Bahasa ‘urf), kata

maslahah menunjuk pengertian meraih manfaat atau menghindarkan

kemudaratan. 3 Dalam arti terminologis-syar’i menurut al-Ghazali, yaitu

memelihara dan mewujudkan tujuan Syara’ yang berupa memelihara agama, jiwa,

akal budi, keturunan, dan harta kekayaan. Ditegaskan lagi oleh al-Ghazali bahwa

setiap sesuatu yang dapat menjamin dan melindungi eksistensi kelima hal tersebut

dikualifikasikan sebagai maslahah; sebaliknya, setiap sesuatu yang dapat

mengganggu dan merusak kelima hal tersebut dinilai sebagai mafsadah; maka,

mencegah dan menghilangkan sesuatu yang demikian dikualifikasi sebagai

maslahah. 4

1 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

2 Asm awi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 128.

3 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 305.

4 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

Page 29: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

20

Menurut ‘Izz al-Dîn ‘Abd al-Salâm dalam pandangannya, maslahah itu

identik dengan al-khair (kebajikan), al-naf‘ (kebermanfaatan), al-husn (kebaikan).

Sementara menurut Najm al-Dîn al-Tûfi, makna maslahah dapat ditinjau dari segi

‘urfi dan syar’i. Dari segi ‘urfi, maslahah adalah sebab yang membawa kepada

kebaikan dan kemanfaatan, seperti perniagaan yang merupakan sebab yang

membawa kepada keuntungan, sedangkan dari segi syar’i, maslahah adalah sebab

yang membawa kepada tujuan al-Syâri’, baik yang menyangkut ibadah maupun

muamalah. Tegasnya, maslahah masuk dalam cakupan maqâsid al-syarî‘ah.1

Maslahat merupakan istilah yang paling populer jika berbicara mengenai

hukum Islam. Hal tersebut disebabkan karena merealisasikan kemaslahatan

merupakan tujuan syara’ (maqâsid syarî’ah) dari ditetapkannya hukum Islam

secara keseluruhan. Tida ada syariat yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan hadis

kecuali di dalamnya terdapat kemaslahatan yang hakiki dan berlaku secara

umum.2

Dalam setiap aturan hukumnya, al-Syâri’ mentransmisikan maslahah

sehingga lahir kebaikan/kemanfaatan dan terhindar dari keburukan atau

kerusakan, yang pada akhirnya terealisasinya kemakmuran dan kesejahteraan di

muka bumi serta keaslian pengabdian kepada Allah. Karena, maslahat

sesungguhnya adalah memelihara dan memperhatikan tujuan-tujuan Syara‘ berupa

kebaikan dan kemanfaatan yang dikehendaki oleh Syara‘, bukan oleh hawa nafsu

manusia. Norma hukum yang terdapat dalam teks-teks Syariah (nusûs al-syarî‘ah)

pasti mewujudkan maslahat, sehingga tidak ada maslahat di luar petunjuk teks

Syariah; maka, tidaklah benar pemikiran yang menyatakan maslahat harus

diprioritaskan jika berlawanan dengan teks Syariah. Dan maslahat pada

hakikatnya adalah sumbu peredaran dan perubahan hukum Islam, di mana

interpretasi atas teks Syariah dapat bertumpu padanya.3

1 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 314.

2 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.225.

3 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 316.

Page 30: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

21

Sehubungan dengan relasi maslahah dan ijtihad, Muhammad Abu Zahra

mendefinisikan ijtihad yaitu “Pengerahan segala kemampuan seorang ahli fiqh

dalam menetapkan (istinbat) hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan

dari dalilnya secara terperinci.”4 Ijtihad bisa diartikan sebagai upaya pengerahan

segala kemampuan denag bersungguh-sungguh untuk memperoleh atau

menetapkan hukum terhadap suatu masalah atau kasus yang tidak ditegaskan

secara rinci oleh nash Syara‘ dan Ijmâ’ ulama, yang pada intinya bertujuan

mewujudkan maslahah (jalb al-maslahah) dan menghindari atau menghilangkan

mafsadah (daf‘u al-mafsadah).

Hukum-hukum Syariah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kategori: (1)

hukum-hukum yang bersumber kepada al-Qur’an dan Sunnah secara langsung,

dan (2) hukum-hukum yang bersumber kepada ijtihad, tanpa bersandar secara

langsung kepada al-Qur’an dan Sunnah; dan yang terakhir inilah yang merupakan

hukum-hukum yang dibentuk di atas fondasi maslahah. Akan tetapi, kedua

kategori hukum itu sama-sama bertujuan merealisasi maslahah; dan sebagian

maslahah itu berubah dan berkembang lantaran perubahan/perkembangan zaman

dan faktor lainnya.5

Konsep maslahah sebagai inti maqâsid al-syarî‘ah merupakan alternatif

terbaik untuk pengembangan metode-metode ijtihad, di mana al-Qur’an dan

Sunnah harus dipahami melalui metode-metode ijtihad dengan memberi

penekanan pada dimensi maslahah. Konsep maslahah merupakan wahana bagi

perubahan hukum. Melalui konsep ini para ulama fikih memiliki kerangka kerja

untuk menangani masalah hukum, yang inheren di dalam sistem hukum yang

didasarkan kepada nass Syara‘ (al-Qur’an dan Hadis), yang nota bene

mengandung fondasi materiil hukum yang terbatas mengenai urusan kehidupan

dalam situasi lingkungan yang terus berubah. Dengan demikian, konsep maslahah

4 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.253.

5 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 317.

Page 31: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

22

memberi legitimasi bagi aturan hukum baru dan memungkinkan para ulama fikih

mengelaborasi konteks masalah yang tidak ditegaskan oleh nash Syara‘.6

Para ulama ushul fiqh membagi maslahat dari berbagai segi tinjauan yang

berbeda, yaitu: segi tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansi maslahat,

segi kandungan atau batasan maslahat, segi berubah atau tidaknya maslahat, dan

segi ada tidaknya ketegasan jastifikasi syara’ terhadap keberadaan atau legalitas

maslahat. Dari segi tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansinya, al-

Ghazali membagi maslahat menjadi tiga, maslahah dharuriyah, maslahah

hajiyah, maslahah tahsiniyyah.7 Pembagian tingkatan ini pada dasarnya merujuk

pada skala prioritas dalam maslahat, yaitu:

1. Maslahah Dharuriyah (kemaslahatan primer), yaitu kemaslahatan

memelihara kelima unsur pokok yang keberadaannya bersifat mutlak dan

tidak bisa diabaikan.8 Kelima unsur pokok ini yaitu:

a. Memelihara agama. Jika agama tidak ada dan manusia dibiarkan begitu

saja, maka akan muncul masyarakat jahiliah, dan manusia hidup dengan

penuh kekacauan. Karena itu, beriman, shalat, puasa, zakat, dan haji

disyariatkan untuk memelihara keberadaan agama. Dan disyariatkan

pula hukuman yang mengancam eksistensi agama, seperti hukuman

mati bagi orang yang murtad dan memerangi orang yang tidak mau

bayar zakat.

b. Memelihara jiwa. Jika eksistensi jiwa tidak dijamin, maka kehidupan

manusia menjadi tidak berarti lagi. Hak hidup merupakan hak paling

asasi bagi setiap manusia. Untuk menjamin eksistensi jiwa maka

disyariatkan hukuman-hukuman seperti qishas dan diyat terhadap

pembunuh.

6 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 318.

7 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum Vol

12, no. 2 (Desember 2014): h. 320.

8 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 309.

Page 32: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

23

c. Memelihara akal. Akal merupakan daya pikir seseorang dalam

menjalani kehidupannya, jika akal tidak terpelihara maka kita tidak

mengenal yang namanya dunia manusia, yang ada dunia binatang.

Untuk mencegah terancamnya eksistensi akal, disyariatkan hukuman

had bagi peminum khamr, karena meminum khamr itu bisa merusak

akal dan hidup manusia.

d. Memelihara keturunan. Berketurunan juga merupakan masalah pokok

bagi manusia dalam rangka memelihara kelangsungan manusia di muka

bumi ini. Untuk pememeliharaan keturunan tersebut Allah

mensyariatkan nikah dengan segala hak dan kewajiban yang

diakibatkannya, serta hukuman had bagi pelaku zina.

e. Memelihara harta. manusia tidak bisa tanpa harta. Oleh sebab itu, harta

merupakan sesuatu yang dharuri (pokok) dalam kehidupan manusia.

Untuk mendapatkannya disyariatkan berbagai ketentuan dalam jual beli

waris dan lainnya, dan untuk menghindari ancaman keberadaan harta

disyariatkan pula hukuman had bagi pencuri dan perampok.

Tidak terpeliharanya kelima unsur pokok tersebut dalam tingkat

dharuriyah akan berakibat fatal, akan terjadi kerusakan dan kebinasahan

serta kehancuran dalam hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Kebutuhan dharuriyah ini menepati peringkat tertinggi dan utama

dibanding dua maslahat lainnya yaitu hajiyah dan tahsiniyah. Maka tidak

dibenarkan memelihara kebutuhan hajiyah dan tahsiniyah bila akan

memusnahkan kebutuhan dharuriyah.9

2. Maslahah Hajiyah (kemaslahatan sekunder), yaitu susuatu yang

diperlukan seseorang untuk memudahkannya menjalani hidup dan

menghilangkan kesulitan dalam rangka memelihara lima unsur pokok di

atas.10 Jika kebutuhan peringkat kedua ini tidak terpenuhi, maka tidak akan

9 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.

10 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 310.

Page 33: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

24

mengakibatkan kehancuran dan kemusnahan bagi kehidupan manusia,

tetapi akan membawa kesulitan dan kesempitan.11

3. Maslahah Tahsiniyyah (kemaslahatan tersier), yaitu memelihata kelima

unsur pokok di atas dengan cara meraih dan menetapkan hal-hal yang

pantas dan layak dari kebiasaan-kebiasaan hidup yang baik, serta

menghindarkan sesuatu yang dipandang sebaliknya oleh akal sehat. 12

Apabila kebutuhan tingkat ketiga ini tidak terpenuhi, maka tidak akan

menimbulkan kemusnahan hidup manusia, akan tetapi kehidupan manusia

dipandang tidak layak menurut ukuran akal dan fitrah manusia. Perkara

yang terkait kebutuhan ini yaitu terkait dengan akhlak mulia dan adat yang

baik.13

Sementara itu, dilihat dari segi kandungan atau batasan maslahat atau

hubungannya dengan umat atau individu tertentu, Abû Bakr Ismail Muhammad

Miqa membagi dua kategori maslahah. Pertama, maslahah ‘ammah, yakni

maslahah yang pemeliharaannya menentukan kebaikan dan kesejahteraan segenap

masyarakat atau sebagian besar masyarakat, tanpa melihat pada satuan-satuan

individu dari mereka. Kedua, maslahah khassah, yakni maslahah yang

pemeliharaannya menentukan kebaikan dan kesejahteraan yang bersifat

individual, dari yang bersifat individual ini akan mengarah kepada kebaikan dan

kesejahteraan yang bersifat kolektif (publik).14

Sedangkan jika dilihat dari segi berubah atau tidaknya maslahat, Mushtafa

al-Syalabi membaginya kepada dua bagian maslahah. Pertama, maslahah al-

tsabitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak berbah sampai akhir

11 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.

12 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 311.

13 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.227.

14 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum

Vol 12, no. 2 (Desember 2014): h. 321.

Page 34: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

25

zaman.15 Misalnya kewajiban ritual ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan haji.16

Kedua, maslahah al-mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang berbubah-ubah

sesuai dengan perubahan tempat, waktu, dan subyek hukum.17 Kemaslahatan ini

berkaitan dengan permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam

masalah makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dan daerah lainnya.18

Selanjutnya, jika dilihat dari segi ada tidaknya ketegasan jastifikasi syara’

terhadap keberadaan atau legalitas maslahat, menurut al-Ghazali terbagi menjadi

tiga: (1) Maslahah Al-Mu’tabaroh, yaitu kemaslahatan yang mendapat ketegasan

justifikasi syara’ terhadap penerimaannya atau didukung oleh syara’. Dalam artian

adanya dalil khusus yang menjadikan dasar bentuk dan jenis dari kemaslahatan

tersebut. (2) Maslahah Al-Mulghah, yaitu kemaslahatan yang mendapat ketegasan

justifikasi syara’ terhadap penolakannya atau ditolak oleh syara’, karena

bertentangan dengan ketentuan syara’. (3) Maslahah Al-Mursalah, yaitu

kemaslahatan yang keberadaannya tidak mendapat ketegasan justifikasi syara’

atau tidak didukung syara’, dan tidak pula dibatalkan/ditolak syara’ melalui dalil

yang rinci. Muhammad Muslehuddin melihat bahwa kategorisasi maslahah

dengan trilogi maslahah mu‘tabarah - maslahah mulgah - maslahah mursalah

tetap harus mempertimbangkan dimensi kepentingan masyarakat dan realitas

sosial yang terus berubah sehingga hukum Islam (Syariah) harus bergerak seiring

sejalan dengan perubahan realitas sosial yang terjadi, yang pada gilirannya

fleksibilitas hukum Islam (Syariah) dapat dipertahankan.19

15 Muskana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum

Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

16 Muhammad Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum

islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.

17 Muskana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum

Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

18 Muhammad Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum

islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.

19 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum

Vol 12, no. 2 (Desember 2014): h. 320.

Page 35: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

26

B. Sejarah Pemindahan Ibu Kota dalam Islam

Dalam sejarah ketatanegaraan Islam, pemindahan ibu kota pernah beberapa

kali terjadi, berikut sejarahnya:

1. Masa al-Khulafa’ al-Rasyidun

Pemindahan ibu kota pada masa ini terjadi ketika masa pemerintahan

kalifah ‘Ali bin Abi Thalib, yaitu pada awal masa jabatannya sebagai

khalifah. Pada saat itu posisi khalifah ‘Ali sangat tidak diuntungkan, situasi

politik yang terpecah dan hanya sebagian kelompok umat Islam yang

berbaiat kepadanya.20 Oposisi pertama kali terhadap khalifah ‘Ali dimulai

terang-terangan oleh Aisyah, Thalhah dan Zubeir dengan latar belakang

pribadi masing-masing, sehubungan dengan penentangannya terhadap

khalifah ‘Ali, mereka sepakat untuk menuntut khalifah agar menghukum

pembunuh Utsman.21 Sedangkan di Syam, Muawiyah pun turut menuntut

balas kepada ‘Ali atas kematian Usman, sampai-sampai Muawiyah

mengangat dirinya sebagai khalifah tandingan di Syam. Namun walau

demikian, ‘Ali dianggap sah menduduki posisi khalifah karena didukung

oleh sebagian besar rakyat.22

Sebenarnya khalifah ‘Ali ingin menghindari pertikaian dan

mengajukan perundingan perdamaian kepada Aisyah, Thalhah dan Zubair,

namun upayanya penyelesaiannya sulit dicapai. Kontak senjata pun tak

terelakkan, munculah peperangan pada tahun 36 H yang dikenal dengan

nama “Perang Jamal” (Perang Unta) karena dalam pertempuran tersebut

Aisyah istri Nabi saw. mengendarai unta. Dalam pertempuran ini 20.000

20 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h.27.

21 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018) h. 110.

22 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 85.

Page 36: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

27

kaum muslimin gugur, Thalhah dan Zubair terbunuh ketika melarikan diri,

sedangkan Aisyah dikembalikan ke Madinah.23

Melihat kondisi Madinah yang chaos dengan ambisi lawan-lawan

politiknya serta sulitnya menjalankan pemerintahan, khalifah ‘Ali

memindahkan ibu kota ke Kufah.24 Di sini ‘Ali mendapatkan dukungan

penuh oleh rakyat. Sementara itu di Syam, Muawiyah telah bersiap untuk

menghadapi ‘Ali. Dalam mengahadapi Muawiyah, ‘Ali sempat mengadakan

perundingan untuk berdamai namun ditolak, akhirnya timbul peperanagn di

Siffin pada bulan Safar tahun 37 H/656.25 Banyak korban berjatuhan dari

kedua belah pihak. Pada akhirnya peperangan dihentikan dan diadakanlah

tahkim antara kedua belah pihak. Dalam tahkim ini menghasilkan keputusan

yang timpang, ‘Ali diturunkan jabatannya, sedangkan Muawiyah diangkat

menjadi khalifah.

2. Masa Dinasti Umaiyah

Setelah peperangan melawan ‘Ali, di Syam kedudukan Muawiyah

semakin kukuh didukung oleh penduduknya. Ia pun mulai membenahi

negara merangkul kembali tokoh-tokoh yang pernah dipecat oleh Ali dalam

jabatan gubernur, seperti mengangkat Al-Mughirah bin Syu’bah menjadi

gubernur Kufah dengan tugas khusus menumpas perlawanan pendukung Ali

yang masih setia. Serta melakukan berbagai macam kebijakan politik.26

Salah satu kebijakan politik Muawiyah yaitu memindahkan ibu kota

kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus, tempat Ia berkuasa sebagai

gubernur sebelumnya. 27 Alasan Muawiyah memilih kota ini sebagai ibu

23 Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2018) h. 111.

24 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

25 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 87.

26 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 90.

27 Linda Firdawaty, Negara Islam Pada Periode Klasik, h.75.

Page 37: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

28

kota karena kota ini merupakan kampung halaman kedua baginya, serta

merupakan basis Muawiyah dalam mendapatkan dukungan rakyat. Selain

jauh dari pusat oposisi di Kufah, Damaskus terletak di antara daerah-daerah

kekuasaan bani Umaiyah.28 Kebijakan ini merupakan keputusan yang tepat

bagi Muawiyah untuk mengamankan kedudukannya sebagai khalifah dan

mengamankan berjalannya roda pemerintahan.

3. Masa Dinasti Abbasiyah

Pemindahan ibu kota pada masa kekuasaan Bani Abbas terjadi

beberapa kali. Pada mulanya, pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah ada di

kufah, amun kota ini dinilai kurang aman, karena Kufah merupakan basis

pendukung Syiah yang sangat pro kepada ‘Ali.29 Oleh karena itu, khalifah

pertama pada masa bani Abbas ini yaitu Abu Abbas al-Saffah 30

memindahkan ibu kota ke Hasyimiyah, namun ternyata di sini juga belum

aman dari oposisi Syiah, karena jaraknya masih relatif dekat dengan

Kufah.31

Lalu pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far al-Manshur, ibu

kota dipindahkan ke Baghdad. 32 Kebijakan ini sangatlah tepat karena

posisinya yang strategis terletak di delta sungai Tigris. Baghdad juga

merupakan pust kebudayaan tertua (Babylonia) dalam sejarah peradaban

manusia. Dari sinilah khalifah al-Manshur melakukan konsolidasi

memantapkan bangunan kerajaannya dan meletakkan dasar-dasar

28 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 90.

29 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 97.

30 “Al-Saffah” adalah gela r yang diberikannya sendiri kepada dirinya ketika ia berpidato di

Kufah. Gelar in i dimaksudkannya untuk memadamkan pemberontakan kaum reaksioner dan sisa-

sisa Bani Umaiyah yang masih tertinggal, demi mempertahankan dan memperkuat kedudukannya.

(Lihat Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam, Juz. 3, h. 22-23). Al-Saffah juga berarti dermawan,

karena ia memberikan hadiah kepada penduduk Kufah yang membaiatnya. Lihat Ibn Atsir, Al-

Kamil fi al-Tarikh, (Beirut: Dar al-Shadir, 1965), h. 413.

31 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 97.

32 Munawir Haris, Situasi Politik Pemerintahan Dinasti Umayyah Dan Abbasiyah, h. 402.

Page 38: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

29

pemerintahan.33 Membuat semacam Lembaga eksekutif dan yudikatif serta

menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator dari

kementrian yang ada.34

Dan pada masa pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim ibu kota

dipindahkan dari Baghdad ke Samara. Dengan berbagai macam tujuan,

pertama sebagai tempat tinggal/istana baru kalifah, kedua sabagai hadiah

untuk Asynas yaitu seorang komandan tantara yang berkebangsaan Turki,

serta ketiga untuk menampung orang-orang Turki yang tidak tertampung di

Baghdad sebab mereka sering melakukan kerusuhan dan perkelahian.35

4. Masa Turki Utsmani

Pada masa kepemimpinan Orhan, Kesultanan Utsmani menguasai kota

Bursa dan menjadikannya sebagai ibu kota kesultanan. Lalu ketika Orhan

wafat, ia digantikan oleh putranya yang dikenal dengan Murad I. pada masa

Murad I ini ibu kota dipindahkan dari Bursa ke Edirne dengan tujuan

memusatkan perhatiannya ke Eropa, hasilnya Murad I berhasil menguasai

kota Sofia. Terakhir, ibu kota dipindahkan ke Konstantinopel oleh Mehmed

II setelah ditaklukan.36

C. Ibu Kota dalam Sistem Pemerintahan Islam

Dalam ketatanegaraan Islam, ibu kota pertama yaitu Madinah sebagai

negara sekaligus ibu kota. Dalam literatur tidak banyak yang menyebutkan seperti

apa bentuk ibu kota dalam sistem ketatenegaraan Islam. Dalam literatur yang

ditemukan hanya menyebutkan bahwa ibu kota menjadi tempat isana khalifah

33 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 98.

34 A Najili Aminullah, Dinasti Bani abbasiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, h. 21.

35 Mundzirin Yusuf, Khalifah Al-Mu’Tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah,

h. 132.

36 M. Affan, Kesultanan Utsmani: (1300-1517): Jalan Panjang Menuju Kekhalifahan, h.

106 dan 118.

Page 39: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

30

sekaligus sebagai pusat pemerintahan Islam dan apabila istana khalifah di

pindahkan berarti pindah juga pusat pemerintahan Islam.Dari kenyataan sejarah

yang panjang sejak abad ke-7 hingga abad ke-21 M, umat Islam telah

mempraktikan beragam bentuk kehidupan politik meliputi bentuk negara dan

sistem pemerintahan. Jika dilihat dari kenyataan sejarah, umat Islam telah

mempraktikan bentuk negara kesatuan dan negara federal:37

1. Negara Kesatuan

Negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang kekuasaan

tertinggi dipusatkan di pusat. Pemerintah pusat mempunyai wewenang

untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan

hak otonomi, tetapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi terletak pada

pemerintah pusat. Dalam sejarah praktik politik umat Islam, sejak zaman

Rasulullah hingga al-Khulafa al-Rasyidun jelas tampak bahwa Islam

dipraktekkan di dalam ketatanegaraan sebagai negara kesatuan, di mana

kekuasaan terletak pada pemerintahan pusat, gubernur-gubernur dan

panglima-panglima diangkat serta diberhentikan oleh khalifah. Hal ini

berlangsung sampai runtuhnya Daulah Umawiyah di Damaskus.38

Negara kesatuan Islam yang berbentuk republik dalam sejarah Islam

awal kemudian dirubah oleh Muawiyyah menjadi negara kesatuan Islam

yang berbentuk monarki (kerajaan) di mana kepala negara tidak lagi

dipilih oleh rakyat melainkan berdasarkan keturunan. Dalam kehidupan

kenegaraan sekarang, dua model ketatanegaraan ini oleh umat Islam

dipraktikkan di beberapa negara. Bentuk negara kesatuan Islam yang

berbentuk republik telah dipraktekkan Republik Islam Iran yang beraliran

Syiah dan Republik Islam Pakistan, Republik Irak, dan Republik

Afghanistan yang beraliran Sunni. Sedangkan bentuk negara kesatuan

Islam yang berbentuk monarki dipraktikkan oleh Arab Saudi, Jordania,

37 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 202.

38 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 198-200.

Page 40: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

31

Uni Emirat Arab, dan lainnya di mana pergantian kekuasaan tidak

ditentukan oleh suara rakyat melainkan keturunan penguasa.39

Model negara kesatuan Islam yang di praktekkan oleh masyarakat

Muslim zaman sekarang tidak lagi dalam bentuk negara yang wilayahnya

berskala internasional seperti pada masa dinasti-dinasti Islam masa lalu,

melainkan dalam bentuk negara bangsa (nation-state). Kini, umat Islam

mempraktikkan negara kesatuan Islam dalam bentuk negara bangsa

(nation-state) sebagai respon terhadap konteks negara-negara yang

berkembang di masa sekarang.

2. Negara Federal

Sekalipun terdapat perbedaan antara negara federa satu sama lain,

pasti ada satu prinsip yang sama, yaitu bahwa soal-soal yang menyangkut

negara dalam keseluruhannya diserahkan kekuaaan federal. Dalam hal-hal

tertentu seperti mengadakan perjanjian internasonal atau mencetak uang,

pemerintah federal bebas dari bagian-bagian dan dalam bidang itu

pemerintah federal mempunyai kekuasaan yang tertinggi. Tetapi untuk

soal-soal yang menyangkut negara bagian dan tidak termasuk kepentingan

nasional, diserahkan pada kekuasaan negara bagian.

Dalam praktis sejarah politik umat Islam, sejak mulai lahir di zaman

nabi sampai pada zaman al-Khulafa al-Rasyidun, Dinasti Umayah dan

permulaan Abbasiyah, negara Islam masih berbentuk kesatuan. Baru di

zaman Khalifah Harun al-Rasyid (170-193 H / 789-809 M), di mulai

rencana pembentukan negara federasi. Kemudian pada 184 H menyetujui

berdirinya negara Aglabiyah di Tunis yang didirikan oleh Ibrahim bin

Aglab. Negara ini berdiri selama satu abad lebih, dari 184 H / 800 M

sampai 296 H / 908 M.40

39 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 201.

40 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 202-203.

Page 41: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

32

Rencana ini dilanjutkan kembali oleh Khalifah Ma’mun (198-218 H /

813-833 M. Diperintahkan kepada wazir tercakap bernama Tahit bin

Husen untuk mendirikan suatu negara bagian sebagai percobaan (model)

di Khurasan dengan nama Thahiriyah. Percobaan ini sangat penting, bukan

saja karena kepala negaranya orang pilihan yang ditunjuk dari pusat, tapi

lebih lagi karena daerah percobaan itu dilakukan di Khurasan tempat

tumbuh dan berdiriinya organisasi Abbasiyah yang pertama.41

Adapun sistem pemerintahan yang pernah dipraktikkan dalam Islam sangat

terkait dengan kondisi kontekstual yang dialami oleh masing-masing umat. Dlam

rentang waktu yang sangat panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, umat

Islam pernah mempraktekkan beberapa sistem pemerintahan yang meliputi sistem

pemerintahan khilafah (khilafah berdasarkan syura dan khilafah berdasarkan

monarki), imamah, monarki, dan sistem pemerintahan demokrasi. Negara-negara

Islam saat ini menggunakan berbagai macam sistem pemerintahan dalam

mengurus negaranya, ada yang menggunakan sistem presindensil, monarki

absolut dan monarki konstitusional, dan ada pula yang menggunakan sistem

pemerintahan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang dianggap modern.

Walaupun umat Islam dari masa ke masa menggunakan berbagai macam bentuk

dan sistem pemerintahan yang pernah di gunakan, kedudukan ibu kota dalam

Islam pasti menjadi kota utama pusat pemerintahan, perekonomian, politik,

budaya, pembanguan, dan pusat-pusat lainnya.

41 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 204.

Page 42: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

33

BAB III

PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dalam Pemindahan Ibu Kota Jakarta

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan berasal dari kata “bijak”

yang artinya selalu menggunakan akal budinya, pandai, dan mahir. Apabila

diformulasikan dengan imbuhan ke- dan -an, maka akan berarti sebagai suatu

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang

pemerintahan, organisasi, dan sebagainya).1

Dalam berbagai literatur, kebijakan publik didefinisikan secara beragam,

karena dalam suatu disiplin ilmu terdapat perspektif atau cara pandang yang

bervariasi. Mengikuti definisi dari Thomas Dye (1975) misalnya, hampir semua

yang diputuskan atau tidak diputuskan oleh pemerintah termasuk dalam definisi

sebagai kebijakan (Whatever governments choose to do or not to do). Friedrich

(2007) mengatakan bahwa kebijakan adalah keputusan yang diusulkan oleh

individu, kelompok atau pemerintah yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu

permasalahan. Sejalan dengan Friedrich, Sharkansky (1970) mendefinisikan

kebijakan sebagai tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.2

Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa kebijakan publik merupakan

salah satu instrumen pemerintah untuk mencapai suatu tujuan.

Shafritz dan Russel (1997) menjelaskan proses pembuatan kebijakan

sebagai sebuah siklus. Dimulai dari pertama, penetapan agenda kebijakan (agenda

setting) dimana masalah-masalah publik diindentifikasi menjadi masalah

kebijakan. Kedua, memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan kebijakan.

Ketiga, melaksanakan kebijakan (implementasi). Keempat evaluasi kebijakan

(baik berupa program atau kegiatan) beserta dampaknya.

1 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kebijakan, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13

WIB.

2 Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebijakan Publik”

(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.11.

Page 43: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

34

Kelima melakukan umpan balik, yakni memutuskan apakah kebijakan tersebut

akan diteruskan, direvisi atau dihentikan.1

Dari perspektif demokrasi, kebijakan publik yang akan diimplementasikan

harus mendapatkan dukungan dari publik, yang bisa digali dengan berbagai

metode aspirasi, seperti dengar pendapat atau konsultasi publik, diskusi kelompok

terfokus, dan sebagainya. Informasi dari publik sangat penting karena realitasnya

kemampuan wawasan, pengetahuan dan penguasaan pembuat kebijakan tentang

masalah-masalah publik kadangkala terbatas. Selain itu, dapat dikatakan bahwa

keterlibatan publik yang lebih tinggi dalam proses pembentukan kebijakan,

semakin tinggi rasa memiliki dan dukungan publik untuk kebijakan, sehingga

mendorong penerapan dan penegakan kebijakan yang efektif. Partisipasi

pemangku kepentingan dan konsultasi publik ini penting untuk meningkatkan

transparansi, membangun kepercayaan publik dan mengurangi risiko

implementasi. Dengan kata lain, kebijakan publik dibuat untuk kepentingan

publik yang luas, bukan hanya untuk menjaga kepentingan para pembuat

kebijakan atau kelompok tertentu.2

Pemindahan Ibu kota Indonesia sudah dari lama digaungkan dari awal

kemerdekaan dan setiap kali berganti presiden, negeri ini terus diberi gagasan

pemindahan ibu kota yang pada akhirnya tidak juga terealisasi. Baru pada saat

pemerintahan Presiden Joko Widodo pada senin, 26 Agustus 2019 tahun lalu,

Presiden Joko Widodo mengumumkan hasil kajian pemerintah mengenai lokasi

pemindahan ibu kota baru Republik Indonesia. Melalui serangkaian kajian selama

tiga tahun belakangan, Presiden menetapkan dua wilayah di Provinsi Kalimantan

Timur sebagai lokasi pembangunan ibu kota baru, yaitu sebagian Kabupaten

Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.3

1 Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebijakan Publik”

(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.15.

2 Erna Irawati dan Ambar Widaningrum, “Modul I: Konsep dan Studi Kebijakan Publik”

(dalam modul Pelatihan Analisis Kebijakan, Lembaga Administrasi Negara 2015), h.16.

3 https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_kota_b

aru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.

Page 44: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

35

Alasan utama pemerintah dalam pemindahan ibu kota ini yaitu pertama,

beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis,

pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa, dan juga airport (bandar

udara) dan pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia. Kedua, beban Jakarta dan

beban Pulau Jawa yang semakin berat dalam hal kepadatan penduduk, kemacetan

lalu lintas yang sudah terlanjur parah, dan polusi udara dan air yang harus segera

ditangani. 4

Alasan pemerintah menetapkan Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi

pembangunan ibu kota baru yaitu pertama, risiko bencana minimal, baik bencana

banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor.

Kedua, lokasinya yang strategis, berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga,

lokasinya berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang, yaitu

Balikpapan dan Samarinda. Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif

lengkap. Dan yang kelima, telah tersedia lahan yang dikuasai pemerintah seluas

180.000 hektare.

Pemerintah menegaskan bahwa dalam pembangunan ibu kota baru ini bukan

satu-satunya upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan Pulau Jawa dan

luar Jawa. Karena selain itu pemerintah juga akan membangun industrialisasi di

luar Jawa berbasis hilirisasi sumber daya alam. Dan ibu kota lama yaitu Jakarta

akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan terus dikembangkan menjadi kota

bisnis, kota keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa berskala regional dan

global seperti kota Kuala Lumpur dan Seoul. Dan rencana Pemprov DKI Jakarta

untuk melakukan urban regeneration tetap terus dijalankan dan pembahasannya

sudah pada level teknis dan siap dieksekusi.5

Belum ada produk hukum atau regulasi terkait keputusan penetapan

pembangunan ibu kota baru yang di keluarkan oleh pemerintah. Rencananya

4 https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di istana-negara-provinsi-dki-

jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.

5 https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di-istana-negara-provinsi-dki-

jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.

Page 45: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

36

pemerintah akan membuat regulasi berbarengan dengan penyusunan omnibuslaw

yang sampai sekarang belum kunjung selesai pembahasannya oleh DPR karena

banyak pasal karet dalam susunan omnibuslaw tersebut sehingga banyak

masyarakat yang menolak dan juga karena terkendala adanya situasi darurat

pandemi Corona yang sedang melanda dunia.

B. Latar Belakang Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia

Pemerintah akan memindahkan ibu kota dari DKI Jakarta ke sebagian

Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Provinsi Kalimantan Timur. Wacana pemindahan ibu kota ini mulanya muncul di

era kepemimpinan Presiden Soekarno, bahkan sudah muncul sejak era kolonial.

Pada era kolonial tepatnya pada era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman

Willem Daendels (1762-1818), ia ingin memindahkan ibu kota dari Batavia

(Jakarta) ke Surabaya. Ada dua alasan penting Daendels ingin memindahkan ibu

kota ke Surabaya.

Pertama, alasan kesehatan, karena di Batavia (Jakarta) banyak sumber

penyakit. Batavia (Jakarta) pada saat itu sempat dijuluki sebagai “Ratu dari

Timur,” namun seiring waktu terkenal sebagai kuburan orang-orang Belanda

karena banyaknya penyakit malaria dan kolera yang menjadi penyebab kematian

orang-orang Belanda. Penilaian lain terhadap Jakarta datang dari Hendrik Freek

Tillema, ahli kesehatan dari Belanda. Hendrik saat itu telah menyatakan Batavia

(Jakarta) sebagai tempat yang tak layak sebagai pusat pemerintahan, berdasarkan

fakta bahwa Jakarta sebagai salah satu kota pelabuhan yang pada umumnya

berhawa panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Dia lantas mengusulkan

Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda, yang kemudian mulai dilaksanakan

oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921) pada 1920.

Kedua, alasan pertahanan, di Surabaya terdapat benteng dan pelabuhan. Namun

rencana itu gagal di tengah jalan.6

6 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-pemindah

an-ibu-kota-sejak-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54 WIB.

Page 46: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

37

Sejarah perencanaan pemindahan ibu kota sebagai pusat pemerintahan

berlanjut di masa kemerdekaan. Dilihat dari segi ketatanegaraan, tindakan hukum

pemindahan ibu kota merupakan suatu kebijakan hukum yang sangat futuristik

dan sangat berpengaruh penting bagi masa depan Republik Indonesia.

Pemindahan ibu kota pasca kemerdekaan sudah pernah dilakukan, namun dalam

konteks keadaan darurat negara. Dalam sejarah, Ibu kota Indonesia pernah

beberapa kali berpindah ke Yogyakarta dan Bukittinggi sebagai ibu kota

pemerintahan darurat kala itu.

Pertama, pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta ketika terjadi

Agresi Militer ke-I Belanda pada tanggal 29 September 1945, berselang setelah

lima bulan deklarasi kemerdekaan RI. Prosesnya, pada 2 Januari 1946 Sultan HB

IX mengirim kurir utusan ke Jakarta dan menyarankan agar ibu kota NKRI

dipindahkan ke Yogyakarta. Dan pada 4 Januari 1946, Presiden Soekarno

memindahkan ibu kota negara ke Yogyakarta untuk pertama kalinya. Alasan yang

paling mendasar pada saat itu adalah karena Jakarta telah jatuh ke tangan Belanda.

Sementara Yogyakarta dinilai paling siap dari sisi ekonomi, politik, dan

keamanan.7

Pada 1947 pemerintah membentuk Panitya Agung yang bertugas

menyelidiki dan merencanakan penempatan ibu kota negara. Presiden Sukarno

termasuk salah satu anggota Panitya Agung. Panitya Agung ini dibentuk di

tengah-tengah kekacauan yang terjadi di Jakarta akibat pendudukan oleh pasukan

Belanda. Dari Panitya Agung inilah muncul sejumlah daerah selain Jakarta yang

ditimbang layak menjadi ibu kota negara. Daerah itu antara lain Bandung,

Malang, Surabaya, Surakarta, hingga Kabupaten Temanggung dan Magelang.8

Namun, Agresi Militer belanda ke-II pada 19 Desember 1948

mengakibatkan jatuhnya Yogyakarta sebagai ibu kota NKRI ke tangan Belanda.

7 https://www.liputan6.com/regional/read/4055085/menengokperjalanansejarahibukotari#:

~:text=Pertama%2C%20perpindahan%20ibu%20kota%20dari,kota%20NKRI%20dipindahkan%2

0ke%20Yogyakarta., diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.36 WIB.

8 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-pemindaha

n-ibu-kota-sejak-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54 WIB.

Page 47: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

38

Selanjutnya Presiden Soekarno memberikan surat kuasa kepada Safruddin

Prawiranegara yang berada di Bukit Tinggi untuk mendirikan pemerintahan

darurat kala itu. Pada 22 Desember 1948, Syarifudin Parwiranegara

mengumumkan bedirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di

Bukittinggi Sumatera Barat. Maka Bukittinggi menjadi ibu kota pemerintahan

darurat.9 Setelah Bukit Tinggi, ibu kota juga sempat berpindah-pindah secara

rahasia pada masa pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI). Tetapi

hingga revolusi selesai dan pemerintahan kembali ke Jakarta, tidak ada kejelasan

terkait rencana penetapan ibu kota negara yang baru.

Berkaca pada sejarah yang ada, keputusan pemindahan ibu kota yang saat

ini dilakukan pemerintahan Jokowi dianggap telah memenuhi 2 unsur penting

yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorongnya yaitu seperti

kemacetan yang kita bisa bayangkan 40 tahun lagi jadinya akan seperti apa,

kemudian banjir, tenggelamnya Jakarta Utara karena kenaikan air laut 2 cm yang

terus meningkat, bahkan sampai ada yang meramal tahun 2050, 90% Jakarta Utara

akan tenggelam. Belum lagi faktor-faktor yang lain seperti kepadatan penduduk,

polusi udara dan air yang semakin hari semakin parah. Itu yang menjadikan itu

faktor pendorong.10

Terkait perjalanan Jakarta sebagai ibu kota dalam konteks ketatanegaraan.

Secara historis, penamaan Daerah Khusus Ibukota pertama kali tertuang dalam

Penetapan Presiden Republik Indonesia (Perpres) No. 2 Tahun 1961 Tentang

Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Dalam konsideransnya dalam

muatan menimbang, Presiden Soekarno menyatakan Jakarta Raya sebagai Ibu

Kota Negara dijadikan kota indoktrinasi, kota teladan, dan kota cita-cita bagi

seluruh bangsa Indonesia. Sehingga harus perlu memenuhi syarat-syarat minimum

dari kota internasional sesegera mungkin, dan untuk itu Jakarta Raya harus

9 9 https://www.liputan6.com/regional/read/4055085/menengokperjalanansejarahibukotari#:

~:text=Pertama%2C%20perpindahan%20ibu%20kota%20dari,kota%20NKRI%20dipindahkan%2

0ke%20Yogyakarta., diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.36 WIB.

10 https://www.cnbcindonesia.com/news/20190824170134-4-94393/sejarah-mencatat-terny

ata-ibu-kota-ri-pernah-pindah, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.15 WIB.

Page 48: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

39

diberikan kedudukan yang khusus sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh

Presiden/Pemimpin Besar Revolusi.

Landasan yuridis berikutnya adalah UU No. 10 Tahun 1964 tentang

Pernyataan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya Tetap sebagai Ibu Kota Negara

Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta. Undang-undang ini juga hanya berisi

dua pasal yang menyatakan “Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya dinyatakan

tetap sebagai Ibu kota Negara Republik ndonesia dengan nama JAKARTA”

dalam pasal satu. Dan dalam pasal dua yang menyatakan “Undang-undang ini

mulai berlaku pada hari diundangkannya dan mempunyai daya surut sampai

tanggal 22 Juni 1964.” Daya surutnya yaitu sejak Presiden Soekarno

mengumumkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota

Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.

Pada konsiderans UU No. 10 Tahun 1964 ini tertera bahwa penegasan ini

diperlukan karena merupakan kota pencetusan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Juga pusat penggerak segala kegiatan,

serta merupakan kota pemersatu dari pada seluruh aparat, revolusi dan penyebar

ideologi Pancasila ke seluruh dunia.

Landasan yuridis berikutnya yaitu UU No. 11 Tahun 1990 tentang Susunan

Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakart. Setelah

presiden Soeharto mengeluarkan landasan yuridis ini maka status kedua UU

sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam konsideransnya

disebutkan Jakarta sebagai Ibu kota Negara Republik Indonesia memiliki

kedudukan dan peranan yang penting, baik dalam mendukung dan memperlancar

penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia maupun dalam

membangun masyarakatnya yang sejahtera, dan mencerminkan citra budaya

bangsa Indonesia.

Kemudian Presiden Habibie saat reformasi tahun 1998, mengubah kembali

payung hukum DKI Jakarta melalui UU No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Propinsi Daerah khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta, UU ini

mempertegas kekhususan yang dimiliki oleh Provinsi Jakarta karena statusnya

sebagai Ibu kota negara.

Page 49: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

40

Terakhir pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diubah kembali

payung hukum DKI Jakarta melalui UU No. 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan

Propinsi Daerah khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Terkait Keputusan Pemerintah mengenai pemindahan ibu kota dari DKI

Jakarta ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten

Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Belum ada landasan yuridis yang

di keluarkan oleh pemerintah, karena memindakan ibu kota sudah otomastis

banyak sekali UU yang harus di revisi atau bahkan di ubah keseluruhannya, dan

ini merupakan proses panjang serta jalan panjang dalam sejarah pemindahan Ibu

Kota Negara Republik Indonesia.

C. Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia

Mengelola ibu kota bukanlah hal yang mudah karena ibu kota adalah kota

utama dalam kegiatan sosial, ekonomi, dan politik sehingga kesalahan

pengelolaan berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan. Dampak demografi

dan ekonomi yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik akan

menimbulkan berbagai masalah perkotaan. Masalah yang timbul akibat kesalahan

pengelolaan ibu kota antara lain terjadinya sentralisasi ekonomi dan politik,

ketimpangan ekonomi, buruknya sistem transportasi, tingginya angka kemiskinan,

pengangguran, serta timbulnya konflik horizontal.11

Untuk mengatasi berbagai permasalahan ibu kota, salah satu solusi yang

bisa dilakukan sebuah negara adalah dengan memindahkan ibu kotanya. Tetapi

sebelum itu dilakukan perlu ada analisis kuat dari berbagai aspek bidang, dari

aspek keruangan, ekologis dan kewilayahan serta dampak sosial, ekonomi, dan

politik, menghasilkan suatu pemikiran bahwa pemindahan ibu kota merupakan

suatu keharusan.

11 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 2.

Page 50: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

41

Pemindahan ibu kota, bersamaan dengan pembangunan negara dan bangsa,

telah menjadi bagian penting dari pembentukan negara-negara pascakolonial. Ada

perdebatan nasional dan proyek-proyek besar tentang masalah ini di banyak

negara, mulai dari Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Pakistan di Asia; Pantai

Gading, Tanzania, Malawi dan Zimbabwe di Afrika; Brasil, Argentina dan Kosta

Rika di Amerika Selatan. Bahkan di Afrika Selatan ada perdebatan tentang

konsolidasi pusat eksekutif dan legislatif yang saat ini dibagi antara

Pretoria/Tshwane dan Cape Town, dengan memindahkan Parlemen ke Pretoria.

Namun, seiring waktu hanya beberapa negara yang telah melakukan relokasi

aktual dan sebagian besar proyek telah ditunda tanpa batas waktu. Namun

demikian, dua perkembangan telah menarik dari pemindahan ibu kota kembali ke

ranah publik dan akademik. Pertama, perkembangan kota yang pesat, integrasi

negara-negara pascakolonial ke dalam sistem internasional, dan pertumbuhan

perdagangan antar negara telah menciptakan tantangan baru bagi ibu kota,

terutama di negara berkembang. Selain itu, pemanasan global telah menciptakan

risiko baru bagi beberapa ibu kota, contohnya adalah meningkatnya frekuensi dan

intensitas banjir yang melanda Jakarta, Indonesia. Kedua, kemajuan teknologi

komunikasi dan informasi telah secara signifikan mengurangi biaya pemindahan

ibu kota. Akibatnya, sekitar tiga puluh negara saat ini mempertimbangkan proyek

pemindahan ibu kota, termasuk Korea Selatan, Sudan Selatan, Jepang, Filipina,

Indonesia dan Federasi Rusia.12

Sejak Perang Dunia II berakhir, beberapa negara di dunia banyak yang telah

memindahkan ibu kotanya dengan beragam pertimbangan. Terdapat tiga

pertimbangan umum pemindahan ibu kota, yaitu: pertimbangan politik,

pertimbangan sosio-ekonomi dan pertimbangan fisik.13

12 Denys Reva “Capital City Relocation And National Security: The Cases Of Nigeria And

Kazakhstan,” Mini-Dissertation Master Of Secutity Studies (MSS), Department of Political

Sciences University Of Pretoria Faculty Of Humanities, 2016, h. 1.

13 Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara (Artikel Asisten profesor dan koordinator

program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.

Page 51: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

42

Pemindahan ibu kota di NKRI sangat dimungkinkan karena di dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia dan Amandemennya tidak diatur

secara tegas. Dalam UUD 1945 Bab II Pasal 2 ayat (2) tertulis: “Majelis

Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota

negara.” Dalam konstitusi tersebut tidak ada pasal yang menyebutkan dimana dan

bagaimana ibu kota negara diatur. Di sini dapat dilihat bahwa terdapat fleksibilitas

dalam mengatur termasuk memindahkan Ibu kota negara.

Pemindahan ibu kota NKRI merupakan suatu keharusan, karena di ibu kota

yang sekarang yaitu Jakarta timbul berbagai macam permasalahan yang sangat

kompleks, berbagai macam kejadian kritis akibat faktor sosial, ekonomi, politik,

lingkungan dan bencana yang sejatinya timbul karena ketidak seriusan pemerintah

dalam melaksanakan tugasnya. Pembangunan Jakarta sebagai ibu kota juga turut

berdampak pada pembangunan ekonomi yang terlalu memusat sehingga

menimbulkan adanya sentralisasi ekonomi nasional. Hal ini menyebabkan Jakarta

semakin dipadati oleh para pendatang dari berbagai daerah yang berharap dapat

memperbaiki kehidupan ekonominya sehingga menyebabkan tingginya arus

urbanisasi. Besarnya jumlah penduduk yang ditambah dengan tingginya arus

urbanisasi menyebabkan timbulnya berbagai masalah demografi di Jakarta.14

Dengan berbagai fakta yang ada, didapat kecenderungan bahwa dalam

analisis garis besar aspek keruangan, ekologis, serta dampak sosial, ekonomi, dan

politik, menunjukkan bahwa pemindahan ibu kota merupakan suatu keharusan

yang harus dilakukan pemerintah demi mengurangi beban Jakarta sebagai pusat

pemerintahan dan pusat bisnis yang sudah terlampau tinggi, serta menciptakan

pemerataan ekonomi dan pembangunan di negara ini, dan juga demi menciptakan

ibu kota yang baik bagi kelangsungan pemerintahan Indonesia.

14 Ecky Agassi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemiindahan Ibu kota

Negara”, (Skripsi S-1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Pertanian Bogor, 2013), h. 2.

Page 52: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

43

D. Gagasan dan Polemik Pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan

Jakarta adalah kota metropolitan yang super sibuk karena predikatnya

sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia menjadikannya memiliki gelar

Daerah Khusus Ibu Kota (DKI). Kemacetan, kepadatan penduduk, kapadatan

pembangunan, banjir kiriman, banjir rob, pencemaran udara dan air dan

permasalahan lainnya yang timbul di kawasan ibu kota yang semakin lama

semakin parah. Salah satu solusi untuk membenahi itu semua adalah

memindahkan ibu kota ke tempat lain. Akibat munculnya pemasalahan-

permasalahan ibu kota ini timbulah berbagai macam gagasan pemindahan ibu kota

negara ke tempat lain yang lebih kondusif dan luas.

Gagasan wacana pemindahan Ibu Kota sudah muncul sejak era

Pemerintahan Soekarno, Orde Baru, Reformasi, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, dan era Presiden Joko Widodo, bahkan sudah muncul sejak era

kolonial. Pada era kolonial tepatnya pada era Gubernur Jenderal Hindia Belanda

Herman Willem Daendels (1762-1818), ia ingin memindahkan ibu kota dari

Batavia (Jakarta) ke Surabaya. Ada dua alasan penting Daendels ingin

memindahkan ibu kota ke Surabaya.

Pertama, alasan kesehatan, karena di Batavia (Jakarta) banyak sumber

penyakit. Batavia (Jakarta) pada saat itu sempat dijuluki sebagai “Ratu dari

Timur,” namun seiring waktu terkenal sebagai kuburan orang-orang Belanda

karena banyaknya penyakit malaria dan kolera yang menjadi penyebab kematian

orang-orang Belanda. Penilaian lain terhadap Jakarta datang dari Hendrik Freek

Tillema, ahli kesehatan dari Belanda. Hendrik saat itu telah menyatakan Batavia

(Jakarta) sebagai tempat yang tak layak sebagai pusat pemerintahan, berdasarkan

fakta bahwa Jakarta sebagai salah satu kota pelabuhan yang pada umumnya

berhawa panas, tidak sehat, mudah terjangkit wabah. Dia lantas memberi usulaan

agar Bandung yang menjadi ibu kota Hindia Belanda, yang kemudian mulai

dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum (1916-1921)

Page 53: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

44

pada 1920. Kedua, alasan pertahanan, di Surabaya terdapat benteng dan

pelabuhan. Namun rencana itu gagal di tengah jalan.15

Pada era Presiden Soekarno, gagasan wacana pemindahan ibu kota dari

Jakarta ke Palangkaraya muncul pada tahun 1950-an, yaitu pada saat meresmikan

pembangunan Kota Palangkaraya pada Tahun 1957, Presiden Soekarno

mewacanakan rencana pemindahan lokasi ibu kota ke daerah tersebut.

Palangkaraya adalah kota baru yang dibangun dengan membuka hutan di pinggir

sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Keseriusan Presiden Soekarno pada saat itu

dalam membangun kota Palangkaraya dibuktikan dengan mendatangkan ahli

perencana kota dari Rusia untuk mendesain Kota Palangkaraya sebagai calon Ibu

Kota Negara Republik Indonesia. Keseriusan tersebut menjadikan tata bangunan

Kota Palangkaraya tampak rapi, jalan dominan lurus, rumah-rumah di tepi jalan

dibuat masuk ke dalam, sehingga bila sewaktu-waktu jalan dilebarkan, pemerintah

tidak perlu menggusur warga, apalagi lahan yang tersedia masih mencukupi.16

Walau demikian seriusnya gagasan ini, pada praktiknya tidak terealisasi karena

perekonomian Indonesia yang terpuruk di awal tahun 1960-an menghambat

keberlanjutan wacana tersebut.17

Pada era Presiden Soeharto yaitu masa Orde Baru, gagasan wacana

pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia seakan sirna karena pada saat

itu pemerintah lebih memfokuskan pembangunan di Jawa dengan menjadikan

Jakarta sebagai pusat pemerintahan serta pusat bisnis. Akibatnya, Kota Jakarta

menjadi pusat urbanisasi nasional. Palangkaraya bukan hanya satu-satunya

alternatif lokasi pemindahan ibu kota yang pernah dikaji oleh pemerintah

Indonesia. Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto juga mewacanakan

pemindahan lokasi Ibu Kota Negara ke Jonggol melalui Keppres Nomor 1 Tahun

15 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190429081114-20-390452/sejarah-pemindaha

n-ibu-kota- sejak-era-hindia-belanda, diakses pada 25 Juli 2020 Pukul 23.54 WIB.

16 Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume

19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda , Desember 2018), h. 119.

17 https://www.theindonesianinstitute.com/wp-content/uploads/2019/09/MENYOAL-PEMI

NDAHAN-IBU-KOTA_VUNNY_PENELITI-SOSIAL-TII_TIF-57.pdf, diakses pada 25 Juli 2020

Pukul 18.54 WIB.

Page 54: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

45

1997 Tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan Jonggol Sebagai Kota

Mandiri.18

Pada era Presiden BJ Habibie yaitu pasca reformasi, Presiden BJ Habibie

juga pernah mewacanakan kemungkinan pemindahan Ibu Kota dari DKI Jakarta

ke Sidrap, Sulawesi Selatan. Alasan Habibie, daerah ini juga bisa dianggap berada

di tengah-tengah wilayah Indonesia.19

Pada era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), awal munculnya

gagasan wacana pemindahan ibu kota negara pada masa pemerintahannya yaitu

pada saat kampanye pemilihan gubernur DKI Jakarta pada tahun 2007 menyusul

banjir besar yang melanda Jakarta pada bulan Februari 2007. Pasalnya, Jakarta

dianggap tidak mampu mengatasi masalah banjir dan kemacetan lalu lintas yang

akan mengganggu peran Jakarta sebagai ibu kota negara. Bahkan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono mulai membicarakan gagasan wacana pemindahan ibu kota

negara dari Jakarta ketika menghadiri Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah

Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Palangkaraya pada awal Desember 2009.

Menurut Presiden SBY, beban fungsi pelayanan dan kelayakan Jakarta sebagai

ibu kota negara semakin berat. Pembahasan pemindahan ibu kota negara harus

dikaji dari berbagai aspek dan tidak hanya melihat faktor kemacetan di Jakarta

sebagai alasan pemindahan ibu kota negara, tetapi juga dilihat sebagai upaya

strategis untuk mendistribusikan pembangunan secara merata.20

Pada awal September 2010, Presiden SBY mengemukakan keseriusannya

dalam gagasan wacana pemindahan ibu kota negara dengan pembentukan tim

kecil yang ditugaskan untuk mengkaji ide pemindahan ibu kota negara. Hasil dari

kajian pemindahan ibu kota yaitu muncul tiga skenario dalam pemindahan ibu

kota negara, yaitu pertama, tetap mempertahankan Jakarta sebagai ibu kota negara

18 Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume

19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Desember 2018), h. 119-120.

19 Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume

19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda , Desember 2018), h. 120.

20 Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara (Artikel Asisten profesor dan koordinator

program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah State University, AS.

Page 55: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

46

dan dilakukan pembenahan terhadap semua permasalahan; kedua, memindahkan

pusat pemerintahan dari Jakarta ke lokasi baru yang tetap berada di pulau Jawa;

ketiga, memindahkan ibu kota negara dan pusat pemerintahan ke lokasi baru di

luar pulau Jawa.

Pada era Presiden Joko Widodo tampaknya melebihkan usaha mewujudkan

gagasan lama Presiden Soekarno untuk memindahkan Ibu Kota Negara Republik

Indonesia dari Jakara ke Palangkaraya. Bukan sekadar alasan politis tapi sudah

saatnya keruwetan Kota Jakarta saat ini, terutama menyangkut transportasi dan

lingkungan hidupnya, hanya bisa diurai dengan memecah konsentrasi kegiatan

nasional ke luar Jakarta, terutama luar Jawa. 21 Dan pada akhirnya pada 26

Agustus 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan hasil kajian pemerintah

mengenai lokasi pemindahan ibu kota baru Republik Indonesia. Melalui

serangkaian kajian selama tiga tahun belakangan, Presiden menetapkan dua

wilayah di Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi pembangunan ibu kota baru,

yaitu sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai

Kartanegara.22

Pemindahan ibu kota bukan perkara mudah. Pemindahan ibu kota

membutuhkan rentang waktu yang cukup lama untuk menyiapkan berbagai

macam penujang infrastruktur dasar untuk pusat pemerintahan. Infrastruktur dasar

tersebut seperti pengadaan jalan, transportasi, energi listrik, hingga air bersih.

Walaupun gagasan pemindahan ibu kota sudah sejak lama digaungkan dari

gagasan ini timbul bebagai macam polemik, ada yang pro dan ada juga yang

kontra terhadap gagasan tersebut, walau pada akhirnya terealisasi juga walaupun

dalam prosesnya masih dalam tahapan perjalanan yang panjang.

Gagasan wacana pemindahan ibu kota ini menuai banyak polemik di

masyarakat, sebagai contoh ada yang pro dan ada yang kontra terhadap banjir di

Jakarta, bagi yang terkena banjir berpendapat menginginkan ibu kota pindah, bagi

21 Wesley Liano Hutasoit, Analisa Pemindahan Ibu Kota Negara (Jurnal Dedikasi Volume

19, Nomer 2), (Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Desember 2018), h. 120.

22 https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_kota_b

aru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.

Page 56: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

47

yang tidak terdampak berpendapat tidak menginginkan ibu kota dipindahkan.

Beberapa polemik yang di temukan sebagai berikut.

Pertama, terkait Regulasi. Anggota Komisi II dari Fraksi Partai Amanat

Nasional (PAN) Yandri Susanto mengatakan, pemindahan ibu kota negara baru

bisa dilakukan apabila undang-undang (UU) tentang pemindahan ibu disahkan. Ia

menegaskan, apabila pemerintah tetap melakukan pembangunan sebelum

disahkannya UU, maka pembangunan itu adalah ilegal. Dana yang digunakan

dalam pembangunan ibu kota itu dinilai ilegal, karena tidak bisa

dipertanggungjawabkan secara hukum. Ia mengatakan dalam prosesnya,

pemindahan ibu kota tidak boleh prematur. Ia mengatakan, pemerintah harus

mengajukan regulasi dan naskah akademik yang berisi tinjauan teknis, filosofis,

sosial politik dan anggaran. Tak hanya itu, menurut Yandri, ada banyak UU yang

harus direvisi total sebelum pemerintah memulai pembangunan di Kalimantan

Timur. Sebagai contoh, UU masalah DKI Jakarta yang pastinya harus duibah

yaitu UU no 29 tahun 2007, masalah UU ASN, mengenai posisi aset negara yang

ada di Jakarta. Karena itu, menurutnya masih belum saatnya dilakukan

pemindahan ibu kota.23

Kedua, Ibu Kota Pindah Saat Kemiskinan Masih Tinggi. Achmad Hafidz

Tohir selaku Wakil Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

menanyakan bagaimana urgensi pemindahan ibu kota yang dicanangkan

pemerintah. Padahal, menurutnya, kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi.24

Ketiga, Anggaran Secara terpisah. Edhy Prabowo selaku Ketua Fraksi Partai

Gerindra menegaskan pihaknya tidak setuju dengan rencana pemerintah

melibatkan pihak swasta terkait skema pendanaan pembangunan ibu kota baru

Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur. Menurutnya seluruh pembiayaan

23 https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-

soal-regulasi-hingga-dugaan-deal-politik-jokowi?page=all, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 00.43

WIB.

24 https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside

n-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

Page 57: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

48

pembangunan ibu kota di Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara

harus berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurutnya, sebaiknya pihak swasta tidak ikut sertakan daam skema pembiayaan

pembangunan ibu kota negara.25

Keempat, Pemindahan Ibu Kota Dikritik Karena Keuangan Negara Tengah

Sulit. Fadli Zon selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menilai

wacana pemindahan Ibu Kota tidak masuk akal. Menurutnya, keuangan negara

sedang dalam masa sulit, kecuali jika kita ada kelebihan anggaran dana yang

memang dipersiapkan.26

Kelima, Dugaan Kompensasi Politik. Jaringan Advokasi Tambang

(JATAM) menduga ada kompensasi politik bagi Prabowo Subianto pasca-Pilpres

2019 di balik rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur.27 Seperti pada

pemberitaan, pemerintah menetapkan sebagian wilayah Penajam Paser Utara dan

sebagian Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur sebagai lokasi pembangunan ibu

kota baru Republik Indonesia. Dan perlu diketahui, sebagian besar lahan di

Kabupaten Penajam Paser Utara, khususnya di Kecamatan Sepaku, dikuasai oleh

PT ITCI Hutani Manunggal IKU dan ITCI Kartika Utama. Kedua perusahaan itu

disebut milik Prabowo dan Hashim Djojohadikusumo sebagai komisaris utama.

Keenam, Jakarta Tak Lagi Mumpuni. Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menuturkan ada banyak

pertimbangan kenapa ibu kota harus dipindahkan dari Jakarta. Salah satunya

terkait faktor daya dukung. Kemudian faktor persebaran penduduk juga turut

menjadi pertimbangan utama pemindahan ibu kota. Faktor berikutnya yaitu

pemerataan pembangunan nasional. Dia menyatakan, berpindahnya ibu kota akan

25 https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-

soal-regulasi-hingga-dugaan-deal-politik-jokowi?page=all, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 00.43

WIB.

26 https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencanapemindahan-ibu-kota-presiden

-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

27 https://nasional.kompas.com/read/2019/08/28/09453621/polemik -pemindahan-ibu-kota-

soal-regulasi-hingga-dugaan-deal-politik-jokowi?page=all, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 00.43

WIB.

Page 58: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

49

menjadi salah satu instrumen pembangunan infrastruktur di wilayah lain yang saat

ini sedang diusung pemerintah.28

Ketujuh, Dunia Usaha Bergairah Saat Ibu Kota Pindah. Ketua Umum

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menyebut bahwa

pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Jawa akan membawa dampak positif,

khususnya bagi dunia usaha. 29 Dengan terealisasinya pemindahan pusat

pemerintahan, otomatis akan menciptakan satu kota metropolitan baru.

Kedelapan, Rencana Pemindahan Ibu Kota Dinanti Investor. Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebut rencana

pemindahan ibukota dapat menjadi angin segar dan membawa sentimen positif

bagi para investor jika sudah terealisasi.30 Dia menjelaskan, perkiraan budgeting

anggaran pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa sekitar Rp 466

triliun dapat menjadi kesempatan bagi para investor. Karena anggaran dana

pemindahan tersebut dapat diperoleh dan dipenuhi dari berbagai skema

pembiayaan, tidak hanya mengandalkan APBN. Sumber pendanaan pemindahan

ibu kota bisa didapat melalui skema kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU),

BUMN, dan swasta murni. Hal tersebut tentu akan dipandang sebagai kesempatan

emas bagi para investor.

28 https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside

n-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

29 https://www.merdeka .com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside

n-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

30 https://www.merdeka.com/uang/5-pro-dan-kontra-rencana-pemindahan-ibu-kota-preside

n-jokowi.html, diakses pada 26 Juli 2020 pukul 01.12 WIB.

Page 59: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

50

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

A. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pemindahan Ibu Kota Jakarta

Faktor-faktor yang melatarbelakangi dilakukannya pemindahan Ibu Kota

Jakarta yaitu:

1. Kepadatan Perkotaan

Kota merupakan konsentrasi penduduk dalam berbagai kegiatan

ekonomi, sosial, administrasi pemerintahan, serta politik. Semakin besar

suatu kota akan semakin banyak dan intensif berbagai kegiatan perkotaan.

Semakin banyak dan intensif berbagai kegiatan perkotaan, akan

menimbulkan berbagai macam kepadatan perkotaan, meliputi:1

a. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk menjadi salah satu tolak ukur sebagai kriteria

besarnya suatu kota. Semakin banyak jumlah penduduk perkotaan maka

semakin besar pula suatu kota. Jumlah penduduk perkotaan terus

bertambah dari waktu ke waktu dengan tingkat pertumbuhan yang

tinggi setiap tahunnya, yang bermukim di atas lahan perkotaan yang

terbatas luasnya, maka akan menimbulkan kepadatan penduduk per

kilometer perseginya.

Jumlah penduduk perkotaan akan terus bertambah semakin

banyak, membutuhkan pelayanan fasilitas perkotaan yang semakin

banyak pula jumlahnya dan jenisnya, seperti tersedianya perumahan,

transportasi umum, lapangan kerja, rekreasi, dan fasilitas perkotaan

lainnnya. Pada realitanya, kebutuhan masyarakat perkotaan jauh lebih

besar dibanding dengan fasilitas perkotaan yang tersedia, hal ini akan

mengakibatkan ketidakseimbangan, kekurangan, ketimpangan, hal ini

1 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h. 84.

Page 60: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

51

dapat mengakibatkan timbulnya hal-hal negatif atau kemafsadatan.

Kurang tersedianya rumah-rumah layak huni akan menyebabkan

muncul dan berkembangnya permukiman kumuh di perkotaan.

Kehidupan penduduk di pemukiman kumuh pastinya sangat padat, tidak

sehat, tidak nyaman, dan sering terjadi kebakaran dan mafsadah

lainnya. Kurang tersedianya lapangan pekerjaan akan mengakibatkan

bertambahnya angka pengangguran dan kemiskinan dan dapat juga

mengakibatkan timbulnya kejahatan serta konflik sosial di masyarakat.

Kurang tersedianya fasilitas transportasi angkutan umum perkotaan

akan mengurangi aksesibilitas dan mobilitas penduduk perkotaan, yang

nantinya akan berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan ekonomi,

sosial, dan adminnistrasi pemerintahan. Kurang tersedianya sarana

rekreasi bagi masyarakat perkotaan akan mempengaruhi semangat kerja

dan berkurangnya kinerja masyarakat.

Dapat dikatakan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi

dan kurang tersedianya fasilitas/sarana pelayanan ekonomi dan fasilitas

pelayanan sosial, serta fasilitas perkotaan lainnya, merupakan faktor

yang dapat menghambat laju pencapaian pertumbuhan perkotaan dan

tingkat kesejahteraan masyarakat perkotaan yang optimal, oleh karena

itu harus diatasi dengan berbagai upaya dari pemrintah, diantaranya

adalah melarang masuknya penduduk pendatang baru yang tidak

memiliki jaminan memperoleh pekerjaan, yang berarti membatasi arus

urbanisasi yang mana sangat sulit untuk dilakukan mengingat bahwa

setiap tahun arus urbanisasi pasti bertambah tinggi. Upaya lain yang

dapat ditempuh oleh pemerintah adalah memindahkan ibu kota ke

tempat/daerah lain yang masih minim penduduk dan banyak lapangan

pekerjaan yang menanti, dengan upaya ini dapat memindahkan laju

urbanisasi dari ibu kota lama yang sudah padat menuju ibu kota baru

yang masih minim penduduknya.

Kepadatan penduduk yang tinggi karena jumlah penduduk terlalu

banyak, membutuhkan tersedianya berbagai fasilitas perumahan dalam

Page 61: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

52

jumlah banyak, pengambilan air bawah tanah dalam volume yang

sangat besar, dampaknya akan menurunkan permukaan tanah

perkotaan, walaupun dirasa sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka

panjang akan berakibat sangat besar dan akan berpengaruh terhadap

stabilitas kehidupan perkotaan. Dalam hal ini perlunya hifz nafs

(penjagaan jiwa) karena penyediaan perumahan, air besih, pekerjaan

merupakan kebutuhan pokok manusia, dalam maqashid al-syariah

terdapat pada tingkat dharuriyah (kemaslahatan primer). Perlu

diketahui jika tidak terpeliharanya salah satu dari kelima unsur pokok

dalam dalam tingkat dharuriyah akan berakibat fatal, akan terjadi

kerusakan dan kebinasahan serta kehancuran dalam hidup manusia baik

di dunia maupun di akhirat. Kebutuhan dharuriyah ini menepati

peringkat tertinggi dan utama dibanding dua maslahat lainnya yaitu

hajiyah dan tahsiniyah. Maka tidak dibenarkan memelihara kebutuhan

hajiyah dan tahsiniyah bila akan memusnahkan kebutuhan dharuriyah.2

Maka dari itu perlunya tindakan tegas pemerintah dalam menangani

kepadatan penduduk ini salah satunya dengan cara pemindahan ibu kota

Jakarta, agar mengurangi laju urbanisasi masyarakat Indonesia yang

ingin merubah nasib di perantauan.

b. Kepadatan Gedung dan Bangunan

Kota super sibuk yang besar, jumlah penduduk yang banyak,

berbagai kegiatan ekonomi, sosial, dan administrasi pemerintahan juga

banyak membutuhkan gedung-gedung dan bangunan (rumah, kantor,

toko, pasar, bank, hotel, apartemen, pabrik/industry, terminal, dan

bangunan lainnya penunjang kegiatan perkotaan) dalam jumlah yang

banyak pula. Gedung-gedung dan bangunan tersebut dibangun di atas

ruang kota yang sudah sangat terbatas luasnya, bila pembangunan

gedung-gedung dan bangunan berlangsung semakin banyak, akan

2 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.

Page 62: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

53

berdampak pada kepadatan gedung dan bangunan yang semakin tinggi

dan banyak, pembangunan rumah-rumah bertingkat bertambah banyak,

untuk mengatasi keterbatasan lahan perkotaan yang tersedia, ruang

terbuka perkotaan bertambah sempit, paru-paru perkotaan menjadi

sempit dan terbatas.3

Pembangunan gedung-gedung dan bangunan bertingkat tinggi

dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan beban yang sangat berat

terhadap daya dukung lahan, yang terdiri dari lapisan tanah mulai dari

yang lunak sampai yang keras dan lapisan batu-batuan di bawahnya.

Bila beban gedung dan bangunan sangat berat, akan berdampak sangat

buruk bila terjadi goncangan gempa, guncangan akibat gempa akan

mengakibatkan gedung-gedung retak, bangunan menjadi tidak kokoh

dan miring beberapa derajat, dan bahkan dapat mengakibatkan

robohnya gedung dan bangunan yang terkena guncangan gempa.

Arus urbanisasi yang semakin tinggi di Jakarta mengakibatkan

terjadinya kepadatan penduduk yang menimbulkan efek domino

terhadap kebutuhan fasilitas perumahan dalam jumlah banyak, maka

pembangunan perumahan meningkat. Untuk memanfaatkan lahan

perkotaan yang relatif terbatas, maka dibangunlah apartemen (rumah

susun sewa) bertingkat tinggi. Dengan pembangunan rumah susun sewa

bertingkat tinggi ini membuat daya tampung yang lebih besar pada luas

lahan tertentu, yaitu bisa sampai lima atau sampai tujuh kali atau lebih

luas lantai hunian. Alih-alih dibangunnya gedung-gedung dan

apartemen (rumah susun sewa) bertingkat tinggi ini dengan tujuan

membuat daya tampung yang lebih besar pada luas lahan tertentu dan

pengendalian kepadatan penduduk dan pemenuhan kebutuhan

perumahan penduduk, timbul ancaman jika terjadi gempa yang dapat

membuat bangunan menjadi tidak kokoh dan miring beberapa derajat,

dan bahkan dapat mengakibatkan robohnya gedung dan bangunan yang

3 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 86.

Page 63: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

54

terkena guncangan gempa dan ini semua dapat mengancam eksistensi

pemeliharaan jiwa manusia (hifz nafs) yang merupakan tingkatan dari

maqashid a--dharuriyah, perlu diketahui bahwasannya pulau jawa

(termasuk Jakarta) merupakan jalur lintasan ring of fire. Maka langkah

pemerintah dalam memindahkan dan menetapkan Kalimantan timur

sebagai lokasi ibu kota baru merupakan suatu tindakan pencegahan

(preventif), karena menutup atau mencegah terjadinya mafsadah

(kerusakan) pada ibu kota baru akibat bencana alam yang akan

mengancam di kemudian hari. Salah satu pencegahan terjadinya al-

mafsadah (kerusakan) adalah dengan cara menutup jalan yang

memungkinkan kemafsadatan tersebut dengan sadd adz-dzari’ah, dan

ini merupakan salah satu metode dalam berijtihad. Makna dari sadd

adz-dzari’ah adalah mencegah sesuatu perbuatan agar tidak sampai

menimbulkan al-mafsadah (kerusakan), jika ia akan menimbulkan

mafsadah. Pencegahan terhadap mafsadah dilakukan karena ia bersifat

terlarang.4

Demikianlah gambaran kota Jakarta sebagai ibu kota negara dan

ibu kota pemerintahan, yang berfungsi pula sebagai pusat

peradagangan, pusat industri, pusat pendidikan, pusat kesehatan, pusat

keuangan dan perbankan, dan lainnya. Jakarta merupakan kota

metropolitan (berpenduduk sekitar 10 juta jiwa), satu-satunya di

Indonesia. Maka dari itu dalam pembangunan gedung dan bangunan di

kota-kota besar, harus mengikuti RUTR/Kota yang telah ditetapkan,

harus dihindari penyalahgunaan dan kesemrawutan pembangunan, yang

berakibat buruk pada salah arah pembangunan.

c. Kepadatan Kegiatan Pembangunan Perkotaan

Di kota-kota besar terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan

penduduk perkotaan dalam bidang ekonomi (perdagangan, pemasaran

4 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 236.

Page 64: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

55

industry, keuangan, perbankan, dan jasa perkotaan lainnya), dalam

bidang sosial (seperti pendidikan, kesehatan, dan interaksi social

lainnya), dan dalam bidang administrasi pemerintahan (birokrasi,

pembangunan daerah, layanan publik, dan administrasi pemerintahan

lainnya). Berbagai kegiatan perkotaan tersebut melibatkan peran serta

sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, sumber

daya teknologi, sumber daya kelembagaan, dan sumber daya lainnya

untuk melakukan produksi, menghasilkan barang dan jasa, untuk

memenuhi kebutuhan manusia.5

Kota-kota besar biasanya berfungsi sebagai pusat perdagangan,

pusat jasa transportasi, dan ada juga yang berfungsi sebagai pusat

kegiatan industri dan sebagai ibu kota pemerintahan. Jakarta memiliki

semua fungsi yang disebutkan di atas. Jakarta merupakan kota

metropolitan super sibuk yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa,

memiliki berbagai jenis kegiatan perkotaan yang intensif.

Terselenggaranya berbagai kegiatan perkotaan, pada satu pihak

menimbulkan dampak positif, yaitu terwujudnya efisiensi dalam

kegiatan usaha dan berusaha, yang berpeluang meningkatkan usahanya

menjadi usaha yang lebih besar. Di lain pihak, terjadinya persingan

yang kurang sehat antar kegiatan usaha yang berdampak negatif, yaitu

perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing harus keluar dari pasar,

yang berarti kerugian besar yang dialami oleh maksyarakat usaha kecil.

Persaingan yang tidak sehat akan menjadikan usaha yang kuat

bertambah kuat dan yang lemah akan keluar. Oleh karena itu perlunya

pemerintah membuat regulasi yang mengatur dan memiliki rasa

berkeadilan untuk kedua belah pihak, antar pengusaha besar dan kecil.

Kepadatan kegiatan usaha di perkotaan yang sangat parah akan

berdampak negatif secara luas, seperti munculnya berbagai pasar kaget,

pasar tumpah, pedagang kaki lima, yang menempatkan kegiatan

5 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 88.

Page 65: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

56

usahanya di pinggir jalan besar sampai pada badan jalan, yang

dampaknya dapat menggangu lalu lintas dan menimbulkan kepadatan

dan kemacetan lalu lintas. Dilarang dan digusur di suatu tempat, akan

muncul yang baru di tempat-tempat lain. Susah diatur dan dikendalikan,

membuat koa Jakarta menjadi makin semrawut.

Dalam maqashid al-syariah, hal ini masuk ke dalam hifz mall

(pemeliharaan harta). Salah satu langkah pemerintah dalam mengatasi

permasalahan tersebut yaitu dengan cara mebuat aturan baru tentang

pasar atau mebuat pasar baru atau bahkan memindahkan ibu kota dari

Jakarta dengan tujuan pemerataan ekonomi sehingga pengusaha-

pengusaha kecil dapat berkembang di lokasi ibu kota baru.

d. Kepadatan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor

Di kota Jakarta, dan kota-kota besar lainnya, terdapat

kecenderungan bahwa jumlah kendaraan bermotor bertambah setiap

tahunnya dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (di atas 10 persen),

sedangkan prasarana yang tersedia terbatas, pembangunan jalan baru

sangat lambat pertambahannya (hanya 0,05 persen), hal ini dipastikan

akan mengakibatkan kepadatan lalu lintas bertambah tinggi, dan pada

beberapa ruas jalan akan meningkat menjadi kemacetan lalu lintas.6

Terdapat dua kepentingan mengenai masalah kendaraan bermotor,

yaitu kepentingan sistem transportasi perkotaan dan kepentingan

industri perkaitan kendaraan bermotor. Tujuan dari adanya sistem

transportasi perkotaan adalah mewujudkan pelayanan kegiatan

transportasi perkotaan yang efisien, aman, berkapasitas mencukupi,

bertanggungjawab, terjangkau oleh masyarakat, dan nyaman,

sedangkan sasaran dan tujuan industri perakitan kendaraan bermotor

6 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 88.

Page 66: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

57

patinya yaitu mencapai produksi dan pemasaran yang tinggi. Ada efek

domino jika diadakannya pengurangan produksi serta pemasaran

kendaraan bermotor, yaitu jika mengurangi produksi perakitan

kendaraan bermotor berarti mengurangi tenaga kerja yang digunakan

atau memutuskan hubungan kerja (PHK), yang akan menambah

penganguran di masyarakat, dan patinya penganguran bertambah berarti

pula kemiskinan masyarakat.

Permasalahan ini sudah lama di bahas oleh pemerintah sebagai

pemangku kuasa, namun tidak ada penyelesainan secara tuntas sampai

saat ini. Pada kenyataannya banyak upaya yang dapat dilakukan oleh

pemerintah, misalnya pertama melarang kendaraan bermotor yang

berumur lebih dari lima tahun (umur ekonomi) beroperasi di jalan

perkotaan. Kedua pemerintah pusat dapat membuat aturan dalam

memberi izin usaha kepada industri perakitan kendaraan bermotor agar

dikaitkan dengan kuota produksi yang ditetapkan berdasar kebutuhan

penggunaan jalan di perkotaan, dengan demikian tidak akan timbul

masalah akibat jumlah kendaraan bermotor yang berlebihan berlalu

lintas di jalan perkotaan. Ketiga pemerintah dapat membuat aturan

tentang mengenakan pajak kendaraan bermotor yang relatif tinggi

kepada mobil dan kendaraan bermotor baru, yang tujuannya untuk

membatasi masyarakat membeli mobil dan kendaraan bermotor baru.

2. Bencana Banjir

Kota Jakarta terdiri dari 13 sungai dan selalu mengalami banjir

kiriman dari daerah selatan (Bogor dan sebagian Jawa Barat), karena

keadaan hutannya sudah mengalami kerusakan. Keadaan sungai mengalami

menyempitan dan pendangkalan, karena pemukiman penduduk di bantaran

sungai bertambah banyak, membuang sampah dan kotoran seenaknya,

sehingga merusak lingkungan sungai, menurunkan daya tampung air,

sedangkan air yang datang dari daerah selatan cenderung bertambah besar,

maka air sungai meluap, menggenangi daerah sekitar, yang diakibatkan oleh

Page 67: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

58

air kiriman dari selatan dengan volume yang sangat besar, sehingga di sebut

banjir kiriman ditambah curah hujan yang sangat tinggi.7

Banyak tempat di kota Jakarta yang permukaan tanahnya lebih rendah

dari permukaan laut, sehingga sangat berpotensi terendam air (banjir).

Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan banjir di wilayah Jakarta

yang dirasa sangat merugikan, yaitu; pertama, penurunan permukaan tanah

di banyak bagian wilayah Jakarta disebabkan oleh beban yang sangat berat

dari gedung dan bangunan bertingkat tinggi yang jumlahnya sudah sangat

banyak serta eksploitasi air tanah yang berlebihan oleh gedung-gedung dan

bangunan bertingkat tadi. Kedua, permukaan laut meningkat sekitar 2 cm

setiap tahun akibat pemanasan global yang mana akan mengakibatkan

ancaman banjir rob. Ketiga, curah hujan dan banjir kiriman dari daerah

selatan bertambah besar dan banyak membawa sampah yang dapat

mengakibatkan tersumbatnya aliran air dan terjadilah banjir. Keempat yaitu

diperparah oleh kapasitas banjir kanal (Timur dan Barat) yang terbatas daya

tampungnya, kapasitas drainase dan irigasi yang buruk, serta kapasitas daya

tampung sungai-sungai yang menurun karena mengalami penyempitan serta

pendangkalan yang diakibatkan oleh perilaku buang sampah sembarangan

ke sungai. Dan dapat dikatakan terdapat tiga ancaman banjir yang dihadapi

kota Jakarta, yaitu banjir yang datang dari arah selatan (Bogor dan daerah

lain), curah hujan yang sangat tinggi, dan banjir rob dari laut akibat

pemanasan global.

Selain daerah yang terkena dampak banjir di Jakarta yang bertambah

luas yang sudah hampir meliputi seluruh kota, terdapat pula kecenderungan

bertambah tingginya genangan air banjir setiap tahunnya. Manusia sejatinya

membutuhkan konsumsi air, tetapi apabila air yang melanda suatu daerah

dalam volume yang sangat besar seperti banjir, akan mengakibatkan

kerugian besar, kerusakan harta benda, dan bahkan menelan korban jiwa,

yang harus ditanggung oleh masyarakat, itu semua membahayakan

7 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 92.

Page 68: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

59

eksistensi manusia. Dalam maqashid al-syariah, hal ini masuk ke dalam hifz

mall (pemeliharaan harta) dan hifz nafs (pemeliharaan jiwa). Maka dari itu

sudah semestinya pemerintah membuat kebijakan yang mengatur dengan

tegas tentang penanganan banjir ini agar tidak membahayakan eksistensi

manusia di muka bumi, jika eksistensi manusia terancam, salah satunya hifz

mall (pemeliharaan harta) atau hifz nafs (pemeliharaan jiwa) akan

mengakibatkan kerusakan atau kemafsadatan.

Nampaknya masalah air merupakan faktor yang sangat penting, yang

menimbukan bencana perkotaan selama beberapa tahun lalu sampai

sekarang ini. Dari sini dapat dilihat bahwa pemindahan ibu kota merupakan

suatu keharusan, bukan hanya memperhatikan kerugian yang didapat seperti

yang disebutkan tadi melainkan jika suatu saat terjadi banjir yang sudah

menggenangi seluruh Jakarta, otomatis segala macam kegiatan perkotaan

bahkan pemerintahan negara terhambat bahkan bisa berhenti seketika, hal

ini sangat perlu diberi perhatian lebih mengingat ibu kota merupakan kota

utama yang menjadi identitas suatu bangsa serta merupakan kota yang

mengatur segala macam kegiatan kenegaraan yang ada.

3. Ancaman ROB (Banjir Air Laut Pasang)

Telah diketahui secara luas, bahwa lapisan ozon (lapisan udara di atas

bumi) banyak yang robek (berlubang), sehingga terjadi pemanasan bumi

secara langsung ke bumi, menyebabkan es di kutub utara banyak yang

meleleh, yang kemudian akan meningkatkan air permukaan laut. Dampak

pemanasan bumi cukup luas, di antaranya permukaan laut bertambah tinggi

dan perubahan iklim dan cuaca tidak menentu lagi. Bertambah tingginya

permukaan laut akan membuat pulau-pulau kecil di dunia yang permukaan

daratnya relatif rendah akan tenggelam.8

Air laut mengalami pasang dan surut. Rob adalah sebutan air laut saat

sedang pasang dan permukaan laut bertambah tinggi yang akan

8 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 94.

Page 69: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

60

menggenangi daratan pantai yang memiliki permukaan yang lebih rendah.

Banjir Rob menggenangi daratan pantai yang permukaan tanahnya lebih

rendah. Ancaman banjir rob akan sangat dahsyat pada masa depan, karena

tinggi permukaan laut akan meningkat sekitar 2 cm setiap tahun dan

diperkirakan akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Banjir rob yang

pertama kali melanda kota Jakarta yang pertama kalinya terjadi pada akhir

tahun 2006 dan awal tahun 2007, yang menggenangi sebagian besar kota

Jakarta, terutama di Jakarta Utara, bahkan melanda jalan menuju ke bandar

udara internasional Soekarno-Hatta dan menggenangi landasan pacu bandar

udara, sehingga melumpuhkan kegiatan penerbangan di bandar udara

internasional secara total selama beberapa hari lamanya.

4. Eksploitasi (Pengambilan) Air Tanah Secara Berlebihan

Pembangunan perkotaan yang sangat massif dan intensif, yang

ditunjukkan oleh pembangunan gedung dan bangunan permanen, meliputi

rumah penduduk yang sangat banyak jumlahnya, karena jumlah penduduk

perkotaan bertambah terus, di samping itu terdapat banyak gedung-gedung

bertingkat tinggi (seperti hotel, apartemen, kantor-kantor pemerintah dan

swasta, dan lainnya, demikian pula industri besar) semuanya bangunan itu

tentunya membutuhkan air dalam volume besar, cara yang paling mudah

serta murah adalah membangun instalasi yang menyedot air tanah dalam

volume yang sangat besar. Pengambilan air tanah dalam volume yang

sangat besar, dampaknya akan menurunkan permukaan tanah secara

meyakinkan. Di Jakarta dan sekitarnya banyak gedung-gedung bertingkat

tinggi, yang melakukan penyedotan air bawah tanah dalam volume yang

sangat besar, maka tidak diherankan permukaan tanah di Jakarta mengalami

penurunan yang cukup berarti. 9

Pembangunan gedung-gedung bertingkat, perumahan dan pemukiman

penduduk yang permanen dan tersebar di seluruh bagian kota dalam jumlah

9 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 96-97.

Page 70: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

61

besar menunjukan keberhasilan pembangunan perkotaan besar yang nyata

pada satu pihak, tetapi di lain pihak menimbulkan dampak negatif, yaitu

penurunan permukaan tanah yang nyata pula, karena pengambilan

(eksploitasi) air tanah yang sangat besar dari pembangunan bangunan-

bangunan tadi. Dampak negatif tersebut akan terakumulasi dan dalam

jangka panjang akan dirasakan sangat mengerikan terhadap

keberlangsungan dan keberlanjutan perkembangan kehidupan perkotaan.

Gedung-gedung bertingkat tinggi beserta industri besar membutuhkan

konsumsi air dalam jumlah besar pula, yang dipenuhi dengan cara menyedot

air dari bawah tanah. Pangambilan air bawah tanah hotel besar, perusahaan

besar, dan industri besar serta rumah tangga secara keseluruhan terhadap

total persediaan air tanah yaitu sekitar 70 persen, angka ini sangat tinggi,

melebihi ambang batas, harus ditekan secara bertahap, yaitu 60 persen, 50

persen, dan bila memungkinkan menjadi 30 persen, dan idealnya lebih

rendah dari 30 persen.

Upaya pemerintah dalam mengurangi eksploitasi air tanah dapat

dilakukan dengan cara; pertama, membuat larangan terhadap hotel besar,

perusahaan besar, dan industri besar melakukan pengambilan air tanah, atau

membatasi dalam besaran tertentu dan menggunakan pembayaran yang

sangat tinggi, sebagai upaya yang tegas dan kosekuen untuk mengendalikan

pengambilan air tanah secara besar-besaran. Kedua, melakukan penyulingan

air bekas, air sungai dan air banjir menjadi air bersih untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Ketiga, menambah jumlah dan memperbesar

kapasitas instalasi air minum (perusahaan air minum). Dan terakhir,

membuat peraturan perundang-undangan tentang larangan pengambilan air

tanah secara berlebihan (Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah).

Eksploitasi pengambilan air tanah secara berlebih selama bertahun-

tahun akan menimbulkan dampak yang sangat mengerikan, di Jakarta sangat

banyak gedung bertingkat tinggi yang masih bandel menyedot air tanah

dalam volume yang sangat besar yang selama ini dilakukan karena

kurangnya pendisiplinan pemerintah terhadap pelarangan hal tersebut. Bila

Page 71: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

62

eksploitasi air tanah berlangsung secara terus-menerus, maka tidak mustahil

seluruh daerah di Jakarta akan berada di bawah permukaan air laut.

Dari ke-empat faktor yang di sebutkan di atas, jika dilihat dari kaca

mata fikih siyasah terutama pada aspek maslahat, pemindahan ibu kota

merupakan suatu keharusan bagi Indonesia cepat atau lambat demi

menghindarkan kemafsadatan yang akan menimpa sewaktu-waktu jika terus

kota Jakarta dibebankan sebagai ibu kota, jika kota Jakarta terus di

bebankan sewaktu-waktu akan timbul bencana perkotaan yang nantinya

akan menghambat total kegiatan kenegaraan yang akan berefek domino dan

berakibat pada lumpuhnya kegiatan bernegara yang mana akan merugikan

seluruh rakyat Indonesia bukan hanya Jakarta. Pemindahan ibu kota ini juga

merupakan salah satu ikhtiar pemerintah meraih maslahat dengan

menormalisasi kota Jakarta agar terhindar dari berbagai macam bencana

yang akan melanda dan menjadi salah satu upaya pemerintah dalam

pemerataan pembangunan, serta menghapus istilah Jawa Sentris.

Selain itu, pemindahan ibu kota merupakan karya besar, multi aspek,

multi disiplin, multi sector, lintas departemental, dan untuk jangka waktu

yang sangat panjang. Membangun ibu kota negara dan pemerintahan bukan

untuk 10 tahun atau 20 tahun, tetap untuk 100 tahun, 200 tahun atau lebih.

Karena untuk kepentingan jangka waktu yang sangat panjang (satu abad,

dua abad atau bahkan lebih), maka diperlukan pertimbangan yang cerdas,

tepat, serta secara menyeluruh dan tidak terkesan buru-buru. 10

10 Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita, Logika Pemindahan Ibu Kota Jakarta,

(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h. 99.

Page 72: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

63

B. Analisis Kebijakan Pemerintah dalam pemindahan Ibu Kota Negara

Republik Indonesia

Pada 26 agustus tahun 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan

hasil kajian pemerintah mengenai lokasi pemindahan ibu kota baru Republik

Indonesia. Melalui serangkaian kajian selama tiga tahun belakangan, Presiden

menetapkan dua wilayah di Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi

pembangunan ibu kota baru, yaitu sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan

sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara.1 Pemindahan ibu kota ini juga masuk

ke dalam salah satu Proyek Prioritas Strategis Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

Di Indonesia, pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota ini merupakan

salah satu wewenang dari kekuasaan eksekutif yaitu Presiden. Presiden memiliki

hak prerogatif dalam menentukan kebijakan, termasuk soal pemindahan ibu kota.

Namun dalam pelaksanaannya tidak hanya melibatkan Presiden, tetapi turut

melibatkan seluruh jajaran pemerintahan serta DPR sebagai pemegang kekuasaan

legislatif yang nantiya bertugas menyusun peraturan tentang ibu kota baru.

Dalam Fikih Siyasah, Presiden sebagai kepala negara dan kepala

pemerintahan masuk ke dalam Sulthah Tanfidziyyah (kekuasaan eksekutif) yang

bertugas melaksanakan undang-undang. Di sini negara memiliki kewenangan

untuk menjabarkan dan mengaktualisasikan perundang-undangan yang telah

dirumuskan tersebut. Dalam hal ini, negara melakukan kebijaksanaan baik yang

berhubungan dengan dalam negeri, maupun yang menyangkut dengan hubungan

sesama negara (hubungan internasional). Pelaksana tertinggi kekuasaan ini adalah

pemerintah (kepala negara) dibantu oleh para pembantunya (kabinet atau dewan

menteri) yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan situasi yang

1 https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai _kartanegara_ibu_kota_

baru, diakses pada 22 Agustus 2020 pukul 00.13 WIB.

Page 73: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

64

berbeda antara satu negara dengan negara Islam lainnya. Sebagaimana halnya

kebijaksanaan legislatif yang tidak boleh menyimpang dari semangat nilai-nilai

ajaran Islam, kebijaksanaan politik kekuasaan eksekutif juga harus sesuai dengan

semangat nash dan kemaslahatan.1

Kepala negara dan pemerintah diadakan sebagai pengganti fungsi kenabian

dalam menjaga agama dan mengatur dunia. Pengangkatan kepala negara untuk

memimpin umat wajib menurut ijma’. Jika kepemimpinan negara ini kewajiban,

maka kewajiban itu gugur atas orang lain, jika tidak ada seorang pun yang

menjabatnya maka kewajiban ini dibebankan kepada dua kelompok manusia.

Pertama adalah orang-orang yang mempunyai wewenang memilih kepala negara

bagi umat Islam, kedua adalah orang-orang yang mempunyai kompetensi untuk

memimpin negara sehingga mereka menunjuk salah seorang dari mereka yang

memangku jabatan itu.2

Kewajiban-kewajiban yang harus diemban kepala negara itu meliputi semua

kewajiban umum baik yang berkenaan dengan tugas-tugas keagamaan maupun

kemasyarakatan, yang terdapat dalam Alquran dan sunnah Rasullullah seperti

mempertahankan agama, menegakkan keadilan atau menyelesaikan perselisihan

pihak yang bersengketa melalui penerapan hukum, mencegah kerusuhan dan

melindungi hak-hak rakyat, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad,

mengatur perokonomian negara dan membagi rampasan perang, dan sebagainya.

Kewajiban utama dari seorang imam adalah mempraktikan totalitas syari’ah

didalam umat dan menegakkan institusi-institusi yang menyerukan kebajikan dan

mencegah kejahatan.

Disamping itu, wewenang imam atau kepala negara adalah:

1. Menegakkan hukum dan bertindak juga sebagai juru bicara bagi masyarakat

di luar wilayahnya.

1 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 137.

2 Imam al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan Dalam Sejarah Islam,

(jakarta; Gema Insani, 2000). h 16-17

Page 74: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

65

2. Imam menegakkan hukum yang mengatur hubungan antara umat baik pada

masa perang maupun masa perdamaian.

3. Mengeluarkan perintah perang.

4. Memberlakukan hukum di wilayah-wilayah yang baru diduduki .

5. Menghukum umat islam dan non islam dalam wilayahnya apabila mereka

terbukti melanggar hukum.

6. Memutuskan kapan jihad dilakukan atau kapan jihad harus dihentikan.

7. Menyarankan kapan umat Islam menerima dan menyetujui perdamaian.

Semua kewenangan ini bukan tanpa ada pembatasannya. Imam harus

menjalankannya dalam batas-batas hukum tertentu, dengan memenuhi sasaran dan

tujuan hukum dengan pihak musuh.3

Dalam hal pengambilan kebijakan pemerintah dalam memindahan ibu kota,

alasan utama pemerintah yaitu pertama, beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat

sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan

pusat jasa, dan juga airport (bandar udara) dan pelabuhan laut yang terbesar di

Indonesia. Kedua, beban Jakarta dan beban Pulau Jawa yang semakin berat dalam

hal kepadatan penduduk, kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur parah, dan

polusi udara dan air yang harus segera ditangani. 4

Dalam Fikih Siyasah, pengambilan keputusan atau kebijakan seorang

pemimpin hendaknya memerhatikan aspek maslahat terhadap apa yang menjadi

kebijakan/keputusan. Seperti dalam kaidah fikih siyasah:

مام ف تصر اعية على الأ ط الر ل من وأ حةبالأمصأ

Artinya: “Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung

kepada kemaslahatan”5

3 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 137.

4 https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di-istana-negara-provinsi-dki-

jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 pukul 00.24 WIB.

5 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fkih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 147.

Page 75: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

66

Kaidah ini menerangkan bahwa seorang pemimpin dalam mengeluarkan

kebijakan atau memutuskan sesuatu harus berorientasi kepada kemaslahatan

rakyat, bukan mengikuti keinginan hawa nafsunya atau keinginan keluarganya

atau kelompoknya. Kaidah ini juga dikuatkan oleh surat an-Nisa ayat 58.

ا يعظ ك مأ به ان ا بالأع دأل ان الل نعم ت مأ بيأن الناس انأ تحأ ك م وأ ى اهألها واذا حكمأ ن ت ال م ك مأ انأ ت ؤد وا الأ ر ان الل ي أأم

الل كان سميأعا بصيأرا

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia

hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang

memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha

Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)

Banyak contoh yang berhubungan dengan kaidah tersebut yaitu setiap

kebijakan yang maslahat dan manfaat bagi rakyat maka itulah yang harus

direncanakan, dilaksanakan, diorganisasikan, dan dinilai serta dievaluasi

kemajuannya. Sebaliknya, kebijakan yang mendatangkan mafsadah dan

memudharatkan rakyat, itulah yang harus disingkirkan dan dijauhi. Dalam upaya-

upaya pembangunan misalnya, membuat irigasi untuk petani, membuka lapangan

kerja yang padat padat karya, melindungi hutan lindung, menjaga lingkungan,

mengangkat pegawai-pegawai yang amanah dan professional, dan sebagainya.

Konsep maslahat ini sejalan dengan teori kegunaan (utility theory) orang-

orang barat yang dipopulerkan oleh tulisan-tulisan Jeremy Bentham dan John

Stuart Mill. Bentham mengatakan dalam tulisannya bahwa tujuan hukum harus

berguna bagi individu masyakat demi mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya.6

Menurut teori utilitariaisme suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut

membawa manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam Utilitarianism-nya

Mill menulis kredo utilitarianisme yang berbunyi, “Bertindaklah sedemikian rupa

sehingga tindakan tersebut mendatangkan jumlah terbesar kebahagiaan dari

6 Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya Bagi Praktik

Hukum Kontemporer, h. 302.

Page 76: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

67

jumlah terbesar orang yang terkena dampak dari tindakan tersebut!” (The greatest

happiness of the greatest number) (Brooks & Dunn, 2011).7

Terdapat dua jenis utilitarianisme yakni utilitarianisme perbuatan dan

utilitarianisme peraturan. Tindakan CEO untuk meminta bonus bagi kepentingan

pribadi merupakan contoh bagi utilitarianisme perbuatan. Sementara

utilitarianisme peraturan menandaskan bahwa suatu norma, peraturuan, atau

hukum baik secara moral jika norma atau peraturan tersebut mendatangkan

kebahagiaan sebanyak mungkin orang yang terkena dampak dari peraturan

tersebut.8 Utilitarisme memberikan suatu pesan filosofis mendasar bahwa semua

tindakan dan keadaan harus ditentukan arah dan akibat-akibatnya ke masa depan,

termasuk penerapan hukum kepada seseorang subjek terhukum.9

Dalam kaitannya dengan kebijakan pemindahan ibu kota, yaitu kebijakan ini

memberikan pemerintah peluang untuk menghindari kemafsadatan dan meraih

kemaslahatan. Dengan memindahkan ibu kota berarti, pertama mengurangi beban

Jakarta sebagai pusat pemerintahan yang saat ini terpusat di Jakarta mulai dari

Lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta kantor-kantor Lembaga

pemerintahan lainnya yang ada di Jakarta. Kedua mengurangi pusat bisnis,

keuangan, perdagangan dan pusat jasa, dengan adanya ibu kota baru pastinya

pusat-pusat bisnis, keuangan, perdagangan, dan pusat jasa beralih atau setidaknya

berkurang sentralisasinya tidak hanya bertumpu di Jakarta tetapi juga di ibu kota

baru. Ketiga, mengurangi beban Jakarta dan beban Pulau Jawa yang semakin berat

dalam hal kepadatan penduduk, kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur parah,

serta polusi udara dan air, dengan kebijakan pemindahan ibu kota ini otomatis

akan ada tujuan baru arus urbanisasi keluar Pulau Jawa yaitu yang nantinya jadi

ibu kota baru. Hal ini dapat mengurangi kepadatan penduduk di Jakarta serta

7 Urbanus Ura Weruin, Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi

Etika Bisnis, h. 316.

8 Urbanus Ura Weruin, Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para Filsuf Bagi

Etika Bisnis, h. 317.

9 Frederikus Fios, Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya Bagi Praktik

Hukum Kontemporer, h. 300.

Page 77: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

68

dapat juga mengurangi atau setidaknya menekan kemacetan lalu lintas di Jakarta,

dan juga tentunya jika ibu kota pindah dan gedung-gedung pencakar langit di ibu

kota dialih fungsikan serta kendaraan operasional pemerintahan ataupun

perusahaan di alihkan ke ibu kota baru pastinya akan menekan polusi udara, air

dan juga suara hingar bingar ibu kota. Pengurangan beban Jakarta ini dapat

membawa kemaslahatan bagi Jakarta serta dapat menolak atau menghindari

kemafsadatan yang akan menimpa Jakarta sewaktu-waktu jika terus dibebankan

dalam berbagai macam hal.

Keputusan pengambilan kebijakan memindahkan ibu kota ini jika dilihat

dari segi tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansi maslahat, masuk ke

dalam Maslahah Hajiyah (kemaslahatan sekunder), yaitu susuatu yang diperlukan

seseorang untuk memudahkannya menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan

dalam rangka memelihara lima unsur pokok. 10 Kelima unsur pokok ini yaitu:

memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan,

memelihara harta. Masuk ke dalam tingkatan hajiyah (kemaslahatan sekunder)

karena pemindahan ibu kota ini bertujuan untuk mengurangi beban Jakarta

sebagai ibu kota serta memudahkan menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan

pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan jika sewaktu-waktu terjadi

bencana perkotaan yang akan melanda jika ibu kota terus menerus berada di

Jakarta. Jika kebutuhan peringkat kedua ini tidak terpenuhi, maka tidak akan

mengakibatkan kehancuran dan kemusnahan bagi kehidupan manusia, tetapi akan

membawa kesulitan dan kesempitan. 11

Alasan pemerintah menetapkan Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi

pembangunan ibu kota baru yaitu pertama, risiko bencana alam minimal, baik

bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah

longsor. Kedua, lokasinya yang strategis, berada di tengah-tengah kepulauan

Indonesia. Ketiga, lokasinya berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah

berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Keempat, telah memiliki

10 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 310.

11 Sapiudin Shiddiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017) h.226.

Page 78: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

69

infrastruktur yang relatif lengkap. Dan yang kelima, telah tersedia lahan yang

dikuasai pemerintah seluas 180.000 hektare.

Penentuan lokasi ibu kota baru di Kalimantan timur jika dihat dari segi

tingkatan atau kepentingan atau kekuatan substansinya yang tingkatan ini pada

dasarnya merujuk pada skala prioritas dalam maslahat, masuk dalam kategori

Maslahah Hajiyah (kemaslahatan sekunder), yaitu sesuatu yang diperlukan

seseorang untuk memudahkannya menjalani hidup dan menghilangkan kesulitan

dalam rangka memelihara lima unsur pokok. Masuk ke dalam kategori ini karena

lokasi ibu kota baru yang berada di Kalimantan Timur ini lokasinya berdekatan

dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang, yaitu Balikpapan dan

Samarinda. Dan juga telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Serta telah

tersedia lahan yang dikuasai pemerintah seluas 180.000 hektare. Hal ini

memudahkan pemerintah dalam pembangunan serta memudahkan pemerintah

dalam menjalankan roda pemerintahan di ibu kota baru. Jika lokasinya tidak se-

setrategis Kalimantan Timur mukin akan membawa kesuliatn dan kesempitan

pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Jika dilihat dari segi kandungan atau batasan maslahat atau hubungannya

dengan umat atau individu tertentu, Abû Bakr Ismail Muhammad Miqa membagi

dua kategori maslahah. Pertama, maslahah ‘ammah, yakni maslahah yang

pemeliharaannya menentukan kebaikan dan kesejahteraan segenap masyarakat

atau sebagian besar masyarakat, tanpa melihat pada satuan-satuan individu dari

mereka. Kedua, maslahah khassah, yakni maslahah yang pemeliharaannya

menentukan kebaikan dan kesejahteraan yang bersifat individual, dari yang

bersifat individual ini akan mengarah kepada kebaikan dan kesejahteraan yang

bersifat kolektif (publik).12 Dalam pemindahan serta penentuan lokasi ibu kota

baru ini dikategorikan sebagai maslahah ‘ammah (kemaslahatan umum),

dikarenakan ibu kota ini menyangkut pada kepentingan seluruh Warga Negara

Indonsia. Penentuan lokasi ibu kota baru di Kalimantan Timur dinilai sudah

12 Asmawi, Konseptualisasi Teori Maslahah, Jurnal Salam Filsafat dan Budaya Hukum

Vol 12, no. 2 (Desember 2014): h. 321.

Page 79: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

70

sangat adil karena berada di tengah-tengah Indonesia dan penetuan lokasi ini turut

menghapus istilah Jawa Sentris.

Selanjutnya, kebijakan pemindahan ibu kota ini masuk ke dalam kategori

maslahah al-mutaghayyirah, yaitu kemaslahatan yang berubah-ubah sesuai

dengan perubahan tempat, waktu, dan subyek hukum. 13 Kemaslahatan ini

berkaitan dengan permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan, seperti dalam

masalah makanan yang berbeda-beda antara satu daerah dan daerah lainnya.14

Pemindahan ibu kota merupakan suatu keniscayaan yang akan terealisasikan cepat

atau lambat seriring berjalannya waktu.

Kemudian, jika dilihat dari segi ada atau tidaknya ketegasan jastifikasi

syara’ terhadap keberadaan atau legalitas maslahat, pemindahan ibu kota termasuk

kedalam kategori maslahah al-mursalah, yaitu kemaslahatan yang keberadaannya

tidak mendapat ketegasan justifikasi syara’ atau tidak didukung syara’, dan tidak

pula dibatalkan/ditolak syara’ melalui dalil yang rinci. Dengan kata lain

pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota ini tidak ada dalil khusus/tertentu

yang membenarkan atau menolak/menggugurkannya.

Langkah pemerintah dalam menetapkan Kalimantan Timur sebagai lokasi

ibu kota baru dan bukan di Pulau jawa merupakan suatu tindakan pencegahan

(preventif), karena menutup atau mencegah terjadinya mafsadah (kerusakan) pada

ibu kota baru akibat bencana alam yang mengancam. Dapat diketahui

bahwasannya Kalimantan Timur relatif lebih aman dari gempa bumi dan bukan

merupakan wiayah lintasan ring of fire seperti Pulau Jawa dan pulau-pulau

lainnya di Indonesia. Salah satu pencegahan terjadinya al-mafsadah (kerusakan)

adalah dengan cara menutup jalan yang memungkinkan kemafsadatan tersebut

dengan sadd adz-dzari’ah, dan ini merupakan salah satu metode dalam berijtihad.

Makna dari sadd adz-dzari’ah adalah mencegah sesuatu perbuatan agar tidak

13 Muskana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum

Islam, Jurnal Justitia Vol 1, no. 4 (Desember 2014): h. 355.

14 Muhammad Ali Rusdi, Maslahat sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum

islam, Jurnal Syariah dan Hukum Diktum Vol 15, no. 2 (Desember 2017): h. 160.

Page 80: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

71

sampai menimbulkan al-mafsadah (kerusakan), jika ia akan menimbulkan

mafsadah. Pencegahan terhadap mafsadah dilakukan karena ia bersifat terlarang.15

Dari segi historis ketatanegaraan Islam, pemindahan ibu kota sering terjadi

seiring dengan bergantinya pemegang kekuasaan serta perubahan kondisi tempat

dan waktu. Mulai dari masa kepemimpinan al-Khulafa al-Rasyidun yaitu khalifah

‘Ali; masa kepemimpinan Dinasti Umaiyah yaitu khalifah Muawiyah; masa

Dinasti Abbasiyah yaitu khalifah Abu Abbas al-Saffah mereka semua

memindahkan ibu kota untuk mengamankan jalannya roda pemerintahan Islam

serta mengamankan posisinya sebagai khalifah dari oposisi-oposisi yang ada kala

itu.

Pada masa Dinasti Abbasiyah ada sekitar tiga kali ibu kota dipindahkan,

pertama dari Kufah ke Hasyimiyah oleh khalifah Abu Abbas al-Saffah. Kedua

dari Hasyimiyah ke Baghdad oleh khalifah Abu Ja’far al-Manshur karena

posisinya yang strategis terletak di delta sungai Tigris. Baghdad juga merupakan

pust kebudayaan tertua (Babylonia) dalam sejarah peradaban manusia. Dari

sinilah khalifah al-Manshur melakukan konsolidasi memantapkan bangunan

kerajaannya dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan. 16 Membuat semacam

Lembaga eksekutif dan yudikatif serta menciptakan tradisi baru dengan

mengangkat wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada. 17 Dan yang

ketiga memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Samara yaitu pada masa

pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim dengan tujuan sebagai tempat tinggal/istana

baru kalifah, sabagai hadiah untuk Asynas yaitu seorang komandan tantara yang

berkebangsaan Turki, serta untuk menampung orang-orang Turki yang tidak

tertampung di Baghdad sebab mereka sering melakukan kerusuhan dan

perkelahian.18

15 Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011) h. 236.

16 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam, h. 98.

17 A Najili Aminullah, Dinasti Bani abbasiyah, Politik, Peradaban dan Intelektual, h. 21.

18 Mundzirin Yusuf, Khalifah Al-Mu’Tashim: Kajian Awal Mundurnya Daulah Abbasiyah,

h. 132.

Page 81: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

72

Pada masa kepemimpinan Orhan, Kesultanan Utsmani menguasai kota

Bursa dan menjadikannya sebagai ibu kota kesultanan. Lalu ketika Orhan wafat,

ia digantikan oleh putranya yang dikenal dengan Murad I. pada masa Murad I ini

ibu kota dipindahkan dari Bursa ke Edirne dengan tujuan memusatkan

perhatiannya ke Eropa, hasilnya Murad I berhasil menguasai kota Sofia. Terakhir,

ibu kota dipindahkan ke Konstantinopel oleh Mehmed II setelah ditaklukan.19

Dari sejarah ketatanegaraan Islam diatas dapat dikatakan bahwa ada tiga

alasan utama pemindahan ibu kota dalam Islam, pertama mengamankan posisi

kepemimpinan dan mengamankan jalannya roda pemerintahan, kedua

membangun peradaban baru, ketiga menepati kota-kota yang telah ditaklukan oleh

pemerintahan Islam. Ketiga hal ini merupakan maslahat, karena dengan

mengamankan posisi kepemimpinan akan berefek pada aman pula pemerintahan

Islam yang artinya kesejahteraan umat terpelihara. Membangun peradaban baru

merupakan maslahat karena akan membawa kesejateraan bagi masa depan umat.

Menepati kota-kota yang telah ditaklukan oleh pemerintahan Islam merupakan

maslahat juga karena dengan menepati kota-kota yang baru ditaklukan, umat

Islam dapat lebih mudah dalam menyebarkan risalah dakwah dan lebih leluasa

dalam beraktifitas serta dapat membangun peradaban baru di kota tersebut sebagai

rencana kesejahteraan umat di masa depan.

Sama halnya dengan pemindahan ibu kota dalam sejarah Islam, pemerintah

Indonesia meindahkan ibu kota dengan berbagai rencana yang mengacu pada

kemaslahatan rakyat Indonesia seperti meningkatkan pembangunan Kawasan

Timur Indonesia untuk pemerataan wilayah, mendorong percepatan pengurangan

kesenjangan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah di luar Pulau

Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia, memberikan akses yang merata bagi

seluruh wilayah NKRI dan mengurangi beban Pulau Jawa, itu semua tertuang

dalam Proyek Prioritas Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Maka dapat dikatakan Peraturan Presiden

Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah Nasional

19 M. Affan, Kesultanan Utsmani: (1300-1517): Jalan Panjang Menuju Kekhalifahan, h.

106 dan 118.

Page 82: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

73

Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas Strategis terutama tentang

pemindahan ibu kota sudah sesuai dengan konsep maslahat dalam pengambilan

kebijakan seorang pemimpin.

Namun walaupun sudah sesuai dengan konsep maslahat dalam pengambilan

kebijakan seorang pemimpin, dalam realisasinya kebijakan pemindahan ibu kota

dari Jakarta ke Kalimantan tidak semulus dan semudah yang di bayangkan.

Banyak penolakan-penolakan terjadi, mulai dari penolakan warga Jakarta jika ibu

kota dipindahkan sampai penolakan yang digencarkan oleh warga Kalimantan

sebagai lokasi ibu kota baru nantinya.

Alasan-alasan penolakan pemindahan ibu kota yaitu pertama, alasan

pemerintah memindahkan ibu kota tidak masuk akal dan keliru. Ada beberapa

alasan yang menjadi latar belakang pertimbangan pemerintah dalam mengambil

kebijakan pemindahan ibu kota. Salah satunya yaitu dari banjir, kemacetan hingga

ancaman tenggelamnya Jakarta. Logikanya kalau DKI Jakarta rusak, harus

diperbaiki. Tapi ini menjadi alasan untuk pindah. Jakarta macet, Jakarta terendam,

rusak, harus pindah. Keputusan pemerintah dalam memindahkan ibu kota di

tengah berbagai masalah yang melanda Jakarta terkesan seperti lari dan abai dari

tanggung jawab. Seharusnya pemerintah menyelesaikan masalah-masalah tersebut

ketimbang memilih untuk memindahkan ibu kota.20

Kedua, biaya perpindahan ibu kota yang tidak sedikit, yaitu mencapai

Rp466 triliun dan 19 persen yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN). Hal tersebut tentu saja akan berdampak serius kepada

keuangan negara yang masih mengalami beberapa persoalan, yaitu realisasi

penerimaan negara sangat rendah karena penurunan harga minyak dunia.21 Tidak

hanya itu, dalam skema pembiayaan pemindahan ibu kota yang mana

menghabiskan dana sekitar Rp. 466,98 triliun ini bukan hanya membebankan

APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) dan KPBU (kerjasama

20 https://www.cnbcindonesia.com/news/20190826085752-4-94513/ jokowi-pindahkan-ibu-

kota-4-ekonom-senior-ini-tak-setuju, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB.

21 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-alasan-tolak-pemin

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB.

Page 83: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

74

pemerintah dan badan usaha) tetapi juga melibatkan pihak swasta yang mana itu

sangat menghawatirkan. Mengkhawatirkan karna jika pihak swasta ikut turut

dalam pembangunan ibu kota baru ini akan menimbulkan acaman bagi kedaulatan

NKRI dan itu merupakan kemafsadatan. Seharusnya dalam membangun pusat-

pusat pemerintahan pemerintah tidak usah melibatkan pihak swasta yang hanya

berorientasi pada keuntungan semata.

Ketiga, dari sisi sumber daya manusia (SDM) sebagai pendukung

berjalannya ibu kota baru yaitu para aparatur negara yang akan ikut terdampak

dari pemindahan ibunkota. Banyaknya jumlah aparatur sipil negara (ASN) sebagai

penggerak ibu kota yang mencapai dua juta orang kemungkinan besar satu juta di

antaranya harus terdampak ikut berpindah dengan rencana pemindahan ibu kota

negara. Hal ini akan menjadi permasalahan mikro, karena pemindahan ASN

tersebut tentunya kemungkinan besar akan dibarengi dengan pemindahan

keluarganya juga yang nantinya akan membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung

kehidupan, seperti hunian, sekolah, rumah sakit dan sebagainya.22

Keempat, dari sisi pertahanan dan ketahanan negara, pemerintah harus

mempertimbangkan posisi Kalimantan Timur yang berdekatan secara geografis

dengan Laut Tiongkok Selatan yang saat ini sedang terjadi sengketa perairan

antara Tiongkok dengan beberapa negara Asia lainnya. Pemerintah harus turut

memperhitungkan perkembangan situasi politik regional dan global pada saat ini.

Sementara itu, alat utama sistem persenjataan dan infrastruktur pertahanan

Indonesia masih banyak terdapat di Pulau Jawa, sehingga akan membutuhkan

biaya yang sangat besar untuk memindahkannya ke Kalimantan Timur. Selain itu

pemerintah juga perlu memperhatikan ketersediaannya fasilitas infrastruktur

pendukung di bidang pertahanan di Kalimantan Timur untuk menunjang

kebutuhan pertahanan dan berjalannya roda pemerintahan.23

22 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-alasan-tolak-pemin

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB.

23 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-alasan-tolak-pemin

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB.

Page 84: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

75

Kelima, pemindahan ibu kota negara diyakini akan mencerabut kehidupan

sosial masyarakat adat di Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi

Kalimantan Selatan. Proyek pemindahan ibu kota menjadi semacam bom waktu

bagi kehidupan masyarakat adat. Budaya Dayak akan hilang seiring masuknya

pembangunan ibu kota negara di Tanah Bumbu. Proyek ibu kota pasti

menggusur masyarakat adat. Saat ini saja, warga adat sudah tergusur dan kerap

berkonflik dengan perusahaan tambang batu bara dan perkebunan sawit.

Terlebih, masyarakat merasa tidak mampu bersaing dengan para pendatang.24

Walaupun sudah diketahui bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian

di Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu

kota baru yang akan dibangun, dampak pembangunannya bukan hanya di

Kalimantan Timur melaikan ke seluruh Pulau Kalimantan akan signifikan.

Keenam, pemindahan ibu kota akan mengancam seluruh masyarakat adat di

dataran Kalimantan. Khususnya suku Dayak, mereka terancam kehilangan tempat

tinggal dan mata pencaharian. Hutan tropis yang rimbun dapat di tebang secara

besar-besaran untuk membuka lahan sebagai tempat pembangunan ibu kota baru.

Ribuan penduduk asli juga kemungkinan besar akan dipindahkan dari tanah adat

leluhur mereka di pulau Kalimantan ketika area hutan yang luas dibuka untuk

membuka jalan bagi pembangunan ibu kota baru Indonesia. Penduduk asli Dayak

yang tinggal di Kalimantan telah berjuang selama puluhan tahun dalam

perjuangan untuk melindungi tanah dan hutan tradisional mereka dari

penebangan, pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Orang Dayak telah

menjadi korban terus-menerus dari degradasi lingkungan, dan langkah

pemindahan ibu kota ke Kalimantan ini secara fisik akan menghancurkan lebih

banyak lingkungan mereka.25

Kondisi fisik Jakarta karena polusi dan kepadatan yang berlebihan bukanlah

suatu alasan untuk pindah ke halaman belakang orang lain di mana hal yang sama

24 https://nasional.tempo.co/read/1224789/masyarakat-adat-menolak-pemindahan-ibu-kota-

negara-ke-tanah-bumbu/full&view=ok, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.31 WIB.

25 https://www.matamatapolitik.com/pemindahan-ibu-kota-indonesia-bahayakan-masyaraka

t-adat-news/, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.52 WIB.

Page 85: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

76

kemungkinan akan terjadi. Harus ada edukasi luas untuk memahami dampaknya.

Masyarakat adat di Kalimantan Timur akan kehilangan tanah dan mata

pencaharian mereka untuk membuka jalan bagi pembangunan ibu kota baru

tersebut. Relokasi pemukiman bukanlah solusi yang terbaik, karena jika relokasi

pemukiman menjadikan mereka tidak akan dapat mencari nafkah jika mereka

dikeluarkan dari tanah tradisional mereka.

Ketujuh, melihat pemindahan ibu kota dari sisi sengketa lahan. Sebelum

pemerintah mewacanakan sampai memutuskan akan memindahkan ibu kota ke

Kalimantan, masyarakat Kalimantan sudah sering berkonflik memperebutkan

lahan dengan perusahaan tambang dan perkebunan sawit yang memiliki konsensi.

Sebagian besar warga adat memang tidak memiliki sertifikat untuk membuktikan

hak kepemilikan tanah mereka. Masyarakat Kalimantan bukannya terbantu

dengan pemindahan ibu kota, justru akan semakin diberatkan dengan melawan

dua raksasa berupa perusahaan dan negara dalam kompetisi memperebutkan

lahan. Itu semua akan menjadi beban yang baru bagi masyarakat, yang kemarin

mereka melawan perusahaan, sekarang mereka melawan perusahaan dan negara.

Pada akhirnya tanah mereka akan lebih mudah dirampas dan diambil oleh

perusahaan ataupun negara. 26 Selama bertahun-tahun sengketa perebutan lahan

terjadi di perkampungan adat mereka. Penyebabnya adalah saling klaim lahan

adat, transmigrasi, dan pembukaan hutan untuk perkebunan sawit. Tanah yang

diakuinya dimiliki secara turun-temurun semakin sempit dan terkepung desa

transmigrasi serta lahan perusahaan berlabel hak guna usaha (HGU). Mayoritas

warga Dayak saat ini mendapatkan penghasilan dengan menjual hasil kebun.

Sebagian kecil dari mereka, terutama para pemuda, bekerja sebagai operator

mesin berat di perusahaan perkebunan sawit. Dulunya mereka bisa mencari

binatang buruan, madu, rotan, sirap, damar. Hutan itu tempat hidup mereka.

Sekarang semua sudah punah karena hutan dibabat habis demi kepentingan

segelintir orang yang dibantu oleh para penguasa-penguasa zhalim.

26 https://manado.tribunnews.com/2020/03/07/warga -adat-dayak-paser-menjerit-tolak-ibu-

kota-dipindahkan-muda-mereka-dirampas-diambil-tanahnya?page=3, diakses pada 11 Oktober

2020 pukul 00.38 WIB.

Page 86: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

77

Kedelapan, pemindahan ibu kota ke Kalimantan mengancam kelestarian

flora dan fauna endemik disana. Dapat diketahui jika membangun ibu kota di

Kalimantan yang wilayahnya dipenuhi dengan hutan tempat berbagai macam

flora dan fauna yang ada, pembukaan lahannya past i menebang, membabat habis

hutan bahkan sampai membumi hanguskan hutan demi efisiensi pembukaan

lahan. Tindakan ini dapat mengancam bahkan sampai dapat membunuh berbagai

macam flora dan fauna yang ada. Dengan membuka hutan sudah pasti akan

membabat habis flora (tumbuhan) yang ada dan mengusir, menagkap, memburu,

sampai mebunuh fauna (hewan) yang ada di dalamnya. Flora (tumbuhan) langka

di Kalimantan Timur yang terancam hilang akibat menyusutnya luas hutan

akibat dampak pembangunan berskala besar dari pemindahan ibu kota yaitu

Anggrek Hitam, Pohon Ulin, Tengkawang Tungkul, itu semua mengalami

punurunan jumlah yang sangat pesat yang menjadikannya terancam punah.

Fauna (hewan) langka Kalimantan yang terancam punah akibat penurunan

jumlah yang sangat pesat akibat pembukaan hutan yaitu, beruang madu,

orangutan, bekantan, Kucing Merah Kalimantan, Surili berkepala putih , bukan

hanya fauna darat yang terancam kepunahannya tetapi fauna air juga yaitu pesut

Mahakam dan penyu yang ada di perairan Kalimantan. Flora dan fauna ini perlu

di jaga kelestariannya, Kalimantan sebagai pulau dengan julukan “paru-paru

dunia” yang di dalamnya terdapat hutan tropis yang lebat seharusnya tidak

diganggu dan terus dilestarikan sebagai pusat rehabilitasi satwa.

Kesembilan, jika dilihat dari dampak lingkungan pindahanya ibu kota ke

Kalimantan akan merusak alam di sana. Pulau Kalimantan termasuk Kalimantan

Timur selama ini dikenal sebagai "paru-paru dunia" karena luasnya hutan tropis di

pulau tersebut mencapai 40,8 juta hektare dan Kalimantan Timur menyumbang

12,6 juta hektare. Meskipun konsep yang ditawarkan pemerintah dalam

pembangunan ibu kota baru ini adalah forest city seperti di London, namun belum

ada konsep yang utuh yang ditawarkan pemerintah untuk mewujudkan hal

tersebut.27 Kabarnya para pejabat pemerintahan telah menyisihkan 180.000 hektar

27 https://nasional.republika.co.id/berita/pylsvx377/pks-ungkap-delapan-alasan-tolak-pemin

dahan-ibu-kota, diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 00.24 WIB

Page 87: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

78

(445.000 hektar) tanah pemerintah di Kalimantan Timur untuk pembangunan ibu

kota baru. Hal itu berarti pembukaan sejumlah besar hutan utuh dan lahan gambut

untuk pembangunan ibu kota baru yang nantinya akan membawa dampak buruk

terhadap eksistensi ekosistem dan sumber daya air di sana. Di daerah yang sudah

berada di bawah tekanan parah dari deforestasi, menghancurkan lahan gambut

akan melepaskan sejumlah besar emisi. Lahan gambut yang dikeringkan sangat

rentan terhadap kebakaran, dengan dampak lingkungan, ekonomi dan kesehatan

yang serius. Artinya pembukaan sejumlah besar hutan utuh dan lahan gambut

untuk pembangunan ibu kota baru akan mengudang terjadinya bencana alam yang

tadinya tidak ada menjadi ada. Maka dari itu perlunya penilaian dampak

lingkungan serta langkah-langkah mitigasi dan adaptasi harus disediakan untuk

masa depan. Pemerintah harus memperhatikan betul dampak yang akan terjadi

jika pembukaan hutan besar-besaran dilakukan, karena bukan hanya Kalimantan

atau Indonesia saja yang akan merasakan dampak pemusnahan hutan tersebut,

melaikan seluruh dunia akan merasakan dampaknya, salah satunya yaitu

perubahan iklim dunia secara drastis yang akan mengguncang keadaan dunia.

Kesepuluh, Warga adat Dayak Paser di Kabupaten Penajam Paser Utara

(PPU), cemas lahan yang mereka tinggali secara turun-temurun bakal tergusur

oleh pembangunan ibu kota baru yang ditargetkan menampung 1,5 juta orang. 28

Ada empat desa komunitas adat Dayak Paser di wilayah yang ditunjuk Presiden

Joko Widodo menjadi pusat pemerintahan baru, yaitu Desa Sepaku, Desa Semoi

Dua, Desa Maridan, dan Desa Mentawir. Ibu kota baru tidak ada bedanya dengan

alih fungsi hutan demi perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kayu. Artinya,

pemindahan ibu kota ini kembali berpotensi menghilangkan hutan yang menjadi

sumber penghidupan mereka, dari pangan, papan, hingga persembahan untuk

ritual sakral adat warga Dayak Paser. Barbagai alasan penolakan ini tidak berlaku

jika pemerintah menjamin tatanan adat, situs dan hak-hak Warga adat Dayak,

mereka ingin daerahnya ramai, tapi bukan berarti menderita dan hanya menjadi

penonton.

28 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia -49591240, diakses pada 11 Oktober 2020

pukul 00.24 WIB

Page 88: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

79

Menyimpulkan dari berbagai uraian di atas, dalam perspektif fikih siyasah,

pemindahan ibu kota ke Kalimantan jika dilihat dari kondisi Jakarta sebagai ibu

kota saat ini merupakan bentuk meraih kemaslahatan dan menghindarkan dari

kemafsadatan. Lain hal jika dilihat dari kondisi Kalimantan saat ini yang mana

pemindahan ibu kota ini banyak membawa kerusakan atau kemafsadatan, pertama

mencerabut kehidupan sosial masyarakat adat dan dapat menghilangkan

kelestarian budaya Dayak seiring masuknya pembangunan ibu kota negara.

Kedua, Mereka terancam kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian,

ribuan penduduk asli juga kemungkinan besar akan dipindahkan dari tanah adat

leluhur mereka. Ketiga, masyarakat Kalimantan bukannya terbantu dengan

pemindahan ibu kota, justru akan semakin diberatkan dengan melawan dua

raksasa berupa perusahaan dan negara dalam kompetisi memperebutkan lahan.

Keempat, pemindahan ibu kota ke Kalimantan mengancam kelestarian flora dan

fauna endemik disana. Kelima, pindahanya ibu kota ke Kalimantan akan merusak

alam di sana yang dikenal sebagai "paru-paru dunia", apabila ini rusak dampaknya

bukan hanya mendatangakan bencana di Kalimantan atau Indonesia, melaikan

akan merubah iklim dunia dalam sekala global. Kemafsadatan ini sangat harus

dihindari bahkan harus di tutup jalannya.

Dalam fikih siyasah, terdapat kaidah لى منأ جلأب الأمصالح ء الأ مفاسد أوأ yang درأ

artinya “menghilangkan mafsadah didahulukan daripada meraih maslahat.” Dari

uraian diatas dengan merujuk pada kaidah fikih ini dapat dikatakan bahwa

kemaslahatan Kalimantan sebagai paru-paru dunia dan sebagai pusat rehabilitasi

satwa serta kebudayaan harus lebih dahulu dijaga. Menutup atau mencegah

kemafsadatan dari pemindahan ibu kota ke Kalimantan lebih baik ketimbang

mengabil kemaslahatan untuk pemindahan ibu kota Jakarta.

Namun, jika pemerintah tetep bersikukuh dalam pemindahan ibu kota ini,

maka pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis dalam menangani

penolakan-penolakan yang terjadi dengan berbagai macam jaminan yang akan

diberikan pemerintah kepada masyarakat Kalimantan sebagai pribumi ibu kota

baru dan menjamin keberlangsungan flora dan fauna Kalimantan serta menjamin

keberlangsungan hutan tropis Kalimantan sebagai paru-paru dunia.

Page 89: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

80

Langkah-langkah strategis ini dapat dilakukan dengan membuat UU

tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat. Itu penting agar

eksistensi adat tak pudar sering pemindahan Ibu kota negara ke Kaltim.

Memfasilitasi pemetaan wilayah adat di PPU terutama di daerah calon ibu kota

negara. Menyelesaikan konflik-konflik agraria, lahan antara masyarakat adat

Paser dan PPU dengan perusahaan. Melibatkan utusan masyarakat adat Paser dan

PPU dalam seluruh penentuan kebijakan ibu kota negara baik dalam persiapan

maupun selama proses pembangunan. Pembangunan ibu kota negara haruslah

bercita rasa nusantara dalam bingkai Pancasila dengan semboyan Bhinneka

Tunggal Ika dengan tidak meninggalkan kearifan lokal, budaya, dan adat istiadat

setempat. Menjamin bidang ketenagakerjaan, pemerintah daerah dan pusat

memperhatikan keseimbangan agar masyarakat adat Paser dan PPU agar

berkontribusi untuk pembangunan daerah dan bangsanya.

Selanjutnya pemerintah juga harus menyusun langkah strategis nasional

berkaitan dengan dampak lingkungan akibat pembangunan ibu kota terhadap

ekosistem pelestarian kearifan lokal hutan sebagai paru-paru dunia agar di

tanami kembali lahan-lahan gundul akibat pertambangan batu bara serta relokasi

flora dan fauna endemik pulau Kalimantan.

Dengan dilaksanakannya langkah-langkah strategis ini, akan berdampak

pada diterimanya kebijakan pemindahan ibu kota oleh masyarakat Kalimantan,

serta efektifnya pembangunan ibu kota baru dan pastinya meminimalisir

kerusakan lingkungan hutan dan menjaga flora dan fauna tetap lestari. Kebijakan

pemindahan ibu kota ini juga menjadi salah satu instrumen pemerintah dalam

langkah pemerataan ekonomi, mengikisi sedikit demi sedikit ketimpangan antara

pulau jawa dan luar jawa, pemerataan pembangunan, pemerataan bonus demografi

yang akan di alami Indonesia beberapa tahun kedepan, dan pastinya dapat

membuka lapangan pekerjaan baru di lokasi ibu kota baru. Artinya kebijakan ini

berorientasi pada kemaslahatan untuk masa depan seluruh rakyat Indonesia.

Kebijakan Pemindahan Ibu Kota ini juga menjadi cikal bakal terbentuknya

UU tentang ibu kota yang sampai sekarang masih rancu dan hanya bergantung

pada UU no 29 tahun 2007 tentang DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia.

Page 90: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

81

Artinya dengan terbentukya UU tersebut manjadi jelas tentang kepastian hukum

pengaturan ibu kota.

Page 91: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil

kesimpulan bahwa:

1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi pemindahan Ibu Kota Jakarta, yaitu

pertama, kepadatan perkotaan yang terdiri dari; kepadatan penduduk,

kepadatan gedung dan bangunan, kepadatan kegiatan pembangunan

perkotaan, kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor. Kedua, bencana banjir.

Ketiga, ancaman ROB (banjir air laut pasang). Keempat, eksploitasi

(pengambilan) air tanah secara berlebihan. Dengan melihat faktor tersebut

memperlihatkan betapa mengerikannya kondisi fisik kota Jakarta, sudah

begitu rapuh, keropos, terlalu padat dan sesak, terlalu semrawut, dan tidak

nyaman, demi menghindari kemafsadatan dan meraih kemaslahatan

bersama, perlu adanya pemindahan ibu kota untuk mengindari bencana-

bencana yang kiranya dapat melanda di masa yang akan datang.

2. Ditinjau dari perspektif fikih siyasah, pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke

Kalimantan dapat dijalankan demi kemaslahatan bagi bangsa. Presiden

selaku kepala negara mempunyai hak dan wewenang untuk mengambil

kebijakan politik untuk kepentingan bangsa dan negara. Dalam hal

pengambilan kebijakan pemindahan ibu kota, demi meraih kemaslahatan

bangsa, pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis dalam

meraih kemaslahatan pemindahan ibu kota ini dengan berbagai macam

jaminan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat Kalimantan

sebagai pribumi ibu kota baru dan menjamin keberlangsungan flora dan

fauna Kalimantan serta menjamin keberlangsungan hutan tropis Kalimantan

sebagai paru-paru dunia.

Selain itu, berdasarkan atas pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis

mengambil kesimpulan bahwa Pemindahan Ibu Kota Negara Republik Indonesia

akan memberikan akibat hukum terhadap kekhususan yang dimiliki oleh Jakarta,

Page 92: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

83

dan pastinya akan dirubahnya UU Nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan

Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan

Republik Indonesia, serta akan munculnya produk hukum baru berupa UU yang

mengatur lebih spesifik tentang ibu kota negara.

B. Saran-Saran

1. Bagi pemerintah Indonesia, agar pemindahan ibu kota ini berjalan lancar

perlu segera dibuat aturan hukumya bersama dengan DPR, dan hendaknya

Pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang medatangkan kemaslahatan

bukan hanya untuk ibu kota baru atau ibu kota yang ditinggalkan, melaikan

juga kota-kota yang bersebelahan dengan Jakarta perlu juga diberi perhatian

lebih, serta agar pemerintah Indonesia lebih memperhatikan kehidupan

warga adat di Kalimantan dan dampak lingkungan dalam pemindahan ibu

kota ini.

2. Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoneisa (DPR-RI) selaku wakil

rakyat agar selalu mengawasi kinerja pemerintah serta membuat kebijakan

yang berorientasi kepada kemaslahatan rakyat atau kebijakan yang

menghidarkan terjadinya kemafsadatan supaya Indonesia menjadi negara

yang sejahtera.

3. Bagi masyarakat Indonesia, diharapkan untuk selalu mengawasi kinerja

pemerintah dalam pengambilan kebijakan, agar kebijakan yang diambil

tidak akan merugikan rakyat Indonesia dan agar mendatangkan

kemaslahatan bagi rakyat. Bagaimanapun rakyat merupakan salah satu

komponen negara yang dapat melakukan chek and balance atas

pemerintahan yang sedang berlangsung.

Page 93: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

84

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Adisasmita, Rahardjo dan Sakti Adji Adisasmita. Logika Pemindahan Ibu Kota

Jakarta. Yogyakarta: Garaha Ilmu. 2011.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah. 2018.

Asmawi. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. 2013.

Ayuni, Khelda dan Abd. Rais Asman. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2016.

Dahlan, Abd. Rahman. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. 2011.

Djazuli, A. Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam

Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis. Jakarta: Kencana. 2014. Hassan, Hassan Ibrahim. Tarikh al-Islam al-Siyasah wa al-Ijtima’I. Kairo:

Maktabah al Nahdhah. 1976.

Ibn al-Atsir. Al-Kamil fi al-Tarikh. Beirut: Dar al-Shadir. Jilid 5. 1965. Iqbal, Muhammad. Fiqh Siyasah: Kontektualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta:

Prenademedia Group. 2016.

Mawardi, Al-Imam. Hukum Tata Negara Dan Kepemimpinan Dalam Sejarah

Islam. Jakarta: Gema Insani. 2000.

Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana. 2014.

Shiddiq, Sapiudin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. 2017.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat. Jakarta: UI Press. 1990.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003.

Syarif, Ibnu Mujar dan Khamami Zada. Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran

politik Islam. Jakarta: Erlangga. 2008.

Page 94: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

85

JURNAL

Artikel Asmawi. Konseptualisasi Teori Maslahah. Jurnal Salam Filsafat dan

Budaya Hukum Vol 12, no. 2, Desember 2014.

Artikel Frederikus Fios. Keadilan Hukum Jeremy Bentham dan Relevansinya

Bagi Praktik Hukum Kontemporer. Humaniora. Vol. 3, No. 01, April

2012.

Artikel H. M Yahyaa. Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera. Jurnal

Studi Agama dan Masyarakat Vol. 14, No. 01, Juni 2018.

Artikel Munawir Haris. Situasi Politik Pemerintahan Dinasti Umayyah dan

Abbasiyah. Tasamuh: Jurnal Studi Islam. Vol. 10, No. 2, September 2018.

Artikel Linda Firdawaty. Negara Islam Pada Periode Klasik. ASAS, Vol. 7, No.1,

Januari 2015.

Artikel Wesley Liano Hutasoit. Analisis Pemindahan Ibu Kota Negara. Dedikasi,

Vol. 19, No. 2, Desember 2018

Artikel A. Najili Aminullah. Dinasti Bani Abbasiyah, Politik, Peradaban dan

Intelektual.

Artikel Muhammad Ali Rusdi. Maslahat Sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan

Utama Hukum Islam. Syariah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No.2,

Desember 2017.

Artikel Mundzirin Yusuf. Khalifah Al-Mu’tashim: Kajian Awal Mundurnya

Daulah Abbasiyah.

Artikel Muskana Pasaribu. Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar

Penetapan Hukum Islam. Justitia, Vol. 1, No.4, Desember 2014.

Artike M. Affan. Kesultanan Utsmani (1300-1517): Jalan Panjang Menuju

Kekhalifahan. Tamaddun Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2018.

Artike Urbanus Ura Weruin. Teori-Teori Etika dan Sumbangan Pemikiran Para

Filsuf Bagi Etika Bisnis. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis. Vol. 3,

No. 2, Oktober 2019.

Edward Schatz. When Capital Cities Move: The Political Geography Of Nation

And State Building. Working Paper. Kellog Insititute, Februar 2003.

Scott Campbell, The Enduring Importance of National Capital Cities in the Global Era. Working Paper: Urban and Regional Planning Program. College of

Architecture and Urban Planning University of Michigan. 2003.

Page 95: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

86

Skripsi Ecky Agassi “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemindahan Ibu

Kota Negara,” Skripsi Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor

Artikel Sutikno. Perpindahan Ibu Kota Negara Suatu Keharusan Atau Wacana.

Pusat Studi Bencana. Universitas Gadjah Mada. 2007.

Deden Rukmana, Pemindahan Ibu kota Negara. Artikel Asisten profesor dan koordinator program studi perencanaan dan studi perkotaan di Savannah

State University. AS.

Mini-Dissertation Denys Reva “Capital City Relocation and National Security:

The Cases Of Nigeria Aand Kazakhstan,” Mini-Dissertation Master Of Security Studies MSS). Department of Political Sciences University Of

Pretoria Faculty Of Humanities. 2016.

PERATURAN:

Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1961 Tentang

Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1964 Tentang Pernyataan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya Tetap Sebagai Ibu Kota Negara

Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1990 Tentang Sususnan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Negara Republik Indonesia

Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Negara Republik

Indonesia Jakarta

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 sebagai Naskah

Pembantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah

Khusus Ibu kota Jakarta Sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terutama pasal 4, pasal 5 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta

Sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Terutama pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008

tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 Lampiran II Proyek Prioritas

Strategis.

Page 96: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

87

WEB SITE

https://kellogg.nd.edu/sites/default/files/oldfiles/documents/303.pdf, diakses pada

15 Oktober 2019, Pukul 18.56 WIB.

http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/ index.php/jsam/article /view/779, diakses

pada 13 Maret 2020, Pukul 2.19 WIB.

https://is.cuni.cz/webapps/zzp/download/130148196, diakses pada 15 Desember

2019, Pukul 2.19 WIB.

https://tataruang.atrbpn.go.id/Bulletin/upload/data_artikel/edisi5i.pdf diakses pada

22 Agustus 2020 Pukul 00.43 WIB.

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/67919/1/H13eag.pdf,

diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.57 WIB.

http://repositori.kemdikbud.go.id/1128/, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul

2.08 WIB

https://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/60413/Reva_Capital_2016.pdf?Sequen ce=1&isAllowed=y, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13

WIB

https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58, diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul

19.55 WIB.

https://www.ksi-indonesia.org/old/document/material/Modul-Pelatihan-Analis-

Kebijakan.pdf, diakses pada 15 Oktober 2019, Pukul 19.37 WIB.

https://setneg.go.id/baca/index/penajam_paser_utara_dan_kutai_kartanegara_ibu_

kota_baru, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.13 WIB.

https://setkab.go.id/pemindahan-ibu-kota-26-agustus-2019-di istana-negara-

provinsi-dki-jakarta/, diakses pada 22 Agustus 2020 Pukul 00.24 WIB.

https://www.theindonesianinstitute.com/wpcontent/uploads/2019/09/MENYOAL-PEMINDAHAN-IBU-KOTA_VUNNY_PENELITI-SOSIAL-TII_TIF-

57.pdf, diakses pada 15 Desember 2019, Pukul 5.13 WIB

Page 97: KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA REPUBLIK …

88

LAMPIRAN

Peta Adat Ibu Kota Baru